HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI LEMAK DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN OBESITAS PADA PEDAGANG (Survei pada Pedagang di Pasar Desa Ciputat Kecamatan Ciawigebang Kabupaten Kuningan Tahun 2013) Yuni Lestari1) Nur Lina, SKM., M.Kes (Epid)2) dan Kiki Korneliani, SKM., M.Kes2) Peminatan Epidemiologi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi Jl. Siliwangi No. 24 PO box 164 Tlp (0265) 330 634 Tasikmalaya 46115 1. 2.
Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi (
[email protected]) Staf Pengajar Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi (nurlina.unsil.ac.id) Abstrak
Obesitas adalah keadaan di mana terdapat penimbunan lemak yang berlebihan dibanding kebutuhan, sebagai akibat adanya imbalans antara pemasukan energi dan pengeluaran energi. Konsumsi energi yang berlebihan tanpa disertai dengan aktivitas yang seimbang akan menyebabkan energi disimpan dalam bentuk lemak dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan frekuensi konsumsi lemak dan aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas pada pedagang di Pasar Desa Ciputat Kecamatan Ciawigebang Kabupaten Kuningan tahun 2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Jumlah populasi sebanyak 226 dengan sampel 52 pedagang. Data yang didapat dari hasil penelitian dianalisis menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukan bahwa Responden dengan status obesitas sebanyak 73,1% dan responden tidak obesitas sebanyak 26,9%. Responden yang sering mengonsumsi lemak jenuh sebanyak 80,8% dan yang jarang mengonsumsi lemak jenuh 19,2%. Responden yang aktivitas fisiknya rendah sebanyak 82,7% dan yang aktivitas fisiknya sedang sebanyak 17,3%. Berdasarkan uji statistik Chi-Square menunjukan ada hubungan antara frekuensi konsumsi lemak terhadap kejadian obesitas dengan ρ<0,05 (ρ=0,016); ada hubungan antara aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas dengan ρ<0,05 (ρ=0,048). Saran kepada seluruh pedagang yang mengalami obesitas menurunkan berat badan dan menjaga pola hidup yang seimbang guna mendapatkan tubuh yang ideal dan sehat. Jaga asupan makanan agar tidak terlalu banyak mengonsumsi lemak jenuh dan lakukan olahraga secara teratur. Kata Kunci Kepustakaan
: Obesitas, Frekuensi Konsumsi Lemak, Aktivitas Fisik : 10 (2001-2012)
Abstract The Correlation of Fat Consumption Frequency and Physical Activity to the Obesity Occurrence at Trader (Survey at Trader in the Market on Ciputat Village Subdistrict Ciawigebang Kuningan Regency in 2013) Obeity was one condition where there full of fat consumtion in our body. It happens because there was imbalans between income and excretion of energy, excessive of energy consumption without balanced activity will cause the energy become fat in the body. Then, the aim of this research was to know the correlation of fat consumption frequency and physical activity to the obesity occurrence at trader in the market on Ciputat Village Subdistrict Ciawigebang Kuningan Regency in 2013. The method in this research was cross sectional. In this research, the reseacher took the population consisting of 226 traders with the sample consisting of 52 traders. The data were obtained from the research result by using chi square test. The research result showed that the respondent with the obesity status as many 73.1%, and the respondent without obesity status about 26.9%. the respondent who have consumed saturated fat as many 80.8%, and the respondent rare consume saturated fat about 19.2%. then, the respondent who have low physical activity as many 82.7% and for the respondent who have balanced activity about 17.3%. based on the chi square test showed that there was correlation offat consumption frequency to the obesity occurrence with ρ<0.5 (ρ=0.016), there was correlation between physical activity to the obesity occurrence with ρ<0.5 (ρ=0.048). Therefore, there were some advices for the trader who has obesity to reduce the body weight and keep balanced lifestyle for getting the healthy body. Then, keep the nutrient food in order to the body did not consume saturated fat and do exercise regularly. Keywords : Obesity, Fat Consumption Frequency, Physical Activity Literature : 10 (2001-2012)
