NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DAN ASUPAN MAGNESIUM DENGAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN RSUD Dr. MOEWARDI DI SURAKARTA
Disusun Oleh AGUNG PUJI SANTOSO J 310 080 054
PROGRAM STUDI S1 GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
1
2
HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DAN ASUPAN MAGNESIUM DENGAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN RSUD Dr. MOEWARDI DI SURAKARTA AGUNG PUJI SANTOSO Program Studi S1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstrak: Hipertensi terkadang tidak disadari oleh penderitanya sebelum memeriksakan tekanan darahnya kedokter atau rumah sakit. 2 faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah adalah rendahnya aktivitas fisik serta asupan magnseium yang kurang. Aktivitas yang kurang akan menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah sehingga aliran darah tidak lancar. Kekurangan magnesium akan meningkatkan kadar natrium intraseluer dan menurunkan kadar kalium intraseluler. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dan asupan magnesium dengan tekanan darah pada pasien hipertensi rawat jalan RSUD Dr. Moewardi di Surakarta. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan subyek menggunakan consecutive sampling dengan jumlah subyek penelitian sebanyak 32 subyek. Aktivitas fisik diperoleh dengan menggunakan metode recall aktivitas fisik, asupan magnesium diperoleh dengan menggunakan metode food recall 3 x 24 jam, sedangkan tekanan darah diperoleh dari data rekam medik subyek penelitian. Uji korelasi yang digunakan adalah uji pearson product moment. Sebesar 43,7 % responden memiliki asupan magnesium kurang. Sebesar 40,6 % memiliki aktivitas sedang. Tidak ada hubungan antara aktivitas fisik (p-value = 0,499) dan asupan magnesium (p-value = 0,710) dengan tekanan darah pada pasien hipertensi rawat jalan RSUD Dr. Moewardi di Surakarta. Berdaarkan hasil uji statistik tidak ada hubungan aktivitas fisik dan asupan magnesium dengan tekanan darah pada penderita hipertensi rawat jalan RSUD Dr. Moewardi di Surakarta.
Kata Kunci : hipertensi, aktivitas fisik, asupan magnesium, tekanan darah
PENDAHULUAN Hipertensi dikenal umum sebagai penyakit tekanan darah tinggi yang terkadang tidak disadari oleh penderitanya sebelum memeriksakan tekanan darahnya ke dokter atau rumah sakit. Penyakit hipertensi juga dikenal sebagai heterogenous group of desease, karena dapat menyerang siapa saja dari kelompok umur maupun kelompok sosial ekonomi (Karyadi, 2002). Gangguan tekanan darah dan kolesterol dapat menimbulkan penyakit jantung dan pembuluh darah
diantaranya seperti hipertensi dan hiperkolesterolemia. Sekarang ini penyakit jantung masih menjadi penyebab utama kematian di Indonesia. Faktor lain yang dapat mempengaruhi tekanan darah dan kolesterol yaitu faktor gaya hidup seperti pola makan yang kurang baik seperti makanan siap saji yang tinggi natrium, lemak dan kolesterol serta kurangnya konsumsi serat, kebiasaan merokok, rendahnya aktivitas fisik, tingkat stres, genetik, usia, jenis kelamin dan status gizi (Depkes 2007).
