HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN DUKUNGAN MASYARAKAT TERHADAP PENDERITA PENYAKIT KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BRINGIN KABUPATEN SEMARANG Pramono Setiaji*, Puji Lestari, S. Kep., M.Kes. (Epid))** * Mahasiswa Keperawatan ** Dosen Pembimbing Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRAK Kusta menimbulkan masalah kesehatan masyarakat yang sangat kompleks, bukan hanya dari segi medis tetapi juga dari segi mental sosial ekonomi dan budaya penderita. Penderita kusta tersebut membutuhkan dukungan dari masyarakat dalam menghadapi situasi yang penuh tekanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan dukungan masyarakat terhadap penderita penyakit kusta di wilayah kerja Puskesmas Bringin Kabupaten Semarang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan waktu cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua warga berusia dewasa (18 – 65 tahun) di lingkungan tempat tinggal penderita kusta. Sampel diambil secara purposive sampling sebanyak 80 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Bentuk data kategorik yang di analisis menggunakan distribusi frekuensi. Variabel yang dianalisis adalah pengetahuan dan dukungan masyarakat. Data dianalisis menggunakan uji statistik chi-square. Hasil penelitian ini didapatkan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan dengan dukungan terhadap penderita kusta di wilayah kerja Puskesmas Bringin dengan nilai kemaknaan p value 0,001 dimana nilai p < α (0,05). Terkait dengan hasil 35 responden yang memiliki pengetahuan kurang, sebagian besar 33 (94,3 %) memberikan dukungan kurang, 11 responden yang memiliki pengetahuan baik, sebagian besar 7 (63,6 %) memberikan dukungan baik. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian dengan menggunakan metode wawancara terbuka untuk menilai dukungan. Kata kunci : Pengetahuan, dukungan, kusta. Kepustakaan : 33(1999-2013)
PENDAHULUAN Penyakit Kusta (Leprocy) bukan penyakit keturunan, bukan pula disebabkan oleh kutukan, guna-guna, dosa atau makanan. Kusta merupakan penyakit menular dan menahun yang disebabkan oleh kuman Myctobacterium Leprae. Penyakit ini menyerang kulit, saraf tepi dan dapat pula menyerang jaringan tubuh lainnya kecuali otak (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2010). Epidemiologi penyakit kusta menurut geografi, penemuan kasus baru kusta di dunia yang terlapor di World Health Organization (WHO) pada awal tahun 2012. Tercatat jumlah kasus baru kusta di dunia pada tahun 2011 adalah sekitar 219.075. Dari jumlah tersebut paling banyak terdapat di regional Asia Tenggara (160.132) diikuti regional Amerika (36.832), regional Afrika (12.673) dan sisanya berada di regional lain di dunia (Kemenkes RI, 2012). Penyakit kusta masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di 18 negara yang melaporkan 1000 atau lebih kasus baru selama tahun 2011. Delapan belas negara ini mempunyai kontribusi 94% dari seluruh kasus baru di dunia. Pada tahun 2011 Indonesia merupakan penyumbang penyakit kusta ketiga setelah India dan Brazil. Menurut data World Health Organization (WHO) jumlah penderita kusta yang disebut juga dengan lepra memang mengalami penurunan. Jumlah kasus lepra baru di dunia yang tahun 2004 sebanyak 407.791 turun tajam menjadi 219.075 pada tahun 2011. Jumlah kasus yang terdeteksi diseluruh dunia mengalami penurunan. Tetapi penurunan kasus kusta di angka dunia, tidak diikuti
penurunan kasus di Indonesia, kasus kusta yang pada tahun 2004 jumlah kasus barunya 16.549, pada tahun 2011 malah bertambah menjadi sekitar 20.032 (Kemenkes RI, 2012). Upaya pengendalian penyakit kusta di dunia menetapkan tahun 2010 sebagai tonggak pencapaian eliminasi. Indonesia berhasil mencapai target ini pada tahun yang sama, akan tetapi perkembangan 10 tahun terakhir memperlihatkan tren statis dalam penemuan kasus baru. Sebagai upaya global World Health Organization (WHO) yang didukung The International Federations of Anti Leprosy Associations (ILEP) mengeluarkan Enhanced Global Strategy for Futher Reducing the Disease Burden due to Leprosy (2011-2015) berpedoman pada World Health Organization (WHO) ini dan dengan mensinkronkan dengan Rencana Strategi Kementrian Kesehatan untuk tahun 2010-2014, disusun kebijakan nasional pengendalian kusta di Indonesia (Kemenkes RI, 2012). Menurut Timotius, dalam Susanto dkk (2009), Penyakit Kusta bukanlah penyakit yang menyebabkan kematian yang seketika, seperti penyakit menular lainnya, melainkan penyakit kronis sehingga menimbulkan masalah kesehatan masyarakat yang sangat kompleks, bukan hanya dari segi medis tetapi juga dari segi mental sosial ekonomi dan budaya penderita, terutama akibat cacat yang ditimbulkan penyakit tersebut, selain kondisi aktif sebagai penderita, maka keadaan cacat inilah juga yang biasanya menyebabkan penderita kusta ditolak dan diabaikan masyarakat. Tak jarang mereka dikucilkan oleh masyarakat atau bahkan oleh keluarganya sendiri.
