HUBUNGAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP MUTU PELAYANAN AKADEMIK SISWA KELAS VII1 SMP NEGERI 1 TELAGA KABUPATEN GORONTALO
ARTIKEL Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Mengikuti Ujian Sarjana Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Oleh WARNI HIOLA NIM. 911411057
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN PENDIDKAN EKONOMI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI PERKANTORAN 2015
HUBUNGAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP MUTU PELAYANAN AKADEMIK SISWA KELAS VII1 SMP NEGERI 1 TELAGA KABUPATEN GORONTALO Warni Hiola1, Meyko Panigoro2, Rustam Tohopi3 Jurusan Pendidikan Ekonomi ABSTRAK Warni Hiola. Hubungan Fasilitas Belajar Terhadap Mutu Pelayanan Akademik Siswa Kelas VII1 SMP Negeri 1 Telaga Kabuapaten Gorontalo. Skripsi. Jurusan Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Meyko Panigoro, S.Pd.,M.Pd. dan pembimbing II Rustam Tohopi,S.Pd.,M.Si. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan fasilitas belajar terhadap mutu pelayanan akademik siswa kelas VII1 SMP Negeri 1 Telaga. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII dan sampelnya adalah siswa kelas VII1 SMP Negeri 1 Telaga. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisa regresi linier sederhana dan koefisien korelasi dan determinasi Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan fasilias belajar dengan mutu pelayanan akademik siswa kelas VII1 SMP Negeri 1 Telaga yang dibuktikan nilai r = 0.727 artinya hubungan fasilitas belajar dengan mutu pelayanan akademik tergolong kuat. Nilai koefisien determinasi adalah sebesar r 2 = 0. 529 atau 52.9% dan masih terdapat 47.1% yang dipengaruhi variabel lain namun tidak dijadikan variabel dalam penelitian ini. Kesimpulan dari penelitian ini adalah fasilitas belajar berhubungan dengan mutu pelayanan akademik pada siswa kelas VII1 SMP Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo, dan besarnya pengaruh variabel fasilitas belajar terhadap mutu pelayanan akademik pada siswa kelas VII1 SMP Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo sebesar 0.529.
Kata Kunci: Fasilitas Belajar, Mutu Pelayanan Akademik
PENDAHULUAN
Pendidikan bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa serta melahirkan generasi penerus yang kreatif untuk itu dibutuhkan persaingan yang kompetitif antar institusi pendidikan dalam menghasilkan lulusan yang bermutu. Saat ini persoalan yang dihadapi oleh setiap sekolah pada umumnya menyangkut masalah kelemahan infrastruktur, sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan, kualitas calon siswa, kurikulum, proses pembelajaran, dan manajemen kelembagaan. Melihat kemajuan yang semakin pesat khususnya teknologi maka mau tidak mau sekolah harus dapat menyesuaikan diri dan dapat mengimbangi berbagai kemajuan. Dalam hal ini sekolah harus menciptakan pelayanan yang bermutu sehingga mendorong semangat bagi siswa. Layanan merupakan sebuah proses pemberian jasa oleh suatu pihak ke pihak lain, artinya kualitas pelayanan merupakan suatu bentuk penilaian pengguna jasa terhadap tingkat pelayanan yang diterima dengan tingkat pelayanan yang diharapkan. Pelayanan adalah salah satu kegiatan penting dalam sebuah akademika karena hal tersebut merupakan tolok ukur keberhasilan dari kinerja dan profesionalitas pihak sekolah sebagai penyelenggara kegiatan akademik. Hal ini terjadi karena kegiatan pelayanan merupakan kegiatan yang membutuhkan kontak atau interaksi langsung antara kepala sekolah, guru dan siswa, sehingga penilaian siswa akan muncul ketika kegiatan pelayanan tersebut dilangsungkan. Layanan bermutu adalah layanan yang dapat memenuhi atau bahkan melebihi apa yang diharapkan oleh pengguna. Menurut Sugito (2005) bahwa kepuasan adalah terpenuhinya keinginan, harapan, dan kebutuhan pelanggan diniliai pelayanan itu memuaskan. Pengukuran mutu pelayanan akademik merupakan elemen penting yang lebih baik, lebih efisien dan lebih efektif. Oleh karena itu mutu pelayanan akademik harus dimulai dari kebutuhan siswa akan pelayanan dan berakhir pada persepsi siswa akan mutu pelayanan yang diberikan. Menurut Peraturan Pemerintah nomor 65 tahun 2005 Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disingkat SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh
setiap warga secara minimal. Isi SPM tersebut adalah Pedoman SPM Penyelenggaraan TK, SD, SMP. SMA, SMK, dan SLB sebagai berikut: (1) Dasar hukum (2) Tujuan penyelenggaraan sekolah (3) Standar kompetensi (4) Kurikulum (5) Peserta didik (6) Ketenagaan (7) Sarana dan prasarana fasilitas belajar (8) Organisasi (9) Pembiayaan (10) Manajemen (11) Peran serta masyarakat. Layanan akademik ini bersifat membantu guru dalam membentuk perilaku belajar peserta didik yang relevan dengan tuntutan pembelajaran agar guru lebih efisien dan efektif dalam menyelenggarakan pembelajaran (Syamsudin, 2010:273). Sejalan dengan peraturan pemerintah di atas jelaslah bahwa salah satu indikator mutu pelayanan akademik yang baik adalah tersedianya fasilitas belajar.