1
Aktivitas fisik penting bagi kesehatan untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Aktivitas fisik juga mempunyai pengaruh dalam pengaturan berat badan. Adanya peningkatan prevalensi kelebihan berat badan atau obesitas, maka ada kebutuhan mendesak untuk melakukan aktivitas fisik dalam kehidupan seharihari untuk mengurangi terjadinya obesitas. Peningkatan tekanan darah yang disebabkan oleh aktivitas yang kurang akan menyebabkan terjadinya komplikasi seperti penyakit jantung koroner, gangguan fungsi ginjal, stroke dan sebagainya. Penelitian yang dilakukan oleh Saraswati (2008) menunjukkan adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2010) menunjukan adanya hubungan natrium, magnesium dan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi. Kekurangan magnesium banyak ditemukan pada penderita hipertensi, hal ini diperkirakan dapat meningkatkan tekanan darah karena dapat menghambat tonus vaskuler dan kontraktilitas otot polos arteriol dan meningkatkan kadar natrium intraseluer dan menurunkan kadar kalium intraseluler. Bila asupan magnesium cukup maka akan menurunkan kadar METODE Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional, yaitu untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dan asupan magnesium dengan tekanan darah. Penelitian dilakukan di poli penyakit dalam dan poli gizi rawat jalan RSUD Dr. Moewardi di Surakarta. Waktu penelitian dilakukan pada bulan April sampai bulan Desember 2012. Data yang diambil meliputi nama penderita, alamat penderita , nomor
natrium dan meningkatkan kadar kalium yang menyebabkan penurunan tekanan darah (Truswell, 2003). RSUD Dr. Moewardi di Surakarta merupakan rumah sakit pendidikan dan rumah sakit rujukan tertinggi di wilayah Surakarta. Hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan di Rumah Sakit Dr. Moewardi di Surakarta, didapatkan hasil pada tahun 2010 pasien yang berkunjung kerumah sakit dengan penyakit hipertensi sebesar 11.891 orang, 65% pasien yang berkunjung berusia 45-65 tahun. Rata – rata setiap bulannya pasien yang datang sebesar 991 orang. Sedangkan pada tahun 2011 jumlah pasien yang berkunjung sebesar 13.572 orang. Rata – rata setiap bulan pasien yang berkunjung sebesar 1.131 orang. Berdasarkan hasil perbandingan antara tahun 2010 dan 2011 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan jumlah pasien yang cukup signifikan yaitu sebesar 12,38%. Berdasarkan latar belakang diatas penulis melakukan penelitian tentang hubungan antara aktivitas fisik dan asupan magnesium dengan tekanan darah pada pasien hipertensi rawat jalan RSUD Dr. Moewardi di Surakarta
rekam medik, jenis kelamin, umur, pekerjaan, aktivitas fisik, asupan Magnesium, tekanan darah. Data Identitas sampel diambil dari dokumentasi atau data rekam medik rumah sakit. Data aktivitas fisik diambil dari hasil wawancara yang dilakukan secara langsung dengan pasien menggunakan metode recall aktivitas fisik. Data asupan magnesium diambil dari hasil wawancara yang dilakukan secara langsung dengan pasien menggunakan metode recall 3x24 jam secara tidak berturut-turut.Data 2
tekanan darah diambil dari data rekam medik rumah sakit. Analisis variabel ini untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dan asupan magnesium dengan tekanan darah pada pasien hipertensi. Sebelum dilakukan uji korelasi atau hubungan, terlebih dahulu dilakukan uji One Sample Kolmogorof Smirnov atau HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Subjek Penelitian 1. Karakteristik Subjek Penelitian berdasarkan Usia Subjek penelitian ini adalah pasien hipertensi rawat jalan RSUD Dr. Moewardi di Surakarta Tabel 1
uji kenormalan data. Data tekanan darah, asupan magnesium dan tingkat aktivitas fisik berdistribusi normal (p > 0,05) sehingga uji statistik yang digunakan adalah uji Pearson Product Moment.
yang memenuhi kriteria inklusi. Jumlah subjek penelitian adalah 32 subyek. Karakteristik subjek berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Subjek menurut Usia Kategori Dewasa (40-50 tahun) Lansia (> 50 tahun) Jumlah Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar subyek penelitian berusia 50 tahun ke atas yang berjumlah 25 orang (78,2%). Menurut krummel (2004) bersamaan bertambahnya umur kondisi kardiovaskuler mengalami penurunan, pada usia lanjut hal tersebut akan lebih mudah mengalami gangguan kardiovaskuler. Hal ini disebabkan elastisitas dinding pembuluh darah semakin menurun dengan bertambahnya umur.Menurut Grey, et al (2005) sebagian besar hipertensi terjadi pada umur lebih dari 65 tahun. Sebelum umur 55 tahun tekanan darah pada laki – laki lebih tinggi daripada
N 7 25
Persentase (%) 21,8 78,2 100 perempuan. Setelah umur 65 tekanan darah pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki . Dengan demikian, semakin bertambahnya usia maka tekanan sistole semakin tinggi, sebagai akibat dari timbulnya arterosklerosis. Arteriosklerosis merupakan bercak yang terdiri dari timbunan jaringan lemak pada pembuluh darah yang menonjol ke dalam lumen pembuluh darah. Bercak ini sangat peka terhadap ulserasi, perdarahan, dan perkapuran yang tidak hanya menambah penyempitan, tetapi juga merupakan predisposisi bagi pembentukan trombus.
