HUBUNGAN KOMPETENSI DENGAN PERAN KEPALA RUANGAN DALAM PERENCANAAN STRATEGIS RUMAH SAKIT BIDANG KEPERAWATAN DI RS PEMERINTAH DI KOTA PALU
THE RELATIONSHIP BETWEEN COMPETENCE AND THE ROLE OF NURSE WARDEN IN THE STRATEGIC PLANNING OF THE HOSPITAL IN THE NURSING MANAGEMENT OF STATE
Sukrang1, Julianus Ake2, Budu3 1. 2.
Rumah Sakit Daerah Madani Provinsi Sulawesi Tengah Bagian Keperawatan Fak Kedokteran Universitas Hasanuddin 3. Bagian Mata Fak Kedokteran Universitas Hasanuddin
Alamat Koresponden: Sukrang Palu, Sulawesi Tengah Rumah Sakit Daerah Madani Provinsi Sulawesi Tengah HP: 085242777309 Email :
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kompetensi dengan peran kepala ruangan dalam perencanaan strategis rumah sakit bidang keperawatan. Penelitian ini juga bertujuan melihat perbedaan variabel karakterisitik, kompetensi dan peran kepala ruangan dalam perencanaan strategis rumah sakit bidang keperawatan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif noneksprimen dengan pendekatan cross-sectional. Subyek penelitian (n=62) adalah kepala ruangan pada tiga Rumah Sakit Pemerintah di Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah. Penelitian ini menggunakan analisis uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kompetensi berdasarkan keterampilan dengan peran kepala ruangan p=0,044,.Tidak ada hubungan kompetensi berdasarkan pengetahuan dan sikap serta karakteristik responden dengan peran kepala ruangan. Uji Kruskal-Wallis menunjukkan adanya perbedaan variabel kompetensi berdasarkan keterampilan, jenis kelamin, masa kerja dan masalah keluarga. Uji regresi logistic menunjukkan variabel pengetahuan yang paling berhubungan dengan peran kepala ruangan dalam perencanaan strategis rumah sakit bidang keperawatan. Kata kunci: kompetensi, peran kepala ruangan, perencanaan strategis keperawatan
Abstract This study aims to describe the correlation of competency and the role of nurse warden in the strategic planning of the hospital in the nursing management of state hospitals in Palu City. This is a non-experimental quantitative study with a cross-sectional approach. The subjects are 62 Nurse wardens in 3 different state Hospitals in Palu City of Central Sulawesi. The Chi-square analysis reveals that is a significant correlation between skill competency and the role of Nurse warden p= 0.044. No correlation exists between knowledge-based competency and the attitude as well characteristics of the respondents, and and the role of nurse warden. Kruskal-Wallis test indicates different competency variables based on skills, sex, working duration and family background. Logistic regression test shows that the knowledge variable is the one which is closely related to the role of nurse warden in the strategic planning of the hospital in the area of nursing. Keywords: competency, the role of the nurse warden, nursing strategic planning
PENDAHULUAN Perencanaan strategis menentukan apa saja yang harus dilakukan organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Perencanaan strategis menentukan apa saja yang harus dilakukan organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Perencanaan strategis dapat diartikan sebagai proses
memformulasikan,
mengimplementasikan,
dan
mengevaluasi
keputusan
yang
memungkinkan organisasi mencapai tujuannya (Wibowo, 2011). Peran kepala ruangan dalam perencanaan strategis keperawatan di rumah sakit dapat saja dipengaruhi oleh banyak hal, salah satunya adalah kurangnya kemampuan atau kompetensi dari kepala ruangan tersebut khusunya kompetensi dalam hal perencaan strategis baik itu dalam perencanaan SDM, keuangan, fasilitas dan sistem informasi keperawatan. Hal senada disebutkan oleh Wahyuni (2007), bahwa hanya sebagian kepala ruangan yang mengetahui tentang rencana pengembangan rumah sakit, tidak ada yang menyusun perencanaan berdasarkan data klinis dan kinerja pelayanan, sebagian besar kepala ruangan mempunyai orientasi bahwa ruang lingkup perencanaan hanya meliputi perencanaan barang, dan sebagian besar kepala ruangan tidak pernah melakukan koordinasi dengan manajemen. Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu di dalam kelompok sosial (Suliswati, 2005). Peran merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistim, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun diluar profesi keperawatan yang bersifat konstan (Hidayat, 2007). Sementara itu yang dimaksud dengan perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik didalam maupun luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perawat sebagai tenaga profesional bertanggung jawab dan berwenang memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sesuai dengan kewenangannya, terutama terkait dengan lingkup praktik keperawatan dan wewenang perawat (Praptianingsi, 2006). Fungsi perencanaan manajemen keperawatan di ruang rawat inap yang dilaksanakan oleh kepala ruangan melibatkan seluruh personil mulai dari perawat pelaksana, ketua tim, dan kepala ruangan. Menurut Nugroho (2012), bahwa perencanaan strategis mensyaratkan pengumpulan informasi secara luas, eksploratif alternatif, dan menekankan implikasi masa depan dengan keputusn sekarang. Menurut Pinson dan Jinnet (1999) dan Zuckerman (1998) dalam Trisnantoro
