HUBUNGAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DENGAN PEMASARAN KERUPUK IKAN HASIL HOME INDUSTRY PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN NELAYAN DI KABUPATEN TUBAN
NONO SAMPONO
SEKOLAH PASCASARJANA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
ABSTRAK
NONO SAMPONO. Hubungan Kebijakan Pemerintah dengan Pemasaran Kerupuk IKan Hasil Home Industry Pengaruhnya terhadap Pendapatan Nelayan di Kabupaten Tuban. Dibimbing oleh JOHN HALUAN dan ARI PURBAYANTO. Produksi perikanan di wilayah Jawa Timur cukup potensial, namun pendapatan per kapita nelayan masih rendah. Telah diupayakan penggunaan peralatan home industry krupuk ikan di Daerah Kabupaten Tuban tetapi belum berkembang dengan baik padahal pangsa pasar cukup besar. Oleh karena itu diperlukan upaya dari berbagai pihak termasuk Pemerintah Daerah dalam rangka peningkatan dan kelangsungan home industry tersebut. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan hubungan antara Kebijakan Pemerintah dengan home industry
serta
pengaruhnya
terhadap
pendapatan
nelayan.
Penelitian
dilaksanakan dalam dua tahap yaitu pengambilan data -data baik secara faktual di lapangan maupun mendapatkan informasi langsung dari nelayan sebagai pelaku industri, kemudian dilakukan pendekatan studi kepustakaan serta teori dengan menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan model SEM (Structure
Equation Modelling) dan pendekatan kualitatif model Tulang Ikan (Fishbone Diagram). Hasil penelitian dengan SEM secara teori model dapat diterima dengan RMSEA = 0,067 (< 0,1), minimum fit function chi square = 7,51, P-value = 0,27, dan degree of freedom = 6,1 menunjukkan hasil yang baik. Data kovarian matrik = 0,17 dan t = 1,64 sama dengan t tabel pada alpha 10% menunjukkan adanya hubungan yang lemah antara peralatan industri dengan kebijakan pemerintah. Pada model, hubungan positif terjadi antara peralatan home industry dengan kondisi lingkungan dan kualitas produksi dan terhadap pemasaran. Sedangkan kebijakan berpengaruh positif terhadap tenaga kerja dan perilakunya. Analisis dengan fishbone diagram menghasilkan rancangan kebijakan yang bertumpu pada pembinaan sumber daya manusia, bantuan permodalan, peralatan dan manajemen produksi, pemasaran, pengadaan cold storage dan penguatan partisipasi masyarakat. Kata kunci :
home industry kerupuk ikan, pendapatan nelayan, Kabupaten Tuban.
ABSTRACT Nono Sampono, Relation between Government Policy and Marketing of Home Industry Fish Cracker toward Fishermen’s income in Sub-province of Tuban. Guided by JOHN HALUAN and ARI PURBAYANTO. Within area of East Java fishery industry is potential, however, income per capita of the fishermen in this area are still low.
Indeed, there was an effort in using fish
cracker home industry equipment but it has undeveloped well, even in this area the market compartment potentially is high. Therefore, it is needed many efforts by various parties that included the Local Government in terms of upgrading and continuity of this home industry. The result of this study was conducted approaches by using SEM model (Structure Equation Modelling) as quantitative approach and Fishbone Diagram as qualitative approach as follows: theoretically the Model is acceptable with RMSEA = 0,067 (< 0,1), minimum fit function chi square = 7,51, P-value = 0,27, degree of freedom= 6,1, showing the good result. The data’s covariance matrix = 0,17 with t = 1,64, equal the t table showed the positif correlation between Equipment of the Industry with the Government Policy. On model, positif relations Only Equipment t score =3,31 showing the positive influences to Environment and t score 14,55 influences to the Quality. The Government Policy influences positively to the Social Behavior contribution 0,5, t score = 4, 7 and positive correlation to Environment with contribution 0, 28, t score 3, the new model was found to modified this analysis.
Key words: Local Government Policy, fish cracker home industry equipment, fishermen’s income, Sub-province of Tuban.
LEMBAR PENGESAHAN Judul Tesis
:
Nama : Nrp : Program Studi :
Hubungan Kebijaksanaan Pemerintah dengan Pemasaran Kerupuk Ikan Hasil Home Industry Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Nelayan di Kabupaten Tuban Nono Sampono C 551040254 Teknologi Kelautan
Disetujui, Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir John Haluan M.Sc. Ketua
Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc Anggota
Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknologi Kelautan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir John Haluan, M.Sc
Dr. Ir. Khairil Anwar Notodipuro, M.Sc
Tanggal Ujian : 22 September 2007
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis dengan judul “ Hubungan Kebijakan Pemerintah dengan Pemasaran Kerupuk Ikan Hasil Home Industry Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Nelayan di Kabupaten Tuban “ adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir Tesis ini.
Bogor,
September 2007
Nono Sampono Nrp C551040254
@ Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007 Hak Cipta dilindungi Undang-undang 1.
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyertakan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kuliah atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan IPB
2.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa ijin IPB
HUBUNGAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DENGAN PEMASARAN KERUPUK IKAN HASIL HOME INDUSTRY PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN NELAYAN DI KABUPATEN TUBAN
NONO SAMPONO
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Departemen Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan
SEKOLAH PASCASARJANA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
LEMBAR PENGESAHAN Judul Tesis
:
Nama : Nrp : Program Studi :
Hubungan Kebijaksanaan Pemerintah dengan Pemasaran Kerupuk Ikan Hasil Home Industry Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Nelayan di Kabupaten Tuban Nono Sampono C 551040254 Teknologi Kelautan
Disetujui, Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir John Haluan M.Sc. Ketua
Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc Anggota
Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknologi Kelautan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir John Haluan, M.Sc
Dr. Ir. Khairil Anwar Notodipuro, MS.
Tanggal Ujian : 22 September 2007
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bangkalan Madura pada tanggal, 1 Maret 1953 dari ayah H. Su’et Citrowijoyo dan Ibu Hj. Ani Sampono. Penulis merupakan putra ketiga dari lima bersaudara dan telah menikah dengan Norma Riana. Tahun 1971 penulis lulus dari SMA Xaverius Ambon dan melanjutkan pendidikan AKABRI bagian Laut lulus tahun 1976. Pendidikan Militer lainnya Suslapa 1986 s.d. 1987, Sesko AL 1992 s.d. 1993, Seskogab 1996 s.d. 1997, Lemhanas 2003. Selanjutnya disamping menjalankan tugas dan pekerjaan, penulis dapat menyelesaikan pendidikan strata satu (S-1) Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan di Universitas Hang Tuah Surabaya lulus tahun 2003. Penulis mendapatkan kesempatan melanjutkan Program Magister Sains pada Program Studi Teknologi Kelautan Institut Pertanian Bogor yang dimulai dari tahun 2004.
PRAKATA
Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah meridhoi kami untuk dapat menyelesaikan penulisan Tesis yang berjudul “ HUBUNGAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DENGAN PEMASARAN KERUPUK IKAN HASIL HOME INDUSTRY PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN NELAYAN DI KABUPATEN TUBAN “ Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Magister pada Program Studi Teknologi Kelautan Institut Pertanian Bogor. Harapan kami semoga Tesis ini akan memberikan manfaat kepada pembaca, serta mampu memberikan kontribusi bagi Pemerintah Daerah Tuban untuk merumuskan kebijakan dalam mengembangkan industri pengolahan kerupuk ikan, sehingga dapat meningkatkan pendapatan nelayan. Pada kesempatan ini Penulis menyampaikan terimakasih yang setulus-tulusnya atas bantuan yang tak ternilai sehingga Tesis ini dapat diselesaikan, kepada: 1)
Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
2)
Ketua Departemen Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan, FPIK – IPB
3)
Prof. Dr. Ir. John Haluan, MSc. selaku Ketua Program Studi TKL dan Ketua Komisi Pembimbing, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam rangka penyusunan tesis ini.
4)
Dr. Ir. Ari Purbayanto, MSc. selaku Anggota Komisi Pembimbing, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam rangka penyusunan tesis ini.
5)
Dr. A. Yani Antariksa, S.H., S.E., M.M. selaku Nara Sumber, yang telah memberikan masukan, saran dan perbaikan.
6)
Bambang Suharjo, SSi, MSi.
selaku Nara Sumber, yang telah
memberikan masukan, saran dan perbaikan. 7)
Istri dan anak-anak tercinta yang selalu memberikan doa, dukungan dan pengertian yang tulus.
8)
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat, taufik dan hidayah NYA kepada kita sekalian.
Penulis
DAFTAR ISI Halaman PRAKATA ........................................................................................................
i
DAFTAR ISI .......................................................................................................
ii
DAFTAR TABEL ..............................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................
vi
1
2
PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang ..........................................................................
1
1.2
Perumusan Masalah .................................................................
3
1.3
Tujuan Penelitian .......................................................................
4
1.4
Manfaat Penelitian ......................................................................
5
TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Industri Perikanan di Indonesia ..................................................
7
2.2
Industri Perikanan di Tuban ........................................................
8
2.3
Kualitas Produksi dan Pengaruhnya Terhadap Pemasaran .....
10
2.4
Pemasaran dan Strategi Generik ...............................................
11
2.5
Home Industry Pembuatan Kerupuk Ikan...................................
14
2.6
Hubungan Kebijakan Pemerintah dengan Home Industry Perikanan............................................................
3
4
19
METODOLOGI PENELITIAN 3.1
Waktu dan Lokasi Penelitian .....................................................
21
3.2
Pendekatan Studi ................................... ..................................
21
3.3
Kerangka Konseptual Penelitian ...............................................
22
3.4
Metode Pengumpulan Data ......................................................
25
3.5
Metode Analisis ........................................................................
29
KEADAAN UMUM HOME INDUSTRY KERUPUK IKAN 4.1
Gambaran Umu m Daerah Penelitian ........................................
32
4.2
Hasil Pengumpulan Data ..........................................................
37
ii
5
6.
7
HASIL PENELITIAN 5.1
Analisa Keabsahan Data .........................................................
39
5.2
Analisa Model Structural Equation Modelling (SEM) ................
43
PEMBAHASAN 6.1
Pembahasan .............. ..............................................................
56
6.2
Pendekatan Kebijakan ..............................................................
59
6.3
Rancangan Kebijakan ................................................................
62
KESIMPULAN DAN SARAN 7.1
Kesimpulan ................................................................................
64
7.2
Saran ..........................................................................................
66
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................
68
iii
DAFTAR TABEL Halaman
1
Data nelayan Tuban tahun 2004 ...............................................................
1
2
Data pembudidaya ikan dan luas tambak di Tuban tahun 2004 ................
2
3
Data produksi perikanan tangkap dan budidaya di Kabupaten Tuban tahun 2003 dan 2004 ................................................................................
4
8
Data nilai produksi perikanan tangkap dan budidaya di Kabupaten Tuban tahun 2003 dan 2004 .....................................................................
9
5
Ringkasan jumlah nilai jawaban responden ..............................................
38
6
Hasil uji validitas konstruk item pertanyaan ...............................................
40
7
Hasil uji reliabilitas variabel penelitian .......................................................
41
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
Strategi generik Porter .................................................................................. 12
2
Alat sederhana pencetak, pengukus, pengemas kerupuk ikan ..................... 15
3
Kerangka penelitian ....................................................................................... 23
4
Model hipotetik penelitian .............................................................................. 24
5
Populasi dan sampel ..................................................................................... 25
6
Model penelitian hasil modifikasi dan penggabungan dari teori Stooner, Ariani dan Denim ............................................................................ 27
7
Model struktural hasil pengolahan data dengan Lisrel 8.54........................... 43
8
Estimasi persamaan struktural ....................................................................
44
9
Hasil covariance matriks variabel independen ............................................
46
10
Model SEM hasil verifikasi ..........................................................................
48
11
Diagram tulang ikan belum berkembangnya industri kerupuk ikan di Kabupaten Tuban ...........................................................................
12
50
Diagram tulang ikan berkembangnya industri kerupuk ikan di Kabupaten Tuban .........................................................................................................
v
53
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
Lampiran 1. Kuesioner penelitian .................................................................. 71
2
Lampiran 2. Hasil kuesioner penelitian ......................................................... 74
3
Lampiran 3. Output uji validitas dan reliabilitas ............................................. 76
4
Lampiran 4. Uji normalitas dengan metode Kolmogrov Smirnov .................. 79
5
Lampiran 5. Output program SEM dengan aplikasi Lisrel 8.54 ..................... 82
vi
1
1.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Potensi perikanan laut Indonesia sangat besar dan beragam namun belum
dimanfaatkan secara maksimal. Potensi lestari sumber daya ikan (SDI) laut Indonesia mencapai sekitar 6,26 juta ton per tahun atau 7% dari total potensi lestari SDI laut dunia dengan tingkat pemanfaatan oleh nelayan pada tahun 2002 mencapai 5,6 juta ton (Dahuri, 2006). Jawa Timur merupakan salah satu daerah produksi ikan yang cukup potensial di Indonesia memiliki jumlah nelayan mencapai 312.071 orang dengan total pendapatan mencapai Rp.3.887.289.000.000,-. Jumlah nelayan perikanan laut Kabupaten Tuban pada tahun 2004 mencapai 19.188 orang, dengan pendapatan per kapita
nelayan hanya
mencapai Rp. 1,639,940
(Anonim, 2006).
Untuk
mendapatkan gambaran tentang kondisi nelayan di Kabupaten Tuban, dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2 di bawah ini.
Tabel 1.
Data nelayan Tuban tahun 2004 Alat tangkap
NO
Kecamatan
Nelayan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Palang Jemu Tb. Boyo Widang Rengel Plumpang Soko Merakurak Singgahan Semanding Jumlah
6 5 4 1.450 261 386 159 29 18 10 2.328
Jaring 309 69 138 60 5 6 587
Jala 6 5 4 411 155 27 141 10 14 10 783
Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Tuban (2005)
1
Bubu 198 247 131 219 795
lain-lain 6 5 4 478 414 45 29 18 12 10 1.021
Perahu/ jukung 1.162 53 44 1.259
Tabel 2.
No
1 2 3 4
Data pembudidaya ikan dan luas tambak di Tuban tahun 2004
Kecamatan
Jumlah Pembudidaya Pemilik Pandega
Bancar Tambakboyo Jenu Palang Jumlah
4 49 47 249 349
16 98 94 498 706
Luas tambak (ha) Tradisional 5,0 57,3 176,0 225,3 463,6
Semi intensif 29,0 2,5 7,8 39,3
Intensif
Jumlah
11,9 14,5 86,4 112,8
34,0 69,2 193,0 319,5 615,7
Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Tuban (2005)
Dengan masih rendahnya pendapatan per kapita nelayan Tuban, sebenarnya telah dilakukan upaya peningkatan berupa industrialisasi di bidang perikanan yaitu dengan penerapan teknologi tepat guna yang cocok bagi wilayah pedesaan pesisir Tuban.
Peralatan yang digunakan dan cocok bagi masyarakat sebagai kegiatan
home industry biasanya
memiliki syarat sebagai berikut, yaitu sistem sederhana,
perawatan dan perbaikannya mudah, suku cadang mudah didapat, pengoperasian mudah serta harga relatif murah. Salah satu jenis home industry yang saat ini dijalankan oleh nelayan di Tuban adalah industri kerupuk ikan. Di Desa Pabean Kecamatan Tambak Boyo terdapat 15 sentra industri kecil dengan serapan tenaga kerja langsung (khusus pada proses pengolahan) melibatkan sekitar 100 orang (Dinas Perindustrian Tuban, 2004). Namun kondisi faktual di lapangan, industri kerupuk ikan ini ternyata belum berkembang dengan baik, padahal pangsa pasar kerupuk ikan masih tinggi khususnya untuk memenuhi kebutuhan di wilayah Pulau Jawa. Harusnya dengan semakin meningkatnya intensitas industri perikanan baik industri rumah tangga maupun industri pedesaan, akan memberi pengaruh terhadap terjadinya peningkatan jumlah tenaga kerja (Suwandi, 1994).
