Volume 2
KONSELOR | Jurnal Ilmiah Konseling
Nomor 1 Januari 2013
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor
hlm. 338-346 Info Artikel: Diterima01/01/2013 Direvisi12/01/2013 Dipublikasikan 25/02/2013
HUBUNGAN ANTARA PERLAKUAN ORANGTUA DENGAN PENERIMAAN DIRI SISWA Juli Hartati1), Erlamsyah2), Syahniar3) ABSTRACT Parents greatly contribute to helping the child's personality, especially in the reception children. Guiding children to treat them well, so that self-acceptance to the child being good. Phenomena that occur in the field are still many parents who guide their children in the form of unfavorable treatment so that the child becomes low self-acceptance. The purpose of this study was to describe the treatment of parent and student selfacceptance and to see the relationship between parental treatment with self-acceptance. This research is a descriptive correlational, The research found that: good treatment of parents classified, categorized as either self-acceptance, there is a significant relationship between parental treatment with self-acceptance of students. Keywords: Parenting; Student Self-Acceptance Sebagaimana yang dikemukakan oleh Havighurt
PENDAHULUAN
(dalam Elida Prayitno 2006) bahwa remaja yang
Manusia diciptakan oleh Sang Maha
mencapai
Pencipta dengan beragam bentuk rupa, kondisi
menerima
diri dan kepribadian yang berbeda satu dengan
(kondisi fisik, penampilan fisik, ketahanan fisik,
2010) semua manusia memberikan tanda atau
kesehatan
ukuran khas mereka pada setiap kepribadian
bakat,
minat,sifat-sifat
dan kekurangan diri haruslah dibarengi dengan
(dalam Hurlock 1980) mengatakan “ setiap
penerimaan diri
orang secara biologis dan genetis benar-benar
sebagaimana
apa
adanya,
sehingga dapat menumbuhkan kepribadian yang
berbeda satu dengan yang lainnya.” Kepribadian
sehat.
bisa
Menurut
dikembangkan tanpa dikenali terlebih dahulu
pendapat
Theo
Riyanto,
(2006) “penerimaan diri adalah kemampuan
serta diterima apa adanya. Begitu juga yang
seseorang untuk mengakui kenyataan diri secara
harus dilakukan oleh remaja yang sedang perkembangan
(kemampuan
pribadi). Kesadaran diri akan segala kelebihan
lainnya. Sependapat dengan itu Dobzhansky
tugas
psikologis
keyakinan-keyakinan,
mereka membuat mereka berbeda dengan yang
menjalankan
fisik,)
berpikir, kondisi perasaan dengan orang lain,
mereka, serta karakteristik perlakuan dan pikiran
tidak
dan
dua aspek yaitu: dari aspek aspek fisiologis
Menurut Allport (dalam Jess Feist & Gregory
seseorang
fisiknya
kepribadiannya yang pada hakikatnya terdiri dari
miliki baik itu dari segi fisik maupun psikologi.
diri
keadaann
mampu
mengenal dan menerima kondisi dirinya dan
keunikan masing-masing terhadap apa yang dia
kondisi
perkembangannya
mempergunakannya secara efektif. Remaja perlu
yang lainnya. Dimana setiap manusia memiliki
serta
tugas
apa adanya”. Selanjutnya pendapat Allport
mereka.
1
Juli Hartati, Jurusan Bimbingan dan Konseing, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang , email:
[email protected] 2 Erlamsyah, Jurusan Bimbingan dan Konseing, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang , email: Erlamsyah1537@ gmail.com 3 Syahniar, Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang , email:
[email protected]
338 ©2012oleh Jurusan Bimbingan dan Konseling FIP UNP Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
339 Hurlock, E.B (dalam Syamsu Yusuf,
(dalam Shultz Duane 1991) penerimaan diri merupakan sifat dari suatu kepribadian yang
2007)
mengemukakan
seorang
anak
yang
sehat. Dimana mereka mampu menerima segala
dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang
kekurangan kekurangan dan kelebihan-kelebihan
harmonis dan agamais, maka perkembangan
yang mereka miliki. Dapat dikatakan bahwa
kepribadian anak khususnya pada penerimaan
pada dasarnya penerimaan diri merupakan aset
diri anak cendrung positif. Selain itu perlakuan
pribadi yang sangat berharga.
