Hubungan Dukungan Sosial dengan Harga Diri Pembantu Rumah Tangga di Komplek Bintaro Jaya Sektor 3 RW 008 (Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat meraih gelar Sarjana Psikologi)
Oleh: Abdul Kholiq NIM: 101070023050
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULAH JAKARTA 2010
Hubungan Dukungan Sosial dengan Harga Diri Pembantu Rumah Tangga di Komplek Bintaro Jaya Sektor 3 RW 008 Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh : Abdul Kholiq 101070023050
Di Bawah Bimbingan Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Hamdan Yasun, M.Si
Gazi, M.Si
NIP. 130351146
NIP. 197112142007011014
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M/1431 H
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul “HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN HARGA DIRI PEMBANTU RUMAH TANGGA DI KOMPLEK BINTARO JAYA SEKTOR 3 RW 008” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 2 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi. Jakarta, 2 September 2010 Sidang Munaqasyah Dekan/
Pembantu Dekan
Ketua Merangkap Anggota
Sekretaris merangkap Anggota
Jahja Umar, Ph.D
Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si
NIP. 130 885 522
NIP. 195661223 198303 2001 Anggota :
Neneng Tati Sumiati, M.Si, Psi
Ikhwan Luthfi, M.Psi
NIP. 197303282000032003
NIP. 19730710200501106
Prof. Hamdan Yasun, M.Si
Gazi, M.Si
NIP. 130351146
NIP. 197112142007011014
iii
Motto
W| á|á| ~xáâÄ|àtÇ Ñtáà| twt ~xÅâwt{tÇ wtÇ à|wt~ twt ~xÜ}t ~xÜtá çtÇz á|t@á|t
iv
ABSTRAK (A) Fakultas Psikologi (B) Agustus 2010 (C) Abdul Kholiq (D) Hubungan Dukungan Sosial dengan Harga Diri Pembantu Rumah Tangga di Komplek Bintaro Jaya Sektor 3 Rw 008 (E) xiii + 65 Halaman (F)
Tidak ada yang menyangkal bahwa pembantu rumah tangga memiliki peran yang signifikan karena mereka mengisi lowongan pekerjaan di sektor informal rumah tangga namun masyarakat kita sering lupa bahwa para pembantu rumah tangga adalah juga manusia. Secara tidak sadar kita selalu menganggap bahwa pekerjaan tersebut adalah pekerjaan kasta terendah yang bisa diperlakukan semaunya. Padahal kalau kita mau jujur, pekerjaan itu sama kedudukannya dengan pekerjaan-pekerjaan lain sehingga situasi tersebut sering memunculkan berbagai masalah, diantaranya adalah timbulnya perasaan rendah diri. Perasaan rendah diri ditimbulkan karena adanya penilaian dari orang lain yang bisa memengaruhi pencitraan terhadap dirinya sehingga diperlukan adanya dukungan sosial dari orang lain dengan harapan bisa memperkuat dan menumbuhkan harga diri pembantu. Penelitian ini didasarkan atas kondisi yang kompleks seorang pembantu rumah tangga terkait dengan dukungan sosial dan harga dirinya dengan tujuan untuk mengetahui sejauhmana hubungan dukungan sosial dengan harga diri pembantu rumah tangga. Dukungan sosial berarti kenyamanan, perhatian, penghargaan atau bantuan yang didapat seseorang dari orang lain. Selain itu dukungan sosial juga bisa diartikan adanya informasi verbal atau non-verbal berupa saran atau nasehat, tindakan yang nyata atau materi yang berasas pada hubungan sosial yang akrab dan intim. Sedangkan harga diri adalah penghargaan atas diri atau harga diri adalah: Pertama, keyakinan terhadap kemampuan untuk berpikir dan menghadapi tuntutan hidup. Kedua, keyakinan akan hak untuk bahagia, perasan berharga, pantas atau layak untuk menilai kebutuhan dan keinginan, serta menikmati hasil kerja keras. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan jenis penelitian korelasional yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel penelitian. Metode korelasi bertujuan untuk meneliti sejauh mana variasi pada satu faktor berkaitan dengan variasi pada faktor lain. Dalam penelitian ini menyertakan 57 responden yang keseluruhannya adalah perempuan dengan berbagai latar belakang pendidikan dan durasi kerja yang berbeda-beda sebagai sampel dari jumlah populasi di Komplek Bintaro Jaya Sektor 3 Rw 008.
v
vi
Hasil penelitian dari data-data hasil penghitungan menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan harga diri pembantu rumah tangga Komplek Bintaro Jaya Sektor 3 Rw 008. Ini mengindikasikan bahwa harga diri pembantu rumah tangga Komplek Bintaro Jaya Sektor 3 Rw 008 juga dipengaruhi oleh dukungan sosial dalam lingkungan sekitarnya dimana arah hubungannya positif, semakin tinggi dan baik dukungan sosial yang diterima maka semakin meningkat pula harga dirinya. Saran kepada penyalur jasa pembantu rumah tangga kiranya adalah mereka dapat memberikan pendidikan, tidak saja keterampilan dan pengetahuan dasar, melainkan juga keterampilan sosial agar para pembantu rumah tangga ini dapat merespon lingkungan sosial mereka dengan baik. Kepada majikan tentu diharapkan mau dan mampu memberikan bantuan baik materi maupun immateri demi kenyamanan dan terciptanya suasana kerja yang kondusif sehingga secara tak langsung meningkatkan harga diri pembantu rumah tangganya. Saran praktis, kini saatnya pemerintah menetapkan aturan yang jelas mengenai pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga ini, agar tidak terjadi kembali kasus kekerasan dan penyia-nyiaan yang seringkali dialami oleh mereka yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Saran metodologis untuk penelitian selanjutnya ada baiknya dilakukan penelaahan terhadap faktor-faktor lain selain dukungan sosial yang dapat meningkatkan harga diri pembantu rumah tangga. Perlu ditelaah mengenai dampak jam kerja dan perilaku majikan terhadap kondisi psikologis para pembantu rumah tangga. Sampel yang dipergunakan kiranya juga perlu diperbesar dengan memperlebar jangkauan penelitian (G) Daftar Pustaka: 23 (1967 - 2009)
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji serta syukur penulis panjatkan hanya kepada Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya telah memberikan kekuatan lahir dan batin kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah untuk Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan yang sempurna untuk seluruh umat manusia di muka bumi ini hingga akhir zaman, serta kepada keluarga dan para sahabatnya yang senantiasa mendampinginya dalam menyebarkan ajaran kebenaran.
Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan dedikasi dari berbagai pihak yang telah membantu kelancarannya sehingga penulis dapat menyelesaikannya. Oleh karena itu, dengan penuh rasa hormat penulis akan memberikan rasa terima kasih kepada semua pihak tersebut, diantaranya: 1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jahja Umar, Ph.D beserta jajaran pimpinan lainnya. 2. Prof. Hamdan Yasun, M.Si, Dosen Pembimbing I, dan Gazi, M.Si, Dosen Pembimbing II, yang di tengah kesibukannya telah meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan, bimbingan dan saran dalam penulisan skrispsi ini. 3. Solicha, M.Si, Dosen Penasehat Akademik penulis serta seluruh dosen Fakultas Psikologi yang telah banyak memberikan ilmu dan arahannya. 4. Orang tua tercinta, Kasdi dan Khodijah yang telah memberikan kasih sayang dan doa yang tiada henti-hentinya dipanjatkan kepada Allah SWT guna keberhasilan dan kebahagiaan anak-anaknya. Terima kasih yang tak terhingga ananda ucapkan dari hati yang paling dalam. Ya Allah, Berikanlah kemuliaan untuk kedua orang tuaku ini, Amin. 5. Untuk kakak-kakak tercinta; Muhamad Khoeron dan Maesaroh yang telah memberikan bantuan baik moral maupun materiil serta fasilitas yang penulis butuhkan dalam penulisan skripsi ini, kebaikan dan kemurahan hatinya akan selalu penulis ingat.
vii
6. Keponakanku tersayang; Zaid Mubarok, senyum dan tawamu selalu membuat penulis rindu dan bahagia. 7. Teruntuk Nu’mah, orang yang sangat istimewa yang selalu mendampingi penulis baik suka maupun duka, terutama dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas kepedulian, kasih sayang, bantuan moral dan materiil, saran serta kesetiaannya mendampingi dan menunggu penulis selama ini. 8. Untuk teman-teman Fakultas Psikologi angkatan 2001; Imam, Abiq, Aan, Sibul, Rahmat, Hilman, serta teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan support serta kritik yang membangun.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikannya. Amin
Jakarta, Agustus 2010
Penulis
viii
DAFTAR ISI Halaman Judul ................................................................................................. i Halaman Persetujuan
.................................................................................. ii
Halaman Pengesahan
.................................................................................. iii
Motto ............................................................................................................... iv Abstrak ............................................................................................................ v Kata Pengantar ................................................................................................ vii Daftar Isi ......................................................................................................... ix Daftar Tabel .................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah .........................................................................1
1.2
Pembatasan dan Perumusan Masalah .....................................................5 1.2.1 Pembatasan Masalah ...................................................................5 1.2.2 Perumusan Masalah ....................................................................6
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...............................................................6 1.3.1 Tujuan Penelitian ........................................................................6 1.3.2 Manfaat Penelitian ......................................................................7 1.4 Sistematika Penulisan .............................................................................7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Harga Diri ................................................................................................ 9
ix
x 2.1.1 Definisi Harga Diri ...................................................................... 9 2.1.2 Tingkatan Harga Diri ................................................................... 11 2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Diri........................... 13 2.1.4 Aspek-Aspek Harga Diri.............................................................. 15 2.1.5 Komponen Harga Diri.................................................................. 17 2.2
Dukungan Sosial ...................................................................................... 18 2.2.1
Definisi Dukungan Sosial ........................................................... 18
2.2.2
Bentuk-Bentuk Dukungan Sosial................................................ 19
2.2.3
Sumber-Sumber Dukungan Sosial.............................................. 21
2.2.4
Efek Dukungan Sosial................................................................. 22
2.2.5
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Sosial................ 23
2.3
Pembantu Rumah Tangga ........................................................................24
2.4
Kerangka Berpikir ...................................................................................25
2.5
Hipotesa ...................................................................................................27
BAB III METODE PENELITIAN 3.1
Jenis Penelitian ........................................................................................28 3.1.1 Pendekatan dan Metode Penelitian .............................................28
3.2
Definisi Variabel dan Operasional Variabel ...........................................28
3.3
Pengambilan Sampel ...............................................................................30 3.3.1 Populasi dan Sampel ...................................................................30 3.3.2 Teknik Pengambilan Sampel ......................................................31
3.4
Teknik Pengumpulan Data ......................................................................32
xi 3.4.1 Instrumen Penelitian ...................................................................32 3.4.2 Teknik Uji Instrumen Penelitian .................................................33 3.5
Teknik Analisa Data ...............................................................................36
3.6
Prosedur Penelitian ..................................................................................37 3.6.1 Tahap Persiapan ..............................................................................37 3.6.2 Uji Coba Instrumen Penelitian .......................................................37 3.6.3 Pelaksanaan Penelitian....................................................................48
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1
Gambaran Umum Responden ................................................................. 49 4.1.1 Latar Belakang Responden ......................................................... 49 4.1.2 Kategorisasi Skor Harga Diri ...................................................... 50
4.2
Pengujian Hipotesis ................................................................................ 54 4.2.1 Hasil Utama Penelitian ............................................................... 54 4.2.2 Hasil Penelitian Tambahan .........................................................55
BAB V PENUTUP 5.1
Kesimpulan .............................................................................................58
5.2
Diskusi ....................................................................................................60
5.3
Saran .......................................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................65 LAMPIRAN ...................................................................................................67
DAFTAR TABEL Tabel 3.1
Instrumen penelitian
Tabel 3.2
Interpretasi nilai r
Tabel 3.3
Skala harga diri (pra-try out)
Tabel 3.4
Skor validitas harga diri
Tabel 3.5
Skala harga diri (pasca-try out)
Tabel 3.6
Skala dukungan social (pra-try out)
Tabel 3.7
Skor validitas dukungan sosial
Tabel 3.8
Skala dukungan sosial (pasca-try out)
Tabel 4.1
Tingkat pendidikan
Tabel 4.2
Masa kerja responden
Tabel 4.3
