HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP FINANCIAL REWARD DENGAN KOMITMEN KERJA PADA ATLET
Anindra Guspa, Tuti Rahmi Program Studi Psikologi, Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang e-mail:
[email protected]
ABSTRACT: The relationship between perceptions of financial reward with work commitments inatletes. This research measure relationship perception of financial reward with a work commitment of athletes. Population in this study are all of the athletes, and the sample in this study are the athletes who represent the 23 sports that 63 people used proportional random sampling method. Data collecting tool using perception of Financial Reward scale and work Commitment scale. This research got correlation coefitiens rxy = 0,286 and p = 0.023 (p < 0.05). It’s means there is a relationship between perception of Financial Reward With a work Commitment of athletes in Kerinci Regency.
Keywords: perception of financial reward, work commitmen, corelatinal
ABSTRAK: Hubungan antara persepsi terhadap financial reward dengan komitmen kerja pada atlet. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara perpepsi terhadap Financial Reward dengan komitmen kerja pada atlet. Populasi dalam penelitian ini adalah semua atlet dan sampel dalam penelitian ini adalah atlet yang mewakili 23 bidang olahraga dengan menggunakan metode sampling proporsional random sebanyak 63 orang. Alat pengumpul datanya menggunakan skala persepsi terhadap Financial Reward dan skala komitmen kerja. Penelitian ini mendapatkan koefisien kolerasi rxy = 0.286 dan p = 0.023(p < 0.05). Hal tersebut berarti terdapat hubungan antara persepsi terhadap Financial reward dengan komitmen kerja pada atlet di Kabupaten Kerinci.
Kata kunci: persepsi terhadap Financial Reward, komitmen kerja, korelasional
penduduk
PENDAHULUAN
dunia.
Olahraga
memiliki
berbagai macam manfaat selain menjadikan
Olahraga merupakan sebuah kegiatan
tubuh sehat, olahraga juga memberikan
yang banyak sekali di gemari oleh seluruh 1
2 | Jurnal RAP UNP, Vol. 5, No. 1, Mei 2014, hlm. 1-11
manfaat sebagai ajang untuk berprestasi
pemerintah dalam hal ini peduli dengan
(Sutisna, 2004). Dalam dunia olahraga tidak
kesejahteraan
lepas dari peran atlet. Atlet merupakan
karyawannya akan lebih komit (Van Dyne
sebuah profesi yang tujuannya adalah untuk
dan Graham dalam Alfinur, 2006).
karyawannya
mencapai target dan prestasi di bidang
Untuk
olahraga. Menurut Setiadarma (2000) atlet
pemerintah
adalah individu yang memiliki keunikan
mengeluarkan Financial reward seperti:
tersendiri. Atlet memiliki bakat tersendiri,
mengeluarkan anggaran yang besar, baik itu
pola perilaku dan kepribadian tersendiri dan
bonus, barang, gaji, uang pembinaan dan
latar
sebagainya
belakang
kehidupan
yang
itu
hal
salah
yang
maka
dilakukan
satunya
dengan
semata-mata
untuk
mempengaruhi secara spesifik pada dirinya.
meningkatkan komitmen dan memperoleh
Hal ini menunjukkan bahwa seorang
prestasi. Dapat diambil sebuah fenomena di
atlet dituntut untuk terus berkomitmen
Kabupaten
dengan profesinya sebagai individu yang di
menunjang meningkatkan komitmen atlit
percaya
pemerintah
pemerintah menggelontorkan dana besar
maupun organisasi lainnya. Didalam setiap
agar atlit bertahan dan tetap latihan untuk
profesi yang digeluti oleh individu maka
prestasi. Untuk itu bagaimana seorang atlet
individu tersebut harus memiliki komitmen
mempersepsikan Financial reward akan
kerja. Menurut Meyer, Allen dan Smith
membuat mereka tetap berkomitmen sebagai
(1993) Komitmen kerja sebagai sebuah
seorang atlet. Melihat dari hal tersebut,
keadaan
maka bagaimana persepsi atlet terhadap
membela
negara,
psikologis
yang
Kerinci
mengkarakteristikan hubungan karyawan
financial
dengan pekerjan, dan keputusan
komitmen kerja seorang atlet.