Ketersediaan fasilitas belajar memiliki dampak terhadap hasil belajar siswa karena fasilitas belajar yang kurang baik bisa membuat siswa sulit untuk belajar karena guru kurang optimal melaksanakan kegiatan pembelajaran, selain itu memungkinkan siswa meninggalkan sekolah atau pindah ke sekolah lain. Hasil observasi menunjukkan bahwa ketersediaan fasilitas belajar juga menjadi masalah di SMP Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo. Dari hasil wawancara dengan guru dikatakan bahwa
untuk menunjang kegiatan belajar, pihak sekolah telah
menyedikan fasilitas belajar seperti gedung sekolah, lapangan olahraga multi fungsi, laboratorium, perpustakaan, tempat belajar, peralatan tulis, media belajar, dan fasilitas lainnya. Dari hasil pengamatan nampak bahwa fasilitas belajar seperti perpustakaan dan fasilitas wifi perlu diperbaiki lagi. Gedung perpustakaan nampak kurang dirawat sehingga berdampak pada rendahnya minat siswa untuk memanfaatkan perpustakaan sebagai tempat membaca dan mencari tugas-tugas yang berhubungan dengan materi pelajaran. Selain itu penataan buku-buku yang kurang baik serta kondisi ruangan yang sempit dan pengap berdampak pula pada motivasi siswa untuk membaca di perpustakaan. Ditinjau dari jumlah buku-buku penunjang kegiatan belajar mengajar nampak bahwa di perpustakaan masih kurang buku cetakan terbaru. Sedangkan untuk fasilitas wifi nampak bahwa sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi padahal fasilitas jaringan wifi sangat diperlukan
siswa untuk mencari materi pelajaran atau untuk menambah referensi dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru. Kondisi fasilitas belajar yang masih kurang ini bisa berdampak buruk pada mutu pelayanan akademik karena salah satu faktor yang dapat menunjang dalam pelayanan akademik untuk mempermudah siswa dalam memecahkan masalahmasalah yang timbul sewaktu mempelajari dan memahami pelajaran atau tugas yang diberikan oleh guru adalah ketersediaan fasilitas belajar yang memadai. Misalnya seorang siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru sangat memerlukan buku untuk perpustakaan, begitu juga dengan fasilitas wifi yang rusak berdampak pada masalah belajar siswa untuk mengerjakan tugas tersebut. Kurang lengkapnya buku-buku yang diperlukan menyebabkan siswa malas belajar serta menghalangi siswa untuk belajar lebih baik, dan sulit untuk belajar dengan sungguh-sungguh apabila buku-buku yang diperlukan sebagai alat penunjang tidak lengkap atau tidak ada. Oleh sebab itu pihak sekolah perlu memikirkan untuk melengkapi buku pelajaran. Jadi apabila siswa mendapat fasilitas belajar yang baik dan didukung oleh kemampuan siswa maupun guru dalam memanfaatkannya secara optimal diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan mutu pelayanan di SMP Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo menjadi lebih baik. Ditinjau dari pelayanan akademik diketahui bahwa saat ini pihak SMP Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo mengacu pada mutu pelayanan akademik sesuai dengan Permendiknas Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal yakni dengan menyediakan sarana dan prasarana kegiatan belajar mengajar seperti gedung sekolah yang memadai, laboratorium Biologi, Laboratorium Komputer, Perpustakaan, lapangan olahraga, guru sesuai dengan stratifikasi ilmu minimal berpendidikan sarjana (S1). Dari informasi yang dikatakan oleh guru SMP Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo bahwa sekolah ini lebih dikenal dengan sekolah olahraga sehingga penyediaan fasilitas sarana olahraga sangat memadai. Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan akademik, pihak sekolah juga melaksanakan kerjasama dengan pihak pemerintah Kabupaten Gorontalo menuju sekolah yang bertaraf Nasional namun untuk