PENDAHULUAN Obesitas atau kegemukan adalah suatu keadaan yang terjadi apabila kuantitas fraksi jaringan lemak tubuh dibandingkan berat badan total lebih besar daripada normal (Gray (1989) dan Taitz (1991) dalam Subardja (2004)). Obesitas pada zaman dahulu merupakan lambang kemakmuran tetapi kini dianggap sebagai “penyakit modern” yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada kemudian hari. Obesitas menimbulkan berbagai masalah yang kompleks dan dapat berakhir pada kematian. Obesitas merupakan faktor risiko dari berbagai penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung koroner, diabetes tipe 2, kanker (endometrium, payudara, dan usus besar), hipertensi (tekanan darah tinggi), gangguan tidur (sleep apnea) dan lain-lain (triwitono.staff.ugm.ac.id, diakses 17 Nopember 2012). Dalam 10 tahun terakhir ini, angka prevalensi atau kejadian obesitas di seluruh dunia menunjukkan peningkatan yang signifikan. World Health Organization (WHO) memperkirakan 1,6 miliar orang dewasa di seluruh dunia mengalami kelebihan berat badan dan setidak-tidaknya sebanyak 400 juta orang dewasa mengalami obesitas pada tahun 2005 dan diperkirakan 2,3 miliar orang dewasa akan mengalami overweight dan 700 juta diantaranya mengalami obesitas pada tahun 2015. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2007, prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk umur ≥15 tahun adalah 10,3%. Sebanyak 12 provinsi mempunyai prevalensi obesitas umum pada penduduk umur ≥15 tahun di atas prevalensi nasional. Beberapa di antaranya adalah Sulawesi Utara 33,2%, Gorontalo sebesar 26,3%, DKI Jakarta sebesar 26,9%, Maluku Utara 24,4% dan Jawa Barat sebesar 22,1%. Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan energi, memelihara suhu tubuh, melindungi organ tubuh dan lain-lain. Namun, dalam jumlah berlebihan, timbunan lemak justru akan menimbulkan kerugian. Dalam hal ini diperlukan keseimbangan energi dalam tubuh. Menurut Kartasapoetra (2005) dalam Arief (2012), lemak memiliki nilai energi lebih tinggi bila dibandingkan dengan karbohidrat maupun protein dan turut mengambil bagian penting dalam menentukan kandungan energi dalam makanan. Kelebihan energi dalam tubuh disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Di samping itu juga terjadi perubahan dalam kebiasaan makan keluarga, adanya kecenderungan keluarga untuk makan di luar rumah dan adanya konsumsi makanan cepat saji yang mengandung banyak lemak dan rendah serat seperti bakso, mie ayam, ayam goreng dan lain-lain. Perubahan gaya hidup yang lainnya adalah aktivitas fisik yang cenderung rendah di masyarakat. Perubahan pola makan dan menurunnya aktivitas fisik berakibat semakin banyaknya penduduk golongan tertentu mengalami masalah gizi lebih berupa kelebihan berat badan dan obesitas (Besral et al, 2007). Fisik yang tidak aktif akan membatasi pengeluaran energi dan dapat berkontribusi terhadap peningkatan asupan makanan. Individu dengan aktivitas yang kurang aktif (sedentary life) maupun tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang serta mengonsumsi makanan tinggi lemak maka akan cenderung mengalami obesitas. Sudikno et al. (2007) berpendapat bahwa aktivitas fisik membakar energi dalam
tubuh. Dengan demikian, jika asupan kalori ke dalam tubuh berlebihan dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik yang seimbang akan menyebabkan tubuh mengalami obesitas. Profesi atau pekerjaan yang dimiliki secara tidak langsung dapat mempengaruhi berat badan seseorang. Mulai dari tingginya tekanan pekerjaan hingga aktivitas yang sebagian besar dihabiskan hanya dengan duduk. Profesi pedagang banyak menghabiskan waktu untuk duduk dan berdiri saja tanpa mengangkat beban berat. Selain itu, lingkungan pasar banyak menyediakan makanan bermacam-macam dengan nilai gizi yang cenderung lebih tinggi lemak dan rendah serat seperti bakso, bubur empal, sate, gorengan, dan lain-lain. Kondisi seperti ini menjadi berpengaruh terhadap berat badan para pedagang. Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian mengenai “Hubungan Frekuensi Konsumsi Lemak dan Aktivitas Fisik terhadap Kejadian Obesitas pada Pedagang (Survei pada Pedagang di Pasar Desa Ciputat Kecamatan Ciawigebang Kabupaten Kuningan tahun 2013)”. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Desa Ciputat Kecamatan Ciawigebang Kabupaten Kuningan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang wanita berjumlah 226 yang ada di pasar Desa Ciputat Kecamatan Ciawigebang Kabupaten Kuningan. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut : pedagang berjenis kelamin wanita, tidak memiliki riwayat obesitas, psikis dalam keadaan tidak terganggu, dan berpenghasilan lebih dari UMR Kabupaten Kuningan. Jumlah populasi sebanyak 226 dengan sampel 68 pedagang. Namun, berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi dari 68 pedagang, hanya terdapat 52 pedagang yang menjadi sampel. Pengumpulan data frekuensi konsumsi lemak dilakukan dengan menggunakan FFQ (Food Frequency Questioner), yaitu metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan atau tahun. Data aktivitas fisik dikumpulkan dengan menggunakan formulir recall aktivitas fisik selama 24 jam meliputi jenis aktivitas fisik yang dilakukan dan lamanya waktu yang digunakan untuk setiap aktivitas tersebut. Pengolahan data dilakukan dengan berbagai tahap meliputi editing, coding yaitu pengkodean dan pemberian skor pada masing-masing jawaban, entry, cleaning dan tabulating. Kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan program komputer untuk melihat hubungan frekuensi konsumsi lemak dan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas. Hipotesis penelitian (Ha) diterima jika ρ<0,05 dengan tingkat kepercayaan 95%.
HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Hasil pengumpulan data mengenai status obesitas, frekuensi konsumsi lemak, frekuensi konsumsi karbohidrat dan aktivitas fisik. Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pedagang Berdasarkan Konsumsi Lemak, Konsumsi Karbohidrat dan Aktivitas Fisik di Pasar Desa Ciputat Kecamatan Ciawigebang Kabupaten Kuningan Tahun 2013 Variabel Status Obesitas Ya Tidak Konsumsi Lemak Tinggi Rendah Konsumsi Karbohidrat Tinggi Rendah Aktivitas Fisik Ringan Sedang Total
Jumlah (n)
Presentase (%)
38 14
73,1 26,9
42 10
80,8 19,2
39 13
75 25
43 9 52
82,7 17,3 100
Tabel 1 menunjukkan bahwa responden dengan status obesitas (73,1%) lebih banyak dibandingkan yang tidak. Responden juga sebagian besar memiliki kebiasaan konsumsi lemak yang sering (80,8%), konsumsi karbohidrat sering (75%) dan tingkat aktivitas fisik yang ringan (82,7%). Hubungan Frekuensi Konsumsi Lemak Terhadap Obesitas Tabel 2 Hubungan Frekuensi Konsumsi Lemak terhadap Obesitas di Pasar Desa Ciputat Kecamatan Ciawigebang Kabupaten Kuningan Tahun 2013 Frekuensi Konsumsi Lemak Tinggi Rendah
Kejadian Obesitas Tidak Obesitas Obesitas N % N %
N
%
34
42
100
4
81 40
8 6
19 60
Jumlah
10
100
ρ
OR (95% CI)
0,016
6,378 (1,45028,037)
Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square diperoleh bahwa ada hubungan antara frekuensi konsumsi lemak dengan obesitas pada pedagang dengan ρ=0,016. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=6,378 yang artinya responden yang konsumsi lemaknya tinggi mempunyai risiko 6,378 kali terkena obesitas dibandingkan yang konsumsi lemaknya rendah. Hubungan Aktivitas Fisik terhadap Obesitas Tabel 2 Hubungan Aktivitas Fisik terhadap Obesitas di Pasar Desa Ciputat Kecamatan Ciawigebang Kabupaten Kuningan Tahun 2013 Kejadian Obesitas Tidak Obesitas Obesitas N % N %
N
%
Ringan
34
79,1
9
20,9
43
100
Sedang
4
44,4
5
55,6
43
100
Aktivitas Fisik
Jumlah
ρ
OR (95% CI)
4,722 0,048 (1,04721,294)
Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square diperoleh bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas pada pedagang dengan ρ=0,048. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=4,722 yang artinya responden yang aktivitas fisiknya ringan mempunyai risiko 4,722 kali terkena obesitas dibandingkan yang aktivitas fisiknya sedang.