2
Demikian halnya yang
disampaikan oleh Dunn (2000), bahwa apabila intensitas home industry meningkat apalagi disertai dengan meningkatnya intensitas kegiatan dan tenaga kerja yang terkait, tentu akan memberikan dampak positif terhadap kehidupan sosial, ekonomi dan budaya secara makro pada tatanan kehidupan masyarakat itu sendiri. Perkembangan terkini yang ditandai dengan meningkatnya ekonomi global telah membawa dampak terhadap perubahan pada orientasi industri perikanan, dimana tuntutan konsumen menjadi semakin meningkat. Konsumen pada saat ini tidak sekedar hanya membeli produk perikanan namun mereka membutuhkan juga kualitas, konsistensi dan nilai. Kondisi ini pasti memberikan pengaruh yang sangat signifikan karena tuntutan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, sehingga sangat dikhawatirkan bahwa home industry perikanan kehilangan pasar dan akan kalah bersaing dengan home industry lain (Fauzi, 2005). Oleh karenanya penelitian ini diarahkan untuk menemukan dan kemudian membahas bagaimana korelasi antara berbagai komponen tersebut di atas yang berpengaruh dengan pemasaran, serta mencari permasalahan dan penyebab mengapa industri kerupuk ikan tersebut tidak berkembang dengan baik. Disisi lain diharapkan agar penelitian ini dapat menemukan solusi terbaik untuk mendukun g pembuatan rancangan kebijakan pemerintah dalam rangka kelangsungan dan peningkatan eksistensi home industry
perikanan, sehingga pada gilirannya akan mampu
menaikkan pendapatan nelayan di Daerah Kabupaten Tuban.
1.2
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belak ang di atas terlihat beberapa permasalahan yaitu :
pertama, masih rendahnya pendapatan nelayan walaupun hasil industri perikanan di Jawa Timur cukup besar. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh hubungan/interelasi
3
negatif antara home industry dan kebijakan pemerintah, sehingga berpengaruh terhadap pemasaran dalam rangka meningkatkan pendapatan nelayan di Kabupaten Tuban. Kedua, kebijakan pemerintah belum mampu mendukung kelangsungan dan pengembangan industri perikanan khususnya industri kerupuk ikan. Hal ini mungkin disebabkan oleh hubungan timbal balik antara home industry dengan kebijakan pemerintah belum optimal. Ketiga, pengaruh home industry terhadap lingkungan, perilaku sosial, produksi dan tenaga kerja belum maksimal.
Keempat, pengaruh
kebijakan Pemerintah terhadap lingkungan, perilaku sosial, produksi dan tenaga kerja belum nampak hasilnya.
Kelima, hubungan timbal balik masing-masing antara
lingkungan, perilaku sosial, produksi dan tenaga kerja belum maksimal. Keenam, walaupun telah dilakukan upaya dengan membangun home industry kerupuk ikan namun kurang berkembang dengan baik, padahal pangsa pasar di pulau jawa masih tinggi.
Hal ini kemungkinan pengaruh home industry kerupuk ikan dan kebijakan
pemerintah terhadap lingkungan, tenaga kerja, kualitas hasil produksi dan perilaku sosial dan pemasaran belum maksimal.
1.3
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk :
1)
Mengkaji
hubungan/interelasi
antara
penggunaan
home
industry
dan
kebijakan pemerintah, serta pengaruhnya terhadap pemasaran dalam rangka meningkatkan pendapatan nelayan di Kabupaten Tuban. 2)
Mengkaji hubungan timbal balik antara home industry dengan kebijakan pemerintah.
3)
Mengkaji pengaruh home industry terhadap lingkungan, perilaku sosial, produksi dan tenaga kerja.
4
4)
Mengkaji pengaruh kebijakan pemerintah terhadap lingkungan, perilaku sosial, produksi dan tenaga kerja.
5)
Mengkaji hubungan timbal balik masing-masing antara lingkungan, perilaku sosial, produksi dan tenaga kerja.
6)
Mengkaji pengaruh peralatan home industry kerupuk ikan dan kebijakan pemerintah terhadap lingkungan, tenaga kerja, kualitas hasil produksi dan perilaku sosial dan pemasaran.
1.4
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk :
1)
Meningkatkan
khasanah
keilmuan
tentang
pengelolaan
industri
hasil
perikanan tangkap khususnya home industry kerupuk ikan dan kebijakan pemerintah untuk membantu pengelolaannya. 2)
Digunakan sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah
untuk
merumuskan
kebijakan
sebagai
solusi
dalam
rangka
peningkatan pendapatan nelayan di Kabupaten Tuban. Secara khusus penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : (1)
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tuban untuk menyusun rencana kerja dalam rangka memberikan bantuan penyuluhan dan penelitian kepada para nelayan agar kualitas SDM semakin meningkat baik ketrampilannya maupun pengetahuannya tentang manajemen pengelolaan industri sampai pemasaran.
(2)
Dinas Perindustrian Kabupaten Tuban dalam memberikan bantuan peralatan home industry sekaligus pelatihannya, agar para nelayan dapat memiliki ketrampilan yang lebih baik dan yang terpenting mereka
5
dapat meninggalkan kebiasaan tradisional menjadi yang lebih maju, sehingga hasil industri dapat dicapai lebih maksimal. (3)
Pihak bank atau para investor agar dapat memberikan bantuan permodalan para nelayan dalam mengembangkan dan meningkatkan industri kerupuk ikan sehingga mampu meningkatkan hasil produksi.
3)
Digunakan sebagai salah satu referensi bagi penelitian lanjutan tentang home industry pengolahan hasil perikanan khususnya pembuatan kerupuk ikan dan penelitian kebijakan bidang pengolahan hasil perikanan.
6
2
2.1
TINJAUAN PUSTAKA
Industri Perikanan di Indonesia Potensi perikanan Indonesia yang besar dapat dijadikan peluang dalam
membangun industri pengolahan hasil perikanan. Agar dapat memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi, maka berbagai upaya telah dilakukan diantaranya melalui pengolahan ikan asin, ikan kering, ikan pindang, ikan asap dan terasi, dengan berbagai jenis komoditas yang diolah seperti udang, tuna/skipjack, kakap merah, teri dan rajungan. Menurut Eliza (2005), untuk dapat mengembangkan industri pengolahan perikanan, diperlukan cara pandang, sikap masyarakat dan pemerintah mengenai dunia perikanan sebagai berikut : 1)
Menjadikan perikanan sebagai salah satu mata pencaharian andalan dimasa depan serta memposisikan nelayan tidak lagi identik dengan kemiskinan.
2)
Mengembangkan industri pengolahan yang bertujuan tidak sekedar mencari keuntungan namun juga memperhatikan faktor efisiensi, berorientasi pada kebutuhan pasar dan pengelolaan yang profesional.
3)
Membangun fasilitas produksi, prasarana perikanan, sarana dan prasarana yang dapat menunjang proses produksi dan pemasarannya.
4)
Meningkatkan kemampuan armada dan alat tangkap nelayan agar mampu menjangkau fishing ground yang lebih jauh sehingga kegiatan penangkapan tidak lagi dipengaruhi oleh musim.
7
2.2
Industri Perikanan di Tuban Otonomi daerah (Otda)
merupakan paradigma baru didalam pengelolaan
pemerintahan, karena mempengaruhi secara langsung bentuk-bentuk pengelolaan dan pemanfatan berbagai sumber daya termasuk kelautan, yaitu dengan menggeser kewenangan pengelolaan wilayah laut dari pemerintah pusat ke daerah. Pergeseran ini diharapkan dapat membawa berbagai keuntungan dalam pembangunan kelautan yang efisien, adil dan berkelanjutan. Dengan adanya pemberian wewenang kepada daerah untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya kelautan pada batas-batas yang telah ditetapkan oleh undang-undang, maka sangat diharapkan bahwa manfaat sumber daya kelautan itu harus dapat dirasakan oleh masyarakat setempat (Dahuri, 2006). Seiring dengan adanya otonomi daerah tersebut, maka Kabupaten Tuban sebagai salah satu sentra perikanan di Jawa Timur telah melakukan berbagai upaya pembenahan dalam mengoptimalkan industri perikanan.
Sebagai gambaran kondisi
industri perikanan di Kabupaten Tuban digambarkan pada Tabel 3 dan 4 di bawah ini.
Tabel 3.
no
Data produksi perikanan tangkap dan budidaya di Kabupaten Tuban tahun 2003 dan 2004 Cabang Usaha
1
Penangkapan ikan -Laut -Perairan umum
2
Budidaya ikan -Tambak -Sawah tambak -Kolam Karamba jaring apung
Produksi (ton) 2003 2004 11.275,2 11.266,1 9.384,4 9.337,5 1.890,8 1.928,6 3.751,7 716,8 2.930,1 104,8 15.026,9
4.121,4 738,3 3.260,8 106,9 15,4 15.387,5
Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Tuban (2005)
8
Peningkatan (%) -0,1 -0,5 2,0 9,9 3,0 11,3 2,0 0,0 2,4
Tabel 4.
Data nilai produksi perikanan tangkap dan budidaya di Kabupaten Tuban tahun 2003 dan 2004
no
Cabang Usaha
1
Penangkapan ikan -Laut -Perairan umum
2
Budidaya ikan -Tambak -Sawah tambak -Kolam -Karamba jaring
Nilai Produksi (dalam ribuan) 2003 2004 41.256.117,7 42.104.647,0 36.574.581,2 37.306.072,0 4.681.536,5 4.798.575,0 36.452.525,5 19.599.123,0 16.269.285,0 584.117,5 77.708.643,2
37.734.354,0 19.991.105,0 17.062.749,0 595.800,0 84.700,0 79.839.001,0
Peningkatan (%) 2,1 2,0 2,5 3,5 2,0 4,9 2,0 2,7
Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Tuban (2005)
Dari data-data tersebut di atas, terlihat bahwa kondisi perikanan di Kabupaten Tuban dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2004 menunjukkan peningkatan produksi sebesar 2,4%,
dengan total pendapatan pada tahun 2004 mencapai
Rp. 79,839.001 milyar. Namun hasil tersebut ternyata belum mampu meningkatkan pendapatan per kapita nelayan Tuban yang hanya mencapai Rp. 1,639,940 (Anonim, 2006). Oleh karena itu perlu dilakukan langkah cerdas untuk dapat memberdayakan dan mengembangkan industri perikanan di Kabupaten Tuban sehingga dapat meningkatkan pendapatan nelayan. Peningkatan intensitas home industry untuk daerah pesisir pantai Tuban adalah merupakan solusi yang tepat karena upaya tersebut dapat menampung dan mewadahi kebutuhan, perkembangan dan peningkatan industri perikanan tangkap. Disamping itu juga untuk mendukung kebutuhan industri pertambakan ikan dan udang intensif, serta industri pengolahan kerupuk ikan, kerupuk udang serta industri tepung ikan ( Anonim, 2003).
9
Industri kerupuk ikan juga merupaka n salah satu industri perikanan yang cukup potensial, karena memiliki pangsa pasar yang cukup tinggi. Bahan baku utama dari industri kerupuk ikan adalah ikan.
Mengingat sifat bahan baku ikan yang mudah
rusak, maka perlu dilakukan penanganan khusus dengan sentuhan teknologi terutama pada saat pasca panen agar ikan tersebut tetap segar dan tidak berkurang kadar proteinnya, sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku yang memiliki kualitas tinggi untuk pembuatan kerupuk ikan (Subry, 2005).
2.3
Kualitas Produksi dan Pengaruhnya Terhadap Pemasaran Kualitas produk sangat dipengaruhi oleh komponen-komponen manusia,
material/bahan baku, mesin/peralatan dan sistem manajemen produksi yang digunakan (Wignyosoebroto, 2003). Sedangkan kualitas produksi tidak hanya ditentukan oleh kualitas produk saja tetapi juga beberapa hal lain.
Ariani (2004)
menjelaskan bahwa kualitas haruslah mencakup kualitas produk, orang atau tenaga kerja, proses produksi dan lingkungan.
Dengan demikian apabila kita akan mengkaji
masalah kualitas maka haruslah mencakup ke empat hal di atas.
Hal ini juga sesuai
dengan kriteria pada ISO 8402 dan Standar Nasional Indonesia (SNI). Menurut Denim dalam Ariani (2004), kualitas merupakan proses perbaikan yang terus menerus (continous improvement p rocess). Perbaikan kualitas merupakan tanggung jawab personal manajemen dan tenaga kerja, melibatkan perbaikan proses produksi dan manajemen lingkungan, memerlukan komitmen dan perilaku sosial serta dukungan pemerintah. Kualitas merupakan bagian dari fungsi usaha (pemasaran, sumber daya manusia dan keuangan) (Ariani, 2004). Dalam fungsi usaha pemasaran merupakan ujung tombak perbaikan ekonomi masyarakat, kualitas merupakan bagian yang
10
sangat penting. seseorang
Lebih lanjut Stooner (1971) mengemukakan bahwa kinerja
adalah
merupakan
fungsi
dari
beberapa
faktor
yaitu:
motivasi,
kemampuan/ kecakapan, dan persepsinya atas peran yang harus dilakukan. Dalam hal home industry ikan produktivitas juga ditentukan oleh lingkungan, perilaku sosial, produksi dan tenaga kerja.
2.4
Pemasaran dan Strategi Generik Menurut
Porter
(1980),
untuk
meningkatkan
pendapatan
menggunakan metode 4P yaitu product, price, place dan promotion.
dengan
Dalam hal
kaitannya dengan produksi nelayan Tuban, teori 4P perlu digunakan untuk menganalisis pemasaran dalam meningkatkan pendapatan nelayan. Jika perusahaan menjalankan bisnis, maka prinsip dasar untuk mencapai keuntungan yang tinggi adalah membeli dengan harga rendah dan menjualnya dengan harga tinggi. keuntungan
dapat
Seperti dilukiskan pada Gambar 1, bahwa semakin tinggi dicapai
dengan
menekan
biaya
serendah
mungkin
dan
meningkatkan harga setinggi-tingginya. Prinsip inilah yang dipakai oleh semua bisnis pada era sebelum tahun ’80-an. Professor terkenal Michael Porter tidak setuju akan prinsip tersebut di atas. Porter berpendapat jika suatu perusahaan ingin berkembang dalam tingkat persaingan yang semakin ketat, ia harus memilih untuk mengerjakan salah satu saja prinsip di atas, harga yang tinggi atau biaya yang rendah, dan bukan mengerjakan kedua-duanya.
11
KEUNGGULAN STRATEGIK Keunikan yang dilihat pelanggan
DIFERENSIASI
Industri luas TARGET STRATEGIK
KEUNGGULAN BIAYA
FOKUS
Hanya segmen pasar tertentu Gambar 1.
Posisi biaya rendah
Strategi generik Porter
Menurut Porter (1980), strategi bisnis perusahaan dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori perspektif strategi generik, yaitu: cost leadership, differentiation, and focus. Berikut akan dijelaskan ketiga strategi tersebut : 1)
Differentiation (diferensiasi) Perusahaan yang menggunakan strategi ini akan menekankan pada usaha menghasilkan produk atau jasa dengan karakteristik tertentu yang unik dan eksklusif bagi konsumen. Strategi ini dapat berhasil jika manajemen mampu memenuhi persyaratan organisatoris, sumber daya manusia dan sumber dana yang diperlukan agar perusahaan benar-benar mampu menghasilkan produk yang bermutu dan memiliki keunikan.
2)
Cost leadership (keunggulan biaya) Dalam strategi keunggulan biaya, perusahaan berusaha menawarkan barang yang dijual dengan harga yang lebih rendah dibanding barang sejenis yang berada dalam satu kelompok industri. Perusahaan yang menerapkan strategi ini akan menekankan tingkat efisien yang tinggi. Selain itu, untuk menerapkan
12
strategi keunggulan biaya, perusahaan dituntut dapat menguasai pasar yang relatif besar dan memiliki keunggulan dalam hal efisien biaya. 2).
Focus (fokus) Strategi ini menekankan pada usaha memenuhi segmen tertentu. Keunggulan bersaing perusahaan dalam melayani segmen yang khusus (ceruk pasar) dapat dilakukan dengan menjual barang dengan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan pesaingnya atau membuat produk yang benar-benar berbeda dengan produk lain yang ditawarkan pada produk lain yang ditawarkan pada segmen tersebut. Dari tiga kategori strategi menurut Porter tersebut, dalam perkembangannya
pada beberapa penelitian, dikelompokkan menjadi dua seperti yang dilakukan Pelham dan Wilson (1996) dan Pelham (2000) dalam Wignyosoebroto (2003), yaitu kecenderungan strategi ke arah keunggulan biaya dan diferensiasi kualitas. Di sisi lain, menurut Irawan (2003) strategi pemasaran dapat dipusatkan pada pemahaman konsumen tentang kualitas bahan baku dan keunggulan proses produksi yang menggunakan peralatan yang bermutu, sumber daya manusia yang unggul dan proses yang terbaik. Dengan demikian, untuk menghasilkan margin keuntungan yang tinggi diperlukan dua tahapan yaitu pertama, tahapan ke arah keunggulan biaya dan diferensiasi kualitas serta yang kedua tahapan strategi pemasaran yang menekankan kepada pemahaman konsumen tentang kualitas bahan baku dan keunggulan proses produksinya.
13
2.5
Home Industry Pembuatan Kerupuk Ikan
2.5.1
Peralatan Untuk dapat meningkatkan dan mengembangkan intensitas home industry
menjadi industri pedesaan diperlukan berbagai peralatan untuk mendukung setiap tahapan pembuatan kerupuk ikan.
