perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN PERSEPSI TERHADAP STATUS SOSIAL EKONOMI DENGAN HARGA DIRI PADA ANAK BINAAN DI LEMBAGA STUDI KEMASYARAKATAN (LSK) BINA BAKAT SURAKARTA
SKRIPSI Dalam Rangka Penyusunan Skripsi sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata I Psikologi
Oleh: IKE DEVI PERMATASARI G0106052 Pembimbing : 1.
Dra. Emi Dasiemi, M.S.
2.
Tri Rejeki Andayani, S. Psi., M. Si.
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa apa yang ada dalam skripsi ini, sebelumnya belum pernah terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengamatan dan pengetahuan saya, tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis dipergunakan dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Jika terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan isi pernyataan ini, maka saya bersedia untuk dicabut derajat kesarjanaan saya.
Surakarta, 17 Januari 2011
Ike Devi Permatasari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN Skripsi dengan judul
: Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga dan Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi dengan Harga Diri pada Anak Binaan di Lembaga Studi Kemasyarakatan (LSK) Bina Bakat Surakarta
Nama Peneliti
: Ike Devi Permatasari
NIM
: G0106052
Tahun
: 2006
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan pembimbing dan penguji skripsi Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret pada : Hari
: Senin
Tanggal
: 17 Januari 2010
Pembimbing I
Pembimbing II
Dra. Emi Dasiemi, M. S. NIP. 19441026 197208 2 001
Tri Rejeki Andayani, S.Psi., M.Si. NIP. 19741109 199802 2 001
Koordinator Skripsi
Rin Widya Agustin, M.Psi. NIP 19760817 200501 2 002 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan judul: Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga dan Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi dengan Harga Diri pada Anak Binaan di Lembaga Studi Kemasyarakatan (LSK) Bina Bakat Surakarta Ike Devi Permatasari, G0106052, Tahun 2006 Telah diuji dan disahkan oleh pembimbing dan penguji skripsi Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada Hari Tanggal 1.
: Senin : 17 Januari 2011
Pembimbing I
(
)
(
)
(
)
(
)
Dra. Emi Dasiemi, M. S. NIP. 19441026 197208 2 001 2.
Pembimbing II Tri Rejeki Andayani, S. Psi., M. Si. NIP. 19741109 199802 2 001
3.
Penguji I Drs. Hardjono, M. Si. NIP. 19590119 198903 1 002
4.
Penguji II Nugraha Arif Karyanta, S. Psi. NIP. 19760323 200501 1 002
Surakarta,………………….. Ketua Program Studi Psikologi,
Drs. Hardjono, M. Si.
Koordinator Skripsi,
commit to user
Rin Widya Agustin, M. Psi.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
NIP.19590119 198903 1 002
NIP. 19760817 200501 2 002 MOTTO
Anak adalah bintang kecil yang Allah ciptakan di bumi, anak akan bersinar dan menerangi bumi ini dengan kilaunya. Tugas orang tua adalah menjaga agar sinar itu perlahan terus membesar, hingga anak tersebut mampu memberikan cahayanya yang paling berkilau, because every child is special. (Taare Zameen Paar)
If children live with criticism, they learn to condemn. If children live with hostility, they learn to fight. If children live with encouragement, they learn confidence. If children live with tolerance, they learn patience. If children live with acceptance, they learn to love. If children live with approval, they learn to like themselves. If children live with recognition, they learn it is good to have a goal. If children live with honesty, they learn truthfulness. If children live with fairness, they learn justice. If children live with friendliness, they learn the world is a nice place in which to live. (Dorothy Law Nolte) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PESEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini kepada Orang-orang yang sangat aku sayangi, dengan semangat dan inspirasinya dalam menemaniku mencapai impianku
Terima kasih ku ucapkan atas terselesaikannya karya ini kepada :
Bapak, ibu, dan saudara-saudaraku tercinta, setiap detik waktu penyelesaian karya ini merupakan hasil getaran do’a dan dukungan yang mengalir tiada henti.
Suamiku terkasih yang akan menjadi bagian dalam hidupku nanti, yang entah siapa dan di mana, sekarang masih menjadi rahasia Allah.
Guru-guru dan setiap pembimbing yang telah sabar untuk mengajarkan commit to user
ilmu, mengarahkan, dan mendidikku.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Almamaterku yang tercinta.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah S.W.T. yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya, Sholawat dan salam semoga selalu tercurah pada bimbingan kita Nabi Muhammad S.A.W., telah diselesaikan karya ini sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana psikologi. Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada : 1.
Bapak Prof. Dr. dr. AA. Subiyanto, M.S. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian.
2.
Bapak Drs. Hardjono, M.Si., selaku Ketua Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian dan selaku dosen penguji utama yang telah bersedia menguji dan mengarahkan penulis.
3.
Ibu Dra. Emi Dasiemi, M. S., selaku dosen pembimbing utama, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, dan ilmu yang bermanfaat bagi penyelesaiancommit skripsi to ini.user
perpustakaan.uns.ac.id
4.
digilib.uns.ac.id
Ibu Tri Rejeki Andayani, S.Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing pendamping, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, masukan dan ilmu yang bermanfaat bagi penyelesaian skripsi ini.
5.
Bapak Nugraha Arif Karyanta, S. Psi., selaku dosen penguji pendamping yang telah bersedia menguji dan mengarahkan penulis.
6.
Bapak Drs. Thulus Hidayat, S.U., M.A. selaku pembimbing akademik, yang telah memberikan perhatian dan arahan selama penulis menempuh studi di Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran UNS.
7.
Seluruh staf pengajar Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan begitu banyak ilmu yang bermanfaat untuk penulis.
8.
Seluruh staf tata usaha dan staf perpustakaan yang telah membantu kelancaran
9.
studi penulis.
Bapak Drs. Agus Suseno selaku Direktur LSK Bina Bakat yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian, Bapak Muladiyanto, A.Md. yang telah membantu pelaksanaan penelitian, dan Adik-adik yang dibina di LSK Bina Bakat yang telah bersedia menjadi subyek penelitian.
10. Orang tuaku yang tercinta, Bapak Siswanto dan Ibu Maryani, S. Pd yang telah memberikan kasih sayang, perhatian dukungan, dorongan dan doa yang tiada henti-hentinya bagi penulis serta membimbing penulis selama ini hingga dapat menyelesaikan skripsi.commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11. Saudaraku, Mbak Dian, Dik Yudha, Mas andi, Dik Izzah, Dik Yanuar yang telah memberikan doa, kasih sayang, perhatian, dukungan, bantuan, dan motivasinya. 12. Sahabat-sahabatku tersayang, Desi, Amani, Krisna, Maria, Lia, Disti, Retno, Vika dan temen-temenku angkatan 2006 yang telah memberikan doa, motivasi, dan selalu membantu dalam setiap kesulitan yang penulis alami selama mengerjakan skripsi. 13. Sahabat perjuanganku, Mbak Esti, Mbak Rini, Mbak Reni, Mbak Endra, Mbak Nana, Mbak Mata, Tias, Mbak Agustin, Mbak Sunarsi dan Mbak Mayang yang telah memberikan doa, motivasi, dukungan, dan memberikan contoh perjuangan hidup yang sesungguhnya. 14. Teman-temanku, Ganda, Linda, Tia, Wiwin, Ani, Santi, Ikhsan, Sri Lestari, dan Agit yang telah memberikan doa, motivasi, kebersamaan, dan kenangan indah yang tidak akan terlupakan.
Semoga karya ini bermanfaat baik bagi penulis sendiri maupun bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang psikologi dan bagi seluruh pembaca pada umumnya.
Surakarta, Januari 2011 commit to user
Ike Devi Permatasari
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN PERSEPSI TERHADAP STATUS SOSIAL EKONOMI DENGAN HARGA DIRI PADA ANAK BINAAN DI LEMBAGA STUDI KEMASYARAKATAN (LSK) BINA BAKAT SURAKARTA IKE DEVI PERMATASARI G0106052 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Kondisi perekonomian di Indonesia yang sejak tahun 1997 mengalami krisis, memunculkan berbagai macam fenomena, salah satunya adalah munculnya fenomena anak jalanan. Anak jalanan adalah anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari uang atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa harga diri anak jalanan rendah. Harga diri merupakan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Dukungan sosial keluarga yang tinggi dan persepsi terhadap status sosial ekonomi yang positif akan meningkatkan harga diri. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial keluarga dan persepsi terhadap status sosial ekonomi dengan harga diri pada anak binaan, hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan harga diri pada anak binaan, dan hubungan antara persepsi terhadap status sosial ekonomi dengan harga diri pada anak binaan. Penelitian ini merupakan penelitian populasi, dengan jumlah polulasi 36 anak binaan di LSK Bina Bakat Surakarta, usia 6-21 tahun, dan kondisi anak binaan tersebut masih tinggal bersama keluarga. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan menggunakan skala psikologis, yaitu Skala Harga Diri (validitas=0,336-0,729; reliabilitas=0,848), Skala Dukungan Sosial Keluarga (validitas=0,349-0,773; reliabilitas=0,899) dan Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi (validitas=0,363-0,734; reliabilitas=0,879). Hasil penelitian menunjukkan nilai koefisien korelasi R=0,619, p=0,000 (p<0,05) dan F Hitung 10,242>dari F Tabel 3,259 artinya ada hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial keluarga dan persepsi terhadap status sosial ekonomi dengan harga diri pada anak binaan. Hasil perhitungan secara parsial menunjukkan R=0,441, p=0,002 (p<0,05), artinya ada hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan harga diri pada anak binaan dan hasil perhitungan menunjukkan R=0,066, p=0,588 (p>0,05), artinya tidak ada hubungan antara persepsi terhadap status sosial ekonomi dengan harga diri pada anak binaan. Kata kunci : dukungan sosial keluarga, persepsi terhadap status sosial commit to user ekonomi, harga diri, anak binaaan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT CORRELATION BETWEEN FAMILY SOCIAL SUPPORT AND THE PERCEPTION OF SOCIO-ECONOMIC STATUS WITH SELF-ESTEEM OF PATRONAGE CHILDREN IN SOCIAL STUDY INSTITUTE (SSI) BINA BAKAT SURAKARTA IKE DEVI PERMATASARI G0106052 PSYCHOLOGY DEPARTMEN OF MEDICINE FACULTY SEBELAS MARET SURAKARTA UNIVERSITY The conditions of economic crisis in Indonesia since 1997, to feature a diverse of phenomena, one of them is the phenomenon of street-childrens. Streetchildren are child who spends most of his time to search money or roaming on the streets or other public places. The research before indicated that the self-esteem of street-childrens are low. Self-esteem is a personal judgement of self. High family social support and positive perceptions of socio-economic status will improve self-esteem. The purpose of this study is to determine the correlation between family social support and perception of socio-economic status with self-esteem in patronage children, the correlation between family social support with self-esteem in patronage children, and the correlation between perception of socio-economic status with self-esteem in patronage children. This research is a population research, with a total population of 36 patronage children on SSI Bina Bakat Surakarta, aged 6-21 years and the children's condition are still living with their family. Collecting data in this study carried out by using a psychological scale, namely Self-Esteem Scale (validity=0,336-0,729; reliability =0,848), Family Social Support Scale (validity=0,349-0,773; reliability=0,899) and Perception of Socio-economic Status Scale (validity =0,363-0,734; reliability=0,879). The results of multiple regression analysis showed a correlation coefficient R=0.619, p=0.000 (p<0.05) and F Compute 10.242>3.259 from the F table, it means that there is a significant positive correlation between family social support and perception of socio-economic status with self-esteem in patronage children. The result of partially calculation shows R=0,441, p=0.002 (p<0.05), it means that there is a significant positive correlation between family social support with selfesteem in patronage children and the calculation results showed R=0,066, p=0.588 (p>0.05), it means that the perception of socio-economic status was not correlation with self-esteem in patronage children. Keywords: family social support, perception of socio-economic status, selfesteem, patronage children. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................
v
MOTTO ..........................................................................................................
vi
HALAMAN PESEMBAHAN .......................................................................
vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................
viii
ABSTRAK ......................................................................................................
x
DAFTAR ISI ..................................................................................................
xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xviii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. BAB I
BAB II
xix
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..........................................................
1
B. Rumusan Masalah ....................................................................
13
C. Tujuan Penelitian .....................................................................
13
D. Manfaat Penelitian ...................................................................
13
LANDASAN TEORI A. Harga Diri ................................................................................
15
1. Pengertian Harga Diri ........................................................
15
2. Aspek-aspek Harga Diri..................................................... commit to user
18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Cara Meningkatkan Harga Diri.......................................... 4.
19
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Diri ............................. 23
D.
B. Dukungan Sosial Keluarga ......................................................
26
1. Pengertian Dukungan Sosial Keluarga ..............................
26
2. Tipe-tipe Keluarga..............................................................
27
3. Fungsi Keluarga .................................................................
29
4. Aspek Dukungan Sosial Keluarga......................................
30
C. Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi ................................
32
1. Pengertian Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi.........
32
2. Aspek Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi................
36
3. Tipe-tipe Keluarga Berdasar Status Sosial Ekonomi .........
41
Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga dan Persepsi
terhadap Status Sosial Ekonomi dengan Harga Diri ….................................43 1.
Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga dan Persepsi
terhadap Status Sosial Ekonomi dengan Harga Diri.....................................43 2.
Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga dengan Harga
Diri.................................................................................................................48 3.
Hubungan antara Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi
dengan Harga Diri….....................................................................................50 E.
Hipotesis ….................................................................................53
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Identifikasi Variabel Penelitian..................................................54
B.
Definisi Operasional Variabel Penelitian …..............................54
1.
Harga Diri...................................................................................54
2.
Dukungan Sosial Keluarga …....................................................55
3.
Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi...................................55
C.
Populasi dan Sampel …..............................................................56
D.
Teknik Pengumpulan Data ….....................................................58
1.
Sumber Data................................................................................58
2.
Metode Pengumpulan Data …....................................................58
E.
Metode Analisis Data..................................................................66
1.
Uji Validitas................................................................................66
2.
Uji Reliabilitas............................................................................66
3.
Uji Hipotesis …..........................................................................66
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Persiapan Penelitian …..............................................................67
1.
Orientasi Kancah Penelitian ….................................................67
2.
Persiapan Penelitian ….............................................................75 a. Persiapan Administrasi ….......................................75 b. Persiapan Alat Ukur................................................75
3.
Pelaksanaan Uji Coba ….........................................................76
4.
Uji Validitas dan Reliabilitas …..............................................77
a.
Skala Harga Diri......................................................................77 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b.
Skala Dukungan Sosial Keluarga..............................................79
c.
Skala Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi.......................80
B.
Pelaksanaan Penelitian …........................................................82
C.
1.
Penentuan Subjek Penelitian …..................................82
2.
Pengumpulan Data Penelitian …................................82
3.
Pelaksanaan Pemberian Skor ….................................83
Analisis Data Penelitian ….....................................................83 1.
Uji Asumsi Dasar …..................................................83 a. Uji Normalitas …..................................................83 b. Uji Linearitas …...................................................84
2.
Uji Asumsi Klasik …................................................86 a. Uji Multikolinearitas ….......................................86 b. Uji Heteroskesdastisitas …..................................87 c. Uji Autokorelasi …...............................................88
3.
Uji Hipotesis …..........................................................89 a. Uji Analisis Regresi Berganda …..........................89 b. Uji Korelasi Parsial …...........................................91
4.
Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif …...........93
5.
Analisis Deskriptif …...................................................93
D.
Pembahasan …..........................................................................96
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan …................................................................102 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Saran ….........................................................................103 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Blue Print Skala Harga Diri ............................................................
60
Tabel 2 Blue Print Skala Dukungan Sosial Keluarga ...................................
62
Tabel 3 Blueprint Skala Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi ..............
65
Tabel 4 Distribusi Item Gugur dan Sahih Harga Diri ...................................
78
Tabel 5 Distribusi Item Gugur dan Sahih Skala Dukungan Sosial Keluarga
80
Tabel 6 Distribusi Item Gugur dan Sahih Skala Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi .....................................................................
81
Tabel 7 Hasil Uji Normalitas ........................................................................
84
Tabel 8 Hasil Uji Linearitas antara Variabel Dukungan Sosial Keluarga dengan Harga Diri ...........................................................
85
Tabel 9 Hasil Uji Linearitas antara Variabel Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi dengan Harga Diri ......................................
85
Tabel 10 Hasil Uji Multikolinearitas .............................................................
86
Tabel 11 Hasil Pengujian Autokorelasi .........................................................
88
Tabel 12 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda .........................................
90
Tabel 13 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi Ganda (R) .....................
91
Tabel 14 Hasil Koefisien Korelasi Ganda (R) ...............................................
91
Tabel 15 Hasil Uji Korelasi Parsial ...............................................................
92
Tabel 16 Hasil Analisis Deskriptif ................................................................
94
Tabel 17 Kategorisasi Subjek Berdasar Skor Skala Penelitian ......................
95
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Bagan Kerangka Berpikir Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga dan Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi dengan Harga Diri ........................................................................
53
Gambar 2 Bagan Struktur Organisai LSK Bina Bakat Surakarta .................
71
Gambar 3 Grafik Scatterplot untuk Pengujian Heteroskedastisitas .............
