Hubungan Asupan Energi dan Komposisi Makronutrien dengan Tebal Lipatan Kulit pada Remaja Usia 15-18 Tahun Melissa Lenardi*, Sri Sukmaniah** *Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta Pusat Email:
[email protected] **Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta Pusat Abstrak Perubahan gaya hidup remaja menyebabkan ketidakseimbangan asupan energi dan aktivitas fisik yang berujung pada obesitas. Obesitas dini dapat menyebabkan penyakit degeneratif terjadi secara lebih cepat. Penelitian ini ingin mencari faktor asupan energi dan komposisi makronutrien dalam mempengaruhi status gizi berdasarkan tebal lipatan kulit. Seluruh mahasiswa tingkat pertama usia 15-18 tahun pada juni 2011 (n=75) diwawancara asupan makanannya dalam satu bulan terakhir, kemudian dicari asupan energi harian, komposisi makronutriennya. Dilakukan pengukutan tebal lipatan kulit di empat lokasi, penghitungan persentase lemak tubuh dan digolongkan status obesitas dan tidak obesitas. 25,8% remaja pria dan 38,6% remaja wanita tergolong obesitas dengan kadar lemak tubuh ≥25(♂) dan ≥35%(♀) pada usia 15-18 tahun. Baik remaja dengan obesitas maupun tidak obesitas kebanyakan mengonsumsi asupan energi secara berlebih 2443(761-5109)kkal atau sebanding dengan 104(35-230)% AKG laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Asupan gizi rerata dengan komposisi 53.97±9.31% karbohidrat, 13.67±2.65% protein dan 31.41±8.12 % lemak. Kadar lemak pada pria (30,6±3,7%) lebih besar daripada pada wanita (21,4±5,3%). Hubungan antara asupan energi, komposisi karbohidrat, protein dan lemak dengan tebal lipat kulit masing masing dengan p=0,703; p=0,189; p=0,319; p=0,804. Disimpulkan bahwa asupan energi yang berlebihan maupun komposisi karbohidrat, protein dan lemak tidak secara langsung berpengaruh terhadap status gizi berdasarkan tebal lipatan kulit. Kata kunci : asupan energi, komposisi makronutrien, tebal lipatan kulit, remaja Abstract Adolescent lifestyle changes led to an imbalance energy intake and physical activity to obesity which led to premature degenerative diseases. This study wanted to find energy intake and macronutrient composition as a factor influence skinfold thickness. The entire freshman aged 15-18 years (n=75) on June 2011were interviewed to exam the past month food intake using FFQ questionnaire. Subject were also had skinfold thickness at four sites examined to interpret body fat percentage and categorized into obesity and non-obesity. 25,8% male and 38,6 female adolescent were classified as obese with body fat percentage ≥ 25 (♂) and ≥ 35% (♀). Both adolescents with obese and non-obese mostly consume excess energy intake 2443(761-5109) kcal equivalent to 104(35-230)% RDA. The macronutrient diet compositions consist of 53.97±9.31% carbohydrate, 13.67±2.65% protein and 31.41±8.12% fat. Body fat percentages in male (30.6±3.7%) were greater than women (21.4±5.3%). Relations between energy intake, carbohydrate, protein and fat composition with skinfold thickness is p = 0.703, p = 0.189, p = 0.319, p = 0.804 respectively. Excessive energy intake and carbohydrates, protein and fats composition do not directly affect the nutritional status based on skinfold thickness. Keywords :adolescent, energy intake, macronutrient composition, skinfold thickness 1 Hubungan asupan energi..., Melissa Lenardi, FK UI, 2013
2
Pendahuluan Dalam satu dekade terakhir teknologi dan transportasi berkembang pesat dan secara langsung mempengaruhi pola hidup remaja. Remaja kini memiliki kecenderungan menjalankan aktivitas sedenteris, mengonsumsi makanan cepat saji rendah serat dan tinggi lemak.1 Keadaan ini menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antara asupan energi dan aktivitas fisik hingga berujung pada perburukan status nutrisi remaja, obesitas.1 Prevalensi obesitas mencapai sekitar dua kali lipat sejak tahun 1980 hingga 2008, dengan perkiraan jumlah anak dan remaja kelebihan berat badan mencapai lebih dari 60% berdampak lebih dari 50% pada usia dewasa.2 Hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2010 menunjukkan