JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
HUBUNGAN PERSEPSI DAN KIE DENGAN KESEDIAAN MOP DI KECAMATAN PADURESO KABUPATEN KEBUMEN TRIWULAN I TAHUN 2016 Yulia Nur Azizah, Djoko Nugroho, Dharminto Bagian Biostatistik dan Kependudukan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Email:
[email protected] Abstract :Increased men participation in Family Planning and reproductive health are important issues. Men participation is the responsibility of the involvement and participation of men in family planning, reproductive health and healthy sexual behavior to safe for themselves, spouses and also families. Vasectomy low achievement as a form of lack of men participation in Family Planning. Padureso is one of the districts of 33 districts in Kebumen, it has low and away from target vasectomy achievement (<8.33%), in 2015 amounted to 0%. Vasectomy low achievement caused by negatif perception which is growing among civilan and not implemented IEC.The aim of this research is to analyze the relationship between perceptions and IEC with willingness to have vasectomy in Padureso, Kebumen, Central Java. The type of this research is Explanatory Research with the desain study is Cross Sectional. The population is vasectomy acceptor and a married men who is not an active participant Family Planning amounted 365 people with Simple Random Sampling the results is 68 men. Analysis of the data used univariate analysis, bivariate descriptive and analytic bivariate analysis using statistical test of Rank Spearman with a significance value(α = 5%). The results of univariate analysis showed that the largest percentage is on men with good perception (32,4%), men with less IEC (75,0%), and men with less willingness to have vasectomy (47,1%). The results of Spearman Rank analysis showed that there is no relationship between perceptions (p value = 0.683; 95% CI = -0.282 - 0.173), IEC (p value = 0.340; 95% CI = -0.344 - 0.123) in men with the willingness to have vasectomy. It is necessary to optimize the IEC as health promotion programs to improve knowledge of couples in obtaining to choose, contraception methods by involving the role of BPPKB in each annual activities suach as promotion, simulation, and interpersonal communication. Key Words
: wilingness to have vasectomy, IEC, perception
References
: 77 (1976 – 2016)
36
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
PENDAHULUAN
mengesampingkan
Latar Belakang
reproduksi ini
Indonesia
adalah
negara
hak-hak
masing-masing.Selama
penggunaan
alat
kontrasepsi
hanya terpacu pada pihak istri.
keempat terbesar di dunia dengan
Padahal
jumlah penduduk sebesar 254,9 juta
melaksanakan pembangunan yang
jiwa
orientasinya
berdasarkan
2015
yang
data
terdiri
Susenas
atas
jumlah
Indonesia
pada
telah
keadilan
dan
kesetaraan gender dalam ber KB
penduduk laki-laki sebesar 128,1
dan kesehatan reproduksi.(3)
juta jiwa dan penduduk perempuan
Partisipasi
pria
merupakan
sebesar 126,8 juta jiwa. Jumlah
salah
penduduk ini naik dari tahun 2014
mensukseskan
sebesar
jiwa.Dengan
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
penduduk
(NKKBS). Program KB tidak akan
252
juta
bertambahnya
jumlah
satu
faktor
dalam
program
upaya Norma
tersebut, maka diperlukan kebijakan
tercapai
untuk membatasi atau mengatur
diharapkan tanpa adanya kerjasama
jumlah
angka
berupa peran aktif masyarakat dan
kelahiran dapat dikendalikan dan
pemerintah. Peningkatan partisipasi
kesejahteraan penduduk meningkat.
pria
Salah
reproduksi merupakan salah satu isu
kelahiran
satu
agar
program
pemerintah
sesuai
dalam
KB
target
dan
yang
kesehatan
dalam upaya pengendalian jumlah
penting
penduduk adalah program Keluarga
reproduksi.Partisipasi
Berencana (KB) dengan tagline “2
tanggung
anak cukup”.(1)(2)
keterlibatan dan kesertaan ber KB
Penggunaan alat kontrasepsi merupakan bersama istri.Dalam kontrasepsi
tanggung antara
suami
pemilihan dan
dalam
jawab
kesehatan pria
adalah
pria
dalam
dan Kesehatan Reproduksi, serta
jawab
perilaku seksual yang sehat dan
dan
aman bagi dirinya, pasangannya dan
alat
keluarganya.