fasilitas lainnya seperti perpustakaan dan fasilitas wifi kurang diperhatikan oleh pihak sekolah. Sehubungan dengan uraian di atas maka peneliti akan melaksanakan penelitian dengan judul ”Hubungan Fasilitas Belajar Terhadap Mutu Pelayanan Akademik Siswa Kelas VII1 SMP Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo”
KAJIAN TEORI Fasilitas Belajar Pengertian Fasilitas Belajar Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, fasilitas adalah segala hal yang dapat memudahkan perkara (kelancaran tugas dan sebagainya) atau kemudahan. (Kamus Besar Indonesia, 2011: 314). Sedangkan menurut Subroto di dalam Arianto (2012:2) bawha fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan dan memperlancar pelaksanaan suatu usaha, dapat berupa benda-benda maupun uang. Penelitian ini fasilitas belajar identik dengan sarana prasarana pendidikan. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab VII Standar Sarana dan Prasarana, pasal 42 menegaskan bahwa (1) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan, (2) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat olahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/ tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Mulyasa (2005:49) dalam manajemen berbasis sekolah menyatakan bahwa, yang dimaksud dengan sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat
dan media pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah sebagai sekaligus lapangan olahraga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan. Ciri utama dari kegiatan pembelajaran adalah adanya interaksi. lnteraksi yang terjadi antara si belajar dengan lingkungan belajarnya, baik itu dengan guru, teman-temannya, tutor, media pembelajaran, dan atau sumber-sumber belajar yang lain. Dimana di dalam pembelajaran akan terdapat komponen-komponen seperti tujuan, materi/bahan ajar, metode dan media, evaluasi, anak didik/ siswa, dan adanya pendidik/guru (Riyana, 2007). Menurut pendapat Dimyati dan Mudjiono (2009: 244) bahwa fasilitas belajar merupakan sarana dan prasarana pembelajaran. Prasarana meliputi gedung sekolah, ruang belajar, lapangan olahraga, ruang ibadah, ruang kesenian dan peralatan olah raga. Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas laboraturium sekolah dan berbagai media pembelajaran yang lain. Sedangkan menurut Daryanto (2006: 51) secara etimologi (arti kata) fasilitas yang terdiri dari sarana dan prasarana belajar, bahwa sarana belajar adalah alat langsung untuk mencapai tujuan pendidikan, misalnya lokasi/tempat, bangunan dan lain-lain, sedangkan prasarana adalah alat yang tidak langsung untuk mencapai tujuan pendidikan, misalnya ruang, buku, perpustakaan, laboraturium dan sebagainya. Indikator Fasilitas Belajar Kelengkapan fasilitas di sekolah, jika sekolah memiliki kemampuan keuangan yang baik, maka kelengkapan fasilitas penunjang kegiatan belajar siswa dapat terpenuhi dengan baik. Semakin lengkap fasilitas belajar, akan semakin mempermudah dalam melakukan kegiatan belajar. Sebagaimana dikemukakan oleh Nasution (2005: 76) bahwa untuk memperbaiki mutu pengajaran harus di dukung oleh berbagai fasilitas, sumber belajar dan tenaga pembantu antara lain
diperlukan sumber-sumber dan alat-alat yang cukup untuk memungkinkan murid belajar secara individual. Dengan demikian, adanya fasilitas belajar yang lengkap diharapkan akan terjadi perubahan, misalnya dengan sekolah menyediakan fasilitas belajar yang lengkap, siswa akan lebih bersemangat dalam belajar, siswa tidak perlu meminjam ataupun menggantungkan tugasnya pada teman, karena ia dapat mengerjakan tugasnya sendiri dengan bantuan fasilitas yang telah disediakan. Prantiaya (2008:15) mengelompokkan fasilitas belajar menjadi tiga bagian. Ketiga bagian tersebut adalah sumber belajar, alat belajar dan pendukung pembelajaran. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi belajar seseorang. Sedangkan pendapat lain dikemukakan oleh Association Educational Communication and Technology (AECT) yang dikutip oleh Kherid (2009:43) yaitu berbagai atau semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan siswa dalam belajar, baik secara terpisah maupun terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar. Alat belajar merupakan bahan atau alat apapun yang digunakan untuk membantu dan peyampaian dan penyajian materi pembelajaran. Alat ini dapat berupa alat peraga baik itu alat elektronik maupun alat lainnya yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Bagian lain yang cukup penting dalam fasilitas belajar adalah prasarana pendukung berupa gedung, terkhusus ruang kelas yang digunakan dalam pembelajaran. Diharapkan dalam ruangan atau gedung tersebut tercipta suasana yang kondusif guna kelancaran dan tercapainya tujuan pembelajaran. Menurut The Liang Gie (2012) bahwa fasilitas belajar dapat dilihat dari tempat dimana aktivitas belajar itu dilakukan. Berdasarkan tempat aktivitas belajar dilaksanakan, maka fasilitas belajar dapat dikelompokan menjadi dua yaitu fasilitas belajar di sekolah dan fasilitas belajar di rumah. Menurut Hamalik (2013:55) terkait fasilitas belajar sebagai unsur penunjang belajar, bahwa ada tiga hal yang perlu mendapat perhatian kita, yakni media atau alat bantu belajar, peralatan-perlengkapan belajar, dan ruangan belajar. Ketiga komponen ini saling mengait dan mempengaruhi. Secara keseluruhan, ketiga komponen ini
memberikan kontribusinya, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersamasama terhadap kegiatan dan keberhasilan belajar. Menurut Mulyani (dalam Suharsismi dan Lia, 2008) bahwa perpustakaan sekolah merupakan suatu unit kerja yang merupakan bagian integral dari lembaga pendidikan sekolah yang berupa tempat menyimpan koleksi bahan pustaka yang diatur secara sistemik dengan cara tertentu untuk digunakan siswa dan guru sebagai suatu sumber informasi dalam rangka menunjang program belajar dan mengajar. Mutu Pelayanan Akademik Konsep Pelayanan Pelayanan adalah usaha melayani kebutuhan orang lain. Pelayanan pada dasarnya adalah kegiatan yang ditawarkan kepada konsumen atau pelanggan yang dilayani, yang bersifat tidak berwujud dan tidak dapat dimiliki. Sejalan dengan hal tersebut, Norman (2011:14) menyatakan karakteristik pelayanan sebagai berikut: a. Pelayanan bersifat tidak dapat diraba, pelayanan sangat berlawanan sifatnya dengan barang jadi. b. Pelayanan pada kenyataannya terdiri dari tindakan nyata dan merupakan pengaruh yang bersifat tindakan sosial. c.
Kegiatan produksi dan konsumsi dalam pelayanan tidak dapat dipisahkan secara nyata, karena pada umumnya terjadi dalam waktu dan tempat bersamaan. Pengertian lebih luas mengenai pelayanan disampaikan Daviddow dan Uttal
dalam Sutopo dan Suryanto (2013:9) bahwa pelayanan merupakan usaha apa saja yang meningkatkan kepuasan pelanggan. Pelayanan yang menjadi produk dari organisasi pemerintahaan adalah pelayanan masyarakat (publik service). Pelayanan tersebut diberikan untuk memenuhi hak masyarakat, baik layanan sipil maupun publik. Artinya kegiatan pelayanan pada dasarnya menyangkut pemenuhan suatu hak dan melekat pada setiap orang, baik secara pribadi maupun berkelompok (organisasi), serta dilakukan secara universal. Teori ini sesuai dengan pendapat Moenir (2008:41) yang menjelaskan bahwa hak atas pelayanan
