Lampiran 1. Summary HUBUNGAN HIGIENE SANITASI DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Eschericia coli PADA JAJANAN ES KELAPA MUDA (SUATU PENELITIAN DI KOTA GORONTALO TAHUN 2013) Djamaludin Musa NIM. 811409137 Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo
ABSTRAK Minuman es kelapa muda banyak dijual di Kota Gorontalo. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan higiene sanitasi dengan keberadaan bakteri Eschericia coli pada jajanan es kelapa muda yang dijual di Kota Gorontalo. Penelitian bersifat survey analitik dengan pendekatan Cross sectional. Teknik pengambilan sampel yaitu Total Sampling yakni sejumlah 19 sampel, pengumpulan data dengan pemeriksaan laboratorium serta quisioner. Analisis data menggunakan uji Fisher Exact. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara pengolahan dengan keberadaan bakteri Eschericia coli pada minuman es kelapa muda (p=0,01), tidak ada hubungan antara pemilihan bahan baku dengan keberadaan bakteri Eschericia coli pada minuman es kelapa muda (p=0,702), tidak ada hubungan antara penyimpanan bahan baku dengan keberadaan bakteri Eschericia coli pada minuman es kelapa muda (p=0,124), tidak ada hubungan antara penyimpanan minuman jadi dengan keberadaan bakteri Eschericia coli pada minuman es kelapa muda (p=0,842), tidak ada hubungan antara pengangkutan dengan keberadaan bakteri Eschericia coli pada minuman es kelapa muda (p=0,842), tidak ada hubungan antara penyajian dengan keberadaan bakteri Eschericia coli pada minuman es kelapa muda (p=0,227). Oleh karena itu, Dinas Kesehatan Kota Gorontalo hendaknya memberikan pengawasan, pembinaan, dan penyuluhan kepada pedagang es kelapa muda mengenai higiene sanitasi yang baik. Kata Kunci : Minuman Es Kelapa Muda, Higiene Sanitasi, Eschericia coli.
Pendahuluan Undang-undang kesehatan No. 23 tahun 1992 pasal 10 menyebutkan bahwa peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan diselenggarakan melalui 15 macam kegiatan, yang salah satu diantaranya adalah pengawasan terhadap penyehatan makanan dan minuman agar mendukung peningkatan derajat kesehatan masyarakat Pengawasan terhadap penyehatan makanan dan minuman merupakan upaya untuk mengendalikan faktor tempat, peralatan dan makanan yang memungkinkan menimbulkan gangguan kesehatan atau keracunan makanan. (Depkes RI, 1992). Makanan dan minuman yang tercemar dapat tejadi pada semua tahapan yang dilalui terutama pada proses pengolahan. Bila hal ini terjadi dapat menimbulkan kerugian terhadap masyarakat sebagai konsumen ataupun penjaja makanan dan minuman jajanan sebagai produsen. Masyarakat yang mengkonsumsi makanan dan minuman yang tercemar dapat menimbulkan suatu penyakit pada saluran pencernaan dan saluran pernapasan. Sedangkan bagi penjaja jajanan ini dapat mempengaruhi kelanjutan usahanya. Karena dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan konsumen terhadap hasil produksinya. Es kelapa muda dapat tercemar oleh beberapa jenis mikroba apabila cara pengolahannya tidak memenuhi syarat standar kesehatan. Misalnya higiene sanitasi pengolahan es kelapa muda yang tidak baik, begitu juga dengan air
yang digunakan bukan air yang bersih. Mikroba yang dapat ditemukan pada makanan ini adalah jenis bakteri Coliform dan Escherichia coli. Namun, yang paling banyak ditemukan pada umumnya adalah bakteri Escherichia coli, karena pengolahannya yang tidak baik. Escherichia coli atau yang biasa disingkat E. coli, merupakan salah satu jenis spesies utama bakteri gram negatif yang termasuk dalam famili Enterobacteriaceae, berbentuk batang dan tidak membentuk spora. E. coli ini sesungguhnya merupakan penghuni normal usus, selain berkembang biak di lingkungan sekitar manusia. Kebanyakan E. coli tidak berbahaya, tetapi beberapa E.coli tipe 0157:H7, dapat mengakibatkan keracunan makanan yang serius pada manusia (Arisman,2009). 1. Metode Penelitian Jenis Penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan Cross Sectional (potong lintang). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang es kelapa muda yang berjualan di Kota Gorontalo Tahun 2013 yang berjumlah 19 pedagang. Teknik pengambilan sampel yaitu menggunakan Total Sampling, dimana seluruh populasi dijadikan sampel penelitian. Untuk pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dan uji laboratorium. Untuk analisis data digunakan program SPSS 17 dengan metode uji Fisher untuk mencari hubungan antara variabel independen dengan dependen.
