MEDIA MEDIKA MUDA Volume 4, Nomor 4, Oktober 2015 Online : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/medico Hari Kusumanegara, Galuh Hardaningsih, Farid Agung Rahmadi
HUBUNGAN ANTARA STIMULASI KELUARGA DENGAN PERKEMBANGAN BATITA Hari Kusumanegara1, Galuh Hardaningsih 2, Farid Agung Rahmadi 2 1
Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro 2 Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, SH., Tembalang -Semarang 50275, Telp. 02476928010
ABSTRAK Latar belakang Masalah Perkembangan anak pada usia golden period (bawah tiga tahun) bersifat multifaktorial. Stimulasi keluarga merupakan salah satu faktor ekstrinsik yang mempengaruhi perkembangan anak. Stimulasi keluarga terdiri dari pengasuhan yang dilakukan seorang ibu secara emosional responsif, keterlibatan ibu terhadap anak, penerimaan perilaku anak, pengorganisasian perangsangan bagi anak, variasi asuhan, penyediaan alat perangsang dan alat bermain yang bervariasi. Tujuan Menganalisis hubungan antara stimulasi keluarga dengan perkembangan batita Metode Penelitian belah lintang dilaksanakan pada bulan April-Mei 2015 dengan subjek penelitian adalah anak usia 3-36 bulan yang berada di posyandu wilayah kerja 5 puskesmas, Kota Semarang. Subjek dipilih secara cluster sampling. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara kuesioner kepada orangtua responden. Stimulasi keluarga dinilai menggunakan kuesioner Home Observation for Measurement of the Environment (HOME) dan Perkembangan anak dinilai menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP). Data dianalisa dengan uji Chi-Square dengan signifikansi p<0,05. Hasil Jumlah sampel adalah 84 responden terdiri dari 36 laki-laki dan 48 perempuan. Penelitian ini menunjukkan 15 responden (17,86 %) merupakan suspek gangguan perkembangan. Duabelas responden (86,67 %) suspek gangguan perkembangan mendapatkan stimulasi keluarga kurang. Terdapat hubungan yang bermakna antara stimulasi keluarga dengan perkembangan batita sektor motorik kasar (p<0,001), motorik halus (p<0,001), bahasa dan bicara (p<0,001), dan personal sosial (p=0,003). Terdapat hubungan yang bermakna antara stimulasi keluarga dengan perkembangan batita (p<0,001). Kesimpulan Stimulasi keluarga memiliki hubungan yang bermakna dengan perkembangan batita Kata kunci: Stimulasi keluarga, perkembangan anak, batita
ABSTRACT THE ASSOCIATION BETWEEN FAMILY STIMULATION WITH DEVELOPMENT IN CHILDREN UNDER 3 YEARS OF AGE Background child development in golden period (under 3 years of age) is multifactorial. Family stimulation is one of extrinsic factors that affects child development. Family stimulation consists of Responsive Nurturance, Involvement from mother, acceptance child behaviour, organization child environment, variety of nurturance, and miscellaneous learning materials. Aim To analyze the association between family stimulation with development in children under 3 years of age. 910 MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober : 910-921
MEDIA MEDIKA MUDA Volume 4, Nomor 4, Oktober 2015 Online : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/medico Hari Kusumanegara, Galuh Hardaningsih, Farid Agung Rahmadi
Methods A cross sectional study was conducted in April-May 2015 with children aged 3-36 months enrolled in center for pre and postnatal health of primary health center from 5 districts in Semarang. Subject was chosen by cluster sampling. Sampling was done by questionnaire interview to parents. Family stimulation was measured with Home Observation of the Environment (HOME) and child development was measured with “Kuesioner Pra Skrining Perkembangan”(KPSP). Data was analyzed by Chi-Square with significance level of p<0,05. Result There was 84 respondents that consisted of 36 male and 48 female. This study found 15 respondents (17,86 %) suspected developmental delay. Twelve respondents (86,67 %) who were suspected developmental delay