HUBUNGAN PERSEPSI PENGEMBANGAN KARIR DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI MAHASISWA KELAS KARYAWAN SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI AHMAD DAHLAN JAKARTA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Ai Madinatussalamah 103070029076
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M/1432 H
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul HUBUNGAN PERSEPSI PENGEMBANGAN KARIR DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI MAHASISWA KELAS KARYAWAN SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI AHMAD DAHLAN (STIE AD) JAKARTA telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 12 September 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1(S1) pada Fakultas Psikologi. Jakarta, 12 September 2011 Sidang Munaqasyah
Dekan/ Ketua Merangkap Anggota
Pembantu Dekan/ Sekretaris Merangkap Anggota
Jahja Umar, Ph.D Suralaga, M.Si NIP. 130 885 522 001
Dra. Fadhilah NIP. 19561223 198303 2 Anggota :
Penguji I
Penguji II
Dra Zahrotun Nihayah M.Psi M.Psi NIP. 19620724 198903 001 1003
Drs. Rachmat Mulyono, NIP. 19650220 199903
ii
Tak ada kemajuan tanpa perubahan. Orang-orang yang tidak bisa mengubah pikirannya tak akan mengubah apapun (George Bernard Shaw)
“Bersungguh-sungguhlah kamu pada hal yang bermanfaat bagimu, dan mintalah pertolongan Allah serta janganlah merasa lemah” (Nabi Muhammad Saw, dalam HR Muslim)
iii
Persembahan
Karya ini ku persembahkan untuk Mamah dan Mbah tercinta (Hj. Enong Maswiyah dan Hj Umi Kulsum) kepada suami dan anak ku terkasih (Dhon El furqon dan M Fardeen El Furqon) dan saudara-saudara ku tersayang (teh Neneng n k’ Imam, Uyyidah, Emay, Abang, Emput, Ibnu) Terima kasih atas segala cinta dan kasih sayang yang telah kalian berikan untukku.
iv
ABSTRAK
A) Fakultas psikologi B) September 2011 C) Ai Madinatussalamah D) Hubungan persepsi pengembangan karir dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan (STIE AD) Jakarta E) i – xiv + 75 (belum termasuk daftar pustaka dan lampiran) Penilaian terhadap pengembangan karir yang positif mampu meningkatkan motivasi berprestasi mahasiswa, karena motif melatarbelakangi perilaku sebagai tujuan yang hendak dicapai, jenjang karir positif memerlukan keahlian dan keterampilan guna menunjang prestasi kerja. Persepsi pengembangan karir merupakan penilaian individu terhadap peningkatan jenjang karir pada masa bekerja yang teridentifikasi melalui beberapa tahapan pencapaiannya. Dengan keahlian dan keterampilan yang dimiliki, subjek berharap bisa mengembangkan karirnya. Dimana keahlian dan ketrampilan didapat dari proses belajar di bangku kuliah. Motivasi berprestasi berperan penting dalam proses belajar, karena dapat meningkatkan kualitas diri yang dibutuhkan oleh individu yang hendak mengembangkan karirnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi pengembangan karir dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah probability sampling dengan teknik sample random sampling sebanyak 101 subjek. Analisis data pada penelitian ini menggunakan korelasi product moment pada taraf signifikansi 0,01. Dalam penelitian ini penulis menggunakan skala persepsi pengembangan karir yang didasarkan pada teori Davidoff (1981) yang coba peneliti adaftasikan dengan teori Handoko (2001) yang terdiri dari 68 item dengan angka reliabilitas 0,9561, dan menggunakan skala motivasi berprestasi berdasarkan pada teori Mc. Clelland (2005) yang terdiri dari 60 item dengan angka reliabilitas 0,9639. Untuk memperoleh data yang mengungkap masalah dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan analisis regresi melalui program SPSS 11,5. jika dilihat dari v
tabel anova menunjukkan signifikansi 0,388 yang berarti tidak ada hubungan signifikan antara varibel IV dengan DV. Sedangkan dalam tabel r square sebesar 0,97 yang berarti kontribusi nilai IV terhadap DV hanya sebesar 0,97 % sedangkan sisanya sebesar 99,03 % berasal dari kontribusi variabel lain diluar variabel penelitian.
Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi pengembangan karir dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan. Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis memberikan saran agar mencantumkan lebih banyak indikator yang berkaitan dengan karyawan yang sedang melanjutkan kuliah, karena indikator pendukung lain dapat menentukan hasil penelitian yang diinginkan. Peneliti juga menyarankan agar lebih banyak menggunakan bahan pendukung teori persepsi yang akan diteliti sehingga indikator-indikator tambahan dalam teori dapat digunakan sebagai referensi. F) Bahan Bacaan: 27 buku + 1 skripsi
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puja dan puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan izin dan ridhoNya penulis dapt menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantias tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad Saw yang selalu menjadi teladan bagi seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Skripsi ini selesai karena bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Jahja Umar Ph.D, dekan Fakultas Psikologi UIN syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Dra. Fadilah Suralaga M.Si, pembantu dekan bidang akademik Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mencurahkan perhatian dan pengertiannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak Drs Rachmat Mulyono M.Si, Psi. Dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pemikiran untuk mengoreksi, membimbing, mengarahkan dan memberikan masukan kepada penulis, selain itu juga mendorong penulis untuk terus berusaha dan banyak membaca hingga akhirnya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 4. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu kepada penulis dari awal perkuliahan hingga selesai skripsi ini. Para pegawai bidang akademik dan kemahasiswaan serta civitas akademika Fakultas Psikologi atas bantuannya selama perkuliahan sampai penulis menyelesaikan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 5. Untuk orang tuaku terkasih ’buya dan mamah’ ( H Uyyid Abdul Murrid Bashri dan Hj. Enong Maswiyah Muchtar) yang telah memberikan limpahan doa bagi penulis. Ku haturkan pula rindu segenap hati untuk buya dan mamah. vii
6. Untuk dua lelaki dalam kehidupanku, Dhon el furqon dan Maulana Fardeen el furqon, thanks for all. 7. Untuk keluarga besar Abuyya K.H Mohammad Bashri. Kadaung Bogor 8. Untuk keluarga Bpk Sulaiman Fauzi (mamah dan bapak di Menes pandeglang), hatur nuhun kana sadaya rupina. 9. Untuk sahabat-sahabat Fatayat NU Ciptim, Fatayat NU Tangsel, PC NU Tangsel, dan Korps PMII Puteri Ciputat yang telah memberikan ruang kepada penulis untuk merasakan perjuangan berorganisasi. 10. Untuk sahabat seperjuangan (Syifa, Dwi’Chiwa, Dini, Ambar, Wiwi) dan sahabat-sahabat Fakultas Psikologi angkatan 2003 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Hanya asa dan doa yang penulis panjatkan semoga pihak yang membantu penyelesain skripsi ini mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, amin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik
dan
saran
yang
bersifat
membangun
sangatlah
diharapkan
untuk
menyempurnakan skripsi ini.
Akhir kata, besar harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi siapa saja yang membaca
Jakarta, 12 September 2011
Penulis
viii
PERNYATAAN
Assalamua’alaikum Wr.Wb.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ai Madinatussalamah NIM
: 103070029076
Mengatakan bahwa skripsi yang berjudul “Hubungan Persepsi Pengembangan Karir dengan Motivasi Berprestasi Mahasiswa Kelas Karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan (STIE AD) Jakarta” adalah benar hasil karya saya sendiri dan tidak melakukan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang digunakan dalam skripsi ini sesuai dengan referensi yang terdapat dalam daftar pustaka. Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan UndangUndang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.
Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, 12 September 2011
Ai Madinatussalamah NIM : 103070029076
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul Halaman Persetujuan Panitia Munaqasyah ............................................................
i
Halaman Pengesahan ...........................................................................................
ii
Persembahan .........................................................................................................
iii
Motto ....................................................................................................................
iv
Abstrak .................................................................................................................
v
Kata Pengantar .....................................................................................................
vii
Pernyataan Bukan Plagiat ...................................................................................... ix Daftar Isi ...............................................................................................................
x
Daftar Tabel ......................................................................................................... xiii Daftar Lampiran..................................................................................................... xiv
BAB I
PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2
Identifikasi Masalah ................................................................ 8
1.3 Pembatasan masalah ................................................................ 8 1.4 Perumusan masalah .................................................................. 9 1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 9 1.5.1 Tujuan penelitian .................................................................... 9 1.5.2 Manfaat penelitian .................................................................. 10 1.6 Sistematika Penulisan .............................................................. 11
BAB II
KAJIAN TEORI 2.1 Motivasi Berprestasi ................................................................... 12 2.1.1 Definisi motivasi berprestasi ......................................... 12 2.1.2 Aspek-aspek motivasi berprestasi ................................. 17 x
2.1.3 Sumber-sumber motivasi berprestasi ........................... 19 2.1.4 Fungsi motivasi berprestasi ........................................... 21 2.1.5 Karakteristik mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi ......................................................... 22 2.2 Persepsi Pengembangan Karir……………………………...... 26 2.2.1 Definisi Persepsi ............................................................ 26 2.2.2 Proses terjadinya persepsi ............................................. 28 2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi .................. 29 2.2.4 Definisi Pengembangan Karir......................................... 33 2.2.5 Tahap-tahap pengembangan karir .................................. 35 2.3 Mahasiswa Kelas Karyawan. .................................................... 37 2.4 Kerangka Berfikir...................................................................... 38 2.5 Hipotesis.................................................................................... 41
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian........................................................................... 43 3.1.1 Pendekatan penelitian ..................................................... 43 3.1.2 Metode penelitian ........................................................... 44 3.2 Variabel Penelitian.................................................................... 44 3.2.1 Identifikasi variabel ........................................................ 44 3.2.2 Definisi konseptual variabel ......................................... 45 3.2.3 Definisi operasional variabel ........................................ 46 3.3 Subjek Penelitian .................................................................... 48 3.3.1 Karakteristik responden................................................... 48 3.3.2 Populasi dan sampel........................................................ 49 3.3.3 Teknik pengambilan sampel............................................ 49 3.4 Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 50 xi
3.4.1 Metode dan instrumen pengumpulan data........................ 50 3.5 Prosedur Penelitian……..............................................................54 3.5.1 Prosedur persiapan penelitian ......................................... .54 3.5.2 Prosedur pelaksanaan penelitian .................................... 55 3.5.3 Prosedur pengolahan data ................................................ . 55 3.6 Teknik Analisa Data................................................................... 55
BAB IV
HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian .......................................... 85 4.2 Uji Hipotesis Penelitian ............................................................. 60 4.2.1 Uji hipotesis 1................................................................... 64 4.2.2 Uji hipotesis 2.................................................................. 64 4.2.3 Uji hipotesis 3.................................................................. 65 4.2.4 Uji hipotesis 4................................................................... 65 4.2.5 Uji hipotesis 5................................................................... 66 4.2.6 Uji hipotesis 6................................................................... 66 4.2.7 Uji hipotesis 7.................................................................. 66 4.2.8 Uji hipotesis 8 ................................................................. 68 4.3 Hasil penelitian tambahan......................................................... 67
BAB V
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 5.2 5.3
Kesimpulan ............................................................................. 71 Diskusi .................................................................................... 72 Saran ....................................................................................... 74 5.3.1 Saran Teoritis .............................................................. 74 5.3.2 Saran Praktis ............................................................... 75 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Blue print persepsi pengembangan karir
Tabel 3.2
Blue print motivasi berprestasi
Tabel 3.3
Nilai kategorisasi dalam jawaban
Tabel 3.4
Blue print skala persepsi pengembangan karir
Tabel 3.5
Blue print motivasi berprestasi
Tabel 3.6
Hasil skala (try out) pengembangan karir
Tabel 3.7
Hasil skala (try out) motivasi berprestasi
Table 4.1
Jumlah subjek berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.2
Jumlah subjek berdasarkan latar belakang pendidikan
Tabel 4.3
Jumlah subjek berdasarkan usia
Tabel 4.4
Uji korelasi IV dengan DV
Tabel 4.5
Koefisien variabel IV dengan DV
Skema 4.5.1 Koefisien regresi IV dengan DV Table 4.6
Model summary analisis regresi ke-8 IV
Table 4.7
Anova Analisis regresi ke-8 IV
Table 4.8
Proporsi varian IV dengan DV
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Blue Print Skala Persepsi Pengembangan Karir 2. Blue Print Skala Motivasi Berprestasi 3. Skala Persepsi Pengembangan Karir (try out) 4. Skala Motivasi Berprestasi (try out) 5. Data Try Out IV 6. Data Try Out DV 7. Uji Reliabilitas IV 8. Uji Reliabilitas DV 9. Data Penelitian IV 10. Data Penelitian DV 11. Hasil Regresi ke-8 DV 12. Surat Keterangan Penelitian
xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang pasti menyetujui bahwa bekerja merupakan bentuk aktualisasi diri yang dapat meningkatkan kepercayaan diri dan menentukan keseimbangan potensial dalam diri individu, bahkan dengan bekerja akan meningkatkan pula harkat dan martabatnya sebagai makhluk sosial yang membutuhkan penghargaan dari lingkungan sekitar, sehingga orang-orang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak dan sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Pada kenyataannya manusia selalu dihadapkan pada banyaknya jenis pekerjaan yang menuntut tenaga dan waktu yang lebih banyak, pekerjaan yang tepat dan sesuai dengan kemampuan tentu akan menghantarkan pada keadaan yang sesuai dengan harapan. Tiap individu yang menginginkan karir lebih baik melakukan pekerjaan dengan gigih, tapi banyak pula yang santai, bahkan tidak sedikit orang yang tidak melakukan pekerjaan apapun. Setiap individu berbeda-beda dalam melewati setiap detik dalam kehidupannya. Perbedaan prilaku ini dilandaskan pada motif yang melatarbelakangi individu atau disebut dengan motivasi, motivasi pada tiap individu mengakibatkan perbedaan prilaku dalam menyikapi proses kehidupan yang dijalani. Di satu waktu, dijumpai seorang penyapu jalanan yang bekerja bermandikan keringat menyapu jalanan dari pagi buta sampai terbenam matahari. di tempat lain, didapati seorang pemuda yang bekerja dengan giat di pagi hari dan menyelesaikan studi pada malam hari, sedangkan pada saat bersamaan, ada gerombolan pemuda 1
yang berkumpul hanya untuk mempamerkan kemampuan berakrobat diatas motor milik mereka. Secara psikologis ada persoalan yang harus dipecahkan, kenapa dalam satu waktu ada orang yang bekerja seperti penyapu jalanan, dan seorang pemuda yang bekerja dan berusaha menyelesaikan kuliah, serta gerombolan pemuda yang berkumpul hanya untuk berakrobat. Mengapa mereka melakukan perbuatan-perbuatan tersebut?, Apa yang mempengaruhi
mereka sehingga menimbulkan prilaku yang berbeda-beda?
motivasi yang timbul dari dalam diri seorang relatif berbeda, sehingga perilaku yang tampak akan bermacam-macam tergantung dari motif yang melatarbelakanginya. Sebagaimana definisi motif menurut Kartono dan Gulo (2000) bahwa motif adalah kontrol batiniah yang mendorong atau berbuat berdasarkan satu kebutuhan atau satu dorongan. Setiap orang yang melakukan kegiatan dapat didasari oleh motif yang timbul dari dalam diri dan dari lingkungan sekitar.