2. Hasil Penelitian Pembahasan 2.1 Hasil Penelitian
dan
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara mengenai penerapan
enam prinsip hygiene sanitasi minuman jajanan terhadap pedagang es kelapa muda yang berjualan di Kota Gorontalo tahun 2013 didapatkan hasil seperti pada tabel berikut :
Tabel 2.1 Hasil Observasi Enam Prinsip Higiene Sanitasi Minuman Jajajan pada Pedagang Es Kelapa Muda di Kota Gorontalo Tahun 2013
Jumlah Responden/ Pedagang N o
Prinsip Higiene Sanitasi Jajanan
1 Pemilihan Bahan Baku 2 Penyimpanan Bahan Baku 3 Pengolahan Minuman 4 Penyimpanan Minuman Jadi 5 Pengangkutan Minuman 6 Penyajian Minuman (Sumber : Data Primer 2013)
Total Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
n
%
N
%
n
%
17 10 3 18 17 7
89 53 11 95 89 37
2 9 16 1 2 12
11 47 89 5 11 63
19 19 19 19 19 19
100 100 100 100 100 100
Berdasarkan hasil analisis analisis univariat diketahui dari 19 pedagang es kelapa muda, sebanyak 17 pedagang sudah memenuhi syarat hygiene sanitasi untuk segi pemilihan bahan baku, sedangkan 2 pedagang lainnya belum memenuhi syarat pemilihan bahan baku. Untuk penyimpanan bahan baku, dari 19 pedagang, sebanyak 10 pedagang telah memenuhi syarat hygiene sanitasi, sedangkan 9 lainnya belum memenuhi syarat hygiene sanitasi untuk penyimpanan bahan baku. Untuk pengolahan minuman es kelapa muda, dari 19 pedagang, sebanyak 3 pedagang telah memenuhi syarat hygiene sanitasi, sedangkan 16 lainnya belum memenuhi syarat hygiene sanitasi untuk pengolahan minuman es
kelapa muda. Untuk prinsip hygiene sanitasi yang ke empat, yakni prinsip penyimpanan minuman jadi, sebanyak 18 pedagang telah memenuhi syarat penyimpanan minuman jadi, sedangkan 1 pedagang belum memenuhi syarat penyimpanan minuman jadi. Untuk pengangkutan minuman jadi, dari 19 pedagang, sebanyak 17 pedagang telah memenuhi syarat hygiene sanitasi untuk pengangkutan minuman jajanan, sedangkan 2 pedagang lainnya belum memenuhi syarat hygiene sanitasi. Untuk prinsip hygiene sanitasi minuman jajanan yang terkahir, yaitu penyajian minuman, dari 19 pedagang, sebanyak 7 pedagang telah memenuhi syarat hygiene sanitasi untuk penyajian minuman
jajanan, sedangkan 12 lainnya belum minuman jajanan. memenuhi syarat hygiene sanitasi Berdasarkan hasil uji pedagang yang berjualan dikota laboratorium kandungan bakteri Gorontalo, didapatkan hasil uji Eschericia coli, dari sampel es laboratorium sebagai berikut. kelapa yang diambil dari seluruh Tabel 2.2 Hasil Uji Laboratorium Kandungan Bakteri Eschericia coli pada Jajanan Es Kelapa Muda di Kota Gorontalo Tahun 2013 Nomor Pengamatan Pada