Antonius Tony Segah
Hubungan Perilaku Camat Dengan Kinerja Pegawai Di Lingkungan Kecamatan Kelam Permai Kabupaten Sintang
Hubungan Perilaku Camat Dengan Kinerja Pegawai Di Kantor Camat Kelam Permai Kabupaten Sintang Antonius Tony Segah Program Studi Ilmu Pemerintahan Kerjasama Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat E-mail :
[email protected] Abstrak Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui dan menganalisis hubungan perilaku camat dengan kinerja pegawai di Kantor Camat Kelam Permai Kabupaten Sintang. Penelitian ini dipilih karena adanya fenomena dan masalah yang timbul yang diakibatkan oleh sikap kurangnya kemampuan camat selaku pemimpin yang terkait dengan kinerja pegawai yang ditunjukkan dengan penurunan kinerja pegawai di Kantor Camat Kelam Permai. Hal ini ditunjukkan dengan kurangnya disiplin pegawai di Kantor Camat Kelam permai dimana pada jam dinas kantor pegawai melakukan kegiatan yang tidak produktif, yaitu membaca koran dan menonton televisi, membaca koran, dan mengobrol antar sesama pegawai. Hal ini tentu saja berhubungan dengan banyak faktor, akan tetapi penulis mempunyai dugaan sementara faktor perilaku pemimpin yang baik akan meningkatkan kinerja pegawai semaksimal mungkin di Kantor Camat Kelam Permai. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah perilaku camat mempunyai pengaruh yang signifikan pada kinerja pegawai sebesar 45,9% dan sisanya sebesar 54,1 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti seperti motivasi, komunikasi, lingkungan kerja ataupun variabel-variabel lainnya. Kata Kunci : Perilaku Kepemimpinan, Kinerja Pegawai. Abstrac This study aimed to determine and analyze the performance of the behavioral relationships with employees in Head Office Kelam Permai Sintang district. Study were selected because of the phenomenon and the problems that arise as a result of the attitude of the lack of ability as a district leader associated with employee performance as indicated by the decline in the performance of employees at Head Office Kelam Permai. This is indicated by the lack of discipline in the District Office where the scenic office employee doing unproductive activities, ie reading newspapers and watching television, reading newspapers, and talking among fellow employees. This is of course related to many factors, but the authors have alleged temporary factors that leader behavior will improve employee performance as much as possible in the Head Office Kelam Permai. The conclusion of this study is the behavior of sub-district has a significant influence on the performance of employees at 45.9% and the remaining 54.1% is influenced by other factors not examined such as motivation, communication, working environment or other variables. Keywords: Behavioral Leadership, Employee Performance.
A. PENDAHULUAN 1.
Latar Belakang Penelitian Pembangunan
merupakan
dan Undang-undang Dasar 1945. Pembangunan
perwujudan tujuan nasional bangsa Indonesia
nasional yang dilaksanakan pada hakekatnya
pada
mencakup semua aspek kehidupan manusia yang
intinya
nasional
bertujuan
untuk
mewujudkan
masyarakat adil dan makmur yang merata baik
dilakukan
secara
terarah,
terpadu
dan
materiil maupun spiritual berdasarkan Pancasila
1
Prodi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura
berkesinambungan serta menyeluruh keseluruh pelosok tanah air.
Implementasi kebijakan otonomi daerah tersebut mendorong terjadinya perubahan secara
Agar pembangunan nasional sesuai dengan
struktural,
fungsional
kultural
dalam
sasaran, maka pelaksanaannya dapat diarahkan
keseluruhan
kepada daerah untuk mengatur dan mengurus
pemerintahan daerah. Salah satu perubahan yang
kegiatan pembangunannya sendiri. Pembangunan
sangat esensial adalah yang berkenaan dengan
daerah yang merupakan bagian integral dari
kedudukan, kewenangan, tugas dan fungsi Camat.
pembangunan nasional mencakup seluruh segi
Perubahan paradigmatik penyelenggaraan
kehidupan
masyarakat,
barang
penyelenggaraan
tentu
pemerintahan daerah tersebut, mengakibatkan
memerlukan pengorganisasian pemerintah yang
pola distribusi kewenangan Camat menjadi sangat
mampu
tergantung
mengikuti
sudah
tatanan
dan
perkembangan
jaman.
pada
pendelegasian
sebagian
Pelaksanaan pembangunan yang ditujukan demi
kewenangan pemerintahan dari Bupati/Walikota
kemakmuran rakyat tersebut, penyelenggaraannya
untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah
dilakukan menyeluruh sampai ke pelosok daerah
dan penyelenggaraan pemerintahan umum, yang
sesuai dengan kondisi daerah masing-masing,
mempunyai
dengan kata lain bahwa negara memberikan
optimalisasi peran dan kinerja Camat dalam
kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk
upaya pemenuhan pelayanan kepada masyarakat.
menyelenggarakan otonomi. Dalam
gerak
implikasi
langsung
terhadap
Dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun
pelaksanaannya
sejak
2004 tentang Pemerintahan Daerah, kecamatan
dikeluarkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun
tidak lagi merupakan satuan wilayah kekuasaan
1999 tentang Pemerintahan Daerah. Kemudian
pemerintahan, melainkan sebagai satuan wilayah
sekarang undang-undang tersebut telah dirubah
kerja atau pelayanan. Status kecamatan kini
dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
merupakan perangkat daerah kabupaten/kota yang
Tentang
maka
setara dengan dinas dan lembaga teknis daerah
penyelenggaraan otonomi daerah yang sesuai
bahkan kelurahan, hal ini dinyatakan dengan jelas
dengan
dalam Pasal 120 Undang-undang Nomor 32
Pemerintahan
Daerah,
Undang-Undang
tersebut
dalam
substansinya juga mengalami perubahan, namun
Tahun
pada
prinsip
kabupaten/kota terdiri atas sekretariat daerah,
daerah
sekretariat DPRD, dinas daerah, lembaga teknis
esensinya
otonomi
tetap
seluas-luasnya
menggunakan dalam
arti
diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua unsur pemerintahan di luar yang menjadi urusan
Pemerintah
Pusat.