Kategorisasi skor harga diri
Tabel 4.4
Tingkat harga diri berdasarkan tingkat pendidikan
Tabel 4.5
Tingkat harga diri berdasarkan masa kerja
Tabel 4.6
Hasil penghitungan uji korelasi antara dukungan sosial dan harga diri
Tabel. 4.7
Hasil penghitungan uji beda tingkat harga diri berdasarkan pendidikan responden
Tabel 4.8
Hasil penghitungan uji beda tingkat harga diri berdasarkan lamanya responden bekerja
xii
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sosialnya manusia dengan segala kedirian individualitasnya selalu berinteraksi dan bersentuhan dengan individu lainnya. Secara sederhana hubungan yang terjalin antar individu itu menjadi kooperatif demi suatu kepentingan yang hendak dicapai. Biasanya, hubungan ini didasarkan rasa saling membutuhkan. Di luar konflik yang juga kadang terjadi, ini menunjukkan bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang satu sama lain saling membutuhkan bantuan. Akan tetapi tidak setiap orang yang membantu orang lain dengan begitu disebut sebagai pembantu. Meski, memiliki akar kata dasar yang sama yakni bantu. Seiring dengan perkembangan zaman, terutama masyarakat metropolitan (polis atau kota), yang juga sejalan dengan rutinitas masyarakatnya yang makin padat dan memakan waktu hingga tidak sempat “mengurusi “dapur sendiri maka banyak pekerjaan rumah tangga yang “dipercayakan” kepada orang lain dengan imbalan yang disepakati di muka. Kemudian, orang yang mengerjakan pekerjaan rumah tangga orang lain inilah yang biasa disebut sebagai pembantu rumah tangga (PRT). Dalam pengaturan jam kerja, jenis pekerjaan serta hak-haknya, PRT tidak termasuk dalam kategori buruh baik secara formal atau informal. PRT adalah jenis pekerjaan unik yang tidak selazim 1
2
buruh yang memiliki jam kerja yang jelas, hak-hak yang dilindungi pemerintah dalam undang-undang ketenagakerjaan, mengerjakan jenis pekerjaan dengan bidang yang konkret dan spesifik seperti produksi atau gudang, misalnya, pembantu relatif mengerjakan banyak pekerjaan rumah tangga seperti mencuci pakaian, mengepel lantai, belanja, memasak atau bahkan hal sepele seperti membukakan gerbang bagi tuannya yang berada di balik kemudi hingga tidak sedikit yang ditugaskan menjaga keamanan rumah dengan gaji “secukupnya”. Ditambah pandangan negatif masyarakat terhadap pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga, hal ini dapat menyebabkan rendahnya harga diri pembantu. Contoh kasus yang terjadi, seorang pembantu bernama Yati berumur 23 tahun, asal dari Ponorogo, dengan pendidikan terakhir lulusan SD. Yati bekerja pada sebuah keluarga kecil. Sebelumnya, Yati pernah bekerja sebagai pembantu rumah tangga di daerah dekat rumahnya tetapi kemudian mendapat tawaran untuk bekerja di Bintaro dengan imbalan yang cukup besar untuk ukuran orang desa. Akhirnya Yati menyanggupinya. Ketika ditanya mengenai pekerjaannya, Yati menjawab “Ya, gajinya lebih banyak disini mas daripada di desa, terus pekerjaannya tidak terlalu banyak, tapi saya selalu tanya yang harus saya kerjakan sama ibu (majikan perempuan) takut salah”. Dalam bekerja Yati selalu menunggu perintah dan petunjuk dari majikan, Yati tidak berani mengeluarkan ide-ide walaupun dalam hal kecil seperti membersihkan dapur karena Yati takut apa yang dikerjakannnya akan membuat si majikan marah dan tidak berkenan. Yati selalu merasa apa yang
3
dikerjakan adalah tidak benar dan Yati selalu tergantung perintah dari majikan walaupun dalam hal yang sangat sepele. Dari contoh kasus diatas tampak bahwa pembantu rumah tangga mempunyai harga diri yang rendah. Hal ini sesuai dengan ciri-ciri individu dengan harga diri yang rendah yang diungkapkan oleh Coopersmith (dalam Pamela, dkk. 2006), yaitu; memiliki perasaan inferior, takut gagal dalam membina hubungan sosial, terlihat sebagai orang yang putus asa dan depresi, merasa diri diasingkan, kurang dapat mengekspresikan diri, sangat tergantung pada lingkungan, tidak konsisten, secara pasif akan mengikuti apa yang ada di lingkungan dan mudah mengakui kesalahan. Fenomena besarnya angka kebutuhan tenaga pembantu rumah tangga di Indonesia, khususnya di kawasan pemukiman penduduk kelas menengah ke atas (komplek perumahan) tidak diiringi dengan peraturan-peraturan ketenagakerjaan yang jelas untuk melindungi hak-hak para pekerja rumah tangga dari pemerintah. Sehingga tidak jarang kita dengar cerita-cerita memilukan mengenai nasib tragis para pembantu rumah tangga baik di dalam negeri atau pun di luar negeri atau Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang umumnya berprofesi sebagai pembantu rumah tangga. Dengan kondisi tidak adanya peraturan dari pemerintah sebagai salah satu dukungan sosial seperti sekarang ini, image yang rendah pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga berimbas pada rendahnya image harga diri
mereka sebagai manusia di
lingkungan sosialnya. Manusia sebagai mahluk sosial tentunya membutuhkan bantuan atau pertolongan dari orang lain dalam banyak hal. Kebutuhan akan pertolongan orang
4
lain ini, tidak hanya dalam bentuk materi saja akan tetapi dapat juga berbentuk immateri, misalnya dukungan (support) dalam melakukan sesuatu. Dengan adanya dukungan sosial ini diharapkan dapat memperkuat atau menaikkan perasaan harga diri seseorang, membantu menghadapi dan menyelesaikan masalah. Jadi fungsi dukungan sosial adalah memberikan bantuan dalam bentuk penyelesaian masalah, sehingga akan memperkuat perasaan harga diri seseorang yang kemudian dapat dengan yakin mengambil kesimpulan terhadap suatu permasalahan. Dukungan dari lingkungan yang dapat meningkatkan harga diri pembantu dapat diperoleh dari berbagai sumber yaitu majikan, orang tua dan teman-teman. Dukungan dari majikan bisa berupa pemberian kesempatan kepada pembantu untuk bersosialisasi misalnya dengan ikut arisan atau kegiatan sosial, diberikan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan seperti sekolah sore atau kursus keterampilan. Selain dukungan dari majikan, dukungan dari orang tua dan keluarga juga dapat meningkatkan harga diri, seperti ungkapan “pekerjaan pembantu itu halal dan mulia daripada menjadi pengangguran atau menjadi wanita nakal”. Demikian pula peran seorang teman tidak dapat disepelekan, karena teman dapat memberikan dukungan secara moral berupa kehangatan dalam berkawan dan saling membantu dan menjadi teman curhat. Dukungan sosial digambarkan dengan kondisi ada atau tidaknya seseorang yang dapat dipercaya dapat membantu sehingga individu mengetahui bahwa dirinya dihargai. Jika individu diterima dan dihargai secara positif oleh orang lain, individu itu akan cenderung untuk mengembangkan sikap positif terhadap diri sendiri dan
5
lebih menerima dan menghargai diri sendiri. Menurut Sarafino (dalam bahri, 2006) bahwa dukungan sosial berarti kenyamanan, perhatian, penghargaan atau bantuan yang didapat seseorang dari orang lain. Salah satu aspek yang mendukung harga diri adalah kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain, dianggap dan diperhatikan oleh orang lain (dukungan sosial). Adanya hubungan antara perhatian keluarga, majikan dan teman akan mempengaruhi terhadap keberhargaan diri seseorang. Melihat fenomena pembantu rumah tangga tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara dukungan sosial dengan harga diri pembantu rumah tangga, karena fenomena tersebut cukup menarik dan kurang mendapat perhatian oleh masyarakat pada umumnya.
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.2.1
Pembatasan Masalah Agar penelitian ini mencapai tujuan dan mampu menjawab pertanyaan dalam
penelitian dengan tepat maka penelitian ini kami batasi pada: Harga diri dimaksud dalam penelitian adalah sejauhmana pembantu rumah tangga menilai dan menghargai karakteristik, kamampuan dan perilaku yang terdapat dalam dirinya sendiri. Ada tiga komponen terkait harga diri yang meliputi: perasaan dimiliki (feelings of belonging), perasaan mampu (feelings of competence), dan perasaan berharga (feelings of worth).
6
Dukungan sosial adalah hubungan antara pembantu rumah tangga dengan orang lain seperti rekan kerja, majikan, keluarga dan lingkungan sekitar yang dilandasi atas kenyamanan dan perhatian yang muncul dari hubungan yang akrab dan intim. Terdapat lima bentuk dukungan sosial, antara lain: dukungan materi, dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan informasi dan integrasi sosial. Pembantu rumah tangga dimaksud adalah seseorang yang bertugas mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mengepel dan sebagainya dan bukan tukang kebun atau baby sitter.
1.2.2
Perumusan Masalah Adapun untuk lebih menyederhanakan dan lebih memfokuskan penelitian ini,
maka menggunakan rumusan masalah sebagai berikut: Adakah hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan harga diri pembantu rumah tangga di Komplek Bintaro Jaya Sektor 3 Rw 008?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang
signifikan antara dukungan sosial dengan harga diri pembantu rumah tangga di Komplek Bintaro khususnya di Sektor 3 Rw 008.
7
1.3.2
Manfaat Penelitian Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah
bagi ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu psikologi pada khususnya yaitu psikologi sosial dan psikologi kepribadian. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada semua pihak seperti mahasiswa, dosen serta masyarakat secara umum untuk memberikan dukungan kepada para pembantu rumah tangga dengan sistem pendampingan serta mengkampanyekan kepada para majikan supaya memberikan dukungan sosial kepada pembantu rumah tangganya.
1.4 Sistematika Penulisan Dalam penulisan skripsi ini penulis membagi menjadi beberapa bagian bab untuk memudahkan pembahasan, yaitu: Bab 1 Latar Belakang Masalah, yang berisi pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. Bab 2 Tinjauan Pustaka yang berisi pembahasan dukungan sosial diantaranya yaitu: definisi dukungan sosial, bentuk-bentuk dukungan sosial, sumber-sumber dukungan sosial, efek dukungan sosial, dan faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan sosial. Kajian teori tentang harga diri yang memuat definisi harga diri, tingkatan harga diri, faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri, aspek-aspek harga diri, dan komponen harga diri.
8
Bab 3 Metode Penelitian berupa pendekatan penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data dan prosedur penelitian. Bab 4 Hasil Penelitian yang berisi deskripsi mengenai dukungan sosial dengan harga diri yang diperoleh pembantu rumah tangga di kawasan Komplek Bintaro Jaya Sektor 3 Rw 008. Bab 5 Penutup berisi kesimpulan dan saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Harga Diri 2.1.1
Definisi Harga Diri Istilah harga diri sesungguhnya mempunyai banyak variasi nama, misalnya
self-worth, self-regard, self-respect dan self-acceptance yang secara umum berarti harga diri. Dalam bukunya, Minchinton (1993) mendefinisikan harga diri sebagai penilaian yang seseorang berikan terhadap dirinya sendiri. Sementara itu, Coopersmith (dalam Thalib, 1999) mengatakan bahwa harga diri mengarah kepada self evaluation yang dilakukan oleh individu sebagai hasil dari interaksi individu dengan lingkungan serta dari sejumlah penghargaan, perhatian, penerimaan, dan perlakuan orang lain yang diterima oleh individu. Harga diri merupakan kemampuan seseorang untuk menilai dirinya sendiri, apakah dia cukup mampu, cukup berharga atau tidak dalam menyelesaikan problem-problem kehidupan.
Branden (1992)
menyatakan bahwa harga diri merupakan pengalaman bahwa kita pantas dengan hidup ini dan pada ketentuan hidup. Secara lebih spesifik, penghargaan atas diri adalah: 1. Keyakinan di dalam kemampuan kita untuk berpikir dan menghadapi tuntutan hidup.
9
10
2. Keyakinan di dalam hak kita untuk bahagia, perasaan berharga, layak, diizinkan untuk menilai kebutuhan dan keinginan kita serta menikmati kerja keras kita. Menurut Santrock (2002) harga diri merupakan dimensi evaluatif global dari diri. Harga diri juga diacu sebagai nilai diri atau citra diri. Sedangkan Abraham Maslow (dalam Goble, 1998) menjelaskan bahwa setiap orang memiliki dua kategori kebutuhan akan penghargaan, yakni harga diri dan penghargaan dari orang lain. Pertama, harga diri meliputi: kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi, ketidaktergantungan dan kebebasan. Kedua, penghargaan dari orang lain meliputi: prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, nama baik, serta penghargaan. Dalam uraian tersebut tampak bahwa Abraham Maslow (dalam Goble, 1998) membagi harga diri menjadi dua kategori: yakni harga diri dan penghargaan dari orang lain serta memandangnya sebagai sebuah kebutuhan, sama halnya dengan kebutuhan-kebutuhan yang berada di bawahnya, yakni: kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki-dimiliki, kebutuhan akan rasa aman dan kebutuhan fisiologis. Kemudian, selain kebutuhan tersebut terdapat pula kebutuhan yang disebut dengan kebutuhan aktualisasi diri yang berada di atas kebutuhan harga diri. Masing-masing tersusun secara hirarki, jika kebutuhan di bawahnya belum terpenuhi maka pemenuhan kebutuhan di atasnya menjadi tertunda. Terpuaskannya kebutuhan akan harga diri pada individu akan menghasilkan sikap percaya diri, rasa berharga, rasa kuat, mampu dan perasaan berguna. Akan tetapi sebaliknya, frustrasi karena terhambatnya pemuasan kebutuhan ini akan
11
menimbulkan sikap rendah diri, rasa tidak pantas, rasa lemah, tak mampu, dan rasa tak berguna sehingga menyebabkan individu tersebut mengalami kehampaan, keputusasaan, perasaan bersalah serta penilaian yang rendah atas dirinya sendiri dalam berinteraksi dengan orang lain. Dengan perkataan lain, harga diri merupakan hasil usaha individu yang bersangkutan dan merupakan bahaya psikologis yang nyata apabila seseorang lebih mengandalkan rasa harga dirinya pada opini orang lain ketimbang pada kemampuan dan prestasi nyata dirinya sendiri (Koswara, 1991). Dari pengertian-pengertian tentang harga diri di atas dapat disimpulkan bahwa harga diri adalah penilaian evaluatif, keyakinan dan penghormatan seseorang terhadap diri –kemampuan, potensi dan keberartian diri- yang terekspresikan melalui sikap-sikap. Harga diri bisa mengalami peningkatan atau penurunan dimana hal tersebut tergantung dari pengalaman seseorang baik positif atau negatif.