Begitupun dalam dunia kerja, terdapat pilihan dalam ranah pekerjaan, yaitu sektor formal atau non-formal. Namun tentunya kedua sektor tersebut tetap saja membutuhkan keahlian dan ketrampilan, bahkan sebagian perusahaan atau lembaga pada saat ini mewajibkan karyawan atau pegawai dari kedua sektor tersebut memiliki standar minimum berupa gelar sarjana strata satu, hal ini mencerminkan kualitas dan mutu individu yang bekerja. sebagaimana teori pengembangan karir yang dikutip dari Handoko (2001), “Pengembangan karir merupakan upaya-upaya pribadi seorang karyawan untuk mencapai suatu rencana karir”
2
Dapat pula diartikan, manusia sebagai individu yang memiliki sifat ingin menjadi lebih baik dari sebelumnya, mencoba untuk selalu berusaha melalui proses-proses pencapaian yang diharapkan, dalam hal ini setiap karyawan menilai pengembangan karir merupakan sekumpulan tujuan-tujuan pribadi untuk meningkatkan kesadaran, pengetahuan dan kemampuan yang mempengaruhi arah dan kemajuan karir melalui tingkatan-tingkatan tugas tertentu. Karenanya setiap orang yang ingin berkembang dalam dunia kerja akan berusaha mengikuti pelatihan atau pendidikan lanjutan yang bisa meningkatkan karirnya.
Dari pendidikan yang diperoleh, setiap orang dapat mengembangkan karirnya sesuai dengan keinginan dan harapan yang dicita-citakan. Penilaian terhadap pengembangan karir pun tidak hanya didapat dari pengalaman diri sendiri, akan tetapi pengalaman orang lain yang berkaitan dengan peningkatan jenjang karir, dimana tiap individu yang ingin meningkatkan karirnya dalam bekerja, maka yang harus dilakukan adalah melalui proses pembelajaran peningkatan keterampilan yang didapat di bangku kuliah, peningkatan keterampilan inilah yang dijadikan sebagai acuan pengembangan karir yang dianjurkan pada setiap karyawan agar melanjutkan pendidikan yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang digeluti.
Selain itu, keahlian karyawan akan dinilai berdasarkan dari prestasi kerja yang telah dilakukan dimana titik awal pengembangan karir dimulai dari diri karyawan, setiap orang bertanggung jawab atas pekerjaannya. Kegiatan paling penting untuk memajukan karir adalah dengan prestasi kerja yang baik, karena hal ini mendasari semua kegiatan pengembangan karir lainnya, dalam hal ini kemajuan karir tergantung pada prestasi kerja. Dimana prestasi kerja membutuhkan keahlian dan keterampilan
3
serta pengalaman melalui program pelatihan atau kursus-kursus dan penambahan gelar. (Handoko, 2001).
Kebiasaan yang dilakukan setiap hari pun berperan penting dalam peningkatan karir individu, kebiasaan mengerjakan tugas perusahaan dan kebiasaan mengerjakan tugas kuliah yang seimbang menjadi syarat yang dapat meningkatkan karir individu dengan cepat, karena terbiasa dalam pemilihan skala prioritas menentukan pula pengembangan karir yang hendak dicapai.
Untuk mencapai tingkatan karir yang tinggi, tiap karyawan yang memutuskan untuk melanjutkan pendidikan berharap mendapatkan ilmu dan keterampilan yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang mereka geluti, sehingga ilmu dan keterampilan yang didapat menjadi batu loncatan untuk menyelesaikan tugas-tugas pekerjaan yang dibebankan oleh perusahaan. Walau pun sering ditemui karyawan yang melanjutkan pendidikan hanya sebatas ingin mendapatkan ijazah S1 sebagai pemenuhan syarat dari perusahaan yang bersangkutan, akan tetapi harapan untuk mendapatkan keahlian dari bangku kuliah tentu menjadi modal utama untuk pengembangan karir itu sendiri.
Selain itu keinginan untuk memiliki kemampuan yang menunjang karir menjadi bagian penting dalam mempersepsikan pengembangan karir, hal ini dipengaruhi oleh keinginan-keinginan agar dapat diterima secara sosial, karena manusia sebagai makhluk sosial tentu menginginkan kehidupan yang layak dan dapat membahagiakan orang lain seiring dengan pengembangan karir yang telah dicapainya.
4
Dalam dunia kerja orang saling berkompetensi untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, oleh karena itu setiap orang dituntut untuk meningkatkan keahlian masing-masing. Asumsi diatas menjadi motivasi setiap orang untuk melanjutkan pendidikan lebih tinggi, dalam hal ini peningkatan keterampilan yang didapatkan dari bangku kuliah.
Motivasi yang timbul dari diri sendiri menjadi dorongan untuk menyelesaikan tugas kuliah dan tugas pekerjaan dengan maksimal, sehingga pengembangan karir pun semakin mudah dicapai, namun motivasi yang timbul dari lingkungan sekitar pun akan menjadi dorongan karena lingkungan sekitar menjadi acuan agar
menjadi
individu yang diterima secara sosial.
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan (STIE AD) Jakarta membuka program kelas karyawan yang diperuntukkan bagi mahasiswa bekerja yang bermaksud menyelesaikan pendidikan strata satu. Sebagian mahasiswa yang kuliah di kampus ini termotivasi untuk berprestasi agar dapat meningkatkan karir yang sedang mereka jalani. Hal ini terlihat dari semangat diri dalam menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan dengan proses perkuliahan, tidak hanya diwajibkan untuk menyusun karya ilmiah baik berupa skripsi atau kajian literatur berbentuk makalah, tapi dalam hal ini mahasiswa mampu memenuhi kewajiban jadwal perkuliahan, tugas harian, serta praktek lapangan yang telah ditentukan pihak kampus.
Disadari atau tidak, persepsi pengembangan karir inilah yang dimungkinkan menjadi pencetus semangat untuk berprestasi.
5
Sebelum mengajukan judul skripsi ini, penulis melakukan wawancara pada mahasiswa kelas karyawan Sekolah Tinggi Ilmu ekonomi Ahmad Dahlan yang dilaksanakan pada tanggal dua dan sembilan Februari 2011, dimana hasilnya dapat diasumsikan beberapa hal yang menjadi pencetus motivasi berprestasi pada mahasiswa kelas karyawan, diantaranya : keinginan untuk mendapatkan ijazah S1, keinginan untuk mendapatkan gelar sarjana, keinginan untuk membahagiakan orang tua/keluarga, keinginan untuk meningkatkan karir, keinginan untuk memiliki pekerjaan yang layak, keinginan untuk dihargai oleh lingkungan karena menyandang gelar sarjana, dan lain sebagainya. Walaupun terdapat berbagai alasan, nyatanya persepsi pengembangan karir menjadi salah satu poin tertinggi dari hasil wawancara yang dilakukan, sedangkan motivasi berprestasi yang timbul pada setiap mahasiswa tentunya berbeda tergantung dari motif yang dimiliki.
Dari beberapa asumsi yang didapat, penulis mengindikasikan adanya gambaran persepsi pengembangan karir pada setiap mahasiswa kelas karyawan yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, akan tetapi penulis menyadari kesimpulan yang benar harus didasari dengan penelitian yang sesuai prosedur, dalam hal ini penulis tertarik ingin meneliti “Hubungan Persepsi Pengembangan Karir dengan Motivasi Berprestasi Mahasiswa Kelas Karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan Jakarta” Penulis pun menambahkan tiga variabel pengikut yang dianggap memiliki hubungan terhadap motivasi berprestasi, yaitu; usia, jenis kelamin dan latar belakang pendidikan.
6
1.2 Identifikasi Masalah Sesuai dengan tema pada penelitian ini, yakni “Persepsi Pengembangan Karir dengan Motivasi Berprestasi Mahasiswa Kelas Karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan
Jakarta”, maka kemungkinan muncul beberapa
permasalahan yaitu sebagai berikut : 1. Adakah hubungan persepsi pengembangan karir dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan Sekolah Tinggi Ilmu ekonomi? 2. Adakah hubungan latar belakang pendidikan dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan? 3. Adakah hubungan jenis kelamin dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan Sekolah Tinggi Ilmu ekonomi Ahmad Dahlan? 4. Adakah hubungan usia dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan?
1.3 Pembatasan Masalah Agar penelitian yang dilakukan tidak terlalu meluas, maka peneliti memberikan pembatasan masalah, adapun batasan masalah dari penelitian ini adalah: 1. Teori motivasi berprestasi didasarkan pada teori McClelland (dalam Mangkunegara, 2005) yang terbagi menjadi enam karakteristik mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, diantaranya; memiliki tingkat tanggung jawab yang tinggi, berani mengambil dan memikul resiko, memiliki tujuan yang realistik, memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasikan tujuan, memanfaatkan umpan balik yang konkrit dalam semua kegiatan yang dilakukan, mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan. 7
2. Teori persepsi pengembangan karir yang didasarkan pada teori Davidoff (1981), menurut teori ini persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pengalaman, tabiat (habitual), harapan (expectation), keinginan dan motivasi. 3. Subjek dari penelitian ini adalah mahasiswa yang mengikuti program kelas karyawan jurusan Akuntansi dan Manajemen perbankan.
1.4 Perumusan Masalah Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : ”Apakah ada hubungan antara persepsi pengembangan karir dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa kelas karyawan?”
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui hubungan antara perkembangan karir dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan.
1.5.2 Manfaat penelitian Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: a.
manfaat teoritis Menjadi masukan dalam perkembangan teori mengenai persepsi dan motivasi berprestasi, sehingga menambah khazanah Psikologi lebih berkembang.
8
b.
manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk meningkatkan motivasi berprestasi serta memahami arti persepsi pengembangan karir pada mahasiswa khususnya Fakultas Psikologi dan mahasiswa diberbagai perguruan tinggi lainnya.
1.6 Sistematika Pembahasan Untuk dapat menghasilkan penulisan penelitian yang baik, maka disusunlah sistematika penulisan penelitian sebagai berikut: Bab I
: Pendahuluan Penjelasan singkat yang menggambarkan latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
Bab II : Kajian teori Teori yang akan digunakan sebagai landasan penelitian, adalah teoriteori yang akan diambil antara lain: teori tentang motivasi berprestasi, teori tentang persepsi, teori pengembangan karir, serta pengertian mahasiswa kelas karyawan dan kerangka berpikir. Bab III : Metode penelitian Permasalahan penelitian, kemudian pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan kuantitatif, karakteristik subjek penelitian, prosedur pemilihan subjek, alat pengumpulan data, prosedur pengumpulan data, dan prosedur pengolahan data.
9
Bab IV : Presentasi dan analisis data Menerangkan tentang subjek umum penelitian, Proses dan hasil pengolahan hasil penelitian dengan teknik analisis regresi Bab V
: Kesimpulan, diskusi dan saran Bab ini berisi kesimpulan yang merupakan jawaban permasalahan yang dikemukakan. Pembahasan berdasarkan hasil diskusi yang telah diperoleh serta keterbatasan-keterbatan penelitian. Dari kesimpulan dan diskusi diajukan saran-saran, baik yang bersifat teoritis maupun praktis.
10
BAB 2 KAJIAN TEORI
2.1 Motivasi Berprestasi 2.1.1 Definisi motivasi Motivasi mempunyai peranan penting didalam kehidupan manusia, karena motif merupakan dasar seseorang melakukan sesuatu.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000) Motivasi berasal dari kata motif. motif didefinisikan sebagai alasan atau sebab seseorang melakukan sesuatu. Perilaku yang disebabkan oleh dorongan dari dalam diri yang didasari pada alasan tertentu.
Chaplin (2001) mengatakan bahwa istilah motivasi diartikan sebagai satu variabel penyelenggara yang digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu didalam organisme, yang membangkitkan, mengelola, mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku menuju sasaran. motivasi juga diartikan sebagai keseluruhan dorongan, keinginan, kebutuhan dan daya sejenis yang mengarah kepada prilaku.
