1
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN STATUS EKONOMI DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RSUP DR SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN Sylfia Pernanda INTISARI Latar Belakang : Diabetes mellitus merupakan penyakit menahun yang terdapat diseluruh dunia dan menjadi ancaman dengan prevalensi yang semakin meningkat setiap tahunnya. Peningkatan jumlah penderita diabetes mellitus disebabkan karena terjadinya perilaku rural-tradisional menjadi urban serta kurangnya pengetahuan dan pola hidup yang kurang baik. Bagi penderita diabetes mellitus mempunyai potensi mengalami komplikasi penyakit lain apabila tidak menjalani perawatan dengan baik salah satunya dengan patuh menjalani diet. Kepatuhan penderita diabetes mellitus dalam menjalani diet dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya pendidikan dan status ekonomi. Jumlah rata-rata penderita diabetes mellitus yang melakukan kontrol gula darah pada tahun 2011 sebanyak 1980 orang. Tujuan Penelitian : Mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan status ekonomi dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes mellitus di RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro Klaten. Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah semua pasien diabetes mellitus yang melakukan kontrol gula darah di RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro Klaten. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 115 orang. Alat pengumpulan data kepatuhan diet menggunakan kuesioner. Analisis data penelitian menggunakan analisis Chi Square dengan α=0,05 Hasil: Tingkat pendidikan penderita diabetes mellitus mayoritas responden berpendidikan dasar, yaitu sebanyak 58 orang atau 50,43%, status ekonomi pendierita diabetes mellitus mayoritas sedang, yaitu sebanyak 47 orang atau 40,87 %. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes mellitus (p value 0,002). Terdapat hubungan yang signifikan antara status ekonomi dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes mellitus (p value 0,038). Kesimpulan: Ada hubungan tingkat pendidikan dan status ekonomi dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes mellitus di RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro Klaten. Kata Kunci: Pendidikan, status ekonomi, kepatuhan diet.
2
Latar Belakang Diabetes Mellitus merupakan penyakit menahun yang terdapat di seluruh dunia yang banyak dialami oleh orang dewasa. Diabetes Mellitus merupakan kelainan metabolik yang diakibatkan adanya defisiensi insulin baik relative maupun absolute (Gustaviani, 2007). Diabetes Mellitus adalah salah satu diantara penyakit yang tidak menular yang akan meningkat jumlahnya di masa mendatang. Diabetes Mellitus sudah merupakan ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21. World Health Oraganization (WHO) memperkirakan bahwa pada tahun 2025 jumlah penderita diabetes mellitus kurang lebih 300 juta orang. Peningkatan jumlah penderita diabetes mellitus setiap tahun disebabkan adanya peningkatan taraf hidup manusia, perubahan gaya hidup termasuk pola konsumsi, serta makin tegaknya diagnosa sehingga makin mudah menemukan penderita diabetes mellitus serta bertambah panjang usia manusia karena kemajuan teknologi medis. Dengan bertambah baiknya sarana diagnostik dan teknologi medis, kemungkinan hidup penderita akan lebih meningkat, tetapi di lain pihak akan menambah komplikasi kronik suatu penyakit (Gustaviani, 2007). Setelah melakukan survey pendahuluan pada tanggal 18 - 20 Desember 2010 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten didapatkan data jumlah kunjungan penderita diabetes mellitus meningkat sebesar
10,12 % sepanjang tahun 2009 – 2010 dan pasien diabetes mellitus yang melakukan kontrol gula darah dan gula darahnya tinggi > 200 mg/dl sebanyak 105 orang perbulan dengan peningkatan 20,3 % sepanjang tahun 2009 – 2010, sedangkan pada tanggal 18 November 2010 sampai 17 desember 2010 ada 162 pasien yang melakukan pengontrolan kadar gula darah. Dari catatan rekamedik didapatkan hasil Gula Darah Puasa (GDP) dari 162 pasien yaitu, GDP > 140 mg/dl ada 110 pasien , sedangkan GDP < 80 mg/dl ada 5 pasien, GDP tekendali baik 25 pasien dan terkendali sedang 22 pasien. Dari hasil uraian di atas maka perlu dilaksanakan program untuk pengontrolan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus. Pelaksanaan program tersebut dapat mencegah komplikasi yang lebih lanjut pada pasien diabetes melitus. Komponen-komponen dari pelaksanaan pengontrolan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus meliputi: diet, latihan fisik ringan, terapi insulin atau obat oral antidiabetik dan pendidikan kesehatan. Diet pada pasien diabetes melitus merupakan salah satu upaya pengontolan kadar gula darah yang berfungsi menjaga agar kadar gula darah pada pasien diabetes tetap stabil atau dalam kisaran normal. Maka dari itu tingkat kepatuhan diet pada pasien diabetes melitus sangat berpengaruh untuk menjaga kestabilan gula darah pada pasien diabetes