prevalensi malnutrisi pada remaja 16-18 tahun di Indonesia adalah 10,3% (8,9% underweight dan 1,4% kegemukan), dimana DKI merupakan salah satu propinsi dengan kegemukan tertinggi.3 Obesitas pada usia remaja dapat berlanjut hingga pada usia dewasa, meningkatkan risiko terjadinya penyakit degeneratif (misal dislipidemia, gangguan kardiovaskular, diabetes) meningkatkan mortalitas pada usia dewasa yang lebih muda.4 Intervensi dan perubahan pola hidup pada kelompok ini menjadi sangat kritis, intervensi perbaikan gaya hidup remaja berkontribusi terhadap kondisi kesehatan dan status nutrisi yang lebih baik di usia dewasa.4 Kondisi kesehatan remaja dapat diintepretasikan melalui hasil pengukuran antropometrinya. Pada penelitian ini variabel yang akan digunakan berupa tebal lipatan kulit yang dapat memberi gambaran persentase kadar lemak dalam tubuh. Hasil pengukuran yang melebihi normal mengacu pada kondisi obesitas. Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, penelitian ini dilakukan untuk mencari hubungan antara asupan energi dan makronutrien dengan lingkar pinggang kelompok remaja usia 15-18 tahun. Dengan mengetahui hubungan ini, diharapkan di masa yang akan datang, kondisi kesehatan remaja dapat ditingkatkan melalui intervensi asupan energi dan makronutrien. Tinjauan Teoritis Remaja merupakan periode transisi antara masa kanak-kanan dengan dewasa. Periode transisi ini merupakan periode yang kritis dalam pembentukan fisik dan mental seseorang terjadi perkembangan signifikan fungsi seksual dan bentuk tubuh menjadi bentuk dewasa selama usia 13-21 tahun, remaja berjumlah seperlima dari seluruh populasi penduduk di dunia dan 900 juta diantaranya berada di negara berkembang (WHO).5,6
Universitas Indonesia Hubungan asupan energi..., Melissa Lenardi, FK UI, 2013
3
Berdasarkan RISKESDAS 2010, di Indonesia jumlah remaja pada usia 16-18 tahun yang mengalami kurang gizi yakni sebanyak 8,9%, kegemukan berjumlah 1,4% (dengan rincian 1,3% remaja pria dan 1,5% remaja wanita) sedangkan pada usia 13-15 tahun, kegemukan berjumlah 2,6% (dengan rincian 2,9% pada remaja pria dan 1,5% pada remaja wanita).3 Data lain menujukkan jumlah prevalensi remaja dengan obesitas cukup tinggi. Penelitian di SLTP Yogyakarta menunjukkan 7,8% remaja perkotaan dan 2% remaja pedesaan mengalami obesitas.7 Penelitian tersebut juga menemukan hubungan bermakna dengan konsumsi makanan cepat saji dan lamanya menonton televisi.7 Makanan yang dikonsumsi sehari-hari memiliki kandungan mikronutrien dan makronutrien. Makronutrien terdiri dari karbohidrat, protein dan lemak berfungsi sebagai sumber energi utama untuk metabolisme sel untuk memenuhi kebutuhan aktivitas harian. Jika makronutrien ini berlebih maka akan dimetabolisme dan disimpan sebagai cadangan makanan oleh tubuh dalam bentuk lemak, baik dalam jaringan hati, otot, sumsum tulang dan dalam jaringan adiposa di bawah kulit dan organ dalam untuk digunakan sewaktu-waktu.8 Di Indonesia telah disepakati batasan-batasan anjuran asupan gizi harian berupa Angka Kecukupan Gizi berdasarkan usia dan jenis kelamin. Pada tahun 2004, disepakati kebutuhan energi harian laki-laki usia 13-15 tahun adalah 2400 Kkal, usia 16-18 tahun 2600 Kkal sedangkan kebutuhan energi harian perempuan usia 13-15 tahun sebesar 2350 Kkal, usia 16-18 tahun 2200 Kkal dengan komposisi karbohidrat 45-65%, protein 10-30%, dan lemak 25-35%.9 Pengukutan asupan energi dan makronutrien dapat menggunakan berbagai instrumen, misalnya Food Frequency Questionnaire (FFQ).10 Pada pengukuran menggunakan FFQ ditujukan untuk mengetahui pola konsumsi makanan secara semikuantitatif berdasarkan jenis, frekuensi dan jumlah asupan dalam periode tertentu. Pengukuran menggunakan FFQ memberi beberapa keungulan yakni dalam periode yang relatif lebih singkat, dapat dicari pola asupan tanpa membutuhkan expertise (dietician) walaupun dengan metode ini menghitung asupan energi absolut harian secara kurang presisi akibat sering terjadi recall bias, overestimation maupun underestimation.10 Status gizi seseorang dapat digambarkan berdasarkan komposisi tubuhnya, untuk menggambarkan persentase lemak tubuh, metode pengukuran terbaik adalah dengan mengukur tebal lipatan kulit. Nilai normal persentase lemak tubuh berbeda antara laki-laki (≤25%) dan perempuan (≤32%).11 Pengukuran sederhana, aman, murah, dan tidak