Cawan Sampel 10-1 10-2 10-3 + + Pedagang 1 + + Pedagang 2 Pedagang 3 + + Pedagang 4 + Pedagang 5 + + Pedagang 6 Pedagang 7 + + Pedagang 8 + Pedagang 9 Pedagang 10 + + + Pedagang 11 + + Pedagang 12 + + Pedagang 13 + + Pedagang 14 + Pedagang 15 + + Pedagang 16 + Pedagang 17 + + Pedagang 18 + + Pedagang 19 (Sumber : Data Primer 2013) Dari hasil hasil uji laboratorium yang dilakukan di Laboratorium Jurusan Kesehatan Universitas Negeri Gorontalo, dari 19 sampel es kelapa muda yang diambil dari seluruh pedagang, sebanyak 16 sampel dinyatakan positif mengandung bakteri Eschericia coli, sedangkan 3 sampel lainnya yaitu
Keterangan Positif E. coli Positif E. coli Negatif E.coli Positif E. coli Positif E. coli Positif E. coli Negatif E.coli Positif E. coli Positif E. coli Negatif E.coli Positif E. coli Positif E. coli Positif E. coli Positif E. coli Positif E. coli Positif E. coli Positif E. coli Positif E. coli Positif E. coli
sampel es kelapa muda yang diambil dari pedagang nomor 3, 7, dan 10, dinyatakan negatif mengandung bakteri Eschericia coli. Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara independen dan variable dependen Berdasarkan hasil analisis bivariat didapatkan data sebagai berikut :
a. Hubungan Antara Pemilihan Bahan Baku dengan Keberadaan Bakteri Eschericia coli pada Jajanan Es Kelapa Muda di Kota Gorontalo Tabel 2.3 Hubungan Pemilihan Bahan Baku dengan Keberadaan Bakteri Eschericia Coli pada Jajanan Es Kelapa Muda
Pemilihan Bahan Baku
Kandungan Bakteri E. coli Positif E. coli N % 14 87
Memenuhi syarat Tidak memenuhi 2 syarat 16 Total (Sumber : Data Primer 2013)
Negatif E. coli N % 3 100
Total N 17
% 89
13
0
0
2
11
100
3
100
19
100
Berdasarkan tabel 2.3 melalui uji Exact Fisher dapat diketahui bahwa nilai p menunjukan tidak ada hubungan (p>0,05) antara pemilihan
p value
0,702
baku dengan keberadaan bakteri Eschericia coli pada jajanan es kelapa muda.
b. Hubungan Antara Penyimpanan Bahan Baku dengan Keberadaan Bakteri Eschericia coli pada Jajanan Es Kelapa Muda di Kota Gorontalo Tabel 2.4 Hubungan Penyimpanan Bahan Baku dengan Keberadaan Bakteri Eschericia Coli pada Jajanan Es Kelapa Muda
Penyimpanan Bahan Baku
Kandungan Bakteri E. coli Positif E. coli N % 7 44
Memenuhi syarat Tidak memenuhi 9 56 syarat 16 100 Total (Sumber : Data Primer 2013)
Berdasarkan tabel 2.4 melalui uji Exact Fisher dapat diketahui bahwa nilai p menunjukan tidak ada hubungan (p>0,05) antara
Negatif E. coli N % 3 100
Total
p value
N 10
% 53
0
0
9
47
3
100
19
100
0,214
penyimpanan baku dengan keberadaan bakteri Eschericia coli pada jajanan es kelapa muda.
