HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN STRES PADA PETANI LANSIA DI KELOMPOK TANI TEMBAKAU KECAMATAN SUKOWONO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI
Oleh Arum Cahya Intani NIM 092310101003
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2013
HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN STRES PADA PETANI LANSIA DI KELOMPOK TANI TEMBAKAU KECAMATAN SUKOWONO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah syarat untuk menyeleaikan Program Studi Ilmu Keperawatan ( S1 ) dan mencapai gelar Sarjana Keperawatan
Oleh Arum Cahya Intani NIM 092310101003
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2013
SKRIPSI
HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN STRES PADA PETANI LANSIA DI KELOMPOK TANI TEMBAKAU KECAMATAN SUKOWONO KABUPATEN JEMBER
oleh Arum Cahya intani NIM 092310101003
Pembimbing
Dosen Pembimbing Utama
: Ns.Tantut Susanto, M.Kep,.Sp.Kep.Kom
Dosen Pembimbing Anggota
: Ns.Nurfika Asmaningrum, M.Kep
iii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk : 1. Ibunda Timawah, ayahanda Suyatno dan adikku Ayu yang selalu memberikan motivasi, doa, harapan dan dukungan yang tiada henti demi tercapainya cita-citaku dan masa depan yang lebih baik.; 2. Guru-guruku tercinta di TK ABA Sumberasri, SD Muhammadiyah 15 Sumberasri, SMP Negeri I Purwoharjo dan SMA Negeri I Genteng yang telah membimbing dan memberikan banyak ilmu pengetahuan yang dapat bermanfaat bagi masa depanku kelak; 3. Almamater Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember dan seluruh dosen yang saya sayangi dan banggakan.
iv
MOTO
Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan kita tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kita jatuh. (Muhammad Ali)
Hai orang-orang beriman, jadikanlah sabar dan shalatmu sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Al-Baqarah :153) *)
*)
Departemen Agama Republik Indonesia. 1998. Al-Qur’an dan Terjemahan. Semarang: PT Kumudasmoro Grafindo
v
PERNYATAAN Saya yang bertandatangan di bawah ini: nama
: Arum Cahya Intani
NIM
: 092310101003
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “Hubungan Beban Kerja dengan Stres pada Petani Lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember” adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali jika dalam pengutipan substansi disebutkan sumbernya, dan belum pernah diajukan pada institusi manapun, serta bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar
Jember, 6 Oktober 2013 Yang menyatakan,
Arum Cahya Intani NIM 092310101003
vi
PENGESAHAN
Skripsi berjudul “Hubungan Beban Kerja dengan Stres pada Petani Lansia di Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember” telah diuji dan disahkan oleh Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember pada: hari
: Jum’at
tanggal
: 27 September 2013
tempat
: Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember Tim Penguji Ketua,
Hanny Rasni, S.Kp., M. Kep. NIP 19761219 200212 2 003 Anggota I,
Anggota II,
Ns. Tantut Susanto, M. Kep., Sp. Kep. Kom NIP 119800105 200604 1 004
Ns. Nurfika Asmaningrum, M. Kep. NIP 19800112 20091 2 002
Mengesahkan Ketua Program Studi,
dr. Sujono Kardis, Sp. KJ. NIP 19490610 198203 1 001
vii
Hubungan Beban Kerja dengan Stres pada Petani Lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember Jawa Timur (The Relation of Workload and Stress at Elderly Farmers in Tobacco Farmer Groups Sukowono Subdistrict Jember District, East Java)
Arum Cahya Intani Nursing Science Study Program, University of Jember ABSTRACT Workload is one of important factor that can give effects of stress in tobacco elderly farmers to engange in tobacco farming. Tobacco elderly farmers Workload is related to tobacco farming. High work demands can increase work accidents for elderly farmers and mental stress disorders in elderly tobacco farmers. The goal of this research is an analyzing of relation between workload and stress at elder farmers in Tobacco Farmers Group Sukowono Subdistrict Jember District. The kind of this research is observasional analitic by using cross sectional study. Method of collecting sample is multistage random sampling with 92 repondents in Tobacco Farmers Group Sukowono Subdistrict. Analyzing of data uses simple linier regression and the result of statistical test shows point p= 0.0001. There was significant relation between workload and stress at elderly farmers in Tobacco Farmers Group Sukowono Subdistrict Jember District.Workload score of elderly farmers was on average 44.51,so it caused stress score of elderly farmers was on average 48.12. Workload contributed 27,8 to the occurence of stress on elderly farmer. It shows that the roles of the Occupational Health Nursing in agriculture should be improved by socializing stress management through progressive relaxation and the establishment of health care system at Tobacco Farmers Group Sukowono Subdistrict Jember District. Keywords : Workload, Stress, Elderly Farmers, Agriculture.
viii
RINGKASAN
Hubungan Beban Kerja dengan Stres pada Petani Lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember: Arum Cahya Intani, 092310101003; 2013: 119 halaman; Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember.
Beban kerja merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi stres pada petani lansia tembakau dalam melakukan usaha tembakau. Beban kerja petani lansia tembakau berhubungan dengan kegiatan dalam usaha tani tembakau yang menuntut ketelitian dan memiliki tuntutan kerja yang terlalu memberatkan petani lansia. Tuntutan kerja yang tinggi dan jam kerja yang panjang dapat meningkatkan kecelakaan kerja bagi petani lansia dan juga gangguan mental stres pada petani lansia tembakau. Studi pendahuluan yang telah dilakukan pada 10 petani lansia di kelompok tani tembakau Kecamatan Sukowono diperoleh bahwa semua petani lansia tembakau yang mengalami gejala-gejala stres kerja. Hal ini dapat terlihat dengan adanya keluhan-keluhan sulit tidur, merasa khawatir akan pekerjaannya, mudah tersinggung, merasa tertekan, sulit konsentrasi dan mudah lelah. Hal ini dapat terjadi adanya ketimpangan antara usaha yang dilakukan dengan hasil panen yang didapatkan dalam melakukan usaha tani tembakau. Hal ini merupakan gejala-gejala stres. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan hubungan beban kerja dengan stres pada petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember. Jenis penelitian observasional analitik dengan menggunakan studi secara cross sectional. Teknik pengambilan sampel dengan teknik : multistage random sampling dan didapatkan jumlah sampel penelitian sebanyak 92 responden di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono. Alat pengumpul data pada penelitian ini terdiri dari lembar kuesioner untuk beban kerja petani lansia dan stres petani lansia. Analisis data menggunakan regresi linier sederhana.
ix
Hasil analisis menunjukkan bahwa skor beban kerja petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Jember rata-rata sebesar 44.51. Data beban kerja petani lansia diketegorikan berdasarkan cut of point data dilakukan untuk mempermudah interpretasi data menjadi beban kerja rendah untuk responden yang memiliki skor < 44.51 dan beban kerja tinggi untuk responden yang memiliki skor ≥ 44.51. Skor stres petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Jember rata-rata sebesar 48.12. Data beban kerja petani lansia diketegorikan berdasarkan cut of point data dilakukan untuk mempermudah interpretasi data menjadi stres ringan untuk responden yang memiliki skor < 48.12 dan stres berat untuk responden yang memiliki skor ≥ 48.12. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p= 0.0001. Ha diterima jika Ho ditolak, dimana Ho ditolak jika nilai p ≤ α, 0,001 ≤ 0,05. Hasil analisis statistik didapatkan bahwa ada hubungan signifikan antara beban kerja dengan stres pada petani lansia di Kelompok Tani Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember. Nilai koefisien dengan determinasi 0,278 artinya beban kerja dapat berkontribusi 27,8% terhadap besar stres yang dialami oleh petani lansia. Beban yang terlalu besar yang dimiliki oleh petani lansia tembakau ini dapat mengakibatkan adanya gangguan mental, stres. Stres yang dialami oleh petani
lansia
yang
terlalu
tinggi
dan
berkepanjangan
menyebabkan
manifestasi/gejala, baik yang bersifat fisik ataupun psikis. Manifestasi/gejala yang muncul pada petani lansia dapat menggambarkan keadaan fisik ataupun psikis lansia. Upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir penyakit akibat kerja adalah dengan meningkatkan fungsi perawat Occupational health Nursing (OHN) bagi petani lansia di tempat kerja. Tindakan tersebut mencakup tiga tindakan utama yang meliputi melakukan pengenalan, evaluasi dan pengendalian lingkungan kerja. Tindakan tersebut dapat menjamin terlaksananya keamanan dan kesehatan pekerja tani, khususnya yang berusia lansia dan derajat kesehatan juga meningkat.
x
PRAKATA Puji Syukur Allah SWT atas segala rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Hubungan Beban Kerja dengan Stres pada Petani Lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember”. Skripsi ini disusun sebagai langkah awal untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mencapai gelar sarjana keperawatan di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember. Penulis menyadari bahwa penyusunan proposal skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Penulis menyampaikan terimakasih kepada : 1. Dr. Sujono Kardis, Sp.KJ., selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember; 2. Ns.Tantut Susanto, M.Kep,.Sp.Kep.Kom, selaku dosen pembimbing utama, Ns.Nurfika Asmaningrum, M.Kep, selaku dosen pembimbing anggota dan Hanny Rasni, S.Kp., M.Kep. yang telah memberi bumbingan, arahan dan petunjuk demi kesempurnaan skripsi ini; 3. Ns Roymond H. Simamora, M.Kep, selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberi arahan dan motivasi selama menempuh studi di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember; 4. Seluruh dosen, Staf dan karyawan Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember yang telah memberi dukungan; 5. Kepala Dinas Pertanian Kebupaten Jember, Kepala UPT Pertanian II Sumberjambe, Penyuluh Tani Kecamatan Sukowono dan Sumberjambe, Ketua Kelompok Tani Kecamatan Sukowono dan Sumberjambe, Kepala BAKESBANGPOL yang telah membantu dalam proses perijinan uji validitas dan reliabulitas, serta proses penelitian; 6. Ibunda dan ayahanda , serta adikku yang selalu memberikan motivasi dan semangat demi ters elesainya skripsi ini; 7. Seseorang yang selalu setia memberikan dukungan dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini; xi
8. Semua mahasiswa PSIK, khususnya angkatan 2009 yang telah memberikan dukungan dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini; 9. Pihak-pihak lain yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menerima segala saran dan kritik demi kesempurnaan proposal skripsi ini. Penulis berharap semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua
Jember, Oktober 2013
Penulis
xii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN SAMPUL .................................................................................
i
HALAMAN JUDUL ....................................................................................
ii
HALAMAN PEMBIMBINGAN ..................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................
iv
HALAMAN MOTO .....................................................................................
v
HALAMAN PERNYATAAN .......................................................................
vi
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... vii ABSTRACT.................................................................................................... viii RINGKASAN ...............................................................................................
ix
PRAKATA .................................................................................................
xi
DAFTAR ISI ................................................................................................ xiii DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xix DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xx BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................
1
1.1 Latar Belakang .........................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................
8
1.3 Tujuan .......................................................................................
8
1.3.1 Tujuan Umum ...................................................................
8
1.3.2 Tujuan Khusus ..................................................................
8
1.4 Manfaat .....................................................................................
9
1.4.1 Manfaat Bagi Pendidikan ...................................................
9
1.4.2 Manfaat Bagi Pelayanan Kesehatan ....................................
9
1.4.3 Manfaat Bagi Keperawatan Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) di Bidang Pertanian ............................................................
9
1.4.4 Manfaat Bagi Masyarakat .................................................. 10
xiii
1.4.5 Manfaat Bagi Peneliti......................................................... 10 1.5 Keaslian Penelitian ..................................................................... 10 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 12 2.1 Beban Kerja .............................................................................. 12 2.1.1 Definisi Beban Kerja ........................................................ 12 2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja .......................... 13 2.1.3 Indikator Pengukuran Beban Kerja ................................... 14 2.1.4 Dampak Beban Kerja ....................................................... 14 2.1.5 Penilaian Beban Kerja ...................................................... 16 2.2 Stres Lansia ................................................................................ 17 2.2.1 Lansia ............................................................................... 17 2.2.1.1 Definisi Lansia ................................................................ 17 2.2.1.2 Batasan Lansia ................................................................ 18 2.2.1.3 Tipe-Tipe Lansia .............................................................. 18 2.2.1.4 Perubahan Psikososial ..................................................... 21 2.2.2
Stres Lansia...................................................................... 24
2.2.2.1 Definisi Stres Lansia ........................................................ 24 2.2.2.2 Tahapan Stres Lansia ....................................................... 25 2.2.2.3 Faktor Penyebab Stres Lansia ........................................... 28 2.2.2.4 Gejala Stres Lansia ........................................................... 28 2.2.2.5 Indikator Pengukuran Stres Lansia ................................... 29 2.2.2.6 Dampak Stres lansia ......................................................... 30 2.2.2.7 Upaya penanggulangan Stres Lansia ................................. 34 2.3 Keperawatan Kesehatan Kerja (K3) ....................................... 36 2.3.1 OHN (Occupational Health Nursing) ................................ 36 2.3.1.1 Definisi OHN (Occupational Health Nursing) ................. 36 2.3.1.2 Tujuan OHN (Occupational Health Nursing) .................. 37 2.3.1.3 Penyakit Akibat Kerja ...................................................... 38 2.3.1.4 Fungsi dan Tugas Perawat dalam OHN (Occupational Health Nursing) ............................................................................ 39 2.3.1.5 Penanggulangan Penyakit Akibat Pertanian ...................... 40
xiv
2.3.2 Pertanian ............................................................................ 41 2.3.2.1 Definisi Pertanian .............................................................. 41 2.3.2.2 Karakteristik Pertanian ...................................................... 42 2.3.2.3 Dampak Akibat Pertanian .................................................. 43 2.3.3 Kelompok Tani ................................................................. 45 2.3.3.1 Definisi Kelompok Tani .................................................... 45 2.3.3.2 Kegiatan Kelompok Tani................................................... 46 2.4 Hubungan Beban Kerja dengan Stres pada Petani Lansia ...... 47 2.5 Kerangka Teori ........................................................................ 49 BAB 3. KERANGKA KONSEPTUAL ....................................................... 50 3.1 Kerangka Konseptual ................................................................ 50 3.3 Hipotesis Penelitian .................................................................... 51 BAB 4. METODE PENELITIAN................................................................. 52 4.1 Jenis Penelitian ......................................................................... 52 4.2 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................ 53 4.2.1 Populasi ........................................................................... 53 4.2.2 Sampel ............................................................................. 53 4.2.3 Kriteria sampel .................................................................. 56 4.3 Lokasi Penelitian ........................................................................ 56 4.4 Waktu Penelitian ....................................................................... 57 4.5 Definisi Operasional .................................................................. 57 4.6 Pengumpulan data ..................................................................... 58 4.6.1 Sumber Data ..................................................................... 58 4.6.2 Teknik Pengumpulan Data ................................................ 58 4.6.3 Alat Pengumpulan Data .................................................... 60 4.6.4 Uji Validitas dan realibilitas .............................................. 63 4.7 Rencana Pengolahan Data .......................................................... 66 4.7.1 Editing .............................................................................. 66 4.7.2 Coding .............................................................................. 67 4.7.3 Processing/Entry ............................................................... 68 4.7.4 Cleaning ........................................................................... 68
xv
4.7.5 Analisa Data ...................................................................... 68 4.8 Etika Penelitian ........................................................................... 73 BAB 5.HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 74 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ....................................................... 74 5.2 Hasil Penelitian ......................................................................... 78 5.3 Pembahasan ............................................................................... 89 5.4 Keterbatasan Penelitian ............................................................ 110 5.5 Implikasi Keperawatan ............................................................. 110 BAB 6.PENUTUP ........................................................................................ 111 6.1 Kesimpulan ................................................................................ 111 6.2 Saran ........................................................................................... 112 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 114 LAMPIRAN ................................................................................................. 120
xvi
DAFTAR TABEL Halaman
4.1
Sampel Penelitian .................................................................................. 55
4.2
Definisi operasional ............................................................................... 57
4.3
Ukuran Penilaian untuk Skala Likert ...................................................... 60
4.4
Blue Print favorable dan Unfavorable Kuesioner Beban Kerja ............. 61
4.5
Blue Print Favorable dan Unfavorable Kuesioner Stres Petani Lansia ... 62
4.6
Kriteria Validitas Instrumen ................................................................... 65
5.1
Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember Bulan September 2013 .......... 78
5.2
Distibusi Menurut Umur di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember Bulan September 2013 ............................ 79
5.3
Distribusi Responden Menurut Agama di Kelompok Tabi Tembakau Kecamatan sukowono Kabupaten Jember Bulan September 2013 .......... 79
5.4
Distribusi Responden Menurut Beban Kerja Petani Lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember Bulan September 2013 ...................................................................................................... 80
5.5
Distribusi Responden Menurut Beban Kerja Petani Lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan sukowono Kabupaten Jember Bulan September 2013 ...................................................................................................... 80
5.6
Distribusi Responden Menurut Indikator Beban Kerja dan Tingkatan Beban Kerja pada Petani Lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember Bulan September 2013 ............................ 81
5.7
Distribusi Responden Menurut Stres pada Petani Lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember Bulan September 2013 .............................................................................................................. 84
5.8
Distibusi Responden Menurut Stres pada Petani Lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember Bulan September 2013 .............................................................................................................. 84 xvii
5.9
Distribusi Responden Menurut Indikator Stres dan Tingkatan Stres pada Petani Lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember Bulan September 2013 ............................................. 85
5.10 Analisis Korelasi dan Regresi Fungsi Beban Kerja dengan Stres pada Petani Lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember Bulan September 2013 .............................................................. 87
xviii
DAFTAR GAMBAR Halaman
4.1 Skema Multistage Random Sampling Kecamatan Sukowono .................... 55
xix
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran A. Lembar Informed Consent ................................................................... 120 Lampiran B. Kuesioner Karakteristik Responden ...................................................... 122 Lampiran C. Kuesioner Beban Kerja Petani Lansia ................................................... 123 Lampiran D. Kuesioner Stres Petani Lansia ............................................................... 126 Lampiran E. Data Mentah ........................................................................................ 129 Lampiran F. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ....................................................... 132 Lampiran G. Hasil Analisis data ................................................................................ 137 Lampiran H. Dokumentasi ........................................................................................ 144 Lampiran I. Surat Rekomendasi ................................................................................ 146 Lampiran J. Surat Ijin ............................................................................................. 147
xx
BAB 1.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Keperawatan keselamatan dan kesehatan kerja (Occupational health nursing) adalah keperawatan yang berfokus pada promosi, perlindungan dan rehabilitasi kesehatan pekerja dalam konteks lingkungan kerja yang kondusif, serta pencegahan penyakit dan cedera yang berhubungan dengan pekerjaan. Keperawatan keselamatan dan kesehatan kerja mempunyai ruang lingkup yang meliputi interpretasi dan evaluasi riwayat medis pekerja, memberikan perawatan pasien secara langsung, manajemen kasus dan perawatan primer untuk penyakit akibat kerja dan non-kerja dan cedera, kesehatan penilaian bahaya, analisis dan melakukan pengelolaan penyakit akibat kerja dan cedera. Keperawatan keselamatan dan kesehatan kerja telah dikembangkan dan diterapkan dalam berbagai bidang pertanian (Effendi, 2009). Keperawatan keselamatan dan kesehatan kerja di bidang pertanian berfokus pada promosi, pencegahan penyakit akibat pertanian dan rehabilitasi bagi petani untuk mewujudkan lingkungan kerja yang kondusif bagi petani. Keperawatan keselamatan dan kesehatan kerja di bidang pertanian mempunyai kegiatan utama yang meliputi identifikasi dan pencegahan penyakit yang berhubungan dengan akibat pertanian. Keperawatan keselamatan dan kesehatan kerja di bidang pertanian menggunakan metode surveilans yang berbasis kasus yang menjadi dasar dalam identifikasi faktor risiko kerja dan program yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan derajat kesehatan petani (Oakley, 2008).
1
2
Pertanian merupakan kegiatan manusia yang menyangkut proses produksi menghasilkan bahan-bahan kebutuhan manusia baik yang berasal dari tumbuhan maupun hewan yang disertai dengan usaha untuk memperbaharui, mengembangan, dan mempertimbangkan faktor ekonomi. Proses produksi pertanian ini berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan individu yang digambarkan melalui kebutuhan-kebutuhan individu sebagai petani. Faktor ekonomi perlu dipertimbangkan juga dikarenakan dapat berpengaruh pada pelaksanaan upaya produksi pertanian. Pertanian dipengaruhi oleh empat faktor produksi, yaitu alam, tenaga kerja, modal, dan pengelolaan. Faktor alam dan tenaga kerja sering disebut dengan faktor primer. Faktor modal dan pengelolaan disebut dengan faktor sekunder. Faktor-faktor tersebut saling berkaitan dan tidak dapat terpisahkan satu sama lain (Suwandari, 2006). Tenaga kerja di sektor pertanian mencapai 41,20 Juta jiwa atau sekitar 43,4% dari jumlah total penduduk Indonesia. Angka tersebut mengalami kenaikan sebesar 4,76% atau sebesar 1,9 juta dibandingkan Agustus 2011. Indonesia menempati urutan ke 3 dunia setelah China (66% ) dan India (53,2%). Hal ini menunjukan bahwa rata-rata mata pencaharian masyarakat Indonesia adalah sebagai petani ( Badan Pusat Statistik, 2012). Petani merupakan masyarakat yang mempunyai peranan penting dalam proses usaha tani untuk membuat keputusan yang otonom dan tepat mengenai proses usaha tani secara eksistensial untuk menghasilkan hasil panen yang diinginkan. Petani memegang dua peranan penting yang berhubungan dengan usaha bertani yang meliputi peran sebagai juru tani (cultivator) dan pengelola.
3
Petani sebagai juru tani mempunyai tugas untuk memelihara tanaman untuk mendapatkan hasil panen yang diinginkan dan bermanfaat. Petani sebagai pengelola mempunyai tugas untuk menentukan jenis tanaman yang akan diusahakan dan sarana produksi, serta merancang biaya modal yang harus dikeluarkan untuk usaha tani. Petani sebagai pengelola harus mempunyai ketrampilan, pendidikan, dan pengalaman yang akan berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan dalam usaha tani (Nasoetion, 2002). Upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan petani adalah pembentukan kelompok tani. Kelompok tani merupakan kumpulan petani yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban. Kelompok tani bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Seluruh anggota kelompok tani memiliki tujuan, minat, dan motif yang sama untuk mencapai tujuan yang sama. Kelompok tani masih belum bisa berjalan secara optimal. Hal yang menyebabkan adalah akses yang rendah terhadap informasi pasar dibandingkan dengan pelaku usaha lainnya yang mengakibatkan harga yang diterima petani tidak menguntungkan. Akses petani terhadap informasi teknologi, penguasaan dan pemanfaatan teknologi sumber daya lainnya masih sangat terbatas, serta mayoritas kelompok tani yang sudah terbentuk kurang memenuhi standart umur yang telah ditentukan dikarenakan masih terdapat anggota kelompok tani yang berusia lebih dari 65 tahun yang sering disebut dengan usia lansia. Hal tersebut mengakibatkan produktifitas, efesiensi dan daya saing usaha petani menjadi rendah (Departemen Pertanian, 2008).
4
Kelompok tani tembakau memiliki tujuan dan motif yang sama dalam melakukan suatu kegiatan usaha tani tembakau bersama. Kegiatan kelompok tani tembakau meliputi proses penanaman, pemeliharaan, pengairan, penyulaman, penyiangan, pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama, panen, dan pasca panen. Proses penanaman tembakau ini tergantung pada cara budidaya, lokasi tanam, musim atau cuaca, dan cara pengolahan dikarenakan masa tanam tembakau ini 4 bulan dalam setahun. Upaya pemeliharaan tembakau ini dilakukan kegiatan yang meliputi penyiraman, penyulaman, pembumbunan, pemupukan, pemangkasan, dan pemetikan. Upaya pengairan pada tembakau dilakukan setiap hari, yaitu pagi dan sore hari yang diberikan pada tanaman tembakau secukupnya. Upaya penyulamam dilakukan setelah tanaman tembakau seminggu ditanam. Upaya penyiangan dapat dilakukan setiap 3 minggu. Usaha pemupukan tanaman tembakau menggunakan pupuk yang tepat berupa pupuk organik dan anorganik (N, P dan K) (Departemen Pertanian, 2008). Permasalahan yang dialami oleh petani lansia dalam kelompok tani tembakau ini, meliputi tidak ada keringanan tuntutan kerja pada petani lansia dalam pertanian tembakau dengan lama kerja 7 jam/hari. Hal ini dapat meningkatkan kecelakaan kerja pada petani lansia dan menyebabkan suatu beban kerja yang besar bagi petani lansia untuk melakukan usaha dalam pertanian tembakau. Resiko penyakit akibat kerja mengancam kesehatan petani lansia yang meliputi penyakit kardiovaskuler, keracunan pestisida, dan gangguan mental stres (Susanto, 2006).