3
2. Karakteristik Subjek Penelitian berdasarkan Jenis Kelamin Karakteristik subjek berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Subjek menurut Jenis kelamin Kategori Laki- laki Perempuan Jumlah
N 12 20 32
Persentase (%) 37,5 62,5 100
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar jumlah subjek penelitian adalah perempuan (62,5%). Menurut Grey, et al (2005) penyakit hipertensi cenderung lebih rendah pada jenis kelamin perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Perempuan yang mengalami masa premenopause cenderung memiliki tekanan darah lebih tinggi daripada laki-laki. Hal tersebut disebabkan oleh hormon estrogen, yang dapat melindungi wanita dari penyakit kardiovaskuler. Hormon estrogen ini kadarnya akan semakin menurun setelah menopause. Prevalensi hipertensi pada wanita (25%) lebih besar daripada pria (24%). Menurut Armilawati (2007) penyakit hipertensi cenderung lebih rendah pada jenis kelamin perempuan dibandingkan dengan laki – laki. Namun perempuan yang mengalami masa premenopause cenderung memiliki
tekanan darah lebih tinggi daripada laki – laki. Hal tersebut disebabkan oleh hormon esterogen yang dapat melindungi wanita dari penyakit kardiovaskuler. Menurut Krummel (2004) Pada masa ini (usia di atas 45 tahun) seorang wanita biasanya mulai mengalami menopause. Hormon estrogen yang diketahui membantu menangkal penyakit degeneratif pada wanita tidak lagi diproduksi, sehingga seorang wanita lebih mudah terkena penyakit degeneratif, disamping juga karena berkurangnya aktifitas dan pola makan yang tidak teratur. Memasuki usia lanjut, hormon mulai berkurang daya kerjanya, sehingga turut memicu munculnya penyakit degeneratif. Pada laki – laki usia 45 tahun merupakan faktor resiko terjadinya penyakit degeneratif karena terjadi penumpukan lemak dalam tubuh yang disebabkan karena mulai berkurangnya daya kerja hormon.
B. Aktivitas fisik dan Asupan Magnesium Subjek Penelitian 1. Aktivitas Fisik Distribusi frekuensi subjek penelitian menurut aktivitas fisik di poliklinik penyakit dalam rawat jalan RSUD Dr. Moewardi di
Surakarta dapat dilihat pada Tabel 3. Menurut WHO Aktivitas fisik dikategorikan ringan bila nilai Physical Activity Level (PAL) (1,40-1,69), sedang (1,70 – 1,99), berat (2,00 – 2,40).