Daerah
2004
yakni,
“Perangkat
daerah
daerah, kecamatan dan kelurahan”. Sejalan dengan itu, camat tidak lagi
memiliki
ditempatkan sebagai Kepala Wilayah dan Wakil
kewenangan membuat kebijakan daerah untuk
Pemerintah Pusat seperti yang terdapat dalam
memberi pelayanan, peningkatan peran serta,
Undang-undang Nomor 5 tahun 1974, melainkan
prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang
sebagai perangkat daerah.. Sedangkan dalam
bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat.
Pasal 126 ayat (3) huruf a Undang-undang Nomor
Sejalan dengan prinsip tersebut dilaksanakan pula
32 Tahun 2004, camat memiliki kewenangan
prinsip otonomi yang nyata dan bertanggung
untuk membina penyelenggaraan pemerintahan
jawab.
desa. Yang dimaksud membina dalam ketentuan ini adalah dalam bentuk fasilitasi pembuatan
Antonius Tony Segah
Hubungan Perilaku Camat Dengan Kinerja Pegawai Di Lingkungan Kecamatan Kelam Permai Kabupaten Sintang
peraturan desa dan terwujudnya administrasi tata
efisiensi. Eksternalitas yang dimaksud adalah
pemeritahan yang baik.
adalah kriteria pelimpahan urusan pemerintahan
Camat sebagai pemilik kewenangan sebagai
dengan memperhatikan dampak yang timbul
penanggungjawab, pemilik kewenangan sebagai
sebagai akibat dari penyelenggaraan suatu urusan
pemimpin wilayah pemerintahan dalam tingkat
pemerintahan. Apabila dampak yang ditimbulkan
kecamatan, dan ke bawahnya pada tingkat
bersifat
kelurahan
pemerintahan
dan
desa
dalam
ruang
lingkup
pemerintahan memiliki tugas pokok dan fungsi
camat.
untuk
efisiensi
memajukan
dan
mengembangkan
pembangunan daerah administratifnya
baik itu
internal
kecamatan,
tersebut
Sedangkan adalah
maka
menjadi
yang
kriteria
urusan
kewenangan
dimaksud
dengan
pelimpahan
urusan
pemerintahan dengan memperhatikan dayaguna
infrastruktur maupun suprastruktur. Tugas-tugas
tertinggi
umum pemerintahan yang diselenggarakan oleh
penyelenggaraan
camat menurut PP No. 19 Tahun 2008 tentang
dilingkup
kecamatan, pasal 15 ayat 1, meliputi:
pemerintahan lebih berdayaguna ditangani oleh
a) Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan
kecamatan,
masyarakat;
kewenangan camat.
b) Mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan
yang
dapat suatu
diperoleh
urusan
kecamatan.
maka
pemerintahan
Apabila
urusan
dari
tersebut
urusan
menjadi
Dengan demikian, maka camat dalam
ketentraman dan ketertiban umum;
lingkup kecamatan memegang peran sentral, baik
c) Mengkoordinasikan penerapan dan penegakan
itu dalam bidang administratif, maupun dalam
peraturan perundang-undangan;
pembangunan
d) Mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana
peranan camat dalam pelaksanaan pemerintahan
dan fasilitas pelayanan umum;
daerah pada tingkat kecamatan memiliki berbagai
e) Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan
macam tantangan dan fenomena-fenomena sosial
pemerintahan di tingkat kecamatan;
yang bukan hanya dari faktor ekternal ruang
f) Membina penyelenggaraan pemerintahan desa
lingkup kerja seperti jarak tempuh ke kantor
dan/atau kelurahan, dan;
camat yang jauh, faktor intern keluarga. Dalam
g) Melaksanakan pelayanan masyarakat yang
beberapa kasus kepemimpinan camat menjadi
menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau yang
masalah saat berada di ruang lingkup kerja yang
belum
berupa faktor internal adalah masalah perilaku
dapat
dilaksanakan
pemerintahan
desa/kelurahan.
wilayah
kecamatan.
Namun,
kepemimpinan camat yang sangat mempengaruhi
Selain melaksanakan tugas-tugas umum pemerintahan
camat
melaksanakan
pencapaian tujuan kecamatan menjadi terhambat.
kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh
Hal ini tidak lain bersumber dari perilaku camat
pemerintahan
kepada
di
juga
kinerja staf kecamatan sehingga pelaksanaan
atasnya
untuk
menangani
bawahannya
yang
membuat
sebagian urusan otonomi daerah, yang meliputi
ketidakpuasan bawahan kepada atasannya, yang
aspek
koordinasi,
mana hal ini tentu saja akan berpengaruh pada
pembinaan, pengawasan, fasilitasi, penetapan,
kinerja bawahan dalam melaksanakan tugas
penyelenggaraan,
pokok dan fungsinya masing-masing.
perizinan,
rekomendasi,
kewenangan
lain
yang
dilimpahkan. Pelimpahan sebagian wewenang ini
Berdasarkan pengamatan penulis terhadap
dilakukan berdasarkan kriteria ekternalitas dan
fenomena-fenomena yang terjadi di Kantor Camat
3
Prodi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura
Kelam
Permai
Kabupaten
Sintang
dimana
Oleh
karena
hal-hal
yang
telah
fenomena yang terjadi adalah suatu penurunan
diuangkapkan di atas, maka penulis bermaksud
tingkat kinerja yang signifikan pada organisasi
akan
kecamatan Kelam Permai itu sendiri. Dimana
hubungan antara perilaku camat dengan kinerja
pada periode tahun 2003-2009 Kecamatan Kelam
pegawai di Lingkungan
Permai menjadi kecamatan teladan di Kabupaten
Permai.