5
Beban kerja petani lansia tembakau lebih mengarah pada kemampuan petani lansia untuk melaksanakan semua kegiatan dalam usaha tani tembakau yang harus dilakukan dengan teliti. Hal ini juga ditunjang dengan permasalahan yang dihadapi petani lansia, yaitu tidak ada keringanan tuntutan kerja bagi petani lansia dengan jam kerja 7 jam/hari dan resiko penyakit akibat kerja yang mengancam kesehatan petani lansia dalam melakukan usaha tani tembakau. Hal tersebut menjadi tuntutan kerja bagi petani lansia tembakau. Tuntutan kerja yang terlalu overload dapat menyebabkan beban kerja dan gangguan mental stres pada petani lansia tembakau (Soekartawi, 2005). Stres petani lansia tembakau dipengaruhi oleh beban kerja dalam usaha tani tembakau. Beban kerja petani lansia tembakau berhubungan dengan kegiatan dalam usaha tani yang menuntut ketelitian dan tuntutan kerja yang terlalu memberatkan petani lansia. Tuntutan yang berupa pekerjaan yang terlalu berat dan jam kerja yang panjang dapat meningkatkan kecelakaan kerja bagi petani lansia dan juga gangguan mental stres pada petani lansia tembakau (Siswanto, 2007). Petani lansia yang berusia lebih dari 55 tahun memiliki resiko traumatik dan gangguan mental stres sebesar 54,40%, sedangkan petani yang berusia kurang dari 54 tahun memiliki resiko traumatik dan gangguan mental stres sebesar 36,70%. Hal ini mengindikasikan bahwa petani lansia beresiko tinggi untuk mengalami kejadian traumatik dan gangguan mental stres yang dapat disebabkan oleh tuntutan kerja dalam usaha tani yang dimiliki oleh petani lansia dan resiko penyakit akibat kerja (International Labour Organization, 2012).
6
Beban kerja pada petani lansia tembakau tergantung pada tuntutan kerja yang ditunjukan dengan jam kerja 7 jam/hari tanpa ada keringanan dalam melakukan usaha tani tembakau mulai dari proses penanaman, pemeliharaan, pengairan, penyulaman, penyiangan, pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama, panen dan pasca panen. Ancaman resiko penyakit akibat kerja yang dapat merugikan petani lansia tembakau, terutama bahaya pestisida. Penyakit akibat kerja dapat berupa penyakit fisik, seperti sakit pinggang dan sakit kepala dan gangguan mental stres (Soekartawi, 2005). Stres pada petani lansia dipengaruhi oleh peran perawat keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di bidang pertanian kurang optimal, permasalahan dalam pertanian dan kebijakan yang keluarkan oleh pemerintah mengenai pertanian. Permasalahan yang kompleks dalam pertanian yang meliputi penetapan distribusi bibit yang tidak merata, kelompok tani yang tidak dapat berjalan dengan optimal, perubahan musim yang ekstrem dan kepemilikan lahan pertanian. Hal tersebut dipengaruhi oleh kebijakan dari dinas pertanian mengenai penetapan distribusi bibit dan optimalisasi kelompok tani. Permasalahan pertanian tersebut dapat menjadi tekanan yang besar bagi petani lansia dikarenakan dapat menghambat keberhasilan usaha tani yang dilakukan oleh petani lansia. permasalahan peran peran perawat keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di bidang pertanian yang kurang berjalan secara optimal juga dapat menjadi beban tambahan bagi petani dikarenakan promosi kesehatan diperlukan untuk dapat menambah pengetahuan petani lansia mengenai membentuk koping yang baik dan cara menjaga kesehatan petani lansia (Winarsunu, 2008).
7
Peran perawat keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di bidang pertanian perlu untuk ditingkatkan untuk peningkatan derajat kesehatan, baik secara fisik ataupun mental petani lansia tembakau. Peran yang harus dilaksanakan oleh perawat keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah promosi kesehatan dan pencegahan. Hal ini mempertimbangkan tuntutan kerja petani lansia tembakau tidak seimbang dengan kapasitas kemampuan dan status kesehatan yang dimiliki oleh petani lansia. keadaan tersebut dapat menyebabkan petani lansia sebagai individu yang rentan terhadap stres dan penyakit akibat kerja (Oakley, 2008). Studi pendahuluan yang telah dilakukan di Dinas Pertanian Kabupaten Jember didapatkan bahwa desa di Kecamatan Sukowono terdiri dari 12 Desa yang meliputi Desa Sukowono, Desa Sukokerto, Desa Mojogemi, Desa Sumberwringin, Desa Balet Baru, Desa Sumber waru, Desa Sukosari, Desa Sukorejo, Desa Arjasa, Desa Sumberdanti, Desa Dawuhan Mangli, dan Desa Pocangan. Jumlah keseluruhan kelompok tani di Kecamatan Sukowono sebanyak 64 kelompok tani tembakau. Studi pendahuluan yang telah dilakukan pada 10 petani lansia di kelompok tani tembakau Kecamatan Sukowono diperoleh bahwa semua petani lansia tembakau yang mengalami gejala-gejala stres kerja. Hal ini dapat terlihat dengan adanya keluhan-keluhan sulit tidur, merasa khawatir akan pekerjaannya, mudah tersinggung, merasa tertekan, sulit konsentrasi dan mudah lelah. Hal ini dapat terjadi karena adanya ketimpangan antara usaha yang dilakukan dengan hasil panen yang didapatkan dalam melakukan usaha tani tembakau. Hal ini merupakan gejala-gejala stres.
8
Berkaitan dengan permasalahan diatas, peneliti perlu mengkaji tentang hubungan antara beban kerja dengan stress pada petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember agar dapat mengidentifikasi tentang stres, dan beban kerja, serta arah hubungan beban kerja dengan stress pada petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember.
1.2 Perumusan masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara beban kerja dengan stress pada petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara beban kerja dengan stress pada petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi beban kerja pada petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember b. Mengidentifikasi stress pada petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember
9
c. Menganalisis hubungan antara beban kerja dengan stress pada petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi instituti Pendidikan Bagi instituti pendidikan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan referensi
bagi
penelitian
berikutnya
yang
berhubungan
dan
dengan
keperawatan kesehatan kerja, terutama di bidang pertanian. 1.4.2 Bagi Institusi pelayanan kesehatan Bagi instituti pelayanan kesehatan, khususnya di bidang kesehatan keselamatan kerja dapat meningkatkan kualitas pelayanan yang ditujukan kepada pekerja perusahaan ataupun pekerja pertanian. 1.4.3 Bagi keperawatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di bidang Pertanian Bagi keperawatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dapat dijadikan bahan rujukan baru untuk melakukan intervensi keperawatan kepada petani lansia mengenai manajemen stres dan mekanisme koping agar dapat menurunkan angka gangguan mental emosional dan angka kesakitan petani lansia pada Kelompok Tani Tembakau di Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember.
10
1.4.4 Bagi masyarakat Bagi masyarakat, khususnya pekerja di bidang pertanian dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu tentang cara bertani yang aman, sehingga dapat menurunkan angka kesakitan baik mental ataupun fisik, dan juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 1.4.5 Bagi peneliti Bagi peneliti dapat dijadikan sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman tentang teori dan praktik keperawatan kesehatan kerja di bidang pertanian, sehingga dapat membantu dalam meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja, terutama pada petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember.
1.5 Keaslian Penelitian Penelitian tentang beban kerja dan tingkat stres pada petani telah dilakukan sebelumnya oleh B. Sanne, A.Mykletun ,B.E.Moen,A.A.Dahl and G. S. Tell (2004) dengan judul ” Farmers are at risk for anxiety and depression: the Hordaland Health Study”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah Untuk memeriksa perbedaan tingkat kecemasan dan depresi antara petani dan nonpetani. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik (non eksperimental) menggunakan rancangan cross sectional, dengan uji (ANOVA) /Kruskal–Wallis test, χ2/Fisher’s exact test and regresi logistik. Populasi adalah pekerja usia 40-49 tahun, termasuk petani di Hordaland, Norwegia.
11
Alat ukur yang digunakan adalah Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS-A and HADS-D) dengan adalah 17.295 pekerja usia 40-49 tahun, termasuk 917 petani. Pengambilan sampel dilakukan dengan total sampling. Hasil penelitian yang didapat petani memiliki prevalensi depresi dan kecemasan yang lebih tinggi, khususnya petani laki-laki daripada non-petani. Faktor jam kerja lebih lama, pendapatan rendah, beban kerja yang lebih tinggi dan tingkat pendidikan juga dapat mempengaruhi tingkat depresi dan kecemasan pada petani. Umumnya petani memiliki beban kerja fisik yang berat dan tingkat pendidikan yang lebih rendah dibandingkan non-petani. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh B. Sanne, A.Mykletun, B.E.Moen,A.A.Dahl and G. S. Tell dengan penelitian ini adalah jenis, alat ukur, penelitian Observasional analitik (non eksperimental) menggunakan rancangan cross sectional. Perbedaan adalah analisis bivariat dengan menggunakan uji regresi linier sederhana dan judul penelitian ini adalah hubungan beban kerja dengan stress pada petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember. Populasi adalah petani lansia di kelompok tani tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember. Tujuan penelitian ini adalah untuk memprediksi arah hubungan antara beban kerja dengan stress pada petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember. Tempat penelitian di Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember. Waktu yang digunakan untuk penelitian adalah bulan Agustus 2013. Cara pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan jenis dari teknik cluster sampling yang lebih kompleks, yaitu: multistage random sampling.
BAB 2.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Beban Kerja 2.1.1 Definisi Beban Kerja Beban kerja merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk menyelesaikan suatu tuntutan pekerjaan yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Beban kerja ini tergantung pada besar tuntutan kerja, kemampuan fisik, dan kognitif yang dimiliki individu. Setiap beban kerja yang diterima oleh individu harus sesuai dan seimbang baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan kognitif maupun keterbatasan individu untuk menerima beban tersebut (Winarsunu, 2008). Beban kerja dapat dibagi menjadi beban kerja fisik dan mental. Beban kerja mental merupakan tingkat/taraf kesulitan dalam melaksanakan tugas yang berhubungan dengan kemampuan pekerja. Beban kerja mental yang tinggi menunjukan bahwa pekerja tidak mampu untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dikarenakan melampaui dari kemampuan yang dimiliki oleh pekerja. Beban kerja fisik menggambarkan jumlah pekerjaan yang haris diselesaikan oleh pekerja. Beban kerja fisik yang tinggi berarti pekerja harus menyelesaikan pekerjaan dalam jumlah yang terlalu banyak (Efendi, 2009).
12
13
2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja Beban kerja dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal, yaitu: a) Faktor eksternal Faktor eksternal yang berasal dari luar tubuh pekerja yang meliputi: 1) Organisasi Kerja Organisasi kerja meliputi jam kerja, waktu untuk istirahat, sift kerja, dan sistem kerja yang diterapkan di tempat kerja. 2) Lingkungan Kerja Lingkungan kerja juga dapat mempengaruhi beban kerja pekerja. Lingkungan kerja dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu lingkungan kerja fisik, kimiawi, dan psikologis. b) Faktor internal Faktor internal berasal dari reaksi tubuh yang terjadi terhadap stimulus yang diterima dan berpotensi menjadi stresor. Faktor internal meliputi: 1) Faktor somatis Faktor somatis ini meliputi jenis kelamin, status kesehatan, kepribadian, dan usia. 2) Faktor psikologi Faktor psikologis berhubungan dengan kemampuan kognitif, motivasi kerja, persepsi, kepercayaan, kepuasan kerja, dan pengalaman kerja (Tarwaka, 2004).
14
2.1.3 Indikator pengukuran Beban Kerja Indikator pengukuran variabel beban kerja merupakan landasan yang digunakan dalam mengukur beban kerja. Indikator beban kerja, antara lain: a) Sikap kerja Indikator lama kerja dapat menunjukan wujud dari sikap yang ditunjukan dalam menyelesaikan pekerjaanya. b) Waktu kerja dan istirahat Indikator ini menunjukan pengorganisasian waktu untuk melakukan dan menyelesaikan pekerjaan yang dimiliki. Organisasi waktu yang baik ditunjukan dengan waktu kerja dan waktu istirahat seimbang. Hal ini berdampak baik bagi kesehatan pekerja, terutama petani lansia. c) Faktor somatis Indikator ini menunjukan faktor yang menitikberatkan pada fungsi organ tubuh petani lansia. Faktor ini menentukan kapasitas kemampuan yang dimiliki oleh petani lansia untuk menyelesaikan pekerjaanya (Harrington, 2003).
2.1.4 Dampak Beban Kerja Dampak dari beban kerja dapat dilihat dari dua faktor, yaitu faktor yang berhubungan dengan pekerjaan dan faktor yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Faktor yang berhubungan dengan pekerjaan, yaitu bahaya kesehatan di tempat kerja dan lingkungan kerja. Faktor yang tidak berhubungan dengan beban kerja, yaitu pelayanan kesehatan kerja dan perilaku kerja (Efendi, 2009).
15
Mayoritas penyebab munculnya dampak beban kerja adalah perilaku dari pekerja yang kurang memperhatikan ergonomi (pengaturan situasi dalam lingkungan kerja). Faktor yang perlu diperhatikan dalam perencanaan ergonomi yang berhubungan dengan manusia adalah keterbatasan baik fisik ataupun mental yang dimiliki oleh manusia dan perbedaan keadaan fisik tiap orang berbeda. Jika faktor-faktor tersebut diabaikan dapat berdampak negatif pada kesehatan pekerja yang berupa keluhan-keluhan (symptom) sebagai indikasi keadaan sakit (Nurmianto, 2004). Keluhan (symptom) merupakan indikasi keadaan sakit dalam diri pekerja yang berhubungan dengan kondisi tempat kerja. Keluhan ini juga bisa menjadi manifestasi dari stres pada tubuh maupun pikiran pekerja. Manifestasi yang ditimbulkan oleh tiap orang berbeda (Winarsunu, 2008). Keluhan (symptom) dapat dibagi menjadi dua, yaitu keluhan fisik dan mental. Keluhan fisik berkaitan dengan keadaan sakit pada bagian tubuh tertentu yang meliputi leher, bahu, siku, tangan, punggung atas, punggung bawah, pinggul, lutut, pergelangan kaki dan kaki. Keluhan mental berkaitan dengan psikis pekerja yang dapat berupa merasa lelah yang berlebihan, tidak bergairah setelah mendapatkan krisis, merasa tertekan, sulit tidur, gelisah, sakit kepala, denyut jantung meningkat dan gangguan pencernaan (Tarwaka, 2004). Keluhan mental yang diakibatkan karena beban kerja yang berlebihan dan kejenuhan kerja dapat memicu stres pada pekerja. Keadaan stres pada pekerja dapat mengakibatkan beberapa respon fisik dan sosial pada pekerja. Respon tersebut, yaitu keletihan dan penurunan interaksi sosial (Jeyaratnam, 2010).
16
Keletihan merupakan salah satu respon fisik yang muncul ketika tubuh mendapatkan beban kerja yang melebihi kapasitas. Keletihan ini dapat mempengaruhi faktor kognitif. Hal ini dapat menyebabkan pekerja tidak dapat berkonsentrasi pada pekerjaan yang dimilikinya. akibat lain adalah dapat menurunkan kemampuan untuk mengambil keputusan (Hariandja, 2003).
2.1.5 Penilaian Beban Kerja Pengukuran beban kerja mental berhubungan dengan tiga komponen denyut nadi yang berhubungan langsung mekanisme pengendalian dalam tubuh individu. Mekanisme tersebut meliputi mekanisme pengaturan temperatur, tekanan darah dan respirasi. Komponen tersebut akan meningkat bersamaan dengan beban kerja mental yang dirasakan oleh pekerja (Manuaba, 2000). Pengukuran beban mental dapat diukur dengan cara objektif dan subjektif. Pengukuran secara objektif dapat dilakukan dengan mengukur denyut nadi pekerja. Pengukuran secara subjektif dapat dilakukan dengan cara mengamati dan mengobservasi kondisi psikologis pekerja (Manuaba, 2000). Pengukuran beban fisik pekerja dapat diukur melalui denyut jantung. Hal ini bisa mengetahui berat ringannya beban kerja fisik yang dirasakan oleh pekerja. Pengukuran ini dapat menilai cardiovaskuler strain. Pembuluh darah yang dipakai untuk pengukuran ini adalah arteri radialis pada pergelangan tangan (Tarwaka, 2004).
17
2.2 Stres Lansia 2.2.1 Lansia 2.2.1.1 Definisi Lansia Lansia merupakan suatu bagian dari tumbuh kembang dari mulai bayi, anak-anak, dewasa, dan tua. lansia mengalami perubahan yang bersifat norrmal baik dari segi fisik, maupun psikis. Perubahan itu meliputi perubahan fisik, kognitif, dan psikososial secara bertahap (Azizah, 2011) . Perubahan fisik pada lansia berkaitan dengan kemunduran fungsi sistem organ dalam tubuh. Sistem organ yang mengalami penurunan fungsi adalah sistem indra, kardiovaskuler, respirasi, pencernaan, perkemihan, syaraf, dan reproduksi. Penurunan fungsi sistem organ tersebut menyebabkan lansia mudah terserang penyakit (Maryam, 2008). Perubahan kognitif pada lansia berkaitan dengan perubahan fungsi organ otak. Perubahan ini meliputi penurunan dalam hal mengingat, kemampuan memecahkan masalah, mengambil keputusan dan kinerja dalam melakukan aktivitas. Penurunan fungsi kognitif juga dapat menyebabkan penurunan harapan untuk hidup (Tamher, 2009). Perubahan psikososial berhubungan dengan perubahan peran sosial dalam masyarakat dan kepribadian. Hal ini disebabkan karena adanya penurunan fungsi indera, pendengaran dan penglihatan. Penurunan fungsional itu membuat lansia merasa terasingkan dari kehidupan sosialnya (Stanley, 2006).
18
2.2.1.2 Batasan Lansia Lansia dapat digolongkan menjadi empat berdasarkan usia kronologis atau biologis yang meliputi usia pertengahan (middle age) yang berkisar antara umur 45-59 tahun, lanjut usia (erderly) yang berkisar antara 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) yang berkisar antara 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) yang berkisar diatas 90 tahun (WHO, 1999 dalam Azizah, 2011). Batasan lansia dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu pra lansia (prasenilis) adalah lansia yang berusia antara 45-59 tahun, lansia adalah lansia yang berusia 60 tahun atau lebih, lansia resiko tinggi adalah lansia yang berusia lebih dari 60 tahun dengan masalah kesehatan atau yang berusia lebih dari 70 tahun, lansia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa dan lansia tidak potensial adalah lansia yang tidak berdaya untuk mencari nafkah dan bergantung pada bantuan orang lain (Departemen Kesehatan, 2005).
2.2.1.3 Tipe-Tipe Lansia Tipe-tipe lansia tergantung pada kepribadian yang dimiliki. Tipe-tipe lansia berdasarkan kepribadian dapat digolongkan menjadi enam, yaitu: a) Tipe kepribadian konstruktif (construction personality) Lansia yang mempunyai tipe ini cenderung berintegrasi baik, toleransi baik dan fleksibel dalam menjalani hidup. Tipe kepribadian ini biasanya dimulai dari masa muda yang tenang dalam menghadapi masalah. Lansia dapat menerima kenyataan mengenai fakta penuaan dengan bijaksna.
19
b) Tipe kepribadian mandiri (independent personality) Lansia dengan tipe kepribadian ini lebih cenderung mengalami post power sindrom dikarenakan terdapat perubahan dalam peran sosial dalam masyarakat. Lansia pada tipe ini cenderung memiliki masa muda yang bergejolak dan aktif pada kegiatan organisasi ataupun masyarakat. c) Tipe kepribadian tergantung (dependent personality) Lansia dengan tipe kepribadian ini lebih dipengaruhi oleh situasi keluarga dan lingkungan sekitar. Kejadian kehilangan pasangan dapat memicu kesedihan yang mendalam pada lansia. Lansia pada tipe ini lebih senang dengan masa pensiun dan tidak memiliki inisiatif untuk mencari kegiatan lain. d) Tipe kepribadian bermusuhan (hostile personality ) Lansia dengan tipe kepribadian ini memiliki rasa tidak puas dengan kehidupannya.
lansia
memiliki
banyak
keinginan
diperhitungkan, sehingga dapat menyebabkan penurunan
yang
tidak
pada status
ekonomi keluarga. Lansia selalu menganggap bahwa orang lain yang menyebabkan semua kegagalan dalam hidupnya. e) Tipe kepribadian defensive Lansia dengan tipe kepribadian ini lebih cenderung menolak dengan perhatian dan bantuan yang diberikan orang disekitarnya. Lansia juga memiliki emosi yang tidak terkontrol dan bersifat kompulsif aktif. Lansia menjadi takut untuk menjadi tua dan menghadapi masa pensiun.
20
f) Tipe kepribadian kritik diri (self hate personality) Lansia dengan tipe ini cenderung tampak sengsara dan tidak mau menerima bantuan dari orang disekitarnya. Lansia akan merasakan kesulitan dalam menjalani hidupnya. Lansia cenderung tidak memiliki ambisi yang berlebihan, selalu menyalahkan diri sendiri dan merasa sebagai korban dari keadaan yang dialaminya (Kuntjoro, 2002). Tipe lansia juga tergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan keadaan ekonomi. Tipe-tipe tersebut dapat digolongkan menjadi enam, yaitu: a) Tipe arif bijaksana Lansia dengan tipe ini mudah dalam beradaptasi dengan perubahan jaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana dan menjadi panutan. b) Tipe mandiri Lansia dengan tipe ini berusaha untuk mencari kegiatan-kegiatan baru untuk menggantikan kegiatan yang tidak bisa dilakukan lagi. Lansia juga aktif dalam berinteraksi sosial dengan teman sebaya. c) Tipe tidak puas Lansia pada tipe ini tidak dapat menerima proses ketuaan. Lansia beranggapan bahwa proses ketuaan dapat menyebabkan kecantikan, daya tarik, kekuasaan, status dan teman sebaya menghilang. Lansia juga mudah marah, tidak sabar, menuntut, sulit dilayani, dan suka mengkritik.
21
d) Tipe pasrah Lansia dengan tipe ini lebih bersikap menerima dan menunggu nasib baik. Lansia juga bersedia untuk melakukan pekerjaan apapun tanpa harus memilih. e) Tipe bingung Lansia dengan tipe ini bersikap kaget dengan semua perubahan yang durasakan. Manifestasi yang dimunculkan oleh lansia adalah merasa minder, menyesal, pasif dan kurang bisa berinteraksi sosial (Nugroho, 2000 dalam Maryam, 2008).
2.2.1.4 Perubahan Psikososial Lansia Perubahan psikososial lansia berhubungan dengan pencapaian integritas diri yang utuh. Pencapaian integritas diri yang baik pada lansia akan dapat menimbulkan pemahaman yang menyeluruh mengenai perspektif masa depan dan cara mengatasi permasalahan dengan baik. Lansia yang tidak dapat mencapai integritas diri yang baik, maka lansia tidak memiliki gambaran masa depan dalam hidupnya. (Azizah, 2011). Pencapaian
integritas
diri
lansia
berhubungan
dengan
teori
perkembangan psikososial Erickson. Teori ini menggambarkan tantangan atau kebutuhan yang harus dipenuhi pada setiap tahap dari delapan
tahap
pengelompokan usia dan kekuatan ego yang dicapai. Tahap dengan tugas-tugas perkembangan yang tidak tercapai dapat menimbulkan perilaku yang tidak diinginkan (Stanley, 2006).
22
Tahap dalam teori perkembangan psikososial Erickson yang berkaitan dengan lansia adalah integritas versus rasa putus asa. Integritas sebagai sikap penerimaan terhadap siklus hidup yang harus dijalani. Rasa putus asa sebagai perasaan yang terjadi ketika terjadi kekecewaan terhadap hidup yang dijalani. Kegagalan dalam pencapaian integritas diri sebagai bentuk rasa takut pada kematian dan sikap tidak menghargai diri sendiri dan orang lain. Lansia yang gagal dalam pencapaian integritas diri, maka akan menimbulkan perasaan putus asa dan terjadi perubahan dalam psikososial dikarenakan lansia merasa tidak memiliki harapan untuk masa depannya (Potter dan Perry, 2005). Perubahan psikososial yang dialami oleh lansia dapat timbul pada saat keadaan tertentu. Keadaan yang dapat memicu timbulnya perubahan psikososial, antara lain: a) Pensiun Pensiun pada lansia merupakan tahap kehidupan pada lansia yang disebabkan oleh transisi, perubahan kontak sosial dan perubahan peran. Perubahan peran pada lansia berhubungan erat dengan produktivitas dalam melakukan
pekerjaan
atau
kegiatan.
