Jurnal Ilmu Kebencanaan (JIKA) Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
ISSN 2355-3324 pp. 42- 49
8 Pages
HUBUNGAN KEBIJAKAN, SARANA DAN PRASARANA DENGAN KESIAPSIAGAAN KOMUNITAS SEKOLAH SIAGA BENCANA BANDA ACEH Rina Susanti1, Sri Adelila Sari2, Sri Milfayetty3, M. Dirhamsyah4 1,2,4)
Magister Ilmu Kebencanaan Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 3) Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Medan, Sumatera Utara
Abstract: This study aims to determine the relationship of policies, as well as facilities and infrastructure to the level of community preparedness Disaster Preparedness School (SSB). This study used a descriptive approach-quantitative method. This study was conducted in one school pilot disaster preparedness, which is SDN 2 in Banda Aceh. Its population is a school community that is actively involved in all activities related to Disaster Risk Reduction (DRR) in school. Data were collected by questionnaire using parameters preparedness. Data were analyzed with descriptive statistics and correlation tests. The results showed that the level of community preparedness categorized SSB; very prepared for disasters. This is supported by the significant relationship between the parameters of preparedness with DRR programs that have been implemented at the school. From the results of this study concluded that the implementation of DRR related to the level of preparedness of the school community. Keywords: Disaster Risk Reduction , preparedness , school community.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebijakan, serta sarana dan prasarana dengan tingkat kesiapsiagaan komunitas Sekolah Siaga Bencana (SSB). Penelitian ini menggunakan pendekatan metode deskriptif-kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di salah satu sekolah rintisan siaga bencana, yaitu di SD Negeri 2 Banda Aceh. Populasinya adalah komunitas sekolah yang berperan aktif dalam setiap kegiatan terkait Pengurangan Risiko Bencana (PRB) di sekolah. Data dikumpulkan dengan angket menggunakan parameter kesiapsiagaan. Data dianalisa dengan statistik deskriptif dan uji korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesiapsiagaan komunitas SSB dikategorikan; sangat siap menghadapi bencana. Hal ini didukung oleh adanya hubungan yang signifikan antara parameter kesiapsiagaan dengan program PRB yang telah diterapkan di sekolah tersebut. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan PRB berhubungan dengan tingkat kesiapsiagaan komunitas sekolah.
Kata kunci: Pengurangan Risiko Bencana, kesiapsiagaan, komunitas sekolah.
Volume 1, No. 1, Agustus 2014
- 42
Jurnal Ilmu Kebencanaan (JIKA) Pascasarjana Universitas Syiah Kuala bencana,
PENDAHULUAN
Sesuai dengan Kerangka Aksi Hyogo (Hyogo
Framework
Action/HFA)
bahwa
sehingga
menumbuhkan
budaya
kesiapsiagaan terhadap bencana di komunitas sekolah. Sekolah Siaga Bencana (SSB) yang
pendidikan siaga bencana telah menjadi salah
merupakan
kegiatan
untuk
satu prioritas dunia dalam membangun budaya
komunitas
sekolah
melalui
kesiapsiagaan bencana dari generasi muda.
pengetahuan dan sikap, kebijakan sekolah,
Umumnya dalam program Pengurangan Risiko
rencana tanggap darurat, sistem peringatan dini
Bencana (PRB) berbasis sekolah bertujuan
sekolah,
menciptakan komunitas sekolah yang siaga
berdasarkan kapasitas sekolah yang ada dalam
terhadap
mengantisipasi risiko bencana (Kementerian
bencana
(International
Strategy
Disaster Reduction/ ISDR, 2005). Agar hal
dan
mobilisasi
membangun penguatan
sumber
daya
Pendidikan Nasional/ Kemendiknas, 2010).
tersebut tercapai, Pendidikan PRB bertujuan
Terciptanya sekolah yang aman demi
membangun pemahaman pada peserta didik dan
mewujudkan keselamatan komunitas sekolah
komunitas sekolah tentang penyebab, sifat dan
memerlukan proses yang berkesinambungan
dampak dari bahaya. Selain itu juga mendorong
dan dinamis. Manajemennya melibatkan siswa,
berbagai kompetensi dan keterampilan yang
guru, orang tua siswa, serta warga yang tinggal
memungkinkan
peserta
berkontribusi
secara
kesiapsiagaan
dan
Pengetahuan
dan
didik
dapat
di
proaktif
dalam
bencana Sekolah melibatkan; penilaian bahaya,
mitigasi
bencana.