penggunaannya
Bentuk
nyata
dari
partisipasi pria antara lain sebagai
pada pihak suami atau istri juga
peserta
perlu didiskusikan oleh kedua belah
memutuskan bersama istri dalam
pihak, agar metode kontrasepsi yang
penggunaan kontrasepsi, sebagai
dipilih sesuai dengan kebutuhan dan
motivator KB merencanakan jumlah
keinginan
kedua
pihak
tanpa 37
KB,
mendukung
dan
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
anak dalam keluarganya. Jenis KB
jawaban, Informasi sebagai data dan
pria yang tersedia saat ini adalah
fakta
kondom dan MOP.(3)
dimanfaatkan
MOP
merupakan
prosedur
untuk
sementara sebagai
reproduksi
mendorong
dengan
cara
oleh
sesuatu
dan
siapa
Edukasi
klinik untuk menghentikan kapasitas pria
diketahui
saja,
didefinisikan
kegiatan
terjadinya
yang
perubahan
memotong saluran penghubung dari
(pengetahuan, sikap, perilaku dan
testis ke penis sehingga tidak terjadi
keterampilan) seseorang, kelompok
pembuahan
dan
sperma
dan
masyarakat.
Kegiatan
ini
ovum.(4)(5)Banyak hal yang dapat
merupakan penyampaian informasi
mempengaruhi perilaku seseorang,
untuk meningkatkan pengetahuan,
termasuk dalam kesediaan MOP.
sikap, dan perilaku individu, keluarga
Menurut
dan
Lawrence
W.
Green,
masyarakat
terkait
program
dan
Keluarga
perilaku kesehatan (dalam hal ini
Kependudukan
pemasangan MOP) dipengaruhi oleh
Berencana.(7) Sedangkan persepsi
3 faktor yaitu predisposing factors
adalah
(faktor pendukung), enabling factors
otak
dalam
menerjemahkan
stimulus
atau
(faktor pemungkin), dan reinforcing
proses
menerjemahkan
factors
stimulus yang masuk ke dalam alat
(faktor
Predisposing
penguat).
factors
terdiri
atas
dan
untuk
indera manusia dimana persepsi setiap individu berbeda-beda. (8)
karakteristik, pengetahuan, nilai-nilai budaya,
kemampuan
persepsi.Enabling
Berdasarkan
data
BKKBN
factors terdiri dari peran petugas
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014,
kesehatan,
jumlah
PUS
sebesar
6.754.814
teman.Reinforcing factors terdiri dari
peserta
dan
peserta
KB
ketersediaan
sebesar 5.307.068 peserta.Jumlah
dukungan
sumber
istri,
dan
daya
kesehatan, keterjangkauan sumber
ini
daya kesehatan, akses pelayanan,
tahun 2015 dimana jumlah PUS
ketersediaan metode, dan KIE.(6)
sebesar
Menurut BKKBN, komunikasi
mengalami
penurunan
aktif
6.736.249
peserta
pada
dan
peserta KB aktif sebesar 5.270.734
adalah suatu proses penyampaian
peserta.
isi pesan dari seseorang kepada
MOP tahun 2014 sebesar 52.296
pihak
peserta (0,99%) dan tahun 2015
lain
untuk
mendapatkan 38
Sedangkan
pencapaian
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
sebesar 47.950 peserta (0,91%).
Kebumen,
Pada tingkat provinsi, pencapaian
merupakan salah satu kecamatan
peserta baru MOP terhadap PPM
dengan cakupan pencapaian MOP
(Perkiraan Permintaan Masyarakat)
yang
masih di bawah target (8,33%).
sebesar 0% dengan jumlah PUS
Menurut
2.422 peserta dan KB aktif sebesar
BKKBN
Provinsi
Jawa
kecamatan
rendah
pada
Tengah, berdasarkan data bulan
1.914 peserta. (12)
Januari 2016 hanya terdapat 3
Dalam
kabupaten/kota
yang
pencapaian
Padureso
tahun
penelitian
2015
ini,
pengambilan sampel di kecamatan
MOP sudah melebihi target yaitu
Padureso
Karanganyar,
dan
pencapaian MOP masih jauh dari
32
target sebesar 0%.Di kecamatan
kabupaten/kota lainnya masih di
Padureso penelitian dilakukan di
bawah
seluruh
Semarang.