87
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A
Alat Ukur Penelitian
Lampiran B
Data Uji Coba Skala Penelitian
Lampiran C Hasil Uji Validitas Aitem dan Reliabilitas Skala Penelitian Lampiran D Analisis Data Penelitian Lampiran E Data Penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Fenomena anak jalanan tidak pernah lepas dari kehidupan kota besar, baik di negara maju maupun negara berkembang. Adanya kondisi perekonomian di Indonesia yang sejak tahun 1997 mengalami krisis memunculkan berbagai macam fenomena, salah satunya adalah munculnya fenomena anak jalanan yaitu anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya. Menurut Mulyadi (2008) faktor utama yang menimbulkan peningkatan jumlah anak jalanan di negara yang sedang berkembang adalah kemiskinan. Kemiskinan telah menyebabkan kurang terperhatikan bahkan terabaikannya kesejahteraan fisik dan mental anak-anak sebagai generasi penerus. Kemiskinan tidak dapat dipisahkan dari pembangunan manusia yang mencakup semua unsur yang menjadi akar kemiskinan, mencakup kebudayaan, sistem kehidupan ekonomi dan politik serta hak asasi manusia. Sebuah fenomena yang berhubungan dengan kemiskinan kota adalah keberadaan kelompok-kelompok anak usia sekolah di kota-kota besar, yang menghabiskan sebagian besar waktu mereka di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya, dan di Indonesia mereka biasanya disebut anak jalanan. Anak jalanan berada dalam kondisi serba kekurangan atau miskin, karena banyak diantara anak jalanan yang harus bekerja keras daripada pergi ke sekolah atau bermain-main. commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (Tauran, 2000) salah satu karakteristik anak jalanan antara lain anak-anak yang berusia enam sampai 21 tahun. Jumlah anak jalanan di DKI Jakarta mengalami peningkatan hingga 50 persen. Jika pada 2008 jumlahnya sekitar 8.000 jiwa, pada 2009 jumlah mereka mencapai lebih dari 12.000 jiwa. Jumlah ini tergolong besar dibanding jumlah keseluruhan anak jalanan di 12 kota besar yang mencapai lebih dari 100.000 jiwa. Padahal, Pemprov DKI menjadikan penekanan jumlah anak jalanan sebagai salah satu agenda kerja prioritas tahun lalu (Wisnu, 2010). Jumlah anak yang turun ke jalan untuk mencari nafkah dari hari ke hari terus naik. Data dari Kementerian Sosial menunjukkan, jumlah anak jalanan yang pada tahun 1997 masih sekitar 36.000 jiwa sekarang menjadi sekitar 232.894 jiwa. Kenaikan itu dapat dilihat secara kasatmata di perempatan jalanan ibu kota ataupun di kota kecil. Dengan mudah kita dapat menjumpai anak lelaki atau perempuan meminta-minta atau mengamen. Padahal, fenomena anak jalanan seperti itu sebelum tahun 2000 hanya bisa dilihat di kota besar, seperti Jakarta atau Surabaya. Di Kota Solo terdapat 1.200 anak jalanan (Kesra, 2010). Di Kota Solo saja, dari data yang didapat dari LSK Bina Bakat Surakarta pada tahun 2008 dan 2009 terdapat 90 anak (laki-laki dan perempuan) yang melakukan aktivitas di jalanan. Aktivitas anak jalanan tersebut pada tahun 2008 terdapat 25 anak yang bekerja sebagai pengamen, empat anak meminta-minta, dua anak menjadi pemulung/mayeng, sepuluh anak sebagai pedagang asongan, lima anak sebagai tukang semir sepatu, dua anak bekerja lap kaca. Pada tahun 2009 terdapat 18 anak yang bekerja sebagai pengamen, tiga anak meminta-minta, enam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
anak menjadi pemulung/mayeng, tujuh anak sebagai pedagang asongan, tiga anak sebagai tukang semir sepatu, empat anak bekerja lap kaca dan satu anak bekerja mencuci bus. Daerah asal anak jalanan yang berada di Surakarta pada tahun 2008 terdapat 51 anak yang berasal Surakarta. Pada tahun 2009 terdapat 35 anak yang berasal Surakarta, satu anak dari Karanganyar, tiga anak dari Boyolali dan dua anak dari daerah lainnya. Di
Indonesia
banyak
didirikan
rumah
binaan
untuk
melakukan
pendampingan, pemberdayaan, dan membina anak-anak jalanan yang berada di jalanan. Di Solo saja terdapat tiga lembaga kemasyarakatan yang mengurusi masalah anak jalanan yaitu LSK Bina Bakat, Seroja dan Kapas. LSK Bina Bakat merupakan lembaga yang paling awal berdiri. Anak jalanan yang dibina kondisinya tidak tinggal menetap di LSK Bina Bakat Surakarta, walaupun anak jalanan tersebut terdaftar dibina di tempat tersebut akan tetapi anak jalanan tersebut masih bekerja di jalanan dan masih tinggal bersama keluarga. Karakteristik anak jalanan yang dibina di tempat tersebut masih bisa keluar masuk dengan leluasa. LSK Bina Bakat di sini berfungsi sebagai rumah singgah dengan memberikan pendampingan dan pemberdayaan anak jalanan. Hal tersebut diperkuat dengan data yang diperoleh dari LSK Bina Bakat sebagai berikut pada tahun 1999 ada 120 anak, tahun 2000 ada 150 anak, tahun 2001 ada 200 anak, tahun 2002 ada 150 anak, tahun 2003 ada 150 anak, tahun 2004 ada 150 anak, tahun 2005 ada 120 anak, tahun 2006 ada 75 anak, tahun 2007 ada 30 anak, tahun 2008 ada 20 anak dan pada tahun 2009 ada 20 anak (LSK Bina Bakat, 2010).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Anak
jalanan
digilib.uns.ac.id
merupakan
sebuah
fenomena
di
masyarakat
yang
menunjukkan terganggunya social functioning/fungsi sosial. Dikatakan terganggu social functioning, karena seharusnya seorang anak berada pada situasi rumah, sekolah atau lingkungan bermain yang di dalamnya terdapat interaksi yang mendukung bagi perkembangan anak tersebut, baik itu perkembangan fisik, motorik, sosial, psikologis maupun moralnya. Akan tetapi kondisi yang disebutkan tadi tidak terpenuhi atau diperoleh dalam kehidupan anak jalanan. Anak yang hidup di jalanan memiliki latar belakang sosial yang bermacammacam misalnya sosok anak jalanan dengan berbagai latar belakang sosial, seperti anak broken home, anak yatim yang terbuang, anak-anak yang kelahirannya tidak dikehendaki, atau anak-anak yang harus membantu ekonomi orang tuanya maupun anak-anak yang lari dari berbagai problema keluarga maupun masyarakatnya. Latar belakang seperti itulah yang memaksa anak untuk hidup dan mencari uang di jalanan. Jalanan mampu memberikan penghasilan uang untuk anak jalanan baik sebagai seorang penyemir sepatu, pengasong, penjaja koran, makanan, minuman, pemulung, pengamen, penjual jasa dan sebagainya. Penghasilan
tersebut selain dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
anak jalanan sendiri juga dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Adanya anak jalanan sudah lazim, bukan hal yang luar biasa dan bukan merupakan pemandangan yang aneh lagi yang dapat dilihat pada kota-kota besar di Indonesia. Hampir di setiap persimpangan jalan, pasar, alun-alun kota, stasiun, terminal, dan dalam bus-bus kota kita kerap menjumpainya. Sebagian besar anak jalanan tidur disembarang tempat yang dianggap bisa digunakan, seperti taman, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
halte-halte, masjid, pasar, gerbong-gerbong kereta api yang kosong dan sebagainya. Seringkali anak jalanan tidur hanya dengan beralaskan koran atau tanpa menggunakan alas apapun. Anak jalanan dapat dengan mudahnya tidur di mana saja tanpa memperhatikan tempat tersebut bersih atau tidak. Dari kondisi tersebut dapat dilihat bahwa anak jalanan kurang mengahargai dirinya sendiri, kalau anak jalanan dapat menghargai dirinya sendiri maka anak jalanan tidak akan membiarkan dirinya tidur di sembarang tempat. Penilaian anak jalanan terhadap diri sendiri yang rendah dan negatif diungkap dalam penelitian yang dilakukan oleh Nasution (2007) yang menyatakan bahwa anak jalanan cenderung negatif dalam menghadapi permasalahannya. Anak jalanan merasa tidak memiliki kemampuan untuk melakukan pekerjaan lain selain mengamen. Pada saat mengamen, anak jalanan merasa malu terutama ketika bertemu dengan teman lawan jenisnya, dan untuk berhubungan atau berinteraksi dengan teman lawan jenisnya pun mereka akan merasa malu. Dari hasil penelitian tersebut dikatakan juga bahwa anak jalanan menilai dirnya sendiri secara negatif dan banyak kekurangannya. Ada yang merasa dirinya pemarah, bodoh, nakal, biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa bahkan cenderung bunuh diri. Selain itu ada juga anak jalanan yang minder dan malu dengan penampilannya yang dikatakannya seperti gembel. Anak jalanan cenderung kurang dapat menghargai dirinya sebagai pribadi. Coopersmith (1967) mengatakan bahwa self esteem is a personal judgement of worthiness that is a personal that is expressed in attitude the individual holds toward himself. Pendapat ini menerangkan bahwa harga diri merupakan penilaian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
individu terhadap kehormatan dirinya, yang diekspresikan melalui sikap terhadap dirinya. Lebih lanjut lagi menurut Coopersmith (1967) bahwa individu dalam melakukan penilaian terhadap kehormatannya tersebut bisa berkisar pada rentang nilai yang positif sampai negatif. Penilaian terhadap diri sendiri secara positif maupun negatif tersebut seperti yang diungkap oleh Baron dan Byrne (2003) bahwa self esteem atau harga diri adalah evaluasi yang dibuat oleh individu; sikap seseorang terhadap dirinya sendiri dalam rentang dimensi positif-negatif. Self esteem merujuk pada sikap seseorang terhadap dirinya sendiri mulai dari sangat negatif sampai sangat positif. Memiliki harga diri yang tinggi berarti seorang individu menyukai dirinya sendiri dan memiliki harga diri yang rendah berarti seorang individu kurang menyukai dirinya sendiri. Lebih jauh Berne (1988) mengungkapkan tentang individu yang memiliki rasa harga diri yang sehat, bahwa rasa harga diri yang sehat adalah kemampuan untuk menggambarkan dan melihat diri sendiri berharga, berkemampuan, penuh kasih sayang dan menarik, memiliki bakat-bakat pribadi yang khas serta kepribadian yang berharga dalam hubungan dengan orang lain. Kebalikannya, orang yang merasa rendah diri biasanya memiliki suatu gambaran diri yang negatif
dan
hanya
sedikit
mengenal
dirinya,
sehingga
menghalangi
kemampuannya untuk: menjalin hubungan, merasa tidak terancam, merasa berhasil, mengalami pertalian yang erat dengan dunia, memperlihatkan keyakinan dirinya, mengatasi rasa takut serta emosi-emosi yang kuat, dan menyatakan cinta kasihnya kepada orang lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Coopersmith faktor-faktor yang melatar belakangi harga diri yaitu: pengalaman, pola asuh, lingkungan, dan sosial ekonomi (Coopersmith, 1967; Sriati, 2008). Pengalaman merupakan hal-hal yang pernah dialami individu dan memiliki makna khusus bagi kehidupan individu tersebut, baik yang bersifat emosional, tindakan ataupun kejadian. Pola asuh disini merupakan sikap yang digunakan oleh orang tua untuk berinteraksi dengan anak-anaknya. Lingkungan disekitar individu bisa terdiri orangtua, teman sebaya, dan lingkungan sekitar. Sosial ekonomi merupakan pendapatan berupa finansial yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Berasal dari faktor pola asuh dan lingkungan yang disebutkan di atas, dapat diartikan bahwa orang tua memiliki peran penting dalam mempengaruhi harga diri anak. Interaksi individu dengan individu lain dari awal mula kehidupannya adalah interaksinya dengan orang tuanya. Harga diri mulai terbentuk setelah anak lahir, ketika anak berhadapan dengan dunia luar dan berinteraksi dengan orang-orang di lingkungan sekitarnya. Interaksi secara minimal memerlukan pengakuan, penerimaan peran yang saling tergantung pada orang yang bicara dan orang yang diajak bicara. Interaksi menimbulkan pengertian tentang kesadaran diri, identitas, dan pemahaman tentang diri. Hal ini akan membentuk penilaian individu terhadap dirinya sebagai orang yang berarti, berharga, dan menerima keadaan diri apa adanya sehingga individu mempunyai perasaan harga diri (Burn, 1998). Adanya interaksi dengan orang lain mampu menimbulkan perasaan menghargai dirinya sendiri. Tidak semua orang tua yang ekonominya rendah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menginginkan anaknya hidup dijalanan, walaupun begitu ada pula sebagian orang tua yang menginginkan anaknya mencari uang dijalanan untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup mereka. Menjadi anak jalanan bukanlah sebagai pilihan hidup yang menyenangkan, melainkan keterpaksaan yang harus mereka terima. Walaupun demikian tetap saja anak jalanan membutuhkan adanya dukungan sosial. Dukungan sosial (social support) didefenisikan oleh oleh Gottlieb (dalam Kuntjoro, 2002) sebagai informasi verbal atau non-verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Seseorang yang merasa memperoleh dukungan sosial, secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya. Cara pemberian dan asal dari dukungan sosial dijelaskan oleh Taylor (2009) bahwa social support atau dukungan sosial bisa diberikan melalui beberapa cara. Pertama perhatian emosional yang diekspresikan melalui rasa suka, cinta dan empati, bantuan instrumental, memberikan informasi tentang situasi yang menekan. Dukungan sosial dapat berasal dari pasangan atau partner, anggota keluarga, kawan, kontak sosial dan masyarakat, teman sekelompok, jamaah gereja atau masjid, dan teman kerja atau atasan anda ditempat kerja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Thoist (Purba, 2006) menyatakan dukungan sosial bersumber dari orangorang yang memiliki hubungan yang berarti bagi individu, misalnya keluarga, teman dekat maupun tetangga terdekat dengan rumah. Pentingnya adanya dukungan sosial keluarga dikemukakan oleh Ruwaida (2006) dukungan keluarga diperlukan untuk memberi perhatian, membantu, mendukung dan bekerja sama dalam menghadapi tentangan kehidupan. Setiap anggota keluarga memiliki peranan spesifik dan setiap anggota bergantung pada anggota yang lain. Menurut Soekanto (1990) ada dua macam jenis keluarga yaitu nuclear family/keluarga batih ( terdiri dari suami/ayah, istri/ibu dan anak-anaknya) dan extended family/keluarga besar (terdiri dari keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya : nenek, kakak, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya). Anak jalanan sudah pasti memiliki keluarga, bisa memiliki kedua jenis keluarga di atas (nuclear family dan extended family), maupun hanya memiliki salah satu jenisnya saja. Seorang anak yang mendapat dukungan yang positif dari keluarganya akan lebih positif juga dalam menilai dirinya, sedangkan anak yang kurang atau tidak mendapat dukungan dari keluarga akan cenderung negatif dalam menilai dirinya. Faktor lain yang mempengaruhi harga diri adalah sosial ekonomi. Status sosial disini berhubungan dengan sosial ekonomi orang tua. Menurut Hidayat (2007) yang berkaitan dengan status ekonomi orang tua adalah tingkat pendapatan yang diperoleh orang tua. Dalam rangka mempertahankan hidup dan mengembangkan kehidupannya, manusia harus dapat memenuhi kebutuhan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hidupnya baik kebutuhan, primer, sekunder, maupun tertier, agar dapat hidup layak sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai anggota masyarakat. Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup disini erat kaitannya dalam masalah pembiayaan dan pembiayaan itu sendiri diperoleh dari pendapatan atau penghasilan. Pendapatan berdasarkan kamus ekonomi adalah uang yang diterima oleh seseorang dalam bentuk gaji, upah sewa, bunga, laba dan lain sebagainya. Sedangkan menurut Tarigan pendapatan perseorangan dapat diartikan sebagai semua pendapatan yang diterima oleh rumah tangga. Jadi pendapatan seseorang dapat berasal dari gaji, komisi, honorarium, bunga deviden dan banyak lagi sumbernya. Coopersmith (1967) mengatakan perhaps the clearest and most striking index of prestige and success is an individual’s social status. Social position is based largely on occupations, income, and residence. Person higher in the system have more prestigious occupation, have higher income, and tend to live in large and more luxurious house located in more desirable neighborhoods. These persons are more successful in the eyes of the community and receive the material and cultural benefits that should lead them to believe that they are generally more worthy than others. Dari pendapat Coopersmith di atas dapat diartikan bahwa kemungkinan paling nyata dan lebih mencolok dari indeks status dan sukses adalah status sosial individu. Posisi sosial mendasari sebagian besar pekerjaan, pendapatan dan tempat tinggal. Seseorang pada status yang tinggi lebih memiliki lebih tinggi status pekerjaan, memiliki pendapatan yang tinggi, dan cenderung tinggal di rumah yang lebih besar dan mewah dan tetangga yang sangat menarik. Individu ini lebih sukses di kelompoknya dan mendapat materi dan kultur yang berguna yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
seharusnya menempatkan mereka pada posisi yang utama untuk lebih mempercayai bahwa mereka lebih layak dari yang lainnya. Manusia adalah makhluk yang tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya, ada kalanya ketika manusia dilimpahi dengan materi yang melimpah ruah individu tersebut tidak merasa puas. Anak jalanan yang sebagian besar hidup kekurangan dari segi materi atau ekonomi belum tentu merasa kekurangan materi dari sudut pandang psikisnya. Ada kalanya anak jalanan merasa puas dengan sedikit materi yang dimilinya. Tentang bagaimana seseorang melihat dan mengartikan sesuatu tergantung dari persepsi individu masing-masing. Pengertian persepsi menurut Walgito (2004) merupakan pengorganisasian, penginterpretasian, terhadap stimulus yang diinderanya sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan respon yang integrated dalam diri individu. Dalam persepsi stimulus dapat datang dari luar, tetapi juga dapat datang dalam diri individu. Namun demikian sebagian besar stimulus datang dari luar individu yang bersangkutan. Jadi persepsi terhadap status sosial ekonomi adalah tentang bagaimana seseorang mengorganisasikan dan menginterpretasi pekerjaan yang dimiliki, pendapatan yang diperoleh, dan tempat tinggal atau rumah yang dimiliki. Status sosial ekonomi berhubungan dengan pendapatan seseorang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut penelitian Zhang (2000), didapatkan hasil bahwa higher selfesteem tend to be students from higher socio economic status and self-esteem and socio economic status are positive correlated. Hasil penelitian ini mengatakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bahwa harga diri yang tinggi cenderung terjadi pada siswa dengan status sosial ekonomi yang tinggi dan harga diri dengan status sosial ekonomi memiliki hubungan yang positif. Zhang juga menyebutkan untuk mengukur status sosial ekonomi dapat dilihat dari level pendidikan orang tua, pendapatan keluarga dan kondisi fisik lingkungan rumah. Penelitian-penelitian tentang dukungan sosial keluarga, status sosial ekonomi dan harga diri sebelumnya sudah pernah diteliti oleh para ahli. Misalnya seperti penelitian yang dilakukan oleh Sugihartiningsih (2008) meneliti hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan, Istiqori (2008) meneliti hubungan antara dukungan keluarga dengan keteraturan minum obat, Rusmawati (2006) meneliti hubungan status sosial ekonomi dengan prestasi belajar, Putri (2009) meneliti hubungan antara self esteem dengan kecemasan sosial, dan Wardhani (2009) yang meneliti hubungan antara harga diri dengan perilaku konsumtif. Peneliti-peneliti tersebut menyarankan kepada peneliti lain supaya melakukan penelitian selanjutnya dengan variabel lain yang lebih kompleks. Berdasarkan data yang diperoleh penulis belum pernah ada penelitian yang meneliti tentang hubungan dukungan sosial keluarga dan status sosial ekonomi terhadap harga diri. Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga dan Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi dengan Harga Diri Anak Binaan di Lembaga Studi Kemasyarakatan (LSK) BINA BAKAT Surakarta”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah di atas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1.
Apakah ada hubungan dukungan sosial keluarga dan persepsi terhadap status sosial ekonomi dengan harga diri pada anak binaan?
2.
Apakah ada hubungan dukungan sosial keluarga dengan harga diri pada anak binaan?
3.
Apakah ada hubungan persepsi terhadap status sosial ekonomi dengan harga diri pada anak binaan?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi tentang dukungan sosial keluarga dan persepsi terhadap status sosial ekonomi dengan harga diri anak binaan dalam pengembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi sosial dan studi psikologi pada umumnya. b) Bagi peneliti lain, dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk penelitian selanjutnya, khususnya mengenai hubungan antara dukungan sosial dan persepsi terhadap status sosial ekonomi dengan harga diri anak binaan, dan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dalam penelitian selanjutnya dengan variabel yang lebih kompleks. 2.
Manfaat praktis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Harga Diri 1.
Pengertian Harga Diri Pengertian harga diri oleh Santrock (2003) diartikan sebagai dimensi evaluatif yang menyeluruh dari diri. Lebih lanjut Santrock (2007) mengatakan bahwa harga diri yang sering juga disebut sebagai keberhargaan diri atau gambaran diri adalah suatu dimensi global dari diri. Menurut Matsumoto (2008) harga diri merupakan evaluasi kognitif dan afektif yang individu buat tentang dirinya sendiri. Harga diri merupakan perpaduan antara kepercayaan diri (selfconfidence)
dengan
penghormatan
diri
(self-respect).