Sintang, ditandai dengan pelayanan yang baik,
2.
pengunjung
mengunjungi
bukit
atau kelam
wisatawan menjadi
yang merasa
penelitian
untuk
melihat
Kecamatan Kelam
Pembatasan Masalah
tertatanya kecamatan Kelam Permai dengan baik sehingga
melakukan
Yang menjadi sorotan penulis disini adalah, fenomena kemunduran dari kinerja pegawai kecamatan
kelam permai terjadi
nyaman karena bukit kelam adalah tempat wisata
semenjak pergantian camat kelam permai.
yang terkenal di Kabupaten Sintang, serta
Penulis
administrasi
disebabkan
yang
baik
ditandai
dengan
penyerahan laporan tahunan yang baik dan cepat.
menduga oleh
bahwa
penurunan
perilaku
camat
ini yang
mengakibatkan penurunan kinerja pegawai di
Fenomena tersebut di atas tampak sangat
Kecamatan Kelam Permai. Tingkat perhatian
berbeda dengan saat ini dengan kata lain menurun
camat pada bawahannya baik itu dari pemberian
dimulai dari kurang terawatnya infrastruktur yang
tugas, pengawasan, pengembangan potensi
ada disana selain itu kinerja pegawai pun
pegawai, kesejahteraan pegawai dan lingkungan
menurun yang terlihat dari penyerahan laporan
kerja di kantor mengambil andil besar dalam
tahunan
kepada
peningkatan kinerja pegawai. Fenomena yang
pemerintah kabupaten yang justru lebih lambat
terjadi adalah adanya pegawai yang melakukan
daripada
jarak
hal-hal yang tidak produktif dalam jam dinas
tempuhnya 7 jam melalui jalan air, karena jalan
kantor seperti ngobol di ruang kerja, nongkrong
darat ke Kecamatan Ambalau belum ada.
di
Sedangkan Kecamatan Kelam Permai hanya 1
membaca
jam paling lama jarak tempuhnya dari pusat kota
tersebut di atas tampak kurangnya pengawasan
Kabupaten Sintang melalui jalur darat. Yang
camat atas penurunan kinerja pegawainya.
menjadi sorotan penulis disini adalah, fenomena
Fenomena tersebut menunjukkan kurangnya
kinerja pegawai kecamatan Kelam Permai terjadi
kemampuan camat (lack of power) dalam
penurunan semenjak pergantian camat Kelam
meningkatkan kinerja pegawainya.
pemerintah
Kecamatan
kecamatan
Ambalau
yang
warung
kopi, koran.
menonton Dari
televise
dan
fenomena-fenomena
Permai, hingga saat ini kecamatan Kelam Permai
Berdasarkan latar belakang di atas,
telah mengalami dua kali pergantian camat
penelitian ini penulis sesuaikan dengan judul di
semenjak tahun 2009. Oleh karena itu penulis
atas yaitu, “Hubungan Perilaku Camat dengan
menduga bahwa menurunnya kinerja pegawai
Kinerja Pegawai di Lingkungan Kecamatan
kecamatan Kelam Permai ini dipengaruhi oleh
Kelam Permai Kabupaten Sintang.”
sikap, perilaku dan kemampuan camat Kelam Permai itu sendiri dalam memimpin kecamatan Kelam Permai sehingga terjadinya penurunan kinerja tersebut.
Antonius Tony Segah
3.
4.
Hubungan Perilaku Camat Dengan Kinerja Pegawai Di Lingkungan Kecamatan Kelam Permai Kabupaten Sintang
Tujuan Penelitian
komitmen, kejelasan, komunikator, konsisten,
Untuk mengetahui apakah ada hubungan
kreatif, kompeten, keberanian dan kenekatan.
antara perilaku camat dengan kinerja pegawai
Seorang pemimpin harus responsif terhadap
di Lingkungan Kecamatan Kelam Permai.
kondisi
Manfaat Penelitian
pemimpin
a)
kepada anggota organisasinya saja, namun juga
Manfaat Teoritis
lingkungannya, tidak
hanya
karena
seorang
bertanggungjawab
Dapat digunakan sebagai penambah
kepada masyarakat yang ada di lingkungannya.
temuan di bidang akademik mengenai
Kata pimpin mengandung pengertian
apakah
ada
Hubungan
Perilaku
mengarahkan,
membina
atau
mengatur,
Kepemimpinan Camat Dengan Kinerja
menuntun dan juga menunjukkan ataupun
agar
mempengaruhi.
dapat
dijadikan
suatu
Ilmu
Pemimpin
mempunyai
pengetahuan yang dapat dipakai dan
tanggung jawab baik secara fisik maupun
dimanfaatkan kedepannya.
spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja
b) Manfaat Praktis
dari
Menjadi bahan masukan kepada Instansi
Pemerintah
meningkatkan
kinerja
yang
dipimpin,
sehingga
menjadi
pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan
terkait
dalam
setiap orang mempunyai kesamaan di dalam
pegawai,
maka
menjalankan ke-pemimpinannya.
untuk selanjutnya dapat dijadikan catatan
Thoha dalam Pasolong (2010:71)
dan bahan pertimbangan terhadap program
menyatakan bahwa perilaku adalah suatu
perencanaan
fungsi dan interaksi antara seorang individu
pemerintahan
yang
akan
datang.
dengan lingkungan, dimana perilaku seseorang itu tidak hanya ditentukan oleh dirinya sendiri,
B. KERANGKA TEORI DAN METODOLOGI 1. Kerangka Teori a)
melainkan ditentukan oleh seberapa jauh interaksi antara dirinya dengan lingkungan.