3
melitus dalam kisaran normal. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang permasalahan tersebut, maka penulis merumuskan masalah penelitian ini yaitu : Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan dan status ekonomi dengan kepatuhan diet pada pasien diabetes mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, Jawa Tengah ? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dan status ekonomi dengan kepatuhan diet pada pasien diabetes di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Jawa Tengah. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui tingkat pendidikan pasien diabetes mellitus yang menjalani terapi diet di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, Jawa Tengah. b. Mengetahui tingkat status ekonomi penderita diabetes mellitus yang menjalani terapi diet di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, Jawa Tengah. c. Mengetahui tingkat kepatuhan penderita diabetes mellitus yang menjalani terapi diet di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, Jawa Tengah. d. Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan kepatuhan diet pada pasien diabetes mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, Jawa Tengah. e. Mengetahui hubungan antara status ekonomi dengan kepatuhan diet pada pasien diabetes mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten, Jawa Tengah. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Diharapkan hasil penelitian ini menambah wawasan keilmuan khususnya ilmu keperawatan medikal bedah dan berguna bagi penelitian lebih lanjut. 2. Manfaat Praktisi a. Manfaat bagi tenaga keperawatan Kegunaan hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan untuk perencanaan dan pengembangan tindakan keperawatan terhadap pasien diabetes mellitus. b. Bagi peneliti Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang hubungan tingkat pendidikan dan status ekonomi dengan kepatuhan diet pada pasien diabetes mellitus di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten serta dapat member pengalaman dalam dunia penelitian. c. Manfaat bagi pasien dan keluarga Sebagai informasi bagi pasien dan keluarganya tentang hubungan antara tingkat pendidikan dan status ekonomi dengan kepatuhan menjalani terapi diet pada pasien diabetes mellitus sehingga dapat di ambil langkah yang sesuai dengan kemampuannya. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional / potong lintang yaitu jenis penelitian dengan cara mengukur variabel - variabelnya yang dilakukan satu kali pada satu saat. Dalam penelitian potong lintang, variabel bebas dan variabel tergantung diukur pada satu saat bersamaan, dan tidak ada
4
tindak lanjut / follow up / perlakuan terhadap variabel-variabelnya (Notoadmojo, 2010). Hal ini dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain, yaitu hubungan tingkat pendidikan dan status ekonomi dengan kepatuhan diet pada pasien diabetes mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli- September 2011. Tempat penelitian dilaksanakan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, Jawa Tengah. Alasan penelitian dilakukan di Poliklinik penyakit Dalam karena banyak pasien diabetes mellitus yang melakukan pengontrolan gula darah sehingga mempermudah peneliti untuk melakukan penelitian tentang hubungan tingkat pendidikan dan status ekonomi dengan kepatuhan diet pada pasien diabetes mellitus. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek / subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Notoadmodjo, 2010). Dalam penelitian ini yang menjadi populasinya adalah seluruh pasien yang menjalani terapi diet di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Suradji Tirtonegoro Klaten, Jawa Tengah yang berjumlah 162 orang. 2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang di teliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmodjo, 2010). Dalam penelitian ini sampel yang diambil sebagai responden ditentukan dengan rumus sebagai berikut (Notoadmodjo, 2010). �= � 1 + � (��) Keterangan : N : Besara Populasi n : Jumlah sampel d : tingkat kepercayaan / nilai signifikan yang diinginkan adalah (0,05). �= 162 1 + 162 (0.05�) �= 162 1 + 0,405 � = 115,30 sampel.Dibulatkan menjadi 115 sampel. Kriteria inklusi yaitu karakteristik sampel yang dapat dimasukkan atau layak diteliti (Notoadmodjo, 2010). Kriteria inklusi sampel dalam penelitian ini adalah : a. Pasien berusia 35 – 70 tahun yang menderita diabetes mellitus b. Pasien yang berpendidikan SD, SMP, SMA dan Perguruan tinggi c. Mampu berkomunikasi dengan baik d. Bisa membaca dan menulis Kriteria ekslusi adalah menghilangkan / mengeluarkan subjek yang tidak memenuhi kriteria inklusi dari suatu studi karena berbagai sebab (Notoadmodjo, 2010). Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah pasien diabetes mellitus yang tidak bersedia menjadi responden. 3. Teknik Sampling