Harga
diri
menggambarkan keputusan seseorang secara implisit atas kemampuan dalam mengatasi tantangan-tantangan kehidupan (untuk memahami dan menguasai masalah-masalah yang ada) dan hak untuk menikmati kebahagiaan (menghormati serta mendukung keinginan-keinginan dan kebutuhankebutuhan) Branden (1999). Menurut Tambunan (2001) harga diri itu sendiri mengandung arti suatu hasil penilaian individu terhadap dirinya yang diungkapkan dalam sikap-sikap yang dapat bersifat positif dan negatif. Bagaimana seseorang menilai tentang dirinya akan mempengaruhi perilaku dalam kehidupannya sehari-harinya. commit to user 15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Sarwono (2009) bahwa harga diri menunjukkan keseluruhan sikap seseorang terhadap dirinya sendiri baik positif maupun negatif. Jika seseorang menilai secara positif terhadap dirinya, maka ia menjadi percaya diri dalam mengerjakan hal-hal yang ia kerjakan dan memperoleh hasil yang positif pula. Sebaliknya orang yang menilai secara negatif terhadap dirinya, menjadi tidak percaya diri ketika mengerjakan sesuatu dan akhirnya, hasil yang didapatkan pun tidak menggembirakan. Menurut Ubaydillah (2007) harga diri adalah bagaimana seseorang merasakan dirinya (how you feel about yourself). Kata "bagaimana" di situ mengarah pada adanya kualifikasi rendah dan tinggi atau positif dan negatif (low and high self-esteem). Sedangkan kata "merasakan" di sini adalah proses intrinsik di mana orang merasa perlu (sadar) untuk menjaga atau menghormati dirinya dengan cara-cara yang terhormat. Cara ini bisa dalam bentuk melakukan sesuatu yang positif atau dengan menghindari sesuatu yang negatif. Menurut Tambunan (2001) harga diri yang positif akan membangkitkan rasa percaya diri, penghargaan diri, rasa yakin akan kemampuan diri, rasa berguna serta rasa bahwa kehadirannya diperlukan di dunia ini. Sebaliknya, seorang yang memiliki harga diri yang negatif akan cenderung merasa bahwa dirinya tidak mampu dan tidak berharga, cenderung tidak merasa yakin akan pemikiran-pemikiran serta perasaan yang dimilikinya, cenderung takut menghadapi respon dari orang lain, tidak mampu membina komunikasi yang baik dan cenderung merasa hidupnya tidak bahagia. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Murk (2006) pertama yang dilihat dari harga diri adalah elemen kognitifnya, harga diri adalah sedikit bagian karakter dari diri, dalam istilah diskripsi : kekuatan, percaya diri dan
perwakilan (agen), ini berarti
menanyakan tipe/jenis manusia. Kedua, dalam elemen afektif, sebuah valensi atau tingkatan positif atau negatif dari aspek indentifikasi, kita menyebutknya harga diri yang tinggi atau rendah. Yang ketiga elemen evaluasi, atribusi dari sedikit level dari kepatutan menurut standar ideal yang dipegang. Perasaan harga diri dapat positif yaitu apabila individu dapat menghargai dirinya sendiri dengan cara yang baik, tetapi sebaliknya perasaan harga diri dapat negatif yaitu apabila seseorang tidak dapat menghargai dirinya sendiri secara baik. Perasaan harga diri ini dapat berkembang ke arah harga diri rendah atau ke harga diri kurang (Walgito, 2004). Adler (dalam Suryabrata, 2005) menyatakan rasa harga diri kurang atau rasa rendah diri yang timbul karena perasaan kurang berharga atau kurang mampu dalam segala bidang kehidupan. Oleh Coopersmith (1967) harga diri didefinisikan sebagai penilaian pribadi terhadap kepatutan pada dirinya yang diekspresikan dalam tingkah laku individu yang ditujukan untuk dirinya sendiri. Individu tersebut percaya bahwa dirinya dapat mampu, berarti, sukses dan layak. Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa harga diri adalah penilaian atau evaluasi yang menyeluruh tentang diri individu, penilaian atau evaluasi tersebut dapat bersifat positif dan negatif dalam segala bidang kehidupan yang diekspresikan dalam tingkah laku yang ditujukan untuk dirinya sendiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
2.
digilib.uns.ac.id
Aspek-aspek Harga Diri Menurut Coopersmith (1967) aspek-aspek harga diri seseorang meliputi : a. Self values Merupakan pertimbangan seseorang tentang harga yang dimilikinya dalam syarat nilai dan standar ideal dirinya yang relevan dan berguna atau bermanfaat untuk dirinya. Nilai yang diyakini oleh individu sesuai dengan dirinya. b. Leadership-popularity Leadership berhubungan dengan kemampuan memimpin seseorang, seseorang yang memiliki harga diri yang tinggi akan cenderung mampu untuk menjadi pemimpin. Popularitas merupakan indikator manifestasi dari sukses pada seseorang, dimana tingkatan sukses seseorang berhubungan dengan harga dirinya, semakin sukses seseorang maka harga dirinya semakin tinggi. Popularitas diasosiasikan dalam ekspresi percaya diri, persepsi diri dan persahabatan yang baik. c. Family parents Keluarga memiliki peran yang besar dalam pembentukkan harga diri anak, orang tua yang terdiri dari ayah dan ibu memiliki peran yang besar. Keluarga yang memberikan penilaian dan pengetahuan pertama kali bagi individu. d. Achievement commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Prestasi yang dimiliki individu tercermin dalam kemampuan yang dimilikinya, seseorang dengan harga diri yang tinggi memiliki kepercayaan diri dengan kemampuannya untuk bergabung dalam kegiatan. Selanjutnya Branden (dalam Murk, 2006) menyatakan dua aspek harga diri yaitu : a. Sense of personal efficacy Merupakan makna dari keyakinan atau kepercayaan diri atas kemampuan diri sendiri untuk berpikir, belajar, dan memproses fakta yang ada untuk mengatasi setiap tantangan dalam kehidupan. b. Sense of personal worth Merupakan makna dari keberhargaan atau kebernilaian dirinya sendiri. Seseorang akan merasa memiliki harga diri apabila menganggap dirinya sendiri berharga dan bernilai, menghormati dirinya sendiri. Berdasarkan uraian di atas aspek harga diri dari Coopersmith (1967) lebih mencakup keseluruhan aspek, oleh karena itu peneliti menggunakan aspek dari Coopersmith dan menyimpulkan bahwa aspek-aspek harga diri meliputi
:
self
values,
leadership-popularity,
achievement.
commit to user
family
parents,
dan
perpustakaan.uns.ac.id
3.
digilib.uns.ac.id
Cara Meningkatkan Harga diri Harga diri yang dimiliki seseorang bisa ditingkatkan. Branden (1999) menggambarkan apa yang bisa dilakukan individu untuk meningkatkan harga dirinya dengan cara : a. Hidup dengan penuh kesadaran Harga diri adalah suatu fungsi, bukan sesuatu yang dibawa sejak lahir, tetapi bagaimana seseorang menggunakan kesadarannya dengan pilihanpilihan yang diambil yang mempunyai keterkaitan dengan kesadaran, sikap kejujuran terhadap kenyataan dan tingkat integritas pribadi. Hidup dengan penuh kesadaran secara tidak langsung berarti menyadari fakta-fakta realitas (fakta-fakta batiniah, juga fakta-fakta dunia luar kita). Hidup dengan penuh kesadaran adalah hidup penuh tanggung jawab terhadap kenyataan. Sebagai contohnya adalah pada saat individu menyadari tentang kondisi fisik, ekonomi, dan sosial yang sesungguhnya terjadi pada individu tersebut. b. Belajar menerima diri sendiri Menerima tidak harus berarti menyukai, menerima tidak harus berarti seseorang tidak boleh membanyangkan atau menginginkan perubahanperubahan atau perbaikan-perbaikan pada diri sendiri. Menerima berarti menghayati, tanpa penolakan atau pengingkaran, bahwa kenyataan tetaplah kenyataan. Sikap penerimaan terhadap diri sendiri sangat efektif untuk membangun harga diri pada seseorang. Sebagai contohnya adalah commit to user ketika individu mampu menerima keadaan diri sendiri yang serba
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kekurangan menurut pendapat orang lain umunya, tetapi individu tersebut mampu menerimanya dengan lapang dan tulus ikhlas, menyakini bahwa hal tersebut bukanlah kekurangan.
c. Bebas dari rasa bersalah Pernyataan bersalah sebenarnya merupakan persoalan sederhana akan perasaan-perasaan kekecewaan yang tidak dimiliki atau diingkari. Solusi perasaan bersalah adalah dengan bersikap jujur pada diri sendiri maupun orang lain tentang kekecewaan tersebut. Pertama-tama tentu harus jujur pada diri sendiri, mengakui kemarahan, mengakui kekecewaan dengan standar-standar dan harapan-harapan yang sesungguhnya bukan milik anda. Bersikaplah kreatif untuk mengetahui tanggapan-tanggapan alternatif atas kegagalan-kegagalan, sehingga sangat berguna untuk membangun harga diri dan tingkah laku di masa mendatang. d. Bersatu dengan diri masa lalu Ada beberapa alasan mengapa orang-orang merasa bahwa mereka tidak dapat memaafkan masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dapat sebagai pengalaman yang penuh kepedihan, kemarahan, ketakutan, kebingungan, atau penghinaan, tertekan, tidak diakui, dicaci maki, dilupakan.
Belajar memaafkan diri masa anak dapat dilakukan dan
diatasi, ketika seseorang memaklumi dan menyadari bahwa masa kanakkanak penuh dengan tantangan commit untuk to userbisa bertahan hidup dengan cara
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terbaik yang dapat dilakukan, maka diri dewasa tidak lagi berada dalam posisi atau hubungan yang bermusuhan dengan diri anak. Pada saat diri anak ditinggalkan tanpa sadar atau diingkari dan ditolak, maka diri seseorang menjadi tidak utuh lagi, tidak lagi merasakan keutuhan diri, dalam tataran tertentu akan merasakan keterasingan diri, dan dengan begitu melukai harga dirinya sendiri. Sebaliknya apabila diakui, diterima, dipeluk, dan dengan demikian terpadu dalam diri secara keseluruhan, dapat menjadi sumber potensial yang dapat memperkaya kehidupan jiwa, dengan potensinya yang besar mampu bertindak secara spontan dan penuh kebahagiaan. e. Hidup dengan penuh tanggung jawab Pria dan wanita yang harga dirinya kokoh lebih memiliki orientasi yang aktif dari pada orientasi pasif. Bertanggung jawab sepenuhnya atas pencapaian cita-cita. Tidak menunggu bantuan orang lain dan selalu bersikap proaktif. Orang-orang yang bertanggungjawab atas eksistensinya sendiri cenderung membangkitkan harga diri yang sehat. Pada dasarnya individu berubah dari orientasi pasif ke orientasi aktif, lebih menyukai diri sendiri, lebih mempercayai diri sendiri dan mampu merasakan lebih mampu mengarungi kehidupan, dan lebih pantas menerima kebahagiaan. f. Hidup sebagaimana adanya Kebohongan yang paling merusak harga diri bukanlah kebohongan yang dikatakan melainkan kebohongan commit to user yang dihidupkan. Seseorang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menghidupkan kebohongan-kebohongan ketika menggambarkan realitas pengalaman atau kebenaran atas keberadaannya yang justru bertolak belakang dengan realitas pengalaman atau kebenaran diri sendiri. Harga diri yang kokoh menuntut keselarasan, artinya bahwa diri individu yang sebenarnya tercermin dalam tindakan sehari-hari. Tidak ada perbedaan antara apa yang ditampakkan dengan apa yang ada dalam sanubari. Kejujuran terdiri atas sikap menghargai perbedaan antara yang nyata dan yang tidak nyata, tidak mencari keuntungan sesaat dengan cara memalsukan kenyataan yaitu tidak berusaha mencapai tujuan-tujuan hidup dengan memalsukan kenyataan siapa dirinya sebenaranya. Kebohongan-kebohongan yang dihidupkan dalam kehidupan sehari-hari sangat merusak harga diri. Berdasarkan uraian di atas, harga diri dapat ditingkatkan dengan hidup penuh dengan kesadaran, belajar menerima diri sendiri, bebas dari rasa bersalah, bersatu dengan diri masa lalu, hidup penuh tanggungjawab, dan hidup sebagaimana adanya.
4.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Diri Menurut Coopersmith (1967) faktor-faktor yang melatar belakangi harga diri yaitu: a. Pengalaman Pengalaman adalah kejadian lampau yang pernah dialami oleh commit to user individu. Pengalaman merupakan suatu bentuk emosi, perasaan, tindakan,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan kejadian yang pernah dialami individu yang dirasakan bermakna dan meninggalkan kesan dalam hidup individu. b. Pola asuh Pola asuh adalah sikap orangtua dalam berinteraksi dengan anakanaknya yang meliputi cara orangtua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara orangtua menunjukkan otoritasnya, dan cara orangtua memberikan perhatiannya serta tanggapan terhadap anaknya. Pola asuh merupakan suatu cara yang digunakan oleh orang tua untuk mendidik dan membesarkan anak-anaknya. c. Lingkungan Lingkungan merupakan kondisi baik yang bersifat fisik, psikis maupun sosial yang terdapat disekitar individu. Lingkungan memberikan dampak besar kepada remaja melalui hubungan yang baik antara remaja dengan orangtua, teman sebaya, dan lingkungan sekitar sehingga menumbuhkan rasa aman dan nyaman dalam penerimaan sosial dan harga dirinya. d. Sosial ekonomi Sosial ekonomi merupakan suatu yang mendasari perbuatan seseorang untuk memenuhi dorongan sosial yang memerlukan dukungan finansial yang berpengaruh pada kebutuhan hidup sehari-hari. Sosial ekonomi berhubungan dengan pendapatan yang diperoleh oleh suatu keluarga. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keadaan ekonomi tersebut dibandingkan dengan kondisi ekonomi keluarga lain dalam suatu masyarakat. Selanjutnya menurut Bradshaw (1981) faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri seseorang antara lain : a. Prestasi yang tampak Prestasi yang nampak disini dapat dilihat dari hasil nilai yang ada di raport atau hasil belajar lain yang dinyatakan dalam rentangan nilai, baik dan buruk atau tinggi dan rendah. Penilaian tersebut berbeda-beda tergantung dari kemampuan tiap-tiap individu. b. Pengaruh kontrol personal dan pengaruh situasi atau orang lain dalam kehidupan individu Orang lain yang ada disekitar individu secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan pengaruh. Lingkungan mempunyai peranan yang penting dalam perkembangan individu, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial (Walgito, 2004). c. Pengalaman berdasarkan penilaian dan perlakuan orang lain terhadap dirinya Kejadian-kejadian
yang
pernah
dialami
oleh
individu
akan
memberikan suatu pengalaman tersendiri bagi individu yang bersangkutan. Sikap dan penilaian orang lain akan mempengaruhi individu dalam melakukan penilaian terhadap dirinya sendiri. d. Konsistensi berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Nilai dan norma merupakan seperangkat peraturan yang berlaku pada suatu masyarakat tertentu. Perilaku dinilai baik apabila sesuai dengan peraturan yang ada dalam suatu masyarakat, dan sebaliknya. Perilaku yang baik akan dengan mudahnya diterima oleh masyarakat. Berdasarkan pendapat dari Coopersmith (1967) di atas dapat disimpulkan bahwa harga diri bukan sesuatu yang dibawa sejak lahir, faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri seseorang adalah pengalaman, pola asuh, lingkungan, dan sosial ekonomi. B. Dukungan Sosial Keluarga 1.
Pengertian Dukungan Sosial Keluarga Poerwadarminta, (1984) mengartikan keluarga adalah sanak keluarga, kaum kerabat, sanak sudara yang bertalian oleh turunan (senenek moyang), sanak saudara yang bertalian oleh perkawinan, orang seisi rumah (anak, bini, batih). Oleh Friedman (1992) keluarga diartikan sebagai dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga. Lebih lanjut Friedman mendefinisikan keluarga sebagi suatu sistem sosial yang hidup dan merupakan sebuah kelompok kecil yang terdiri dari individuindividu yang mempunyai hubungan erat satu sama lain dan saling tergantung, yang diorganisir dalam satu unit tunggal dalam rangka mencapai tujuan tertentu yaitu fungsi keluarga dan tujuannya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kuntjoro (2002) menyatakan dukungan sosial merupakan bantuan atau dukungan yang diterima individu dari orang-orang tertentu dalam kehidupannya dan berada dalam lingkungan sosial tertentu yang membuat si penerima merasa diperhatikan, dihargai, dan dicintai. Orang yang menerima dukungan sosial memahami makna dukungan sosial yang diberikan oleh orang lain. Menurut Johnson dan Johnson (2000) dukungan sosial adalah pertukaran sumber yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan serta keberadaan orang-orang yang mampu diandalkan untuk memberi bantuan, semangat, penerimaan, dan perhatian. Lebih lanjut Baron dan Byrne (2003) mengartikan dukungan sosial sebagai pemberian perasaan nyaman baik secara fisik maupun psikologis oleh teman atau keluarga atau orang tua kepada seseorang. Pengertian dukungan sosial keluarga oleh Friedman (1992) diartikan dengan lebih mengacu pada dukungan sosial yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses/diadakan untuk keluarga. Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan keluarga internal, seperti dukungan dari suami/istri atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial keluarga eksternal. Berdasarkan penjabaran di atas, peneliti menyimpulkan bahwa dukungan sosial keluarga adalah pemberian perasaan nyaman baik fisik maupun psikologis yang berupa pemberian perhatian, rasa dihargai dan dicintai yang diberikan oleh sanak keluarga, ayah ibu, kaum kerabat, sanak sudara yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bertalian oleh turunan, sanak saudara yang bertalian oleh perkawinan, atau orang seisi rumah (anak, bini, batih) kepada individu yang bersangkutan.
2.
Tipe-tipe Keluarga Pembagian keluarga berdasarkan tipenya dijelaskan oleh Friedman (1992), tipe-tipe keluarga tersebut antara lain :
a. Keluarga inti (konjugal) Keluarga yang menikah, sebagi orang tua, atau pemberian nafkah, keluarga inti terdiri dari suami, istri dan anak mereka (anak kandung, anak adopsi, atau keduanya). b. Keluarga orientasi (keluarga asal/keluarga biologis) Unit keluarga yang didalamnya seseorang dilahirkan. c. Keluarga besar Keluarga inti dan orang-orang yang berhubungan (oleh darah) yang paling lazim menjadi anggota keluarga orientasi yaitu salah satu teman keluarga inti. Berikut ini termasuk sanak keluarga (kakek/nenek, tante, paman, dan sepupu). Sedangkan tipe-tipe keluarga menurut Masdanang (2008) adalah sebagai berikut : a. Keluarga inti (nuclear family), terdiri dari ayah, ibu, dan anak -anak. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Keluarga besar (extended family), adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya : nenek, kakak, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan sebagainya. c. Keluarga berantai (serial family), terdiri atas wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti. d. Keluarga duda/janda (single family), adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian. e. Keluarga
berkomposisi
(composite),
adalah
keluarga
yang
perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama. f. Keluarga kohabitasi (cohabitation), adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga. Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan terdapat tipe-tipe keluarga yaitu keluarga inti, keluarga asal, keluarga besar, keluarga berantai, keluarga duda/janda, keluarga berkomposisi dan keluarga kohabitasi.
3.
Fungsi Keluarga Menurut Friedman (1992) fungsi-fungsi dasar keluarga berdasarkan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan anggota keluarga dan masyarakat lebih luas, meliputi : a.
Keluarga berfungsi sebagai variabel intervensi kritis atau sebagi perantara, yaitu menanggung semua harapan dan kewajiban masyarakat serta membentuk dan mengubahnya sampai taraf tertentu sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan kepentingan anggota keluarga. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
b.
digilib.uns.ac.id
Memenuhi kebutuhan-kebutuhan setiap individu yang ada dalam keluarga dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat dimana keluarga menjadi bagiannya. Lebih lanjut menurut Friedman (1992) fungsi keluarga berdasarkan
hubungannya dengan kajian dan intervensi keluarga, meliputi : a. Fungsi afektif Merupakan fungsi pemeliharaan kepribadian, untuk stabilitas kepribadian kaum dewasa, memenuhi kebutuhan-kebutuhan para anggota keluarga. b. Sosialisasi dan fungsi penempatan sosial Untuk sosialiasi primer anak-anak yang bertujuan untuk membuat mereka menjadi anggota-anggota masyarakat yang produktif, dan juga sebagi penganugerahan status anggota keluarga. c. Fungsi reproduksi Untuk
menjaga
kelangsungan
generasi
dan
juga
untuk
keberlangsungan hidup masyarakat. d. Fungsi ekonomis Untuk mengadakan sumber-sumber ekonomi yang memadai dan pengalokasian sumber-sumber tersebut secara efektif. Keluarga berfungsi untuk mengatur antara pendapatan dan pengeluaran untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. e. Fungsi-fungsi perawatan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Untuk pengadaan kebutuhan-kebutuhan fisik, pangan, sandang, papan dan perawatan kesehatan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keluarga memiliki fungsi untuk memenuhi seluruh kebutuhan setiap anggota keluarga yang dimilikinya baik kebutuhan fisik, psikis, maupun sosial.
4.
Aspek Dukungan Sosial Keluarga Menurut Caplan (dalam Friedman, 1992), aspek-aspek dukungan keluarga meliputi :
a.
Dukungan informasional Keluarga
sebagai
sebuah
kolektor
dan
disseminator/penyebar
informasi tentang dunia. b.
Dukungan penilaian Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,
membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas anggota. Berupa bantuan berupa penilaian terhadap baik dan buruknya suatu hal. c.
Dukungan instrumental Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit.
d.
Dukungan emosional commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Menurut Smet (1994) aspek dukungan sosial keluarga meliputi empat hal, yaitu : a.
Dukungan emosional Mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan (misalnya umpan balik, penegasan). Dukungan ini dapat dirasakan secara langsung oleh penerimanya berupa perasaan yang nyaman.
b.
Dukungan penghargaan Dapat diungkapkan dengan hormat (penghargaan) positif untuk seseorang, dorongan maju, atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu dan perbandingan positif dengan orang lain.
c.
