95
HUBUNGAN KARAKTERISITIK PENDERITA DIABETES MELITUS TERHADAP TINGKAT KETAJAMAN PENGLIHATAN DI RSUD LANGSA RELATIONSHIPS CHARACTERISTIC OF DIABETES MELLITUS ON THE LEVEL OF VISUAL ACUITY IN GENERAL HOSPITAL LANGSA Khairiah* dan Hanifah** dan Normadiah*** Jurusan Keperawatan Langsa Poltekkes Kemenkes Aceh Jl.Desa Paya Bujok Beuromo Kecamatan Langsa Barat
[email protected] Abstrak : Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik penderita diabetes melitus terhadap ketajaman penglihatan di RSUD Langsa. Penelitian ini menggunakan desain analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dengan menggunakan accidental sampling, dengan sampel sebanyak 71 orang. Pasien yang diambil adalah pasien DM yang berkunjung ke Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Langsa pada bulan Januari-Februari 2013. Beberapa pertanyaan yang diajukan pada pasien DM adalah lama menderita DM, usia, tingkat pendidikan dan pekerjaan. Pengukuran ketajaman penglihatan dilakukan dengan menggunakan kartu Snellen. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sekitar 45% dari jumlah sampel yang diukur ketajaman penglihatannya dikategorikan dalam penglihatan rendah berdasarkan WHO (2012). Kesimpulan ada hubungan antara umur penderita DM dengan ketajaman penglihatan (p=0,002) dan ada hubungan antara lama menderita DM dengan ketajaman penglihatan (p=0,000). Hal ini sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa manifestasi penyakit DM tersering yaitu Retinopati Diabetic (RD), yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan ketajaman penglihatan.
d i .
c
a . h
e
c a s
e
k a w
Kata kunci : diabetes melitus, ketajaman penglihatan
su a Diabetes mellitus isna group of metabolic with characteristic hyperglicemia that occurs
Abstract : due to abnormal insulin secretion, insulin action or both. The purpose of this study was to determine the relationship of the characteristic of people with diabetes mellitus on visual acuity in the general hospital Langsa.This research uses analytic design with cross sectional approach. Sampling using accidental sampling with a sample of 71 people. Patient design with are diabetes mellitus patiens who were taken to the Internist Polyclinical in the general hospital Langsa in Januari-Februari 2013. Some of the questions asked on the long suffering patiens with diabetes mellitus, age, sex, education level and accuption. Visual acuity measurements performed using snellen card, of the result showed that about 45% of the number of samples measured visual acuity in low vision categorized by WHO (2012). Conclusion there is a relationship between the age of DM patiens with visual acuity (p=0,002) and there is a long association between DM with visual acuity (p=0,000). This is consistent with the theory that the most common manifestations of the disease DM is retinopaty diabetic which can cause a decrease in visual acuity Key words
: diabetes mellitus, visual acuity hormonal dan melibatkan kelainan metabolisme
PENDAHULUAN Diabetes penyakit
yang
Melitus
(DM)
disebabkan
adalah oleh
suatu
gangguan 95
karbohidrat dimana
seseorang tidak dapat
memproduksi cukup insulin atau tidak dapat
Hubungan Karakterisitik Penderita Diabetes Melitus….. 96
menggunakan insulin yang diproduksi dengan
meningkat, sehingga mengakibatkan kerusakan
baik, karena proses autoimun, dipengaruhi
pada pembuluh darah, saraf dan struktur internal
secara genetik dengan gejala yang pada akhirnya
lainnya. Kerusakan pada pembuluh darah mata
menuju tahap perusakan imunologi sel-sel yang
dapat menyebabkan gangguan penglihatan yang
memproduksi insulin9.
disebut dengan istilah retinopati diabetes4.