Batang, Sementara
target
itu,
dengan
25
dengan
desa
cakupan
yang
merupakan
kabupaten/kota di antaranya belum
akseptor MOP dan suami yang
ada peserta baru MOP termasuk
bukan merupakan peserta KB aktif
Kabupaten Kebumen.
(9)(10)(11)
dengan
Pencapaian peserta KB aktif di Kabupaten
Kebumen
Berdasarkan
kriteria
tertentu.
hasil
wawancara
sebesar
dengan Kepala UPTKB dan petugas
155.892 peserta dengan jumlah PUS
PLKB kecamatan Padureso pada
209.517
tahun
studi pendahuluan bulan Januari
2014.Sedangkan pada tahun 2015,
2016 diperoleh informasi mengenai
jumlah peserta KB aktif sebesar
KB MOP yaitu adanya perkumpulan
155.296 peserta dengan jumlah PUS
KB MOP (Priyo Utomo), rendahnya
sebesar
keikutsertaan dan kesediaan MOP
peserta
pada
208.500
peserta.
Sedangkan pencapaian jumlah MOP
karena
sampai dengan bulan Desember
wanita dan persepsi mengenai MOP
2014 sebesar 662 peserta (0,42%)
dapat
dan sebesar 719 peserta (0,46%)
menyebabkan impoten, memicu pria
sampai
untuk
bulan
KB
diperuntukkan
menurunkan
dan
libido,
Desember
2015.
Jumlah tersebut tersebar
di 33
mengurangi kejantanan. Dari pihak
kecamatan di Kabupaten Kebumen.
UPTKB juga telah melakukan KIE
Dari 33 kecamatan di Kabupaten
terhadap peserta KB setiap satu 39
selingkuh,
untuk
dapat
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
bulan sekali.Akan tetapi, langkah ini
Tabel
masih
target
Persepsi Suami di Kecamatan
sasaran karena setelah dilakukan
Padureso Kabupaten Kebumen
crosscheck dengan pihak kader,
Triwulan I Tahun 2016
belum
sampai
ke
terkadang KIE ini tidak terlaksana di
jumlahnya, partisipasi peserta KB aktif yang datang dalam KIE masih sedikit yaitu berkisar 10-20 peserta di luar petugas dan kader.Setelah
peneliti
studi
tertarik
pendahuluan, untuk
bahwa
mengkaji
penelitian
terhadap
sectional
study.Pengambilan sampel dalam
persentase
pada
KB
aktif
MOP
yang
sebagai
menyakitkan,
mempunyai
dalam penelitian ini adalah seluruh
bukan
memandang
suami
negatif lainnya sehingga suami
berjumlah 365suami dan sampel
dan suami yang
bahwa
yang
beresiko, dan peredaran rumor
sampling.Populasi
akseptor MOP
MOP
menunjukkan
sesuatu
penelitian ini menggunakan simple
peserta
dari
persepsi suamiyang tidak setuju
ini
adalah explanatory research dengan
random
jumlah
kelompok persepsi suami yang
yang
cross
sepertiga
lain. Hal ini dikarenakan adanya
Jenispenelitian
desain
dari
besar
METODE PENELITIAN
dalam
persepsi
persepsi suami (32,4%). Lebih
Kabupaten
Kebumen Triwulan I Tahun 2016.
digunakan
persentase
kurang
KIE dengan Kesediaan MOP di Padureso
Frekuensi
suami pada kelompok yang baik
mengenai Hubungan Persepsi dan
Kecamatan
Distribusi
Persepsi Suami f % Tidak Baik 17 25,0 Kurang Baik 0 0,0 Cukup/Netral 17 25,0 Baik 22 32,4 Sangat Baik 12 17,6 Total 68 100,0 Berdasarkan tabel 1 terlihat
beberapa desa.Selain itu dilihat dari
melakukan
1
pengetahuan/penilaian
yang
negatif terhadap MOP. Selain itu,
yang
persepsi ini juga dipengaruhi oleh
berjumlah 68 suami di Kecamatan
pendidikan,
Padureso.
pengetahuan,
dukungan orang terdekat, dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
nilai-nilai agama.