Proses produksi kerupuk ikan pada dasarnya
meliputi sekurang-kurangnya ada enam kegiatan, yaitu mulai dari persiapan bahan baku, pembuatan adonan dan pencetakan, pengukusan, pemotongan, penjemuran dan pengemasan (Afrianto dan Liviawaty, 1989 dan Suryani, et al. 2005). Peralatan yang dibutuhkan berupa alat pembuatan adonan, alat untuk mengukus atau merebus adonan (panci besar) dan alat pemasak (kompor). Peralatan lain yang diperlukan juga yaitu alat pemotong adonan kerupuk, peralatan penjemuran serta alat pengepakan. Peralatan home industry yang paling sederhana pada proses pembuatan kerupuk ikan terlihat pada Gambar 2 berikut :
14
Gambar 2.
Alat sederhana pencetak, pengukus, pemotong dan pengemas kerupuk ikan.
Hubungan antara peralatan dan proses industri bahwa peralatan akan mendorong percepatan proses dan peningkatan hasil industri. Peralatan tradisional dengan tenaga manusia akan menghasilkan output yang sedikit jumlahnya dibandingkan dengan peralatan mesin.
15
2.5.2
Proses Produksi Kerupuk Ikan Pembuatan kerupuk ikan secara tradisional dilaksanakan dengan beberapa
tahapan yaitu penyiapan bahan, pembuatan adonan, pengukusan/perebusan, pemotongan, pengeringan dan pengepakan (Afrianto dan Liviawaty, 1989). 1)
Penyiapan bahan dilakukan dengan menentukan dua bahan baku utama, yaitu ikan dan tepung. Pemilihan ikan dilakukan dengan memilih jenis ikan yang cocok serta memiliki kualitas baik. Jenis ikan yang digunakan antara lain ikan tepak, ikan wadungan atau ikan dodok. Sedangkan tepung yang digunakan adalah tepung tapioka dan tepung terigu.
2)
Langkah
selanjutnya
setelah
bahan-bahan
disiapkan
maka
dilakukan
pembuatan adonan. Ikan yang telah disiapkan direbus dan selanjutnya ikan yang telah direbus tersebut dipisahkan dari tulangnya. Kemudian dicampur dengan tepung untuk dibuat menjadi adonan yang si ap untuk dicetak menjadi bulatan atau lonjong. 3)
Proses selanjutnya adonan tersebut direbus/dikukus selama kurang lebih 2 jam, kemudian ditiriskan dan didinginkan.
4)
Pemotongan dilakukan secara cermat agar memperoleh hasil dengan lebar/ tebal pemotongan yang sama.
5)
Kemudian dilakukan pengeringan dengan menjemur di bawah sinar matahari pada tempat yang telah disiapkan. Pengeringan harus dilakukan sampai kering benar, biasanya sekitar tiga hari berturut-turut. Sebab jika tidak sampai kering benar akan berjamur .
6)
Proses terakhir adalah pengepakan yang sederhana dan kemudian siap dipasarkan.
16
dilakukan dengan peralatan
Dalam pembuatan kerupuk ikan ini tenaga kerja yang dibutuhkan tidak memerlukan skill yang tinggi. Hal ini terjadi karena alat produksi yang sederhana tidak membutuhkan tenaga kerja dengan pendidikan yang tinggi.
2.5.3
Tenaga Kerja Dalam rangka memenuhi kebutuhan rumah tangga dan kelangsungan hidup,
masyarakat nelayan menuntut individu-individu yang ada dalam rumah tangga mereka untuk berusaha maksimal dan bekerjasama. Oleh karena itu masyarakat nelayan tradisional melakukan upaya diversifikasi usaha di luar penangkapan ikan tetapi masih terkait dengan kegiatan perikanan dan melibatkan seluruh anggota keluarga.
Diversifikasi usaha yang merupakan usaha sambilan itu diantaranya
kegiatan home industry pengolahan hasil perikanan, pemasaran ikan eceran dan hasil home industry. Namun, usaha tersebut bersifat sangat tradisional dan hanya sebagai usaha sampingan dengan tenaga kerja dari seluruh anggota keluarga yang tidak memiliki kemampuan ketrampilan teknis, peralatan dan manajemen yang baik (Kusnadi, 2002). Dengan demikian, berdasarkan hasil penelitian Kusnadi di atas, tampak bahwa home industry perikanan khususnya home industry kerupuk ikan yang merupakan salah satu bentuk diversifikasi usaha menggunakan tenaga kerja utama yaitu anggota keluarga sendiri.
Disamping itu tenaga kerjanya tidak memiliki
kemampuan teknis dan manajemen yang baik.
Padahal menurut Heidjrahman dan
Husnan (2002) salah satu syarat agar suatu usaha memberikan hasil produksi yang baik adalah tenaga kerja yang memiliki mutu yang baik. Sedangkan jika merujuk ke pendapat Stooner (1971) di atas yaitu kinerja seseorang adalah merupakan fungsi dari motivasi, kemampuan/kecakapan, dan
17
persepsinya atas peran yang harus dilakukan maka tenaga kerja pada home industry perikanan
nampaknya
tidak
memenuhi
salah
satu
variabel
yaitu
kemampuan/kecakapan.
2.5.4
Perilaku Sosial Masyarakat Dilihat dari perspektif antropologis, masyarakat nelayan berbeda dengan
masyarakat lain, seperti masyarakat petani, perkotaan, atau masyarakat di dataran tinggi.
Hal ini didasarkan pada realitas sosial bahwa masyarakat nelayan memiliki
pola-pola kebudayaan yang berbeda sebagai hasil interaksi dengan lingkungan beserta sumber daya yang ada di dalamnya. yang
tercermin
pada
perilaku
sosialnya
Pola kebudayaan masyarakat nelayan sangat
dipengaruhi
oleh
pranata
penangkapan ikan dan pemasarannya. Pranata ini sangat membelenggu masyarakat nelayan lapisan bawah yang terdiri dari para buruh nelayan tanpa kepemilikan kapal, sehingga mereka seakan pasrah dalam ketidakmampuan sosial ekonomi dan menjalani saja kehidupannya (Kusnadi, 2003). Perilaku nelayan yang seakan pasrah dalam ketidakmampuan sosial ekonomi di atas, membuat mereka terjebak dalam kehidupan rutinitas mereka sebagai nelayan dengan sedikit tambahan penghasilan dari pekerjaan sampingan yang terkait dengan kegiatan home industry perikanan tanpa ada upaya perbaikan dan peningkatan usahanya. Padahal menurut Pelham dan Wilson (1996:11) dan Pelham (2000) dalam Wignyosoebroto (2003) diperlukan strategi ke arah keunggulan biaya differensiasi kualitas untuk dapat menghasilkan nilai tambah dari produksi.
18
dan
2.6
Hubungan Kebijakan Pemerintah dengan Home Industry Perikanan Kemiskinan yang melanda kehidupan komunitas desa pantai pada dasarnya
disebabkan oleh faktor-faktor yang sangat kompleks. Dalam hal kebijakan pemerintah terhadap home industry perikanan, hal paling mendasar yang perlu mendapat perhatian adalah, bahwa berbagai upaya penanggulangan kemiskinan yang telah banyak dilakukan oleh pemerintah ternyata hanya memusatkan perhatian pada peningkatan kuantitas produksi atau hasil sesaat dari pada kebutuhan investasi bagi masa depan.
Paket-paket program pengentasan kemiskinan di Indonesia memang
masih berorientasi hanya pada kepentingan jangka pendek dan tidak memperhatikan kepentingan jangka panjang serta kontinuitas program.
Program-program tersebut
harusnya dapat memberikan pembelajaran bagi masyarakat nelayan agar menjadi mandiri
dan
kuat
secara
sosial
ekonomi,
sehingga
mereka
mampu
untuk
meningkatkan daya saing serta senantiasa mampu berupaya meningkatkan produktivitas dan diversifikasi usahanya ( Anonim, 2003). Dari masukan di atas dapat diartikan bahwa selama ini kebijakan pemerintah belum mendukung home industry perikanan, utamanya untuk pengentasan kemiskinan.
Menurut Nugroho dan
Kismartini (2005 ) dalam menyusun kebijakan publik hendaknya memiliki kriteria sebagai
berikut:
akuntabilitas,
transparansi,
fairness
atau
keadilan,
dan
responsiveness atau ketanggapan. Menurut Dahuri (2006) pembangunan kelautan harusnya diarahkan untuk meraih
tujuan
pertumbuhan
ekonomi
secara
berkelanjutan,
peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan terpeliharanya kelestarian lingkungan dan sumber daya kelautan. Pada Era Otonomi Daerah saat ini sebenarnya telah memberikan ruang kepada Pemerintah Daerah untuk memiliki peran dan tanggungjawab yang semakin besar dalam pembangunan di daerahnya. Untuk itulah bagi daerah yang
19
memiliki potensi perikanan yang besar perlu menyusun kerangka kebijakan dibidang perikanan agar lebih komprehensif.
Kebijakan yang disusun hendaknya dapat
meliputi pengembangan dan peningkatan investasi di sektor perikanan, termasuk industri derivatifnya, aquabisnis, teknologi pengolahan hasil perikanan serta pariwisata bahari (Kusumastanto, 2003). Sedangkan Hesel (2004) menawarkan 3 kriteria yang harus dimiliki dalam kebijakan publik yaitu: transparan, rasional dan partisipasif.
Hal ini berarti bahwa dalam menyusun kebijakan publik aspek-aspek
tersebut harus dapat menimbulkan kepercayaan publik, kepuasan, keadilan dengan memberikan yang terbaik buat pelanggannya, dalam hal ini masyarakat nelayan di Tuban. Dengan demikian diharapkan proses administrasi publik, kebijakan publik dan kepentingan masyarakat menjadi erat dan sulit dihindarkan, utamanya kebijakan pemerintah terhadap lingkungan, perilaku sosial, produksi dan tenaga kerja. Disinilah para
pemegang
mengentaskan
administratif
kemiskinan
publik
rakyat,
harus
bersama
mewujudkan keadilan sosial.
20
berorientasi dengan
yang
sama
stakeholder
dalam
yang
lain
3
3.1
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan selama
6 bulan, dimulai dari bulan April sampai
dengan akhir Agustus 2006. Lokasi penelitian di Desa Pabean Kecamatan Tambak Boyo Kabupaten Tuban, yang terletak 15 km di sebelah barat Kota Kabupaten Tuban tepatnya di sebelah barat Kota Kecamatan Tambak Boyo di pantai utara P. Jawa.
3.2
Pendekatan Studi Penelitian ini menggunakan pendekatan kesejahteraan dengan data primer
dari lapangan dan data sekunder dari kepustakaan. Data primer diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner terhadap responden.
Hasil-hasil lain yang
didapat berdasarkan data empirik lapangan dan pengamatan, wawancara serta inventarisasi terhadap kondisi lingkungan yang merupakan pengalaman empirik di lapangan kemudian dipadukan dengan data-data jawaban kuesioner, termasuk mendapatkan dan menemukan apakah ada kebijakan pemerintah daerah yang terkait dengan industri kerupuk ikan tersebut. Data sekunder untuk keperluan pengkajian merupakan data tertulis yang didapat dari berbagai sumber khususnya yang berasal dari sentra industri. Data sekunder memiliki nilai strategis, karena merupakan sumber referensi dalam membuat hipotesis terhadap hasil kajian. Langkah selanjutnya adalah membuat sebuah hipotesa tentang hubungan antara berbagai variabel, kemudian model hipotesa tersebut dianalisis dengan menggunakan
pendekatan
metode
kuantitatif
Model
(Structural Equation Modelling) atau disingkat dengan SEM.
21
Persamaan
Terstruktur
Karena dengan model
SEM tersebut diharapkan dapat menilai seberapa jauh interrelasi antara kebijakan pemerintah dengan penggunaan peralatan home industry serta pengaruhnya pada lingkungan, perilaku sosial, produksi, tenaga kerja serta pemasarannya. Tahap selanjutnya adalah dilakukan pendekatan kualitatif dengan menggunakan model diagram tulang ikan (fishbone diagram), dalam rangka mendapatkan hubungan sebab akibat dari kondisi yang terjadi untuk menentukan rekomendasi kebijakan selanjutnya.
3.3
Kerangka Konseptual Penelitian
3.3.1
Kerangka Penelitian Berdasarkan kajian teoritik di atas, nampak adanya kaitan antara kebijakan
pemerintah dengan home industry dan hubungannya dengan upaya perbaikan kualitas yang mencakup masalah lingkungan, perilaku sosial, kualitas produksi dan tenaga kerja yang merupakan fungsi usaha pemasaran yang merupakan ujung tombak dalam perbaikan pendapatan masyarakat nelayan. Dengan demikian perlu diteliti secara mendalam model hubungan tersebut sebagai bahan masukan untuk penyusunan rancangan kebijakan pemerintah daerah di masa mendatang. Dalam rangka mendukung pelaksanaan penelitian agar ada perpaduan antara teori, daftar pustaka dan hasil pengamatan dilapangan, maka peneliti membuat kerangka penelitian seperti Gambar 3 berikut ini.
22
Teori & Daftar Pustaka
Hasil Pengamatan Lapangan & Pengumpulan Data
Kebijakan Pemerintah Daerah
Hipotesa Hub. antar variabel
Verifikasi model SEM
Hubungan antar variabel yang sesuai
Pembahasan
Analisis Sebab Akibat dengan Diagram Tulang Ikan
Rekomendasi Kebijakan Pemda Gambar 3. Kerangka penelitian.
3.3.2
Hipotesa Penelitian Dalam rangka mendukung proses penelitian maka hipotesa awal adalah
bahwa telah ada korelasi antara berbagai variabel seperti dibawah ini. 1)
Terdapat hubungan timbal balik antara home industry dengan kebijakan Pemerintah.
2)
Ada pengaruh peralatan home industry terhadap lingkungan, perilaku sosial, produksi dan tenaga kerja.
23
3)
Ada pengaruh kebijakan pemerintah terhadap lingkungan, perilaku sosial, produksi dan tenaga kerja.
4)
Ada hubungan timbal balik masing-masing antara lingkungan, perilaku sosial, produksi dan tenaga kerja.
5)
Ada pengaruh langsung dari lingkungan, perilaku sosial, produksi dan tenaga kerja terhadap pemasaran.
3.3.3
Model hipotetik penelitian Hubungan-hubungan tersebut dapat digambarkan dalam model hipotetik
penelitian seperti terlihat pada Gambar 4:
Kebijakan Pemerintah
Home Industry
Lingkungan
Perilaku Sosial
Produksi
Pendapatan nelayan
Pemasaran
Gambar 4. Model hipotetik penelitian
24
Tenaga Kerja
3.4
Metode Pengumpulan Data Metode penelitian yang digunakan dengan metode kuantitatif yang dilakukan
mulai dari menentukan populasi dan sampel, pengumpulan data, operasionalisasi variabel, pengolahan dan analisis data.
3.4.1
Populasi dan Sampel Populasi dari penelitian ini adalah nelayan sebagai pekerja yang sekaligus
merupakan pemilik sentra industri kerupuk ikan yang ada di Desa Pabean Kecamatan Tambak Boyo Kabupaten Tuban, dengan jumlah 90 personel yang terdapat pada 15 sentra home industry tersebut.
Penarikan sampel dilakukan dengan metode random
sampling dengan jumlah sampel 60 orang. Jumlah tersebut telah memenuhi syarat, karena sesuai dengan tabel yang diberikan oleh Krejcie dan Morgan (1970) diacu oleh Sugiyono (2001) minimal sebanyak 50 responden, sedangkan menurut Hair et al. (1995) diacu oleh Ghozali dan Fuad (2005) sampel minimal adalah 5 kali variabel manivest atau sebanyak minimal 5 kali 7 atau minimal 35 titik sampel.
Sampel Populasi Gambar 5. Populasi dan sampel
25
3.4.2
Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan teknik purposive random sampling
dengan perlakuan khusus (responden dikumpulkan dalam suatu tempat). Penelitian lapangan yang dilakukan untuk mendapatkan data dari responden tentang variabel yang diteliti dalam bentuk pengisian kuesioner serta termasuk pengamatan langsung tentang
situasi
mempengaruhi
dan
kondisi
kebijakan
di
lapangan
pemerintah
serta
daerah
faktor-faktor strategis yang
dalam
mengembangkan
dan
meningkatkan home industry kerupuk ikan. Data-data primer sepenuhnya merupakan data yang bersifat kualitatif dalam rangka melakukan identifikasi kebutuhan untuk merancang sebuah kebijakan pemerintah. Data sekunder yang dikumpulkan disamping data kualitatif juga ada data kuantitatif. Disisi lain juga diupayakan mengumpulkan informasi antara lain : 1)
Kebijakan pemerintah daerah terdahulu yang terkait dengan home industry kerupuk ikan.