Penyakit DM sering terjadi pada kaum
Retinopati diabetes (RD) merupakan salah
lanjut usia. Diantara individu yang berusia > 65
satu komplikasi serius pada DM. Komplikasi ini
10
tahun, 8,6% menderita DM tipe II . Laporan
terjadi disebabkan oleh dua hal, yang pertama
statistik dari International Diabetik Federation
karena melemahnya dinding pembuluh darah
menyebutkan, bahwa sudah ada sekitar 230 juta
kapiler mata yang akan menyebabkan timbulnya
orang pasien DM. Angka ini terus bertambah
tonjolan kecil pada pembuluh darah yang dapat
hingga 3% atau sekitar 7 juta orang tiap
pecah sehingga mengalirkan cairan dan sejumlah
tahunnya. Dengan demikian, jumlah pasien DM
protein ke dalam retina mata. Cairan dan protein
diperkirakan akan mencapai 350 juta orang pada
ini dapat menyebabkan
tahun 2025 dan setengah dari angka tersebut
pusat retina, disebut makula, yang dapat
berada di Asia, terutama India, Cina, Pakistan
memperparah
dan Indonesia11.
kedua timbulnya retinopati diabetes yaitu,
Tenggara, terdapat sekitar 46 juta orang pasien
penglihatan. Jika keadaan ini tidak diobati akan
DM pada tahun 2000 dan juga diperkirakan akan
menyebabkan kerusakan yang permanen pada
terjadi peningkatan pada tahun 2030 menjadi
retina,
119 juta orang. Jumlah ini juga termasuk
penurunan tingkat ketajaman penglihatan namun
prevalensi jumlah pasien DM di Indonesia, yaitu
dapat menjadi penyebab kebutaan yang paling
sekitar 8 juta orang pada tahun 2000 dan
utama5. Oleh karena itu, penderita diabetes harus
diperkirakan akan mengalami peningkatan pada
memeriksakan matanya pada seorang dokter
tahun 2030 menjadi lebih kurang 21 juta orang.
mata (oftalmologis) setiap tahun, walaupun
Berdasarkan jumlah ini, Indonesia menempati
mereka tidak memiliki keluhan penyakit mata
d i . pusat
ac
pembengkakan pada
penglihatan.
Penyebab
. h Data WHO menyebutkan bahwa, pada adanya ce pertumbuhan pembuluh darah yang a tahun 2000 terdapat sekitar 171 juta orangs rapuh pada permukaan retina. Pembuluh darah keini yang abnormal ini sangat mudah pecah, pasien DM di dunia dan diperkirakan jumlah a w pada sehingga dapat menyebabkan perdarahan pada u akan meningkat menjadi 366 juta orang as tahun 2030. Sedangkan untukn kawasan Asia pertengahan bola mata yang dapat menghalangi
urutan kedua setelah negara India
14,15
.
yang
tidak
hanya
mengakibatkan
sekalipun.
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit
Data survey yang diperoleh dari Rekam
yang memiliki komplikasi terbanyak. Hal ini
Medik RSUD Langsa6, yaitu penderita DM
berkaitan dengan kadar gula darah yang terus
terhitung 6 bulan terakhir sebelum dilakukan
97 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.7 No.1, April 2014, 95 – 103
penelitian, berjumlah 2.832 orang, dan satu
Daerah Langsa merupakan rumah sakit rujukan
bulan terakhir hanya 2 orang penderita DM yang
sekaligus satu-satunya rumah sakit pendidikan
melakukan
yang ada di kota Langsa.
pemeriksaan
retinopati
diabetik
kebagian poliklinik mata. Namun berdasarkan
Penentuan jumlah sampel dalam penelitian
informasi yang ada bahwa penderita DM banyak
ini berdasarkan rumus Arikunto, yaitu jika
yang menderita komplikasi Retinopati Diabetik
jumlah populasi > 100 orang, maka sampel
yang tidak memeriksakannya kebagian spesilis
diambil sekitar 10% - 15%.
mata dengan berbagai alasan dan faktor-faktor
n
= 15 % x N = 15% x 472 = 70,8 Dibulatkan menjadi 71 orang. Dimana : n = besar sampel N = total populasi
tertentu6. Dengan
adanya
berbagai
kasus
dan
fenomena di atas maka peneliti tertarik ingin melakukan
penelitian
tentang
hubungan
karakteristik penderita diabetes melitus terhadap ketajaman penglihatan di RSUD Langsa tahun 2013.