Dukungan instrumental Mencakup bantuan langsung, misalnya seperti memberi pinjaman uang kepada orang yang sedang membutuhkan dan memberikan pekerjaan pada waktu seseorang mengalami stres.
d.
Dukungan informatif Mencakup memberi nasehat, petunjuk-petunjuk, saran-saran, atau umpan balik. Dukungan ini akan bermanfaat dengan tepat apabila terdapat kekurangan pengetahuan dan ketrampilan dan dalam hal yang commit to user sangat tidak pasti bagi seseorang.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek dukungan sosial keluarga yang merupakan pendapat dari Smet (1994) lebih mencakup keseluruhan aspek,
yaitu meliputi : dukungan emosional, dukungan
penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan informatif
C. Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi 1.
Pengertian Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi Sebelum membahas tentang pengertian persepsi terhadap status sosial ekonomi, pertama akan dibahas terlebih dahulu tentang pengertian persepsi baru setelah itu dibahas tentang pengertian status sosial ekonomi. Penjabarannya sebagai berikut : a. Persepsi Menurut Sarwono (1999) persepsi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah pengindraan (penglihatan, pendengaran, peraba, dan sebagainya) dan alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi. Menurut Atkinson (1983) persepi adalah proses dimana seseorang mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus ( seperti seberkas sinar, sebuah nada murni, atau pola garis hitam putih yang teratur) di dalam lingkungan. Sedangkan Sarwono dan Eko (2009) mengatakan bahwa persepsi merupakan proses perolehan, penafsiran, pemilihan, dan pengaturan informasi indrawi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Suharman (2005) lebih lanjut menyatakan persepsi merupakan suatu proses menginterpretasi atau menafsirkan informasi yang diperoleh melalui system alat indera manusia. Sedangkan Solso (2007) mengatakan persepsi melibatkan kognisi tingkat tinggi dalam penginterpretasian terhadap informasi sensorik, mengacu pada interpretasi hal-hal yang kita indera. Sedangkan Rakhmat (1999) mengatakan persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan, memberikan makna
pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, persepsi adalah proses penafsiran, pemilihan, dan pemaknaan terhadap informasi yang pada akhirnya akan mampu dipahami oleh individu sebagai sesuatu yang bermakna. b. Status Sosial Ekonomi Oleh Soekanto (1982) kedudukan atau status sosial diartikan sebagai tempat seseorang secara umum di dalam masyarakat sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestignya dan hakhak serta kewajibannya. Friedman (1992) menyatakan bahwa status ekonomi adalah sebuah komponen kelas sosial yang mengacu pada tingkat pendapatan keluarga dan sumber pendapatan. Pendapatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga umumnya berasal dari pekerjaan para anggota commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keluarga dan sumber-sumber pribadi seperti pensiun dan bantuan-bantuan (nonpublik), sementara penghasilan yang sebagian berasal dari bantuanbantuan umum atau pengangguran umumnya bersifat marginal, tidak stabil, atau benar-benar tidak memadai. Jumlah penghasilan yang tidak mencukupi atau terlalu rendah menyebabkan kebutuhan-kebutuhan pokok tidak terpenuhi. Menurut Rusmawanti (2006) status sosial ekonomi adalah kedudukan seseorang dalam hubungannya dengan orang lain atau masyarakat mengenai kehidupan sehari-hari dan cara mendapatkannya serta usaha memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Wahyunadi (2003) mengartikan status sosial ekonomi sebagai tingkat kemampuan pencapaian pemenuhan kebutuhan yang lebih tinggi, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Santrock (2007) mendefinisikan status sosial ekonomi sebagai pengelompokan
orang-orang
berdasarkan
kesamaan
karakteristik
pekerjaan, pendidikan, dan ekonomi. Status sosial ekonomi menunjukkan ketidaksetaraan tertentu. Ketidaksetaraan pada individu tersebut dapat dilihat dari pekerjaannya (orang dengan pekerjaan berstatus tinggi memiliki akses yang lebih besar dari pada yang lain), tingkat pendidikan (individu yang memiliki pendidikan yang lebih baik memiliki akses yang lebih tinggi dibanding orang lain), sumber daya ekonomi yang berbeda, dan tingkat kekuasaan untuk memengaruhi institusi masyarakat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan penjabaran di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa status sosial ekonomi adalah tempat atau kedudukan individu dalam suatu kehidupan bermasyarakat yang berhubungan dengan orang lain dalam masyarakat yang berhubungan dengan pendapatan serta sumbernya dan penghasilan yang diperoleh individu untuk memenuhi kebutuhannya, dimana tingkatan-tingkatan tersebut berbeda pada tiap-tiap individu sesuai dengan pekerjaan, pendidikan, dan ekonominya. c. Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi Berdasarkan pengertian tentang persepsi dan status sosial ekonomi diatas, dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap status sosial ekonomi adalah proses penafsiran, pemilihan, dan pemaknaan terhadap informasi yang berupa kedudukan seseorang dalam suatu masyarakat yang dibedakan berdasarkan jumlah atau tingkat pendapatan atau penghasilan yang didapat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, begitu juga tentang kedudukannya
di
dalam
masyarakat
berdasar
pekerjaan
dan
pendidikannya, yang pada akhirnya akan mampu dipahami oleh individu sebagai sesuatu yang bermakna.
2.
Aspek Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi Sebelum dijabarkan tentang aspek persepsi terhadap status sosial ekonomi, maka akan dijabarkan terlebih dahulu tentang aspek persepsi dan aspek status sosial ekonomi sebagai berikut : a. Aspek Perspesi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Walgito (2004) menyebutkan aspek persepsi berdasarkan kemampuan jiwa sebagai berikut : 1) Kognisi, yang berhubungan dengan pengenalan 2) Emosi, yang berhubungan dengan perasaan 3) Konasi, yang berhubungan dengan motif. Berdasarkan
proses
terjadinya
persepsi,
Sobur
(2003)
mengelompokkan persepsi menjadi tiga aspek, yaitu : 1) Aspek kognitif, merupakan aspek yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek yang dipersepsi. 2) Aspek afektif, afektif berhubungan dengan perasaan seseorang, yaitu perasaan senang dan tidak senang. 3) Aspek konatif, berhubungan dengan tingkah laku seseorang yang berhubungan dengan obyek yang dipersepsikannya. Berdasarkan pendapat dari Walgito (2004) di atas maka dapat disimpulkan aspek persepsi adalah kognisi, emosi dan konasi.
b. Aspek Status Sosial Ekonomi Friedman (1992) mengatakan status sosial ekonomi keluarga dapat dilihat dari : 1) Tingkat pendapatan keluarga dan sumber pendapatan Menurut Rusmawati (2006) tingkat pendapatan seseorang di bagi commit to user menjadi 3 yaitu : golongan miskin (miskin rendah : kurang dari Rp
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
200.000,00 dan miskin tinggi : Rp 200.000,00 – Rp 500.000,00), golongan menengah (rendah : Rp 500.000,00 – Rp 1.000.000,00 dan tinggi : Rp 1.000.000,00 – Rp 1.500.000,00) serta golongan tinggi (rendah : Rp 1.500.000,00 – Rp 2.000.000,00 dan tinggi : lebih dari Rp 2.000.000,00). 2) Pekerjaan Pekerjaan merupakan suatu unit kegiatan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang di suatu tempat untuk menghasilkan barang atau jasa.
3) Pendidikan anggota keluarga yang sudah dewasa Pendidikan diukur berdasarkan pengalaman pendidikan rendah yaitu mereka yang lulus SLTP atau sederajat dan pendidikan tinggi yaitu mereka yang lulus sekolah lanjutan atas atau perguruan tinggi. Aspek status sosial ekonomi menurut Wahyunadi (2003) dapat dilihat dari empat hal, yaitu : 1) Pekerjaan orang tua Pekerjaan yang dimiliki orang tua akan mempengaruhi sumber pendapatan keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup anggota keluarga setiap harinya. 2) Kondisi rumah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kondisi sosial ekonomi yang tampak kasat mata dapat dilihat dari kondisi bangunan rumah. Ada 3 kategori kondisi bangunan rumah, yaitu : a) Permanen Adalah bangunan yang seluruh dindingnya terbuat dari bata, diplester atau disemen, atapnya menggunakan genting atau asbes, lantainya dari semen, tegel atau keramik, dan bangunan rumah terbagi menjadi beberapa ruangan (minimal ruang tamu, kamar tidur, dapur dan kamar mandi serta kakus). b) Semi permanen Adalah bangunan yang setengah atau seperempat dindingnya terbuat dari batu bata, sisanyanya terbuat dari anyaman bambu (gedek) atau tripleks, atapnya menggunakan genting atau asbes, lantainya semen atau tanah yang dikeraskan, bangunan rumah terbagi menjadi beberapa ruangan (minimal ruang tamu, kamar tidur, dapur dan kamar mandi serta kakus sendiri). Ada juga yang tidak mempunyai kamar mandi sendiri dan sebagai gantinya menggunakan kamar mandi dan kakus umum. c) Tidak permanen Adalah bangunan yang seluruh dindingnya terbuat dari anyaman bambu (gedek) atau potongan-potongan tripleks, atau seluruh dindingnya terbuat dari bata namun tidak disemen sehingga kelihatan rapuh dan banyak semen perekat bangunan yang rontok, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
atapnya terbuat dari genting atau plastik atau papan, hanya terdiri satu ruangan yang berfungsi untuk ruang tamu dan kamar tidur, dapur, kamar mandi, dan kakusnya biasanya berada di luar. 3) Peralatan rumah tangga yang dimiliki Kondisi peralatan rumah tangga dikategorikan menjadi baik, kurang baik dan buruk. Kondisi peralatan yang dikatakan baik apabila peralatan tersebut masih berfungsi dengan baik, bagian atau komponen peralatan masih utuh, warna atau catnya masih tampak jernih dan bentuknya masih utuh. Misalnya seperti almari, meja, radio, TV, peralatan elektronik lainnya, dan juga kendaraan yang dimiliki.
4) Tampilan fisik setiap anggota keluarga Kondisi fisik dilihat dari kondisi kulit, mata, dan gigi yang dikategorikan menjadi baik, kurang baik dan tidak baik. Tampilan fisik juga dapat dilihat dari pakaian yang dikenakan. Selain itu Gerungan (2004) mengemukakan bahwa yang menjadi kriteria tinggi rendahnya status sosial ekonomi masyarakat antara lain : tempat tinggal (rumah), penghasilan keluarga, dan beberapa kriteria lain yang berkaitan dengan kesejahteraan keluarga. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek status sosial ekonomi berdasarkan pendapat Wahyunadi (2003) yaitu pekerjaan orang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tua, kondisi rumah, peralatan rumah tangga yang dimiliki, tampilan fisik anggota keluarga. c. Aspek Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi Berdasarakan penjabaran di atas maka dapat disimpulkan bahwa aspek persepsi terhadap status sosial ekonomi dapat dilihat dari bagaimana seseorang memberikan tanggapan secara kognitf, afektif, dan konatif, yang dapat terlihat pada saat individu tersebut berfikir dan merasakan lalu menunjukkannya dalam sikap dan perilakunya tentang keadaan pekerjaan orang tuanya, tingkat pendapatan keluarga dan sumber pendapatannya, pendidikan anggota keluarganya, kondisi rumahnya, peralatan rumah tangga yang dimilikinya, dan tampilan fisik setiap anggota keluarganya.
3.
Tipe-tipe Keluarga Berdasar Status Sosial Ekonomi Warner dan Langman (dalam Friedman, 1992) mengelompokan kelas sosial keluarga menjadi enam kelas, yaitu : a. Keluarga kelas atas-atas Keluarga yang telah memiliki kekayaan selama dua generasi digolongkan dalam kelas kelompok keluarga kelas atas yang telah terbentuk (atas-atas), sedangkan keluarga yang baru saja menjadi kaya dikelompokkan dalam kelas orang kaya baru (bawah-atas). b. Keluarga kelas atas-bawah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Orang kaya yang memiliki pertalian persaudaraan dengan keluarga kelas atas-atas, tetapi mereka kurang memiliki sejarah yang panjang tentang prestise, kekuasaan dan riwayat keluarga. c. Keluarga kelas menengah-atas Kelas ini terdiri dari kaum professional dalam bidang hukum, akuntan, dokter; bisnisman tingkat tinggi; manajemen kelas menengah di perusahaan, pengusaha yang berhasil, para professional dalam bidang pelayanan di universitas, pekerja dibidang kesehatan mental, administrator dalam bidang pelayanan sosial organisasi pemerintahan. d. Keluarga kelas menengah-bawah Kelas ini terdiri dari usahawan-usahawan kecil, pekerja klerk, pekerja kerah putih tingkat rendah. Fungsionaris birokrasi, dan tenaga penjualan. Kelas keluarga ini cenderung stabil meskipun ada masalah-masalah yang menyangkut ekonomi dan pendidikan anak. e. Keluarga kelas pekerja Keluarga kerah putih atau keluarga pekerja umumnya datang dari latar belakang pedesaan yang pindah ke kota. Kelas ini terdiri dari pekerja terampil, pekerja semi terampil di pabrik, pekerja pelayan, sejumlah pedagang kecil yang memiliki pekerjaan tetap meskipun kadang kali tidak dibayar dengan baik. f. Keluarga kelas bawah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keluarga kelas bawah adalah keluarga yang berada pada garis kemiskinan, dengan tingkat kemiskinan yang beragam. Keluarga kelas bawah ini tinggal dikota, tempat tinggal mereka adalah daerah kumuh, biasanya rumah tua, bobrok, bangunannya diubah menjadi apartemenapartemen kecil. Iman (2005) mengelompokkan masyarakat atau keluarga berdasar penggunaan belanja rutin bulanan, status sosial ekonomi masyarakat atau keluarga dibagi dalam beberapa kelas, sebagai berikut : 1) A1 (Rp 2,25 juta ke atas), 2) A2 (Rp 1,75 juta – Rp 2,25 juta), 3) B (Rp 1,25 juta – Rp 1,75 juta), 4) C1 (Rp 800 ribu – Rp 1,25 juta), 5) C2 (Rp 600 ribu – Rp 800 ribu), 6) D (Rp 400 ribu – Rp 600 ribu), 7) E (Rp 400 ribu ke bawah). Badan Pusat Statistik (2010) menyatakan penduduk dalam kategori miskin dipengaruhi oleh garis kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di bawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan pada tahun 2009 sampai tahun 2010 berada pada kisaran dari Rp200.262,00 perkapita perbulan sampai Rp211.726,00 perkapita per bulan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tipe keluarga commitmenurut to user Warner dan Langman (dalam berdasar status sosial ekonomi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Friedman, 1992) terdiri dari : keluarga kelas atas-atas, keluarga kelas atasbawah, keluarga kelas menengah-atas, keluarga kelas menengah-bawah, keluarga kelas pekerja dan keluarga kelas bawah.
D. Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga dan Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi dengan Harga Diri
1.
Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga dan Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi dengan Harga Diri Manusia adalah makhluk hidup yang tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, keberadaannya di dunia selalu membutuhkan orang lain. Seperti yang dikatakan oleh Kuntjoro (2002) bahwa manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendirian tanpa bantuan orang lain. Kebutuhan fisik (sandang, pangan, papan), kebutuhan sosial (pergaulan, pengakuan, sekolah, pekerjaan) dan kebutuhan psikis termasuk rasa ingin tahu, rasa aman, perasaan religiusitas, tidak mungkin terpenuhi tanpa bantuan orang lain. Apalagi jika orang tersebut sedang menghadapi masalah, baik ringan maupun berat. Pada saat-saat seperti itu seseorang akan mencari dukungan sosial dari orang-orang di sekitarnya, sehingga dirinya merasa dihargai, diperhatikan, dan dicintai. Tambunan (2001) mengatakan bahwa keluarga menjadi struktur sosial yang penting karena interaksi antar anggota keluarga terjadi di sini. Perilaku seseorang di dalam keluarga dapat mempengaruhi perilaku anggota keluarga commit to userdapat merasakan dirinya dicintai, yang lainnya. Dalam keluarga seseorang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diinginkan, diterima dan dihargai, yang pada akhirnya membantu dirinya untuk lebih dapat menghargai dirinya sendiri. Situasi keluarga yang tidak bahagia kurang dapat menghasilkan pribadi yang memiliki harga diri yang positif. Kebahagiaan suatu keluarga sangat dipengaruhi oleh adanya hubungan antar anggota keluarga yang harmonis, baik hubungan antara orang tua dan anak maupun hubungan antara anak dengan saudaranya. Menurut Jacinta
(2001), level dan kestabilan harga diri pada anak
ternyata memiliki korelasi yang kuat dengan hasil persepsi mereka terhadap berbagai aspek yang terkait dalam hubungan komunikasi orangtua dengan anak, hal tersebut merupakan hasil penelitian yang dilakukan Anita Brown dkk. dari University of Georgia. Dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki harga diri yang stabil, anak-anak dengan harga diri yang tidak stabil melaporkan bahwa orangtuanya ternyata suka mengkritik, mengontrol secara berlebihan, dan kurang menghargai perilaku-perilaku positif yang dilakukan oleh anaknya. Sementara itu, anak-anak dengan harga diri rendah melaporkan bahwa orangtuanya lebih banyak mengkritik, mengawasi dengan ketat dan kurang menghargai perilaku-perilaku positif yang dilakukan anaknya dalam rentang waktu yang cukup lama dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki harga diri tinggi. Sementara itu, ayah (orangtua) dari anak-anak yang memiliki harga diri tinggi dianggap memiliki kemampuan khusus dalam memecahkan masalah atau persoalan hidup. Branden (1999) berpendapat bahwa seseorang lebih mencari dan commit to user menciptakan hubungan-hubungan yang ramah daripada hubungan yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mendatangkan permusuhan, kebalikan dari diri yang rendah harga dirinya, yang selalu berakhir dalam hubungan permusuhan. Hubungan-hubungan individu yang memiliki harga diri yang kokoh dapat diketahui dari tingkat kebaikan, penghormatan yang lebih tinggi daripada rata-rata dan dari martabat yang saling mendukung satu sama lain. Bersikap apa adanya selain menghargai diri sendiri juga memberi kepuasan dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Berkaitan dengan fungsi suatu keluarga Friedman (1992) menyatakan keluarga
berfungsi
menstabilisasikan
kehidupannya
yaitu
memenuhi
kebutuhan kasih sayang, sosial ekonomi, kebutuhan seksual, keluarga juga memberikan perawatan fisik, dan perhatian emosional serta mengarahkan perkembangan kepribadian. Menurut Gerungan (2004) keadaan sosioekonomi keluarga tentulah berpengaruh terhadap perkembangan anak-anak, perlu perhatikan bahwa dengan adanya perekonomian yang cukup, lingkungan material yang dihadapi anak di dalam keluarganya itu lebih luas, anak mendapatkan kesempatan yang lebih luas untuk menggembangan bermacam-macam kecakapan uang tidak dapat dikembangkan apabila tidak ada prasarananya. Hubungan orang tuanya hidup dalam status sosial ekonomi serba cukup dan kurang mengalami tekanan-tekanan fundamental seperti dalam memperoleh nafkah hidupnya yang memadai. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selanjutnya oleh Smet (1994) dikatakan bahwa dukungan instrumental akan lebih efektif untuk kesukaran seperti kemiskinan. Dukungan instrumental yang dimaksutkan disini adalah dukungan berupa materi yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup anggota keluarga. Seseorang yang berasal dari status sosial ekonomi rendah memiliki kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut pendapat Friedman (1992) bahwa tekanan ekonomi diakaitkan dengan rendahnya tingkat stabilitas keluarga, penyesuaian dalam perkawinan, koping keluarga, keterikatan keluarga, komunikasi dalam perkawinan dan hubungan keluarga yang harmonis. Kondisi ekonomi keluarga yang kurang menguntungkan dapat menjadi pencetus timbulnya masalah dalam keluarga. Lebih lanjut Coopersmith (1967) mengasumsikan bahwa anak-anak dari status keluarga yang tinggi lebih terampil untuk meningkatkan keuntungan secara signifikan dan untuk menerima perawatan yang lebih terhormat. Keadaan seseorang yang berasal dari status sosial tinggi akan berbeda dengan kondisi seseorang yang berasal dari kondisi status sosial yang rendah. Peranan ayah sangat besar dalam pemenuhan kebutuhan anggota keluarganya, pekerjaan ayah, dan penghasilnya menjadi penunjang kehidupan keluarga. Selain pekerjaan ayah yang menjadi tonggak kehidupan keluarga, pekerjaan ayah juga mempengaruhi harga diri anaknya, sesuai yang dikatakan Coopersmith (1967) bahwa ayah yang berada di status sosial di atas rata-rata, memilik anak yang lebih tinggi harga dirinya, misalnya ayah terlibat atau commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bekerja dalam managerial, professional dan dalam aktifitas wirausaha. Begitu juga sebaliknya bahwa anak yang ayahnya tidak bekerja merasakan atau memiliki harga diri yang lebih rendah. Menurut pendapat Friedman (1992) keluarga berfungsi sebagai titik tolak penilaian tingkal laku dan memberikan definisi-definisi dasar sehat dan sakit maka keluarga mempengaruhi persepsi-persepsi individu. Keluarga juga mempengaruhi individu dalam memberikan persepsi terhadap suatu hal. Berdasarkan penjabaran dari beberapa ahli di atas, dukungan sosial keluarga sangat berarti dalam pembentukan harga diri individu. Dukungan sosial keluarga yang positif berupa pemberian kasih sayang, penerimaan, perhatian akan membuat seseorang memiliki harga diri yang tinggi. Begitu pula sebaliknya bahwa seseorang yang kurang mendapat atau bahkan tidak mendapat dukungan dari keluarganya akan cenderung memiliki harga diri yang rendah. Dukungan keluarga juga sangat dibutuhkan dalam mendukung kondisi status sosial ekonomi keluarganya, dengan adanya dukungan keluarga akan mempermudah dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Selanjutnya kondisi sosial ekonomi seseorang juga sangat mempengaruhi tingkat harga diri seseorang. Seseorang yang memiliki status sosial ekonomi yang tinggi juga memiliki harga diri yang tinggi pula, begitupun sebaliknya.