c. Hubungan Antara Pengolahan Bahan Baku dengan Keberadaan Bakteri Eschericia coli pada Jajanan Es Kelapa Muda di Kota Gorontalo Tabel 2.5 Hubungan Pengolahan Bahan Baku dengan Keberadaan Bakteri Eschericia Coli pada Jajanan Es Kelapa Muda
Pengolahan Bahan Baku Kandungan
Bakteri E. coli Total Positif E. coli N 0 16
% 0 100
Memenuhi syarat Tidak memenuhi syarat 16 100 Total (Sumber : Data Primer 2013)
p value
Negatif E. coli N 3 0
% 100 0
N 3 16
% 16 84
3
100
19
100
0,01
Berdasarkan tabel 2.5 melalui pengolahan bahan baku dengan uji Exact Fisher dapat diketahui keberadaan bakteri Eschericia coli bahwa nilai p menunjukan ada pada jajanan es kelapa muda. hubungan (p<0,05) antara d. Hubungan Antara Penyimpanan Minuman Jadi dengan Keberadaan Bakteri Eschericia coli pada Jajanan Es Kelapa Muda di Kota Gorontalo Tabel 2.6 Hubungan Penyimpanan Minuman Jadi dengan Keberadaan Bakteri Eschericia Coli pada Jajanan Es Kelapa Muda
Penyimpanan Es Kelapa Muda
Kandungan Bakteri E. coli Positif E. coli N % 15 94
Memenuhi syarat Tidak memenuhi 1 syarat 16 Total (Sumber : Data Primer 2013)
Negatif E. coli N % 3 100
Total
p value
N 18
% 95
6
0
0
1
5
100
3
100
19
100
Berdasarkan tabel 2.6 melalui uji Exact Fisher dapat diketahui bahwa nilai p menunjukan tidak ada hubungan (p>0,05) antara penyimpanan minuman jadi dengan
0,842
keberadaan bakteri Eschericia coli pada jajanan es kelapa muda.
e. Hubungan Antara Pengangkutan Minuman Es Kelapa Muda dengan Keberadaan Bakteri Eschericia coli pada Jajanan Es Kelapa Muda di Kota Gorontalo Tabel 2.7 Hubungan Pengangkutan Minuman Es Kelapa Muda dengan Keberadaan Bakteri Eschericia Coli pada Jajanan Es Kelapa Muda Kandungan Bakteri E. coli Pengangkutan Es Kelapa Muda
Total Positif E. coli
N % 15 94 Memenuhi syarat Tidak memenuhi 1 6 syarat 16 100 Total (Sumber : Data Primer 2013) Berdasarkan tabel 2.7 melalui uji Exact Fisher dapat diketahui bahwa nilai p menunjukan tidak ada hubungan (p>0,05) antara
p value
Negatif E. coli N 3
% 100
N 18
% 95
0
0
1
5
3
100
19
100
0,842
pengangkutan minuman es kelapa dengan keberadaan bakteri Eschericia coli pada jajanan es kelapa muda.
f. Hubungan Antara Penyajian Minuman Es Kelapa Muda dengan Keberadaan Bakteri Eschericia coli pada Jajanan Es Kelapa Muda di Kota Gorontalo Tabel 2.8 Hubungan Penyajian Minuman Es Kelapa Muda dengan Keberadaan Bakteri Eschericia Coli pada Jajanan Es Kelapa Muda
Penyajian Es Kelapa Muda
Kandungan Bakteri E. coli Positif E. coli Negatif E. coli N % N % 7 44 0 0
Memenuhi syarat Tidak memenuhi 9 syarat 16 Total (Sumber : Data Primer 2013)
Total
p
N 7
% 37
56
3
100
12
63
100
3
100
19
100
Berdasarkan tabel 2.8 melalui uji Exact Fisher dapat diketahui bahwa nilai p menunjukan tidak ada hubungan (p>0,05) antara penyajian
0,227
minuman es kelapa dengan keberadaan bakteri Eschericia coli pada jajanan es kelapa muda.