11
Suryabrata (2001) mengemukakan bahwa motif adalah keadaan dalam pribadi seorang yang mendorong diri untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan.
Menurut Gerungan (2004) motif merupakan dorongan, keinginan, hasrat, dan tenaga penggerak lainnya yang berasal dalam diri individu untuk melakukan sesuatu dimana motif memberikan tujuan dan arah terhadap tingkah laku.
Pendapat senada juga dikemukakan oleh Purwanto (2004) yang mendefinisikan motif sebagai suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut mau bertindak atau melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi merupakan suatu usaha yang disadari untuk mempengeruhi tingkah laku seseorang agar tergerak hatinya untuk melakukan sesuatu sehingga akan mencapai hasil atau juga tujuan tertentu.
Davidoff (1988) mengatakan bahwa motif atau motivasi menunjukkan suatu keadaan dalam diri seseorang yang berasal dari akibat suatu kebutuhan, motif inilah yang mengaktifkan atau membangkitkan perilaku yang biasanya tertuju pada pemenuhan kebutuhan.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa motif adalah dorongan yang ada dalam diri individu untuk melakukan suatu tindakan atau aktivitas. Motif
12
dan motivasi memiliki arti yang sama, tetapi motivasi biasanya dilakukan dengan dorongan yang berdasarkan pada tujuan individu.
Mangkunegara (2000) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu kondisi (energi) yang menggerakkan dalam diri individu yang terarah untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi ini muncul dari dua dorongan, yaitu dorongan dari dalam diri individu dan juga dorongan dari luar diri individu. Dalam hal ini, motivasi diartikan sebagai segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, biasa juga sebagai rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga sehingga terjadinya tingkah laku (Sarlito, 2002).
Woolfolk (2004), mengatakan bahwa motivasi adalah kegiatan individu yang bersifat membangun, langsung, dan menimbulkan tingkah laku yang terdiri dari kebutuhan (need), minat (interest), kesenangan (enjoyment), ganjaran (reward), dan hukuman (punishment).
Menurut Kartono & Gulo (2000) juga memberikan definisi serupa dimana motivasi bisa diartikan sebagai kecenderungan untuk melakukan sesuatu, sikap atau perilaku yang dipengaruhi oleh kebutuhan serta diarahkan kepada suatu tujuan yang telah direncanakan.
13
Definisi-definisi motivasi yang disebutkan diatas, menggambarkan individu yang memiliki motivasi tinggi akan melakukan sekuat tenaga guna melalui proses-proses berprestasi itu sendiri. Gambaran tentang perkembangan karir setelah mendapatkan gelar sarjana akan meningkatkan semangat juang serta mampu mengarahkan tujuan yang hendak dicapai dari setiap tindakan yang diambil pada keadaan yang sedang terjadi atau yang akan terjadi, dalam hal ini motivasi sebagai penggerak akan mencerminkan tingkah laku individu yang sesuai dengan harapan dan dapat mencapai tujuan dengan maksimal. Menurut Mc Clelland (1987) motivasi berprestasi adalah :
What should be involved in the achievement motive is doing something better for its own sake, for the intrinsic satisfaction of doing something better.
Atau dapat pula diartikan, motivasi berprestasi merupakan proses pembangkitan gerak dalam diri seseorang yang menggerakkan orang tersebut untuk melakukan sesuatu tindakan sehingga dapat dicapai hasil sebaik-baiknya, lebih baik dari hasil yang pernah dicapai sebelumnya. Dalam pendidikan, motivasi berprestasi ini seringkali dinamakan mengejar keunggulan.
Mahasiswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi, sudah tentu akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai hasil yang diharapkan. Pernyataan ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Mc Clelland (dalam Munandar, 2000), ia menemukan bahwa mereka yang memiliki nAch (the achievement need) yang tinggi 14
ialah para wirausaha yang berhasil, ini dikarenakan kebutuhan akan pencapaian terhadap target yang diharapkan dalam berwirausaha menjadikannya memiliki karakteristik-karakteristik individu yang memiliki motivasi berprestasi. Sebaliknya ia tidak menemukan adanya manajer dengan kebutuhan untuk berprestasi yang tinggi. Dimana pada dasarnya setiap orang yang memiliki dorongan yang kuat untuk berhasil, lebih mengejar prestasi belajar layaknya imbalan terhadap keberhasilan. Seorang yang memiliki motivasi tinggi akan bergairah untuk melakukan sesuatu lebih baik dan lebih efisien dibandingkan hasil sebelumnya.
Atkinson (dalam Djaali, 2007) mengemukakan bahwa diantara kebutuhan hidup manusia, terdapat kebutuhan untuk berprestasi, yaitu dorongan untuk mengatasi hambatan, melatih kekuatan, dan berusaha untuk melakukan suatu pekerjaan yang sulit dengan cara yang baik dan secepat mungkin, atau dengan perkataan lain usaha seseorang untuk menemukan atau melampaui standar keunggulan. Menurut Atkinson seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi umumnya harapan akan suksesnya selalu mengalahkan rasa takut akan mengalami kegagalan. Ia selalu merasa optimis dalam mengerjakan setiap apa yang dihadapinya, sehingga setiap saat selalu termotivasi untuk mencapai tujuannya.
Kesimpulan yang peneliti coba ungkapkan dari beberapa pengertian motivasi berprestasi di atas, bahwasanya mahasiswa yang bekerja akan memiliki motivasi berprestasi di bangku kuliahnya karena memiliki motif atau dorongan yang kuat dalam pencapaian pengembangan karirnya. Dimana motivasi berprestasi sangat penting dalam proses pembelajaran individu terhadap pemenuhan kebutuhan yang 15
hendak dicapai, karena dengan memiliki motivasi berprestasi, akan ada dorongan berkesinambungan yang mampu menggerakkan prilaku positif dalam pencapaian kebutuhannya
2.1.2 Aspek-aspek motivasi berprestasi Individu dapat dikatakan mempunyai motivasi berprestasi jika dilihat dari kemampuannya serta usahanya guna mencapai suatu tujuan. Setiap usaha yang dilakukan akan berbeda-beda sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai individu.
Woodworth & Marquis (dalam Shaleh, 2004) menggolongkan motivasi menjadi tiga macam, yaitu: a. Motivasi organis, yaitu motivasi yang berkaitan dengan kebutuhan biologis, seperti makan, minum, kebutuhan bergerak dan beristirahat dan lain sebagainya. b. Motivasi darurat, yaitu motivasi yang berkaitan dengan dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas,dorongan untuk berusaha, dorongan untuk mengejar dan bergerak cepat. Motivasi ini timbul jika situasi menuntut timbulnya kegiatan yang cepat dari dalam diri individu, tapi didasarkan pada perangsang dari luar. c. Motivasi objektif, yaitu motivasi yang diarahkan kepada tujuan tertentu disekitar kita, motif ini mencakup; kebutuhan untuk eksplorasi diri dan sekitar, manipulasi, menaruh minat. Motivasi ini timbul karena dorongan untuk menghadapi dunia luar secara efektif.
16
Sedangkan Woolfolk (2004) mengklasifikasikan motivasi menjadi 2 jenis, yaitu : a. Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri individu yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar, dalam hal ini muncul berdasarkan kesadaran dengan tujuan esensial, bukan sekadar atribut dan seremonial belaka.
Menurut Djamarah (2002) motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsi tanpa perlu dirangsang dari luar. Hal ini dikarenakan dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Pendapat senada juga dikemukankan oleh Suryabrata (2001) dan Purwanto (2004), yang menjelaskan bahwa motivasi intrinsik adalah suatu motif yang sudah berada dalam diri inidivdu tanpa adanya rangsangan dari luar. b. Motivasi Ekstrinsik Motivasi eksintrik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu yang juga mendorongnya untuk melakukan suatu kegiatan belajar.
Djamarah (2002) dan Purwanto (2004) mengemukakan bahwa pada dasarnya motivasi ekstrinsik terjadi apabila individu melakukan sesuatu yang disebabkan oleh adanya rangsangan dari luar. Pada motivasi ekstrinsik ini seseorang melakukan aktifitas berdasarkan pada nilai yang terkandung dalam objek yang menjadi sasaran atau tendensi tertentu. 17
2.1.3. Sumber-sumber motivasi berprestasi McClelland (dalam Shaleh, 2006) menyatakan bahwa timbulnya tingkah laku dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan yang ada dalam diri setiap individu. konsep motivasi ini lebih dikenal dengan “socialmotives theory”, adapun kebutuhan yang dimaksud menurut teori sosial ini terbagi kedalam tiga macam, yaitu: a. Kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement) Yaitu kebutuhan untuk mencapai sukses, yang berdasarkan pada standar kesempurnaan (kualitas) diri seseorang. Kebutuhan ini berhubungan erat dengan pekerjaan, mengarahkan tingkah laku pada usaha untuk mencapai prestasi tertentu b. Kebutuhan untuk berafiliasi (need for affiliation) Yaitu kebutuhan akan kehangatan dan dorongan (motivasi) dari orang lain. Kebutuhan ini mengarahkan tingkah laku untuk mengadakan hubungan secara akrab dengan orang lain. c. Kebutuhan untuk berkuasa (need for power) Yaitu kebutuhan untuk menguasai dan mempengaruhi orang lain. Kebutuhan ini menyebabkan orang yang bersangkutan tidak atau kurang memperdulikan (skeptis) terhadap perasaan orang lain.
Motivasi berprestasi memiliki sumber yang berada dalam ruang lingkup aspek – aspek motivasi yang telah dijelaskan diatas, dalam hal ini sumber motivasi berprestasi
18
adalah bagian dari identifikasi yang dianggap perlu untuk mengetahui sejauhmana individu memiliki motivasi terhadap sesuatu hal yang sedang dilakukannya.
Sedangkan Woolfolk (2004) membagi sumber motivasi menjadi dua macam sesuai dengan aspek motivasi intrinsik dan ekstrinsik, yaitu : a. Sumber motivasi intrinsik meliputi kebutuhan (need), minat (interest), kesenangan(enjoyment), dan rasa ingin tahu (curiosity).
Dalam motivasi intrinsik tidak perlu lagi ada reward dan punishment bagi seseorang untuk melaksanakan aktifitasnya, karena dorongan yang muncul murni berasal dari dalam diri individu.
b. Sumber motivasi ekstrinsik meliputi imbalan (reward), tekanan sosial (social pressure), dan penghindaran diri dari hukuman (punishment).
Motivasi ekstrinsik memerlukan penguatan dari luar diri individu, yang sifatnya didasarkan pada peraturan yang telah baku, sehingga individu berusaha untuk menghindari hal atau keadaan yang tidak diharapkan.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi sebagai sesuatu yang berperan penting, dimana motivasi merupakan penggerak individu melakukan suatu perbuatan yang mengarah pada tujuan. Segala hal yang berkaitan 19
dengan bentuk pencapaian prestasi akan dihadapi secara maksimal oleh individu jika memiliki dua macam motivasi yang berasal dari dalam diri (intrinsik) dan juga luar diri individu (ekstrinsik).
2.1.4 Fungsi motivasi berprestasi Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi seorang mahasiswa yang disebut dengan motivasi untuk berprestasi (motivasi berprestasi). Bila seorang mahasiswa memiliki motivasi yang baik dalam mengerjakan tugas kuliah maka mahasiswa tersebut akan menunjukkan usaha yang baik pula. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang optimal dan didasari oleh motivasi, maka seorang mahasiswa akan dapat memunculkan prestasi yang baik tentunya. Salah satu fungsi motivasi adalah untuk meraih prestasi, Mc Clelland (1987) merumuskan tiga motivasi berdasarkan kebutuhan-kebutuhan yang salah satunya adalah motivasi berprestasi, seperti yang sudah dijelaskan peneliti di atas. Selanjutnya sehubungan dengan hal tersebut, ada tiga fungsi motivasi menurut Sardiman (2007), yaitu: 1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. 2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. 20
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatanperbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
2.1.5 Karakteristik mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi Menurut Mc Clelland (dalam Mangkunegara, 2005) menyatakan bahwa mahasiswa yang mempunyai dorongan prestasi yang tinggi memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Mempunyai dorongan yang kuat yang berbeda dengan orang lain. Mahasiswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan selalu mencari informasi atau cara-cara dan ide-ide terbaru yang tentunya berbeda dengan orang lain agar dapat melakukan tugas/pekerjaan secara lebih baik. 2. Melakukan hal-hal yang lebih baik, berupa tujuan yang realistik, mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan senantiasa melihat tujuan yang akan dicapai jika memutuskan untuk mengerjakan sesuatu. 3. Mencari kesempatan-kesempatan dalam menjalankan rencana (tahapantahapan berprestasi) yang diprogramkan. Dalam mengerjakan tugas atau pekerjaan, mahasiswa yang memiliki motivasi tinggi akan menentukan prioritas guna rencana-rencana yang hendak dicapai dalam mengerjakan tugas, seperti memilih tim yang lebih mumpuni dalam bidangnya. 4. Lebih menyukai tugas atau pekerjaan yang memiliki tanggung jawab pribadi. Mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan
21
mempunyai keinginan yang kuat untuk mengambil tanggung jawab pribadi atas suatu hasil capaian dari melakukan suatu tugas atau menemukan pemecahan suatu permasalahan tugas/pekerjaannya. 5. Memilih tugas atau pekerjaan yang memiliki resiko yang sedang (moderate), berupa tujuan yang tidak terlalu sulit dicapai dan juga tujuan yang terlalu mudah dicapai. Jika seorang mahasiswa tujuannya adalah untuk mengerjakan tugas secara lebih baik. Maka ia akan memilih tugas dengan tingkat kesulitan menengah (moderat) atau berjarak tengah (intermediate distance) karena kemungkinan untuk sukses cukup besar. 6. Memanfaatkan dan memperhatikan umpan balik tentang perbuatannya. Mempunyai keinginan kuat untuk memperoleh umpan balik (feedback) yang cepat terhadap kinerja dan prestasinya. Mahasiswa seperti ini sangat ingin tahu seberapa baik tugas kuliah dan pekerjaan yang telah dilakukannya.