4
Tabel 3 Distribusi frekuensi subjek penelitian menurut aktivitas fisik Kategori
N
Persentase (%)
Ringan Sedang Berat
9 13 10
28,2 40,6 31,2
32 Jumlah Berdasarkan data yang diperoleh dari subyek penelitian menunjukkan bahwa subyek yang memiliki aktivitas ringan sebanyak 9 orang (28,2%), aktivitas sedang sebanyak 13 orang (40,6%), sedangkan aktivitas berat sebanyak 10 subyek (31,2%). Sebagian besar subyek menyatakan kegiatan yang dilakukan sehari-hari lebih banyak duduk serta jalan santai selama 30-50 menit dipagi hari sebelum beraktivitas. Aktivitas ringan meliputi pekerjaan yang menuntut untuk duduk ditempat (sekretaris, operator), membaca, nonton TV, pekerjaan yang tidak sampai mengeluarkan keringat. Aktivitas sedang meliputi kegiatan seperti pekerjaan rumah tangga (memasak, mencuci piring, baju,), berkebun, bersepeda. Aktivitas berat meliputi kegiatan seperti, membajak sawah, mencangkul, olahraga (sepakbola, volly, basket). Menurut Khomsan (2004) Seseorang dengan aktivitas fisik yang kurang, memiliki kecenderungan 30%-50% terkena hipertensi daripada mereka yang aktif melakukan kegiatan. Peningkatan intensitas aktivitas fisik, 30 – 45 menit per hari, penting dilakukan sebagai strategi untuk pencegahan dan pengelolaan hipertensi. Olah raga atau aktivitas fisik yang mampu
100 membakar 800-1000 kalori akan meningkatkan High Density Lipoprotein (HDL) sebesar 4.4 mmHg. ktivitas fisik yang teratur mempunyai manfaat yang penting bagi kesehatan antara lain mengurangi risiko faktor penyakit jantung, stroke, diabetes mellitus, kanker payudara, kanker kolon, dan osteoporosis. Selain itu, aktivitas fisik yang teratur juga dapat membantu menurunkan berat badan, memelihara berat badan, dan mengurangi risiko jatuh pada orang umur lanjutMenurut Supariasa,(2002) A. 2. Asupan magnesium Distribusi frekuensi subjek penelitian menurut asupan magnesium di poliklinik penyakit dalam rawat jalan RSUD Dr. Moewardi di Surakarta dapat dilihat pada Tabel 4. Menurut Mahan (2004) asupan magnesium dikategorikan kurang bila < 270 mg, cukup 270 - 350mg, lebih > 350 mg Tabel 4 Distribusi frekuensi subjek penelitian menurut asupan magnesium Kategori Kurang Cukup lebih
N 14 5 13
Persentase (%) 43,7 15,6 40,7
Jumlah
32
100 5
5
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa 14 subyek (43,7%) memiliki asupan magnesium kurang, sedangkan 5 subyek (15,6%) memiliki asupan magnesium cukup. Sebesar 13 subyek (40,7%) memiliki asupan magnesium lebih. Hal ini menunjukkan bahwa subjek paling banyak memiliki asupan magnesium yang kurang. Magnesium membantu merileksasi otot-otot jantung untuk memelihara detak jantung yang regular. Hal ini bisa mencegah perubahan yang mendadak pada tekanan darah. Pada kenyataannya, magnesium dapat digunakan untuk
mengobati tekanan darah tinggi, angina, arrhythmia. Jika magnesium diberikan segera setelah serangan jantung dan untuk 4 minggu berikutnya, magnesium telah menunjukkan membantu mempercepat penyembuhan dengan mengurangi angka dari arrhythmias yang berbahaya (Truswell, 2003). Magnesium juga membantu jantung dengan cara mengurangi penggumpalan sel darah merah yang nantinya akan membentuk penyumbatan pembuluh darah dengan meningkatkan kadar dari kolesterol HDL (Almatsier, 2003).
C. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Distribusi silang hubungan antara aktivitas fisik dan tekanan darah sistolik pada pasien hipertensi dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Distribusi aktivitas fisik dan tekanan darah sistolik Aktivitas Fisik No
Tekanan
Ringan
Sedang
Berat
Total
Darah Sistolik
N
%
N
%
N
%
N
%
1
Terkendali
3
37,5
2
25
3
37,5
8
100
2
Tak Terkendali
6
25
11
45,8
7
29,2
24
100
p
0,499*
*Uji Pearson Product Moment Berdasarkan hasil penelitian, dari 8 subyek yang memiliki tekanan darah sistolik terkendali sebagian besar subyek beraktivitas ringan dan berat dengan prosentasi yang sama sebesar 37,5%, selebihnya subyek berkativitas sedang sebesar 25%. Sedangkan dari 24 subyek yang mempunyai tekanan darah tidak
terkendali sebagian besar mempunyai aktivitas sedang 45,8%, selebihnya aktivitas berat sebesar 29,2%, dan aktivitas ringan 25%. Hasil uji Pearson Product Moment menunjukkan nilai p = 0,499 > 0.05, maka Ho diterima berarti tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan tekanan darah.
