Hubungan Media Komunikasi Citra dan Jenis Citra Terhadap Citra PT. Blue Bird Group Di Mata Warga Kemang Selatan IV Jakarta Selatan ABSTRAK Universitas Paramadina Program Studi Ilmu Komunikasi 2015 Muhammad Luddy Ramadhan 209000158 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar hubugan antara media komunikasi citra dan jenis citra terhadap citra PT. Blue Bird Group di mata warga Kemang Selatan IV Jakarta Selatan. Metodologi penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah survei. Peneliti tidak memakai sampel namun semua populasi peneliti pakai untuk penelitian ini, peneliti memakai sensus, karena total responden warga Kemang Selatan IV sebanyak 68 orang. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuisioner dengan skala pengukuran dalam kuisioner ini adalah Skala Likert. Hasil penelitian ini menggunakan analisis korelasi Pearson’s Product Moment. Maka diperoleh nilai koefisien korelasi variabel X (Media Komunikasi Citra) terhadap Variabel Y (Jenis Citra) sebesar (0,774) dan tingkat nilai signifikan 0,000 yang mana nilai ini menunjukan adanya hubungan yang tinggi antara kedua variabel. Kemudian hasil pengujian menggunakan pengujian koefisien untuk menentukan hasil hipotesis, diketahui nilai pada uji dua sisi nilai signifikansi dari kedua variabel adalah 0.000 yang artinya nilai tersebut kurang (<) dari 0.05 dan hasil hipotesis menunjukan bahwa Ho ditolak sehingga ada hubungan antara media komunikasi citra dengan jenis citra terhadap citra PT. Blue Bird Group di mata warga Kemang Selatan IV Jakarta Selatan. Kata Kunci: Media Komunikasi, Citra, Korporat, Blue Bird Group Daftar Pustaka: 23 buku (2000-2014), 1 situs online.
1
Latar Belakang Blue Bird Group merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa transportasi di Indonesia. Nama Blue Bird Group sudah melekat dalam benak masyarakat sebagai konsumen perusahaan tersebut, mulai dari armada transportasi Blue Bird, Silver Bird, Golden Bird, hingga Big Bird. Mulai melayani tahun 1972, Blue Bird merupakan mitra transportasi terpercaya. Selama beberapa tahun nama Blue Bird sinonim dengan standar tinggi layanan taksi penumpang, mengangkut
lebih
dari
8,5
juta
orang
di
seluruh
Indonesia
per-bulan.
((www.bluebird.com/id/about/history), diakses pada 10 Juni 2014) Menjadi sebuah perusahaan transportasi terbesar, Blue Bird Group harus mampu mempertahankan kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat dan rekan kerja kepada perusahaan. Dengan nama besar yang disandang Blue Bird Group, perusahaan diharapkan dapat memiliki kredibilitas yang mampu memperkuat citra positif perusahaan di mata masyarakat. Citra Menurut Sutojo (2004:60) yaitu: “Tidak dapat dipungkiri, citra memang hal yang mutlak bagi suatu perusahaan dan menjadi hal terpenting guna mencapai tujuan yang diinginkan perusahaan. Citra yang baik merupakan alat yang kuat bukan, bukan hanya untuk menarik konsumen saja, melainkan juga untuk memperbaiki kepuasan konsumen terhadap suatu perusahaan.” Blue Bird Group sangat memperhatikan citra positif yang mereka miliki saat ini. Tugas kedepannya adalah, Blue Bird Group harus dapat mempertahankan citra positif mereka dan menciptakan citra yang lebih baik lagi guna menunjang nama baik perusahaan di mata masyarakat. Salah satu cara menciptakan citra positif adalah dengan cara meningkatkan kinerja perusahaan agar dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat. Di sisi lain, Blue Bird Group harus dapat mengkomunikasikan citra mereka kepada masyarakat melalui sebuah media ataupun situasi yang mampu diterima oleh masyarakat sebagai konsumen dari Blue Bird Group. Dalam mengkomunikasikan citra mereka, diharapkan masyarakat dapat melihat dengan langsung seperti apa citra dari Blue Bird Group yang beredar di masyarakat. Menurut
Kotler,
terdapat
empat
media
utama
yang
dapat
digunakan
dalam
mengkomunikasikan citra sebuah perusahaan. Media tersebut adalah lambang, media, suasana, dan peristiwa (Kotler, 2000:338). Keempat unsur ini dapat diterpakan sebagai pembentukan citra sebuah perusahaan yang nantinya akan di informasikan kepada masyarakat luas. Ketika 2
masyarakat kurang memahami citra apa yang dimiliki Blue Bird Group, masyarakat dapat mengetahui dan menilai mengenai citra Blue Bird Group setelah mereka diberikan informasi mengenai