untuk
melanjutkan atau menghentikan pekerjaan
reward
bahwa
akan
didalam
mempengaruhi
Menurut Meyer, Allen dan Smith
tersebut. Jadi jika atlet memiliki komitmen
(1993)
kerja maka ia akan tetap bertahan dan tetap
sebagai sebuah keadaan psikologis yang
terus menjalani tugas menjadi atlet yang
mengelompokkan
terus berprestasi.
dengan pekerjaan, dan memiliki implikasi
Di dalam komitmen kerja memiliki
komitmen
terhadap
pekerjaan
hubungan karyawan
terhadap keputusan untuk melanjutkan atau
faktor yang akan mempengaruhi atlet dalam
menghentikan
pekerjaan
meningkatkan komitmen. Faktor tersebut
Berdasarkan
adalah faktor situasional yaitu dukungan
disimpulkan bahwa komitmen kerja sebagai
organisasi yang menyatakan bahwa jika
keterikatan secara efektif karyawan dengan
pengertian
tersebut.
tersebut
maka
Guspa & Rahmi, Hubungan Antara Persepsi Terhadap…| 3
pekerjaannya
sehingga
bersedia
untuk
bertahan terhadap pekerjaannya tersebut. Meyer,
Allen
keadilan organisasi yang meliputi keadilan
mengemukakan tiga komponen komitmen
yang berkaitan dengan kewajaran alokasi
kerja yaitu, sebagai berikut: 1) Komitmen
sumber daya (distributive justice), keadilan
kerja
dalam
commitment),
Smith
pertama, Nilai dari tempat kerja. Kedua,
(1993),
afektif
&
Situasional terdiri dari beberapa hal yaitu;
(affective yaitu
occupational
komitmen
sebagai
proses
persepsi
terhadap
hubungan
Komitmen
ini
keputusan
(procedural justice), serta keadilan dalam
keterikatan afektif / psikologis karyawan pekerjaannya.
pengambilan
kewajaran antar
atas
pemeliharaan
pribadi
(interactional
menyebabkan karyawan bertahan pada suatu
justice). Ketiga, karakteristik pekerjaan yang
pekerjaan karena mereka menginginkannya;
meliputi pekerjaan yang penuh makna,
2) Komitmen kerja kontinuans (continuance
otonomi dan umpan balik dapat merupakan
occupational commitment), mengarah pada
motivasi
perhitungan
Positional terdiri dari beberapa hal yaitu;
untung
rugi
dalam
diri
kerja
yang internal;
karyawan sehubungan dengan keinginannya
pertama,
untuk
atau
pekerjaan. Rahmat (2007) mengemukakan
Artinya,
persepsi adalah pengalaman tentang objek,
komitmen kerja di sini dianggap sebagai
peristiwa atau hubungan-hubungan yang
persepsi harga yang harus dibayar jika
diperoleh dengan menyimpulkan informasi
karyawan
meninggalkan
dan
Komitmen
ini
tetap
meninggalkan
mempertahankan pekerjaannya.
pekerjaannya.
menyebabkan
karyawan
Masa kerja.
menafsirkan
Kedua,
dan 3)
Tingkat
pesan-pesan
atau
memberikan makna pada stimulus indrawi.
bertahan pada suatu pekerjaan karena
Krech
mereka membutuhkannya; dan 3) Komitmen
Munandar,
kerja normatif (normative occupational
persepsi adalah suatu proses kognitif yang
commitment),
kompleks dan menghasilkan suatu gambar
yaitu
komitmen
sebagai
kewajiban untuk bertahan dalam pekerjaan.
dan 2001)
Duncan
(dalam
berpendapat
A.S bahwa
yang unik tentang kenyataan dan mungkin
Menurut Van Dyne dan Graham
saja berbeda dengan kenyataan. Menurut
(dalam Alfinur, 2006) faktor-faktor yang
Walgito (1997), persepsi merupakan suatu
dapat mempengaruhi komitmen adalah: 1)
proses yang dilakukan oleh penginderaan
Karakteristik Personal. Ciri-ciri kepribadian
yang
tertentu yaitu, teliti, ektrovert, berpandangan
stimulasi oleh individu melalui responnya.
positif (optimis), cenderung lebih komit; 2)
Stimulasi dilanjutkan kesusunan saraf otak
merupakan
proses
diterimanya
4 | Jurnal RAP UNP, Vol. 5, No. 1, Mei 2014, hlm. 1-11
dan terjadilah proses kognitif sehingga
tentang
individu mengalami persepsi.
penglihatan,
Dapat disimpulkan bahwa persepsi
lingkungannya,
perasaan
baik
pendengaran,
dan
lewat
penghayatan,
penciuman.