Tabel 6 Distribusi aktivitas fisik dan tekanan darah Aktivitas Fisik No Tekanan Darah Ringan Sedang Berat Diastolik N % N % N % 4 57,1 1 Terkendali 1 14,3 2 28,6 12 48 2 Tak Terkendali 5 20 8 32 *Uji Pearson Product Moment
diastolik Total N % 7 100 25 100
p 0,120*
6
Berdasarkan hasil penelitian, dari 7 subyek yang mempunyai tekanan darah diastolik terkendali sebagian besar beraktivitas ringan sebesar 57,1%, selebihnya aktivitas berat sebesar 28,6% dan aktivitas sedang sebesar 14,3%. Sedangkan dari 25 subyek yang mempunyai tekanan darah diastolik tidak terkendali sebagian besar mempunyai aktivitas sedang sebesar 48% , selebihnya aktivitas berat sebesar 32%, dan aktivitas ringan 20%. Hasil uji Pearson Product Moment menunjukkan nilai p = 0.120 > 0.05, maka Ho diterima berarti tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan tekanan darah diastolik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ningsih, dimana penelitian ini tidak menemukan adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada orang dewasa di Depok tahun 2008. Hasil penelitian ini sejalan pula dengan penelitian yang dilakukan oleh kusumastuti (2003), yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara status gizi dan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian ini adalah penelitian Saraswati (2008). Dalam penelitian saraswati (2008) menyatakan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi di keluran Grogol Kecamatan Limo Kodya Depok. Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2010). Dalam hasil penelitian Lestari menyatakan ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi. Tidak adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan tekanan darah pada penelitian ini karena sebagian besar subyek penelitian sudah rutin melakukan aktivitas fisik secara teratur seperti olahraga di pagi hari. Olahraga dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah dan melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa bila jantung mendapat pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu. Di samping itu olahraga yang teratur akan merangsang pelepasan endorfin (morfin endogen) yang menimbulkan euphoria dan relaksasi otot sehingga tekanan darah tidak meningkat (Mahan, 2004).
D. Hubungan Asupan magnesium dengan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Distribusi silang hubungan antara asupan magnesium dengan tekanan darah sistolik pada pasien hipertensi seperti dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Distribusi Asupan Magnesium dan Tekanan Darah Sistolik Asupan Magnesium No
Tekanan
Kurang
Cukup
Lebih
Total
Darah Sistolik
N
%
N
%
N
%
N
%
1
Terkendali
4
50
4
50
0
0
8
100
2
Tak Terkendali
10
41,7
9
37,5
5
20,8
24
100
p
0,710*
*Uji Pearson Product Moment 7
Berdasarkan dari
8
subyek
tekanan
darah
hasil
subyek
yang
memiliki
asupan
mempunyai
magnesium kurang 41,7%, selebihnya
terkendali
asupan magnesium cukup sebesar
sebagian besar mempunyai asupan
37,5% dan asupan magnesium lebih
magnesium
asupan
sebesar 20,8%. Hasil uji Pearson
magnesium cukup dengan prosentase
Product Moment menunjukkan nilai p
yang sama sebesar 50%, selebihnya
= 0.710 > 0.05, maka Ho diterima
asupan magnesium lebih sebesar
berarti tidak ada hubungan antara
0%. Sedangkan dari 24 subyek yang
asupan magnesium dengan tekanan
mempunyai tekanan darah sistolik
darah sistolik
tidak
yang
penelitian,
sistolik
kurang
terkendali
dan
sebagian
besar
Tabel 8 Distribusi Asupan Magnesium dan Tekanan Darah diastolik
No
Tekanan Darah Diastolik Terkendali Tak Terkendali
1 2
Kurang N % 4 57,1 5 20
Asupan Magnesium Cukup Lebih N % N % 1 14,3 2 28,6 12 48 8 32
P
Total N % 7 100 25 100
0,673*
*Uji Pearson Product Moment Berdasarkan dari
7
subyek
hasil yang
penelitian, mempunyai
tekanan darah diastolik terkendali
hubungan antara asupan magnesium dengan tekanan darah diastolik. Hasil ini sejalan dengan hasil
sebagian besar mempunyai asupan
penelitian
magnesium kurang 57,1%, selebihnya
menyebutkan
asupan magnesium lebih sebesar
pengaruh
28,6% dan asupan magnesium cukup
magnesium terhadap tekanan darah.