Seorang yang memiliki motivasi berprestasi lebih tertarik pada pencapaian prestasi tanpa bantuan orang lain, namun tidak berarti bahwa individu yang memiliki motivasi berprestasi kemudian menjadi antisosial. Karena dalan hal ini, ia berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain sejauh bisa digunakan atau dimanfaatkan untuk mencapai tujuan. Individu dengan motivasi berprestasi tidak akan membebankan tanggung jawab atas kesuksesan atau kegagalan pada orang lain, karena ia sangat memperhatikan pencapaian tugas tanpa mengikutsertakan orang lain.
22
Penjelasan diatas dapat mewakili pengertian bahwa motivasi berprestasi adalah proses pembangkitan gerak dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu tindakan sehingga dapat mencapai hasil sebaik-baiknya. Bila dikaitkan dengan mahasiswa, maka melakukan suatu tindakan yang dimaksud adalah menyelesaikan tugas-tugas kuliah, sedangkan mencapai hasil yang sebaik-baiknya adalah memperoleh hasil belajar di setiap mata kuliah yang lebih baik dari hasil yang pernah dicapainya atau dicapai oleh orang lain sebelumnya.
Mendapatkan nilai yang baik merupakan bentuk keseriusan mahasiswa terhadap diri sendiri dan sebagai bentuk aktualisasi diri dalam pencapaian proses belajar. Sedangkan motivasi berprestasi sebagai pendorong, memiliki peranan sangat penting bagi seorang yang hendak mendapatkan nilai yang baik dalam menyelesaikan tugastugasnya. Tentu motivasi berprestasi menjadikannya bersemangat dalam melakukan beberapa tahapan guna menyelesaikan persyaratan mendapatkan gelar sarjana dengan nilai yang baik,
semisal membuat tugas-tugas perkuliahan seperti karya tulis
(makalah), menyusun skripsi yang mewajibkan setiap mahasiswa mencari berbagai literatur untuk referensi penguatan teori yang akan digunakan, melakukan bimbingan skripsi terhadap dosen pembimbing dan melakukan penelitian lapangan yang akan diuji secara validitas dan reliabilitasnya. Tahapan-tahapan ini tentunya membutuhkan motivasi berprestasi untuk mendapatkan nilai yang baik. Persepsi pengembangan karir pada setiap individu tentunya relatif berbeda, karena nilai suatu obyek didasarkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi itu sendiri. 23
Anggapan akan peningkatan karir yang positif setelah menjadi sarjana, merupakan bagian dari penilaian individu pada satu obyek dalam hal ini perkembangan dalam karirnya. Karena persepsi pengembangan karir yang positif akan meningkat seiring dengan mendapatkan gelar inilah, setiap mahasiswa akan serta-merta termotivasi untuk mendapatkan nilai yang baik.
2.2 Persepsi Pengembangan Karir 2.2.1 Definisi Persepsi Santrock (2002), menyatakan bahwa persepsi adalah interpretasi berdasarkan pengalaman terhadap suatu peristiwa atau objek tertentu dan juga apa yang akan diinderakan atau dirasakan.
Menurut Davidoff (1988), persepsi
didefinisikan sebagai proses
yang
mengorganisir dan menggabungkan data-data indra kita (pengindraan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita, termasuk sadar akan diri sendiri; persepsi merupakan proses yang antara satu orang dengan orang lain sifatnya berbeda (individualistik) daripada yang diperkirakan orang.
24
Walgito (dalam Shaleh, 2004), menyatakan bahwa persepsi adalah proses yang menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indera untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat menyadari keadaan disekelilingnya.
Saleh (2004), mengungkapkan bahwa persepsi juga dapat diartikan sebagai kemampuan membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan perhatian terhadap satu objek rangsangan.
Lain halnya dengan penjelasan Desiderato (1976), yang mengatakan bahwa “perception is the experience of objects, event, or relationship obtained by extracting information from and interpreting sensation” Yang berarti persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubunganhubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Robbins (2001) mengatakan bahwa persepsi merupakan proses dimana individu mengorganisasikan dan menginterpretasikan impresi sensorisnya supaya dapat memberi arti kepada lingkungan sekitarnya.
Dari beberapa definisi di atas, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu proses mengetahui, mengenali atau memaknai suatu objek yang
ada
dilingkungannya
melalui
pengamatan
selektif,
penggabungan,
pengorganisasian, dan penginterpretasian sensasi dengan bantuan alat indera, berdasarkan pengalaman, kebiasaan(habitual), harapan (expectation), keinginan, dan motivasi. Dengan kata lain persepsi akan mengarahkan individu pada tingkah laku
25
yang sesuai dengan penilaiannya dan pengharapannya terhadap objek tertentu dan lingkungan sekitarnya. 2.2.2 Proses terjadinya persepsi Seseorang dalam mempersepsikan sesuatu tidak terjadi begitu saja, tetapi ada unsur yang menyebabkan terjadinya suatu proses persepsi.
Persepsi
merupakan
suatu
proses
yang
didahului
oleh
penginderaan.
Penginderaan merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima, yaitu alat indera. Pada umumnya, stimulus tersebut diteruskan oleh syaraf ke otak sebagai pusat susunan syaraf, dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Proses penginderaan terjadi setiap saat, yaitu pada waktu individu menerima stimulus yang mengenai dirinya melalui alat indera, kemudian diorganisasikan, diinterpretasikan, sehingga menyadari tentang apa yang diinderanya itu. (Davidoff, 1988)
Sedangkan proses terjadinya persepsi dalam sistem sensori sampai pada otak diklasifikasikan menjadi beberapa tahapan, hal ini dikemukakan oleh Davidoff (dalam Shaleh, 2004) yaitu; deteksi (pengenalan), transaksi (pengubahan diri dari satu energi kebentuk energi yang lain), transmisi (penerusan) dan pengolahan informasi.
Dimana .proses tersebut tidak membutuhkan waktu yang lama, dapat kita fahami bahwa pertama-tama seorang individu menginderakan objek dilingkungannya.
26
kemudian hasil penginderaan tersebut diproses sehingga timbullah makna tentang objek tersebut. Hal ini akan digunakan oleh individu yang bersangkutan untuk menentukan reaksi apa yang sesuai yang akan diambil oleh dirinya.
2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi Robbins
(2001)
mengemukakan
ada
tiga
faktor
yang
mempengaruhi
pembentukan ataupun perusakan persepsi seorang individu, yang berdampak pada terjadinya perbedaan persepsi diantara individu yang satu dengan yang lainnya terhadap hal yang sama. Faktor-faktor tersebut adalah: 1. Pelaku persepsi, merupakan tokoh sentral yang mempengaruhi pembentukan persepsi, karena dalam mempersepsikan suatu objek pelaku persepsi dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya. 2. Target atau objek yang dipersepsikan, karakteristik-karakteristik dari objek yang diamati dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan oleh pelaku persepsi. 3. Situasi saat persepsi terjadi, unsur-unsur yang ada dalam lingkungan seperti waktu, keadaan sosial dan keadaan saat suatu kejadian terjadi, dapat mempengaruhi konteks dari suatu objek yang diamati oleh pelaku persepsi.
Sedangkan menurut
Shaleh dan
Wahab (2004), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi persepsi, antara lain:
27
1. Perhatian yang selektif Individu hanya memusatkan perhatiannya pada rangsang-rangsang tertentu saja. Dengan demikian, objek-objek atau gejala yang lain tidak akan tampil dimuka sebagai objek pengamatan. 2. Ciri-ciri rangsang Rangsang yang bergerak di antara rangsang yang diam akan lebih menarik perhatian. Demikian juga rangsang yang paling besar diantara yang kecil; yang kontras dengan latar belakangnya, dan intensitas rangsangnya paling kuat. 3. Nilai dan kebutuhan individu Setiap orang memiliki penilaian berbeda terhadap suatu objek, hal ini disebabkan karena penilaian didasarkan pada pengamatan yang dilakukan dari sisi berbeda, persepsi dipengaruhi pula oleh kebutuhan individu secara internal maupn eksternal. 4. Pengalaman individu Pengalaman
terdahulu
sangat
mempengaruhi
bagaimana
seseorang
mempersepsikan dunianya.
Disamping itu masih ada faktor lain yang dapat mempengaruhi proses persepsi, yaitu faktor stimulus itu sendiri dan faktor lingkungan di mana persepsi itu 28
berlangsung, dan ini merupakan faktor eksternal. Stimulus dan lingkungan sebagai faktor eksternal dan individu sebagai faktor internal berinteraksi dalam individu mengadakan persepsi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi yang telah disebutkan diatas, sesuai dengan teori Davidoff (1988) yang menyatakan beberapa aspek dapat mempengaruhi persepsi, didalamnya mencakup proses yang banyak sekali melibatkan kegiatan kognitif serta kondisi psikis individu yang mempengaruhi persepsi. Aspek-aspek tersebut adalah: 1. Pengalaman Pengalaman sangat mempengaruhi bagaimana individu mempersepsikan satu objek. Dengan pengalaman yang pernah terjadi sebelumnya, individu akan secara langsung dapat menilai objek yang dilihatnya. Individu juga dapat menginterpretasikan suatu objek dengan persepsi yang diambil dari pengalaman orang lain. 2. Tabiat atau kebiasaan Dalam pembentukan persepsi suatu objek, individu dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya, tabiat (habitual) merupakan faktor yang dapat mempengaruhi proses persepsi karena tabiat atau kebiasaan merupakan pengulangan terhadap suatu objek yang dipersepsikan. 3. Harapan atau ekspektasi Individu memiliki penilaian berbeda terhadap suatu objek, karena dipengaruhi pula oleh harapan atau ekspektasi yang berbeda. Harapan yang mendasari
29
pengalaman merupakan kehendak yang diharapkan terwujud dikemudian hari memberikan kontribusi terhadap penilaian suatu objek sehingga individu dapat memilah objek mana saja yang akan di ambil untuk pencapaian harapannya.
4. Keinginan Unsur-unsur yang ada dalam lingkungan dan keadaan sekitar individu dapat mempengaruhi persepsi, salah satu unsur tersebut adalah keinginan-keinginan secara psikologis dan fisiologis yang dilandaskan pada keadaan sosial. 5. Motivasi Persepsi dipengaruhi pula oleh kebutuhan individu secara internal maupun ekternal, dimana motivasi dapat mempengaruhi persepsi didasarkan pada kebutuhan
masing-masing
individu,
karena
dengan
motif
yang
melatarbelakangi keberadaan pelaku dapat menentukan persepsi pada suatu objek.
Sarwono (2000) mengemukakan bahwa persepsi dipengaruhi oleh perhatian, harapan, kebutuhan, dan kepribadian tiap-tiap orang, sehingga persepsi seringkali dipandang bersifat subjektif. Karena itu tidak mengherankan jika seringkali terjadi perbedaan paham yang disebabkan oleh perbedaan antara dua orang terhadap satu objek.
Persepsi merupakan proses yang rumit dan aktif, perlu penjelasan mendalam agar dapat difahami. Persepsi yang terjadi sangatlah berhubungan dengan manusia itu 30
sendiri. Setiap orang dapat mempersepsikan satu objek yang sama secara berbeda, sebab persepsi sangatlah subjektif. Persepsi bukanlah cerminan dari realitas. Hal tersebut dapat dilihat dari ketidakmampuan indra kita memberi respon dari lingkungan.
Manusia
juga
sering mempersepsikan
rangsang-rangsang
yang
sebenarnya tidak ada.
Hal tersebut dibuktikan dengan kemampuan otak kita untuk mengubah serangkaian gambar diam menjadi bergerak seperti pemutaran film. Persepsi juga sangat dipengaruhi oleh harapan, keinginan, dan motivasi (Davidoff, 1988). Pengaruh harapan sangatlah dipengaruhi oleh kebiasaan, pengalaman serta penilaian seseorang terhadap objek tersebut.
2.2.4 Definisi pengembangan karir Menurut Hasibuan (1993) pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan/jabatan melalui pendidikan dan pelatihan. Karir adalah urutan-urutan posisi yang diduduki oleh seseorang selama jangka waktu hidupnya, Menurut Handoko (2001), pengembangan mempunyai ruang lingkup lebih luas dalam upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap dan sifat-sifat kepribadian.
31
Setiap manusia dalam hidupnya pasti akan mengalami suatu masa perkembangan. Begitu juga halnya dengan karir seseorang dalam pekerjaannya. Dengan melakukan pelatihan dan pendidikan yang berkelanjutan diharapkan mampu berprestasi dan berkompetisi dalam dunia kerja.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengembangan merupakan suatu proses untuk memperbaiki dan meningkatkan seluruh potensi yang ada pada diri mahasiswa yang bekerja sesuai dengan kebutuhan pekerjaan/jabatan melalui pendidikan dan latihan.