(2005), bahwa rencana strategis adalah rencana jangka menengah yang menjadi arah dari rencana operasional. Kompetensi adalah merupakan aspek input dan proses dari kinerja suatu pekerjaan, di mana menurut Dharma, (2005), kompetensi didefinisikan mencakup karakteristik perilaku yang dapat menunjukkan perbedaan antara orang yang berkinerja tinggi yang dalam hal ini menyangkut prestasi kerja yang ditunjukkan oleh seseorang. Menurut Soemarman (2013), bahwa kompetensi perencanaan dan inisiatif adalah kemampuan merencanakan dan berinisiatif kapan pun juga bilamana memungkinkan, kompetensi dalam penelitian ini ada tiga variabel yakni pengetahuan dan keterampilan, sikap. Hasil penelitian Chase (2010), di Rumah Sakit Amerika Serikat dengan menggunakan study deskriptif
yang berfokus pada pengukuran kompetensi perawat manajer pada 81
responden perawat manajer lini pertama dari 3 tipe rumah sakit menemukan bahwa kompetensi perawat sangat berperan dalam menentukan sejauh mana perawat berperan pada semua tatanan di sebuah rumah sakit. Hasil penelitian Sayuni (2012), di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia Lhokseumawe dengan menggunakan desain penelitian survei explanatory Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, dianalisis dengan uji regresi linier berganda menemukan bahwa ada hubungan antara kompetensi dengan kinerja perawat. Hasil-hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa kompetensi berhubungan dengan kinerja perawat. Dimana kita ketahui bahwa peran perawat termasuk dalam hal ini kepala ruangan yang baik akan menunjukkan kinerja yang baik pula. Seorang kepala ruangan harus kompeten dalam mengelola manajemen keperawatan jika menginginkan kinerja yang baik sehingga dapat terlibat dalam pengambilan keputusan termasuk dalam perencanaan strategis keperawatan di rumah sakit. Berdasarkan uraian di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetui hubungan antara kompetensi dengan peran kepala ruangan dalam perencanaan strategis rumah sakit bidang keperawatan di Rumah Sakit Pemerintah di Kota Palu.
BAHAN DAN METODE Desain penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif non eksprimen dengan pendekatan cross-sectional bertujuan untuk mempelajari hubungan antara variabel independen
dan variabel dependen dengan melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat tertentu atau sec Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di RS Daerah Madani, RSU Daerah Undata Provinsi Sulawesi Tengah dan RSU Anutapura Palu. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala ruangan di RS Daerah Madani, RSU daerah Undata Provinsi Sulawesi Tengah dan RSU Anutapura Palu yang berjumlah 69 orang kepala ruangan. Selain kepala ruangan yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ketua TIM berjumlah 138 orang dan Kepala Bagian/Seksi Keperawatan masing-masing 1 orang di RS Daerah Madani, RSU daerah Undata Provinsi Sulawesi Tengah dan RSU Anutapura Palu. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepala ruangan, ketua TIM dan Kepala Bagian/Seksi Keperawatan di RS Daerah Madani, RSU daerah Undata Provinsi Sulawesi Tengah dan RSU Anutapura Palu dengan pengambilan sampel secara total populasi atau semua populasi dijadikan sampel. Teknik Pengumpulan Data Alat pengumpulan data pada penelitian ini terdiri atas kuesioner tentang kompetensi kepala ruangan dalam hal perencanaan strategis keperawatan yang terbagi atas tiga yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap, kuesioner tentang peran kepala ruangan dalam perencanaan strategis keperawatan. Kuesioner tentang kompetensi dan peran kepala ruangan diadopsi dari Chase (2010), yang telah dimodifikasi serta hasil pengembangan peneliti berdasarkan konsep teori yang ada. Analisis Data Setelah dilakukan pengumpulan data secara manual selanjutnya data diolah dengan bantuan komputerisasi menggunakan uji statistic yaitu analisi univariat dilakukan untuk variabel tunggal yang dianggap terkait dengan penelitian dan analisis bivariat untuk melihat distribusi beberapa variabel yang dinggap terkait dan menggunakan uji chi-square (X2) dengan kemaknaan ≤ 0,05.
