1
Summary HUBUNGAN SANITASI TEMPAT PENJUALAN IKAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI PADA IKAN LAYANG (Decapterus Spp) DI PASAR SENTRAL KOTA GORONTALO Skripsi, Jurusan Kesehatan Masyarakat Faklutas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo Yayu Susanti Nento (Nim. 811409066) ABSTRAK Yayu Susanti Nento. 2013. Hubungan Sanitasi Tempat Penjualan Ikan Dengan Keberadaan Bakteri Pada Ikan Layang (Decapterus Spp) Di Pasar Sentral Kota Gorontalo. Skripsi. Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas IlmuIlmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dr. Hj. Herlina Jusuf, Dra., M.Kes dan Pembimbing II Ramly Abudi, S.Psi, M.Kes. Ikan Layang (Decapterus spp) merupakan salah satu komunitas perikanan pelagis kecil yang penting di Indonesia. Sanitasi dalam penanganan ikan antara lain membuang sumber pembusukan yang dapat mencemari ikan dan lingkungan sekitar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan sanitasi tempat penjualan ikan dengan keberadaan bakteri pada ikan layang (Decapterus spp). Jenis penelitian yang digunakan adalah survay analitik dengan rancangan cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah 10 pedagang ikan layang atau lajang yang ada di pasar sentral kota gorontalo, sedangkan sampel menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu Total Sampling, dimana populasi dijadikan sampel. Analisis data menggunakan uji Korelasi Point Biserial untuk mengetahui hubungan sanitasi tempat penjualan ikan dengan keberadaan bakteri pada ikan layang. Hasil Penelitian menunjukkan untuk sanitasi tempat penjualan ikan dipasar sentral kota gorontalo yang memenuhi syarat 70 % sedangkan yang tidak memenuhi syarat 30 %, kemudian untuk uji TPC atau Angka lempeng total bakteri pada ikan layang masih dibawah batas normal cemaran mikroba yaitu 5 x 10-5. Sehingga hasil analisis bivariat didapatkan rhitung (0,372) < dari rtabel (0,632), yang berarti Ho diterima. Oleh karena itu hasil penelitian menunjukan sanitasi tempat penjualan ikan tidak ada hubungan dengan keberadaan bakteri pada ikan layang dan dalam rangka meningkatkan kualitas sanitasi, sebaiknya pihak pasar melakukan upaya meningkatkan frekuensi pembersihan tempat-tempat yang ada dipasar terutama tempat penjualan ikan agar terlihat bersih dan konsumen dalam membeli merasa nyama. Kata Kunci : Ikan Layang, Sanitasi, Bakteri
2
I.
PENDAHULUAN
Ikan merupakan sumber bahan pangan hewani yang mempunyai berbagai keunggulan karena dapat diterima semua agama dan tidak memerlukan cara pembelihan secara khusus. Dari aspek nutrisi, ikan juga unggul karena merupakan sumber alami asam lemak omega 3 tertinggi. Namun demikian ikan bersifat mudah rusak sehingga perlu penanganan yang cermat, baik, benar serta cepat agar kualitas ikan dapat dipertahankan selama mungkin sehingga dapat memberikan manfaat optimal. Hanya ikan yang berkualitas baik yang memberikan manfaat kesehatan secara optimal (Direktorat Pengelolaan Hasil Perikanan, 2007 dalam Marada, 2012 : 1). Menurut Standar Nasional Indonesia SNI-7388 (2009) tentang ikan segar dalam penanganan dan pengolahan. Persyaratan mutu ikan segar adalah : Organoleptik minimal 7, mikrobiologi TPC maksimal 5x105 CFU/gram , E coli MPN maksimal 0/ gram, vibrio cholerae negatif . Penanganan dan sanitasi yang baik sangat diperlukan untuk tetap menjaga kesegaran ikan, makin lama berada di udara terbuka maka makin menurun kesegarannya. Ikan sebagai komoditas yang mudah dan cepat membusuk (high perishable food), memerlukan penanganan yang cepat, bersih, cermat dan dingin (quick, clean, careful and cool) sehingga mutu ikan dapat tetap dipertahankan sejak ikan diangkat dari laut hingga ikan didistribusikan atau dipasarkan ke konsumen. Salah satu mekanisme penanganan ikan dilakukan melalui