keterampilan
perlu
lingkungan
sekolah.
kerentanan,
kapasitas
perencanaan
dan
dan
Penanggulangan
sumber
daya;
pelaksanaan
untuk
diinformasikan melalui sikap dan nilai-nilai
pengurangan risiko fisik, pemeliharaan fasilitas
yang mendorong peserta didik untuk bertindak
yang aman, Standar Operasional Prosedur
pro-sosial, bertanggung jawab dan responsif
(SOP) dan pelatihan untuk tanggap bencana,
ketika keluarga dan komunitasnya terancam
mitigasi
(Selby dan Kagawa, 2012).
keterampilan yang teratur, dengan simulasi
Prioritas program PRB dapat diterapkan melalui
sektor
pendidikan
yaitu
dalam
dan
perencanaan
kesiapan
dan
latihan yang nyata, dan merevisi rencana sesuai dengan kerentanan yang ada di lingkungan
pendidikan PRB di sekolah. Karena sekolah
sekitar
merupakan
ruang
publik
dapat
Sekolah mencerminkan pencegahan bencana
menjangkau
semua
tingkatan
masyarakat.
individu dan keluarga, dan upaya pencegahan
Pendidikan PRB dapat diaplikasikan dengan
bencana pada masyarakat luas (World Bank
menggunakan
Group, 2010).
pengetahuan,
yang
kemauan
dan
motivasi, berlatih keterampilan serta sikap. Dimana
menjadi
kebiasaan
Penanggulangan
bencana
Sejumlah 28 sekolah yang rawan bencana
atau
di kota Banda Aceh telah mendapatkan binaan
pengalaman peserta didik dalam menghadapi
dari LIPI, UNESCO, TDMRC untuk menjadi
43 -
akan
sekolah.
Volume 1, No. 1, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Kebencanaan (JIKA) Pascasarjana Universitas Syiah Kuala SSB. Sekolah-sekolah tersebut diharapkan terus
program pengurangan risiko bencana, yaitu:
melaksanakan kegiatan dan program-program
gedung sekolah yang tahan gempa, sistem
PRB
peringatan dini bencana, serta hal lainnya yang
secara
berkesinambungan
(TDMRC,
2011). Namun, terdapat juga diantara SSB
mendukung
tersebut yang tidak secara berkesinambungan
2010).
melaksanakan
program
PRB.
kesiapsiagaan
bencana
(Tanti,
Menurut
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka
Khairuddin, dkk., (2011) hal tersebut terjadi
penelitian tentang hubungan kebijakan, sarana
karena pendampingan SSB dilakukan oleh
dan prasarana dengan tingkat kesiapsiagaan
lembaga non pemerintah yang kurang memiliki
komunitas sekolah siaga bencana di Banda
akses ke pemerintahan sehingga kegiatan SSB
Aceh, perlu dilakukan untuk memahami secara
tidak terkoordinasi dengan instansi terkait.
jelas keadaan kesiapsiagaan yang dimiliki
Walaupun mendapatkan pen-dampingan
komunitas sekolah di Sekolah Siaga Bencana.
menjadi sekolah siaga bencana, bukan tidak
Sehingga, dapat diperoleh informasi tentang
mungkin
masih
tingkat keberhasilan dalam mengendalikan
memiliki indeks kesiapsiagaan yang rendah.
pengetahuan pengurangan risiko bencana yang
Rendahnya nilai indeks kesiapsiagaan di tingkat
telah didapatkan.
sekolah-sekolah
tersebut
komunitas
sekolah
ini
berimplikasi
pada
pentingnya
peran
dan
tanggung
jawab
pemerintah, masyarakat dan komunitas sekolah
KAJIAN KEPUSTAKAAN
Pengurangan Risiko Bencana di Sekolah
pada berbagai fasilitas. Fasilitas tersebut antara
Pengurangan Risiko Bencana adalah
lain dapat berupa dukungan kebijakan untuk
sebuah pendekatan yang sistematis dalam
sekolah
mengindentifikasi
tentang
pentingnya
kurikulum
bahaya,
menilai
dan
dalam
mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh
setiap mata pelajaran. Hal ini tidak terlepas dari
bencana, serta bertujuan untuk mengurangi
peran komunitas sekolah sebagai stakeholder
kerentanan sosial-ekonomi terhadap bencana.
utama dalam meningkatkan kesiapsiaagaan
Dengan kata lain, PRB merupakan upaya
terhadap bencana. Melalui komunitas sekolah,
meminimalisir risiko yang ditimbulkan oleh
pengetahuan dan kepedulian tentang bencana
bencana melalui aplikasi, proses, dan langkah-
dapat
langkah yang maksimal dalam menghadapi
pendidikan
kebencanaan
diberikan
diterapkan
sejak usia
dini.