citra
Blue
Bird
Group
melalui
media-media
yang
digunakan
dalam
mengkomunikasikan citra perusahaan. Pendapat lain mengenai citra dikemukakan oleh PR Smith yang mendefinisikan “Citra perusahaan sebagai sejumlah persepsi terhadap sebuah perusahaan”. Lawrence L. Steinmentz juga mendefinisikan “Citra perusahaan sebagai persepsi masyarakat terhadap jati diri perusahaan. Persepsi masyarakat terhadap perusahaan didasari atas apa yang mereka ketahui atau kira tentang perusahaan yang bersangkutan” (Nova, 2011:299). Frank Jeffkins menuturkan bahwa ada enam jenis citra yang dapat mempresentasikan sebuah citra baik atau buruk bagi suat perusahaan. Jenis citra tersebut adalah citra bayangan, citra yang berlaku, citra yang diharapkan, citra perusahaan, citra majemuk, citra baik dan buruk (Nova, 2011: 299). Bagi suatu perusahaan besar seperti Blue Bird Group, citra positif dari masyrakat sangat dibutuhkan untuk dapat menunjang kredibilitas perusahaan di mata masyarkat. Hal-hal yang dapat mempengaruhi citra Blue Bird Group di mata masyarakat tidak melulu soal strategi dalam menciptakan sebuah citra. Namun, kerja keras juga dibutuhkan untuk mencapai sebuah kemenangan dalam mendapat penghargaan dari pihak external. Penghargaan-penghargaan yang didapat oleh Blue Bird Group secara tidak langsung dapat mempengaruhi citra positive Blue Bird Group di mata masyarakat. Dalam penelitian ini, populasi yang dipilih adalah warga yang tinggal di Kemang Selatan IV Jakarta Selatan. Peneliti memilih warga Kemang Selatan IV karena menurut peneliti banyak warga Kemang Selatan IV yang sering menggunakan aramada Blue Bird Group untuk aktivitas sehari-hari mulai dari regular taxi hingga executive taxi. Warga yang tinggal di Kemang Selatan IV dianggap sesuai dengan target market dari Blue Bird Group yaitu, konsumen yang menginginkan sebuah transportasi umum yang dapat menciptakan rasa aman dan nyaman bagi konsumennya serta dapat membuat konsumen merasakan seperti berada di dalam kendaraan pribadi saat menggunakan armada-armada Blue Bird Group. Di sisi lain, pengalaman dari warga Kemang Selatan IV sebagai konsumen Blue Bird Group dapat menjadi potensi besar untuk memberikan jawaban yang berguna untuk kuisioner penelitian 3
ini. Warga Kemang Selatan IV merupakan kalangan mampu dalam hal materi dimana mereka mempunyai pekerjaan masing-masing dalam kesehariannya. Walaupun warga Kemang Selatan IV mempunyai alat trasnportasi pribadi, namun banyak yang tetap menggunakan alat transportasi umum seperti taksi. Identifikasi masalah dari kedua variabel yaitu seberapa besar PT. Blue Bird Group mampu mengkomunikasikan citra mereka melalui elemen-elemen yang ada pada dimensi media komunikasi citra di mata warga Kemang Selatan IV Jakarta Selatan dan seberapa besar citra PT. Blue Bird Group di mata warga Kemang Selatan IV Jakarta Selatan melalui elemen-elemen yang ada pada dimensi jenis citra. Tujuan dari penilitian ini adalah peneliti ingin mengetahui seberapa besar hubungan antara media komunikasi citra dan jenis citra terdapat citra PT. Blue Bird Group menurut persepsi dan pengalaman warga Kemang Selatan IV Jakarta Selatan sebagai konsumen dari PT. Blue Bird Group. Kerangka Teori Media Komunikasi Citra Citra dapat ditanamkan dan disebarluaskan melalui segala media komunikasi yang dimiliki. Media utama untuk mengkomunikasikan citra adalah (Kotler, 2000:338): 1. Lambang Menurut Kotler (2000:338), “citra dapat diperkuat dengan menggunakan lambang-lambang yang kuat. Perusahaan dapat memiliki lambang seperti Apple Computer. Merek juga dapat dibangun sekitar orang-orang terkenal seperti Parfum Paris Hilton dan perusahaan juga mungkin memilih suatu warna dalam mengidentifikasikan jati diri perusahaan.” 2. Media Menurut Kotler (2000:338), “citra yang dipilih harus ditampilkan dalam iklan yang menyampaikan suatu cerita suasana hati. Pesan itu harus tampak di laporan tahunan, brosur dan katalog, poster dan media yang lainnya.” 3. Suasana Menurut Kotler (2000:338), “ruang fisik yang ditempati perusahaan merupakan pencipta citra yang kuat lainnya. Misal, hotel-hotel seperti Hyatt Regency mengembangkan suatu citra tersendiri melalui lobby atrium dan suatu bank ingin tampak ramah harus memilih rancangan gedung, interior tata letak, warna material, dan perabotan yang tepat.” 4