Universitas Indonesia Hubungan asupan energi..., Melissa Lenardi, FK UI, 2013
4
membutuhkan tenaga asli dapat memberikan hasil yang cukup tepat dan akurat dalam menentukan persentase lemak tubuh. Namun terkadang hasil pengukutan tebal lipatan kulit kurang sensitif, tidak dapat menunjukkan defisiensi zat gizi tertentu, tidak dapat mengukur lemak viseral, dan memiliki bias yang cukup tinggi.12 Metode Penelitian menggunakan desain cross sectional tipe analitik untuk mengetahui hubungan asupan energi dan komposisi makronutrien dengan status gizi berdasarkan tebal lipatan kulit subjek. Dilakukan penilaian asupan energi dan makronutrien (karbohidrat, protein dan lemak) dan tebal lipatan kulit di empat lokasi (bisep, trisep, subskapularis dan suprailiaka ) pada subjek mahasiswa tingkat pertama berusia 15-18 tahun pada perguruan tinggi negeri di Jakarta pada tahun 2011/2012 menggunakan instrumen Food Frequency Questionnaire, food model, nutrisurvey 2007 dan skinfold caliper. Target responden yang bersedia dan menandatangani informed consent dan tidak memiliki kondisi medis khusus yang menghambat proses pengumpulan data penelitian sejumlah 75 responden, lebih kecil dibandingkan perkiraan jumlah subjek (97 responden), sehingga pemilihan sampel berdasarkan teknik total sampling. Dalam penilaian asupan energi dan makronutrien, dilakukan wawancara asupan gizi baik jenis, frekuensi dan jumlah dalam satu bulan terakhir, dilakukan interpretasi menggunakan nutrisurvey 2007 menjadi asupan energi, komposisi karbohidrat, lemak dan protein kemudian dikategorikan kedalam kelompok kurang, cukup dan berlebih. Setelah dilakukan pengukuran tebal lipatan kulit, dilakukan intepretasi persentase lemak tubuh menggunakan rumus sirri, kemudian dikategorikan menjadi obesitas dan non obesitas. Seluruh data yang dimiliki diintepretasikan menggunakan program SPSS 16. Untuk uji sebaran data digunakan uji kolmogorov smirnov, sedangkan analisis uji hipotesis menggunajan uji chi-square. Jika syarat uji fisher berupa tidak ada sel dengan nilai nol, expected count kurang dari lima sebanyak kurang dari 20% tidak terpenuhi, maka digunakan uji hipotesis fisher. Data hasil analisis tersebut selanjutnya disajikan dalam bentuk narasi, tabel dan grafik.
Universitas Indonesia Hubungan asupan energi..., Melissa Lenardi, FK UI, 2013
5
Hasil Penelitian Penelitian dilakukan pada kelompok mahasiswa dan mahasiswi tingkat pertama, berdasarkan data akademik yang diperoleh, dari 104 mahasiswa yang merupakan target responden, sekitar 75 mahasiswa yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dan dapat dianalisis. Ketujuh puluh lima responden tersebut memiliki karakteritstik umum seperti pada tabel 1 berikut: Tabel 1. Sebaran Jenis Kelamin dan usia serta Asupan Energi Harian Responden (N=75) Kategori N % Kurang Cukup Lebih Jenis Kelamin Laki-laki 31 41,3 6 10 15 Perempuan 44 58,7 12 13 19 Usia 15 tahun 1 1,3 0 0 1 16 tahun 3 4,0 1 1 1 17 tahun 15 20,0 3 4 8 18 tahun 56 74,7 14 18 24 Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 75 responden, jumlah perempuan lebih banyak, yang tersebar secara cukup merata dengan p = 0,731 pada keadaan gizi kurang, cukup dan lebih. Persebaran usia pasien tidak normal, dengan median 18 dan rentang usia 15-18 tahun. Rerata usia responden dengan gizi kurang adalah 17,72 (± 0,575) tahun, dengan gizi cukup adalah 17,74 (± 0,541) tahun, dan dengan gizi kurang adalah 17,62 (± 0,697) tahun. Pada tabel 2 ditunjukkan asupan serta persentase asupan energi berdasarkan Angka Kecukupan Gizi tahun 2004, rerata asupan energi baik secara total, pada laki-laki maupun perempuan melebihi angka rekomendasi. Sedangkan rerata komposisi asupan karbohidrat, protein dan lemak berada dalam rentangan cukup (tidak lebih maupun tidak kurang). Tabel 2. Karakteristik Rerata Asupan Energi, Asupan dan Komposisi