2.
Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga dengan Harga Diri commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Tambunan (2001), yang mempengaruhi perkembangan harga diri adalah hubungannya dengan orang lain, terutama significant others seperti orang tua, saudara kandung dan teman-teman dekat. Diantara struktur sosial yang ada, keluarga merupakan hal yang paling penting, karena keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat, baik secara fisik maupun dukungan sosial. Keluarga merupakan lingkungan yang pertama ditemui oleh individu dan menjadi tempat yang penting dalam perkembangan hidup seorang manusia. Manusia adalah mahkluk yang tidak bisa hidup sendiri, karena menurut Atkinson (1983) manusia adalah makhluk sosial dan membutuhkan dukungan, rasa senang, rasa tentram yang diberikan orang lain. Dengan memusatkan semua perhatian pada masalahnya sendiri akan mengakibatkan keasyikan diri. Dengan berbagai perhatian pada orang lain seringkali akan membantu seseorang memandang masalah dengan perspektif yang lebih jelas. Selain itu, dengan memperhatikan kesejahteraan orang lain - yang mungkin saja mengalami kesulitan dan kesepian - dapat menguatkan perasaan harga diri. Oleh Friedman (1992) keluarga dinilai sebagai konteks yang paling vital bagi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat, keluarga memiliki pengaruh yang penting sekali terhadap pembentukkan identitas seorang individu dan perasaan harga diri. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Smet (1994) menyatakan bahwa perbandingan positif seseorang dengan orang lain, misalnya seperti orang-orang yang kurang mampu atau lebih buruk keadaannya akan menambah penghargaan pada dirinya sendiri. Dalam hal ini adalah perbandingan seseorang dengan orang lain yang lebih rendah atau lebih kurang beruntung keadaannya dari pada dirinya sendiri akan mampu membuat individu lebih menghargai dirinya sendiri. Menurut Friedman (1992) citra diri individu dan perasaan memiliki dari individu diperoleh lewat interaksi dengan keluarganya. Keluarga bertindak sebagai sumber utama dari cinta, persetujuan, penghargaan, dan dukungan. Anggota keluarga membagi tugas-tugas untuk memenuhi kebutuhan satu sama lain demi persahabatan, cinta dan dukungan. Adanya dukungan sosial yang baik dalam keluarga tercermin dari adanya saling memberi dan saling menerima dukungan baik fisik maupun psikologis bagi setiap anggota keluarga. Keluarga memiliki banyak fungsi, salah satunya menurut Friedman (1992) adalah fungsi afektif keluarga yang meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan kebutuhan psikososial keluarga, dengan fungsi ini maka keluarga menjalankan tujuan-tujuan psikososial yang utama yaitu membentuk sifatsifat kemanusiaan dalam diri mereka, stabilisasi kepribadian dan tingkah laku, kemampuan menjalin hubungan secara akrab dan harga diri. Secara umum dapat dilihat bahwa seseorang yang hidup dalam lingkungan yang bersifat suportif kondisinya jauh lebih daripada seseorang yang tidak memiliki commit to user keuntungan ini. Akan terdapat perbedaan antara individu yang mendapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dukungan sosial yang baik dengan individu lain yang tidak mendapat dukungan. Berdasarkan uraian diatas, dukungan sosial keluarga adalah dukungan yang berasal dari keluarga, apabila seseorang mendapatkan dukungan sosial tersebut maka akan memiliki harga diri yang lebih tinggi dari pada orang lain yang tidak mendapat dukungan sosial dari keluarganya.
3.
Hubungan antara Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi dengan Harga Diri Menurut Coopersmith (1967) harga diri berhubungan dengan aspirasi dan pengaharapan,
penyeleksian
persepsi
dan
memori,
keteguhan
dan
kemandirian penilaian, dan kemampuan menghubungkan dengan kenyataan. Seseorang yang memiliki perbedaan pada harga dirinya akan berbeda pula dalam mempersepsikan sesuatu. Penelitian yang dilakukan oleh Bruner dan Goodman (dalam Rakhmat, 1999) dalam penelitian tersebut terdapat dua kelompok anak yang disuruh untuk mengukur bermacam-macam uang recehan. Kelompok anak-anak yang miskin cenderung memberikan ukuran uang yang lebih besar daripada kelompok anak-anak kaya. Ini menunjukkan bahwa nilai sosial satu objek bergantung pada kelompok sosial yang menilai. Adanya perbedaan status sosial ekonomi dari individu akan memberikan perbedaan penilaian pada setiap orang, baik itu penilaian terhadap dirinya sendiri ataupun terhadap hal commit to user yang lain.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Gerungan (2004) anak-anak dengan latar belakang sosial ekonomi yang rendah, yaitu bahwa anak-anak itu lebih cepat menyesuaikan dirinya dengan sebuah tugas pekerjaan yang baru daripada anak-anak dari latar belakang sosial ekonomi yang mencukupi. Kemampuan penyesuain diri tersebut berhubungan dengan tingkat harga diri seseorang. Penelitian yang dilakukan Coopersmith (1967) bahwa pekerjaan ayah dan penghasilannya merupakan sumber utama bagi status ekonomi keluarga, akan tetapi banyak pula ditemui banyak wanita atau isteri yang bekerja. Pada wanita atau isteri pada tingkat status sosial yang di atas rata-rata bekerja karena alasan intelektual dan kepuasan diri sendiri, pada wanita atau isteri pada
status
sosial
rata-rata
bekerja
untuk
meningkatkan
standar
kehidupannya, sedangkan pada wanita yang berada pada status sosial di bawah rata-rata bekerja untuk membantu pemenuhan kebutuhan dasar untuk hidup. Dari hasil penelitian tersebut dikatakan bahwa orang tua yang bekerja, dalam hal ini adalah ayah dan ibu akan mempengaruhi harga diri anakanaknya. Anak yang memiliki orang tua yang bekerja cenderung memiliki harga diri yang lebih tinggi dari pada anak yang memiliki orang tua pengangguran. Oleh Coopersmith (1967) dikatakan bahwa kelas sosial memberi pengaruh yang positif pada harga diri, seseorang yang memiliki status sosial yang tinggi atau rata-rata lebih memiliki harga diri yang lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang yang memiliki status sosial rata-rata atau commit to user kelas pekerja.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Uraian di atas menunjukkan bahwa orang-orang yang memiliki perbedaan pada harga diri akan berbeda pula dalam mempersepsikan sesuatu. Seseorang yang memiliki status sosial ekonomi yang lebih tinggi cenderung memiliki harga diri yang lebih tinggi dari pada seseorang yang memiliki status sosial yang lebih rendah. Pekerjaan orang tua juga mempengaruhi harga diri pada anak-anaknya. Persepsi seseorang terhadap status sosial ekonominya akan berbeda-beda. Berdasarkan uraian di atas, maka secara keseluruhan hubungan antara dukungan sosial keluarga dan persepsi terhadap status sosial ekonomi dengan harga diri dapat digambarkan sebagai berikut :
Dukungan Sosial Keluarga
2
1
Persepsi terhadap Status
Harga Diri
3
Sosial Ekonomi
Gambar 1 Bagan Kerangka Berpikir Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga dan Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi dengan Harga Diri Keterangan : anak panah nomer 1 anak panah nomer 2 anak panah nomer 3
: hipotesis 1 : hipotesis 2 commit3to user : hipotesis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
E. Hipotesis Hipotesis yang akan diuji kebenarannya dalam penelitian ini adalah : 1.
Ada hubungan positif antara dukungan sosial keluarga dan persepsi terhadap status sosial ekonomi dengan harga diri.
2.
Ada hubungan positif antara dukungan sosial keluarga dengan harga diri.
3.
Ada hubungan positif antara persepsi terhadap status sosial ekonomi dengan harga diri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel yang ada pada penelitian ini terdiri dari variabel tergantung dan variabel bebas, sebagai berikut : 1.
Variabel tergantung: Harga Diri
2.
Variabel bebas a.
Dukungan sosial keluarga
b.
Persepsi terhadap status sosial ekonomi
B. 1.
:
Definisi Operasional Variabel Penelitian
Harga Diri Harga diri adalah penilaian atau evaluasi kognitif dan afektif yang dibuat tentang diri sendiri, yang dapat bersifat positif dan negatif dalam segala bidang kehidupan yang diekspresikan dalam tingkah laku yang ditujukan untuk dirinya sendiri. Skala Harga Diri yang disusun dalam penelitian ini berdasarkan aspek-aspek harga diri yang dikemukakan oleh Coopersmith (1967) yaitu meliputi : self values, leadership-popularity, family parents, dan achievement. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek berarti semakin tinggi harga diri subjek, demikian juga sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek berarti semakin rendah harga diri subjek. commit to user
54
perpustakaan.uns.ac.id
2.
digilib.uns.ac.id
Dukungan Sosial Keluarga Dukungan sosial keluarga adalah pemberian perasaan nyaman baik fisik maupun psikologis yang berupa pemberian perhatian, rasa dihargai dan dicintai yang diberikan oleh sanak keluarga, ayah-ibu, kaum kerabat, sanak saudara yang bertalian oleh turunan, sanak saudara yang bertalian oleh perkawinan, atau orang seisi rumah (anak, bini, batih) kepada individu yang bersangkutan. Skala Dukungan Sosial Keluarga disusun berdasarkan aspekaspek dukungan sosial keluarga yang dikemukakan oleh Smet (1994) yaitu meliputi:
dukungan
emosional,
dukungan
penghargaan,
dukungan
instrumental, dan dukungan informatif. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek berarti semakin tinggi dukungan sosial keluarga yang diterima subjek, demikian juga sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek berarti semakin rendah dukungan sosial keluarga yang diterima subjek.
3.
Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi Persepsi terhadap status sosial ekonomi adalah proses penafsiran, pemilihan, dan pemaknaan terhadap informasi yang berupa kedudukan seseorang dalam suatu masyarakat yang dibedakan berdasarkan jumlah atau tingkat pendapatan atau penghasilan yang didapat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, begitu juga tentang kedudukannya dalam masyarakat berdasar pekerjaan dan pendidikannya, yang pada akhirnya akan mampu dipahami oleh individu sebagai sesuatu yang bermakna. Skala Persepsi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terhadap Status Sosial Ekonomi disusun berdasarkan gabungan dari aspekaspek persepsi dan aspek-aspek status sosial ekonomi. Aspek-aspek persepsi yang dikemukan oleh Walgito (2004), meliputi kognisi, emosi, dan konasi, sedangkan aspek-aspek status sosial ekonomi merupakan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Wahyunadi (2003), meliputi pekerjaan orang tua, kondisi rumah, peralatan rumah tangga yang dimiliki, dan tampilan fisik setiap anggota keluarga. Aspek persepsi terhadap status sosial ekonomi dapat dilihat dari bagaimana seseorang memberikan tanggapan secara kognitf, afektif, dan konatif, yang dapat terlihat pada saat individu tersebut berpikir dan merasakan, lalu menunjukkannya dalam sikap dan perilakunya tentang keadaan pekerjaan orang tuanya, kondisi rumahnya, peralatan rumah tangga yang dimilikinya, dan tampilan fisik setiap anggota keluarganya. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek berarti semakin tinggi persepsi terhadap status sosial ekonomi, demikian juga sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek berarti semakin rendah persepsi terhadap status sosial ekonomi.
C. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah anak-anak jalanan yang dibina di LSK Bina Bakat Surakarta sebanyak 36 anak. Pemilihan rumah singgah tersebut sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
a.
digilib.uns.ac.id
LSK Bina Bakat tersebut merupakan rumah binaan anak
jalanan dan sudah lama berdiri. b.
Jumlah anak jalanan yang dibina di LSK Bina Bakat
tersebut memenuhi syarat untuk penelitian, yaitu syarat minimalnya 30 orang (Azwar, 2003). c.
Kondisi anak jalanan yang di bina di LSK Bina Bakat
tersebut masih tinggal bersama keluarga, mampu membaca, dan mampu menulis. d.
Usia anak jalanan yang dibina di LSK Bina Bakat
Surakarta sesuai dengan kriteria anak jalanan yaitu usia 6-21 tahun. e.
Adanya ijin yang diperoleh untuk mengadakan penelitian
di LSK Bina Bakat tersebut. Penelitian ini menggunakan seluruh populasi sebagai sampel karena jumlah anak-anak jalanan di LSK Bina Bakat terlalu sedikit, sehingga penelitian ini disebut penelitian populasi. Peneliti memberikan Skala Harga Diri, Dukungan Sosial Keluarga dan Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi pada sampel penelitian. Sehubungan jumlah populasi yang terbatas, maka penelitian ini menggunakan try out terpakai. Alasan lain penggunaan try out terpakai adalah kondisi keberadaan anak jalanan yang masih berpindah-pindah, anak jalanan tersebut masih hidup di jalanan, walaupun pada kenyataannnya anak jalanan tersebut masih dibina di LSK Bina Bakat. Anak jalanan tersebut dapat keluar masuk rumah singgah tersebut dengan leluasa, tanpa dilarang maupun dipaksa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Teknik Pengumpulan Data 1.
Sumber data Penelitian ini menggunakan data primer, yang diperoleh dari sumber pertama. Data tersebut berupa respons atau tanggapan dari pernyataan yang diajukan peneliti dalam tiga skala penelitian yang digunakan yaitu Skala Harga Diri, Skala Dukungan Sosial Keluarga, dan Skala Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi.
2.
Metode pengumpulan data Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data di lapangan dalam penelitian ini adalah skala sikap dengan model skala Likert untuk mengungkap harga diri, dukungan sosial keluarga dan persepsi terhadap status sosial ekonomi. Skala-skala ini semuanya menggunakan skala model Likert yang dimodifikasi menjadi empat kategori jawaban yaitu pernyataan favorable skornya 4 untuk Sangat Sesuai (SS), 3 untuk Sesuai (S), 2 untuk Tidak Sesuai (TS), dan 1 untuk Sangat Tidak Sesuai (STS). Sedangkan skor pernyataan unfavorable adalah 1 untuk Sangat Sesuai (SS), 2 untuk Sesuai (S), 3 untuk Tidak Sesuai (TS), dan 4 untuk Sangat Tidak Sesuai (STS). Pilihan jawaban dalam skala Likert ini menggunakan empat alternatif jawaban, tidak menggunakan alternatif jawaban ragu-ragu, karena jawaban tersebut merupakan jawaban yang mengambang atau tidak berpendapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(netral merupakan kecenderungan subjek untuk memilihnya), sehingga hal ini sedapat mungkin dihindari (Azwar, 2003) a.
Skala Harga Diri Skala
Harga Diri yang disusun merupakan skala yang disusun
sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek harga diri yang dikemukakan oleh Coopersmith (1967), yaitu meliputi : 1) Self values Merupakan pertimbangan seseorang tentang harga yang dimilikinya dalam syarat nilai dan standar ideal dirinya yang relevan dan berguna atau bermanfaat untuk dirinya. Nilai yang diyakini oleh individu sesuai dengan dirinya. 2) Leadership-popularity Leadership
berhubungan
dengan
kemampuan
memimpin
seseorang, seseorang yang memiliki harga diri yang tinggi akan cenderung mampu untuk menjadi pemimpin. Popularitas merupakan indikator manifestasi dari sukses pada seseorang, karena tingkatan sukses seseorang berhubungan dengan harga dirinya, semakin sukses seseorang
maka
harga
dirinya
semakin
tinggi.
Popularitas
diasosiasikan dalam ekspresi percaya diri, persepsi diri, dan persahabatan yang baik. 3) Family parents Keluarga memiliki peran yang besar dalam pembentukan harga diri anak, orang tua yang terdiri atas ayah dan ibu memiliki peran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang besar. Keluarga yang memberikan penilaian dan pengetahuan pertama kali bagi individu. 4) Achievement Prestasi yang dimiliki individu tercermin dalam kemampuan yang dimilikinya, seseorang dengan harga diri yang tinggi memiliki kepercayaan diri dengan kemampuannya untuk bergabung dalam kegiatan. Jumlah aitem dalam skala ini sebanyak 32 butir, yang terdiri atas 16 aitem favorable dan 16 aitem unfavorable. Distribusi aitem Skala Harga Diri dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Blue Print Skala Harga Diri No
1.
Aspek
Self values
Indikator Perilaku a. Memiliki nilai dan standar ideal yang relevan. b. Berguna atau bermanfaat untuk dirinya sendiri. a. Mampu untuk menjadi pemimpin bagi orang lain. b. Memiliki perasaan sukses pada diri sendiri.
No. Item F UF
Jumlah F (%)
1,9, 17,25
5,13, 21,29
8 (25)
2,10, 18,26
6,14, 22,30
8 (25)
2.
Leadershippopularity
3.
Family parents
a. Orang tua berperan dalam pembentukan harga diri.
3,11, 19,27
7,15, 23,31
8 (25)
Achievement
a. Memperoleh prestasi atas kemampuan yang dimiliki. b. Mampu bergabung dalam suatu kegiatan.
4,12, 20,28
8,16 24,32
8 (25)
16
16
32(100)
4.
Jumlah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
b.
digilib.uns.ac.id
Skala Dukungan Sosial Keluarga Skala
Dukungan Sosial Keluarga disusun sendiri oleh peneliti
berdasarkan aspek-aspek dukungan sosial keluarga oleh Smet (1994), yaitu meliputi : 1) Dukungan emosional Mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan (misalnya umpan-balik, penegasan). Dukungan ini dapat dirasakan secara langsung oleh penerimanya berupa perasaan yang nyaman. Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. 2) Dukungan penghargaan Dapat diungkapkan dengan hormat (penghargaan) positif untuk seseorang, dorongan maju, atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu dan perbandingan positif dengan orang lain. 3) Dukungan instrumental Mencakup bantuan langsung, misalnya
seperti memberi
pinjaman uang kepada orang yang sedang membutuhkan dan memberikan pekerjaan pada waktu seseorang mengalami stres. Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit. 4) Dukungan informatif commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Mencakup memberi nasihat, petunjuk-petunjuk, saran-saran, atau umpan balik. Dukungan ini akan bermanfaat dengan tepat apabila terdapat kekurangan pengetahuan dan ketrampilan serta dalam hal yang sangat tidak pasti bagi seseorang. Keluarga sebagai sebuah kolektor dan disseminator/penyebar informasi tentang dunia. Jumlah aitem dalam skala ini sebanyak 32 butir, terdiri atas 16 aitem favorable dan 16 aitem unfavorable. Distribusi aitem Skala Dukungan Sosial Keluarga dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Blue Print Skala Dukungan Sosial Keluarga No
1.
2.
3.
4.
