perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI ATLET TAEKWONDO JUNIOR PADA PROGRAM LATIHAN DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI SKRIPSI
Dalam Rangka Penyusunan Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata 1 Psikologi
Disusun oleh : Zhaifa Kharisia Equata G 0106018
Pembimbing : 1. Drs. Munawir Yusuf, M.Psi 2. Tri Rejeki Andayani, S.Psi, M.Si
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi saya tidak pernah terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Jika terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan ini, maka saya bersedia derajat kesarjanaan saya dicabut.
Surakarta, Juli 2012
Zhaifa Kharisia Equata
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (Q.S. Al Insyirah : 5-6)
Banyak orang-orang mencapai sukses berkat banyaknya kesulitan dan kesukaran yang mesti mereka hadapi. (Burn)
Percaya pada diri sendiri adalah rahasia utama untuk mencapai sukses. (Emerson)
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada :
Papa Kangko B Prasetyo dan Mama Endang Tri Lestari selaku kedua orang tua tercinta serta adik-adik Gezha Icsvanditra dan Arinta Kamesjwara atas dukungan yang tiada habisnya
Semua yang telah memberikan pelajaran dalam hidup saya
Almamater saya
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai syarat memperoleh gelar sarjana Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Butuh waktu yang tidak sebentar untuk dapat menyelesaikan karya ini. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari dukungan, bantuan, bimbingan dan dorongan semua pihak. Oleh karena itu penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp. PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Drs. Hardjono, M.Si., selaku Ketua Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret dan selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama menempuh studi di UNS. 3. Ibu Rin Widya Agustin, M.Psi., selaku Koordinator Skripsi Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Bapak Drs. Munawir Yusuf, M.Psi., selaku Pembimbing Utama dan Ibu Tri Rejeki Andayani, S.Psi, M.Si., selaku Pembimbing Pendamping, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan, bimbingan, serta masukan yang sangat membantu dalam penyelesaian skripsi ini. 5. Ibu Dra. Suci Murti Karini, M.Si., selaku Penguji I dan Bapak H. Arista Adi Nugroho, S.Psi, M.M., selaku Penguji II yang telah bersedia memberikan saran commit to user dan kritik bagi kesempurnaan penulisan skripsi ini. vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Seluruh staf pengajar Program Studi Psikologi Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan banyak bekal dan ilmu pengalaman sangat berharga. 7. Seluruh staf tata usaha dan staf perpustakaan Program Studi Psikologi Universitas Sebelas Maret yang telah membantu kelancaran studi penulis. 8. Sabuem Nim Ali, Sabeum Nim Bangun, Sabeum Nim Adit, Sabeum Nim Munif, selaku Pengurus dan Pelatih Taekwondo Kota Surakarta. 9. Atlet Taekwondo junior Kota Surakarta selaku subjek penelitian, yang telah bersedia membantu dalam pengumpulan data penelitian. 10. Sahabat-sahabatku di Psikologi : Sheila, Arfi, Rika, Indri, Rasty, Burhan, Pre, Wildan, Aminah, Ayu, Uwie, Nina, Aza, dan Vera, yang telah banyak membantu dalam diskusi serta memberikan keceriaan, dukungan, dan kebersamaan yang indah. 11. Keluarga UKM Taekwondo UNS dan Indonesian Dragon Taekwondo Demonstration Team. 12. ahabat-sahabatku Mbak Ida, Mbak Dian, Mbak Andi’, Indah, Iras, Tya, Niar, Linda, Mas Ade, Mas Eko yang selalu memberi semangat dan mendoakanku. Semoga Allah SWT memberikan karunia yang melimpah kepada kita semua dan semoga karya ini bermanfaat bagi pembaca. Wassalamualaikum Wr. Wb. Surakarta, Juli 2012
commit to user
viii
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI ATLET TAEKWONDO JUNIOR PADA PROGRAM LATIHAN DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI Zhaifa Kharisia Equata Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret ABSTRAK Motivasi berprestasi adalah dorongan untuk mengerjakan sesuatu supaya menjadi lebih baik atau lebih efisien dari sebelumnya. Persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan adalah penilaian, penafsiran dan pandangan atlet junior terhadap pelaksanaan pedoman latihan yang telah direncanakan oleh pelatih. Atlet junior yang pernah mengalami kegagalan saat bertanding, pada kejuaraan selanjutnya akan mengalami kondisi bahwa atlet takut gagal lagi. Adanya dukungan dari pengurus, pelatih serta teman-teman latihan akan menambah semangat serta motivasi atlet, maka ketakutan akan kegagalan berkurang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan dengan motivasi berprestasi. Penelitian ini menggunakan studi populasi pada atlet taekwondo junior Kota Surakarta dengan jumlah sampel 50 responden. Ciri-ciri populasi pada penelitian ini meliputi atlet junior usia 13-18tahun, merupakan atlet taekwondo Kota Surakarta, dan aktif mengikuti latihan. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah Skala Persepsi Atlet Taekwondo Junior pada Program Latihan dengan validitas 0,302 – 0,886 serta reliabilitas 0,949 dan Skala Motivasi Berprestasi dengan validitas 0,452 – 0,873 serta reliabilitas 0,962. Analisis data menggunakan teknik korelasi product moment Pearson. Berdasarkan analisis data yang dilakukan dengan uji Korelasi Product Moment, diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,531; p = 0,000 (p < 0,05) artinya ada hubungan positif yang signifikan antara persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan dengan motivasi berprestasi pada atlet taekwondo junior. Semakin positif persepsi pada program latihan, maka akan semakin tinggi motivasi berprestasi pada atlet taekwondo junior. Kontribusi persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan terhadap motivasi berprestasinya sebesar 28,2%. Kata kunci: persepsi pada program latihan, motivasi berprestasi, atlet taekwondo junior
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
THE RELATIONSHIP BETWEEN PERCEPTION OF JUNIOR TAEKWONDO ATHLETES IN TRAINING PROGRAM WITH ACHIEVEMENT MOTIVATION Zhaifa Kharisia Equata Psychology Department, Medical Faculty Sebelas Maret University ABSTRACT Achievement motivation is the drive to do something to get better or more efficiently than ever. The perception of junior taekwondo athletes in training program evaluation, interpretation and views on the implementation of junior athletes training manuals that have been planned by the coach. Junior athletes who have experienced failure during a match, the next championship will have a condition that athletes are afraid to fail again. The support of administrators, coaches and friends will add to the spirit of training and motivation of athletes, the fear of failure is reduced. The purpose of this research was to determine the connection between perception of junior taekwondo athletes in the training program with achievement motivation. This study uses a population study in junior taekwondo athlete Surakarta with a sample of 50 respondents. Characteristic feature of the population in this study included junior athletes aged 13-18 years, the city of Surakarta taekwondo athlete and active training. Data collection tool used is the scale on the perception of junior taekwondo athlete training program in 0302 to 0.886 validity and reliability of 0.949 and the validity of the achievement motivation scale from 0.452 to 0.873 and 0.962 reliabilities. Analysis of data using correlation technique product moment Pearson. Based on data analysis by Product Moment Correlation test, value of the correlation coefficient (r) of 0.531:p = 0.000 (p <0.05) means that there is a significant positive relationship between the perception of junior taekwondo athletes in training program with achievement motivation in junior taekwondo athletes. The more positive perception in training program, so will be higher the achievement motivation in junior taekwondo athletes. Contribution perception junior taekwondo athletes in training program their achievement motivation by 28.2%. Keywords: Perception in training programs, motivation achievement, junior taekwondo athletes.
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL …………………………………………………….. i HALAMAN PERSETUJUAN …………………………………………...
ii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………....
iii
HALAMAN PERNYATAAN …………………………………………...
iv
MOTTO ………………………………………………………………….
v
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………….
vi
KATA PENGANTAR …………………………………………………… vii ABSTRAK ……………………………………………………………….
ix
ABSTRACT ……………………………………………………………….
x
DAFTAR ISI ……………………………………………………………..
xi
DAFTAR TABEL ……………………………………………………….. xiv DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….
xv
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….. xvi PENDAHULUAN ……………………………………………...
1
A. Latar Belakang Masalah ......................………………..................
1
B. Perumusan Masalah ……………………………………..............
8
C. Tujuan Penelitian...….…………………………………................
8
D. Manfaat Penelitian ………..………………...........…………..….
9
E. Manfaat Teoritis .........................................................................
9
F. Manfaat Praktis ..........................................................................
9
BAB II LANDASAN TEORI …………………………………………..
10
A. Motivasi Berprestasi ………………………………………….......
10
1. Pengertian Motivasi Berprestasi .……………………………...
10
2. Ciri-ciri Motivasi berprestasi .....................................................
11
3. Aspek Motivasi Berprestasi …………………………………...
13
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi Berprestasi……...
17
BAB I
B. Persepsi
Atlet
taekwondo
Junior
pada
Program
Latihan………………………………………................................. 19 committaekwondo to user Junior pada Program 19 1. Pengertian Persepsi Atlet
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Latihan ………………………................................................... a. Pengertian Persepsi ...............................................................
19
b. Program Latihan ....................................................................
20
c. Persepsi
Atlet
taekwondo
Junior
pada
Program 30
Latihan.................................................................................... 2. Aspek Persepsi terhadap Program Latihan ………………….
32
C. Hubungan Antara Persepsi Atlet taekwondo Junior terhadap Program Latihan dengan Motivasi Berprestasi.............................
37
D. Kerangka Pemikiran.....…………………………………………...
40
E. Hipotesis .........................................................................................
41
BAB III METODE PENELITIAN…………..…………………………...
42
A. Identifikasi Variabel Penelitian. ..………………………………...
42
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian..………………………..
42
C. Populasi dan Sampel ………………...............................................
43
1. Populasi ………………………………………………………..
43
2. Sampel ………………………………………………………… 44 D. Metode Pengumpulan Data ………………………………………
45
1. Sumber data …………………………………………………...
45
2. Teknik pengumpulan data ……………………………………..
45
E. Validitas dan Reliabilitas…………………………………………. 49 F. Teknik analisis data ....……………..……………………….........
50
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………… 52 A. Persiapan Penelitian ………………………………………………
52
1. Orientasi Kancah Penelitian …………………………………..
52
2. Persiapan Penelitian …………………………………………..
54
3. Pelaksanaan Uji Coba Penelitian ……………………………..
55
4. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ……………………………… 56 5. Distribusi Ulang Alat Ukur Penelitian ……………………….
59
B. Pelaksanaan Penelitian …………………………………………… 61 1. Penentuan Sampel Penelitian …………………………………. commit to user 2. Pengumpulan Data …………………………………………….
xii
61 61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Pelaksanaan Skoring …………………………………………..
61
C. Analisis Data ……………………………………………………... 62 1. Uji Asumsi Dasar ……………………………………………… 62 a. Uji Normalitas ……………………………………………..
62
b. Uji Linieritas ……………………………………………….
63
2. Uji Hipotesis …………………………………………………...
64
3. Kontribusi persepsi atlet taekwondo junior pada program 65 latihan terhadap motivasi berprestasi ……………………… 4. Analisis Deskriptif …………………………………………….
66
D. Pembahasan ………………………………………………………
71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………….
77
A. Kesimpulan ………………………………………………………. 77 B. Saran ……………………………………………………………...
78
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………....
79
LAMPIRAN ……………………………………………………………...
83
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Aspek Persepsi Atlet Taekwondo Junior pada Program Latihan..... 35
Tabel 2.
Penilaian Pernyataan Favourable dan Pertanyaan Unfavourable..
46
Tabel 3.
Blueprint Skala Motivasi Berprestasi .............................................
47
Tabel 4.
Blueprint Skala Persepsi Atlet Taekwondo Junior pada
48
Program Latihan ............................................................................... Tabel 5.
Nama dojang (tempat latihan Taekwondo) di Surakarta………...
53
Tabel 6.
Distribusi Aitem Skala Motivasi Berprestasi yang Valid dan
57
Gugur …………………………………………………………… Tabel 7.
Distribusi Aitem Skala Persepsi Atlet Taekwondo Junior Pada
58
Program Latihan yang Valid dan Gugur ………………………... Tabel 8.
Distribusi Ulang Aitem Skala Motivasi Berprestasi ……………
59
Tabel 9.
Distribusi Ulang Aitem Skala Persepsi Atlet Taekwondo Junior
60
Pada Program Latihan ………………………………………… Tabel 10.
Hasil Uji Normalitas …………………………………………….
62
Tabel 11.
Hasil Uji Linieritas ………………………………………………
64
Tabel 12.
Hasil Analisis Korelasi Bivariate Pearson Correlations ………..
64
Tabel 13.
Kontribusi Persepsi Atlet Taekwondo Junior pada Program
66
Latihan terhadap Motivasi Berprestasi ……………………….. Tabel 14.
Hasil Analisis Deskriptif ………………………………………...
66
Tabel 15.
Kategorisasi Subjek Berdasar Skor Skala Penelitian ……………
67
Tabel 16.
Deskripsi Subjek Berdasar Jenis Kelamin ……………………..
69
Tabel 17.
Deskripsi Subjek Berdasar Usia …………………………………
70
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Kerangka Pemikiran Hubungan Antara Persepsi Atlet Taekwondo Junior pada Program Latihan dengan Motivasi Berprestasi ..............................................................................
commit to user
xv
40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A Alat Ukur Penelitian.………………………………………….
84
1. Alat Ukur Penelitian Sebelum Uji Coba……………………
85
2. Alat ukur Penelitian Setelah Uji Coba..………...…………..
91
Lampiran B Data Uji Coba dan Penelitian Alat Ukur Penelitian…………..
97
1. Data Uji Coba Skala Motivasi Berprestasi…………………
98
2. Data Uji Coba Skala Persepsi Atlet Taekwondo Junior Pada
100
Program Latihan ………………………………………….. 3. Data Penelitian Skala Motivasi Berprestasi ………………..
101
4. Data Penelitian Skala Persepsi Atlet Taekwondo Junior
103
Pada Program Latihan …………………………………….. Lampiran C Uji Daya Beda dan Reliabilitas Aitem.………………………
105
1. Skala Motivasi Berprestasi………………………………….
106
2. Skala Persepsi Atlet Taekwondo Junior Pada Program
108
Latihan…………………………………………………….. Lampiran D Analisis Data Penelitian.………………………………………
110
1. Hasil Uji Normalitas …….....……………………..………..
111
2. Hasil Uji Linieritas….………………………………………
111
3. Hasil Deskripsi Statistik……....…………………………….
111
4. Hasil Analisis Korelasi Bivariate Pearson……………..…..
112
5. Hasil Analisis Koefisien Determinan (R square)…………..
112
6.
113
Kategorisasi Nilai Berdasar Skor Skala Penelitian….……
7.
Hasil
Deskripsi
Subjek
Berdasar
Jenis
115
Lampiran E Surat Ijin dan Keterangan Penelitian…………………………..
119
Lampiran F Dokumentasi Penelitan dan Piagam Penghargaan Atlet……....
