HUBUNGAN ASUPAN NATRIUM DAN KALIUM DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI UNIT RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT GUIDO VALADARES DILI TIMOR LESTE Genilda Maria1, Ratna Dewi Puspita 2, Yeny Sulistyowati 3 INTISARI Latar Belakang : Rumah Sakit Guido Valadares Dili Timor Leste mencatat jumlah pasien hipertensi baik rawat inap maupun rawat jalan selama tahun 2012 sebanyak 1027 kasus. Asupan natrium merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan natrium terhadap hipertensi adalah melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah. Kalium berhubungan lebih dengan penurunan tekanan darah. Kalium berpartisipasi dalam memelihara keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa. Tujuan Penelitian : Mengetahui asupan natrium dan kalium dengan tekanan darah pada pasien hipertensi di unit rawat jalan di Rumah Sakit Guido Valadares Dili Timor Leste. Metode Penelitian : Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Guido valadares Dili Timor Leste. Desain penelitian adalah Cross-Sectional. Subyek penelitian adalah pasien rawat jalan yang berusia 20-60 tahun. Hasil Penelitian : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan natrium dengan hipertensi (P > 0,05) di rumah sakit Guido Valadares . Tidak Terdapat hubungan yang signifikan antara asupan kalium dengan hipertensi (P> 0,05) di rumah sakit Guido Valadares. Kesimpulan : Tidak ada hubungan antara asupan natrium dan Kalium dengan Hipertensi Di Rumah Sakit Guido Valadares Dili Timor Leste.
Kata Kunci : Natrium, Kalium, Hipertensi
1. 2. 3.
Mahasiswa Prodi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta Dosen Fakultas Kesehatan Dosen Fakultas Kesehatan
1
RELATIONSHIPS BETWEEN SODIUM AND POTASSIUM INTAKE WITH BLOOD PRESSURE ON HYPERTENSION PATIENTS AT THE OUTPATIENT UNIT IN DILI’S GUIDO VALADARES HOSPITAL OF TIMOR LESTE Genilda Maria1, Ratna Dewi Puspita2, Yeny Sulistyowati3 ABSTRACTS Backgrounds: Guido Valadares Hospital in Dili Timor Leste recorded 1027 cases of hypertension for inpatients or outpatients during year 2012. Sodium intake is a most important thing for mechanism in the appearance of hypertension. Affect of sodium intake toward hypertension is trough the heightening of plasma volume (body liquid) and blood pressure. Potassium related more to the decreasing of blood pressure. Potassium contributes in maintaining the balance of liquid, electrolyte and acid-base. Objectives: To know the sodium and potassium intake with blood pressure on hypertension patients at the outpatient unit in Dili’s Guido Valadares Hospital of Timor Leste. Methods of research: The research is conducted in in Dili’ Guido Valadares Hospital of Timor Leste. The research design is Cross-Sectional. The subjects of research are outpatients’ age between 20-60. Results: There are no significant relationships between sodium intake with hypertension (P>0,05) in Guido Valadares Hospital. There are no significant relationships between potassium intake with hypertension (P>0,05) in in Guido Valadares Hospital. Conclusion: There are no relationships between sodium and potassium intake with hypertension in Dili’s Guido Valadares Hospital.