sebesar 14,3%. Sedangkan dari 25
Hal ini disebabkan oleh konsumsi
subyek yang mempunyai tekanan
makanan
darah
besar
penelitian ini juga sesuai dengan
memiliki asupan magnesium cukup
penelitian yang dilakukan oleh Farid
48%, selebihnya asupan magnesium
(2009), yang menyebutkan tidak ada
lebih
hubungan antara asupan magnesium
diastolik
sebesar
sebagian
32%
dan
asupan
Kiptiyah
(2007),
bahwa
kalium,
yang
tidak
ada
kalsium
dam
rendah.
dengan
Pearson
Moment
penelitian ini tidak sejalan dengan
menunjukkan nilai p = 0.673 > 0.05,
penelitian kawano, dkk (1998). Dalam
maka Ho diterima berarti tidak ada
penelitian
Kawano,
darah.
Hasil
magnesium kurang 20%. Hasil uji Product
tekanan
yang
dkk
Hasil
(1998)
menunjukkan bahwa ada pengaruh 8
asupan
magnesium
penurunan
tekanan
terhadap darah
pada
pasien meskipun kecil tapi signifikan (2,0/1,4 mm Hg). Pada penelitian ini sebagian besar subyek penelitian merupakan lansia
(78,2%)
sehingga
pembuluh
darah
penyempitan
oleh
penumpukan
zat
dinding
mengalami karena
adanya
kolagen
pada
lapisan otot sehingga pembuluh darah akan menyempit dan kaku. Subyek penelitian sudah dapat memanajemen hipertensi
dengan
baik
dengan
mengikuti saran dari dokter antara lain
dengan
makanan
tidak
mengkonsumsi
berpengawet,
rutin
mengontrol tekanan darah kerumah sakit atau tenaga kesehatan lainnya setiap
1
bulan
sekali,
rutin
mengkonsumsi obat anti hipertensi antara
lain
amilodipine menekan
obat 5
captropil yang
tekanan
dan
berfungsi
darah
agar
mendekati normal, konsultasi dengan petugas kesehatan dan saran–saran
dokter
mengikuti
supaya
tidak
terlalu mengkhawatirkan penyakitnya yang tidak dapat disembuhkan secara sempurna.
2. Karakteristik subjek menurut jenis kelamin yaitu, sebesar 37,5% berjenis kelamin laki – laki, sedangkan 62,5 % berjenis kelamin perempuan. 3. Sebesar 43,7% subyek memiliki asupan magnesium kurang, 40, % memiliki asupan magnesium cukup, sedangkan 15,6% memiliki asupan magnesium lebih. 4. Sebesar 28, 2% subyek memiliki aktivitas yang ringan, sebesar 40,6% memiliki aktivitas sedang, sebesar 31,2% memiliki aktivitas berat. 5. Tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dan asupan magnesium dengan tekanan dara pada pasien hipertensi rawat jalan RSUD Dr Moewardi di Surakarta. SARAN 1. Rumah Sakit Perlu adanya tindak lanjut dalam meningkatkan mutu pelayanan dalam konseling gizi, serta perlu adanya kerjasama antara dokter dengan petugas gizi mengenai konseling gizi sehingga pasien mengerti pentingnya konseling gizi. 2. Peneliti Perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut
tentang
hubungan
asupan magnesium, aktifitas fisik dengan menambahkan variabel – variabel
yang
mempengaruhi
tekanan darah. Sehingga dapat diketahui faktor-faktor resiko yang
KESIMPULAN 1. Karakteristik subjek menurut usia responden yaitu, 21,8 % termasuk kategori dewasa, sedangkan 78,2 % responden termasuk dalam kategori lansia.
lain
seperti,
penggunaan
komplikasi,
obat,
gaya
hidup
serta lama sakit pasien yang dapat mempengaruhi
tekanan
darah
pada pasien hipertensi 9
DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S (2003) Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama Anggraini, F (2008). Hubungan antara Gaya Hidup dengan Status Kesehatan Lansia Binaan Puskesmas Pekayon Jaya Bekasi tahun 2008, Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Arisman,2009. Gizi dalam Kehidupan. Kedokteran Jakarta Ariyanti,
Daur EGC.