A. Analisis Univariat
Tabel 2 Distribusi Frekuensi KIE di 40
Kecamatan
Padureso
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Kabupaten Kebumen Triwulan I B. Analisis Bivariat
Tahun 2016 KIE Kurang Cukup Baik Total Menurut bahwa
f 51 14 3 68 tabel
2
persentase
Tabel 4Ringkasan Hasil Analisis
% 75,0 20,6 4,4 100,0 terlihat
KIE
Bivariat dengan Kesediaan MOP di
Tahun 2016
pada
Varia bel Bebas
tiga per empat dari jumlah KIE (75,0%). Hal ini dipengaruhi oleh dan
Perse psi suami
pekerjaan.
Pendidikan
berpengaruh
terhadap pengetahuan dan sikap suami,
termasuk
KIE
terhadap
kesediaan
MOP.Sedangkan
pekerjaan
suami
berpengaruh
terhadap
Padureso
Kabupaten Kebumen Triwulan I
kelompok yang kurang adalah
pendidikan
Kecamatan
Vari abel Terik at
Uji Stati stik
Nilai r
0,08 4
Kes edia an MO P
Ran k Spe arm an
akan akses
p valu e
Berdasarkan
- 0,21 0,16 1 4 – 0,30 7 0,56 0,07 9 0 0,42 5 – 0,04 2 ringkasan hasil
informasi yang diperoleh.
analisis bivariat pada tabel 4
Tabel
menunjukkan
3
Distribusi
Frekuensi
bahwa
persepsi
Kesediaan MOP di Kecamatan
suami memiliki nilai korelasi -
Padureso Kabupaten Kebumen
0,211.Nilai
Triwulan I Tahun 2016
kekuatan hubungan yang lemah
Kesediaan MOP Kurang Cukup Baik Total Menurut
f 32 31 5 68 tabel
tersebut
memiliki
dan arahnya berkebalikan.Artinya
%
semakin besar persepsi suami
47,1 45,6 7,3 100,0 3
semakin kecil kesediaan MOP dan sebaliknya, semakin kecil pesepsi suami semakin besar
menunjukkan bahwa persentase
kesediaan MOP.
kesediaan MOP pada kelompok
dengan melihat p value > 0,05
yang
(p=0,084) belum cukup untuk
kurang
adalah
hampir
setengah dari jumlah kesediaan
menolak
MOP (47,1%).
hubungan
Ho.
Akan tetapi,
Jadi
bermakna
tidak
ada
persepsi
suami dengan kesediaan MOP. 41
95% CI
Ket
Tidak ada hubung an Tidak ada hubung an
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Dari
hasil
95%
CI,
hasilnya
kontrasepsi.
Seseorang
mendekati satu titik yang berarti
berpendidikan
presisi.
berbeda
Dilihat dari persepsi suami
orang
yang
tinggi
akan
persepsinya hanya
dengan
berpendidikan
yang dimiliki, tingkat kesediaan
dasar. Pada penelitian ini, kurang
MOP
dari tiga per empat suami (73,5%)
memiliki
porsi
yang
Hal
ini
berbeda-beda. dikarenakan
kesediaan
tidak
dipengaruhi
mempunyai
pendidikan
MOP
sehingga
satu
persepsi
semakin
faktor saja, tetapi faktor lain juga
Pendidikan
akan
berkontribusi terhadap kesediaan
terhadap pengetahuan. Semakin
MOP
agama.
tinggi pendidikan maka semakin
temuan
saat
tinggi pengtahuan yang miliki.
dua
orang
hanya
termasuk
Berdasarkan penelitian,
ada
Selain
tidak
dasar
itu,
heran
jika tinggi.
berhubungan
semakin
tinggi
seseorang
maka
merupakan tokoh agama yang
pendidikan
menentang
semakin memudahkan ia dalam
KB
MOP.Mereka adanya
menganggap
MOP
pembunuhan anggapan namun
termasuk
sebagai
menganalisis
suatu
sudah
adalah
berkembang
salah,
di
masyarakat.