Tehnik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling yang dilakukan dengan mengambil responden yang tersedia pada saat
d i .
itu dan telah memenuhi kriteria8, dimana subjek
ac . Penelitian ini menggunakan desain berusia h > 40 tahun e penelitian analitik dengan pendekatan cross c Data-data karakteristik penderita diabetes a s sectional, dengan desain ini diharapkan dapat ke melitus, seperti umur responden, jenis kelamin, a memberikan hubungan karakteristik w penderita lama menderita DM, pendidikan dan pekerjaan u diabetes melitus terhadap s ketajaman disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi a n penglihatannya di RSUD Langsa, ditinjau dari (univariat) METODE PENELITIAN
yang dijadikan sampel adalah pasien DM yang
faktor-faktor usia dan lama menderita diabetes melitus.
Dalam
menganalisa
secara
bivariat
pengujian data dilakukan dengan menggunakan Populasi adalah seluruh pasien DM yang
berobat di poliklinik
uji
statistik
chi-square
dengan
derajat
Penyakit Dalam RSUD
kepercayaan 95%. Pedoman dalam menerima
Langsa, dari bulan Januari-Februari 2013,
hipotesis, apabila nilai probabilitas (p) < 0,05
sebanyak 472 orang.
maka HO ditolak, apabila (p) > 0,05 maka HO
Sampel adalah
sebagian atau wakil dari
populasi yang diteliti. Penetuan jumlah sampel
gagal ditolak. Data disajiakan dalam bentuk tabel.
yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah berdasarkan Arikunto2 , jika jumlah sampelnya
PEMBAHASAN
di atas 100 orang, maka jumlah sampel dapat
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien
Lokasi
DM dengan jumlah 71 responden. Pengumpulan
penelitian ini dipilih karena Rumah Sakit Umum
data primer berupa hasil wawancara langsung
diambil
10%-15%
dari
populasi.
Hubungan Karakterisitik Penderita Diabetes Melitus….. 98
dengan responden telah dilakukan pada bulan
Tabel 3.). Sedangkan pada Tabel 1. dapat dilihat
Januari - Februari 2013, di poliklinik Penyakit
umur responden antara 41 – 60 tahun sebanyak
Dalam RSUD
45 orang (63,4%), lama menderita DM dalam
Langsa. Penyajian hasil data
dalam penelitian ini meliputi data karakteristik
rentang waktu 0-5 tahun
demografi responden dan hasil pengukuran
(52,14%). Mayorita jenis kelamin adalah laki-
ketajaman penglihatan mata pasien DM akibat
laki sebanyak 37 orang (52,1%). Sebagian besar
gangguan pada retina (retinopati diabetik).
pendidikan responden adalah pendidikan dasar
Adapun
karakteristik
responden
yang
(SD/SMP/SMA)
sebanyak 37 orang
sebanyak 61 orang (85,9%)
diteliti mencakup umur, lama menderita DM,
dan mayoritas pekerjaan responden adalah
jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan.
wiraswasta sebanyak 27 orang (38%). Untuk
Data yang diperoleh menunjukkan bahwa mayoritas
responden
memiliki
penglihatan
data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1. di bawah ini.
rendah 45 orang (63,4%) (dapat dilihat pada Tabel 1.
N0
1 2 3 1 2 3 4 1 2
Distribusi Frekuensi Klasifikasi Ketajaman Penglihatan, Umur, Lama Menderita Penyakit DM (Diabetes Melitus), Jenis Kelamin, Pendidikan dan Pekerjaan Responden di RSUD Kota langsa Tahun 2013
Umur Penderita 18 – 40 tahun 41 – 60 tahun >60 tahun Lama Menderita Penyakit 0 – 5 tahun 6 – 10 tahun 11 – 15 tahun 16 – 20 tahun Jenis Kelamin Penderita Laki –laki Perempuan
e
c a s
e
k a w
Frekuensi
c
Persentase
45 26
63,4 % 36,6 %
37 25 7 2
52,1 % 35,2 % 9,9 % 2,8 %
37 34
52,1 % 47,9 %
a . h
Variabel
u as
n
d i .