Sedangkan
adalah pandangan seseorang terhadap suatu
Financial reward adalah mencakup semua
objek stimulasi yang kemudian terjadi
pengeluaran
didalam
sehingga
perusahaan untuk pekerja dan diterima atau
objek
dinikmati oleh pekerja baik secara langsung,
proses
menimbulkan
kognisi
kesimpulan
dari
yang
rutin
personal dan faktor situasional yang ada
Ivancevich, Donnelly (1996) mengutarakan
pada hakekatnya merupakan proses kognitif
pendapat mereka bahwa sistem penghargaan
yang dialami oleh setiap orang di dalam
penting untuk meningkatkan komitmen
memahami
pegawai (atlit).
tentang
lingkungannya, baik lewat penginderaan, penghayatan dan perasaan. Perepsi (Walgito,
memiliki 1997)
menyangkut
langsung.
pemerintah
dapat
Gibson,
memenuhi
kebutuhan atlit dengan memberi peluang beberapa
yaitu:
komponen
Jika
tidak
oleh
tersebut. Persepsi ditentukan oleh faktor
informasi
atau
dilakukan
aspek
berprestasi dan mengakui adanya prestasi
Kognisi,
akan mempunyai dampak nyata terhadap
pengetahuan,
komitmen kerja seorang (Curry et al dalam
1)
pandangan, pengharapan, cara berpikir/
Sudaryana, 2008).
mendapatkan pengetahuan, dan pengalaman
Menurut
Amy
Whan
Sudaryana
diperoleh dari hasil pikiran individu.; 2)
komitmen pegawai mampu meninggikan
Afeksi, Aspek ini menyangkut komponen
moral kehidupan organisasi dan peningkatan
perasaan
produktifitas pegawai.
keadaan
emosi
individu
menyatakan
dalam
masa lalu, serta segala sesuatu yang
dan
(2008)
and
bahwa
terhadap objek tertentu serta segala sesuatu
Komitmen merupakan salah satu faktor
yang menyangkut evaluasi baik buruk
yang penting dan sangat berguna dalam
berdasarkan faktor emosional seseorang;
upaya
dan 3) Konasi, Aspek konasi menyangkut
keterkaitannya
motivasi, sikap, perilaku atau aktivitas
pegawai dalam suatu organisasi (Sudaryana,
individu sesuai dengan persepsinya terhadap
2008). Mowday (Steers & Porter, 1983)
suatu objek atau keadaan tertentu.
mengemukakan beberapa alasan mengapa
memahami
dan
dengan
menjelaskan
perilaku
kerja
Persepsi pada dasarnya adalah proses
organisasi harus melakukan berbagai usaha
penafsiran manusia, yang dialami oleh
untuk meningkatkan derajat komitmen kerja
setiap orang didalam memahami informasi
dalam diri karyawan. Pertama, semakin
Guspa & Rahmi, Hubungan Antara Persepsi Terhadap…| 5
tinggi komitmen karyawan semakin tinggi
masing cabang olahraga. Jumlah populasi
pula usaha yang dikeluarkan karyawan
adalah
dalam mengerjakan pekerjaannya. Kedua,
random sampling 63 sampel atlet.
semakin tinggi komitmen karyawan semakin lama individu ingin tetap berada dalam organisasi
dan
semakin
tinggi
pula
produktivitasnya kepada organisasi.
ada
beberapa
variabel
menggunakan
Instrumen
yang
proporsional
digunakan
pada
penelitian ini berbentuk skala. Skala ini terdiri dari 4 alternatif jawaban, Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS),
Untuk membangun komitmen seorang atlet
332
Sangat Tidak Setuju (STS).
yang
berpengaruh antara lain kepuasan kerja dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
persepsi keadilan. Kepuasan kerja dan persepsi terhadap imbalan adalah variabel
Hasil
komitmen.