Sebagian dari mereka harus kehilangan pekerjaannya. Pada beberapa tempat bahkan sangat ekstrim, setiap langkah penderita kusta dianggap sangat berbahaya karena berpotensi menularkan penyakit ini kepada orang-orang yang berada disekitar mereka. Padahal penyakit ini adalah penyakit menular yang paling lambat menular dibandingkan dengan penyakit menular lainnya. Stigma inilah yang membuat masyarakat penyandang kusta memilih hidup berkelompok, atau mengelompokkan diri. Sikap hidup seperti ini malah membuat permasalahan semakin banyak dan menumpuk (Susanto dkk, 2009). Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini penting untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan dukungan masyarakat terhadap penderita penyakit kusta. Hipotesa dalam penelitian ini adalah hipotesa alternative (Ha) Ada hubungan antara pengetahuan dengan dukungan masyarakat terhadap penderita penyakit kusta. METODE Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan waktu crosssectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua warga berusia dewasa (18 – 65 tahun) di lingkungan tempat tinggal penderita kusta 380 orang. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sample. Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus besar sampel penelitian analitis kategorik jumlah responden sebanyak 80 orang.
Peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teknik komputerisasi, yang kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Keeratan hubungan pengetahuan dengan dukungan masyarakat diuji dengan menggunakan uji statistik chi-square. HASIL HASIL
DAN
PEMBAHASAN
Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Kusta Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Kusta dapat dilihat pada tebel berikut: Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Kusta. Pengetahuan Kurang Cukup Baik Total
Frekuensi 35 34 11 80
Prosentase 43,7 % 42,5 % 13,8 % 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 80 responden, sebagian besar responden dengan pengetahuan kurang sebesar 35 responden (43,8 %) dan sebagian kecil responden pengetahuan baik sebesar 11 (13,8 %). Gambaran Dukungan Masyarakat Terhadap Penderita Kusta Gambaran Dukungan Masyarakat Terhadap Penderita Kusta dapat dilihat pada tebel berikut: Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Dukungan Masyarakat Terhadap Penderita Kusta. Dukungan Kurang Baik Total
Frekuensi 54 26 80
Prosentasi 67,5 % 32,5 % 100 %
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 80 responden,
sebagian besar responden dengan dukungan kurang sebesar 54 responden (67,5 %) dan sebagian kecil responden dengan dukungan baik sebesar 26 responden (32,5 %). Analisa Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kusta Dengan Dukungan Terhadap Penderita Kusta. Analisa Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kusta Dengan Dukungan Terhadap Penderita Kusta dapat dilihat pada tebel berikut: Tabel 5.5 Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kusta Dengan Dukungan Terhadap Penderita Kusta. Pengetah uan
Dukungan Kurang
Total p value
Baik
Kurang
F 33
% 94, 3%
F 2
% 5,7 %
Cukup
17
50 %
17
Baik
4
36, 4%
Total
54
67, 5%
F
%
35
100 %
50 %
34
100 %
7
63, 6%
11
100 %
26
32, 5%
80
100 %
memberikan dukungan kurang. 11 responden yang memiliki pengetahuan baik, sebagian besar 7 (63,6 %) memberikan dukungan baik, sehingga dapat di simpulkan bahwa pada pengetahuan kurang, dukungan masyarakat cenderung kurang, sedangkan pada yang pengetahuanya baik, dukungan masyarakat juga baik. Berdasarkan uji statistik chisquare diketahui p value 0,001. Dimana nilai p < α (0,05), dapat disimpulkan bahwa Ha diterima, berarti ada hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan tentang kusta dengan dukungan terhadap penderita kusta di wilayah kerja Puskesmas Bringin.