HASIL Analisis Univariat Berdasarkan dari tabel 1 diketahui bahwa untuk umur sebagian besar kepala ruangan ditiga RS Pemerintah yang ada di Kota Palu berada pada umur 41-49 tahun yaitu 32 (51,6%) responden dan sebagian kecil berada pada umur 50-58 tahun yaitu 4 (6,5%) responden. Sebagian besar kepala ruangan di RSU Anutapura memiliki umur 32-40 tahun yaitu 15 (57,7%) responden dan sebagian kecil berada pada umur 50-58 tahun yaitu 2 (7,7%). Sebagian besar kepala ruangan di RSD Madani memiliki umur 41-49 tahun yaitu 12 (66,7%) responden dan sebagian kecil berada pada umur 32-40 tahun yaitu 6 (33,3%). Sebagian besar kepala ruangan di RSUD Undata memiliki umur 41-49 tahun yaitu 11 (61,1%) responden dan sebagian kecil berada pada umur 50-58 tahun yaitu 2 (11,1%) responden. Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa untuk kompetensi berdasarkan pengetahuan tentang perencanaan strategis rumah sakit bidang keperawatan, sebagian besar kepala ruangan ditiga RS Pemerintah yang ada di Kota Palu kompeten yaitu 36 (58,1%) responden dan sebagian kecil kurang kompeten yaitu 26 (41,9%) responden. Sebagian besar kepala ruangan di RSU Anutapura kompeten yaitu 14 (53,8%) responden dan sebagian kecil kurang kompeten yaitu 12 (46,2%) responden. Sebagian besar Kepala ruangan di RSD Madani kompeten yaitu 13 (72,2%) responden dan sebagian kecil kurang kompeten yaitu 5 (27,8%) responden. Kepala ruangan di RSUD Undata memiliki kompetensi berdasarkan pengetahuan sama antara yang kompeten dengan kurang kompeten
yaitu masing-masing sebanyak 9 (50,0%) responden. Untuk
kompetensi berdasarkan keterampilan melakukan perencanaan strategis rumah sakit bidang keperawatan, sebagian besar kepala ruangan ditiga RS Pemerintah yang ada di Kota Palu kompeten yaitu 32 (51,6%) responden dan sebagian kecil kurang kompeten 30 (48,4%) responden. Sebagian besar kepala ruangan di RSU Anutapura kompeten yaitu 17 (65,4%) responden dan sebagian kecil kompeten yaitu 9 (34,6%) responden. Sebagian besar Kepala ruangan di RSD Madani kurang kompeten yaitu 11 (61,1%) responden dan sebagian kecil kompeten yaitu 7 (38,9%) responden. Sebagian besar Kepala ruangan di RSUD Undata kurang kompeten yaitu 10 (55,6%) responden dan sebagian kecil kompeten yaitu 8 (44,4%) responden. Analisis Bivariat Berdasrkan Tabel 3 diketahui bahwa kepala ruangan yang memiliki kompetensi berdasarkan pengetahuan pada kategori kompeten dengan peran yang optimal yaitu sebanyak 24
(66,7%) responden dan yang kurang optimal sebanyak 12 (33,3%) responden, kepala ruangan pada kategori kurang kompeten dengan peran optimal sebanyak 10 (38,5%) responden dan kurang optimal sebanyak 16 (61,5%) responden. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji chi-square diperoleh p value sebesar 0,052 (p value > 0.05). Hasil tersebut mengindikasikan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kompetensi berdasarkan pengetahuan dengan peran kepala ruangan dalam perencanaan strategis rumah sakit bidang keperawatan. Kepala ruangan yang memiliki kompetensi berdasarkan keterampilan pada kategori kompeten dengan peran yang optimal yaitu sebanyak 22 (68,8%) responden dan yang kurang optimal sebanyak 10 (31,2%) responden, kepala ruangan pada kategori kurang kompeten dengan peran optimal sebanyak 12 (40,0%) responden dan kurang optimal sebanyak 18 (60,0%) responden. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji chi-square diperoleh p value sebesar 0,044 (p value < 0.05). Tabel 4 diketahui bahwa kepala ruangan yang berumur 32-40 tahun, dengan peran yang optimal yaitu sebanyak 15 (57,7%) responden dan yang kurang optimal sebanyak 11 (42,3%) responden, yang berumur 41-49 tahun dengan peran yang optimal dan kurang optimal sama yaitu masing-masing sebanyak 16 (50,0%) responden, sementara yang berumur 50-58 tahun dengan peran yang optimal sebanyak 3 (75,0%) responden dan kurang optimal sebanyak 1 (25,0%) responden. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji chi-square diperoleh p value sebesar 0,593 (p value > 0.05).