2.1.2
Tingkatan Harga Diri Harga diri sebagai evaluasi diri yang ditegakkan dan dipertahankan oleh
individu serta muncul dari sejumlah penghargaan, penerimaan, dan perlakuan orang lain yang diterima individu mempunyai karakteristik tingkatan-tingkatan yang berbeda. Coopersmith (dalam Pamela, dkk. 2006) menyusun tingkatan harga diri menjadi tiga bagian dimana harga diri sebagai self evaluation dipertahankan seseorang dan muncul dari penghargaan, penerimaan dan perlakuan dari orang lain, yang mana karakteristik dan tingkatannya berbeda-beda, yakni:
12
1. Tinggi Seseorang dengan harga diri tinggi mempunyai ciri sebagai berikut, antara lain: 1). Merasa berharga dan menghargai orang lain. 2). Mampu mengendalikan tindakan pada dunia di luar dirinya dan dapat menerima kritik. 3). Menyukai tugas baru dan menantang dan tidak panik jika semua tugas yang dikerjakan di luar rencana dan perkiran. 4). Berprestasi secara akademis dan dapat mengekspresikan diri dengan baik. 5). Tidak merasa sempurna karena mengetahui batasan dan berharap pada perbaikan diri. 6). Orientasi dan tujuan realistis serta bersikap demokratis. 7). Bahagia dan efektif dalam menyikapi tuntutan hidup. 2. Sedang Seseorang dengan harga diri sedang cenderung tergantung pada penerimaan lingkungan terhadap dirinya meskipun seseorang dengan harga diri sedang mempunyai kesamaan dengan seseorang yang harga dirinya tinggi dalam menyikapi penerimaan diri, cenderung optimis, ekspresif dan dapat menerima kritik. 3. Rendah Seseorang dengan harga diri rendah tentu saja menunjukkan kondisi terbalik dengan orang dengan harga diri tinggi. Orang dengan harga diri rendah memiliki sifat: 1). Merasa tidak berharga dan tidak disukai dan takut gagal dalam berhubungan dengan lingkungan sosialnya karenanya cenderung menolak dirinya, perasaan tidak puas dan meremehkan diri. 2). Tidak mampu mengekspresikan diri karena merasa tidak yakin pada pendapat dan kemampuan diri. 3). Tidak
13
menyukai hal baru dan tantangan karena mempunyai kesulitan dalam adaptasi terhadap sesuatu yang belum pasti. 4). Terlihat putus asa karena meerasa tidak banyak yang bisa diharapkan dari dirinya. 5). Merasa bahwa orang lain tidak memberikan perhatian, merasa terasing dan merasa tidak dicintai. 6). Beranggapan bahwa apa yang dikerjakan sia-sia dan selalu buruk meski berusaha dengan keras serta mudah menyerah.
2.1.3
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Diri Coopersmith (1967), pembentukan harga diri seseorang dipengaruhi beberapa
aspek yaitu sebagai berikut: 1. Keberhasilan (Success) Ada empat macam pengalaman yang dapat menimbulkan perasaan berhasil dalam diri seseorang, yaitu: Pertama, Keberhasilan dalam area signifikan yaitu keberhasilan yang tolok ukurnya didapat dari seberapa banyak penghargaan, perhatian, dan kasih sayang yang diterima seseorang dari orang lain. Penghargaan dan perhatian akan memunculkan sebuah ekspresi penerimaan dan popularitas bagi seseorang sedangkan sebaliknya akan memunculkan penolakan dan isolasi. Kedua, keberhasilan dalam area power, yaitu kemampuan atau keberhasilan dalam mengontrol perilaku yang akan terjadi pada diri. Pengakuan dan penghargaan yang diterima seseorang dari orang lain dapat memunculkan power dan dapat menimbulkan perasaan menghargai pandangan secara asertif, energik dan eksploratif dan pendapatnya sendiri dengan percaya diri.
14
Ketiga, keberhasilan dalam area virtue, kemampuan seseorang untuk bisa menyesuaikan diri dengan standar moral dan etika yang berlaku di lingkungannya. Kepatuhan terhadap nilai, moral dan etika yang dijalaninya diasumsikan mengandung sikap positif. Keempat, keberhasilan dalam area competence, yaitu keberhasilan menampilkan performa kerja dan prestasi yang sesuai dengan apa yang diharapkan. 2. Nilai (Values) Setiap orang menyikapi dan menilai keberhasilan yang telah dicapainya dengan berbeda-beda. Perbedaan dalam pemberian nilai dan makna terhadap pengalaman merupakan fungsi dari nilai yang diinternalisasi orang dan lingkungan sosial. Perlakuan menerima dan menghargai cenderung dapat menghasilkan standar nilai yang menimbulkan harga diri serta menumbuhkan standar nilai yang stabil dan realistis. Tepatnya bahwa standar nilai setiap orang mendapatkan pengaruhnya dari situasi dan kondisi lingkungan sosialnya. 3. Aspirasi (Aspirations) Ditinjau dari tujuan-tujuan pribadi seseorang memiliki perbedaan pada tingkat aspirasi antara yang mempunyai harga diri rendah dan tinggi. Orang dengan harga diri tinggi relatif menentukan tujuan yang lebih tinggi daripada seseorang dengan harga diri rendah. Pasalnya, orang dengan harga diri tinggi mempunyai harapan yang lebih dan merasa lebih berharga dengan cara merealisasikan harapan tersebut. Intinya, orang dengan harga diri tinggi berusaha mencapai harapan keberhasilan yang lebih tinggi dari yang mungkin ia peroleh. Harapan tersebut
15
menunjukkan suatu kepercayaan terhadap kemampuan dirinya dan keyakinan akan keberhasilan dengan ditunjukkan melalui sikap eksploratif. Sedangkan orang dengan harga diri rendah merasa tidak yakin akan kemampuannya untuk mencapai keberhasilan atau kesuksesan walaupun ia juga mengharapkan dapat mencapai keberhasilan. Ini menunjukkan sikap antisipasi terhadap kegagalan yang dapat menurunkan motivasi atau semangatnya. 4. Pertahanan (Defences) Perilaku menghadapi ancaman kegagalan atau ketidakberhasilan merupakan cara seseorang melindungi dan mempertahankan dirinya dari kecemasan dengan menurunkan harga dirinya yang membuatnya merasa tidak mampu atau tidak memiliki aspirasi. Karenanya seseorang yang memiliki pertahanan mampu mengatasi stimulus yang menimbulkan rasa cemas serta mampu menjaga perilakunya secara efektif.
2.1.4
Aspek-aspek Harga Diri Harga diri bukanlah sifat atau aspek tunggal saja, melainkan sebuah
kombinasi dari beragam sifat dan perilaku. Dalam bukunya, Maximum Self-esteem, Minchinton (1993) menjabarkan tiga aspek harga diri, yaitu perasaan mengenai diri sendiri, perasaan terhadap hidup, serta hubungan dengan orang lain. 1. Perasaan Mengenai diri sendiri Seseorang haruslah menerima dan menghargai dirinya secara penuh, apa adanya. Dengan begitu, perasaannya tentang kompetensi dirinya sendiri tidak
16
bergantung pada kondisi eksternal. Jika seseorang tidak menyukai dirinya sendiri, membiarkan orang lain merendahkannya, kerap mencela dirinya sendiri, serta merendahkan diri, ia akan merasakan kepedihan dan penderitaan mental. Seseorang dengan harga diri tinggi memegang kendali atas emosinya sendiri. Sebaliknya, keadaan yang buruk dapat mempengaruhi perasaan seseorang dengan harga diri rendah, akibatnya suasana hati akan menurun. Setiap kali orang lain mengatakan sesuatu tentang dirinya, ia akan menerima komentar tersebut begitu saja dan membiarkan pikiran orang melumpuhkan kehidupannya. Pada akhirnya ia akan merasa tidak bahagia dan depresi. 2. Perasaan terhadap hidup Perasaan terhadap hidup berarti menerima tanggung jawab atas setiap bagian hidup yang dijalaninya. Maksudnya, seseorang dengan harga diri tinggi akan menerima realita dengan lapang dada dan tidak menyalahkan keadaan hidup ini (atau orang lain) atas segala masalah yang dihadapinya. Ia sadar bahwa semuanya itu terjadi berkaitan dengan pilihan dan keputusannya sendiri, bukan karena faktor eksternal. Karena itu, ia pun akan membangun harapan ataupun cita-cita secara realistis sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Perasaan seseorang terhadap hidup juga menentukan apakah dia akan menganggap sebuah masalah adalah rintangan hebat atau kesempatan bagus untuk mengembangkan diri. Selain itu, seseorang dengan harga diri tinggi juga tidak berusaha mengendalikan orang lain atau situasi yang ada. Sebaliknya, ia akan dengan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan.
17
3. Hubungan dengan orang lain Seseorang dengan toleransi dan penghargaan yang sama terhadap semua orang berarti memiliki harga diri yang bagus. Ia percaya bahwa setiap orang, termasuk dirinya, mempunyai hak yang sama dan patut dihormati. Krena itu, seseorang dengan harga diri tinggi mampu memandang hubungannya dengan orang lain secara lebih bijaksana. Saat seseorang merasa nyaman dengan dirinya sendiri, iapun akan menghormati orang lain sebagaimana adanya mereka. Ia tidak memaksakan kehendak atau nilai-nilai kepada orang lain karena ia tidak membutuhkan penerimaan dari orang tersebut agar ia merasa berharga. Ketika tidak memandang sejajar pada orang lain dan merasa tidak nyaman dengan diri sendiri, orang akan merasa gelisah dan tidak nyaman berada disekitar orang lain. Akibatnya, ia akan merasa sendirian, menjadi posesif dalam menjalin suatu hubungan, serta merasa lebih nyaman bergaul dengan orang yang juga menganggapnya tidak berharga.
2.1.5
Komponen Harga Diri
Menurut Felker (dalam Afrinanda, 2003) ada tiga komponen harga diri, yaitu: 1. Feelings of belonging Komponen yang terkait dengan perasaan individu bahwa dirinya merupakan bagian dari suatu kelompok dan dirinya diterima, dicintai dan dihargai oleh anggota kelompok lainnya.
18
2. Feelings of competence Komponen yang melihat kerja persepsi yang dimiliki seseorang yakni menyangkut perasaan keberhargaan atau keberhasilan ketika mencapai sesuatu yang diharapkan. 3. Feelings of worth Komponen yang menunjukkan perasaan akan penilaian orang lain terhadap diri yakni perasaan tentang berharga atau tidak seorang individu di mata yang lainnya. Ketiga komponen berdasarkan pendapat dari Felker inilah yang akan dijadikan sebagai indikator dalam pengukuran harga diri seseorang.
2.2 Dukungan Sosial 2.2.1
Definisi Dukungan Sosial Pengertian dukungan sosial pada dasarnya mengacu pada kedekatan interaksi
yang bersifat pemberian informasi, bantuan yang menunjukkan adanya hubungan sosial. Sarafino (dalam bahri, 2006) menjelaskan bahwa dukungan sosial berarti kenyamanan, perhatian, penghargaan atau bantuan yang didapat seseorang dari orang lain. Menurut National Cancer Institute, dukungan sosial adalah suatu jaringan keluarga, teman, tetangga, dan anggota masyarakat yang bersedia memberikan bantuan secara psikologis, fisik, dan finansial saat diperlukan (dalam Raharjo dkk, 2008). Sedangkan ada satu pendapat yang spesifik yang diajukan Gottlieb (1983) bahwa dukungan sosial adalah adanya informasi verbal atau non-verbal berupa saran
19
atau nasehat, tindakan yang nyata atau materi yang berasas pada hubungan sosial yang akrab dan intim. Hubungan yang akrab ini biasanya ditandai dengan kehadiran seseorang dengan adanya hubungan yang dekat dan nyaman. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial merupakan satu hubungan relasi antara individu dengan individu lain atau dengan kelompok seperti keluarga, teman atau rekan kerja yang dilandasi atas pemberian informasi verbal atau non-verbal, perhatian dan kenyamanan yang timbul dari adanya hubungan yang akrab dan intim.
2.2.2
Bentuk-bentuk Dukungan Sosial Ada lima bentuk dukungan sosial yang dinyatakan oleh Sarafino (dalam
Bahri, 2006), yakni: 1. Dukungan instrumental atau materi Dukungan instrumental atau materi biasa juga disebut dengan bantuan langsung, yaitu sebentuk pemberian bantuan nyata dimana seseorang yang mengalami masalah diberikan barang yang dibutuhkan atau bantuan dalam mengerjakan tugas-tugas tertentu. 2. Dukungan emosional Dukungan ini melibatkan ekspresi rasa empati dan perhatian terhadap individu. Bentuknya berupa pemberian semangat, kehangatan, kasih sayang dan dukungan emosi dimana jenis dukungan ini lebih bersifat emosional atau menjaga suatu keadaan, afeksi dan ekspresi. Dukungan emosi merupakan dukungan yang
20
diwujudkan melalui perasaan positif berupa empati, perhatian dan kepedulian yang dapat memunculkan perasaan nyaman, perasaan dicintai dan diperhatikan. 3. Dukungan penghargaan Dukungan penghargaan menunjukkan dukungan yang dibutuhkan pada situasi stres terhadap perasaan mampu atau harga diri individu dengan orang lain. Dukungan ini diekspresikan melalui penghargaan positif tanpa pamrih dan apa adanya seperti pemberian nasihat atau persetujuan yang dapat menimbulkan perasaan berharga. 4. Dukungan informasi Dukungan ini memperlihatkan adanya pemberian informasi, saran atau nasihat dan bimbingan termasuk pengajaran atas suatu keterampilan yang dapat memberikan solusi terhadap individu dan juga penilaian informasi yang membantu seseorang mampu menilai dirinya sendiri. Dukungan ini diungkapkan bertujuan sebagai pemecahan masalah. 5. Integritas sosial Hubungan jenis ini menggambarkan bentuk hubungan persahabatan yang memungkinkan seseorang melakukan aktivitas sosial. Dengannya integritas sosial juga disebut sebagai jaringan sosial. Karenanya, dukungan ini diperoleh melalui adanya keterlibatan dalam suatu aktivitas kelompok yang diminati individu. Uraian fungsi dasar dukungan sosial yang diungkapkan oleh Sarafino inilah yang nantinya akan dipakai sebagai indikator untuk mengukur dukungan sosial.