121
Kelamin dan Usia…
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Taekwondo merupakan olahraga bela diri modern yang berakar pada bela diri tradisional Korea, olahraga bela diri ini berasal dari Korea. Taekwondo berarti seni atau cara mendisiplinkan diri atau seni bela diri dengan menggunakan teknik kaki dan tangan kosong. Selain sebagai olahraga seni bela diri, Taekwondo juga menjadi olahraga prestasi yang resmi dipertandingkan pada Pekan Olahraga Nasional (PON XI) 1985, Olmpyc Games 1992, Asian Games, SEA Games, dan Olimpiade Sydney 2000 (Suryadi, 2002). Setiap kejuaraan dunia yang diikuti kemampuan para atlet tidak diragukan lagi, meskipun dari berbagai negara memberikan perlawanan sengit terhadap atlet Korea. Atlet-atlet taekwondo dari negara ginseng Korea menjadi juara umum dalam Kejuaraan 10th World University Championship Taekwondo 2008 di Beograd, Serbia (Wongso, 2009). Sedangkan di Indonesia, selain PON (Pekan Olahraga
Nasional),
kejuaraan
nasional
dan
kejuaraan
daerah
resmi
dipertandingkan. Beberapa waktu lalu diadakan seleksi atlet untuk bisa lolos PON di Riau 2012. Kejuaraan PRA PON XVIII di Pekanbaru, Riau bulan Desember 2011, menunjukkan persaingan antar atlet dari berbagai propinsi sangat ketat (Hidayat, 2011). Kemampuan para atlet merata, namun propinsi Jawa Barat meraih emas terbanyak di ajang tersebut, disusul DKI Jakarta menempati urutan kedua dan Jawa Tengah di urutan ketiga. Kemudian di ajang Kejuaraan Nasional commit to user
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Junior Korean Ambassador Cup 2011, Jawa Tengah mampu meraih keberhasilan menjadi juara umum dengan perolehan medali 12 emas 4 perak dan 4 perunggu (Hidayat, 2011). Menurut
Undang-Undang Nomor
3
Tahun
2005
tentang Sistem
Keolahragaan Nasional Pasal 21 Ayat 5, pembinaan dan pengembangan keolahragaan dilaksanakan melalui tahap pengenalan olahraga, pemantauan, pemanduan, serta pengembangan bakat dan peningkatan prestasi. Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga, berupaya melakukan pembinaan olahraga secara berjenjang. Pembinaan Taekwondo dilakukan dengan suatu kompetisi atau kejuaraan di Indonesia yang merupakan tolok ukur dari keberhasilan atlet Taekwondo. Kyorugi sebagai teknik serangan dan bertahan dari lawan tanding yang digunakan saat kompetisi atau kejuaraan. Penjaringan bibit-bibit atlet dimulai sejak dini, dalam olahraga Taekwondo di setiap kejuaraan atau kompetisi dibagi menjadi tiga kelompok yaitu pra junior (kelompok usia dibawah 13 tahun), junior (kelompok usia 13-18 tahun), dan senior (kelompok usia diatas 18 tahun) (Suryadi, 2002). Atlet-atlet kelompok junior nantinya akan menggantikan posisi atlet senior. Nurjaya (2009) menambahkan, atlet-atlet junior pada umumnya memiliki karakteristik masa pubertas, mudah goyah, dan meninggalkan olahraga untuk pindah ke bidang lain. Adanya karakteristik tersebut, atlet junior nantinya dibina secara terus menerus oleh pelatih. Keinginan atlet junior bersumber pada kebutuhan masing-masing atlet. Masing-masing atlet junior meletakkan titik berat yang berlainan mengenai commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kebutuhan dan keinginan atlet itu sendiri. Apabila keinginan dan kebutuhan tersebut tidak dapat dicapai, atlet akan berusaha mencapainya dengan berlatih keras serta mengikuti berbagai kompetisi, dan di sini dimulai karir seseorang sebagai atlet. Kebutuhan tersebut oleh McClelland (1987) dikenal dengan istilah need for achievement atau motivasi berprestasi. McClelland (1987), menggunakan istilah n-Ach (need for achievement) atau motivasi berprestasi yaitu kebutuhan untuk meraih hasil atau prestasi. Motivasi berprestasi ditemukan pada pikiran yang berhubungan dengan melakukan sesuatu yang baik, lebih baik dari sebelumnya dan lebih efisisien. Adanya motivasi berprestasi yang dimiliki oleh kebanyakan orang, khususnya atlet junior, dapat menunjang keberhasilan atlet junior di setiap performa saat bertanding. Gill (dalam Satiadarma, 2000) menjelaskan bahwa motivasi berprestasi adalah orientasi seorang atlet untuk memperoleh hasil semaksimal mungkin dengan dasar kemampuan tetap bertahan sekalipun gagal, dan berupaya menyelesaikan
tugas
sebaik-baiknya
karena
merasa
bangga
mampu
menyelesaikan tugas. Pandangan yang sama dikemukakan oleh Murray (dalam Satiadarma, 2000) bahwa motivasi adalah upaya seseorang untuk menguasai tugas, mencapai hasil maksimum, mengatasi rintangan memiliki kinerja lebih baik dari orang lain, dan bangga terhadap kemampuan yang dimiliki. Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi adalah faktor internal, faktor yang berasal dari dalam diri individu (Walgito, 2003). Karakteristik atlet junior yang dinilai mudah goyah, akan merasa mudah puas dengan hasil yang telah dicapai, mudah putus asa, akan terlihat asal-asalan dalam commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berlatih maupun saat menghadapi pertandingan, dan target hasil sebagai tugas yang diterima akan dianggap beban berat. Namun, apabila atlet junior terus menanamkan motivasi berprestasi dalam diri atlet, karakter yang mudah goyah tersebut akan hilang. Atlet akan rajin dan tekun berlatih, selalu berusaha mencapai hasil yang lebih baik, serta tidak mudah puas dengan hasil yang telah atlet capai. Jumlah atlet taekwondo di Indonesia 10% hingga 15% dari jumlah seluruh masyarakat yang mengikuti taekwondo (Suryadi, 2002). Perbandingan jumlah atlet dari tiap daerah atau cabang tidak terlalu jauh, misal antara atlet cabang Kota Surakarta dengan cabang Kabupaten Boyolali, Karanganyar, Sukoharjo, dan Klaten. Jumlah atlet yang mengikuti kompetisi atau kejuaraan taekwondo junior dan pra junior di UNS Surakarta lalu, total atlet dari cabang Kota Surakarta berjumlah 126 atlet, Sukoharjo 77 atlet, Karanganyar 52 atlet, Boyolali 21 atlet, dan Klaten 10 atlet (Hidayat, 2011). Diharapkan semua atlet junior di setiap dojang memiliki motivasi berprestasi tinggi. Hal ini karena motivasi berprestasi dapat berfungsi sebagai sarana untuk meningkatkan kemajuan dan pengembangan atlet maupun dojang atau klub. Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh McClelland (1987), motivasi berprestasi sangat penting karena dapat berfungsi sebagai (1) energizer, yakni motor penggerak yang mendorong individu untuk berbuat sesuatu, (2) directedness, yakni menentukan arah perbuatan ke arah tujuan yang ingin dicapai, (3) patterning, yakni menyelesaikan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan secara serasi guna mencapai tujuan. commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Motivasi berprestasi diharapkan akan meningkat jika atlet junior memiliki persepsi yang positif terhadap program latihan. Oleh sebab itu, pelatih dituntut agar dapat menyusun dan merencanakan program latihan sesuai porsi atlet junior dan komposisi lebih menarik. Adanya program latihan yang terencana baik dari pelatih untuk atlet junior, maka terbuka peluang bagi atlet junior untuk meningkatkan motivasi berprestasi. Harapan untuk memiliki motivasi berprestasi tinggi tidak semua terlaksana dengan baik, hal ini karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Dapat dikatakan dalam olahraga tidak hanya ditanamkan aspek fisik dan psikis saja, tetapi juga sikap mental. Ini berarti bahwa faktor tersebut akan mempengaruhi persepsi seseorang terhadap segala respon dan perilaku yang ditampilkan (Maksum, 2007). Seperti
yang
dikatakan
oleh
Fishbein
dan
Ajzen
(dalam
Sarwono&Meinarno, 2009) bahwa sikap mempengaruhi perilaku seseorang, norma subyektif dan persepsi kontrol perilaku. Persepsi kontrol perilaku menunjukkan cara pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman masa lalu yang nantinya berpengaruh pada niat maupun perilaku tersebut. Atlet selalu ingin meraih keberhasilan di setiap kompetisi yang diikuti. Keberhasilan memiliki nilai yang dihargai tinggi oleh atlet, dan nilai tersebut dikehendaki oleh keluarga, teman-teman serta pelatih. Akan tetapi prediksi mengenai keberhasilan dapat mengalami kekeliruan jika persepsi atlet mengenai kemampuan atlet tersebut tidak diperhatikan. Oleh sebab itu, pihak pelatih menerapkan program latihan yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
6 digilib.uns.ac.id
tepat supaya atlet dapat mengukur kemampuan sekaligus meningkatkan kemampuan saat bertanding. Menurut Mulyasa (2007), salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi adalah faktor psikologis, yaitu faktor yang berhubungan dengan kondisi psikis individu. Seorang atlet mempersepsikan program latihan dipengaruhi oleh pemahaman tentang program latihan. Suranto (dalam Suharnan, 2005) menambahkan persepsi antara atlet junior satu dengan yang lain menjadi berbeda walaupun dalam kejadian atau kondisi maupun situasi sama, disebabkan karena beberapa faktor antara lain luasnya pengetahuan, tingkat pendidikan, dan pengalaman atlet junior itu sendiri. Program latihan yang akan diberikan seorang pelatih akan dipersepsi oleh atlet. Menurut Maclin dan Solso (2007), persepsi adalah suatu proses penggunaan pengetahuan (tersimpan dalam ingatan) untuk mendeteksi atau memperoleh dan menginterpretasi stimulus yang diterima oleh alat indera seperti mata, telinga, dan hidung. Definisi lain dikemukakan oleh Walgito (1989) bahwa persepsi merupakan
suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Rakhmat (2009) menyatakan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Melalui berbagai pengalaman dan peristiwa yang dialami atlet, maka atlet dapat memaknai dan memahami
bagaimana
program latihan yang diberikan oleh pelatih bermanfaat baginya. Begitu pula atlet taekwondo junior, dari pengalaman berlatih antara pelatih satu dengan lainnya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
7 digilib.uns.ac.id
yang memiliki ciri atau khas masing-masing akan diserap dan dipahami atlet. Adanya peningkatan mengenai perkembangan dan metode baru setiap tahunnya dalam program latihan taekwondo serta membekali atlet dengan pengetahuanpengetahuan olahraga sangat bermanfaat untuk atlet, sebab atlet dapat memperbaiki kesalahannya secara bertahap. Marro (dalam Wijanarko, 2009) menjelaskan program latihan merupakan suatu pedoman mengikat secara tertulis berisi cara-cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan masa mendatang yang telah ditetapkan. Melalui persepsi ini atlet akan memberikan pemaknaan tersendiri terhadap program latihan dari pelatih, pemaknaan tersebut dapat bersifat positif maupun negatif. Sama halnya dengan seorang siswa atau pelajar yang memiliki persepsi mengenai program belajar mengajar oleh guru. Seorang atlet dapat dikatakan juga seorang siswa, perbedaan antara keduanya adalah atlet berprestasi di dunia olahraga yang bersifat non akademik, sedangkan siswa berprestasi di dunia pendidikan atau bersifat akademik. Pada penelitian Nugrahani (2010) menyebutkan persepsi siswa terhadap tugas akademik mempengaruhi motivasi belajar siswa. Tugas akan dirasa berharga bagi siswa dan dinilai positif ketika tugas tersebut dapat mendukung kesuksesan yang ingin diraihnya. Demikian juga dalam taekwondo, seorang pelatih memberikan tugas kepada atlet berupa latihan strategi saat menghadapi lawan sparing maupun bertanding mempengaruhi motivasi atlet. Strategi tersebut penting dan berharga untuk atlet di setiap performanya, sebab dengan strategi yang diterima dari pelatih, atlet dapat meraih kesuksesan. commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Persepsi atlet junior pada program latihan merupakan penilaian dan penginterpretasian atlet terhadap latihan yang diterimanya. Untuk menciptakan program latihan tentu harus didukung oleh penyediaan fasilitas, sarana dan prasarana latihan yang memadai. Dibuatnya suatu program latihan di tempattempat latihan dimaksudkan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pelatihan serta menghasilkan atlet yang berkualitas. Dari berbagai harapan dan fakta diatas atlet diharapkan dapat memiliki persepsi yang positif terhadap program latihan dan menambah motivasi untuk berprestasi, sehingga
memiliki komitmen serta semangat juang dalam
merealisasikan tekadnya menjadi atlet, kedepannya pun atlet dapat mencapai hasil prestasi secara optimal. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Hubungan antara Persepsi Atlet Taekwondo Junior pada Program Latihan dengan Motivasi Berprestasi”.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diuraikan perumusan masalah sebagai berikut : “Apakah terdapat hubungan antara persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan dengan motivasi berprestasi?”
C.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan dengan motivasi berprestasi. commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D.
Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoretis a. Penelitian ini memberikan sumbangan ilmiah untuk memperluas dunia ilmu pengetahuan dalam disiplin ilmu psikologi. Khususnya psikologi sosial dan psikologi olahraga. b. Penelitian ini memperkaya bukti empirik tentang hubungan antara persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan dengan motivasi berprestasi. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Pelatih Penelitian ini memberikan gambaran psikologis dan bahan tambahan dalam mengetahui persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan dengan motivasi berprestasi atlet. b. Bagi Atlet Memberikan pemahaman mengenai kondisi atlet junior terkait hal-hal yang mempengaruhi motivasi berprestasi, sehingga motivasi berprestasi dapat ditingkatkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Motivasi Berprestasi 1. Pengertian Motivasi Berprestasi McClelland (1987), menggunakan istilah n-Ach (need for achievment) atau motivasi berprestasi yaitu dorongan untuk mengerjakan sesuatu supaya menjadi lebih baik atau lebih efisien dari sebelumnya. Oleh sebab itu, motivasi berprestasi akan mendorong seseorang untuk mengembangkan dan mengerahkan segenap kemampuan serta energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi semaksimal mungkin. Keberhasilan menjadi tujuan seseorang, agar kemampuan yang telah dikerahkan dalam mengerjakan sesuatu tidak mengalami kegagalan. Santrock (dalam Sobur, 2003) merumuskan bahwa motivasi berprestasi adalah suatu dorongan untuk menyempurnakan sesuatu, untuk mencapai sebuah standar keunggulan dan mencurahkan usaha atau upaya untuk mengungguli. Individu seperti ini menyenangi tugas-tugas yang menantang tanggung jawab secara pribadi dan terbuka untuk umpan balik guna memperbaiki prestasi inovatif produktifnya. Individu yang menyukai tugas-tugas menantang membawa diri individu untuk menjadi dewasa, sebab individu tersebut memiliki tanggung jawab besar pada tugas-tugas. Dwivedi dan Herbert (dalam Asnawi, 2002) mengartikan motivasi berprestasi sebagai dorongan untuk sukses dalam situasi kompetisi yang didasarkan pada ukuran keunggulan dibanding standard diri sendiri maupun orang lain. Motivasi berprestasi commit to user
10
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berhubungan dengan kemampuan mengatasi rintangan dan memelihara semangat kerja yang tinggi, bersaing melalui usaha yang keras untuk mengungguli orang lain. Semangat tinggi dan memiliki kemampuan mengatasi segala rintangan, membuat seseorang ingin bersaing agar usaha yang telah dilakukan dapat mengungguli orang lain serta mendapat pengakuan. Gill (dalam Satiadarma, 2000) menjelaskan bahwa motivasi berprestasi adalah orientasi seorang atlet untuk memperoleh hasil semaksimal mungkin dengan dasar kemampuan tetap bertahan sekalipun gagal, dan berupaya menyelesaikan
tugas
sebaik-baiknya
karena
merasa
bangga
mampu
menyelesaikan tugas. Seseorang yang memiliki kebutuhan atau n-Ach dapat meningkatkan performance, sehingga dengan demikian akan terlihat tentang kemampuan berprestasinya (Walgito, 2003). Berdasarkan uraian diatas motivasi berprestasi adalah dorongan untuk mengerjakan sesuatu supaya menjadi lebih baik atau lebih efisien dari sebelumnya.