Perilaku
Menurut Ndraha dalam Pasolong (2010:71)
Mufarrihah dalam Mas’ud (2010:283) mengatakan
bahwa
kepemimpinan
perilaku adalah operasionalisasi dan aktualisasi
atau
sikap seseorang atau satu kelompok dalam atau
leadership termasuk kelompok ilmu terapan
terhadap suatu (situasi dan kondisi) lingkungan
dari ilmu-ilmu sosial, sebab prinsip-prinsip dan
masyarakat, alam, teknologi, dan organisasi.
rumusannya diharapkan dapat mendatangkan
Selanjutnya
Pasolong
manfaat bagi kesejahteraan manusia. Sehingga
mengatakan
ia merumuskan konsep kepemimpinan adalah
digabungkan dengan pemimpin, maka akan
kemampuan
suatu
menjadi “perilaku pemimpin”. Akan tetapi
kelompok untuk pencapaian tujuan, atau proses
ketika pemimpin berperilaku maka dapat
mendorong dan membantu orang lain untuk
dikatakan sebagai perilaku kepemimpinan.
bekerja dengan antusias dalam pencapaian
Sehingga menurut House dalam Pasolong
tujuan.
Mufarrihah
(2010:72) perilaku kepemimpinan adalah hal
mengemukakan beberapa faktor-faktor yang
yang multidimensional. Hal ini merupakan
membuat
bilangan terbatas, dan berubah-ubah menurut
untuk
Lebih
pemimpin
mempengaruhi
lanjut
bisa
efektif
dalam
kepemimpinannya, yaitu karisma, kepedulian,
keperibadian
bahwa
pimpinan,
ketika
(2010:72) perilaku
persyaratan
tugas
5
Prodi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura
ditentukan olehnya beserta para pengikutnya,
Harbani Pasolong sebagai indikator penelitian.
serta lingkungan organisasi dan fisik dalam
Penulis memilih teori dari Pasolong, karena
mana beserta mereka melakukan operasi.
penulis menilai bahwa teori tersebut adalah
Menurut Siagian (2003:30) perilaku
teori yang paling tepat untuk menilai tingkat
kepemimpinan adalah:
baik atau buruknya kepemimpinan sorang
Yang dimaksud dengan perilaku adalah cara seseorang berinteraksi dengan orang lain, dalam hal ini adalah kehidupan organisasional. Seseorang berperilaku tertentu karena adanya keyakinan dalam diri orang yang bersangkutan bahwa tujuan tertentu merupakan jaminan terbaik untuk memelihara kepentingan orang yang bersangkutan. Dengan mengetahui apa yang penting atau tidak penting bagi seseorang, perilaku orang itu akan lebih mudah diduga atau diperkirakan. Dengan mengetahui karakteristik yang dimiliki seseorang yang menduduki jabatan pimpinan, menjadi tidak terlalu sukar untuk mengetahui apa yang dipandang penting dalam kehidupannya dan dari situ dapat diperkirakan perilakunya dalam memimpin organisasi. Selanjutnya menurut Pasolong
camat. Pasolong (2008:81) menjelaskan bahwa, consideration adalah
tingkat sejauh mana
seorang pemimpin bertindak dengan cara ramah
dan
perhatian
mendukung, terhadap
memperlihatkan bawahan
dan
memperhatikan kesejahteraan mereka. Sebagai contoh adalah sebagai berikut: 1) kebaikan kepada bawahan, 2) mempunyai waktu untuk mendengarkan masalah para bawahan, 3) mendukung atau berjuang untuk seorang bawahan,
(2010:72): Perilaku pemimpin birokrasi profesional dalam memberi pelayanan kepada publik. Karena pada saat ini perilaku pemimpin birokrasi yang paling diharapkan adalah perilaku profesional dalam memberikan pelayanan publik, sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan pengabdiannya kepada masyarakat.
4) berkonsultasi dengan bawahan mengenai hal penting sebelum dilaksanakan, 5) bersedia menerima saran, 6)
memperlakukan
bawahan
sebagai
sesamanya. Pasolong
(2008:81) menjelaskan
kembali bahwa initiating structure adalah Feishment,
Halpin
dan
Winer,
Heimpil dan Coons menjelaskan sebuah Studi kepemimpinan ohio state yang mengemukakan beberapa
perilaku
kepemimpinan
yang
didasarkan pada beberapa penelitian yang mereka lakukan. Dalam penelitian tersebut diberikan
pertanyaan
kepada
sejumlah
responden melalui kuisioner mengenai perilaku kepemimpinan
seperti
apa
yang
mereka
kehendaki dalam sebuah team atau organisasi. hasil penelitian tersebut mengungkapkan dua dimensi atau katagori perilaku, yang disebut consideration
dan
initiating
structure
(Pasolong, 2008:81) Dalam
penelitian
tingkat
sejauh
mana
penulis
memutuskan untuk menggunakan teori dari
pemimpin
menentukan dan menstruktur perannya sendiri daripada bawahan ke arah pencapaian tujuantujuan formal kelompok, yang meliputi hal-hal sebagai berikut: 1.
memberi kritik kepada pekerjaan
yang jelek, 2.
menekankan pentingnya memenuhi
batas waktu, 3.
menugaskan bawahan,
4.
mempertahankan
standar-standar
kinerja tertentu, 5.
meminta bawahan untuk mengikuti
prosedur-prosedur standar, ini,
seorang
Antonius Tony Segah
6.