4. Peristiwa Menurut Kotler (2000:338), “suatu perusahaan dapat membangun suatu identitas melalui jenis kegiatan yang disponsorinya. Sebagai contoh, merek minuman terkemuka pocari sweat yang tampil menonjol dengan mensposori acara-acara olahraga kesehatan.” Jenis Citra Citra perusahaan adalah persepsi yang berkembang dalam benak publik mengenai realitas dari perusahaan itu. Frank Jeffkins menyebutkan bahwa terdapat beberapa jenis citra yang terdapat pada suatu perusahaan (Nova, 2011: 299), yaitu: 1. Citra Bayangan (The Mirror Image) Menurut Jeffkins, “citra bayangan adalah citra atau pandangan orang dalam perusahaan mengenai pandangan masyarakat terhadap perusahaannya. Citra ini sering kali tidak tepat bahkan hanya sekedar ilusi sebagai akibat dari tidak memadainya informasi, pengetahuan atau pemahaman yang dimiliki oleh kalangan dalam perusahaan ini mengenai pendapat atau pandangan pihak luar.” 2. Citra Yang Berlaku (The Current Image) Menurut Jeffkins, “kebalikan dari citra bayangan, citra yang berlaku adalah citra atau pandangan orang luar mengenai suatu perusahaan. Namun sama halnya dengan citra bayangan, citra yang terbentuk belum sesuai dengan kenyataan. Biasanya citra ini cenderung negatif.” 3. Citra Yang Diharapkan (The Wish Image) Menurut Jeffkins, “citra harapan adalah citra yang diinginkan oleh perusahaan. Citra ini itdak juga sama dengan citra yang sebenarnya. Biasanya citra yang diharapkan lebih baik dari pada citra yang sesungguhnya.” 4. Citra Perusahaan (Corporate Image) Menurut Jeffkins, “citra perusahaan adalah citra dari suatu perusahaan secara keseluruhan. Bukan hanya citra atas produk atau pelayanan dari perusahaan itu. Citra perusahaan terbentuk dari banyak hal seperti sejarah atau kinerja perusahaan, stabilitas keuangan, kualitas produk, dan lain-lain.” 5. Citra Majemuk (The Multiple Image) Menurut Jeffkins, “banyaknya jumlah pegawai, cabang atau perwakilan dari sebuah perusahaan dapat memunculkan suatu citra yang belum tentu sama dengan citra perusahaan tersebut secara keseluruhan. Jumlah citra yang dimiliki suatu perusahaan boleh dikatakan sama banyaknya dengan jumlah pegawai yang dimiliki perusahaan tersebut.” 6. Citra Yang Baik dan Buruk (Good and Bad Image) 5
Menurut Jeffkins, “seorang public figure dapat menyandang reputasi yang baik atau buruk. Keduanya bersumber dari adanya citra-citra yang berlaku dan bersifat negatif atau positif. Citra PR yang ideal adalah kesan yang benar yakni sepenuhnya berdasarkan pengalaman, pengetahuan, serta pemahaman atas kenyataan yang sesungguhnya. Ini berarti citra tidak dapat dipoles agar lebih indah dari warna aslinya. Suatu citra yang lebih baik sebenarnya dapat dimunculkan kapan saja, termasuk di tengah terjadinya musibah atau sesuatu yang buruk.” Metode Penelitian Dalam buku Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, Rosady Ruslan (2010:73) menjelaskan bahwa metode penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis dan konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis, dan konsisten. Dapat dikatakan bahwa, sistem dan metode yang digunakan untuk memperoleh informasi atau bahan materi suatu pengetahuan ilmiah yang disebut dengan metodologi ilmiah. Suatu peneltiian dapat dibedakan melalui pendekatannya yang menjadi dasar suatu metodologi riset, baik kantitatif maupun kualitatif. Dalam riset ini, peneliti menggunakan riset kuantitatif. Rachmat Kriyantono (2006:55-56) menjelaskan bahwa: “Riset Kuantitatif adalah riset yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Dengan demikian tidak terlalu mementingkan kedalaman data atau analisis. Periset lebih mementingkan aspek keluasan data sehingga data atau hasil riset dianggap merupakan representasi dari seluruh populasi. Dalam riset ini, peneliti bersikap objektif dan memisahkan diri dari data. Artinya peneliti tidak boleh membuat batasan konsep maupun alat ukur data sekehndak hatinya sendiri. Semuanya harus objektif dengan diuji dulu apakah batasan konsep dan alat ukurnya sudah memenuhi prinsip reliabilitas dan validitas. Dengan kata lain, peneliti