Karbohidrat, Protein, dan Lemak Total Laki-Laki Perempuan Asupan Energi (kkal) 2443 (761 - 5109)* 2927 (± 858) 2189 (761 - 5057)* Persentase terhadap AKG(%) 104 (35 - 230)* 113 (65 - 197)* 107 (± 39) Asupan Karbohidrat (g) 316 (106 - 734)* 358 (250 - 734)* 293 (106 - 630)* Komposisi Karbohidrat (%) 53,9 (± 9,3) 54,5 (± 9,1) 53,6 (27,1 - 78,8) Asupan Protein (g) 84,3 (25,2 - 224)* 98 (± 38,5) 76,3 (25,2 - 181,4)* Komposisi Protein (%) 13,3 (7,7 - 22,5)* 13,1 (7,7 - 21,2)* 13,4 (10,1 - 22,5)* Asupan Lemak (g) 82 (14,8 - 211,3)* 83,6 (42,8 - 211,3)* 73,1 (14,8 - 177,9)* Komposisi Lemak (%) 31,4 (± 8,1) 30,8 (± 8,3) 31,8 (± 8,05) *Sebaran data tidak normal
Universitas Indonesia Hubungan asupan energi..., Melissa Lenardi, FK UI, 2013
6
Gambar 1 dan Tabel 3 menunjukkan secara umum kebanyakan responden mengonsumsi asupan energi yang berlebihan, dan baik rerata maupun jumlah responden terbanyak mengonsumsi makronutrien dengan komposisi yang cukup/ normal, yakni antara komposisi asupan karbohidrat 45-65% (53.97 ± 9.31), komposisi asupan protein 10-30% (13.67±2.65) dan komposisi asupan lemak 25-35% (31.41±8.12). Pengaruh antara asupan energi maupun makronutrien dengan jenis kelamin juga tidak berhubungan, terbukti dengan p = 0,656 pada asupan energi, p = 1,000 pada asupan karbohidrat, p = 0,413 pada asupan protein, dan p = 0,968 pada asupan lemak. Tabel 3 Sebaran Asupan Energi, Karbohidrat, Lemak dan Protein Responden dalam Kategori (N=75) Kategori Total (%) Laki-Laki (%) Perempuan (%) Asupan Energi Kurang 18 (24%) 6 (19,4%) 12 (27,3%) Cukup 23(30,7%) 10 (32,3%) 13 (29,5%) Lebih 34 (45,3%) 15 (48,4%) 19 (42,2%) Karbohidrat Kurang 8 (10,7%) 4 (12,9%) 4 (9,1%) Cukup 58 (77,3%) 23 (74,2%) 35 (79,5%) Lebih 9 (12%) 4 (12,9%) 5 (11,4%) Protein Kurang 1 (1,3%) 1 (3,2%) 0 (0%) Cukup 74 (98,7%) 30 (96,8%) 44 (100%) Lebih 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) Lemak Kurang 18 (24%) 8 (25,8%) 10 (22,7%) Cukup 33 (44%) 13 (41,9%) 20 (45,5%) Lebih 24 (32%) 10 (32,3%) 14 (31,8%)
Universitas Indonesia Hubungan asupan energi..., Melissa Lenardi, FK UI, 2013
7
Persentase lemak dalam tubuh keseluruhan responden memiliki median 27,73% berkisar antara 8,9% hingga 38,5%. Rerata pada wanita adalah 21,4% (standar deviasi 5,3%), dan 30,6% (standar deviasi 3,7%) pada pria. Status gizi subjek berdasarkan tebal lipatan kulit adalah sebagai berikut: Tabel 4. Sebaran Status Gizi Responden berdasarkan Tebal Lipatan Kulit (N=75) Komposisi tubuh Total % Laki-Laki Perempuan Non Obesitas Atletik 3 4,0 3 (9,7%) 0 (0%) Sehat 9 12,0 5 (16,1%) 4 (9,1%) Rata-rata 38 50,7 15 (48,4%) 23 (52,3%) Total non-obesitas 50 66,7 23 (74,2%) 27 (61,4%) Obesitas Obesitas 25 33,3 8 (25,8%) 17 (38,6%) Pada tabel 4 ditunjukkan status gizi berdasarkan hasil analisis tebal lipatan kulit. Persentase lemak tubuh berdasarkan penilaian siri secara total, pada laki-laki maupun perempuan. Tabel tersebut menunjukkan bahwa dalam populasi, kebanyakan responden berada dalam status gizi rata-rata (average), sedangkan responden dengan obesitas cukup tinggi. Walaupun sekilas terlihat bahwa obesitas lebih banyak terjadi pada perempuan namun hasil p = 0,246 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara obesitas pada perbedaan jenis kelamin. Selanjutnya, supaya diketahui ada tidaknya hubungan antara asupan energi dengan status gizi berdasarkan tebal lipatan kulit, maka dilakukan uji chi square dengan tabel berikut: Tabel 5. Hubungan Antara Asupan Energi dengan Status Gizi Berdasarkan Tebal Lipatan Kulit Asupan Energi Obesitas Tidak Obesitas Lebih 13 (52,0%) 21 (42,0%) Cukup 7 (28,0) 16 (32,0%) Kurang 5 (20,0%) 13 (26,0%) Pada analisis hubungan antara asupan energi dengan status gizi berdasarkan tebal lipatan kulit, daidapatkan bahwa tidak ada komponen yang bernilai nol dan expected cell rate keenamnya lebih dari lima, sehingga metode analisis yang digunakan dapat berupa chisquare. Berdasarkan metode tersebut, didapatkan bahwa p adalah 0,703 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara asupan energi dengan status gizi berdasarkan tebal lipatan kulit.