Hipotesis dalam penelitian ini berbunyi
(KyungHo dan Seok Wan dalam Sudaryana,
“terdapat korelasi antara Persepsi terhadap
2008). Persepsi dalam sistem penghargaan
financial reward dengan komitmen kerja
akan
dalam
pada
dalam
Berdasarkan hasil analisis korelasi tentang
Sudaryana, 2008) dan kepuasan kerja akan
hubungan antara Persepsi terhadap financial
menentukan
seorang
reward dengan komitmen kerja diperoleh
pegawai (Feinnstein and Vondrasek dalam
koefisien korelasi sebesar rxy = 0.286, p =
Sudaryana, 2008).
0.023 (p < 0.05). Berdasarkan hasil besarnya
yang
penting
bagi
menjadi
kepuasan
prilaku
variabel
kerja
(Wood
komitmen
penguat et
al
bagi
atlet
di
Kabupaten
Kerinci”.
koefisien korelasi yang diperoleh maka METODE
terdapat korelasi yang signifikan antara dalam
Persepsi terhadap financial reward dengan
penelitian ini adalah desain penelitian
komitmen kerja. Artinya semakin tinggi
korelasional
Persepsi terhadap financial reward maka
Desain
yang
dengan
digunakan
mengklasifikasikan
variabel penelitian ke dalam dua kelompok,
semakin
yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Sebaliknya
Sampel yang akan digunakan adalah sesuai
terhadap financial reward maka semakin
dengan
rendah pula komitmen kerja. Berarti Ho
karakteristik
yang
ditentukan.
Populasi-nya adalah seluruh atlet kabupaten kerinci yang terdaftar di induk masing-
tinggi
komitmen
semakin
ditolak dan Hi diterima.
kerja
rendah
atlet.
Persepsi
6 | Jurnal RAP UNP, Vol. 5, No. 1, Mei 2014, hlm. 1-11
Skor rerata pada masing-masing aspek
atlet dengan pemberian reward. Seorang
persepsi terhadap financial reward. Dimana
atlet juga harus dapat memandang bahwa
aspek Konasi memperoleh nilai rerata
reward itu memang berguna sehingga perlu
tertinggi dengan nilai 25. Selanjutnya aspek
sebuah pandangan yang baik agar dapat
Kognisi dan Afeksi dengan nilai sama yaitu
membuat komitmen mereka tinggi dengan
22.5.
profesinya tersebut. Skor erat pada masing-masing aspek
Persepsi terhadap financial reward
Komitmen kerja. Dimana aspek Kontinuans
yang dimiliki atlet di Kabupaten Kerinci
memperoleh nilai rerata tertinggi dengan
rata-rata memiliki skor sedang sampai
nilai 27.5. Selanjutnya aspek Normatif
sangat tinggi. Hal ini sesuai observasi yang
dengan nilai 15, kemudian aspek Afektif
dilakukan
dengan nilai 12.5 yang merupakan rerata
PORPROV 2012 bahwa para atlet memang
terendah.
terlihat
Berdasarkan hasil analisis data pada penelitian ini, ditemukan bahwa terdapat hubungan positif antara persepsi terhadap financial reward
dengan komitmen kerja
atlet di Kabupaten Kerinci. Berdasarkan tabel interpretasi angka indeks korelasi product moment, diketahui 0,286 tergolong korelasi rendah. Hal ini sesuai dengan penjelasan bahwa Persepsi dalam sistem penghargaan akan menjadi variabel penguat dalam kepuasan kerja (Wood et al dalam Sudaryana, 2008) dan kepuasan kerja akan komitmen
bagi
seorang
pegawai (Feinnstein and Vondrasek dalam Sudaryana, 2008). Dalam membangun komitmen banyak sekali
upaya
saat
antusias
pelepasan
ketika
atlet
bupati
mengumumkan jumlah bonus dan hadiah
Pembahasan
menentukan
pada
yang
dilakukan
oleh
pemerintah untuk meningkatkan komitmen
lainnya. Hal ini sesuai dengan tingkah laku yang di tunjukkan bahwa interprestasi dan persepsi akan diterjemahkan dalam tingkah laku (Hamka, 2002). Dan atlet di Kabupaten Kerinci menunjukkan tingkah laku yang antusias yang menandakan bahwa persepsi mereka baik. Atlet dengan persepsi yang tinggi terhadap financial reward akan selalu menunjukkan perilaku menerima apapun yang diberikan oleh pemerintah. Dengan adanya persepsi yang baik tersebut akan mengarahkan seorang atlet lebih termotivasi untuk mengejar prestasi dan selalu akan menjadi seorang atlet yang berprestasi dan selalu senang dengan profesinya sebagai atlet.