experienced less family stimulation. There was significant association between family stimulation with the developmental sectors of gross motor (p<0,001), fine motor (p<0,001), language and speech, (p<0,001) and socialization and independence (p=0,002) in children under 3 years of age. There was a significant association between family stimulation with developmental process in children under 3 years of age (p<0,001). Conclusion Family stimulation have a significant association with the development in children under 3 years of age. Keyword: Family stimulation, child development, children under 3 years of age
PENDAHULUAN Usia bawah tiga tahun (Batita) dikenal sebagai periode keemasan (“golden age period”) karena terdapat pertumbuhan otak yang cepat khususnya pada periode ini, pertumbuhan otak telah mencapai 80 % ukuran otak orang dewasa dengan jumlah sinaps dua kali lipat dibanding otak orang dewasa sehingga periode ini merupakan periode kritis untuk perkembangan anak .1-4 Perkembangan adalah suatu proses berkembangnya kemampuan (skill), struktur dan fungsi tubuh menjadi lebih kompleks yang mengikuti rangkaian perubahan yang teratur dari satu tahap ke tahap perkembangan berikutnya, berlaku secara umum serta bersifat multifaktorial.2 Prevalensi gangguan perkembangan anak baik pada perkembangan sektor motorik kasar, motorik halus, bahasa, personal sosial maupun secara umum semakin meningkat, angka kejadian di Amerika serikat berkisar 12-16%, Argentina 20% Thailand 37,1 %, dan Indonesia antara 13-18%.5-7 Angka kejadian gangguan perkembangan pada anak usia 0-3 tahun di Arab berkisar 8,4% dan di India berkisar 19,8%.8,
9
Hasil skrining perkembangan bayi dari 30
provinsi menunjukkan 45,12% bayi mengalami gangguan perkembangan pada tahun 2003.10 Berdasarkan periode tumbuh kembang, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dapat dibedakan menjadi faktor prenatal, natal dan postnatal sedangkan secara garis besar faktor yang mempengaruhi perkembangan anak terdiri dari faktor internal (genetik) dan faktor
911 MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober : 910-921
MEDIA MEDIKA MUDA Volume 4, Nomor 4, Oktober 2015 Online : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/medico Hari Kusumanegara, Galuh Hardaningsih, Farid Agung Rahmadi
eksternal (lingkungan) yang penting bagi perkembangan anak sebab rangsang berupa raba, penglihatan, dan suara dari lingkungan digunakan anak untuk berlatih menirukan rangsangan tersebut.2 Keluarga merupakan
lingkungan paling awal
dan utama berperan dalam
perkembangan anak. Kemampuan anak dalam keluarga distimulasi oleh Ibu (atau pengganti ibu), ayah, anggota keluarga lain serta lingkungan di sekitar anak tersebut. Menurut Caldwell (1984), lingkungan keluarga yang menstimulasi terdiri dari pengasuhan yang dilakukan seorang ibu secara emosional responsif, keterlibatan ibu terhadap anak, penerimaan perilaku anak, pengorganisasian perangsangan bagi anak, variasi asuhan, penyediaan alat perangsang dan alat bermain yang bervariasi serta sesuai bagi usia anak, sehingga anak dapat memanipulasi dan mengendalikannya sebagai latihan eksplorasi.11 Beberapa penelitian telah membuktikan adanya pengaruh dari stimulasi keluarga. Penelitian Hastuti, et al (2011) menunjukkan stimulasi keluarga berpengaruh pada perkembangan sosial emosi anak.12 Penelitian lain oleh Jaenuddin (2003) menunjukkan bahwa kurangnya stimulasi keluarga merupakan faktor resiko perkembangan bicara abnormal anak usia 6-36 bulan.13 Penelitian stimulasi keluarga terhadap perkembangan batita secara umum yang menilai dari 4 sektor perkembangan yaitu motorik kasar, motorik halus, bicara dan bahasa serta personal sosial belum pernah dilakukan. Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai hubungan stimulasi keluarga dengan perkembangan batita baik secara umum maupun sektoral (motorik kasar, motorik halus, bicara dan bahasa, dan personal sosial).
