Jurnal KOMUniKASI PENELITIAN Volume 17 ( 4) 2005
Sa’ir Tumanggor
HUBUNGAN KEPROFESIONALAN GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA BIDANG STUDI MATEMATIKA (Studi pada SMU Istiqlal Deli Tua Medan) Sa’ir Tumanggor Staf Pengajar Univesitas Muhammadiyah Sumatera Utara Medan Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan keprofesionalan guru dengan prestasi belajar belajar Istiqlal Deli Tua Medan. Penelitian ini diajukan dengan hipotesis, yaitu: Terdapat hubungan keprofesionalan guru dengan prestasi belajar siswa Istiqlal Deli Tua Medan dengan populasi berjumlah 635 orang yang terdiri dari kelas I, II III. Penetapan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Stratified Proportional Random Sampling. Dengan menggunakan teknik tersebut diperoleh jumlah sampel penelitian sebanya 240 orang siswa. Pengumpulan data untuk variabel Keprofesionalan Guru menggunakan instrumen yang disusun berdasarkan konsep-konsep teori. Sedangkan untuk variabel Presatsi Belajar Siswa (Y) tidak menggunakan instrumen, tetapi menggunakan nilai dokementasi. Hasil analisis dengan menggunakan korelasi menunjukkan bahwa ry. 1 = 0,52 dan R2 y.1= 0,2704. Dengan demikian kontribusi yang disumbangkan atau diberikan variabel keprofesionalan guru dengan prestasi belajar adalah sebesar 27,04%. Sedangkan melalui analisis regresi diperoleh persamaan garis regresi sederhananya adalah Ý = -25,23 + 0,66X. Kata kunci: Keprofesionalan guru dan prestasi belajar siswa
A. Pendahuluan Dunia modern, khususnya dalam rangka persaingan global memerlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu. SDM dihasilkan melalui pendidikan dan pelatihan. Dalam hal ini sudah tentu menghasilkan SDM yang dimaksud perlu proses dan hasil pendidikan yang bermutu. Untuk itu tenaga kependidikan atau guru yang memenuhi persyaratan kemampuan profesional baik sebagai pendidik maupun sebagai pengajar dan pelatih. Guru merupakan salah satu komponen yang bersifat manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang secara langsung ikut berperan dan sekaligus menentukan dalam usaha pembentukan Sumber Daya Manusia (Human of Resources) yang potensial di bidang pendidikan dan pembangunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur terdepan di bidang kependidikan harus berperan secara aktif dan menampakkan kedudukannya sebagai tenaga profesional sesuai dengan tuntutan masyarakat yang sedang berkembang (Anwar Jassin, 1997: 25). Dalam pengertian yang lebih khusus dapat dikatakan, bahwa tanggung jawab (responsibility) guru untuk membawa para
97
siswanya pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan yang sempurna, baik fisik-material maupun mental-spiritual. Dalam rangka ini, tugas dan tanggung jawab guru tidak semata-mata hanya sebagai tenaga pengajar saja, tetapi juga harus berperan sebagai pendidik dan sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan kepada para siswanya terutama dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar. Berkaitan dengan hal ini sebenarnya guru mempunyai peranan yang unik dan kompleks di dalam proses belajar mengajar dan secara otomatis dalam usahausahanya untuk mengantarkan siswa ke arah yang dicita-citakan. Oleh karena itu, setiap rencana kegiatan guru harus diarahkan semata-mata demi kepentingan anak didik sesuai dengan profesi dan tanggung jawab guru. Karena pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Sejalan dengan hal tersebut, UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang telah disyahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat RI pada tanggal 11 Januari terutama pasal 3 dinyatakan bahwa tujuan