Karena
pengetahuan sangat mendasari pada perubahan
bencana (Benson, 2009).
sikap dan tindakan setiap individu untuk menjadi
lebih
baik.
Selain
dari
adanya
Kesiapsiagaan Bencana Definisi kesiapsiagaan menurut Carter
dukungan kebijakan, diperlukan pula dukungan yang bersifat teknis seperti penyediaan sarana
dalam
dan
menyatakan bahwa kesiapsiagaan merupakan
prasarana
yang
mampu
mendukung
LIPI-UNESCO/ISDR,
Volume 1, No. 1, Agustus 2014
(2006)
- 44
Jurnal Ilmu Kebencanaan (JIKA) Pascasarjana Universitas Syiah Kuala tindakan-tindakan
yang
memungkinkan
elemen. e) Pelatihan dan kesadaran masyarakat:
pemerintah, organisasi-organisasi, masyarakat,
perlu adanya pelatihan yang memadai dan
komunitas
adanya kesadaran masyarakat serta ketersediaan
dan
individu
untuk
mampu
menanggapi suatu situasi bencana secara cepat
informasi yang akurat.
dan tepat guna. Kesiapsiagaan merupakan salah satu proses manajemen bencana. Dalam konsep
Faktor-Faktor
pengelolaan bencana yang sedang berkembang,
Kesiapsiagaan Bencana
peningkatan kesiapsiagaan merupakan elemen
Yang
Mempengaruhi
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
penting dalam hal Pengurangan Risiko Bencana
kesiapsiagaan
suatu
komunitas
terhadap
yang proaktif sebelum terjadinya bencana.
bencana, yaitu; 1) external motivasi meliputi
Definisi kesiapsiagaan juga dinyatakan dalam
kebijakan, pendidikan dan latihan, dana, 2)
Undang-Undang No.24 Tahun 2007, bahwa
pengetahuan, 3) sikap , dan 4) keahlian (Citizen
kesiapsiagaan merupakan serangkaian kegiatan
Corps, 2006).
yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian dengan langkah yang
Pengetahuan Kebencanaan yang dimiliki
tepat dan berdaya guna.
Komunitas Sekolah LIPI
aspek
memerlukan
faktor utama kunci untuk kesiapsiagaan suatu
perhatian dalam pengembangan kesiapsiagaan
komunitas. Pengalaman dari berbagai bencana
menurut
LIPI-UNESCO/ISDR,
yang terjadi memberikan pelajaran yang sangat
diantaranya
adalah:
(2006) dan
bernilai akan pentingnya pengetahuan tentang
terkait
bencana alam yang harus dimiliki oleh setiap
perencanaan penanganan situasi darurat yang
individu terutama yang berada di daerah yang
tepat guna dan terus diperbaharui, serta struktur
rawan bencana. Pengetahuan bencana yang
organisasi penanggulangan yang memadai. b)
dimiliki umumnya sangat mempengaruhi sikap
Sumberdaya: inventarisasi semua organisasi
dan
sumberdaya secara jawab lengkap, pembagian
mengantisipasi bencana.
organisasi:
arahan
a)
yang
(2006)
menyatakan bahwa pengetahuan merupakan
Aspek Kesiapsiagaan Bencana Beberapa
UNESCO/ISDR,
dan
Perencanaan kebijakan
kepedulian
untuk
siap
siaga
dalam
tugas dan tanggungjawab. c) Koordinasi: penguatan koordinasi antar lembaga/organisasi
Sikap Komunitas Sekolah terhadap Bencana
serta menghilangkan friksi dan meningkatkan
Sikap
merupakan
reaksi/
respon
kerjasama antar lembaga/ organisasi terkait. d)
seseorang yang masih tertutup terhadap suatu
Kesiapan:
stimulus atau objek tertentu, belum termasuk
bencana
unit harus
organisasi
penangulangan
bertanggung jawab
penuh
memantau dan menjaga standar kesiapan semua 45 -
Volume 1, No. 1, Agustus 2014
dalam
suatu
tindakan/
aktivitas,
tetapi
merupakan predisposisi tindakan atau perilaku.