Hubungan Perilaku Camat Dengan Kinerja Pegawai Di Lingkungan Kecamatan Kelam Permai Kabupaten Sintang
menawarkan
pendekatan-
pendekatan baru terhadap masalah, 7.
mengkoordinasikan
kegiatan-
kegiatan bawahan, 8.
Berorientasi kepada pemimpin.
2.
Berorientasi kepada bawahan.
b) Kinerja Kinerja
memastikan
bahwa
bawahan
bekerja sesuai dengan kemampuannya. Model
1.
leadership
suatu konsep yang belakangan ini
digunakan sebagai pembahasan atau pembicaraan, khususnya
dalam
kerangka
mendorong
kontinum,
keberhasilan suatu organisasi atau sumber daya
Tannenbaun dan Schamidt dalam Hersey dan
manusia. Terlebih pada saat ini dimana tuntutan
Blanchard
pada organisasi semakin besar.
(1994:74)
pemimpin
berpendapat
mempengaruhi
bahwa
pengikutnya
Kinerja merupakan suatu isu aktual dalam
memalui beberapa cara, yaitu dari cara yang
suatu organisasi, organisasi apapun itu. Hal
menonjolkan sisi ekstrim yang disebut dengan
tersebut
perilaku otokratis sampai dengan cara yang
pertanyaan kunci terhadap keberhasilan organisasi
menonjolkan sisi ekstrim lainnya yang disebut
dalam pencapaian tujuannya. Organisasi yang
dengan perilaku demokratis.
berhasil adalah organisasi yang memiliki individu-
Menurut teori kontinum ada tujuh tingkatan
hubungan
pemimpin
dengan
bawahan : 1.
individu
yang
kinerja
memiliki
kinerja
merupakan
yang baik.
Sehingga dengan demikian, kinerja yang dilakukan oleh individu-individu dalam suatu organisasilah
Pemimpin
membuat
dan
mengumumkan keputusan terhadap bawahan (telling). 2.
dikarenakan,
yang
mempengaruhi
keberhasilan
ataupun
kegagalan organisasi itu sendiri. Kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan
Pemimpin
menjual
dan
menyempurnakan
sesuai
dengan
tanggung
menawarkan keputusan terhadap bawahan
jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan.
(selling).
Sementara
3.
Pemimpin menyampaikan ide dan
mengundang pertanyaan. 4.
Pemimpin memberikan keputusan
sebagai
kata
benda
mengandung arti “thing done” (suatu hasil yang
bahwa pengertian kinerja yaitu suatu hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok
dan meminta sarang pemecahannya kepada
orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan
bawahan (consulting).
wewenang dan tanggung jawab masing-masing,
batasan
Pemimpin dan
memberikan
pengertian kinerja, maka dapat diambil kesimpulan
problem
6.
Pemimpin
kinerja
telah dikerjakan). Dengan mendasarkan pada
tentavie, dan keputusan masih dapat diubah. 5.
itu,
menentukan
meminta
kelompok
batasanuntuk
membuat keputusan. 7.
Pemimpin mengizinkan bawahan
berfungsi dalam batas-batas yang ditentukan (joining).
dalam
rangka
mencapai
tujuan
organisasi
bersangkutan secara legal, tidak melanggar hokum, dan sesuai dengan moral dan etika (Widodo, 2005:78). Campbel
(dalam
Umam,
2009:186)
menyatakan bahwa kinerja sebagai sesuatu yang
Jadi, berdasarkan teori kontinum, perilaku
tampak, yaitu individu yang relevan dengan tujuan
pemimpin pada dasarnya bertitik tolak dari dua
organisasi. Kinerja yang baik merupakan salah
pandangan dasar :
satu
tujuan
organisasi
dalam
mencapai
7
Prodi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura
produktivitas kerja yang tinggi. Tercapainya
1. Kinerja organisasi; merupakan pencapaian
kinerja yang baik tidak terlepas dari kualitas
hasil (out-come) pada level atau unit analisis
sumber daya manusia yang baik pula.
organisasi. Kinerja pada level organisasi ini terkait
McCloy (dalam Umam, 2009:187) mengatakan
dengan tujuan organisasi, rancangan organisasi,
bahwa kinerja juga bisa berarti perilaku-perilaku
dan manajemen organisasi.
atau tindakan-tindakan yang relevan terhadap
2. Kinerja
tercapainya
tahapan
tujuan
organisasi.
Tujuan-tujuan
proses;
dalam
merupakan
kinerja
pada
menghasilkan
produk
atau
tersebut bergantung pada wewenang penilai yang
pelayanan.
menentukan tujuan apa yang harus dicapai oleh
dipengaruhi oleh tujuan proses, rancangan proses,
karyawan.
dan manajemen proses.
Oleh
karena
itu,
kinerja
bukan
Kinerja
pada
level
ini
merupakan hasil dari tindakan atau perilaku,
3. Kinerja
melainkan tidakan itu sendiri. Lebih lanjut McCloy
pencapaian atau efektivitas pada tingkat pegawai
menguraikan bahwa agar seseorang melakukan
atau pekerjaan. Kinerja pada level ini dipengaruhi
suatu tugas sesuai dengan kinerja yang diinginkan,
oleh tujuan pekerjaan, rancangan pekerjaan, dan
prasyarat yang harus dipenuhi adalah memiliki
manajemen pekerjaan serta karakteristik individu.
pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang
Sudarmanto (2009: 8) membagi konsep kinerja ke
dibutuhkan dan membuat pilihan dengan sungguh-
dalam 2 garis besar pengertian, yaitu:
sungguh untuk bekerja pada tugas pekerjaannya
1. Kinerja merujuk pengertian sebagai hasil.
selama beberapa tenggang waktu dengan tingkat
Dalam konteks hasil, Bernardin dalam Sudarmanto
usaha tertentu.