Pendidikan 1 2 3
Tinggi (D3/DIV/S1/S2/S3) Dasar (SD/SMP/SMA) Tidak Sekolah Pekerjaan
10 61 -
14,1 % 85,9 % -
1 2 3 4
PNS Wiraswasta Buruh Lainnya
20 27 6 18
28,2 % 38,0 % 8,5 % 25,4 %
(Sumber : Data Primer diolah Tahun 2013)
KETAJAMAN PENGLIHATAN
pengukuran ketajaman penglihatan responden
Ketajaman penglihatan pasien DM di
dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3 di bawah
Rumah Sakit Umum Daerah Langsa diukur dengan menggunakan kartu Snellen. Hasil
ini.
99 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.7 No.1, April 2014, 95 – 103
Tabel 2.
Hasil pengukuran visus pada mata pasien DM di Poli Mata RSUD Langsa
Visus
VOS Frekuensi
VOD %
VOA
Frekuensi
%
Frekuensi
%
20/400 20/100 20/70 20/50 20/40 20/30 20/25
5 12 17 9 24 4 -
7,0 16,9 23,9 12,7 33,8 5,6 -
6 13 4 15 13 20 1
8,5 18,3 5,6 21,1 18,3 28,2 1,4
3 12 21 24 12 7 2
4,2 16,9 29,6 33,8 16,9 9,8 2,8
Total
71
100
71
100
71
100
Ket :
VOS VOD VOA Visus
= Visus Oculi Sinistra (Mata kiri) = Visus Oculi Dextra (Mata kanan) = Visus Oculi All (Ke-2 mata) = Tajam penglihatan
Data yang diperoleh menunjukkan bahwa
Analisa
bivariat
digunakan
untuk
d i .
mayoritas responden memiliki visus kedua mata
mengetahui ada tidaknya hubungan antara
pada jarak 20/50, untuk visus mata kanan
variabel dependen (variabel bebas), dalam
mayoritas responden berada pada jarak 20/40,
ac . hhal ini : umur, lama menderita DM, jenis
e ckelamin, pendidikan dan pekerjaan dengan a s
sedangkan visus mata kiri sebagian responden
ke a bila visus 20/20). WHO Study Group won The su Prevention of Blindness mengklasifikasikan a n
dalam hal ini ketajaman penglihatan. Untuk
kelainan pada penglihatan dalam dua bagian
menggunakan
besar yaitu buta dan penglihatan rendah.
Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah
berada pada jarak 20/30 (penglihatan normal,
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
variabel
pengujian
independen
data
(variabel
dalam
program
terikat)
penelitian SPSS
Versi
ini 17.
ini.
dilakukan, diperoleh hasil sekitar 45 responden (63,4%) mengalami penglihatan rendah, seperti pada Tabel 3 di bawah ini
Tabel 3.
Klasifikasi Ketajaman Penglihatan Pada Penderita Diabetes Melitus di RSUD Langsa Buta
Penglihatan Rendah
Penglihatan Normal
< 20/400
%
20/400 – 20/70
%
20/70 – 20/15
%
-
-
45
63,4
26
36,6
Hubungan Karakterisitik Penderita Diabetes Melitus….. 100
Tabel 4.