2.2 Pembahasan a. Hubungan Pemilihan Bahan Baku dengan Keberadaan Bakteri Eschericia coli pada Jajanan Es Kelapa Muda di Kota Gorontalo Tahun 2013 Bahan baku minuman es kelapa muda adalah kelapa muda, gula merah, susu, dan es batu. Dari hasil observasi, sebagian besar pedagang sudah memenuhi syarat kesehatan dalam memilih bahan baku minuman yang berkualitas (mutu yang baik). Namun masih terdapat pedagang yang belum memenuhi syarat kesehatan seperti memilih bahan baku yang rusak atau sudah tidak utuh lagi seperti gula merah yang digunakan sebagian gula merah telah terbuka atau terbelah, dan tidak utuh lagi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa dalam memperoleh bahan baku, seluruh pedagang memperoleh bahan baku hanya dari pemasok / supplier yang tidak diawasi oleh Pemerintah. Hal ini tidak sesuai dengan persyaratan Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan
Makanan dan Minuman Jajanan yang mana menjelaskan bahwa bahan makanan dan minuman haruslah diperoleh dari tempat yang diawasi oleh Pemerintah. Hasil uji statistik dengan uji Fisher menunjukan nilai p : 0,702. Dengan syarat H0 gagal ditolak apabila nilai p > α (0,05) sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan antara pemilihan bahan baku dengan keberadaan bakteri E coli. yaitu. Hal ini terlihat dari beberapa pedagang yang dari segi pemilihan bahan bakunya baik namun melalui hasil pemeriksaan lab dinyatakan positif mengandung bakteri E coli. Pemilihan bahan baku yang baik dapat menghindari minuman es kelapa muda tercemar oleh bakteri E. coli, namun jika prinsip pengolahannya buruk, minuman es kelapa muda tetap dapat tercemar oleh bakteri Eschericia coli.
b. Hubungan Penyimpanan Bahan Baku dengan Keberadaan Bakteri Eschericia coli pada Jajanan Es Kelapa Muda di Kota Gorontalo Tahun 2013 Dari hasil penelitian ditemukan ditemukan bahwa sebagian besar pedagang menyimpan bahan baku belum memenuhi syarat Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan Makanan dan Minuman Jajanan. Hal ini terlihat dari sebagian besar pedagang masih menaruh bahan baku berupa kelapa muda di tanah di pinggir jalan raya bahan baku berupa kelapa muda di tanah di
pinggir jalan raya. Untuk bahan baku lain seperti susu yang digunakan, kaleng kemasan susu hanya ditaruh di dalam baskom yang diisi air agar tidak dikerubuti semut, namun tidak ditutup dengan penutup sehingga masih banyak lalat yang dapat hinggap sehingga dapat memperbesar kemungkinan terkontaminasi oleh bakteri berbahaya. Begitu juga dengan gula merah yang digunakan tidak ditaruh
dalam wadah khusus yang tertutup hanya diletakkan sembarangan saja sehingga dapat terkontaminasi oleh debu dan vektor penyakit seperti lalat yang dapat membawa kuman penyakit. Hasil uji statistik dengan uji Fisher menunjukan nilai p = 0,214, artinya syarat H0 gagal ditolak apabila nilai p > α (0,05) sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan antara penyimpanan bahan
baku dengan keberadaan bakteri E coli. yaitu. Hal ini terlihat dari beberapa pedagang yang dari segi penyimpanan bahan bakunya baik namun melalui hasil pemeriksaan lab dinyatakan positif mengandung bakteri E coli. Penyimpanan bahan baku yang baik dapat menghindari minuman es kelapa muda tercemar oleh bakteri E. coli, namun jika prinsip pengolahannya buruk, minuman es kelapa muda tetap dapat tercemar oleh bakteri Eschericia coli.