berusaha membatasi konsep atau variabel yang diteliti dengan cara mengarahkan riset dalam setting yang terkontrol, lebih sistematik dan terstruktur dalam sebuah desain riset. Desain riset ini sudah harus ditentukan sebelum riset dimulai. Karena peneliti harus menjaga sifat objektif maka dalam analisis datanya pun peneliti tidak boleh mengikutsertakan analisis dan interpretasi yang bersifat subjektif. Karena itu, digunakan uji stastistik untuk menganalisis data.” Dalam penelitian ini, Peneliti menggunakan riset kuantitatif karena ingin mengetahui citra dari PT. Blue Bird Group dimata warga Kemang Selatan IV. Metode penelitian yang peneliti gunakan untuk meneliti citra PT. Blue Bird Group dimata warga Kemang Selatan IV Jakarta Selatan adalah metode survei. Pada buku Teknik Praktis Riset Komunikasi, Rachmat Kriyantono (2006:59) menjelaskan bahwa metode penelitian yang peneliti gunakan untuk meneliti citra PT. Blue Bird Group dimata warga Kemang Selatan IV adalah metode survei. Pada buku Teknik Praktis Riset Komunikasi, Rachmat Kriyantono (2006:59) menjelaskan bahwa metode survei adalah: 6
“Metode survei dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan datanya. Tujuannya adalah untuk memperoleh informasi tentang sejumlah responden yang dianggap mewakili populasi tertentu. Dalam survei proses pengumpulan dan analisis data sosial bersifat sangat terstruktur dan mendetail melalui kuesioner sebagai instrumen utama untuk mendapatkan informasi dari sejumlah responden yang diasumsikan mewakili populasi secara spesifik. Karena itu penggunaan teknik sampling yang benar sangat menentukan kualitas riset.” Menurut Rachmat Kriyantono pada buku Teknik Praktis Riset Komunikasi menjelaskan bahwa survei dibagi menjadi dua yaitu survey deskriptif dan survei eksplanatif. Pembagian ini berdasarkan pada tataran atau cara peneliti menganalisis data yang telah dikumpulkan dan jumlah variabel yang diteliti. Dari kedua jenis survei yang dipakai peneliti untuk meneliti adalah survei eksplanatif. Survei ini digunakan peneliti karena peneliti ingin mengetahui kondisi yang terjadi dan yang mempengaruhi terjadinya sesuatu. Di penelitian ini juga terdapat dua variabel yang saling berhubungan, karena peneliti ingin mengetahui seberapa besar hubungan media komunikasi citra perusahaan dan jenis citra perusahaan PT. Blue Bird Group di mata warga Kemang Selatan IV Jakarta Selatan. Dalam hal survei ini, sifat survei eksplanatif ada kompratif dan asosiatif peneliti memakai sifat asosiatif karena penelitian ini menjelaskan hubungan antarvariabel. Populasi Sebanyak 68 warga yang tinggal di Kemang Selatan Jakarta Selatan. Dikarekan jumlah populasi yang sedikit, peneliti menggunakan sensus untuk meliti seluruh populasi yang ada. Alasan peneliti menggunakan sensus adalah, guna mempertimbangkan untuk meneliti seluruh elemen-elemen populasi. Jika elemen populasi relatif sedikit dan variabilitas setiap elemennya yang tinggi (heterogen). Sensus lebih layak dilakukan jika peneliti yang dimaksudkan untuk menjelaskan karakteristik setiap elemen dari suati populasi (Ruslan, 2010:142). Dari peryataan di atas dapat diketahui bahwa teknik sensus ini dipilih peneliti dikarenakan jumlah sampel yang diambil hanya sedikit yaitu 68 orang. Sehingga dapat dengan mudah untuk peneliti berhubungan langsung dengan responden. Maka, dapat disimpulkan seluruh populasi yang tinggal di Kemang Selatan IV Jakarta Selatan yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Peneliti menggunakan kuesioner sebagai teknik dalam mengumpulkan data yang akan disebar kepada seluruh warga yang tinggal di Kemang Selatan IV Jakarta Selatan. Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahan suatu 7
instrumen. Secara mendasar, validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan dan mampu mengukur apa yang akan diukur (Taniredja dan Mustafidah, 2011:42). Definisi mengenai validitas tersebut dapat disimpulkan bahwa, validitas merupakan cara untuk mengetahui sejauh mana kuesioner sebagai alat ukur dalam mengukur suatu variabel yang sedang diteliti dan untuk mengetahui valid atau tidaknya data yang sedang diteliti. Menurut Sugiyono dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, suatu data dinyatakan valid apabila skor total (corrected item total correlation) di atas 0.3. Jika skor total (corrected item total correlation) di bawah 0.3, maka data tersebut dinyatakan tidak valid. Data yang tidak valid tersebut dapat diperbaiki atau dibuang. Tabel Validitas Variabel X (Media Komunikasi Citra Item-Total Statistics