Sa’ir Tumanggor
diselenggarakannya Pendidikan Nasional adalah untuk mengembangkan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (USPN 2003). Keprofesionalan guru adalah kemampuan seorang guru yang mempunyai landasan kerja dan mempunyai pengetahuan luas yang diperoleh melalui pengalaman. Dengan demikian seorang guru yang profesional dapat menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa, menggunakan berbagai metode mengajar yang variatif, dan lain-lain. Dalam aplikasinya, seorang guru yang profesional harus mempunyai beberapa tahapan: (a) setiap guru menetapkan dan merumuskan tujuan pengajaran yang akan dicapai dari masa ke masa, (b) guru memiliki dan melaksanakan metode mengajar dengan memperhitungkan efektivitas dan efisiensi metode tersebut dibandingkan dengan metode-metode yang lain, (c) setiap guru memiliki kemahiran dan mengunakan kemudahan dalam mengajar, dan (d) setiap guru harus mempunyai pengetahuan dan kemampuan praktis untuk menilai setiap hasil pembelajaran berdasarkan kemampuan siswa dan kebolehan guru (Surakhmad, 1973: 24). Profesi guru adalah suatu pekerjaan yang dimiliki seseorang yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan dan pengajaran, pengetahuan, sikap, dan keterampilan guru dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Dalam hal ini Roestiyah NK, mengemukakan bahwa: Guru yang profesional adalah guru yang mempunyai pengetahuan keterampilan dan sikap professional yang mampu dan setia mengembangkan profesinya menjadi anggota organisasi professional ikut serta dalam mengkomunikasikan usaha pengembangan profesinya dan bekerja
Jurnal KOMUniKASI PENELITIAN Volume 17 ( 4) 2005 sama dengan profesi lainnya (Roetiyah NK, 1982: 181). Senada dengan pendapat di atas, Usman (1994: 4), memberikan definisi tentang guru profesional, sebagai berikut: Pendidik profesional adalah seorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap profesional yang mampu dan setia mengembangkan profesinya, menjadi anggota professional pendidik memegang teguh kode etik profesinya, ikut serta di dalam mengkomunikasikan usaha pengembangan profesi, guru merupakan suatu profesi yang artinya suatu jabatan yang memerlukan keahlian sebagai guru. Dengan demikian seorang guru berdasarkan uraian di atas seharusnya mampu mengembangkan wawasan dalam rangka memperbaiki dan mengembangkan proses belajar mengajar, mampu mengelola kelas dan mengadakan evaluasi pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar tersebut secara harmonis, dinamis dan kontinu (berkesinambungan). Selain itu juga, untuk dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan baik maka guru harus memiliki kemampuan profesional yaitu terpenuhinya 10 kompetensi guru, sebagaimana dikemukakan oleh Depdikbud (1985: 25-26) dan Nurkausar (1986). Adapun kesepuluh kompetensi tersebut terdiri dari: Menguasi bahan pelajaran, meliputi: (a) menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah, dan (b) menguasai bahan pengayaan/penunjang bidang studi. Mengelola program belajar mengajar, meliputi: (a) merumuskan tujuan instruksional, (b) mengenal dan dapat menggunakan prosedur instruksional yang tepat, (c) melaksanakan program belajar mengajar, dan (d) mengenal kemampuan anak didik. Mengelola kelas, meliputi: (a) mengatur tata ruang kelas untuk pelajaran, dan (b)
98
Sa’ir Tumanggor
menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi. Penggunaan media atau sumber belajar, meliputi: (a) mengenal, memilih, dan menggunakan media, (b) membuat alat bantu pelajaran yang sederhana, (c) menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar, dan (d) menggunakan micro teaching untuk unit pengenalan lapangan. 1. Menguasai landasan-landasan pendidikan. 2. Mengelola interaksi belajar mengajar. 3. Menilai prestasi belajar siswa untuk kepentingan pengajaran. 4. Mengenal fungsi layanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah, meliputi: (a) mengenal fungsi dan layanan program bimbingan dan penyuluhan, dan (b) menyelenggarakan layanan bimbingan. 5. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, dan 6. Memahami prinsip-prinsip dan mentafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran. Kompetensi profesional di atas, merupakan profil kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru. Kompetensi tersebut dikembangkan berdasarkan analisis tugastugas yang harus dilakukan oleh seorang guru. Oleh karena itu, sepuluh kompetensi tersebut secara operasional akan mencerminkan fungsi dan peranan guru dalam membelajarkan siswa. Melalui pengembangan penguasaan kompetensi profesi diusahakan agar penguasaan dapat terpadu secara serasi dengan kemampuan mengajar. Hal ini perlu karena seorang guru diharapkan mampu mengambil keputusan secara profesional dalam melaksanakan tugasnya yaitu keputusan yang mengandung wibawa akademis dan praktis secara kependidikan. Kegiatan pengajaran ditekankan pada proses pengembangan intelektual (kecerdasan kognitif). Sedangkan kegiatan latihan ditekankan pada pengembangan keterampilan (intelektual dan motorik). Oleh karena itu, guru sebagai tenaga pendidik yang profesional harus memiliki kemampuan
99
Jurnal KOMUniKASI PENELITIAN Volume 17 ( 4) 2005 (kemahiran) dalam mengelola kegiatan tersebut secara efektif dan efisien (Anwar Jassin, dalam keluar dari Kemelut, 1997: 37). Sementara itu, keprofesionalan guru sangat terkait erat dengan prestasi belajar. Teori Gagne tentang belajar yang dikutip Slameto (1995), mengutarakan dua jenis belajar, yakni: (1) Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku. (2) Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh melalui instruksi. Gagne menyatakan bahwa untuk mengenali apa yang dimaksud dengan belajar, maka dapat dilihat ciri-ciri penting dari belajar tersebut: (1) Belajar dalah proses di mana manusia dapat melakukannya, (2) Belajar pada umumnya melibatkan interaksi dengan lingkungan eksternal, dan (3) Belajar dapat terjadi bila suatu perubahan atau modifikasi perilaku terjadi, dan perubahan itu tetap dalam massa yang relatif lama pada kehidupan individu. Dari uraian ini dapat dipahami bahwa belajar mempunyai tujuan. Selanjutnya tujuan yang dimaksud adalah hasil belajar berupa penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap atau tingkah laku yang diinginkan. Snellbecker (1974), mengidentifikasikan perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui belajar yang dapat dilihat pada ciriciri sebagai berikut: (a) Terbentuknya tingkah laku baru yang berupa kemampuan aktual maupun potensial, (b) Kemampuan itu berlaku dalam waktu yang relatif lama, dan (c) Kemampuan baru itu diperoleh melalui usaha. Djamarah (1994), menyatakan bahwa prestasi belajar adalah penilaian pendidikan tentang kemampuan siswa setelah melalui aktivitas belajar. Sedangkan Nasrun Harahap (1979), prestasi belajar adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan kemampuan siswa yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam
Sa’ir Tumanggor