21
2.2.3
Sumber-sumber dukungan sosial Sumber dukungan sosial diperoleh dari hubungan sosial seseorang dengan
orang lain, kelompok dan masyarakat yang aspeknya lebih luas. Sumber dukungan sosial menurut Gottlieb (1983) berasal dari hubungan profesional dan non profesional atau significant others. Adapun yang dimaksud dengan hubungan yang bersumber pada non profesional misalnya pasangan seperti pacar, suami atau istri, anggota keluarga, teman dan sebagainya. Sedangkan hubungan profesional misalnya hubungan dengan psikolog, psikiater, dokter dan sebagainya. Menurutnya (Gottlieb, 1983) bahwa hubungan non profesional sebagai hubungan yang menempati bagian terbesar dari kehidupan seseorang dan menjadi sumber dukungan sosial yang paling potensial. Ini karena hubungan non profesional mudah didapat, memiliki nilai dan norma yang sesuai dengan penerimaan dukungan mengenai apa dan bagaimana seharusnya dukungan sosial diberikan, hubungan cenderung setara antara pemberi dan penerima, variabel yang diberikan sangat luas dari hanya menjadi pendengar sampai pemberian dukungan materi dan bebas biaya karena tidak ada pretensi kecuali karena beralasan atas kedekatan status, keturunan dan seterusnya. Dengan demikian dua dukungan sosial yang diungkapkan oleh Gottlieb memiliki perbedaan karakteristik tetapi keduanya menandakan adanya hubungan penerima dan pemberi. Sedangkan menurut Rook & Dooley (dalam Kuntjoro, 2002) ada dua sumber dukungan sosial yaitu sumber artifisial dan sumber natural. Dukungan sosial yang
22
natural diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secara spontan dengan orang-orang yang berada di sekitarnya, misalnya anggota keluarga, teman dekat atau relasi. Dukungan sosial ini bersifat nonformal. Sementara itu yang dimaksud dengan dukungan sosial artifisial adalah dukungan sosial yang dirancang ke dalam kebutuhan primer seseorang, misalnya dukungan sosial akibat bencana alam melalui berbagai sumbangan sosial. Sumber dukungan sosial yang bersifat natural berbeda dengan sumber dukungan sosial yang bersifat artifisial dalam sejumlah hal. Perbedaan tersebut terletak dalam hal sebagi berikut: keberadaan sumber dukungan sosial natural bersifat apa adanya tanpa dibuat-buat sehingga mudah diperoleh dan bersifat spontan, memiliki kesesuaian dengan norma yang berlaku tentang kapan sesuatu harus diberikan, berakar dari hubungan yang telah lama, memiliki keragaman dalam penyampaian dukungan sosial, mulai dari pemberian barang-barang nyata hingga sekedar menemui seseorang dengan menympaikan salam, dan dukungan sosial yang natural itu juga terbebas dari beban dan label psikologis.
2.2.4
Efek dukungan sosial
Ada dua model efek dukungan sosial yang dinyatakan oleh Gottlieb (1983), yaitu: 1. Efek langsung (direct effect) Dukungan sosial dengan model efek langsung adalah dukungan yang diberikan secara langsung dan tidak terkait dengan keadaan stres sebagai peningkatan kesejahteraan dan untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang.
23
2.
Efek pelindung (buffering effect) Efek pelindung menggambarkan adanya peranan penting pada dukungan sosial dalam memelihara keadaan psikologis seseorang dalam keadaan mengalami tekanan. Karenanya, model ini melihat sumber daya dalam hubungan sosial yang menimbulkan pengaruh positif sebagai pelindung terhadap efek negatif dari stres.
2.2.5
Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan sosial Banyak faktor menentukan pada seseorang untuk memperoleh dukungan
sosial. Karenanya, tidak semua individu memperoleh dukungan sosial. Sarafino (1990) menjelaskan bahwa faktor-faktor tersebut berkaitan dengan potensi penerima dukungan sosial seperti: orang tidak mungkin menerima dukungan jika mereka tidak bergaul, tidak menolong orang lain, dan tidak membiarkan orang lain mengetahui bahwa mereka butuh pertolongan. Menurut Sarafino (1990), ada faktor lain yang mempengaruhi dukungan sosial, berkaitan dengan potensi pemberian dukungan, seperti ada atau tidaknya sumber-sumber yang dipercaya, ada atau tidaknya sensitivitas akan kebutuhan dari orang lain, komposisi dan struktur dari jaringan sosial yang merupakan pertalian yang dimiliki dalam keluarga dan masyarakat. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi dukungan sosial itu ada dua yaitu faktor penerima dukungan sosial dan faktor pemberi dukungan sosial.
24
2.3 Pembantu Rumah Tangga Pembantu rumah tangga sering diidentifikasi terhadap seseorang yang melakukan pekerjaan rumah seperti memasak, membersihkan rumah, dst. Karenanya, pekerjaan yang ditugaskan terhadap para pekerja rumah tangga ini sering kali tidak disertai jam kerja yang jelas. Juga, entah atas dasar apa pekerja rumah tangga kemudian disebut dengan pembantu rumah tangga. Pembantu rumah tangga adalah
pelaku kerja kerumahtanggaan dimana
mereka memiliki peran produktif yang penting dalam membantu
kelangsungan
aktivitas kehidupan sehari- hari suatu keluarga/ rumah tangga. Terdapat dua faktor utama yang melatarbelakangi kehadiran PRT yaitu karena kemiskinan dan faktor kebutuhan tenaga kerja domestik yang selama ini dibebankan kepada perempuan. Kemiskinan itu sendiri bukanlah hal yang alamiah melainkan disebabkan oleh perkembangan sistem kapitalisme dunia yang bersifat eksploitatif. Kebijakan ekonomi internasional tersebut diikuti oleh kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada kepentingan rakyat (adanya kemiskinan struktural). Pembantu rumah tangga sebagai salah satu kelompok pekerja yang keberadaannya secara realitas kurang mendapat perhatian dari pemerintah meskipun secara tidak langsung pekerjaan tersebut membantu mengatasi masalah pengangguran.
25
Pertama-tama, hak yang harus dikedepankan dari mereka adalah pengakuan sebagai manusia, bukan mesin atau robot yang boleh diperlakukan semau penggunanya. Juga kesadaran mereka memiliki jiwa dan akal budi. Mempekerjakan PRT di dalam sebuah rumah tangga bukanlah sekadar menarik hubungan pembayar pelaku, atau majikan - buruh, tetapi selalu terdapat nilai-nilai yang memberi nuansa hubungan tersebut. Ada hak dan kewajiban yang saling melekat. Dan, di balik profesionalitas relasi hak - kewajiban itu masih ada pertimbangan keajekan hubungan karena saling bertemu pada mobilitas pekerjaan di rumah. Pembantu rumah tangga hampir sebagian besar adalah kaum perempuan. Hal ini sering dikaitkan dengan sosok perempuan yang diidentikkan sebagai orang yang ulet, penurut, detil, lembut, sabar serta hal lain yang dianggap sesuai karakterisasinya dengan pekerjaan rumah tangga. Di Indonesia, pembantu rumah tangga dapat digolongkan kepada dua kelompok. Pertama, PRT migran yakni PRT yang bekerja dan bermigrasi hingga ke luar negeri. Kedua, PRT domestik atau lokal yaitu PRT yang bekerja di negara asal. Untuk yang terakhir PRT ada yang bekerja dan bertempat tinggal di rumah dimana ia bekerja dan ada pula yang bekerja kemudian pulang ke rumahnya jika pekerjaan telah dianggap selesai.
2.4 Kerangka Berpikir Fenomena pembantu rumah tangga merupakan gejala masyarakat modern. Ini disebabkan oleh kebutuhan dan meningkatnya aktivitas kerja. Pekerjaan pembantu
26
rumah tangga ini tidak termasuk kedalam profesi seperti profesi-profesi lain yang biasa ditemui di lingkungan kerja. Karena bukan profesi maka dalam hierarki jam kerja, jenis pekerjaan, dan hak-haknya, pembantu belum bisa diklasifikasikan ke dalam golongan buruh baik yang bersifat formal maupun informal. Buruh mempunyai jam kerja yang jelas, jenis pekerjaannya jelas, ada hak-haknya yang dilindungi pemerintah dan yang pasti ada status yang jelas dalam pemerintah Sedangkan pembantu, mereka merupakan pekerja yang mempunyai keunikan tersendiri, yang tidak dimiliki oleh pekerja lainnya karena ia bekerja tanpa ada pembagian jam yang jelas, jenis pekerjaannnya tidak pasti, gaji yang rendah dan belum ada undang-undang yang dapat melindungi hak mereka. Pembantu bekerja mulai dari subuh sampai malam pun dia belum berhenti sampai kondisi rumah sudah tenang, jenis pekerjaannya bisa beragam tidak terpaku pada satu jenis saja melainkan dia bekerja serabutan mulai dari memasak, membersihkan rumah, dengan gaji yang rendah. Kondisi yang semacam ini dapat menyebabkan rendahnya harga diri pembantu. Harga diri pembantu rumah tangga juga berkaitan dengan kondisi relasi di lingkungan sosialnya atau disebut sebagai dukungan sosial. Sarafino (dalam bahri, 2006) menjelaskan bahwa dukungan sosial berarti kenyamanan, perhatian , penghargaan atau bantuan yang didapat seseorang dari orang lain. Dengan demikian, dukungan sosial sangat berarti bagi harga diri pembantu rumah tangga.
27
Adanya hubungan antara perhatian keluarga, majikan dan teman akan mempengaruhi terhadap harga diri seseorang. Harga diri adalah apa yang dirasakan mengenai diri yang akan mempengaruhi tindakan selanjutnya. Dengan hal tersebut mengantarkan peneliti pada sebuah hipotesa sementara bahwa ada hubungan antara dukungan sosial terhadap harga diri pembantu rumah tangga. Skema 2.1 hubungan dukungan sosial dengan harga diri Dukungan Sosial Harga Diri Dukungan Materi Dukungan Emosional Dukungan Penghargaan Dukungan Informasi Dukungan Integritas Sosial
Feelings of Belonging Feeling of Competence Feeling of Worth
2.5 Hipotesa H0
: Tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan harga diri pembantu rumah tangga.
Ha
: Ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan harga diri pembantu rumah tangga.
28
BAB III METODE PENELITIAN 3.1
Jenis Penelitian
3.1.1
Pendekatan dan metode penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif
karena analisa data akhir dilakukan dengan penghitungan secara statistik. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan jenis penelitian korelasional yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel penelitian. Metode korelasi bertujuan untuk meneliti sejauh mana variasi pada satu faktor berkaitan dengan variasi pada faktor lain. Menurut Arikunto (2002)
metode penelitian korelasi bertujuan untuk
menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan itu. Alasan menggunakan metode korelasi adalah, penelitian ini mencoba meneliti hubungan di antara variabel-variabel yang diteliti, yaitu ada tidaknya hubungan antara dukungan sosial dengan harga diri pembantu rumah tangga.
3.2
Definisi Variabel dan Operasional Variabel Dalam penelitian ini terdapat dua variabel. Penelitian bertujuan untuk mencari
hubungan diantara berbagai faktor. Berdasarkan hubungannya, variabel dapat dibedakan menjadi variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat
28
29 (dependent variable). Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab bagi variabel lain. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau disebabkan oleh variabel lain. Namun, suatu variabel tertentu dapat sekaligus menjadi variabel bebas dan variabel terikat (Irawan Soehartono,2008). Sedangkan menurut Sugiyono (2009) variabel independen: variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel dependen: sering disebnut sebagai variabel out put, kriteria, konsekuen. Dalam Bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah dukungan sosial, dan variabel terikatnya adalah harga diri Dalam penelitian ini dirumuskan definisi operasional variabel sebagai berikut: 1. Dukungan sosial adalah hasil pengukuran atau skoring dari beberapa indikator yang menjadi penentu terbentuknya sebuah dukungan terhadap seseorang dengan berdasarkan pada dukungan materi, dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan informasi dan adanya integritas sosial yang memungkinkan seseorang untuk melakukan aktivitas sosial. 2. Harga diri adalah berupa kondisi yang dirasakan oleh seseorang dengan berdasarkan penilaian terhadap perasaan memiliki dan dicintai, perasaan memiliki kemampuan dan berharga ketika berhasil melakukan sesuatu serta adanya perasan dihargai oleh orang lain. Harga diri bisa mengalami peningkatan atau penurunan
30 dimana hal tersebut tergantung dari pengalaman seseorang baik positif atau negatif dan dapat dilihat berdasarkan perbandingan nilai skor dengan nilai dalam kategori skor harga diri.