Lansia
dinilai
mempunyai
produktivitas yang rendah dalam melakukan pekerjaan atau kegiatan. Hal ini dapat menyebabkan stres psikososial dan rasa kehilangan pada lansia. Rasa kehilangan yang dirasakan oleh lansia akibat pensiun dapat dibagi menjadi empat, antara lain:
23
1) Kehilangan finansial Kehilangan finansial pada lansia terjadi akibat perubahan peran, terutama dalam hal pekerjaan. Lansia dianggap tidak mempunyai produktivitas yang baik, sehingga lansia tidak melakukan aktivitas, termasuk aktivitas pekerjaan. Hal ini mempengaruhi pemasukan uang untuk lansia dan keluarganya. 2) Kehilangan status Keadaan kehilangan status ini berhubungan dengan perubahan peran dalam pekerjaan. Lansia yang mempunyai jabatan yang tinggi dalam pekerjaannya pada masa muda, maka mudah mengalami stres pada masa tua. Hal ini disebabkan karena kemampuan adaptasi terhadap perubahan situasi pada masa tua yang rendah. 3) Kehilangan teman Keadaan kehilangan teman terjadi seiring dengan pensiun pada lansia. Hal ini terjadi karena lansia mengalami kehilangan kontak dengan teman sejawat yang menyebabkan penurunan interaksi sosial dengan teman sejawat. 4) Kehilangan pekerjaan atau kegiatan Kehilangan pekerjaan atau kegiatan terjadi dikerenakan terdapat anggapan bahwa lansia mengalami penurunan produktivitas dalam melakukan pekerjaan/kegiatan.
24
b) Perubahan aspek kepribadian Perubahan aspek kepribadian pada lansia dipengaruhi oleh penurunan fungsi kognitif. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi dan pemahaman. Penurunan pada fungsi ini menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi lebih lambat. Perubahan aspek kepribadian pada lansia juga dipengaruhi oleh penurunan fungsi psikomotor (konatif). Fungsi ini berhubungan dengan dorongan kehendak, seperti gerakan, tindakan dan koordinasi. Penurunan pada fungsi ini dapat menyebabkan lansia kurang cekatan dalam melakukan pekerjaan atau kegiatan. c) Perubahan dalam peran sosial di masyarakat Perubahan peran sosial disebabkan oleh penurunan fungsi organ tubuh. Hal tersebut menyebabkan gangguan fungsional dan kecacatan pada lansia. (azizah, 2011).
2.2.2. Stres Lansia 2.2.2.1 Definisi Stres Lansia Stres merupakan suatu reaksi adaptif yang bersifat non-spesifik yang dimiliki oleh individu terhadap tekanan stimulus atau stresor. Reaksi ini bersifat individual bagi tiap individu, sehingga tanggapan/reaksi individu satu dengan yang lain terhadap suatu stimulus akan berbeda. Tekanan stresor yang bersifat berlebihan dapat menyebabkan ketidakseimbangan secara fisik ataupun psikis pada individu (Hartono, 2007).
25
Stres lansia adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan bagi lansia dapat disebabkan oleh keterbatasan kemampuan lansia dan stresor psikososial yang berhubungan dengan perubahan dalam kehidupan lansia. Hal tersebut mendorong lansia untuk melakukan adaptasi untuk dapat menanggulanginya. kemampuan beradaptasi lansia yang terbatas dapat memicu stres (Azizah, 2011). Stres pada lansia dipengaruhi oleh transisi dan perubahan peran dalam kehidupan sosial. Perubahan peran ini diukur oleh nilai produktivitas dan identitas lansia. Perubahan dan transisi ini menyebabkan lansia merasa kehilangan gairah untuk hidup. Lansia juga merasa dirinya tidak berguna untuk orang disekitarnya (Tamher, 2009). Stres pada lansia juga dipengaruhi oleh penurunan dalam kinerja psikomotor. Kinerja psikomotor pada lansia mempengaruhi respon reflek dan kemampuan dalam menanggulangi stres. Hal tersebut menyebabkan lansia dianggap sebagai individu yang lemah dalam melakukan pekerjaan atau kegiatan dan mengurus diri sendiri (Bastable, 2002).
2.2.2.2 Tahapan Stres Lansia Teori sindrom adaptasi umum (general adaptation syndrom) dijelaskan bahwa tubuh manusia memiliki tingkat resistensi yaitu tingkat resistensi pada saat tubuh dalam kondisi biasa dan tidak mengalami stres. Tingkat resistensi ini dapat berubah saat tubuh mengalami ketidakseimbangan antara fisik dan psikis (stres). Perubahan ini bertujuan agar tubuh mampu beradaptasi terhadap stimulus yang dihadapinya. Tahapan terjadinya stres dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu:
26
a) Fase alarm Fase alarm sebagai fase awal pada tahapan stres. stres menstimulasi pesan fisiologis tubuh dari hipotalamus ke kelenjar (misal : kelenjar adrenal untuk mengirim adrenalin dan norepinefrin sebagai pembangkit emosi) dan organ untuk mempersiapkan kebutuhan pertahanan potensial. Tubuh akan memberikan reaksi mula-mula ketika terkena stresor. Tubuh mengalami perubahan-perubahan fisiologis, sehingga individu akan merasakan gejala-gejala seperti detak jantung semakin cepat, napas cepat, dan keringat dingin. Fase ini merupakan fase peringatan bahwa stres harus segera ditangani. Stresor yang terlalu kuat dan berlebihan pada fase ini dapat menyebabkan kematian. Hal ini terjadi dikarenakan tingkat resistensi individu menurun. b) Fase resistensi Fase ini merupakan fase lanjutan dari fase alarm dan tanda-tanda kebutuhan pada tubuh sudah menghilang dikarenakan individu sudah dapat beradaptasi terhadap stresor yang dihadapinya. Stresor pada fase ini terus meningkat yang menyebabkan stres berlangsung terus-menerus. Hal ini dapat memicu peningkatan resistensi tubuh diatas normal yang bertujuan untuk melakukan penyesuaian diri terhadap stresor tersebut. Sistem pencernaan akan beradaptasi dengan cara mengurangi kerja dengan cara mengalirkan darah ke bagian tubuh yang dibutuhkan untuk pertahanan. Organ paru-paru memasukkan lebih banyak udara, dan jantung bekerja keras dengan lebih berdenyut lebih cepat dan keras.
27
Aktivitas tersebut dapat mengalirkan darah kaya oksigen dan nutrisi ke otot untuk mempertahankan tubuh memalui perilaku fight, flight, atau freeze. Apabila individu dapat beradaptasi terhadap stres, maka tubuh akan berespons dengan rileks dn kelenjar, organ, serta respons sistemik menurun. Individu dapat beradaptasi dengan baik pada fase ini dan merasa normal kembali meskipun stres masih dirasakan oleh individu. Jumlah energi yang dikeluarkan oleh individu rata-rata lebih besar dari biasanya, sehingga tubuh harus lebih bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan tubuh. c) Fase kelelahan Fase ini merupakan fase lanjutan dari fase resistensi dan tubuh mulai mengalami penurunan tingkat resistensi sampai dibawah normal. Individu mulai berespons negatif terhadap stres. Stres terus meningkat, sehingga tubuh melakukan adaptasi terhadap stresor secara terus-menerus. Hal ini dapat menyebabkan energi yang digunakan oleh tubuh untuk beradaptasi akan mulai habis. Fase alarm (tanda-tanda kebutuhan) akan muncul kembali pada fase ini, tetapi energi yang digunakan untuk beradaptasi terhadap stresor sudah habis. hal ini menyebabkan tubuh tidak dapat melakukan adaptasi. Individu akan mengalami ketidakseimbangan antara kebutuhan fisik dan psikologis. Stres yang berlangsung terus menerus dapat menyebabkan gangguan yang lebih parah pada individu dan mengalami kematian(Siswanto, 2007).
28
2.2.2.3 Faktor Penyebab Stres Lansia Faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya stres pada lansia, antara lain: 1) Faktor genetik Faktor ini dianggap mempengaruhi transmisi gangguan afektif melalui riwayat keluarga dan keturunan. Lansia yang mengalami stres akibat faktor genetik, maka lansia memiliki salah satu anggota keluarga lansia yang mengalami stres. 2) Beban kerja yang berlebihan Beban kerja yang berlebihan pada lansia yang ditunjukan dengan tanggung jawab dan tuntutan kerja yang terlalu besar pada lansia terutama dalam hal pekerjaan. Hal tersebut dapat memicu stres pada lansia dikarenakan penurunan secara fisik dan mental yang dialami oleh lansia secara normal. 3) Model perilaku Model ini berkembang dari kerangka teori belajar sosial. Faktor ini menyebabkan perubahan perilaku pada lansia yang ditunjukan dengan penurunan adaptasi perilaku terhadap stresor.
2.2.2.4 Gejala Stres lansia Gejala-gejala yang diakibatkan stres lansia dapat digolongkan menjadi lima kategori, yaitu: a) Akibat subjektif Akibat yang dirasakan secara pribadi yang meliputi kegelisahan, agresi, kelesuan, kebosanan, depresi, kelelahan dan kehilangan kesabaran.
29
b) Akibat perilaku Akibat yang mudah dilihat dikarenakan berbentuk dalam bentuk perilaku tertentu yang meliputi emosi tidak terkontrol, perilaku impulsif dan tertawa gelisah. c) Akibat kognitif Akibat
ini
mempengaruhi
proses
pikir
lansia,
yang
meliputi
ketidakmampuan lansia dalam mengambil keputusan yang baik dan tidak bisa berkonsentrasi dengan maksimal. d) Akibat fisiologis Hal ini berhubungan dengan fungsi organ-organ tubuh yang meliputi peningkatan gula darah, denyut nadi dan tekanan darah meningkat, mulut menjadi kering dan pupil membesar (Gibson
1990, dalam Siswanto,
2007).
2.2.2.5 Indikator Pengukuran Stres Lansia Stres dapat bermanifestasi dalam berbagai bentuk respon, baik yang bersifat fisik ataupun psikologis. Respon tersebut merupakan indikator pengukuran stres pada lansia. Indikator pengukuran stres lansia, antara lain: a) Respon kognitif Respon kognitif ini berhubungan dengan reaksi neuron dalam otak terhadap stresor. Respon ini dapat berupa gangguan proses pikir dan penurunan konsentrasi lansia.
30
b) Respon emosi Respon emosi ini merupakan suasana hati dan perasaan yang dirasakan oleh lansia ketika menerima stimulus stresor. Respon emosi ini dapat berupa perasaan cemas, malu dan marah. c) Respon tingkah laku Respon tingkah laku merupakan respon yang dimanifestasikan dalam bentuk perilaku terhadap stresor yang dihadapi. Respon tingkah laku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: fight dan flight. Fight merupakan respon tingkah laku yang melawan dan berani menghadapi situasi yang dihadapi. Flight merupakan respon tingkah laku yang menghindari situasi yang menekan yang dihadapi (Sunaryo, 2004).
2.2.2.6 Dampak Stres Lansia Stres dapat menyebabkan dampak yang besar pada lansia. Dampak tersebut lebih bersifat merugikan bagi lansia. Hal tersebut behubungan langsung dengan kenunduran keadaan fisik dan psikis akibat penuaan yang dialami oleh lansia. Dampak tersebut juga berhubungan tidak langsung dengan akumulatif stresor yang dihadapi oleh lansia. Dampak ini dapat menimbulkan manifestasi secara fisik dan psikologis (Stanley, 2006). Manifestasi dampak stres secara fisik lebih berorientasi pada keadaan fisik lansia. Lansia akan mengalami manifestasi yang bertugas sebagai respon dari sistem tubuh yang dapat menyebabkan kemunduran fisik. Manifestasi dampak stres secara fisik, antara lain:
31
a) Kadar gula meningkat (hiperglikemia) dan diabetes melitus Hiperglikemia merupakan respons metabolik yang paling utama setelah terjadi stres atau trauma. Hiperglikemia terjadi dikarenakan terdapat cadangan glikogen hati. Hiperglikemia ini menetap karena terjadi peningkatan produksi glukosa tanpa diimbangi pembersihan glukosa. Hal ini juga terjadi dikarenakan terjadi pembentukan glukosa dari asam amino, laktat, gliserol dan piruvat. Asam amino berasal dari pemecahan protein otot, laktat dan piruvat berasal dari glikogenolisis dan glikolisis di otot sedangkan gliserol berasal dari metabolisme trigliserida. Insulin juga mengalami peningkatan tetapi terjadi resistensi di perifer sehingga kadar glukosa tetap tinggi. Selain itu, sekresi hormon kontra insulin, yaitu hormon glukagon, katekolamin, kortisol dan growth hormon yang lebih tinggi daripada sekresi insulin. Sekresi hormon kontra insulin yang lebih tinggi menyebabkan hiperglikemia disertai peningkatan lipolisis dan produksi keton, yaitu asetoasetat, β-hidroksibutirat dan aseton yang merupakan asam kuat dan dapat menyebabkan asidosis metabolik, maka mekanisme hiperglikemia yang terjadi pada saat stres adalah produksi kadar gula yang meningkat disertai timbulnya resistensi insulin. Hiperglikemia yang berkepanjangan dapat mengakibatkan komplikasi penyakit kencing manis (diabetes mellitus) (Sylvia, 2006).
32
Peningkatan kadar gula darah disebabkan karena adanya respon stres yang berlangsung. Respon stres yang terjadi memicu sekresi hormon kortisol dari korteks adrenal dan merupakan hormon paling dominan yang dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah. Efek keseluruhan dari kortisol adalah meningkatkan konsentrasi glukosa darah dengan cara mengorbankan simpanan protein dan lemak (Purnama, 2013). b) Gangguan pada sistem kardiovaskuler Situasi stres dapat mengaktivasi hipotalamus yang mengendalikan sistem neuroendokrin. Salah satu sistem yang teraktivasi adalah Sistem saraf simpatik. Sistem saraf simpatik berespons terhadap impuls saraf dari hipotalamus yaitu dengan mengaktivasi berbagai organ dan otot polos yang berada di bawah pengendaliannya. Stimulasi sistem saraf simpatik dapat meningkatkan kecepatan denyut jantung, sehingga jantung berdebardebar. Pembuluh darah juga mengalami dilatasi atau konstriksi, sehingga muka tampak merah atau pucat (Elizabeth, 2009). Individu yang mengalami prehipertansi hanya mengalami stres kurang dari 1 minggu (0%), yang mengalami hipertensi grade I (14,70 %) dan yang mengalami hipertensi grade II (11,76 %) . Hal ini menunjukan bahwa stres dapat meningkatkan tekanan darah (Herke, 2006).
33
c) Sesak nafas dan astma Sesak nafas dapat terjadi pada saat stres dikarenakan terjadi penyempitan padasaluran pernafasan mulai dari hidung, tenggorokan dan otot-otot rongga dada. Nafas terasa sesak dan berat dikarenakan otot-otot rongga dada (otot-otot antar tulang iga) mengalami spasme dan tidak atau kurang elastis, sehingga ia harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk menarik nafas. Spasme otot-otot pada saluran nafas paru-paru dapat menimbulkan penyakit asma (asthma bronchiale) (William. 2008). Individu yang mengalami stres mengalami gangguan pernafasan. Hal ini disebabkan karena adanya stimulasi dari sistem syaraf simpatis yang meningkatkan rangsangan dan memacu kerja sistem pernafasan. hal tersebut juga menimbulkan Respirate Rate (RR) meningkat (Puguh, 2012). Manifestasi secara psikologis yang dialami oleh lansia berhubungan dengan keadaan kognitif lansia. Lansia mengalami penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah dan kreativitas dan minat pada hobi. Lansia merasa tidak berdaya untuk berinteraksi dengan orang lain dan menarik diri dari lingkungannya. Lansia juga mengalami kesulitan untuk mencapai tugas perkembangan (Brooker, 2008).
34
2.2.2.7 Upaya Penanggulangan Stres lansia Dalam menanggulangi stres lansia memerlukan pendekatan yang holistik. Pendekatan ini tidak hanya mengutamakan pendekatan secara fisik dan psikologis, tetapi juga mengutamakan secara psikososial, spiritual dan lingkungan. Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia secara utuh dan menyeluruh. Upaya pendekatan secara holostik pada lansia, antara lain: a) Pendekatan psikodinamik Pendekatan ini berfokus pada penanganan terhadap konflik-konflik yang berhubungan dengan rasa kehilangan dan stres. Upaya yang dapat dilakukan adalah mengidentifikasi stresor dan mengembangkan cara-cara untuk memulihkan rasa percaya diri pada lansia. b) Pendekatan perilaku belajar Pendekatan ini berfokus pada reward dan punishment. pendekatan ini lebih mengutamakan sikap menghargai diri sendiri.Penghargaan diri yang kurang merupakan akibat dari
kurangnya reward dan terlalu banyak
punishment yang diterima. Upaya
yang
dapat
dilakukan
dalam
pendekatan
ini
dengan
mengidentifikasi aspek-aspek lingkungan sebagai sumber reward dan punishment. Upaya ini merupakan langkah awal dalam pendekatan perilaku belajar. Tujuan dari upaya ini adalah sebagai dasar untuk menentukan tindakan dan strategi baru dalam mengatasi stres.
35
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan untuk menentukan tindakan dan strategi baru dalam mengatasi stres meliputi pengajaran ketrampilan dan strategi baru. Upaya tersebut merupakan langkah selanjutnya dalam pendekatan perilaku yang bertujuan untuk mengurangi pengalaman yang bersifat punishment. Ketrampilan dan strategi yang diajarkan meliputi latihan keterampilan sosial, latihan relaksasi dan latihan manajemen waktu. c) Pendekatan kognitif Pendekatan ini befokus pada kemampuan berpikir lansia. Pendekatan ini bertujuan untuk mengubah pola pandangan dan pola pikir lansia tentang keberhasilan masa lalu dan sekarang. Dasar dari pendekatan ini adalah kepercayaan (belief) lansia yang terbentuk dari rangkaian verbalisasi diri (self-talk) terhadap pengalaman yang dialami yang dapat menentukan emosi dan tingkah laku lansia. Cara-cara
yang
dapat
dilakukan
dalam
pendekatan
ini
adalah
mengidentifikasi pikiran negatif yang mempengaruhi suasana hati dan tingkah laku. Langkah ini sebagai upaya awal dalam penentuan tindakan selanjutnya. Hasil akhir dari langkah ini adalah lansia dapat mengetahui pikiran negatif yang mempengaruhi suasana hati lansia.
36
Langkah selanjutnya adalah menguji kebenaran pemikiran yang akan menggantikan pemikiran negatif. Tujuan dari langkah ini adalah untuk menanamkan pemikiran positif kepada lansia. Hasil yang diharapkan adalah lansia dapat menjalani kehidupan yang bahagia dengan pikiran positif (Azizah, 2011)
2.3 Keperawatan Kesehatan Kerja 2.3.1 Occupational Health Nursing (OHN) 2.3.1.1 Definisi Occupational Health Nursing (OHN) Occupational Health Nursing (Keperawatan Kesehatan kerja) merupakan salah satu cabang ilmu dari keperawatan kesehatan masyarakat yang berfokus pada
pencegahan
penyakit
pada
populasi
pekerja.
Bidang
ilmu
ini
mempertimbangkan hubungan antara pekerjaan dengan kesehatan pekerja. Hal ini juga berhubungan dengan lingkungan kerja yang dapat berefek langsung pada status kesehatan pekerja (Oakley, 2008). Upaya kesehatan kerja merupakan suatu usaha untuk menyelaraskan antara kapasitas, beban, dan lingkungan kerja agar pekerja dapat bekerja dengan aman dan sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri ataupun masyarakat. Upaya ini berfokus pada tindakan mengidentikasi permasalahan, mengevaluasi dan melakukan pengendalian permasalahan. Sasaran dalam upaya kesehatan kerja ini adalah pekerja sebagai aspek manusia dan aspek kesehatan pekerja itu sendiri (Chandra, 2006).
37
Kapasitas, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen penting dalam keselamatan kerja. Semua komponen tersebut tidak dapat dipisahkan dan saling beriteraksi. Kapasitas kerja yang baik, seperti status kesehatan pekerja, serta kemampuan fisik yang baik dapat menjamin bahwa pekerja dapat melaksanakan pekerjaanya dengan baik. Hal ini juga dapat meminimalkan adanya beban kerja yang berlebihan pada pekerja (Winarsunu, 2008).
2.3.1.2 Tujuan Occupational Health Nursing (OHN) Tujuan
penerapan
Occupational
Health
Nursing
(OHN)
yang
dilaksanakan melalui penyelarasan antara aspek pekerja yang meliputi beban kerja dan kapasitas pekerja dengan aspek lingkungan kerja. Tujuan penerapan keperawatan keselamatan dan kesehatan kerja meliputi memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di semua lapangan kerja, baik fisik, mental, maupun kesejahteraan sosial, mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh keadaan dan kondisi lingkungan kerja dan memberikan pekerjaan, perlindungan bagi pekerja di dalam pekerjaannya dari ancaman bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat membahayakan kesehatan dan memelihara dan menempatkan pekerja di lingkungan kerja yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerja. (Hariandja, 2003).
38
2.3.1.3 Penyakit Akibat Kerja Penyakit Akibat kerja merupakan penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit ini berhubungan dengan tiga komponen dalam upaya kesehatan kerja yang meliputi kapasitas, beban, dan lingkungan kerja. Status kesehatan pekerja juga mempengaruhi terjadinya penyakit akibat kerja (Brooker, 2008). Penyakit akibat kerja memiliki beberapa ciri. Ciri-ciri tersebut meliputi dipengaruhi oleh populasi pekerja dan disebabkan oleh penyebab yang spesifik. Penyakit akibat kerja juga ditentukan berdasarkan sumber pemajanan yang didapatkan oleh pekerja (Wunarsunu, 2008). Semua jenis penyakit akibat kerja tergantung pada faktor lingkungan dan sumber
pemajanan.
Faktor
lingkungan
merupakan
faktor
utama
yang
menyebabkan penyakit akibat kerja. Jenis penyakit akibat kerja berdasarkan sumber pemajanannya meliputi pneumikonisis disebabkan oleh debu mineral pembentuk jaringan parut, penyakit paru dan saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu logam keras dan asma akibat kerja yang disebabkan karena sensitisasi dan zat perangsang selama proses kerja (Harrington, 2003).
39
2.3.1.4 Fungsi dan Tugas Perawat dalam Occupational Health Nursing (OHN) Fungsi dan tugas perawat dalam Occupational Health Nursing (OHN) mengacu pada tujuan dari Occupational Health Nursing (OHN). Tujuan dari Occupational Health Nursing (OHN) adalah meningkatkan derajat kesehatan pekerja di lingkungan tempat kerja dan meningkatkan produktivitas pekerja. Selain itu, peningkatan kesehatan lingkungan kerja juga menjadi tujuan yang ingin dicapai (Effendi, 2009). Fungsi perawat Occupational Health Nursing (OHN) tergantung pada kebijakan yang diterapkan dalam hal ruang lingkup usaha kesehatan, susunan dan jumlah yang dipekerjakan di tempat kerja. Upaya yang harus dilaksanakan dalam perawat sesuai dengan fungsi perawat Occupational Health Nursing (OHN) adalah membuat program layanan kesehatan untuk pekerja dengan persetujuan pimpinan di tempat kerja. Program layanan kesehatan yang sesuai dengan kebijakan tempat kerja akan dapat menguntungkan pekerja (George, 2009). Fungsi perawat Occupational Health Nursing (OHN) berfokus pada penerapan asuhan keperawatan pada pekerja dan lingkungan sekitar pekerja. Fungsi perawat, meliputi melakukan pengkajian masalah kesehatan yang didasarkan oleh respon pekerja, menyusun rencana keperawatan pekerja, melakukan intervensi berdasarkan rencana keperawatan yang telah disusun dan melakukan evaluasi terhadap intervensi keperawatan yang telah dilakukan. Semua fungsi perawat tersebut harus dilakukan secara runtut (Brooker, 2008).
40
Tugas perawat Occupational Health Nursing (OHN) merupakan hal yang harus dilakukan oleh perawat yang terkait dengan perawatan, pengobatan, administrasi, dan tugas pendidikan. Tugas perawat Occupational Health Nursing (OHN) lebih bersifat kolaboratif dengan tenaga kesehatan lainnya. Tugas perawat Occupational Health Nursing (OHN), meliputi mengawasi lingkungan pekerja, memelihara fasilitas kerja yang berada di tempat kerja, membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja, membantu melakukan penilaian terhadap keadaan kesehatan pekerja, merencanakan kunjungan rumah dan perawatan di rumah kepada pekerja dan keluarga pekerja yang memiliki masalah kesehatan dan ikut berperan dalam memberika pendidikan keselamatan kesehatan kerja kepada pekerja (Bastable, 2002).
2.3.1.5. Penanggulangan Penyakit Akibat Kerja Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan penyakit akibat kerja adalah dengan melakukan tiga langkah utama. Langkah awal adalah pengenalan atau identifikasi bahaya yang dapat timbul di lingkungan tempat kerja. Hal ini dilakukan dengan cara observasi sekitar lingkungan tempat kerja dan permasalahan yang dirasakan oleh pekerja. Langkah ini merupakan langkah dasar untuk menentukan langkah selanjutnya (Jeyaratnam, 2010).