c. Hubungan Pengolahan Bahan Baku dengan Keberadaan Bakteri Eschericia coli pada Jajanan Es Kelapa Muda di Kota Gorontalo Tahun 2013 Dari hasil observasi dapat dilihat bahwa sebagian pedagang bercakap-cakap saat menghadapi minuman, peralatan dicuci dengan air yang tidak mengalir, tempat pengolahan berada di tempat terbuka, tidak bebas dari vektor, tidak tersedia tempat pembuangan sampah tertutup. Hal ini dapat merugikan konsumen, karena dapat menimbulkan bakteri atau virus yang akhirnya menimbulkan penyakit. Prinsip pengolahan minuman yang dilakukan pedagang minuman es kelapa muda belum memenuhi syarat kesehatan. Kesehatan pedagang juga harus diperhatikan yakni tidak bersin dan batuk didepan minuman karena hal ini tentunya akan berisiko pada kesehatan konsumen karena produsen/pengolah minuman ini berpeluang untuk menularkan penyakit seperti antara lain Staphylococcus aureus ditularkan melalui hidung dan tenggorokan, Clostridium perfringens, Streptococcus, dan Salmonella dapat ditularkan melalui kulit. Oleh sebab itu, produsen/pengolah minuman
harus selalu dalam keadaan sehat dan terampil serta menerapkan prinsip higiene yang benar saat menangani minuman yang dibuatnya (Purawidjaja, 1995). Hasil uji statistik dengan uji Fisher menunjukan nilai p = 0,001, hal ini berarti ada hubungan antara pengolahan dengan keberadaan bakteri E coli. Sesuai dengan syarat H0 ditolak apabila nilai p < α (0,05), artinya ada hubungan antara higiene sanitasi dan keberadaan bakteri E. coli pada jajanan es kelapa muda. Hal ini terlihat jelas dari 3 pedagang yang dari segi pengolahannya baik, melalui hasil pemeriksaan lab dinyatakan negatif mengandung bakteri E coli. Sehingga dapat dikatakan proses pengolahan yang baik sangat mempengaruhi keberadaan bakteri Eschericia coli pada minuman es kelapa muda. Lubis ( 2012), dalam penelitiannya mengenai Higiene sanitasi dan analisa Eschericia coli pada minuman es kelapa muda yang
dijual di taman teladan kecamatan kebersihan peralatan dan lingkungan Medan Kota tahun 2012 mengatakan sangat mempengaruhi kebersihan bahwa pengolahan makanan dan minuman agar minuman tidak minuman merupakan proses terkontaminasi maka kebersihan terpenting dalam higiene sanitasi pekerja, peralatan dan lingkungan pengolahan makanan dan minuman harus dijaga. sehingga peran higiene perorangan, d. Hubungan Penyimpanan Minuman Jadi dengan Keberadaan Bakteri Eschericia coli pada Jajanan Es Kelapa Muda di Kota Gorontalo Tahun 2013 Dari hasil observasi dapat dilihat bahwa tidak semua pedagang memiliki tempat penyimpanan yang tertutup dan bebas dari serangga, dan tidak semua pedagang memiliki tempat penyimpanan dalam keadaan bersih. Hal ini berarti dalam kegiatan penyimpanan minuman jadi,pedagang tidak memenuhi syarat kesehatan. Dalam penyimpanan makanan dan minuman yang paling perlu diperhatikan adalah suhu dan tempat penyimpanan minuman tersebut. Tempat penyimpanan minuman jadi harus terpisah dengan bahan baku minuman. Tempat minuman jadi harus memiliki tutup dan bebas dari serangga sehingga tidak mudah terkontaminai oleh bakteri patogen dan harus selalu dibersihkan (Purnawijayanti, 2003). Kualitas minuman yang diolah sangat dipengaruhi oleh suhu. Namun demikian di dalam perkembangan bakteri tersebut masih ditentukan juga oleh jenis minuman yang sesuai atau jenis minuman yang
cocok sebagai media pertumbuhannya. Untuk itu perlu diperhatikan teknik penyimpanan makanan dan minuman yang baik, ditujukan untuk mencegah pertumbuhan dan perkembangan bakteri patogen. Hasil uji statistik dengan uji Fisher menunjukan nilai p = 0,842, artinya syarat H0 gagal ditolak apabila nilai p > α (0,05) sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan antara penyimpanan minuman es kelapa muda dengan keberadaan bakteri E coli. yaitu. Hal ini terlihat dari beberapa pedagang yang dari segi penyimpanan es kelapa muda baik namun melalui hasil pemeriksaan lab dinyatakan positif mengandung bakteri E coli. Penyimpanan minuman jadi yang baik yang baik dapat menghindari minuman es kelapa muda tercemar oleh bakteri E. coli, namun jika prinsip pengolahannya buruk, minuman es kelapa muda tetap dapat tercemar oleh bakteri Eschericia coli.