Istilah karir telah digunakan untuk menunjukkan orang-orang pada masingmasing peranan atau status mereka. Handoko (2001) menyatakan, bahwa istilah karir dalam
literatur ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan perilaku (behavioral
science) pada umumnya mengggunakan tiga pengertian, yakni: 1. Karir sebagai suatu urutan promosi atau pemindahan (transfer) lateral kejabatan-jabatan yang lebih menuntut tanggung jawab atau ke lokasi-lokasi yang lebih baik, dalam atau menyilang hirarki hubungan kerja selama kehidupan kerja seseorang. 2. Karir sebagai penunjuk pekerjaan-pekerjaan yang membentuk suatu pola kemajuan yang sistematik dan jelas. 3. Karir sebagai sejarah pekerjaan seseorang, atau serangkaian posisi yang dipegangnya selama kerja.
32
Karir merupakan kemajuan seseorang dalam profesi atau pilihan bidang pekerjaan tertentu. Kemajuan yang dimaksudkan disini adalah peningkatan keberadaan subjek di dalam sebuah organisasi yang bergerak pada jenis atau pilihan usaha tertentu. Karir mencakup dua aspek, yakni aspek individual dan sosial; bukan semata-mata berpindahnya seseorang dari satu posisi atau jenis pekerjaan ke posisi atau jenis pekerjaan yang lain, akan tetapi perpindahan tersebut didasarkan pada hasil penilaian bahwa seseorang mengalami perkembangan yanag mengikuti pola baku atas sejumlah kesanggupan mengkoordinasi dan mengembangkan lingkup tugas yang semakin majemuk.
Dari beberapa uraian pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa karir merupakan perkembangan kemajuan dalam pekerjaan atau jabatan yang dipegang seseorang yang menuju kepada peningkatan tanggung jawab, status, kekuasaan, dan ganjaran, selama jangka waktu hidupnya.
Dari pengertian pengembangan dan karir yang telah diuraikan di atas, dapat penulis tarik benang merah pengembangan karir melalui pendapat Handoko (2001), pengembangan karir merupakan upaya-upaya pribadi seorang karyawan untuk mencapai suatu rencana karir. dimana pengembangan karir merupakan sekumpulan tujuan-tujuan pribadi untuk meningkatkan kesadaran, pengetahuan dan kemampuan yang mempengaruhi arah pada kemajuan karir melalui tingkatan-tingkatan tugas tertentu.
33
2.2.5 Tahap-tahap pengembangan karir Gibson (dalam Suhendra dan Hayati, 2006) menerangkan bahwa seseorang pada umumnya bergerak melalui empat tahapan karir, yaitu: 1. Tahap penetapan (18-24 tahun), terjadi pada permulaan karir.selama tahap ini, individu membutuhkan dan mencari dukungan dari orang lain, terutama para manajer. 2. Tahap kemajuan (25-39 tahun), merupakan tahap bergerak dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lain, baik di dalam maupun di luar organisasi. promosi dan peningkatan dalam pekerjaan dengan tanggung jawab dan peluang untuk membuat keputusan secara mandiri, merupakan karakteristik tahap ini. 3. Tahap pemeliharaan (40-54 tahun), terjadi bila individu telah mencapai batasan kemajuan dan berkonsentrasi pada pekerjaan yang dilakukan. Tahap ini ditandai oleh usaha untuk memantapkan hasil yang telah dicapai, yang merupakan periode kreatif karena individu telah memuaskan banyak kebutuhan psikologis dan finansial yang menonjol dalam tahap-tahap sebelumnya. 4. Tahap kemunduran (55-65 tahun), adalah sautu titik sebelum pensiun yang sesungguhnya, individu tersebut memasuki masa kemunduran. Selama berada dalam tahap ini, individu dapat mempunyai peluang untuk mengalami perwujudan jati diri melalui aktivitas yang mungkin tidak dapat dilakukan pada saat masih bekerja. Lama waktu berlangsungnya tahapan ini bervariasi bagi tiap individu, akan tetapi pada umumnya setiap orang melewati semua tahap tersebut.
34
Pada usia 18-24 tahun (tahap penetapan) dan 25-39 tahun (tahap kemajuan) dianggap sebagai awal permulaan karir dan penetapan pada jenis pekerjaan yang diinginkan serta mencari celah dalam peningkatan karir yang cirikan sebagai tahap bergerak dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lain, baik di dalam maupun di luar perusahaan atau lembaga yang dianggap mampu mengembangkan karirnya. Kedua pengertian ini sesuai dengan identifikasi mahasiswa yang mengikuti program kelas karyawan yang berusia rata-rata berada pada tahap penetapan dan tahap kemajuan.
Persepsi pengembangan karir merupakan gambaran yang dinyatakan sebagai jenjang lebih tinggi dalam hal pekerjaan yang ditekuni, seorang yang memberikan penilaian terhadap pengembangan karir yang positif akan menimbulkan usaha atau tingkah laku untuk mencapai peningkatan itu sendiri. Salah satu usaha peningkatan tersebut adalah dengan melakukan pendidikan berkelanjutan atau kuliah, karena dengan kuliah tidak hanya mendapatkan gelar strata satu saja, tapi menambah keahlian yang diharapkan dapat pula meningkatkan karir karyawan.
2.3 Mahasiswa kelas karyawan Menurut Sarwono (1976), mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia 18-30 tahun. Tampaknya definisi Sarwono, sesuai dengan rata-rata usia mahasiswa kelas karyawan yang akan peneliti lakukan, yaitu berkisar antara umur 18-30 tahun.
35
Menurut peraturan pemerintah RI no 30 tahun 1990 tentang pendidikan tinggi, mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi tertentu.
Mahasiswa kelas karyawan adalah mahasiswa yang kuliah pada program kelas karyawan, perkuliahan yang diadakan pada hari Sabtu dan minggu, mulai pukul 07.30-19.30 WIB. Penempatan dan jadwal kuliah kelas karyawan dipisahkan dengan kelas reguler, hal ini dikarenakan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan Jakarta memberikan media pada mahasiswa yang bekerja atau memiliki kegiatan lain untuk mengikuti program kelas karyawan yang tidak diadakan pada hari kerja.
2.4 Kerangka Berfikir Mampu menyelesaikan kuliah tepat waktu dengan nilai yang bagus adalah proses belajar individu untuk mencapai aktualisasi diri yang sesuai dengan cita-cita luhur setiap mahasiswa, dengan nilai yang bagus maka mahasiswa tidak hanya akan mendapatkan gelar sarjana tapi harapan untuk mengembangkan karir yang lebih cepat.
Bekerja adalah salah satu kegiatan yang dapat memberikan kesenangan, kebahagiaan dan makna khusus. Bekerja merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Dengan bekerja, setiap individu dapat memenuhi kebutuhannya, mengaktualisasikan diri serta diterima baik dimasyarakat. Setiap individu yang bekerja tentu mengharapkan pengembangan dalam dunia kerjanya, pengembangan karir tentunya tidak hanya didasarkan pada kemampuan (skill) semata,
36
tapi pengembangan karir akan dilihat juga dari tingkat pendidikan yang dimiliki oleh individu tersebut.
Persepsi pengembangan karir dianggap sebagai indikator yang mempengaruhi motivasi berprestasi, karena dengan persepsi pengembangan karir, mahasiswa akan berupaya mendapatkan nilai yang baik dan mampu menyelesaikan kuliahnya tepat waktu.
Motivasi berprestasi memiliki peranan penting dalam proses pencapaian hasil belajar setiap mahasiswa, karena tanpa motivasi berprestasi tidak akan ada proses belajar yang berjalan secara optimal, mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan menghindari keadaan atau hal yang tidak sesuai dengan yang diharapkan, yang bersifat menghambat proses menyelesaikan kuliah itu sendiri.
Mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi tentu akan menyeimbangkan prilaku yang berkenaan terhadap diri dan keadaan yang terjadi, dalam hal ini memiliki kemampuan menilai, menentukan keputusan dan tingkah laku yang diharapkan serta tidak melanggar norma yang ada serta mencoba memenuhi kebutuhan pangan dan sandangnya, tanpa mengganggu proses perkuliahan yang sedang dilakukan. Sedangkan mahasiswa yang memiliki persepsi pengembangan karir yang positif tentu motivasi berprestasi pun akan tinggi, sebaliknya jika persepsi pengembangan karir mahasiswa tersebut rendah maka akan rendah pula motivasi berprestasi.
37
Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan tiga variabel pengikut yang akan dijadikan sebagai variabel independen, dimana tiga variabel ini adalah bagian demografis yang dapat memiliki hubungan terhadap motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan. Ketiga
variabel tersebut adalah; jenis kelamin, usia dan latar
belakang pendidikan Kerangka berpikir dari penelitan ini dapat digambarkan sebagai berikut;
Skema Kerangka Berpikir Pengalaman Tabiat/kebiasaan Harapan/expectation
Persepsi Pengembangan Karir
Motivasi Berprestasi
Keinginan motivasi Pendidikan Jenis kelamin Usia 2.5 Hipotesis Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Adapun hipotesis penelitian yang akan diukur dalam penelitian ini, yaitu: Ha :
Ada hubungan yang signifikan antara variabel pengalaman dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan
38
Ho :
Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel pengalaman dengan motivasi berprestasi mahasiwa kelas karyawan
Ha :
Ada hubungan yang signifikan antara variabel tabiat/kebiasaan dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan.
Ho :
Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel tabiat/habitual dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan.
Ha :
Ada hubungan yang signifikan antara variabel harapan/expectation dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan.
Ho :
Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel harapan/expectation dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan.
Ha :
Ada hubungan yang signifikan antara variabel keinginan dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan.
Ho :
Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel keinginan dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan
Ha :
Ada hubungan yang signifikan antara variabel motivasi dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan
Ho :
Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel motivasi dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan
Ha :
Ada hubungan yang signifikan antara variabel usia dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan
Ho :
Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel usia dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan 39
Ha :
Ada hubungan yang signifikan antara variabel latar belakang pendidikan dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan.
Ho :
Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel latar belakang pendidikan dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan
Ha :
Ada hubungan yang signifikan antara variabel jenis kelamin dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan
Ho :
Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel jenis kelamin dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan
Ha :
Ada hubungan yang signifikan antara variabel usia dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan
Ho :
Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel usia dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan
40
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian adalah metode atau teknik yang berisi standar-standar dan prinsip-prinsip yang digunakan sebagai pedoman penelitian. Dalam bab ini akan diuraikan tentang pendekatan penelitian dimana berisi tentang jenis metode penelitian yang digunakan, pengumpulan data yaitu metode dan instrumen serta prosedur pengumpulan data.
3.1 Jenis Penelitian 3.1.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Karena pendekatan kuantitatif dapat menghasilkan signifikansi perbedaan kelompok atau hubungan antar variabel yang diteliti.
Menurut Alsa (2003) Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang bekerja dengan angka, datanya berwujud bilangan (skor atau nilai, peringkat / frekuensi) dianalisis dengan menggunakan statistik untuk menjawab pertanyaan atau hipotesis penelitian yang bersifat umum dan kemudian melakukan prediksi bahwa suatu variabel tertentu mempengaruhi variabel yang lain. Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian inferensial (dalam rangka pengujian hipotesis) dan menyandarkan kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan penolakan
41
hipotesis nihil. Dengan pendekatan kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau hubungan antar variabel yang diteliti.
3.1.2 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan jenis penelitian korelasional. Menurut Gay (dalam Sevilla, dkk. 1993) metode penelitian deskriptif adalah sebagai suatu kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada suatu waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian.
Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin meneliti apakah terdapat hubungan persepsi pengembangan karir dengan motivasi berprestasi Mahasiswa kelas karyawan. Sedangkan penelitian korelasional adalah penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel dalam suatu populasi (Arikunto, 2002).
3.2 Variabel Penelitian 3.2.1 Identifikasi variabel Variabel penelitian adalah suatu sifat yang dapat memiliki berbagai macam nilai, menyangkut segala sesuatu yang menjadi objek penelitian (Sevilla, 1993). Menurut Kerlinger (2000), terdapat dua jenis variabel penelitian, yaitu variabel bebas (Independent Variable) dan Variabel terikat (Dependent Variable).
.
Adapun variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 42
1. Variabel terikat
(Dependent Variable) : Motivasi Berprestasi
2. Variabel bebas (Independent Variable)
: Persepsi Pengembangan Karir, usia,
jenis kelamin, latar belakang pendidikan.
3.2.2 Definisi konseptual variabel 1. Motivasi berprestasi adalah hasrat yang timbul untuk melakukan tahapantahapan maksimal dalam perkuliahan sebagai usaha demi mendapatkan prestasi dan gelar sarjana yang diharapkan. 2. Persepsi pengembangan karir adalah bagaimana mahasiswa kelas karyawan memberi penilaian mengenai pengembangan karir berdasarkan apa yang dipersepsikan oleh penilai sebagai karakteristik positif atau negatif sesuai dengan harapan masing-masing. 3. Usia adalah satuan waktu yang mengukur keberadaan suatu benda atau makhluk, usia yang dimaksud dapat diukur berdasarkan kematangan biologis. Dalam hal ini adalah umur mahasiswa yang bersangkutan. 4. Jenis kelamin adalah perbedaan anatomi dan fisik antara laki-laki dan perempuan. 5. Latar belakang pendidikan adalah jenjang pendidikan yang telah dilalui sebelum memasuki pendidikan sarjana strata satu, klasifikasi latar belakang pendidikan adalah SMA dan D3.