5
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. D. Variabel Penelitian Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperolah informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Alimul, 2007). 1. Variabel Independent (Bebas) Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (Alimul, 2007). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah tingkat pendidikan dan status ekonomi. 2. Variabel Dependen (Terikat) Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas (Alimul, 2007). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah kepatuhan diet. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Rumah sakit ini merupakan salah satu rumah sakit milik pemerintah yang berada di wilayah Jawa Tengah, lokasi rumah sakit yang strategis yaitu berada di tepi jalan raya menjadikan rumah sakit ini terjangkau berbagai akses transportasi. Dilihat dari perkembangan hingga tahun ini RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro mengalami peningkatan, baik dari segi sarana prasarana yang kini
masih dilakukan yaitu pembangunan gedung-gedung tambahan guna menambah kelengkapan fasilitas dan digalangkannya peningkatan pelayanan kesehatan dari berbagai disiplin ilmu sebagai salah satu promosi, sehingga meningkatkan kepuasan para pengguna layanan kesehatan, mengingat semakin banyaknya rumah sakit yang didirikan khususnya di wilayah Jawa Tengah. Pelayanan yang diberikan di RS ini adalah perawatan rawat jalan: poliklinik spesialis bedah, poliklinik spesialis ortophedi, poliklinik spesialis penyakit dalam, poliklinik spesialis anak, poliklinik spesialis bayi sehat/tumbuh kembang, poliklinik spesialis kebidanan dan kandungan, poliklinik USG, poliklinik spesialis THT, poliklinik spesialis mata, poliklinik spesialis saraf, poliklinik spesialis saraf, poliklinik spesialis kulit dan kelamin, poliklinik spesialis rehabilitasi medik, poliklinik spesialis gigi dan mulut dan orthodonsi, poliklinik pemeriksaan kesehatan, poliklinik konsultasi psikologi, polklinik gizi, poliklinik umum. Pelayanan rawat inap: VIP kelas 1, kelas 11, kelas 111, ruang ICU/ intensif rawat, ruang NICU/PICU. Tempat penelitian yang diambil adalah di Poli Penyakit Dalam di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Pelayanan di poli penyakit dalam di buka setiap hari dari pukul 08.0014.00 WIB. Rata-rata pasien yang datang di Poli Penyakit Dalam adalah pasien yang melakukan kontrol gula darah dan
6
pasien yang melakukan pemeriksaan tekanan darah. 2. Deskripsi Karakteristik Responden Tabel 4.1. Deskripsi karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin pekerjaan, lama menderita diabetes mellitus : Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%) Umur Dewasa (35-44 tahun) Pralansia (45- 54 tahun) Lansia (55-70 tahun) 37 58 20 32,17% 50,43% 17,40% Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 63 52 54,78% 45,22 % Pekerjaan Petani PNS Swasta Pensiunan 31 36 27 21 26,96% 31,13% 23,48% 18,26% Lama menderita DM 0 -5 bulan 6 bulan- 1 tahun 1 tahun- 3 tahun >3 tahun 14 26
35 40 12,17% 22,61% 30,43% 34,79% Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa mayoritas responden berusia 45-54 tahun yaitu sebanyak 58 orang (50,43 %) dan paling sedikit berusia 55-70 tahun sebanyak 20 orang (17,40%). Bila dilihat dari jenis kelamin mayoritas laki-laki yaitu 63 orang (54,78 %) dan hanya 52 orang (45,22 %) yang berjenis kelamin perempuan. Dari jenis pekerjaan mayoritas sebagai PNS yaitu berjumlah 36 orang (31,30 %) dan 21 orang (18,26 %) sebagai pensiunan. Berdasarkan lama menderita diabetes mellitus mayoritas responden menderita > 3 tahun yaitu 40 orang ( 34,79 %) dan paling sedikit adalah responden yang menderita diabetes mellitus selama 0-5 bulan yaitu sebanyak 14 orang (12,17%). 3. Hasil Variabel Penelitian a. Tingkat pendidikan Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pendidikan pada Penderita diabetes mellitus di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten No Pendidikan terakhir n Persentase(%) 1 Dasar 58 50,43 2 Menengah 33 28,70 3 Tinggi 24 20,87 Jumlah 115 100 Berdasarkan Tabel 4.2, di atas diketahui frekuensi terbanyak adalah responden yang berpendidikan Dasar sebanyak 58 orang (50,43%). Frekuensi paling sedikit adalah responden yang berpendidikan tinggi sebanyak 24 orang (20,87%).