(2009: 8) menyatakan bahwa kinerja merupakan
Gomes, (dalam
individu/pekerjaan;
proses
merupakan
A.A. Anwar Mangkunegara
catatan hasil yang diproduksi (dihasilkan) atas
(2005: 9) mengemukakan definisi kinerja pegawai
fungsi pekerjaan tertentu atau aktivitas-aktivitas
sebagai: ungkapan seperti output, efisiensi serta
selama periode waktu tertentu. Dari definisi
efektivitas
tersebut, Bernardin menekankan pengertian kinerja
sering
di
hubungkan
dengan
produktivitas.
sebagai hasil, bukan karakter sifat (trait) dan
Selanjutnya, definisi kinerja pegawai A.A. Prabu
perilaku. Pengertian kinerja sebagai hasil juga
Mangkunegara (2005: 9) bahwa: kinerja karyawan
terkait
(prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas
(Richard,
dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan
Produktivitas merupakan hubungan antara jumlah
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
barang dan jasa yang dihasilkan dengan jumlah
tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Oleh
tenaga kerja, modal, dan sumberdaya yang
karena itu, disimpulkan bahwa kinerja Sumber
digunakan dalam produksi itu (Miner, 1988).
Daya Manusia adalah prestasi kerja atau hasi kerja
2. Kinerja merujuk pengertian sebagai pelaku,
(output) baik kualitas yang dicapai Sumber Daya
Murphy, 1990 (dalam Richard, 2002) menyatakan
Manusia
persatuan
melaksanakan
tugas
dengan
produktivitas
dalam
dan
efektivitas
Sudarmanto,
2009:9).
periode
waktu
dalam
bahwa kinerja merupakan seperangkat perilaku
kerjanya
sesuai dengan
yang relevan dengan tujuan organisasi atau unit
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
organisasi tempat orang bekerja. Pengertian kinerja
Rummler dan Brache dalam Sudarmanto
sebagai perilaku juga dikemukakan oleh Mohrman
(2009:7) mengemukakan ada 3 (tiga) tingkat
(1989), Campbell (1993), Cardy dan Dobbins
kinerja, yaitu:
(1994), Waldman (1994) (dalam Richard, 2002).
Antonius Tony Segah
Hubungan Perilaku Camat Dengan Kinerja Pegawai Di Lingkungan Kecamatan Kelam Permai Kabupaten Sintang
Kinerja merupakan sinonim dengan perilaku.
jasa diperlukan untuk mengidentifikasi demand
Kinerja adalah sesuatu yang secara aktual orang
dan kebutuhan masyarakat.
kerjakan dan dapat diobservasi. Dalam pengertian
2. Responsibilitas (responsibility) : pelaksanaan
ini, kinerja mencakup tindakan-tindakan dan
kegiatan organisasi publik dilakukan sesuai dengan
perilaku yang relevan dengan tujuan organisasi.
prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai
Kinerja bukan konsekuensi atau hasil tindakan,
dengan kebijakan organisasi baik yang implicit
tetapi tindakan itu sendiri (Campbell, 1993 dalam
atau eksplisit. Responsibilitas dapat dinilai dari
Richard 2003).
analisis terhadap dokumen dan laporan kegiatan
Atmosudirdjo (1997:65) mengatkan bahwa kinerja
organisasi.
juga
prestasi
mencocokkan pelaksanaan kegiatan dan program
(1995:47)
organisasi dengan prosedur administrasi dan
dapat
berarti
penyelenggaraan
prestasi
sesuatu.
kerja,
Faustino
Penilaian
dilakukan
dengan
memberi batasan kinerja sebagai suatu cara
ketentuan-ketentuan yang ada dalam organisasi.
mengukur kontribusi-kontribusi dari individu-
3. Akuntabilitas (accountability) : menunjuk pada
individu
Jennergen
seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi
(1993:67) memberikan definisi kinerja organisasi
publik tunduk pada pejabat politik yang dipimpin
adalah tingkat yang menunjukkan seberapa jauh
oleh rakyat. Data akuntabilitas dapat diperoleh dari
pelaksanaan tugas dapat dilaksanakan secara
berbagai sumber, seperti penilaian dari wakil
aktual dan misi organisasi selesai. Selanjutnya,
rakyat, para pejabat politis, dan oleh masyrakat.
Pamungkas (2000:89) menjelaskan bahwa kinerja
Dari beberapa pengertian kinerja dari beberapa
adalah penampilan cara-cara untuk menghasilkan
para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
suatu hasil yang diperoleh dengan aktivitas yang
pengertian kinerja adalah hasil kerja yang dicapai
dicapai dengan suatu unjuk kerja.
oleh individu sesuai dengan peran atau tugasnya
Untuk variabel kinerja, penulis memutuskan untuk
dalam periode tertentu, yang dihubungkan dengan
menggunakan teori Lenvine sebagai acuan penulis
ukuran nilai atau standar tertentu dari organisasi
untuk melakukan penelitian karena teori yang
tempat individu tersebut bekerja.
anggota
organisasinya.
dikemukakan oleh Lenvine telah mencakup pada seluruh aspek yang dapat menggambarkan dan menilai tingkat kinerja seorang pegawai.