kurikulum. Dari dua definisi ini dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah penilaian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka-angka atau nilai. Tujuan pembelajaran merupakan hasil yang akan dicapai melalui proses belajar. Bloom dalam Slameto (1988), taksonomi tujuan pembelajaran ke dalam tiga ranah (domain), yaitu: ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif meliputi tujuan yang berhubungan dengan berfikir, mengetahui dan memecahkan masalah yang terdiri dar 6 enam tingkatan yaitu: (1) pengatahuan, (2) pemahaman, (3) penerapan, (4) analisis, (5) sintesis, dan (6) evaluasi. Ranah afektif mencakup hal-hal yang berkenaan dengan sikap, minat, nilai, dan apresiasi terdiri dari 5 (lima) tingkatan yaitu: (1) pengenalan, (2) pemberian respons, (3) penghargaan terhadap nilai, (4) pengorganisasian, dan (5) pengamatan. Sedangkan ranah psikomotorik meliputi tujuan-tujuan yang berhubungan dengan keterampilan manual dan motorik terdiri dari 5 (lima) tingkatan, yaitu: (1) meniru, (2) manipulasi, (3) ketepatan gerak, (4) artikulasi, dan (5) naturalisasi. Gagne (1978), membagi taksonomi tujuan yang merupakan hasil yang akan dicapai ke dalam lima kategori, yaitu: (1) Informasi verbal, (2) Kemampuan intelektual, (3) Strategi kognitif, (4) Keterampilam motorik, dan (5) Sikap. Romizowski (1988), prestasi belajar diperoleh dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan dikelompokkan kepada empat kategori, yaitu: fakta, konsep, prosedur, dan prinsip. Fakta merupakan pengetahuan tentang objek nyata, asosiasi dari kenyataan, dan informasi dari suatu objek, peristiwa atau manusia. Konsep adalah pengetahuan tentang seperangkat objek konkrit atau definisi. Prosedur merupakan pengetahuan tentang tindakan demi tindakan yang bersifat linear dalam mencapai suatu tujuan. Sedangkan prinsip adalah pernyataan mengenai hubungan dari dua konsep atau lebih. Sementara prestasi belajar dalam bentuk keterampilan dikelompokkan
Jurnal KOMUniKASI PENELITIAN Volume 17 ( 4) 2005 menjadi empat kategori, yaitu: keterampilan kognitif, akting, reakting, dan interaksi. Keterampilan kognitif berkaitan dengan keterampilan seseorang dalam menggunakan fikirannya untuk mengambil keputusan atau memecahkan masalah. Keterampilan berakting adalah keterampilan fisik atau teknik seperti olah raga, mengerjakan sesuatu dan lain-lain. Keterampilan reakting merupakan keterampilan bereaksi terhadap suatu situasi dalam artian nilai-nilai emosi dan perasaan yang biasanya disebut sikap. Sedangkan keterampilan interaksi adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain untuk mencapai suatu tujuan, seperti: komunikasi, persuasi, pendidikan, dan lain-lain. Amidjaya (1980), antara pengajaran dan penilaian terdapat hubungan timbal balik. Prosedur tertentu menuntut terselenggaranya program pengajaran yang sesuai, sebaliknya pendekatan pengajaran dengan kekhususan tertentu menuntut usaha dan penilaian tertentu pula. Berdasarkan uraian-uraian tersebut dapat dipahami bahwa proses belajar melalui pembelajaran dan penilaian prestasi belajar memiliki keterkaitan yang sangat erat. Baik tidaknya proses belajar mengajar dapat dilihat dari prestasi belajar siswa, sebaliknya tinggi rendahnya prestasi belajar merupakan cermin dari kualitas belajar dan usaha pembelajaran yang dilakukan. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa adalah perubahan tingkah laku baik berupa pengetahuan, keterampilan maupun sikap yang merupakan hasil dari aktivitas belajar yang ditetapkan dalam bentuk nilai atau angka. Selanjutnya pula berdasarkan uraian di atas, dapat pula dikemukakan hipotesis penelitian ini: terdapat hubungan dan kontribusi keprofesionalan guru dengan prestasi belajar siswa pada bidang studi matematika. B. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap siswa/i yang terdaftar pada SMU Istiqlal Deli Tua