7
b. Status Ekonomi Tabel 4.3, Distribusi Frekuensi Status Ekonomi pada Penderita DM di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten No Status Ekonomi n Persentase (%) 1 Rendah 28 24,35 2 Sedang 47 40,87 3 Tinggi 40 34,78 Jumlah 115 100 Berdasarkan Tabel 4.3, di atas diketahui frekuensi terbanyak adalah responden yang mempunyai tingkat ekonomi dalam kategori sedang sebanyak 47 orang (40,87%). Frekuensi paling sedikit adalah responden yang mempunyai tingkat ekonomi rendah sebanyak 28 orang (24,35%). c. Kepatuhan Diagram 4.1, Distribusi Frekuensi Kepatuhan diet di RSUP Dr. Soeradji TirtonegoroKlaten Berdasarkan diagram 4.1, di atas diketahui frekuensi terbanyak adalah responden yang patuh melakukan diet yaitu sebanyak 67 orang (58,26%). Frekuensi paling sedikit adalah responden yang tidak patuh melakukan diet sebanyak 48 orang (41,74%). 4. Analisis Bivariat Analisis bivariat berfungsi untuk menganalisis pembuktian hipotesis penelitian. Hasil analisis bivariat penelitian ini untuk mengetahui hubungan faktorfaktor yang mempengaruhi kepatuhan diet pada penderita diabetes mellitus di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dapat dilihat pada tabulasi silang berikut ini: a. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kepatuhan Diet Hasil analisis bivariat hubungan tingkat pendidikan dengan kepatuhan diet
dapat dilihat pada tabulasi silang berikut ini. 58,26% 41,74%
Kepatuhan Patuh Tidak Patuh
Tabel 4.4. Tabulasi Silang Tingkat Pendidikan dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes mellitus di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Variabel pendidikan Tingkat kepatuhan Jumlah χ2 P Patuh Tidak patuh Dasar 25 (43,10%) 33 (56,90%) 58 (100%) 12.778 0,002 Menengah 23 (69,70%) 10 (30,30%) 33 (100%) Tinggi 19 (79,17%) 5 (20,83%) 24 (100%) Jumlah 67 (58,26%) 48 (41,74%) 115 (100%) Berdasarkan Tabel 4.4, dapat diketahui bahwa frekuensi sebagian besar
8
responden yang mempunyai tingkat pendidikan kategori dasar, tidak patuh diet sebanyak 33 orang (56,90%). Sebagian besar responden yang mempunyai tingkat pendidikan kategori menengah, patuh diet sebanyak 23 orang (69,70%). Responden yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi sebagian besar patuh diet sebanyak 19 orang (79,17%). Berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh p value sebesar 0,002, artinya ada hubungan tingkat pendidikan dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes mellitus di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, dengan demikian hipotesis penelitian ini diterima. b. Hubungan Status Ekonomi dengan Kepatuhan Diet Hasil analisis bivariat hubungan status ekonomi dengan kepatuhan diet dapat dilihat pada tabulasi silang berikut ini. Tabel 4.5. Tabulasi Silang Status Ekonomi dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes mellitus di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Variabel Status Ekonomi Tingkat kepatuhan Jumlah χ2 P Patuh Tidak patuh Rendah 9 (36 %) 16 (64 %) 25 (100%) 6.543 0,038 Sedang 32
(65,31%) 17 (34,69%) 49 (100%) Tinggi 26 (63,41%) 15 (36,59%) 41 (100%) Jumlah 67 (58,26%) 48 (41,74%) 115 (100%) Berdasarkan Tabel 4.5, dapat diketahui bahwa frekuensi paling banyak adalah responden yang mempunyai status ekonomi kategori sedang dan patuh melakukan diet sebanyak 32 orang (65,31%). Sebagian besar responden yang mempunyai status ekonomi kategori tinggi patuh melakukan diet sebanyak 26 orang (63,41%). Sebagian besar responden yang mempunyai status ekonomi rendah tidak patuh melakukan diet sebanyak 16 orang (64%). Berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh p value sebesar 0,038 artinya ada hubungan tingkat pendidikan dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes mellitus di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, dengan demikian hipotesis penelitian ini diterima. B. Pembahasan 1. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kepatuhan Diet
9