Keywords: Sodium, Potassium, Hypertension
1
Undergraduate student of Nutrition Science at Respati University Yogyakarta Lecturer at Respati University Yogyakarta 3 Lecturer at Respati University Yogyakarta 2
PENDAHULUAN Timor Leste adalah Negara yang menjadi bagian dari Republik Indonesia, Timor Leste menempati separuh dari pulau Timor dengan luas 14,610 km2 terbagi atas 13 Kabupaten, 498 desa dan 2336 dusun. Timor Leste berpenduduk 1.015.187 pada tahun 2006, 50% penduduk tinggal di wilayah tengah, 20% di wilayah barat dan 25% tinggal di wilayah timur Timor Leste. Dua kota besar adalah Dili dan Baucau yang dihuni sekitar 30%, sedangkan 70% tinggal di daerah pedesaan. Berdasarkan penghasilan penduduk lebih dari 20% penduduk hanya berpenghasilan U$ 1/hari dan lebih dari 60% kurang dari U$ 2 dan tingginya tingkat pengangguran yaitu 43%, kondisi ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya angka kematian dan kesakitan pada penduduk Timor Leste. Timor Leste menempati urutan 142 dari 177 negara untuk Human Development Index.1 Rumah Sakit Guido Valadares, Dili- Timor leste mencatat jumlah pasien hipertensi baik rawat inap maupun rawat jalan selama tahun 2012 sebanyak 1027 kasus, rumah sakit Kabupaten Oecusse sebanyak 630 kasus, rumah sakit kabupaten Maliana sebanyak 3926 kasus, rumah sakit Kabupaten Baucau sebanyak 1992 kasus, rumah sakit Kabupaten Suai sebanyak 1442 kasus dan rumah sakit
Kabupaten Maubesi sebanyak 931 kasus. Prevalensi Penderita
hipertensi di Timor Leste diperkirakan sebesar 25- 30 %.2 Banyaknya penderita hipertensi diperkirakan sebesar 15 juta bangsa Indonesia tetapi hanya 4% yang terkontrol.Tingkat prevalensi sebesar 6-15% pada orang dewasa. Hipertensi tentu hanya ditemukan pada golongan dewasa, karena sebagai penyakit degeneratif ditemukan kecenderungan peningkatan prevalensi hipertensi menurut peningkatan usia. 3 Keadaan hipertensi banyak ditemukan pada masyarakat yang mengkonsumsi natrium dalam jumlah besar. Natrium yang terlalu banyak yang ditandai dengan pengembangan volume cairan ekstraseluler yang menyebabkan edema. Tekanan natrium dengan kadar tinggi dalam makananya (7,6-8,2 g per hari).4 Asupan natrium merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan natrium terhadap hipertensi adalah melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah. mengkonsumsi garam (natrium) menyebabkan haus dan mendorong kita minum. Hal ini meningkatkan volume darah di dalam tubuh yang berarti jantung harus mempompa lebih giat sehingga tekanan darah naik. Karena masukan (input) harus sama dengan pengeluaran (output) dalam sistem pembuluh darah, jantung harus memompa lebih kuat dengan tekanan lebih tinggi.5 Kebalikan dari natrium, kalium berhubungan lebih dengan penurunan tekanan darah. Kalium berpartisipasi dalam memelihara keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa. Kalium juga berperan dalam transmisi impuls saraf dan tekanan otot. Selain itu enzim yang berpartisipasi pada metabolisme energi akan berfungsi lebih efesien ketika berkaitan dengan potassium.6
Berdasarkan data dan permasalahan yang telah diuraikan tersebut maka peneliti ingin mengetahui hubungan asupan natrium dan kalium dengan tekanan darah pada pasien hipertensi di unit rawat jalan di rumah sakit guido valadares Dili Timor leste.
METODE PENELITIAN Jenis penelitian adalah analitik dengan rancangan penelitian
cross sectional untuk
mengukur variabel dependen dan variabel independen secara bersamaan. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Guido Valadares Dili Timor Leste, waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2012. Valadares Dili Timor Leste. Teknik pengambilan sampel pda penelitian ini menggunakan metode accidental sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang ada atau tersedia. Dengan subyek penelitian minimal 35 sampel. Pemilihan sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah asupan natrium dan kalium. Variabel terikat adalah tekanan darah. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan dan data asupan makan natrium dan kalium diperoleh dari kuesioner food frequency questionnaire waktu makan, kemudian diolah dengan nutrisurvey. Data sekunder berupa tekanan darah yang diperoleh dari catatan medis pasien, kemudian dilakukan pencatatan data yang diperlukan. Instrumen penelitian adalah bahan yang digunakan untuk memperoleh data penelitian. Instrumen yang di gunakan dalam pengumpulan data penelitian ini yaitu kuesioner penelitian, alat tulis dan form Food Frequency. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan program pengolahan data yaitu SPSS dengan uji statistik yang digunakan adalah uji Chi- Square.