3.2.3 Definisi operasional variabel Definisi operasional melekatkan arti pada suatu konstruk atau variabel dengan cara menetapkan kegiatan-kegiatan atau tindakan-tindakan yang perlu untuk
43
mengukur konstruk atau variabel itu. Dimana definisi operasional merupakan spesifikasi kegiatan peneliti dalam mengukur suatu variabel atau memanipulasikannya (Kerlinger, 2000). Adapun definisi operasional dalam penilitian ini, diantaranya: 1. Motivasi berprestasi adalah skor yang diperoleh dari skala motivasi berprestasi yang didasarkan pada teori yang dikemukakan oleh Mc Clelland (dalam Mangkunegara, 2005) yang terdiri dari 60 item 2. Persepsi pengembangan karir adalah skor yang diperoleh dari skala persepsi pengembangan karir yang didasarkan pada teori Davidoff (1988) yang diadaptasi dengan teori Handoko (2001) yang terdiri dari 68 item 3. Usia adalah skor yang diperoleh dari identitas subjek yang peneliti cantumkan dalam kolom biodata pada kuesioner yang dibagikan pada subjek. 4. Jenis kelamin atau gender adalah skor yang diperoleh dari identitas subjek yang peneliti cantumkan dalam kolom biodata pada kuesioner yang dibagikan kepada subjek. 5. Latar belakang pendidikan adalah skor yang diperoleh dari identitas subjek yang peneliti cantumkan dalam kolom biodata pada kuesioner yang dibagikan kepada subjek.
Berdasarkan pemaparan definisi dari setiap variabel tersebut di atas, peneliti memaparkan blue Print indikator-indikator dari kedua variabel tersebut pada tabel 3.1 dan tabel 3.2 berikut ini :
44
Tabel 3.1 Blue Print Persepsi Pengembangan Karir
No 1.
Faktor Pengalaman
2.
Tabiat atau kebiasaan
3.
Harapan atau ekspektasi
Indikator Penilaian pengembangan karir yang didapat dari orang lain Penilaian pribadi tentang pengembangan karir Kegiatan yang bersifat individu Kebiasaan mengerjakan tugas Kebiasaan mengikuti perkuliahan dan menjalankan pekerjaan Harapan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak Menjadi sarjana dengan nilai yang bagus Mendapatkan keahlian dari bangku kuliah
4.
5.
Keinginan
Motivasi
Membahagiakan orang lain Mendapatkan kehidupan yang layak Dapat diterima secara sosial Memiliki kemampuan yang menunjang karir Dorongan dalam diri Dorongan dari lingkungan sekitar
45
Tabel 3.2 Blue Print Motivasi Berprestasi
No
Faktor
1.
Memiliki tingkat tanggung jawab pribadi
Berani terhadap konsekuensi
2.
Indikator
3.
4.
Memanfaatkan umpan balik tentang perbuatannya
Memiliki tujuan yang realistis
Tidak membebankan tugas pada orang lain Tidak menyalahkan orang lain dengan kegagalannya Percaya diri/optimis mengerjakan tugas individu Optimis mendapatkan nilai yang baik Mempertimbangkan bentuk tugas dengan segala resikonya Mengambil langkah yang tidak terlalu sulit untuk dijalankan. Mengerjakan tugas berdasarkan tujuan dan nilai yang di dapat Berusaha mengerjakan tugas dengan maksimal Terbuka terhadap kritik yang membangun. Mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya. Mengatur dan merencanakan tahapan berprestasi Mengerjakan tugas sesuai dengan kemampuan diri
5.
6.
Mencari kesempatan menjalankan rencana (tahapan berprestasi) yang diprogramkan Mengeneralisir rencana kerja dan tahapan realisasi
Belajar bersungguh-sungguh Mencari referensi pendukung perkuliahan Mampu mengatur dan merencanakan proses pencapaian tujuan.
46
3.3
Subjek Penelitian
3.3.1
Karakteristik Responden
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa program kelas karyawan STIE Ahmad Dahlan Jakarta, melalui pemilihan subjek dengan karakteristik sebagai berikut : 1). Mahasiswa jurusan Akuntansi dan manajemen perbankan 2). Mengikuti program kelas karyawan pada hari sabtu dan minggu 3). Laki-laki dan perempuan
3.3.2
Populasi dan Sampel Gay (dalam Sevilla, et. al., 1993) mendefinisikan populasi sebagai kelompok
besar yang merupakan sasaran generalisasi pada penelitian. Dimana populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa program kelas karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan Jakarta berjumlah 118 subjek. Sedangkan Sampel (Arikunto, 1996) adalah sebagian kecil atau wakil populasi yang diteliti dan dimaksudkan untuk mengeneralisasi atau mengangkat kesimpulan penelitian sebagai sesuatu yang berlaku bagi populasi. Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah mahasiswa kelas karyawan yang sedang mengikuti perkuliahan berjumlah 101 mahasiswa. Alasan peneliti hanya menggunakan 101 mahasiswa adalah pada saat pengambilan data, jumlah mahasiswa sebanyak 17 orang diketahui absen dari perkuliahan.
47
3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel . Sugiyono (2008) menyatakan pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu, cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Dengan landasan teori tersebut, peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel dengan metode Probability Sampling dengan teknik sample random sampling. Pengambilan sampel secara sample random sampling, teknik ini dilakukan dikarenakan pengambilan sampel merupakan mahasiswa kelas karyawan STIE Ahmad Dahlan, dengan syarat subjek representatif dengan karakteristik subjek yang telah ditentukan.
3.4 Teknik Pengumpulan Data 3.4.1. Metode dan instrumen pengumpulan data Metode pengumpulan data menurut Arikunto (2002) adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulkan data penelitiannya. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah skala dalam bentuk pernyataan. Skala tersebut digunakan untuk mengetahui hubungan antara persepsi pengembangan karir dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan. Untuk item-item yang bersifat favorable (positif), penilaiannya dilakukan dengan memberi skor 4 untuk pilihan jawaban Sangat Sesuai, pemberian skor 3 untuk pilihan jawaban Sesuai, pemberian skor 2 untuk pilihan jawaban Tidak Sesuai dan pemberian skor 1 untuk pilihan jawaban Sangat Tidak Sesuai. Sedangkan, untuk item-item yang bersifat unfavorable (negatif), penilaiannya dilakukan secara kebalikan dari penilaian itemitem yang bersifat favorable (positif), yaitu skor 1 untuk pilihan jawaban Sangat
48
Sesuai (SS), skor 2 untuk pilihan jawaban Sesuai (S), skor 3 untuk pilihan jawaban Tidak Sesuai (TS) dan skor 4 untuk pilihan jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS). Pertimbangan pemberian empat pilihan jawaban ditentukan untuk memperjelas kecenderungan responden dalam memberikan jawaban di tengah karena dapat menimbulkan kecenderungan subjek untuk menjawab ditengah terutama bagi subjek yang ragu-ragu atas jawabannya. Tabel 3.3 Nilai kategori dalam jawaban Skala SS= sangat setuju S= setuju TS= tidak setuju STS= sangat tidak setuju
Favourable 4 3 2 1
Unfavourable 1 2 3 4
Instrumen berupa koesioner yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data dimaksudkan agar lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu instrumen yang mengukur persepsi pengembangan karir dan instrumen yang mengukur motivasi berprestasi. 1. Skala persepsi pengembangan karir Skala persepsi pengembangan karir berdasarkan teori Davidoff (1988) yang diadaptasi dengan teori pengembangan karir Handoko (2001), yang bertujuan untuk mengetahui penilaian subjek dalam proses peningkatan karirnya berdasarkan pada pengalaman, tabiat, harapan, keinginan dan motivasi.
49
Tabel 3.4 Blue Print Skala Persepsi Pengembangan Karir No 1.
Faktor Pengalaman
-
2.
3.
Tabiat atau kebiasaan
Harapan atau ekspektasi
-
5.
Motivasi
Unfav 2,4,6
Total 6
7,9,
8,10
4
11,13
12,14
4
15 17,19,
16 18,20,
2 4
21,23 25 27,29
22,24,26 28,30
6 4
31,33,35
32,34,36
6
37,39,41
38,40,42
6
- Mendapatkan kehidupan yang layak
43,45,47
44,46,48
6
-
Dapat diterima secara social
8
-
Memiliki kemampuan yang menunjang karir Dorongan dari diri sendiri
49,51,53, 50,52,54, 55 56 57,59,61 58,60,62
-
Dorongan dari lingkungan sekitar
-
Keinginan
Fav 1,3,5
Kebiasaan mengerjakan tugas Kebiasaan mengikuti perkuliahan dan menjalankan pekerjaan Harapan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak Menjadi sarjana dengan nilai yang bagus Mendapatkan keahlian dari bangku kuliah Membahagiakan orang lain
-
4.
Indikator Penilaian pengembangan karir yang didapat dari orang lain Penilaian pribadi tentang pengembangan karir Kegiatan yang bersifat individu
-
Total
63 65, 67 34
64
2
66,68
4
34
68
2. Skala motivasi berprestasi Skala motivasi berprestasi berdasarkan teori Mclelland (dalam Mangkunegara, 2005), dengan menunjukkan karakteristik individu yang memiliki motivasi berprestasi seperti; memiliki tingkat tanggung jawab pribadi, berani terhadap konsekuensi, memanfaatkan umpan balik tentang perbuatannya, memiliki tujuan yang realistis, mencari kesempatan menjalankan rencana (tahapan berprestasi) yang diprogramkan, mengeneralisir rencana kerja dan tahapan realisasi.
50
6
Tabel 3.5 Blue Print Skala Motivasi Berprestasi
No 1.
2.
3.
4.
5.
6.
Faktor Indikator Memiliki - Tidak membebankan tugas tingkat pada orang lain tanggung - Tidak menyalahkan orang lain jawab dengan kegagalannya pribadi Berani terhadap - Percaya diri/optimis konsekuensi mengerjakan tugas individu - Optimis mendapatkan nilai yang baik - Mempertimbangkan bentuk tugas dengan segala resikonya - Mengambil langkah yang tidak terlalu sulit untuk dijalankan. - Mengerjakan tugas Memanfaatkan berdasarkan tujuan dan nilai umpan balik yang di dapat tentang Berusaha mengerjakan tugas perbuatannya dengan maksimal - Terbuka terhadap kritik yang membangun. - Mengerjakan tugas dengan Memiliki tujuan sebaik-baiknya. yang realistis - Mengatur dan merencanakan tahapan berprestasi - Mengerjakan tugas sesuai dengan kemampuan diri - Belajar bersungguh-sungguh Mencari kesempatan menjalankan - Mencari referensi pendukung rencana (tahapan perkuliahan berprestasi) yang diprogramkan - Mampu mengatur dan Mengeneralisir merencanakan proses rencana kerja dan pencapaian tujuan. tahapan realisasi Total
Fav 1,3
Unfav 2,4
Jumlah 4
5
6
2
7,9
8,10
4
11
12
2
13
14
2
15,17
16,18
4
19, 21, 23
20, 22,24
6
25, 27, 29 31,33
26, 28, 30 32,34
6
35
36
2
37,39
38,40
4
41,43
42,44
4
45, 47, 49 51,53
46, 48, 50 52,54
6
55, 57, 59
56, 58, 60
6
30
30
60
4
4
Skala disajikan dalam bentuk tabel berisi pernyataan yang sesuai dengan dimensidimensi yang digunakan dalam penelitian ini dan responden diminta untuk
51
memberikan tanda check list (√) pada kolom atau tempat yang sesuai dengan jawaban responden. Skala yang akan digunakan terbagi dalam 2 lembar bagian, yaitu; a. Bagian pengantar, berisi tentang nama peneliti, tujuan penelitian, kerahasiaan jawaban yang diberikan, pernyataan kesediaan, biodata responden dan ucapan terima kasih. b. Bagian isi (berisikan 2 alat ukur skala motivasi berprestasi dan skala persepsi pengembangan karir).
3.5 Prosedur Penelitian Guna mendapatkan hasil penelitian yang baik dan akurat, maka dibutuhkan suatu prosedur penelitian yang sudah dirancang dengan baik dan efisien. Prosedur penelitian meliputi prosedur persiapan penelitian, prosedur pelaksanaan penelitian, prosedur pengolahan data penelitian.
3.5.1 Prosedur persiapan dan penelitian Dalam penelitian terdapat beberapa tahapan persiapan penelitian yang merupakan proses yang harus dilakukan, hal-hal yang dilakukan antara lain: 1. Merumuskan masalah 2. Menentukan variabel yang akan diteliti 3. Melakukan studi pustaka untuk mendapatkan gambaran dan landasan teori yang tepat mengenai variabel penelitian 4. Menentukan, menyusun dan menyiapkan alat ukur yang digunakan dalam penelitian 5. Menentukan lokasi dan menyelesaikan administrasi perizinan
3.5.2 Prosedur pelaksanaan penelitian 1. Meminta izin kepada Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi AD Jakarta untuk melakukan uji coba alat ukur yang dibuat dan melakukan pengambilan data (penelitian).
52
2. Setelah mendapat persetujuan dari pihak Sekolah Tinggi ilmu Ekonomi Jakarta, pada tanggal 7, 8, 14, 15 – 05 – 2011 peneliti melakukan uji kuesioner dan pengambilan data penelitian pada tanggal 21, 22, 28, 29 – 05 -2011 penelitian dimaksudkan untuk mengukur validitas dan reliabilitas skala secara sekaligus yang akan digunakan pada pengolahan data penelitian. Peneliti menyebarkan skala persepsi pengembangan karir yang terdiri dari 68 item dan skala motivasi berprestasi yang terdiri dari 60 item kepada mahasiswa kelas karyawan STIE AD Jakarta.
3.5.3 Prosedur Pengolahan Data a. Melakukan skoring terhadap hasil skala yang telah diisi oleh responden b. Menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh kemudian membuat tabel data c. Melakukan analisa data dengan menggunakan metode statistik untuk menguji hipotesis penelitian
3.6 Teknik Analisa Data Pengolahan data dilakukan dengan analisa statistik sebagai cara untuk mengetahui hubungan variabel independent (variabel bebas) yaitu persepsi pengembangan karir dengan variabel dependent (variabel terikat) yaitu motivasi berprestasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa rumus yaitu : 1.