41
Tahap evaluasi lingkungan kerja merupakan tahap lanjutan dari tahap identifikasi masalah yang mincul di lingkungan tempat kerja. Tahap ini merupakan tahap penilaian karakteristik dan besarnya potensi bahaya yang mungkin timbul. Hasil akhir dari tahap ini adalah dapat menetukan priorotas dalam mengatasi permasalahan (Chandra, 2006). Tahap akhir yang dilakukan adalah pengendalian terhadap keadaan di lingkungan kerja. Tujuan akhir dari tahap ini adalah untuk mengurangi atau menghilangkan pemajanan terhadap zat atau bahan yang berbahaya di lingkungan kerja. Hasil Akhir dari tahap ini, yaitu dapat mengontrol semua pemajanan zat atau bahan yang dapat membahayakan pekerja (Harrington, 2003)
2.3.2 Pertanian 2.3.2.1 Definisi pertanian Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam berbagai dimensi kehidupan masyarakat dan menjadi sektor pendukung bagi sektor lainnya. Sektor ini berhubungan dengan penyediaan pangan bagi masyarakat. Sektor ini juga mendukung sektor lain, seperti industri pangan, sektor dan kesehatan (Susanto, 2006).
42
Bidang pertanian ini sangat tergantung pada faktor-faktor tertentu. Faktor tersebut meliputi faktor sumber daya masyarakat, iklim, teknologi dan ketersediaan lahan pertanian. Faktor sumber daya manusia merupakan faktor yang berpengaruh dalam kemajuan sektor pertanian dikarenakan dengan menggunakan keahlian yang baik dalam mengolah lahan dapat menghasilkan panen yang baik. (Karwan, 2003).
2.3.2.2 Karakteristik Pertanian Pertanian sebagai salah satu sektor yang memegang peranan penting di kehidupan masyarakat Indonesia memiliki dua karakteristik sistem pertanian. Sistem pertanian di suatu daerah tergantung pada keadaan geografis. Karakteristik sistem pertanian yang dianut dibagi menjadi dua, yaitu sistem pertanian tradisional dan modern (Suratiyah, 2008). Sistem pertanian tradisional merupakan suatu sistem pertanian yang mempertimbangkan keseimbangan ekosistem lingkungan. Pertanian tradisional mempunyai karakteristik meliputi memanfaatkan sumberdaya lokal tanpa menggunakan pupuk buatan dengan atau tanpa pupuk organik (pupuk kandang, sisa-sisa tanaman, pupuk hijau), tanpa pengggunaan pestisida, pengolahan tanah dengan menggunakan ternak (kerbau, sapi dan kuda),
Produktivitas rendah,
pendapatan dan kesejateraan petani rendah, lebih berwawasan lingkungan dan teknologi sangat sederhana (Sutanto, 2002).
43
Sistem pertanian modern adalah sistem pertanian yang bertumpu pada pupuk dan pestisida dan tidak memperhatikan keseimbangan ekosistem lingkungan. Karakteristik pertanian modern meliputi memanfaatkan sumber daya lokal dengan menggunakan pupuk buatan dan peralatan berat untuk mengolah tanah, mmenuhi skala ekonomi untuk bersaing, baik di tingkat nasional maupun internasional, memiliki organisasinya yang mempunyai solidaritas tinggi dan berjenjang dari tingkat desa ke tingkat nasional dan mempunyai kemampuan maanajemen modern dan profesional (Napitupulu, 2003).
2.3.2.3 Dampak Akibat Pertanian Bidang pertanian merupakan salah satu sektor menimbulkan seluruh spektrum keselamatan kerja dan risiko bahaya kesehatan. Resiko bahaya kesehatan tergantung pada status kesehatan petani dan pertisida yang digunakan. Bahaya kesehatan yang muncul di bidang pertanian berhubungan dengan peralatan dan pupuk atau pestisida yang digunakan, baik untuk membasmi hama ataupun menyuburkan tanaman (Susanto, 2002). Pestisida dapat menyebabkan keracunan atau bahaya bagi tubuh. Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh pestisida tergantung dengan toksisitas absolut dan pemakaian yang berlebihan. Pemakaian pestisida yang berlebihan dapat meningkatkan pemaparan baik yang bersifat langsung ataupun tidak langsung (Djojosumarto, 2008).
44
Pemaparan pestisida yang bersifat langsung dapat mengakibatkan keracunan, baik yang bersifat akut maupun kronis. Keracunan diakibatkan karena adanya residual pestisida yang mengendap dan menjadi racun bagi tubuh. Keracunan akut menimbulkan gejala sakit kepala, pusing, mual dan muntah (Suwahyono, 2010). Pemaparan secara tidak langsung pestisida lebih berdampak pada lingkungan. Hal ini terjadi dikarenakan residu-residu pestisida dapat mencemari lingkungan dan dapat membuat tanah menjadi tidak subur dikarenakan mengandung banyak zat kimia berbahaya. Hal ini juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan manusia (Suwandari, 2006). Mesin dan peralatan berat yang digunakan untuk pertanian merupakan sumber bahaya yang dapat menyebabkan cedera dan kecelakaan kerja yang berakibat fatal. Hal ini terjadi dikarenakan ketidakpahaman petani dalam mengggunakan mesin dan peralatan berat dengan benar. Hal tersebut dapat mengakibatkan kecelakaan yang dapat menyebabakan cidera pada tubuh (Suratiyah, 2008)
45
2.3.3.Kelompok Tani Tembakau 2.3.3.1 Definisi Kelompok Tani Tembakau Kelompok tani tembakau merupakan kumpulan petani yang terhimpun dalam suatu kelompok dengan memiliki kesamaan minat, tujuan, dan motif yang sama, yaitu membudidayakan tanaman tembakau. Kelompok tani diusahakan mempunyai minat dan tujuan yang sama, sehingga dapat memudahkan dalam perencanaan kegiatan kelompok tani. Kelompok tani juga diusahakan untuk dapat meningkatkan kemampuan kelompok tani dalam beberapa yang terdiri dari memahami kekuatan dan kelemahan kelompok, memperhitungkan peluang dan tantangan yang dihadapi dan memilih alternatif untuk mengatasi masalah (Suratiyah, 2008). Tujuan dari pembentukan kelompok tani tembakau sebagai kumpulan dari petani yang mempunyai tujuan dan motif yang sama, yaitu membudidayakan tanaman tembakau dengan menggunakan sumber daya yang ada, menjadi alat pembangunan, membangun kesadaran anggota petani untuk menjalankan pekerjaan dalam kelompok tani. Kelompok tani dijadikan sebagai tempat pusat koordinasi dalam menjalankan suatu program pertanian tembakau, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani (Susanto, 2006).
46
2.3.3.2 Kegiatan Kelompok Tani Tembakau Setiap kegiatan kelompok tani tembakau diperlukan kerja sama dari tiga kelembagaan utama, yaitu kelompok tani sebagai pemegang peran penting, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) dan jasa alsintan. Kerjasama dari ketiga kelembagaan tersebut dapat membantu dalam pelaksanaan kegiatan kelompok tani. Hal tersebut menentukan keberhasilan anggota kelompok tani untuk menghasilkan hasil panen yang optimal (Susanto 2006). Kegiatan kelompok tani tembakau
meliputi proses penanaman,
pemeliharaan, pengairan, penyulaman, penyiangan, pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama, panen, dan pasca panen. Proses penanaman tembakau ini tergantung pada cara budidaya, lokasi tanam, musim atau cuaca, dan cara pengolahan dikarenakan masa tanam tembakau ini 4 bulan dalam setahun. Upaya pemeliharaan tembakau ini dilakukan kegiatan yang meliputi penyiraman, penyulaman, pembumbunan, pemupukan, pemangkasan, dan pemetikan. Upaya pengairan pada tembakau dilakukan setiap hari, yaitu pagi dan sore hari yang diberikan pada tanaman tembakau secukupnya. Upaya penyulamam dilakukan setelah tanaman tembakau seminggu ditanam. Upaya penyiangan dapat dilakukan setiap 3 minggu. Usaha pemupukan tanaman tembakau menggunakan pupuk yang tepat berupa pupuk organik dan anorganik (Departemen Pertanian, 2008).
47
2.4 Hubungan Beban Kerja dengan Stres pada Petani Lansia Beban kerja merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dimiliki. Beban kerja yang dimiliki oleh petani lansia tembakau berhubungan besar tuntutan kerja untuk melaksanakan semua kegiatan dalam pembudidayaan tanaman tembakau. Kegiatan dalam pembudidayaan tembakau
meliputi
proses
penanaman,
pemeliharaan, pengairan, penyulaman, penyiangan, pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama, panen, dan pasca panen. Proses penanaman tembakau ini tergantung pada cara budidaya, lokasi tanam, musim atau cuaca, dan cara pengolahan dikarenakan masa tanam tembakau ini 4 bulan dalam setahun. Upaya pemeliharaan tembakau ini dilakukan kegiatan yang meliputi penyiraman, penyulaman, pembumbunan, pemupukan, pemangkasan, dan pemetikan. Upaya pengairan pada tembakau dilakukan setiap hari, yaitu pagi dan sore hari yang diberikan pada tanaman tembakau secukupnya. Upaya penyulamam dilakukan setelah tanaman tembakau seminggu ditanam. Upaya penyiangan dapat dilakukan setiap 3 minggu. (Departemen Pertanian, 2008). Beban kerja petani lansia dalam melakukan pembudidayaan tembakau ini berhubungan dengan produktivitas yang tetap harus dikembangkan. Hal tersebut dikarenakan terdapat kendala. Kemampuan untuk menentukan keputusan dalam hal ini sangat dibutuhkan untuk menemukan solusi dalam setiap permasalahan. Kendala tersebut dapat menjadi beban bagi petani, perutama petani lansia yang telah mengalami kemunduran produktivitas, namun masih memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan tugas sebagai petani tembakau (Suratiyah, 2008).
48
Beban yang terlalu besar yang dimiliki oleh petani lansia tembakau ini dapat mengakibatkan adanya gangguan mental, stres. Stres yang dialami oleh petani lansia yang terlalu tinggi dan berkepanjangan menyebabkan gejala, baik yang bersifat fisik ataupun psikis. Gejala yang muncul pada petani lansia dapat menggambarkan keadaan fisik ataupun psikis lansia (Sunaryo, 2004). Gejala fisik dan psikis yang dirasakan oleh petani lansia bervariasi dan tergantung pada status kesehatan. Gejala yang sering dirasakan adalah otot sekitar pinggang kaku, sakit kepala, merasa tidak bergairah dan denyut jantung cepat. Gejala yang berkepanjangan dan intens tanpa penanganan menimbulkan penyakit akibat kerja (Siswanto, 2007). Upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir penyakit akibat kerja adalah dengan meningkatkan tindakan kesehatan kerja bagi petani lansia di tempat kerja. Tindakan tersebut mencakup tiga tindakan utama yang meliputi melakukan pengenalan, evaluasi dan pengendalian lingkungan kerja. Tindakan tersebut dapat menjamin terlaksananya keamanan dan kesehatan pekerja tani, khususnya yang berusia lansia dan derajat kesehatan juga meningkat (Oklay, 2008).
49
2.5 Kerangka Teori Occupational Health Nursing (keperawataan keselamatan dan kesehatan kerja)
Fungsi dan Tugas Perawat OHN, yaitu: a. Fungsi 1) Melakukan pengkajian masalah kesehatan 2) Menyusun rencana keperawatan pekerja 3) Melakukan intervensi 4) Melakukan evaluasi (Effendi,2009) b. Tugas 1) mengawasi lingkungan pekerja 2) membantu melakukan penilaian terhadap keadaan kesehatan pekerja
3) memelihara fasilitas kesehatan yang berada di tempat kerja (Bastable, 2002)
Kelompok Tani Tembakau
Kegiatan Kelompok Tani
a. b. c. d. e. f. g. h.
proses penanaman proses pemeliharaan proses pengairan proses penyulaman proses penyiangan proses pemupukan proses pemangkasan proses pengendalian hama i. proses panen j. proses pasca panen (Departemen Pertanian, 2008)
Petani Lansia Tembakau
Karakteristik Pertanian, yaitu: a. Sistem pertanian Tradisional 1) memanfaatkan sumberdaya lokal tanpa menggunakan pupuk buatan 2) pengolahan tanah dengan menggunakan ternak 3) Produktivitas rendah 4) lebih berwawasan lingkungan dan teknologi sangat sederhana b. Sistem Pertanian Modern 1) bertumpu pada pupuk dan pestisida 2) tidak memperhatikan keseimbangan ekosistem lingkungan 3) memiliki organisasi berjenjang (Suratiyah, 2008)
Beban kerja petani lansia Tembakau
Faktor yang mempengaruhi beban kerja, yaitu: a.Faktor eksternal 1) organisasi kerja 2) lingkungan kerja b. faktor internal 1) faktor somatis 2) faktor psikologis (Tarwaka, 2004)
Stres petani lansia
Faktor yang mempengaruhi stres lansia, yaitu: a. Faktor predisposisi 1) Faktor genetik
2) Beban kerja yang berlebihan 3) Model perilaku (Stuart dan Sundeen 1998, dalam Azizah, 2011).
Dampak Akibat Pertanian
Dampak Akibat Pertanian, yaitu: a. keracunan, baik yang bersifat akut maupun kronis meliputi sakit kepala, mual , dan muntah b. pencemaran terhadap lingkungan c. cedera dan kecelakaan kerja (Djojosumarto, 2008)
BAB 3.KERANGKA KONSEP
Bab ini akan diuraikan kerangka konsep dari penelitian
yang akan
dijelaskan lebih singkat variabel-variabel yang akan diteliti dan hipotesis penelitian. 3.1 Kerangka Konsep
Keperawatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pertanian
Komponen keperawatan keselamatan dan kesehatan kerja dalam pertanian, yaitu: 1) Kapasitas kerja 2) Beban kerja 3) Lingkungan kerja (Winarsunu, 2008).
mempengaruhi beban kerja, yaitu: a.Faktor eksternal 1) organisasi kerja 2) lingkungan kerja b. faktor internal 1) faktor somatis 2) faktor psikologis (Tarwaka, 2004)
50
Stres petani lansia
Faktor yang mempengaruhi stres lansia, yaitu: a. Faktor predisposisi 1) Faktor genetik
2) Beban kerja berlebihan 3) Model perilaku (Stuart dan Sundeen 1998, dalam Azizah, 2011).
yang
51
Keterangan : = diteliti
= tidak diteliti
= diteliti
= tidak diteliti Gambar 3.1 kerangka konsep
3.2 Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari sustu penelitian kebenarannya akan
yang
dibuktikan dalam penelitian tersebut (Setiadi, 2007).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ha: Ada hubungan antara beban kerja dan stres pada petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember
BAB 4. METODE PENELITIAN
Bab ini akan menguraikan tenteng jenis penelitian, populasi dan sampel. Lokasi dan waktu penelitian, definisi operasional, pengumpulan, pengolahan dan analisa data serta etika penelitian. 4.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan dengan tujuan untuk melakukan pengukuran terhadap variabel independen dan dependen, kemudian akan menganalisa hubungan antara variabel independen dan dependen. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan cross sectional. Penelitian cross sectional merupakan penelitian yang di dalamnya terdapat variabel sebab atau resiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian yang diukur dan dikumpulkan secara simultan, sesaat dalam satu kali waktu (dalam waktu yang bersamaan), serta tidak disertai dengan follow up (Setiadi, 2007). Metode pendekatan cross sectional dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara beban kerja dengan stres pada petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember. Variabel beban kerja petani lansia sebagai variabel independen. Variabel stres pada petani lansia sebagai variabel dependen.
52
53
4.2 Populasi Penelitian 4.2.1 Populasi Penelitian Populasi merupakan keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti (Notoatmojo.1993 dalam Setiadi, 2007). Populasi penelitian ini adalah seluruh petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Desa Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember yang berjumlah 1096 orang.
4.2.2 Sampel Penelitian Sampel penelitian merupakan sebagaian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo, 2005). Sampel dalam penelitian ini adalah petani lansia di Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember yang berjumlah 1096 orang. Pengambilan besar sampel minimal pada penelitian ini menggunakan rumus slovin dikarenakan jumlah populasi diketahui (Siswanto, 2013). Rumus pengambilan sampel dengan menggunakan rumus slovin, yaitu n= N N.d2 + 1 n = (1096) (1096).(10)2 + 1 n = 1096 11.96 n = 91.6 n = dibulatkan menjadi 92 responden
54
Keterangan: n : jumlah sampel N : jumlah populasi d2: Presisi (ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 95%) Jadi, jumlah sampel minimal pada penelitian ini adalah sebanyak 92 responden dengan tingkat kesalahan 5%. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling dengan menggunakan jenis dari teknik cluster sampling yang lebih kompleks, yaitu: multistage Random sampling. Multistage Random sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang berdasarkan wilayah secara bertahap berdasarkan tingkatan wilayah secara bertahap. Rancangan teknik sampling ini dipilih kerena populasi
terdiri dari berbagai tingkatan wilayah
(Sugiyono, 2008). Wilayah Kecamatan Sukowono memiliki 12 Desa, yaitu Desa Sukowono, Desa Sukokerto, Desa Mojogemi, Desa Sumberwringin, Desa Balet Baru, Desa Sumber Waru, Desa Sukosari, Desa Sukorejo, Desa arjasa, Desa Sumber Danti, Desa Dawuhan mangli, dan Desa Pocangan dengan jumlah kelompok tani sebanyak 64 yang tersebar di 12 desa. Pengambilan sampel dilakukan dengan memilih 6 desa secara acak dan dipilih kelompok tani dari tiap desa untuk dijadikan sebagai sampel wilayah. Perhitungan jumlah sampel tiap wilayah dihitung berdasarkan rumus proporsi dengan jumlah total sampel sebanyak 92 responden yang dihitung berdasarkan rumus slovin.
55
Tabel 4.1 Sampel Penelitian Nama desa Balet baru
Perhitungan 12 x 92 64
Jumlah sampel
Sukokerto
12 x 92 64
17
Sumberwringin
12 x 92 64
17
Sukorejo
12 x 92 64
17
Sumberdanti
12 x 92 64
17
Dawuhan Mangli
12 x 92 64
17
17
Jumlah
102
Gambar 4.1 Skema Multistage Random Sampling Kecamatan Sukowono Desa Balet Baru 17 orang
Desa Sukokerto 17 orang
Desa Sumberwringin 17 orang
Desa Sukorejo 17 orang
Total Sampel 102 orang
Desa
Desa
Sumberdanti
Dawuhan Mangli
17 orang
17 orang
56
4.2.3 Kriteria Sampel Sampel dalam penelitian ini didapatkan dari populasi yang memenuhi kriteria sebagai berikut: 4.2.3.1 Kriteria Inklusi Sampel penelitian harus memenuhi kriteria inklusi penelitian ini sebagai berikut: 1. Lansia yang memiliki pekerjaan sebagai petani 2. Lansia yang tergabung pada kelompok tani tembakau 3. Lansia dengan rentang usia lebih dari 60 tahun 4. Bertempat tinggal di Kecamatan Sukowono Kabupaten jember 5. Bersedia menjadi responden
4.2.3.2 Kriteria Ekslusi Kriteria eksklusi penelitian ini adalah petani lansia yang mengalami kecacatan ekstremitas atas dominan karena stroke.
4.3 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di 12 desa yang terletak di Kecamatan Sukowono Kabupaten jember yang meliputi Desa Sukowono, Desa Sukokerto, Desa Mojogemi, Desa Sumber Wringin, Desa Balet Baru, Desa Sumber Waru, Desa Sukosari, Desa Sukorejo, Desa Arjasa, Desa Sumber Danti, Desa Dawuhan Mangli dan Desa Pocangan. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan berdasarkan pertimbangan mengenai potensi pada bidang pertanian di Kecamatan Sukowono.
57
Hal tersebut yang ditunjukan dengan pembentukan kelompok tani di Kecamatan Sukowono yang tergabung di UPTD Sumberjambe II.
4.4 Waktu Penelitian Waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah mulai dari Agustus 2013 - September 2013. Pembuatan proposal penelitian ini dimulai pada Bulan Januari 2013- Juli 2013. Waktu pengambilan data penelitian sampai dengan penyelesaiaan skripsi adalah Bulan Agustus 2013- November 2013
4.5 Definisi Operasional Tabel 4.2 Definisi Operasional No 1.
Variabel Beban kerja petani lansia
Definisi Kemampuan yang dimiliki oleh petani lansia untuk menyelelesai kan tuntutan pekerjaan sebagai petani.
Indikator a. Sikap Kerja b. Waktu Kerja dan Istirahat c. Faktor somatis (Harrington, 2003).
Alat ukur Kuesioner
Skala Rasio
Hasil Rentang skor kuesioner : 12-60
2.
Stres lansia
Perubahan suasana hati yang khas yang ditandai dengan murung,, tidak gairah dalam menjalani hidup, perasaan tidak berguna dan putus asa.
a. Respon kognitif b. Respon emosi c. Respon tingkah laku (Sunaryo, 2004).
Kuesioner
Rasio
Rentang skor kuesioner 14-70
58
4.6 Pengumpulan Data 4.6.1 Sumber Data 4.6.1.1 Data primer Data primer adalah data yang didapat
langsung melalui wawancara
menggunakan alat ukur kuesioner atau melalui pengukuran (Sugiyono, 2008). Data primer pada penelitian ini adalah data hasil pendataan mengenai beban kerja dan stres pada petani lansia di Kelompok Tani Tembakau kepada sampel secara langsung dengan menggunakan kuesioner 4.6.1.2 Data sekunder Data sekunder merupakan data yang didapatkan secara tidak langsung dari pihak lain atau data primer yang telah diolah oleh pengumpul data dalam bentuk diagram atau tabel (Notoatmodjo, 2005). Data sekunder penelitian ini berupa data jumlah kelompok tani di Kecamatan Sukowono Kabupaten jember dan data nama anggota kelompok tani dalam Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) Tahun 2013.
4.6.2 Teknik Pengumpulan data 4.6.2.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan suatu pendekatan yang dilakukan pada subjek dan karakteristik subjek dalam penelitian (Nursalam, 2008). Teknik pengumpulan data pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara beban kerja dengan stres petani lansia di Kelompok Tani Tembakau dengan menggunakan kuesioner yang diberikan kepada responden.
59
4.6.2.2 Prosedur Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengisian kuesioner yang dilakukan sendiri oleh responden dengan tahap sebagai berikut : 1) Peneliti mengurus adminstrasi yang diawali dengan pengajuan surat penelitian kepada Ketua PSIK. Surat tersebut diserahkan kepada Badan Kesatuan Bangsa dan politik (BAKESBANGPOL) untuk memperoleh surat rujukan ke Dinas Pertanian dan UPTD Pertanian Sumberjambe II. Surat rujukan yang diperoleh dari ke Dinas Pertanian
dan UPTD Pertanian
Sumberjambe II digunakan untuk memperoleh surat penelitian di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember. 2) Peneliti yang telah mendapatkan izin dari Dinas Pertanian dan UPTD Pertanian Sumberjambe II, kemudian berkoordinasi dengan penyuluh tani pada masing-masing Kelompok Tani Tembakau di Kecamatan Sukowono untuk mendata anggota kelompok tani yang telah berumur lebih dari 45 tahun. Peneliti dengan bantuan penyuluh tani mengunjungi rumah-rumah responden untuk mengumpulkan data. 3) Peneliti membagikan kuesioner kepada responden, tetapi sebelum penelitian dimulai, peneliti menjelaskan mengenai maksud, tujuan, manfaat dan proses pengisian kuesioner. Calon responden yang bersedia diminta untuk mengisi lembar inform consent.
60
4) Kuesioner diisi oleh responden yang didampingi oleh peneliti. Peneliti menjelaskan mengenai pertanyaan dalam kuesioner yang belum dipahami oleh responden. Peneliti menarik kembali lembar kuesioner yang telah diisi oleh responden dan menganalisa data yang telah terkumpul sesuai dengan jumlah yang diinginkan.