Aspek
Indikator Perilaku
a. Memperoleh dukungan empati dari keluarga Dukungan b. Dipedulikan oleh keluarga emosional c. Memperoleh perhatian dari keluarga. a. Memperoleh penghargaan positif b. Memperoleh dorongan Dukungan maju dan persetujuan penghargaan c. Merasakan perasaan dan perbandingan positif dengan orang lain dari keluarga. Mendapat bantuan Dukungan langsung, misalnya seperti instrumental uang, pakaian, dan waktu (dukungan berupa barang). a. Mendapat nasihat b. Mendapat petunjukDukungan petunjuk c. Mendapat saraninformatif saran/umpan-balik commit dari to user keluarga.
No. Item
Jumlah F (%)
F
UF
1,5,11, 16
6,21,25, 29
8 (25)
2,12,15, 17
7,22,26, 30
8 (25)
3,13,18, 20
8,23,27, 31
8 (25)
4,10,14, 19
9,24,28, 32
8 (25)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jumlah
c.
16
16
32(100)
Skala Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi Skala Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan gabungan dari aspek-aspek persepsi dan aspekaspek status sosial ekonomi. Adapun aspek-aspek persepsi yang dikemukan Walgito (2004), yaitu kognisi, emosi, dan konasi, sedangkan aspek status sosial ekonomi dikemukakan yang oleh Wahyunadi (2003) yaitu : 1) Pekerjaan orang tua Pekerjaan merupakan suatu unit kegiatan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang di suatu tempat untuk menghasilkan barang atau jasa. Pekerjaan yang dimiliki orang tua akan mempengaruhi sumber pendapatan keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup anggota keluarga setiap harinya. 2) Kondisi rumah Kondisi sosial ekonomi yang tampak kasat mata dapat dilihat dari kondisi bangunan rumah. Ada 3 kategori kondisi bangunan rumah, yaitu : d) Permanen Adalah bangunan yang seluruh dindingnya terbuat dari bata, diplester atau disemen, atapnya menggunakan genting atau asbes, lantainya dari semen, tegel atau keramik dan bangunan rumah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terbagi menjadi beberapa ruangan (minimal ruang tamu, kamar tidur, dapur, dan kamar mandi serta kakus). e) Semi permanen Adalah bangunan yang setengah atau seperempat dindingnya terbuat dari batu bata, sisanyanya terbuat dari anyaman bambu (gedhek) atau tripleks, atapnya menggunakan genting atau asbes, lantainya semen atau tanah yang dikeraskan, bangunan rumah terbagi menjadi beberapa ruangan (minimal ruang tamu, kamar tidur, dapur dan kamar mandi serta kakus sendiri). Ada juga yang tidak mempunyai kamar mandi sendiri dan sebagai gantinya menggunakan kamar mandi dan kakus umum. f) Tidak permanen Adalah bangunan yang seluruh dindingnya terbuat dari anyaman bambu (gedhek) atau potongan-potongan tripleks, atau seluruh dindingnya terbuat dari bata namun tidak disemen sehingga kelihatan rapuh dan banyak semen perekat bangunan yang rontok, atapnya terbuat dari genting atau plastik atau papan, hanya terdiri satu ruangan yang berfungsi untuk ruang tamu dan kamar tidur, dapur, kamar mandi, dan kakusnya biasanya berada di luar. 3) Peralatan rumah tangga yang dimiliki Kondisi peralatan rumah tangga dikategorikan menjadi baik, kurang baik, dan buruk. Kondisi peralatan yang dikatakan baik apabila peralatan tersebut masih berfungsi dengan baik, bagian atau commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
komponen peralatan masih utuh, warna atau catnya masih tampak jernih dan bentuknya masih utuh. Misalnya seperti almari, meja, radio, TV, peralatan elektronik lainnya dan juga kendaraan yang dimiliki. 4) Tampilan fisik setiap anggota keluarga Kondisi fisik dilihat dari kondisi kulit, mata dan gigi yang dikategorikan menjadi baik, kurang baik, dan tidak baik. Tampilan fisik juga dapat dilihat dari pakaian yang dikenakan. Jumlah aitem dalam skala ini sebanyak 36 butir, yang terdiri atas 9 aitem untuk tiap aspeknya, yang dibagi dalam aitem
favorable dan
unfavorable. Distribusi aitem Skala Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Blueprint Skala Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi No
Aspek
1.
Pekerjaan orang tua
2.
Kondisi rumah
3.
Peralatan rumah tangga yang dimiliki
4.
Tampilan fisik setiap anggota keluarga
Indikator Perilaku
No Item Kognisi F UF
Konasi F UF
25
5, 17
29
9, 33 21
9 (16,67)
26
6, 18
30
10, 34 22
9 (16,67)
27
7, 19
31
11, 35 23
9 (16,67)
28
8, 20
32,
12, 36 24
Emosi F UF
Menilai dan membantu 1, pekerjaan yang 13 dilakukan orang tua Memperhatikan, merawat, dan menilai 2, kondisi bangunan 14 rumah. Memperhatikan dan merawat kondisi 3, peralatan rumah tangga 15 yang dimiliki. a. Memperhatikan dan 4, merawat kondisi fisik 16 (misal :kulit, mata dan commit to user gigi)
Jumlah F(%)
9 (16,67)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Memperhatikan pakaian yang dikenakan. Jumlah
E. 1.
12
12
12
36 (100)
Metode Analisi Data
Uji Validitas Untuk menguji validitas digunakan review professional judgment oleh pembimbing. Skala dalam penelitian ini diuji daya beda itemnya dengan menggunakan korelasi product moment, yaitu dengan cara mengkorelasikan tiap-tiap skor aitem dengan skor total (Priyatno, 2009), dengan bantuan komputer program Statistical Product and Service Solution (SPSS) ver. 16.0.
2.
Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menghitung koefisien Cronbach’s Alpha dari tiap-tiap instrumen suatu variabel, yaitu dengan membelah aitem-aitem sebanyak dua atau tiga bagian, sehingga setiap belahan berisi aitem dengan jumlah yang sama banyak (Azwar, 2005). Perhitungan uji reliabilitas skala dihitung dengan menggunakan bantuan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) ver. 16.0.
3.
Uji Hipotesis Uji hipotesis pertama penelitian ini menggunakan analisis regresi ganda, untuk mengetahui hubungan antara dua variabel bebas secara bersama-sama dengan variabel tergantung (Hadi, 2004). Uji Hipotosis kedua dan ketiga menggunakan analisis korelasi parsial untuk mengetahui hubungan satu variabel bebas dengan variabel tergantung dengan mengontrol satu variabel commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
bebas yang lain. Untuk
digilib.uns.ac.id
mempermudah perhitungan, digunakan program
Statistical Product and Service Solution (SPSS) ver. 16.0.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. 1.
Persiapan Penelitian
Orientasi Kancah Penelitian Lembaga Studi Kemasyarakatan dan Bina Bakat Surakarta adalah sebuah LSM lokal yang didirikan pada tanggal 25 Juli 1984 di Surakarta dengan Badan Hukum sebagai sebuah Yayasan. Perjalanan lembaga ini mempunyai potensi untuk mengembangkan kegiatan berlingkup nasional sesuai dengan perubahan global, regional, nasional, dan lokal yang terjadi di Indonesia. a.
Visi LSK Bina Bakat “Menjadi
salah
satu
pusat
pemikiran,
pengkajian,
dan
pengembangan kesejahteraaan masyarakat dan potensi keberbakatan dalam arti luas untuk mewujudkan masyarakat yang adil-makmur, bebas dari kemiskinan, keterbelakangan, dan kebodohan”.
b.
Misi LSK Bina Bakat 1) Mengupayakan kegiatan peningkatan kesejahteraan, pendapatan kepada masyarakat (petani, nelayan, dan kelompok miskin perkotaan) dengan perspektif lingkungan hidup, gender, dan HAM. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Mengembangkan potensi keberbakatan masyarakat dalam arti luas, termasuk anak-anak. 3) Menyelenggarakan
kegiatan
studi
sosial
kemasyarakatan,
kebijakan publik dan menyebarluaskan informasi tentang kesejahteraan sosial dan pengembangan bakat.
c.
Tujuan 1) Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kesadaran kritis masyarakat (petani, nelayan, dan kelompok miskin perkotaan) termasuk anak-anak sehingga mampu membuat keputusan yang terbaik dalam kehidupannya. 2) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam arti luas untuk mencapai masyarakat yang adil-makmur, bebas dari kemiskinan, keterbelakangan, kebodohan, dan meningkatkan usaha-usaha penelitian serta dokumentasi kegiatan pengembangan masyarakat. 3) Mempengaruhi kebijakan publik tentang kesejahteraan sosial dan pengembangan potensi keberbakatan, terutama kepada petani, nelayan, dan kelompok miskin perkotaan. 4) Menggali potensi dan mengembangkan sumberdaya masyarakat, termasuk keberbakatan dalam arti luas.
d.
Strategi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuan sebagaimana di atas kami memilih strategi berupa rangkaian kegiatan : 1) Melaksanakan kegiatan-kegiatan studi dan pengkajian terhadap masalah-masalah sosial kemasyarakatan. 2) Mengembangkan kegiatan pendidikan dan latihan kepada masyarakat dalam arti luas (petani, nelayan, dan kelompok miskin perkotaan). 3) Mengadakan kegiatan advocacy dan pemberdayaan masyarakat. 4) Mengembangkan sistem dokumentasi dan informasi. 5) Mengambil peran aktif dalam mengembangkan jaringan strategis dengan cara menjalin kerjasama dengan berbagai pihak. 6) Meningkatkan spesialisasi dan profesionalisme kerja staf. 7) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam melaksanakan setiap program lembaga. 8) Mengembangkan
ekonomi rakyat melalui usaha koperasi dan
usaha lainnya. 9) Mengembangkan program konsultansi untuk pengembangan masyarakat petani, nelayan, dan komunitas miskin perkotaan.
e.
Nilai-Nilai dan Prinsip Kerja Dalam melakukan kegiatan kami menjunjung tinggi nilai-nilai dan prinsip kerja : 1) Bertanggungjawab dan beretika dalam pergaulan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Bersedia mendengar dan mampu menangkap aspirasi rakyat. 3) Dialogis dan professional. 4) Mempunyai spesialisasi kegiatan. 5) Independen dan objektif dalam mengambil keputusan.
f.Daya Gerak Utama “Peminggiran
terhadap
hak-hak
rakyat,
keterbelakangan,
kemiskinan, dan kebodohan”.
g.
Isu-Isu Strategis 1) Peningkatan kesejahteran dan pengembangan keberbakatan dalam arti luas serta penguatan dan pembelaan terhadap hak-hak rakyat, terutama petani, nelayan, dan kelompok miskin perkotaan. 2) Pengembangan kegiatan-kegiatan berbasis masyarakat. 3) Pengembangan sistem organisasi dan menejemen dengan karakteristik mampu bekerja secara profesional, menciptakan spesialisasi, mandiri, bertanggungjawab, dan mampu mengelola konflik baik internal maupun eksternal.
h.
Mitra Kerja/Stakeholders Dalam melaksanakan program kerjanya LSK Bina Bakat menjalin kerjasama dengan berbagai pihak sebagai mitra kerja, diantaranya ; 1) Masyarakat, petani, nelayan, dan kelompok miskin perkotaan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Lembaga dana baik dari dalam atau luar negeri. 3) Lembaga pemerintah, baik departemen maupun non-departemen. 4) Perguruan tinggi dan lembaga penelitian. 5) Media masa. 6) Organisasi kemasyarakatan dan organisasi politik. 7) Pemerintah Daerah. 8) Departemen dan Dinas Pemerintah. 9) DPR dan DPRD. 10) LSM mitra dan Jaringan LSM. 11) Lembaga keuangan bank dan non-bank. 12) Konsumen. 13) Relawan dan kader atau tokoh masyarakat lokal. 14) Perusahaan/konsultan proyek pengembangan masyarakat. 15) Kelompok-kelompok swadaya masyarakat.
i. Program Kerja Lembaga 1) Pertanian a)
Melakukan desiminasi program pertanian lestari di wilayah DAS Hulu “Jratunseluna” (daerah aliran sungai Hulu; Jragung, Tuntang, Serang, Lusi, dan Juana) di Jawa Tengah.
b) Mengadakan pengkajian tentang pengembangan pertanian terpadu melalui SLI/sekolah lapang integratif. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
c)
digilib.uns.ac.id
Mengembangkan program keanekaragaman hayati berbasis masyarakat.
d) Mengembangkan pusat pendidikan dan latihan pertanian lestari. e)
Memfasilitasi pertemuan jaringan petani dengan DPR/D dan pemerintah.
f)
Melakukan pendampingan musyawarah pembangunan desa dan kecamatan.
g) Meningkatkan mutu staf dalam bidang; bahasa Inggris, advocacy, community organizing, dan gender. h) Mengembangkan media belajar pertanian lestari lahan kering (modul dan video SLI). i)
Menghubungkan akses pasar petani kepada mitra swasta untuk produk hasil pertanian.
2) Komunitas Nelayan dan Sumber Daya Kelautan a)
Membuat perencanaan strategis bersama komunitas nelayan Pantura, terutama di wilayah eks Karesidenan Pati dan Jawa Tengah pada umumnya.
b) Menyelenggarakan
pengkajian,
penelitian,
dan
dialog
kebijakan di tingkat lokal dan nasional (tentang persiapan dan implementasi otonomi daerah). c)
Mengorganisir terbentuknya “rukun” dan “sarekat” nelayan Pantura.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d) Mengadakan
advocacy
terhadap
pelanggaran
hak-hak
nelayan tradisional. e)
Memfasilitasi, memberi motivasi, dan mempromosikan kegiatan-kegiatan
pelestarian
lingkungan
pantai/pesisir
berbasis masyarakat. f)
Membuat percontohan lingkungan sehat berbasis komunitas.
g) Mendirikan dan mengembangkan kegiatan pusdiklat nelayan Pantura. h) Meningkatkan kualitas SDM kader lokal di bidang, teknik advocacy,
gender,
KHA,
participatory
planning,
implementasi pendidikan alternatif, teknik pengorganisasian masyarakat, dan sosialisasi konvensi ILO No. 182 dan 138. i)
Menjadi konsultan program pengembangan masyarakat nelayan.
3) Kelompok Miskin Perkotaan a)
Mengadakan
identifikasi
perkotaan di wilayah
masalah
kelompok
miskin
Surakarta, terutama sektor informal
(PKL/pedagang kaki lima). b) Mengadakan pendampingan dan pemberdayaan anak jalanan melalui Rumah Singgah. c)
Mengadakan
dialog
kebijakan
lokal
pemberdayaan usaha mikro perkotaan. commit to user
dalam
rangka
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d) Memprakarsai terwujudnya program pemberdayaan usaha mikro berbasis prakarsa masyarakat. e)
Membuat dokumentasi dan publikasi hasil studi dan pemberdayaan usaha mikro perkotaan.
j.Struktur Organisasi Lembaga Untuk mencapai tujuan program sebagaimana disebutkan diatas, lembaga telah merekrut sejumlah personal dengan latar belakang pendidikan bervariasi, diantaranya; pendidikan, ilmu sosial, hukum, pertanian, pembangunan pedesaan, akutansi, dan peternakan. Pada saat ini lembaga mempunyai 14 orang staf dan tujuh orang sukarelawan, sebagian besar diantaranya tamat pendidikan sarjana dan paska sarjana. Dewan Pengurus Yayasan dan Dewan Pelaksana Harian dipilih setiap tiga tahun sekali, sedangkan staf proyek direkrut berdasarkan kontrak kerja tahunan. Dewan pelaksana harian, sesuai dengan
tanggungjawabnya,
wajib
menyampaikan
laporan
perkembangan kegiatan dan keuangan setiap tahun kepada Dewan Pengurus Yayasan. Forum pengkajian untuk peningkatan mutu staf, pengembangan program dan institusi, serta audit keuangan internal dilakukan tiap tiga bulan. Audit keuangan lembaga oleh akuntan publik dilakukan tiap tahun.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D.P YAYASAN
DIREKTUR WKL. DIREKTUR
MANAGER PROGRAM SEKT. INFOR. PERKOTAAN
MANAGER ADM. & KEUANGAN
Staf Adm.& KU
Proyek
MANAGER PROGRAM PENG. MASY. NELAYAN
Proyek
Proyek
MANAGER PROGRAM PERTANIA N
Gambar 2 Bagan Struktur Organisai LSK Bina Bakat Surakarta Keterangan : 1. Dewan Pengurus Yayasan - Ketua Yayasan - Sekretaris - Bendahara - Anggota 2. Direktur 3. Wakil Direktur 4. Manager Program Pertanian 5. Manager Program Pengembangan Masyarakat Nelayan 6. Manager Program Sektor Informal Perkotaan 7. Manager Program Administrasi & Keuangan k.
: : : : : : : : :
Drs. H. Mastur Alwathoni Prof. DR. Ravik Karsidi, MS. Drs. Munawir Yusuf, M.Psi. Mahmudi, SH Drs. Agus Suseno Ir. Suswadi, MSi Ir. Suswadi, MSi Drs. Hesti BP
: Muladiyanto, A.Md : Nuning Sri Wulandari, SE
Pengalaman Lembaga Sejak didirikan sampai pada saat ini lembaga telah melakukan beberapa kegiatan penelitian dan pengembangan masyarakat, baik dilakukan sendiri maupun bekerjasama dengan berbagai pihak dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bentuk kerjasama proyek. Sebagian pengalaman lembaga dapat diinformasikan sebagai berikut : 1) Tahun 1984, Survei pemetaan masalah dan potensi daerah segitiga kritis di Kabupaten Sragen, Karanganyar, dan Boyolali, Swadaya. 2) Tahun 1984, Pendataan anak berbakat dan berprestasi di Kotamadia Surakarta, Swadaya. 3) Tahun 1985, Survei Pemberdayaan Penderita Cacat Fisik dan Mental di Kabupaten Sragen, Karanganyar, dan Boyolali, Swadaya. 4) Tahun 1986, Proyek Peningkatan Pendapatan Perajin Kayu Melalui Pemasaran Berkeliling dan Berkelompok (“Bayongan”) di Desa Guli, Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali, Bekerjasama dengan OXFAM Inggris. 5) Tahun 1991, Proyek Rehabilitasi Penderta Cacat Berbasis Masyarakat di Kabupaten Boyolali dan Sragen, Bekerjasama dengan PPRR Universitas Sebelas Maret Surakarta. 6) Tahun 1998-2000, Proyek Pengembangan Usahatani Lestari di wilayah DAS Hulu Jratunseluna, Bekerjasama dengan FADO Belgia dan Misserior Jerman. 7) Tahun 1999-2000, Program Pemberdayaan Anak Jalanan di Surakarta, Bekerjasama dengan Departemen Sosial RI melalui Kantor Wilayah Departemen Sosial Propinsi Jawa Tengah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8) Tahun 2002, Pendidikan dan Latihan Ketrampilan Bagi Anak Jalanan Melalui Rumah Belajar Anak Jalanan di Surakarta, Kerjasama Dengan Dinas Pendidikan Nasional Prop. Jawa Tengah. 9) Tahun 2000-2003, Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Rumah Singgah di Surakarta, Kerjasama dengan Dinas Sosial Propinsi Jawa Tengah. 10) Tahun 2002, Program Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air di Propinsi Jawa Tengah, Kerjasama dengan PSDA Departemen Pertanian, Propinsi Jawa Tengah. 11) Tahun 2005, Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Rumah Perlindungan Sosial Anak di Surakarta, Kerjasama dengan Dinas Sosial Propinsi Jawa Tengah. 12) Tahun 2007, Pemberdayaan Anak Perempuan Jalanan Melalui Rumah Perlindungan Sosial Anak di Surakarta, Kerjasama dengan Dinas Sosial Propinsi Jawa Tengah. 13) Tahun 2008, Pemberdayaan Anak Perempuan Jalanan Melalui Rumah Perlindungan Sosial Anak di Surakarta, Kerjasama dengan Dinas Sosial Propinsi Jawa Tengah. 14) Tahun 2009, Pengembangan Rantai Pertanian Berkelanjutan dan Advokasi (SACD dan Advocacy Objective), Kerjasama dengan VECO-RI. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15) Tahun 2009, Membangun Kesadaran Kritis Konsumen Pangan sehat di Solo Raya, Kerjasama dengan VECO-RI. Disamping juga menjadi pemrakarsa dan anggota jaringan LSM nasional dan lokal, diantaranya : Jaringan NGO Pendamping petani, Jaringan NGO Pendamping Pekerja Anak, Lembaga Perlindungan Anak Jawa Tengah, JAKER PO, Asosiasi Petani Indonesia, KRKP dan Forum NGO Pati.
l. Kondisi Keuangan Lembaga Total
Penerimaan
dana
lembaga
selain
diperoleh
dari
sumbangan pengurus Yayasan juga datang dari beberapa sumber, diantaranya ; bagi hasil pengelolaan pinjaman bergulir, dan jasa konsultan proyek pengembangan masyarakat.
m.