HASIL PENELITIAN 1. Gambaran Umum RS Timor Leste Rumah Sakit Guido Valadares, Dili- timor leste mencatat jumlah pasien hipertensi baik rawat inap maupun rawat jalan selama tahun 2012 sebanyak 1027 kasus, rumah sakit Kabupaten Oecusse sebanyak 630 kasus, rumah sakit kabupaten Maliana sebanyak 3926 kasus, rumah sakit Kabupaten Baucau sebanyak 1992 kasus, rumah sakit Kabupaten Suai sebanyak 1442 kasus dan rumah sakit Kabupaten Maubesi sebanyak 931 kasus. Prevalensi penderita hipertensi di Timor Leste diperkirakan sebesar 25- 30 %.2
2. Karakteristik Responden a. Jenis Kelamin Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki 17 Perempuan 18 Jumlah 35 Sumber: Data primer diolah, 2012
% 34,7 36,7 100
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden
adalah perempuan yaitu 36,7 %. b. Pekerjaan Distribusi responden berdasarkan pekerjaan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Jumlah Ibu Rumah Tangga 14 Jumlah 35 Sumber: Data Primer diolah, 2012
% 40 100
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden adalah ibu rumah tangga yaitu 40 %. Responden dalam penelitian bekerja kategori lain-lain, yaitu PNS, buruh, mahasiswa, petani, pensiunan, dan wiraswasta. c.
Usia Distribusi responden berdasarkan usia dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Usia (tahun) Jumlah 20 – 40 13 41-60 22 Jumlah 35 Sumber : Data primer diolah,2012
% 37,1 34,7 100
Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa responden pada penelitian ini yang berusia antara 20 - 40 tahun sebesar 14 orang (37,1 %), usia antara dan usia 41 – 60 tahun sebesar 26 orang (34,7%). d.
Pendidikan Distribusi responden berdasarkan pendidikan dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah SD 13 Jumlah 35 Sumber : Data primer diolah, 2012
% 37,1 100
Berdasarakan tabel 4 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berpendidikan SD sebesar 27 orang (37,1%). Responden dalam penelitian mempunyai pendidikan dalam kategori lain-lain yaitu SMP, SMA dan PT. e.
Aktivitas Fisik/Olahraga Distribusi responden berdasarkan aktivitas fisik/olahraga dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik Aktivitas fisik/olahraga Jumlah Tidak pernah 22 1 – 4 x seminggu 13 Jumlah 35 Sumber : Data primer diolah, 2012
% 62,9 37,1 100
Berdasarakan tabel 5 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden tidak pernah melakukan aktivitas olahraga aktivitas olahraga yaitu 62,9 %. f.
Merokok Distribusi responden berdasarkan kebiasaan merokok dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 6 Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Merokok Kebiasaan merokok
Jumlah
%
Tidak pernah
10
28,6
1 – 5 batang sehari
25
71,4
Jumlah
35
100
Sumber : Data primer diolah, 2012 Berdasarakan tabel 6 dapat diketahui bahwa sebagian respondeen mempunyai riwayat merokok yaitu 71,4 %. g.
Konsumsi obat Distribusi responden berdasarkan konsumsi obat dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Distribusi Responden Berdasarkan konsumsi obat Konsumsi Obat Teratur
Jumlah 26
74,3
9
25,7
Tidak teratur Jumlah
%
35
100
Sumber : Data primer diolah, 2012 Berdasarakan tabel 7 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mengkonsumsi obat secara teratur yaitu 74,3 %.
h.