4.6.3 Alat Pengumpulan Data Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan. Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang menjadi pedoman untuk membantu responden dalam memberikan tanggapan atau respon dan disusun untuk mendapatkan data yang diinginkan oleh peneliti (Wasis, 2008). Instrumen dari variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent) ini menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang. Tabel 4.3 Ukuran Penilaian untuk Skala Likert
Nilai 5 4 3 2 1
Kriteria Sangat tinggi/sangat setuju/sangat lengkap/selalu Tinggi/setuju/lengkap/sering Sedang/netral/sebagaian/kadang-kadang Rendah/tidak setuju/sedikit/jarang Sangat rendah/sangat tidak setuju/tidak ada/tidak pernah
61
Skala likert terdiri dari lima pilihan jawaban, yaitu sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), ragu-ragu (RG), setuju (S) dan sangat setuju (SS) dengan rentang skor 1-5. Skor 5 merupakan skor tertinggi untuk jawaban yang bermakna sangat positif. Skor 1 merupakan skor terendah untuk jawaban yang bermakna sangat negatif (Sugiyono, 2006). Instrumen variabel beban kerja petani lansia (variabel bebas) menggunakan kuesioner yang disusun oleh peneliti yang berpedoman pada tinjauan pustaka dan indikator dari beban kerja petani lansia yang meliputi sikap kerja, waktu kerja dan waktu istirahat dan faktor somatis. Tabel 4.3 Blue Print Favorable dan Unfavorable Variabel Beban Kerja Petani Lansia
Variabel
Indikator
Beban kerja 1. Sikap kerja petani lansia 2. waktu kerja dan istirahat 3. Faktor somatis Total
Nomor Butir Pernyataan
Jumlah butir
Favorable 3
Unfavorable 1,2,5
4
9
7,8
3
11
10,12,13,14
5
3
9
12
62
Instrumen kuesioner beban kerja petani lansia mencakup tiga indikator utama, yaitu sikap kerja, waktu kerja dan waktu istirahat dan faktor somatis dengan terdiri dari 14 pernyataan. Indikator sikap kerja memiliki 4 pernyataan yang terdiri 1 pernyataan yang memiliki arah positif (favorable) dan 3 pernyataan yang memiliki arah negatif (unfavorable). Indikator waktu kerja dan isrirahat memiliki 1 pernyataan yang memiliki arah positif (favorable) dan 2 pernyataan yang terdiri 3 pernyataan yang memiliki arah negatif (unfavorable). Indikator faktor somatis memiliki 5 pernyataan yang terdiri 1 pernyataan yang memiliki arah positif (favorable) dan 4 pernyataan yang
memiliki arah negatif
(unfavorable). Instrumen variabel stres petani lansia (variabel terikat) menggunakan kuesioner yang disusun oleh peneliti yang berpedoman pada tinjauan pustaka dan indikator dari stres petani lansia. Indikator dari stres petani lansia meliputi respon kognitif, respon emosi dan respon tingkah laku. Tabel 4.4 Blue Print Favorable dan Unfavorable Variabel Stres Petani Lansia
Indikator Variabel Stres petani 1. respon lansia kognitif 2. respon emosi 3. respon tingkah laku Total
Nomor Butir Pernyataan Favorable Unfavorable 7,6 1,2,3,5
Jumlah butir
9,11
8,12
4
15,17
14,16
4
6
8
14
6
63
Instrumen kuesioner stres petani lansia mencakup tiga indikator utama, yaitu respon kognitif, respon emosi dan respon tingkah laku dengan terdiri dari 14 pernyataan. Indikator respon kognitif memiliki 6 pernyataan yang terdiri 2 pernyataan yang
memiliki arah positif (favorable) dan 4 pernyataan yang
memiliki arah negatif (unfavorable). Indikator respon emosi memiliki 4 pernyataan yang terdiri 4 pernyataan yang memiliki arah positif (favorable) dan 4 pernyataan yang memiliki arah negatif (unfavorable). Indikator respon tingkah laku memiliki 4 pernyataan yang terdiri 2 pernyataan yang memiliki arah positif (favorable) dan 2 pernyataan yang memiliki arah negatif (unfavorable).
4.6.4 Uji Validitas dan Realibilitas Peneliti sangat perlu melakukan uji validitas dan realibilitas dengan tujuan agar alat ukur yang digunakan valid dan dapat menunjang hasil penelitian. Uji Validitas dan Realibilitas memerlukan jumlah responden minimal sebanyak 20 orang untuk mendapatkan nilai hasil pengukuran yang mendekati normal (Notoatmodjo, 2005). Uji validitas dan realibilitas instrumen ditujukan kepada petani lansia pada Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sumberjambe yang memiliki karakteristik yang hampir sama dengan petani lansia pada Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten jember.
64
4.6.4.1 Uji validitas Uji validitas adalah suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi (content) dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian. Tujuan dari uji validitas adalah untuk mengetahui ketepatan suatu instrumen pengukuran dalam melakukan fungsi ukurnya terhadap variabel tertentu (Sugiyono, 2006). Dalam penelitian ini akan menggunakan uji
validitas
dengan
menggunakan person product moment (r). Uji validitas dilakukan dengan mengukur korelasi antara variabel dengan skor total variabel. Cara mengukur validitas konstruk yaitu dengan mencari korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total menggunakan rumus korelasi product moment, sebagai berikut :
Keterangan : r
: koefisien korelasi product moment
X : skor tiap pertanyaan/ item Y : skor total N : jumlah responden Keputusan uji validitas ditetapkan jika r hitung lebih besar r tabel , maka variabel valid dan jika r hitung < r tabel maka variabel tidak valid (Hastono 2007). Interpretasi tingkat validitas dapat ditetapkan dari koefisien kolerasi (r) dikategorikan pada kriteria sebagai berikut:
65
Tabel 4.4 Kriteria Validitas Instrumen Nilai r 0.81-1.00 0.61-0.80 0.41-0.60 0.21-0.40 0.00-0.20
Interpretasi Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah
Sumber : (Arikunto, 2006).
4.6.4.2 Uji reliabilitas Uji reliabilitas merupakan uji/pengukuran pada alat ukur untuk mengetahui konsistensi pada alat ukur variabel bila dilakukan pengukuran secara berulang (Sugiyono, 2006). Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan pengukuran sekali (one shot). Pengukuran ini dilakukan hanya sekali dan hasilnya akan dibandingkan dengan pertanyaan lain. Pengukuran ini dilakukan dengan beberapa pertanyaan (Siswanto.2013). Penelitian ini menggunakan uji reliabilitas crombach alpha untuk mengetahui reliabilitas instrument. Rumus untuk menghitung koefisien reliabilitas instrument dengan menggunakan Cronbach Alpha sebagai berikut: 2 k b r11 1 Vt 2 k 1
66
Keterangan : r11
: reliabilitas instrumen
k
: banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
Vt 2
2 b
: jumlah varian butir/item : varian total Keputusan uji reliabilitas ditentukan dari nilai koefisien reliabilitas (r11).
Koefisien reliabilitas (r11)
≥ 0.6, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen
reliable. Koefisien reliabilitas (r11) ≤ 0. maka dapat disimpulkan bahwa instrumen tidak reliabel.
4.7 Pengolahan dan Analisa Data 4.7.1 Editing Proses editing merupakan proses pengecekan kelengkapan jumlah kuesioner dan data yang meliputi kelengkapan identitas, lembar kuesioner dan isian kuesioner, sehingga dapat mengetahui ketidaksempurnaan dalam pengisian kuesioner (Arikunto, 2006). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses editing, antara lain: 1) Data dapat dibaca dengan baik 2) Identitas responden terisi dengan lengkap 3) Semua pertanyaan terisi dengan lengkap 4) Terdapat ketidakserasian antara jawaban yg satu dgn yg lain (konsistensi). 5) Terdapat kesalahan lain yang akan mengganggu proses pengolahan data selanjutnya (akurasi) (Sugiyono, 2006).
67
4.7.2 Coding Proses coding meupakan proses yang bertujuan untuk mengubah jawabanjawaban responden ke dalam angka atau bilangan (Notoatmodjo, 2005). Pemberian kode dalam penelitian ini, antara lain: 1. Variabel Penelitian a) Beban Kerja Petani Lansia 1) Beban Kerja Rendah = 1 2) Beban Kerja tinggi
=2
b) Stres Petani Lansia 1) Stres Ringan
=1
2) Stres Berat
=2
2. Karakteristik responden a) Jenis kelamin 1) Perempuan
=1
2) Laki-laki
=2
b) Agama 1) Islam
=1
2) kristen
=2
3) katolik
=3
4) Hindu
=4
5) Budha
=5
68
4.7.3 Entry Proses Entry merupakan proses memasukkan
jawaban-jawaban dari
kuesioner responden ke dalam program pengolahan data di komputer (Setiadi, 2007). Program pengolahan data yang digunakan untuk mengolah data adalah program SPSS 16. 4.7.4 Cleaning Proses cleaning merupakan kegiatan memeriksa data yang telah dimasukan ke dalam program pengolahan data untuk mengetahui kesalahankesalahan dan ketidaklengkapan data (Setiadi, 2007). Data diperiksa kembali untuk mengetahui kesalahan dan data yang tidak dibutuhkan dihapus menggunakan program SPSS 16. 4.7.5 Analisis Data Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan beban kerja dengan stres pada petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember. Analisis data yang digunakan lama penelitian ini adalah analisis deskripitif dan analisis bivariat. 4.7.5.1 Analisis Univariat Analisis
univariat
merupakan
analisis
yang
bertujuan
untuk
mengidentifikasi tiap variabel dari hasil penelitian. Analisis ini juga berfungsi untuk mendeskripsikan karakter data hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel tanpa adanya generalisasi (Notoadmodjo, 2005).
69
Data hasil penelitian meliputi data karakter responden dan variabel penelitian. Data karakteristik responden terdiri dari jenis kelamin, umur, agama, suku dan tingkat pendidikan. Variabel penelitian terdiri dari variabel independen dan dependen. Variabel independen dari penelitian ini adalah beban kerja petani lansia. variabel independen dari penelitian ini adalah stres pada petani lansia. Analisis deskriptif untuk mengidentifikasi karakteristik umur responden, variabel beban kerja petani lansia, stres pada petani lansia menggunakan nilai kecenderungan tengah (central tendency). Analisis karakteristik responden yang meliputi jenis kelamin, agama, suku dan tingkat pendidikan menggunakan distribusi frekuensi. Karakteristik jenis kelamin responden dikategorikan menjadi dua kategori wanita dan laki-laki. Karakteristik agama responden dikategorikan menjadi 5 kategori yang meliputi islam, kristen, katolik, hindu dan budha. Karakteristik tingkat pendidikan responden dikategorikan menjadi 5 kategori yang meliputi tidak sekolah, SD, SMP, SMA dan PT. Variabel dari penelitian ini terdiri dari variabel independent dan variabel dependent. Variabel independent adalah beban keja petani lansia dan variabel dependent adalah stres petani lansia. Penentuan skala ukur untuk analisis deskriptif dalam variabel beban keja petani lansia dan variabel stres petani lansia disajikan berupa nilai tendency central dalam mean dan median.
70
Pengkategorian variabel beban kerja dan stres petani lansia berdasarkan cut of point data dilakukan untuk mempermudah interpretasi data. Jika distribusi data normal maka cut of point menggunakan mean, tetapi jika distribusi data tidak normal maka cut of pointnya menggunakan median. Variabel beban kerja petani lansia memiliki distribusi data normal, maka dikategorikan berdasarkan nilai mean = 44.51. Data variabel beban kerja petani lansia dikategorikan berdasarkan mean untuk mempermudah interpretasi data beban kerja petani lansia. Data variabel beban kerja petani lansia dikategorikan menjadi 2 kategori, yaitu beban kerja rendah untuk responden yang memiliki skor < 44.51 dan beban kerja tinggi untuk responden yang memiliki skor ≥ 44.51. Variabel stres petani lansia memiliki distribusi data normal, maka dikategorikan berdasarkan nilai mean = 48.12. Data variabel stres petani lansia dikategorikan berdasarkan mean untuk mempermudah interpretasi data stres petani lansia. Data variabel stres Petani Lansia dikategorikan menjadi 2 kategori, yaitu stres ringan untuk responden yang memiliki skor < 48.12 dan stres berat untuk responden yang memiliki skor ≥ 48.12.
4.7.5.2 Analisis Inferensial Teknik analisis inferensial merupakan analisis data yang dilakukan dengan menggunakan rumus uji statistik yang bertujuan untuk menganalisis data dengan membuat generalisasi dari sampel bagi populasi. Analisis ini juga digunakan untuk mengidentifikasi hubungan antar variabel yang saling mempengaruhi (Notoatmodjo, 2005).
71
Analisis inferensial pada penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keeratan dan arah hubungan antara beban kerja dengan stres pada petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember. Jenis data pada analisis inferensial antara variabel independen dan dependen adalah numerik dan skala data masing-masing variabel adalah rasio, sehingga data hasil penelitian yang diperoleh diuji menggunakan uji statistik regresi linier sederhana. Uji regresi linier sederhana merupakan uji statistik yang bertujuan mengidentifikasi hubungan antar dua variabel yang bersifat saling berpengaruh antara variabel satu dengan yang lainnya. Uji ini juga bertujuan untuk membuat perkiraan /prediksi nilai variabel dependen melalui variabel independen (Siswanto, 2013). Uji regresi linier sederhana mendeskripsikan hubungan antara variabel independen dengan simbol “X” dan variabel dependen dengan simbol “Y”. Hubungan variabel independen dan dependen dalam uji regresi linier sederhana ini bersifat bersifat kausal yaitu saling berpengaruh antara variabel satu dengan yang lainnya, sehingga regresi dapat digambarkan sebagai bentuk persamaan tertentu antara variabel dependen dengan simbol “Y” dengan variabel independen dengan simbol “X”. Persamaan regresi linier dapat dihasilkan melalui dua cara, yaitu dengan cara manual dan menggunakan program pengolahan data komputer SPSS 16.
72
Rumus persamaan regresi linier sederhana secara manual sebagai berikut: Y = a + b (X)
Rumus untuk mencari nilai “a” dan “b” sebagai berikut : a = (ΣY)( (ΣX2) – (ΣX)( ΣXY) n ΣX2– (ΣX)2
b = n ΣXY – (ΣX) (ΣY) n ΣX– (ΣX)2
Keterangan : a : konstanta, harga Y bila X = 0 (harga konstan) b : koefisien regresi linier sederhana , angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen. Bila b (+) maka naik, bila (-) maka terjadi penurunan. Y : variabel dependen X : variabel independen n : banyak sampel/data Interpretasi dari uji regresi linier sederhana yang dihitung secara manual tergantung dari nilai “b”. Koefisien arah regresi linier sederhana (b) memiliki tanda negatif (-), maka Ho yang diajukan diterima. Koefisien arah regresi linier sederhana (b) memiliki tanda negatif (+), maka Ho yang diajukan ditolak. Persamaan regresi linier sederhana juga dapat didapatkan dengan menggunakan program pengolahan data komputer SPSS 16 dengan hipotesis sebagai berikut: Ho : Tidak ada pengaruh X terhadap Y Ha : Ada pengaruh positif dan signifikan X terhadap Y
73
4.8 Etika Penelitian Penelitian
yang
menggunakan
manusia
sebagai
subjek
harus
menggunakan etika dengan tujuan untuk melindungi hak responden (Setiadi, 2007). Dalam penelitian ini menggunakan etika penelitian, antara lain: 4.9.1 Lembar persetujuan (inform consent) Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada responden dengan agar responden mengetahui maksud dan tujuan dari penelitian (Setiadi, 2007). Responden mempunyai hak menentukan keputusan untuk bersedia menjadi responden atau menolak menjadi responden. 4.9.2 Kerahasiaan (confidietialy) Peneliti menjamin kerahasiaan tentang semua informasi responden yang telah diperoleh peneliti dan tidak menyebarluaskan ke pihak lain. Data hanya dilaporkan dalam hasil penelitian. 4.9.3 Tanpa nama (anonimity) Tanpa nama (anonimity) merupakan suatu bentuk jaminan dengan tidak mencantumkan
identitas
responden.
Peneliti
tidak
diperbolehkan
mencantumkan nama asli responden. Peneliti hanya boleh memberi kode pada lembar kuesioner atau hasil penelitian
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian mengenai hubungan antaraa beban kerja dengan stres pada petani lansia di kelompok tani berlokasi di Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember. Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember secara administratif berbatasan dengan: a. Sebelah utara
: Kabupaten Bondowoso
b. Sebelah timur
: Kecamatan Sumberjambe
c. Sebelah selatan
: Kecamatan Kalisat
d. Sebelah barat
: Kecamatan Jelbuk
Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember memiliki terdiri dari 12 Desa yang meliputi Desa Sukowono, Desa Sukokerto, Desa Mojogemi, Desa Sumberwringin, Desa Balet Baru, Desa Sumber waru, Desa Sukosari, Desa Sukorejo, Arjasa, Desa Sumberdanti, Desa Dawuhan Mangli, dan Desa Pocangan. Wilayah Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember mempunyai luas 44.04 Km2. atau 440.000 Ha. Sebagian wilayah Kecamatan Sukowono terdiri dari dataran tinggi dengan ketinggian 344 m dari atas permukaan laut yang terletak antara 6027'29" - 7014'35" Bujur Timur (BT) dan 7059'49" - 8033'56" Lintang Selatan (LS) (Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember, 2012).
74
75
Jumlah penduduk Kecamatan Sukowono sebanyak 57.376 jiwa yang terdiri dari 28.251 jiwa laki-laki dan 29.126 jiwa perempuan. Penduduk Kecamatan Sukowono terdiri dari Suku Madura dan Jawa. Sebagian besar mata pencaharian penduduk Kecamatan Sukowono adalah sebagai petani, yaitu sebanyak 37.460 jiwa. Namun sebagian kecil penduduk Kecamatan Sukowono memiliki mata pencaharian sebagai swasta, buruh bangunan, dan PNS/ABRI (Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember, 2011). Potensi yang dimiliki oleh wilayah Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember adalah berupa potensi pertanian. Hal tersebut dibuktikan dengan sebagian besar wilayah Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember dimanfaatkan untuk lahan pertanian yaitu sebesar 264.000 Ha (60%). Potensi tersebut juga ditunjang jumlah penduduk Kecamatan Sukowono yang bermata pencaharian sebagai petani sebanyak 37.460 jiwa (66%). Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan petani di Kecamatan Sukowono dengan bantuan dari binaan UPT Pertanian II Sumberjambe adalah dengan pembentukan kelompok tani. Jumlah kelompok tani di Kecamatan Sukowono sebanyak 64 kelompok tani yang tersebar di 12 desa dengan rata-rata jumlah kelompok tani 5-6 kelompok tani tiap desa. Keanggotaan kelompok tani di Kecamatan Sukowono bervariasi dengan umur termuda 28 tahun sampai 70 tahun (Dinas Pertanian Kabupaten Jember, 2008).
76
Varietas tanaman yang dibudidayakan oleh kelompok tani tergantung pada musim tanam. Pada bulan November sampai Mei, seluruh kelompok tani masuk pada nusim tanam padi dikarenakan masuk pada musim penghujan. Pada bulan Juni sampai Oktober masuk pada musim tanam tembakau dikarenakan masuk pada musim penghujan. Namun, musim tanam tergantung pada perubahan awal, baik musim penghujan ataupun musim kemarau (Departemen Pertanian Kabupaten Jember, 2008). Kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tani untuk rentang bulan Juni dan Oktober adalah pembudidayaan tanaman tembakau. Kegiatan kelompok tani pada
pembudidayaan
tanaman
tembakau
meliputi
proses
penanaman,
pemeliharaan, pengairan, penyulaman, penyiangan, pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama, panen, dan pasca panen. Proses penanaman tembakau ini tergantung pada cara budidaya, lokasi tanam, musim atau cuaca, dan cara pengolahan dikarenakan masa tanam tembakau ini 4 bulan dalam setahun. Upaya pemeliharaan tembakau ini dilakukan kegiatan yang meliputi penyiraman, penyulaman, pemupukan, pemangkasan, dan pemetikan. Upaya pengairan pada tembakau dilakukan setiap hari, yaitu pagi dan sore hari yang diberikan pada tanaman tembakau secukupnya. Upaya penyulamam dilakukan setelah tanaman tembakau seminggu ditanam. Upaya penyiangan dapat dilakukan setiap 3 minggu. Usaha pemupukan tanaman tembakau menggunakan pupuk yang tepat berupa pupuk organik dan anorganik (Departemen Pertanian Kabupaten Jember, 2008).
77
Pelaksanaan penelitian mengenai hubungan antara beban kerja dengan stres pada petani lansia di kelompok tani dilakukan pada enam desa di Kecamatan Sukowono yang dipilih secara acak yang meliputi Desa Sukokerto, Desa Sumberwringin, Desa Balet Baru, Desa Sukorejo, Arjasa, Desa Sumberdanti dan Desa Dawuhan Mangli. Sampel diambil menggunakan multistage random sampling. Sampel diambil dengan cara memilih 6 desa secara acak dan dipilih kelompok tani dari tiap desa untuk dijadikan sebagai sampel wilayah yang berjumlah 92 petani lansia yang berumur lebih dari 60 tahun dan tergabung dalam kelompok tani di wilayah Kecamatan Sukowono. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 4 September sampai dengan 22 September 2013. Pengambilan data menggunakan kuesioner beban kerja petani lansia dan kuesioner stres petani lansia. Pengambilan data dilakukan dengan cara door to door dengan meminta bantuan kepada ketua kelompok tani tembakau masingmasing desa untuk membantu mengarahkan ke rumah responden. Peneliti memberikan lembar informed consent kepada responden dan menjelaskan tentang tujuan dan manfaat penelitian. Peneliti mendampingi responden dalam pengisian kuesioner untuk membantu responden mengisi atau menjelaskan pernyataan yang dianggap kurang jelas oleh responden. Data hasil pengisian kuesioner beban kerja petani lansia dan stres petani lansia akan diolah dengan menggunakan program SPSS 16.0 yang meliputi editing, coding, entry, dan cleaning.
78
5.2
Hasil Penelitian Hasil penelitian ditampilkan dalam bentuk tabel dan narasi, sedangkan
pada pembahasan ditampilkan dalam bentuk narasi. Data hasil penelitian dianalisis secara univariat dan bivariat. Analisis univariat ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi yang meliputi data karakteristik responden yang meliputi jenis kelamin, umur dan agama. Analisis univariat juga dilakukan pada variabel beban kerja petani lansia dan variabel stres petani lansia. Analisis bivariat dilakukan dengan mengidentifikasi hubungan antara beban kerja dengan stres pada petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember. 5.2.1 Data Karakteristik Responden Penelitian Karakteristik responden penelitian merupakan identitas dari responden yang meliputi jenis kelamin, umur, dan agama. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.1 dan karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel 5.2. Karakteristik responden berdasarkan agama dapat dilihat pada tabel 5.3. Tabel 5.1 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember Bulan September 2013 Jenis Kelamin Perempuan laki-laki Total
Jumlah (orang) 21 71 92
Persentase (%) 22.8 77.2 100.0
Sumber: Data Primer, September 2013
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 92 responden penelitian ini, sebagian besar responden berjenis kelamin
laki-laki sebanyak 71 orang
(77.2%) dan sisanya berjenis kelamin perempuan sebanyak 21 orang (22.8%).
79
Tabel 5.2 Distribusi Responden Menurut Umur di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember Bulan September 2013 Variabel
Mean
Median
Modus
SD
Min-Maks
Umur (Th)
64.47
63.00
63
4.104
60-75
Sumber: Data Primer, September 2013
Berdasarkan tabel 5.2 menunjukan bahwa usia responden petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Jember rata-rata berusia 64.47 tahun. Umur termuda responden adalah 60 tahun dan umur tertua adalah 75 tahun.
Tabel 5.3 Distribusi Responden Menurut Agama di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember bulan September 2013 Agama Islam Total
Jumlah (orang) 92 92
Persentase (%) 100 100
Sumber: Data Primer, September 2013
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa seluruh responden menganut agama islam dengan jumlah sebanyak 92 orang (100%).
5.2.2 Data Khusus Variabel penelitian dari hasil penelitian ini terdiri dari variabel yang meliputi beban kerja petani lansia, stres petani lansia dan hubungan beban kerja dengan stres pada petani lansia di Kelompok Tani Tembakau. Pemaparan variabel penelitian dapat dilihat pada masing-masing tabel di bawah ini.