yang diberikan orangtua secara baik, akan
Individu yang sehat akan menunjukan
mampu mengubah pandangan anak kearah yang
rasa hormat terhadap dirinya dan orang lain,
positif terhadap dirinya dan orangtuanya. Anak
menerima
keterbatasan,
akan memandang orangtuanya baik dimata
kelemahan, kerapuhannya individu ini bebas
mereka, menjadikan orangtua sebagai teman
dari rasa bersalah, malu, dan rendah diri, juga
curhat di rumah, panutan dan lain sebagainya.
dirinya
dengan
Sebaliknya
dari kecemasan akan penilaian orang lain
anak
yang
tidak
terhadap dirinya. Menurut Havighurt (dalam
diperlakukan secara hangat dan perlakuan
Elida Prayitno 2006) bahwa remaja yang dapat
kontrol oleh orangtua di rumah akan tidak
menerima dirinya akan memelihara bentuk
mampu menerima keadaan diri sebagaimana
tubuh, penampilan, serta menghargai dan bangga
adanya, merasa rendah di hadapan orang lain,
dengan penampilannya. Sedangkan pendapat
tidak mampu menampilkan diri baik dari segi
Theo Riyanto, (2006) seseorang akan mendapat
positif ataupun negatif. Sebagaimana yang
menerima diri apa adanya akan mendapatkan
dikemukakan Hurlock, E.B (dalam Syamsu
kebahagian dalam hidupnya. Ia akan hidup apa
Yusuf, 2007) anak yang dikembangkan dalam
adanya, asli, tidak meniru milik orang lain, dan
lingkungan keluarga yang broken home, kurang
tidak menutup dirinya, serta tidak bermain
harmonis, orangtua bersikap keras terhadap anak
sandiwara dengan topeng-topeng kehidupannya.
atau tidak memperhatikan nilai-nilai agama
Penerimaan berkaitan
dengan
diri
pada
berbagai
anak
faktor,
akan seperti
keadaan fisik, bakat yang dimiliki, kemampuan
dalam
keluarga,
maka
perkembangan
kepribadiannya cenderung mengalami distorsi atau kelainan dalam penyesuaian diri. Fenomena yang terjadi di lapangan
berfikir, kemampuan berkomunikasi, persepsi serta
berdasarkan hasil wawancara penulis pada
perlakuan orangtua. Sebagaimana Hurlock. E,B
tanggal 25 Juli 2012 di SMA Negeri 1 Pantai
(1978) salah satu faktor yang mempengaruhi
Cermin, Kabupaten Solok dengan seorang guru
penerimaan diri adalah perlakuan awal dalam
pembimbing, mengemukakan bahwa adanya
lingkungan keluarga yaitu perlakuan yang
siswa
diberikan oleh orangtua. Dimana perlakuan
orangtua yang terlalu banyak karena melebihi
orangtua berkontribusi dalam pengembangan
kemampuan atau potensi yang dimiliki oleh
kepribadian anak serta memandang dan menilai
siswa. Siswa merasa dirinya tidak bisa seperti
dirinya. Orangtua adalah pemegang amanah,
teman lainnya yang berprestasi, siswa kurang
sehingga orangtua bertanggung jawab mendidik,
pecaya
memelihara, menjaga dan meningkatkan amanah
kemampuannya. Selain itu ada siswa yang tidak
yang diberikan kepadanya.
menerima dirinya yang berasal dari keluarga
terhadap
diri,
faktor
teman
sebaya
broken KONSELOR | Jurnal Ilmiah Konseling
Volume 2
merasa
diri
kecewa
dari
home,
Nomor 1 Januari 2013
segi
tidak
dengan
permintaan
penampilan
puas
dan
terhadap
340 penampilannya dari segi fisik yaitu warna kulit
Populasi penelitian ini adalah siswa
yang agak gelap, tidak percaya diri karena berat
SMAN 1 Pantai Cermin, Kabupaten Solok
badan yang berlebihan atau yang terlalu kurus,
kelas XI, XII yang berjumlah 330 dan jumlah
bahkan dengan adanya jerawat diwajah, merasa
sampel
tidak cantik,merasa tidak punya potensi yang
menggunakan teknik proportional random
bisa di kembangkan,merasa ingin pindah jurusan
sampling. Alat pengumpul data berbentuk
ke IPS karena merasa tidak mampu di jurusan
angket.