0,001
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 35 responden yang memiliki pengetahuan kurang, sebagian besar 33 (94,3 %) Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Kusta Berdasarkan hasil pengetahuan, sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang sebesar 35 (43,8 %). Dan sebagian kecil pengetahuan baik sebesar 11 (13,8 %). Pengetahuan responden yang sebagian besar pengetahuan kurang sebesar 35 (43,8 %) tersebut berkaitan dengan pendidikan yang sebagian besar menengah sebesar 43 (53,8 %). Dilihat berdasarkan usia yang rata-rata responden berusia 31 tahun. Hasil tersebut sejalan dengan pendapat Menurut YB Mantra yang dikutip Notoatmodjo (2010), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku
PEMBAHASAN seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan (Nursalam, 2010) pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. Menurut Elisabeth BH yang di kutip Nursalam (2010) usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat di lahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Menurut Ann.Mariner yang dikutip
Nursalam, lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. Menurut Wawan (2010) sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Gustina (2011) dengan judul penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan masyarakat terhadap penderita kusta di Jorong Kuamang Kanagarian Panti. Menunjukkan hasil bahwa lebih dari setengah responden (53 %) memiliki pengetahuan kurang tentang penyakit kusta. Gambaran Dukungan Masyarakat Terhadap Penderita Kusta Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar responden dengan dukungan kurang sebesar 54 (67,5 %). Berdasarkan hasil penelitian dukungan masyarakat terhadap penderita kusta, menunjukkan bahwa sebagian masyarakat dukungan kurang tersebut dapat dipengaruhi oleh pengetahuan yang sebagian besar kurang sebesar 35 (43,8 %). Prosentase terbesar jawaban tidak mendukung responden ada pada pertanyaan meminjamkan uang untuk biaya pengobatan penderita kusta (92,5 %), membantu merawat atau meringankan tugas penderita kusta (83,8 %), mengajak penderita kusta pada acara pertemuan warga (73,8 %). Hal ini dapat disebabkan oleh responden yang memiliki ekonomi menengah kebawah dan takut tertular penyakit kusta sehingga untuk memberikan dukungan instrumental dan dukungan kelompok menjadi kurang.