80
a. Beban Kerja Petani Lansia Tabel 5.4 Distribusi Responden Menurut Beban Kerja Petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember Bulan September 2013 Variabel
Mean
Median
Modus
SD
Min-Maks
Beban Kerja Petani Lansia
44.51
45.00
45
6.645
23-51
Sumber: Data Primer, September 2013
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukan bahwa skor beban kerja petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Jember rata-rata sebesar 44.51. Skor beban kerja petani lansia terbanyak adalah sebesar 45. Skor beban kerja petani lansia terendah adalah 23 dan tertinggi adalah 51. Pada variabel beban kerja petani lansia didapatkan nilai skewness -0,501 dan
standart error of
skewness 0,251. Hasil bagi keduanya bernilai -2 sehingga dapat dikatakan variabel beban kerja petani lansia berdistribusi normal. Data variabel beban kerja petani lansia dikategorikan berdasarkan mean untuk mempermudah interpretasi data beban kerja petani lansia. Data beban kerja petani lansia dikategorikan menjadi beban kerja rendah jika skor yang diperoleh < 44.51dan beban kerja tinggi jika skor yang diperoleh ≥ 44.51. Kategori beban kerja petani lansia dapat dilihat pada 5.5. Tabel 5.5 Distribusi Responden Menurut Beban Kerja pada Petani Lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember Bulan September 2013 Beban Kerja Petani lansia Beban Kerja Rendah Beban Kerja Tinggi Total
Frekuensi 32 60 92
Sumber: Data Primer, September 2013
Persentase (%) 34,8 65,2 100
81
Tabel 5.5 menguraikan distribusi data tentang beban kerja pada petani lansia. Jumlah responden yang memiliki beban kerja rendah sebanyak 32 responden (34,8%) dan jumlah responden yang memiliki beban kerja tinggi sebanyak 60 responden (65.2%). Hasil penelitian pada 60 petani lansia yang memiliki beban kerja tinggi dikarenakan memiliki sikap kerja dan faktor somatis yang buruk. Beban kerja petani lansia terdiri dari 3 indikator pembentuk, yaitu sikap kerja, waktu kerja dan istirahat dan faktor somatis terkait dengan beban kerja petani lansia dan semua indikator tersebut terangkum pada tabel 5.6. Tabel 5.6 Distribusi Responden Menurut Indikator Beban Kerja dan Tingkatan Beban Kerja pada Petani Lansia Di Kelompok tani Tembakau Kecamatan Sukowono
Kabupaten Jember September 2013
Variabel Indikator Beban Kerja
Tingkatan Beban Kerja Beban Beban Kerja Kerja Tinggi Rendah F % F %
Total f
%
Sikap Kerja
26
28,3
66
71,7
92
100
Waktu Kerja dan Istirahat
28
30,4
64
69,6
92
100
Faktor Somatis
34
37,0
58
63,00
92
100
Sumber: Data Primer, September 2013
Tabel 5.6 memaparkan keberagaman data mengenai indikator sikap kerja petani lansia yang tidak merata pada setiap kategori. Distribusi data pada indikator mengenal sikap kerja adalah distribusi normal karena didapat hasil bagi skewness dengan standart error adalah 0,501 dengan 0,251 sebesar 2,00 sehingga cut of point mengacu pada nilai mean sebesar 14,84.
82
Indikator sikap kerja baik terkait beban kerja rendah jika skor yang diperoleh < 14,84 dan indikator Sikap Kerja buruk terkait beban kerja tinggi jika skor yang diperoleh ≥14,84. Jumlah responden yang memiliki sikap baik terkait dengan beban kerja rendah sebanyak 26 orang (28,3%) dan jumlah responden yang memiliki sikap buruk terkait dengan beban kerja tinggi sebanyak 66 orang (71,7%). Tabel 5.6 memaparkan keberagaman data mengenai indikator waktu kerja dan istirahat petani lansia yang tidak merata pada setiap kategori. Distribusi data pada indikator waktu kerja dan istirahat adalah distribusi normal karena didapat hasil bagi skewness dengan standart error adalah 0,500 dengan 0,251 sebesar 1,99 sehingga cut of point mengacu pada nilai mean sebesar 12.06. Indikator waktu kerja dan istirahat petani lansia yang cukup dan baik terkait beban kerja rendah jika skor yang diperoleh < 12.06 dan indikator sikap waktu kerja dan istirahat petani lansia yang buruk terkait beban kerja tinggi jika skor yang diperoleh ≥12.06. Jumlah responden yang memiliki waktu kerja dan istirahat petani lansia yang cukup dan baik terkait beban kerja rendah sebanyak 28 orang (30,4%) dan jumlah responden yang memiliki waktu kerja dan istirahat petani lansia yang buruk terkait beban kerja tinggi sebanyak 64 orang (69,6%). Tabel 5.6 memaparkan keberagaman data mengenai indikator faktor somatis petani lansia yang tidak merata pada setiap kategori. Distribusi data pada indikator faktor somatis adalah distribusi normal karena didapat hasil bagi skewness dengan standart error adalah 0,501 dengan 0,251 sebesar 2,00 sehingga cut of point mengacu pada nilai mean sebesar 17,00.
83
Indikator faktor somatis petani lansia yang baik terkait beban kerja rendah jika skor yang diperoleh < 17,00 dan indikator Sikap faktor somatis petani lansia yang buruk terkait beban kerja tinggi jika skor yang diperoleh ≥17,00. Jumlah responden yang memiliki faktor somatis yang baik terkait beban kerja rendah sebanyak 34 orang (37%) dan jumlah responden yang memiliki faktor somatis petani lansia yang buruk terkait beban kerja tinggi sebanyak 58 orang (63%).
b. Stres Petani Lansia Tabel 5.7 Distribusi Responden Menurut Stres Petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember Bulan September 2013 Variabel
Mean
Median
Modus
SD
Min-Maks
Stres Petani Lansia
48.12
49.00
48.00
4.309
37-56
Sumber: Data Primer, September 2013
Berdasarkan tabel 5.7 menunjukan bahwa skor stres petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Jember rata-rata sebesar 48.12. Skor stres petani lansia terbanyak adalah sebesar 48. Skor stres petani lansia terendah adalah 37 dan tertinggi adalah 56. Pada variabel stres petani lansia didapatkan nilai skewness -0,500 dan standart error of skewness 0,251. Hasil bagi keduanya bernilai -2 sehingga dapat dikatakan variabel stres petani lansia berdistribusi normal.
84
Data variabel beban kerja petani lansia dikategorikan berdasarkan mean untuk mempermudah interpretasi data stres petani lansia. Data stres petani lansia dikategorikan menjadi stres ringan jika skor yang diperoleh < 48.12 dan beban stres berat jika skor yang diperoleh ≥ 48.12. Kategori stres petani lansia dapat dilihat pada 5.8. Tabel 5.8 Distribusi Responden Menurut Stres pada Petani Lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember Bulan September 2013 Stres Petani lansia Stres ringan Stres berat Total
Frekuensi 45 47 92
Persentase (%) 48,9 51,1 100
Sumber: Data Primer, September 2013
Tabel 5.8 menguraikan distribusi data tentang stres pada petani lansia. Jumlah responden yang mengalami stres ringan sebanyak 45 responden (48,9%) dan jumlah responden yang mengalami stres berat sebanyak 47 responden (51,1%). Hasil penelitian pada 47 petani lansia yang mengalami stres berat dan memiliki sistem koping yang rendah. Stres petani lansia terdiri dari 3 indikator pembentuk, yaitu respon kognitif, respon emosi dan respon tingkah laku terkait dengan stres petani lansia dan semua indikator tersebut terangkum pada tabel 5.9.
85
Tabel 5.9 Distribusi Responden Menurut Indikator Stres dan Tingkatan Stres pada Petani Lansia Di Kelompok tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember September 2013
Variabel Indikator Stres
Tingkatan Stres Stres Stres Berat Ringan F % F %
Total f
%
Respon Kognitif
25
27,2
67
72,8
92
100
Respon emosi
23
25,0
69
75,0
92
100
Respon tingkah laku
43
46,7
49
53,3
92
100
Sumber: Data Primer, April 2013
Tabel 5.9 memaparkan keberagaman data mengenai indikator respon kognitif petani lansia yang tidak merata pada setiap kategori. Distribusi data pada indikator mengenal sikap kerja adalah distribusi normal karena didapat hasil bagi skewness dengan standart error adalah 0,501 dengan 0,251 sebesar 2,00 sehingga cut of point mengacu pada nilai mean sebesar 21. Indikator respon kognitif yang baik terkait stres ringan jika skor yang diperoleh < 21 dan indikator respon kognitif yang buruk terkait stres berat jika skor yang diperoleh ≥21. Jumlah responden yang memiliki respon kognitif yang baik terkait stres ringan sebanyak 25 orang (27,2%) dan jumlah responden yang memiliki respon kognitif yang buruk terkait stres berats sebanyak 67 orang (72,8%).
86
Tabel 5.9 memaparkan keberagaman data mengenai indikator respon emosi petani lansia yang tidak merata pada setiap kategori. Distribusi data pada indikator waktu kerja dan istirahat adalah distribusi normal karena didapat hasil bagi skewness dengan standart error adalah 0,490 dengan 0,251 sebesar 1,95 sehingga cut of point mengacu pada nilai mean sebesar 14. Indikator respon emosi petani lansia yang baik terkait stres ringan jika skor yang diperoleh < 14 dan indikator respon emosi petani lansia yang buruk terkait stres berarti jika skor yang diperoleh ≥14. Jumlah responden yang memiliki respon emosi yang baik terkait stres rendah sebanyak 23 orang (25%) dan jumlah responden yang memiliki respon emosi yang buruk terkait stres berat sebanyak 69 orang (75%). Tabel 5.9 memaparkan keberagaman data mengenai indikator respon tingkah laku petani lansia yang merata pada setiap kategori. Distribusi data pada indikator respon tingkah laku adalah distribusi normal karena didapat hasil bagi skewness dengan standart error adalah -0,06 dengan 0,251 sebesar -0,2, sehingga cut of point mengacu pada nilai mean sebesar 12,70. Indikator respon tingkah laku petani lansia yang baik terkait stres ringan jika skor yang diperoleh < 12,70 dan indikator respon tingkah laku petani lansia yang buruk terkait stres berat jika skor yang diperoleh ≥12,70. Jumlah responden yang memiliki respon tingkah laku petani lansia yang baik terkait stres ringan sebanyak 43 orang (46,7%) dan jumlah responden yang memiliki respon tingkah laku petani lansia yang buruk terkait stres berat sebanyak 49 orang (53,3%).
87
c. Hubungan Beban Kerja dengan Stres pada Petani Lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten jember Analisis hubungan antara beban kerja dengan stres pada petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember dengan menggunakan uji statistik regresi linier sederhana dapat dilihat pada tabel 5.10. Tabel 5.10 Analisis Korelasi dan Regresi Fungsi Beban Kerja dengan Stres pada Petani Lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember Bulan September 2013 Variabel
R
R²
Persamaan Garis
P value
Beban Kerja Petani Lansia Stres Petani lansia
0,527
0,278
32.814 + 0,352 * Beban Kerja Petani Lansia
0,0001
Sumber: Data Primer, September 2013
Tabel 5.10 berdasarkan hasil analisis diatas diketahui bahwa hubungan beban kerja dengan stres pada petani lansia menunjukkan hubungan cukup (r = 0,527) dan berpola positif artinya semakin besar beban kerja pada petani lansia, maka semakin besar stres yang dialami oleh petani lansia. Nilai koefisien dengan determinasi 0,278 artinya persamaan garis regresi yang diperoleh dapat menerangkan 27,8% variasi besar stres yang dialami oleh petani lansia atau persamaan garis yang diperoleh cukup baik untuk menjelaskan variabel stres petani lansia. Hasil uji statistik didapatkan ada hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan stres pada petani lansia (Pvalue = 0.0001).
88
Hasil uji statistik regresi linier sederhana didapatkan nilai intercept (nilai a) yaitu nilai yang menunjukkkan perbedaan besarnya rata-rata variabel stres petani lansia ketika variabel beban kerja petani lansia =0 sebesar 32.814, dan nilai slope (nilai b) yaitu nilai yang menunjukkan besar perubahan variabel stres petani lansia bila variabel beban kerja petani lansia berubah 1 unit pengukuran sebesar 0,352 sehingga didapatkan persamaan regresi sebagai berikut :
Y = a + bX Stres Petani lansia = 32.814+ 0,352 x Beban Kerja petani Lansia
Berdasarkan persamaan garis diatas, dapat diprediksi variabel dependen (stres petani lansia) dengan variabel independen (beban kerja petani lansia). Jika petani lansia memiliki tidak memiliki beban kerja (skor variabel beban kerja = 0), maka petani lansia tetap mengalami stres dengan skor sebesar 32.814. Stres yang dialami oleh petani lansia berada pada tingkatan stres ringan. Jika petani lansia memiliki memiliki beban kerja dengan skor 12, maka perhitungan besar skor stres petani lansia, yaitu : Stres Petani lansia = 32.814+ 0,352 x Beban Kerja petani Lansia = 32.814+ 0,352 x (12) = 37.038 Petani lansia yang memiliki beban kerja dengan skor = 12, maka petani lansia mengalami stres dengan skor sebesar 37.038. Hal tersebut menunjukan bahwa petani lansia mengalami stres pada tingkatan ringan.
89
Jika skor variabel beban kerja = 60 , maka perhitungan besar skor stres petani lansia, yaitu : Stres Petani lansia = 32.814+ 0,352 x Beban Kerja petani Lansia = 32.814+ 0,352 x (60) = 53.934. Petani lansia yang memiliki beban kerja dengan skor = 60, maka petani lansia mengalami stres dengan skor sebesar 37.038. Hal tersebut menunjukan bahwa petani lansia mengalami stres dengan berat dengan tingkatan berat.
5.3 Pembahasan Pembahasan pada penelitian ini disajikan dalam bentuk narasi berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh oleh peneliti. Penjabaran dari pembahasan penelitian yaitu karakteristik responden (umur, agama dan jenis kelamin responden) serta variabel penelitian terdiri dari beban kerja petani lansia, stres petani lansia, dan hubungan beban kerja dengan stres pada petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember. 5.3.1 Data Karakteristik Responden Hasil penyajian tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden petani lansia berjenis kelamin laki-laki dan sisanya berjenis kelamin perempuan. Jenis kelamin merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi ambang stres individu jika dihubungkan dengan stresor berupa beban kerja yang berlebihan. Perempuan memiliki daya tahan yang lebih baik terhadap stresor daripada laki-laki karena memiliki hormon estrogen yang masih bekerja normal.
90
Namun, stres pada wanita yang sudah berumur lebih dari 60 tahun tinggi daripada yang dialami laki-laki yang juga sudah berumur lebih dari 60 tahun. Hal ini dikarenakan adanya transisi fungsi reproduksi dan hormonal atau menopause (Siswanto, 2007). Penelitian Azizah (2012) menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan stres kerja. Hal tersebut disebabkan karena perbedaan kelamin tidak memberikan kontribusi yang berarti pada timbulnya stres pada pekerja, tetapi perbedaan gender yang lebih berpengaruh pada stres. Perbedaan gender ini menyatakan suatu perbedaan psikologis individu yang dibedakan menjadi maskulin dan feminim. individu dengan kepribadian maskulin lebih mampu menghadapi stresor yang datang tanpa perasaan emosional yang berlebihan dan dengan tingkat kecemasan. Perbedaan hasil penelitian tentang hubungan antara stres dengan jenis kelamin ini menunjukan adanya dua sudut pandang yang berbeda. Jika dipandang dengan sudut pandang kesehatan, wanita memiliki sistem hormon yang membuat wanita tahan terhadap stressor tanpa harus memendang sisi maskulin ataupun feminim. Sementara itu, jika menggunakan sudut pandang perbedaan gender yang melibatkan sifat maskulin dan feminim, maka dapat disimpulkan jika pekerja yang memiliki sifat yang maskulin lebih memiliki koping yang lebih baik.
91
Berdasarkan tabel 5.2 menunjukan bahwa rata-rata umur responden petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Jember adalah 64 tahun. Umur merupakan faktor yang mempengaruhi toleransi terhadap stres pada petani lansia. Hal ini dikarenakan petani lansia mengalami perubahan baik secara fisik dan kognitif yang menyebabkan kemampuan beradaptasi dengan stressor menurun. Hal itu menimbulkan petani lansia rentan terhadap stres (Azizah, 2011). Penelitian Fitri (2012) menjelaskan bahwa mengenai semakin tua umur pekerja, khususnya petani, maka semakin rendah stres yang dialami. Hal tersebut dikarenakan pekerja yang telah berusia tua atau lebih dari 60 tahun lebih memiliki keadaan mental yang lebih stabil daripada pekerja yang lebih muda. Pekerja yang lebih muda lebih produktif daripada pekerja yang lebih tua. Hal tersebut jutru membuat pekerja yang muda memiliki ambisi untuk membangun karir demi masa depan. Ambisi dapat menjadi tuntutan yang besar bagi pekerja yang berusia muda dan bisa menjadi beban pikiran dalam menjalankan pekerjaanya, sehingga pekerja yang berusia muda lebih rentan terhadap stres. Perbedaan pendapat mengenai kerentanan petani lansia terhadap stres dapat dipandang dari sisi yang berbeda. Jika dipandang dari sisi petani lansia mengalami penuaan baik yang bersifat fisik ataupun mental, maka petani lansia lebih rentan terhadap stres daripada petani yang berusia muda. Jika dipandang dari sifat yang dimiliki oleh lansia, maka petani bisa bersifat lebih tenang karena memiliki koping yang lebih baik.
92
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa seluruh responden menganut agama islam. Agama merupakan aspek keyakinan yang berhubungan dengan kebutuhan
untuk
mempertahankan
keyakinan
dan
kewajiban
agama,
pengampunan dan rasa percaya pada Tuhan. Faktor ini juga berpengaruh pada pembentukan sikap, perilaku dan koping dalam menghadapi stresor pada petani lansia. Hal ini dikarenakan petani lansia tidak memiliki keyakinan dan rasa percaya pada Tuhan, maka dapat menimbulkan sikap dan koping yang buruk dalam menghadapi stresor. Hal itu dapat meningkatkan cemas dan stres pada petani lansia. Hal tersebut ditunjukan dengan petani lansia lebih mengekspresikan kebutuhan untuk mendapat bantuan dari orang lain (Stanley, 2006).
5.2.2 Beban Kerja Petani Lansia Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki beban kerja tinggi sebanyak 60 responden (65,2%). Hal ini membuktikan bahwa terdapat ketimpangan antara kapasitas kemampuan petani lansia dengan hasil panen yang dihasilkan. Hal ini terlihat seluruh indikator beban kerja petani lansia yang meliputi sikap kerja, waktu kerja dan istirahat, dan faktor kognitif yang merujuk pada tingkatan beban kerja tinggi. Beban kerja merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk menyelesaikan suatu tuntutan pekerjaan yang harus diseselaikan pada waktu tertentu. Beban kerja tergantung pada kapasitas, besar tuntutan kerja dan fungsi kognitif individu. Beban kerja pada setiap individu harus sesuai dengan tahap perkembangan dari individu (Winarsunu, 2008).
93
Manuaba (2000) menyatakan bahwa semakin tinggi tuntutan kerja yang dimiliki oleh pekerja, maka akan dapat meningkatkan beban kerja pekerja. Beban kerja yang meningkat disebabkan oleh ketimpangan antara kapasitas yang dimiliki dengan tuntutan kerja. Hal tersebut dapat berdampak pada keadaan fisik dan psikis pekerja, terutama pekerja lansia. Dampak dari beban kerja dapat dilihat dari dua faktor, yaitu faktor yang berhubungan dengan pekerjaan dan faktor yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Faktor yang berhubungan dengan pekerjaan, yaitu bahaya kesehatan ditempat kerja dan lingkungan kerja. Faktor yang tidak berhubungan dengan beban kerja, yaitu pelayanan kesehatan kerja dan perilaku kerja (Efendi, 2009). Mayoritas penyebab munculnya dampak beban kerja adalah perilaku dari pekerja yang kurang memperhatikan ergonomi (pengaturan situasi dalam lingkungan kerja). Faktor yang perlu diperhatikan dalam perencanaan ergonomi yang berhubungan dengan manusia adalah keterbatasan baik fisik ataupun mental yang dimiliki oleh manusia dan perbedaan keadaan fisik tiap orang berbeda. Jika faktor-faktor tersebut diabaikan dapat berdampak negatif pada kesehatan pekerja yang berupa keluhan-keluhan (symptom) sebagai indikasi keadaan sakit (Nurmianto, 2004).
94
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi dampak yang diakibatkan oleh beban kerja yang tinggi pada petani lansia adalah dengan melakukan upaya pencegahan. Upaya pencegahan terdiri dari pencegahan primer, sekunder dan tersier. Upaya pencegahan dengan lingkup individu dapat dilakukan dengan pencegahan secara primer, sekunder dan tersier. Upaya pencegahan secara primer dapat dilakukan dengan mengkaji faktor-faktor yang yang dapat meningkatkan beban kerja dan dampak yang merugikan lansia yang bekerja sebagai petani. pengkajian faktor-faktor ini bertujuan untuk mencegah awitan stresor yang beban kerja menjadi bersifat berlebihan dan menimbulkan dampak yang merugikan lansia yang bekerja sebagai petani (Mickey, 2006). Pencegahan primer
juga dapat
dilakukan dengan memodifikasi
lingkungan kerja lansia yang meliputi penggunaan alat transportasi aman, meminimalkan penggunaan alat-alat berat dan penggunaan alat pelindung diri. Penggunaan alat transportasi yang aman merupakan salah satu hal yang dapat mendukung keselamatan lansia dalam melakukan usaha tani. Alat transportasi yang baik dapat mencegah adanya kecelakaan kerja pada petani lansia. penggunaan alat-alat berat perlu dikurangi. Pengurangan tersebut berhubungan dengan pengetahuan yang minim mengenai cara penggunaan alat-alat berat dan kapasitas kemampuan yang dimiliki petani lansia untuk menggunakan alat-alat berat. Penggunaan alat pelindung diri berhubungan dengan kesehatan kerja petani lansia. Penggunaan alat pelindung diri dapat mengurangi paparan zat kimia pestisida dan dampak yang dapat ditimbulkan, sehingga dapat mengurangi beban kerja pada petani yang telah berusia lebih dari 60 tahun (Winarsunu, 2008).
95
Pencegahan sekunder yang dapat dilakukan dengan melakukan pengkajian mengenai gejala-gejala fisik yang dirasakan oleh petani lansia. pengkajian tersebut dapat menjadi dasar untuk melakukan intervensi selanjutnya. Upaya pelatihan mengenai cara bertani sesuai dengan ergonomi dan memperhatikan kesehatan kerja yang baik perlu dilakukan untuk menurunkan intensitas stresor beban kerja dan dampak negatif yang ditimbulkan. Pencegahan juga dapat dilakukan dengan melibatkan keluarga untuk lebih memberi perhatian dengan menjadi pendengar yang baik pada saat petani lansia merasakan beban kerja yang dimiliki terlalu berlebihan (Stanley, 2006). Pencegahan sekunder juga dapat dilakukan dengan penggunaan teknik intervensi krisis perlu dilakukan. Teknik intervensi krisis yang meliputi ventilasi, klarifikasi, pemberian saran, manipulasi dan penguatan perilaku petani lansia. Ventilasi
berupa
pengungkapan
kembali
tentang
hal-hal
yang
dapat
membangkitkan emosi. Tahap klarifikasi merupakan tahap untuk memperjelas hubungan perasaan yang dirasakan dengan kenyataan. Tahap pemberian saran berupa tahap untuk meningkatkan keyakinan petani lansia bahwa permasalahan dapat terpecahkan. Tahap manipulasi berupa memanfaatkan emosi dan keinginan petani lansia dengan menanamkan nilai-nilai positif. Penguatan perilaku dilakukan dengan menberikan respon yang positif kepada petani lansia untuk memperkuat nilai-nilai positif yang ditanamkan (Yosep, 2009).
96
Pencegahan tersier yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan terapi kelompok yang melibatkan kelompok tani sebagai wadah berkumpul petani lansia. Kegiatan bertujuan untuk meningkatkan interaksi petani lansia dengan petani yang lain. Kegiatan ini dapat menjadi tempat untuk mendiskusikan kesulitan-kesulitan yang dirasakan oleh petani lansia, sehingga dapat meringankan beban kerja yang dirasakan dan meminimalkan dampak negatif yang muncul. Pemberian dukungan konseling yang dilakukan oleh perawat keselamatan dan kesehatan kerja petani lansia dengan melibatkan keluarga (Effendi, 2009). Penilaian terhadap beban kerja petani lansia terdiri dari tiga indikator yang dijelaskan sebagai berikut: a.
Sikap Kerja
Indikator sikap kerja dapat menunjukan wujud dari sikap yang ditunjukan dalam menyelesaikan pekerjaanya.. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data bahwa sebagian besar responden tidak memiliki sikap kerja yang baik sebanyak 66 responden (71,7%). Sikap kerja merupakan hal yang dapat mempengaruhi besar beban kerja yang disarakan oleh petani lansia. hal ini terjadi dikarenakan sikap kerja menunjukan sikap petani lansia untuk menyelesaikan tuntutan kerja yang dapat menjadi beban kerja bagi petani lansia jika tidak dapat diselesaikan dengan baik (Tikno, 2010).
97
b. Waktu Kerja dan Istirahat Indikator waktu kerja dan istirahat pengorganisasian waktu untuk melakukan dan menyelesaikan pekerjaan yang dimiliki. Organisasi waktu yang baik ditunjukan dengan waktu kerja dan waktu istirahat seimbang. Hal ini berdampak baik bagi kesehatan pekerja, terutama petani lansia. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data bahwa sebagian besar responden tidak memiliki pengorganisasian waktu kerja dan istirahat yang baik sebanyak 64 responden (69,6%). Pengorganisasian waktu yang baik peda petani lansia dapat menentukan status kesehatan pekerja , baik
secara
fisik
ataupun psikis.
Hal
itu
dikarenakan
dampak
dari
pengorganisasian dalam menyelesaikan pekerjaan dapat mengurangi beban kerja dan meningkatkan status kesehatan petani lansia (Himawan, 2009). c. Faktor somatis Indikator faktor somatis berkaitan pada fungsi organ tubuh petani lansia. Faktor ini menentukan kapasitas kemampuan yang dimiliki oleh petani lansia untuk menyelesaikan pekerja lansia. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data bahwa sebagian besar responden tidak memiliki faktor somatis yang baik sebanyak 58 responden (63%). Faktor somatis yang baik dapat menentukan kualitas pekerjaan yang dihasilkan oleh petani lansia. Hal ini berkaitan dengan fungsi organ tubuh yang merupakan faktor pendukung untuk menghasilkan suatu produktivitas yang baik petani lansia untuk menyelesaikan beban kerja yang dimiliki (Handoyo, 2009).