100
Sa’ir Tumanggor
Medan. Jumlah seluruhnya sebanyak 635 orang siswa terdiri dari kelas I (4 lokal), kelas II (3 lokal), dan kelas III (2lokal). Teknik yang digunakan adalah menggunakan stratified proportional random sampling. Mengingat besar populasi penelitian ini sebanyak 635 orang siswa, maka penentuan besar sampel akan ditentukan dengan menggunakan rumus Krejie & Morgan, Udinsky, Disk: 1981). s = χ2 NP (1-P): d2 (N-1) + χ2 P (1-P) Keterangan: s = besarnya sampel yang diinginkan. χ2= nilai chi square dengan derajat kebebasan (d.f) 1 pada tingkat keprcayaan yang diingnkan. N = Jumlah populasi P = proporsi populasi (maximum besarnya sampel akan didapat apabila P = 0.50) d = derejat ketelitian yang diterma dalam proporsi Diketahui bahwa: χ2 = nilai chi square dengan derajat kebebasan (d.f) 1 pada tingkat kepercayaan yang diinginkan yakni 0.05 pada tabel chi square adalah 3.841 N = jumlah populasi 635 P = proporsi populasi 0.50 untuk mendapatkan besar sampel yang maksimal d = derajat ketelitian yang diterima dalam proporsi ditetapkan 0.05 Maka sampel penelitian ini adalah: s = 3.841 x 635x 0.50 x (1-0.50): (0.05)2 (635-1) + 3.841 x0.50 (1- .50) = 3.841 x 635 x 0.25 : (0.0025 x 634) + (3.841 x 0.25) = 609.75875 : 2.54425 = 239.6615 (dibulatkan menjadi menjadi 204) Karena jumlah anggota populasi penelitian ini terdiri dari siswa yang berbeda baik dari perbedaaan tingkat kelas, program studi maka jumlah sampel ditetapkan secara proposional bertingkat. Untuk melihat
101
Jurnal KOMUniKASI PENELITIAN Volume 17 ( 4) 2005 perbandingan adalah:
sampel
dengan
populasi
240 x100% = 37.8 % 635
Sehingga jumlah sampel untuk tingkat adalah: Kelas I = 0.378 x 246 = 93 siswa Kelas II = 0.378 x 229 = 87 siswa Kelas III = 0.378 x 160 = 60 siswa
setiap
Sesuai dengan variabel penelitian ini, ada empat jenis data yang dikumpulkan: (1) Kemampuan penguasaan materi, pengelolaan proses belajar mengajar, (2) Kemampuan guru dalam mengelola kelas, menggunakan media dan sumber belajar lainnya, (3) Kemampuan guru melaksanakan evaluasi. Sedangkan analisis data menggunakan teknik analisis korelasi product moment oleh pearson dan teknik analisis regresi sederhana. C. Hasil dan Pembahasan Penelitian Hasil Penelitian 1. Keprofesionalan Guru Hasil pengolahan data variabel keprofesionalan guru yang diperoleh melalui instrumen menunjukkan bahwa skor terendah 85 dan skor tertinggi 138. Data yang telah terkumpul selanjutnya diolah dan menghasilkan rata-rata (mean) sebesar 114,821., simpangan baku 9,295., median 115., dan modus sebesar 118. Dari data tersebut menunjukkan rata-rata hitung, median, dan modus tidak jauh berbeda. Hal ini menggambarkan bahwa distribusi frekuensi variabel keprofesionalan guru sebaran datanya cenderung berdistribusi normal (cenderung membentuk kurva simetris). Rangkuman distribusi frekuensi keprofesionalan guru dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1. Distribusi Frekuensi Data Variabel Keprofesionalan Guru (X1) Klas Interval 133-138 127-132 121-126
Fo 3 20 45
% fo 1,25 8,33 18,75
Jurnal KOMUniKASI PENELITIAN Volume 17 ( 4) 2005
Sa’ir Tumanggor
115-120 109-114 103-108 97-102 91-96 85-90 Jumlah
57 64 28 16 4 3 240
23,75 26,67 11,67 6,67 1,66 1,25 100,00%