IPA, ingin pindah pengembangan diri, dan lain-
pengumpulan
lainnya
mengadministrasikan angket kepada sampel Selanjutnya hasil wawancara dengan 4
sebanyak
77
Prosedur
orang
yang data
ditempuh adalah
dengan
dalam dengan
penelitian. Data yang telah terkumpul akan
orang siswa pada tanggal 25 Juli 2012 di SMA
dianalisis
Negeri 1 Pantai Cermin terungkap bahwa siswa
persentase dan menggunakan korelasi product
kesulitan dalam memilih bidang pengembangan
moment yang diolah dengan program computer
diri, kurangnya waktu berinteraksi dengan
SPSS (statistical Product and Service Solution
orangtua dirumah,
) relase 17.0 for windows.
merasa di beda-bedakan
dengan saudara yang lain yang lebih pintar dan cantik, kurangnya diberi kesempatan untuk memilih satu bakat yang diminati. Selain itu mereka juga tidak percaya diri dengan apa yang
dengan
menggunakan
teknik
HASIL Berdasarkan temuan penelitian tentang perlakuan orangtua dan penerimaan diri siswa maka diperoleh hasil seperti berikut:
mereka miliki, merasa bingung dengan jurusan yang telah mereka pilih, merasa tidak menarik untuk di pandang serta tidak merasa puas dengan
Tabel 1. Perlakuan Orangtua SMAN 1 Pantai Cermin (N=77)
diri mereka sendiri. Berdasarkan
permasalahan
yang
Perlakuan Orangtua
telah
dikemukakan maka fokus dalam penelitian ini
Kategori
Skor
f
%
adalah 1) Mendeskripsikan perlakuan orangtua,
Sangat baik
≥137
10
13
2) Penerimaan diri siswa 3) Hubungan antara
Baik
119-136
29
38
Cukup
101-118
27
35
Kurang
≤ 100
11
14
77
100
perlakuan orangtua dengan penerimaan diri siswa. METODOLOGI Penelitian ini berbentuk penelitian kuantitatif
dengan
pendekatan
Total
analisis
deskriptif korelasional yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengetahui hubungan antar variabel penelitian. Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu; perlakuan orangtua
Dari tabel di atas terungkap bahwa sebagian besar perlakuan orangtua terhadap anak baik (38%), cukup (35%), kurang (14%), dan sangat baik (13%).
(X) merupakan variabel bebas dan penerimaan diri siswa (Y) merupakan variabel terikat.
KONSELOR | Jurnal Ilmiah Konseling
Volume 2
Nomor 1 Januari 2013
341
Tabel 2. Penerimaan Diri Siswa SMAN 1 Pantai Cermin (N=77)
Tabel 4. Penerimaan Psikologis Siswa SMAN 1 Pantai Cermin (N=77)
Penerimaan Diri
Penerimaan Psikologis
Kategori
Skor
Sangat
F
%
12
16
≥137
Baik Baik
Skor
Sangat
32
41
Cukup
99-117
22
29
Kurang
≤ 98
11
14
77
100
(41%), cukup (29%), sangat baik (16%) dan
%
15
19
Baik
70-82
28
36
Cukup
57-69
25
32
Kurang
≤ 56
9
10
77
100
Total
Dari tabel di atas terungkap bahwa
Dari tabel di atas terungkap bahwa sebagian besar penerimaan diri siswa baik
F
≥83
Baik
118136
Total
Kategori
sebagian besar penerimaan psikologis siswa baik (36%), cukup (32), sangat baik (19%), dan Kurang (10%).
kurang (14%).