98
Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengajarkan teknik relaksasi progresif untuk meminimalisir keluhan-keluhan fisik yang dialami oleh petani akibat beban kerja yang berlebihan. Teknik ini dapat membantu petani lansia untuk mendapatkan perasaan yang rileks, sehingga dapat mengurangi ketegangan otot. Ketegangan otot yang tidak tertangani dapat mengakibatkan keluhan-keluhan fisik. Hal ini terjadi dikarenakan teknik relaksasi merupakan perpanjangan serabut otot skletal , sehingga dapat menurunkan ketegangan akibat perpindahan serabut otot yang dapat terjadi karena faktor beban kerja yang berlebihan dan dapat menimbulkan kecemasan dan stres pada petani lansia (Niela, 2009).
5.2.3 Stres Petani lansia Hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang mengalami stres ringan sebanyak 45 responden (48,9%) dan jumlah responden yang mengalami stres berat sebanyak 47 responden (51,1%). Hal ini membuktikan bahwa kemampuan koping terhadap stresor yang dialami oleh petani lansia, yaitu ketimpangan antara kapasitas kemampuan petani lansia dengan hasil panen masih rendah. Hal ini terlihat seluruh indikator stres petani lansia yang meliputi respon kognitif, respon emosi, dan respon tingkah laku yang lebih merujuk pada tingkatan stres berat. Stres merupakan suatu reaksi adaptif yang bersifat non-spesifik yang dimiliki oleh individu terhadap tekanan stimulus atau stressor. Reaksi stres ini bersifat individual. Reaksi ini dapat terjadi jika terjadi ketidakseimbangan antara keadaan fisik dan psikis akibat stresor yang berlebihan (Hartono, 2007).
99
Menurut Hawari (2001), menyatakan bahwa penggolongan stres dapat dilakukan berdasarkan gejala-gejala yang dirasakan, yaitu stres tingkat I, stres tingkat II, stres tingkat III, stres tingkat IV, stres tingkat V dan stres tingkat VI. Stres tingkat I dapat digambarkan melalui gejala-gejala yang meliputi semangat yang berlebihan, gugup berlebihan dan kemampuan dalam menyelesaikan pekerjaan lebih dari dari biasanya. Stres tingkat II dapat digambarkan melalui gejala-gejala yang meliputi merasa letih sewaktu bangun pagi, merasa lelah sesudah makan siang dan sore hari, kadang-kadang mengalami gangguan dalam sistem pencernaan, perasaan tegang pada otot-otot punggung dan tengkuk dan perasaan tidak santai. Stres tingkat III dapat digambarkan melalui gejala-gejala yang meliputi mengalami gangguan pencernaan, ketegangan otot dan gangguan tidur. Stres tingkat IV dapat digambarkan melalui gejala-gejala yang dirasakan meliputi mengalami gangguan tidur, memiliki perasaan pesimis dan kemampuan konsentrasi berkurang. Stres tingkat V dapat digambarkan melalui gejala-gejala yang meliputi keletihan yang berlebihan, tidak mampu melaksanakan pekerjaan yang sederhana dan mengalami gangguan pencernaan. Stres Tingkat VI dapat digambarkan melalui gejala-gejala yang dirasakan meliputi jantung berdebardebar, sesak napas , keringat bercucuran dan tubuh dingin.
100
Stres pada petani lansia adalah hal yang tidak menyenangkan yang dialami oleh petani lansia akibat adanya stressor yang berlebihan dan keterbatasan kemampuan yang dimiliki. Stres pada petani lansia juga dapat diakibatkan oleh adanya tuntutan pekerjaan yang berlebihan. Hal tersebut dapat menimbulkan beban pikiran yang dapat menjadi beban kerja bagi bagi petani lansia, sehingga petani lansia menjadi rentan terhadap stres (Maryam, 2009). Dhini (2010) menyatakan bahwa faktor lingkungan yang buruk, salah satunya yaitu beban kerja yang berlebihan dalam pekerjaan dapat meningkatkan stres petani lansia. Beban kerja tersebut terjadi karena adanya tuntutan kerja yang tinggi.
Sikap
kerja
yang
buruk
menunjukan
ketidakmampuan
dalam
menyelesaikan pekerjaan yang dimiliki. Sikap kerja yang buruk dapat memicu gangguan mental stres pada petani lansia. Konsep stres kerja dapat ditinjau dari beberapa sudut, yaitu stres kerja sebagai hasil dari keadaan lingkungan kerja, stres sebagai beban kerja dan stres sebagai akibat dari waktu kerja yang berlebihan dan faktor tanggung jawab kerja. Stres kerja sebagai hasil dari keadaan lingkungan berarti bahwa stres dapat muncul sebagai dampak lingkungan kerja yang kurang kondusif dalam melaksanakan pekerjaan. Lingkungan kerja yang buruk dapat meningkatkan kecelakaan kerja pada pekerja, khususnya lansia yang bekerja sebagai petani. Stres karena beban kerja dapat berarti bahwa stres dapat muncul akibat adanya stresor beban kerja yang berlebihan pada lansia yang bekerja sebagai petani, sehingga dapat menimbulkan gejala stres pada lansia yang bekerja sebagai petani.
101
Stres sebagai akibat dari waktu kerja yang berlebihan dan faktor tanggung jawab kerja berarti stres diakibatkan oleh proporsi waktu kerja yang terlalu berlebihan yang disebabkan rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan yang dimiliki lansia yang bekerja sebagai petani. Penggunaan waktu kerja yang berlebihan dapat berdampak pada kesehatan fisik dan mental lansia yang bekerja sebagai petani (Siswanto, 2007). Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi stres pada lansia yang bekerja sebagai petani dapat berupa pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer berfokus pada promosi kesehatan untuk mencegah gejala-gejala stres sejak dini pada lansia yang bekerja sebagai petani. Pencegahan primer dapat dilakukan dengan mengkaji faktor-faktor yang dapat menimbulkan stres pada lansia yang bekerja sebagai petani. Upaya lain yang dapat dilakukan adalah penyuluhan mengenai safety farming yang meliputi posisi kerja, pengaturan waktu kerja dan istirahat yang ideal dan penggunaan alat pelindung diri (Effendi, 2009). Pencegahan sekunder yang bisa dilakukan meliputi membantu petani lansia untuk memberikan perhatian dengan melibatkan pihak keluarga, memberikan informasi tentang stres, memodifikasi lingkungan dan melakukan terapi relaksasi progresif. Upaya memberikan perhatian dengan melibatkan keluarga dapat menunjukan sikap kepedulian baik perawat, maupun keluarga dan siap untuk menjadi pendengar yang baik bagi lansia yang bekerja sebagai petani, sehingga dapat menurunkan tingkat stres pada lansia yang bekerja sebagai petani.
102
Upaya memberikan informasi mengenai stres kepada lansia yang bekerja sebagai petani dapat meningkatkan pemahaman mengenai gejala stres yang dirasakan dan mempercepat dalam menurukan stres. Upaya memodifikasi lingkungan bagi memodifikasi lingkungan dapat dilakukan pada lingkungan kerja dan lingkungan keluarga. Upaya modifikasi pada lingkungan kerja dapat dilakukan dengan mengurangi penggunaan alat-alat berat, penataan tempat kerja yang baik dan penggunaan alat pelindung diri. Upaya modifikasi lingkungan keluarga lebih dapat dilakukan dengan menciptakan suasana yang kondusif dan komunikasi yang baik antar anggota keluarga, sehingga lansia yang bekerja sebagai petani dapat mengungkapkan keluhan-keluhan yang dirasakan. Aplikasi terapi relaksasi progresif bertujuan untuk menurunkan ketegangan tubuh dengan melemaskan otot-otot tubuh, sehingga dapat menurunkan stres pada lansia yang bekerja sebagai petani (Friedman, 2010). Intervensi pencegahan tersier dapat dilakukan dengan menggunakan terapi modalitas. Terapi modalitas untuk lansia yang bekerja sebagai petani dapat melibatkan kelompok yang menjadi wadah bagi petani. Terapi ini menuntut komunikasi antara lansia yang bekerja sebagai petani. Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan interaksi dan meningkatkan harga diri (Stanley, 2006)
103
Penilaian terhadap beban kerja petani lansia terdiri dari 3 indikator yang dijelaskan sebagai berikut: a. Reaksi Kognitif Respon kognitif ini berhubungan dengan reaksi neuron dalam otak terhadap stresor. Respon ini dapat berupa gangguan proses pikir dan penurunan konsentrasi lansia. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data bahwa sebagian besar responden tidak memiliki respon kognitif yang baik sebanyak 67 responden (72,8%). Respon kognitif merupakan gambaran dari cara proses berpikir dan daya konsentrasi petani lansia. respon kognitif yang kurang baik dapat mempengaruhi pengambilan keputusan pada petani lansia. respon ini juga mempengaruhi priduktivitas kerja (Nusi, 2010). b. Respon Emosi Respon emosi ini merupakan suasana hati dan perasaan yang dirasakan oleh lansia ketika menerima stimulus stresor. Respon emosi ini dapat berupa perasaan cemas, malu dan marah. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data bahwa sebagian besar responden tidak memiliki respon emosi yang baik sebanyak 69 responden (75%). Respon emosi dapat mempengaruhi cara petani lansia dalam menerima dan mengolah suatu stimulus. Cara penerimaan Stimulus yang baik dalam menghadapi kendala dalam bertani, dapat menentukan respon yang akan diungkapkan oleh petani lansia. respon tersebut dapat mempengaruhi kualitas dalam melakukan pekerjaan (Nugroho, 2012).
104
c. Respon Tingkah Laku Respon tingkah laku merupakan respon yang dimanifestasikan dalam bentuk perilaku terhadap stresor yang dihadapi. Respon tingkah laku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: fight dan flight. Fight merupakan respon tingkah laku yang melawan dan berani menghadapi situasi yang dihadapi. Flight merupakan respon tingkah laku yang menghindari situasi yang menekan yang dihadapi. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data bahwa sebagian besar responden tidak memiliki respon tingkah laku yang baik sebanyak 49 responden (53,3%). Respon tingkah laku merupakan hasil dari penerimaan stimulus dan reaksi koping dari petani lansia. Reaksi koping pada respon tingkah laku dapat berhubungan dengan respon emosi dan respon kognitif. Respon tingkah laku ini berkaitan dengan proses berpikir dan cara menghadapi stressor dalam bertani (indriyana, 2010). Upaya teknik relaksasi dalam dan teknik intervensi krisis di petani lansia merupakan salah satu bentuk intervensi keperawatan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di bidang petani yang dapat dilakukan untuk menurunkan stres pada petani lansia. Teknik relaksasi dapat mengurangi ketegangan dan stres. Teknik relaksasi ini dapat mengurangi ketegangan tubuh. Mekanisme tersebut terjadi dengan adanya reaksi melemaskan otot-otot tubuh (Adhiyos, 2010).
105
5.3.4 Hubungan Beban Kerja dengan Stres pada Petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember. Beban kerja pada petani lansia merupakan suatu kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dimiliki oleh petani lansia. Beban kerja petani lansia tembakau dipengaruhi oleh tuntutan kerja untuk menjalankan proses budidaya tembakau. Hal tersebut dikarenakan terdapat kendala ketimpangan antara hasil panen dengan usaha yang dilakukan. Kendala tersebut dapat menjadi beban bagi petani, perutama petani lansia yang telah mengalami kemunduran produktivitas, namun masih memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan tugas sebagai petani tembakau (Suratiyah, 2008). Tabel 5.7 berdasarkan hasil analisis diatas diketahui bahwa hubungan beban kerja dengan stres pada petani lansia menunjukkan hubungan cukup (r=0,527) dan berpola positif artinya semakin besar beban kerja pada petani lansia, maka semakin besar stres yang dialami oleh petani lansia. Hasil analisis diatas berarti beban kerja mempengaruhi stres pada petani lansia yang ditunjukan dengan besar nilai keeratan antara beban kerja dengan stres petani lansia. Nilai koefisien dengan determinasi 0,278 artinya persamaan garis regresi yang diperoleh dapat menerangkan 27,8% variasi besar stres yang dialami oleh petani lansia atau persamaan garis yang diperoleh cukup baik untuk menjelaskan variabel stres petani lansia. Hasil uji statistik didapatkan ada hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan stres pada petani lansia (Pvalue = 0.00).
106
Penelitian Musliha (2013) menyatakan bahwa beban kerja adalah suatu perbedaan antara kapasitas atau kemampuan mental pekerja dengan tuntutan tugas dan pekerjaan yang harus dihadapi. Beban kerja yang tidak optimal,baik terlalu tinggi maupun terlalu rendah, dapat menjadi penyebab munculnya stres. Beban kerja mental yang terlalu tinggi akan menyebabkan pemakaian energi yang berlebihan, sehingga memicu terjadinya kelelahan, baik kelelahan mental maupun kelelahan fisik yang dapat menyebabkan terjadinya overstress. Selain itu intensitas pembebanan yang terlalu rendah akan menyebabkan rasa jenuh dan menimbulkan kebosanan pada pekerja lansia yang menyebabkan terjadinya understress. Penelitian Kurnia (2012) yang menyatakan bahwa adanya hubungan beban kerja dengan stres kerja. Hal itu dapat terjadi dikarenakan semakin tinggi tingkat beban kerja pekerja lansia, maka akan dapat menyebabkan keadaan overload. Namun terdapat juga faktor lain sebagai penyebab stres kerja, yaitu faktor lingkungan kerja, jenis pekerjaan serta beban mental. Faktor lingkungan kerja meliputi penataan tempat kerja yang baik, penggunaan alat-alat berat, alat transportasi, penggunaan alat pelindung diri. Faktor tersebut mempengaruhi kesehatan kerja, baik secara mental ataupun fisik dan harus diutamakan untuk meningkatkan status kesehatan pekerja lansia, khususnya petani lansia. jenis pekerjaan juga dapat menjadi beban bagi petani lansia. Pekerjaan yang membutuhkan kapasitas kemampuan yang tinggi dapat menjadi beban bagi petani lansia. Beban tersebut diakibatkan karena terdapat ketimpangan antara tuntutan pekerjaan dengan kapasitas kemampuan yang dimiliki.
107
Petani lansia yang tidak memiliki beban kerja, maka petani lansia tetap mengalami stres dengan tingkatan ringan. Stres dapat dialami oleh petani lansia dalam keadaan ada atau tidak stimulus atau tuntutan kerja yang dirasakan oleh petani lansia. Stres merupakan suatu keadaan normal dinamis yang menjadi respon tubuh
untuk
menghadapi
stresor.
Stres
sebagai
proses
untuk
mengembalikan keseimbangan tubuh untuk kembali normal. Stresor bagi petani lansia adalah ketimpangan antara usaha yang dilakukan dengan hasil panen yang didapatkan (Hariyono, 2012). Stres dijelaskan dalam teori sindrom adaptasi umum (general adaptation syndrom) yang menyatakan bahwa tubuh manusia memiliki tingkat resistensi yaitu tingkat resistensi pada saat tubuh dalam kondisi biasa dan tidak mengalami stres.
Tingkat
resistensi
ini
dapat
berubah
saat
tubuh
mengalami
ketidakseimbangan antara fisik dan psikis (stres). Perubahan ini bertujuan agar tubuh mampu beradaptasi terhadap stimulus yang dihadapinya. Tahapan terjadinya stres dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu: fase alarm, fase resisten, dan fase kelelahan. Fase alarm Fase alarm sebagai fase awal pada tahapan stres. Stres menstimulasi pesan fisiologis tubuh dari hipotalamus ke kelenjar dan organ untuk mempersiapkan kebutuhan pertahanan potensial. Fase resisten merupakan fase lanjutan dari fase alarm dan tanda-tanda kebutuhan (alarm) pada tubuh sudah menghilang dikarenakan individu sudah dapat beradaptasi terhadap stresor yang dihadapinya. Fase kelelahan merupakan fase lanjutan dari fase resistensi dan tubuh mulai mengalami penurunan tingkat resistensi sampai dibawah normal. Individu mulai berespons negatif terhadap stres (Siswanto, 2007).
108
Menurut Hawari (2001), petani lansia yang tidak memiliki beban kerja, maka tetap mengalami stres pada tingkat I. Stres tingkat I menunjukan gejala memiliki semangat yang berlebihan dan kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya. Petani lansia pada tahap ini masih memiliki semangat untuk menyelesaikan pekerjaan yang lebih dari biasanya. Petani lansia yang memiliki beban kerja yang rendah, maka petani lansia dapat mengalami stres ringan. Stres pada petani lansia disebabkan oleh stimulus atau tuntutan kerja yang dirasakan oleh petani. Tuntutan kerja dapat menyebabkan beban pikiran yang akhirnya berubah menjadi beban kerja yang overload bagi petani lansia. Namun, besar stres yang ditimbulkan tergantung pada reaksi koping yang dialami oleh lansia. Reaksi koping yang baik dapat memperkecil besar stres yang ditimbulkan (Suska, 2012). Menurut Hawari (2001), petani lansia yang memiliki beban kerja rendah, maka dapat mengalami stres pada tingkat II. Stres tingkat II menunjukan gejala merasa lelah, tegang pada punggung dan tengkuk dan perasaan tidak rileks. Petani lansia pada tahap ini kurang bisa melaksanakan pekerjaannya dengan baik karena ada keluhan fisik yang dapat menghambat dalam bekerja. Petani lansia yang memiliki beban kerja yang berat, maka petani lansia dapat mengalami stres berat. Beban kerja yang berat dapat berupa tuntutan kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan petani lansia dalam melaksanakan upaya bertani. Tuntutan kerja yang berlebihan merupakan stresor yang dapat berkembang menjadi stres (Ibrahim, 2013).
109
Menurut Hawari (2001), petani lansia yang memiliki beban kerja berat, maka dapat mengalami stres pada tingkat IV. Stres tingkat IV menunjukan mengalami gangguan tidur, memiliki perasaan pesimis dan kemampuan konsentrasi berkurang. Petani lansia pada tahap ini tidak bisa melaksanakan pekerjaannya dengan baik karena terdapat penurunan konsentrasi dan perasaan pesimis dapat menghambat dalam bekerja. Penelitian
Restianti
(2006)
menyatakan
bahwa
beban
kerja
mempengaruhi stres kerja pekerja lansia. Beban kerja yang dengan jumlah yang brelebihan dapat mengakibatkan pekerja lansia mengalami gejala-gejala fisik dan mental.
Gejala-gejala
yang
memiliki
intensitas
yang
berlebihan dapat
menimbulkan stres bagi pekerja lansia. Hal tersebut terjadi kerena keadaan yang overload yang menyebabkan petani lansia mengalami beban pikiran. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi beban kerja dan stres yang dialami oleh petani lansia tembakau adalah faktor umur dan faktor somatis. Umur petani lansia mempengaruhi kinerja dalam menjalankan budidaya tanaman tembakau dan juga mengakibatkan penurunan kemampuan untuk menemukan solusi permasalahan yang dihadapi. Hal tersebut menyebabkan stres pada petani lansia, sehingga petani lansia sering mengalami keluhan sakit kepala dan sakit punggung (Winarsunu, 2008).
110
Upaya yang dapat dilakukan untuk meninimalkan stres yang diakibatkan oleh beban kerja yang berlebihan pada petani lansia adalah dengan meningkatkan intervensi dalam keperawatan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di bidang pertanian dengan melakukan manajemen stres melalui relaksasi progresif dan napas dalam untuk meminimalisir dampak stres pada petani lansia. Hal tersebut perlu untuk ditlakukan demi peningkatan derajat kesehatan, baik secara fisik ataupun mental petani lansia tembakau (Dewi, 2009).
5.3. Keterbatasan Penelitian Hasil penelitian ini memiliki keterbatasan mengenai keterbatasan penguasaan bahasa madura oleh peneliti, sehingga dapat menghambat komunikasi antara peneliti dan responden. Hal tersebut dapat menyebabkan peneliti menjadi bersikap kaku dalam berkomunikasi dengan responden.
5.4 Implikasi Keperawatan Penelitian tentang beban kerja dan stres pada petani lansia di kelompok tani tembakau ini dapat menggambarkan permasalahan kesehatan yang dialami oleh petani lansia yang diakibatkan oleh ketidakseimbangan antara kapasitas petani lansia dengan tuntutan kerja yang dimiliki. Upaya yang dapat dilakukan dengan cara mengajarkan manajemen stres melalui relaksasi progresif untuk meminimalisir dampak stres pada petani lansia untuk dilakukan demi peningkatan derajat kesehatan petani lansia tembakau di wilayah Kecamatan Sukowono untuk memantau status kesehatan petani lansia secara rutin.
BAB 6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian tentang hubungan beban kerja dengan stres pada petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a. gambaran beban kerja petani lansia yang rata-rata sebesar 44.51 yang termasuk dalam kategori beban kerja tinggi. b. gambaran stres petani lansia yang rata-rata sebesar 48.12 yang termasuk dalam kategori stres berat. c. ada hubungan yang signifikan antara hubungan beban kerja dengan stres pada petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember (Pvalue = 0,0001, r = 0,527 dan R²=0,278)
111
112
6.2 Saran Saran yang dapat diberikan terkait dengan hasil dan pembahasan penelitian tersebut adalah: a. bagi Institusi Pendidikan 1) melakukan sosialisasi mengenai pentingnya meningkatkan keperawatan keselamatan kesehatan kerja (K3) di bidang pertanian dengan meningkatkan pemberian materi mengenai kajian keperawatan keselamatan kesehatan kerja (K3) dalam bidang keperawatan dalam pendidikan keperawatan 2) melakukan kerja sama dengan puskesmas dan perawat komunitas untuk meningkatkan peran dan fungsi perawat keselamatan kesehatan kerja (K3) agar dapat menurunkan angka gangguan mental emosional dan angka kesakitan petani lansia pada Kelompok Tani Tembakau di Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember melalui kegiatan skrining kesehatan fisik dan mengajarkan menejemen stres melalui teknik relaksasi progresif dan napas dalam. b. bagi Keperawatan Perawat keselamatan kesehatan kerja (K3) perlu meningkatkan peran pemberi asuhan keperawatan dalam melakukan asuhan keperawatan keselamatan kesehatan kerja (K3) dengan cara melakukan sosialisasi kepada petani lansia di kelompok tani tembakau mengenai manajemen stres dan membentuk kader kesehatan untuk memantau status kesehatan petani lansia secara rutin untuk menurunkan angka gangguan mental emosional petani lansia pada Kelompok Tani Tembakau di Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember.
113
c. bagi Masyarakat Hasil dari penelitian ini disarankan kepada petani lansia untuk dapat berpartisipasi aktif untuk lebih membiasakan untuk melakukan cara bertani yang aman dengan memperhatikan ergonomi, serta meningkatkan kemampuan dalam melakukan manajemen stres, sehingga dapat menurunkan angka kesakitan baik mental ataupun fisik, dan juga meningkatkan kesejahteraan petani lansia. e. bagi Peneliti Hasil dan pembahasan dari penelitian tersebut diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti untuk lebih mengembangkan penelitian yang lebih lanjut mengenai kesehatan kerja di bidang pertanian, serta lebih menitikberatkan pada desain penelitian observasional analitik untuk penelitian berikutnya tentang beban kerja dan stres pada petani lansia agar lebih akurat data yang dihasilkan dan dapat menghasilkan solusi untuk permasalahan kesehatan baik kesehatan fisik ataupun kesehatan mental yang dihadapi oleh petani lansia, khususnya petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember.