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tinggkat pendidikan responden terbanyak adalah responden yang berpendidikan Dasar sebanyak 58 orang (50,43%). Frekuensi paling sedikit adalah responden yang berpendidikan tinggi sebanyak 24 orang (20,87%). Pendidikan adalah proses untuk menuju ke perubahan prilaku masyarakat dan akan memberi kesempatan pada individu untuk menemukan ide/nilai baru (Notoatmodjo, 2007). Sedangkan menurut Hasbulloh (2009) pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan amnesia sehingga kualitas sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikan. Pendidikan yang tinggi mempunyai andil yang besar terhadap kemajuan sosial ekonomi seseorang. Pendidikan makin tinggi dapat menghasilkan keadaan sosial ekonomi yang baik dan kemandirian yang makin mantap. Pendidikan merupakan suatu proses yang didalamnya terdapat proses peningkatan aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Semakin tinggi tingkat pendidikan diartikan bahwa kompetensi yang dimiliki dan dikuasai individu semakin baik.Pendidikan seseorang mempengaruhi banyaknya wawasan dan pengetahuan yang dimiliki seseorang. Semakin tinggi pengetahuan maka akan semakin luas wawasan yang dimilkinya. Sehingga pendidikan yang baik dan memadai merupakan modal seseorang dalam mempertimbngakan
pemelihan makanan yang bukan berdasarkan selera tetapi juga syaratsyarat yang sesuai dengan diet yang dijalani. Pendidikan yang menghasilkan domain kognitif merupakan faktor yang dapat mempengaruhi perilaku. Hasil analisis menunjukkan pendidikan berhubungan signifikan dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes mellitus di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Didukung hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p value sebesar 0,002 (p<0,05). Hasil ini didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2010) yang menyebutkan praktek atau tindakan seseorang berhubungan dengan materi dan wawasan yang dimiliki. Pendidikan membentuk pola pikir seseorang. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan rendah sebesar 50,43 %. Pendidikan rendah bukanlah sepenuhnya menjadi jaminan bagi terbentuknya pemahaman tentang diabetes mellitus. Pemahaman dapat diperoleh dari pengalaman yang terjadi pada diri sendiri atau orang lain. Hasil analisis diketahui sebagian besar responden mempunyai riwayat menderita diabetes mellitus lebih dari 3 tahun sebesar 37,79%. Pengalaman yang dimiliki responden akan membentuk pemahaman yang baik tentang cara melakukan perawatan diabetes mellitus sehingga akan mempengaruhi kepatuhan dalam melakukan diet. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Lewin (1989) dalam Notoatmodjo (2010) yang menyebutkan bahwa perubahan perilaku
10
melalui tiga tahap yaitu pencairan, proses bergerak dan pembekuan kembali. Pada tahap pencairan, individu menyadari adanya masalah dan alternative penyelesaian masalah dan individu mempunyai motivasi yang kuat untuk beranjak pada tahap bergerak yaitu bergerak menuju tahap baru karena telah cukup mempunyai informasi serta data. Pada tahap bergerak akan terjadi perubahan perilaku dimana faktor pendorong lebih kuat dari pada faktor penguat. Pada tahap pembekuan kembali akan terjadi perilaku baru dan keseimbangan sehingga pada tahap pembekuan kembali perlu adanya penguatan. 2. Hubungan Status Ekonomi dengan Kepatuhan Diet Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa status ekonomi responden dalam kategori sedang sebanyak 47 orang (40,87%). Frekuensi paling sedikit adalah responden yang mempunyai tingkat ekonomi rendah sebanyak 28 orang (24,35%). Status ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga di masyarakat berdasarkan pendapatan per bulan. Status ekonomi dapat dilihat dari pendapatan yang disesuaikan dengan harga barang pokok (kartono, 2006).Status ekonomi berhubungan dengan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Kebutuhan tersebut salah satunya adalah kebutuhan dalam melakukan pemeliharaan kesehatan. Seorang penderita diabetes mellitus memerlukan perawatan yang dilakukan dengan tepat agar tidak terjadi komplikasi penyakit