Meskipun demikian, di kecamatan Padureso
dengan
pemikiran mereka. Jadi upaya
pendidikan
suami
pembenaran anggapan tersebut
memiliki
sangat susah.
terkait MOP.Namun masih ada
Faktor lainnya
melekat
suatu
informasi termasuk persepsi yang
janin.Sebenernya
itu
kebenaran
penentu adalah
pendidikan.Dengan
pada
persepsi
persepsi
beberapa
tingkat
terhadap
berbagai
mengenai
MOP,
pendidikan
suami
mayoritas tamat
SD
yang
baik
yang
setuju persepsi
khususnya
yang semakin tinggi diharapkan
persepsi negatif.Persepsi negatif
akseptor dapat menerima suatu
yang
pemahaman
persepsi
kebenarannya yaitu MOP dapat
terhadap suatu alat kontrasepsi
menurunkan libido, menyebabkan
semakin baik sehingga semakin
impoten,
selektif
selingkuh, dan dapat menurunkan
dalam
dan
pemilihan
alat 42
mereka
memicu
yakini
pria
untuk
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
kejantanan.Persepsi yang salah
dukungan istri merupakan adanya
muncul
awal perbincangan antara suami
karena
pengetahuan
suami yang salah.
dan
istri
sebelum
mereka
Sebenarnya akseptor dalam
melaksanakan
melakukan program KB pada
menggunakan
intinya hanya untuk memenuhi
istri yang tidak mengijinkan suami
tujuannya untuk tidak mau punya
menjadi kader KB karena nilai-
anak lagi atau menunda jarak
nilai
kelahiran.
menganggap
yang
Tingkat
rendah
pendidikan
vasektomi
atau
kondom.Praktik
budaya
setempat
kader
KB
pria
tentu
akan
adalah hal yang aneh, sedangkan
dampak
pada
istri tidak mengijinkan suami ikut
persepsi alat kontrasepsi tertentu.
KB pria karena pengetahuan dari
Alat kontrasepsi yang banyak
istri
digunakan
adalah
partisipasi
kontrasepsi
yang
memberikan
alat
yang
kurang pria
terhadap
dalam
KB
familiar,
terutama belum begitu paham
terjangkau, dan didukung cara
dengan metode kontrasepsi pria,
penggunaan yang mudah dan
keuntungan
harganya pun terjangkau oleh
menggunakan kontrasepsi pria.
masyarakat.
Hal ini sesuai dengan hasil studi
Sedangkan
alat
kontrasepsi yang tidak familiar,
yang
harga
dan
Biomedis
jalan
manusia
tidak
penggunaannya
terjangkau, dengan
dan
dilakukan
Puslitbang
dan tahun
kerugian
Reproduksi 1999
di
DKI
operasi
yang
terkesan
seram
Jakarta dan DIY yang dikutip
seperti
MOP
memang
jarang
dalam Maretha Hasian (2012)
diminati.
bahwa salah satu faktor utama
Selain itu, beberapa suami
penyebab rendahnya peran pria
mengaku tidak diperbolehkan ber
dalam
KB oleh istrinya karena persepsi
karena sebagian besar istri tidak
istri.Dari temuan tersebut dapat
mendukung dan merasa khawatir
dilihat
jika
bahwa
mendapatkan berupa penggunaan
pemakaian
suami
tidak
dukungan
istri
kontrasepsi yaitu lebih 70% istri
dalam
atau 3 dari 4 istri. Hasil studi
MOP.Pentingnya
tersebut juga sesuai dengan teori
perizinan
43
suaminya
kontrasepsi
menggunakan
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Bertrand (1980) dikutip dalam
lebih murah dan mudah.Berbeda
Maretha Hasian (2012) bahwa
dari kondom, MOP lebih mahal
dukungan
dan terkesan menakutkan karena
istri
sangat
berhubungan dalam penggunaan
dilakukan
kontrasepsi suami. Namun masih
operasi.Sebenarnya operasi yang
diperlukan diskusi suami dengan
dilakukan tergolong operasi yang
istri mengenai kontrasepsi yang
sederhana,
akan digunakan.
(13)
(2009)
tetapi
jalan
beberapa
suami di kecamatan Padureso
BKKBN (2007) dalam Ika Apriyanti
dengan
sudah
menjelaskan
merasa
mendengar
takut
kata
ketika
“operasi”.
bahwa permasalahan partisipasi
Apalagi yang dioperasi adalah
KB pria rendah dikarenakan oleh
bagian kemaluan, tentu mereka
kondisi
akan berpikir banyak hal terkait
lingkungan
budaya,
masyarakat,
keluarga
dan
yang
menganggap belum
sosial,
Berkembangnya
persepsi
masih
yang salah mengenai operasi
pria
MOP yang menyeramkan dan
dilakukan,
menyakitkan menjadi penyebab
partisipasi
penting
itu.