2. Ciri-ciri Motivasi Berprestasi Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang mempunyai nachievement tinggi akan mempunyai performance yang lebih baik apabila dibandingkan dengan orang yang mempunyai n-achievement rendah (Walgito, 2003). Ciri-ciri individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
12 digilib.uns.ac.id
a. Selalu bekerja keras dan tangguh, serta tidak mudah putus asa. b. Berorientasi kemasa depan dan menyenangi tugas. c. Menyukai balikan yang cepat dan efisien. d. Bertanggung jawab dalam memecahkan masalah e. Efektif dan efisien dalam usahanya mencapai tujuan f. Memilih tugas yang ada tantangan dan menurut kemampuannya. Mc. Clelland (1987) menyebutkan ciri-ciri orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi adalah sebagai berikut : a. Mempunyai perasaan yang kuat untuk mencapai tujuan dengan hasil yang sebaik-baiknya b. Memiliki rasa tanggung jawab pribadi yang besar, mampu bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan menentukan masa depannya, sehingga apa yang dicita-citakan berhasil dicapai c. Mempergunakan umpan balik untuk menentukan tindakan yang lebih efektif guna mencapai prestasi, kegagalan-kegagalan yang dialami tidak membuatnya putus asa, melainkan sebagai pelajaran untuk berhasil d. Cenderung mengambil resiko “sedang”, dalam arti tindakan-tindakannya sesuai dengan batas kemampuan yang dimilikinya e. Cenderung bertindak secara kreatif dan inovatif f. Menyukai hal-hal baru yang penuh tantangan Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui ciri-ciri individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi adalah mempunyai perasaan kuat untuk mencapai tujuan, memiliki rasa tanggung jawab pribadi yang besar, mempergunakan umpan commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
balik untuk menentukan tindakan yang lebih efektif, cenderung mengambil resiko “sedang”, cenderung bertindak secara kreatif dan inovatif, serta menyukai hal-hal baru yang penuh tantangan.
3. Aspek-aspek Motivasi Berprestasi Aspek merupakan unsur yang digunakan untuk mengukur dan menentukan intensitas perilaku seseorang. Dengan kata lain, bagaimana unsur-unsur di dalam motivasi berprestasi dapat diukur berdasarkan pengamatan terhadap perilaku atau penampilan orang tersebut. Menurut Asnawi (2002) terdapat empat aspek utama dalam membedakan tingkat motivasi berprestasi individu, antara lain: a. Mengambil tanggung jawab atas perbuatan-perbuatannya. Individu dengan motivasi berprestasi tinggi merasa dirinya bertanggung jawab terhadap tugas yang dikerjakan. Seseorang akan berusaha menyelesaikan setiap tugas yang dilaksanakan. b. Memperhatikan umpan balik tentang perbuatannya. Individu dengan motivasi berprestasi tinggi, sangat menyukai pemberian umpan balik atas usaha yang dilakukan dan berusaha melakukan perbaikan hasil kerja dimasa yang akan datang. c. Mempertimbangkan risiko. Individu dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung mempertimbangkan risiko yang akan dihadapi sebelum memulai pekerjaan. Individu dengen motivasi berprestasi tinggi akan cenderung memilih tugas dengan derajat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
kesukaran sedang dan menantang kemampuan, namun masih memungkinkan untuk berhasil menyelesaikan dengan baik. d. Kreatif-inovatif. Individu dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung bertindak kreatif,dan mencari cara baru untuk menyelesaikan tugas seefektif dan seefisien mungkin. Kemudian McClelland (1987) menggambarkan beberapa aspek dari motivasi berprestasi, yaitu : a. Kreatif dan inovatif Individu dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung bosan dengan rutinitas dan berusaha menghasilkan sesuatu yang baru atau original, terlibat dalam kegiatan inovasi, mampu berdaya cipta dan penuh semangat. Individu lebih suka perbedaan dan kekhasan tersendiri sesuai dengan kompetensi profesional yang dimiliki. Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi cenderung mencari cara baru atau ide baru untuk menghasilkan produk. b. Ukuran atas hasil dan umpan balik Individu dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung membutuhkan umpan balik untuk mengetahui hasil atas tindakan yang dilakukan. Umpan balik diartikan sebagai reward bisa dalam bentuk keuntungan, masukan dari orang lain, dan penghargaan. Individu dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung senang menyelesaikan tugas dengan tuntas dan setiap tugas akan diselesaikan sesuai dengan batas waktu yang sudah ditentukan dan ukuran yang jelas. Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi selalu ingin mengetahui hasil nyata dari tindakannya, agar segera dapat memperbaiki kesalahannya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
c. Tanggung jawab pribadi Umpan balik diartikan sebagai reward bisa dalam bentuk keuntungan, masukan dari orang lain, dan penghargaan. Individu dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung senang menyelesaikan tugas dengan tuntas dan setiap tugas akan diselesaikan sesuai dengan batas waktu yang sudah ditentukan dan ukuran yang jelas. Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi selalu ingin mengetahui hasil nyata dari tindakannya, agar segera dapat memperbaiki kesalahanya. d. Pemilihan tugas Menurut McClelland (1987), terdapat tiga jenis pemilihan tugas, yakni : 1) Tugas-tugas yang menantang Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi senang dengan tugastugas yang dapat menguji kemampuan yang dimilikinya. 2) Tugas-tugas yang memperlihatkan keunggulan Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan tertarik dan memilih tugas yang melibatkan persaingan. 3) Pengambilan risiko sedang Individu dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung untuk memilih risiko yang relatif sedang (moderat) supaya kesempatan berhasil lebih besar dari pada gagal.
e. Berorientasi sukses Berorientasi sukses artinya apabila individu dihadapkan pada situasi berprestasi maka akan merasa optimis bahwa sukses akan diraihnya dan dalam commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengerjakan tugas akan lebih terdorong oleh harapan untuk sukses dari pada menghindar yang berakhir dengan kegagalan. Individu dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung bertahan dalam menghadapi rintangan, tidak mudah putus asa, optimis, dan percaya diri serta membuat tujuan-tujuan yang hendak dicapainya di waktu yang akan datang, sangat menghargai waktu, dan lebih dapat menangguhkan pemuasan untuk mendapatkan penghargaan di waktu mendatang. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa aspek-aspek motivasi berprestasi menurut Asnawi (2002) yaitu mengambil tanggung jawab atas perbuatan-perbuatannya, memperhatikaan umpan balik tentang perbuatannya, mempertimbangkan risiko, kreatif inovatif. Kemudian aspek motivasi berprestasi menurut McClelland (1987) yaitu kreatif dan inovatif, ukuran atas hasil dan umpan balik, tanggung jawab pribadi, pemilihan tugas (tugas yang menantang, tugas yang memperlihatkan keunggulan, pengambilan risiko sedang), berorientasi sukses. Aspek menurut kedua ahli terdapat kesamaan, semisal aspek mengambil tanggung jawab atas perbuatan-perbuatannya sama seperti aspek tanggung jawab pribadi, aspek memperhatikan umpan balik tentang perbuatannya sama seperti aspek ukuran atas hasil dan umpan balik, aspek mempertimbangkan risiko sama seperti aspek pemilihan tugas yakni pengambilan risiko sedang, kemudian aspek kreatif inovatif sama seperti aspek kreatif dan inovatif. Pada penelitian ini aspek yang digunakan adalah aspek menurut McClelland (1987) yaitu kreatif dan inovatif, ukuran atas hasil dan umpan balik, tanggung jawab
pribadi,
pemilihan
tugas
(tugas
yang
menantang,
tugas
yang
memperlihatkan keunggulan, pengambilan risiko sedang), berorientasi sukses, commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
karena aspek-aspek tersebut sudah mewakili seluruh aspek motivasi berprestasi. Salah satu penelitian yang menggunakan aspek menurut McClelland (1987) yakni Fadhilah (2011).
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi Secara umum motivasi seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor (Walgito, 2003), yaitu : a.
Faktor Internal Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu, misalnya kebutuhan fisiologis, inteligensi, dan psikologis. Kebutuhan psikologis merupakan kebutuhan dimana keadaan belajar individu dipengaruhi oleh faktor ini, misal, persepsi. Individu akan mencermati hal yang telah dipelajari.
b.
Faktor Eksternal Faktor eksternal berasal dari luar, misalnya sosiologis, sesuatu yang berhubungan dengan keadaan sosial. Selanjutnya,
Mulyasa
(2007)
mengemukakan
empat
faktor
yang
mempengaruhi motivasi seseorang yaitu :
a. Inteligensi Merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan tingkat motivasi yang dimiliki oleh seseorang untuk memiliki pengetahuan serta mempelajari sesuatu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
18 digilib.uns.ac.id
b. Psikologis Faktor dari dalam diri individu yang berhubungan dengan psikis. Faktor ini dapat mempengaruhi keadaan belajar individu, ketika seseorang memiliki psikis yang stabil, tidak terganggu. c. Sosiologis Faktor yang timbul dari luar diri, terdiri dari faktor lingkungan. Lingkungan mencakup situasi, kondisi, interaksi individu satu dengan individu lain, selain itu lingkungan juga terkait masalah cuaca. d. Fisiologis Faktor yang berkaitan dengan keadaan jasmani. Apabila jasmani seseorang terganggu, maka motivasinya akan terganggu. Kemudian Monks, dkk (2002) mengemukakan dua faktor dasar yang mempengaruhi motivasi berprestasi, yaitu : a. Penghargaan akan sukses, berarti apabila ada sesuatu yang baik, yang menyenangkan atau bernilai, maka orang juga mempunyai keinginan untuk mendapatkan atau mempunyainya. b. Ketakutan akan gagal, berarti apabila ada sesuatu yang tidak enak, tidak menyenangkan atau sukar, maka orang akan cenderung menghindari. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi seseorang adalah adanya faktor internal (intelegensi, psikologis, fisiologis), faktor eksternal (fisiologis), penghargaan akan sukses dan ketakutan akan gagal yang dapat menjadi pendorong ataupun melemahkan keinginan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan atau tugas tertentu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
19 digilib.uns.ac.id
B. Persepsi Atlet Taekwondo Junior pada Program Latihan 1. Pengertian Persepsi Atlet Taekwondo Junior pada Program Latihan a. Pengertian Persepsi Persepsi dalam arti sempit berarti penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Leavitt, dalam Sobur, 2003). Rakhmat (2009) menyatakan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Berdasarkan definisi ini, terjadinya proses persepsi yakni adanya pengalaman atau peristiwa yang kemudian diartikan, dimaknai, dikumpulkannya berbagai informasi terkait pengalaman tersebut, dan dipahami melalui pancaindera. Definisi lain dikemukakan oleh Walgito (1989), menyatakan bahwa persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Pada proses persepsi stimulus diteruskan ke pusat susunan syaraf yakni otak, dan terjadi proses psikologis, sehingga individu menyadari apa yang dilihat serta didengar. Menurut Matlin dan Solso (2007), persepsi adalah suatu proses penggunaan pengetahuan (tersimpan dalam ingatan) untuk mendeteksi atau memperoleh dan menginterpretasi stimulus yang diterima oleh alat indera seperti mata, telinga, dan hidung. Singkatnya bahwa persepsi merupakan proses menginterpretasi atau menafsirkan informasi diperoleh dari sistem alat indera manusia. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
20 digilib.uns.ac.id
Pareek (dalam Arisandy, 2004) mendefinisikan bahwa persepsi sebagai suatu proses penerimaan, pemilihan, pengorganisasian, serta pemberian arti terhadap rangsang yang diterima. Namun, proses tersebut tidak hanya sampai pada pemberian arti saja, tetapi akan mempengaruhi perilaku yang dipilih sesuai dengan rangsang yang diterima dari lingkungannya. Berdasarkan uraian diatas persepsi ialah hasil dari suatu proses didahului oleh penginderaan, di mana individu memberikan penilaian, penafsiran dan pandangan terhadap suatu obyek, terjadinya peristiwa atau fenomena melibatkan pengalaman-pengalaman berkaitan dengan obyek yang dipersepsi untuk memberikan makna kepada lingkungannya berdasarkan kesan yang ditangkap oleh panca indera.