2)
Data-data statistik potensi sumber daya perikanan dan kelautan, produksi, perikanan tangkap dan budidaya serta data statistik lain yang terkait.
3)
Program bantuan terdahulu yang pernah dilakukan menyangkut bantuan penyuluhan, pelatihan, home industry maupun permodalan.
4)
Data informasi lain di lapangan yang relevan.
Disamping itu untuk melengkapi data informasi di lapangan dilakukan penelitian kepustakaan guna mendapatkan data tentang perikanan dan industri perikanan di Kabupaten Tuban serta mencari landasan teori untuk mendapatkan model struktural dari variabel-variabel yang diteliti.
26
3.4.3
Variabel Penelitian dan Model Penelitian Pada penelitian ini digunakan beberapa variabel sebagai berikut :
1)
Variabel home industry (X1) dan variabel kebijakan pemerintah (X2)
2)
Variabel lingkungan X3, perilaku sosial X4, produksi X5, dan tenaga kerja X6
3)
Variabel pemasaran Y. Dengan demikian maka model penelitian dapat digambarkan sesuai Gambar 6
dibawah ini.
Home Industry X1
Lingkungan X3
Kebijakan Pemerintah X2
Perilaku Sosial X4
Produksi X5
Tenaga Kerja X6
Pemasaran Y
Gambar 6.
Model penelitian hasil modifikasi dan penggabungan dari teori Stooner, Ariani dan Denim
Model penelitian mengadopsi teori Stooner (1971) yang mengemukakan bahwa kinerja
seseorang adalah merupakan fungsi dari beberapa faktor yaitu:
motivasi, kemampuan/kecakapan, dan persepsinya atas peran yang harus dilakukan. Dalam hal produktivitas juga ditentukan oleh lingkungan, perilaku sosial, produksi dan tenaga kerja. Penelitian yang diadopsi adalah teori dari Ariani (2004) yang menjelaskan bahwa kualitas haruslah mencakup kualitas produk, orang atau tenaga kerja, proses produksi dan lingkungan. Teori ketiga yang diadopsi adalah dari Denim
27
diacu dalam Ariani (2004), yang menyatakan kualitas merupakan proses perbaikan yang terus menerus (continous improvement process) dan merupakan tanggung jawab personal manajemen dan tenaga kerja, melibatkan perbaikan proses produksi dan manajemen lingkungan, memerlukan komitmen dan perilaku sosial serta dukungan pemerintah.
Selanjutnya ketiga teori tersebut dimodifikasi oleh penulis
sebagaimana Gambar 6 di atas.
3.4.4
Pengolahan dan analisis data. Penelitian ini meng gunakan metode permodelan analisis sistem dengan lima
tahapan analisis yaitu tahapan identifikasi, tahapan analisis, tahapan rancang bangun model, tahapan verifikasi dan tahapan perumusan usulan kebijakan. Tahapan identifikasi dilakukan dengan pendekatan studi literatur dan pengumpulan data serta informasi yang relevan. Tahap kedua mendapatkan rancang bangun atau disain model secara deskriptif dengan melalui analisis dan identifikasi dari hasil wawancara di lapangan. Tahap ketiga dilakukan pengujian apakah kerangka konseptual disain model awal sesuai dengan kondisi nyata di lapangan. Tahap keempat adalah tahap analisis dilakukan dengan pendekatan model SEM untuk mendapatkan hasil kuantitatif kemudian dilengkapi dengan pendekatan model tulang ikan (fish bone) untuk mendapatkan data secara kualitatif. Tahap kelima adalah menetapkan usulan rancangan
kebijakan
pemerintah
yang
pengembangan home industry kerupuk ikan.
28
berkaitan
dengan
peningkatan
dan
3.5
Metode Analisis Karena pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, maka keabsahan dan
kesahihan data menjadi suatu keharusan. Untuk itu dilakukan pengujian dengan menggunakan metode uji validitas (test of validity), uji reliabilitas (test of reliability) dan uji normalitas (test of normality). Proses pengujian dilakukan dengan menghitung korelasi product moment dari item yang akan diuji dengan variabel yang bersesuaian. Hasilnya kemudian dibandingkan dengan nilai tabel korelasi. Apabila nilai korelasi product moment yang dihasilkan lebih besar
dari nilai tabel korelasi maka item
tersebut sudah valid, namun jika hasilnya lebih kecil dari nilai tabel korelasi maka item tersebut dinyatakan tidak valid (Azwar, 1992).
3.5.1
Uji Validitas Validitas didefinisikan sebagai ukuran seberapa kuat suatu alat tes melakukan
fungsi ukurnya. Santoso (2002) mengemukakan bahwa validitas diukur dengan membandingkan nilai korelasi antara nilai setiap butir pertanyaan dan total nilai variabel (r) dengan nilai tabel korelasi (r tabel) pada derajat kebebasan N-2. Butir pertanyaan valid jika r > r tabel.
3.5.2
Uji Reliabilitas Uji
keandalan
(reliabilitas)
digunakan
untuk
menguji
keajegan
pengukuran kuisioner yang erat hubungannya dengan masalah kepercayaan.
hasil Uji
reliabilitas dilakukan dengan mencari alpha cronbach pada reliability test yang diselesaikan dengan software SPSS 11.0. cronbach > 0,6 (Santoso, 2002).
29
Variabel dikatakan reliabel jika nilai alpha
3.5.3
Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui bahwa sampel data yang diambil dari populasi yang sama, data terdistribusi normal. (Santoso, 2002). Selanjutnya pada output uji normalitas didapat: 1)
Nilai sig. Atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, Distribusi adalah tidak normal.
2)
Nilai sig.
atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, Distribusi adalah
normal. 3)
Uji Kolmogorov Smirnov dengan keterangan adalah sama dengan Uji Lilliefor (lihat tanda ‘a’ di bawah tabel). Apabila didapat hasil dengan tingkat signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, maka bisa dikatakan sampel berdistribusi normal.
3.5.4
Verifikasi model struktural Pengolahan data yang sudah terkumpul dilakukan dengan verifikasi model
SEM. Proses penyelesaian dengan SEM dilaksanakan sebagai berikut. 1)
Identifikasi model.
2)
Estimasi parameter dari model yang telah disusun.
3)
Penilaian model fit dengan membandingkan kovarians matriks model dengan kovarians matriks data.
4)
Modifikasi Model dilakukan apabila hasil perhitungan model fit menunjukkan adanya ketidakcocokan model dengan data.
5)
Validasi silang model, yaitu me nguji fit tidaknya model terhadap suatu data baru.
30
3.5.5
Penyusunan diagram tulang ikan Penyusunan diagram tulang ikan dimaksudkan untuk mencari karakteristik
penyebab dan akibat adanya kekurangan yang di hadapi oleh home industry kerupuk ikan. Langkah yang dilakukan adalah dengan menyusun diagram berdasarkan empat tinjauan, yaitu: manpower, matter, method dan machine. Kemudian dilakukan brainstorming untuk mencari akar masalah yang ada pada setiap tinjauan dari ke empat hal tersebut, sehingga hasilnya adalah merupakan penyebab secara rinci dari kondisi tersebut (Anonim, 2006) dan Forman (2005). Hasil analisis sebab akibat ini akan sangat bermanfaat untuk menyusun berbagai kebijakan pemerintah daerah terhadap pengembangan dan peningkatan home industry kerupuk ikan di Kabupaten Tuban.
31
4
4.1
KEADAAN UMUM HOME INDUSTRY KERUPUK IKAN
Gambaran Umum Daerah Penelitian Penelitian dilakukan pada daerah sentra home industry pengolahan kerupuk
ikan di Desa Pabean Kecamatan Tambak Boyo Kabupaten Tuban. Hasil pengamatan lapangan diarahkan untuk mendapatkan gambaran tentang beberapa hal yaitu sentra dan tenaga kerja, kondisi lingkungan, sosial budaya, bahan baku, produksi, pemasaran dan kebijakan.
4.1.1
Sentra dan Te naga Kerja Di daerah penelitian terdapat 15 sentra home industry, dengan jumlah tenaga
kerja mencapai 90 orang ( termasuk anggota keluarga ). Home industry kerupuk ikan yang ada adalah merupakan sentra nelayan Tuban, karena semua pemilik sentra juga sebagai nelayan yang pekerjaan sehari-harinya menangkap ikan. Kepemilikan sentra tersebut hanya dilakukan sebagai pekerjaan tambahan untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarganya maupun bila ada pesanan. Home industry ini rata-rata didukung oleh satu sampai dengan lima tenaga kerja tambahan dengan tujuan untuk menambah penghasilan.
Kondisi faktual terlihat bahwa sampai saat ini tidak ada
satupun sentra yang merupakan pekerjaan utama masyarakat di Desa Pabean. Dengan demikian maka harusnya ada peluang untuk me ngembangkan sentra ini agar menjadi lebih besar, sehingga usaha ini dapat dijadikan sebagai penghasilan utama bagi pemiliknya.
32
4.1.2
Kondisi Lingkungan Home Industry Kondisi lingkungan disekitar sentra industri sebagaimana kawasan nelayan
pada umumnya terlihat tidak teratur, kotor dan tidak higinis.
Kondisi ini lebih
diperparah lagi yaitu dengan kebiasan pembuangan residu pengolahan bahan baku ikan
disembarang
tempat
karena
kurang
memperhatikan
faktor
kebersihan.
Pembuangan dilakukan begitu saja pada aliran selokan kecil yang menjadi tempat pembuangan kotoran secara umum.
Dengan demikian kita tentu akan mencium bau
yang kurang sedap bila mendatangi dan melalui daerah tersebut.
Penyebab bau
adalah karena aliran selokan kecil dan tidak begitu lancar sebagai akibat dari ketinggian selokan dengan laut sebagai muara akhir selokan tidak begitu berbeda, sehingga air banyak tergenang di selokan.
4.1.3
Sosial Budaya Kondisi sosial budaya masyarakat setempat masih sangat memprihatinkan.
Sebagaimana masyarakat nelayan pada umumnya, masyarakat di sekitar daerah sentra home industry kerupuk tersebut secara sosial budaya masih sangat tertinggal. Pendidikan masyarakat masih sangat rendah, terlihat pada lingkungan sentra home industry kerupuk ikan tersebut hanya terdapat seorang yang berpendidikan tinggi (S-1) sedang yang lainnya tingkat pendidikannya masih rendah (SD – SMP). Budaya masyarakat di Desa Pabean memiliki tipikal khas masyarakat nelayan, dimana diliputi suasana yang egaliter di antara para nelayan sangat kental. Unsur kebersamaan dan perasaan senasib sangat tinggi tampak sekali pada kehidupan mereka. Hal ini terlihat pada suatu hubungan dan pembagian pekerjaan diantara mereka pada saat melaut serta kehidupan bermasyarakat sehari-hari, dimana selalu
33
ditandai dengan semangat gotong royong dan kebersamaan dalam menyelesaikan berbagai masalah dalam kehidupannya.
4.1.4
Bahan Baku Bahan baku yang digunakan adalah :
1)
Ikan Ikan yang biasanya digunakan sebagai bahan baku adalah jenis ikan tepak atau ikan wadungan atau dodok ( Leiognathus sp ).
Berdasarkan data yang
berhasil dihimpun dari Dinas Perindustrian Kabupaten Tuban, kebutuhan berbagai jenis ikan untuk pembuatan kerupuk ikan adalah sebanyak 34.000 kg. Kebutuhan dalam jumlah tersebut, ternyata dapat dipenuhi sendiri oleh nelayan di Kecamatan Tambak Boyo sendiri. Dengan demikian maka tidak perlu mendatangkan bahan baku ikan dari tempat lain. 2)
Tepung Bahan baku utama yang diperlukan dalam pembuatan adonan adalah tepung terigu dan tapioka. Kebutuhan tepung terigu dan tapioka yang digunakan untuk pembuatan kerupuk ikan tercatat sebanyak 72.000 kg per tahun dengan nilai sebesar
Rp. 172.800.000,-. Tepung terigu dan tapioka disuplai oleh
pedagang yang ada di Kabupaten Tuban.
4.1.5
Produksi Produksi dilakukan selalu pada saat musim panen yaitu pada musim Utara
(Januari – Maret), musim Timur (Maret–Juni) dan musim Selatan (Juli-September). Sedangkan musim Barat (Oktober-Desember) adalah sebagai musim paceklik karena ombak sangat besar sehingga riskan untuk melaut,
34
dengan demikian pada saat
tersebut akan sulit mendapatkan ikan segar sebagai bahan baku. Pelaksanaan proses pembuatan kerupuk ikan dilakukan mulai sore hari sekitar jam 15.00 sampai dengan pagi hari sekitar jam 08.00. Dengan demikian maka setelah selesai proses pembuatan dapat langsung dikeringkan dengan sinar matahari.
4.1.6
Pemasaran Pemasaran kerupuk ikan hasil home industry tersebut meliputi daerah Tuban
dan sekitarnya seperti Bojonegoro, Lamongan, Gresik bahkan sampai di Solo. Pemasaran lokal Tuban mencapai sekitar 90% produksi, sedangkan untuk regional di luar Tuban mencapai sekitar 10 %. Metode pemasarannya masih sangat sederhana yaitu dengan hanya menunggu pesanan, khususnya untuk memenuhi kebutuhan daerah yang agak jauh dari Tuban. Untuk daerah Tuban dan sekitarnya para pedagang langsung datang ke sentra-sentra produksi untuk membeli dagangan dari produsen.
4.1.7
Kebijakan Pemerintah Permasalahan yang muncul akibat kebijakan pemerintah pusat menaikkan
harga BBM, memberikan pengaruh pada daya beli bagi para nelayan karena dengan penghasilan yang rendah boleh dikata mereka tidak mampu membeli BBM untuk motor perahu.
Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini para nelayan
mencampur minyak solar dengan sisa minyak goreng atau minyak tanah. Hal ini akan memberikan dampak bahwa akan terjadi kerusakan pada motor/mesin perahu. Menurut informasi yang didapat dari petugas TNI/Polri setempat, bahwa seringkali daerah tersebut sebagai sasaran pasar penjualan BBM ilegal oleh oknum instansi tertentu yang harga jualnya dibawah harga normal. Oleh petugas TNI/Polri setempat
35
sengaja dibiarkan karena walaupun disatu sisi hal tersebut merupakan pelanggaran hukum, tapi disisi lain menguntungkan karena lebih murah dan dapat terjangkau oleh para nelayan. Sebenarnya telah ada program pemerintah yaitu Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN) yang bertujuan untuk menjual BBM/Solar kepada nelayan dengan harga murah.
Ada juga program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir
(PEMP), di mana akan mendirikan koperasi-koperasi pesisir di bawah lembaga keuangan mikro, SPDN dan kedai pesisir. Hal ini dimaksudkan agar para nelayan tidak terjebak oleh para rentenir dan preman. Kedai pesisir diharapkan dapat menstabilkan harga kebutuhan sehari-hari, karena dengan ditambahnya program SPDN maka diharapkan mampu mencapai efisiensi pengeluaran para nelayan sebesar 30% (Anonim, 2006). Namun pada kenyataannya program-program tersebut di atas tidak dapat berjalan dengan semestinya, karena pada tataran bawah fungsi kontrol tidak berjalan dengan semestinya serta SDM pelaksana yang terlibat masih memiliki interest pribadi sangat menonjol. Dalam rangka menghidupkan dan mengembangkan produksi home industry kerupuk ikan, pemerintah daerah Kabupaten Tuban pernah melakukan beberapa kebijakan terkait langsung dengan pengembangan sentra home industry kerupuk ikan. 1)
Bantuan pinjaman dana untuk kelompok Bantuan pinjaman dana untuk kelompok pernah diberikan pada tahun 2000 dengan nilai mencapai Rp. 10.000.000,- per kelompok. Dana ini digunakan untuk
menambah
pemodalan
serta
untuk
meningkatkan
kemampuan
kerjasama di antara para pemilik sentra agar menghasilkan kerupuk ikan
36
dengan hasil yang lebih baik. Namun hal tersebut tidak berlangsung lama karena belum ada instrumen pendukung dari dana yang digulirkan tersebut. 2)
Bantuan peralatan Bantuan peralatan juga pernah diberikan oleh Pemda Kabupaten Tuban yaitu berupa mesin potong adonan. Namun alat ini juga tidak berfungsi lama karena tidak
sesuai
dengan
tuntutan
kebutuhan,
karena
ada
kesulitan
penggunaannya sehingga bahan sulit dipotong dengan peralatan baru tersebut. Kondisi ini memaksa masyarakat kembali lagi ke peralatan tradisional yang sebelumnya digunakan. 3)
Bantuan manajemen Bantuan manajemenpun telah diberikan oleh Pemda Tuban dalam bentuk penyuluhan tentang pengelolaan, mulai dari pengadaan bahan baku sampai dengan pasca produksi. Namun sejauh ini belum ada bantuan manajemen yang berarti. Padahal semestinya manajemen menjadi hal utama yang diperlukan oleh para pemilik sentra home industry. Sebab dengan manajemen yang baik akan menghasilkan kinerja yang efisien serta mampu memasarkan hasil produksinya yang mampu menjangkau kawasan yang lebih luas.