pengetahuan dan kesadaran pria
beberapa
dan keluarga mengenai KB relatif
berkeinginan ataupun bersedia
masih
keterbatasan
untuk
aksesabilitas
MOP.Meskipun demikian, masih
pelayanan kontrasepsi pria, serta
ada beberapa suami yang tidak
permasalahan
terpengaruh
rendah,
penerimaan
dan
lain
yang
turut
menjadi
mendukung seperti peran tokoh
dan
agama
keinginan
yang
masih
kurang,
sarana pelayanan KB bagi pria
kontrasepsi
pilihan yang
akseptor
persepsi
mereka dan
tidak
tersebut
menyatakan kesediaannya
untuk menjadi akseptor MOP.
yang masih perlu ditingkatkan, terbatasnya
suami
Hasil
alat
tersedia.(14)
penelitian
ini
tidak
sesuai dengan
penelitian Ika
Mira
bahwa
Ariyani,
ada
Saat ini pilihan alat kontrasepsi
hubungan positif antara persepsi
pria yang tersedia di Indonesia
terhadap
adalah kondom dan MOP. Dilihat
dengan
dari
akseptor. Hal ini berarti semakin
penggunaannya,
kondom 44
keluarga
berencana
motivasi
menjadi
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
positif persepsi terhadap keluarga
Selain
itu,
Herlina
berencana maka semakin tinggi
Septiyanti
motivasi
akseptor.
terhadap akseptor KB kontrasepsi
negatif
mantap dan bukan akseptor KB
keluarga
kontrasepsi mantap menunjukkan
menjadi
Sebaliknya,
semakin
persepsi
terhadap
dalam
Nur
penelitiannya
berencana maka semakin rendah
bahwa
motivasi
mempunyai persepsi yang mutlak
menjadi
akseptor.
(15)
Penelitian
KB
kontap
juga
positif terhadap KB kontrasepsi
tidak sejalan dengan penelitian
mantap yaitu 100%. Sedangkan
Nor Adiyati Arifa Rahmah di
bukan akseptor KB kontrasepsi
Wilayah
mantap
Kerja
Puskesmas
Mantrijeronyang bahwa
ada
ini
akseptor
menunjukkan
hubungan
mempunyai
persepsi
yang cenderung positif terhadap
positif
KB
kontrasepsi (17)
mantap
yaitu
antara persepsi suami tentang
86%.
keluarga berencana dengan sikap
temuan peneliti bahwa akseptor
kesediaan
MOP mempunyai persepsi yang
suami
dalam
Hal ini sama dengan
kontrasepsi pria. Artinya semakin
baik
positif persepsi suami tentang
digunakannya
keluarga
maka
sudah
sikap
bagaimana
berencana,
semakin
positif
kesediaan
juga
suami
terhadap
MOP
yang
karena
mereka
membuktikan
sendiri
pengaruh
MOP
dalam
terhadap beberapa hal, seperti
kontrasepsi pria di Wilayah Kerja
menurunkan libido, menyebabkan
Puskesmas
Mantrijeron.
(16)
impoten,
memicu
untuk
Berbeda dengan kedua penelitian
selingkuh,
tersebut,
pada
penelitian
ini
kejantanan. Lain halnya dengan
persepsi
suami
terhadap
KB
suami yang bukan akseptor MOP,
khususnya MOP dengan motivasi
ia
menjadi berbanding
dan
pria
cenderung
menurunkan
mempunyai
akseptor
justru
persepsi kurang baik terhadap
terbalik.
Dimana
MOP karena ia tidak merasakan
semakin positif persepsi suami
sendiri
justru
rendah
MOP dan hanya mempercayai
menjadi
persepsi yang berkembang di
motivasinya
semakin untuk
akseptor. 45
bagaimana
pengaruh
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
masyarakat, khususnya persepsi
kesediaannya dalam program KB
yang negatif.
dan kesehatan reproduksi yang
Sedangkan KIE memiliki nilai korelasi
0,070.Nilai
memiliki
kekuatan
berbasis gender.
tersebut
Di
kecamatan
Padureso,
hubungan
hampir semua kegiatan mengenai
sangat lemah dan searah.Artinya
KB diselenggarakan pada saat
semakin besar persepsi suami
perkumpulan
semakin besar kesediaan MOP
dengan sasaran para istri.Tetapi,
dan sebaliknya, semakin kecil
ada satu kegiatan terkait KB
pesepsi
kecil
setiap satu bulan sekali yang
Akan tetapi,
diselenggarakan UPTKB dengan
dengan melihat p value > 0,05
sasaran pasutri.Namun kegiatan
(p=0,569) belum cukup untuk
tersebut
menolak
ada
dengan baik dan belum sesuai
hubungan bermakna KIE dengan
sasaran.Hal ini dikarenakan tidak
kesediaan MOP. Dari hasil 95%
semua
CI, hasilnya mendekati satu titik
Padureso
yang berarti presisi.
setiap
suami
semakin
kesediaan MOP.