Distribusi Silang Hubungan Antara Umur, Lama Menderita DM, Jenis Kelamin, Pendidikan dan Pekerjaan Dengan Ketajaman Penglihatan Penderita DM Di RSUD Langsa. Klasifikasi Ketajaman Penglihatan Variabel
Umur Penderita 18 - 40 tahun 41 - 60 tahun >60 tahun
Kurang
Total P Value
Normal F %
Buta
F
%
F
%
F
%
35 10
10 16
22,2 61,5
-
-
26 45
100 100
-
-
0,002 77,8 38,5
Lama Menderita Penyakit
0,000
0 – 5 tahun 6 – 10 tahun 11 – 15 tahun 16 – 20 tahun
36 9 -
Jenis Kelamin Laki –laki Perempuan Pendidikan Tinggi (D3/DIV/S1/S2/S3) Dasar (SD/SMP/SMA) Tidak Sekolah Pekerjaan PNS Wiraswasta Buruh Lainnya
97,3 36 -
1 16 7 2
2,7 64 100 100
28 17
75,7 50
9 17
24,3 50
-
4 41 -
40 67,2 -
6 20 -
60 32,8 -
-
17 15 4 9
85 55,6 66,7 50
3 12 2 9
15 44,4 33,3 50
-
-
37 34
100 100
-
10 61 -
100 100 -
-
20 27 6 18
100 100 100 100
0,115
es k amaka Berdasarkan hasil yang diperoleh, w u pembahasan yang dilakukan untuks menjawab a n hubungan pertanyaan penelitian tentang diabetes
c .a
.
id
0,104
h
e ac
PEMBAHASAN
penderita
100 100 100 100 0,106
(Sumber : Data Primer diolah Tahun 2013)
karakteristik
37 25 7 2
oleh toleransi terhadap glukosa yang akan menurun seiring dengan pertambahan usia. Data yg diperoleh menunjukkan bahwa 37 responden (52,1%) menderita DM selama 0-5
melitus
tahun. Lama menderita DM merupakan salah
terhadap ketajaman penglihatan penderita DM
satu faktor yang penting dalam memprediksi
adalah sebagai barikut :
adanya kemungkinan komplikasi retinopati diabetik3.
Karakteristik Demografi Dari data pada Tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa
Menurut Purnama (2009), komplikasi
mayoritas responden berada pada
umumnya timbul pada semua penderita DM,
rentang umur 41 – 60 tahun, yaitu 45 orang
baik dalam derajat ringan maupun berat setelah
(63,4%).
penyakit berjalan 10-15 tahun.
Pada
penelitian
ini
tampak
kecenderungan penderita DM pada usia di atas
Dari 71 responden yang diteliti, sebanyak
40 tahun ke atas. Menurut Rahmadiliyani
37 orang (52,1%) laki-laki dan 34 orang
(2008),
tinggi
(47,9%) perempuan. Hal ini menunjukkan
mengalami penyakit DM adalah penduduk yang
bahwa tidak terdapat predisposisi jenis kelamin
berusia di atas 45 tahun. Hal ini disebabkan
antara penderita DM.
penderita
yang
beresiko
101 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.7 No.1, April 2014, 95 – 103
Sebagian besar responden memiliki tingkat
Berdasarkan
klasifikasi
kelainan
pendidikan dasar (SMA/SMP/SD), sebanyak 61
penglihatan menurut WHO (dapat dilihat pada
orang (85,9%). Tingkat pendidikan yang tinggi
Tabel 2 dan 3), bahwa ketajaman penglihatan
akan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan
pada
penderita
penurunan.
DM
yang
akan
mempengaruhi
pasien
diabetes Wilarjo
melitus
(2001)18,
mengalami mengatakan
tindakan kesehatan yang dapat dilakukan
bahwa sebagian besar kasus retinopati diabetik
penderita
dialami
DM
dalam
upaya
pencegahan
oleh
penderita
DM.
Manifestasi
timbulnya komplikasi akibat penyakit yang
penyakit DM yang tersering pada mata adalah
dideritanya7.
retinopati
Data
yang
diperoleh
sebagian
besar
diabetik
yang
menyebabkan
terjadinya penurunan ketajaman penglihatan.
responden merupakan wiraswasta, yaitu 27
Retinopatik diabetes merupakan penyebab
orang (38,0%). Hal ini menunjukkan bahwa
kebutaan yang sering terjadi pada penderita
sebagian besar responden memiliki tingkat
diabetes melitus. Berdasarkan hasil penelitian
kehidupan sosial ekonomi yang cukup baik.
yang dilakukan oleh Purnamasari (2008),
Umumnya masyarakat dengan tingkat sosial
bahwa semakin lama seseorang menderita
ekonomi
diabetes
mematuhi
yang
rendah
anjuran
cenderung
dokter
tidak
d i .