Konsumsi alkohol Distribusi responden berdasarkan konsumsi alkohol dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Distribusi Responden Berdasarkan konsumsi alkohol Konsumsi Alkohol
Jumlah
%
Pernah
17
48,8
Tidak pernah
18
64,4
35
100
Jumlah Sumber : Data primer diolah, 2012
Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai kebiasaan konsumsi alkohol yaitu 64,4 %. i.
Keluarga Riwayat Hipertensi Distribusi responden berdasarkan riwayat hipertensi dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Distribusi Responden Berdasarkan riwayat hipertensi Riwayat Hipertensi
Jumlah
%
Ada
25
71,4
Tidak Ada
10
28,6
Jumlah
35
100
Sumber : Data primer diolah,, 2012 Berdasarkan tabel 9 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki riwayat hipertensi yaitu 71,4 %. j.
Lama Menderita Hipertensi Distribusi responden berdasarkan lama menderita hipertensi dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan riwayat hipertensi Lama Hipertensi
Jumlah
< 1 tahun
22
% 62,9
1 – 5 tahun
12
34,3
5 tahun keatas
1
2,9
40
100
Jumlah Sumber : Data primer diolah, 2012
Berdasarkan tabel 10 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai riwayat hipertensi kurang dari 1 tahun yaitu 62,9 %.
3. Variabel Penelitian a. Kejadian Hipertensi Distribusi responden menurut Tekanan Darah pada penelitian dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Kejadian Hipertensi Kategori
Jumlah%
Stadium 1
14 40
Stadium 2
21
Jumlah
35 100
60
Sumber : Data primer diolah, 2012 Berdasarkan tabel 11 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menderita hipertensi stadium 2 yaitu 60 %. b. Asupan Natrium Distribusi responden menurut asupan natrium dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Asupan Natrium Kategori
Jumlah
%
Cukup
4
11,4
Lebih
31
88,6
Total
35
100
Sumber : Data primer diolah, 2012 Berdasarkan tabel 12 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai asupan natrium lebih yaitu 88,6 %. c. Asupan Kalium Distribusi responden menurut asupan kalium dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Asupan Kalium Kategori
Jumlah%
Cukup
14
40
Lebih
21
60
Total
40
100
Sumber : Data primer diolah, 2012 Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai asupan kalium lebih yaitu 60 % dan asupan kalium cukup yaitu 40 %.
4. Hubungan Asupan Natrium dan Kalium dengan Hipertensi a.
Asupan Natrium dengan Hipertensi Hasil analisis bivariat antara asupan natrium dengan hipertensi responden ditunjukkan pada Tabel 14. Tabel 14. Asupan Natrium dengan Hipertensi Hipertensi Asupan Natrium
Stadiun 1
Jumlah P Value
Stadium 2
N
%
N
%
N
%
Cukup
1
7,1
2
9,5
3
100
Lebih
13
92,9
19
90,5
32
100
Jumlah
14
40
24
60
35
100
0,652
Sumber : Data primer diolah, 2012 Berdasarkan tabel 14 dapat di ketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai hipertensi stadium 2 yang memiliki asupan natrium lebih yaitu sebesar 52,5 %. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan antara asupan natrium dengan hipertensi. Hal ini dapat diketahui dari nilai p = 0,625 (x2 = 1,000 ) yang menunjukkan nilai tersebut lebih besar dari pada nilai signifikansi (>0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan natrium dengan hipertensi responden. b.
Asupan Kalium dengan Hipertensi Hasil analisis bivariat antara asupan kalium dengan hipertensi responden ditunjukkan pada Tabel 15. Tabel 15. Asupan Kalium dengan Hipertensi Hipertensi Asupan Kalium
Stadiun 1
Jumlah P Value
Stadium 2
N
%
N
%
N
%
Cukup
5
35,7
9
42,9
14
100
Lebih
9
64,3
12
57,1
21
100
Jumlah
14
40
21
60
35
100
0,474
Sumber: Data primer diolah, 2012 Berdasarkan tabel 15 dapat diketahui sebagian besar responden menderita hipertensi stadium 2 yang mempunyai asupan kalium lebih yaitu sebesar 57,1 %. Berdasarkan Tabel 15 di atas dapat dilihat bahwa hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan antara asupan kalium dengan hipertensi.