c) Hubungan Perilaku dengan Kinerja
Lenvine (1996:67) mengemukakan ada tiga konsep
Pengertian teori path-goal (House, 1971:321)
yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat
dalam (Robbins, 1998:39) adalah teori yang
kinerja, yaitu:
menyatakan
1. Responsivitas
(responsiveness)
bahwa
tugas
pemimpin
untuk
:
membantu para pengikutnya dalam mencapai
menggambarkan kemampuan organisasi publik
tujuan mereka dan untuk memberi pengarahan
dalam menjalankan misi dan tujuan terutama untuk
yang dibutuhkan atau dukungan untuk memastikan
memenuhi
penilaian
bahwa tujuan mereka selaras dengan tujuan umum
responsivitas bersumber padadata organisasi dan
organisasi. Teori path-goal menjelaskan dampak
masyarakat,
untuk
perilaku pemimpin pada motivasi bawahan,
mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan dan program
kepuasan dan kinerjanya (Luthans, 2006:61) dan
organisasi, sedangkan data masyarakat pengguna
pemimpin
kebutuhan
data
masyarakat.
organisasi
dipakai
diharapkan
dapat
mengubah
perilakunya agar sesuai dengan situasi, dimana
9
Prodi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura
pemimpin tidak hanya menggunakan gaya yang berbeda kepada bawahan yang berbeda tetapi
d) Metode Penelitian
menggunakan gaya yang berbeda kepada bawahan
Penelitian
yang
dilakukan
adalah
yang sama pada situasi yang berbeda (Daft, 2001)
penelitian dengan jenis penelitian Eksplanasi
dalam (Cecilia dan Gudono, 2007).
Asisoatif dengan pola hubungan kausal. Maksud
Menurut model teori
path-goal, perilaku
dari penelitian eksplanasi yaitu menemukan dan
pemimpin dapat diterima ketika para karyawannya
mengembangkan
memandangnya sebagai suatu sumber kepuasan,
sebelumnya, sehingga hasil dari penelitian dapat
dimana bawahan secara aktif akan mendukung
menjelaskan kenapa/mengapa terjadi gejala atau
pemimpinnya selama dia memandang bahwa
kenyataan sosial tertentu, Tohardi (2008:108).
tindakan pemimpin dapat meningkatkan tingkat kepuasannya (Hughes
et al., 1999) dalam
teori
yang
telah
ada
Sugiono (2010:11) menjelaskan bahwa “Penelitian
asosiatif/hubungan
merupakan
(Silverthone, 2001). Selain itu teori ini juga
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
menyatakan bahwa perilaku pemimpin menjadi
hubungan antara 2 variabel atau lebih”. Dalam
tidak efektif apabila perilaku tersebut mengalami
penelitian juga dikenal dengan hubungan kausal,
tumpang-tindih dengan struktur lingkungan atau
dimana hubungan kausal ini adalah hubungan
kurang kongruen dengan karakteristik karyawan.
yang bersifat sebab akibat. Jadi disini terdapat
Gaya kepemimpinan yang diidentifikasi oleh
variabel
House (1971) dalam Silverthone (2001) adalah
mempengaruhi) dan variabel dependen (variabel
sebagai berikut :
yang dipengaruhi).
1. Kepemimpinan yang direktif (mengarahkan), memberikan panduan kepada para karyawan mengenai apa yang seharusnya dilakukan dan bagaimana cara melakukannya, menjadwalkan pekerjaan, dan mempertahankan standar kinerja. 2. Kepemimpinan yang suportif (mendukung), menunjukkan kepedulian terhadap kesejahteraan dan kebutuhan karyawan, bersikap ramah dan dapat didekati, serta memperlakukan para pekerja sebagai orang yang setara dengan dirinya. 3. Kepemimpinan partisipatif, berkonsultasi dengan para karyawan dan secara serius mempertimbangkan gagasan mereka pada saat mengambil keputusan 4. Kepemimpinan yang berorientasi pada pencapaian, mendorong para karyawan untuk berprestasi pada tingkat tertinggi mereka dengan menetapkan tujuan yang menantang, menekankan pada kesempurnaan, dan memperlihatkan kepercayaan diri atas kemampuan karyawan. House (1971) mengemukakan bahwa dalam model path goal terdapat dua kelompok variabel kontinjensi yang menghubungkan perilaku kepemimpinan dengan hasil, yaitu variabel dalam lingkungan yang berada di luar kendali karyawan (struktur tugas, sistem otoritas formal dan kelompok kerja) dan berbagai variabel yang merupakan bagian dari karakteristik personal karyawan (locos of control, pengalaman dan kemampuan yang yakin dimiliki).
independen
(variabel
yang
Dalam penelitian ini, populasi penelitian adalah seluruh staf Kecamatan Kelam Permai dan Kepala Desa di lingkungan Kecamatan Kelam Permai yang berjumlah 30 orang, yang terdiri dari pegawai Kantor Camat Kelam Permai yang berjumlah 14 orang dan seluruh Kepala Desa di Kecamatan Kelam Permai. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Total Sampling dimana sampel yang diambil
adalah
seluruh
populasi.
Alasan
penggunaan cara ini adalah dengan alasan bahwa pengaruh
tujuan
penelitian
Kepemimpinan
adalah
meneliti
terhadap
kualitas
kinerja, jadi sampel yang diambil adalah seluruh staf kecamatan yang merupakan staf camat dan seluruh Kepala Desa di Kecamatan Kelam Permai
yang
berada
langsung
dibawah
kepemimpinan camat yang ada di Kantor Camat Kecamatan Kelam Permai.
