HUBUNGAN FUNGSI CONTROLING KEPALA RUANGAN DENGAN KEPATUHAN PERAWAT PELAKSANA DALAM PENERAPAN PATIEN SAFETY DI RUMAH SAKIT ISLAM FAISAL MAKASSAR CONTROLLING FUNCTION RELATIONSHIP OF COMPLIANCE WITH THE HEAD ROOM NURSE TO PERFORM IN THE IMPLEMENTATION OF PATIENT SAFETY IN HOSPITALS FAISAL ISLAM MAKASSAR
Hamzah, Ariyanti Saleh, Burhanuddin Bahar Manajemen Keperawatan Fakultas Kedokteran Unversitas Hasanuddin
Alamat Koresponden: Jl. Toa Daeng III. Lr. Mawar No. 2 Makassar 90233 Hp. 08124215841 Email:
[email protected]
Abstrak Keberhasilan pelayanan keperawatan sangat ditopang oleh peran dan fungsi kepala ruangan melalui fungsi controling atau Suvervisi Fungsi manajerial yang menangani pelayanan keperawatan di ruang rawat dikordinir oleh kepala ruang rawat dalam menjalankan fungsinya sebagai manejer yaitu perencanaan, (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan dan pelaksanaan (aktuasi), pengawasan serta pengendalian (controlling), dan evaluasi. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan fungsi controling kepala ruangan dengan kepatuhan perawat pelaksana dalam penerapan patient safety ( identifikasi pasien ) di ruang perawatan Rumah Sakit Islam Faisal Makassar. Jenis penelitian observasional yang di desain secara Crossectional study . Teknik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi utnuk melihat kepatuhan dan lembar kuesioner untuk kepatuhan , data diolah dengan komputer dan dianalisa dengan SPSS . dengan uji Chisquare dengan nilai p ≤ 0,05 penyajian data dalam bentuk Univariat dan Bivariat. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antar fungsi controling kepala ruangan dengan kepatuhan perawat pelaksana dalam penerapan patien safety 68 orang (77,2%) perawat yang patuh 20 orang (22,8%) yang tidak patuh nilai p value 0,036. Tidak terdapat perbedaan penerapan patien safety antara satu ruangan dengan ruangan lain, sementara fungsi controling kepala ruangan terdapat perbedaan yang signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara fungsi controling kepala ruangan dengan kepatuhan perawat pelaksana dalam identifikasi pasien. Kata kunci : Controling, Kepatuhan identifikasi pasien
Abstract The success of nursing services was supported by the role and functions of the head of the room through the Controlling function or Suvervisi handle managerial functions of ward nursing care is coordinated by the head of the ward in its function as a manager including planning, (planning), organizing (organizing), mobilization and implementation (actuation), supervision and control (controlling), and evaluation. This study aims to determine the relationship of Controlling functions of head room with the nurses compliance in the implementation of patient safety (patient identification) in the treatment room Faisal Islamic Hospital Makassar. Type in observational studies are cross-sectional study design. Sampling technique by purposive sampling. The instrument used is the observation sheet separately see questionnaire sheet for compliance and adherence, the data is processed by a computer and analyzed with SPSS. with the Chi-square test with p ≤ 0.05 in the form of data presentation Univariate and Bivariate. The results showed no relationship between the function of the room with the compliance Controlling head nurses in the application of safety patien 68 people (77.2%) nurses were adherent 20 people 22.8%) were nonadherent p value 0.036, there is no difference between the application of patient safety one room to another room, while the head of the Controlling function room there was significant difference. It can be concluded that there is a relationship between the function of head room controlling the adherence of nurses in patient identification. Keywords: Controlling, Compliance identification of patients