3.3
Pengambilan Sampel
3.3.1. Populasi dan sampel Menurut Arikunto (2006) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus. Jadi populasi merupakan anggota sekelompok objek, kejadian atau peristiwa yang dirumuskan secara jelas atau memiliki karakteristik tertentu menjadi perhatian peneliti. Sedangkan sampel adalah sebagain atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan
penelitian
sampel
apabila
kita
bermaksud
untuk
menggeneralisasikan hasil penelitian sampel (Arikunto, 2006). Sampel adalah sebagian dari populasi dan diambil sesuai dengan karakteristik yang ada pada populasi. Sampel harus benar-benar mewakili atau representatif yang berarti semua karakteristik populasi hendaknya tercermin dalam sampel yang diambil. Artinya sifat dari sampel ini dapat digeneralisasikan dengan populasi. Populasi penelitian ini adalah pembantu rumah tangga yang bekerja di komplek Bintaro Jaya Sektor 3 Rw 008. Pada Komplek Bintaro Jaya Sektor 3 Rw 008 terdapat 12 Rt dan peneliti mengambil secara acak 3 Rt sebagai sampel.
31 Karakteristik sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah pembantu rumah tangga yang khusus mengurusi rumah tangga yang semuanya berjenis kelamin perempuan. Jenis pekerjaan yang dikategorikan kedalam pekerjaan rumah tangga yaitu memasak, mencuci baju dan membersihkan rumah seperti menyapu, mengepel dan sejenisnya. Sedangkan pekerja yang melakukan pekerjaan seperti menyopir, mengasuh anak, dan mengurus kebun tidak termasuk dalam kategori pekerjaan rumah tangga dan pekerjanya tidak disebut sebagai pembantu rumah tangga.
3.3.2. Teknik pengambilan sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampel gugus sederhana/area sampling/sampel klaster (cluster). Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misal penduduk dari suatu negara, propinsi atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2009). Dalam penelitian ini populasi tercakup dalam rukun warga 008 Bintaro Jaya Sektor 3 terbagi dalam beberapa kelompok atau cluster yaitu rukun tetangga. Menurut Guy (1976) dalam penelitian korelasi jumlah sampel minimum adalah 30 orang (dalam Sevilla et all., 1993). Di sini penulis berhasil mendapatkan sampel sebanyak 57 orang dari populasi pembantu rumah tangga yang bekerja di Komplek Bintaro Jaya Sektor 3 Rw 008 yang keseluruhan adalah perempuan.
32
3.4
Teknik Pengumpulan Data
3.4.1
Instrumen penelitian Dalam pengumpulkan data, untuk mengungkap masalah dalam penelitian ini
alat ukur yang digunakan adalah kuisioner berupa instrumen angket pernyataan sikap (skala likert) untuk memperoleh data yang berhubungan dengan sikap subyek atas pernyataan yang diberikan mengenai kedua variabel yang akan diukur. Data mengenai tendensi agresivitas, sikap terhadap sesuatu, self esteem, kecemasan laten, strategi menghadapi masalah, orientasi seksual, dan semacamnya merupakan contoh data yang harus diungkap oleh skala psikologi. Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai obyek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada obyek sikap. Pernyataan seperti ini disebut sebagai pernyataan yang favorabel (favorable). Sebaliknya, pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal yang negatif mengenai obyek sikap, yaitu yang berifat tidak mendukung ataupun kontra terhap obyek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan ini disebut sebagai pernyataan yang tak favorabel (unfavorable) (Azwar, 2003). Pemberian skoring
instrumen menggunakan skala model Likert dengan
metode summated ratings. Menurut Saifuddin Azwar (2003), yaitu pernyataanpernyataan yang menempatkan individu pada suatu situasi yang menggambarkan dirinya, dengan memilih salah satu dari alternatif jawaban yang disediakan, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Pernyataannya dibuat dengan kategori positif atau kesetujuan (favorable) dan item yang disebut negatif atau ketaksetujuan (unfavorable) (Sevilla, 1993).
Dalam
33 pernyataan-pernyataan favorable diberi nilai yang berkisar dari yang tertinggi (4, 3, 2, 1), dan untuk pernyataan unfavorable diberi nilai sebaliknya, lihat tabel 3. 1 Tabel 3.1 Instrumen Penelitian
3.4.2
Point
Favorable
Unfavorable
1
STS
SS
2
TS
S
3
S
TS
4
SS
STS
Teknik uji instrumen penelitian Uji instrumen (try out) dilakukan untuk mengukur tingkat validitas dan
reliabilitas alat ukur. Uji coba dilakukan pada pembantu rumah tangga yang ada di Rt 07, 08, 09, 10, 11 yang memiliki karakterisatik yang sama dengan responden penelitian dengan menyebarkan angket skala dukungan sosial dan harga diri kepada 75 responden. Adapun angket yang kembali dan bisa dipergunakan adalah sebanyak 50. Setelah uji coba dilakukan, penulis melakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas skala dilakukan dengan cara melihat koefisien korelasi dengan perhitungan menggunakan program SPSS versi 11,5.
34 Uji coba ini dilakukan pada hari Kamis 23 Juli 2009 sampai dengan 30 Juli 2009. 1. Uji Validitas Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud dikenakannya tes tersebut (Azwar, 2003). Uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan korelasi Product Moment dari Pearson. Dengan rumus sebagai berikut (Azwar, 2006):
rxy =
∑ XY − (∑ X )(∑ Y )/ n ⎧⎪ (∑ X ) ⎫⎪⎧⎪ Y − (∑ Y ) − X ⎨∑ ⎬⎨∑ n n 2
2
2
⎪⎩
2
⎪⎭⎪⎩
⎫⎪ ⎬ ⎪⎭
Keterangan: rxy : Koefisien Korelasi n
: Jumlah sampel
∑ XY
: Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y
∑X
: Jumlah seluruh skor X
∑Y
: Jumlah seluruh skor Y
2. Uji Reliabilitas Reliabilitas diterjemahkan dari kata reliability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi maksudnya adalah pengukuran yang dapat menghasilkan data yang reliabel. Walaupun reliabilitas mempunyai berbagai nama lain seperti
35 keterpercayaan, keterandalan, keajegan, konsistensi, kestabilan, dan sebagainya namun ide pokok dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2003). Selain harus valid, suatu alat ukur juga harus reliabel (andal). Suatu alat ukur dikatakan reliabel apabila alat ukur tersebut memberikan hasil yang tetap selama variabel yang diukur tidak berubah. Perlu diingat bahwa alat ukur yang reliabel mungkin tidak valid, sedangkan alat ukur yang valid pasti reliabel (Soehartono, 2008). Untuk menguji reliabilitas digunakan rumus Alpha Cronbach, dengan rumus (Azwar, 2003): 2 ⎡ K ⎤ ⎡ ∑ Sj ⎤ ⎥ ⎢1 − α =⎢ Sx 2 ⎥ ⎣ K − 1⎥⎦ ⎢⎣ ⎦
Keterangan:
α
: Koefisien reliabilitas alpha
Sj2 : Uraian belahan K
: Jumlah belahan tes
Sx : Varian skor tes Menurut J.P. Guilford (dalam Kuncono, 2004), prinsip umum yang digunakan untuk menafsirkan nilai r adalah sebagai berikut: Table 3.2 Interpretasi nilai r
Besarnya r >0.9 0.7 – 0.9 0.4 – 0.7 0.2 – 0.4 < 0.2
Interpretasi Sangat reliable Reliabel Cukup reliable Kurang reliable Tidak reliable
36
3.5
Teknik Analisa Data Teknik analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisa statistik
dengan menggunakan rumus koefisien korelasi Product Moment dari Pearson, yang bertujuan untuk menentukan keterkaitan antara dua variable yang datanya berbentuk interval (Sevilla, 1993) dan dihitung dengan SPSS 11.5. Koefisien korelasi ini dapat digunakan untuk membandingkan hasil pengukuran dua variabel yang berbeda agar dapat menentukan tingkat hubungan antara variabel-variabel tersebut. Dengan rumus: rxy =
∑ XY − (∑ X )(∑ Y )/ n ⎧⎪ (∑ X ) ⎫⎪⎧⎪ Y − (∑ Y ) ⎨∑ X − ⎬⎨∑ n n 2
2
2
2
⎪⎭⎪⎩
⎪⎩
⎫⎪ ⎬ ⎪⎭
Keterangan: rxy : Koefisien Korelasi n
: Jumlah sampel
∑ XY
: Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y
∑X
: Jumlah seluruh skor X
∑Y
: Jumlah seluruh skor Y
Hasil perhitungan diperoleh dengan menggunakan SPSS 11.5 yang hasilnya akan diinterpretasi dan dikorelasikan dengan table koefisien korelasi. Jika rhitung lebih besar daripada rtabel pada taraf signifikansi 0,05 (5%) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Namun apabila rhitung lebih kecil daripada rtabel pada taraf signifikansi 0,05 (5%) makaHa ditolak dan H0 diterima.
37
3.6
Prosedur Penelitian
3.6.1
Tahap persiapan
Pada tahap persiapan ini peneliti melakukan penelusuran kepustakaan untuk menemukan berbagai konsep dan teori ilmiah yang berkenaan dengan masalah yang diteliti untuk membuat instrumen penelitian. Penelusuran ini dilakukan melalui bukubuku yang menyajikan pembahasan mengenai dukungan sosial dan harga diri. Selain buku-buku, juga dilakukan penelaahan artikel-artikel ilmiah yang terdapat di situssitus internet yang menyajikan bahasan-bahasan yang sesuai masalah ini. Hal ini dilakukan untuk menemukan teori dan kelengkapan aspek yang akan diukur dalam penelitian ini. Selanjutnya peneliti membuat instrumen penelitian berdasarkan teori-teori yang terkumpul. Setelah instrumen penelitian ini selesai, dilakukan observasi lapangan guna mengumpulkan data responden penelitian, serta meminta izin untuk melaksanakan penelitian kepada pihak-pihak yang terkait.
3.6.2
Uji coba instrumen penelitian
Uji coba validitas menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0,05 (5%). Kriteria pengujian adalah jika rhitung > rtabel maka instrumen atau item-item skala berkorelasi signifikan terhadap skor total atau dinyatakan valid sedangkan jika rhitung < rtabel maka item-item skala dinyatakan tidak valid.
38 Dengan menggunakan teknik corrected item-total correlation yang dihitung menggunakan SPSS versi 11.5 maka didapatkan nilai rhitung pada masing-masing item, nilai itu lalu dibandingkan dengan nilai rtabel, rtabel pada taraf signifikansi 0,05 (5%) dan jumlah data (n-1) = 49 maka didapat rtabel adalah 0,281. Butir-butir yang nilai korelasinya kurang dari 0,281 dinyatakan tidak valid. 1. Skala harga diri
Harga diri, sebagaimana telah dijelaskan dalam kajian pustaka, adalah penilaian evaluatif, keyakinan dan penghormatan seseorang terhadap diri – kemampuan, potensi dan keberartian diri- yang terekspresikan melalui sikap-sikap. Harga diri bisa mengalami peningkatan atau penurunan dimana hal tersebut tergantung dari pengalaman seseorang baik positif atau negatif. Harga diri terdiri atas tiga komponen dasar yaitu: feelings of belonging, feelings of competence dan feelings of worth. Adapun blue printnya seperti di bawah ini: Tabel 3.3 (Blue print Pra-try out)
No. Komponen 1.
Feelings Belonging
Indikator of Perasaan
Favorable
Unfavorable
Jumlah
1, 9, 21, 36 3, 18, 29, 32
8
Perasaan
10, 17, 23, 9, 20, 24, 38
8
dihargai
31
Perasaan
8, 16, 30, 6, 15, 25, 33
dicintai
8
39 diterima 2.
Feelings Competence
37 5, 11, 26, 7, 13, 22, 39
of Perasaan keberhargaan
8
35
atau keberhasilan ketika mencapai sesuatu
yang
diharapkan 3.
Feelings Worth
4, 12, 27, 2, 14, 28, 40
of Perasaan
34
penilaian orang
8
lain
terhadap diri Jumlah
20
20
40
Hasil uji coba skala harga diri didapat butir-butir pernyataan skala harga diri yang memiliki daya beda (validitas) tinggi, yang dapat dipergunakan dalam penelitian sebanyak 38 butir item dari 40 butir item yang diujicoba. Butir-butir tersebut adalah butir-butir yang memiliki skor lebih dari batas nilai 0,281. Hasil uji atau skor pada tiap-tiap butir yang memiliki validitas tinggi tercantum dalam tabel di bawah ini:
40 Tabel 3.4 (Skor validitas harga diri)
No Aitem 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
R Score 0.4825 0.5570 0.6156 0.4498 0.1691 0.6821 0.7604 0.4619 0.4898 0.4933 0.6771 0.5552 0.7890 0.4667 0.5824 0.6012 0.6285 0.6345 0.5502 0.7895 0.4205 0.4660 0.5802 0.4825 0.7181 0.4681 0.4337 0.7802 0.4711 0.6815 0.3996 0.5672 0.7054 0.5235 0.2740 0.6082 0.5802 0.7658
Keterangan Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid
41 39 40
Valid Valid
0.4458 0.6757
Setelah diketahui validitasnya maka blue print untuk pengukuran yang digunakan dalam penelitian dapat digambarkan menjadi seperti tabel berikut: Tabel 3.5 (Blue print pasca-try out)
No. Komponen 1.
Feelings Belonging
2.
Feelings Competence
Indikator
Favorable
of Perasaan
Unfavorable
Jumlah
1, 9, 21, 36 3, 18, 29, 32
8
Perasaan
10, 17, 23, 9, 20, 24, 38
8
dihargai
31
Perasaan
8, 16, 30, 6, 15, 25, 33
diterima
37
dicintai
11, 26
of Perasaan
8
7, 13, 22, 39
6
4, 12, 27, 2, 14, 28, 40
8
keberhargaan atau keberhasilan ketika mencapai sesuatu
yang
diharapkan 3.