N. 2005.Hubungan asupan natrium dengan tekanan darah pada penderita hipertensi primer ( essensial) ( studi pasien di unit rawat jalan Badan Rumah Sakit Daerah Blora Kabupaten Blora ), skripsi.
Armilawaty, Amalia H, Amirudin R. 2007.Hipertensi dan Faktor Risikonya dalam Kajian Epidemiologi. Bagian Epidemiologi FKM UNHAS. .http;//www.CerminDuniaKedokte ran.com/index.php?option=com_ content&task=view&id=38&Itemid =12). Diakses tanggal 26 Mei 2009, pukul 20.00 WIB Boedhi-Darmojo,2001.Mengamati perjalanan epidemiologi hipertensi di Indonesia.Medika. Corwin, E. J .2009.Buku Patofisiologi .Penerbit Kedokteran EGC:Jakarta
Saku Buku
Depkes RI, 2007. Pharmuceutial Care untuk Penyakit Hipertensi. Jakarta : Depkes
FAO/WHO/UNU, 2001. Human Energi Requimrement. Report of a Joint FAO/WHO/UNU Expert Consultation: Rome Farid, D. A. 2010. Hubungan antara Asupan Natrium, Kalium, Kalsium, Magnesium dan Serat dengan Tekanan Darah pada Remaja. Abstrak. Fakultas Kedokteran UNDIP Ferawati, F. T. 2008. Hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT), Aktivitas Fisik dan Kebiasaan Mengkonsumsi Makanan Siap Saji ala Barat dengan Tekanan Darah Pada Pensiunan Pegawai PT. Pertamina. Abstrak. Fakultas Kedokteran UNDIP [FKM-UI] Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Raja Grafindo Persada. Jakarta Gunawan, 2001.HIPERTENSI.Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Gray HH, Dawkins KD, Morgan JM & Simpson IA. Lecture Notes : Kardiologi(4rd ed). Jakarta : Penerbit Erlangga; 2005.57-62. Gropper, S.S., Jack, L.S. & James, L.G. (2005) Advaned Nutrition and Human metabolism. US : International Student Joint National Committeon Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of Hight Blood Pressure. The sixth of the joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment oh Hight Blood Pressure. National Institute of Hight Blood Pressure 1997 : 98480.tump. 2004. 10
Mahan, K L., dan Scot S., Stump. 2004. Krause’s food, Nutrition, dan daiet therapy. Saunders: Philadelphia Murray, K.R., Granner D.K., Mayers P.A., Rodwell V. W. 2003. Biokimia Harper. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, HAL : 547-59.. Murti, B. 2010. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Mutiarawati, R. 2009. Hubungan Antara Riwayat Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi Pada Usia 4554 Tahun Study Di Wilayah Kelurahan Tlogosari Kulon Semarang Tahun 2009. Abstrak. Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang Nurkhalida. 2003.Warta Kesehatan Masyarakat.Jakarta: Depkes RI, hlm :19 -21. Notoatmodjo.2010.Metodologi Penelitian Kesehatan.PT.Rineka Cipta:Jakarta Kaplan, N.M (2006) Kaplan’s Clinical Hypertension.Philadelphi: lippincot Williams & Wilkins Karyadi, E. 2002. Hidup Bersama Penyakit Hipertensi, Asam Urat, Jantung Koroner. Jakarta: PT. Intisari Mediatama. Kawano,Y., Matsuoka, H., Takishita, S., Omae, T. 1998. Effects of Magnesium Supplementation in Hypertensive Patients : Assessment by Office, Home, and Ambulatory Blood Pressures. American Heart Associasion. Khomsan, A. 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Institusi Pertanian Bogor. Bogor Krummel, D A .2004.Medical Nutrition Therapy in Hypertention.Di dlm : Mahan UK dan Escott – Stump
S.Editor.2004.Food, Nutrition and Diet Therapy.USA: Saunders co.hlm.900 – 918 Laurant, P., Daniel, H., Hans, R.B. & Alanin B. 1999. Effect of Magnesium Deficiency on Blood Pressure and Mechanical Properties Rat Carotid Artery. A merican Heart Association. 33 pp 1102-1110 Lesmana,I.S. 2001. Prinsip Dasar Cidera Olahraga. UIEO. Jakarta Lestari,
D. 2010. Hubungan Asupan kalium, Kalsium, Magnesium, dan Natrium, Indeks Massa Tubuh, Serta Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi pada Wanita Usia 30-40 tahun. Abstrak. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. Ningsih, F. 2010. Hubungan karakteristik Individu, Asupan Zat Gizi dan Gaya Hidup Terhadap Kejadian Hipertensi pada Orang Dewasa di Depok tahun 2008. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Nugraheni, Suryandari, Aruben. 2008. Pengendalian Faktor Determinan Sebagai Upaya Penatalaksanaan Hipertensi Di Tingkat Puskesmas.Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan 4 (11): 185 – 191 Nurkhalida., 2003. Warta Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Depkes RI.19-21. Price
SA, Wilson LM., 2006. Pathophysiology Clinical Concepts of DiseaseProcesses 4th Edition. Philadelphia: Mosby Year Book. Rasmun.2004. Stress, Koping dan adaptasi. Jakarta, Sagug Seto.