Universitas Indonesia Hubungan asupan energi..., Melissa Lenardi, FK UI, 2013
8
Untuk mengetahui hubungan antara komposisi makronutrien (karbohidrat, protein dan lemak, maka dilakukan uji dengan hasil sebagai berikut: Tabel 6. Hubungan Antara Komposisi Karbohidrat, Protein dan Lemak dengan Status Gizi Berdasarkan Tebal Lipatan Kulit Komposisi makanan Obesitas Non-Obesitas Karbohidrat Kurang 5 (20%) 3 (6%) Cukup 18 (72%) 40 (80%) Lebih 2 (8%) 7 (14%) Protein Kurang 1 (4%) 0 (0%) Cukup 24 (96%) 50 (100%) Lebih 0 (0%) 0 (0%) Lemak Kurang 5 (20%) 13 (26%) Cukup 11 (44%) 22 (44%) Lebih 9 (36%) 15 (30% Berdasarkan tabel 6, dilakukan analisis antara komposisi makanan dengan status gizi berdasarkan tebal lipatan kulit. Pada tabel komposisi karbohidrat didapatkan bahwa nilai expected count dua dari enamnya bernilai kurang dari lima dan pada tabel protein terdapat kategori yang menunjukkan nilai nol, sehingga syarat chi-square tidak terpenuhi. Pada kasus tersebut, perlu dilakukan penggabungan cell membentuk tabel 2x2, membentuk tabel yang baru: Tabel 7. Hubungan Antara Komposisi Karbohidrat dan Protein dengan Status Gizi Berdasarkan Tebal Lipatan Kulit Komposisi makanan Obesitas Non-Obesitas Karbohidrat Kurang 21 (84%) 35 (70%) Lebih 4 (16%) 15 (30%) Protein Kurang 18 (72%) 41 (82%) Lebih 7 (28%) 9 (18%) Setelah dilakukan penggabungan sel, didapatkan nilai expected count pada komposisi karbohidrat dan protein seluruhnya lebih dari lima, sehingga dapat digunakan analisis metode chi-square. Berdasarkan hasil tersebut, didapatkan pada hubungan antara komposisi karbohidrat dengan status gizi berdasarkan tebal lipatan kulit memiliki nilai p = 0,189, pada pada hubungan antara komposisi protein dengan status gizi berdasarkan tebal lipatan kulit memiliki nilai p = 0,319, pada hubungan antara komposisi karbohidrat dengan status gizi
Universitas Indonesia Hubungan asupan energi..., Melissa Lenardi, FK UI, 2013
9
berdasarkan tebal lipatan kulit memiliki nilai p = 0,804. Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara komposisi makronutrien (karbohidrat, protein, dan lemak) dengan status gizi berdasarkan tebal lipatan kulit. Pembahasan Penelitian ini memimliki 75 responden dengan responden perempuan lebih banyak dibandingkan responden laki-laki, dengan koefisien p> 0,05, penyebaran ini masih cukup merata. Persebaran jenis kelamin ini juga dikarenakan karakteristik populasi terjangkau berhubungan dengan teknik yang dilakukan pada penelitian ini adalah teknik total sampling. Persebaran usia pada penelitian berkisar antara 15-18 tahun dengan nilai median 18 tahun. Uji normalitas menggunakan uji kolmogorov-smirnov menyimpulkan distribusi usia pada penelitian tidak normal. Lebih dari lima puluh persen berusia 18 tahun,dikarenakan pengambilan data dilakukan pada mahasiswa tingkat pertama, dimana secara reguler berada dalam usia 18 tahun (masuk sekolah dasar usia 6 tahun dengan rekomendasi 12 tahun sekolah), sedangkan usia yang lebih muda dikarenakan akselerasi, kecepatan masuk sekolah dasar, dan sebagainya. Rerata usia responden dengan gizi kurang adalah 17,72 (± 0,575) tahun, dengan gizi cukup adalah 17,74 (± 0,541) tahun, dan dengan gizi kurang adalah 17,62 (± 0,697) tahun menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan variabel usia pada ketiga kelompok asupan energi harian sehingga selanjutnya variabel usia tidak mengganggu hasil intepretasi penelitian lebih lanjut. Pada subjek penelitian didapatkan rerata asupan energi 2443 kkal yakni 4% lebih tinggi dibandingkankebutuhan harian dengan kecencerungan konsumsi pada laki-laki lebih banyak (2927 kkal) dibandingkan pada perempuan (2189 kkal), walaupun secara statistik perbedaan ini belum dapat dikatakan bermakna namun secara klinis hal ini cukup penting. Perbandingan lebih tinggi pada laki-laki ini konsisten pada asupan karbohidrat (358:293), protein (98:76,3) maupun lemak (83,6:73,1), dimana secara komposisi, tidak didapatkan perbedaan komposisi karbohidrat (54,5:53,6), protein (13,1:13,4) maupun lemak (30,8:31,8) yang cukup berarti antara laki-laki dengan perempuan. Secara klinis, angka ini menunjukkan bahwa walaupun secara rata-rata responden mengonsumsi energi lebih banyak dari kebutuhannya, komposisi makanan responden cukup baik.