itu sifatnya universal, berlaku terhadap siapa saja yang berkepentingan atas hak tersebut. Thoha (2010:4) menjelaskan bahwa tugas pelayanan lebih menekankan kepada mendahulukan kepentingan umum, mempermudah urusan publik, dan mempersingkat waktu proses. Sedangkan tugas mengatur lebih menekankan kepada kepuasan atau power yang melekat pada posisi jabatan birokrasi. Lebih lanjut Pasolong (2008:128) berpendapat bahwa pelayanan pada dasarnya dapat didefinisikan sebagai aktivitas seseorang, sekelompok, dan organisasi baik langsung maupun tidak langsung untuk memenuhi kebutuhan. Sedangkan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (2013:2), mengemukakan pelayanan adalah segala bentuk kegiatan pelayanan dalam bentuk barang atau jasa dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No 63/KEP/M.PAN7/ 2003, tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, yang disebut pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima layanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-Undangan. Lebih spesifik lagi Dwiyanto (2005:141) mendefinisikan Pelayanan Publik sebagai serangkaian aktivitas yg dilakukan oleh birokrasi publik untuk memenuhi kebutuhan warga pengguna. Betapa penting nya birokrasi dalam pelayanan publik sehingga birokrasi selalu menjadi sorotan dan perhatian masyarakat baik pengguna layanan secara langsung maupun tidak . Tidak hanya barang yang dihasilkan dalam pelayanan publik, tetapi juga jasa dalam hal memberikan pelayanan administrasi. Berdasarkan teori para ahli tersebut di atas, maka pelayanan adalah suatu kegiatan atau tindakan yang dilakukan oleh penyelenggara pelayanan baik berupa barang ataupun jasa yang menghasilkan manfaat bagi penerima layanan. Konsep Mutu Pelayanan Akademik Manajemen mutu merupakan strategi pengelolaan mutu yang berusaha memenuhi harapan pelanggan yang dilakukan secara bertahap dan terus menerus untuk mencapai peningkatan mutu. Layanan jasa pendidikan oleh lembaga
pendidikan terhadap masyarakat di abad ke-21 memerlukan Sumber Daya Manusia unggul yang merupakan konsekuensi logis pentingnya pelaksanaan dari manajemen mutu layanan dalam pendidikan. Suatu organisasi yang berhasil adalah organisasi yang tingkat efektivitas dan produktivitasnya semakin lama semakin baik. Kebermaknaan setiap organisasi akan dirasakan oleh para pelanggan, baik pelanggan internal maupun pe langgan eksternal dari organisasi. Manajemen mutu layanan dalam pendidikan melewati beberapa proses sejak dari persiapan, perencanaan, dan pelaksanaan mutu jasa layanan pendidikan yang diharapkan para peserta didik. Kepemimpinan merupakan kunci bagi pelaks anaan manajemen mutu layanan pendidikan yang perlu dibangun dalam basis yang kuat, karena tidak ada gerakan mutu layanan tanpa pernah dipikirkan dan direncanakan oleh pimpinan puncak lembaga pendidikan. Seluruh level kepemimpinan manajerial dari lembaga pendidikan, seperti sekolah, akademi, institut, dan universitas yang ada dalam tataran sistem pendidikan nasional dituntut untuk mengetahui dan melaksanakannya demi pengembangan mutu Sumber Daya Manusia di negeri ini. Keberadaan rektor, direktur, dekan, kepala sekolah, kepala madrasah, dan pemimpin pesantren dituntut harus kredibel, mempunyai visi, dan memiliki kompetensi manajerial. Mereka inilah yang dapat melakukan gerakan mutu layanan dalam pendidikan, menyusun program-program perbaikan mutu layanan, membagi tugas bagi para pegawai untuk melakukan layanan yang bermutu, serta menciptakan kepuasan peserta didik karena langsung berhubungan dengan operasionalisasi pendidikan. Konsep manajemen mutu layanan berarti mengutamakan layanan terhadap peserta didik dalam meningkatkan mutu, atau upaya perbaikan lembaga pendidikan secara komprehensif. Didalamnya tentu harus ada upaya dalam memperbaiki kultur lembaga pendidikan dan hal itu dimulai dari tindakan manajemen. Oleh karena itu, terdapat beberapa usaha yang dilakukan untuk mencapai kepuasan pelanggan pendidikan melalui perbaikan terus menerus, pembagian tanggung jawab dengan para pegawai, serta pengurangan pekerjaan tersisa dan pengerjaan ulang.