11
Resnick, L. M., Mario,B., ligia, J.D., joseph, M.V., J.P. Nicholson, R & Raj, K.G. -J. (2001) Relation of Cellular Potassium to Other Mineral Ions in Hypertension and Diabetes. American Heart Assosiation, 38 pp. 709-712 Santoso. 2007. Penatalaksanaan awal Jantung Berdasarkan Paradigma sehat. http://www.idi.or.id//. Diakses tanggal 20 oktober 2012 pukul 19.00 WIB Saraswati, N. M. 2008. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan kejadian Hipertensi pada Masyarakat Kelompok Usia 30 Tahun Keatas di Kelurahan Grogol Kecamatan Limo Kodya Depok 2008. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas pembangunan “Veteran” Jakarta. Sediaoetama, AD. 2010. Ilmu Gizi untuk mahasiswa dan Profesi Indonesia Cet. Kedua. Dian Rakyat. Jakarta Sugiharto, A.2007.Faktor – Faktor Risiko Hipertensi Grade Ii Pada Masyarakat DiKabupatenKaranganyar.Tesis.Pro gram Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Supariasa, dkk.2002. Penilaian Status Gizi. Kedokteran EGC: Jakarta Susalit, E., kapojos, E., Lubis, H.R. 2001. Hipertensi Primer. Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FK UI. Jakarta Sharkey, B J. 2003. Kebugaran dan kesehatan. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Siregar, T.G.M. 2003. Hipertesi Esensial. In: Rilantono dkk (ed). Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: FKUI. Tierny, L. M., Phee, S. J. MC., Papadakis, M. A. 2002. Diagnosis dan Terapi Kedokteran Ilmu Penyakit Dalam. Salemba Medika. Jakarta Totopradjogo, O.S,. Sutjiati, E, Rahmayanti M,E .2006. Perbedaan Perubahan Tekanan Darah Pada Wanita Menopause Dengan Hipertensi Yang Diberi Anjuran Kombinasi Diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) Dan Diet Rendah Garam Dibandingkan Dengan Anjuran Diet Rendah Garam (Konvensional).Jurnal Ilmu Gizi Kesehatan Fak. Kedokteran Malang : Universitas Brawijaya Truswell, A.S. 2003. ABC of Nutrition Forth Edition. London: Gusto Productian Wardlaw, G.M. & jeffery, S.H. (2007) Prospective in Nutrition 6th Edition. New York : Mc.Graw Hill International Editiion Yogiantoro, M. 2009. Hipertensi Esensial. In: Sudoyo dkk (ed). Buku Ajar Ilmu Peyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: FKUI, pp: 610-14. Yundini, 2006. Faktor Risiko Hipertensi. Jakarta: Warta Pengendalian Penyakit Tidak Menular, diakses tanggal 26 Mei 2010
Sheps, Sheldon. G. 2005. Mayo Clinic Hipertensi, Mengatasi Tekanan Darah Tinggi Jakarta: PT Intisari Mediatama. 26,158.
12
13