METODE Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan belah lintang dilaksanakan pada bulan April-Mei 2015 dengan subjek penelitian diambil di posyandu wilayah kerja Puskesmas Rowosari, Puskesmas Poncol, Puskesmas Karanganyar, Puskesmas Halmahera, dan Puskesmas Ngesrep, Kota Semarang. Subjek penelitian dipilih dengan cara cluster sampling yang memenuhi kriteria yaitu, usia antara 3-36 bulan, batita dengan pengasuh ibu atau pengasuh pengganti, ibu dan batita bersedia menjadi responden. Subjek penelitian dengan riwayat hamil ibu bermasalah, lahir prematur, ikterik, asfiksia neonatorum, gizi buruk, retardasi mental, autisme, cerebral palsy,
912 MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober : 910-921
MEDIA MEDIKA MUDA Volume 4, Nomor 4, Oktober 2015 Online : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/medico Hari Kusumanegara, Galuh Hardaningsih, Farid Agung Rahmadi
memiliki kelainan kongenital mayor/sindrom genetik, sakit berat, memiliki kelainan neurologis, lingkar kepala tergolong microcephaly atau macrocephaly dan kekerasan pada batita tidak diikutsertakan dalam penelitian. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara kuesioner kepada orang tua subjek. Variabel bebas penelitian ini adalah stimulasi keluarga yang dinilai dengan kuesioner Home Observation of The Measurements of The Environment (HOME) dikategorikan menjadi stimulasi keluarga kurang (skor HOME <60%) dan stimulasi keluarga baik (skor HOME ≥60%). Variabel terikat penelitian ini adalah Perkembangan batita yang dinilai menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP). Variabel perancu penelitian ini adalah status sosial ekonomi yang dinilai berdasarkan skor Bistok Saing. Uji hipotesis untuk hubungan antara stimulasi keluarga dengan perkembangan batita menggunakan uji Chi-Square. Pengaruh variabel perancu terhadap hubungan antara status sosial ekonomi dengan perkembangan batita dianalisis dengan uji Chi-Square . Nilai p dianggap bermakna apabila <0,05. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan program komputer.
HASIL Penelitian ini melibatkan 84 subjek penelitian. Terdapat 20 batita dengan stimulasi keluarga kurang dan 64 batita dengan stimulasi keluarga baik. Sebanyak 13 (65,0 %) batita dengan stimulasi keluarga kurang dan 2 (3,12 %) batita dengan stimulasi keluarga baik merupakan suspek gangguan perkembangan. Karakteristik Subjek Penelitian Karakteristik subjek penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian Karakteristik Subyek
Usia (bulan), mean±SD
Stimulasi keluarga
Stimulasi keluarga
kurang (n=20)
baik (n=64 )
15±8
21±10
Jenis Kelamin, n (%) Laki-Laki
6 (30,0)
30 (46,9)
-
Perempuan
14 (70,0)
34 (53,1) 0,964¥
Tingkat Pendidikan ibu, n(%) SD
0,199§ 0,162*
-
-
p
3 (15,0)
4 (6,3) MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober : 910-921
MEDIA MEDIKA MUDA Volume 4, Nomor 4, Oktober 2015 Online : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/medico Hari Kusumanegara, Galuh Hardaningsih, Farid Agung Rahmadi
-
SMP
0 (0)
7 (10,9)
-
SMA
13 (65,0)
32 (50,0)
-
Diploma
2 (10,0)
9 (14,1)
-
S1
2 (10,0)
12 (18,8)
Pekerjaan ibu, n (%)
0,856*
-
Tidak bekerja
13 (65,0)
43 (67,2)
-
Bekerja
7 (35,0)
21 (32,8) 1,00¥
Status sosial ekonomi, n (%) -
Rendah
0 (0)
0 (0)
-
Sedang
2 (10,0)
6 (9,4)
-
Tinggi
18 (90,0)
58 (90,6)
Keterangan : §Uji t-tidak berpasangan, *Uji Chi-Square, ¥Uji Kolmogorov-Smirrnov Analisis deskriptif menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna rerata usia, jenis kelamin, pendidikan ibu, dan status sosial ekonomi kedua kelompok. Penilaian Skor Stimulasi Keluarga HOME Hasil penilaian skor stimulasi keluarga dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Penilaian Skor Stimulasi Keluarga HOME Subskala
Skor HOME Median (Min-Max) Suspek gangguan (n=15)