PENDAHULUAN Perawat merupakan kelompok pemberi jasa pelayanan kesehatan dengan jumlah terbesar di rumah sakit yang mencapai 40-60% (Huber, 2006) mengerjakan hampir 90% pelayanan kesehatan rumah sakit dengan asuhan keperawatannya dan sangat berpengaruh pada pada outcomes pasien. Perawat memberikan pelayanan kesehatan utama di rumah sakit dan di masyarakat. Di rumah sakit, perawat memiliki peran fundamental yang luas selama 24 jam sehari, 365 hari dalam setahun, dan memberikan dampak pada kualitas, efisiensi dan efektifvitas pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan merupakan unsur terpenting pelaksanaan pelayanan prima dalam memberikan kontribusi pada kesuksesan pencapaian tujuan rumah sakit. Keberhasilan pelayanan keperawatan sangat ditopang oleh peran dan fungsi kepala ruangan melalui fungsi controling atau Suvervisi Fungsi manajerial yang menangani pelayanan keperawatan di ruang rawat dikordinir oleh kepala ruang rawat. Kepala ruangan sebagai manajer harus dapat menjamin mutu pelayanan yang diberikan oleh perawat pelaksana dalam memberikan pelayanan yang aman dan mementingkan kenyamanan pasien. Kemampuan manajerial yang harus dimiliki oleh kepala ruangan antara lain perencanaan, (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan dan pelaksanaan (aktuasi), pengawasan serta pengendalian (controlling), dan evaluasi, (Aprilia, 2011). Dari beberapa fungsi manajerial kepala ruangan tersebut terlihat bahwa salah satu yang harus dijalankan oleh kepala ruangan adalah bagaimana melakukan controling untuk meningkatkan kualitas dan mutu pelayanan keperawatan. Controling dengan melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilakukan “bawahan” untuk kemudian bila ditemukan masalah segera diberikan bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya. Menurut Thora Korn menyatakan bahwa fungsi controling
adalah merencanakan, mengarahkan, membimbing, mengajar,
mengobservasi, mendorong memperbaiki, mempercayai, mengevaluasi, secara terus menerus pada setiap perawat dengan sabar adil serta bijaksana. Dengan demikian diharapkan setiap perawat dapat memberi asuhan keperawatan dengan baik, terampil, aman, cepat dan tepat secara menyeluruh sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan dari perawat yang bersangkutan. Dari seluruh jenjang perawat kepala rauangan merupakan posisi kunci untuk menegankkan dan memelihara hubungan kerja yang harmonis. Dengan demikian diharapkan kepala ruangan mampu melaksanakan pengelolaan pelayanan keperawatan yang berkualitas.
Pelayanan di Rumah Sakit harus memenuhi standar pelayanan Kesehatan yang didalamnya juga terdapat tentang keselamatan.Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan di rumah sakit dan hal itu terkait dengan isu mutu dan citra rumah sakit. Sejak awal tahun 1900 Institusi rumah sakit selalu meningkatkan mutu pada tiga elemen yaitu struktur, proses, dan outcome dengan berbagai macam program regulasi yang berwenang misalnya antara lain penerapan Standar Pelayanan Rumah Sakit, ISO, Indikator Klinis dan lain sebagainya. Namun harus diakui, pada pelayanan yang berkualitas masih terjadi Kejadian Tidak Diduga (KTD) (Depkes RI, 2006). Ketidak patuhan perawat melaksanakan five moment hand hygiene akan mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan yang berdampak pada mutu pelayanan Rumah Sakit, dimana pasien tidak aman atau beresiko mengalami infeksi nosokomial, (Anugrahini C, 2010). Untuk mempertahankan konsistensi perawat dalam menjalankan patient safety , maka dibutuhkan controling
secara continue dari kepala ruangan segagaimana Mc Gregor, mengemukakan
tentang Teori X yang mengatakan para manajer menggunakan asumsi bahwa manusia mempunyai ciri seperti para pekerja yang pada dasarnya tidak senang bekerja dan apabila mungkin maka mereka akan berusaha mengelakkannya. Para pekerja harus dipaksa, diawasi, atau diancam dengan berbagai tindakan punitif agar tujuan organisasi tercapai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan fungsi controling kepala ruangan dengan kepatuhan perawat pelaksana dalam penerapan patient safety (identifikasi pasien) di ruang perawatan Rumah Sakit Islam Faisal Makassar.