Guspa & Rahmi, Hubungan Antara Persepsi Terhadap…| 7
Jika dilihat dari skor rerata pada
karena
mungkin
banyak
persepsi
hal
mereka
yang
masing-masing aspek persepsi terhadap
mempengaruhi
karena
financial reward. Dimana aspek Konasi
beberapa faktor (Ginting, 2008) yakni,
memperoleh nilai rerata tertinggi dengan
Perhatian yaitu proses mental, kemudian
nilai 25. Selanjutnya aspek Kognisi dan
faktor fungsional yakni pengalaman diri
Afeksi dengan nilai sama yaitu 22.5.
sendiri, motivasi dan kepribadian dan faktor
Dari skor ini dapat terlihat bahwa nilai
struktural yaitu sifat stimulus itu sendiri atau
tertinggi ada pada aspek konasi, hal ini
financial reward. Walupun ada persepsi
berarti para atlet di Kabupaten Kerinci dapat
yang rendah namun hal ini berarti tidak ada
memunculkan sikap, motivasi atau aktivitas
masalah dengan persepsi terhadap fiancial
diri sesuai dengan adanya persepsi terhadap
reward atlet di Kabupaten Kerinci.
financial reward tersebut.
Hal ini sesuai
Komitmen terhadap pekerjaan menurut
dengan wawancara pada 23 maret 2013
Meyer, Allen dan Smith (1993) sebagai
dengan seorang pelatih salah satu cabang
sebuah
olahraga renang di Kabupaten Kerinci
mengkarakteristikkan hubungan karya wan
bahwa
para
memandang
keadaan
psikologis
yang
atlet
tersebut
memang
dengan pekerjaan, dan memiliki implikasi
sebuah
persepsi
tersebut
terhadap keputusan untuk me lanjutkan atau
sebagai sebuah motivasi. Motivasi tersebut
menghentikan
diberikan pemerintah untuk menjaga para
Komitmen kerja ini melibatkan perilaku
atlet
bertahan dan tetap menjadi seorang atlet dan
agar
tetap
berusaha
semaksimal
mungkin untuk mencapai sebuah prestasi.
aspek
menunjukkan
kognisi
dan
bahwa
para
afeksi atlet
tersebut.
terus meningkatkan prestasi sebagai seorang
Sementara itu nilai yang rendah berada pada
pekerjaan
atlet. Hal tersebut seharusnya didasari
ini
sebuah sikap dimana seseorang atlet akan
tidak
tetap menjadi atlet apapun yang terjadi
memandang sebuah pemberian financial
padanya dan halhal di sekitarnya.
reward berdasarkan sebuah pengetahuan
Jika
dilihat
dan sebuah faktor emosional yang terjadi
komitmen
dalam diri mereka. Hal ini tidak terlalu
memiliki komitmen yang tinggi dan sangat
berpengaruh karena sebagian besar atlet
tinggi hal ini bisa di sebabkan karena
memiliki persepsi yang tinggi dan hanya 3
karakteristik personal yaitu ciri kepribadian
orang memiliki persepsi yang sangat rendah
bahwa orang yang ekstrover lebih cenderung
dan 9 orang meiliki persepsi yang rendah
komit, kemudian faktor situasional yaitu
atlet
dari di
hasil
Kabupaten
penelitian Kerinci
8 | Jurnal RAP UNP, Vol. 5, No. 1, Mei 2014, hlm. 1-11
tempat
latihan
dan
keadilan
dalam
13 Maret 2013 mereka mengaku bahwa atlet
memperlakukan para atlet tersebut, dan yang
adalah profesi bergengsi jika di tinggalkan
terakhir faktor positional yaitu masa kerja,
akan
bahwa semakin lama berada di pekerjaan
dibutuhkan lagi, banyak yang lebih hebat
tersebut maka seseorang akan cenderung
dari kita atau kalah saing sehingga akan
lebih komit (Meyer, Allen dan Smith, 1993).
membuat mereka merasa rugi dan malu.