penerapan sistem rantai dingin (Wibowo, 2006). Pentingnya keberadaan pasar selain dalam bidang ekonomi yang mana digunakan masyarakat sebagai tempat jual-beli, pasar juga dapat menjadi sumber penyebaran penyakit bagi masyarakat. Sumber penyebaran penyakit tersebut dapat disebabkan oleh sanitasi pasar yang buruk, perilaku hidup bersih dan sehat antara penjual dan pembeli yang kurang baik, serta kurangnya pengetahuan masyarakat tentang PHBS dapat mempercepat penyebaran penyakit yang ada. Lingkungan pasar yang tidak terawat dapat menyebabkan pasar menjadi kotor, pengap, dan berpotensi menjadi tempat berkembangbiaknya segala macam vektor penyakit antara lain lalat, kucing, tikus, kecoa, dan lain-lain. Maka dari itu, perlu dilakukannya upaya pengawasan dan pengendalian kebersihan pasar agar dapat memenuhi Syarat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 519/Menkes/SK/VI/2008 tentang Penyelenggaraan Pasar Sehat. Berdasarkan observasi awal peneliti menemukan masih kurangnya perhatian tentang sanitasi tempat penjualan ikan di pasar sentral, yaitu masih banyaknya genangan air, ceceran darah ikan dilantai, sampah-sampah yang berserakan, wadah atau tempat penyimpanan ikan yang tidak terjaga dengan baik. Sanitasi yang kurang baik dapat berdampak terhadap keberadaan bakteri pada ikan. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
3
dengan judul “ Hubungan Sanitasi Tempat Penjualan Ikan dengan Keberadaan Bakteri Pada Ikan Layang (Decapterus spp) Di Pasar Sentral Kota Gorontalo ”. Penelitian bertujuan untuk mengetahui Apakah ada hubungan sanitasi tempat penjualan ikan dengan keberadaan bakteri pada ikan layang (Decapterus spp) di pasar sentral kota gorontalo?” II. METODE PENELITIAN a) Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 19 April – 19 Mei 2013. Lokasi Penelitian ini dilaksanakan dipasar sentral Kota Gorontalo dimana untuk melihat sanitasi tempat penjualan ikan sekaligus pengambilan sampel ikan layang sedangkan untuk keberadaan bakteri dengan menghitung TPC (Total Plate Count) di Laboratorium Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo. b) Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei analitik dengan rancangan Cross Sectional Study. c) Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah pedagang yang menjual ikan layang atau ikan lajang sebanyak 10 orang di Pasar Sentral Kota Gorontalo d) Sampel Teknik pengambilan sampel menggunakan Total Sampling. Dimana semua populasi dijadikan sampel dalam penelitian. e) Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah
1. Analisis Univariat Analisis univariat dimaksudkan untuk menggambarkan karakteristik seluruh variabel yang diteliti. Hasil analisis ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. 2. Analisis Bivariat Teknik analisis bivariat dimana untuk mengetahui kemaknaan hubungan/pengaruh variabel Independen dan variabel Dependen. Uji statistik yang digunakan untuk membantu analisis adalah uji Korelasi Point Biserial, termasuk kasus yang khusus pada koefien product-moment dari Pearson dan ini digunakan ketika suatu variabel dalam skala interval atau ratio dan lainnya adalah berskala dikotom (Riwidikdo, 2008). Dasar pengambilan keputusan penerimaan hipotesis berdasarkan tingkat signifikan (nilai p) : a. nilai “rhitung”, jika > rtabel maka hipotesis penelitian (Ho) ditolak b. nilai “rhitung”, jika < rtabel maka hipotesis penelitian (Ho) diterima Jika Variabel X adalah dikotom yaitu 1 dan 0, maka formula pearson product-moment dapat disederhanakan menjadi formula Point-biserial, dengan formula adalah : µ − µ ඥp. q ݎ = ଵ σ௦ Keterangan : µ 1 adalah Rata-rata dari Skor Y pada Skor X yang sama yaitu 1 µ 0 adalah Rata-rata dari Skor Y pada Skor X yang sama yaitu 0 p adalah Proporsi dari data yang mempunyai Skor 1 q adalah Proporsi dari data yang mempunyai Skor 0
4
σs adalah Deviasi Standar keseluruhan Skor Y, dimana formula σ adalah :
σs =
∑Y2 – (∑Y)2 N N
Pedagang Ikan
Riwidikdo, 2008
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Univariat Variabel Sanitasi Tempat Penjualan Ikan yaitu : Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Sanitasi Tempat Penjualan Ikan Layang Di Pasar Sentral Kota Gorontalo No 1 2
Sanitasi Tempat Penjualan Ikan Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Total
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan TPC (Total Plate Count) Pada Ikan Layang
Jumlah n
%
7
70
3
30
10
100
Sumber : Data Primer Berdasarkan Tabel 4.1 bahwa dari 10 orang pedagang yang menjual ikan layang atau ikan lajang yang memenuhi syarat sanitasi tempat penjualan ikan dilihat dari pemeliharaan wadah (Coolbox) dan meja penjualan ikan yaitu 7 orang dengan presentase 70 % sedangkan yang tidak memenuhi syarat sanitasi tempat penjualan ikan yaitu 3 orang dengan presentase yaitu 30 %.