METODE PENELITIAN Desain Penelitian Berdasarkan tinjauan teoritis maka peneliti menggunakan penelitian observasional yang bertujuan untuk mengamati hubungan suatu tindakan atau perlakuan tertentu, kemudian hasil (akibat) dari perlakuan tersebut mempengaruhi hasil yang dicapai setelah perlakuan. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian adalah Crossectional study. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat pelaksana yang ada di ruang perawatan VIP, VIP/kelas I, VIP/kelas I (maternitas), kelas II/III (bedah), kelas II/III (non
bedah), dan ICU. Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi, dalam penelitian ini yang menjadi sampel penelitian adalah perawat pelaksana yaitu sebanyak 88 perawat. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu yang telah dibuat oleh peneliti, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Sastroasmoro, S & Ismael, S. 2008). Pengolahan data Data yang sudah dikumpulkan sebelum dianalisa, terlebih dahulu dilakukan shorting, editing, koding, dan tabulating data sebagai berikut: (1). Shorting, Merupakan pemilihan untuk mengklasifikasikan data menurut kategori. (2). Editing, Setelah semua data diedit ulang, kemudian dilakukan pemeriksaan kelengkapan data, kesinambungan dan keseragaman data. (3). Coding, Untuk memudahkan pengolahan data, maka semua jawaban diberi simbol-simbol tertentu untuk setiap jawaban dengan pengkodean. (4). Tabulating, Menyusun data-data ke dalam tabel yang sesuai dengan analisis dan selanjutnya data tersebut dianalisis dengan menggunakan komputer dengan program SPSS yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi disertai penjelasan serta tabel pengaruh antara fungsi controling
kepala ruangan
dengan kepatuhan perawat pelaksana menjalankan patient safety identifikasi pasien. Analisa data Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan komputer program SPSS dan dianalisis dengan uji statistik sebagai berikut: (1). Univariat, Dilakukan terhadap tiap-tiap variabel penelitian terutama untuk melihat tampilan distribusi frekuensi presentasi dari tiap-tiap variabel. Analisa bivariat dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji statistik, yaitu uji Chi-square. Untuk memperoleh data perbedaan pada tiap ruangan digunakan uji Kruskal Wallis. Kriteria penilaian dianggap bermakna apabila nilai p ≤ 0,05 .
HASIL Karakteristik responden Tabel 1 menunjukkan sebagian besar umur responden dalam penelitian ini berusia 25 tahun atau lebih yaitu 50 orang (57,9%), dan usia responden dibawah 25 tahun sebanyak 38 orang (43,1%). Karaktristik responden pada jenis kelamin lebih banyak berjenis kelamin
perempuan yaitu 76 orang (86,3%), laki-laki 12 (13,7%). Tingkat Pendidikan responden terbanyak Diploma 3 (D3) 59 orang (67,1%), S1/Ners 29 (32,9%), pada status perkawinan dimana responden yang sudah menikah lebih banyak yaitu 48 ( 54,5%) dan yang belum menikah sebanyak 40 orang (45,5%), masa kerja responden yang lebih dari 2 tahun yaitu 57 (64.7%), dan yang masa kerja kurang dari 2 tahun yaitu 31 orang (35.3 %), dari 88 responden yang sudah pernah mengikuti pelatihan tentang patient safety adalah 58 orang ( 66%) dan yang belum pernah terpapar dengan pelatihan adalah 30 orang ( 32%). Analisis univariat Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 68 orang (77,2%) yang patuh terhadap penerapan Patient safety ( identifikasi pasien ) dan 20 orang (22,8%) yang tidak patuh dalam penerapan Patient safety (identifikasi pasien). sebagian besar responden yaitu sebanyak 53 orang ( 60,2%) yang memiliki fungsi controling yang baik terhadap Penerapan patient safety ( identifikasi pasien ) dan 35 ( 39,8%) orang yang memiliki fungsi controling kurang terhadap penerapan patient safety. Analisis bivariat Tabel 3 menunjukkan bahwa hubungan controling dengan penerapan patient safety (identifikasi pasien) oleh perawat pelaksana, terdapat 68 orang (77,2%) perawat yang patuh terhadap pelaksanaan Identifikasi Pasien, dan
terdapat 20 orang 22,8%) yang tidak patuh
terhadap pelaksanaan patient safety (identifikasi Pasien ). Dari hasil uji chi square diperoleh nilai p value 0,036 (<α 0,05) artinya ada hubungan antara fungsi controling dengan penerapan patient safety (identifikasi pasien). Tabel 4 menunjukan bahwa terdapat perbedaan fungsi controling kepala ruangan yang dipersepsikan perawat pelaksana dalam penerapan patient safety berdasarkan ruangan dengan nilai p = 0,004. Dimana ruangan VIP memiliki nilai paling tinggi dibandingkan dengan ruangan lainnya. Tabel 5 menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan kepatuhan perawat dalam penerapan patient safety (identifikasi pasien) berdasarkan ruangan perawatan, dimana ruang perawatan VIP/ Kelas I (maternitas) memiliki nilai paling tinggi dibandingkan dengan ruangan lainnya.