Berdasarkan hasil tersebut dukungan yang terbesar tidak dilakukan responden adalah dukungan instrumental dan dukungan kelompok. Menurut Sheridan dan Radmacher (1992) dukungan instrumental (instrumental support) merupakan dukungan yang paling sederhana untuk didefinisikan, yaitu dukungan yang berupa bantuan secara langsung dan nyata seperti memberi atau meminjamkan uang atau membantu meringankan tugas orang yang sedang stres. Tetapi pada kenyataannya dukungan ini adalah dukungan yang paling besar tidak bisa dilakukan oleh responden. Dukungan kelompok (network support) merupakan dukungan yang dapat menyebabkan individu merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari suatu kelompok dimana anggota-anggotanya dapat saling berbagi. Misalnya menemani orang yang sedang stres ketika beristirahat atau berekreasi. Menurut Dimatteo (1991), dukungan sosial adalah dukungan atau bantuan yang berasal dari orang lain seperti teman, keluarga, tetangga, rekan kerja dan orang lain. Saroson (dalam Smet, 1994) yang menyatakan bahwa dukungan sosial adalah adanya transaksi interpersonal yang ditunjukkan dengan memberikan bantuan pada individu lain, dimana bantuan itu umunya diperoleh dari orang yang berarti bagi individu yang bersangkutan. Menurut Shumaker & Browne dalam Duffy & Wong (2010) dukungan sosial adalah pertukaran bantuan antara dua individu yang berperan sebagai pemberi dan penerima. Dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, penghargaan, maupun bantuan dalam bentuk lainnya yang diterimanya
individu dari orang lain ataupun dari kelompok (Sarafino, 2002). Dukungan sosial bimbingan adalah adanya hubungan kerja ataupun hubungan sosial yang dapat memungkinkan seseorang mendapat informasi, saran, atau nasehat yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dan mangatasi permasalahan yang dihadapi. Jenis dukungan sosial ini bersumber dari guru, alim ulama, pamong dalam masyarakat, dan juga figur yang dituakan dalam keluarga. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Gustina (2011) dengan judul penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan masyarakat terhadap penderita kusta di Jorong Kuamang Kanagarian Panti. Menunjukkan hasil bahwa lebih dari setengah responden (58,3 %) memiliki tindakan kurang baik terhadap penderita kusta. Analisa Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kusta Dengan Dukungan Masyarakat Terhadap Penderita Kusta. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 35 responden yang memiliki pengetahuan kurang, sebagian besar 33 (94,3 %) memberikan dukungan kurang. 11 responden yang memiliki pengetahuan baik, sebagian besar 7 (63,6 %) memberikan dukungan baik. Berdasarkan hasil uji statistik chi-square diketahui p value 0,001. Dimana nilai p < α (0,05), dapat disimpulkan bahwa Ha diterima, berarti ada hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan tentang kusta dengan dukungan terhadap penderita kusta di wilayah kerja Puskesmas Bringin. Hasil tersebut sesuai dengan Notoatmodjo (2010),
bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behaviour). Dari pengalaman dan penelitian ternyata pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan. Pengetahuan mempengaruhi dukungan masyarakat sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2010, h. 128) berawal dari Awareness (kesadaran), di mana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). Selanjutnya tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut dan sikap subjek sudah mulai timbul. Tahap ketiga seseorang menimbangnimbang terhadap baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya dan berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. Tahap ke empat Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. Tahap terakhir Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus, yang dalam hal ini adalah memberikan dukungan. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa dari 11 responden yang memiliki pengetahuan baik, sebagian kecil 4 (36,4 %) memberikan dukungan kurang. Hal ini dapat disebabkan oleh responden hanya sekadar mengetahui tidak mengenal penderita kusta, responden mengetahui tentang kusta tetapi responden terlalu takut jika tertular penyakit tersebut. Begitupun sebaliknya dari hasil penelitian, diketahui bahwa dari 35 responden yang memiliki pengetahuan kurang, sebagian kecil 2 (5,7 %) memberikan dukungan baik, hal ini dapat
