HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA SISWA PRESCHOOL MONTESSORI Ade Irwani Putri Universitas Bina Nusantara, Jl, Kebon Jeruk Raya No.27, Jakarta Barat 021 5345830, 5350660
[email protected] Ade Irwani Putri, Ibu Evi Afifah Hurriyati, S.Si.,M.Si
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini, ialah untuk melihat apakah terdapat hubungan antara self-efficacy dengan perkembangan kognitif siswa pre-school Montessori. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa di sekolah yang menggunakan metode Montessori. Penelitian ini menggunakan sampel berjumlah 25 siswa. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-probability sampling. Penelitian ini menggunakan uji korelasi spearman’s rho, yang merupakan analisis untuk mengukur hubungan antara dua variable yang mempunyai data distribusi normal. Hasil penelitian menunjukkan hasil koefisien korelasi sebesar 0,383 dan probabilitas (sig) sebesar 0,059 > 0,05, sehingga Ho diterima, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara selfefficacy dengan perkembangan kognitif siswa pre-school Montessori.
Kata Kunci :Self-efficacy, perkembangan kognitif, Montessori
ABSTRAK This research purpose to looking the relation between self- efficacy with cognitive development pre-school montessori students. Subject in this research is student of school that using montessori method. This research using spearman's rho correlation test, which is analyze the relation between two variable has normal distribution of data. Result of this research got the correlation coefficient 0,383 and probability (sig) 0,059 > 0,05 and make Ho accepted. conclusion of this research is theres no relation between self-efficacy and cognitive development preschool montessori students.
Key word : self-efficacy, cognitive development, montessori
PENDAHULUAN
Usia dini adalah usia yang sangat penting bagi perkembangan anak, sehingga disebut “golden age”. Masa usia dini merupakan masa yang perlu mendapat penanganan sedini mungkin, masa ini dimana otak anak mengalami perkembangan paling cepat sepanjang sejarah kehidupannya. Periode ini dimulai sejak janin dalam kandungan hingga usia 6 tahun. Awal masa anak-anak berlangsung dari usia 3–6 tahun. Pada masa ini menurut Osborn, White, dan Bloom (dalam Apriana, 2009) bahwa perkembangan kognitif anak telah mencapai 50% ketika anak berusia 4 tahun, 80% ketika anak berusia 8 tahun, dan genap 100% ketika anak berusia 18 tahun. Studi tersebut makin menguatkan pendapat para ahli sebelumnya, tentang keberadaan masa peka atau masa emas (golden age) pada anak-anak usia dini. Masa emas perkembangan anak yang hanya datang sekali seumur hidup ini tidak boleh disia-siakan. Perkembangan anak terjadi mulai dari aspek sosial, emosional, dan intelektual yang berkembang pesat sejak usia dini (3-6 tahun). Menurut Hidayat (2005) masa usia dini adalah masa dimana kognitif anak mulai menunjukkan perkembangan dan anak telah mempersiapkan diri untuk memasuki sekolah. Pengalaman belajar yang diperlukan usia dini diantaranya mengenal warna, mengerti kata sifat, mengenal huruf dan angka, berhitung sederhana, mengerti perintah sederhana, dan mengenal bentuk suatu objek (Utami, 2009). Lebih lanjut kemampuan lain seperti mengelompokkan, mengamati, menganggap, dan membayangkan hal-hal yang lebih abstrak juga berkembang. Kemampuan tersebut seharusnya sudah dapat dicapai oleh anak saat mengikuti pendidikan anak usia dini. Berdasarkan penelitian Apriana (2009) yaitu perkembangan kognitif dengan skor IQ, dimana skor IQ ini merupakan ukuran yang menunjukkan taraf kemampuan kognitif atau taraf intelegensi seseorang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan anak usia dini memiliki hubungan yang signifikan dengan perkembangan kognitif anak usia pra-sekolah di kelurahan Tinjomoyo kecamatan Banyumanik, Semarang. Hal ini sejalan dengan pandangan Theo dan Martin (2004) bahwa pendidikan anak usia dini juga memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan berbagai kegiatan sehingga dapat mengembangkan kemampuan kognitifnya. Pentingnya pendidikan anak usia dini untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak menyebabkan banyaknya metode pengajaran bagi anak usia dini yang berkembang di Indonesia. Salah satunya yaitu metode Montessori, metode yang di gagas oleh Maria Montessori ini memandang anak apadanya, potensi bawaan dan kemampuan anak akan berkembang sesuai dengan kondisinya, peran lingkungan hanya memberikan arahan dan bimbingan yang tepat. Tujuan pendidikan Montessori adalah mengoptimalkan seluruh kemampuan anak melalui stimulasi material yang telah tersedia di sekolah Montessori. Seperti penelitian Handayani (2013) menunjukkan Metode Montessori dapat meningkatkan penguasaan kosakata pada siswa sekolah dasar pada semua aspek arti, pengucapan, pelafalan, dan penggunaannya. Kondisi kelas sangat kondusif dan menyenangkan untuk anak-anak untuk mempelajari kosakata. Siswa termotivasi untuk mempelajari kosakata. Selama pengimplementasian penelitian, beliau menyimpulkan bahwa siswa dapat meningkatkan konsentrasi, motivasi, dan minat, pekerjaan, mental disiplin, kepercayaan diri, dan partisipasi. Selebihnya, siswa yang gaduh dan pemalu merespon dengan lebih baik setiap instruksi kosakata yang diberikan. Hal ini seperti yang peneliti lihat atau dapatkan ketika praktek magang di preschool Montessori pada tahun 2012, siswa terlihat yakin saat mengenakan kaos kaki dan sepatu tanpa bantuan pengajar, dan siswa dengan sendirinya merapikan material dan mainan yang sudah di gunakan, dan mengembalikan kembali ke tempat asalnya. Dan saat akan makan siang siswa terlihat langsung mencuci tangan dengan sabun tanpa di beri arahan. Setelah makan siang siswa kembali merapikan alat makan yang sudah digunakan dan membersihkan meja apabila terdapat makanan yang berantakan. Hal ini terlihat berbeda dengan sekolah yang tidak menggunakan metode Montessori dalam pembelajaran, penulis menyempatkan untuk melihat salah satu sekolah yang dalam pembelajaran menggunakan metode regular atau tradisional yang masih membatasi siswa dalam melakukan beberapa hal, seperti dalam menggunakan sepatu siswa masih di bantu oleh pengajar bahkan ada suster yang memasangkan sepatu siswa tanpa memberikan kesempatan siswa untuk mencoba terlebih dahulu untuk menggunakan sepatu sendiri. Dalam penyampaian materi terlihat satu arah hanya dari pengajar yang berdiri di depan kelas, dan hanya beberapa siswa yang aktif menjawab pertanyaan pengajar tersebut. Untuk anak yang pemalu dan tidak banyak bicara hanya mengikuti pelajaran secara pasif.
Menurut Montessori (dalam Gestwicki, 2007) setiap anak itu unik dan berbeda-beda sehingga pendidik dalam memberikan pelayanan harus secara individual agar lebih membantu siswa yang kurang aktif. Setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu pendidik harus menghargai anak sebagai individu yang memiliki kemampuan yang luar biasa. Penghargaan diwujudkan dalam bentuk pembelajaran yang tidak menyamaratakan kemampuan anak. Perencanaan pembelajaran yang dibuat boleh sama, tetapi tidak memaksa anak untuk dapat menyelesaikan tugas pembelajaran tersebut di waktu yang bersamaan. Selain itu metode Montessori memberikan kebebasan pada anak untuk memilih kegiatan atau aktivitas yang diinginkan di sekolah ini membuka kesempatan anak untuk mengeksplore minatnya tanpa ada batasan oleh pengajar. Memberikan kepercayaan pada anak ini menimbulkan keyakinan diri pada anak akan berkembang, ketika anak menyelesaikan kegiatan yang dipilihnya sendiri dan mampu menyelesaikan hal ini akan menjadi kebanggan tersendiri untuk anak, dan ketika anak mendapatkan pujian akan hasil kerja nya sendiri maka keyakinan diri anak akan berkembang lebih baik lagi. Pengalaman menyenangkan tersebut akan terekam dalam memori anak, dan anak akan lebih yakin lagi atau termotivasi untuk menyelesaikan tugas yang lebih kompleks. Keyakinan diri ini biasa di sebut self-efficacy. Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin melakukan penelitian terhadap siswa pre-school Montessori, apakah terdapat hubungan antara self-efficacy yang dimiliki siswa Motessori dikarenakan adanya kebebasan dalam pemilihan aktivitas akan memiliki hubungan dengan perkembangan kognitif siswa.
METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode observasi yaitu non-participant observation dimana menurut Gay (1992) observan tidak terlibat langsung dalam situasi yang diamati. Lebih lanjut Gay menjelaskan jenis non-participant observation yang digunakan adalah naturalistic observation, yaitu mengobservasi tingkah laku atau hal yang terjadi secara alami, peneliti mengambil data observasi selam lima hari di pre-school Montessori. Dalam hal ini observer tidak melakukan manipulasi atau mengontrol sesuai dengan harapan. Teknik sampling yang digunakan pada penilitian ini adalah non-probability sampling, yaitu teknik sampling bertujuan (purposive sampling). Purposive sampling yaitu metode pengambilan sampel dengan cara menetapkan subjek sesuai dengan tujuan penelitian (Prasetyo & Jannah, 2005). Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang dibuat oleh peneliti berdasarkan teori selfefficacy berdasarkan dimensi Self-efficacy Bandura (1994) mengemukakan bahwa self-efficacy individu dapat dilihat dari tiga dimensi, yaitu tingkat (level), keluasan (generality), kekuatan (strength). Alat ukur behavior checklist selfefficacy terdiri dari 14 item. Setiap subyek di isi berdasarkan observasi peneliti dengan dua orang teman peneliti sebagai observer. Alat ukur perkembangan kognitif terdiri dari 22 item berdasarkan teori Piaget (dalam Santrock, 2007) dan peneliti adaptasi dari standar kompetensi dasar dan indikator anak usia dini tahun 2007, model pengembangan KTSP non formal 2007 dengan kegiatan di pre-school tempat peneliti melakukan penelitian. Didapatkan beberapa konsep yang dapat di pakai untuk dijadikan item behavior checklist yaitu, dapat mengenal benda, pemahaman konsep bilangan, pemahaman konsep geometri, konsep ruang dan posisi, dan konsep ukuran. Peneliti menggunakan metode uji validitas pada alat ukur yang digunakan yaitu behavioral checklist pada self-efficacy dan kognitif anak. Metode pertama yang digunakan adalah content validity melalui expert judgment yang dilakukan oleh dosen pembimbing dan kepala sekolah yang menggunakan metode Montessori dalam pembelajaran. Reliabilitas menunjuk pada pengertian apakah sebuah instrument dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu (Nurgiyantoro, Gunawan & Marzuki, 2004), dimana suatu alat tes dikatan reliable apabila hasilnya lebih besar dari 0,7 (≥0,7). Pada penelitian ini menggunakan teknik KR21 yang bertujuan untuk menguji reliabilitas pada instrument yang bersifat dhikotomi, dimana untuk mengujinya digunakan rumus KR21. KR21 yaitu : KR 21 =
k M (k − M ) 1 − k −1 k .s 2
Dimana: k = jumlah item s2 = variance dari skor M = mean dari skor
Tabel 1. Hasil Uji Reliabilitas Setiap Item Self-efficacy Item 1 =
0,77
Item 8 =
0,92
Item 2 =
0,84
Item 9 =
0,81
Item 3 =
0,75
Item 10 =
0,84
Item 4 =
0,87
Item 11 =
0,81
Item 5 =
0,86
Item 12 =
0,78
Item 6 =
0,76
Item 13 =
0,82
Item 7 =
0,79
Item 14 =
1,02
Dari hasil hitungan yang didapatkan rata-rata dari seluruh item sebesar 0,71. Hasil tersebut menunjukkan bahwa item untuk alat ukur self efficacy sudah reliable karena memiliki nilai > 0,7. Tabel 2. Hasil Uji Reliabilitas Setiap Item Kognitif Item 1 =
1,01
Item 8 =
1,018
Item 15 =
1,007
Item 2 =
1,009
Item 9 =
1,007
Item 16 =
1,010
Item 3 =
1,013
Item 10 =
1,01
Item 17 =
1,009
Item 4 =
1,013
Item 11 =
1,022
Item 18 =
1,013
Item 5 =
1,013
Item 12 =
1,021
Item 19 =
1,018
Item 6 =
1,015
Item 13 =
1,01
Item 20 =
1,025
Item 7 =
1,019
Item 14 =
1,007
Item 21 =
1,015
Item 22 =
1,01