Secara konseptual manajemen mutu dapat diterapkan baik pada barang maupun jasa, karena yang ditekankan dalam penerapan manajemen mutu adalah perbaikan sistem kualitas, bukan sekedar perbaikan kualitas barang dan/atau jasa. Gaspersz (2013:235) menyatakan bahwa ada beberapa dimensi yang harus diperhatikan untuk meningkatkan mutu layanan, yaitu: (1) ketepatan waktu pelayanan, (2) akurasi pelayanan, (3) kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan, (4) tanggung jawab, berkaitan dengan penerimaan pesanan dan penanganan keluhan dari pelanggan, (5) kelengkapan, (6) kemudahan mendapatkan pelayanan, (7) variasi model pelayanan, berkaitan dengan inovasi untuk memberikan pola-pola baru dalam pelayanan, (8) pelayanan pribadi, berkaitan dengan fleksibilitas, penanganan permintaan khusus, dan lain-lain, (9) kenyamanan dalam mempero leh pelayanan, (10) atribut pendukung pelayanan lainnya, seperti: lingkungan, kebersihan, ruang tunggu, fasilitas musik, AC, dan lain -lain. Menurut Berry Berman (2010:67) ada lima komponen pokok yang menentukan kualitas layanan yaitu: reliability meliputi kemampuan untuk melaksana kan jasa yang dijanjikan dengan tepat dan terpercaya, responsiveness meliputi kemauan untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat atau ketanggapan, assurance meliputi pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayan dan keyakinan, empathy meliputi syarat untuk peduli, memberi perhatian pribadi bagi pelanggan, dan tangible meliputi fasilitas fisik, peralatan, personal dan media komunikasi. Dalam penelitian ini kelima komponen kualitas layanan diatas akan digunakan sebagai acuan dalam kerangka pikir. Adapun alasan pemilihan komponen kualitas layanan ini didasarkan pada telaah literatur yang komponen kualitas layanan inilah yang paling banyak diacu untuk menentukan mutu layanan. Kualitas layanan berkaitan erat dengan kepuasan pelanggan. Kualitas memberikan dorongan khusus bagi para pelanggan untuk menjalin ikatan relasi saling menguntungkan dalam jangka panjang dengan suatu organisasi. Ikatan emosional semacam ini memungkinkan organisasi untuk memahami dengan seksama harapan dan kebutuhan spesifik pelanggan. Pada gilirannya organisasi
dapat meningkatkan kepuasan pelanggan, yaitu organisasi memaksimalkan pengalaman pelanggan yang menyenangkan dan meminimalkan atau meniadakan pengalaman pelanggan yang kurang menyenangkan. Kualitas layanan harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir dengan kepuasan pelanggan serta persepsi positif terhadap layanan. Lewis dan Booms dalam Tjiptono dan Gregorius (2009:121) mendefinisikan kualitas layanan sebagai ukuran seberapa bagus tingkat layanan yang diberikan mampu sesuai dengan ekspektasi pelanggan. Berdasarkan definisi ini, kualitas layanan bisa diwujudkan melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pel anggan. Dengan demikian, ada dua faktor utama yang mempengarui kualitas layanan, yaitu layanan yang diharapkan (expected service) dan layanan yang dirasakan atau dipersepsikan (perceived service). Apabila layanan yang yang dirasakan sesuai dengan layanan yang diharapkan, maka kualitas layanan bersangkutan akan dipersepsikan baik atau positif. Jika layanan yang dirasakan melebihi layanan yang diharapkan, maka kualitas layanan dipersepsikan sebagai kualitas ideal. Sebaliknya apabila layanan yang dirasakan lebih jelek dibandingkan layanan yang diharapkan, maka kualitas layanan dipersepsikan negatif atau buruk. Oleh sebab itu, baik tidaknya kualitas layanan tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan pelanggannya secara konsisten. Layanan akademik adalah layanan bimbingan dan konseling yang memandirikan peserta didik dalam kegiatan belajar, meliputi kegiatan tatap muka (pembelajaran di kelas), pengerjaan tugas terstruktur dari guru dan belajar secara mandiri. Tujuan layanan ini adalah peserta didik memiliki sikap, keterampilan, kesiapan dan kebiasaan belajar yang mandiri dalam rangka mencapai standar kompetensi (SK) peserta didik melalui kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru bidang studi. Layanan akademik ini bersifat membantu guru dalam membentuk perilaku belajar peserta didik yang relevan dengan tuntutan pembelajaran agar guru lebih efisien dan efektif dalam menyelenggarakan pembelajaran (Syamsudin, 2010:273).
Guru sudah berusaha melakukan pembelajaran dengan mencurahkan segenap kemampuannya, namun ditemukan beberapa kenyataan sebagai berikut. (a) Pertama, berdasarkan tujuan pembelajaran, ditemukan peserta didik yang dapat mencapai prestasi belajar tinggi, prestasi rata-rata dan prestasi rendah. (b) Kedua, berdasarkan kapasitas kecerdasan dan bakat ditemukan kelompok peserta didik berprestasi lebih tinggi dari kapasitasnya (overachiever), berprestasi susuai dengan kapasitasnya (estimated students) dan berprestasi tidak memuaskan atau di bawah kemampuan yang seharusnya (underachiever). (c) Ketiga, berdasarkan waktu yang digunakan ditemukan peserta didik cepat yang sangat cepat belajar (rapid learner), peserta didik normal, dan lambat (slow learner). Keempat, berdasarkan kelompok sebagai bandingan ditemukan peserta didik kelompok unggul (higher group), rata-rata (average), dan kelompok rendah (lower group) (Syamsuddin, 2010:273).