Kekayaan Lembaga Sejak didirikan pada tahun 1984 sampai saat ini LSK Bina Bakat Surakarta telah memiliki kekayaan lembaga baik diperoleh melalui usaha sendiri atau hibah/bantuan dari lembaga dana. Kekayaan lembaga selain berwujud uang juga berupa barang tetap, dan barang-barang lainnya sebagai berikut : 1) Tanah wakaf seluas 2.300 m2 2) Kantor Pusat LSK Bina Bakat di Surakarta dan perlengkapannya 3) Tanah di Kabupaten Rembang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Sepeda motor 2 buah 5) Dayang (sepeda motor angkut) 1 buah 6) Perpustakaan 7) Handycam 8) Telephon 9) Komputer 6 unit 10) Laptop 5 unit 11) LCD 1 unit 12) Faksimile 13) Kamera Digital 2 unit 14) Meubeler, DLL.
n.
Alamat Lembaga Kantor Pusat LSK Bina Bakat : Jl. Bromo II , Desa Clolo Rt 05 Rw. XIX, Kadipiro, Banjarsari, Surakarta 57136 Jawa Tengah – Indonesia. Phone/Fax : (0271) 857 438, Email :
[email protected], Web : lskbinabakat.com.
Salah
satu
misi
LSK
Bina
Bakat
adalah
mengembangkan
keberbakatan masyarakat dalam arti luas, termasuk anak-anak, sehingga dalam salah satu program kerja lembaga LSK Bina Bakat mengadakan pendampingan dan pemberdayaan anak jalanan melalui rumah singgah. Jumlah anak jalanan yang pernah dibina sejak awal berdiri sampai sekarang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebagai berikut pada tahun 1999 ada 120 anak, tahun 2000 ada 150 anak, tahun 2001 ada 200 anak, tahun 2002 ada 150 anak, tahun 2003 ada 150 anak, tahun 2004 ada 150 anak, tahun 2005 ada 120 anak, tahun 2006 ada 75 anak, tahun 2007 ada 30 anak, tahun 2008 ada 20 anak dan pada tahun 2009 ada 20 anak, pada tahun 2010 ada 36 anak. Proses awal yang dilakukan adalah melakukan mapping ke tempat aktivitas atau mangkal anak, melakukan perkenalan, dan menjalin persahabatan, kemudian melakukan pendataan anak dan identifikasi data. Setelah
pendataan,
mulai
dilakukan
proses
pendampingan
dan
pemberdayaan anak jalanan dalam tiga hal, yaitu : a. Pendidikan Pada bidang pendidikan memberikan beasiswa pendidikan, peralatan dan perlengkapan, bimbingan belajar, belajar/sekolah jemput bola, bimbingan wira usaha, seni dan olah raga. b. Bimbingan mental dan rohani Pada bidang bimbingan mental dan rohani dengan melakukan bimbingan mental, out bond, rekreasi, pemeriksaan kesehatan, dan mengadakan pondok pesantren kilat anak jalanan. c.
Life skill Pada bidang pemberian life skill anak jalanan diberi ketrampilan untuk membuat sabun mandi, susu, bengkel otomotif, kerajinan sapu rayung, las knalpot, weekel, radiator, sablon, kerajinan sangkar burung, tambal ban, sopir, menjahit, kerajinan shuttlecock, aplikasi handphone. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
2.
digilib.uns.ac.id
Persiapan Penelitian a.
Persiapan adminitrasi Persiapan administrasi penelitian meliputi segala urusan perijinan yang diajukan pada pihak yang terkait dengan pelaksanaan penelitian. Peneliti meminta surat pengantar dari Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang ditujukan kepada direktur LSK Bina Bakat Surakarta dengan nomor 820/H27.1.17.3/TU/2010 agar dapat melaksanakan penelitian di LSK Bina Bakat Surakarta. Setelah mendapatkan persetujuan dari pihak LSK Bina Bakat Surakarta, peneliti baru bisa melakukan penelitian sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
b.
Persiapan alat ukur Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psikologi yang terdiri dari tiga skala, yaitu Skala Harga Diri, Skala Dukungan Sosial Keluarga dan Skal Persepsi Terhadap Status Sosial ekonomi. Skala pertama yang digunakan adalah Skala Harga Diri berjumlah 32 aitem pernyataan terdiri atas 16 pernyataan favorable dan 16 pernyataan unfavorable, dibuat sendiri oleh peneliti berdasar pada aspek yang dikemukakan oleh Coopersmith (1967), yaitu meliputi : self values, leadership-popularity, family parents, dan achievement. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Skala kedua yaitu Skala Dukungan Sosial Keluarga dibuat sendiri oleh peneliti, berjumlah 32 aitem pernyataan terdiri atas 16 aitem pernyataan favorable dan 16 aitem unfavorable, mengacu pada aspek yang dikemukakan oleh Smet (1994) yaitu meliputi: dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan informatif. Skala ketiga yang digunakan adalah Skala Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi yang dibuat sendiri oleh peneliti, berjumlah 36 terdiri atas sembilan aitem untuk tiap aspeknya, yang dibagi dalam aitem favorable dan unfavorable, mengacu pada gabungan aspekaspek persepsi dan aspek-aspek status sosial ekonomi. Aspek-aspek persepsi yang dikemukan oleh Walgito (2004) meliputi kognisi, emosi, dan konasi, sedangkan aspek-aspek status sosial ekonomi merupakan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Wahyunadi (2003), meliputi pekerjaan orang tua, kondisi rumah, peralatan rumah tangga yang dimiliki, dan tampilan fisik setiap anggota keluarga.
3.
Pelaksanaan uji-coba Pada penelitian ini, uji coba skala psikologi dilakukan dengan metode try out terpakai, yaitu skala hanya satu kali diujicobakan pada subjek yang sama dengan subjek yang digunakan untuk penelitian karena jumlah sampel penelitian yang terbatas, sehingga nantinya hanya aitem-aitem pernyataan yang valid saja yang akan digunakan untuk analisis data. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Uji coba dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 18 Desember 2010 pukul 14.30-16.00WIB. Pemberian skala dilakukan secara serentak pada semua subjek penelitian, yaitu dengan mengumpulkan seluruh subjek penelitian di LSK Bina Bakat Surakarta pada waktu yang sama. Peneliti memberikan penjelasan tentang cara mengisi skala kepada subjek penelitian sebelum subjek memulai mengisi skala dan melakukan pendampingan ketika pengisian skala. Pengambilan skala dilakukan pada saat itu juga setelah skala selesai diisi oleh subjek. Skala yang dibagikan sebanyak 36 eksemplar. Semua skala dapat kembali kepada peneliti dan memenuhi syarat untuk diskor serta dianalisis.
4.
Uji Validitas dan Reliabilitas a.
Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Harga Diri Uji validitas skala dilakukan dengan review personal judgement, yaitu oleh pembimbing. Daya beda aitem skala diuji dengan menggunakan korelasi bivariate Pearson atau sering disebut sebagai korelasi product moment Pearson dengan menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0. Setelah dilakukan perhitungan, dari 32 aitem pernyataan dalam Skala Harga Diri terdapat 12 aitem yang gugur, yaitu aitem no. 1, 3, 6, 7, 9, 14, 16, 17, 20, 26, 28 dan 32, sehingga tersisa 20 aitem. Aitem skala yang dinyatakan valid adalah aitem dengan nilai Sig. (2 tailed) di bawah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
0,05 dengan nilai Pearson correlation berada di antara 0,336 sampai dengan 0,729. Reliabilitas Skala Harga Diri diukur menggunakan analisis reliabilitas Cronbach’s Alpha dengan SPSS versi 16.0. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa reliabilitas Skala Harga Diri adalah sebesar 0,848.
Tabel 4 Distribusi Aitem Gugur dan Valid Skala Harga Diri
No.
1.
2.
3.
4.
Aspek
Indikator Perilaku
c. Memiliki nilai dan standar ideal yang relevan. Self values d. Berguna atau bermanfaat untuk dirinya sendiri. c. Mampu untuk menjadi pemimpin bagi Leadershiporang lain. popularity d. Memiliki perasaan sukses pada diri sendiri. b. Orang tua Family berperan dalam pembentukan parents harga diri. c. Memperoleh prestasi atas kemampuan yang Achievement dimiliki. d. Mampu bergabung dalam suatu kegiatan. Jumlah aitem valid
b.
No. Aitem Favorable Unfavorable Valid Gugur Valid Gugur
Jumlah Aitem Valid
25
1,9, 17
5,13, 21,29
-
5
2,10, 18
26
22,30
6,14
5
11,19, 27
3
15,23, 31
7
6
4,12
20,28
8,24
16,32
4
9
11
Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Dukungan Sosial Keluarga commit to user
20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Uji validitas skala dilakukan dengan review personal judgement, yaitu oleh pembimbing. Daya beda aitem skala diuji dengan menggunakan korelasi bivariate Pearson atau sering disebut sebagai korelasi product moment Pearson dengan menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0. Setelah dilakukan perhitungan, dari 32 aitem pernyataan dalam Skala Dukungan Sosial Keluarga terdapat 9 aitem yang gugur, yaitu aitem no. 1, 2, 3, 6, 13, 18, 19, 21, dan 22, sehingga tersisa 23 aitem. Aitem skala yang dinyatakan valid adalah aitem dengan nilai Sig. (2 tailed) di bawah 0,05 dengan nilai Pearson correlation berada di antara 0,349 sampai dengan 0,773. Reliabilitas
Skala
Dukungan
Sosial
Keluarga
diukur
menggunakan analisis reliabilitas Cronbach’s Alpha dengan SPSS versi 16.0. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa reliabilitas Skala Dukungan Sosial Keluarga adalah sebesar 0,899.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 5 Distribusi Aitem Gugur dan Valid Skala Dukungan Sosial Keluarga
No.
1.
2.
3.
4.
Aspek
Indikator Perilaku
d. Memperoleh dukungan empati dari keluarga Dukungan e. Dipedulikan oleh emosional keluarga f. Memperoleh perhatian dari keluarga. d. Memperoleh penghargaan positif e. Memperoleh dorongan maju dan Dukungan persetujuan penghargaan f. Merasakan perasaan dan perbandingan positif dengan orang lain dari keluarga. Mendapat bantuan langsung, misalnya Dukungan seperti uang, pakaian, instrumental dan waktu (dukungan berupa barang). d. Mendapat nasihat e. Mendapat petunjukDukungan petunjuk informatif f. Mendapat saransaran/umpan-balik dari keluarga. Jumlah aitem valid
c.
No. Aitem Favorable Unfavorable Valid Gugur Valid Gugur
Jumlah Aitem Valid
5,11, 16
1
25,29
6,21
5
12,15, 17
2
7,26 30
22
6
20
3,13, 18
8,23, 27,31
-
5
4,10, 14
19
9,24, 28,32
-
7
10
13
23
Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi Uji validitas skala dilakukan dengan review personal judgement, yaitu oleh pembimbing. Daya beda aitem skala diuji dengan menggunakan korelasi bivariate Pearson atau sering disebut sebagai commit to user korelasi product moment Pearson dengan menggunakan program
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0. Setelah dilakukan perhitungan, dari 36 aitem pernyataan dalam Skala Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi terdapat 8 aitem yang gugur, yaitu aitem no. 4, 6, 7, 10, 13, 17, 18, 19, dan 19, sehingga tersisa 28 aitem. Aitem skala yang dinyatakan valid adalah aitem dengan nilai Sig. (2 tailed) di bawah 0,05 dengan nilai Pearson correlation berada di antara 0,363 sampai dengan 0,734. Reliabilitas Skala Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi diukur menggunakan analisis reliabilitas Cronbach’s Alpha dengan SPSS versi 16.0. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa reliabilitas Skala Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi adalah sebesar 0,879. Tabel 6 Distribusi Aitem Gugur dan Valid Skala Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi No. 1. 2.
3.
4.
Aspek
Indikator Perilaku
Menilai dan membantu pekerjaan yang dilakukan orang tua Memperhatikan, Kondisi rumah merawat, dan menilai kondisi bangunan rumah. Memperhatikan dan Peralatan rumah merawat kondisi tangga yang peralatan rumah tangga dimiliki yang dimiliki. c. Memperhatikan dan merawat kondisi fisik Tampilan fisik (misal :kulit, mata, dan setiap anggota gigi) keluarga d. Memperhatikan pakaian yang dikenakan. Jumlah aitem valid Pekerjaan orang tua
No. Aitem Favorable Unfavorable Valid Gugur Valid Gugur
Jumlah Aitem Valid
1,5,29, 9,21
13,17
25,33
-
7
2,14,22
6,18, 10
26,30, 34
-
6
3,15,11 23
7,19
27,31, 35
-
7
8,12,16 24
4
28,20, 32,36
-
8
16
commit to user
12
28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. 1.
Pelaksanaan Penelitian
Penentuan Subjek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah anak jalanan yang dibina di LSK Bina Bakat Surakarta. Jumlah populasi anak jalanan yang dibina di LSK Bina Bakat Surakarta sebanyak 36 anak. Menurut pendapat Arikunto (2002) apabila subjek penelitian jumlahnya kurang dari 100 orang lebih baik diambil semua, sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Pada penelitian ini digunakan seluruh populasi sebagai sampel, karena jumlah anak jalanan yang dibina di LSK Bina Bakat Surakarta sedikit, sehingga penelitian disebut sebagai penelitian populasi. Data mengenai subjek penelitian diperoleh dari LSK Bina Bakat Surakarta. Penelitian ini menggunakan seluruh populasi sebagai subjek penelitian, sehingga dalam penelitian ini tidak menggunakan teknik pengambilan sampel (sampling).
2.
Pengumpulan Data Penelitian Data yang didapatkan dari hasil uji coba skala, setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0, maka akan diperoleh aitem-aitem pernyataan skala yang dinyatakan valid dan gugur. Aitem-aitem pernyataan yang valid itulah yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3.
digilib.uns.ac.id
Pelaksanaan Pemberian Skor Skala yang telah terkumpul, kemudian diberikan skor sesuai dengan kriteria penilaian yang telah ditentukan. Adapun cara pemberian skor pada pernyataan favorable adalah 4 untuk Sangat Sesuai (SS), 3 untuk Sesuai (S), 2 untuk Tidak Sesuai (TS), dan 1 untuk Sangat Tidak Sesuai (STS). Sedangkan skor pada pernyataan unfavorable adalah 1 untuk Sangat Sesuai (SS), 2 untuk Sesuai (S), 3 untuk Tidak Sesuai (TS), dan 4 untuk Sangat Tidak Sesuai (STS).
C.
Hasil Analisis Data dan Interpretasi
Penghitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi dasar, yang meliputi uji normalitas dan uji linearitas, serta uji asumsi klasik, yang meliputi uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Penghitungan analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan komputer program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16. 1.
Uji asumsi dasar a. Uji normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Jika analisis menggunakan metode parametrik, maka persyaratan normalitas harus terpenuhi, sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi (Priyatno, 2009). Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi 0,05. Data dinyatakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berdistribusi normal jika nilai signifikansi lebih besar 5% atau 0,05. Hasil uji normalitas pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 7 Hasil Uji Normalitas Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova HargaDiri DukunganSosialKeluarga PersepsiTerhadapStatusSo sialEkonomi
Shapiro-Wilk
Statistic
df
Sig.
Statistic
df
Sig.
.121 .123
36 36
.200* .184
.960 .949
36 36
.216 .095
.143
36
.060
.942
36
.057
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Berdasarkan hasil di atas, dapat dilihat pada kolom KolmogorovSmirnov dan dapat diketahui bahwa nilai signifikansi harga diri sebesar 0,200 (p 0,05), nilai signifikansi dukungan sosial keluarga sebesar 0,184 (p 0,05), serta nilai signifikansi persepsi terhadap status sosial ekonomi sebesar 0,060 (p 0,05). Karena nilai signifikansi untuk seluruh variabel lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian telah terdistribusi secara normal. b.
Uji linearitas Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji linearitas biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linear. Pengujian pada program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16 menggunakan Test for Linearity dengan taraf signifikansi 0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang linear bila nilai signifikansi (linearity) kurang dari 0,05 (Priyatno, 2009). Hasil uji linearitas penelitian adalah sebagai berikut: Tabel 8 Hasil Uji Linearitas antara Variabel Dukungan Sosial Keluarga dengan Harga Diri ANOVA Table Sum of Squares Harga Diri * Dukungan Sosial Keluarga
Between Groups
(Combined)
24
967.282
1
1382.190
23
60.095
213.500
11
19.409
2562.972
35
Within Groups Total
Mean Square
2349.472
Linearity Deviation from Linearity
df
97.895
F
Sig.
5.044
.004
967.282 49.837
.000
3.096
.028
Tabel 9 Hasil Uji Linearitas antara Variabel Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi dengan Harga Diri ANOVA Table
Harga Diri * Persepsi Terhadap Status Sosial Ekonomi
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
(Combined)
1148.472
18
63.804
.767
.709
Linearity
416.669
1
416.669 5.008 .039
Deviation from Linearity
731.803
17
43.047
Within Groups
1414.500
17
83.206
Total
2562.972
35
Between Groups
.517
.908
Tabel di atas menunjukkan bahwa hubungan antara variabel dukungan sosial keluarga dengan harga diri menghasilkan nilai signifikansi pada Linearity sebesar 0,000 (p<0,05), karena nilai signifikansi yang dihasilkan kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang linear. Pada variabel persepsi terhadap status sosial ekonomi dengan harga diri menghasilkan nilai signifikansi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pada linearity sebesar 0,039 (p<0,05). Oleh karena nilai signifikansi yang dihasilkan kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang linear.
2.
Uji asumsi klasik a. Uji multikolinearitas Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas, yaitu adanya hubungan linear antara variabel independen dalam model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. Pada pembahasan ini uji multikolinearias dilakukan dengan melihat nilai inflation factor (VIF) pada model regresi. Pada umumnya, apabila nilai VIF lebih besar dari 5, maka suatu variabel bebas mempunyai persoalan multikolinearitas dengan variabel bebas yang lain (Priyatno, 2009). Hasil uji multikolinearias penelitian ini sebagai berikut: Tabel 10 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model
B
Std. Error
Standardized Coefficients Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
(Constant)
25.158
8.900
Dukungan Sosial Keluarga
2.827 .008
.441
.128
.564
3.434 .002
.692
1.445
Persepsi Terhadap Status Sosial Ekonomi
.066
.120
.090
.547
.692
1.445
a. Dependent Variable: Harga Diri
commit to user
.588
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan hasil penghitungan di atas, dapat diketahui bahwa nilai variance inflation factor (VIF) kedua variabel bebas, yaitu dukungan sosial keluarga dengan persepsi terhadap status sosial ekonomi adalah 1,445. Hal tersebut menunjukkan bahwa antar variabel independen tidak terdapat persoalan multikolinearitas, karena nilai VIF yang didapat kurang dari 5. b. Uji heteroskedastisitas Salah
satu
asumsi
dalam
regresi
berganda
adalah
uji
heteroskedastisitas. Asumsi heteroskedastisitas adalah asumsi dalam regresi di mana varians dari residual tidak sama untuk satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Dalam regresi, salah satu asumsi yang harus dipenuhi adalah bahwa varians, dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tidak memiliki pola tertentu. Salah satu uji untuk heteroskedastisitas ini adalah dengan melihat penyebaran dari varians tersebut (Santosa, 2005).