PEMBAHASAN Hasil analisis menunjukkan Controling kepala ruangan yang baik dengan kinerja tingkat kepatuhan 45 ( 89,7%) . controling kepala ruangan yang kurang dengan kepatuhan yang kurang yaitu 12 ( 34,3 %). Hasil ini menunjukan gambaran bahwa peran manjemen kepala ruangan sangat berpengaruh terhadap proses pelayanan yangh diberikan oleh tenaga perawat pelaksana. Dimensi lain yang dinilai pada fungsi controling adalah tentang keadaan keselamatan dan kepemimpinan. Sebagian besar responden mengungkapkan kalau Controling
oleh kepala
ruangan sudah maksimal ( 62,2% ) namun demikian masih ada juga yang menganggap bahwa kepala ruangan belum menjalangkan fungsi controling ini dengan baik ( 27,8% ) . Dari hasil analisis yang dilakukan, didapatkan hasil dimana terdapat hubungan yang bermakna antara fungsi controling seorang kepala ruangan dengan penerapan patient safety dalam hal ini identifikasi pasien dengan benar oleh perawat pelaksana (nilai p,<α). Namun disisi lain dari hasil penelitian ini, dimana terdapat 8 (15,1%) perawat pelaksana yang fungsi pengawasan kepala ruangan baik namun masih belum patuh terhadap pelaksanaan penerapan Patient safety dengan mengidentifikasi pasien dengan benar, (Choo, J. et al., 2010) . Pada hasil penelitian ini juga terdapat fungsi controling yang tidak baik oleh kepala ruangan, namun terdapat 23 orang (65,7%) yang tetap patuh dalam penerapan pelaksanaan patient safety (identifikasi pasien). Kepatuhan identifikasi sebagai kesetiaan, ketaatan atau loyalitas. Kepatuhan yang dimaksud disini adalah ketaatan seorang perawat pelaksana dalam pelaksanaan prosedur Mengidentifikasi pasien . Kepatuhan adalah tingkat seseorang melaksanakan suatu cara atau berperilaku sesuai dengan apa yang disarankan atau dibebankan kepadanya. Dalam hal ini perawat disarankan untuk selalu melakukan prosedur identifikasi pasien dengan benar pada saat ingin melakukan tindakan terhadap pasien . Adapun tindakan yang memerlukan identifikasi yang benar terhadap pasien adalah tindakan pemberian obat , baik itu pemberian obat secara oral maupun injeksi, timndakan lain yaitu pada saat pasien membutuhkan pemeriksaan penunjang seperti pasien yang kan menjalani pemriksaan Radiologi, pemeriksaan darah dan beberapa pemeriksaan penunjang lainnya . Kepatuhan adalah gambaran sikap seseorang terhadap sesuatu objek. Sikap seorang perawat dalam penelitian ini mencerminkan bagaimana seorang perawat pelaksana mematuhi seluruh ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh aturan Rumah asakit terkait dengan
penerapan Patient safety dalam hal ini mengidentifikasi pasien dengan benar. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasution, yang menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara sikap dengan kinerja perawat dalam kelengkapan rekam medis di Ruang Rawat Inap RSU. Pringadi Medan. Kepatuhan perawat yang tergambar dalam penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar perawat yaitu 68 ( 77,2 % ) telah memperlihatkan sikap kepatuhan yang baik terhadap penerapan patient safety ( identifikasi pasien dengan benar), (Rahayu, 2010). Sikap tidaklah sama dengan tindakan dan tindakan tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang, karena seringkali terjadi bahwa seseorang memperlihatkan tindakan yang bertentang dengan sikapnya. Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok dan sosialnya, (Friesen M. et al., 2008). Sikap profesionalisme seseorang belum tentu ototmatis terwujud dalam suatu tindakan untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas, dukungan manajemen atau rekan kerja, (Wallis, K.& Dovey, S. 2011). Dalam penelitian ini fungsi controiling kepala ruangan belum berjalan seperti yang diharapkan dalam konsep Manajemen , hal ini terbukti dimana terdapat 35 ( 39,8%) responden yang menyatakan bahwa fungsi controling kepala ruangan masih kurang baik. Perpaduan antara karakteristik seorang perawat dengan fungsi controling kepala ruangan akan mampu melahirkan sistem pelayanan keperawatan yang profesional. Karakteristik perawat dalam penelitian ini tidak menjadi target utama, namun berdasarkan hasil observasi dan koesioner memberikan gambaran bahwa hal ini sangat erat hubungannya, seperti pada atbel 5.4 dimana terdapat 8 responden (15.1%) yang kurang patuh dalam identifikasi pasien walaupun controling kepala ruangan baik. Hal ini desebabkan karena belum semua perawat pelaksana tersentuh oleh pelatihan tentang patient safety (34 %) responden yang menjawab belum pernah ikut pelatihan. Faktor lain yang ikut berpengaruh berdasarkan
kuesioner adalah tingkat
pendidikan , dimana sebagian besar tenaga perawat di Rumah Sakit adalah D III Keperawatan (67,1 %). Pendidikan berpengaruh terhadap pola fikir individu. Sedangkan pola fikir berpengaruh terhadap perilaku seseorang dengan kata lain pola pikir seseorang yang berpendidikan rendah akan berbeda dengan pola pikir seseorang yang berpendidikan tinggi. Kepatuhan belum ototmatis terwujud dalam suatu tindakan.untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan antara lain fasilitas, juga diperlukan faktor pendukung dari pihak lain seperti manajemen atau rekan kerja. Identifikasi pasien dengan benar yang terkait dengan keselamatan pasien dalam rangka penerapan patient safety yang diterapkan di ruang rawat inap adalah metode membutuhkan kerjasama antara kepala ruangan, perawat primer dan perawat pelaksana, (Deilkas, T, E & Hofoss, D. 2008). Dari hasil kuesioner dan observasi juga menunjukkan bahwa tingginya kepatuhan dalam identifikasi pasien oleh perawat pelaksana tidak terlepas dari peran dan fungsi controling yang positif oleh kepala ruangan dan tentu akan berefek terhadap iklim kerja tim dan iklim keselamatan. Sikap yang positif terhadap iklim kerja berdampak positif terhadap penerapan kerja tim antara perawat dengan perawat, perawat dengan petugas kesehatan lainnya. Kerja tim yang baik akan menurunkan masalah patient safety dan dapat meningkatkan moral anggota tim dan kesejahteraannya (WHO, 2009).
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil peneltian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Ada hubungan Fungsi controling Kepala Ruanagan dengan kepatuhan perawat pelaksana dalam penerapan patient safety ( identifikasi pasien ) di Rumah Sakit Islam Faisal Makassar. Semua lini pelayanan perawatan wajib mengikuti sosialisasi tentang patient safety.