menampakkan
bahwa
kita
tidak
Hal ini sesuai dengan observasi dan
Dari skor hasil komitmen yang telah
wawancara pada pelatih dan atlet pada 24
dijabarkan diatas dapat di tarik sebuah
juni 2013 yang dapat disimpulkan bahwa
pembahasan bahwa para atlet tersebut
tempat latihan itu tidak membedakan atlet
banyak yang memiliki komitmen kontinuans
dalam porsi latihan ataupun atlet tersebut di
(untung rugi). Komitmen atlet semata-mata
bedakan sesuai kemapuan bertanding, dan
tidak atas dasar motivasi dalam dirinya
kebanyakan karena kebanyakan para atlet
sendiri,
tidak
menganggap
dibatasi
usia,
jadi
para
pelatih
malah
kebanyakan
jika
mereka
para
atlet
keluar
dari
kebanyakan memilih atlet yang sudah lama
pekerjaan ini dapat membuat mereka rugi,
dan sudah pernah membela daerah dan
jadi
diikuti oleh atlet baru dan itupun sesuai
menghindari kerugian tersebut. Hal ini yang
standar dari atlet tersebut.
membuat korelasi penelitian ini rendah
Jika dilihat skor rerata pada masing-
mereka
tetap
bertahan
karena
walupun komitmen memiliki tinggi.
masing aspek Komitmen kerja. Dimana
Sementara itu nilai terendah berada
aspek Kontinuans memperoleh nilai rerata
pada aspek afektif yang menunjukkan
tertinggi dengan nilai 27.5. Selanjutnya
bahwa para atlet di Kabupaten Kerinci tidak
aspek Normatif dengan nilai 15, kemudian
memiliki terkaitan secara psikologis atau
aspek Afektif dengan nilai 12.5 yang
karena
merupakan rerata terendah. Dari skor diatas
menginginkannya. Hal ni juga didukung
nilai tertinggi adalah aspek kontinuans,
oleh hasil wawancara 23 maret 2013 kepada
berdasarkan
hal
di
seorang atlet kempo yang mengatakan
Kabupaten
Kerinci
memiliki
bahwa atlet itu bukan satu-satunya profesi
alasan untuk bertahan menjadi atlet karena
dia dan ini merupkan profesi karena
mereka
profesi
kebetulan olahraga itu adalah hobi saja dan
tersebut hanya karena mereka akan merasa
tuntutan dari pelatih sendiri untuk tetap
mendapat kerugian jika meninggalkannya.
membela daerah dikarenakan kemampuan
Berdasarkan wawancara dengan atlet basket
dan tak ada pilihan atlet lain.
memang
ini
berarti
umumnya
membutuhkan
atlet
mereka
semata-mata
Guspa & Rahmi, Hubungan Antara Persepsi Terhadap…| 9
Hasil penelitian yang ada sebelumnya
kabupaten kerinci berada pada kategori
oleh Gibson, Ivancevich, Donnelly (1996)
tinggi dan sangat tinggi yakni di angka
menunjukkan bahwa
58.73% dengan kategori tinggi dan 30.15%
sistem penghargaan
penting untuk meningkatkan komitmen
dengan
pegawai (atlit). Ini menunjukkan bahwa
hubungan positif antara persepsi terhadap
financial reward itu sangat penting untuk
financial reward dengan komitmen kerja
meningkatkan
Pemerintah
pada atlet di kabupaten kerinci dengan
menggelontorkan dana yang besar tidak
koefisien korelasi sebesar 0.286 dan p =
akan menjadi percuma jika persepsi atlet
0.023 (p < 0.05). Hal ini berarti semakin
terhadap
tinggi persepsi terhadap reward maka akan
komitmen.
financial
reward
tersebut
di
persepsikan baik oleh atlet.
yang penting dan sangat berguna dalam memahami
dan
menjelaskan
keterkaitannya dengan prilaku kerja pegawai dalam suatu organisasi (Sudaryana, 2008). Dengan
adanya
pendapat
diatas
ini
menunjukkan bahwa persepsi memang hal yang sangat berguna dalam upaya agar membuat
individu
itu
sangat
tinggi.
Terdapat
semakin tinggi komitmen kerja atlet.
Komitmen merupakan salah satu faktor
upaya
skor
terikat
dengan
pekerjaannya.