METODE PENULISAN Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain causal atau sebab akibat. Penelitian ini menggunakan desain cross section untuk mengukur hubungan fasilitas belajar dengan mutu pelayanan akademik. Variabel X dalam penelitian ini adalah fasilitas belajar, menurut Prantiaya (2008:15) bahwa fasilitas belajar dibagi menjadi tiga bagian yakni sumber belajar, alat belajar dan pendukung pembelajaran. Variabel Y adalah mutu pelayanan akademik yakni layanan bimbingan dan konseling yang memandirikan peserta didik dalam kegiatan belajar, meliputi kegiatan tatap muka (pembelajaran di kelas), pengerjaan tugas terstruktur dari guru dan belajar secara mandiri, orientasi belajar (lingkungan belajar seperti fasilitas belajar, iklim, dan budaya) (Syamsudin, 2010:13). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut. Fasilitas Belajar (Variabel Independent)
Mutu Pelayanan Akademik (Variabel Dependent)
HASIL DAN PEMBAHASAN Fasilitas belajar merupakan faktor penentu mutu pelayanan akademik, sebab fasilitas belajar adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan dan memperlancar pelaksanaan suatu kegiatan belajar. Ketersediaan fasilitas belajar memiliki dampak terhadap hasil belajar siswa karena fasilitas belajar yang kurang baik bisa membuat siswa sulit untuk belajar karena guru kurang optimal melaksanakan kegiatan
pembelajaran,
selain
itu
meningkatkan
kemungkinan
siswa
meninggalkan sekolah atau pindah ke sekolah lain. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa fasilitas belajar berpengaruh terhadap mutu pelayanan akademik pada siswa kelas VII1 SMP Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo yang dibuktikan oleh persamaan regresi Ŷ = 15.336 + 0.664X. Nilai konstanta adalah 15.336, artinya apabila tidak ada kontribusi fasilitas belajar maka mutu pelayanan SMP Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo sebesar 15.336. Dari hasil analisa menunjukkan bahwa nilai koefisien adalah 0.664 yang menunjukkan bahwa kontribusi variabel fasilitas belajar terhadap mutu pelayanan sebesar adalah 0.664. Fasilitas belajar merupakan segala hal yang diperlukan dalam proses belajar mengajar agar tujuan pendidikan dapat berjalan lancar, teratur, efektif dan efisien. Menurut Prantiaya (2008) bahwa fasilitas belajar adalah penyediaan sarana dan prasarana pembelajaran seperti sumber belajar, alat belajar dan pendukung pembelajaran. Semakin baik dan komplit fasilitas belajar yang disediakan maka akan berdampak pada peningkatan mutu pelayanan di SMP Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo. Berdasarkan hasil penelitian diketahui pula bahwa terdapat hubungan antara fasilitas belajar dengan mutu pelayanan akademik pada siswa kelas VII 1 SMP Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo yang dibuktikan oleh nilai r = 0.727 atau 72.7%, Artinya terdapat hubungan
fasilitas belajar dengan mutu pelayanan
akademik tergolong kuat. Sedangkan nilai koefisien determinasi adalah sebesar r 2 = 0. 529 atau 52.9% dan masih terdapat 47.1% yang dipengaruhi variabel lain namun tidak dijadikan variabel dalam penelitian ini.
Fasilitas belajar dapat menunjang kegiatan belajar dan hal ini merupakan wujud dari mutu pelayanan akademik. Keadaan fisik yang lebih baik lebih menguntungkan siswa belajar dengan tenang dan teratur. Sebaliknya lingkungan fisik yang kurang memadai akan mengurangi efisiensi hasil belajar. Jadi kelancaran dan keterlaksanaan sebuah proses pembelajaran akan lancar dan baik jika didukung sarana atau fasilitas pembelajaran yang lengkap serta dengan kondisi yang baik sehingga tujuan dari pembelajaran akan tercapai dengan baik. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Dalyono (2011:241) bahwa kelengkapan fasilitas belajar akan membantu siswa dalam belajar, dan kurangnya alat-alat atau fasilitas belajar akan menghambat kemajuan belajarnya. Selain itu Menurut Syamsuddin (2010:311) bahwa salah satu indikator mutu pelayanan akademik adalah orientasi yang meliputi lingkungan fasilitas belajar. Ketersediaan fasilitas belajar yang baik dan lengkah merupakan wujud nyata dari mutu pelayanan akademik.. Jadi salah satu wujud dari mutu pelayanan akademik adalah tersedianya sarana dan prasarasa seperti fasilitas belajar. Berdasarkan uji hipotesis diketahui bahwa nilai thitung = 5.299 sedangkan ttabel = 2.060 menunjukkan bahwa thitung > ttabel maka H0 diterima artinya bahwa fasilitas belajar berhubungan dengan mutu pelayanan akademik pada siswa kelas VII1 SMP Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo. Jadi