Antonius Tony Segah
Teknik
Hubungan Perilaku Camat Dengan Kinerja Pegawai Di Lingkungan Kecamatan Kelam Permai Kabupaten Sintang
pengumpulan
data
yang
2) Responsibilitas : dari pengolahan data primer
digunakan adalah penyebaran angket oleh
yang diperoleh dari angket penelitian terdapat 15
peneliti kepada responden. Teknik analisis
orang (50%) dari 30 orang responden yang
adalah cara yang digunakan untuk menganalisis
menyatakan sangat baik.
dan mengiterprtasikan data yang nantinya telah
3) Akuntabilitas : dari pengolahan data primer
diperoleh. Sesuai dengan jenis data yang
yang diperoleh dari angket penelitian terdapat 18
nantinya akan diperoleh yaitu data interval
orang (60%) dari 30 orang responden yang
berdasarkan jenis penelitian adalah penelitian
menyatakan sangat baik.
eksplanatif, serta perumusan masalah yang ingin
c. Penelitian ini menerima Ha, artinya ada
membuktikan ada tidaknya hubungan, maka
hubungan antara perilaku camat dengan kinerja
tenik analisis yang peneliti gunakan adalah
pegawai di Kantor Camat Kelam Permai
korelasi product
momen untuk mengetahui
Kabupaten Sintang. Berdasarkan hasil koefisien
hubungan perilaku kepemimpinan camat dengan
determinasi diperoleh hasil pengaruh variabel
kinerja pegawai di lingkungan Kecamatan
perilaku pemimpin sebesar 45,9% terhadap
Kelam Permai.
variabel kinerja pegawai dan sisanya 54,1%
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hubungan Perilaku Camat dengan Kinerja
adalah faktor-faktor lain yang tidak disertakan dalam
penelitian
ini
seperti
motivasi,
Pegawai di Lingkungan Kecamatan Kelam
komunikasi, lingkungan kerja ataupun variabel-
Permai Kabupaten Sintang.
variabel lainnya.
a. Variabel perilaku kepemimpinan, dari hasil pengolahan data terdapat 20 orang (66,67%)
2. Keterbatasan Studi
responden yang menyatakan sangat baik dengan
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini
rentang nilai (67,6 – 80).
memiliki keterbatasan yang dapat mempengaruhi
1) Consideration : dari pengolahan data primer
hasil penelitian. Adapun keterbatasan yang
yang diperoleh dari angket penelitian terdapat 25
ditemukan dalam penelitian ini, yaitu:
orang (83,33%) dari 30 orang responden yang
1.
Kurangnya
pemahaman
dari
menyatakan sangat baik.
responden terhadap pertanyaan-pertanyaan yang
2) Initiating Structure : dari pengolahan data
tertera di dalam kuesioner serta sikap kepedulian
primer yang diperoleh dari angket penelitian
dan
terdapat 20 orang (66,67%) dari 30 orang
pertanyaan yang ada menjadi kendala dalam
responden yang menyatakan sangat baik.
penelitian ini. Hal ini diakui oleh peneliti sebagai
b.
Variabel
kinerja
pegawai,
dari
hasil
keseriusan
dalam
menjawab
semua
keterbatasan diseabkan karena peneliti tidak
pengolahan data terdapat 21 orang (70%) dari 30
menggunakan
orang responden yang menyatakan sangat baik
mendalam dengan semua responden dalam
dengan rentang nilai (50,8 – 60,0).
penelitian ini.
1) Responsivitas : dari pengolahan data primer
2.
metode
Masalah
wawancara
subyektifitas
secara
dari
yang diperoleh dari angket penelitian terdapat 19
responden dapat mengakibatkan hasil penelitian
orang (63,33%) dari 30 orang yang menyatakan
ini rentan terhadap biasnya jawab responden.
baik.
Masih tingginya keengganan pegawai di Kantor Camat
Kelam
Permai
dalam
menjawab
11
Prodi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura
pertanyaan-pertanyaan penelitian sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Hal ini tampak dalam
Tangkilisan, Hessel Nogi S. Manajemen Publik. Jakarta: Pt. Gramedia Widiasarana Indonesia 2005.
jawaban responden yang banyak mengumpul pada
daerah
setuju
sehingga
hal
ini
memungkinkan adanya jawaban-jawaban yang bias.
The
Liang Gie. Organisasi dan Manajemen. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1981.
Widodo, Joko. 2005. Membangun Birokrasi Berbasis Kinerja. Sidoarjo: Bayumedia
DAFTAR PUSTAKA Literatur: Bahan dari Peraturan dan Perundang-undangan: Hamidi. Manajemen Perkantoran. Bandung, Alfabeta, 1981. Handayaningrat, Soewarno. Administrasi Pemerintahan Dalam Pembangunan Nasional. Jakarta: CV. Haji Masagung, 1991. Mangkunegara. Anwar Prabu. 2005. prilaku dan budaya organisasi. PT Refika Aditama. Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. 2005. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: PT Refika Aditama Umam,
Khaerul. 2010. Perilaku Bandung: CV. Pustaka Setia
Organisasi.
Pasolong, Harbani. 2008. Kepemimpinan Birokrasi. Bandung: CV. Alfabeta. Pasolong, Harbani. 2007. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta. Said, Mas’ud. 2010. Kepemimpinan, pengembangan organisasi team building dan prilaku inovatif. Malang:UIN-MALIKI PRESS. Sedarmayanti. 2001. Manajemen Sumberdaya Manusia. Bandung : Refika Aditama. Siagian,
sondang P. 2003. Teori & praktek kepemimpinan. Jakarta: PT. Reinka cipta
Stogdill, R & Coons, A. (1957). Pemimpin perilaku: deskripsi dan pengukuran, Biro Penlitian Bisnis, Ohio State University, Colombus, OH Sugiyono. 2011. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D. Bandung: CV Alfabeta. Susetyo, Budi. 2010. Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. PT Refika Aditama. Sudarmanto. 2009. Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Thoha,
Miftah. 2010. Kepemimpinan Manajemen. Jakarta: Rajawali Pers.
dalam
Pedoman penulisan skripsi program studi ilmu pemerintahan kerjasama FISIP-UNTAN dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat. Undang-undang No pemerintahan daerah.
32
tahun
2004
tentang
Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2008 tentang kecamatan.