Pada
Corrected Item-
Cronbach's
Scale Mean if
Scale Variance
Total
Alpha if Item
Item Deleted
if Item Deleted
Correlation
Deleted
LAMBANG1
33.53
25.059
.787
.963
LAMBANG2
33.71
24.658
.845
.962
LAMBANG3
33.49
25.059
.775
.964
MEDIA4
33.93
25.084
.906
.960
MEDIA5
34.01
25.298
.885
.960
MEDIA6
34.01
25.298
.885
.960
SUASANA7
33.88
25.568
.886
.960
SUASANA8
33.96
24.580
.914
.959
SUASANA9
33.79
24.166
.865
.961
PERISTIWA10
33.88
26.732
.821
.963
PERISTIWA11
33.84
27.660
.714
.965
PERISTIWA12
33.84
27.660
.714
.965
tabel
validitas, data dari media komunikasi citra sebagai variabel X dinyatakan valid. Hal ini dapat dilihat dari nilai pada corrected item-total correlation yang berada di atas nilai 0.3. Tabel Validitas Variabel Y (Jenis Citra) Item-Total Statistics
CITRABAYANGAN13
Corrected Item-
Cronbach's
Scale Mean if
Scale Variance
Total
Alpha if Item
Item Deleted
if Item Deleted
Correlation
Deleted
51.75
57.981
.790
.974
8
CITRABAYANGAN14
52.15
57.321
.872
.973
CITRABAYANGAN15
52.06
58.713
.850
.973
CITRAYANGBERLAKU16
52.19
55.888
.870
.973
CITRAYANGBERLAKU17
52.06
57.191
.893
.973
CITRAYANGBERLAKU18
52.15
58.784
.833
.973
51.93
57.233
.870
.973
51.88
56.911
.872
.973
52.12
57.658
.876
.973
CITRAPERUSAHAAN22
51.71
58.002
.774
.974
CITRAPERUSAHAAN23
51.79
56.614
.855
.973
CITRAPERUSAHAAN24
52.37
56.952
.818
.974
CITRAMAJEMUK25
52.16
56.108
.876
.973
CITRAMAJEMUK26
51.93
56.069
.887
.973
CITRAMAJEMUK27
52.41
58.126
.765
.974
CITRABAIKDANBURUK28
52.10
59.646
.801
.974
CITRABAIKDANBURUK29
52.10
62.243
.582
.976
CITRABAIKDANBURUK30
52.15
60.844
.719
.975
CITRAYANGDIHARAPKAN 19 CITRAYANGDIHARAPKAN 20 CITRAYANGDIHARAPKAN 21
Pada tabel validitas, data dari jenis citra sebagai variabel Y dinyatakan valid. Hal ini dapat dilihat dari nilai pada corrected item-total correlation yang berada di atas nilai 0.3. Uji Reliabilitas Suatu alat ukur Reliabilitas memiliki reliabilitas bila hasil pengukurannya relatif konsisten, apabila alat ukur tersebut digunakan berulang kali oleh peneliti yang sama atau peneliti yang lain (Kriyantono, 2012:143). Prof. Dr. Sugiyono dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D menjelaskan bahwa, reliabilitas merupakan cara untuk mengukur dan menentukan suatu instrumen dari penelitian yang dapat di percaya dengan indicator yang sama. Suatu data dapat dianggap reliabel jika nilai dari cronbach’s alpha data tersebut di atas 0.6. Tabel Reliabilitas Variabel X (Media Komunikasi Citra) Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .965
12
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa data pada variabel X yaitu media komunikasi citra 9
dapat dikatakan reliabel karena nilai pada cronbach’s alpha 0.965 yang berada di atas nilai 0.6. Tabel Reliabilitas Variabel Y (Jenis Citra) Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .975
18
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa data pada variabel Y yaitu jenis citra dapat dikatakan reliabel karena nilai pada cronbach’s alpha 0.975 yang berada di atas nilai 0.6. Pembahasan Setelah peneliti melakukan analisis data terhadap penelitian mengenai hubungan media komunikasi citra dengan jenis citra terhadap citra PT. Blue Bird Group di mata warga Kemang Selatan IV Jakarta Selatan, maka peneliti akan membahas data yang telah didapat dan akan mengkaitkan dengan konsep yang telah dijabarkan sebelumnya. Warga yang tinggal di Kemang Selatan IV Jakarta Selatan dipilih sebagai objek peneltian ini. Peneliti melibatkan responden untuk dijadikan penelitian dengan melibatkan 68 warga yang tingal di Kemang Selatan IV. kemudian, peneliti menyebarkan kuesioner dengan jumlah 30 peryataan yang terdiri dari dua variabel yaitu variabel X meliputi media komunikasi citra dan variabel Y meliputi jenis citra. Untuk variabel X dibagi menjadi 12 peryataan berdasarkan 4 dimensi yaitu lambang, media, suasana, dan peristiwa. Sedangkan variabel Y dibagi menjadi 