fasilitas belajar
berhubugan dengan mutu pelayanan akademik pada siswa kelas VII 1 SMP Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Sutrisno Daud (2009) bahwa fasilitas belajar berhubungan dengan mutu pelayanan akademik. Mutu pelayanan akademik dapat dikatakan sudah baik jika sarana dan prasaranan seperti fasilitas belajar dalam keadaan baik.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditetapkan beberapa kesimpulan sebagai berikut.(1) Fasilitas belajar berhubungan dengan mutu pelayanan akademik pada siswa kelas VII1 SMP Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo yang dibuktikan oleh nilai koefisien korelasi 0.727. Sebelum dilakukan
penelitian diduga bahwa terdapat hubungan antara fasilitas belajar dengan mutu pelayanan akademik dan setelah dilakukan penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara fasilitas belajar dengan mutu pelayanan akademik pada siswa kelas VII1 SMP Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo tergolong kuat.(2)Besarnya pengaruh variabel fasilitas belajar terhadap mutu pelayanan akademik siswa kelas VII1 SMP Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo ditunjukkan oleh nilai r determinasi yakni sebesar 0.529 atau 52.9%. Hal ini berarti bahwa fasilitas belajar berpengaruh terhadap pencapaian mutu pelayanan akademik sebesar 52.9% dan masih ada juga variabel lain yang berpengaruh terhadap mutu pelayanan akademik seperti iklim, dan budaya. Sejalan dengan kesimpulan di atas maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut. (1) Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa atau peneliti sebagai referensi untuk penelitian tentang penelitian yang berhubungan dengan fasilitas belajar dan mutu pelayanan akademik (2) Pihak sekolah sebaiknya dapat meningkatkan mutu pelayanan akademik dengan menyediakan fasilitas belajar yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Arikunto Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta. Rineka Cipta Burhanudin Tola, dan Furqon. 2008. Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta. Bumi Aksara Daryanto, H.M. 2006. Administrasi Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta Dwiyanto Agus. 2005. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik. Yogyakarta. Gajah Mada Univesity Pers Gaspersz Vincent. 2013. Manajemen Mutu Terpadu. Total Quality Management. Terjemahan. Jakarta. Rineka Cipta Isfandiari Purnamasari. 2010. Hubungan Fasiltias Belajar dengan Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri 1 Karanganyar. Skripsi Kherid, Z.Y.A. 2009. Sumber Belajar Dari Berbagai Macam Sumber. Online Mardalis. 2008. Metode Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta. Bumi Aksara
Moenir H.A.S. 2008. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta. PT. Bumi Aksara Mudjiono.,Dimiyati. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta Mulyasa E. 2005. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung. Remaja Rosda Karya Nasution, S. 2005. Manajemen Mutu Terpadu. Jakarta. Bumi Aksara Norman A. 2011. Konsep Manajemen Pelayanan Publik. Jakarta. Mitra Wacana Media Pasolong Harbani. 2008. Pengukuran Kinerja Sektor Pelayanan Publik. Bandung. CV Alfabeta Prantiya. 2008. Kontribusi Fasilitas Belajar dan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Kimia pada Siswa SMA Negeri 1 Karangnongko Kabupaten Klaten. Tesis. Surakarta: Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Sagala Syaiful. 2007. Management Strategik Dalam Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung. Alfabeta Sugito Hadi. 2005. Pendekatan Mutu dan Kepuasan Pelanggan Dalam Pelayanan. Bandung. Dewa Ruci Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif dan RND. Bandung. Alfabeta Sutopo dan Suryanto, Adi. 2013. Pelayanan Jasa dan Kualitasnya. Jakarta. Rineka Cipta Sutrisno Daud. 2012. Deskripsi Mutu Pelayanan Akademik di SMK Negeri 1 Limboto. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. IAIN Sultan Amai Gorontalo Syamsudin Abin. 2010. Manajemen Lesson Study. Jakarta. Rosda Tjiptono Fandy, dan Georgius Ng. 2009. Manajemen Pemasaran. Jakarta. Bayu Publishing Undang-Undang Online Berman Bhery. 2010. Kualitas Pelayanan. Http://www.google.com/search. Berman+Bhery.+2010.+Kualitas+Pelayanan.+Online diakses tgl 12 Januar 2015
Sharafudin N. 2012. Mutu Pelayanan Pendidikan. http://kakatua.kpt.co.id/_b.php ?_b =infop2k&index diakses tgl 17 Januari 2015