Feelings
of Perasaan
42 Worth
34
penilaian orang
lain
terhadap diri Jumlah
18
20
38
Uji reliabilitas skala harga diri dilakukan dengan menggunakan Alpha Cronbach. Dari hasil uji reliabilitas pada skala ini didapat koefisien Alpha sebesar 0,9530. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa instrumen penelitian ini sangat reliabel. 2. Skala dukungan sosial
Dalam kajian bahwa dukungan sosial adalah satu hubungan relasi antara individu dengan individu lain atau dengan kelompok seperti keluarga, teman atau rekan kerja yang dilandasi atas pemberian informasi verbal atau non-verbal, perhatian dan kenyamanan yang timbul dari adanya hubungan yang akrab dan intim. Dalam Sarafino (dalam bahri, 2006) bahwa jenis dukungan sosial ada lima yaitu: dukungan materi, dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan informasi dan integritas sosial. Adapun blue print-nya adalah sebagaimana table 3.2 di bawah ini: Tabel 3.6 (Pra-try out) No
Jenis
Indikator
Favorable
Unfavorable
Jumlah
1.
Dukungan
Mendapatkan
34, 11, 37
46, 44, 5
6
materi
bantuan
43 langsung 2.
Dukungan
Mendapatkan
emosional
rasa empati Mendapatkan
55, 52, 66
54, 1, 45
6
33, 3, 47
40, 25, 6
6
51, 18, 50
24, 35, 16
6
29, 22, 56
61, 2, 19
6
62, 4, 10
30, 27, 58
6
23, 36, 59
48, 7, 21
6
13, 65, 8
32, 9, 39
6
20, 42, 60
57, 12, 63
6
31, 49, 17
41, 26, 43
6
perhatian Mendapatkan kepedualian 3.
Dukungan
Mendapatkan
penghargaan
penghargaan positif
tanpa
syarat Mendapatkan nasehat bersifat emosi Mendapatkan persetujuan 4.
Dukungan
Mendapatkan
informasi
nasehat bersifat pengetahuan Mendapatkan pengarahan Mendapatkan
44 umpan
balik
tentang apa yang dilakukan 5.
Integritas
Ikut serta dalam 53, 15, 14
sosial
aktivitas sosial Jumlah
33
38, 28, 64
6
33
66
Hasil uji coba tersebut mendapatkan butir-butir pernyataan skala dukungan sosial yang memiliki daya beda (validitas) tinggi, yang dapat dipergunakan dalam penelitian sebanyak 42 butir item dari 66 butir item yang diujicobakan. Butir-butir tersebut adalah butir-butir yang memiliki skor lebih dari batas nilai 0,281. Sedangkan masing-masing skor dari seluruh butir yang memiliki skor validitas tinggi dan dipakai dalam penelitian dijabarkan dalam tabel berikut: Table 3.7 (Skor validitas dukungan sosial) No. Item R Score Keterangan 1 Tidak Valid 0.2461 2 Valid 0.3018 3 Tidak Valid 0.2594 4 Valid 0.4130 5 Tidak Valid 0.1217 6 Tidak Valid 0.2721 7 Tidak Valid 0.1758 8 Valid 0.3506 9 Valid 0.4310 10 Valid 0.6884 11 Valid 0.6739 12 Tidak Valid 0.2742 13 Tidak Valid 0.0713 14 Tidak Valid 0.1283 15 Tidak Valid -0.0494 16 Valid 0.5044
45 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59
0.6101 0.3880 0.3858 0.5328 0.2205 0.5585 0.3517 0.5083 0.4264 0.6359 0.5289 -0.0023 0.2734 0.4265 0.5593 0.3865 0.1791 -0.7225 0.3762 0.3802 0.5445 0.3127 0.4389 0.1674 -0.6969 0.3583 0.3361 0.5124 0.1418 0.4455 0.3463 0.3537 0.4899 0.6543 0.6895 0.4427 0.0046 0.2728 0.2697 0.1736 0.1433 0.5077 0.5619
Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid
46 Valid 60 0.7225 61 Valid 0.5302 62 Tidak Valid 0.1141 63 Valid 0.4887 64 Tidak Valid -0.6302 65 Valid 0.5966 66 Valid 0.4191 Dari hasil pengukuran validitas di atas maka blue print untuk penelitian dengan menghilangkan butir-butir yang tidak valid menjadi sebagai berikut: Tabel 3.8 (Blue print Pasca-try out) No
Jenis
Indikator
Favorable
Unfavorable
Jumlah
1.
Dukungan
Mendapatkan
11, 37
46, 44
4
materi
bantuan langsung
2.
Dukungan
Mendapatkan
emosional
rasa empati Mendapatkan
52, 66
2
47
25
2
51, 18, 50
24, 35, 16
6
22
61, 2, 19
4
perhatian Mendapatkan kepedualian 3.
Dukungan
Mendapatkan
penghargaan
penghargaan positif syarat
tanpa
47 Mendapatkan
4, 10
30, 27, 58
5
23, 36, 59
48
4
65, 8
32, 9, 39
5
20, 42, 60
63
4
31, 49, 17
26, 43
5
38
1
20
42
nasehat bersifat emosi Mendapatkan persetujuan 4.
Dukungan
Mendapatkan
informasi
nasehat bersifat pengetahuan Mendapatkan pengarahan Mendapatkan umpan
balik
tentang apa yang dilakukan 5.
Integritas
Ikut serta dalam
sosial
aktivitas sosial Jumlah
22
Uji reliabilitas skala dukungan sosial dilakukan dengan menggunakan Alpha Cronbach. Dari hasil uji reliabilitas pada skala ini didapat koefisien Alpha sebesar 0,9343. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa instrumen penelitian ini sangat reliabel.
48
3.6.3
Pelaksanaan penelitian
Pengambilan data penelitian ini dilakukan pada hari Senin tanggal 3 Agustus 2009 sampai dengan hari Selasa tanggal 15 September 2009, di Komplek Bintaro Jaya Sektor 3 Rw 008 dengan menyebarkan sebanyak 57 angket pada pembantu rumah tangga di Rt 02, 03, dan 04.
49
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Responden 4.1.1
Latar belakang responden Penelitian ini dilakukan di Komplek Bintaro Jaya Sektor 3 Rw 008 dengan
melibatkan 57 responden yang seluruhnya perempuan. Tingkat pendidikan responden terentang dari yang tidak lulus SD hingga tidak lulus SMA. Responden yang tidak lulus SD menjadi responden terbesar dalam penelitian ini, yang berjumlah 36 orang (63.2%), responden yang tidak lulus SMP menjadi penyumbang responden terbesar kedua dengan jumlah 10 orang (17.5%). Reponden dengan tingkat pendidikan SD berjumlah 5 orang (8.8%) sementara mereka yang lulus SMP dan yang tidak lulus SMA memiliki frekuensi yang sama, yaitu sebesar 3 orang (5.3%). Pada Tabel 4.1 berikut disajikan gambaran responden berdasarkan tingkat pendidikan mereka; Tabel 4.1 Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan
Frekuensi
%
Tidak Lulus SD
36
63.2%
SD
5
8.8%
Tidak Lulus SMP
10
17.5%
SMP
3
5.3%
49
50
Tidak Lulus SMA
3
5.3%
Total
57
100.0%
Berdasarkan lamanya responden bekerja diketahui bahwa sebanyak 63.2% responden baru memulai pekerjaan mereka sebagai pembantu rumah tangga atau kurang dari 1 tahun. Berikutnya adalah responden yang telah memiliki masa kerja antara 1 – 5 tahun sebesar 12.1%, sementara mereka yang memiliki masa kerja 6 – 10 tahun sebesar 12.3%. sedangkan mereka yang telah bekerja di atas 10 sebesar 3.5%. Pada Tabel 4.2 berikut ditampilkan gambaran responden berdasarkan pekerjaan mereka; Tabel 4.2 Masa kerja responden Lama Kerja
Frekuensi
%
< 1 tahun
36
63.2%
1 – 5 tahun
12
21.1%
6 – 10 tahun
7
12.3%
> 10 tahun
2
3.5%
Total
57
100.0%
4.1.2 Kategorisasi skor harga diri Terdapat tiga kategori harga diri yang menjadi acuan untuk mengelompokkan responden dalam penelitian ini, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Untuk menyatakan
51
responden berada dalam satu kategori harga diri, dilakukan penghitungan dengan formula berikut; X > M + 1SD
Tinggi
M + 1SD < X < M - 1SD
Sedang
X < M - 1SD
Rendah
Berdasarkan penghitungan, nilai mean (rerata) yang dihasilkan adalah sebesar 121.23 dan nilai standar deviasi adalah sebesar 13.62. Jika dimasukkan pada formula di atas, maka akan dihasilkan rumusan kategorisasi skor tingkat harga diri sebagai berikut: X > 121.23 + 1*13.62
=
135
Tinggi
121.23 + 1*13.62 < X < 121.23 - 1*13.62
=
109 – 134
Sedang
X < 121.23 – 1*13.62
=
108
Rendah
Pada Tabel 4.3 berikut, diperlihatkan jumlah seluruh resonden berdasarkan tingkat harga diri: Tabel 4.3 Kategorisasi skor harga diri Kategori
Rentang Skor
Frekuensi
%
Tinggi
X > 1M + SD
135
10
18%
Sedang
1M + SD < X < 1M – SD
109 – 134
39
68%
Rendah
X < 1M – SD
108
8
14%
57
100%
Jumlah
52
Dari tabel tersebut diketahui bahwa sebesar 68% atau 39 orang responden memiliki tingkat harga diri sedang, 18% atau 10 orang memiliki tingkat harga diri yang tinggi, dan 14% atau 8 orang memiliki tingkat harga diri rendah. Berdasarkan gambaran umum tingkat harga diri responden, kemudian ingin diketahui bagaimana gambaran tingkat harga diri responden berdasarkan tingkat pendidikan dan masa kerja mereka. Hasil penghitungan silang tingkat harga diri berdasarkan tingkat pendidikan responden ditampilkan pada Tabel 4.4 di bawah ini: Tabel 4.4 Tingkat harga diri berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat Harga Diri Total Tinggi
Sedang
Rendah
5
25
6
36
8.8%
43.9%
10.5%
63.2%
1
4
0
5
1.8%
7.0%
.0%
8.8%
3
5
2
10
5.3%
8.8%
3.5%
17.5%
1
2
0
3
1.8%
3.5%
.0%
5.3%
0
3
0
3
.0%
5.3%
.0%
5.3%
10
39
8
57
17.5%
68.4%
14.0%
100.0%
Tidak Lulus SD
SD
Tingkat Pendidikan
Tidak Lulus SMP
SMP
Tidak Lulus SMA
Total
53
Berdasarkan tabel di atas diketahui, bahwa berdasarkan tingkat pendidikan hanya 6 orang responden dari mereka yang tidak lulus SD yang memiliki tingkat harga diri rendah dan 2 orang dari mereka yang tidak tamat SMP. Responden lainnya, baik dari mereka yang telah lulus SD, lulus SMP, dan tidak lulus SMA tidak ada yang memiliki tingkat harga diri rendah. Selanjutnya hendak diketahui tingkat harga diri responden berdasarkan masa kerja responden. Hasil penghitungan silangnya ditampilkan pada Tabel 4.5 berikut: Tabel 4.5 Tingkat harga diri berdasarkan masa kerja Tingkat Harga Diri Total Tinggi Sedang Rendah 3
26
7
36
5.3%
45.6%
12.3%
63.2%
3
9
0
12
5.3%
15.8%
.0%
21.1%
3
3
1
7
5.3%
5.3%
1.8%
12.3%
1
1
0
2
1.8%
1.8%
.0%
3.5%
10
39
8
57
17.5%
68.4%
14.0%
100.0%
< 1 thn
1 - 5 thn Lama Kerja 6 - 10 thn
> 10 thn
Total
54
Berdasarkan tabel di atas diketahui, bahwa berdasarkan masa kerja terdapat 8 orang responden yang memiliki tingkat harga diri rendah, 7 berasal dari kelompok responden yang memiliki masa kerja < 1 tahun dan 1 orang berasal dari kelompok responden yang memiliki masa kerja 6 – 10 tahun. Responden dengan masa kerja 1 – 5 tahun dan > 10 tahun tidak ada yang memiliki tingkat harga diri rendah.
4.2
Pengujian Hipotesis
4.2.1 Hasil utama penelitian Penelitian hendak menguji apakah terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan harga diri di kalangan pekerja rumah tangga di Komplek Bintaro Jaya Sektor 3 Rw 008. Hipotesa yang diajukan adalah hipotesa nihil (H0) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial dengan harga diri di kalangan pembantu rumah tangga. Hasil penghitunganya dirangkum dalam Tabel 4.6 berikut: Tabel 4.6 Hasil penghitungan uji korelasi antara dukungan sosial dan harga diri Rhi
R (N 57 ; 5% & 1%)
Keputusan
0.614
0.266 & 0.345
Tolak H0
Hasil uji korelasi dengan menggunakan teknik Pearson’s product moment dihasilkan nilai korelasi (r) hitung sebesar 0.614. Sementara nilai r tabel pada taraf
55
signifikansi 5% dan 1% dengan N 57 adalah sebesar 0.266 & 0.345. Karena nilai rhitung yang didapat (0.614) > rtabel (Sig. 5% & 1% ; N 57 = 0.266 & 0.345), maka hipotesa nihil (H0) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan harga diri ditolak. Dengan demikian hipotesa alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan harga diri diterima. Arah hubungan yang dihasilkan menunjukkan arah yang positif, yang bermakna bahwa semakin tinggi dukungan sosial yang diberikan maka semakin meningkat pula harga diri pembantu rumah tangga.