Tabel 5. Hubungan antara Perlakuan Tabel 3. Penerimaan Fisiologis Siswa SMAN 1 Pantai Cermin (N=77)
Penerimaan Fisiologis Kategori
Skor
Sangat
F
%
9
12
≥58
Baik
Orangtua dengan Penerimaan Diri Siswa. Hubungan
r
variable
hitung
Perlakuan orangtua dengan penerimaan diri siswa
0, 343
r tabel
Sig.
0, 117
0,001
Baik
48-57
38
49
Cukup
38-47
21
27
mengetahui
Kurang
≤ 37
9
12
dengan penerimaan diri siswa SMAN 1 Pantai
77
100
Cermin. Analisis Pearson Product Moment
Total
Hasil uji hipotesis dimaksudkan untuk hubungan
perlakuan
orangtua
menunjukkan seberapa besar hubungan antara Dari tabel di atas terungkap bahwa sebagian besar penerimaan fisiologis siswa baik (49%), cukup (27%), sangat baik (12%), dan
perlakuan orangtua dengan penerimaan diri siswa melalui r hitung = 0,404 dengan sig = 0.001 (sig<0,05, dan r table sebesar 0,296, artinya r hitung lebih besar dari r table sehingga
kurang (12%).
dapat ditafsirkan korelasi positf antara perlakuan orangtua
dengan
penerimaan
diri
siswa.
Koefisien korelasi tersebut mengindikasikan
KONSELOR | Jurnal Ilmiah Konseling
Volume 2
Nomor 1 Januari 2013
342 adanya hubungan antara variabel perlakuan
yang dibuat oleh orangtua, berorientasi pada
orangtua dengan penerimaan diri siswa. Hasil
hukuman (fisik maupun verbal), dan orangtua
tersebut
adanya
jarang memberikan hadiah ataupun pujian.
hubungan antara perlakuan orangtua dengan
David R Saffer (1994) juga mengungkapkan
penerimaan diri pada siswa SMAN 1 Pantai
bahwa perlakuan orangtua otoriter merupakan
Cermin dapat diterima.
peran orangtua yang sangat membatasi, dimana
membuktikan
menyatakan
orang dewasa menerapkan banyak peraturan, PEMBAHASAN
mengaharapkan kepatuhan yang keras, akan
Pembahasan berdasarkan begaimana terhadap
ini
pertanyaan gambaran
anak,
dilakukan
penelitian
yaitu
perlakuan
orangtua
perlakuan
otoriter,
baik
jarang menjelaskan pada anak mengapa hal menuruti semua peraturan-peraturan tersebut perlu. Selanjutnya Baumrind (dalam Santrock
demokratis dan permissif. Bagaimana tingkat penerimaan
diri
siswa.
Apakah
terdapat
hubungan antara perlakuan orangtua dengan
2007) menambahkan perlakuan otoriter adalah gaya
pengasuhan
yang
membatasi
dan
menghukum, dimana orangtua mendesak anak
penerimaan diri siswa.
untuk Perlakuan Orangtua
mengikuti
arahan
mereka
dan
menghormati pekerjaan dan upaya mereka.
Hasil temuan penelitian menunjukan
Perlakuan otoriter ini dapat menimbulkan akibat
bahwa secara umum orangtua siswa SMAN 1
hilangnya kebebasan pada anak, inisiatif dan
Pantai Cermin menerapkan perlakuan otoriter
aktivitasnya menjadi kurang, sehingga anak
pada kategori cukup. Perlakuan otoriter yang
menjadi tidak percaya diri pada kemampuannya
diterapkan oleh orangtua bisa saja dipengaruhi oleh
latar
belakang
orangtua
yang
juga
diperlakukan otoriter oleh keluarga. Orangtua yang otoriter ditandai dengan adanya aturanaturan yang kaku dari orangtua, kebebasan anak sangat dibatasi, dan memaksa anak berperilaku seperti yang diinginkannya, seperti orangtua mengatur dengan siapa saja anak boleh berteman dan orangtua menuntut anak pulang sekolah sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan lain sebagainya.