Ho.
Jadi
Rendahnya
tidak
peningkatan
kader
dan
belum
desa
di
PKK
terlaksana
kecamatan
mendapatkan
KIE
bulannya.UPTKB
kecamatan Padureso mengakui
partisipasi MOP di kecamatan
adanya
hal
tersebut
dengan
Padureso
alasan
keterbatasan
tenaga
disebabkan
masih
informasi
bagi
PLKB dan akses.Saat ini PLKB di
pasangan suami istri tentang KB
kecamatan Padureso sebanyak
dan kesehatan reproduksi, masih
dua orang.Jumlah tersebut dirasa
jarangnya
sangat
rendahnya
produktif
bantuan bagi
ekonomi
kelompok
KB
UPTKB
kurang
oleh
kepala
kecamatan
pria.Di samping itu dari berbagai
Padureso.Selain itu, akses yang
kegiatan yang telah dilakukan,
harus dilalui menuju sembilan
lebih banyak disampaikan kepada
desa di kecamatan Padureso
para
suami,
tidak mudah.Ada beberapa desa
sehingga perlu adanya terobosan
seperti desa Kalijering, Rahayu,
yang dapat memacu anggota
dan Merden yang sulit dijangkau
istri
kelompok
daripada
KB
pria
dalam 46
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
dan sangat berbahaya, apalagi
pada
program
ketika musim penghujan.
angka
kelahiran
Kegiatan
KIE
yang
dilaksanakan
pengendalian anak
oleh
Pemerintah
diselenggarakan UPTKB setiap
melalui
bulan tersebut juga tidak sesuai
dengan penelitian ini penerimaan
sasaran
informasi sama dengan KIE dan
karena
kebanyakan
program
yang
program
sementara suami mereka sedang
adalah kesediaan MOP. Namun
bekerja sehingga tidak ada waktu
dalam penelitian ini, korelasinya
luang untuk mengakses informasi
searah
seperti
besar KIE yang dmiliki maka
menyebabkan
ini
dapat
kesenjangan
yang
Terkait
peserta yang datang adalah istri,
istrinya.Hal
KB
KB.
yang
dimaksud
berarti
semakin
semakin tinggi kesediaan MOP.
informasi suami dan istri terkait
Penelitian ini tidak sejalan
KB pria maupun wanita yang
dengan penelitian Ika Apriyanti
dapat
mereka
(p=0,01)
gunakan.Sebenarnya
dengan
ada hubungan yang signifikan
menunjukkan
berbagai kecanggihan teknologi,
antara
suami tetap dapat mengakses
suami dengan kesediaan suami
informasi
melalui
dalam KB di Desa Karangjati
internet.Karena keterbatasan dan
Sragen.(14) Sedangkan Silviana
rendahnya
Kartika
KB
kemampuan
untuk
tingkat
bahwa
Sari
pengetahuan
(2010)
dalam
mengoperasikan teknologi, suami
penelitiannya
tidak dapat mengakses informasi
bahwa terdapat hubungan yang
tersebut.Selain
sangat signifikan antara konseling
itu, beberapa
menunjukkan
suami juga merasa KB tidak
KB
dengan
pengambilan
penting dan mereka menganggap
keputusan
KB diperuntukan untuk wanita.
penggunaan alat kontrasepsi di
PUS
dalam
Penelitian ini sejalan dengan
desa Karang Klesem Kecamatan
A. Febri Herawati (2013) yang
Purwokerto Selatan Kabupaten
menunjukkan bahwa penerimaan
Banyumas (dengan nilai ρ =
informasi
0,001).(19)
tidak
memberikan
Di
kecamatan
hubungan terhadap perubahan
Padureso,
perilaku
terkait MOP masih rendah. Hal ini
dalam
berpartisipasi 47
pengetahuan
suami
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
karena kurangnya akses untuk
diselenggarakan dengan melibatkan
memperoleh
BPPKB
informasi
(KIE).Kurangnya
pengetahuan
Perempuan
Seksi
Pemberdayaan dan
Keluarga
suami juga berdampak informasi
Berencana dan dilaksanakan setiap
yang dimiliki dan beberapa suami
kegiatan rutin suami dan istri.