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kompetensi berdasarkan pengetahuan dengan peran kepala ruangan dalam perencanaan strategis rumah sakit bidang keperawatan. Hal ini dapat saja terjadi karena meskipun kepala ruangan kurang kompeten namun tetap banyak yang optimal perannya dalam perencanaan strategis keperawatan yaitu 10 (38,5%) responden dan sebaliknya meskipun kompeten namun kurang optimal perannya yaitu 12 (33,3%) responden. Hasil penelitian ini menegaskan bahwa meskipun seorang kepala ruangan kurang kompeten berdasarkan pengetahuan tentang perencanaan startegis tetap saja ada yang optimal perannya dalam perencanaan strategis rumah sakit bidang keperawatan. Jika keadaan seperti ini terjadi, maka perencanaan strategis yang dihasilkan akan memiliki kualitas yang kurang baik,
sehingga akan sulit untuk mengimplementasikannya. Dokumen perencanaan strategis tersebut akan menjadi hiasan, dilahirkan hanya untuk memenuhi persyaratan akreditasi atau standar yang harus dimiliki setiap bagian yang ada di suatu rumah sakit, salah satunya adalah bagian keperawatan. Kurangnya kompetensi kepala ruangan berdasarkan pengetahuan tentang perencanaan strategis tercermin dalam jawaban kepala ruangan pada kuesioner pada penelitian ini yang terkait dengan penyusunan visi dan misi hanya dijawab benar oleh kepala ruangan sebesar 45%, analisis SWOT 55%, perencanaan SDM 42%, perbandingan yang efektif antara perawat 39%, perencanaan fasilitas 32% dan fokus perencanaan penerapan sistem informasi rumah sakit 45%. Sementara itu, secara keseluruhan pengetahuan kepala ruangan tentang perencanaan strategis keperawatan sebesar 58,1%. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Wahyuni (2012), yang menemukan bahwa kompetensi Kepala Ruang dalam hal perencanaan tidak mempunyai pola hubungan yang bermakna dengan kinerja perawat dalam mengimplementasi MPKP, atau dapat disimpulkan bahwa pada perawat yang mempunyai persepsi bahwa Kepala Ruang kompeten dalam perencanaan belum tentu mereka mengimplementasikan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) dengan baik, dan sebaliknya pada perawat yang mempunyai persepsi bahwa Kepala Ruang kurang kompeten dalam perencanaan belum tentu mereka mengimplementasikan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) dengan kurang baik. Adanya hubungan antara kompetensi berdasarkan keterampilan dengan peran kepala ruangan dalam perencanaan strategis keperawatan merupakan hal yang sudah seharusnya terjadi sebab keterampilan merupakan hal penting kedua yang harus dimiliki seseorang dalam memaksimalkan perannya dalam berbagai hal, seperti peran dalam perencanaan strategis. Namun demikian, keterampilan tetap diawali oleh pengetahuan yang baik tentang objek yang menjadi perhatian. Dengan kompetensi berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang kompeten maka peran seseorang akan menjadi lebih optimal. Hal yang sama dijelaskan oleh Usman (2013), bahwa peranan yang dimainkan setiap manajer dan leader antara lain adalah berhubungan dengan orang lain. Untuk manajer harus memiliki keterampilan interpersonal atau sosial, di samping keterampilan konseptual dan operasional. Kepala ruangan sebagai manajer tingkat bawah harus memiliki keterampilan dalam perencanaan strategis keperawatan agar perannya optimal dalam melakukan perencanaan strategis keperawatan. Keterlibatan kepala ruangan dalam
perencanaan strategis dan pengambilan keputusan merupakan akan memberikan kontribusi yang baik terhadap peningkatan kualitas pelayanan keperawatan. Hal diatas sesuai dengan hasil penelitian Parjiana & Pratiwi (2006) di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Klaten menggunakan metode cross sectional dengan rancangan penelitiannya adalah corellational, jumlah sampel sebesar 86 orang perawat. Ditemukan bahwa ada hubungan antara kepuasan dengan peran kepala seksi keperawatan dengan niali p=0,011. Dengan demikian dapat tarik kesimpulan bahwa semakin tinggi peran kepala seksi keperawatan semakin puas perawat. Agar peran kepala ruangan dalam