bahwa orangtua yang mendidik anak dengan
memperlihatkan
perlakuan
orangtua
otoriter
ciri-ciri
sebagai
berikut:
orangtua menerapkan peraturan yang ketat, tidak adanya
bahwa secara umum orangtua siswa SMAN 1 Pantai
Cermin
demokratis
pada
menerapkan kategori
baik.
perlakuan Perlakuan
orangtua yang demokratis merupakan perlakuan yang menghargai pendapat anak, orangtua membimbing
dan
memaksakan
kehendak
musyawarah,
mengarahkan
rasional,
anak,
tanpa adanya
pemberian hukuman
disesuaikan dengan kesalahan, member pujian ataupun hadiah untuk perilaku yang benar,
Hurlock, E.B (1997), mengemukakan
menggunakan
Hasil temuan penelitian menunjukan
kesempatan
untuk
mengemukakan
pendapat, anak harus mematuhi segala peraturan
KONSELOR | Jurnal Ilmiah Konseling
Volume 2
mempunyai pandangan masa depan yang jelas terhadap anak. Menurut
Hurlock,
mengemukakan
bahwa
menerapkan
perlakuan
E.B
(1997),
orangtua
yang
demokratis
memperlihatkan ciri-ciri: Adanya kesempatan anak untuk berpendapat mengapa ia melanggar Nomor 1 Januari 2013
343 peraturan
sebelum
hukuman
dijatuhkan,
menerapkan
perlakuan
permissif
hukuman diberikan kepada perilaku salah, dan
memperlihatkan
memberi pujian ataupun hadiah kepada perilaku
Orangtua cenderung memberikan kebebasan
yang benar.
penuh pada anak tanpa ada batasan dan aturan
ciri-ciri
sebagai
berikut:
dari orangtua, tidak adanya hadiah ataupun David R, Shaffer (1994) menjelaskan perlakuan orangtua demokratis adalah
peran
orang tua yang fleksibel dimana orang dewasa membiarkan
anak-anak
mempertimbangkan
pujian meski anak berperilaku sosial baik, tidak adanya
hukuman
meski
anak
melanggar
Baumrid
(dalam
peraturan.
mereka
kebebasan
tetapi
tetap
Selanjutnya
berhati-hati menetapkan dasar rasionil untuk
Syamsul,Yusuf 2007) Perlakuan orangtua acuh
membatasi,
mereka
tak acuh / permissif, memiliki ciri-ciri antara
meyakinkan
anak-anak
menentukan tersebut
dan
mengikuti
lain:
petunjuk-petunjuk tersebut. “Sikap Sedangkan pendapat Baumrind (dalam
kepercayaan
kontrol
yang
rendah,
tinggi
memberikan
Santrock 2007) perlakuan demokratis dimana
kebebasan
mendorong anak untuk mandiri namun masih
menyatakan
menerapkan batas dan kendali pada tindakan
Sedangkan ciri-ciri dan tingkah laku
mereka.
dan
anaknya yaitu : bersifat agresif, suka
menerima dimungkinkan dan orangtua bersikap
membrontak, kurang memiliki rasa
hangat dan penyayang terhadap anak.
percaya diri dan pengendalian diri,
Tindakan
verbal
memberi
kepada
anak
dorongan
untuk
keinginan.
suka mendominasi, tidak jelas arah Hasil temuan penelitian menunjukan
hidupnya, prestasinya rendah.”
bahwa secara umum orangtua siswa SMAN 1 Pantai Cermin menerapkan perlakuan permisisf pada
kategori
menerapkan
cukup.