18 peryataan berdasarkan 6 dimensi yaitu citra bayangan, citra yang berlaku, citra yang diharapkan, citra perusahaan, citra majemuk, dan citra baik dan buruk. Hasil penelitian didapat dari jumlah populasi warga yang tinggal di Kemang Selatan IV Jakarta Selatan yaitu sebanyak 68 orang yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Maka, hasil penelitian untuk variabel X berdasarkan empat elemen dengan nilai skor tinggi adalah sebesar 75%. Media komunikasi citra sebagai variabel X memiliki empat elemen yakni lambang, media, suasana, dan peristiwa. Dengan empat elemen tersebut sebuah citra mampu dikomunikasikan dengan baik untuk dipublikasikan kepada masyarakat luas, mulai dari sebuah logo, identitas perusahaan, hingga kegiatan yang didukung oleh perusahaan tersebut. Pada dimensi lambang PT. Blue Bird Group tampil dengan warna dasar yang sudah banyak dikenal orang yaitu warna biru. PT. Blue Bird Group juga melakukan sebuah inovasi dengan menggunakan motif batik pada seragam karyawan dan juga beberapa armada dari PT. Blue Bird
10
Grup. Dimensi lambang memiliki skor tinggi yang didapat yaitu sebesar 93%, artinya responden dapat
menilai
bahwa
melalui
dimensi
lambang
PT.
Blue
Bird
Group
mampu
mengkomunikasikan citra mereka kepada masyarakat. Dimensi selanjutnya ada media. Dimensi ini merupakan cara yang dilakukan oleh PT. Blue Bird Group dalam mengkomunikasikan citra mereka dan memperkenalkan diri mereka melalui media. Media yang digunakan berupa new media seperti twitter, facebook, website perusahaan dan juga media massa seperti majalah dan koran. Berdasarkan hasil penelitian dimensi media dinyatakan tinggi dengan nilai 62% yang artinya PT. Blue Bird Group dapat memaksimalkan dimensi media ini untuk mengkomunikasikan citra perusahaan yang nantinya diterima oleh masyarakat luas. Dimensi ketiga adalah dimensi suasana. Dimensi suasana dijadikan sebagai media komunikasi citra oleh PT. Blue Bird Group karena perusahaan dapat bersentuhan langsung dengan masyarakat melalui karyawan yang bertugas. Sebagai contoh saat seorang pengemudi armada PT. Blue Bird Group yang dapat melayani secara langsung masyarakat yang menumpangi aramada PT. Blue Bird Group dan juga fasilitas serta kebersihan armada PT. Blue Bird Group yang dirasakan oleh masyarakat. Pada dimensi ini, dapat didapat skor tinggi dengan nilai 74% dan disimpulkan bahwa masyarakat menilai langsung citra yang seperti apa yang akan dikomunikasikan kepada masyarakat melalui karyawan PT. Blue Bird Group. Responen memberikan nilai tinggi karena mendapat suasana yang baik pada saat mereka berhubungan langsung dengan PT. Blue Bird Group. Dimensi terakhir adalah dimensi peristiwa. Dimensi ini ada dalam media komunkasi citra karena salah satu dari media yang bisa digunakan perusahaan dalam memperlihatkan citra positif mereka kepada masyarakat. Dimensi peristiwa dapat dilihat dari keterlibatan perusahaan pada suatu acara yang melibatkan masyarakat banyak. Penilaian pada dimensi peristiwa adalah tinggi dengan nilai sebesar 94%. Kesimpulannya adalah, responden sangat tertarik dengan keterlibatan PT. Blue Bird Group pada sebuah acara besar seperti Java Jazz Festival dan Indonesia International Motor Show yang merupakan sebuah acara tahunan dan melibatan banyak masyarakat didalamnya. Untuk variabel Y yaitu jenis citra dengan nilai skor tinggi sebesar 56% yang dibagi menjadi 6 dimensi yaitu citra bayangan, citra yang berlaku, citra yang diharapkan, citra perusahaan, citra majemuk, dan citra baik dan buruk. Dimensi pertama adalah citra bayangan dimana citra ini 11
adalah pandangan pihak internal mengenai pandangan pihak eksternal mengenai perusahaannya. PT. Blue Bird Group ingin menginginkan penilaian yang baik dari masyarakat terhadap perusahan. Pada dimensi citra bayangan, nilai tinggi didapat sebesar 87% yang artinya masyarakat mempunyai pandangan yang sama dengan pihak internal PT. Blue Bird Group terhadap perusahaannya sendiri. Dimensi kedua adalah dimensi citra yang berlaku. Dimensi ini adalah sebuah penilaian langsung yang diberikan masyarakat untuk suatu perusahaan melalui pengalaman yang dimilikinya saat berhubungan langsung dengan perusahaan tersebut. Banyaknya masyarakat yang menilai PT. Blue