Statistik Deskriptif, digunakan untuk mengolah gambaran umum responden
2.
Korelasi Product Moment dari Pearson, digunakan untuk mengetahui validitas dan korelasi instrumen dimana skor setiap item dikorelasikan dengan skor total, dengan rumus sebagai berikut (Azwar, 2003) :
53
N Ʃ XY – (Ʃ x) (Ʃ y)
rxy =
√{ N Ʃ X² - (Ʃ X)² (N Ʃ y² (Ʃ y)²}
Keterangan : rxy
= Koefisien korelasi variabel x dengan variabel y
Ʃ XY = Jumlah hasil perkalian skor x dan skor y
Ʃx
= Jumlah nilai tiap butir
Ʃ y = Jumlah nilai konstan yang diperoleh individu
N
3.
= Jumlah subjek penelitian
Sedangkan untuk menghitung reliabilitas alat pengumpul data, digunakan teknik Alpha-Cronbach dengan rumus sebagai berikut (Azwar, 2003) :
ᾳ=
K K–1
{1 – Ʃ S²J
S²x
Keterangan : ᾳ = Reliabilitas Instrumen K
= Jumlah belahan tes 54
S²j = Jumlah varian dari skor item S²x = Jumlah varian dari skor tes
4.
Korelasi Product Moment Spearman, digunakan untuk mengetahui hubungan antara persepsi pengembangan karir dengan motivasi. Untuk perhitungannya, penulis menggunakan program SPSS versi 11.5. Adapun rumus dari Product Moment Spearman adalah sebagai berikut :
r i (x – i) =
rixSx - S i
√ (Sx² + Si² - 2r ix SiSx ) Keterangan : r i (x – i) = Koefisien korelasi item total setelah dikoreksi dari efek spurious overlap rix
= Koefisien korelasi item – total sebelum dikoreksi
Si
= Deviasi standar skor item yang bersangkutan
Sx
= Deviasi standar skor skala
55
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Bab berikut ini akan membahas mengenai presentasi dan analisis data meliputi gambaran umum responden, dan presentasi data, hasil uji hipotesis dan hasil penelitian tambahan. 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa program kelas karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan Jakarta jurusan Akuntansi dan manajemen perbankan sebanyak 101 orang. Klasifikasi subjek berdasarkan jenis kelamin dalam penelitian ini sebanyak 101 yang terdiri dari 48 mahasiswa dan 53 mahasiswi kelas karyawan, berikut tabel 4.1 yang menggambarkan persentase subjek berdasarkan jenis kelamin. Tabel 4.1 Jumlah subjek berdasarkan jenis kelamin
Jenis kelamin 01 02 Jumlah Ket; * (01= perempuan, 02= laki-laki)
N
Persentase
48 53 101
47,5 % 52,5 % 100
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa responden penelitian ini terdiri dari 48 mahasiswa (47,5 %) perempuan dan 53 mahasiswa (52,5 %) laki-laki, dapat diartikan bahwa sebagian besar sampel penelitian ini adalah laki-laki
56
Pada tabel 4.2 berikut peneliti mengklasifikasikan subjek berdasarkan latar belakang pendidikan yang telah peneliti persentase sesuai dengan latar belakang pendidikan sebelum melanjutkan pendidikan sarjana strata satu. Tabel 4.2 Jumlah subjek berdasarkan latar belakang pendidikan
Latar belakang pendidikan 01* 02* Jumlah Ket;*(01= SMA, 02= D3)
N
Pesentase
60 41 101
59,4 % 40,6 % 100 %
Subjek penelitian yang memiliki latar belakang pendidikan SMA dengan jumlah 60 orang (59,4 %) lebih banyak dari mahasiswa yang memiliki latar belakang pendidikan D3 dengan jumlah 41 orang (40,6 %). Pada tabel 4.4 berikut menunjukkan klasifikasi usia pada tiap subjek penelitian.
Tabel 4.3 Jumlah subjek berdasarkan usia Usia 19 20 21 22 23 24 25 26 Total
N 11 10 8 33 20 10 7 2 101
Pesentase 10,8 % 9,90 % 7,9 % 32,6 % 19,8 % 6,9 % 6,06 % 1,01 % 100 %
57
Usia 22 tahun subjek tertinggi mencapai 33 orang atau 32,6 % sedangkan usia terendah subjek yang dijadikan sebagai sampel penelitian adalah usia 26 tahun atau 10,01 % . jadi subjek dalam penelitian ini didominasi oleh mahasiswa berusia 22 tahun. 4.2 Uji Hipotesis Penelitian Dari uji korelasi yang dilakukan, peneliti menggunakan Product Moment dari Pearson dan diketahui hasil dari tabel 4.4 berikut ini, dapat diketahui bahwa tidak adanya hubungan signifikan antara motivasi berprestasi dengan persepsi pengembangan karir karena p < 0,01 (nilai p = 0,009).
Tabel 4.4 Uji Korelasi
MOTIVASI
PERSEPSI
MOTIVASI
PERSEPSI
Pearson Correlation
1
,260(**)
Sig. (2-tailed)
.
,009
N
101
101
Pearson Correlation
,260(**)
1
Sig. (2-tailed)
,009
.
N
101
101
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Selanjutnya, pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada atau tidak adanya hubungan antar masing-masing IV terhadap DV. Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan dengan teknik uji regresi menggunakan SPSS versi 11,5 Untuk mengetahui koefisiensi variabel ke-8 IV terhadap DV, peneliti menggunakan teknik uji regresi dengan menggunakan SPSS 11,5. berikut ini adalah hasil koefisien analisis regresi dari ke-8 IV: 58
Tabel 4.5 Koefisien Analisis Regresi ke-8 IV Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Standardized Coefficients
Std. Error
152.498
31.782
Pengalaman
-.668
1.623
Kebiasaan
1.190
Harapan
Beta
T
Sig.
4.798
.000
-.078
-.411
.682
1.432
.179
.831
.408
-.096
.948
-.026
-.101
.920
.205
.541
.096
.379
.705
4.148
4.184
.133
.991
.324
JK
-6.661
6.657
-.121
-1.001
.320
Usia
-3.899
7.311
-.066
-.533
.595
Pendidikan
-1.362
6.582
-.024
-.207
.837
Keinginan Motivasi
a. Dependent Variable: Motivasi berprestasi
Berdasarkan tabel 4.5 persamaan regresi berdasarkan nilai B yaitu: Motivasi berprestasi = 152, 498 - 0, 0668 Pengalaman + 1, 190 kebiasaan - 0, 096 Harapan + 0, 205 keinginan + 4,148 motivasi – 6,661 Jenis kelamin – 3,899 Usia - 1,362 pendidikan Dari persamaan regresi tersebut, bisa dibuat prediksi tentang berapa harga DV jika nilai setiap IV diketahui.
59
Berikut ini nilai koefisiensi regresi dari ke-8 IV yang diperoleh nilai beta pada masing-masing variabel penelitian :
Skema 4.5.1 Koefisiensi Regresi terhadap motivasi berprestasi
pengalaman
-0,668
kebiasaan
1,190
Harapan keinginan Motivasi
Jenis kelamin
-0,096
0.205 .205 4,148
-6.661
Motivasi berprestasi
Usia -3.899
Latar belakang pendidikan
-1,362
Keterangan: Tidak Signifikan : Signifikan
:
Berdasarkan pada tabel 4.5 diperoleh hasil pada masing-masing variabel IV terhadap motivasi berprestasi, sebagai berikut: 60
1. Pada variabel pengalaman diperoleh koefisien nilai B = -0,668 sehingga diperoleh variabel pengalaman memiliki nilai negatif terhadap motivasi berprestasi, dengan kriteria tidak signifikan karena p pada tabel signifikansi sebesar 0,682 dimana p > 0,05. 2. Pada variabel kebiasaan diperoleh koefisien nilai B = 1,190 sehingga diperoleh kebiasaan memiliki nilai positif terhadap motivasi berprestasi, dengan kriteria tidak signifikan karena p pada tabel signifikansi sebesar 0, 408 dimana p > 0,05. 3. Pada variabel harapan diperoleh koefisien nilai B = 0,096 sehingga diperoleh variabel harapan memiliki nilai positif terhadap motivasi berprestasi, dengan kriteria
tidak signifikan karena p pada tabel signifikansi sebesar 0, 920
dimana p > 0,05. 4. Pada variabel keinginan diperoleh koefisien nilai B = 0,025 sehingga diperoleh variabel keinginan memiliki nilai positif terhadap motivasi berprestasi, dengan kriteria tidak signifikan karena p pada tabel signifikansi sebesar 0,705 dimana p > 0,05. 5. Pada variabel motivasi diperoleh koefisien nilai B = 4,148 sehingga diperoleh variabel motivasi memiliki nilai positif terhadap motivasi berprestasi, dengan kriteria signifikan karena p pada tabel signifikansi sebesar 0,324 dimana p > 0,05. 6. Pada variabel jenis kelamin diperoleh koefisien nilai B = -6,661 sehingga diperoleh variabel jenis kelamin memiliki nilai negatif terhadap motivasi berprestasi dengan kriteria tidak signifikan karena p pada tabel signifikansi sebesar 0,320 dimana p > 0,05.
61
7. Pada variabel usia diperoleh koefisien nilai B = -3,899 sehingga diperoleh variabel usia memiliki nilai negatif terhadap motivasi berprestasi, dengan kriteria tidak signifikan karena p pada tabel signifikansi sebesar 0,595 dimana p > 0,05. 8. Pada variabel latar belakang pendidikan diperoleh nilai B = -1,362 sehingga diperoleh variabel latar belakang pendidikan memiliki nilai negatif terhadap motivasi berprestasi , dengan kriteria tidak signifikan karena nilai p pada tabel signifikansi sebesar 0, 837 dimana p > 0,05.
Sesuai tabel 4.5 juga dapat diketahui signifikan tidaknya masing-masing IV terhadap DV, hal ini untuk menjawab berbagai hipotesis dalam penelitian ini, yaitu:
4.2.1 Uji Hipotesis 1 Uji hipotesis 1 merupakan uji hipotesis yang menjawab pertanyaan: apakah variabel pengalaman memiliki hubungan yang signifikan dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan STIE Ahmad Dahlan. Pada tabel 4.5. diketahui nilai p untuk pengalaman= 0,682 Karena p > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa pengalaman tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan STIE Ahmad Dahlan Jakarta
4.2.2 Uji Hipotesis 2 Uji hipotesis 2 merupakan uji hipotesis yang menjawab pertanyaan: apakah variabel kebiasaan (habitual) memiliki hubungan signifikan dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan STIE Ahmad Dahlan Jakarta. Pada tabel 4.5. 62
diketahui nilai p untuk kebiasaan (habitual) = 0,408 Karena p > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa kebiasaan (habitual) tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan STIE Ahmad Dahlan Jakarta
4.2.3 Uji Hipotesis 3 Uji hipotesis 3 merupakan uji hipotesis yang menjawab pertanyaan:
apakah
harapan (expectation) memiliki hubungan yang signifikan dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan STIE Ahmad Dahlan. Pada tabel 4.5. diketahui nilai p untuk harapan = 0,920. Karena p > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa harapan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan STIE Ahmad Dahlan Jakarta.
4.2.4 Uji Hipotesis 4 Uji hipotesis 4 merupakan uji hipotesis yang menjawab pertanyaan:
apakah
keinginan memiliki hubungan yang signifikan dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan STIE Ahmad Dahlan Jakarta. Pada tabel 4.5. diketahui nilai p untuk keinginan = 0,705. Karena p > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa keinginan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan STIE Ahmad Dahlan Jakarta.
4.2.5 Uji Hipotesis 5 Uji hipotesis 5 merupakan uji hipotesis yang menjawab pertanyaan:
apakah
motivasi memiliki hubungan yang signifikan dengan motivasi berprestasi. Pada tabel 63
4.5. diketahui nilai p motivasi = 0,324. Karena p > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan STIE Ahmad Dahlan Jakarta.
4.2.6 Uji Hipotesis 6 Uji hipotesis 6 merupakan uji hipotesis yang menjawab pertanyaan: apakah jenis kelamin memiliki hubungan yang signifikan dengan motivasi berprestasi. Pada tabel 4.5. diketahui nilai p untuk jenis kelamin = 0,320. Karena p > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan STIE Ahmad Dahlan Jakarta.
4.2.7 Uji Hipotesis 7 Uji hipotesis 7 merupakan uji hipotesis yang menjawab pertanyaan: apakah usia memiliki hubungan yang signifikan dengan motivasi berprestasi. Pada tabel 4.5 diketahui nilai p untuk usia = 0,595. Karena p > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa usia tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan STIE Ahmad Dahlan Jakarta.
4.2.8 Uji Hipotesis 8 Uji hipotesis 8 merupakan uji hipotesis yang menjawab pertanyaan: apakah latar belakang pendidikan memiliki hubungan yang signifikan dengan motivasi berprestasi. Pada tabel 4.5 diketahui nilai p untuk latar belakang pendidikan = 0,837. karena p >
64
0,05, maka dapat disimpulkan bahwa latar belakang pendidikan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan STIE Ahmad Dahlan Jakarta.