4.2
Hasil Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan terhadap 60 responden yang semuanya dapat
terkumpul dengan baik, karena saat penelitian para nelayan semuanya sedang tidak melaut sebab sedang musim angin sehingga berbahaya untuk kegiatan melaut. Jumlah pertanyaan yang diberikan sebanyak 14 item ( lihat Lampiran I ), karena 7 variabel masing-masing memiliki 2 pertanyaan. Jadi nilai terhadap jawaban adalah 1 sampai 5, sehingga nilai minimal untuk jawaban setiap variabel adalah 2 dan
37
maksimal 10. Hasil yang diperoleh pada hasil penelitian secara lengkap di lapangan dapat dilihat dalam Lampiran 2, yang kemudian dapat diringkas sesuai Tabel 5.
Tabel 5. Ringkasan jumlah nilai jawaban responden Jumlah Nilai
Alat
Kebijakan
Lingkungan
Kualitas
T_kerja
Perilaku
Pemasaran
2
-
-
-
-
-
-
-
3
-
-
-
-
-
-
-
4
2
10
-
-
-
-
-
5
13
30
9
3
19
25
15
6
21
18
25
13
26
25
25
7
17
2
26
23
15
10
18
8
7
-
-
21
-
-
2
9
-
-
-
-
-
-
-
10
-
-
-
-
-
-
-
Sumber : Data diolah
38
5
5.1
HASIL PENELITIAN
Analisa Keabsahan Data Sebagaimana dijelaskan pada bagian ketiga di depan, uji validitas, reliabilitas
dan normalitas dibutuhkan untuk memastikan bahwa data dapat diuji menggunakan model SEM.
Apabila data tidak memenuhi salah satu dari syarat tersebut maka uji
SEM tidak dapat dilakukan.
Sehingga analisis keabsahan data harus dilakukan
dengan proses untuk mendapatkan kepastian validitas, reliabilitas dan normalitas data.
5.1.1
Uji Validitas Uji validitas dilakukan dengan mencari korelasi antara skor dari setiap item
pertanyaan dengan jumlah skor keseluruhan dari variabel tersebut. Hasilnya disajikan dalam bentuk nilai corrected item–total correlation. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan r tabel pada N=60. Apabila nilai corrected item-total correlation maka konstruk item pertanyaan dinyatakan valid. Secara keseluruhan disajikan pada Tabel 6 berikut.
39
Tabel 6. Hasil uji validitas konstruk item pertanyaan. No
Variabel
1 Home industry 2 3 Kebijakan 4 5 Lingkungan 6 7 Kualitas 8 9 Tenaga Kerja 10 11 Perilaku 12 13 Pemasaran 14 Sumber : Data diolah
Item pertanyaan Home industry 1 Home industry 2 Kebijakan 1 Kebijakan 2 Lingkungan 1 Lingkungan 2 Kualitas 1 Kualitas 2 Tenaga Kerja 1 Tenaga Kerja 2 Perilaku 1 Perilaku 2 Pemasaran 1 Pemasaran 2
Corrected itemtotal correlation 0,489 0,489 0,518 0,518 0,504 0,504 0,611 0,611 0,519 0,519 0,572 0,572 0,461 0,461
R tabel
Keterangan
0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa semu a nilai corrected item-total correlation lebih besar daripada r tabel. Dengan demikian maka semua konstruk item pertanyaan sudah valid dan dapat dipergunakan untuk penelitian selanjutnya.
5.1.2 Uji Reliabilitas Kemudian setelah diperoleh kevalidan konstruk item pertanyaan kuesioner, maka dilakukan uji reliabilitas variabelnya.
Uji ini dilakukan dengan menggunakan
nilai alpha cronbach yang diolah dengan menggunakan Software SPSS 11.00. Apabila nilai alpha cronbach lebih besar dari 0,6 maka variabel tersebut dinyatakan reliabel (Santoso, 2002). Hasil selengkapnya ditampilkan pada Tabel 7.
40
Tabel 7.
Hasil uji reliabilitas variabel penelitian
No
Variabel
1 2 3 4 5 6 7
Home industry Kebijakan Lingkungan Kualitas Tenaga Kerja Perilaku Pemasaran
Alpha cronbach 0,657 0,675 0,649 0,620 0,679 0,701 0,63
Keterangan > 0,6 > 0,6 > 0,6 > 0,6 > 0,6 > 0,6 > 0,6
Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa semua nilai alpha cronbach lebih besar dari 0,6. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua variabel pada penelitian ini sudah reliabel dan dapat dipergunakan pada penelitian selanjutnya.
5.1.3
Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan terhadap data setiap variabel.
Proses uji dilakukan
dengan mencari plot probabilitas nilai dan diuji dengan metode Kolmogorov Smirnov. Hasilnya adalah sebagai berikut. 1)
Home Industry Data variabel home industry memiliki rata-rata=6,233 dan simpangan baku=1,031. Nilai KS (Kolmogorov Smirnov) adalah 0,038 dengan pvalue>0,150.
Dengan demikian p-value nya lebih besar dari 0,05 (level of
significant) sehingga dapat disimpulkan bahwa data variabel home industry berdistribusi normal. 2)
Kebijakan Data variabel kebijakan memiliki rata-rata=5,2 dan simpangan baku=0,7546. Nilai KS (Kolmogorov Smirnov) adalah 0,047 dengan p-value>0,150. Dengan demikian p-value nya lebih besar dari 0,05 (level of significant)
41
sehingga dapat disimpulkan bahwa data variabel kebijakan berdistribusi normal. 3)
Lingkungan Data
variabel
lingkungan
memiliki
rata-rata=6,283
dan
simpangan
baku=0,7152. Nilai KS (Kolmogorov Smirnov) adalah 0,067 dengan pvalue>0,150.
Dengan demikian p-value nya lebih besar dari 0,05 (level of
significant) sehingga dapat disimpulkan bahwa data variabel lingkungan berdistribusi normal. 4)
Kualitas Data variabel kualitas memiliki rata-rata=7,033 dan simpangan baku=0,8823. Nilai KS (Kolmogorov Smirnov) adalah 0,047 dengan p-value>0,150. Dengan demikian p-value nya lebih besar dari 0,05 (level of significant) sehingga dapat disimpulkan bahwa data variabel kualitas berdistribusi normal.
5)
Tenaga Kerja Data
variabel
tenaga
kerja
memiliki
rata-rata=5,933
dan
simpangan
baku=0,7561. Nilai KS (Kolmogorov Smirnov) adalah 0,058 dengan pvalue>0,150.
Dengan demikian p-value nya lebih besar dari 0,05 (level of
significant) sehingga dapat disimpulkan bahwa data variabel tenaga kerja berdistribusi normal. 6)
Perilaku Data variabel perilaku memiliki rata-rata=5,75 dan simpangan baku=0,7278. Nilai KS (Kolmogorov Smirnov ) adalah 0,065 dengan p-value>0,150. Dengan demikian p-value nya lebih besar dari 0,05 (level of significant) sehingga dapat disimpulkan bahwa data variabel perilaku berdistribusi normal.
42
7)
Pemasaran Data
variabel
pemasaran
me miliki
rata-rata=6,117
dan
simpangan
baku=0,8253. Nilai KS (Kolmogorov Smirnov) adalah 0,049 dengan pvalue>0,150.
Dengan demikian p-value nya lebih besar dari 0,05 (level of
significant) sehingga dapat disimpulkan bahwa data variabel pemasaran berdistribusi normal.
5.2
Analisis Model Structural Equation Modelling (SEM)
5.2.1
Verifikasi Model Berdasarkan data yang sudah diperoleh serta permasalahan yang telah
diuraikan di atas, kemudian disesuaikan dengan model hipotesa (Gambar 3 Diagram Hubungan Awal Antar Variabel) yang kemudian diverifikasikan dengan metode SEM menggunakan Lisrel 8.54, sehingga model yang dihasilkan terlihat seperti pada Gambar 7.
Gambar 7.
Model struktural hasil pengolahan data dengan Lisrel 8.54
43
5.2.2
Pembuktian Hipotesis. Model sesuai rancangan konseptual/theoritis hasilnya cukup baik, karena
memiliki nilai RMSEA = 0,067 (< 0,1). Hal itu juga diperkuat oleh nilai minimum fit function chi square = 7,51 dengan p-value = 0,27 pada derajat kebebasan (degree of freedom) = 6. Hal ini sesuai dengan pendapat Ghozali dan Fuad (2005) yang menyatakan bahwa model dengan nilai RMSEA sekitar 0,08 merupakan model dengan tingkat kesalahan yang reasonable. Dengan demikian maka model tersebut dapat digunakan untuk proses analisis lebih lanjut terhadap permasalahan yang ditemukan. Selanjutnya ditemukan estimasi persamaan struktural dengan metode maximum likelihood sebagai berikut.
lingkungan = 0.28*alat + 0.17*kebijakan, Errorvar.= 0.40 , R² = 0.22 (0.083) (0.11) (0.074) 3.31 1.52 5.34
kualitas = 0.77*alat - 0.098*kebijaka, Errorvar.= 0.16 , R² = 0.79 (0.053) (0.073) (0.031) 14.55 -1.35 5.34 t_kerja = 0.064*alat + 0.78*kebijaka, Errorvar.= 0.21 , R² = 0.64 (0.060) (0.082) (0.038) 1.07 9.54 5.34 perilaku = 0.10*alat + 0.50*kebijaka, Errorvar.= 0.36 , R² = 0.33 (0.079) (0.11) (0.067) 1.29 4.70 5.34
Gambar 5. Output program SEM dari model penelitian pemasara=-0.053*lingkung+0.017*kualitas+0.058*t_kerja+0.10*perilaku+0.70*alat-0.14*kebijakan, (0.079) (0.12) -0.68 0.14 Errorvar.= 0.14, R² = 0.79 (0.026) 5
(0.11) 0.53
(0.083) 1.25
(0.11) 6.37
(0.12) -1.16
Gambar 8. Estimasi persamaan struktural.
Pada Gambar 8 tersebut di atas dengan rujukan jumlah sempel 60 memiliki t tabel sebesar 2.00, terlihat bahwa home industry berpengaruh positif terhadap
44
kondisi lingkungan dengan pengaruh sebesar 0,28 dengan t skor = 3,31 (lebih besar dari t tabel). Sedangkan
kebijakan
tidak
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap
lingkungan karena memiliki t skor = 1,52 (lebih kecil dari t tabel). Home industry berpengaruh positif terhadap kualitas produksi dengan pengaruh sebesar 0,77 dengan t skor = 14,55 (lebih besar dari t tabel).
Sedangkan kebijakan tidak
berpengaruh secara positif terhadap kualitas produksi karena memiliki nilai t skor = 1,35 (lebih kecil dari t tabel).
Kebijakan pemerintah berpengaruh positif terhadap
tenaga kerja dengan kontribusi sebesar 0,78 dengan t skor = 9,54 (lebih besar dari t tabel). Sedangkan
home industry tidak berpengaruh secara nyata terhadap tenaga
kerja, karena memiliki t skor = 1,07 ( lebih kecil dari pada t tabel).
Kebijakan
pemerintah berpengaruh positif terhadap perilaku tenaga kerja dengan kontribusi sebesar 0,5 yang ditandai dengan nilai t skor = 4,7 (lebih besar dari pada t tabel). Sedangkan
home industry tidak berpengaruh terhadap perilaku yang ditandai
dengan nilai t skor = 1,07. Pemasaran produk kerupuk ikan dipengaruhi secara positif oleh
home industry dengan kontribusi sebesar 0,7 dengan nilai t skor sebesar =
6,37. Sedangkan variabel lain yaitu lingkungan, kualitas, tenaga kerja, perilaku dan kebijakan tidak berpengaruh secara nyata terhadap pemasaran yang masing-masing ditandai dengan t skor sebesar -0,68; 0,14; 0,53; 1,25; dan -1,16 yang semuanya memiliki skor lebih kecil dari t tabel.
45
Covariance Matrix of Independent Variables
alat
kebijakan
alat -------1.06 (0.20) 5.34 0.17 (0.11) 1.64
kebijaka --------
0.57 (0.11) 5.34
Gambar 9. Hasil covariance matrix variabel independen
Sedangkan dari hasil covariance matrix home industry dengan kebijakan pemerintah tampak bahwa nilai kovarians = 0,17 dengan t = 1,64, tampak bahwa nilai tersebut sangat jauh di bawah t tabel pada jumlah sampel 60 yaitu 2,00. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hubungan antara variabel home industry dengan kebijakan pemerintah tidak memenuhi syarat nyata.
Pengujian hipotesis dilakukan pada taraf nyata sebesar 10%. 1)
Hipotesis pertama: Terdapat hubungan timbal balik antara home industry dengan kebijakan pemerintah. Hasil covariance matrix home industry dengan kebijakan pemerintah tampak bahwa nilai kovarians = 0,17 dengan t = 1,64, nilai tersebut sama dengan t tabel pada jumlah sampel 60 dengan taraf nyata 10% yaitu 1.64.
Berarti ada hubungan nyata antara variabel home industry
dengan kebijakan pemerintah.
Dengan demikian cukup bukti untuk
mendukung hipotesis pertama. 2)
Hipotesis kedua: Ada pengaruh home industry terhadap lingkungan, perilaku sosial, produksi dan tenaga kerja. Hasil persamaan struktural menunjukkan
46
home industry tidak berpengaruh secara nyata terhadap tenaga kerja, karena memiliki t skor = 1,07 (lebih kecil dari pada t tabel).
Home industry tidak
berpengaruh terhadap perilaku sosial yang ditandai dengan nilai t skor = 1,07. Home industry berpengaruh positif terhadap lingkungan dengan t skor 3,31 dan kualitas
dengan t skor 14,55 lebih besar dari nilai tabel.
Dengan
demikian hipotesis kedua terbukti untuk variabel lingkungan dan kualitas, tetapi tidak terbukti untuk variabel tenaga kerja dan perilaku sosial. 3)
Hipotesis ketiga. Ada pengaruh kebijakan Pemerintah terhadap lingkungan, perilaku sosial, produksi dan tenaga kerja. Hasil persamaan struktural menunjukkan kebijakan pemerintah tidak berpengaruh secara positif terhadap kualitas produksi karena memiliki nilai t skor = -1,35 (lebih kecil dari t tabel). Kebijakan pemerintah berpengaruh positif terhadap tenaga kerja dengan kontribusi sebesar 0,78 dengan t skor = 9,54 (lebih besar dari t tabel). Kebijakan pemerintah berpengaruh positif terhadap perilaku sosial tenaga kerja dengan kontribusi sebesar 0,5 yang ditandai dengan nilai t skor = 4,7 (lebih besar dari pada t tabel). Kebijakan pemerintah berpengaruh positif terhadap lingkungan dengan kontribusi 0,28 sebesar dengan nilai t skor 3,31 (lebih besar da.ri pada t tabel). Dengan demikian hipotesis ketiga terbukti untuk variabel tenaga kerja, perilaku sosial, lingkungan dan tidak cukup bukti untuk variabel produksi.
4)
Hipotesis keempat.
Ada hubungan timbal balik masing-masing antara
lingkungan, perilaku sosial, produksi dan tenaga kerja. Hasil persamaan struktural menunjukkan tidak ada hubungan antar variabel tersebut (hasil SEM tidak ada). Dengan demikian hipotesis keempat tidak terbukti.
47
5)
Hipotesis kelima.
Ada pengaruh langsung dari lingkungan, perilaku sosial,
produksi dan tenaga kerja terhadap pemasaran. Hasil persamaan struktural menunjukkan bahwa variabel lingkungan, kualitas, tenaga kerja, perilaku sosial, alat dan kebijakan tidak berpengaruh secara nyata terhadap pemasaran yang masing -masing ditandai dengan t skor sebesar -0,68; 0,14; 0,53; 1,25; dan -1,16 yang semuanya memiliki skor lebih kecil dari t tabel. Dengan demikian tidak cukup bukti untuk membuktikan hipotesis ke lima.