Hal ini dapat diketahui dari nilai p = 0,474 (x2 = 0,737) yang menunjukkan nilai tersebut lebih besar dari pada nilai signifikansi (>0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan natrium dengan hipertensi responden
PEMBAHASAN 1.
Kejadian Hipertensi Dari hasil penelitian yang dilakukan pada responden yang menderita hipertensi sebanyak 14 orang menderita hipertensi stadium 1 yaitu 40 % dan 21 diantaranya menderita hipertensi stadium 2 yaitu 60 %. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa kebanyakan responden dalam penelitian ini berjenis kelamin perempuan, pria pada umumnya lebih mudah terserang hipertensi dibandingkan dengan wanita. Hal ini mungkin disebabkan kaum pria lebih banyak mempunyai faktor yang mendorong terjadinya hipertensi seperti stress, kelelahan dan makan tidak terkontrol, biasanya wanita akan mengalami peningkatan resiko terkena hipertensi setelah masa menopause sekitar 45 tahun7 . Responden bekerja pada kategori ibu rumah tangga. Kebanyakan responden berusia antara 40 – 60 tahun merupakan usia yang beresiko terkena penyakit degeneratif atau hipertensi8, sebagian besar responden mempunyai aktivitas ringan dalam kehidupan sehari-hari dan sebagian besar responden memiliki riwayat hipertensi. Sebagian besar responden tidak melakukan aktivitas ringan, kurang olahraga sering berperan terhadap tekanan darah, olahraga secara teratur dapat menyerap atau menghilangkan endapan koleseterol pada pembuluh darah nadi, namun bukan sembarang olahraga melainkan olahraga aerobik berupa latihan yang menggerakkan semua sendi dan otot seperti jalan, jogging, bersepeda dan berenang, tidak dianjurkan olahraga yang Menegangkan seperti tinju, gulat,angkat besi karena akan meningkatkan tekanan darah. 9 Sebagian besar responden memiliki riwayat hipertensi. Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.
Seseorang akan
memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.9
Terdapat dua jenis hipertensi yakni hipertensi primer atau essensial dan hipertensi sekunder. Sebagian besar yaitu sekitar 90% dari penderita hipertensi termasuk dalam jenis hipertensi primer. Penyebab dari hipertensi primer ini belum diketahui dengan jelas. Para pakar kedokteran berpendapat bahwa berbagai faktor ikut berperan sebagai penyebabnya misalnya faktor keturunan, umur, jenis kelamin dan pola makan. Penyebab hipertensi sekunder sudah diketahui dengan pasti yaitu karena gangguan pada hormon pengatur tekanan darah, fungsi ginjal yang terganggu dan penggunaan pil kontrasepsi. Beberapa faktor lain juga dapat menjadi pemicu terjadinya hipertensi yaitu kurang gerak badan, obesitas atau kelebihan berat badan, konsumsi garam yang berlebihan, merokok dan minuman keras.10 2.