Dari hasil hitungan yang didapatkan rata-rata dari seluruh item sebesar 1,01. Hasil tersebut menunjukkan bahwa item untuk alat ukur kognitif sudah reliable karena memiliki nilai > 0,7. Untuk proses sebelum melakukan penelitian di lakukan persiapan mengenai hal-hal yang akan dilakukan. Prosedur pelaksanaan penelitian meliputi tahap yaitu, melakukan pendataan pre-school yang menggunakan metode Montessori dalam pembelajarannya, menentukan sekolah mana yang akan di gunakan untuk dilakukannya penelitian dan melakukan izin untuk melakukan penelitian kepada sekolah yang bersangkutan, membuat behavior checklist untuk digunakan dalam observasi pada siswa pre-school Montessori, melakukan expert judgment kepada kepala sekolah Montessori terhadap item-item pada behavior checklist dan melakukan expert judgment kepada dosen pembimbing untuk behavior checklist self efficacy, membuat behavior checklist untuk digunakan dalam observasi pada siswa pre-school, pengambilan data observasi. Lebih lanjut setelah peneliti melakukan penyusunan behavioral checklist dari item yang sudah di setujui oleh kepala sekolah Montessori dan dosen pembimbing untuk melakukan pengambilan data. Peneliti dibantu oleh dua orang rekan dalam melakukan observasi kepada setiap subyek, dimana sebelumnya sudah peneliti beri arahan untuk melihat dan mencatat hal apa saja yang diperlukan dalam mengobservasi siswa pre-school Mointessori. Untuk teknik pengolahan data kuantitatif peneliti menggunakan statistic SPPSS 21 for windows dengan korelasi Rho Spearman.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 3. Descriptive Statistic Data Self-efficacy Dengan Perkembangan Kognitif Pada Siswa Pre-school Montessori Descriptive Statistics N
Mean
Std. Deviation
SE
25
10.1200
1.78699
KOG
25
18.2000
2.94392
Berdasarkan data descriptive statisics di atas di dapatkan rata-rata self-efficacy siswa pre-school Montessori sebesar 10,12 (SD= 1,786) dan skor perkembangan kognitif siswa pre-school Montessori yaitu 18,20 (SD= 2,943) Tabel 4. Hasil Uji Korelasi Antara Self-efficacy Dengan Perkembangan Kognitif Pada Siswa Pre-school Montessori
Correlations Correlation Coefficient SE Sig. (2-tailed) N Spearman's rho Correlation Coefficient KOG Sig. (2-tailed) N
SE 1.000
KOG .383
. 25 .383
.059 25 1.000
.059 25
. 25
Dengan melihat hasil dari perhitungan statistik di atas, diketahui bahwa nilai koefisien korelasi sebesar 0,383 dan nilai probabilitas sebesar 0,059. Penelitian mengenai hubungan self-efficacy dan perkembangan kognitif pada siswa pre-school Montessori dengan subyek sebanyak 25 siswa dari sekolah yang menggunakan metode Montessori. Siswa yang menjadi subyek pada penelitian ini yaitu siswa dengan usia tiga sampai enam tahun. Dalam penelitian ini menggunakan perhitungan statistic dengan SPSS 21 for windows didapatkan hasil pada siswa pre-school Montessori memiliki rata-rata self efficacy sebesar 10,12 dan rata-rata perkembangan kognitif sebesar 18,20. Lebih lanjut untuk uji korelasi antara selfefficacy dengan perkembangan kognitif mengunakan uji korelasi spearman’s rho dan di dapatkan bahwa nilai koefisien korelasi sebesar 0,383 dan nilai probabilitas sebesar 0,059. Dengan merujuk pada ketentuan bahwa Ho ditolak apabila nilai probabilitas ≤ 0,05, dan Ho diterima apabila nilai probabilitas > 0,05, maka hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini mengindikasikan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Berdasarkan hasil dari perhitungan statistik tersebut, berarti tidak terdapat hubungan antara self-efficacy dengan perkembangan kognitif pada siswa pre-school Montessori .
SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan di dapatkan bahwa mayoritas siswa pre-school Montessori memiliki self-efficacy skor < 9 yang terdiri dari 3 siswa, sedangkan self-efficacy dengan nilai sedang memiliki skor antara 9 sampai dengan 11 menjadi mayoritas karena terdiri dari 15 siswa dan kategori self-efficacy dengan tingkat tinggi memiliki skor > 11 terdiri dari 7 siswa. Dapat dikatakan rata-rata self-efficacy siswa pre-school Montessori di kategori sedang. Berdasarkan gambaran subyek berdasarkan kategori kognitif diatas, subyek dengan nilai rendah memiliki skor < 17 yang terdiri dari 6 siswa, sedangkan subyek dengan nilai sedang memiliki skor antara 17 sampai dengan 20 menjadi mayoritas karena terdiri dari 13 siswa dan 6 siswa memiliki kategori self-efficacy dengan tingkat tinggi yaitu skor > 20. Dapat dikatakan rata-rata siswa pre-school Montessori perkembangan kognitif terdapat pada kategori sedang. Hasil uji korelasi spearman’s rho menunjukkan nilai korelasi sebesar 0,383 dan nilai sig. sebesar 0,059. Dalam penelitian ini dengan merujuk pada ketentuan bahwa Ho ditolak apabila nilai probabilitas ≤ 0,05, dan Ho diterima apabila nilai probabilitas > 0,05, maka hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini mengindikasikan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Berdasarkan hasil dari perhitungan statistik yang ada, berarti tidak terdapat hubungan antara self-efficacy dengan perkembangan kognitif pada siswa pre school Montessori. Berdasarkan simpulan yang di dapatkan dari penelitian ini, maka disarankan bagi peneliti selanjutnya sebaiknya melakukan penelitian dengan memperpanjang waktu obsevasi, agar perilaku atau hal yang akan di lihat dari subyek benar-benar terlihat secara keseluruhan. Untuk penelitian selanjutnya pula di saran kan untuk meneliti di sekolah Montessori yang menggunakan full metode Montessori agar dapat memperkaya data dengan metode Montessori secara keseluruhan. Dan memperbanyak observer untuk memudahkan dalam observasi. Hal lain yang juga harus diperhatikan adalah instrument penelitian sebaiknya memiliki validitas dan reliabilitas yang lebih tinggi lagi dan memperbanyak item yang akan di gunakan dalam alat ukur. Saran praktis untuk sekolah yang menggunakan metode Montessori belum secara keseluruhan untuk meningkatkan aktivitas dan pembelajaran dengan menggunakan metode Montessori secara keseluruhan dalam pembelajaran, sehingga kebebasan siswa dalam memilih kegiatan di harapkan akan meningkakan kepercayaan diri siswa dan membantu memperkaya pengetahuan siswa di sekolah, tidak hanya bersumber pada guru, tapi didapatkan dari pengalaman langsung dan interaksi dengan teman sebaya maupun teman yang berusia lebih tua. Sehingga perkembangan kognitif siswa diharapkan akan lebih meningkat secara optimal . Dukungan serta stimulasi dari orang tua dan lingkungan di luar sekolah diharapkan diberikan kepada anak agara perkembangan kognitif dan keyakinan diri (self-efficacy) anak
REFERENSI Apriana, R. (2009). Hubungan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Dengan Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini Prasekolah di Kelurahan Tinjomoyo Kecamatan Banyumanik. Skripsi Tidak diterbitkan. Semarang: Program Studi Ilmu Keperawatan. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Bandura, A. (1994). Self-efficacy. In V. S. Ramachaudran (Ed.), Encyclopedia of human behavior (Vol. 4, pp. 71-81). New York: Academic Press. Gay, L.R. (1992). Educational Research: Competencies For Analysis And Application (4th edition). Singapore: Macmillan Publishing Company Getstwicki, Carol. 2007. Developmentally Appropriate Practice. Curriculum and Development In Early Education. Canada : Thomson Delmar Learning. Handayani, S. (2013). Meningkatkan Kosa Kata Siswa Dengan Menggunakan Metode Montessori (Sebuah Penelitian Tindakan Kelas di SD Negeri Jombor 03 Bendosari Sukoharjo Pada Tahun Ajaran 2011/2012). Pendidikan Bahasa Inggris. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Diperoleh dari: http://pasca.uns.ac.id Hidayat, Aziz Alimul. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta:
Salemba Medika
Nurgiyantoro, B, dkk (2004). Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Santrock, J.W. (2007). Perkembangan Anak. (edisi 11). New York: McGraw-Hill Theo, R. dan Martin, H. Pendidikan Anak Usia Dini: Tuntutan Psikologis dan Pedagogis bagi Pendidik dan Orang tua. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Utami, Sri, (2009). Bermain Lego Meningkatkan Kognitif Anak Usia Prasekolah (4-5 tahun). Ners Jornal Jurnal Ners Vol 3. Surabaya: Program Studi Ilmu Keperawatan FKp Unair.
RIWAYAT PENULIS Nama
: Ade Irwani Putri
Kelahrian : Palembang, 4 Juni 1991 Pendidikan : S1 Psikologi, Universitas Bina Nusantara tahun 2013