Pedagang I Pedagang II Pedagang III Pedagang IV Pedagang V Pedagang VI Pedagang VII Pedagang VIII Pedagang IX Pedagang X
Pengenceran ALT 10
-1
10
-2
10
-3
Total Bakteri (koloni/ gram)
120
19
1
1,2 x 103
18
8
1
0,2 x 103
160
9
2
1,6 x 103
14
3
2
0,1 x 103
70
6
1
0,7 x 103
209
3
0
2,1 x 103
150
18
1
1,5 x 103
100
4
1
1,0 x 103
38
6
2
0,4 x 103
4
1
0
4,0 x 10
Sumber : Data Primer Berdasarkan Tabel 4.2 untuk hasil pemeriksaan TPC pada ikan layang didapatkan bahwa dari 10 ikan layang yang dijual oleh pedagang dipasar sentral semuanya Memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI), Dimana untuk sampel I menunjukan bahwa jumlah bakteri pada ikan masih dibawah batas normal cemaran mikroba yaitu 1,2 x 103 begitu juga dengan Sampel II yaitu 0,2 x 103, Sampel III yaitu 1,6 x 103, Sampel IV yaitu 0,1 x 103, Sampel V yaitu 0,1 x 103, Sampel VI yaitu 2,1 x 103, Sampel VII yaitu 1,5 x 103, Sampel VIII yaitu 1,0 x 103, Sampel IX yaitu 0,4 x 103, dan Sampel X yaitu 4,0 x 10. Sedangkan
Standar SNI
5x105 cfu/gra m
5
standar SNI untuk ikan segar yaitu 5x105 CFU/gram. Untuk pengolahan data bivariat sebelum dilakukan uji Korelasi Point-Biserial, maka terlebih dahulu dilakukan dengan uji normalitas data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test, data tersebut sebagai berikut :
tersebut berdistribusi normal maka bisa dilanjutkan dengan uji statistik Korelasi Point Biserial, hasilnya didapatkan sebagai berikut : Tabel 4.4 Distribusi Sanitasi Tempat Penjualan Ikan Layang Di Pasar Sentral dengan Keberadaan Bakteri Correlations
Tabel 4.3 Uji Normalitas Data Sanitasi Tempat Penjualan Ikan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Sanitasi Tempat Penjuala n Ikan Kolmogorov -Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) N
1.204 .110 10
Keberadaa n Bakteri Pada Ikan .481 .975
10
Sumber : Data Primer Pada Tabel 4.3 mengenai uji normalitas dilakukan dengan menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test pada variabel sanitasi tempat penjualan ikan dan keberadaan bakteri pada ikan ditunjukkan oleh Asymp. Sig. (2-tailed), dimana untuk variabel sanitasi tempat penjualan ikan 0,110 sedangkan keberadaan bakteri 0,975, dikatakan normal karena p value > α = 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho diterima yang berarti variabel berdistribusi normal. Hasil yang sama juga dapat dilihat oleh kurva dan plot seperti pada gambar dibawah ini, dimana data telah berdistribusi normal. Setelah diuji normalitas diatas, sehingga didapatkan dari data
1
Kebera daan bakteri (ALT Koloni/ gram) .372
10
.291 10
.372
1
.291 10
10
Sanitasi Tempat Penjualan Ikan
Sanitasi Tempat Penjualan Ikan Keberadaan Bakteri. (ALT Koloni/ gram)
Pearson Correlat ion Sig. (2tailed) N Pearson Correlat ion Sig. (2tailed) N
Sumber : Data Primer Berdasarkan Tabel 4.4 terlihat bahwa sanitasi tempat penjualan ikan dipasar sentral, terdistibusi pada keberadaan bakteri pada ikan yaitu 0,372 dengan menggunakan uji Korelasi Point Biserial sehingga rhitung (0,372) < dari rtabel (0,632), yang berarti Ho diterima yaitu tidak ada hubungan antara sanitasi tempat penjualan ikan dengan keberadaan bakteri pada ikan layang.