Berdasarkan distribusi frekuensi data variabel keprofesionalan guru dapat dikemukakan pengelompokkan skor sehingga lebih mudah untuk memahaminya. Skor yang termasuk dalam kategori tinggi mencapai 40 orang (sebesar 16,67%), kategori sedang mencapai 160 orang (sebesar 66,67%), sedangkan kategori rendah mencapai 40 orang (sebesar 16,67%). 2. Prestasi Belajar Siswa Hasil pengolahan data prestasi belajar yang diperoleh melalui dokumentas, yakni nilai raport siswa yang diperoleh pada ujian semester pertama tahun 2003/2004. Distribusi nilai raport rata diperoleh nilai terendah 5,46., dan nilai tertinggi 8,85. Sedangkan nilai rata-rata dari nilai raport adalah 7,00 setelah distandarisasikan distribusi skor prestasi belajar menyebar dari skor terenddah 21,52 dan skor tertinggi 83,48. Hasil perhitungan dari distribusi data diperoleh rata-rata sebesar 50,935., simpangan baku 11,884., median 50., dan modus sebesar 50. Dari data tersebut menunjukkan rata-rata hitung, median, dan modus tidak jauh berbeda. Hal ini menggambarkan bahwa distribusi frekuensi variabel prestasi belajar siswa Istiqlal Deli Tua Medan sebaran datanya cenderung berdistribusi normal. Rangkuman distribusi frekuensi prestasi belajar siswa Istiqlal Deli Tua Medan dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2. Distribusi Frekuensi Data Variabel Prestasi belajar Siswa Istiqlal Deli Tua Medan Klas Interval 77-83 70-76 63-69 56-62 49-55 42-48 35-41
Fo 6 9 25 39 58 47 39
% fo 2,5 3,75 10,42 16,25 24,17 19,58 16,25
28-34 21-27 Jumlah
13 4 240
5,42 1,67 100,00%
Berdasarkan distribusi frekuensi data variabel prestasi belajar siswa Istiqlal Deli Tua Medan dapat dikemukakan pengelompokkan skor sehingga lebih mudah untuk memahaminya. Berdasarkan analisis tentang prestasi belajar siswa dapat dilakukan pembangan atau pengelompokkan skor menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu skor kelompok tinggi, sedang dan rendah. Skor yang termasuk kelompok tinggi mencapai 38 orang atau sekitar 15,83%, skor yang termasuk sedang mencapai 160 orang atau sekitar 66,67%. Sedangkan skor kategori rendah mencapai 42 orang atau sekitar 17,5%. Dengan demikian, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa prestasi belajar siswa secara umum berada pada kategori baik. Hubungan keprofesionalan guru dengan prestasi belajar siswa SMU Istiqlal Deli Tua Medan dapat dilihat pada Tabel 3. Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa harga t hitung sebesar 8,33 yang lebih besar dari t tabel (238) (0,05) sebesar 2,60. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara keprofesionalan guru terhadap prestasi belajar siswa SMU Istiqlal Deli Tua Medan adalah sangat signifikan. Kekuatan hubungan antara keprofesionalan guru terhadap prestasi belajar adalah sebesar 0,52. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa koefisien determinasi sebesar 0,2704 (R2 x 100% atau = 27,04%). Hal ini berarti bahwa H1 yang menyatakan terdapat hubungan yang signifikan dari keprofesionalan guru dengan prestasi belajar siswa SMU Istiqlal Deli Tua Medan, sebagai konsekwensinya Ho ditolak. Berdasarkan analisis Tabel 3, dapat disimpulkan bahwa keprofesionalan guru mempunyai hubungan prediktif yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa di SMU Istiqlal Deli Tua Medan dengan kekuatan hubungan sebesar 0,52. Hal ini berarati bahwa semakin tinggi tingkat
102
Jurnal KOMUniKASI PENELITIAN Volume 17 ( 4) 2005
Sa’ir Tumanggor
keprofesionalan guru, maka prestasi belajar siswa yang diperoleh akan semakin meningkat/tinggi. Sedangkan kontribusi yang disumbangkan keprofesionalan guru
terhadap prestasi belajar siswa sebesar 27,04%.