Bird Group melalui apa yang mereka lihat dan dengar seperti ketik PT. Blue Bird Group mampu meningkatkan kinerja kerja mereka atau penilaian masyarakat kepada PT. Blue Bird Group sebagai salah satu leader perusahaan transportasi terbesar di Jakarta. Pada dimensi ini, hasil skornya tinggi sebesar 63% yang artinya masyarakat masih mempunyai penilaian yang baik terhadap citra positif PT. Blue Bird Group yang diperlihatkan kepada masyarakat luas. Dimensi ketiga adalah dimensi citra yang diharapkan. Dimensi ini adalah sebuah citra yang diharapkan oleh perusahaan berdasarkan penilaian dari masyarakat, PT. Blue Bird Group selalu mengharapkan mendapat nilai yang positif dari masyarakat, menjadi pilihan utama masyarakat, hingga program-program yang diberikan agar mampu diterima dnegan baik oleh masyarakat. Pada dimensi ini didapatkan hasil tinggi dengan nilai 81% yang artinya PT. Blue Bird Group layak mendapat citra yang positif di mata masyarakat. Masyarakat juga juga selalu memilih PT. Blue Bird Group sebagai modal transportasi umum sehari-hari dan program yang diberikan PT. Blue Bird Group dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Dimensi keempat adalah dimensi citra perusahaan. Dimensi ini adalah citra keseluruhan dari suatu perusahaan yang sudah melekat lama dan dikenal baik oleh masyarakat. Track record yang dimiliki PT. Blue Bird Grup tentu menjadi acuan penilain masyarakat terhadap perusahaan, di sisi lain inovasi menjadi nilai lebih bagi PT. Blue Bird Group dalam memberikan kesan positif perusahaan. Hasil yang didapat dari dimensi ini adalah tinggi dengan nilai 71% yang artinya responden menyetujui jika PT. Blue Bird Group memiliki citra yang positif melalui nama besar perusahaan yang di sandang oleh PT. Blue Bird Group, serta peremajaan armada dinilai sangat tepat untuk menambah kenyamanan penumpang dari armada PT. Blue Bird Group. Dimensi yang kelima adalah dimensi citra majemuk. Dimensi ini adalah citra yang 12
ditampilkan melalui karyawan dan program yang dimiliki oleh perusahaan. Melalui call center 24-hours dan lost and found service, PT. Blue Bird Group harus mampu membuat masyarakat merasa nyaman dengan program-program yang ada. Di sisi lain, attitude karyawan juga harus ditingkatkan guna menunjang program yang diberikan oleh PT. Blue Bird Group. Hasil yang didapat dari dimensi ini adalah sedang dengan nilai 54% yang artinya PT. Blue Bird Group kurang mampu mengoptimalkan program yang ada untuk dapat diterima masyarakat yang menjadi konsumen mereka dan hal ini bisa saja akan menurunkan citra positif PT. Blue Bird Group di mata masyarakat khususnya warga Kemang Selatan IV. Dimensi yang terakhir adalah dimensi citra baik dan buruk. Dimensi ini adalah sebuah citra yang melekat pada suatu perusahaan melalui sejarah perusahaan, keberhasilan program-program yang ada, hingga prestasi-prestasi yang didapat oleh perusahaan sehingga masyarakat dapat menilai citra baik atau buruknya melalui hal-hal tersebut. PT. Blue Bird Group mempunyai segudang prestasi yang dapat dipamerkan kepada masyarakat melalui hasil kerja keras perusahaan selama ini, hal ini menjadi nilai lebih bagi perusahaan agar tetap eksis di mata masyarakat. Kegiatan CSR yang dilakukan PT. Blue Bird Group juga dapat menjadi tolak ukur yang baik bagi perusahaan agar tetap menjadi kepercayaan di hati masyarakat. Hasil yang didapat dari dimensi ini adalah tinggi dengan nilai 88% yang artinya masyarakat memberikan penilaian berupa citra yang positif kepada PT. Blue Bird Group. Melalui prestasi-prestasi, kegiatan-kegiatan, dan inovasi-inovasi yang didapat dan dilakukan PT. Blue Bird Group mampu menarik perhatian masyarakat dan mendapatkan citra yang positif dari masyarakat khususnya warga Kemang Selatan IV. Berdasarkan hasil analisa perhitungan dalam menganalisis kekuatan hubungan antara media komunikasi citra dengan jenis citra terhadap citra PT. Blue Bird Group di mata warga Kemang Selatan IV, maka peneliti menggunakan perhitungan korelasi pearson’s correlations. Hasil yang didapat sebesar 0.774 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000. Artinya, kedua variabel tersebut menunjukan korelasi dengan kekuatan tinggi. Selanjutnya, hasil dari penilaian uji koefisien menunjukan bahwa output yang didapat pada table 4.47 pada nilai uji dua sisi (two tailed) nilai signifikansi variabel media komunikasi citra sebesar 0.000 dan nilai signifikansi variabel jenis citra sebesar 0.000. Artinya, karena nilai signifikansi kedua variabel < 0.05 maka Ho ditolak. Jadi, ada hubungan antara media komunikasi citra dengan jenis citra terhadap citra PT. Blue Bird Group. 13
Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar hubugan antara media komunikasi citra dan jenis citra terhadap citra PT. Blue Bird Group di mata warga Kemang Selatan IV Jakarta Selatan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuisioner dengan skala pengukuran dalam kuisioner ini adalah Skala Likert.Hasil penelitian ini menggunakan analisis korelasi Pearson’s Product Moment. Maka diperoleh nilai koefisien korelasi variabel X (Media Komunikasi Citra) terhadap Variabel Y (Jenis Citra) sebesar (0,774) dan tingkat nilai signifikan 0,000 yang mana nilai ini menunjukan adanya hubungan yang tinggi antara kedua variabel. Kemudian hasil pengujian menggunakan pengujian koefisien untuk menentukan hasil hipotesis, diketahui nilai pada uji dua sisi nilai signifikansi dari kedua variabel adalah 0.000 yang artinya nilai tersebut kurang (<) dari 0.05 dan hasil hipotesis menunjukan bahwa Ho ditolak sehingga ada hubungan antara media komunikasi citra dengan jenis citra terhadap citra PT. Blue Bird Group di mata warga Kemang Selatan IV Jakarta Selatan. Saran Memahami teori yang kita gunakan merupakan modal utama untuk memulai penelitian. Dalam membuat kuesioner harus tepat dan tidak terlalu luas harus sesuai dengan alur atau acuan yang digunakan.Untuk melakukan penelitian sejenis, maka Peneliti menyarankan untuk mempertimbangkan waktu tenaga dan biaya yang lebih besar karena akan sangat menguras. Namun dibalik itu semua dapat memberikan kepuasan tersendiri yang dirasakan oleh peneliti. Terkait hasil dari penelitian ini, dari seluruh sepuluh elemen yang ada pada PT. Blue Bird Group dalam memperlihatkan citra positif mereka di mata warga Kemang Selatan IV, didapat hasil yang tertinggi dari dimensi media komunikasi citra yaitu elemen lambang dan elemen peristiwa dengan nilai presentase 94%. Hal ini menunjukan bahwa PT. Blue Bird Group berhasil mempengaruhi warga Kemang Selatan IV dengan citra positif mereka melalui dimensi media komunikasi citra khususnya elemen lambang dan peristiwa. Sedangkan, nilai terendah dari dimensi jenis citra yaitu citra majemuk dengan nilai presentase 57%. Hanya sedikit warga Kemang Selatan IV yang suka dengan cara penyampaian citra positif PT. Blue Bird Group. Menurut peneliti, saran bagi PT. Blue Bird Group agar dapat memperbaiki elemen citra majemuk yang terdapat pada dimensi jenis citra karena memiliki nilai yang kecil dibandingkan elemen yang lainnya. Perlunya peningkatan pelayanan pada Blue Bird Group 24-hours call 14
center dan pelayanan lost & found service agar dapat mudah digunakan oleh para konsumen khususnya warga Kemang Selatan IV. Di sisi lain, attitude karyawan PT. Blue Bird Group mulai sangat perlu ditingkatkan untuk selalu dapat berhubungan baik dengan para konsumen khususnya warga Kemang Selatan IV. Walaupun pada dimensi lainnya tidak ada nilai yang kurang, perlunya PT. Blue Bird Group tetap memepertahankan kinerja perusahaan untuk dapat memberikan hasil yang maksimal kepada para konsumen sehingga konsumen dapat memberikan feedback yang positif kepada PT. Blue Bird Group. DAFTAR PUSTAKA Bungin, Burhan (2010, Metode Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik, Serta Ilmu Sosial, Jakarta: Kencana Kriyantono, Rachmat (2006), Riset Komunikasi, Jakarta: Prenada Media Group Nova, Firsan (2011), Crisis PR, Jakarta: Rajawali Pers Philip, Kotler (2000), Marketing Management, Chicago: PAT Ruslan, Rusady (2006), Manajemen PR dan Media Komunikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Sugiyono (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Sutojo, Siswono (2004), Membangun Citra Perusahaan, Jakarta: PT. Damar Mulia Pustaka Taniredja, Tukiran, dan Mustafidah, Hidayati. (2011). Penelitian Kuantitatif (Sebuah Pengantar). Bandung: Alfabeta. Sumber Elektronik http://www.bluebirdgroup.com
15