e. Hubungan Pengangkutan Minuman Jadi dengan Keberadaan Bakteri Eschericia coli pada Jajanan Es Kelapa Muda di Kota Gorontalo Tahun 2013 Dari hasil observasi yang dilakukan, dapat dilihat bahwa
pengangkutan minuman es kelapa muda yang dilakukan pedagang yaitu
dengan menggunakan gerobak dorong. Kemungkinan terkontaminasinya minuman terjadi selama pengangkutan minuman bila cara pengangkutannya kurang tepat dan alat angkutnya kurang baik dari segi kualitasnya,. Minuman yang telah diolah akan segera diangkut. Pengangkutan minuman ini juga perlu diperhatikan baik cara dan peralatan yang digunakan untuk mengangkut minuman karena akan terjadi kontaminasi apabila kondisinya tidak baik. Hasil uji statistik dengan uji Fisher menunjukan nilai p = 0,842, artinya syarat H0 gagal ditolak
apabila p > α (0,05) sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan antara pengangkutan minuman es kelapa muda dengan keberadaan bakteri E coli. yaitu. Hal ini terlihat dari beberapa pedagang yang dari segi pengangkutan es kelapa muda baik namun melalui hasil pemeriksaan lab dinyatakan positif mengandung bakteri E coli. Pengangkutan minuman es kelapa muda yang baik yang baik dapat menghindari minuman es kelapa muda tercemar oleh bakteri E. coli, namun jika prinsip pengolahannya buruk, minuman es kelapa muda tetap dapat tercemar oleh bakteri Eschericia coli.
f. Hubungan Penyajian Minuman Es Kelapa dengan Keberadaan Bakteri Eschericia coli pada Jajanan Es Kelapa Muda di Kota Gorontalo Tahun 2013 Dari hasil observasi yang dilakukan, dapat dilihat bahwa minuman jadi yang akan disajikan ditempat, hanya tiga pedagang yang mengeringkan wadah (gelas) setelah dicuci. Tapi semua pedagang tidak menggunakan air mengalir untuk mencuci peralatan penyajiannya. Dalam proses pengemasan, pedagang hanya menggunakan cangkir dan sendok untuk memasukkan minuman jadi ke dalam wadah (gelas). Dalam penyajian minuman es kelapa muda sebagian besar pedagang belum memenuhi syarat kesehatan memenuhi syarat kesehatan. Penyajian minuman merupakan bagian akhir dari perjalanan minuman es kelapa muda. Minuman yang disajikan disini sudah terdapat dalam termos dan akan segera dijual serta disajikan ke dalam gelas
ataupun plastik apabila membeli dibungkus untuk dibawa pulang.Oleh sebab itu, kebersihan plastik dan pemasukan ke plastik tersebut harus diperhatikan juga kebersihannya. Kemungkinan terjadinya kontaminasi minuman melalui proses pengemasan apabila pedagang tidak menjaga kebersihan tangan, kuku dan badan (Purnawijayanti, 2001). Sebagian besar pedagang tidak memiliki tempat penampungan sampah. Mereka akan membuang sampah di sekitar tempat berjualan. Hasil uji statistik dengan uji Fisher menunjukan nilai p = 0,227, artinya syarat H0 gagal ditolak apabila nilai p > α (0,05) sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan antara pengangkutan minuman es kelapa muda dengan keberadaan bakteri E coli. yaitu. Hal
ini terlihat dari beberapa pedagang yang dari segi pengangkutan es kelapa muda baik namun melalui hasil pemeriksaan lab dinyatakan positif mengandung bakteri E coli. Pengangkutan minuman es kelapa muda yang baik yang baik dapat menghindari minuman es kelapa muda tercemar oleh bakteri E. coli,
namun jika prinsip pengolahannya buruk, minuman es kelapa muda tetap dapat tercemar oleh bakteri Eschericia coli.