Tabel 3. Rangkuman Hasil Analisis Korelasi Variabel Keprofesionalan Guru (X) Terhadap Prestasi Belajar (Y) Variabel Bebas Keprofesionalan guru
n
ry.1
r2y.1
t hitung
240
0,52
0,2704
8,33
t tabel α=,005
Kesimpulan α=,001 Sangat signifikan
Tabel 4. Analisis Varians Regresi Keprofesionalan Guru dengan Prestasi Belajar Siswa Sumber
Dk
SS
MS
F hitung α=0,05
Regresi (a) Regresi (b/a) Sisa
1 1 138
617552,13540 9014,10398 24324,40,722
Dengan menggunakan analisis regresi sederhana diperoleh harga koefisien arah (b) sebesar 0,66 dengan harga konstanta sebesar –25,23. Dengan demikian, maka persamaan model garis regresinya adalah ý= –25,23 + 0,66. Selanjutnya garis regresi ini diuji signifikansinya dengan engaplikasikan analisis varians. Hasil perhitungan uji signifikansi dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4 bahwa harga F hitung untuk keberartiab regresi sebesar 88,20 lebih besar dari F (1,238) (0,05) sebesar 3,88 dan F (1,238) (0,01) sebesar 6,74. Hal ini mengindikasikan bahwa model persamaan garis regresi ý= –25,23 + 0,66 sangat signifikan dan dapat menjelaskan arah kekuatan hubungan keprofesionalan guru dengan prestasi belajar siswa SMU Istiqlal Deli Tua Medan. Selanjutnya hasil perhitungan kelinearan diperoleh harga F sebesar 1,1943 lebih kecil dari F (43,195) (0,005) yakni 1,44. Hal ini menunjukkan persamaan garis regresi ý= – 25,23 + 0,66 adalah linear. D. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, selanjutnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Tingkat pencapaian skor variabel X (keprofesionalan guru) dalam kategori
103
617552,13540 9014,10398 102,20339
2.
3.
4.
F tabel α=0,01
88,20
baik dari skor ideal. Demikian pula hal tersebut untuk variabel prestasi belajar siswa di SMU Istiqlal Deli Tua Medan dalam kategori cukup baik dari skor ideal. Hipotesi yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima kebenarannya secara empiris, yaitu: Terdapat korelasi atau hubungan antara keprofesionalan guru terhadap prestasi belajar siswa di SMU Istiqlal Deli Tua Medan. Terdapat kontribusi antara keprofesionalan guru terhadap prestasi belajar siswa di SMU Istiqlal Deli Tua Medan. Hasil analisis terhadap hipotesis pertama (poin 2.1) menunjukkan bahwa terdapat korelasi atau hubungan antara keprofesionalan guru terhadap prestasi belajar siswa di SMU Istiqlal Deli Tua Medan sebesar (ry1=0,52 ). Kekuatan korelasi atau hubungannya ditunjukkan dengan koefisien determinasi (R2 = 0,27,04 ). Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa keprofesionalan guru terhadap prestasi belajar siswa di SMU Istiqlal Deli Tua Medan telah terbukti secara empiris dan signifikan.
Saran Berdasarkan pembahasan dan hasil temuan penelitian ini, maka dapat diberikan
Sa’ir Tumanggor
beberapa saran yang mungkin berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan terutama pada bidang studi agama, yaitu: 1. Proses pengajaran dan pembelajaran di sekolah harus diarahkan sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam kurikulum. 2. Dalam melaksanakan proses pengajaran di sekolah, seorang guru harus berupaya bagaimana agar semua materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa dapat diterima dengan baik. Untuk itu seorang guru sebaiknya menggunakan alat bantu atau yang disebut dengan media pembelajaran. 3. Kepala sekolah perlu memberikan fasilitas kepada guru yang akan mengajar yakni dengan memberikan sejumlah media belajar yang akan digunakan di kelas. 