Sesuai (n=69)
Tanggap rasa dan kata
54,55 (27,27-81,82)
81,82 (36,36-100)
Penerimaan perilaku anak
75,00 (62,50-87,50)
87,5 (62,5-100)
Pengorganisasian lingkungan anak
66,67 (50,00-83,33)
66,67 (33,33-100)
Penyediaan Mainan
50,00 (33,33-83,33)
66,67 (11,11-100)
Keterlibatan ibu terhadap anak
50,00 (33,33-83,33)
66,67 (16,67-100)
40,00 (20,00-100)
80 (20-100)
57,78 (46,67-60,00)
71,11(51,11-95,56)
Kesempatan variasi asuhan Total
Tabel 2 menunjukkan subskala stimulasi keluarga dengan nilai tertinggi pada kelompok suspek gangguan perkembangan dan kelompok dengan perkembangan sesuai adalah subskala penerimaan terhadap perilaku anak. Subskala stimulasi keluarga dengan nilai terendah pada kelompok suspek gangguan perkembangan dan kelompok perkembangan sesuai adalah subskala penyediaan mainan. 914 MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober : 910-921
MEDIA MEDIKA MUDA Volume 4, Nomor 4, Oktober 2015 Online : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/medico Hari Kusumanegara, Galuh Hardaningsih, Farid Agung Rahmadi
Analisis Bivariat Hubungan antara stimulasi keluarga dengan perkembangan batita sektor motorik kasar Hubungan antara stimulasi keluarga dengan perkembangan batita sektor motorik kasar disajikan dalam tabel 3 sebagai berikut: Tabel 3. Hubungan antara Stimulasi keluarga dengan Perkembangan Batita Sektor Motorik Kasar Stimulasi keluarga
Melaksanakan Tugas Perkembangan sektor motorik kasar Gagal
P
RP (95% CI)
<0,001*
7,04 (2,7717,848)
Mampu
Kurang
11 (13,1)
9 (10,7)
Baik
5 (6,0)
59 (70,2)
*Uji Chi-Square Hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara stimulasi keluarga dengan perkembangan batita sektor motorik kasar (p<0,001).
Batita yang mendapatkan
stimulasi keluarga kurang memiliki risiko 7,04 kali lebih besar mengalami kegagalan melaksanakan tugas perkembangan sektor motorik kasar. Hubungan antara stimulasi keluarga dengan perkembangan batita sektor motorik halus Hubungan antara stimulasi keluarga dengan perkembangan batita sektor motorik halus disajikan dalam tabel 4 sebagai berikut: Tabel 4. Hubungan antara Stimulasi keluarga dengan Perkembangan Batita Sektor Motorik Halus Stimulasi keluarga
Melaksanakan tugas perkembangan sektor motorik halus Gagal
p
RP (95% CI)
Mampu
Kurang
11 (13,1)
9 (10,7)
Baik
4 (4,8)
60 (71,4)
<0,001* 8,80 (3,1424,61)
*Uji Chi-Square
915 MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober : 910-921
MEDIA MEDIKA MUDA Volume 4, Nomor 4, Oktober 2015 Online : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/medico Hari Kusumanegara, Galuh Hardaningsih, Farid Agung Rahmadi
Analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara stimulasi keluarga dengan perkembangan batita sektor motorik halus(p<0,001). Batita yang mendapatkan stimulasi keluarga kurang memiliki risiko 8,8 kali lebih besar mengalami kegagalan melaksanakan tugas perkembangan sektor motorik halus. Hubungan antara stimulasi keluarga dengan perkembangan batita sektor bicara dan bahasa Hubungan antara stimulasi keluarga dengan perkembangan batita sektor bicara dan bahasa disajikan dalam tabel 5 sebagai berikut: Tabel 5. Hubungan antara Stimulasi keluarga dengan Perkembangan Batita Sektor bicara dan bahasa Stimulasi keluarga
Melaksanakan tugas perkembangan sektor bicara dan bahasa Gagal
Mampu
Kurang
9 (10,7)
11 (13,1)
Baik
4 (4,8)
60 (71,4)
p
RP (95% CI)
<0,001*
7,20 (2,4820,89)
*Uji Chi-Square Analisis hubungan antara stimulasi keluarga dengan perkembangan batita sektor bicara dan bahasa menunjukkan hubungan bermakna (p<0,001). Batita yang mendapatkan stimulasi keluarga kurang memilliki risiko 7,2 kali lebih besar mengalami kegagalan melaksanakan tugas perkembangan sektor bicara dan bahasa. Hubungan antara stimulasi keluarga dengan perkembangan batita sektor personal sosial Hubungan antara stimulasi keluarga dengan perkembangan batita sektor personal sosial disajikan dalam tabel 6 sebagai berikut: Tabel 6. Hubungan antara Stimulasi keluarga dengan Perkembangan Batita Sektor Personal Sosial Stimulasi keluarga