Universitas Indonesia Hubungan asupan energi..., Melissa Lenardi, FK UI, 2013
10
Pada penelitian juga didapatkan bahwa pada hampir lima puluh persenresponden memiliki asupan energi berlebih dibandingkan dengan kebutuhannya, baik pada laki-laki (48,4%), maupun perempuan (42,2%). Hal ini menunjukkan pola makan yang sesungguhnya kurang baik dalam mahasiswa. Berdasarkan analisis komposisi makanan pada responden didapatkan nilai rerata 53.97 ± 9.31 % kalori berasal dari karbohidrat, 13.67±2.65 % kalori berasal dari protein dan 31.41±8.12 % kalori berasal dari lemak. Hal ini cukup dekat dengan komposisi yang direkomendasikan dimana karbohidrat, protein, lemak sebaiknya masing-masing: 45-65%, 5-20%, dan 30-40%. Kebanyakan responden memiliki komposisi karbohidrat, protein maupun lemak dalam kategori cukup (karbohidrat 77,3% responden, protein 98,7% responden, lemak 44% responden), baik pada laki-laki (karbohidrat 74,2% responden, protein 96,8% responden, lemak 41,9% responden) maupun perempuan (karbohidrat 79,5% responden, protein 100% responden, lemak 45,5% responden). Data persentase lemak tubuh responden berdasarkan rumus siri yang didapatkan dari tebal lipatan kulit memiliki persebaran tidak rata, dengan median 27,73% yang berkisar antara 8,9% hingga 38,5% tubuh dimana rerata persentase lemak tubuh pada pria lebih besar (30,6±3,7%) dibandingkan pada wanita (21,4±5,3%). Setelah dilakukan intepretasi, didapatkan kebanyakan responden dalam penelitian berada dalam persentase lemak tubuh rata-rata (average), yakni sebanyak 50% secara total, 48,4% pada laki-laki dan 52,3% pada perempuan. Sedangkan total remaja yang mengalami obesitas adalah 33,3% angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan data RISKESDAS 2010 yang mengatakan jumlah remaja 16-18 tahun yang mengalami obesitas adalah 1,4% maupun pada penelitian di Jogjakarta yang menunjukkan 7,8% remaja perkotaan mengalami obesitas.1 Berdasarkan persebaran jenis kelamin, obesitas lebih sering terjadi pada wanita (38,6% populasi) dibandingkan dengan pris (25,8% populasi). Angka ini cukup konsisten dengan penelitian riskesdas yang menyatakan bahwa pada usia 16-18, obesitas lebih sering terjadi pada wanita (1,5%:1,3%).Walau begitu, hasil uji chi-square menunjukkan perbedaan ini tidak bermakna secara statstik dimana hasil p=0,246. Dalam tabel 5 dapat dilihat bahwa kebanyakan populasi obesitas memiliki asupan energi berlebih, namun pada populasi tidak obesitas juga didapatkan hasil serupa (42% memiliki asupan gizi berlebih), sehingga untuk mencari ada tidaknya hubungan antara asupan
Universitas Indonesia Hubungan asupan energi..., Melissa Lenardi, FK UI, 2013
11
energi dengan obesitas berdasarkan tebal lipatan kulit didapatkan bahwa p 0,703 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara asupan energi dan makronutrien dengan tebal lipatan kulit. Hasil yang didapatkan ini mendukung penelitian oleh Cachera et al pada tahun 1986 yang menyatakan bahwa tidak terdapat korelasi antara komposisi lemak tubuh seseorang dengan asupan makanan.13 Penelitian lainnya menunjukkan hasil yang berrtentangan pada anak-anak di Bangladesh yang menunjukkan bahwa peningkatan asupan kalori dari makanan secara signifikan dapat meningkatkan hasil pengukuran antropometri.14 Perbedaan hasil penelitian ini dapat disebabkan oleh perbedaan metode penelitian. Dimana pada penelitian di Bangladesh tersebut, digunakan metode cohort prospektif sehingga variabel yang digunakan merupakan variabel berpasangan, dan analisis data didasarkan pada perubahan komposisi tubuh antara dua waktu penelitian, yang dihubungkan dengan asupan energinya. Hasil pada penelitian ini