PEMBAHASAN Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 52 orang. Responden didistribusikan berdasarkan status obesitas, frekuensi konsumsi lemak, frekuensi konsumsi karbohidrat dan aktivitas fisiknya. Responden dengan status obesitas (73,1%) lebih banyak daripada yang tidak. Responden juga sebagian besar memiliki kebiasaan konsumsi lemak yang sering (80,8%), konsumsi karbohidrat sering (75%) dan tingkat aktivitas fisik yang ringan (82,7%). Berdasarkan hasil penelitian dari 52 responden, yang sering mengonsumsi lemak lebih banyak yang obesitas (81%) daripada yang tidak obesitas (19%). Hasil uji statistik menunjukkan ρ=0,016 yang berarti ada hubungan antara frekuensi konsumsi lemak terhadap kejadian obesitas dengan OR=6,378 yang artinya responden yang konsumsi lemaknya tinggi mempunyai risiko 6,378 kali terkena obesitas dibandingkan yang konsumsi lemaknya rendah. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulchan et al (2012) yang menunjukan bahwa asupan lemak yang tinggi merupakan faktor risiko obesitas dengan nilai ρ=0,002 (Sulchan, 2012). Lemak adalah cadangan energi tubuh terbesar (Murray, 2009). Lemak memiliki rasa yang gurih. Densitas
energi yang tinggi dimiliki oleh lemak, sehingga dapat menyebabkan keseimbangan positif dan kelebihan tersebut akan disimpan dalam jaringan adiposa. Peningkatan jaringan adiposa akan meningkatkan leptin, sehingga memiliki pengaruh terhadap pengaturan keseimbangan energi dan pada akhirnya dapat menyebabkan obesitas (Margaret dalam Murray, 2009). Menurut Khomsan (1992) dalam Mustamin (2010), pada umumnya orang-orang yang mengalami obesitas, kurang sensitif terhadap rasa lapar (internal) tetapi mereka lebih peka terhadap aroma dan rasa masakan (eksternal). Hal ini didukung dengan profesi responden sebagai pedagang di pasar dan keadaan pasar yang banyak menyediakan makanan sehingga sulit mengontrol makanan yang masuk ke dalam tubuh mereka. Jenis makanan lemak jenuh yang sering dikonsumsi diantaranya adalah bakso, kerupuk, minyak, sate sapi, sate ayam dan ayam goreng.Lemak dan minyak merupakan sumber energi paling padat. Simpanan lemak berasal dari konsumsi berlebihan salah satu atau kombinasi zat-zat energi (Almatsier, 2002). Hasil penelitian dari 52 responden, yang aktivitas fisiknya rendah lebih banyak yang obesitas (79,1%) daripada yang tidak obesitas (20,9%), sedangkan yang aktivitas fisiknya sedang lebih banyak yang tidak obesitas (55,6%) daripada yang obesitas (44,4%). Hasil uji statistik menunjukan ρ=0,048 yang berarti ada hubungan antara aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas dengan nilai OR=4,722 yang artinya responden yang aktivitas fisiknya rendah mempunyai risiko 4,722 kali terkena obesitas dibandingkan yang aktivitas fisiknya sedang. Hal ini sejalan dengan penelitian Besral et al (2010) yang membuktikan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas. Berdasarkan hasil penelitian, aktivitas fisik yang sering dilakukan responden pada saat di pasar dan di rumah adalah duduk, berdiri, shalat, mandi, makan, tidur, menonton televisi dan mengasuh anak. Sebagian besar responden memiliki asisten rumah tangga yang mempermudah pekerjaan mereka. Jarang didapati responden yang memasukkan jadwal olahraga dalam aktivitas sehariharinya. Aktivitas seperi ini hanya akan memperbanyak total sumber energi dalam tubuh yang pada akhirnya akan disimpan dalam bentuk lemak dan menyebabkan obesitas. Menurut Pretience and Jebb (2004) dalam Besral et al (2010), aktivitas fisik yang kurang bagi pekerja selama bekerja merupakan prediktor yang kuat dari peningkatan berat badan, kemudahan transportasi kendaraan bermotor ikut berkontribusi dalam meningkatnya obesitas (Besral et al, 2010). WHO menyatakan bahwa gaya hidup duduk terus menerus dalam bekerja menjadi penyebab 1 dari 10 kematian dan kecacatan dan lebih dari dua juta kematian setiap tahun disebabkan oleh kurangnya aktivitas fisik. Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan otot tubuh dan sistem penunjangnya. Aktivitas yang baik tidak hanya mengutamakan lama atau beratnya jenis pekerjaan atau olahraga tertentu yang dilakukan, tetapi aktivitas yang meskipun ringan tetapi durasi dan frekuensinya teratur (konsultankolesterol.com, diakses 27 September 2013). Satu-satunya cara untuk membuang simpanan lemak adalah dengan membakarnya (Sharkey, 2003 dalam Daniati, 2007). Bila fisik selalu aktif maka kalori dalam tubuh akan terbakar dan mudah untuk menjaga berat badan dalam kondisi yang normal. Olahraga secara teratur yang dilakukan sedikitnya 30
menit dalam sehari dan 5 kali dalam seminggu akan memberikan manfaat yang besar bagi kesehatan tubuh (wirainside.blogspot.com, diakses 28 September 2013).
PENUTUP Simpulan 1. 2. 3.
4. 5.
Responden dengan status obesitas sebanyak 73,1% dan responden tidak obesitas sebanyak 26,9%. Responden yang sering mengonsumsi lemak jenuh sebanyak 80,8% dan yang jarang mengonsumsi lemak jenuh 19,2%. Responden yang aktivitas fisiknya rendah sebanyak 82,7%, yang aktivitas fisiknya sedang sebanyak 17,3% dan tidak ditemukan responden dengan aktivitas berat. Ada hubungan antara frekuensi konsumsi lemak jenuh terhadap kejadian obesitas (ρ=0,016). Ada hubungan antara aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas (ρ=0,048).
Saran 1.
2.
Bagi responden a. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi motivasi untuk menurunkan berat badan dan menjaga pola hidup yang seimbang guna mendapatkan tubuh yang ideal dan sehat. Jaga asupan makanan agar tidak terlalu banyak mengonsumsi lemak jenuh seperti bakso, kerupuk, minyak, sate sapi, sate ayam dan ayam goreng. b. Lakukan olahraga secara teratur sedikitnya 30 menit dalam sehari dan 5 kali dalam seminggu untuk manfaat yang besar bagi kesehatan tubuh. Bagi peneliti, lain diharapkan penelitian ini disempurnakan dengan mengambil sampel yang lebih banyak agar hasilnya lebih akurat atau mengambil profesi yang lain sebagai sampel.
DAFTAR PUSTAKA Almatsier, Sunita, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia, Jakarta, 2001 Arief, Kebiasaan Makan yang Menyebabkan Terjadinya Kegemukan pada Remaja (Studi di SMP Al-Muttaqin Kota Tasikmalaya), FIK UNSIL, Tasikmalaya, 2012 Daniati, Perbedaan Pola Makan dan Kebiasaan Olahraga Berdasarkan Status Kegemukan (Studi pada Wanita Umur 35-55 Tahun di Desa Tarogong Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garut Tahun 2007), FKM UNSIL, Tasikmalaya, 2007 http://triwitono.staff.ugm.ac.id, diakses 17 Nopember 2012 konsultankolesterol.com, diakses 27 September 2013
Mustamin, Asupan Energi dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas Sentral pada Ibu Rumah Tangga di Kelurahan Ujung Pandang Baru Kecamatan Tallo Kota Makassar, Poltekes Kemenkes Makassar, 2010 Riskesdas, Laporan Nasional 2007, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007 Sudikno, dkk, Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas pada Orang Dewasa di Indonesia (Analisis data Rikesdas 2007), FKUI, 2007 Sulchan, dkk, High Fat Intake and Sport Activity as Risk Factors of Obesity Hypertension in Early Adolescence, Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2012 wirainside.blogspot.com, diakses 28 September 2013