perencanaan strategis dapat lebih optimal dan ditunjang oleh kompetensi yang baik maka perlu dilakukan pembinaan yang berkesinambungan tentang manajemen keperawatan secara umum dan perencanaan strategis secara khusus. Seperti dijelaskan oleh Pratiwi & Utami (2010), bahwa kepala ruang merupakan ujung tombak pelaksanaan pelayanan dan asuhan keperawatan, agar tercipta pelayanan dan asuhan keperawatan yang berkualitas maka perlu pembinaan dan penyegaran yang terus menerus pada kepala ruang. Hasil pelatihan yang dilakukan pada kepala ruangan menggambarkan adanya peningkatan pengetahuan dan ketrampilan tentang aplikasi peran dan fungsi kepala ruang. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan peran kepala ruangan dalam perencanaan strategis keperawatan. Tidak adanya hubungan ini dapat saja disebabkan oleh tidak adanya perbedaan yang berarti peran kepala ruangan yang berlatar belakang pendidikan vokasional dengan profeisonal. Sementara kita ketahui bahwa seharusnya seseorang yang memiliki latar belakang pendidikan yang lebih tinggi lebih optimal perannya dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah. Sementara kita ketahui bahwa seharusnya seseorang yang memiliki masalah yang agak berat dengan keluarganya akan berdampak terhadap peran maupun kinerjanya dalam organisasi. Semakin berat masalah keluarga yang dihadapi maka semakin kurang optimal peran ataupun kinerjanya. Begitu juga sebaliknya, semakin ringan masalah yang dihadapinya maka semakin optimal perannya.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dan pembahasan maka ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara kompetensi berdasarkan keterampilan dengan peran kepala ruangan dalam perencanaan strategis rumah sakit bidang keperawatan. Tidak ada hubungan antara kompetensi berdasarkan pengetahuan dan sikap dengan peran kepala ruangan dalam perencanaan strategis rumah sakit bidang keperawatan dan Tidak ada hubungan antara karakteristik responden dengan peran kepala ruangan dalam perencanaan strategis rumah sakit bidang keperawatan. Manajemen rumah sakit khususnya manajemen keperawatan perlu mengembangkan strategi untuk meningkatkan kompetensi kepala ruangan dalam manajemen keperawatan secara umum dan perencanaan strategis secara khusus.
DAFTAR PUSTAKA Chase, L. K. (2010). Nurse manager competencies. Dharma. (2005). Manajemen Kinerja, Falasafah Teori dan Penerapannya. . Yogjakarta: Pustaka Pelajar. Hidayat, A. A. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Jakarta: Salemba medika. Nugroho, R. (2012). Public Policy (Edisi Keempat ed.). Jakarta: EMK. Parjiana, & Pratiwi. (2006). Kepuasan Perawat Yang Berhubungan Dengan Peran Kasi Keperawatan Dalam Pengambilan Keputusan Terkait Dengan Kebijakan Di Bidang Keperawatan Di RSJD dr. RM. Soedjarwadi Klaten. Berita Ilmu Keperawatan, 1(1), 31. Praptianingsi. (2006). KepMenKes RI Nomor 1239/MenKes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktek Perawat. Jakarta: Depkes RI. Pratiwi, A., & Utami, Y. W. (2010). Pembinaan Dan Pendampingan Pimpinanan Keperawatan Sayuni. (2012). Pengaruh Kompetensi Dan Kerja Tim Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia Lhokseumawe. Soemarman, T. (2013). Conflict Management & Capacity Building for Professional Development. Jakarta: Elekx Media Komputindo. Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC. Trisnantoro, L. (2005). Aspek strategis manajemen rumah sakit Retrieved from http://kebijakankesehatanindonesia.net/buku-elektronik/433-aspek-strategis-manajemenrumah-sakit.html Usman. (2013). Manajemen; Teori, Praktek dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Wahyuni. (2007). Analisis Kompetensi Kepala Ruang Dalam Pelaksanaan Standar Manajememn Pelayanan Keperawatan dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Perawat dalam mengimplementasikan Model Praktik Keperawatan Profesional di Instalasi Rawat Inap BRSUD Banjarnegara. Semarang. (Thesis (Masters)), Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Wibowo. (2011). Manajemen kinerja (3 ed.). Jakarta: Rajawali Press.