Asupan Natrium Responden dalam penelitian ini sebagian besar mempunyai asupan natrium lebih, yaitu sebesar 88,6 % dan sebesar 11,4% mempunyai asupan natrium cukup. Ratarata asupan natrium responden adalah 1000 – 2000 mg/hari dan sebagian besar responden yang mempunyai hipertensi stadium 2 disebabkan karena adanya faktor genetik dan usia. Garam adalah sumber utama natrium, unsur yang sangat penting bagi kesehatan. Tubuh membutuhkannya untuk membantu menjaga keseimbangan cairan tubuh, membantu mengirimkan impuls saraf dan proses kontraksi dan relaksasi otot. Ginjal secara alami menjaga keseimbangan jumlah natrium di dalam tubuh. Bila kadar natrium rendah, ginjal akan menahan pengeluarannya. Bila kadar natrium tinggi, ginjal akan mengeluarkannya melalui urine. Dalam masalah tertentu ginjal tidak dapat mengeluarkan natrium, maka natrium akan terakumulasi di dalam darah. Karena natrium bersifat menarik dan menahan air, volume darah akan meningkat.
Peningkatan volume darah membuat jantung bekerja lebih keras untuk mengalirkan lebih banyak darah ke pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah. Hal ini pada akhirnya dapat menyebabkan hipertensi8. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya, cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan menyebabkan meningkatnya volume darah sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi11. Pembatasan konsumsi garan dapur hingga 6 gram sehari menganjurkan pembatasan konsumsi garan dapur hingga 6 gram sehari (2400 mg). Pembatasan ini dilakukan mengingat peranan potensial natrium dalam menimbulkan tekanan darah tinggi (hipertensi). 12 3.
Asupan Kalium Responden dalam peneltian ini sebagian besar mempunyai asupan kalium lebih yaitu 60 % dan sebesar 40% mempunyai asupan kalium cukup. Rata- rata asupan kalium responden adalah 2000 – 3000 mg/hari. Peranan kalium mirip dengan natrium, yaitu kalium bersama-sama dengan klorida membantu menjaga tekanan osmotik dan keseimbangan asam-basa. Bedanya kalium menjaga tekanan osmotik dalam cairan intraseluler, dan sebagian terikat dengan protein. Kalium juga membantu mengaktivasi reaksi enzim, seperti piruvat kinase yang dapat menghasilkan asam piruvat dalam karbohidrat.
proses
metabolisme
4
Kalium diabsorpsi dengan mudah dalam usus halus. Sebanyak 80-90% kalium yang dimakan diekskresi melalui urin, selebihnya dikeluarkan melalui feses dan sedikit melalui keringkat dan cairan lambung. Taraf kalium normal darah dipelihara oleh ginjal melalui kemampuannya menyaring, mengabsorpsi kembali dan mengeluarkan kalium di bawah pengaruh aldosteron. Kalium dikeluarkan dalam bentuk ion menggantikan ion natrium melalui mekanisme pertukaran di dalam ginjal12. Seperti halnya natrium, kalium mudah sekali diserap tubuh, diperkirakan 90% dari yang dicerna akan diserap dalam usus kecil. Jumlah kalium yang dikonsumsi per hari sekitar 50 sampai 100 m Eq, atau sekitar 3,7-7,4 g kalium. 4 Asupan Kalium pada seseorang dapat mempengaruhi tekanan darah. Peningkatan asupan kalium dapat menurunkan tekanan darah, penurunan tekanan darah ini dapat dikarenakan adanya penurunan resistensi vaskular akibat dilatasi pembuluh darah serta adanya peningkatan kehilangan air dan natrium dari tubuh hasil aktivitas pompa natrium dan kalium. Asupan kalium idealnya adalah 4,7g/hari dan dapat diperoleh dari buah dan sayur yang mengandung kalium tinggi. 13
4.
Hubungan asupan natrium dengan hipertensi Dalam penelitian ini di dapatkan 3 orang responden yang mengkonsumsi natrium cukup yaitu 2400 mg dan 32 responden mengkonsumsi natrium lebih yaitu > 2400 mg, sebanyak 40 % responden menderita hipertensi stadium 1 dan sebanyak 60 % menderita hipertensi stadium 2. Hasil uji statistik menunjukkan hubungan tidak bermakna antara asupan natrium dengan hipertensi P = 0,652 (x 2= 1,000). Hal ini disebabkan karena adanya faktor lain yang mempengaruhi yaitu faktor usia, faktor genetik, kebiasaan konsumsi alkohol, kebiasaan merokok dan kurangnya melakukan aktivitas olahraga.