3. Simpulan dan Saran Dari hasil penelitian terdapat satu variable yang memiliki hubungan dengan keberadaan bakteri Eschericia coli pada jajanan es kelapa muda yang dijual di Kota Gorontalo tahun 2013, yaitu variable pengolahan dengan nilai p = 0,001. Dengan penelitian ini diharapkan kepada Dinas Kesehatan terkait agar memperketat pengawasan serta memberikan penyuluhan mengenai pentingnya penerapan hygiene sanitasi makana dan minuman jajanan sesuai
Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan. Kepada pedagang es kelapa muda diharapkan untuk menjaga serta meningkatkan kebersihan diri serta menerapkan higiene sanitasi dalam pengolahan es kelapa muda. Kepada konsumen disarankan untuk berhati-hati dalam membeli minuman es kelapa muda, sebaiknya membeli di tempat yang sudah menerapkan higiene sanitasi.
Daftar Pustaka Atmiati, Wahyu Dwi. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Keberadaan Bakteri Escherichia coli Pada Jajanan Es Buah Yang Dijual Di Sekitar Pusat Kota Temanggung. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012. Halaman 1047-1053. Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek . PT. Rineka Cipta. Jakarta. Arisman, 2009. Keracunan Makanan. EGC :Jakarta Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Mutiara Sumber Wijaya : Jakarta Depkes RI, 1992. Undang-Undang No. 23, Tentang Kesehatan, Jakarta _________, 2003. Kepmenkes RI No. 1098/Menkes/SK/VII/2003. Tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran. Depkes RI, Jakarta. _________, 2003. Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003. Tentang Persyaratan Makanan Jajanan. Depkes RI, Jakarta _________, 2004. Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman. Dirjen PPM dan PL. Jakarta.
_________, 2006. Kumpulan Modul Kursus Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman _________, 2010. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, Jakarta Lubis, S. Anggrainy, 2012. Higiene Sanitasi dan Analisa Eschericia coli Pada Minuman Es Kelapa Muda Yang Dijual Di Taman Teladan Kecamatan Medan Kota Tahun 2012. Skripsi FKM USU. Medan. Tersedia di http.// repository.usu.ac.id. diakses pada 20 Maret 2013 pukul 23.00 WITA. Mukono, H.J, 2005. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Edisi Kedua. Penerbit Airlangga University Press : Surabaya. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta. ____________. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta : Jakarta. Nugroho, Astri, 2006. Bioindikator Kualitas Air. Universitas Trisakti : Jakarta Purnawijayanti, H, 2001, Sanitasi Hygiene dan Keselamatan Kerja Dalam Pengelolaan Makanan, Kanisius : Yogyakarta Rahayu, Sri Utami, 2007. Es Balok Bukan Untuk Diminum. http://www.tabloidnakita.com. Diakses tanggal 20 Februari 2013 pukul 23.00 WITA. Siswanto, Hadi, 2003. Kamus Populer Kesehatan Lingkungan. EGC : Jakarta. Sihite, R, 2000. Sanitation and Hygiene. SIC : Surabaya. Soemirat, Juli, 2002. Kesehatan Lingkungan. Cetakan ke-5. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Tahaku, Nurshanty, 2012. Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Uji Keberadaan Bakteri Escherichia coli Pada Es Buah Yang Dijajakan Dipasar Jajan Kota Gorontalo Tahun 2012. Skripsi Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo : Gorontalo Yalun, 2011.http://yalun.wordpress.com. Diakses pada 27 Februari 2013 pukul 13.00 WITA.