yang tidak menyatakan keinginan
DAFTAR PUSTAKA
dan kesediaan untuk menjadi 1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 2013. Jakarta; 2013.
akseptor MOP. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan penelitian ini adalah: 1. Persentase
terbesar
2. Dinas Kesehatan Kota Semarang. Profil Kesehatan Kota Semarang 2013. Semarang: DKK Semarang; 2013.
suami
terdapat pada persepsi suami baik
(32,4%),
KIE
kurang
3. BKKBN. Rancangan Strategi Komunikasi untuk Revitalisasi BKKBN dan Program KB. Jakarta; 2009.
(75,0%), dan kesediaan MOP kurang (47,1%). 2. Tidak ada hubungan persepsi dengan
kesediaan
MOP
di
4. Dyah dkk. Pelayanan Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Salemba Medica; 2009.
Kecamatan Padureso Kabupaten Kebumen (p value= 0,084; 95% CI= -0,425 – 0,042).
5. BKKBN & Kemenkes RI. Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan di Fasilitas Kesehatan. Jakarta; 2012.
3. Tidak ada hubungan KIE dengan kesediaan MOP di Kecamatan Padureso Kabupaten Kebumen (p value= 0,569; 95% CI= -0,164
6. Green LW. Health Promotion Planning: An Educational and Environmental Approach. Second. London: Mayfield Publishing Company; 2000.
– 0,307).
Disarankan kepada BPPKB mengoptimalkan mengenai
kegiatan MOP
KIE
7. BKKBN. Prototype Produksi Media Advokasi dan KIE Program Pembangunan Kependudukan dan KB. Jakarta; 2011.
dalam
meningkatkan pengetahuan pasutri sebagai
sumber
informasi
dan
referensi
dalam
pemilihan
alat
kontrasepsi.
Kegiatan
8. Sugihartono dkk. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press; 2007.
ini 48
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
9. BKKBN. Evaluasi Program Kependudukan dan Keluarga Berencana Data S.d. Bulan DEsember 2014. Semarang: BKKBN Provinsi Jateng; 2014.
17. Septiyanti NH. Persepsi, Sikap, dan Norma Subjektif Terhadap KB Kontrasepsi Mantap (Penelitian Komparasi pada Suami Akseptor KB Kontap dan Suami Bukan Akseptor KB Kontap di Kecamatan Bulu Kabupaten Rembang). 2009;
10. BKKBN. Evaluasi Program Kependudukan dan Keluarga Berencana Data S.d. Bulan Desember 2015. Semarang: BKKBN Provinsi Jateng; 2015.
18. Rahayu EW. Pengaruh Konseling Keluarga Berencana Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Minat Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Pasca Persalinan di Puskesmas Mlati II Yogyakarta. 2015;
11. BKKBN. Radalgram Program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga Data Bulan Januari 2016. Semarang: BKKBN Provinsi Jateng; 2016.
19. Sari SK. Hubungan Konseling Keluarga Berencana (KB) dengan Pengambilan Keputusan Pasangan Usia Subur (PUS) dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi. J Ilm Kebidanan. 2010;1(1):37–47.
12. BPPKB. Laporan Pengendalian Lapangan Tingkat Kecamatan Bulan Desember Tahun 2015. Kebumen; 2015. 13. Hasian M. Faktor yang Berhubungan dengan Kepesertaan Pria dalam Program Keluarga Berencana di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang Tanjung Pinang TAhun 2012. 2012; 14. Apriyanti I. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Suami dan Keikutsertaan Suami dalam KB di Desa Karangjati Sragen. Universitas Sebelas Maret; 2009. 15. Ariyani IM& Centre. 000:1–21.
SA.
Islamic
16. Rahmah NAA. Hubungan Persepsi Suami Tentang Keluarga Berencana Dengan Sikap Keikutsertaan Suami dalam Kontrasepsi Pria Di Wilayah Kerja Puskesmas Mantrijeron Yogyakarta. 2015; 49