5.2.3 Model hasil analisis SEM Dari hasil perhitungan di atas, terlihat bahwa tidak semua hubungan seperti dalam model hipotesa dapat diverifikasi dengan baik oleh SEM, oleh karenanya perlu disusun model baru sesuai dengan hasil perhitungan di atas sehingga dapat terlihat hubungan antar variabel seperti pada Gambar 10.
0.17
Peralatan Home Industri
Kebijakan pemerinta
3.31 1.52 Lingkungan 0.68
14.55
1.52 1.07
1.29
Tenaga Kerja
Kualitas Produksi 0.53
0.14
6.37 Pemasaran
Gambar 10.
9.54
Model SEM hasil verifikasi
48
4.70
Perilaku 1.25
1.16
5.2.4 Analisis Sebab Akibat Dari pembahasan tersebut di atas, pada dasarnya telah ditemukan hasil secara kuantitatif melalui analisis dengan menggunakan model SEM, namun diperlukan penilaian kualitatif, yaitu dengan menggunakan diagram sebab akibat tulang ikan untuk mengurai berbagai masalah agar diperoleh suatu bahasan yang lebih komprehensif. Hal ini diperlukan karena hasil akhir dari pembahasan merupakan pedoman bagi rekomendasi kebijakan yang akan dilakukan. Untuk mendapatkan hasil rekomendasi kebijakan perlu dilakukan brainstorming juga dengan para pemiliki sentra industri.
Pedoman brainstorming untuk mendapatkan diagram tulang ikan
mengacu kepada Forman (2005), yaitu bahwa untuk memperoleh gambaran tentang sebab–sebab suatu masalah harus ditinjau dari manpower, methods, machine dan matter. Dari hasil brainstorming akan ditemukan permasalahan utama yaitu bahwa mengapa home industry kerupuk ikan belum berkembang. Untuk itu perlu diuraikan sebab-sebab yang muncul sebagaimana digambarkan pada Gambar 11.
49
Peralatan home industri
Bahan Baku Tidak ada Tidak ada persediaan Biaya untuk Pengadaan bahan baku Bahan baku Tidak ada Ketersediaan bahan baku sepanjang musim
Peralatan tidak dpt Pengaduk menghasilkan sederhana Perebus produk berkualitas sederhana Pemotong sederhana Pengering sederhana SDM seadanya Pekerjaan sambilan Kemampuan warisan
Sumber daya manusia
Gambar 11.
Kemampuan SDM rendah
Belum ada terobosan pemasaran secara langsung Menunggu datangnya Proses tengkulak
Ethos kerja kurang baik
Pemasaran
Home industri kerupuk ikan belum berkembang
pemasaran masih tradisional
Diagram tulang ikan belum berkembangnya industri kerupuk ikan di Kabupaten Tuban.
Dari diagram tulang ikan di atas, dapat diuraikan bahwa kebijakan publik berkaitan dengan home industry kerupuk ikan di Tuban haruslah diuraikan berdasarkan sebab-sebab kurang majunya home industry tersebut. Secara rinci sebab-sebab tersebut adalah sebagai berikut.
1)
Sumber daya manusia Dari hasil brainstorming tampak jelas yang tergambar pada diagram tulang ikan bahwa kualitas sumber daya manusia pada home industry kerupuk ikan masih sangat tradisional dan merupakan keahlian turun temurun yang sampai
50
saat ini belum ada upaya perbaikan dan peningkatan sama sekali. Disamping itu pekerjaan mereka dalam mengelola industri kerupuk ikan itu ternyata hanya bersifat sementara untuk mengisi waktu kosong sebagai nelayan dan bukan merupakan pekerjaan utama. Hal itu lebih diperparah lagi dengan tidak adanya inisiatif dari pemilik sentra atau tenaga kerjanya untuk meningkatkan kualitas
hasil
produksinya
yang
disebabkan
tidak
adanya
metode
pengendalian kualitas. 2)
Peralatan home industry Berdasarkan brainstorming yang disajikan pada diagram tulang ikan di atas tergambar bahwa semua peralatan home industry ternyata masih sangat sederhana,
sehingga perlu dilakukan peningkatan kualitasnya. Dari hasil
penelitian di lapangan mulai dari alat pengaduk/pencampur yang masih sangat sederhana, termasuk alat perebus yang juga masih sangat sederhana yaitu panci besar yang seringkali tidak dapat menghasilkan tingkat kematangan yang sama pada saat perebusan.
Sedangkan alat potong manual yang
digunakan terbuat dari pisau yang dimodifikasi secara sederhana, sehingga akurasi pemotongan untuk menghasilkan kerupuk dengan ketebalan yang hanya 1 mm tidak tercapai, dan bahkan ketebalan yang dihasilkan juga tidak pernah sama ukurannya. Selanjutnya alat pengepakan yang digunakan sebagian besar masih dilakukan dengan cara membungkus dalam plastik biasa, kemudian dimasuki label pada secarik kertas yang kurang memenuhi aspek estetika sehingga kurang menarik bagi para pembeli. Berbeda sekali dengan penampilan produk dari industri menengah yang ada di Kota Tuban yang rata-rata telah memiliki pangsa pasar cukup besar di kawasan Jawa
51
Timur dan Indonesia, bahkan sebagian sudah memiliki pasar yang mencapai mancanegara. 3)
Bahan baku. Tidak tersedianya bahan baku dalam jumlah yang cukup menjadi penyebab sentra home industry tidak dapat melaksanakan pembuatan kerupuk ikan, terutama pada saat tidak ada pesanan. Mereka tidak mampu membuat kerupuk ikan secara kontinyu dengan kemampuan sendiri untuk kemudian langsung dipasarkan. Hal ini terjadi karena mereka tidak mampu menyediakan dana sebelum dagangannya habis terjual. Ternyata ketidaktersediaan bahan baku itu bukan karena mereka tidak mampu melakukan reproduksi tetapi karena memang tidak ada modal untuk membeli bahan baku atau mungkin disebabkan oleh tidak ada investor yang terjun ke ranah home industry ini.
4)
Pemasaran Kondisi itu diperparah lagi oleh penguasaan pangsa pasar yang sangat kurang. Fauzi (2005) menjelaskan, bahwa pengolah ikan tradisional dan derivatifnya secara umum biasanya tidak mempunyai akses pasar yang bagus. Oleh karena itu, mereka sangat tergantung kepada pedagang perantara yang memang lebih menguasai akses pasar. Tidak jarang harga hasil olahan dipermainkan
para
pedagang
perantara,
sehingga
marjin
keuntungan
pengusaha pengolahan kerupuk ikan semakin sedikit. Kalau permasalahan tersebut diperbaiki, maka hasil olahan kerupuk ikan dari Kabupaten Tuban tersebut sebenarnya akan mudah menembus pasar nasional dan bahkan mampu untuk di ekspor.
52
Berdasarkan analisis sebab akibat dengan diagram tulang ikan di atas, , diperlukan brainstorming lanjutan untuk menemukan cara untuk mengembangkan home industry kerupuk ikan, dengan metode diagram tulang ikan.
Hasilnya
sebagaimana diuraikan pada Gambar 12.
Peralatan home industri
Bahan Baku
Pengaduk Lebih modern
Peralatan dpt menghasilkan produk berkualitas
Perebus lebih modern Pemotong Lebih modern Pengering lebih modern
Lakukan terobosan pemasaran secara langsung
SDM terlatih Pekerjaan pokok Kemampuan meningkat
Sumber daya manusia
Gambar 12.
persediaan
Tersedia bahan baku Biaya untuk cukup Pengadaan Bahan baku Tersedia bahan baku sepanjang musim
Kemampuan Aktif memasarkan produk SDM baik Ethos kerja baik
Proses pemasaran modern
Pemasaran
Diagram tulang ikan berkembangnya industri kerupuk ikan di Kabupaten Tuban.
53
Home industry kerupuk ikan berkembang
Secara rinci, hasil analisis pengembangan home industry dengan diagram tulang ikan disajikan sebagai berikut. 1)
Sumber daya manusia Dari hasil brainstorming tampak jelas bahwa kualitas sumber daya manusia yang baik pada home industry kerupuk ikan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu kemampuan SDM yang baik dan ditunjang dengan etos kerja yang baik. Hal itu hanya dapat tercapai jika adanya upaya peningkatan kualitas SDM dengan derbagai pelatihan, serta menjadikan pekerjaan home industry kerupuk ikan sebagai pekerjaan utama.
2)
Peralatan home industry Berdasarkan brainstorming yang disajikan pada diagram tulang ikan di atas tergambar bahwa untuk mengembangkan home industy kerupuk ikan diperlukan peralatan yang lebih modern.
Dari hasil penelitian di lapangan
diperlukan alat pengaduk/pencampur yang dapat menghasilkan adukan yang lebih sempurna dengan waktu adukan yang lebih singkat, alat perebus yang dapat merebus dengan volume besar dan tingkat kematangan yang merata. Sedangkan alat potong manual perlu diganti dengan alat potong yang lebih modern sehingga akurasi pemotongan untuk menghasilkan kerupuk dengan ketebalan yang hanya 1 mm tercapai dengan ketebalan yang sama. Selanjutnya diperlukan alat pengepakan yang lebih memenuhi aspek estetika sehingga lebih menarik bagi para pembeli. 3)
Bahan baku. Tersedianya bahan baku dalam jumlah yang cukup. Hal ini dapat dicapai jika ditopang dengan modal yang cukup.
Ketiadaan modal yang cukup dapat
teratasi apabila ada bantuan dari pemerintah dengan suku bunga yang rendah
54
dan mekanisme penjaminan yang disusun secara khusus.
Cara memenuhi
bahan baku dengan membuat cold storage dengan mendirikan koperasi untuk mengatasi musim ombak, dimana ikan sedikit.
Ikan dapat dibeli dari
pelabuhan ikan Brondong Lamongan yang jaraknya cukup depat, atau pembelian langsung ke Brondong dengan melibatkan koperasi nelayan dan dibina oleh pemerintah. 4)
Pemasaran Semua hal di atas, akan sempurna jika pemasaran dapat dilakukan lebih moden. Pelatihan manajemen pemasaran dapat dilakukan dengan bantuan LSM dan pemerintah daerah agar dapat diperoleh ide, gagasan dan aplikasi terobosan pemasaran ke berbagai daerah di kawasan Tuban dan sekitarnya maupun deerah lain yang selama ini belum terjangkau. Kerjasama dengan industri pemasaran, mengikuti pameran hasil industri ikan di Pemda Tuban atau Jatim ekspo, atau upaya lanjutan lainnya dalam rangka memperluas cakupan pemasaran produk kerupuk ikan.
55
6
6.1
PEMBAHASAN
Pembahasan Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dikatakan bahwa model yang
dihasilkan sebenarnya sudah memenuhi persyaratan, namun ada beberapa permasalahan yang dirasa perlu dilakukan penyempurnaan implementasi terhadap pembahasan agar mendapatkan hasil yang lebih rinci dari hasil perhitungan model tersebut.
6.1.1
Peralatan home industry Peralatan home industry berpengaruh positif terhadap kondisi lingkungan.
Karena dengan menggunakan peralatan yang lebih baik, akan mengurangi residu kerusakan hasil produksi.
Dengan demikian penggunaan peralatan yang baik dapat
mengurangi pencemaran lingkungan sehingga kualitas lingkungan dapat ditingkatkan, artinya agar diupayakan lebih banyak penggunaan peralatan home industry yang berkualitas.
Hal itu dapat diterima juga karena dengan penggunaan peralatan yang
lebih baik maka secara umum dapat menurunkan waktu yang digunakan untuk proses pembuatan kerupuk ikan dan dapat mengurangi dampak lingkungan. Salah satunya sebagaimana dikemukakan oleh Afrianto dan Liviawaty (1989) apabila proses pengeringan tidak dilakukan dengan sempurna (misalnya hanya mengandalkan sinar matahari) akan menyebabkan produksi jelek atau rusak yang ditandai dengan adanya jamur pada kerupuk dan menimbulkan bau yang tidak sedap dan mengganggu lingkungan. Hal tersebut juga selaras dengan teori Stooner (1971) tentang produktivitas yang berkaitan dengan lingkungan, perilaku sosial, produksi dan tenaga kerja.
56
6.1.2
Peralatan dan kualitas produksi Peralatan
produksi.
home
industry
berpengaruh
positif
terhadap
kualitas
Dengan demikian maka kualitas produksi dapat ditingkatkan dengan lebih
banyak pekerjaan dengan menggunakan peralatan home industry.
Hal itu dapat
diterima karena dengan penggunaan peralatan yang lebih baik maka secara umum dapat meningkatkan kualitas dari setiap proses produksi kerupuk ikan.
Kesimpulan
tersebut selaras dengan pendapat Wignyosoebroto (2003) yang menyatakan kualitas produk sangat dipengaruhi oleh komponen-komponen manusia, material/bahan baku, mesin/peralatan dan sistem manajemen produksi yang digunakan.
6.1.3
Kebijakan pemerintah dan tenaga kerja Kebijakan
tenaga
kerja.
pemerintah
ternyata berpengaruh
positif
terhadap
Dengan demikian maka kuantitas dan kualitas tenaga kerja dapat
ditingkatkan dengan adanya kebijakan pemerintah. Hal itu dapat diterima karena selayaknyalah harus ada kebijakan pemerintah karena akan dapat meningkatkan minat tenaga kerja untuk menekuni home industry kerupuk ikan. Kesimpulan tersebut selaras dengan teori Denim dalam Ariani (2004) tentang kualitas yang merupakan proses perbaikan terus menerus (continous improvement process) dan tanggung jawab personal manajemen dan tenaga kerja, melibatkan perbaikan proses produksi dan manajemen lingkungan, memerlukan komitmen dan perilaku sosial serta dukungan pemerintah.
57
6.1.4
Kebijakan
pemerintah
berpengaruh
positif
terhadap
perilaku
tenaga kerja. Perilaku positif dari tenaga kerja akan dipengaruhi oleh banyaknya kebijakan positif yang diberikan oleh pemerintah. Ketika pemerintah memberikan suntikan dana untuk pemodalan, maka masyarakat akan semakin bergairah untuk kelangsungan dan kemajuan home industrynya.
Demikian juga dengan berbagai kebijakan positif
lain yang pernah diberikan pemerintah berdampak positif pada kemajuan home industry. Tetapi kenyataan di lapangan menunjukkan tidak adanya kelangsungan program yang diberikan oleh pemerintah.
Hasil tersebut juga selaras dengan teori
Denim dalam Ariani (2004) tentang kualitas yang merupakan proses perbaikan terus menerus (continous improvement process) dan tanggung jawab personal manajemen dan tenaga kerja, melibatkan perbaikan proses produksi dan manajemen lingkungan, memerlukan komitmen dan perilaku sosial serta dukungan pemerintah.
6.1.5
Pengaruh
langsung
dari
peralatan
tampak
sekali
pada
pemasaran. Apabila dilihat dari karakteristik penjualan selama ini hal tersebut memang sangat mungkin. Sebab, home industry kerupuk ikan selama ini tidak memasarkan produksinya secara langsung ke konsumen, tetapi justru tengkulak yang datang ke produsen. Dengan demikian peralatan yang digunakan akan menjadi daya tarik bagi tengkulak untuk berdatangan ke produsen yang menggunakan peralatan home industry lebih baik dari pada yang lain. Disamping itu hal tersebut merupakan jaminan karena dengan peralatan yang baik akan menghasilkan kualitas produksi yang lebih baik. Hal ini dapat merupakan temuan yang sangat berharga yang dapat ditindaklanjuti karena selama ini tidak ada perhatian terhadap keberadaan peralatan
58
yang berpengaruh terhadap pemasaran.
Temuan tersebut selaras dengan indikasi
yang dikemukakan oleh Irawan (2003) yaitu strategi pemasaran dapat dipusatkan pada pemahaman konsumen tentang kualitas bahan baku dan keunggulan proses produksi yang menggunakan peralatan yang bermutu, sumber daya manusia yang unggul dan proses yang terbaik.
6.2
Pendekatan Kebijakan Untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi oleh sentra home industry
kerupuk ikan agar dapat bertahan, semakin maju dan terus berkembang di tengah persaingan yang semakin berat diperlukan campur tangan pemerintah daerah Kabupaten Tuban.
Langkah strategis harus disusun dengan sistematis, terarah dan
berkesinambungan sebagai solusi dari persoalan yang telah disajikan di atas, seperti diuraikan dibawah.
6.2.1
Perbaikan kualitas SDM Hal sangat menonjol yang perlu dilakukan adalah pembinaan sumber daya
manusia pada sentra home industry kerupuk ikan di Kabupaten Tuban. Mengingat kondisi masyarakat nelayan secara akademis dan sosial ekonomi masih terbelakang, maka pembinaan diarahkan agar para nelayan pelaku industri memiliki ketrampilan lebih lanjut dalam aktifitas produksi.