Jurnal Ilmu Kebencanaan (JIKA) Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Dengan kata lain, sikap adalah reaksi atau suatu
sekolah adalah keputusan yang dibuat secara
penghayatan terhadap objek di lingkungan
formal oleh sekolah mengenai hal-hal yang
tertentu. Pembentukan sikap dapat berlangsung
perlu didukung dalam pelaksanaan PRB di
melalui proses belajar, pengalaman pribadi dan
sekolah, baik secara khusus maupun terpadu.
orang lain, serta sosialisasi. Sikap dalam
Keputusan tersebut bersifat mengikat. Pada
menghadapi bencana merupakan perwujudan
praktiknya, kebijakan sekolah akan landasan,
dari
diimplementasikan
panduan, arahan pelaksanaan kegiatan terkait
melalui sebuah tindakan dan keterampilan
dengan PRB di sekolah. Kebijakan terkait
untuk mempertahankan diri saat bencana
kesiapsiagaan bencana akan sangat berpengaruh
(Notoadmojo, 2007).
karena
pengetahuan
yang
merupakan
upaya
konkrit
dalam
pelaksanaan kegiatan siaga bencana, yang Tindakan Kesiapsiagaan Komunitas Sekolah
meliputi;
pendidikan
publik,
emergency
Mc. Kiernan, dkk (2005) mengemukakan
planning, sistem peringatan dini (SPD) bencana
bahwa perilaku atau tindakan berhubungan
dan mobilisasi sumberdaya. Kebijakan perlu
dengan
dijabarkan dalam jenis-jenis kebijakan untuk
terbentuk
atau
punahnya
suatu
kebiasaan. Tindakan merupakan mekanisme
mengantisipasi
suatu pengamatan yang muncul dari persepsi
pengelola bencana, rencana aksi untuk tanggap
sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu
darurat, system peringatan bencana, pendidikan,
tindakan. Dasar dari setiap sikap dan tindakan
dan alokasi bencana. Kebijakan di sekolah siaga
manusia adalah adanya persepsi, pengetahuan
bencana berupa Standar Operasional Prosedur
dan
(SOP) yang wajib dimiliki sekolah (LIPI
keterampilan
yang
dimilikinya.
SSB
bertujuan membangun kemampuan seluruh
bencana,
seperti
organisasi
UNESCO/ ISDR, 2006).
warga sekolah untuk menghadapi bencana secara cepat dan tepat guna. Dengan demikian,
Sarana dan Prasarana Sekolah
seluruh warga sekolah menjadi target sasaran,
Selain pengintegrasian pendidikan risiko
tidak hanya murid, agar mampu bertindak
bencana dalam kurikulum sekolah di negara-
ketika terjadinya bencana (Notoadmojo, 2007).
negara yang rentan bencana alam, juga ikut mengkampanyekan
agar
sekolah
memiliki
Kebijakan Sekolah tentang Kesiap-siagaan
konstruksi dan gedung sekolah yang aman dan
Bencana
tangguh terhadap bencana (LIPI-UNESCO/
Kebijakan pada dasarnya adalah bentuk
ISDR, 2006). Dalam Peraturan Pemerintah
dukungan secara formal dari pimpinan sekolah
No.21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
yang dituangkan dalam peraturan sekolah dan
Penanggulangan Bencana, Pasal 20 menyatakan
kesepakatan mengenai hal yang harus dilakukan
bahwa
dan yang tidak boleh dilakukan. Kebijakan
pembangunan infrastruktur, dan tata bangunan,
adanya
pengaturan
pembangunan,
Volume 1, No. 1, Agustus 2014
- 46
Jurnal Ilmu Kebencanaan (JIKA) Pascasarjana Universitas Syiah Kuala wajib
menerapkan
bangunan lembaga
yang
aturan
standar
ditetapkan
berwenang.
oleh
Adanya
teknis instansi/
sarana
kesiapsiagaan bencana, yaitu: pengetahuan, sikap,
dan
tindakan.