Melaksanakan tugas perkembangan batita sektor personal sosial Gagal
Mampu
Kurang
9 (10,7)
11 (13,1)
Baik
8 (9,5)
56 (66,7)
p
RP (95% CI)
0,002*
3,6 (1,60-8,08)
*Uji Chi-Square
916 MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober : 910-921
MEDIA MEDIKA MUDA Volume 4, Nomor 4, Oktober 2015 Online : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/medico Hari Kusumanegara, Galuh Hardaningsih, Farid Agung Rahmadi
Uji statistik menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara stimulasi keluarga dengan perkembangan batita sektor personal sosial (p=0,002). Batita yang mendapatkan stimulasi keluarga kurang memiliki risiko 3,6 kali lebih besar mengalami kegagalan melaksanakan tugas perkembangan sektor personal sosial. Hubungan antara stimulasi keluarga dengan perkembangan batita Hubungan antara stimulasi keluarga dengan perkembangan batita disajikan dalam tabel 7 sebagai berikut: Tabel 7. Hubungan antara Stimulasi keluarga dengan Perkembangan Batita Stimulasi keluarga Kurang Baik
Perkembangan batita Suspek gangguan perkembangan
Sesuai
13 (15,5)
7 (8,3)
2 (2,4)
62 (73,8)
p
RP 95% CI)
<0,001*
20,80 (5,1284,47)
*Uji Chi-Square Analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara stimulasi keluarga dengan perkembangan batita(p<0,001). Batita yang mendapatkan stimulasi keluarga kurang memiliki risiko 20,8 kali lebih besar menjadi suspek gangguan perkembangan. Pengaruh Variabel Perancu (Hubungan status sosial ekonomi dengan perkembangan batita) Hubungan antara status sosial ekonomi dengan perkembangan batita sektor motorik halus disajikan dalam tabel 6 sebagai berikut: Tabel 10. Hubungan status sosial ekonomi dengan perkembangan batita Sosial Ekonomi
Perkembangan batita Suspek gangguan perkembangan
Sesuai
Sedang
2 (2,4)
6 (7,1)
Tinggi
13 (15,5)
63 (75,0)
p
RP (95% CI)
0,579*
1,46 (0,39-5,35)
*Uji Chi-Square
Hasil analisis penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara status sosial ekonomi dengan perkembangan batita (p=0,579).
917 MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober : 910-921
MEDIA MEDIKA MUDA Volume 4, Nomor 4, Oktober 2015 Online : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/medico Hari Kusumanegara, Galuh Hardaningsih, Farid Agung Rahmadi
PEMBAHASAN Perkembangan (development) adalah suatu proses bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian yang memilki pola yang tetap, berurutan dan berlangsung secara terus-menerus sebagai hasil dari proses menuju kematangan atau dewasa (maturation). Prevalensi gangguan perkembangan batita pada penelitian ini sebesar 23,8% sedangkan penelitian di Arab sebesar 8,4% dan di India sebesar 19,8%.8,
9
Bila terjadi gangguan
perkembangan pada tahap ini maka akan mempengaruhi perkembangan di tahap selanjutnya.2, 14
Stimulasi keluarga merupakan salah satu faktor ekstrinsik yang mempengaruhi perkembangan anak. Stimulasi keluarga menurut Caldwell (1984) terdiri dari pengasuhan yang dilakukan seorang ibu secara emosional responsif, keterlibatan ibu terhadap anak, penerimaan perilaku anak, pengorganisasian perangsangan bagi anak, variasi asuhan, penyediaan alat perangsang dan alat bermain yang bervariasi.11 Penelitian Mundkur (2005) menyatakan bahwa proses stimulasi yang berulang dapat mempengaruhi perkembangan otak secara struktural dan fungsional otak yang nantinya mempengaruhi proses perkembangan anak.15 Hubungan antara stimulasi keluarga dengan perkembangan sektor motorik kasar pada penelitian ini terbukti bermakna sesuai dengan penelitian Venetsanou, et al (2010) yang menyatakan bahwa lingkungan keluarga yang efektif dan memberikan kesempatan anak menerima rangsangan motorik dapat membantu perkembangan motorik anak usia prasekolah.16 Penelitian ini menunjukkan hubungan bermakna antara stimulasi keluarga dengan perkembangan sektor motorik halus sesuai dengan penelitian Yanti, et al (2011) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna antara stimulasi dengan perkembangan motorik halus anak usia Prasekolah (3-5 tahun) di Paud Al-Mubaraqah Ampang Kecamatan Kuranji.17 Stimulasi keluarga terbukti memiliki hubungan bermakna dengan perkembangan sektor bicara dan bahasa pada penelitian ini sesuai dengan penelitian Jaenuddin dan Hidajati. Penelitian Jaenuddin (2000) menyatakan anak dengan stimulasi keluarga yang kurang mempunyai risiko lebih besar untuk terjadi keterlambatan perkembangan bicara dan
918 MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober : 910-921
MEDIA MEDIKA MUDA Volume 4, Nomor 4, Oktober 2015 Online : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/medico Hari Kusumanegara, Galuh Hardaningsih, Farid Agung Rahmadi
penelitian Hidajati (2009) menyatakan kurangnya stimulasi keluarga terbukti sebagai faktor risiko predominan yang mempengaruhi terjadinya disfasia perkembangan pada anak usia 1236 bulan.13, 18 Hubungan antara stimulasi keluarga dengan perkembangan sektor personal social pada penelitian ini terbukti bermakna sesuai dengan penelitian Suryanto. Penelitian Suryanto (2014) menyatakan bahwa pemberdayaan keluarga terbukti meningkatkan perkembangan balita baik indikator personal sosial, bahasa, motorik pada balita di kabupaten Banyumas.19 Penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara stimulasi keluarga dengan perkembangan batita sesuai penelitian yang dilakukan oleh Englund, et al (2010). Penelitian Englund, et al menyatakan keterlibatan orang tua dalam menstimulasi anak merupakan faktor prediktor pencapaian anak di masa depan.20 Responden dengan status ekonomi rendah tidak didapatkan pada penelitian ini, sebagian besar responden berstatus sosial ekonomi tinggi dan hanya sebagian kecil berstatus sosial ekonomi sedang. Penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara status sosial ekonomi dengan perkembangan batita dan tidak terdapat perbedaan bermakna status sosial ekonomi pada kelompok dengan stimulasi keluarga baik dan stimulasi keluarga kurang sehingga staus sosial ekonomi tidak mempengaruhi hubungan antara stimulasi keluarga dengan perkembangan batita.
SIMPULAN DAN SARAN Hubungan antara stimulasi keluarga dengan perkembangan batita secara umum maupun sektoral (motorik kasar, motorik halus, bicara dan bahasa, personal sosial) terbukti bermakna. Saran untuk penelitian lebih lanjut adalah penilaian stimulasi keluarga langsung dengan kunjungan rumah, skrining perkembangan anak dapat dilakukan dengan alat skrining perkembangan yang lebih spesifik, seperti Early Languange Milestone Scale-2 (ELM Scale-2) yang digunakan untuk menilai sektor bicara dan bahasa yang dibedakan menjadi bahasa reseptif, bahasa ekspresif, dan visual, Capute Scales yang menilai sektor visual motor, dan bahasa serta penelitian lebih lanjut dapat menggunakan metode experimental study dengan pendekatan edukasi orang tua akan pentingnya stimulasi keluarga dan perkembangan sesuai tahapan usia anak sehingga dapat diketahui lebih akurat efek stimulasi keluarga sebelum usia tiga tahun dengan perkembangan anak di masa depannya.
919 MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober : 910-921
MEDIA MEDIKA MUDA Volume 4, Nomor 4, Oktober 2015 Online : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/medico Hari Kusumanegara, Galuh Hardaningsih, Farid Agung Rahmadi
DAFTAR PUSTAKA 1.
2.
3. 4. 5.
6.
7.
8.
9.
10.
11. 12.
13.
14.
15. 16.