dapat dijelaskan karena status gizi seseorang selain dipengaruhi oleh asupan kalori seperti yang dibahas dalam penelitian ini, dan juga faktor penggunaan energi itu sendiri seperti aktivitas fisik, durasi tidur dan faktor genetik yang tidak dibahas dalam penelitian ini. Hasil ini dapat dijadikan pertimbangan menunjukkan bahwa jenis intervensi yang perlu dilakukan juga tidak terbatas hanya pada asupan kalori saja, melainkan berdasarkan seluruh aspek, karena obesitas merupakan penyakit multifaktorial. Pada tabel 6 dan 7 ditunjukkan mengenai hubungan antara komposisi makronutrien harian dengan status gizi berdasarkan tebal lipatan kulit. Pada tabel 6 terlihat bahwa baik pada responden dengan obesitas maupun tidak obesitas, kebanyakan responden memiliki komposisi karbohidrat, protein dan lemak dalam kategori cukup, namun pada tabel tesebut, hanya asupan lemak yang dapat dilakukan analisis dengan p = 0,804, menunjukkan tidak adanya hubungan bermakna antara komposisi lemak dalam pengaruhnya terhadap kejadian obesitas. Lemak yang merupakan sumber makanan dengan nilai kalori paling tinggi yangcukup mempengaruhi persentase lemak dalam tubuh seperti pada penelitian cheng et al secara bermakna.15 Namun penelitian Hassapidou et al yang melakukan penelitian terhadap remaja di yunani memiliki hasil seperti sepadan dengan penelitian ini bahwa tidak terdapat hubungan langsung antara komposisi dengan obesitas.16 Hubungan antara komposisi karbohidrat dan protein tidak dapat dinilai dengan tabel 3x2 seperti pada tabel 6 hal ini dikarenakan persyaratan uji chi-square tidak terpenuhi, diakibatkan adanya komponen dengan nilai nol, dan nilai expected count kurang dari lima
Universitas Indonesia Hubungan asupan energi..., Melissa Lenardi, FK UI, 2013
12
pada lebih dari 20% tabel. Setelah dilakukan penggabungan sel (menggunakan kriteria cutoff yang berbeda), hasil terlihat pada tabel 7. Pada tabel dini didapatkan serupa dimana dalam mencari hubungan antara asupan karbohidrat dan asupan protein dengan status gizi berdasarkan tebal lipatan kulit obesitas maupun tidak obesitas. Didapatkan nilai p masingmasing 0,189 dan 0,319. Angka ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna secara statistik antara komposisi karbohidrat dan protein dengan status gizi berdasarkan tebal lipatan kulit. Berdasarkan hasil ketiga komponen makronutrien tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara komposisi makronutrien dengan status gizi berdasarkan tebal lipatan kulit. Hasil ini didapatkan karena penilaian komposisi ini bukanlah penilaian secara nilai absolut, melainkan merupakan perbandingan dengan komponen lainnya dalam bahan makanan. Sedangkan pada keadaan obesitas, terjadi ketidakseimbangan antara asupan makanan dengan kebutuhan, dimana pada hal ini dibutuhkan penghitungan dengan nilai konstanta tetap sebagai pembandingnya, sehingga perlu diperhitungkan mengenai asupan energi total, karena ketiga makronutrien ini semuanya akan memiliki hubungan interelasi yang menyatukan metabolisme ketiganya. Kesimpulan Sesuai dengan pemaparan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan energi dengan status gizi berdasarkan tebal lipatan kulit pada remaja usia 15-18 tahun maupun komposisi makronutrien dengan status gizi berdasarkan tebal lipatan kulit pada remaja usia 15-18 tahun. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan supaya pemerintah maupun lembaga sosial dapat merancang program kesehatan dengan lebih holistik diluar asupan energi dan makronutrien. Dapat pula dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor lain yang mempengaruhi secara langsung status gizi berdasrkan tebal lipatan kulit. Penelitian ini juga dapat dilanjutkan sehingga desain penelitian menjadi dalam studi kohort, memberikan makna klinis yang lebih besar. Penelitian serupa yang dapat diadakan di kemudian hari diharapkan menggunakan subjek dengan persebaran usia lebih proporsional dengan jumlah subjek sesuai estimasi.