b. Program Latihan Olahraga atau latihan adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial (Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional Pasal 1 Ayat 4). Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional Pasal 1 Ayat 7, olahragawan atau atlet adalah pengolahraga yang mengikuti pelatihan secara teratur dan kejuaraan dengan penuh dedikasi untuk mencapai prestasi. Pendidikan menurut Koesoema (2007) adalah proses pembimbingan agar kemampuan manusia keluar dari fisik kodrati yang dimilik dan mengacu pada hubungan atau relasional antara individu dengan commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
individu lain dalam masyarakat maupun lingkungan. Terdapat hal yang berbeda antara pelatihan dan pendidikan. Pelatihan merupakan proses yang membuat seseorang memiliki kemampuan untuk bertindak (skills). Kemudian pendidikan merupakan proses mengembangkan, menumbuhkan, mendewasakan berbagai potensi yang ada dalam diri seseorang. Pada kejuaraan taekwondo terdapat tiga kelompok usia, yaitu pra junior (kelompok usia dibawah 13 tahun), junior (kelompok usia 13-18 tahun), dan senior (kelompok usia diatas 18 tahun) (Suryadi, 2002). Nurjaya (2009) menjelaskan karakteristik atlet dan arah tujuan latihan. Pertama, atlet pra junior (kelompok usia dibawah 13 tahun) memiliki karakteristik anak senang bermain, berkembang jiwa sosialnya, perkembangan motorik, mudah mencontoh gerakan. Arah tujuan latihan yakni menumbuhkan rasa senang berolahraga, mengembangkan daya pikir atau kecerdasan, menanamkan sikap mental yang mendukung prestasi puncak. Kedua, atlet junior (kelompok usia 13-18 tahun) memiliki karakteristik pubertas, mudah goyah, dan meninggalkan olahraga untuk pindah ke bidang yang lain. Arah tujuan latihan pada atlet junior yakni meningkatkan skill; mengembangkan kreativitas dan daya pikir; pembinaan berlanjut mengenai sikap, kepribadian, budi pekerti luhur, kejiwaan dan ketakwaan; melatih kematangan dan kekompakan bertanding; serta menanaman rasa percaya diri dan kemandirian yang tinggi. commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ketiga, atlet senior (kelompok usia 18-27 tahun), prestasi bersifat labil dan sementara, maka latihan untuk peningkatan dan penjagaan prestasi perlu dilakukan
secara
kontinyu,
teratur,
terarah,
meningkat,
bertahap
dan
berkesinambungan secara sistematis. Atlet junior merupakan usia remaja yang masih memerlukan bimbingan agar pribadi remaja tersebut dapat teratasi dan tidak labil. Hurlock (2006) mengemukakan beberapa ciri-ciri masa remaja yaitu masa remaja sebagai periode yang penting, sebagai periode peralihan, sebagai periode perubahan, sebagai usia bermasalah, sebagai masa pencarian identitas, sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, sebagai masa yang tidak realistik, dan sebagai ambang masa dewasa. Karakteristik pada atlet junior memiliki kesamaan dengan ciri-ciri masa remaja, sehingga remaja maupun atlet junior masih membutuhkan pembinaan dan bimbingan dari orang sekitar dalam menanamkan sikap serta pribadi yang lebih baik. Bentuk latihan untuk atlet harus memiliki program latihan yang tersusun dan terencana dengan baik. Marro (dalam Wijanarko, 2009) menjelaskan program latihan merupakan suatu pedoman bersifat mengikat secara tertulis berisi cara-cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan masa mendatang yang telah ditetapkan. Menyusun program latihan bukanlah hal mudah, banyak dasar, prinsip serta kaidah yang harus diikuti dalam penyusunan program latihan. Menyusun program latihan merupakan kompetensi terpenting bagi seorang pelatih (Wijanarko, 2009). commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gunarsa (2008) mengemukakan berbagai fungsi dari program latihan untuk atlet. Pertama, program latihan harus digariskan secara jelas mengenai sasaran atau tujuan dari latihan yang diberikan. Misal, seorang atlet taekwondo melakukan latihan pliometrik untuk memperbaiki speednya saat menendang. Kedua, program latihan harus memperhatikan adanya prinsip peningkatan (progressive principle). Artinya, latihan yang diterima oleh atlet bertujuan untuk memperbaiki kesalahan secara gradual atau bertahap. Fungsi ketiga, program latihan dapat mempertimbangkan mengenai variasi yang berhubungan dengan tingkat kejenuhan atau kejemuan atlet. Keempat, program latihan harus memberikan perhatian khusus pada faktor succes and failure, dari faktor ini ada keberhasilan maupun kegagalan, hal ini berkaitan erat dengan kondisi mitra latihan atau sparring partner. Banyak ahli mengatakan bahwa mitra latihan yang paling baik untuk memotivasi atlet adalah atlet lain yang memiliki tingkat kemampuan berada sedikit di atas atlet tersebut. Fungsi terakhir yakni pengadaan catatan pribadi dalam bentuk personal data record. Catatan tersebut berisi mengenai prestasi atlet, apakah prestasinya meningkat atau bahkan mengalami penurunan. Oleh sebab itu, dengan adanya catatan pribadi atlet dapat melakukan analisis diri, dimaksudkan agar atlet dapat mengambil tindakan-tindakan tertentu yang diperlukan untuk memperbaiki atau mengevaluasi performa atlet. Komponen program latihan yang perlu diperhatikan dan dilatihkan secara seksama kepada atlet, yaitu :
commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Teknik Komponen yang merupakan kombinasi dari berbagai gerakan berdasarkan pada jenis cabang olahraga. Komponen ini dipengaruhi oleh berbagai keterampilan dasar, baik bakat yang diperoleh ketika dilahirkan maupun hasil belajar. b. Fisik Komponen yang disusun dan dilaksanakan secara teratur dan sistematis, sehingga latihan dapat membentuk kondisi siap untuk bertanding atau mengeluarkan penampilan sebaik-baiknya. c. Mental / Psikis Komponen yang terdapat dalam diri atlet, meliputi strategi dan taktik bermain (Gunarsa, 2008). Saat pelatih akan menyusun program latihan untuk atlet yang bertujuan meningkatkan kemampuan atlet itu sendiri dalam mencapai prestasi didasarkan pada pedoman penyusunan program latihan. Menurut Suliantoro (2009) beberapa pedoman penyusunan program latihan adalah sebagai berikut : 1) Latihan yang dilakukan dibawah 45 menit tidak bermanfaat untuk program prestasi. Latihan harus dilaksanakan antara 45 s/d 120 menit. 2) Berapa kali latihan dalam seminggu (atau sering disebut sebagai “Frekuensi”) harus berpedoman dengan kenyataan bahwa ketahanan otot adalah maksimal 48 jam setelah latihan untuk waktu untuk latihan berikutnya. 3) Latihan yang terlalu santai, begitu pula jika terlalu berat tidak akan menghasilkan kemajuan penampilan apalagi prestasi. commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Selanjutnya, Soekarman (1987) mengemukakan pedoman umum dalam latihan agar dapat berlatih atau melatih secara baik, yaitu : 1) Kekhususan Latihan harus khusus. Untuk mahir dalam ketrampilan cabang olah raga tertentu, seseorang harus berlatih olah raga itu. Otot-otot yang sama digunakan dan dilatih sesuai dengan cabang olah raga tersebut. 2) Tambah beban (overload principle) Untuk tidak menimbulkan kerusakan dan untuk mencapai derajat kekuatan yang tinggi, beban dinaikkan secara teratur. 3) Hari berat dan santai Latihan harus berat, tetapi diselingi oleh hari yang santai untuk pulih asal. 4) Latihan dan kelebihan latihan (overtraining) Saat latihan, beban harus ditingkatkan sedikit demi sedikit sampai mencapai maksimum. Jangan berlatih melebihi kemampuan. 5) Latihan dasar dan pencapaian puncak Latihan harus dimulai dengan latihan dasar untuk mempersiapkan kondisi. Beban latihan harus ditingkatkan. Sebelum pertandingan dilaksanakan, sebaiknya dilakukan persiapan pencapaian puncak dengan mengurangi beban tetapi meningkatkan intensitas. 6) Kembali asal (reversibility) Setiap hasil latihan jika tidak dipelihara akan kembali ke keadaan semula. Oleh karena itu, setiap atlet harus berlatih terus untuk memelihara kondisinya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
26 digilib.uns.ac.id
Program latihan yang disusun oleh setiap pelatih dalam menangani atletnya sangatlah berbeda, namun pada dasarnya program latihan tersebut memiliki kesamaan tujuan yakni dapat menghasilkan kemajuan atlet. Terdapat tiga macam program latihan yaitu tehnik, fisik, dan mental. Suliantoro (2009) menjelaskan terdapat empat program latihan teknik untuk atlet berprestasi, yakni :
1) Aksi Reaksi a) Berpasangan. Satu orang memegang dua target dan berikan target dengan pancingan. Lakukan sebanyak tiga set dengan lima repetisi. Variasi tendangan berupa dolyo chagi, cangkul, dan narai chagi dengan berbagai bentuk variasi (iddan, mat badak, penta chagi, dll). Lakukan secara bergantian. b) Tiga Orang. Satu orang berada di tengah dan dua orang lainnya di depan serta belakang dengan memegang dua target. Lakukan tendangan dolyo kanan kiri sebanyak 10 set dengan bergantian (semakin cepat semakin baik). 2) Stamina Latihan stamina akan sangat berguna saat atlet bertanding. Daya tahan berupa kekuatan fisik dan kekuatan nafas. Daya tahan fisik maupun pernapasan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan. Latihan stamina: commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a) Loncat gawang peralatan: Paralon yang dibuat seperti gawang dengan ketinggian 30 cm. Paralon bisa diganti dengan menggunakan tas. Stopwatch pelaksanaan: lompatan dengan kedua kaki, lompatan dengan satu kaki, lompatan dengan kaki membentuk lambang nazi. b) Loncat balok peralatan: Menggunakan bangku panjang dengan ketinggian 30 cm. Stopwatch pelaksanaan: lompatan dengan kedua kaki, lompatan dengan satu kaki, lompatan dengan kedua kaki kemudian lompat sekali lagi diatas balok c) Lompat kijang d) Lari Diawali dengan jalan kemudian jogging dan lari sprint.
3) Fight a) Gunakan tekhnik yang benar-benar atlet kuasai. b) Pengaturan jarak. c) Pengaturan dan efektifitas serangan. d) Ritme gerakan (jump) dan pancingan e) Konsentrasi pada sasaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
28 digilib.uns.ac.id
4) Latihan Kombinasi a) Iddan dolyo chagi, mundur nare chagi, dolyo chagi b) Step satu dolyo chagi (aba-aba dan reaksi) c) Step mundur dolyo chagi (aba-aba dan reaksi) d) Dolyo chagi, dwi chagi e) Step mundur dolyo chagi, dwi chagi f) Step mundur dolyo chagi, nare chagi, dwi chagi
Penyusunan program latihan tidak hanya memasukkan unsur tehnik saja. Selain unsur tehnik atlet membutuhkan fisik dan mental yang bagus saat bertanding. Setiap cabang olahraga memiliki tingkat latihan fisik yang berbedabeda, berikut program latihan fisik untuk atlet taekwondo (Suliantoro, 2009) : 1) Pola makan Pola makan menentukan kebugaran para atlet. Jam makan harus tepat. Makan malam tidak boleh lebih dari pukul 19.00 wib, karena akan menjadi lemak. Atlet boleh makan hingga lima kali dalam sehari, sebab semua kalori terbakar dengan menjalani olahraga teratur. Jangan lupa untuk mengkonsumsi Vitamin C, to user karena Vitamin C tidak diproduksicommit oleh tubuh.
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Kelincahan Latihan kelincahan sebaiknya dilakukan secara teratur. Waktu enam kali dalam seminggu. Program latihan menggunakan skipping dengan variasi gaya lompatan, standar seratus kali tanpa putus lalu istirahat sebentar kira-kira 30 detik, kemudian lanjutkan lagi. 3) Kecepatan Gerak dilatih dengan sprint 100 meter, dihitung time nya. Usahakan ada peningkatan waktu tempuh. Bila di hari latihan mampu 17 detik, hari berikutnya harus mampu 16 detik, dan seterusnya. Latihan kecepatan akan menunjang speed atlet dalam menendang dan reflek. 4) Daya tahan otot Tujuan utama dalam berlatih adalah melatih daya tahan otot, bukan membesarkan otot. Bagi atlet dibawah 17 tahun dilakukan dengan push up, standarnya adalah dua puluh lima kali. Lalu istirahat 1 menit, kemudian dilanjutkan dua puluh lima kali lagi dan seterusnya. Intinya bukan berapa banyak push up yang dihasilkan dalam satu hari, tetapi seberapa lama atlet istirahat saat melakukan push up pertama ke push up kedua, ketiga, dan seterusnya. Percuma push up sampai seribu kali, tapi metodenya dicicil pagi, siang, malam. Lebih baik hanya seratus kali namun dilakukan dengan empat kali istirahat dalam waktu 1 menit. Sit up dan back up pun sama dengan uraian di atas. commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Beberapa paham dasar dalam program latihan keterampilan mental untuk atlet (Gunarsa, 2008) adalah : 1) Agar atlet bertanggung jawab terhadap penampilannya sendiri. 2) Agar tertanam rasa harga diri yang semakin besar pada atlet. 3) Agar atlet merasa lebih kompeten. 4) Kualitas psikologi merupakan suatu keterampilan yang dapat dipelajari. 5) Pemahaman terhadap diri sendiri adalah langkah pertama untuk membentuk keterampilan-keterampilan mental. 6) Keterampilan-keterampilan mental tersebut terbentuk melalui latihan yanng sistematik. Orlick dan Partington (dalam Gunarsa, 2008) memberikan contoh topik untuk melaksanakan latihan keterampilan mental, sebagai berikut : 1) Menyusun rencana untuk menghadapi pertandingan. 2) Menyusun rencana setiap kali latihan. 3) Latihan simulasi. 4) Pemupukan atau penguatan kepercayaan diri. 5) Mengarahkan pikiran yang berorientasi pada tugas. 6) Imajeri positif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
31 digilib.uns.ac.id
7) Merencanakan bagaimana mengatasi rintangan. Berdasarkan uraian diatas terdapat tiga macam program latihan untuk atlet berprestasi, yaitu meliputi latihan tehnik, fisik dan keterampilan mental.
c. Persepsi Atlet Taekwondo Junior pada Program Latihan Persepsi merupakan salah satu faktor internal, faktor yang ada dalam diri individu. Persepsi atlet menurut Suranto (dalam Wijanarko, 2009) mengandung unsur-unsur mengamati, mencerna dalam pikiran sesuai dengan pengetahuan atlet dan kemudian menyimpulkan. Selanjutnya, kesimpulan yang muncul sering disebut sebagai tanggapan. Dengan demikian, persepsi atlet sering pula disebut sebagai tanggapan seorang atlet terhadap sesuatu. Program latihan menurut Wijanarko (2009) merupakan alat atau pegangan penting bagi pelatih untuk dijadikan pedoman dalam merencanakan latihan. Tujuan dari program latihan yang direncanakan dan diorganisir secara baik adalah untuk meningkatkan prestasi atlet secara maksimal. Perencanaan program latihan harus didasarkan pada prinsip latihan. Agar keterampilan, kemampuan biomotorik dan aspek mental dapat berkembang secara sistematis, metodis dan berencana, maka seluruh program latihan harus direncanakan secara bertahap. Menurut Sarwono (1999) program latihan untuk atlet juga harus mempunyai sasaran yang tepat atau goal setting. Manfaat dari penentuan sasaran tersebut adalah sebagai motivasi atlet untuk meraih maupun prestasi; sebagai commit to keberhasilan user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pedoman arah kegiatan latihan dan usaha mencapai target latihan; sebagai cambuk agar atlet dapat meraih prestasi lebih tinggi daripada prestasi sebelumnya; sebagai alat pembentuk sikap percaya diri, kemandirian tinggi, pendewasaan berpikir, serta daya juang tinggi; sebagai wahana meningkatkan kemampuan mawas diri terhadap kondisi luar maupun dalam atlet. Pada penelitian Weinberg pada tahun 1993 (dalam Sarwono, 1999) goal setting (menetapkan sasaran) tidak otomatis meningkatkan prestasi atlet, yang lebih penting adalah bagaimana menetapkan sasaran secara efektif untuk setiap atlet dalam tugas dan situasi yang berbeda-beda. Setiap penetapan sasaran harus khusus, yaitu disesuaikan dengan atlet, tugas bertanding, dan situasi bertanding. Persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan adalah penilaian, penafsiran dan pandangan atlet junior terhadap pelaksanaan pedoman latihan yang telah direncanakan oleh pelatih. 2. Aspek – aspek Persepsi pada Program Latihan Persepsi
merupakan
proses
saat
individu
mengorganisasikan
dan
menafsirkan pola stimulus dalam lingkungan. Menurut Walgito (1989) dalam proses persepsi ada tiga komponen yang mendukung, yaitu : a. Komponen kognitif Yaitu unsur pokok dalam penalaran yang diawali dengan adanya pengetahuan tentang baik dan buruk. Adanya pengetahuan itu adalah hasil dari perkembangan struktur kognisi. Komponen kognisi ini berisikan kepercayaan commit to user seseorang dan penalaran pribadi mengenai objek persepsi.