Fitriyah UH, Hapsari RW. Gambaran pengetahuan ibu tentang periode emas usia 0-3 tahun di Puskesmas Terminal periode Mei-Juni 2011. ejournal Akbid-Stikes Sari Mulia. 2011;5(5):1-11. Selina H, Hartanto G, Rahmadi FG. Stimulasi, deteksi, dan intervensi dini tumbuh kembang anak. Dalam: Dadiyanto DW, Muryawan MH, Anindita S, editors. Buku ajar ilmu kesehatan anak. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 2011. hal 6483. Drachman D. Do we have brain to spare?. Neurology. 2005;64(12):2004-5. Nowakowski RS. Stable neuron numbers from cradle to grave. Proc Natl Acad Sci U S A. 2006; 103(33): 12219-20. Sandler AD, Brazdziunas, Cooley WC, Pijem LGD, Hirsch D, Kastner TA, et al. Developmental surveillance and screening of infants and young children. Pediatrics. 2001;108(1):192-6. Jeharsae R, Sangthong R, Wichaidit W, Chongsuvivatwong V. Growth and developmental of children aged 1-5 years in low-intensity armed conflict areas on Southern Thailand: a community-based survey. Confl Health. 2013;7(8):1-8. Lejarraga H, Menendez AM, Menzano E, Guerra L, Biancato S, Pianelli P, et al. Screening for developmental problems at primary care level: a field programme in San Isidro, Argentina. Paediatr Perinat Epidemiol. 2008;22(2):180. Eapen V, Zoubeidi T, Yunis F, Gururaj AK, Sabri S, Ghubash R. Prevalence and psychosocial correlates of global development delay in 3-year-old children in the United Arab Emirates. J Psychosom Res. 2006;61(3):321-6. Ali SS, Balaji PA, Dhaded SM, Gouder SS. Assessment of growth and global developmental delay: a study among young children in rural community of India. Int Multidiscip Res J. 2011;1(7):31-4. Christiari AY, Syamlan R, Kusuma IF. Hubungan pengetahuan ibu tentang stimulasi dini dengan perkembangan motorik pada anak usia 6-24 bulan di kecamatan Mayang, kabupaten Jember. Jurnal Pustaka Kesehatan 2013;1(1):20-3. Totsika V, Sylva K. The home observation for measurement of the environment revisited. Child Adolesc Ment Health. 2004;9(1):25-35. Dwi Hastuti DYIF, Suprihatin Guhardja. Kualitas lingkungan pengasuhan dan perkembangan sosial emosi anak usia balita di daerah rawan pangan. Jur Ilm Kel & Kons. 2011;4(1):57-65. Jaenuddin E. Stimulasi keluarga pada perkembangan bicara anak usia 6 sampai 36 bulan di kelurahan kuningan, Semarang Utara [Thesis]. Semarang (Indonesia): Universitas Diponegoro; 2000. Rusmil K, Hernawati I, Dahsriati, Fadlyana E, Humris E, Salina H, et al. Bab II pertumbuhan dan perkembangan anak. Dalam: Rusmil K, Hernawati I, Dahsriati, Fadlyana E, Humris E, Salina H, et al, editors. Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak ditingkat pelayanan kesehatan dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia;2010. hal 4-14. Mundkur N. Neuroplasticity in children. Indian J Pediatr. 2005;72(10):855-7. Venetsanou F, Kambas A. Environment factors affecting preschoolers' motor development. Early Childhood Edu J. 2010;37:319-27.
920 MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober : 910-921
MEDIA MEDIKA MUDA Volume 4, Nomor 4, Oktober 2015 Online : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/medico Hari Kusumanegara, Galuh Hardaningsih, Farid Agung Rahmadi
17. Yanti E, Fridalni N, Neta MD. Hubungan stimulasi terhadap perkembangan motorik halus anak prasekolah usia (3-5 tahun) di PAUD Al-Mubaraqah Ampang Kecamatan Kuranji tahhun 2011. JM. 2011;1(1):1-10. 18. Hidajati Z. Faktor risiko disfasia perkembangan pada anak [Thesis]. Semarang (Indonesia): Universitas Diponegoro; 2009. 19. Suryanto, H P, WA M. Dukungan keluarga dan sosial dalam pertumbuhan dan perkembangan personal sosil, bahasa, dan motorik pada balita di kabupaten Banyumas. JKM. 2014;10(1):103-9. 20. Schunk DH, Pintricj PR, Meece J, Englund. Home Environment [Internet]. Redwood City: Education;c2010 [updated 2010 Jul 20; cited 2014 23 Dec]. s`Available from: http://www.education.com/reference/article/home-environment/.
921 MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober : 910-921