melitus
. h e Survei tinggi. ac
sebaliknya
masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi
maka
ac
resiko
terjadinya
komplikasi retinopatik diabetes akan semakin yang dilakukan oleh Diabetes
es k kesehatannya. Bagi penderita DM penting a w untuk berkonsultasi secara berkalau dengan s dokter dan diperlukan kedisiplinan serta na
Program
kepatuhan dalam mengkonsumsi obat maupun
Uneted Kingdom Prospective Diabetes Study)
mengontrol kadar gula darah.
dikutip oleh Purnama (2009), jika dibandingkan
menengah ke atas akan lebih memperhatikan
Ketajaman Penglihatan Pasien Diabetes Melitus Tes ketajaman penglihatan merupakan tes yang dilakukan untuk menilai kekuatan resolusi mata. Tes standar yang dilakukan adalah dengan menggunakan kartu Snellen, yang terdiri dari baris-baris huruf yang ukurannya semakin ke bawah semakin kecil. Tiap baris diberi nomor dengan jarak dalam kaki dan dinyatakan dalam 20/20 (untuk penglihatan normal). Jika menggunakan satuan meter, ketajaman visual dinyatakan dengan 6/617
Action
di
Mexico
(2001),
menunjukkan bahwa terdapat sekitar 45% penderita
DM
yang
mengalami
kelainan
penglihatan. Menurut laporan UKPDS (The
dengan orang normal, penderita DM 25 kali lebih besar untuk mengalami kebutaan yang disebabakan oleh retinopati diabetes. Berdasarkan Tabel 4 di atas penderita DM berumur 41-60 tahun dengan penglihatan normal sebanyak 35 responden (77,8%) dan umur > 60 tahun mengalami penglihatan kurang sebanyak 16 responden (61,5%). Hasil uji Chi Square dengan p value = 0,002, berarti ada hubungan antara umur dengan penderita DM. Pada Tabel 4 di atas penderita DM mayoritas
Hubungan Karakterisitik Penderita Diabetes Melitus….. 102
lama
menderita
DM
tanpa
gangguan
KESIMPULAN
penglihatan sebanyak 35 responden (77,8%)
Mayoritas responden menderita diabetes
dan minoritas lama menderita DM 16-20 tahun
melitus berada pada rentang usia 41-60 tahun,
seluruhnya mengalami gangguan penglihatan
dimana sebagian besar lama menderita DM
kurang sebanyak 2 responden (100%). Hasil uji
antar 0-5 tahun. Jumlah responden yang
Chi-Square didapatkan p value = 0,000, berarti
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 37 orang.
ada hubungan lamanya menderita DM dengan
Sebagian besar responden memiliki tingkat
gangguan penglihatan. Hal ini sesuai sengan
pendidikan dasar (SD/SMP/SMA) sebanyak 41
penelitian Virgayanti (2012)13, menyatakan
orang dan jumlah pekerjaan mayoritas yaitu
bahwa setelah 5 tahun menderita DM tipe I,
wiraswasta sebanyak 27 orang.Mayoritas visus
sekitar
retinopati
kedua mata responden berada pada jarak 20/50,
hipertensi. Setelah 10 tahun hampir 60%
visus mata kanan berada pada jarak 20/30,
menderita retinopati diabetes dan setelah 15
sedangkan untuk mata kiri visusnya yaitu
tahun 80% akan menderita retinopati diabetes.
20/40. Ada hubungan antara umur penderita
25%
pasien mengalami
Berdasarkan jenis kelamin, pendidikan dan
DM dengan ketajaman penglihatan (p=0,002)
pekerjaan penderita DM dengan ketajaman
dan lama penderita DM dengan ketajaman
penglihatan
penglihatan (p=0,000).
dari
hasil
uji
Chi-Square
d i .