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Atlet dapat berkembang karena adanya penalaran maupun hasil belajar mengenai keterampilan dasar/teknik yang telah atlet peroleh selama latihan. b. Komponen afektif Yaitu menyangkut masalah emosional seseorang terhadap suatu objek persepsi. Perasaan dan pengalaman-pengalaman atau dengan kata lain keadaan pribadi seseorang
yang mempersepsikan
akan berpengaruh dalam seseorang
berpersepsi. Pengalaman atlet akan mengajarkan atlet untuk lebih memahami diri sendiri, menanamkan rasa harga diri yang besar, serta menjaga setiap penampilan atlet saat bertanding. c. Komponen konatif / perilaku Menyangkut sikap serta menunjukkan bagaimana kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang yang berkaitan dengan objek persepsi. Asumsi dasarnya adalah kemampuan berpikir dan perasaan mempengaruhi perilaku. Atlet akan mengontrol perilaku saat melakukan aktivitas latihan maupun saat pertandingan berlangsung yang berhubungan dengan fisik atlet. Berdasarkan proses terjadinya persepsi, Sobur (2003) mengelompokkan persepsi menjadi tiga aspek, yaitu : a. Aspek Kognitif Merupakan aspek yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek yang dipersepsi.
commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Aspek Afektif Afektif berhubungan dengan perasaan seseorang, yaitu perasaan senang dan tidak senang. c. Aspek Konatif Berhubungan dengan tingkah laku seseorang yang berhubungan dengan obyek yang dipersepsikannya. Dari penjelasan diatas aspek persepsi meliputi kognitif, afektif, konatif / perilaku. Gunarsa (2008) mengemukakan tiga komponen program latihan yang perlu diperhatikan dan dilatih secara seksama oleh atlet, yaitu : a. Teknik Komponen yang merupakan kombinasi dari berbagai gerakan berdasarkan pada jenis cabang olahraga. Komponen ini dipengaruhi oleh berbagai keterampilan dasar, baik bakat yang diperoleh ketika dilahirkan maupun hasil belajar. Teknik diatur melalui periodisasi latihan. b. Fisik Komponen yang disusun dan dilaksanakan secara teratur dan sistematis, sehingga latihan dapat membentuk kondisi siap untuk bertanding atau mengeluarkan penampilan sebaik-baiknya. Fisik diatur melalui periodisasi latihan.
commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Mental Komponen yang terdapat dalam diri atlet, meliputi strategi dan taktik bermain. Dibuatnya strategi dan taktik permainan melalui pengembangan karakter serta pemberian motivasi. Dari penjelasan diatas, pada penelitian ini peneliti memodifikasi aspek menurut Walgito (1989) dan komponen program latihan dari Gunarsa (2008), seperti pada tabel berikut :
Tabel 1. Aspek Persepsi Atlet Taekwondo Junior pada Program Latihan diolah atau disarikan oleh peneliti No.
Aspek Persepsi
Aspek Program Latihan Teknik Mempelajari keterampilan dasar
1
Kognitif
Fisik Mempertahankan stamina
a. Belajar teknik b. keseriusan berlatih Persiapan menghadapi Mampu mengontrol pertandingan fisik
2
Afektif
Konasi
a. Memahami diri sendiri b. keyakinan akan kemampuan diri sendiri Mendapat dukungan dari orang sekitar
a. persiapan a. mengontrol fisik menghadapi pertandingan b. kebutuhan sebelum b. perhatian dari bertanding pelatih Menerapkan keterampilan dasar
3
Mental / Psikis Memahami diri sendiri
Menjaga kondisi dan penampilan
Menyusun strategi
a. menjaga kondisi tubuh
a. menyusun strategi sebelum bertanding
b. menjaga penampilan
b. menerapkan strategi saat bertanding
Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa aspek dari persepsi atlet taekwondo junior terhadap program latihan meliputi : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
36 digilib.uns.ac.id
1. Kognitif Teknik Berarti atlet memiliki pengetahuan lebih mengenai keterampilan dasar/teknik, meliputi belajar teknik dan keseriusan berlatih. 2. Kognitif Fisik Atlet mengolah pengetahuan yang didapat untuk menjaga kondisi siap bertanding. 3. Kognitif Psikis/Mental Atlet mengolah pengetahuan yang didapat supaya performa atlet sesuai dengan komponen dalam diri atlet, meliputi keyakinan akan kemampuan diri sendiri dan memahami diri sendiri. 4. Afektif Teknik Atlet dapat menyesuaikan kombinasi gerakan berdasarkan pengalaman bertanding sebelumnya, meliputi persiapan menghadapi pertandingan dan kebutuhan sebelum bertanding. 5. Afektif Fisik Bagaimana atlet mengolah perasaan supaya baik buruk keadaan pribadi atlet berpengaruh positif saat atlet bertanding, meliputi mengontrol fisik dan perhatian dari pelatih. 6. Afektif Psikis Adanya pemberian motivasi dari berbagai pihak di lingkungan latihan, membuat perasaan atlet senang dan bersemangat. 7. Konatif Teknik Atlet dapat menerapkan kombinasi gerakan saat pertandingan berlangsung. commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
8. Konatif Fisik Sikap atlet saat mengeluarkan performa sebaik mungkin, meliputi menjaga kondisi tubuh dan menjaga penampilan. 9. Konatif Psikis Pengembangan
karakter
dapat
mempengaruhi
pribadi
atlet
ketika
berlangsungnya pertandingan, meliputi menyusun strategi sebelum bertanding dan menerapkan strategi saat bertanding.
C. Hubungan Antara Persepsi Atlet Taekwondo Junior pada Program Latihan dengan Motivasi Berprestasi Segala motif seseorang hingga memiliki motivasi untuk melakukan program latihan yang sudah direncanakan dengan baik, sebaiknya berasal dari dalam diri sendiri (Suranto, 2005). Penting bagi seseorang membangkitkan motivasi diri dalam kegiatan olahraga, baik yang dipersiapkan untuk pertandingan maupun tujuan lain, yakni menanamkan pengertian yang berkaitan dengan cabang yang ditekuni atau kegiatan olahraga. Dengan demikian akhirnya diharapkan individuindividu akan dapat menentukan atau menetapkan sendiri tentang target yang ingin dicapai, sehingga sebagai konsekuensi dari target tersebut seseorang akan memiliki kesadaran sepenuhnya harus melakukan latihan secara benar dan teratur. Menurut Aprilanida (2010) tidak terlalu mengherankan apabila dalam suatu kegiatan akan banyak melihat ada individu begitu rajin dan tekun melakukan kegiatan, berusaha mencapai prestasi lebih baik, dan tidak mudah puas dengan hasil yang dicapai, sementara ada pula individu sudah merasa puas dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
38 digilib.uns.ac.id
prestasi yang sedang-sedang saja dan tidak terdorong untuk meraih prestasi lebih baik. Bahkan ada pula individu yang terlihat asal-asalan dalam melakukan kegiatan, mudah putus asa, dan menganggap tugas yang diterima sebagai beban. Kesuksesan dan keberhasilan dalam bidang olahraga hampir disetiap usaha yang dilakukan tidak akan mungkin dicapai oleh atlet junior dengan cara mudah jika atlet junior tidak memiliki motivasi untuk berprestasi. Kegiatan latihan tidak hanya tergantung pada pelatih yang selalu dituntut dapat melatih secara profesional saja, melainkan peran aktif atlet junior dalam proses latihan juga sangat menentukan keberhasilan proses berlatih. Latihan dan melaksanakan tugas dalam pertandingan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh atlet junior. Taekwondo merupakan olahraga berprestasi secara individual, namun membutuhkan adanya suatu motivasi supaya atlet junior mencapai hasil maksimal dalam pertandingan. Istilah motivasi berprestasi itu sendiri sering didengar, dalam olahraga apapun sangat dibutuhkan adanya istilah tersebut supaya individuindividu yang terjun di lingkungan olahraga dapat meraih keberhasilan. Kerja keras atlet junior akan melahirkan perjuangan untuk mencapai apa yang dicitacitakan. Menurut Walgito (1989) faktor internal yang menunjang motivasi berprestasi adalah persepsi. Peran persepsi atlet pada program latihan akan sangat penting menunjang keberhasilan maupun motivasi berprestasi atlet junior, apabila dalam proses latihan menjelang pertandingan atlet junior tidak berlatih sendiri, namun atlet junior membutuhkan partner atau lawan. Seperti analisis eksperimen commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang dikemukakan oleh Davis, Huss dan Backer pada tahun 1995 (dalam Sarwono, 1999), hasilnya adalah bahwa keberadaan lawan (kompetitor) mampu melepaskan energi-energi terpendam dan meningkatkan usaha dalam pertandingan olahraga. Faktor yang melepaskan energi terpendam tersebut dinamakan faktor dynamogenic. Program latihan akan mengantarkan atlet junior mengenal bentuk-bentuk latihan yang direncanakan dan diorganisir pelatih sesuai dengan porsi atlet. Melalui penghayatan dalam program latihan, atlet junior akan memperoleh pengalaman bernilai yang akhirnya membantu meningkatkan kemampuan atlet junior itu sendiri. Kenyataannya, tidak semua atlet junior mampu melaksanakan pedoman dari pelatih tersebut. Saat ditunjuk oleh pelatih untuk melakukan sparing dengan partner masing-masing, atlet junior belum mengeluarkan energi penuh sebab partner merupakan rekan sendiri, berbeda saat diadakan latih tanding dengan dojang atau klub lain, partner yang atlet junior hadapi adalah rekan dari dojang lain. Prakteknya, program latihan masih ada kendala dalam proses berlatih yang membuat motivasi berprestasi atlet junior menurun, kendala tersebut adalah latihan yang berlebih atau overtraining. Penelitian Hollander, Mayers dan Unes tahun 1995 (dalam Sarwono, 1999), latihan yang berlebih atau overtraining memberi dampak negatif baik pada atlet maupun pelatih, yaitu bosan, lelah, motivasi dan kegembiraan menurun, stres, sasaran prestasi tidak tercapai, serta commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terjadi peningkatan kecelakaan. Latihan yang berlebihan ini dapat diatasi dengan merumuskan tujuan, sistem reward dan pengaturan jadwal yang tepat. Berbagai pengalaman mengenai program latihan oleh pelatih akan dapat dimaknai dan dipahami serta bermanfaat atau tidak bagi atlet junior. Melalui persepsi ini atlet akan memberikan pemaknaan tersendiri terhadap program latihan dari pelatih, dapat bersifat positif maupun negatif. Pemaknaan positif pada program latihan nantinya berpengaruh pada keyakinan atlet untuk meraih keberhasilan. Persepsi positif atlet junior terhadap program latihan berarti atlet junior akan memberikan penilaian secara positif atau penilaian baik terhadap pedoman pelatihan yang sudah direncanakan oleh pelatih. Melalui motivasi berprestasi yang dimiliki atlet junior, maka pedoman pelatihan tersebut akan dilaksanakan dengan baik untuk mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan uraian diatas, persepsi yang ada dalam diri atlet junior mampu memberikan penilaian yang baik untuk program latihan dari pelatih, sehingga atlet dapat meraih keberhasilan serta mencapai cita-cita. Selain itu, persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan untuk meraih keberhasilan dan kesuksesan tersebut diperlukan motivasi berprestasi tinggi. D. Kerangka Pemikiran Berdasarkan pada analisis teoritik sebagaimana dipaparkan di atas, maka hubungan antara persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan dengan motivasi berprestasi dapat digambarkan sebagai berikut : commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
persepsi positif
motivasi berprestasi tinggi
persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan persepsi negatif
motivasi berprestasi rendah
Gambar 1 Kerangka Pemikiran E. Hipotesis Berdasarkan uraian diatas dapat diajukan hipotesis penelitian bahwa, “terdapat hubungan antara persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan dengan motivasi berprestasi”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel tergantung : Motivasi Berprestasi. 2. Variabel bebas
: Persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan
B. Definisi Operasional Variabel
1. Motivasi Berprestasi Motivasi berprestasi adalah dorongan untuk mengerjakan sesuatu supaya menjadi lebih kreatif inovatif, membutuhkan umpan balik untuk mengetahui hasil atas tindakan yang dilakukan, memiliki tanggung jawab pribadi, memilih tugas sesuai kemampuan, serta berorientasi pada kesuksesan. Motivasi berprestasi dalam penelitian ini diungkap dengan menggunakan Skala Motivasi Berprestasi yang dimodifikasi oleh peneliti berdasar dari aspek menurut McClelland (1987). Semakin tinggi skor yang diperoleh, berarti semakin tinggi motivasi berprestasi, begitu juga sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh, berarti semakin rendah motivasi berprestasi.
commit to user
42
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Persepsi Atlet Taekwondo Junior pada Program Latihan Persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan adalah penilaian, penafsiran dan pandangan atlet junior secara kognitif teknik, kognitif fisik, kognitif mental, afektif teknik, afektif fisik, afektif mental, konasi teknik, konasi fisik, konasi mental terhadap pelaksanaan pedoman latihan yang telah direncanakan oleh pelatih. Persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Skala Persepsi Atlet Taekwondo Junior pada Program Latihan yang disusun oleh peneliti berdasar dari aspek menurut Walgito (1989) dan Gunarsa (2008). Semakin tinggi skor yang diperoleh responden penelitian, berarti semakin positif pula persepsi pada program latihan yang dimiliki oleh atlet, begitu juga sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh berarti semakin negatif persepsi pada program latihan yang dimiliki oleh atlet.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah atlet taekwondo junior Kota Surakarta yang berjumlah 50 atlet, terdiri dari tiga dojang (tempat latihan taekwondo), antara lain dojang PMS (Perkumpulan Masyarakat Surakarta), dojang Koguryu Manahan dan dojang Power Sport. Populasi diambil dari tiga dojang, sebab tiga dojang tersebut memiliki atlet junior dalam jumlah banyak dan atlet berkualitas. Populasi diambil pada atlet junior karena atlet junior mengalami masa kepribadian commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang labil, dalam artian kondisi pribadi remaja masih goyah dan belum stabil, seperti ciri-ciri masa remaja. Latihan reguler rata-rata diadakan tiga kali dalam seminggu, kemudian menjelang kejuaraan latihan rutin diadakan tujuh kali dalam seminggu. Pemilihan populasi didasarkan atas ciri-ciri yang telah ditetapkan oleh peneliti agar sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dicapai, yang meliputi beberapa hal sebagai berikut : a. Atlet junior usia 13-18 tahun b. Merupakan atlet taekwondo Kota Surakarta c. Atlet aktif mengikuti latihan.
2. Sampel Penelitian ini menggunakan seluruh populasi sebagai sampel karena terbatasnya jumlah sampel jika pengambilan dilakukan secara random. Menurut Arikunto (2002) apabila responden kurang dari 100 orang, maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Oleh karena itu, jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sama dengan jumlah populasi yaitu seluruh atlet taekwondo junior kota Surakarta berjumlah 50 orang.
commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Metode Pengumpulan Data 1. Sumber Data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua sumber data, yakni data primer dan data sekunder. a. Data Primer Data primer diperoleh langsung di Pengkot TI (Pengurus Kota Taekwondo Indonesia) Surakarta. Data primer tersebut berupa respons atau tanggapan atlet junior Taekwondo Kota Surakarta dari skala Motivasi Berprestasi dan Skala Persepsi Atlet Taekwondo Junior pada Program Latihan. b. Data Sekunder Data sekunder diperoleh melalui observasi, interviu dan arsip dokumentasi dari dojang-dojang (tempat latihan taekwondo) responden penelitian.
2. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan dua macam skala yang diadaptasi dan dimodifikasi oleh peneliti, yaitu skala motivasi berprestasi dan skala persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan. Kedua skala dipisahkan menjadi pernyataan favourable dan pernyataan unfavourable. Sistem penilaian (scoring) dalam skala penelitian ini menggunakan model Likert (Azwar, 2007) yang telah dimodifikasi dengan empat alternatif jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Pada modifikasi ini masingmasing skala dipisahkan menjadi pernyataan favourable dan pernyataan unfavourable. Distribusi skor subjek dapat dilihat pada tabel berikut: commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 2 Penilaian Pernyataan Favourable dan Pertanyaan Unfavourable Kategori Jawaban SS (Sangat Sesuai) S (Sesuai) TS (Tidak Sesuai) STS (Sangat Tidak Sesuai)
Favourable Unfavourable 4 3 2 1
1 2 3 4
Pernyataan favourable dinilai dari 4-1, sedangkan pernyataan unfavourable dinilai dari 1-4. Bentuk skoring dalam skala ini menggunakan empat alternatif jawaban yaitu: SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak Sesuai), dengan tidak menggunakan alternatif jawaban ragu-ragu karena jawaban tersebut merupakan jawaban yang mengambang atau tidak berpendapat (netral merupakan kecenderungan responden untuk memilihnya), sehingga hal ini sedapat mungkin untuk dihindari.
a. Motivasi Berprestasi Skala Motivasi Berprestasi
yang digunakan dalam penelitian ini
dimodifikasi oleh peneliti. Skala ini terdiri dari 30 butir aitem yang terdiri dari 15 aitem pernyataan favourable dan 15 pernyataan unfavourable. Skala Motivasi Berprestasi disusun Fadhilah (2011) yang kemudian dimodifikasi oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek dari McClelland (1987), meliputi : kreatif dan inovatif, ukuran atas hasil dan umpan balik, tanggung jawab pribadi, pemilihan tugas, berorientasi sukses. Alasan menggunakan skala terpakai ini karena sudah teruji dengan validitas nilai r antara 0,193-0,688 dan reliabilitas sebesar 0,884. Namun karena adanya beberapa modifikasi yang dilakukan oleh peneliti maka skala ini commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
masih harus di try out kan lagi untuk memperoleh validitas dan reliabilitas yang baru. Tabel 3 Blueprint Skala Motivasi Berprestasi
No 1
2
3
4
5
Aspek
Indikator
Original atau asli Kreatif dan inovatif Suka hal yang berbeda dan unik Feedback Hasil dari tindakan Ukuran hasil dan Evaluasi kegagalan dan umpan balik berpatokan pada prestasi yang diraih Tidak mengabaikan kepentingan orang lain Tanggung jawab Berani menanggung pribadi akibat dari apa yang dilakukan Memilih tugas berisiko sedang tugas yang menantang Pemilihan tugas tugas yang memperlihatkan keunggulan Optimis Orientasi Sukses Kerja keras Tekun dan ulet Total
Item favourable unfavourable 16 9
Jumlah F 2
5, 27
20
3
19 10
2 15, 28
2 3
% 16,67
23,33 1
22
2
13
6
2 13,33
21
11
2
12, 29
4
3
25
23
2
7
18
2
24 3 17 15
26 14, 30 8 15
2 3 2 30
23,33
23,33 100%
b. Persepsi Atlet Taekwondo Junior pada Program Latihan Skala Persepsi Atlet Taekwondo Junior pada Program Latihan yang digunakan dalam penelitian ini disusun oleh peneliti. Skala ini terdiri dari 36 butir commit to user aitem. Skala Persepsi Atlet Taekwondo pada Program Latihan disusun oleh
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
peneliti berdasar dari aspek menurut Walgito (1989) dan komponen program latihan dari Gunarsa (2008), meliputi : kognitif teknik, kognitif fisik, kognitif mental, afektif teknik, afektif fisik, afektif mental, konasi teknik, konasi fisik, konasi mental.
Tabel 4 Blueprint Skala Persepsi Atlet Taekwondo Junior pada Program Latihan
Item Favourabel Unfavourabel Belajar teknik 19 10 1 Kognitif teknik Keseriusan berlatih 1 28 2 Kognitif fisik Mempertahankan stamina 2, 20 11, 29 Memahami diri sendiri 3 12 3 Kognitif mental Keyakinan akan kemampuan diri sendiri 21 30 Persiapan menghadapi pertandingan 4 13 4 Afektif teknik Kebutuhan sebelum bertanding 22 31 5 Afektif fisik Mengontrol fisik 5 14 Perhatian dari pelatih 23 32 6 Afektif mental Mendapat dukungan dari orang sekitar 6, 24 15, 33 7 Konatif teknik Penerapan keterampilan dasar 7, 25 16, 34 Menjaga kondisi tubuh 8 17 8 Konatif fisik Menjaga penampilan 26 35 Menyusun strategi sebelum bertanding 9 18 9 Konatif mental Menerapkan strategi saat bertanding 27 36 Total 18 18
No
Aspek
Indikator
commit to user
Jumlah F
%
4
11,11
4
11,11
4
11,11
4
11,11
4
11,11
4 4
11,11 11,11
4
11,11
4
11,11
36
100
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas Untuk menguji validitas skala digunakan review professional judgment oleh pembimbing. Skala dalam penelitian ini akan diuji daya beda itemnya dengan menggunakan korelasi corrected item-total correlation. Adapun rumusnya yaitu: ri(x-i) =
(Azwar, 2008)
keterangan : ri(x-1) = koefisien korelasi item-total setelah dikoreksi dari efek spurious overlap rix
= koefisien korelasi item-total sebelum dikoreksi = standar deviasi skor item yang bersangkutan = standar deviasi skor total
Perhitungan selengkapnya menggunakan bantuan komputer program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0.
2. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menghitung koefisien Cronbach’s Alpha dari tiap-tiap instrument suatu variabel. Adapun rumusnya yaitu:
α=
(Azwar, 2008)
keterangan : α
= koefisien reliabilitas alpha
k
= banyaknya belahan
s2 j
= varians skor belahan
sx2
= varians skor total
commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perhitungan
uji
reliabilitas
skala
selengkapnya
dihitung
dengan
menggunakan bantuan program komputer Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0.
F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis product moment. Penggunaan teknik ini dengan alasan bahwa dalam penilitian terdapat satu variabel bebas yaitu persepsi atlet taekwondo terhadap program latihan dan satu variabel tergantung yaitu motivasi berprestasi. Adapun rumusnya yaitu: Rxy =
(Azwar, 2008)
keterangan : x = skor responden pada pernyataan tertentu y = skor responden pada skala sikap n = banyaknya responden keseluruhan Perhitungan selengkapnya menggunakan bantuan komputer program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0. Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam uji hipotesis adalah uji asumsi dasar. Uji asumsi dasar dilakukan untuk mengetahui apakah dua variabel dalam penelitian ini memenuhi persyaratan korelasi berupa sebaran normal dan hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung terikat bersifat linier. commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a.
Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel yang digunakan
dalam penelitian ini telah terdistribusi secara normal. Pengujiannya dapat dilihat dari tabel uji normalitas data dengan menggunakan One-Sample KolmogorovSmirnov Test. b.
Linearitas Pengujian linieritas dimaksudkan untuk mengetahui linieritas hubungan
antara variabel bebas dengan variabel tergantung, selain itu uji linieritas ini juga diharapkan dapat mengetahui taraf signifikansi penyimpangan dari linieritas hubungan tersebut. Apabila penyimpangan yang ditemukan tidak signifikan, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung adalah linier (Sutrisno, 2004). Uji linieritas hubungan ini menggunakan teknik compare means test for linierity.
commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Penelitian Persiapan penelitian di awali dengan menentukan lokasi yang akan dijadikan tempat penelitian. Lokasi pelaksanaan penelitian dilakukan di tiga dojang (tempat latihan taekwondo), antara lain dojang PMS yang beralamat di Jl. Juanda, dojang Koguryo beralamat di Manahan, dan dojang Power Sport beralamat di Semanggi. Taekwondo diperkenalkan di Solo tahun 1978, setelah kota Semarang tahun 1976. Taekwondo Kota Surakarta banyak memberikan kontribusi atlet bagi tim Jawa Tengah dan Surakarta sendiri baik di Event Kejuaraan Daerah maupun Nasional. Taekwondo Kota Surakarta mendidik Taekwondoin dalam pengembangan diri sehingga dapat menciptakan insan beladiri yang cakap baik secara mental, spiritual, emotional, berprestasi disegala hal dan akan membawa insan Indonesia yang tangguh, disiplin, berjiwa besar, mencintai dan bangga dengan Negara dan Bangsa Indonesia.
Hingga saat ini Taekwondo Surakarta mengembangkan
olahraga beladiri di berbagai tempat (taekwondosolo.blogspot.com), diantaranya ada di Tabel 5 :
commit to user
53
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Tabel 5. Nama dojang (tempat latihan Taekwondo) di Surakarta Tempat Latihan No Tempat Latihan PMS (Perkumpulan Masyarakat 9. Power Sport Surakarta) Koguryo Manahan 10. HHH SKB (Sanggar Kartika Buana) 11. BMI King 12. UNS (Universitas Sebelas Maret) Pajang 13. UTP (Universitas Tunas Pembangunan) Mojosongo 14. SD Negeri Cemara Dua BTC 15. SMA Negeri 4 Golden 16. SDII Al Abidin Metode pelatihan diberikan sesuai dengan minat dan bakat jeja (murid
taekwondo), nantinya akan ditempatkan pada kelas yang sesuai dengan kemampuan jeja. Taekwondo Kota Surakarta terdapat beberapa kelas yakni seni (poomsae), pertarungan (kyorugi), dan demonstration (aplikasi dari seni, pertarungan, dance dan pemecahan benda keras atau kyukpa), kemudian masingmasing kelas dibekali dengan beladiri praktis. Atlet pada olahraga beladiri taekwondo terdapat 3 kelompok usia, yaitu pra junior (kelompok usia dibawah 13 tahun), junior (kelompok usia 13-18 tahun), dan senior (kelompok usia diatas 18 tahun) (Suryadi, 2002). Pelatih di Surakarta sendiri terdapat 23 dewan sabuk hitam, 22 sabuk hitam DAN I (tingkat 1) sampai DAN IV (tingkat 4) dan satu pelatih utama penyandang sabuk hitam DAN VI Kukkiwon
(tingkat
6
Internasional)
dengan
sebutan
“Master”
(taekwondosolo.blogspot.com). Eksistensi taekwondo Surakarta di tingkat daerah maupun nasional semakin baik. Ini ditandai dengan setiap kejuaraan daerah peringkat taekwondo Surakarta commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diatas, di tingkat nasional Kota Surakarta cukup membanggakan, meski mendapat persaingan ketat dari daerah lain seperti Jakarta, Cibinong dan Lumajang. Beberapa atlet Kota Surakarta kelompok usia junior maupun senior saat ini berada di Pelatda Jawa Tengah dan Pelatnas untuk persiapan kejuaraan-kejuaraan nasional.
2. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian dilakukan agar penelitian dapat berjalan dengan lancar, terarah, dan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Persiapan ini meliputi persiapan administrasi dan alat ukur. a. Persiapan Administrasi Persiapan administrasi penelitian meliputi seluruh perizinan yang diajukan oleh peneliti kepada pihak-pihak yang terkait dengan penelitian yang meliputi: 1) Peneliti meminta surat pengantar dari Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang ditujukan kepada Ketua Pengkot TI (Pengurus Kota Taekwondo Indonesia) Surakarta dengan nomor surat 936/UN27.06.7.1/TU/2011. 2) Mengajukan surat izin penelitian kepada Ketua Pengkot TI (Pengurus Kota Taekwondo Indonesia) Surakarta. 3) Setelah mendapatkan izin, penelitian dapat segera dilakukan dengan jadwal yang peneliti tentukan sendiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
56 digilib.uns.ac.id
b. Persiapan Alat Ukur Alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah skala psikologi yang terdiri dari Skala Motivasi Berprestasi dan Skala Persepsi Atlet Taekwondo Junior Pada Program Latihan. Skala Motivasi Berprestasi dibuat berdasarkan aspek-aspek motivasi berprestasi menurut McClelland (1987) yaitu kreatif dan inovatif, ukuran atas hasil dan umpan balik, tanggung jawab pribadi, pemilihan tugas, berorientasi sukses. Skala ini terdiri dari 30 butir aitem yang terdiri dari 15 aitem penyataan favorable dan 15 aitem pernyataan unfavorable. Skala Persepsi Atlet Taekwondo Junior Pada Program Latihan dibuat berdasarkan aspek menurut Walgito (1989) dan komponen program latihan dari Gunarsa (2008), meliputi : kognitif teknik, kognitif fisik, kognitif mental, afektif teknik, afektif fisik, afektif mental, konasi teknik, konasi fisik, konasi mental. Skala ini terdiri dari 36 butir aitem yang terdiri dari 18 aitem penyataan favorable dan 18 aitem pernyataan unfavorable.
3. Pelaksanaan Uji coba Penelitian Skala penelitian diujicobakan kepada sekelompok responden yang mempunyai karakteristik setara dengan subjek yang hendak dikenai penelitian itu nantinya (Azwar, 2008). Uji coba dilaksanakan pada tanggal 16-23 Januari 2012 pada atlet taekwondo junior di dojang (tempat latihan taekwondo) PMS dan Koguryu. Jumlah atlet yang melakukan uji coba adalah 20 orang, dari 20 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
57 digilib.uns.ac.id
eksemplar yang dibagikan, yang terkumpul dan memenuhi syarat untuk dilakukan skoring kemudian diuji validitas dan reliabilitasnya adalah sebanyak 20 eksemplar.
4. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Perhitungan validitas aitem untuk Skala Motivasi Berprestasi dan Skala Persepsi Atlet Taekwondo Junior Pada Program Latihan dilakukan dengan pemilihan aitem berdasarkan koefisien korelasi aitem total. Uji validitas ini akan menentukan aitem yang gugur atau valid. Keterangan mengenai aitem yang valid dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi aitem total. Menurut azwar (2008), kriteria pemilihan aitem berdasar korelasi aitem total, biasanya digunakan batasan minimal rix ≥ 0,30 dianggap memuaskan. Namun bila jumlah jumlah aitem yang lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan maka batasan minimal dapat diturunkan menjadi 0,25. Selanjutnya reliabilitas dihitung dengan teknik analisis reliabilitas Cronbach’s Alpha. Perhitungan validitas dan reliabilitas skala pada pendekatan ini menggunakan program analisis validitas dan reliabilitas butir program statistik SPSS 16.0 for Windows. a. Skala Motivasi Berprestasi Hasil uji validitas Skala Motivasi Berprestasi dapat diketahui bahwa dari 30 aitem yang diujicobakan, ada 16 aitem yang dinyatakan gugur, sedangkan reliabilitas skala yang ditunjukkan dengan koefisien Alpha sebesar 0,688. Dikarenakan banyaknya aitem yang gugur dan reliabilitas skala kurang baik, maka dilakukan uji coba penelitian ulang untuk menaikkan reliabilitas skala. Dari 30 commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
aitem yang diujicoba ulang, ada 30 aitem yang valid, yaitu aitem nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, dan 30; nilai validitas skala bergerak dari 0,452 – 0,873, sedangkan reliabilitas skala yang ditunjukkan dengan koefisien Alpha sebesar 0,962. Dengan demikian, Skala Motivasi Berprestasi ini dianggap andal sebagai alat ukur penelitian. Perincian aitem yang valid dan gugur dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini. Tabel 6. Distribusi Aitem Skala Motivasi Berprestasi yang Valid dan Gugur No
Aspek
1
Kreatif dan inovatif
2
3
4
5
Indikator Original atau asli Suka hal yang berbeda dan unik Feedback
No Item Valid Gugur 9, 16 −
Jumlah Valid Gugur 2 0
Total 5
5, 20, 27 2, 19 15, 28, 10
Hasil dari tindakan Ukuran hasil dan umpan balik Evaluasi kegagalan dan berpatokan pada prestasi 1, 22 yang diraih Tidak mengabaikan 6, 13 kepentingan orang lain Tanggung jawab Berani menanggung pribadi 11, 21 akibat dari apa yang dilakukan Memilih tugas berisiko sedang 4, 12, 29 tugas yang menantang 23, 25 Pemilihan tugas tugas yang memperlihatkan 7, 18 keunggulan Optimis 24, 26 Orientasi Sukses Kerja keras 3, 14, 30 Tekun dan ulet 17, 18 Total 30 commit to user
− −
3 2
0 0
−
3
0 7
−
2
0
−
2
0 4
−
2
0
− −
3 2
0 0
−
2
0
− − − 0
2 3 2 30
0 0 0 0
7
7 30
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Skala Persepsi Atlet Taekwondo Junior Pada Program Latihan Hasil uji validitas Skala Persepsi Atlet Taekwondo Junior Pada Program Latihan dapat diketahui bahwa dari 36 aitem yang diujicobakan, ada 6 aitem yang dinyatakan gugur, yaitu aitem nomor 9, 12, 16, 17, 22 dan 30, sedangkan jumlah aitem yang valid sebanyak 30 aitem. Aitem-aitem yang valid, yaitu aitem nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 13, 14, 15, 18, 19, 20, 21, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 33, 34, 35 dan 36; nilai validitas skala bergerak dari 0,302 – 0,886, sedangkan reliabilitas skala yang ditunjukkan dengan koefisien Alpha sebesar 0,949. Dengan demikian, Skala Persepsi Atlet Taekwondo Junior Pada Program Latihan ini dianggap andal sebagai alat ukur penelitian. Perincian aitem yang valid dan gugur dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini. Tabel 7. Distribusi Aitem Skala Persepsi Atlet Taekwondo Junior Pada Program Latihan yang Valid dan Gugur
No 1 2 3 4 5 6
No Item Valid Gugur Belajar teknik 19, 10 − Kognitif teknik Keseriusan berlatih 1, 28 − 2, 11, 20, Kognitif fisik Mempertahankan stamina − 29 Memahami diri sendiri 3 12 Kognitif mental Keyakinan akan kemampuan diri sendiri 21 30 Persiapan menghadapi pertandingan 4, 13 − Afektif teknik Kebutuhan sebelum bertanding 31 22 Mengontrol fisik 5, 14 − Afektif fisik 23, 32 Perhatian dari pelatih − 6, 15, 24, Afektif mental Mendapat dukungan dari orang sekitar − 33 Aspek
Indikator
commit to user
Jumlah Valid Gugur 2 0 2 0 4
0
1 1 2 1 2 2
1 1 0 1 0 0
4
0
Total 4 4 2 3 4 4
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
No Item Valid Gugur 7 Konatif teknik Penerapan keterampilan dasar 7, 25, 34 16 Menjaga kondisi tubuh 8 17 8 Konatif fisik Menjaga penampilan 26, 35 − Menyusun strategi sebelum bertanding 18 9 9 Konatif mental Menerapkan strategi saat bertanding 27, 36 − Total 30 6
No
Aspek
Indikator
Jumlah Valid Gugur 3 1 1 1 2 0 1 1 2 0 30 6
Total 3 3 3 30
5. Distribusi Ulang Alat Ukur untuk Penelitian Setelah melakukan uji validitas dan reliabilitas, langkah selanjutnya butirbutir aitem yang valid dipergunakan untuk mengambil data penelitian yang sesungguhnya, sedangkan butir-butir yang gugur tidak diikutsertakan dalam pengambilan data yang sesungguhnya. Adapun distribusi ulang skala untuk penelitian dapat dilihat pada Tabel 8 dan Tabel 9. Tabel 8. Distribusi Ulang Aitem Skala Motivasi Berprestasi Item No Aspek Indikator favourable unfavourable Original atau asli 16 (22) 9 (13) 1 Kreatif dan inovatif Suka hal yang berbeda 5 (18), 27 (6) 20 (17) dan unik Feedback 19 (28) 2 (20) 15 (29), 28 Hasil dari tindakan 10 (2) Ukuran hasil dan (11) 2 umpan balik Evaluasi kegagalan dan berpatokan pada prestasi 1 (8) 22 (27) yang diraih Tidak mengabaikan 13 (16) 6 (1) kepentingan orang lain Tanggung jawab 3 Berani menanggung pribadi akibat dari apa yang 21 (3) 11 (23) dilakukan commit to user
Jumlah F 2 3
% 16,67
2 3 23,33 2 2 13,33 2
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
No
4
5
Aspek
Indikator
Memilih tugas berisiko sedang tugas yang menantang Pemilihan tugas tugas yang memperlihatkan keunggulan Optimis Orientasi Sukses Kerja keras Tekun dan ulet Total
favourable 12 (26), 29 (12) 25 (14)
Item unfavourable
Jumlah F
%
4 (7)
3
23 (5)
2
7 (24)
18 (15)
2
24 (10) 3 (19) 17 (30) 15
26 (9) 14 (25), 30 (4) 8 (21) 15
2 3 2 30
23,33
23,33 100%
Keterangan: nomor dalam tanda kurung ( ) adalah nomor baru untuk penelitian
Tabel 9. Distribusi Ulang Aitem Skala Persepsi Atlet Taekwondo Junior Pada Program Latihan
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Item Favourabel Unfavourabel Belajar teknik 19 (15) 10 (4) Kognitif teknik Keseriusan berlatih 1 (1) 28 (22) 11 (14), 29 Kognitif fisik Mempertahankan stamina 2 (5), 20 (27) (10) Memahami diri sendiri 3 (9) Kognitif mental Keyakinan akan kemampuan diri sendiri 21 (30) Persiapan menghadapi pertandingan 4 (11) 13 (2) Afektif teknik Kebutuhan sebelum bertanding 31 (12) Mengontrol fisik 5 (19) 14 (17) Afektif fisik Perhatian dari pelatih 23 (3) 32 (26) Afektif mental Mendapat dukungan dari orang sekitar 6 (25), 24 (16) 15 (6), 33 (20) Konatif teknik Penerapan keterampilan dasar 7 (13), 25 (29) 34 (24) Menjaga kondisi tubuh 8 (21) Konatif fisik Menjaga penampilan 26 (8) 35 (28) Menyusun strategi sebelum bertanding 18 (18) Konatif mental Menerapkan strategi saat bertanding 27 (23) 36 (7) Total 16 14 Aspek
Indikator
Jumlah F
%
4
11,11
4
11,11
2
11,11
3
11,11
4
11,11
4 3
11,11 11,11
3
11,11
3
11,11
30
100
Keterangan: nomor dalam tanda kurung ( ) adalah nomor baru untuk penelitian commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Pelaksanaan Penelitian
1. Penentuan Sampel Penelitian Sampel dalam penelitian ini adalah atlet taekwondo junior Kota Surakarta yang berjumlah 50 atlet. Merupakan atlet taekwondo Kota Surakarta dan aktif mengikuti latihan. 2. Pengumpulan Data Proses pengambilan sampel penelitian dilaksanakan di dojang (tempat latihan taekwondo) PMS, Koguryu dan Power Sport, Surakarta. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 9-18 April 2012. Pengumpulan data dengan menggunakan alat ukur berupa Skala Motivasi Berprestasi terdiri dari 30 aitem dan Skala Persepsi Atlet Taekwondo Junior Pada Program Latihan yang terdiri dari 30 aitem. Kedua skala tersebut tersebut diberikan secara langsung dan pengambilan skala dilakukan pada tanggal 18 April 2011. Data penelitian yang diperoleh sebanyak 50 eksemplar. 3. Pelaksanaan Skoring Skala penelitian yang telah terkumpul, lantas di skor sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya, cara pemberian skor Skala Motivasi Berprestasi dan Skala Persepsi Atlet Taekwondo Junior Pada Program Latihan pada pernyataan favorable adalah 4 untuk pilihan jawaban Sangat Sesuai (SS), 3 untuk pilihan Sesuai (S), 2 untuk pilihan jawaban Tidak Sesuai (TS) dan 1 untuk Sangat Tidak Sesuai (STS). Skor pada pernyataan unfavorable adalah 1 untuk pilihan jawaban Sangat Sesuai (SS), 2 untuk pilihan jawaban Sesuai (S), 3 untuk commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pilihan jawaban Tidak Sesuai (TS) dan 4 untuk pilihan jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS). Kemudian skor yang diperoleh dari responden penelitian dijumlahkan untuk tiap-tiap skala. Total skor skala yang diperoleh dari responden penelitian ini dipakai dalam analisis data.
C. Analisis Data 1. Uji Asumsi Dasar a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk
mengetahui tingkat kenormalan data
(Priyatno, 2009). Data yang diuji adalah sebaran data pada Skala Motivasi Berprestasi dan Skala Persepsi Atlet Taekwondo Junior Pada Program Latihan. Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan teknik One Kolmogorov Smirnov Test (ks-z) dengan menggunakan bantuan komputasi Statistical Product and Servise Solution (SPSS) for Windows Release 16.0 (Priyatno, 2009). Tabel 10. Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test y N Normal Parametersa Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
50 93.62 9.100 .135 .135 -.093 .956 .321
ket : y : Motivasi Berprestasi x : Persepsi Atlet Taekwondo Junior Pada Program Latihan commit to user
x 50 98.48 10.422 .144 .095 -.144 1.015 .254
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Uji normalitas sebaran dengan teknik One Kolmogorov Smirnov Test (ks-z) ini dikatakan normal jika p > 0,05. Uji normalitas pada variabel motivasi berprestasi diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,321 (p > 0,05). Uji normalitas pada variabel persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan diperoleh nilai signifikansi 0,254 (p > 0,05). Berdasarkan keterangan tabel di atas bisa diketahui bahwa variabel motivasi berprestasi dan persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan sebaran normal.
b. Uji Linieritas Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui bentuk linieritas hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung. Pengujian linieritas dalam penelitian ini menggunakan test for linierity dengan bantuan komputer program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linier bila signifikansi (pada kolom linierity) kurang dari 0,05 (Priyatno, 2009). Uji linieritas hubungan antara persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan dan motivasi berprestasi diperoleh Sig. pada kolom Linierity sebesar 0,000 (p < 0,05). Dapat dilihat dari tabel di bawah ini, diketahui bahwa hubungan antara masing-masing variabel bebas dengan variabel tergantung bersifat linier. Hasil uji linieritas selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 11. Hasil Uji Linieritas antara Variabel Persepsi Atlet Taekwondo Junior Pada Program Latihan dengan Variabel Motivasi Berprestasi ANOVA Table Sum of Squares y*x
Between Groups
(Combined)
Linearity Deviation from Linearity Within Groups Total
df
Mean Square
F
Sig.
2408.830
22
109.492
1.793
.075
1143.580
1
1143.580
18.725
.000
1265.250
21
60.250
.987
.506
1648.950 4057.780
27 49
61.072
ket : y : Motivasi Berprestasi x : Persepsi Atlet Taekwondo Junior Pada Program Latihan
2. Uji Hipotesis Langkah selanjutnya setelah uji asumsi adalah melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Pengujian dilakukan dengan teknik korelasi Product Moment Pearson untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua variabel tersebut dan untuk mengetahui arah hubungan yang terjadi. Hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 12. Hasil Analisis Korelasi Bivariate Pearson Correlations Correlations y y
x
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
x 1 50 .531** .000 50
.531** .000 50 1 50
ket : y : Motivasi Berprestasi x : Persepsi Atlet Taekwondo Junior Pada Program Latihan Menurut Priyatno (2009), nilai korelasi ( r ) berkisar antara 1 sampai -1, nilai semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan antar dua variabel makin kuat, commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebaliknya nilai mendekati 0 berarti hubungan antar dua variabel semakin lemah. Nilai positif menunjukkan hubungan searah (X naik maka Y naik) dan nilai negatif menunjukkan hubungan terbalik (X naik maka Y turun). Hasil analisis menunjukkan bahwa besarnya koefisisen korelasi antara variabel persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan dan motivasi berprestasi pada atlet taekwondo junior Kota Surakarta ialah sebesar 0,531 dengan nilai Sig. 0,000
(p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian
diterima, sehingga dapat dinyatakan bahwa ada hubungan positif yang kuat antara persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan dengan motivasi berprestasi. Nilai r yang positif (+) menunjukkan arah hubungan ini yang bersifat positif.
3. Kontribusi Persepsi Atlet Taekwondo Junior pada Program Latihan terhadap Motivasi Berprestasi Kontribusi persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan terhadap motivasi berprestasi dapat diketahui dengan melihat koefisien determinan, yaitu R² (R Square). Nilai R² yang dicari dengan menggunakan perhitungan SPSS, menghasilkan angka R² = 0,282, atau dapat dikatakan bahwa kontribusi persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan terhadap motivasi berprestasi pada atlet taekwondo Kota Surakarta ialah sebesar 28,2%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 13. Kontribusi Persepsi Atlet Taekwondo Junior pada Program Latihan terhadap Motivasi Berprestasi Measures of Association R R Squared Eta Eta Squared y*x .531 .282 .770 .594
4. Analisis Deskriptif Analisis deskripstif dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum mengenai kondisi persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan dan motivasi berprestasi pada subjek yang diteliti. Selain itu analisis deskriptif juga dapat memberikan gambaran tentang ringkasan data penelitian. Berikut ini akan disajikan deskripsi data penelitian dan subjek penelitian pada Tabel 14. Tabel 14. Hasil Analisis Deskriptif
Skala y
Jml Sbj 50
x
50
Data Hipotetik Skor Skor Min Maks 30 120 30
120
Data Empirik M
SD 15
Skor Min 74
Skor Maks 112
75 75
15
59
115
Keterangan : Jml : Jumlah Min : Minimal Maks : Maksimal M : Mean/Rerata SD : Standar Deviasi y : Motivasi Berprestasi : Persepsi Atlet Taekwondo Junior Pada Program Latihan x
commit to user
M
SD
93.62
9.100
98.48
10.422
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan tabel statistik diatas, kemudian dilakukan ketegorisasi subjek secara normatif guna memberikan interpretasi terhadap skor skala. Kategorisasi yang digunakan adalah kategorisasi jenjang yang berdasarkan pada model distribusi normal. Tujuan dari kategorisasi ini adalah menempatkan subjek ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang di ukur (Azwar, 2008). Kontinum jenjang ini akan di bagi menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Norma kategorisasi yang digunakan adalah sebagai berikut : X < (M + 1 . SD) : Rendah (M – 1 . SD) ≤ X < (M + 1 . SD)
: Sedang
(M – 1 . SD) ≤ X
: Tinggi
Keterangan: X
: skor skala
M
: mean atau nilai rata-rata
SD
: standar deviasi
Tabel 15. Kategorisasi Subjek Berdasar Skor Skala Penelitian Kategorisasi Komposisi Variabel Kategori Skor Jumlah Prosentase Rendah X < 60 0 0% y Sedang 60 ≤ X < 90 15 30% Tinggi 90 ≤ X 35 70% Rendah X < 60 0 0,00% x Sedang 60 ≤ X < 90 9 18,00% Tinggi 90 ≤ X 41 82,00% ket : y : Motivasi Berprestasi x : Persepsi Atlet Taekwondo Junior Pada Program Latihan
commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Motivasi Berprestasi Skala Motivasi Berprestasi akan dikategorikan untuk mengetahui tinggi rendahnya nilai responden. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dari 50 responden penelitian, 70% berada dalam level motivasi berprestasi yang tinggi, 30% level motivasi berprestasi sedang, dan tidak ada yang memiliki tingkat motivasi berprestasi yang rendah. Berdasarkan data tersebut, sampel penelitian rata-rata memiliki tingkat motivasi berprestasi yang tinggi.