Maka
hasil
yang
dan
didapatkan terhadap tingkat kesiapsiagaan yang
prasarana yang mendukung seperti bangunan
dimiliki komunitas sekolah tersebut dapat
sekolah yang berstandar sekolah aman bencana,
dilihat pada Tabel:
peraturan/ kebijakan sekolah atau SOP tentang kesiapsiagaan
bencana,
komunitas
yang
100 80
tangguh bencana.
60 40
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode
deskriptif-kuantitatif
20 0
dengan
menggunakan angket kesiapsiagaan komunitas sekolah terhadap bencana. Selain itu, juga digunakan observasi lapangan dan dokumentasi. Gambar 1.
Tingkat Kesiapsiagaan Komunitas
Analisa Tingkat Kesiapsiagaan Analisis
data
menggunakan
statistik
diolah
dengan
deskriptif,
sebagai
Hubungan Antar Parameter Kesiapsiagaan Kebijakan
berikut: Pn
f 100% N
Pengetahuan
……........................ (1)
Sarana dan prasarana
Uji Korelasi Mengukur hubungan anntar parameter
Gambar 2.
Hubungan antar parameter kesiapsiagaan Komunitas SSB
kesiapsiagaan menggunakan persamaan sebagai Hasil penelitian yang mampu mendukung
berikut (Sugiyono, 2013):
penelitian ini yaitu penelitian oleh Anderson ryx1...xn =
r 2 yx1 ...... r 2 yxn 2ryx1 ryxn rx1.....xn 1 r 2 x1....xn
....(2)
dan King, (2005) tentang siklon tropis yang rawan di Australia Utara, menunjukkan bahwa kesadaran,
kesiapan
HASIL PEMBAHASAN
masyarakat
sangat
Tingkat Kesiapsiagaan Komunitas Sekolah
pendidikan dan strategi mitigasi.
Penelitian yang telah dilakukan terhadap
Johnston
and
dan
pengetahuan
berkonstribusi
Becker,
(2013)
dalam
yang
tingkat kesiapsiagaan bencana pada komunitas
sebelumnya menduga bahwa, jika individu
SSB
diberikan pengetahuan tentang risiko dan
47 -
yang
diukur
berdasarkan
parameter
Volume 1, No. 1, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Kebencanaan (JIKA) Pascasarjana Universitas Syiah Kuala bahaya, maka individu akan mempersiapkan
kegiatan PRB.
dirinya dalam menghadapi bencana yang akan
KESIMPULAN DAN SARAN
terjadi.
Kesimpulan
Namun
dari
hasil
penelitiannya
Penerapan
menunjukkan bahwa tingkat kesiapan individu sangat
rendah
meski
ditengah
kampanye
prasarana
yang
kebijakan,
sarana
dan
mendukung
kesiapsiagaan
pendidikan publik terkait kesadaran yang tinggi
dalam program PRB di SSB ada hubungannya
akan risiko bencana. Begitu juga halnya dengan
dengan tingkat kesiapsiagaan yang dimiliki oleh
penelitian ini, sebelumnya peneliti menduga
komunitas sekolah. Penelitian ini diukur dengan
bahwa tingkat kesiapsiagaan dengan kategori
menggunakan parameter kesiapsiagaan, yaitu:
sangat
pengetahuan, sikap, dan tindakan. Hal ini
siap
menghadapi
bencana
dalam
komunitas sekolah bukan SSB ini dipengaruhi
dibuktikan
oleh adanya hubungan antara pengetahuan,
komunitas SSB yang sangat siap menghadapi
sikap, tindakan, tanggungjawab dengan sarana
bencana.
dan prasarana serta kebijakan yang dimiliki
bencana yang dimiliki komunitas SSB ini
komunitas sekolah bukan SSB walaupun dalam
karena
kategori
kebijakan, diperlukan pula dukungan yang
yang
hampir
dan
kurang
siap
oleh
tingkat
Tingginya
didukung
tingkat
oleh
kesiapsiagaan
kesiapsiagaan
adanya
dukungan
bersifat teknis seperti penyediaan sarana dan
menghadapi bencana. Demi terwujudnya budaya siaga bencana
prasarana yang mampu mendukung program
sekolah
pengurangan risiko bencana, seperti: gedung
memerlukan proses yang berkesinambungan
sekolah yang tahan gempa, sistem peringatan
dan dinamis. Seperti penelitian yang dilakukan
dini bencana, serta hal lainnya yang mendukung
oleh Shaw, (2004) bahwa pengalaman bencana
kesiapsiagaan bencana yang telah diterapkan di
bukanlah faktor utama untuk meningkatkan
sekolah tersebut.
dan
keselamatan
kesadaran
kesiapan
komunitas
menghadapi
bencana.