DAFTAR PUSTAKA Anugrahini, C. (2010). Hubungan Faktor Individu dan Organisasi dengan Kepatuhan Perawat Dalam Menerapkan Pedoman Patient Safety, di RSAB Harapan Kita Jakarta. Universitas Indonesia Tesis Tidak dipublikasikan. Diakses dari website http://www.Flontar.ui.ac.id%2Ffile%3Ffile%3Ddigital%2F137134 T%252028432-.bmk Aprilia. (2011). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penerapan International Patient safety Goals (IPSG). UI. (Tesis, Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia). Diakses dari website http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=20296654&lokasi=lokal Choo, J., Hutchinson, A., & Buknall, T. (2010). Nurse's role in medication safety. Journal Of Nursing Management , 18 (5). Deilkas, T, E & Hofoss, D. (2008). Psychometric properties of the Norwegian version of the safety attitudes questionnaire (SAQ), Generic version (short form 2006). BMC Health Services Research, 8(191), 1-10 Depkes. (2006). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety) Utamakan Keselamatan Pasien. Jakarta. Depkes RI Friesen M, Farqurah M, & Huges R. (2008). The Nurse’s Role In Promoting A Culture Of Patient Safety, Center of American Nurses. Huber, D. L. (2006). Leadership and Nursing Care Management, Third Edition. Philadelpia: Saunders Sastroasmoro, S & Ismael, S. (2008). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto Rahayu Sri, (2010). Pengembangan Program Patient Safety Berdasarkan Analisis Pengaruh Faktor Pengetahuan, Persepsi, Awareness, Komitmen dan Efektifitas Teamwork terhadap Kinerja Pelaksanaan Patient Safety di Rumah Sakit Umum Daerah Ibnu Sina Kabupaten Gresik,Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga 2010 Wallis, K.& Dovey, S. (2011). Assessing Patient Safety Culture in New Zealand Primary Care: a Pilot Study Using a Modified Manchester Patient Safety Framework in Duendin General Practices. Journal of Primary Health Care, 3(1), 35-40. WHO. (2009). Human factors in patient safety review of topic and tools. Report for methods an measures working group of WHO patint safety. Diakses dari http://www.who.int/patientsafety/research/methods_measures/human_factors/human_facto rs_review.pdf
Tabel 1. Karakteristik responden No 1
2
3
4
5
6
Karakteristik
Jumlah(n)
Persentase(%)
38 50
43.1 57.9
12 76
13.7 86.3
29 59
32.9 67.1
48 40
54.5 45.5
57 31
64.7 35.3
58 30
66 34
Umur < 25 Tahun ≥ 25 tahun Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Pendidikan Ners D3 Status Perkawinan Menikah Belum Menikah Masa Kerja > 2 thn ≤ thn Pelatihan Ya Tidak
Tabel 2. Distribusi frekwensi Kepatuhan perawat pelaksana dan fungsi controling dalam identifikasi Pasien di ruang perawatan Rumah Sakit Islam Faisdal Makssar Kepatuhan
Frekuensi
%
Patuh
68
77,2
Tidak patuh
20
22,8
Jumlah
88
100
Controling
Frekuensi
%
Baik
53
60,2
Kurang
35
39,8
Jumlah
88
100
Tabel 3. Hubungan fungsi controling kepala ruangan dengan kepatuhan perawat pelaksana dalam identifikasi pasien di Ruang perawatan Rumah Sakit Islam Faisal Makssar Kepatuhan identifikasi Controling
Tabel 4
Patuh
Tidak Patuh
Total
n
%
n
%
Baik
45
84,9
8
15,1
53
Tidak baik
23
65,7
12
34,3
35
p
0,036
Perbedaan fungsi controling kepala ruangan dalam penerapan patient safety berdasarkan ruang perawatan Ruangan
n
Mean Rank
VIP
11
55,09
VIP/Kelas I
26
53,63
VIP/Kelas I ( Maternitas )
10
51,30
Kelas II / III (Bedah)
12
46,79
Kelas II / III (Non Bedah )
16
30,72
ICU
13
26,88
p 0,004
Tabel 5 Perbedaan kepatuhan perawat dalam penerapan patient safety berdasarkan ruang perawatan Ruangan
n
Mean Rank
p
VIP
11
45,64
0,515
VIP/Kelas I
26
46,50
VIP/Kelas I (Maternitas)
10
52,35
Kelas II / III (Bedah)
12
37,21
Kelas II/III (Non Bedah)
16
38,03
ICU
13
48,19