Saran Penelitian
ini
bersifat
disarankan
peneliti
mengambil
topik
korelasional,
lain
yang
hendak
yang
sama
dengan
menggunakan metode pengumpulan data yang sesuai dengan atlet tersebut sehingga akan lebih tergali komitmen kerja mereka. Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya ketika menyebarkan
skala
penelitian
tidak
dilakukan pada saat jam atlet latihan karena akan mengganggu fokus latihan dan fokus
KESIMPULAN DAN SARAN
pengisian skala. Bagi peneliti yang ingin
Kesimpulan Secara
melanjutkan penelitian dengan tema yang umum
persepsi
terhadap
sama sebagai tema penelitian ini disarankan
financial reward pada atlet di Kabupaten
untuk mempertimbangkan variabel lain yang
Kerinci berada pada kategori tinggi dan
berhubungan dengan Komitmen kerja atlet
sedang yaitu 46.03% atau 29 atlet dengan
sehingga di temukan faktor lain yang
persepsi tinggi dan 39.68% atau 25 orang
mempengaruhi komitmen atlet.
atlet yang memperoleh skor sedang dan
Dari hasil penelitian didapat bahwa
secara umum tingkat komitmen kerja atlet di
terdapat hubungan antara persepsi terhadap
10 | Jurnal RAP UNP, Vol. 5, No. 1, Mei 2014, hlm. 1-11
financial reward dengan komitmen kerja
Bagi
para
pelatih
hal
ini
atlet di kabupaten kerinci. Dari penelitian
memungkinkan untuk para pelatih lebih
yang diperoleh bahwa rata-rata persepsi atlet
memaksimalkan kegiatan latihan karena
terhadap financial reward termasuk tinggi
dengan adanya komitmen tersebut akan
dan sedang. Oleh karena itu disarankan pada
memudahkan mereka dalam kegitan latihan
pemerintah daerah terutama atlet itu sendiri
dan menjadi lebih semngat untuk mencapai
untuk dapat mempertahankan persepsi yang
prestasi
baik terhadap financial reward dengan cara
Dengan hasil yang menyatakan bahwa
pemberian reward yang tepat sesuai dengan
komitmen kerja atlet di kabupaten kerinci
kebutuhan para atlet tersebut dan dengan
tinggi tanpa ada masalah. Dengan hasil
adanya pandangan yang baik nantinya akan
tersebut perlu di pertahankan oleh atlet
berimplikasi terhadap komitmen kerja para
tersebut sehingga akan berdampak pada
atlet untuk selalu menjadi atlet dan terus
usaha yang kuat untuk mencapai prestasi
berprestasi di masa datang.
dan itu juga akan mengharumkan nama daerah
. DAFTAR PUSTAKA A.S Munandar. (2001). Psikologi Industri. Jakarta: Universitas Indonesia. Alfinur. (2006). Manajemen Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
SDM.
Meyer,J,P, Allen,N,J & Smith,C.A. (1993). Commitment to Organizations and Occupation: Extension and Test of a Three Component Conceptualization. Journal of Applied Psychology, 78.538-551
Gibson, Ivancevich, Donnelly. (1996). Organisasi: Perilaku, struktur, Proses. Surabaya: Bina Rupa Aksara.
Rahmat. Jalaludin. (2007). Persepsi dalam proses belajar mengajar. Jakarta : rajawali press
Ginting, E D. (2008). Hubungan Persepsi Terhadap Program Pengembangan Karir dengan Kompetisi Kerja. www.library.usu.ac.id.
Setiadarma, M. P. (2000) Dasar-dasar Psikologi Olahraga. Jakarta : Pustaka Sinar harapan. Steers,
Hamka, Muhammad. (2002). Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pengawasan Kerja dengan Motivasi Berprestasi. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Fakultas Psikologi. Tidak diterbitkan.
J.P. & Porter, L.W. (1983). Motivation and Work Behavior. Singapore : Mc.Graw Hill Book In.
Sutisna. A, dkk. (2004). Pendidikan Jasmani. Jakarta : Yudhistira. Sudaryana, Arif. (2008). Analisis Pengaruh Sistem Imbalan Terhadap Komitmen
Guspa & Rahmi, Hubungan Antara Persepsi Terhadap…| 11
organisasional pada dosen perguruan tinggi swasta di lingkungan Kopertis Wilayah V Yogyakarta : Telaah Bisni. Vol.9. no. 1, juli 2008.
Walgito, Bimo. (1997). Pengantar psikologi umum. Yogyakarta: Andi Offset.