disebabkan oleh responden yang kurang mendapat informasi tentang penyakit kusta sehingga tidak tahu tentang penyakit kusta, tetapi responden mengenal penderita kusta dan merasa empati sehingga memberikan dukungan baik terhadap penderita kusta. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Gustina (2011) dengan judul penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan masyarakat terhadap penderita kusta di Jorong Kuamang Kanagarian Panti. Menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan tindakan masyarakat terhadap penderita kusta. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan gambaran tingkat pengetahuan masyarakat tentang kusta di wilayah kerja Puskesmas Bringin Kabupaten Semarang dapat ditarik kesimpulan yaitu : Sebagian besar responden mempunyai pengetahuan kurang sebesar 35 (43,8%). Berdasarkan gambaran dukungan masyarakat terhadap penderita kusta di wilayah kerja Puskesmas Bringin Kabupaten Semarang dapat ditarik kesimpulan yaitu : Sebagian besar responden memberikan dukungan kurang sebesar 54 (67,5%). Berdasarkan analisa hubungan tingkat pengetahuan tentang kusta dengan dukungan masyarakat terhadap penderita kusta di wilayah kerja Puskesmas Bringin Kabupaten Semarang dapat ditarik kesimpulan yaitu : Ada hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan tentang kusta dengan dukungan terhadap
penderita kusta di wilayah kerja Puskesmas Bringin (p value = 0,001) Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah di kemukakan di atas, maka saran yang dapat di berikan adalah sebagai berikut : Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan dan informasi dalam ilmu keperawatan sehingga pengetahuan masyarakat tentang penyakit kusta meningkat dan masyarakat dapat memberikan dukungan yang baik kepada penderita kusta. Peneliti menyarankan penelitian lebih lanjut untuk dapat melakukan penelitian dengan menggunakan metode wawancara terbuka untuk menilai dukungan. DAFTAR PUSTAKA Amiruddin. D.M. (2001). Penyakit Kusta. Makasaar: Hasanuddin Universty Press Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Badan Pusat Statistik Kabupaten Semarang. (2012). Kecamatan Bringin Dalam Angka Tahun 2012. Semarang: Badan Pusat Statistik Kabupaten Semarang Badan Pusat Statistik Kabupaten Semarang. (2013). Kabupaten Semarang Dalam Angka Tahun 2013. Semarang: Badan Pusat Statistik Kabupaten Semarang Departemen Kesehatan RI. (2007). Buku Pedoman Nasional Pemberantasan Penyakit Kusta. Cetakan XVIII. Jakarta: Depkes RI. Dewi, Gustina. (2011). Faktor-faktor yang berhubungan dengan
tindakan masyarakat terhadap penderita kusta di jorong kuamang kanagarian panti kec. Padang: Universitas Panti. Andalas. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Modul Pelatihan Program Kusta Untuk UPK. Tahun 2012. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Tahun 2012. Friedman. (2005). Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktik, three edition, translation Ina Debora. Jakarta: EGC. Gottlieb, B. H. (1983). Social Support Strategies : Guideliness for Mental Helth Practice. London : Sage Publication Hidayat, Z.A. (2010). Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba medika. Hurlock, E. B. (1999). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan. Jakarta : Erlangga. Kemenkes RI Dirjen PP. Pedoman Nasional Program Pengendalian Penyakit Kusta. Tahun 2012 Kosasih, I., Wisnu, M, I., Daili, S, E., Menaldi., L, S. (2007) “Kusta” dalam Djuanda Adhi (Eds.), Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin (hlm. 73-88). Jakarta: FK.UI. Missophie. (2009).”Kusta-1” (online) diakses pada tanggal 08-12-2013 dari http://www.scribd.com/doc/166 97909/kusta-1 Mubarak & Chayatin. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia, Teori & Aplikasi dalam Praktik. EGC: Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. ____________ (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. ____________ (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. ____________ (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nugraha. (2009). “Hubungan Antara Dukungan Sosial dan Stres pada Penderita Penyakit Kusta di Rumah Sakit Kusta Kediri” (online) diakses pada tanggal 10-11-2013. dari http://karyailmiah. um.ac.id/index.php/BKPsikolo gi/article/view/2689 Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Riyanto A. (2009). Pengolahan dan Analisia Data Kesehatan. Yogyakarta: Mulia Medika. Sarafino. (2002). Health Psychology Biopsychology Interaction. Third Edition. New York : John Willey and Sans. Saebani, B.A. (2008). Metodelogi Penelitian. Bandung: Pustaka Setia. Setiawan A, Saryono. (2010). Metodologi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika. Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta : Gramedia. Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Suliswati., Maruhawa, J., Sianturi, Y., Sumijatun., Payapo, A. T. (2005). Konsep Dasar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC. Susanto. (2009). Penderita kusta di Indonesia meningkat tajam, http/www.eng.suaramedia.com/ .../4834-rjenderita-kusta-diindonesia-meningkat-taiam. (diakses 27 Januari 2010) Susanto, dkk. (2009). Lepra, siapa takut?. Jakarta: YTLI. Stuart, G.W. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed 5. Editor edisi bahasa Indonesia: Karyuni, E, P. Jakarta: EGC Wawan A, M Dewi. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.