Pendidikan terkait kebencanaan di sekolah yang ikut menerapkan berbagai tahapan seperti;
Saran Sebaiknya,
program
PRB
berbasis
pengetahuan, pendalaman materi, keputusan,
sekolah ini juga diterapkan di daerah dalam
dan tindakan yang harus dilakukan setiap
lingkup zona aman atau tidak rawan bencana.
individu
bencana
Sehingga kesiapsiagaan bencana dimiliki oleh
merupakan hal yang lebih menonjol daripada
setiap komunitas sekolah yang ada di Indonesia.
pada
saat
terjadinya
pengalaman. Selain itu, penelitian tersebut, menunjukkan bahwa faktor yang mendukung
DAFTAR KEPUSTAKAAN
keberhasilan PRB tidak terlepas dari berbagai
Anderson, and King, D. 2005. Mitigation of The Impact of Tropical Cyclones in Northern Australia through Community Capacity Enhancement. Mitigation and Adaption Strategies for Global Change, Juli 2005,
aspek, diantaranya: pengetahuan, kemauan, sikap, keterampilan, serta kebiasaan dalam
Volume 1, No. 1, Agustus 2014
- 48
Jurnal Ilmu Kebencanaan (JIKA) Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Volume 10, Issue 3, pp 367-39. Citizen Corps. 2006. Citizen Corps Personal Behavior Change Model for Disaster Preparedness. Citizen Preparedness Review. Community Resilience through Civil Responsibility and Self-Reliance, Washington: Department of Homeland Security FEMA. Indonesian Development of Education and Permaculture (IDEP) Foundation. 2007. Panduan Umum Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat, Edisi ke-2, Bali: Yayasan IDEP. International Strategy for Disaster Reduction (ISDR). 2005. Hyogo Framework for Action 20052015: Building the Resilience of Nations and Communities to Disasters, World Conference on Disaster Reduction (18-22 January 2005) Johnston, and Becker. 2013. Community Understanding of, and Preparedness for, Earthquake and Tsunami Risk in Wellington, New Zealand. Advance in Natural and Technological Hazards Research. Volume 33, 2013, PP 131-148. Kementerian Pendidikan Nasional dan Badan Pendidikan Nasional. 2010. Strategi Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana di Sekolah. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta. Khairuddin, Ngadimin, Sari, S.A, Melvina, dan Fauziah, T. 2011. Dampak Pelatihan Pengurangan Risiko Bencana Terhadap Kesiapsiagaan Komunitas Sekolah (Studi kasus di Calang, Aceh Tengah, dan Pidie Jaya). Prosiding Seminar Hasil Penelitian Kebencanaan. TDMRC-Unsyiah. Banda AceH. LIPI UNESCO/ISDR. 2006. Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Mengantisipasi Bencana Gempa dan Tsunami. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Jakarta. Mc.Kiernan, E, dan Hammond, K.R, dan Figueredo, A. J, 2006. A Brunswikian Evolutionary Developmental Theory Of Preparedness And Plasticity, Arizona : Elsevier Inc. Nirmalawati. 2011.Pembentukan Konsep Diri pada Siswa Pendidikan Dasar dalam Memahami Mitigasi Bencana. Jurnal SMARTek, Vol 9, N0.1. Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Nugroho, Kharisma dan Yon, Kwan. 2011. Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas di Indonesia. Gerakan, Pelembagaan dan Keberlanjutan. Selby and Kagawa. 2012. Disaster Risk Reduction in School Curricula. Unicef.
49 -
Volume 1, No. 1, Agustus 2014
Shaw, Koici and Masami Kobayashi. 2004. Linking Experience, education, perception and earthquake prepardness. Disaster Prevention dan Management, Vol. 13 Iss: 1, pp. 39-49. Kyoto University; Japan. Tanti, Dewi Sad. 2010. Literasi Bencana pada Masyarakat Rawan Bencana. Tesis. Universitas Mercu Buana. Tsunami Disaster Mitigation Research Center (TDMRC). 2012. Laporan Tahunan. Banda Aceh. World Bank Group. 2010. Disaster and Emergency Prepardness: Guidance for Schools. International Finance Corporation