12
Hasil penelitian yang sama juga di dapatkan pada penelitian yang dilakukan oleh
14
dimana
diperoleh hasil yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara asupan natrium dengan hipertensi (P = 0,584). Penelitian yang dilakukan oleh
5
menunjukkan hubungan yang bermakna antara asupan natrium
dengan hipertensi, hal ini disebabkan karena penggunaan penyedap masakan yang digunakan pada setiap kali masak dan lokasi daerah yang dekat dengan pantai yang terdapat banyak bahan makanan olahan yang diawetkan seperti terasi, ikan asin dan telur asin. Ketidaksesuaian hasil penelitian ini dengan landasan teori yang ada dikarenakan oleh adanya faktor lain yang lebih berpengaruh terhadap kejadian hipertensi seperti kebiasaan mengkonsumsi alkohol, kurangnya aktivitas olahraga, kebiasaan merokok dan faktor genetik. Berdasarkan hasil penelitian, sebesar 62,9 % tidak melakukan aktivitas olahraga. Orang yang kurang aktif melakukan olahraga pada umumnya cenderung mengalami kegemukan. Kegemukan akan menaikkan tekanan darah7. Olahraga dapat menurunkan tekanan sistolik dan diastolik pada penderita tekanan darah ringan. Sedangkan pada hipertensi berat latihan olahraga memang tidak dapat menurunkan tekanan darah, namun dapat membuat seseorang lebih santai. Olahraga juga dapat menurunkan jumlah hormon nonadrenalin serta hormon-hormon lain penyebab stress11 Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 25 orang responden mempunyai kebiasaan merokok sebesar 71,4 %. Merokok dapat menaikkan tekanan darah. Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan kesehatan. Selain dapat meningkatkan penggumpulan darah dalam pembuluh darah, nikotin juga dapat menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah 7 Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 18 orang responden mempunyai kebiasaan mengkonsumsi alkohol sebesar 64,4 %. Mengonsumsi alkohol juga membahayakan kesehatan karena dapat meningkatkan sintesis katekholamin. Adanya katekholamin dalam jumlah besar akan memicu kenaikan tekanan darah 7. Beberapa penelitian menemukan bahwa faktor keturunan memiliki hubungan dengan tekanan darah. Penelitian oleh
15
menyebutkan bahwa faktor genetik yang diturunkan dapat menentukan varaiasi
tekanan darah sistolik dan diastolik. Dalam penelitian Cui et al di sebutkan bahwa faktor genetik seperti reseptor insulin dapat mempengaruhi fenotip yang berhubungan dengan tekanan darah. 5.
Hubungan asupan kalium dengan hipertensi Dalam penelitian ini di dapatkan 14 orang responden yang mengkonsumsi kalium cukup yaitu 2000 mg dan 21 responden mengkonsumsi kalium lebih yaitu > 2000 mg, sebanyak 40 % responden menderita hipertensi stadium 1 dan sebanyak 60 % menderita hipertensi stadium 2. Hasil uji stastik menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan kalium dengan hipertensi P = 0,474 (x2= 0,737) hal ini disebabkan karena sedikitnya jumlah konsumsi sayuran dan buahbuahan sumber kalium. Hasil penelitian yang sama di dapatkan pada penelitian yang dilakukan oleh
4
menunjukkan hubungan yang tidak bermakna antara asupan kalium dengan hipertensi, hal ini disebabkan karena sedikitnya jumlah konsumsi sayur- sayuran dan buah-buahan.