114
DAFTAR PUSTAKA Agoes, Achidiat. 2003. Teori dan Manajemen Stres. Malang: Taroda Anonimous., 2007. Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Kelompok Tani dan Gabungan kelompok tani, Departemen Pertanian RI Topik Latihan di BPP.Jakarta: Departemen Pertanian Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Edisi Revisi IV. Cetakan 3. Jakarta : Rineka Cipta Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011.Keperawatan Lanjut Usia. Jakarta:Graha Ilmu Azizah .2012. Hubungan Kelelahan dengan Stres Kerja pada petani di Kelompok Tani Mojokerto. (serial online). E&url=http%3A%2F%2Fjurnal.unimus.ac.id%2Findex.php%2Fjkmi%2fart icle%2fview%2f393%2f442&ei=qqlauungpmkjrqeri4hada&usg=afqjcng9jl z8mt-6hq54-xiylo_e_kf5la&b [diakses pada tanggal 23 September 2013] Azwar, syaifuddin. 2009.Penyusunan Skala Psikologis.Yogyakarta: Pustaka pelajar Bastable, Susan B. 2002. Perawat Sebagai Pendidik. Jakarta: EGC Badan Pusat Statistik. 2012.Konsep Tenaga Kerja. (serial online) http://bps.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=64&Ite mid=58 [13 Juni 2013] Badan Pusat Statistik. 2011. Data Statistik Jumlah penduduk Indonesia Tahun 2006 – 2010. Jakarta.:Badan Pusat Statistik Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember. 2012. Data Geografis. (serial online) http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_suby ek=12¬ab=1[23 September 2013) Brooker, Chris. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC Caldwell, T.M., Jorm, A.F., & Dear, K.B.G. (2004). Suicide and Mental Health in Rural, Remote and Metropolitan Areas. Medical Journal of Australia, 181(7 Suppl), S10-S14 (diakses pada tanggal 25 April 2013) Chandra, Budiman.2006. Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas. Jakarta: EGC
115
Departemen kesehatan RI. 2005. Pedoman Pembinaan Kesehatan Lansia Bagi Petugas Kesehatan I.Jakarta: Departemen Kesehatan Departemen kesehatan RI.2011. Profil kesehatan indonesia. Jakarta : Direktur jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. (serial online) http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_KESEHATAN_INDONESIA _2011.pdf (diakses pada tanggal 25 Juni 2012) Departemen Pertanian. 2008. Pedoman Umum Pelaksanaan Penyuluhan. Jember: PusBangLuhTan, Departemen Pertanian Dhini, Dhania Rama. 2010. Pengaruh Stres Kerja, Beban Kerja terhadap Kepuasan Kerja (Studi Pada Medical Representatif Di Kota Kudus). (serial online).https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web &cd=2&cad=rja&ved=0CDEQFjAB&url=http%3A%22Fejournals1.undip.a c.id%2findex.php%2fdownload%2f1560%2f1558&ei=lwjauvfhksoirqfl3yd gda&usg=afqjcngoin4dvr4hw425hhi2dpfwd2by9w&bvm=bv.52434380,d.b mk.spdf (Diakses pada tanggal 23 September 2013) Djojosumarto, P. 2008. Pestisida dan Aplikasinya. Jakarta.: PT Agromedia Pustaka Effendi, Ferry dan Makhfudli.2009.Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik Dalam Keperawatan. Jakarta: salemba medika Elizabeth J. Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Aditya Media Fitri. 2012. Hubungan Ergonomi dengan Status Kesehatan Petani Lansia di Kota Solo.(serialonline).https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&so urce=web&cd=2&cad=rja&ve58&ei=lwjauvfhksoirqfl3ydgda&usg=afqjcng oin4dvr4hw425hhi2dpfwd2by9w&bvm=bv.52434380,d.bmk.pdf (Diakses pada tanggal 23 September 2013) Friedman, Marylin M.2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset. Teori dan Praktik. Jakarta: EGC George, Picket. 2009. Kesehatan Masyararat Administrasi dan praktik. Jakarta: EGC Hariandja, Marihot Tua Efendi dan Yovita Hardiwati. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia: Pengadaan, Pengembangan, Pengkompensasian, dan Peningkatan Produktivitas Pegawai. Jakarta: Grasindo
116
Hariyono. 2012. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kesehatan Kerja Petani Lansia di Kabupaten Banyunas. (Serial Online)http:///https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source =web&cd=2&cad=rja&ved=0CDEQFjAB&url=jurnalK3 (diakses papada tanggal 23 September 2013) Harrington,J.M. 2003.Buku saku kesehatan kerja. Jakarta:EGC Hawari, Dadang.2001.manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta : FKUI Hartono, L.A.2007. Kesehatan Masyarakat Stres dan Stroke. Yogyakarta : Kanisius HerkeJ.O.Sigarlaki.2006. Karakteristik dan Faktor Berhubungan dengan Hipertensi di Desa Bocor, Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah Tahun 2006. (serial online) http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/2/dae6346e11a1e3d537b44478463 070f1a36a9cd1.pdf(Diakses pada tanggal 13 Juni 2013) Ibrahim, Kusuma. 2103. Gambaran tingkat Stres dan Beban Kerja pada Kelompok Tani di Kabupaten Brebes. (serial online). Http://PDF&ei=lwJauvfhksoirqfl3ydgda&usg=afqjcnguprgy8pcqeij1timYm _grzhwumq&bvm=bv.52jurnalkesehatan(diakses pada tanggal 23 September 2013). Jeyaratnam J. dan David Koh. 2010. Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja. Jakarta:EGC Karwan, A. Salikin. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Yoyakarta:Kanisius Kuntjoro.2002.Depresi Pada Lansia.http://www.e-Psikologi.com.(Diakses pada tanggal 13 Juni 2013) Kurnia. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian depresi dan stres pada Petani tembakau di Kabupaten Brebes. (serial online) http://repository.ui.ac.id/contenti%%2farticle%2fview%2f393%2f442&ei=q qlauungpmkjrf442&ei=qqlauungpmkjr070f1a36a9cd1.pdf (Diakses pada tanggal 23 September 2013) Manuaba, A, 2000, Ergonomi, Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Dalam : Wigny Osvebroto, S & Wiratno, SE, Eds, Procendings Seminar Nasional Ergonomi. PT. Guna Widya, Surabaya : 1-4. Martodireso, Sudadi. 2002. Agribisnis kemitraan usaha bersama: upaya peningkatan kesejahteraan petani. Yogyakarta: Kanisius.
117
Maryam, R. Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.Jakarta: Salemba Medika Munandar, A.S. 2001. Stress dan Keselamatan Kerja : Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Penerbit universitas indonesia Musliha. 2013. Hubungan antara Beban Kerja, Stres Kerja dan Tingkat Konflik dengan Kelelahan Kerja petani di Kota Yogyakarta. (serial online) http://repository.ui.ac.id/contenti%%2p%2fjkm%2farticle%2fdownload%2f 1575%2f1573&ei=qqlauungpmkjrqeri4hada&usg=afqjcnhurzmsjr070f1a36 a9cd1.pdf (Diakses pada tanggal 23 September 2013) Napitulu, Togar Alam. 2003. Pedoman Kemitraan Usaha Agribisnis. Jakarta: Salemba Medika Nasoetion, Andi Hakim. 2002. Pengantar ke Ilmu-Ilmu Pertanian. Bogor: PT Pustaka Nugroho, W. 2008. Keperawatan Gerontik Dan Geriatrik. Edisi dua. Jakarta: EGC Nurmianto, Eko. 2004.Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Edisi Kedua. Surabaya : Guna Widya Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Notoatmodjo, S.2005. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta Oakley, katie. 2008.Occupational Wiley and Sons
Health
Nursing.
New.
York:John
Paula, J. Christensen dan Janet W Kenney. 2009. Proses Keperawatan Aplikasi Model Konseptual. Jakarta: EGC Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta. EGC Puguh,Sri,M.Kep .,SP.MB. 2012.Perbedaan Tingkat Kecemasan pada Pasien Pre Operasi dengan General Anastesi Sebelum dan Sesudah Diberikan Relaksasi Otot Progresif di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang. (serial online) http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/vie w/64/61. (Diakses pada tanggal 13 Juni 2013)
118
Purnama,Nori. 2013. Gambaran Kadar Gula Darah Perioperatif Pada Pasien Bedah Elektif Menggunakan Anestesi Umum Di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. (serial online) http://repository.unri.ac.id/bitstream/123456789/2618/1/Nori%20Purnama% 20(0908151677).pdf (Diakses pada tanggal 13 Juni 2013) Restianti. 2006. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Gangguan Mental pada Petani Bawang Merah di Desa Kedunguter Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes. (serial online) http:/www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&ca d=rja&ved=0CEUQFjAE&url=http%3A%2F%2Fjurnal.unimus.ac.id%2Fin dex.php%20(0908151677).pdf (Diakses pada tanggal 23 September 2013) Riset Kesehatan Dasar. 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta:Departemen Kesehatan Republik Indonesia Setiadi.2007. Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu Siswanto.2007.Kesehatan Mental: Konsep, Cakupan Dan Perkembangan. yogyakarta: ANDI Siswanto.2013.Metodologi Penelitian Kesehatan dan Kedokteran. Yogyakarta : Bursa Ilmu Soekartawi. 2005. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Jakarta: UI Press Sudarno, Paulus.2010. Manajemen Terapi Motivasi.Jakarta: Gramedia Pustaka utama Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC Suratiyah, Ken. 2008. Ilmu Usahatani. Jakarta : Penebar Swadaya. Susanto, J.2006. Revitalisasi Pertanian dan Dialog Peradaban. Jakarta: Kompas (serial online) https://www.kompas.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2 &cad=rja&ved=0CDEQFjAB&url=http%3A%2F%2F (diakses tanggal 23 september 2013)
119
Suska, Ferdiana. 2013. Hubungan Tuntutan Kerja dengan Stres pada Petani di Semarang.http://euqfjae&url=http%3a%2f%2fjurnalkesehatan2fdownload% 2f1560%2f1558&ei=lwjauvf (diakses pada tanggal 23 september 2013) Sutanto, Rachman. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Yogyakarta :Penerbit Kanisius Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Edisi 2., Jakarta: EGC Suwahyono, U. 2010. Biopestisida.Jakarta :Penebar Swadaya Suwandari Anik, Rijanto. 2006. Pengantar Ilmu Pertanian. Malang : Bayumedia. Sylvia A. Price, Latraine M. Wison. 2006. Patofisiologi edisi 6. Jakarta:EGC Tamher,S.2009.Kesehatan usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Tarwaka, dkk.2004. Ergonomi untuk Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Produktivitas. Yogyakarta: UNIBA PRESS Wasis. 2008. Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC William F,Ganong.2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:EGC Winarsunu, Tulus. 2008. Psikologi Keselamatan Kerja.Malang:UMM Press Yosep, Iyus.2009. Keperawatan Jiwa. Bandung : PT.Refika Aditama
120
Lampiran A : Lembar Informed
SURAT PERMOHONAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Arum Cahya Intani
NIM
: 0923010101003
Pekerjaan
: Mahasiswa
Alamat
: Jl.Moch. Serudji No.64 Patrang Jember
Peneliti bermaksud akan mengadakan penelitian dengan judul “ hubungan beban kerja dengan stres pada petani lansia pada Kelompok Tani Tembakau Kecamatan
Sukowono
Kabupaten
Jember”.
Penelitian
ini
tidak
akan
menimbulkan kerugian bagi anda maupun keluarga anda sebagai responden. Kerahasiaan semua informasi akan dijaga dan dipergunakan untuk penelitian. Jika anda tidak bersedia menjadi responden, maka tidak akan mengancam bagi anda dan keluarga. Jika anda bersedia untuk menjadi responden, maka saya mohon kesediaan untuk menandatangani lembar persetujuan yang saya lampirkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya sertakan. Atas perhatian dan kesediaannya menjadi responden saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya
Arum Cahya Intani NIM 092310101003
121
Lampiran A : Lembar Consent SURAT PERSETUJUAN
Setelah saya membaca dan memahami isi dan penjelasan pada lembar permohonan pada lembar permohonan menjadi responden, saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
:
Alamat
:
Menyatakan bersedia turut
berpartisipasi sebagai responden dalam
penelitian yang akan dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember, yaitu: Nama
: Arum Cahya Intani
NIM
: 0923010101003
Pekerjaan
: Mahasiswa
Alamat
: Jl.Moch. Serudji No.64 Patrang Jember
Judul
: Hubungan beban kerja dengan stres pada petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember
Saya memahami bahwa penelitian ini tidak membahayakan dan merugikan saya maupun keluarga saya, sehingga saya bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
Jember,...................2013
(..................................) Nama terang dan tanda tangan
122
Lampiran B : Kuesioner Karakteristik Responden Kode Responden :
Petunjuk Pengisian a. Bacalah dengan teliti pertanyaan yang telah ada b. Jawablah semua pertanyaan yang ada dengan memberi tanda silang (X) pada jawaban yang Anda anggap tepat dan benar c. Terima kasih atas partisipasinya Karakteristik Responden 1. Nama
:
2. Umur
:
3. Alamat
:
4. Jenis Kelamin
:
a. Wanita b. Laki-laki 5. Agama a. Islam b. Kristen c. Katolik d. Hindu e. Budha
:
123
Lampiran C : Kuesioner Beban Kerja Petani Lansia Kode Responden :
Petunjuk Pengisian a. Bacalah dengan teliti pernyataan yang telah ada. b. Ungkapkan pendapat saudara dengan jawaban sangat tidak setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Ragu-ragu (R), Setuju (S), Sangat Setuju (SS)dengan memberi tanda cek list () pada kolom yang tersedia.
No
1.
Pernyataan Saya sering mengeluh
Pilihan jawaban STS TS R Sikap Kerja
c. Terima kasih atas partisipasinya.
S
SS
124
No
1.
2.
3.
4.
5. 6.
7.
8.
9.
10.
11.
Pernyataan Saya sering meminta bantuan kepada orang lain untuk menyelesaikan pekerjaan saya Saya merasa bahwa pekerjaan saya terlalu berat dan banyak Saya merasa mampu untuk bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pekerjaan saya sebagai petani Saya sering emosi jika pekerjaan saya terlalu banyak. Saya bekerja lebih dari 8 jam/hari di sawah. saya tidur malam kurang dari 8 jam. Saya melakukan aktivitas lain setelah melakukan bekerja di sawah. Saya merasa lelah saat bekerja saya tidak pernah merasakan jantung berdebar-debar saat dan setelah bekerja di sawah saya sering mengalami sakit punggung saat dan setelah bekerja di sawah Saya sering mengalami sakit kepala saat dan setelah bekerja di sawah
STS
TS
Pilihan jawaban R
S
SS
125
Saya sering mengalami sakit 12. perut saat dan setelah bekerja di sawah Sumber : Harrington,J.M. 2003.Buku saku kesehatan kerja. Jakarta:EGC
126
Lampiran D : Kuesioner Stres Petani Lansia Kode Responden :
Petunjuk Pengisian a. Bacalah dengan teliti pernyataan yang telah ada. b. Ungkapkan pendapat saudara dengan jawaban sangat tidak setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Ragu-ragu (R), Setuju (S), Sangat Setuju (SS)dengan memberi tanda cek list () pada kolom yang tersedia.
No
Pernyataan
1.
Saya merasa kurang berguna
Pilihan jawaban STS TS R Penugasan yang diberikan
c. Terima kasih atas partisipasinya.
S
SS
127
No 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Pernyataan Saya merasa pelupa akhir-akhir ini Saya merasa memiliki banyak kekurangan jika melihat petani lain memperoleh hasil panen yang memuaskan. Saya sering melakukan kesalahan dalam melakukan pekerjaan saya. Saya selalu dikejar waktu dalam menyelesaikan pekerjaan saya Saya merasa hasil panen yang saya peroleh sepadan dengan usaha yang saya lakukan Saya merasa resah dan gelisah ketika hasil panen tidak sesuai dengan keinginan. Saya merasa puas dengan dengan pekerjaan saya sebagai petani Saya memiliki semangat untuk menjalankan pekerjaan sebagai petani setiap hari Saya merasa bahagia sebagian waktu saya Saya merasa terseinggung jika ditegur oleh petani yang lain.
STS
TS
Pilihan jawaban R
S
SS
128
Saya merasa malas untuk bekerja jika hasil panen yang 11. saya dapatkan tidak sesuai dengan keinginan Saya suka mengikuti 12. pertemuan kelompok tani secara rutin Saya tidak pernah 13. beriteraksi dengan rekan petani lainnya. Saya selalu mendiskusikan dengan rekan petani 14 yang lain jika mengalami hambatan dalam melakukan usaha tani Sumber : Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. .Jakarta: EGC
129
LAMPIRAN E. DATA MENTAH
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
Skor Beban Kerja Petani Lansia 26 26 32 38 32 45 32 34 27 41 35 33 31 38 42 23 35 25 37 30 44 44 47 45 48 47 46 49 46 45 48 47 46 47 46 44 46 46 47 44 45 45 45
Skor Stres Petani Lansia 45 47 37 47 52 51 43 43 40 39 43 47 47 38 42 40 49 42 39 37 48 53 52 48 52 49 51 50 54 52 51 54 51 51 52 50 55 53 49 49 54 55 56
130
44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91
46 45 49 48 48 47 49 50 50 50 49 47 50 51 48 45 46 44 43 40 43 48 46 47 49 51 48 46 45 44 49 47 46 48 50 45 43 45 48 47 43 45 44 45 49 45 45 43
47 47 49 48 48 52 50 52 48 47 56 51 48 49 51 50 51 50 46 48 49 52 45 50 48 47 46 42 54 48 46 46 54 50 48 51 49 48 49 46 47 46 50 49 45 44 50 43
131
92 Total
45 4003
40 4427
132
LAMPIRAN F. HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS E.1 Kuesioner Beban Kerja Petani Lansia E.1.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner beban kerja petani lansia df = N – 2 r tabel = 0.532 dengan α 0,05
df = 14 - 2 = 12
Case Processing Summary N Cases
Valid
% 12
100.0
0
.0
12
100.0
Excludeda Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .807
14
Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
pernyataan 1
36.70
35.274
.803
.855
pernyataan2
36.60
37.832
.692
.688
pernyataan 3
36.90
35.568
.668
.654
pernyataan 4
36.55
38.366
.463
.403
pernyataan 5
36.85
38.029
.718
.688
pernyataan 6
36.00
38.421
.639
.630
pernyataan 7
37.25
35.671
.652
.660
pernyataan 8
36.40
38.674
.570
.590
133
pernyataan 9
36.65
48.555
.679
.670
pernyataan 10
36.50
40.474
.068
.071
pernyataan 11
36.50
39.632
.600
.630
pernyataan 12
36.15
44.555
.584
.560
pernyataan 13
36.20
34.168
.693
.691
pernyataan 14
36.95
37.945
.724
.727
E.1.2 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Peran Perawat Sebagai Edukator Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 12
100.0
0
.0
12
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .965
12
134 Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if
Scale Variance if Corrected Item-
Item Deleted
Item Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
pernyataan 1
30.95
28.471
.821
.823
pernyataan2
30.85
32.029
.829
.857
pernyataan 3
31.15
28.345
.724
.731
pernyataan 5
31.10
30.937
.744
.750
pernyataan 6
30.25
32.092
.808
.805
pernyataan 7
31.50
29.000
.769
.798
pernyataan 8
30.65
32.555
.621
.639
pernyataan 9
30.90
39.674
.617
.620
pernyataan 11
30.75
33.461
.751
.740
pernyataan 12
30.40
36.358
.739
.735
pernyataan 13
30.45
28.892
.814
.810
pernyataan 14
31.20
30.905
.746
.760
E.2 Kuesioner Stres Petani Lansia E.2.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman Pasien df = N – 2 r tabel = 0.497 dengan α 0,05
df = 16 - 2 = 14
Case Processing Summary N Cases
Valid Excludeda Total
% 14
100.0
0
.0
14
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
135
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .703
16
Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
pernyataan 1
49.35
15.818
.768
.754
pernyataan 2
48.30
16.221
.686
.667
pernyataan 3
49.10
17.147
.657
.631
pernyataan 4
47.80
19.642
.375
.378
pernyataan 5
48.65
16.029
.619
.627
pernyataan 6
47.10
20.726
.209
.218
pernyataan 7
49.10
17.568
.590
.568
pernyataan 8
48.65
18.766
.624
.618
pernyataan 9
47.35
16.976
.806
.826
pernyataan 10
47.25
19.250
.628
.691
pernyataan 11
47.60
20.989
.625
.640
pernyataan 12
49.25
17.987
.701
.669
pernyataan 13
49.35
19.713
.559
.563
pernyataan 14
47.25
18.829
.671
.682
pernyataan 15
49.15
15.187
.721
.727
pernyataan 16
47.25
20.829
.636
.648
136
E.2.2 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman Pasien Case Processing Summary N Cases
Valid
% 14
100.0
0
.0
14
100.0
a
Excluded Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .902
14
Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
pernyataan 1
41.25
16.303
.804
.818
pernyataan 2
40.20
15.011
.693
.683
pernyataan 3
41.00
17.789
.781
.772
pernyataan 5
40.55
17.313
.603
.600
pernyataan 7
41.00
17.053
.666
.674
pernyataan 8
40.55
19.103
.581
.569
pernyataan 9
39.25
17.461
.749
.742
pernyataan 10
39.15
20.345
.659
.673
pernyataan 11
39.50
22.263
.569
.584
pernyataan 12
41.15
19.187
.741
.792
pernyataan 13
41.25
20.408
.839
.829
pernyataan 14
39.15
20.029
.791
.799
pernyataan 15
41.05
15.629
.660
.656
pernyataan 16
39.15
22.555
.598
.569
137
LAMPIRAN G. HASIL ANALISIS DATA
G.1 Analisis Univariat 1) Jenis Kelamin jenis kelamin responden Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
wanita
21
22.8
22.8
22.8
laki-laki
71
77.2
77.2
100.0
Total
92
100.0
100.0
2) Umur Responden Statistics umur responden N
Valid Missing
Mean Std. Error of Mean Median Mode Std. Deviation Variance
92 0 64.47 .428 63.00 63 4.104 16.845
Skewness
.992
Std. Error of Skewness
.251
Kurtosis
.029
Std. Error of Kurtosis
.498
Range
15
Minimum
60
Maximum
75
Sum
Percent
5931
138
umur responden Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
60
17
18.5
18.5
18.5
61
5
5.4
5.4
23.9
62
9
9.8
9.8
33.7
63
22
23.9
23.9
57.6
64
6
6.5
6.5
64.1
65
9
9.8
9.8
73.9
67
5
5.4
5.4
79.3
69
1
1.1
1.1
80.4
70
7
7.6
7.6
88.0
71
3
3.3
3.3
91.3
72
4
4.3
4.3
95.7
73
1
1.1
1.1
96.7
75
3
3.3
3.3
100.0
92
100.0
100.0
Total
139
3) Agama Responden agama responden Cumulative Frequency Valid
islam
92
Percent 100.0
Valid Percent 100.0
Percent 100.0
140
4) Beban Kerja Petani lansia a. Indikator sikap kerja sikap kat. Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
beban kerja rendah
26
28.3
28.3
28.3
beban kerja tinggi
66
71.7
71.7
100.0
Total
92
100.0
100.0
b. Indikator waktu kerja dan waktu istirahat waktu kerja kat. Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
beban kerja rendah
28
30.4
30.4
30.4
beban kerja tinggi
64
69.6
69.6
100.0
Total
92
100.0
100.0
c. Indikator faktor somatis somatis kat Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
beban kerja rendah
34
37.0
37.0
37.0
beban kerja tinggi
58
63.0
63.0
100.0
Total
92
100.0
100.0
141
5) Stres Petani lansia a. Indikator respon kognitif respon kognitif 2 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
stres ringan
25
27.2
27.2
27.2
stres berat
67
72.8
72.8
100.0
Total
92
100.0
100.0
b. Indikator respon emosi respon emosi kat Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
stres ringan
23
25.0
25.0
25.0
stres berat
69
75.0
75.0
100.0
Total
92
100.0
100.0
c. Indikator respon tingkah laku respon tingkh kat Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
stres ringan
43
46.7
46.7
46.7
stres berat
49
53.3
53.3
100.0
Total
92
100.0
100.0
142
G.2 Hasil Analisis Bivariat
Variables Entered/Removed
Model 1
Variables
Variables
Entered
Removed
b
Method
total nilai beban
. Enter
kerjaa a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: total nilai
Model Summary
Model
R .527a
1
R Square
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.278
.270
3.681
a. Predictors: (Constant), total nilai beban kerja ANOVAb Model 1
Sum of Squares Regression
Df
Mean Square
470.102
1
470.102
Residual
1219.583
90
13.551
Total
1689.685
91
F
Sig. .000a
34.692
a. Predictors: (Constant), total nilai beban kerja b. Dependent Variable: total nilai
a
Coefficients
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) total nilai beban kerja
Std. Error 32.814
2.627
.352
.060
Coefficients Beta
t
.527
Sig.
12.492
.000
5.890
.000
143
Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) total nilai beban kerja
a. Dependent Variable: total nilai
Std. Error 32.814
2.627
.352
.060
Coefficients Beta
t
.527
Sig.
12.492
.000
5.890
.000
144
LAMPIRAN H. DOKUMENTASI
Gambar 1. Kegiatan penjelasan inform consent kepada Tn. F dan pengisisan kuesioner oleh Tn.F pada tanggal 17 September 2013 di Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember oleh Arum Cahya Intani Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember
Gambar 2. Kegiatan penjelasan inform consent kepada Tn. F dan pengisisan kuesioner oleh Tn.Z pada tanggal 18 September 2013 di Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember oleh Arum Cahya Intani Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember
145
Gambar 3. Kegiatan penjelasan inform consent kepada Tn. F dan pengisisan kuesioner oleh Tn.G pada tanggal 19 September 2013 di Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember oleh Arum Cahya Intani Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember
Gambar 4. Kegiatan penjelasan inform consent kepada Tn. F dan pengisisan kuesioner oleh Tn.L pada tanggal 20 September 2013 di Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember oleh Arum Cahya Intani Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember
146
LAMPIRAN I. SURAT REKOMENDASI
147
LAMPIRAN J. SURAT IJIN
148
149