Hasil uji heteroskedastisitas penelitian ini
sebagai berikut :
Gambar 3 commit to user Grafik Scatterplot untuk Pengujian Heteroskedastisitas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada grafik di atas terlihat titik-titik yang ada tersebar secara merata, tidak terkumpul pada 1 tempat saja sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. c. Uji autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan yang lain pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model regresi. Pengujian autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka terdapat autokorelasi, jika d terletak antara dU dan (4-Du) maka tidak ada autokorelasi, dan jika d terletak antara dL dan dU atau di antara (4-dU) dan (4-dL) maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti. Nilai dL dan dU dilihat di tabel DW (Priyatno, 2009). Tabel 11 Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb Model
R
R Square
Adjusted R Square
1
.619a
.383
.346
Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 6.922
2.068
a. Predictors: (Constant), Persepsi Terhadap Status Sosial Ekonomi, Dukungan Sosial Keluarga b. Dependent Variable: Harga Diri
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hasil penghitungan menunjukkan bahwa nilai DW sebesar 2,068. Hasil tersebut menjelaskan bahwa tidak terdapat masalah autokorelasi dalam penelitian ini, dari tabel DW dengan signifikansi 0,05 dan jumlah data (n) 36, serta k=2 (jumlah variabel independen) diperoleh nilai DW sebesar 2,068 berada di antara 1,587 (dU) dan 2,413 (4-Du), maka data tidak mengalami autokorelasi.
3.
Uji hipotesis a. Uji analisa regresi berganda Setelah dilakukan uji asumsi dasar dan uji asumsi klasik, langkah selanjutnya
adalah melakukan penghitungan untuk menguji hipotesis
yang diajukan dengan teknik analisis regresi linear berganda atau analisis dua prediktor. Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan F-test yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen secara simultan (bersama-sama). Hasil F-test menunjukkan variabel independen secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen jika nilai p-value (pada kolom Sig.) lebih kecil dari level of significant yang ditentukan, yaitu taraf signifikansi 0,05 atau nilai F hitung (pada kolom F) lebih besar dari nilai F tabel. Signifikan berarti hubungan yang terjadi dapat berlaku untuk populasi, atau dengan kata lain dapat digeneralisasikan. Hasil Ftest dari output
program Statistical Product and Service Solution commit to user (SPSS) versi 16 dapat dilihat pada Tabel 12.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 12 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ANOVAb Model
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Regression
981.606
2
490.803
10.242
.000a
Residual
1581.366
33
47.920
Total
2562.972
35
a. Predictors: (Constant), Persepsi Terhadap Status Sosial Ekonomi, Dukungan Sosial Keluarga b. Dependent Variable: Harga Diri
Berdasarkan hasil penghitungan di atas, didapatkan nilai p-value (pada kolom Sig.) sebesar 0,000 sebesar 10,242
sedangkan nilai F hitung
F table), F tabel sebesar 3,259. Hal ini berarti
bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima, yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial keluarga dan persepsi terhadap status sosial ekonomi dengan harga diri. Nilai koefisien korelasi ganda (R) pada model summary digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel independen terhadap variabel dependen secara serentak. Koefisien ini menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antara variabel independen (X1 dan X2) secara serentak terhadap variabel dependen (Y). Nilai R berkisar antara 0 sampai dengan 1. Apabila nilai R semakin mendekati 1 berarti hubungan yang terjadi semakin kuat, sebaliknya apabila nilai R semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi semakin lemah (Priyatno, 2009). Pedoman commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi ganda, adalah sebagai berikut:
Tabel 13. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi Ganda (R) No. Interval Nilai R Interpretasi 1. 0,000 – 0,199 Sangat Rendah 2. 0,200 – 0,399 Rendah 3. 0,400 – 0,599 Sedang 4. 0,600 – 0,799 Kuat 5. 0,800 – 1,000 Sangat Kuat Tabel 14 Hasil Koefisien Korelasi Ganda (R) Model Summaryb Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1
.619a
.383
.346
6.922
a. Predictors: (Constant), Persepsi Terhadap Status Sosial Ekonomi, Dukungan Sosial Keluarga b. Dependent Variable: Harga Diri
Nilai koefisien korelasi ganda (R) yang dihasilkan sebesar 0,619 menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang kuat antara dukungan sosial keluarga dan persepsi terhadap status sosial ekonomi dengan harga diri. Nilai R2 (R Square) sebesar 0,383 atau 38%, yang berari bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independen yakni dukungan sosial keluarga dan persepsi terhadap status sosial ekonomi terhadap variabel dependen yakni harga diri sebesar 38%. Sisanya sebesar 62% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diuji secara empiris dalam penelitian ini. b. Uji korelasi parsial
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penggunaan korelasi parsial untuk mengetahui hubungan antara variabel tergantung yaitu harga diri dengan variabel bebas yaitu dukungan sosial keluarga, sedangkan variabel bebas lainnya yaitu persepsi terhadap status sosial ekonomi dikendalikan (sebagai variabel kontrol) dan untuk mengetahui hubungan antara harga diri dengan persepsi terhadap status sosial ekonomi dengan mengendalikan variabel dukungan sosial keluarga. Uji hipotesis dengan menggunakan teknik Statistic Parametric Multiple Regression dan dianalisis dengan menggunakan program SPSS 16.0 sebagai berikut : Tabel 15 Hasil Uji Korelasi Parsial Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model
B (Constant)
Std. Error
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
25.158
8.900
2.827
.008
Dukungan Sosial Keluarga
.441
.128
.564
3.434
.002
Persepsi Terhadap Status Sosial Ekonomi
.066
.120
.090
.547
.588
a. Dependent Variable: Harga Diri
Berdasarkan hasil di atas, dukungan sosial keluarga berhubungan secara signifikan dengan harga diri, dengan nilai Sig. 0,002 (p<0,05) dan didapatkan nilai t hitung 3,434 dengan t tabel 1,688, dengan demikian t hitung lebih besar daripada t tabel dukungan sosial keluarga mempunyai hubungan positif dengan harga diri yang terlihat dari nilai R sebesar 0,441, semakin tinggi dukungan sosial keluarga semakin tinggi harga diri, dan sebaliknnya semakin rendah dukungan sosial keluarga semakin rendah harga diri. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengujian terhadap variabel persepsi terhadap status sosial ekonomi dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap status sosial ekonomi tidak berhubungan secara signifikan dengan harga diri, terlihat dari nilai R sebesar 0,066 dan nilai Sig. sebesar 0,588 berada jauh di atas 0,05 serta didapatkan nilai t hitung 0,547 lebih kecil dari t tabel 1,668.
4.
Sumbangan efektif Sumbangan efektif memberikan informasi tentang besarnya sumbangan pengaruh dari tiap-tiap variabel independen atau prediktor terhadap variabel dependen dalam model regresi. Hasil penghitungan secara manual menunjukkan sumbangan efektif dukungan sosial keluarga terhadap harga diri sebesar 34,68% dan sumbangan efektif persepsi terhadap status sosial ekonomi terhadap harga diri sebesar 3,58%. Total sumbangan efektif dukungan sosial keluarga dan persepsi terhadap status sosial ekonomi terhadap harga diri ditunjukkan oleh nilai (R2) sebesar 0,383 atau 38,3%.
5.
Hasil analisis deskriptif Dari skor kasar Skala Harga Diri, Skala Dukungan Sosial Keluarga, dan Skala Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi diperoleh hasil statistik deskriptif subjek penelitian. Analisis deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum mengenai kondisi dukungan sosial keluarga, persepsi terhadap status sosial ekonomi, dan harga diri pada subjek yang diteliti. Hasil statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 16 Hasil Analisa Deskriptif Statistik Deskriptif Skala Harga Diri Dukungan Sosial Keluarga Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi
Jml Sbj 36 36 36
Data Hipotetik Skor Skor Min Maks 20 80
M
SD
50
10
23
92
57,5
28
112
70
Data Empirik Skor Skor Min Mak 43 75
11,5 49 14
63
M
SD
60.97 8.557
86
69.14 10.957
102
81.08 11.685
Berdasarkan tabel statistik deskriptif di atas, kemudian dilakukan kategorisasi subjek secara normatif guna memberi interpretasi terhadap skor skala. Kategorisasi yang digunakan adalah kategorisasi jenjang yang berdasarkan pada model distribusi normal. Tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan subjek ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur (Azwar, 2008). Kontinum jenjang ini akan dibagi menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Norma kategorisasi yang digunakan adalah sebagai berikut: Χ < (μ −1,0σ ) (μ −1,0σ) ≤ Χ < (μ +1,0σ ) (μ + 1,0σ) ≤ Χ Keterangan: Χ : raw score skala μ : mean atau nilai rata-rata σ : standar deviasi
: Rendah : Sedang : Tinggi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan norma kategorisasi di atas maka kategori skor skala penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 17 Kategorisasi Subjek Berdasar Skor Skala Penelitian Variable
Harga diri
Kategorisasi Kategori Skor X < 40 Rendah Sedang Tinggi Rendah
Dukungan sosial keluarga
Sedang Tinggi
Persepsi terhadap status sosial ekonomi
40 ≤ X < 60 60 ≤ X X < 46 46 ≤ X < 69 69 ≤ X
Komposisi Jumlah Persentase -
0
16
44,4%
20
55,6%
-
0
19
52,8%
17
47,2%
Rendah
X < 56
-
0
Sedang
56 ≤ X < 84
19
52,8%
17
47,2%
Tinggi
84 ≤ X
a. Harga Diri Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dari 36 sampel penelitian, 20 orang memiliki tingkat harga diri yang tinggi, 16 orang dengan tingkat harga diri sedang, dan tidak ada yang memiliki tingkat harga diri yang rendah. Berdasarkan data tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa sampel penelitian, rata-rata memiliki tingkat harga diri tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Dukungan Sosial Keluarga Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dari 36 sampel penelitian, 17 orang memiliki tingkat dukungan sosial keluarga yang tinggi, 19 orang dengan tingkat dukungan sosial keluarga sedang, dan tidak ada memiliki tingkat dukungan sosial keluarga yang rendah. Berdasarkan data tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa sampel penelitian, rata-rata memiliki tingkat dukungan sosial keluarga sedang. c. Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dari 36 sampel penelitian, 17 orang memiliki tingkat persepsi terhadap status sosial ekonomi yang tinggi, 19 orang dengan tingkat persepsi terhadap status sosial ekonomi sedang, dan tidak ada yang memiliki tingkat persepsi terhadap status sosial ekonomi yang rendah. Berdasarkan data tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa sampel penelitian rata-rata memiliki tingkat persepsi terhadap status sosial ekonomi sedang.
D.
Pembahasan
Hasil pengujian hipotesis secara simultan menunjukkan hasil bahwa ada hubungan antara antara dukungan sosial keluarga dan persepsi terhadap status sosial ekonomi dengan harga diri pada anak binaan di LSK Bina Bakat Surakarta. commit to user Hal tersebut dibuktikan dengan hasil perhitungan yang menyatakan nilai koefisien
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
korelasi sebesar R=0,619, p= 0,000 10,242
sedangkan nilai F hitung sebesar
F table), F tabel sebesar 3,259. Anak binaan yang mendapat
dukungan sosial keluarga yang tinggi bersama-sama dengan persepsi terhadap status sosial ekonomi yang positif akan menaikkan harga diri. Begitu juga sebaliknya anak binaan yang kurang mendapat dukungan sosial dari keluarga dan memiliki persepsi terhadap status sosial ekonomi yang negatif maka akan berdampak pada harga diri yang rendah. Kenaikan tingkat antara dukungan sosial keluarga dan persepsi terhadap status sosial ekonomi yang bersama-sama akan mendukung harga diri, begitu juga dengan adanya penurunan tingkat antara dukungan sosial keluarga dan persepsi terhadap status sosial ekonomi secara bersama-sama akan menurunkan tingkat harga diri. Pada saat anak binaan mendapatkan dukungan sosial keluarga yang tinggi, misalnya seperti mendapat ungkapan empati, kepedulian, perhatian, penghargaan positif, dorongan maju, perbandingan
positif dengan orang lain, mendapat
nasihat, petunjuk-petunjuk, saran-saran, atau umpan balik dari keluarganya didukung dengan persepsi yang positif terhadap kondisi pekerjaan orang tua, kondisi rumah, peralatan rumah tangga yang dimiliki, dan tampilan fisik setiap anggota keluarga maka akan meningkatkan harga diri pada anak binaan yang bersangkutan. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Friedman. Keluarga memiliki banyak fungsi, salah satunya menurut Friedman (1992) adalah fungsi afektif keluarga yang meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan kebutuhan psikososial keluarga, dengan fungsi ini maka keluarga commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menjalankan tujuan-tujuan psikososial yang utama yaitu membentuk sifat-sifat kemanusiaan dalam diri mereka, stabilisasi kepribadian dan tingkah laku, kemampuan menjalin hubungan secara akrab dan harga diri. Menurut Jacinta (2001), level dan kestabilan harga diri pada anak ternyata memiliki korelasi yang kuat dengan hasil persepsi mereka terhadap berbagai aspek yang terkait dalam hubungan komunikasi orangtua dengan anak, anak-anak dengan harga diri rendah melaporkan bahwa orangtuanya lebih banyak mengkritik, mengawasi dengan ketat, dan kurang menghargai perilaku-perilaku positif yang dilakukan anaknya dalam rentang waktu yang cukup lama dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki harga diri tinggi. Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat harga diri yang tinggi pada anak binaan di LSK Bina Bakat Surakarta, ditunjukkan dengan mean empirik sebesar 60,97. Dukungan sosial keluarga dan persepsi terhadap status sosial ekonomi mampu memberikan kontribusi terhadap harga diri 38% sisanya sebesar 62% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain di luar dukungan sosial keluarga dan persepsi terhadap status sosial ekonomi. Sumbangan efektif dukungan sosial keluarga terhadap harga diri adalah sebesar 34,68% dan sumbangan efektif persepsi terhadap status sosial ekonomi terhadap harga diri adalah sebesar 3,58%. Selain dukungan sosial keluarga dan persepsi terhadap status sosial ekonomi, harga diri disebabkan oleh faktor-faktor lain. Menurut Bradshaw (1981) faktor yang mempengaruhi harga diri adalah prestasi yang tampak, pengaruh kontrol personal dan pengaruh situasi atau orang lain dalam kehidupan individu, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengalaman berdasarkan penilaian dan perlakuan orang lain terhadap dirinya, konsistensi berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku. Hasil pengujian secara parsial, dukungan sosial keluarga dengan harga diri menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara dukungan sosial keluarga dengan harga diri pada anak binaan di LSK Bina Bakat Surakarta, yang ditunjukkan dengan hasil koefisien korelasi R=0,441, p= 0,002 (p<0,05), dan nilai t hitung 3,434 lebih besar dari t tabel 1,688. Anak binaan yang kurang mendapat dukungan sosial keluarga akan mengakibatkan harga diri yang rendah, dan sebaliknya apabila dukungan sosial keluarga yang diterima anak binaan tersebut tinggi akan mengakibatkan meningkatnya harga diri. Kenaikan pada tingkat dukungan sosial keluarga diikuti pula oleh meningkatnya harga diri, begitu pula penurunan tingkat dukungan sosial keluarga menyebabkan penurunan pula pada tingkat harga diri. Pada penelitian kali ini rata-rata subjek secara umum memiliki tingkat dukungan sosial keluarga yang sedang, berdasarkan mean empirik sebesar 69,14. Hasil tersebut sesuai dengan pendapat Tambunan (2001), bahwa yang mempengaruhi perkembangan harga diri adalah hubungannya dengan orang lain, terutama significant others seperti orang tua, saudara kandung dan teman-teman dekat. Menurut pendapat Effendy (1999) seseorang yang memperoleh dukungan sosial yang tinggi mengalami hal yang positif dalam kehidupannya, mempunyai harga diri yang lebih tinggi, dan mempunyai pandangan lebih optimis terhadap kehidupannya dibandingkan dengan orang lain yang mendapat dukungan sosial yang rendah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hasil pengujian secara parsial persepsi terhadap status sosial ekonomi dengan harga diri menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara persepsi terhadap status sosial ekonomi dengan harga diri pada anak binaan di LSK Bina Bakat Surakarta, yang ditunjukkan dengan hasil koefisien korelasi R=0,066 dan nilai p=0,588 (p>0,05) serta didapatkan nilai t hitung 0,547 lebih kecil dari t tabel 1,668. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya persepsi terhadap status sosial ekonomi yang tinggi pada anak binaan tidak berhubungan secara signifikan dengan harga diri. Kenaikan atau penurunan persepsi terhadap status sosial ekonomi tidak diikuti dengan kenaikan atau penurunan tingkat harga diri secara signifikan. Subjek dalam penelitian ini secara umum mempunyai tingkat persepsi terhadap status sosial ekonomi sedang, berdasarkan mean empirik sebesar 81,08. Friedman (1992) menyatakan bahwa status ekonomi adalah sebuah komponen kelas sosial yang mengacu pada tingkat pendapatan keluarga dan sumber pendapatan. Dalam hal ini yang dimaksudkan dengan status sosial ekonomi merupakan keadaan individu apa adanya, fakta yang berhubungan dengan tingkat pendapatan dan sumber pendapatannya serta benar-benar terjadi pada individu bersangkutan, misalnya seperti jumlah pendapatan, uang yang dimiliki, dan kondisi rumah beserta isinya,
bukan apa yang dipikirkan, dirasakan dan
dilakukan individu. Sobur (2003) menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan sifat penting yang mempengaruhi persepsi, beberapa telaah menunjukkan bahwa individu yang lebih ikhlas menerima kenyataan diri akan lebih tepat menyerap sesuatu, daripada individu lain yang kurang ikhlas menerima realitas dirinya. Sesuai pendapat di atas bahwa individu yang menerima dengan ikhlas keadaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
status sosial ekonominya akan mempengaruhi individu tersebut dalam memandang status sosial ekonominya. Individu yang secara materi kekurangan belum tentu menganggap dirinya sendiri kekurangan, bisa jadi dia menganggap hidupnya sudah lebih dari cukup, hal tersebut juga akan mempengaruhi harga diri individu yang bersangkutan. Secara umum, hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara dukungan sosial keluarga dan persepsi terhadap status sosial ekonomi dengan harga diri pada anak binaan di LSK Bina Bakat Surakarta. Penelitian ini memiliki kelemahan dan keterbatasan, antara lain hanya dapat digeneralisasikan secara terbatas pada populasi penelitian saja, sedangkan penerapan penelitian untuk populasi yang lebih luas dengan karakteristik yang berbeda, memerlukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan atau menambah variabel-variabel lain yang belum disertakan dalam penelitian ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1.
Dukungan sosial keluarga dan persepsi terhadap status sosial ekonomi secara bersama-sama mempunyai hubungan positif yang signifikan dengan harga diri pada anak binaan di LSK Bina Bakat Surakarta. Hasil tersebut menandakan bahwa hipotesis pertama dalam penelitian ini diterima.
2.
Ada hubungan positif yang signifikan antara antara dukungan sosial keluarga dengan harga diri pada anak binaan di LSK Bina Bakat Surakarta, artinya semakin tinggi dukungan sosial keluarga yang dimiliki, maka harga diri yang dirasakan semakin tinggi dan sebaliknya semakin rendah dukungan sosial keluarga yang dimiliki, maka harga dirinya semakin rendah. Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis kedua diterima.
3.
Tidak ada hubungan antara antara persepsi terhadap status sosial ekonomi dengan harga diri pada anak binaan di LSK Bina Bakat Surakarta. Berdasar pada hasil tersebut, maka hipotesis ketiga pada penelitian ini ditolak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Saran Berdasar pada hasil yang telah didapatkan dari penelitian ini, dapat diberikan saran antara lain:
1.
Bagi anak binaan yang dibina di rumah binaan Anak binaan yang dibina di rumah binaan mampu mempertahankan dan meningkatkan harga dirinya, misalnya dengan memanfaatkan dukungan sosial keluarga yang telah diperoleh dengan sebaik-baiknya.
2.
Bagi pengurus rumah binaan Bagi pengurus rumah binaan untuk lebih memaksimalkan fungsi dari keluarga anak binaan, misalnya peran keluarga untuk memenuhi kebutuhankebutuhan setiap individu yang ada dalam keluarga dan fungsi ekonomis yaitu keluarga berfungsi untuk mengatur antara pendapatan dan pengeluaran untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga anak binaan tidak perlu lagi berkeliaran dan mencari nafkah di jalanan.
3.
Bagi peneliti lain Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penulisan dengan tema yang sama, disarankan untuk meningkatkan kualitas penulisan lebih lanjut, diharapkan lebih memperluas ruang lingkup. Misalnya dengan memperluas populasi atau mencermati faktor-faktor lain yang diduga turut berperan dan mempengaruhi harga diri pada anak binaan, misalanya seperti prestasi yang tampak, pengaruh kontrol personal dan pengaruh situasi atau commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
orang lain, pengalaman berdasarkan penilaian dan perlakuan orang lain terhadap dirinya, konsistensi berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku.
commit to user