4.2.2 Hasil penelitian tambahan Setelah dilakukan uji hipotesis utama yang melihat korelasi antara dukungan sosial dengan harga diri, kemudian dilakukan penghitungan uji hipotesa tambahan berdasarkan data latar belakang responden yang telah terkumpul. Uji hipotesa tambahan ini hanya dipusatkan untuk melihat tingkat perbedaan harga diri berdasarkan latar belakang pendidikan dan masa kerja responden. 1. Perbedaan Tingkat Harga Diri Berdasarkan Pendidikan Responden Hasil penghitungan nilai rerata harga diri berdasarkan tingkat pendidikan responden, diketahui bahwa responden dengan tingkat pendidikan SMP memiliki nilai rerata tertinggi (124.67). Sementara responden dengan tingkat pendidikan yang tidak lulus SD memiliki nilai rerata terrendah (120.28). Berdasarkan perbedaan rerata tersebut kemudian ingin diketahui apakah perbedaan rerata tersebut benar-benar menggambarkan perbedaan harga diri yang sesungguhnya.
56
Teknik yang dipergunakan adalah uji beda dengan menggunakan Oneway Anova. Tabel 4.7 Hasil penghitungan uji beda tingkat harga diri berdasarkan pendidikan responden Fhi
F (Sig. 5 % ; df 4 & 52) Keputusan
0.130
2.56
Terima H0
Hasil penghitungan uji beda dengan menggunakan teknik Oneway Anova dihasilkan nilai f hitung sebesar 0.130. Sementara nilai f tabel pada taraf signifikansi 5% dengan df 4 & 52 adalah sebesar 2.56. Karena nilai f hitung yang didapat (0.130) < f tabel (Sig.5% ; df 4 & 52 = 2.56), maka hipotesa nihil (H0) yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan harga diri yang signifikan berdasarkan tingkat pendidikan responden diterima. 2. Perbedaan Tingkat Harga Diri Berdasarkan Lamanya Responden Bekerja Hasil penghitungan nilai rerata harga diri berdasarkan lamanya responden bekerja, seperti ditampilkan pada tabel di atas, diketahui bahwa responden yang telah bekerja selama > 10 thn memiliki nilai rerata tertinggi (129.00). Sementara responden yang baru bekerja selama < 1 thn memiliki nilai rerata terrendah (118.25). Berdasarkan perbedaan rerata tersebut kemudian ingin diketahui apakah perbedaan rerata tersebut benar-benar menggambarkan perbedaan harga diri yang sesungguhnya. Teknik yang dipergunakan adalah uji beda dengan menggunakan Oneway Anova.
57
Tabel 4.8 Hasil penghitungan uji beda tingkat harga diri berdasarkan lamanya responden bekerja Fhi 1.641
F (Sig. 5 % ; df 3 & 53) Keputusan 2.70
Terima H0
Hasil penghitungan uji beda dengan menggunakan teknik Oneway Anova dihasilkan nilai f hitung sebesar 1.641. Sementara nilai f tabel pada taraf signifikansi 5% dengan df 3 & 53 adalah sebesar 2.70. Karena nilai f hitung yang didapat (1.641) < f tabel (Sig.5% ; df 3 & 53 = 2.70), maka hipotesa nihil (H0) yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan harga diri yang signifikan berdasarkan lamanya responden bekerja diterima.
58
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1
Kesimpulan Manusia sebagai makhluk sosial tentunya membutuhkan bantuan atau
pertolongan dari orang lain dalam banyak hal. Kebutuhan akan pertolongan orang lain ini, tidak hanya dalam bentuk materi saja akan tetapi dapat juga berbentuk immateri, misalnya dukungan (support) dalam melakukan sesuatu. Dengan adanya dukungan sosial ini diharapkan dapat memperkuat atau menaikkan perasaan harga diri seseorang, membantu menghadapi dan menyelesaikan masalah. Jadi fungsi dukungan sosial adalah memberikan bantuan dalam bentuk penyelesaian masalah, sehingga akan memperkuat perasaan harga diri seseorang yang kemudian dapat dengan yakin mengambil kesimpulan terhadap suatu permasalahan. Begitu juga dengan pembantu rumah tangga yang sering mendapatkan penilaian buruk dari orang lain karena profesinya sebagai pembantu. Mereka memerlukan dukungan dari lingkungan yang dapat meningkatkan harga diri. Dukungan sosial dapat diperoleh dari berbagai sumber yaitu majikan, orang tua dan teman-teman. Dukungan dari majikan bisa berupa pemberian kesempatan kepada pembantu untuk bersosialisasi misalnya dengan ikut arisan atau kegiatan sosial, diberikan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan seperti sekolah sore atau kursus keterampilan.
58
59
Secara umum, dukungan sosial digambarkan sebagai kondisi ada atau tidaknya seseorang yang dapat dipercaya dapat membantu sehingga individu mengetahui bahwa dirinya dihargai. Jika individu diterima dan dihargai secara positif oleh orang lain, individu itu akan cenderung untuk mengembangkan sikap positif terhadap diri sendiri dan lebih menerima dan menghargai diri sendiri. Penilaian positif dari orang lain dan terhadap dirinya ini akan menimbulkan harga diri yang positif terhadap dirinya. Sedangkan harga diri merupakan sebuah penilaian evaluatif, keyakinan dan penghormatan seseorang terhadap diri –kemampuan, potensi dan keberartian diriyang terekspresikan melalui sikap-sikap. Harga diri bisa mengalami peningkatan atau penurunan dimana hal tersebut tergantung dari pengalaman seseorang baik positif atau negatif. Karena harga diri sebagai evaluasi diri yang ditegakkan dan dipertahankan oleh individu serta muncul dari sejumlah penghargaan, penerimaan, dan perlakuan orang lain yang diterima individu mempunyai karakteristik tingkatantingkatan yang berbeda, maka Coopersmith (dalam Pamela, dkk. 2006) menyusun tingkatan harga diri menjadi tiga bagian, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Tingkatan ini ditentukan oleh penerimaan dan penilaian seseorang yang didapat dari lingkungan maupun penilaian terhadap dirinya sendiri. Oleh karena itu, berdasarkan hasil penghitungan data dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan harga diri. Hal ini berarti bahwa harga diri seseorang dapat terwujud, selain karena kemampuan diri sendiri, tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan sosial sekitarnya. Arah hubungan
60
yang dihasilkan adalah positif, yang bermakna bahwa semakin tinggi dan baik dukungan sosial yang diterima oleh seseorang maka semakin meningkat pula tingkat harga dirinya.
5.2
Diskusi Temuan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan sosial memberi
dampak yang cukup signifikan bagi penumbuhan harga diri di kalangan pembantu rumah tangga. Salah satu penjelasan yang dapat dipergunakan terkait dengan temuan penelitian ini adalah penjelasan yang diteorikan oleh Gottlieb (1983) mengenai efek yang muncul dari dukungan sosial, yaitu efek pelindung (buffering effect). Efek pelindung, seperti dijelaskan Gottlieb, merupakan efek yang dihasilkan peranan dukungan sosial dalam memelihara keadaan psikologis seseorang dalam keadaan mengalami tekanan. Model ini melihat sumber daya dalam hubungan sosial yang menimbulkan pengaruh positif sebagai pelindung dari efek negatif dari stres. Pembantu rumah tangga, seperti diketahui, adalah pekerja dengan jenis pekerjaan yang masih termasuk ke dalam wilayah yang kurang jelas, baik dari segi tugas kerja, jam kerja, dan tingkat pendapatan. Dengan kondisi yang masih kabur ini, seringkali pembantu rumah tangga menjalankan pekerjaannya dengan tingkat tekanan yang sangat tinggi. Karenanya, peran lingkungan sosial menjadi sangat penting, terlebih mengingat bahwa mereka yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga adalah perantau, mereka yang jauh dari orang-orang terdekat seperti keluarga.
61
Dukungan sosial, berdasarkan penjelasan di atas, mampu meningkatkan harga diri pembantu rumah tangga. Hal ini juga pernah dikemukakan Sarafino (dalam Bahri, 2006), yang menjelaskan bahwa dukungan sosial berarti kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang didapat seseorang dari orang lain. Dengan demikian, dukungan sosial sangat berarti bagi harga diri pembantu rumah tangga. Hasil penelitian ini juga menemukan bahwa lamanya seseorang bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan tingkat pendidikan yang dimiliki oleh seorang pembantu rumah tangga tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga diri mereka. Meski penghitungan secara kasar menunjukkan bahwa tidak didapati mereka yang memiliki pendidikan lebih tinggi dan masa kerja lebih lama memiliki tingkat harga diri yang rendah, namun berdasarkan penghitungan statistik perbedaan ini tidak menunjukkan pengaruh yang cukup signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa, dalam pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga, dengan tingkat tekanan pekerjaan yang tinggi, yang diperlukan oleh seorang pembantu rumah tangga yang utama adalah dukungan dari lingkungan sekitar mereka. Baik itu majikan di mana mereka bekerja, teman-teman sesama pekerja, dan masyarakat di mana mereka tinggal. Pendidikan yang tinggi dan masa kerja yang lama tidak akan berguna dalam meningkatkan harga diri para pembantu rumah tangga tersebut jika mereka tidak mendapatkan, seperti dikemukakan Sarafino (dalam Bahri, 2006), kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan – baik materil maupun moril – dari orang lain. Dengan meningkatnya harga diri mereka, maka produktivitas kerja mereka pun dipastikan akan meningkat.
62
5. 3
Saran Sebagai penutup,peneliti mengajukan beberapa saran yang bersifat praktis dan
metodologis.
Saran
praktis
terutama
ditujukan
kepada
pihak-pihak
yang
menggunakan jasa pembantu rumah tangga, penyalur jasa pembantu rumah tangga, dan pihak pemerintah. Sedangkan saran metodologis ditujukan bagi pihak-pihak yang tertarik untuk menelaah lebih lanjut fenomena pekerja rumah tangga ini. Berdasarkan temuan penelitian ini, penulis menyarankan bahwa sudah seharusnya kita saat ini berpikir ulang dalam melihat mereka yang bekerja sebagai rumah tangga. Sikap dan cara pandang kita terhadap pekerjaan pembantu rumah tangga haruslah berubah menuju ke arah yang lebih positif, yaitu melihat pekerjaan ini sebagai pekerjaan yang sama dengan jenis pekerjaan lainnya. Sebab, diakui atau tidak, para pekerja rumah tangga ini telah membantu meringankan kita yang tidak sempat untuk melakukan tugas-tugas rumah tangga yang seringkali dianggap remeh. Memperlakukan mereka secara manusiawi, dengan tidak memforsir jam kerja, tidak mencibir hasil kerja dan memandang miring status pekerjaan mereka adalah langkah awal yang bisa jadi mampu meningkatkan harkat dan harga diri para pembantu rumah tangga. Saran kepada penyalur jasa pembantu rumah tangga kiranya adalah mereka dapat memberikan pendidikan, tidak saja keterampilan dan pengetahuan dasar, melainkan juga keterampilan sosial agar para pembantu rumah tangga ini dapat merespon lingkungan sosial mereka dengan baik.
63
Saran praktis terakhir, sudah saatnya kini pemerintah menetapkan aturan yang jelas mengenai pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga ini, agar tidak terjadi kembali kasus kekerasan dan penyia-nyiaan yang seringkali dialami oleh mereka yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Atau setidaknya untuk saat ini, pemerintah dapat menetapkan status mereka sama dengan pekerja lain, seperti buruh pabrik, yang memiliki jam dan tugas kerja yang jelas. Saran metodologis yang dapat peneliti ajukan adalah penelitian ini baru secara sederhana melihat hubungan antara dukungan sosial dengan harga diri di kalangan pembantu rumah tangga. Untuk penelitian selanjutnya ada baiknya dilakukan penelaahan terhadap faktor-faktor lain selain dukungan sosial yang dapat meningkatkan harga diri pembantu rumah tangga. Perlu ditelaah mengenai dampak jam kerja dan perilaku majikan terhadap terhadap kondisi psikologis para pembantu rumah tangga. Sampel yang dipergunakan kiranya juga perlu diperbesar dengan memperlebar jangkauan penelitian.
64
DAFTAR PUSTAKA Afrinanda, Y, (2003). Self esteem pada wanita usia dewasa awal yang bekerja sebaggai waiters di bar. Jurnal Psikologi. Vol 5. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Azwar, S. (2003). Sikap manusia; teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2003). Tes prestasi; fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2006). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bahri,S. (2006). Hubungan dukungan sosial dengan gangguan depresi pasca persalinan. Jurnal Psikologi Sosial Vol. 2. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Branden, Nathaniel. (1982). The power of self esteem in the classroom. New York: Bantam. Coopersmith, S. (1967). The antencendents of self-esteem. Sanfransisco: W.H. Freeman & co. Goble, F. G. The third force, the psychology of abraham maslow. Supratiknya (Terj).(1998). Yogyakarta: Kanisius. Gottlieb, B.H. (1983). Social support strategis, guidelines for mental health practice. Beverly Hills: Sage Publications. Koswara, E. (1991). Teori-teori kepribadian. Bandung: Eresco
Kuncono. (2004). Aplikasi komputer psikologi: diktat kuliah dan panduan praktikum. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Persada Indonesia.
65 Kuntjoro, Z.S (2002). Dukungan sosial pada lansia. Anima. Vol. 4. No. 02. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. Minchinton, J. (1993). Maximum self esteem. Kuala Lumpur: Golden Books Centre. Pamela, E. dkk (2006). Efektivitas lvep (living values: an educational program) dalam meningkatkan harga diri remaja akhir. Jurnal Provitae Vol. 2. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara. Rahardjo, L. dkk. (2008). Jenis dan sumber dukungan sosial pada mahasiswa. Anima Vol. 23. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. Santrock, J. W. (1995). Life span development; perkembangan masa hidup. Jakarta: Erlangga. Sarafino, E. P. (1990). Health psychology: biopsychosocial interactions. Canada: John Wiley & Sons, Inc. Sevilla, et all. (1993). Pengantar metode penelitian. Jakarta: UI Press. Soehartono, I. (2008). Metode penelitian sosial. Bandung: Rosdakarya. Sugiyono. (2009). Alfabeta.
Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan r&d. Bandung:
Thalib, S.B, (1999). Hubungan percaya diri dan harga diri dengan kemampuan bergaul mahasiswa. Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 6, Makasar: Universitas Negeri Makasar.
Lampiran 1 Petunjuk Pengisian: Di bawah ini terdapat pernyataan-pernyataan, bacalah setiap pernyataan kemudian berikan jawaban dengan cara member tanda checklist (√) pada kolom yang tersedia: SS
: Apabila anda merasa “sangat setuju” dengan pernyataan yang diberikan.
S
: Apabila anda merasa “setuju” dengan pernyataan yang diberikan.
TS
: Apabila anda merasa “tidak setuju” dengan pernyataan yang diberikan.
STS
: Apabila anda merasa “sangat tidak setuju” dengan pernyataan yang diberikan.
Contoh: NO 1.
PERNYATAAN Saya sedih jika melihat ibu saya menangis
SS √
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
Skala Dukungan Sosial NO 1.
2.
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
PERNYATAAN Saya kira tidak ada manfaatnya bagi saya apabila majikan saya memberikan pujian ketika saya bersemangat dalam dalam melakukan aktivitas Saya merasa berharga karena majikan saya masih memberikan peringatan ketika saya melakukan sesuatu yang dapat membahayakan diri saya Saya menerima saran dari majikan ketika saya tidak mengetahui harus berbuat apa Majikan saya tidak memberikan saran ketika saya tidak tahu harus berbuat apa Majikan saya sering memberikan saran yang positif untuk mengisi aktivitas saya sehari-hari Ketika saya membutuhkan sesuatu,majikan selalu memberikannya pada saya Apabila saya sedang menghadapi masalah, majikan saya tidak membantu menyelesaikan masalah yang sedang saya hadapi Ketika saya memberikan sesuatu, majikan menerimanya dengan senang hati Saya merasa terbantu apabila majikan saya membantu menyelesaikan masalah yang sedang saya hadapi Kadang-kadang majikan memberikan tanggapan yang menyakitkan hati ketika saya melakukan sesuatu Ketika saya merasa tidak mampu mengerjakan
12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35.
sesuatu majikan saya memberikan bimbingan Kadang-kadang majikan memberikan tanggapan yang menyenangkan hati ketika saya melakukan sesuatu Majikan saya tidak mengijinkan saya melakukan aktivitas-aktivitas yang berbahaya Saya termasuk orang yang diacuhkan majikan Saya merasa biasa-biasa saja apabila saya tidak mendapatkan perhatian dari majikan Ketika saya bertanya tentang sesuatu kepada majikan, majikan tidak memberikan tanggapan yang positif Majikan saya tidak memberikan saran positif untuk mengisi aktivitas saya sehari-hari Saya merasa tidak berharga karena majikan saya memberikan peringatan yang menyakitkan hati saya ketika saya melakukan kesalahan Ketika saya memberitahukan sesuatu,majikan akan memberikan tanggapan yang baik Ketika saya tidak mengetahui tentang sesuatu, majikan saya tidak memberitahukannya Apabila saya sedang merasa sedih, majikan saya tidak berusaha untuk menghibur saya Majikan mengijinkan saya untuk melakukan sesuatu yang dapat saya lakukan sendiri Ketika saya butuh, saya menerima bantuan dana yang diberikan majikan Apabila saya tidak mengikuti aktivitas bersama, saya merasa biasa-biasa saja Saya merasa biasa-biasa saja apabila majikan tidak mengajari yang saya tidak ketahui Saya senang apabila majikan memberikan bimbingan Ketika saya memberikan sesuatu, majikan saya menolaknya Majikan tidak memberikan fasilitas yang cukup untuk istirahat saya Ketika saya sakit, majikan tidak membantu saya Saya senang jika pekerjaan saya diperhatikan majikan Kalau saya ingin bepergian, majikan saya tidak mengizinkannya Ketika saya bertanya kepada majikan tentang sesuatu, majikan akan memberikan jawabannya Jika saya punya masalah, majikan saya selalu membantu menyelesaikan masalah saya Apabila saya sedang merasa sedih, majikan saya berusaha untuk menghibur Ketika saya merasa gembira, majikan saya juga
36. 37. 38. 39. 40. 41. 42.
ikut bergembira Jika saya kesulitan dalam menentukan pilihan, majikan tidak memberikan saran pada saya Setiap pekerjaan baru yang saya kerjakan selalu diizinkan Dalam beberapa pekerjaan saya selalu mendapatkan bimbingan Ketika saya melakukan tugas saya dengan baik majikan tidak memberikan pujian kepada saya Dalam beberapa pekerjaan saya tidak mendapatkan bimbingan Majikan saya selalu memberikan saran ketika saya tidak tahu harus berbuat apa Majikan saya ikut senang apabila saya senang
Petunjuk Pengisian: Di bawah ini terdapat pernyataan-pernyataan, bacalah setiap pernyataan kemudian berikan jawaban dengan cara member tanda checklist (√) pada kolom yang tersedia: SS
: Apabila anda merasa “sangat setuju” dengan pernyataan yang diberikan.
S
: Apabila anda merasa “setuju” dengan pernyataan yang diberikan.
TS
: Apabila anda merasa “tidak setuju” dengan pernyataan yang diberikan.
STS
: Apabila anda merasa “sangat tidak setuju” dengan pernyataan yang diberikan.
Contoh: NO 1.
PERNYATAAN Saya sangat senang jika keluarga saya bahagia
SS √
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
Skala Harga Diri NO 1. 2. 3. 4. 5. 6.
PERNYATAAN Saya merasa orang-orang dekat saya mencintai saya Di mata orang lain saya tidak berguna Saya tidak dicintai siapapun Saya merasa orang lain menilai saya sebagai seseorang yang berharga Saya merasa tidak diterima orang-orang sekitar saya saya jarang dihargai orang-orang karena pekerjaan saya
7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36.
Saya mudah diterima oleh orang lain Saya sering direndahkan orang Saya merasa dihargai di lingkungan saya Saya merasa menjadi orang yang berharga Di mata orang lain, saya adalah seseorang yang layak dihargai Saya merasa menjadi orang yang tidak berharga Saya kira orang lain menilai saya sebagai seseorang yang tidak pantas dihargai saya sering diacuhkan orang lain Orang lain menerima saya dengan baik Setiap pekerjaan yang lakukan selalu dihargai Saya jarang dicintai orang-orang dekat saya Saya selalu mendapatkan kasih sayang orangorang sekitar saya Saya merasa tidak dihargai banyak orang Orang-orang yang kenal saya menyayangi saya Setiap saya telah mencapai keberhasilan saya merasa tidak mendapat penghargaan yang layak Saya senang karena setiap tindakan saya ditanggapi dengan baik Setiap perbuatan saya tidak ditanggapi dengan baik Saya sering tidak diterima orang lain hanya karena pekerjaan saya Saya senang ketika seseorang menghargai hasil kerja saya Orang lain melihat saya sebagai seseorang yang dibutuhkan Orang lain melihat saya sebagai orang yang tidak penting dan tidak dibutuhkan Orang-orang sekitar saya tidak menyayangi saya Orang lain tidak membedakan saya hanya karena pekerjaan saya Orang-orang dekat saya sering menghargai saya Saya tidak mendapatkan kasih sayang dan cinta dari orang terdekat saya Penerimaan orang terhadap saya tidak seperti yang saya harapkan Orang menilai saya dengan baik Saya merasa beruntung karena banyak yang mencintai saya Saya senang dengan orang-orang sekitar saya karena menerima saya apa adanya Biasanya saya dianggap tidak berharga oleh
37. 38.
orang lain Saya merasa tidak berharga meski saya sudah mencapai melakukan pekerjaan yang bagus Saya merasa dinilai orang sebagai seseorang yang tidak perlu untuk diperlakukan dengan baik
Lampiran 2
Reliability ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** R E L I A B I L I T Y
Statistics for SCALE
Mean 123.3000
A N A L Y S I S
-
S C A L E
(A L P H A)
N of Variables 38
Variance 306.9490
Std Dev 17.5200
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected ItemTotal Correlation
119.8200 119.9600 119.9400 120.4000 119.9200 120.2200 120.2400 120.2600 120.1600 120.3000 120.6000 120.1200 120.2000 120.2600 119.9400 120.2600 120.1000 120.0200 120.1000 120.1600 120.4200 120.0400 120.2200 120.2000 119.9600 120.4000 119.9600 120.3000 120.1200 120.1000 119.9600 120.5600 120.1600 120.2200 119.7400 120.0000 120.2600 119.9000
295.7833 292.7331 293.3229 293.6327 289.7078 283.1139 296.6351 290.9718 292.9127 286.4184 289.8367 285.7404 294.3265 293.9106 294.3841 288.5229 291.1939 292.5506 286.1327 296.4637 292.5343 292.5290 294.3792 285.1837 295.5086 293.7551 289.9576 295.1939 284.3527 297.2755 292.6514 289.2310 294.4637 291.2771 292.5229 286.6122 292.7269 289.0306
Item-total Statistics
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00022 VAR00023 VAR00024 VAR00025 VAR00026 VAR00027 VAR00028 VAR00029 VAR00030 VAR00031 VAR00032 VAR00033 VAR00034 VAR00036 VAR00037 VAR00038 VAR00039 VAR00040
.4833 .5581 .6118 .4533 .6769 .7603 .4651 .4924 .5010 .6823 .5570 .7873 .4601 .5778 .5949 .6274 .6391 .5556 .7916 .4146 .4718 .5869 .4849 .7211 .4634 .4342 .7782 .4684 .6842 .3992 .5615 .6991 .5231 .6130 .5780 .7650 .4468 .6749
Alpha if Item Deleted .9523 .9519 .9516 .9527 .9512 .9504 .9524 .9525 .9523 .9510 .9520 .9504 .9525 .9518 .9518 .9514 .9514 .9519 .9504 .9528 .9526 .9517 .9524 .9507 .9525 .9528 .9507 .9524 .9510 .9528 .9519 .9510 .9521 .9516 .9518 .9505 .9528 .9511
Reliability Coefficients N of Cases = 50.0 Alpha = .9530
N of Items = 38
Lampiran 3
Reliability ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** R E L I A B I L I T Y
Variance 311.0535
S C A L E N of Std Dev Variables 17.6367 42
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected ItemTotal Correlation
139.8800 138.8200 138.9400 139.1200 138.8400 139.2000 139.7800 138.9000 139.0200 139.4400 139.1000 139.0600 139.1800 139.0800 139.5000 139.0600 139.4600 139.2800 139.0400 139.3600 139.7400 139.0800 139.2800 139.4600 139.3600 138.7400 138.9000 138.9000 138.8200 139.3600 139.1400 139.0000 139.3800 139.4200 139.5200 139.2800 139.4200 139.0200 139.3800 139.2800 139.0200 139.2800
300.1078 302.3955 304.7922 296.5159 295.4841 289.3061 292.6649 295.9694 301.7751 296.5371 297.1531 299.4453 297.5384 295.5853 297.9286 295.3637 294.9882 294.4914 295.7535 298.7249 300.6453 305.5037 293.5527 301.7229 296.6024 306.1147 304.7041 299.3163 302.1506 302.5208 301.4698 301.5918 288.8118 293.7588 297.2751 293.4710 298.4935 293.8159 296.4445 294.1649 294.7547 298.7363
Statistics for SCALE
Mean 142.2600
A N A L Y S I S
-
(A L P H A)
Item-total Statistics
VAR00002 VAR00004 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00022 VAR00023 VAR00024 VAR00025 VAR00026 VAR00027 VAR00030 VAR00031 VAR00032 VAR00035 VAR00036 VAR00037 VAR00038 VAR00039 VAR00042 VAR00043 VAR00044 VAR00046 VAR00047 VAR00048 VAR00049 VAR00050 VAR00051 VAR00052 VAR00058 VAR00059 VAR00060 VAR00061 VAR00063 VAR00065 VAR00066
.3246 .3331 .2887 .4674 .6870 .7571 .4998 .6423 .3242 .4572 .6344 .6120 .3876 .5584 .4895 .6959 .5749 .4535 .5826 .4637 .3578 .3156 .5986 .3091 .5089 .2952 .3070 .4927 .4963 .2997 .3484 .5015 .6686 .6141 .4439 .5493 .6473 .7120 .5264 .5581 .5933 .4587
Alpha if Item Deleted .9343 .9339 .9341 .9330 .9316 .9305 .9328 .9318 .9341 .9331 .9320 .9323 .9338 .9322 .9328 .9315 .9321 .9333 .9321 .9330 .9338 .9339 .9319 .9342 .9326 .9342 .9340 .9328 .9330 .9342 .9338 .9329 .9311 .9318 .9332 .9323 .9321 .9312 .9325 .9322 .9320 .9330
Reliability Coefficients N of Cases = 50.0 Alpha = .9343
N of Items = 42
Lampiran 4 Correlations Descriptive Statistics
Dukungan Sosial
Mean 146.2632
Std. Deviation 19.83371
Harga Diri
121.2281
13.61593
N 57 57
Correlations Dukungan Sosial Dukungan Sosial
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Harga Diri
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
1
Harga Diri .614(**)
.
.000
57
57
.614(**)
1
.000
.
57
57