4. Pengadaan media pembelajaran di suatu lembaga pendidikan merupakan sesuatu yang sangat mutlak dan mesti ada, sehingga proses belajar dan mengajar dapat berjalan dengan efektif dan efisien sesuai dengan apa yang diharapkan. E. Daftar Pustaka Alexander J. Romizowski, 1981, Desining Instructional Systems: Decision Making In Course Planning and Curriculum Design. New-York: Nicholas Publishing Company. Anwar Jasin, 1997, Pengembangan Standar Profesional Guru Dalam Rangka Meningkatkan Mutu Sumber Daya Manusia, dalam Keluar dari Kemelut Pendidikan Nasional: Menjawab Tantangan Kualita Sumber Daya Manusia Abad 21. Cetakan Pertama. Jakarta: Inter Masa. Balnadi Sutadipura, Kompetensi Guru Dan Kesehatan Mutlak. Bandung: Angkasa. B. Suryosubroto, 1997, Proses Belajar Mengajar di Sekolah: Wawasan Baru, Beberapa MetodePendukkung, dan Beberapa Komponen Layanan Khusus, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Jurnal KOMUniKASI PENELITIAN Volume 17 ( 4) 2005 Benyamin S Bloom, 1976, Taxonomi of Educational Objectives.New-York: David Mackay. Borg dan Merredith, 1979, Educational Research. Ne-York: Lng Man, Inc. Center for Strategic ang International Studies, 1990, Kondisi Pendidikan Dasar, Mau ke mana? Tahun XIX No.5 September-Oktober. Chalidjah Hasan, 1997, Bimbingan dan Penyuluhan. Medan: Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1982, Pendidkan Tenaga Kependidikan Berdasarkan Kompetensi (PTKBK), Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Tinggi, Direktorat Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985, Buku Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar Kurikulum SMTA 1984. Jakarta: Pendidikan Menengah Umum. Donald C. Orlich, 1980, Teaching Strategies: A Guide To Better Instruction, Second Edition.New-York: Lexington DC Health Company. Gay, 1987, Educational Research. Columbus: Merril Publishing Company. Glenn E. Snellbecker, 1974, Learning Theory, Instructional Theory and Psychoeducational Design. NewYork: Mac Graw Hill. Made Pidarta, Pengelolaan Kelas. Surabaya: Usaha Nasional. Muhrim, 1981, Pedoman Mengajar Bimbingan Praktis Untuk Calon Guru, Surabaya: Usaha Nasional. Muhammad Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosda Karya. L, Mursul. Pengajaran Berhasil. Jamal Jakarta: Universitas Indonesia Press. Nasai Hasyim. Ra. 1981, Pedoman Mengajar: Bimbingan Praktis Untuk Calon Guru, Surabaya: Usaha Nasional. Norman M. Gobel. 1981, Perubahan Peranan Guru. Jakarta: Gunung Jaya.
104
Sa’ir Tumanggor
National Education Association. 1985, Program Akta Mengjara V-B Komponen Dasar Kependidikan Buku Modul II PSB/Lab.Work/Perpustakaan, dan Fasilitas Lain. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Terbuka. Nasrun Harahap, 1979, Teknik Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Bulan Bintang. Nurkausar D, 1986, Kompetensi Guru-Guru Teknik untuk Menuju Profesionalisasi, Padang: Institut Keguruan, dan Ilmu Pendidkan Padang. Oemar Hamalik, Metodologi Pengajaran Ilmu Pendidikan. Bandung : Mandar Maju. Rusyan, dkk, 1989, Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya. Robert Gagne, 1977, The Conditioning of Learning.New-York: Holt, Rine Hart and Winston. Robert M. Gagne, Prinsip-Prinsip Belajar untuk Pengajaran (terjemahan Abdillah Hanafi). Surabaya: Usaha Offset Printing, 1981. Roestiyah, NK, 1982, Didaktik Metodik. Jakarta: Bina Aksara. ___________, 1993, Masalah-Masalah Ilmu Keguruan, Cetakan Kedua. Jakarta: Bina Aksara. Sevilla, Pengantar Metodologi Penelitian (terjemahan Alimuddin Tuwu). Jakarta: Universitas Indonesia Press.
105
Jurnal KOMUniKASI PENELITIAN Volume 17 ( 4) 2005 Suharsimi Arikunto, 1993, Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Suharto, 1988, Metodologi Penelitian dalam Pendidikan Bahasa: Suatu Pengantar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjend Dikti Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Sumadi Suryabrata, 2000, Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. _______________, 2000, Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta: Andi Offset. Slameto, 1980, Belajar dan FaktorFaktor yang Mempengaruhinya, rineka cipta, Jakarta. Syahron Lubis, 1988, Bahan Kuliah Metode Penelitian Pendidikan. Padang IKIP Padang. Syaiful B Djamarah dan Zain A. 1996, Strategi belajar mengajar, Rineka cipta, Jakarta. Undang-undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Winarno Surakhmad, 1973, Dasar dan Teknik Interaksi Mengajar dan Belajar, Bandung: Tarsito.