Disamping itu juga perlu didorong agar
mentalnya memiliki spirit yang tinggi dalam mengelolah industrinya sehingga menjadi kenyal
dan
mampu
menyesuaikan
dengan
perkembangan
dan
khususnya
menciptakan inovasi dalam upaya melakukan terobosan bagi kemajuan usahanya.
59
6.2.2
Bantuan pemodalan, peralatan produksi dan manajemen produksi Kemampuan sumber daya manusia saja tidak cukup. Pemerintah harus
mengupayakan agar bantuan pemodalan dengan bunga yang rendah secara khusus dapat meningkatkan dan mengembangkan produktifitas sentra industri kerupuk secara berkelanjutan. Selanjutnya juga perlu dilakukan bantuan berupa peralatan home industry kerupuk ikan sehingga kualitas hasil produksi menjadi lebih baik, dengan demikian dapat menjangkau pemasaran yang lebih luas. Pemodalan dan peralatan yang diberikan akan menjadi sia-sia bahkan sangat berbahaya jika tidak dibarengi dengan bimbingan manajemen produksi yang baik. Oleh karena dengan manajemen produksi yang baik tentu akan dapat menjaga kesinambungan dan peningkatan usaha dari sentra industri kerupuk ikan yang ada.
Dengan mengadopsi
strategi bersaing Porter untuk Nelayan Tuban kiranya perlu membuat produk yang unik dan berbeda dengan produk lainnya (Differensiation). Dengan demikian produksi kerupuk ikan tersebut akan mempunyai ciri khas yang lain dari yang lain dan mampu menarik para pelanggan sehingga penjualan akan meningkat yang akhirnya akan menaikkan pendapatan para nelayan.
6.2.3
Bantuan manajemen pemasaran Selanjutnya, apabila kemampuan sumber daya manusia sudah semakin baik,
pemodalan sudah ada dan manajemen produksi sudah dikuasai maka pemasaran merupakan langkah yang tidak boleh dilupakan. Sebab tanpa ada manajemen pemasaran yang baik maka semua langkah sebelumnya menjadi tidak berarti. Mengadopsi teori Porter, untuk manajemen pemasaran akan lebih baik lagi apabila dilengkapi dengan bantuan informasi melalui media iklan (promotion) sehingga akan diketahui oleh masyarakat luas yang pada gilirannya akan memperluas pangsa pasar
60
(place). Disamping itu perlu memperhatikan harga (price ) dan kualitas produksi (product) agar dapat bersaing dengan produksi lain. Dengan memperhatikan 4P tersebut diharapkan mampu menaikkan marjin keuntungan yang diperoleh oleh para produsen untuk selanjutnya akan selalu menjaga dan meningkatkan penguasaan potensi pasar (place) yang sebelumnya tidak tergarap.
6.2.4
Penguatan partisipasi masyarakat Terjadinya peningkatan kesadaran dan kemampuan masyarakat terhadap
kemajuan home industry kerupuk ikan adalah merupakan sebuah modal dasar bagi masyarakat dan daerah untuk merancang sebuah manajemen pengolahan hasil perikanan dan derivatifnya secara berkelanjutan. Oleh karena itu, pemerintah harus memfasilitasi terjadinya penguatan partisipasi masyarakat terhadap sentra-sentra home industry tersebut. Hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah daerah adalah dengan memberikan fasilitas dan kemudahan lain kepada berbagai industri besar yang ada di Tuban untuk melakukan pembinaan lingkungan (environmental development) dengan menjadi bapak asuh, yang nantinya akan memberikan bantuan pemodalan dan pembinaan manajemen serta pemasaran terhadap sentra home industry kerupuk ikan di Kabupaten Tuban. Salah satu sasaran pendekatan penelitian ini adalah kesejahteraan dengan cara meningkatkan partisipasi masyarakat. Wadah partisipasi dapat berupa organisasi masyarakat yang dibentuk secara bersama oleh pemerintah dengan masyarakat. Partisipasi yang diharapkan dari masyarakat adalah: terlibat dalam produksi, penjualan, dan mencintai produk sendiri (masyarakat Tuban) sehingga tercipta sistem ekonomi yaitu produksi, distribusi dan konsumen serta berjalannya mekanisme pasar. Oleh karena pemerintah harus memperbanyak pelibatan berbagai komponen
61
masyarakat
seperti
Lembaga
Swadaya
Masyarakat
(LSM),
Organisasi
Kemasayarakatan (Ormas), Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) termasuk Pondok Pesantren untuk menjadi pelopor bagi kemajuan sentra-sentra kerupuk ikan di Kabupaten Tuban. Multiplier effect yang diperoleh adalah peningkatan kemampuan masyarakat untuk membangun dirinya sendiri untuk mencapai kesejahteraan bersama melalui home industry kerupuk ikan yang semakin maju.
6.3
Rancangan kebijakan Rancangan kebijakan hendaknya sesuai dengan norma kebijakan dan norma
hukum yaitu adil terhadap semua orang, adanya kepastian hukum dan bermanfaat. Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban perlu menyusun kebijakan dengan menitikberatkan beberapa penekanan sebagai berikut : 1)
Pembinaan sumber daya manusia yang diarahkan untuk : (1)
Meningkatkan ketrampilan lebih lanjut dalam produksi kerupuk ikan melalui pendidikan dan latihan.
(2)
Mendorong masyarakat mental dan spirit yang tinggi dalam mengelola industrinya sehingga menjadi kenyal dan mampu menyesuaikan dengan
perkembangan
dan
menciptakan
inovasi
dalam
upaya
melakukan terobosan bagi kemajuan usahanya. 2)
Bantuan pemodalan, peralatan produksi dan manajemen produksi (1)
Mengupayakan bantuan pemodalan dengan bunga yang rendah dan secara khusus untuk meningkatkan produktifitas sentra industri kerupuk.
62
(2)
Memberikan bantuan peralatan home industry kerupuk ikan untuk meningkatkan jumlah dan kualitas produksi.
(3)
Meningkatkan bimbingan manajemen produksi yang baik untuk menjaga kesinambungan dan peningkatan usaha dari sentra industri kerupuk ikan yang ada.
3)
Bantuan manajemen dan pemasaran dalam bentuk manajemen pemasaran sehingga mampu mengelola pasar hasil produksi agar lebih baik, sekaligus menjaga dan meningkatkan penguasaan potensi pasar yang sebelumnya tidak tergarap dengan baik.
4)
Dalam rangka memenuhi tersedianya bahan baku yang berkelanjutan diperlukan suplai bahan baku ikan dari lokasi yang cukup dekat dengan pelabuhan perikanan Brondong, atau bila perlu dibangun ”cold storage” agar mampu menampung bahan baku ikan dalam jumlah yang cukup dengan waktu yang lama,
5).
Penguatan partisipasi masyarakat (1)
Memfasilitasi terjadinya penguatan partisipasi masyarakat terhadap sentra-sentra
home
industry
dengan
memberikan
fasilitas
dan
kemudahan lain kepada berbagai industri besar yang ada di Tuban untuk melakukan pembinaan lingkungan (Environmental Development). (2)
Memperbanyak pelibatan komponen masyarakat seperti Pondok Pesantren dan lembaga swadaya masyarakat untuk menjadi pelopor bagi kemajuan sentra-sentra kerupuk ikan di Tuban.
(3)
Mendorong masyarakat untuk membentuk kelompok-kelompok untuk usaha bersama, baik dalam peningkatan produksi maupun dalam pengembangan inovasi produksi serta pada pemasarannya.
63
7
7.1
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Dari hasil penelitian terhadap perkembangan home industry kerupuk ikan di
Kabupaten Tuban, dapat disimpulkan: 1)
Hubungan timbal balik atau interelasi antara home industry dengan kebijakan pemerintah sangat lemah. Hal ini berarti kebijakan pemerintah tidak banyak pengaruhnya terhadap home industry yang ada atau sebaliknya.
Hal ini
terjadi karena home industry tersebut merupakan pekerjaan sampingan, skala kecil dan pemasaran terbatas.
Dalam hubungan masing-masing variabel
adalah sebagai berikut: (1)
Peralatan
home
industry
berpengaruh
positif
terhadap
kondisi
lingkungan, karena peralatan masih sederhana sehingga tidak merusak lingkungan, bahan bakunya cukup tersedia, tidak memerlukan lahan yang luas dan skala produksinya juga masih kecil sehingga lingkungan masih terjaga dengan baik. (2)
Peralatan home
industry
berpengaruh
positif
terhadap
kualitas
produksi. Hal ini terjadi karena hasil produk yang dihasilkan masih sederhana, tidak dibutuhkan teknologi tinggi namun dapat dijaga kualitas dan kebersihannya. (3)
Kebijakan pemerintah berpengaruh positif terhadap tenaga kerja dan perilakunya. Hal ini karena adanya kebijakan pemerintah berupa pelatihan, bantuan permodalan dan peralatan sehingga menarik minat tenaga kerja untuk menekuni home industry tersebut.
64
(4)
Peralatan home industry tidak berpengaruh secara nyata terhadap tenaga kerja. Hal ini terjadi karena dengan peralatan yang sederhana, teknologi yang sederhana tidak dibutuhkan skill yang tinggi.
(5)
Peralatan home industry tidak berpengaruh secara nyata terhadap perilaku sosial, karena peralatannya masih sangat sederhana sehingga tenaga kerja dengan latar belakang apapun tidak memerlukan perlakuan khusus termasuk pendidikan yang tertinggal tidak akan terpengaruh perilaku sosialnya.
(6)
Lingkungan, kualitas, tenaga kerja, perilaku sosial, alat dan kebijakan tidak
berpengaruh
secara
nyata
terhadap
pemasaran,
karena
pemasaran dilakukan secara tradisional, hampir seluruhnya untuk kebutuhan lokal. (7)
Sebuah penemuan yang di dapat dari penelitian ini yaitu, pengaruh langsung dari peralatan tampak sekali pada pemasaran, karena saat konsumen langsung datang memesan sendiri akan sangat dipengaruhi oleh daya tarik peralatan yang digunakan juga hasil produksi yang bersih dan ramah lingkungan.
2)
Penyebab industri kerupuk ikan kurang berkembang karena kelemahan sumber daya manusia, peralatan yang sangat sederhana, kekurangan modal untuk mendapatkan bahan baku yang lebih banyak, metode pemasaran masih tradisional, industri kerupuk ini masih menjadi kerja sambilan nelayan Tuban, sehingga berpengaruh pada pendapatan nelayan.
3)
Kondisi home industry kerupuk ikan yang kurang berkembang dengan baik serta dihadapkan dengan hasil penelitian ini maka diperlukan rancangan kebijakan Pemerintah Daerah yang harus terkait dengan pembinaan sumber
65
daya manusia, bantuan permodalan, bantuan peralatan produksi, bantuan manajemen produksi dan pemasaran, sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan nelayan.
7.2
Saran
1)
Rekomendasi kebijakan untuk Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban adalah agar kebijakan yang disusun dititikberatkan pada (1)
Pembinaan sumber daya manusia yang diarahkan untuk meningkatkan ketrampilan melalui pendidikan dan latihan.
(2)
Bantuan Pemodalan dengan bunga rendah, bantuan peralatan produksi dan bimbingan manajemen produksi.
(3)
Bantuan manajemen dan pemasaran sehingga mampu mengelola pasar hasil produksi agar lebih baik, sekaligus menjaga dan meningkatkan penguasaan potensi pasar.
(4).
Penguatan partisipasi dan pelibatan komponen masyarakat serta mendorong
masyarakat
membentuk
kelompok-kelompok
usaha
bersama untuk peningkatan dan inovasi produksi serta pemasaran. 2)
Usaha pembuatan kerupuk yang tadinya merupakan usaha sampingan agar dijadikan usaha pokok dengan dukungan kebijakan pemerintah secara nyata dengan jenis produk tertentu yang berbeda dengan daerah lain yang menjadi ciri khas daerah Tuban.
3)
Membangun ”cold storage” agar pasokan ikan dapat tertampung dalam jumlah yang
cukup
untuk
memenuhi
kebutuhan
berkelanjutan.
66
bahan
baku
ikan
secara
4)
Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melanjutkan penelitian dengan menambah variabel penelitian dan memperluas wilayah penelitian serta berbagai usaha home industry bidang perikanan lainnya.
67
DAFTAR PUSTAKA Afrianto E. dan Liviawaty E., 1989, Pengawetan dan Pengolahan Ikan, Kanisius, Jogjakarta : hal 106 Anonim, 2006, ”Edisi Khusus”, Gatra, Jakarta : hal 24 Anonim, 2006, Potensi Perikanan Jawa Timur, diakses dari http://www.jatim.go.id (9 Pebruari 2006) Anonim, 2005, Laporan Tahunan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tuban, Tuban : hal 24-25 Anonim, 2005, Laporan Tahunan Dinas Perindustrian Kabupaten Tuban, Tuban: hal 24-25 Anonim , 2003, Ikan Asin dan Terasi Berpotensi Ekspor, Jakarta : Kompas, Selasa, 26 Agustus : hal 8, kol 4 Anonim, 2003, Kabupaten Tuban, Jakarta : Kompas, Rabu, 05 Nopember 2003 : hal 8 kol 6 Anonim, 2003, Upaya Menyejahterakan Nelayan di Jatim Meningkatkan Produktivitas atau Diversifikasi Usaha?, Jakarta : Kompas, Rabu, 23 April 2003 : hal 8 kol 6 Anonim, 2006, Cause and Effect/ Fishbone/ Ishikawa Diagram, diakses dari http://www.isixsigma.Com /tt/Cause and effect/ (tanggal 25 September 2006) Ariani, D.W., 2004, Pengendalian Kualitas Statistik, Andi, Jogjakarta : hal 3 Azwar, S.,1992, Reliabilitas dan Validitas, Pustaka Pelajar, Yogyakarta : hal 142 Dahuri, 2006, Memberdayakan Potensi Laut Nusantara, Gatra, Edisi khusus no. 08 tahun XII Januari 2006, Jakarta : hal 13 Dahuri,
2006, Reorientasi Pembangunan Berbasis www.TokohIndonesia.Com (9 Pebruari 2006)
Kelautan,
diakses
dari
Dinas Perikanan Kabupaten Tuban, 2005, (Data nelayan Tuban tahun 2004 dan Data pembudidayaan ikan dan luas tambak di Tuban tahun 2004) Dinas perindustrian Tuban tahun 2004, (Data serapan tenaga kerja khusus pada proses pengolahan industri krupuk ikan Kabupaten Tuban) Dunn, William N., 2000, Pengantar Analisis Kebijakan Publik edisi ke 2. Gajah Mada University Press, Jogjakarta : hal 13
68
Eliza, 2005, Industri Pengolahan Perikanan Sebagai Peluang Investasi, diakses dari http://www.dkp-banten.go.id (9 Pebruari 2006) Fauzi, A., 2005, Kebijakan Perikanan dan Kelautan (Isi, Sintesis dan Gagasan), Gramedia, Jakarta : hal 17 Forman, E., 2005, Decision by Objectives, Washington : Expert Choice Inc : hal 57 Ghozali dan Fuad, 2005, Struktural Equation Modeling (Teori, Konsep dan Aplikasi dengan Lisrel 8.54), Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang : hal 36 Heidjrahman dan Husnan, S., 2002, Manajemen Personalia, Edisi 4, BPFE, Jogjakarta : hal 23 Hesel, 2004, Analisis Kebijakan Kontemporer, Lukman Offset, Jogjakarta: hal 18 Irawan, 2003, Indonesian Costumer Satisfaction, Elekmedia Komputindo, Jakarta : hal 164 Kusnadi, 2003, Akar Kemiskinan Nelayan, LKIS, Jogjakarta : hal 5 Kusnadi, 2002, Konflik Sosial Nelayan : Kemiskinan dan Perebutan Sumber Daya Perikanan, LKIS, Jogjakarta : hal 39 Kusumastanto, T., 2003, Ocean Policy dalam Membangun Negeri Bahari di Era Otonomi Daerah, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta : hal 59 Koster W.,2006, Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Pegawai Survei di PT Asuransi Akenlife, diakses dari http://www.depdiknas.go.id/ Jurnal/29/Survei%20di%20PT% 20Asuransi%20Akenlife.htm (tanggal 25 September 2006) Nugroho dan Kismartini, 2005, Analisis kebijakan Publik, Universitas Terbuka, Jakarta: hal 32 Porter, M., 1980. Competitive Strategy, Techniques for Analysing Industries and Competitors., The Free Press, New York : hal 32 Santoso, 2002, Statistical Product and Service Solution (SPSS), “Mengolah Data Secara Profesional”, Komputindo, Gramedia, Jakarta : hal 311 Simanjuktak, P., 1985, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, LPFE – UI, Jakarta : hal 25 Stooner, 1971, Personal Management in Industrial Relation, Prentice Hall, India:hal 24 Subagyo, P., 2000, Manajemen Operasi, BPFE – Yogyakarta: hal 5
69
Subry, M., 2005, Ekonomi Kelautan, Jakarta : Grafitti Press : hal 6 Sugiyono, 2001, Statistik Nonparameterik Untuk Penelitian, Alfa Beta, Jakarta : hal 12 Suryani A., Hambali E. Dan Hidayat E., 2005, Aneka Produk Olahan Limbah Ikan dan Udang, Penebar Swadaya, Jakarta : hal 34 Susilo, Edy, 2003, Perlu Manajemen Perikanan Berkelanjutan, Kompas , 25 April 2003, Jakarta : hal 8 kol 6 Suwandi, 1994, Manajemen Usaha Kecil, Pusat Pembinaan Usaha Kecil dan Menengah, Jatinangor, Bandung: hal 48 Wignyosoebroto, 2003, Pengantar Teknik dan Manajemen Industri , Guna Widya, Surabaya , hal 3
70
Lampiran 1. Kuesioner penelitian
1.