6
Pembahasan Dari hasil analisis sanitasi tempat penjualan ikan didapatkan 70 % yang memenuhi syarat sedangkan 30 % nya tidak memenuhi syarat. Untuk pemeriksaan ikan dengan uji angka lempeng total atau TPC (Total Plate Count), hasil dari seluruh ikan yang diuji menunjukkan bahwa ikan masih memenuhi syarat dan aman untuk dikonsumsi, sesuai dengan kadar maksimum yang diperbolehkan dalam SNI-7388 (2009) tentang ikan segar dalam penanganan dan pengolahan yaitu mikrobiologi TPC maksimal 5x105 CFU/gram , E coli MPN maksimal 0/ gram, Organoleptik minimal 7 dan vibrio cholerae negatif. . Adapun faktor sehingga menyebabkan pertumbuhan bakteri lambat atau dibawah standar SNI, dimana proses penanganan ikan segar dilakukan dengan cara pendinginan, ikan segar yang baru saja ditangkap diberikan hancuran es agar ikan dalam keadaan baik pada saat dipasarkan dan menghambat atau menghentikan aktivitas zat-zat dan mikroorganisme perusak atau memperlambat proses pembusukan pada ikan (Moeljanto, 1992 dalam Faubiany, 2008). Sementara Dari Analisis Bivariat mengenai Hubungan sanitasi tempat penjualan ikan dengan keberadaan bakteri pada ikan layang dipasar sentral Kota Gorontalo, maka di lihat terlebih dahulu distribusi normalitasnya dengan menggunakan uji One Sample KormogorovSmirnov dari tiap-tiap variabel sehingga dapat dilanjutkan dengan uji Korelasi Point Biserial, untuk kedua variabel tersebut berdistribusi normal, dimana variabel sanitasi tempat penjualan ikan dengan 0,110
sedangkan keberadaan bakteri 0,975, maka dikatakan normal karena p value > α = 0,05 dan untuk hasil analisis bivariatnya dengan uji Korelasi Point Biserial didapatkan hasilnya nilai rhitung (0,372) < dari rtabel (0,632), yang berarti tidak ada hubungan antara sanitasi tempat penjualan ikan dengan keberadaan bakteri pada ikan layang. Dari hasil penelitian bahwa tidak ada hubungan sanitasi tempat penjualan ikan dengan keberadaan bakteri, dalam hal ini kemungkinan sampel ikan yang diambil tidak disimpan terlalu lama atau lebih dari beberapa hari. Sampel ikan juga diambil pada pagi hari jam 10.00, Sehingga kemungkinan sampel ikan yang dijual di Pasar Sentral Kota Gorontalo diambil dalam keadaan segar atau langsung dari TPI, dan juga telah diberikan perlakuan pendinginan. Pada sampel ikan yang digunakan juga berukuran besar dimana berkisar 20 cm, Menurut Wibowo, 2003 dimana umumnya ikan-ikan berukuran kecil agak lebih cepat membusuk dari pada ikan yang berukuran besar. IV. PENUTUP a) Simpulan Berdasarkan uji Korelasi Point Biserial maka didapatkan bahwa tidak ada hubungan sanitasi tempat penjualan ikan dengan keberadaan bakteri pada ikan layang, dimana sanitasi tempat penjualan ikan dilihat dari pemeliharaan wadah ikan, meja penjualan dan kebersihan lingkungan ini dikarenakan hasil analisisnya didapatkan nilai rhitung (0,372) < dari rtabel (0,632), yang berarti Ho diterima.
7
b) Saran Dapat meningkatkan kualitas sanitasi, dengan upaya pembersihan tempat-tempat yang ada dipasar terutama tempat penjualan ikan agar terlihat bersih serta penyemprotan pada lantai dan pencucian wadah tempat penyimpanan ikan dapat dilakukan secara rutin. V.
DAFTAR PUSTAKA
Apriliyanti, H. 2000. Beberapa Aspek Biologi Ikan Layang (Decapterus russeli) Di Perairan Teluk Sibolga Sumatra Utara. Skripsi, Fakultas Perikanan dan Kelautan Institut Pertanian Bogor (Online), 62 hal. Astawan, M. 2004. Ikan Yang Sedap Dan Bergizi. Solo: Tiga Serangkai Departemen Kesehatan RI. 2004. Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan, Jakarta. Faubiany, V. 2008. Kajian Sanitasi Di Tempat Pendaratan Dan Pelelangan Ikan Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke Serta Pengaruhnya Terhadap Kualitas Ikan Didaratkan. Skripsi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (Online), 146 hal. Keputusan Mentri Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Kep. 01/Men/2007 Tentang Persyaratan Jaminan Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan Pada
Proses Produksi, Pengolahan Dan Distribusi (Online). Khomsan, A. 2004. Peranan Pangan Dan Gizi Untuk Kualitas Hidup. Jakarta: PT Grasindo. Marada, H. 2012. Pengaruh Lama Penyimpanan Ikan Cakalang Pada Suhu Freezer Terhadap Jumlah Bakteri. Skripsi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo. Notoadmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nurhadi, M. 2012. Kesehatan Masyarakat Veteriner. Yogyakarta : Gosyen Publishing. Hal. 118-120. Riwidikdo, H. 2008. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendekia. Sudarma, D. 2006. Diktat Kuliah Penanganan Hasil Perikanan. Bogor: Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Wibowo, H. 2006. Pengaruh Penggunaan Coolbox Diatas Kapal Penangkap Ikan terhadap Mutu Kesegaran Ikan [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.