4.3 Hasil Penelitian Tambahan Pada subbab sebelumnya dapat diketahui bahwa kedelapan variabel tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan motivasi berpestasi mahasiswa kelas karyawan STIE Ahmad Dahlan Jakarta. Namun demikian, penulis ingin melihat proporsi varian dari motivasi berprestasi yang secara keseluruhan bisa diterapkan pada ke-8 IV. Penulis melakukan uji analisis regresi menggunakan SPSS, hasilnya sebagai berikut:
Tabel 4.6 Model Summary Analisis Regresi ke-8 IV
Model 1
R .311
R Square
Adjusted R Square
.097
.049
Std. Error of the Estimate 27.51675
a. Predictors: (Constant), Pendidikan, IV3, JK, Usia, IV5, IV1, IV2,IV4
65
Tabel 4.7 ANOVAb Analisis Regresi ke -8 IV Sum of Squares
Model 1
Mean Square
Df
Regressio n
6518.482
8
814.810
Residual
63602.421
84
757.172
Total
70120.903
92
F 1.076
Sig. .388a
a. Predictors: (Constant), Pendidikan, IV3, JK, Usia, IV5, IV1, IV2, IV4 b. Dependent Variable: Motivasi berprestasi
Dari tabel 4.6. dan tabel 4.7. dapat diketahui bahwa nilai R = 0,311, nilai R2 = 0,097 dan nilai signifikansi = 0,388. Ini berarti bahwa proporsi varian dari ke-8 IV (pengalaman, kebiasaan, harapan, keinginan, motivasi, jenis kelamin, usia, pendidikan) secara bersama-sama hanya memberikan kontribusi terhadap motivasi berprestasi sebesar 0, 97%. Sedangkan sisanya sebesar 99, 03 % disebabkan oleh aspek-aspek lain di luar variabel penelitian. Setelah mengetahui proporsi varian dari ke-8 variabel secara bersama-sama, peneliti juga ingin melihat IV mana yang memiliki kontribusi paling tinggi terhadap motivasi berprestasi dengan cara melihat hasil dari perhitungan determinasi R2 (R Square) masing-masing variabel. Yang pertama, menghitung hasil keseluruhan nilai determinasi R2 (R Square) dari ke-8 IV. Kemudian mulai menghitung nilai determinasi R2 (R Square) satu IV. 66
Setelah diperoleh hasil nilai determinasi R2 (R Square) dari satu IV secara bersamasama dikurangi hasil nilai determinasi R2 (R Square) dari ke-8 IV. Langkah berikutnya, menambahkan satu IV lagi dan secara bersama-sama pula dikurangi hasil nilai determinasi R2 (R Square) dari ke-8 IV, begitu dan seterusnya hingga dari keseluruhan IV dimasukkan yang kemudian dikurangi hasil nilai determinasi R2 (R Square) dari ke-8 IV sehingga diperolah nilai R2 change/kontribusi varian dari masing-masing IV. Berikut ini ialah hasil proporsi varian yang terkait dengan IV :
Tabel 4.8 Proporsi Varian IV dengan DV (nilai R2 change/kontribusi varian) Varian Variabel IV
R2
R2 Change / Sig Kontribusi Varian
Pengalaman
X1
0,03
0,03%
TS*
Kebiasaan
X12
0,58
0,28%
TS
Harapan
X123
0,66
0,08%
TS
Keinginan
X1234
0,71
0,05%
TS
motivasi
X12345
0,88
0,17%
TS
Jenis kelamin
X123456
0,92
0,04%
TS
Usia
X1234567
0,93
0,01%
TS
Latar belakang pendidikan
X12345678
0,97
0,04%
TS
Total keseluruhan
0, 97%
Ket: TS= tidak signifikan
67
Berdasarkan tabel 4.8. dapat diketahui kontribusi masing-masing IV terhadap motivasi berprestasi. Berikut ini dijelaskan deskripsi dari masing-masing IV sebagai berikut: 1.
Variabel pengalaman memiliki kontribusi terhadap motivasi berprestasi sebesar 0,03%.
2.
Variabel kebiasaan memiliki kontribusi terhadap motivasi berprestasi sebesar 0,28%.
3.
Variabel harapan memiliki kontribusi terhadap motivasi
berprestasi sebesar
0,08%. 4.
Variabel keinginan memiliki kontribusi terhadap motivasi berprestasi sebesar 0,05%.
5.
Variabel motivasi memiliki kontribusi terhadap motivasi berprestasi sebesar 0,17%.
6.
Variabel jenis kelamin memiliki kontribusi terhadap motivasi berprestasi sebesar 0,04%.
7.
Variabel usia memiliki kontribusi terhadap motivasi prestasi sebesar 0,01%.
8.
Variabel latar belakang pendidikan memiliki kontribusi terhadap motivasi berprestasi sebesar 0,04%
Dengan demikian, variabel penelitian yang memiliki kontribusi terbesar terhadap motivasi berprestasi adalah variabel motivasi sebesar 0,17%. Sedangkan variabel penelitian yang memiliki kontribusi terkecil terhadap motivasi berprestasi adalah variabel usia sebesar 0,01%.
68
Besaran nilai kontribusi ke-8 IV terhadap DV mencapai 0,97%, artinya masih ada 99,03% faktor lain yang diasumsikan mempengaruhi motivasi berprestasi yang tidak peneliti jadikan variabel independen diluar penelitian ini.
69
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Bab ini memaparkan tentang kesimpulan hasil penelitian, diskusi tentang penelitian serta saran praktis dan saran untuk penelitian selanjutnya.
5.1. Kesimpulan Hasil yang diperoleh dari pengolahan data dengan menggunakan analisis regresi menyatakan bahwa : 1. Tidak adanya hubungan yang signifikan antara variabel pengalaman dengan motivasi berprestasi, dimana nilai p > 0, 05 (nilai p = 0, 682). 2. Tidak adanya hubungan
yang signifikan antara variabel kebiasaan
dengan motivasi berprestasi, dimana nilai p > 0, 05 (nilai p = 0, 408). 3. Tidak adanya hubungan yang signifikan antara variabel harapan dengan motivasi berprestasi, dimana nilai p > 0,05 (nilai p = 0, 920). 4. Tidak adanya hubungan yang signifikan antara variabel keinginan dengan motivasi berprestasi, dimana nilai p > 0,05 (nilai p = 0,705). 5. Tidak adanya hubungan yang signifikan antara variabel motivasi terhadap motivasi berprestasi, dimana nilai p > 0,05 (nilai p = 0,324). 6. Tidak adanya hubungan yang signifikan antara variabel latar belakang pendidikan dengan motivasi berprestasi, dimana nilai p > 0,05 (nilai p = 0, 320). 70
7. Tidak adanya hubungan yang signifikan antara variabel usia terhadap motivasi berprestasi, dimana nilai p > 0,05 (nilai p = 0,595). 8. Tidak adanya hubungan yang signifikan antara variabel jenis kelamin dengan motivasi berprestasi, dimana nilai p > 0,05 (nilai p = 0,837).
Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi pengembangan karir dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan STIE Ahmad Dahlan Jakarta.
5.2. Diskusi Hasil pengujian dengan menggunakan Product Moment dari Pearson menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi pengembangan karir dengan motivasi berprestasi, dimana hasil dari two tailed-test menunjukkan 0,009 < 0,01. Demikian pula hasil yang peneliti gunakan dengan analisis regresi dalam penelitian ini, setiap variabel independen yang diregresikan dengan dependen variabel menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan. Hasil regresi kedelapan variabel menunjukkan signifikansi sebesar 0,388 (> 0,05), yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antar variabel IV terhadap DV. Begitu pun dengan nilai r square yang terdapat dalam tabel proporsi varian sebesar 0,97 (>0,05) yang berarti tidak ada hubungan signifikan antar varian IV terhadap DV. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sofiah (2010), yang meneliti tentang pengaruh persepsi jenjang karir terhadap motivasi menyelesaikan kuliah pada mahasiswa Fakultas Ilmu Keguruan Jurusan Matematika UNMA (Universitas Mathla’ul Anwar Banten) yang menyatakan tidak adanya pengaruh yang signifikan 71
antara persepsi jenjang karir terhadap motivasi menyelesaikan kuliah, hal ini dikarenakan sampel yang digunakan belum tentu terdorong untuk menyelesaikan kuliah hanya karena memiliki persepsi jenjang karir yang baik, kemungkinan sampel juga tidak bertujuan untuk mengharapkan jenjang karir setelah menyelesaikan kuliahnya, karena memiliki motif yang berbeda walaupun memilih Fakultas ilmu keguruan. Hal ini peneliti akui bahwa memilih sampel yang belum tentu bekerja dilembaga formal atau pun non formal menjadi tolok ukur signifikansi variabel yang peneliti lakukan. Latar belakang pekerjaan dan lamanya waktu bekerja tentu menjadi bagian terpenting yang harusnya bisa diteliti juga sehingga mendapatkan hasil yang dimungkinkan akan berbeda dari hasil penelitian ini. Sampel yang notabene peneliti gunakan adalah mahasiswa yang belum tentu memiliki pekerjaan atau berstatus karyawan walaupun sampel mengikuti program kelas karyawan. Dengan demikian nilai signifikansi pada penelitian yang telah dilakukan saat ini berbeda dengan penelitian-penelitian pada umumnya, dikarenakan penelitian dengan sampel mahasiswa program kelas karyawan baru pertama kali dilakukan.
5.3 Saran Melalui analisis seluruh proses dan isi dari laporan, peneliti merasa masih banyak kekurangan yang harus dilengkapi agar penelitian ini menjadi lebih baik. Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa saran yang dapat diberikan peneliti untuk selanjutnya dapat digunakan bagi yang akan menggunakan topik atau pendekatan yang sama, antara lain:
72
5.3.1 Saran Teoritis 1.
Karena peneliti tidak menambahkan variabel yang mungkin memiliki pengaruh secara langsung dengan motivasi berprestasi seperti status sosial ekonomi, budaya, intelegensi, jenis pekerjaan dan emosi diri, diharapkan pada penelitian selanjutnya menggunakan variabel-variabel yang lebih banyak agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan penelitian yang hendak dicapai.
2.
Jika ada yang ingin melakukan penelitian dengan tema yang sama, penulis menyarankan agar menggunakan teori persepsi dan definisi karyawan dari beberapa bahan bacaan yang lebih variatif agar dapat menemukan variabelvariabel pendukung yang bisa dijadikan rujukan untuk penelitian selanjutnya.
3. Mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam penelitian dengan semaksimal mungkin, baik
materi, teori, waktu, dan instrumen yang digunakan.
5.3.2 Saran praktis 1. Kepada mahasiswa yang mengikuti program kuliah kelas karyawan agar memiliki kontrol diri/menyeimbangkan waktu dan fikiran dalam menghadapi tugas kuliah dan tugas pekerjaan, karena akan berpengaruh terhadap prestasi yang hendak diraih. 2. Kepada pihak kampus yang menyediakan program kelas karyawan agar memberikan persyaratan kepada mahasiswa yang hendak mengikuti kuliah pada program kelas karyawan sebagai karyawan atau pegawai tetap di perusahaan atau lembaga, sehingga benar-benar memiliki status pekerja yang memahami rutinitas atau aktivitas dalam bekerja dan kuliah.
73
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian, suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT.Rineka Cipta Arikunto, S. (2007). Manajemen penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Azwar, S. (2008). Penyusunan skala psikologi. Jakarta: Pustaka Pelajar Chaplin.J. P. (1994). Kamus lengkap psikologi (Terj.) Kartini Kartono. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Davidoff, L. L. (1988). Psikologi suatu pengantar, alih bahasa Mari Juniati. Edisi kedua jilid 1. Jakarta: Erlangga. Djamarah, S. B (2002). Psikologi belajar, Jakarta : Rineka Cipta Echols, J.M and Shadily, M. (1993). Kamus inggris-indonesia. Jakarta : Gramedia. Goble, G F. (1993) Mazhab ketiga, psikologi humanistik Abraham Maslow. Yogyakarta: Kanisius. Hasibuan, M. S. P. (1993). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta : CV. Haji Masagung Handoko, T. H. (2001). Latihan dan pengembangan SDM. Jogjakarta: UGM Press Munadi, I (2010). New born muslim. Jakarta : Elex Media Komputindo Mc Clelland. (1987). Human Motivation. New Jersey: Prentice Hall. Inc. Kartini, K dan Dali G. (2000). Kamus psikologi. Bandung : CV. Pionir Jaya. Kerlinger, F. N. (2000). Asas-asas penelitian behavioral. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Mangkunegara. (2005). Perilaku dan budaya organisasi. Jakarta: PT Bulan Bintang Munandar. (2001). Evaluasi kinerja SDM. Jakarta : PT. Bulan Bintang Purwanto, N (2004). Psikologi pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Robins, S. P. (2001). Organizational behavioral. Ninth Edition. New Jersey: Prentice Hall. Inc. Sarwono, W. S. (2000). Pengantar psikologi umum. Jakarta : PT. Bulan Bintang. Santrock, J. W. (2007). Psikologi pendidikan, Terjemahan oleh: Tri Wibowo B.S., Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Saleh, A. (2004). Pengantar psikologi umum. Jakarta: Kencana Press. Shaleh, A dan Wahab, A. M (2004). Psikologi suatu pengantar dalam perspektif islam. Jakarta : Prenada Media. Sevilla. (1993). Pengantar metode penelitian. Jakarta: Gramedia Sugiyono. (2009). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta
74
Schunk, Pintrich, Meece. (2002) Motivation in education: theory, research and application. ed 2. Ohio: Pearsson education. Shofiah. (2010) Pengaruh persepsi jenjang karir terhadap motivasi menyelesaikan kuliah mahasiswa Fakultas Ilmu Keguruan Jurusan Matematika UNMA Banten. Skripsi. Universitas Mathal’ul Anwar Menes Pandeglang Banten. Woolfolk, A. (2004). Educational psychology. Edisi kesepuluh. US: Ohio State University.
75