Apakah ada kebijakan pemerintah untuk home industry anda ? a. Sangat banyak b. Banyak c. Cukup d. Kurang e. Sangat kurang
2. Apakah anda puas dengan kebijakan pemerintah berkaitan dengan home industry anda ? a. Sangat puas b. Puas c. Cukup d. Tidak puas e. Sangat Tidak Puas 3. Apakah ada penggunaan peralatan home industry sederhana pada sentra home industry kerupuk ikan anda ? a. Sangat banyak b. Banyak c. Cukup d. Kurang e. Sangat kurang 4. ?
Bagaimana kualitas peralatan home industry pada sentra home industry anda a. b. c. e. f.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang
5. Apa ada pengaruh perilaku sosial dari pekerja sentra home industry pengolahan kerupuk ikan ? a. Sangat banyak b. Banyak c. Cukup d. Sedikit e. Sangat sedikit 6. Bagaimana pengaruh perilaku sosial penggunaan peralatan home industry pengolahan kerupuk ikan ? a. Sangat rajin bekerja b. Rajin bekerja c. Biasa d. Malas bekerja e. Sangat malas bekerja
71
7. Apakah ada pengaruh keberadaan sentra home industry pembuatan kerupuk ikan terhadap pencemaran lingkungan ? a. Sangat banyak b. Banyak c. Cukup d. Sedikit e. Tidak ada 8. Apakah ada upaya perbaikan lingkungan dari para pengelola sentra home industry pengolahan kerupuk ikan ? a. Sangat banyak b. Banyak c. Cukup d. Sedikit e. Tidak ada 9. Apakah ada pengaruh peralatan home industry terhadap kualitas produksi kerupuk ikan ? a. Sangat banyak b. Banyak c. Cukup d. Sedikit e. Sangat sedikit 10. ?
Bagiamana pengaruh peralatan home industry terhadap kualitas kerupuk ikan a. b. c. d. e.
Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang
11. Bagaimana penggunaan tenaga kerja dengan adanya peralatan home industry kerupuk ikan ? a. Sangat bertambah b. Bertambah c. Biasa saja d. Berkurang e. Sangat berkurang 12. Bagaimana kualitas tenaga kerja pada operasional peralatan home industry kerupuk ikan ? a. Sangat baik b. Baik c. Cukup d. Kurang e. Sangat kurang
72
13.
Bagiamana pemasaran produk hasil home industry kerupuk ikan anda ? a. Sangat mudah b. Mudah c. Cukup d. Sukar e. Sangat sukar
14.
Bagaimana jangkauan pemasaran produk home industry kerupuk ikan ? a. Sangat luas b. Luas c. Cukup d. Sempit e. Sangat sempit
73
Lampiran 2. Hasil kuesioner penelitian No. Resp
Alat
Kebijakan
Lingkungan
Kualitas
T_kerja
Perilaku
Pemasaran
1 2
4 5
5 5
6 7
5 6
5 5
5 5
5 5
3 4
6 5
6 5
7 6
6 6
7 6
6 5
6 6
5 6
6 7
6 6
6 7
7 8
7 6
6 6
6 6
7 8
8 6 7
6 5 4
7 6 7
8 7 8
7 6 5
7 6 5
7 6 6
9 10
6
5
6
7
6
5
6
11
6
4
5
7
5
5
5
12 13
7 6
6 5
5 6
8 7
7 5
5 5
7 6
14 15
7 5
5 5
6 6
8 6
5 6
5 6
6 5
16 17
5 5
6 5
6 7
5 6
7 6
5 6
5 5
18 19
6 7 4
7 7 5
7 7 6
7 8 5
7 7 6
7 5 6
5 6 5
5 6
5 6
6 6
6 7
6 5
6 6
5 6
23 24
5 6
5 4
5 6
6 7
6 5
5 5
5 6
25 26
6 7
4 5
7 7
7 8
5 6
5 6
6 7
27 28
8 6 7
5 6 5
7 6 7
8 7 8
6 7 6
5 7 6
7 6 7
8 7
6 5
7 7
8 8
7 6
7 5
7 7
32 33
6 5
6 5
6 6
7 6
7 6
7 6
6 5
34
5
5
5
6
6
5
5
35
6
4
5
7
5
5
6
36 37
7 6 7
5 4 5
7 7 6
8 7 8
6 5 5
6 5 5
7 6 7
8 7
5 4
7 7
8 8
6 5
6 5
7 7
6 6
5 5
7 6
7 7
5 6
5 6
6 6
20 21 22
29 30 31
38 39 40 41 42
74
No. Resp 43
Alat
Kebijakan
Lingkungan
Kualitas
T_kerja
Perilaku
Pemasaran
5 6
6 6
6 6
6 7
6 7
5 7
5 6
7 8
6 6
7 7
8 7
7 6
7 6
7 7
47 48
8 8
5 6
6 6
7 8
6 7
6 7
8 8
49 50
7 7
5 6
7 7
8 8
6 7
6 6
7 7
51 52
6 5
5 4
7 5
7 6
5 5
6 5
6 5
53 54 55
5
4
5
6
5
6
5
6 7
4 5
5 6
7 8
5 6
5 6
6 7
56 57
7 6
5 6
6 7
8 7
6 7
6 7
7 6
58 59
6 5
5 5
7 5
7 6
6 5
6 6
6 6
60
7
6
6
7
6
7
7
44 45 46
75
Lampiran 3. Output uji validitas dan reliabilitas
Reliability Reliability Statistics Cronbach's Alpha .657
N of Items 2 Item-Total Statistics
alat1 alat2
Scale Mean if Item Deleted 2.5833 3.7167
Scale Variance if Item Deleted .417 .410
Corrected Item-Total Correlation .489 .489
Cronbach's Alpha if Item Deleted .a .a
a. The value is negative due to a negative average covariance among items. This violates reliability model assumptions. You may want to check item codings.
Reliability Reliability Statistics Cronbach's Alpha .675
N of Items 2 Item-Total Statistics
kebijak1 kebijak2
Scale Mean if Item Deleted 3.1500 2.0833
Scale Variance if Item Deleted .401 .281
Corrected Item-Total Correlation .518 .518
Cronbach's Alpha if Item Deleted
a. The value is negative due to a negative average covariance among items. This violates reliability model assumptions. You may want to check item codings.
Reliability Reliability Statistics Cronbach's Alpha .649
N of Items 2
76
.a .a
Item-Total Statistics
lingk1 lingk2
Scale Variance if Item Deleted .191 .356
Scale Mean if Item Deleted 2.7500 3.5167
Corrected Item-Total Correlation .504 .504
Cronbach's Alpha if Item Deleted .a .a
a. The value is negative due to a negative average covariance among items. This violates reliability model assumptions. You may want to check item codings.
Reliability Reliability Statistics Cronbach's Alpha .620
N of Items 2 Item-Total Statistics
kual1 kual2
Scale Mean if Item Deleted 3.2069 3.8966
Scale Variance if Item Deleted .170 .882
Corrected Item-Total Correlation .611 .611
Cronbach's Alpha if Item Deleted .a .a
a. The value is negative due to a negative average covariance among items. This violates reliability model assumptions. You may want to check item codings.
Reliability Reliability Statistics Cronbach's Alpha .679
N of Items 2 Item-Total Statistics
tkerja1 tkerja2
Scale Mean if Item Deleted 3.3000 2.5833
Scale Variance if Item Deleted .214 .281
Corrected Item-Total Correlation .519 .519
Cronbach's Alpha if Item Deleted
a. The value is negative due to a negative average covariance among items. This violates reliability model assumptions. You may want to check item codings.
77
.a .a
Reliability Reliability Statistics Cronbach's Alpha .701
N of Items 2 Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted 3.1333 2.6500
perilaku1 perilaku2
Scale Variance if Item Deleted .185 .367
Corrected Item-Total Correlation .572 .572
Cronbach's Alpha if Item Deleted .a .a
a. The value is negative due to a negative average covariance among items. This violates reliability model assumptions. You may want to check item codings.
Reliability Reliability Statistics Cronbach's Alpha .630
N of Items 2 Item-Total Statistics
pemasaran1 pemasaran2
Scale Mean if Item Deleted 3.3333 2.7833
Scale Variance if Item Deleted .226 .240
Corrected Item-Total Correlation .461 .461
Cronbach's Alpha if Item Deleted
a. The value is negative due to a negative average covariance among items. This violates reliability model assumptions. You may want to check item codings.
78
.a .a
Lampiran 4. Uji normalitas dengan metode Kolmogorov Smirnov 1.
Hasil plot probabilitas data pada variabel home industry. Probability Plot of alat Normal 99.9
Mean StDev
99
N KS P-Value
95 90
6.233 1.031 60 0.038 >0.150
Percent
80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 0.1
3
4
5
6
7
8
9
10
alat
2
Hasil plot probabilitas data pada variabel kebijakan Probability Plot of kebijakan Normal 99.9
Mean StDev N KS P-Value
99
Percent
95 90
5.2 0.7546 60 0.047 >0.150
80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 0.1
3
3
4
5 kebijakan
6
7
8
Hasil plot probabilitas data pada variabel lingkungan Probability Plot of L ingkungan Normal 99.9
Mean StDev N KS P-Value
99
Percent
95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 0.1
4
5
6 7 Lingkungan
8
9
79
6.283 0.7152 60 0.067 >0.150
4
Hasil plot probabilitas data pada variabel kualitas. Probability Plot of kualitas Normal
99.9
Mean StDev N KS P-Value
99
Percent
95 90
7.033 0. 8823 60 0.047 >0.150
80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 0.1
5
4
5
6
7 kualitas
8
9
10
Hasil plot probabilitas data pada variabel tenaga kerja. Pr obability Plot of t_ker ja Norm al 99.9 99
Mean S tDev N
5.933 0. 7561 60
95
KS P -Value
0.058 >0.150
Perc ent
90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 0.1
6
3
4
5
6 t _kerja
7
8
Hasil plot probabilitas data pada variabel perilaku. Probability Plot of Perilak u Norma l
99. 9
Mean StDev N KS P-Value
99
Percent
95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 0. 1
3
4
5
6
7
8
Perilaku
80
5.75 0. 7278 60 0.065 >0.150
7.
Hasil plot probabilitas data pada variabel pemasaran berikut. Probability Plot of Pemasaran Normal 99.9
Mean S tDev N KS P -Value
99
Percent
95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 0.1
3
4
5
6 Pemasaran
7
8
9
81
6.117 0.8253 60 0.049 >0.150
Lampiran 5. Output program SEM dengan aplikasi Lisrel 8.54
DATE: 6/10/2006 TIME: 20:39
L I S R E L
8.54
BY Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively by Scientific Software International, Inc. 7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100 Lincolnwood, IL 60712, U.S.A. Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140 Copyright by Scientific Software International, Inc., 19812002 Use of this program is subject to the terms specified in the Universal Copyright Convention. Website: www.ssicentral.com The following lines were read from file C:\Documents and Settings\renbang\My Documents\tesis ipb.spj: tesis ipb Raw Data from file 'C:\Documents and Settings\renbang\My Documents\TESIS.PSF' lingkungan = alat - kebijakan kualitas = alat - kebijakan t_kerja = alat - kebijakan perilaku = alat - kebijakan pemasaran = alat - kebijakan -kualitas - t_kerja -lingkungan - perilaku Sample Size = 60 Relationships Path Diagram End of Problem Sample Size = tesis ipb
60
82
Covariance Matrix
lingkungan kualitas t_kerja perilaku pemasaran alat kebijakan
lingkung -------0.51 0.26 0.12 0.12 0.20 0.32 0.15
kualitas -------0.78 0.10 0.11 0.57 0.81 0.08
Number of Iterations =
t_kerja perilaku -------- --------
0.57 0.34 0.14 0.20 0.45
pemasara --------
0.53 0.17 0.19 0.31
0.68 0.75 0.09
alat -----
kebijakan -----
1.06 0.17
0.57
0
LISREL Estimates (Maximum Likelihood) Structural Equations lingkung = 0.28*alat + 0.17*kebijaka, Errorvar.= 0.40 , R² = 0.22 (0.083) (0.11) (0.074) 3.31 1.52 5.34 kualitas = 0.77*alat - 0.098*kebijaka, Errorvar.= 0.16 , R² = 0.79 (0.053) (0.073) (0.031) 14.55 -1.35 5.34 t_kerja = 0.064*alat + 0.78*kebijaka, Errorvar.= 0.21 , R² = 0.64 (0.060) (0.082) (0.038) 1.07 9.54 5.34 perilaku = 0.10*alat + 0.50*kebijaka, Errorvar.= 0.36 , R² = 0.33 (0.079) (0.11) (0.067) 1.29 4.70 5.34 pemasra=-0.053*lingkug+0.017*kualits+0.058*t_kerja+0.10*perilaku+0.70*alat0.14*kebijaka,
(0.079) -0.68 R² = 0.79 Errorvar.= 0.14 ,
(0.12) 0.14
(0.11) 0.53
(0.083) 1.25
(0.11) (0.12) 6.37 -1.16
Reduced Form Equations lingkung = 0.28*alat + 0.17*kebijaka, Errorvar.= 0.40, R² = 0.22 (0.083) (0.11) 3.31 1.52 kualitas = 0.77*alat - 0.098*kebijaka, Errorvar.= 0.16, R² = 0.79 (0.053) (0.073) 14.55 -1.35 t_kerja = 0.064*alat + 0.78*kebijaka, Errorvar.= 0.21, R² = 0.64 (0.060) (0.082)
83
1.07 9.54 perilaku = 0.10*alat + 0.50*kebijaka, Errorvar.= 0.36, R² = 0.33 (0.079) (0.11) 1.29 4.70 pemasaran = 0.72*alat - 0.051*kebijakan, Errorvar.= 0.15, R² = 0.78 (0.051) (0.069) 14.16 -0.73
Covariance Matrix of Independent Variables
alat
kebijakan
alat -------1.06 (0.20) 5.34 0.17 (0.11) 1.64
kebijakan --------
0.57 (0.11) 5.34
Covariance Matrix of Latent Variables
lingkungan kualitas t_kerja perilaku pemasaran alat kebijakan
lingkungan kualitas --------------0.51 0.24 0.78 0.13 0.11 0.11 0.12 0.20 0.58 0.32 0.81 0.15 0.08
t_kerja -------
perilaku --------
0.57 0.25 0.13 0.20 0.45
0.53 0.16 0.19 0.31
pemasaran --------
0.68 0.75 0.09
alat -----
1.06 0.17
Covariance Matrix of Latent Variables
Goodness of Fit Statistics Degrees of Freedom = 6 Minimum Fit Function Chi-Square = 7.96 (P = 0.24) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 7.51 (P = 0.28) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 1.51 90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 12.78) Minimum Fit Function Value = 0.13 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.027 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.22) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.067 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.19) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.36
84
kebijakan ---------
0.57
Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.90 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.88 ; 1.10) ECVI for Saturated Model = 0.98 ECVI for Independence Model = 4.97 Chi-Square for Independence Model with 21 Degrees of Freedom = 269.54 Independence AIC = 283.54 Model AIC = 51.51 Saturated AIC = 56.00 Independence CAIC = 305.20 Model CAIC = 119.59 Saturated CAIC = 142.64 Normed Fit Index (NFI) = 0.97 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.97 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.28 Comparative Fit Index (CFI) = 0.99 Incremental Fit Index (IFI) = 0.99 Relative Fit Index (RFI) = 0.90 Critical N (CN) = 125.62 Root Mean Square Residual (RMR) = 0.018 Standardized RMR = 0.033 Goodness of Fit Index (GFI) = 0.96 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.84 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.21 Time used:
85
0.040 Seconds