lain. Salah tindakan yang harus dilakukan oleh penderita diabetes mellitus adalah dengan melakukan diet. Hal ini dilakukan agar penderita dapat menormalkan kadar gula dalam darahnya sehingga gula darah dapat dikendalikan dengan baik. Sesuai Tulus (2004) menyatakan bahwa sikap dan perilaku individu dimulai dengan tahap kepatuhan. Kepatuhan pasien diabetes mellitus dalam melaksanakan program pengobatan dapat ditingkatkan dengan mengikuti cara sehat yang berkaitan dengan nasehat, aturan pengobatan yang ditetapkan, mengikuti jadwal pemeriksaan dan rekomendasi hasil penyelidikan. Dalam melakukan diet pada penderita diabetes mellitus memerlukan kemampuan finansial untuk membeli konsumsi makanan yang berhubungan dengan penyakit diabetes mellitus. Hasil analisis membuktikan bahwa ada hubungan status ekonomi dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes mellitus di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Didukung hasil uji ChiSquare diperoleh nilai dengan p value sebesar 0,038 (p<0,05). Hasil tabulasi silang diketahui sebagian besar responden yang mempunyai status ekonomi kategori tinggi patuh melakukan diet sebesar 65,31%. Sebagian besar responden yang mempunyai status ekonomi kategori sedang dan patuh melakukan diet sebesar 63,41%. Semakin baik kemampuan ekonomi individu maka akan semakin mampu melakukan pembiayaan untuk melakukan diet. Hal ini didukung oleh pendapat Suyono (2007) yang
11
menyebutkan dengan penghasilan yang dimiliki penderita diabetes mellitus mampu membeli konsumsi makanan yang berhubungan dengan penyakit diabetes mellitus. 3. Kepatuhan Diet Kepatuhan berhubungan dengan sikap disiplin yang dimiliki seseorang. Perilaku kepatuhan adalah perilaku yang harus dilakukan seorang pasien untuk melaksanakan cara pengobatan atau nasehat yang ditentukan oleh tenaga kesehatan yang dapat memperbaiki keadaan sesuai dengan penyakit diabetes mellitus yang dideritanya. Hasil analisis diketahui sebagian besar responden patuh melakukan diet sebesar 58,26%. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Tingkat pendidikan penderita diabetes mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten mayoritas berpendidikan dasar. 2. Status ekonomi penderita diabetes mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten mayoritas sedang. 3. Tingkat kepatuhan diet penderita diabetes mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten mayoritas patuh. 4. Ada hubungan tingkat pendidikan dengan kepatuhan diet pada pasein diabetes mellitus di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
5. Ada hubungan status ekonomi dengan kepatuhan diet pada pasein diabetes mellitus di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. B. Saran Berdasarkan kesimpulan penelitian, saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut. 1. Bagi Rumah Sakit Meningkatkan kualitas dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada perawat terutama yang berhubungan dengan penderita diabetes mellitus. 2. Bagi Perawat Berpartisipasi aktif dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan melalui asuhan keperawatan salah satunya pemberikan pendidikan kesehatan melalui konseling dan komunikasi dua arah dengan pasien dan keluarga pasien diabetes mellitus ketika pasien melakukan control gula darah di poliklinik penyakit dalam. 3. Bagi Pasien dan Keluarga Disarankan bagi pasien dan keluarga agar mematuhi program diet yang diberikan oleh tenaga kesehatan. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk mengembangkan penelitian lebih dalam dengan melibatkan sampel penelitian lebih banyak dan penelitian ini dapat dilanjutkan sampai analisis multivariat. DAFTAR PUSTAKA Asti, Tri. 2005. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta.
12
Badan Pusat Statistik. 2010. Pemerataan Pendapatan dan Konsumsi Penduduk Kabupaten Klaten. BPS Kabupaten Klaten. Friedman. 2004. Keperawatan Keluarga. Jakarta:EGC. Gustaviani, Reno. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta. Hasbulloh. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Edisi 7, Rajawali Pers, Jakarta. Hidayat, Alimul, Aziz. 2009. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Komite Medik RSUP Dr. Sardjito. 2003. Standar Pelayanan Medis. Medika Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Kartono. 2006. Perilaku Manusia. Jakarta:EGC Landri, J. 2000. faktor yang mempengaruhi kesuksesan dalam belajar. Gramedia pustaka utama. Jakarta. Mansjoer, Arif. et.al. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Metabolik Endokrin FKUI. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta. Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta. Sarafino. 2002, Health Psychology Biopsychology Interaction. Third Edition. New
York : John Willey and Sans. Soebardi, S. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta.
13