c
a . h
ce a 0,106, p > 0,115 dan p > 0,104. Itu berarti tidaks SARAN e k ada hubungan signifikan antara jenis kelamin, Umumnya responden tidak pernah a w pendidikan dan pekerjaan penderita su DM memeriksakan ketajaman penglihatannya. Oleh a terhadap ketajaman penglihatan.n karena itu diharapkan pihak rumah sakit didapatkan nilai p value masing-masing p >
meningkatkan
pelayanannya,
yaitu
menganjurkan pasien DM untuk memeriksakan ketajaman penglihatannya secara teratur dalam upaya
mencegah
terjadinya
komplikasi
retinopati diabetik Diharapkan kepada setiap responden untuk memeriksakan ketajaman penglihatannya secara teratur untuk mencegah timbulnya komplikasi pada mata, khususnya dalam upaya mencegah terjadinya penurunan ketajaman kebutaan
penglihatan
hingga
mengalami
103 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.7 No.1, April 2014, 95 – 103
9.
UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada Direktur BPK RSUD Langsa cq Kepala Diklat RSUD Langsa dr. Dolli Siregar telah memberikan izin penelitian, Dokter Spesialis Penyakit Dalam beserta perawat poliklinik Penyakit Dalam, Dokter Spesialis Mata RSUD Langsa dr.Dahrizal Sp.M.
beserta perawat
poliklinik Mata Dan lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, hanya Allah SWT yang bisa membalasnya. Amin.Terima Kasih.
DAFTAR PUSTAKA 1
.
Ahmad.J. (2005). Komplikasi Kronik Diabetik, Masalah Utama Penderita Diabetes dan Upaya Pencegahan. Diakses dari http://www.akademik.unsri.ac.id/dow nload/journal/files/medhas/9john%20 Adm.pdf 2 . Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta 3 . Gupta, Vishali, dkk. (2008). Diabetic Retinopathy Atlas. USA : The McGrow-Hill Company. 4. Medicastore. (2008). Komplikasi Diabetes Bisa Mematikan. Diakses dari http://medicastore.com/diabetes/komp likasi diabetes mellitus.php. 5 . Pusat Pakar Mata ACS. (2009). Retinopati Diabetes. Diakses dari : http ://pakarmata.com/malay_diabetic_rhe tinopati.html. 6 . Rekam Medik RSUD Langsa. 2013. 7 .Notoadmodjo, (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta PT Rineka Cipta Nursalam (2006). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatn. Pedoman Skripsi Edisi I. Jakarta. 8 . Nursalam (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Penerbit Salemba Medika.
u
s na
d i .
c
a . h
e
c a s
e
k a w
Soekar, Agus. (2008). Konsep Dasar Diabetes Melitus. Diakses dari : http://dislib.unimus.ac.id/files/disk1/5j tpfunimus-9dl-sl-2008-agussoekar238-2-bab2.pdf 10. Steele,C., DavidS.,Colin W.(2008). Eye Essential : Diabetes and The Eye. Philadelphia, USA : Butterworth Heinemann Elseiver. 11 . Tandra, H. (2008). Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. 12. UNSRI. (2007). Analisis Biaya Terapi Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Dr. Sardjito Yokyakarta. Diakses dari : http://www.akademik.unsri.ac.id/dow nload/journal/files/gmfarmasi:/4._173-2007 trimurti.pdf 13 .Vanda, V. (2012). Prevalensi Retinopati Diabetes Pada Penderita Diabetes Melitus di RSUP HAM Medan. Program Megister Kedokteran Klinik. Fakultas Kedokteran USU. 14 . WHO.(2008). Diabetes. Diiakses dari : http://www.who.int/diabetes/facts/wor ld_figure/en/index5.html 15. WHO. (2008). Global Prevalence of Diabets. Diakses dari http://www.who.in/diabetes/facts/en/d iabcare0501.pdf 16 . WHO. (2010). Priority Eye Diseases. Diakses dari : http://www.who.int/blindness/cause/p riority/en/index6.html. 17 . Wikipedia. (2010). Visual Acuity. Diakses dari : http://en.wikipedia.org/wiki/visual__a cuity 18. Wilarjo (2001). Kebutaan Sebagai Akibat dari Retinopati Diabetik dan Upaya Pencegahannya. Diakses dari : epirints.undip.ac.id/278/1/wilardjo.pdf