13
Hasil penelitian yang sama telah dilakukan oleh16 penelitian yang terhadap dua kelompok masyarakat belgia yaitu kelompok yang tidak menggunakan obat antihipertensi dan menggunakan obat antihipertensi yang diikuti selama 5 tahun dengan alat pengukuran Food Record diperkirakan bahwa antara diet kalium dengan tekanan darah berhubungan tidak signifikan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
17
menunjukkan ada hubungan antara asupan kalium dengan
hipertensi. Kebalikan dari natrium, kalium berhubungan lebih dengan penurunan tekanan darah. Kalium berpartisipasi dalam memelihara keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa. Kalium juga berperan dalam transmisi impuls saraf dan tekanan otot. Selain itu enzim yang berpartisipasi pada metabolism energy akan berfungsi lebih efesien ketika berkaitan dengan potassium. Kalium merupakan elektrolit utama untuk mengontrol cairan intraseluler. Suplemen kalium dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.6
KESIMPULAN 1.
Prevalensi hipertensi sebagian besar responden menderita hipertensi stadium 2 sebesar 60 %
2.
Asupan natrium sebagian besar responden termasuk kategori lebih yaitu 88,6 %
3.
Asupan kalium sebagian besar responden termasuk kategori lebih yaitu 60 %.
4.
Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan natrium dengan hipertensi (x 2 = 1,000 danP= 0,652 > 0,05).
5.
Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan kalium dengan hipertensi (x 2= 0,737 dan P = 0,474 > 0,05).
14
DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. 5.
6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
17.
Artikel Timor Leste kesehatan. (2010) .http:// www.timor leste kesehatan. com.Diakses pada tanggal 17 November 2011. Profil Rumah Sakit Guido valadares Dili Timor leste. Bustan. (2007). Epidemilogi Penyakit Tidak Menular, Jakarta : PT. Rineka Cipta Winarno, F. G. (2004). Kimia Pangan Dan Gizi, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Sumaerih (2006) Hubungan Asupan Makromineral/ Natrium, Kalium, Kalsium dan Magnesium dengan Hipertensi pada Pasien rawat jalan di Puskesmas Juntinyuat Kabupaten Indramayu Jawa Barat. Disertasi, Universitas Gadja Mada. Persagi, (2006). Produk Gizi Indonesia, Jakarta : PT. Indotama mandiri Perkasa. Purwati, Salimar, Rahayu (1997). Perencanaan Menu Untuk Penderita Tekanan Darah Tinggi, Jakarta: Swadaya Ahmad, Nabyluro’y R (2011) . Cara Mudah Mencegah Mengobati Asam Urat dan Hipertensi, Jakarta : Dinamikamedia Anies. (2006). Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular, Jakarta: PT.Elex Media Komputindo Tirtawinata (2006). Makanan Dalam Perspektif Al-Quran dan Ilmu Gizi, Jakarta: FKUI Martuti, (2009).Merawat dan menyembuhkan Hipertensi, Jakarta : PT. Kreasi Wacana Almatsier (2009).Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Jhondry, 2010. Perilaku Penderita Hipertensi terhadap Upaya pencegahan Komplikasi di wilayah kerja Puskesmas Berastagi tahun 2010. Universitas Sumatra Utara. Ariyani (2007) Asupan Lemak Sebagai Faktor Resiko Hipertensi Essensial pada lansia di Posyandu Ngudi Waras Surakarta. Disertasi, Universitas Gadjah Mada. Cui,J.,Hopper,J.L.,Harrap,S.B.,202. Genes and Family Enviroment Explain Correlation Between Blood Pressure and Body Mass Index. Journal Of American Heart Association: Hypertension 40:7 - 12 Kasteloot,H.,dan Joossens,J,V.,1988. Relationship of dietary sodium, potassium, calcium, and magnesium with Blood Pressure. Belgian Interuniversity Reseach on nutrition and health. Available from Http : // Hyper. Ahajournals. Org./volume 12 : 294 - 599 Annisa (2009) Hubungan antara Asupan Natrium, Kalium,Kalsium dengan Hipertensi di Puskesmas Merbangsan Yogyakarta. Disertasi, Universitas Gadjah Mada.
15