Universitas Indonesia Hubungan asupan energi..., Melissa Lenardi, FK UI, 2013
13
Ucapan Terima Kasih Penulis menyampaikan terima kasih kepada seluruh responden, dr. Sri Sukmaniah, M.Si., SpGK, departemen ilmu gizi FKUI, pengelola modul riset, dan segenap rekan-rekan yang membantu penelitian ini. Daftar Pustaka 1. Agriculture and Agri-Food Canada. The Indonesian Consumer: Behaviour, Attitudes and Perceptions Toward Food Products. Market Analysis report; January 2011. 2. World Health Organization. Prevalence of overweight and obesity in children and adolescents. European environment and health information system; December 2009 3. Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2010. p. 466. 4. The Worldbank. Adolescent nutrition [internet]. 2003 [cited 2011 Jan 10]. Available from: http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL /TOPICS/EXTHEALTH NUTRITIONANDPOPULATION/EXTPHAAG/0,,contentMDK:20587649~menuPK: 1314796~pagePK:64229817~piPK:64229743~theSitePK:672263,00.html 5. Marcovitch H. Black’s Medical Dictionary. 41th ed. London: A&C Black Publishers Limited; 2005 6. 10 Facts on Adolescent Health. Diunduh dari http://www.who.int/features /factfiles /adolescent_health/en/index.html. Diakses pada 10 Februari 2011, pukul 20.19 WIB. 7. Hadi H. The Age Pattern and Soci0-Economic Determinants of Growth Retardation in Indonesian Preschool Children. Berita Kedokteran Masyarakat. 2002; 18(1): 45-55. 8. Guyton CA, Hall JE. Textbook of Medical Physiology.11th ed. Philadelphia: W.B.Saunders; 2006.p.811 – 12;841 - 42. 9. Aferil S. Kebutuhan Gizi. Diunduh dari http://docstoc.pdf/docs/56711532/ Kebutuhan -Gizi. Diakses pada 28 Januari 2011, pukul 22.02 WIB. 10. Cade JE, Burley VJ, Warm DLm, Thompson RL, Margetts BM. Food-frequency questionnaires: a review of their design, validation and utilisation Nutritional Research Reviews. 2004: (17) 5-22. 11. Utari A. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Tingkat Kesegaran Jasmani pada Anak Usia 12-14 Tahun. Diunduh dari http://eprints.undip.ac.id/ 16285/1/AGUSTINI_UTARI.pdf. Diakses pada 14 Desember 2010 pukul 16. 23 WIB. 12. Pedoman pengukuran dan pemeriksaan. Jakarta: Badan penelitian dan pengembangan kesehatan departemen kesehatan RI. 2007. 13. Cachera MFR, Bellisle F. No correlation between adiposity and food intake: why are working class children fatter? Am J Clin Nur 1986; 44:779-87 14. Hassan N, Ahmad K. Antrhropometry and nutritional status as a function of energy in children 0-19 years old in Bangladesh. The united nations university press food and nutritional bulletin 1984; 6:3
Universitas Indonesia Hubungan asupan energi..., Melissa Lenardi, FK UI, 2013
14
15. Cheng G, Danckert NK, Libuda L, Bolzenius K, Terner T, Buken AE. Relation of Dietary Glycemic Index, Glycemic Load, and Fiber and Whole-Grain Intakes During Puberty to the Concurrent Development of Percent Body Fat and Body Mass Index. AAJ 2009: 169(6). p 667-77 16. Hassapidou M, Fotiadou E, Maglara E, Papadopoulou SK. Energy Intake, Diet Compositio, Energy Expenditure, and Body Fatness of Adolescents in Nothern Greece. Obesity 2006 : (14) 5. p855-62.
Universitas Indonesia Hubungan asupan energi..., Melissa Lenardi, FK UI, 2013