Tabel 1 : Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik di RS pemerintah di kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah, Bulan Juni 2014
Variabel
RSD Madani (n=18) f %
RSU Undata (n=18) f %
RSU Anutapura (n=26) f %
F
%
57,7 34,6 7,7
26 32 4
41,9 51,6 6,5
2 24
7,7 92,3
14 48
22,6 77,4
22,2 38,9 38,9
14 9 3
53,8 34,6 11,5
22 27 13
35,5 43,5 21,0
11 7
61,1 38,9
23 3
88,5 11,5
48 14
77,4 22,6
50,0 50,0
7 11
38,9 61,1
10 16
38,5 61,5
26 36
41,9 58,1
72,2 27,8
14 4
77,8 22,2
8 18
30,8 69,2
35 27
56,5 43,5
Umur: 32-40 tahun 41-49 tahun 50-58 tahun
6 12 0
33,3 66,7 0,0
5 11 2
27,8 61,1 11,1
15 9 2
Jenis kelamin: Laki-laki Perempuan
8 10
44,4 55,6
4 14
22,2 77,8
Masa kerja: 8-16 tahun 17-25 tahun 26-34 tahun
4 11 3
22,2 61,1 16,7
4 7 7
Pendidikan: Vokasional Profesional
14 4
77,8 22,2
Masalah dengan rekan kerja: Ringan Agak berat
9 9
Masalah keluarga: Ringan 13 Agak Berat 5 Uji chi-square
n=62
Tabel 2. Distribusi Kompetensi Responden di RS pemerintah di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah, Bulan Juni 2014 Variabel Pengetahuan: Kompeten Kurang Kompeten Keterampilan: Kompeten Kurang kompeten Sikap Kompeten Kurang kompeten
RSD Madani (n=18) N %
RSU Undata (n=18) N %
RSU Anutapura (n=26) N %
n=62
13 5
72,2 27,8
9 9
50,0 50,0
14 12
53,8 46,2
36 26
58,1 41,9
7 11
38,9 61,1
8 10
44,4 55,6
17 9
64,5 34,6
32 30
51,6 48,4
10 8
55,6 44,4
7 11
38,9 61,1
16 10
61,5 38,5
33 29
53,2 46,8
Uji chi-square
Tabel 3. Hubungan Antara Kompetensi dengan Peran Kepala Ruangan Dalam Perencanaan Strategis rumah sakit bidang Keperawatan i RS Pemerintah di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah, Bulan Juni 2014 Peran Kepala Ruangan Optimal Kurang Optimali n % N %
Total N
%
Pengetahuan Kompeten Kurang Kompeten
24 10
66,7 38,5
12 16
33,3 61,5
36 26
100 100
0.052
-
Keterampilan Kompeten Kurang kompeten
22 12
68,8 40,0
10 18
31,2 60,0
32 30
100 100
0.044
3.300
22 12
66,7 41,4
11 17
33,3 58,6
33 29
100 100
0.082
-
Variabel
Sikap Kompeten Kurang kompeten
Uji chi-square
P
OR
Tabel 4. Hubungan antara Karakteristik Responden dengan Peran Kepala Ruangan Dalam Perencanaan Strategis rumah sakit bidang Keperawatan di RS Pemerintah di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah, Bulan Juni 2014 Variabel
Peran Kepala Ruangan Optimal Kurang Optimal n % N %
N
%
57,7 50,0 25,0
26 32 4
100 100 100
9 19
64,3 39,6
14 48
100 100
0,184
54,5 51,9 61,5
10 13 5
45,5 48,1 38,5
22 27 13
100 100 100
0,846
26 8
54,2 57,1
22 6
45,8 42,9
48 14
100 100
17 17
65,4 47,2
9 19
34,6 52,8
26 36
100 100
0,246
19 15
54,3 55,6
16 15
45,7 44,4
35 27
100 100
1.000
Umur 32-40 tahun 1-49 tahun 50-58 tahun
11 16 3
42,3 50,0 75,0
15 16 1
Jenis kelamin Laki-laki Perempuan
5 29
35,7 60,4.
Masa kerja 8-16 tahun 17-25 tahun 26-34 tahun
12 14 8
Pendidikan Vokasional Profesional Masalah dengan Rekan kerja Ringan Agak Berat Masalah keluarga Ringan Agak Berat *Uji Chi-Square
p*
Total
0,593
1,000