b. Persepsi Atlet Taekwondo Junior Pada Program Latihan Skala Persepsi Atlet Taekwondo Junior Pada Program Latihan akan dikategorikan untuk mengetahui tinggi rendahnya nilai responden. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dari 50 responden penelitian, 82% berada dalam level persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan yang tinggi, 18% level persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan sedang, dan tidak ada yang memiliki tingkat persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan yang rendah. Berdasarkan data tersebut, sampel penelitian rata-rata memiliki tingkat persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan yang tinggi. Analisis deskripsi tambahan responden penelitian ini memberikan gambaran tambahan mengenai pengaruh jenis kelamin dan usia responden penelitian terhadap hasil pengukuran tingkat motivasi berprestasi. Untuk deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat dari tabel di bawah ini :
commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 16. Deskripsi Subjek berdasarkan Jenis Kelamin Kategorisasi Variabel Jenis kelamin Jumlah Rata-rata Skor Laki-laki 37 92,76 MB Perempuan 13 96,08 Laki-laki 37 97,16 PER Perempuan 13 102,23 Ket : MB = Motivasi Berprestasi PER = Persepsi Atlet Taekwondo Junior pada program Latihan Data jenis perbandingan
kelamin
tingkat
responden tersebut
motivasi
berprestasi
digunakan untuk
responden
penelitian
melihat dengan
menghitung rata-rata skor motivasi berprestasi pada responden laki-laki dan perempuan. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, rata-rata skor motivasi berprestasi laki-laki adalah 92,76. Lain halnya pada laki-laki,
rata-rata skor
motivasi berprestasi untuk responden perempuan adalah 96,08. Hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata skor motivasi berprestasi untuk responden perempuan lebih tinggi daripada rata-rata skor motivasi berprestasi pada responden laki-laki. Pada tabel di atas, nilai persepsi atlet pada program latihan responden dapat dilihat dengan membandingkan rata-rata skor persepsi atlet pada program latihan pada responden laki-laki dan subjek perempuan. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, rata-rata skor persepsi atlet pada program latihan laki-laki adalah 97,16. Rata-rata skor persepsi atlet pada program latihan untuk responden perempuan adalah 102,23. Hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata skor persepsi atlet pada program latihan untuk responden laki-laki lebih rendah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
71 digilib.uns.ac.id
dibandingkan rata-rata skor persepsi atlet pada program latihan untuk responden perempuan. Selain itu dilakukan juga uji perbedaan menggunakan t-test dan hasilnya tidak ada perbedaan yang signifikan pada responden laki-laki dan perempuan. Analisis tambahan yang kedua memberikan gambaran tentang usia responden penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 17. Deskripsi Subjek berdasarkan usia Kategorisasi Variabel Usia Jumlah Rata-rata Skor < 15 th 17 97,18 MB > 15 th 33 91,79 < 15 th 17 96,29 PER > 15 th 33 99,61 Ket : MB = Motivasi Berprestasi PER = Persepsi Atlet Taekwondo Junior pada program Latihan Data usia responden tersebut digunakan untuk melihat perbandingan tingkat motivasi berprestasi responden penelitian dengan menghitung rata-rata skor motivasi berprestasi pada responden yang berusia < 15 tahun dan > 15 tahun. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, rata-rata skor motivasi berprestasi pada responden yang usia < 15 tahun adalah 97,18. Rata-rata skor motivasi berprestasi untuk responden yang usia > 15 tahun adalah 91,79. Hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata skor motivasi berprestasi untuk responden yang usia< 15 tahun lebih tinggi daripada rata-rata skor motivasi berprestasi pada responden yang usia > 15 tahun. Tabel di atas juga menunjukkan nilai persepsi atlet pada program latihan responden dapat dilihat dengan membandingkan rata-rata skor persepsi atlet pada commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
program latihan pada responden yang berusia < 15 tahun dan > 15 tahun. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, rata-rata skor persepsi atlet pada program latihan responden yang usia < 15 tahun adalah 96,29. Sedangkan ratarata skor persepsi atlet pada program latihan untuk responden yang usia > 15 tahun adalah 99,61. Hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata skor persepsi atlet pada program latihan untuk responden yang usia > 15 tahun lebih tinggi dari pada rata-rata skor persepsi atlet pada program latihan pada responden yang usia < 15 tahun. Hasil di atas juga di ujikan dengan menggunakan t-test dan hasilnya tidak ada perbedaan yang signifikan pada atlet yang berusia < 15 tahun dan > 15 tahun.
D. Pembahasan Hasil yang diperoleh dari uji hipotesis penelitian menunjukkan diterimanya hipotesis yang diajukan yaitu hubungan positif yang signifikan antara persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan terhadap motivasi berprestasi pada atlet taekwondo Kota Surakarta. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan teknik korelasi product moment pearson terhadap persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan terhadap motivasi berprestasi, diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar r = 0,531, p = 0,000 (p < 0,05). Hal ini menandakan bahwa semakin positif persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan, maka akan semakin tinggi pula motivasi berprestasi yang dimiliki atlet taekwondo Kota Surakarta. Sebaliknya semakin negatif persepsi atlet taekwondo junior pada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
73 digilib.uns.ac.id
program latihan, maka semakin rendah pula motivasi berprestasi yang dimiliki atlet taekwondo Kota Surakarta.
Motivasi berprestasi atlet taekwondo junior pada atlet taekwondo Kota Surakarta secara umum tergolong tinggi. Hal ini dapat dilihat dari skor motivasi berprestasi atlet taekwondo Kota Surakarta dalam penelitian ini sekitar 70% memiliki skor tinggi, dan 30% memiliki skor sedang. Atlet yang dijadikan sampel dalam penelitian ini merupakan atlet pilihan daerah, kemudian atlet tersebut akan mewakili kejuaraan tingkat nasional sehingga memiliki rasa tanggung jawab pribadi yang besar. Hal tersebut sependapat dengan McClelland (1987) bahwa atlet mampu bertanggung jawab terhadap diri atlet sendiri, sehingga apa yang menjadi cita-cita atlet berhasil dicapai. Setiap meningkatnya persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan yang terjadi pada atlet taekwondo secara positif, akan diikuti pula dengan kenaikan pada motivasi berprestasi. Saat pelatih menanyakan kondisi kesehatan maupun memberi saran atlet agar menjaga dan memperhatikan pola makan sehari-hari, atlet akan merasa bahwa pelatih sangat perhatian terhadap diri atlet. Lalu, bimbingan dan dukungan yang besar dari pelatih dapat membuat atlet lebih maksimal untuk mengeluarkan segala kemampuan atlet saat bertanding, sehingga atlet mencapai tujuan yaitu berhasil meraih juara. Begitu pula menurunnya persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan yang terjadi pada atlet taekwondo secara negatif akan diikuti dengan penurunan pada motivasi berprestasi. Ketika atlet merasa pelatih tidak memberi dukungan disaat atlet commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bertanding, maka atlet mulai pesimis dan tidak lagi meraih keberhasilan yang sudah menjadi tujuannya. Kemudian, saat atlet terlalu percaya diri, sehingga meremehkan lawan tanding, jika pelatih tidak segera memperingatkan atlet untuk tidak meremehkan lawan, maka lawan dapat menggunakan kesempatan dengan mencari kelemahan-kelemahannya. Skor tertinggi terletak pada aspek afektif mental, dengan skor rata-rata sebesar 3,5. Atlet junior yang pernah mengalami kegagalan saat bertanding, pada kejuaraan selanjutnya akan mengalami kondisi bahwa atlet takut gagal. Adanya dukungan dari pengurus, pelatih serta teman-teman latihan akan menambah semangat serta motivasi atlet, maka ketakutan akan kegagalan berkurang. Pada aspek ini menggambarkan atlet taekwondo junior membutuhkan dukungan dari pengurus, pelatih, serta teman-teman latihan ketika atlet berada di arena pertandingan. Dukungan dari orang sekitar dapat meningkatkan mental atlet yang takut bertanding karena lawan lebih bagus maupun karena atlet itu sendiri takut gagal bertanding, kemudian atlet berani dan dukungan itu menambah semangat maupun motivasi atlet. Hal ini diperkuat seperti yang diungkapkan Priatini (2008) bahwa peran teman sebaya sangat penting untuk remaja, salah satunya adalah dukungan semangat. Semangat atlet berasal dari dalam diri atlet sendiri, namun tanpa dukungan dari teman atlet juga belum tentu memperlihatkan semangat saat bertanding. Seperti halnya guru mendukung siswa di lingkup sekolah, dalam olahraga pelatih mendukung
atlet-atlet
sebelum dan saat commit to user
bertanding.
Priatini
(2008)
perpustakaan.uns.ac.id
75 digilib.uns.ac.id
mengungkapkan bahwa guru dapat menjadi pelatih emosi dengan baik dan dapat menumbuhkan sikap disiplin bagi siswa. Melatih emosi supaya stabil ketika atlet berada dalam arena pertandingan merupakan tugas pelatih, sebab emosi atlet dapat mempengaruhi berhasil tidaknya atlet memenangi suatu pertandingan. Selain itu sikap disiplin atlet saat latihan maupun saat bertanding juga dapat memicu keberhasilan atlet untuk menjadi juara. Atlet tidak perlu merubah diri atlet seperti atlet lain yang lebih bagus atau atlet nasional supaya berhasil, tetapi atlet bisa berhasil karena persepsi serta motivasi atlet itu sendiri dengan salah satunya mendapat dukungan dari teman-teman maupun pelatih. Setiap kenaikan terdapat juga penurunan, skor tertinggi yang terletak pada aspek afektif mental, maka skor terendah terletak pada kognitif fisik, dengan skor ratarata sebesar 3. Pada aspek ini kondisi fisik merupakan suatu hal yang menjadi tuntutan di setiap cabang olahraga, seperti halnya olahraga beladiri taekwondo. Seperti yang diungkapkan oleh Sudarsono (2011), kualitas fisik yang baik akan menopang secara langsung terhadap kualitas gerak yang bisa ditampilkan. Fisik menjadi keperluan mendasar dalam usaha meningkatkan keberhasilan atlet. Saat bertanding atlet tidak hanya mengeluarkan kemampuan secara asal-asalan, tetapi kemampuan tersebut didasari dengan kondisi fisik atlet. Kondisi fisik yang diperlukan atlet salah satunya adalah mempertahankan stamina. Melakukan latihan-latihan fisik secara ringan kemudian bertahap dapat meningkatkan kualitas fisik atlet. Selain melakukan latihan ringan, atlet juga membutuhkan istirahat yang cukup, makan makanan yang bergizi dan makan secara teratur. Dengan kondisi fisik yang baik dan sehat tersebut, maka atlet dapat meningkatkan kualitas commit to user
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
permainan, kemudian menambah motivasi atlet supaya atlet dapat berhasil dalam suatu event pertandingan. Hubungan antara persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan dengan motivasi berprestasi hasil penelitian di atas sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Walgito (1989), bahwa persepsi merupakan faktor internal penunjang motivasi berprestasi. Persepsi atlet pada program latihan memiliki peran penting dalam keberhasilan atau motivasi berprestasi atlet. Atlet dibantu oleh pelatih di dalam arena berjuang untuk mencapai keberhasilan seperti yang atlet dan pelatih tersebut inginkan, saat berlatih atlet membutuhkan partner atau lawan, kemudian jam terbang tinggi melalui uji coba dengan atlet dari dojang (tempat latihan taekwondo) lain juga diperlukan. Hal ini diperkuat eksperimen yang dikemukakan oleh Davis, Huss dan Backer pada tahun 1995 (dalam Sarwono, 1999), bahwa keberadaan lawan (kompetitor) mampu melepaskan energi-energi terpendam dan meningkatkan usaha dalam pertandingan olahraga. Persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan pada atlet taekwondo Kota Surakarta secara umum tergolong tinggi. Hal ini dapat dilihat dari skor persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan pada atlet taekwondo Kota Surakarta dalam penelitian ini sekitar 82% yang memiliki skor tinggi, dan hanya 18% yang memiliki skor sedang. Atlet yang termasuk dalam kategori tinggi dirasa dapat menetapkan sasaran atau goal setting sesuai dengan diri atlet, tugas serta situasi bertanding. Goal setting (menetapkan sasaran) tidak otomatis meningkatkan prestasi atlet, yang terpenting adalah bagaimana menetapkan sasaran secara commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
efektif untuk setiap atlet dalam tugas dan situasi yang berbeda-beda (Weinberg, 1993, dalam Sarwono, 1999). Pada penelitian ini didapatkan nilai koefisien determinan sebesar R2 = 0,282. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan terhadap motivasi berprestasi ialah sebesar 28,2%. Hal ini menandakan bahwa persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan mampu menjadi salah satu prediktor bagi motivasi berprestasi pada atlet taekwondo Kota Surakarta. Sebanyak 71,8% motivasi berprestasi pada atlet taekwondo junior dipengaruhi oleh berbagai faktor yang lain. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi motivasi berprestasi antara lain seperti yang telah diungkapkan Walgito (2003); Monks, dkk (2002) yaitu faktor internal (intelegensi, psikologis, fisiologis), faktor eksternal (fisiologis), penghargaan akan sukses dan ketakutan akan gagal. Secara umum hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan dengan motivasi berprestasi. Kelebihan penelitian ini adalah belum pernah diteliti sebelumnya mengenai judul tersebut dan di Pengkot TI (Pengurus Kota Taekwondo Indonesia) Surakarta, namun hasil penelitian ini masih memiliki keterbatasan yaitu hanya diteliti dua variabel saja. Untuk dapat menyempurnakan penelitian ini, selanjutnya dapat menambah variabel-variabel lain yang belum disertakan dalam penelitian ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat ditarik kesimpulan terdapat hubungan positif yang signifikan antara persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan dengan motivasi berprestasi. Semakin positif persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan, maka akan semakin tinggi pula motivasi berprestasi yang dimiliki. Sebaliknya, semakin negatif persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan, maka akan semakin rendah pula motivasi berprestasi yang dimiliki, ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi sebesar R = 0,531, p = 0,000 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan dengan motivasi berprestasi, diterima. Total kontribusi persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan terhadap motivasi berprestasi ialah sebesar 28,2%, ditunjukkan dengan nilai koefisien determinan sebesar R2 = 0,282, sedangkan sisanya 71,8% dipengaruhi atau dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diuji secara empiris dalam penelitian ini.
commit to user
78
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat diberikan saran sebagai berikut : 1. Bagi atlet taekwondo junior Kota Surakarta Atlet diharapkan mampu mempertahankan persepsi secara positif pada program latihan dan motivasi berprestasi yang dimiliki, sehingga mampu mengatasi kegagalan dan keputus-asaan, serta dapat mencapai keberhasilan. 2. Bagi Pelatih Dapat memberikan dukungan dalam bentuk bimbingan maupun perhatian untuk mempertahankan persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan atlet taekwondo junior, sehingga atlet merasa pelatih selalu memperhatikan kondisi atlet itu sendiri. 3. Bagi peneliti lain Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan untuk menindaklanjuti ke ranah yang lebih luas dan mendalam, misalnya dengan membuat penelitian pada atlet taekwondo junior tentang perbedaan persepsi atlet taekwondo junior perempuan dan laki-laki pada program latihan dengan motivasi berprestasi, kemudian perbedaan persepsi atlet taekwondo junior dengan atlet taekwondo senior.
commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user