Orangtua
yang
perlakuan
permisif
akan
mengizinkan anak - anak mereka untuk secara terbuka mengekpresikan perasaan dan hati mereka, Menurut David R, Shaffer (1994) mengemukakan
bahwa
perlakuan
orangtua
Dari pendapat para ahli seperti di atas, dapat diambil pemahaman bahwa perlakuan permissif mempunyai ciri sebagai berikut: anak diberi
kebebasan
penuh
menentukan
tindakannya sendiri, hadiah dan hukuman tidak diterapkan, orangtua kurang membimbing dan kurang kontrol terhadap perilaku dan kegiatan sehari-hari.
permisif adalah dimana orang dewasa secara relative
membuat
beberapa
tuntutan,
Dapat disimpulkan secara keseluruhan
mengizinkan anak-anak mereka untuk secara
bahwa perlakuan orangtua
terbuka mengekpresikan perasaan dan hati
tergolong baik, dengan persentase 38%. Hal ini
mereka, tidak begitu dekat mengontrol kegiatan-
dapat dilihat dari
kegiatan mereka dan jarang dengan tegas
meliputi perlakuan otoriter, demokratis dan
mengontrol prilaku mereka.
permisif. Temuan ini menunjukkan bahwa
terhadap siswa
aspek perlakuan orangtua
perlakuan orangtua siswa SMAN 1 Pantai Selanjutnya mengemukakan
Hurlock,
bahwa
E.B
orangtua
KONSELOR | Jurnal Ilmiah Konseling
(1997),
Cermin berada pada katagori baik.
yang
Volume 2
Nomor 1 Januari 2013
344 Perlakuan orangtua kepada anak adalah
Penerimaan diri perlu dimiliki oleh
tindakan orangtua dalam membimbing dan
setiap individu, Individu yang dapat menerima
mengawasi
dirinya dan beberapa aspek hidupnya, tentu tidak
anaknya.
Perlakuan
orangtua
terhadap anaknya tentu akan berbeda antara satu
akan
keluarga dengan keluarga yang lainnya, ada
kehidupannya karena selalu bersyukur terhadap
orangtua yang menerapkan perlakuan otoriter,
apa yang dimilikinya. Penerimaan diri ini
demokratis,
mengandaikan adanya kemampuan diri dalam
dan
permissif.
Namun
pada
kesulitan
dalam
menjalankan
dasarnya orangtua tidak menerapkan perlakuan
psikologis
yang tunggal terhadap anak karena dalam
kualitas diri.
kenyataannya
tersebut
Riyanto, (2006) bahwa kemampuan menerima
digunakan secara bersamaan di dalam mendidik,
diri juga merupakan landasan untuk mengadakan
membimbing,
anaknya,
perubahan-perubahan serta perkembangan dalam
adakalanya orangtua menerapkan perlakuan
hidup untuk menjadi lebih baik. Sehingga ketika
otoriter, demokratis dan permissif. Perlakuan
seseorang mampu menerima dirinya maka dia
yang diterapkan orangtua cenderung mengarah
akan melakukan perubahan- perubahan kearah
pada perlakuan situasional.
yang positif dalam hidupnya. Hal ini berarti
ketiga
dan
perlakuan
mengarahkan
seseorang,
yang
menunjukkan
Sebagaimana pendapat Theo
bahwa tinjauan tersebut akan diarahkan pada Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh Agoes Dariyo (2004), bahwa perlakuan yang diterapkan cenderung mengarah pada perlakuan situasional, di mana
perwujudan
diri
secara
utuh
serta
mengembangkannya.
tidak
menerapkan salah satu jenis perlakuan tertentu, tetapi memungkinkan
seluruh kemampuan diri yang mendukung
Penerimaan Psikologis
menerapkan perlakuan
secara fleksibel, luwes, sesuai dengan situasi dan
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa secara umum siswa SMA N 1 Pantai Cermin
kondisi yang berlangsung saat itu.
menerima keadaan diri secara psikologis pada kategori baik dengan persentase 36%.
Penerimaan Diri Siswa Penerimaan Fisiologis
Menerima
keadaan
diri
secara
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa
psikologis perlu dimiiki oleh setiap remaja agar
secara umum siswa SMA N 1 Pantai Cermin
mereka dapat hidup apa adanya. Menurut
menerima keadaan diri secara fisiologis pada
pendapat Theo Riyanto, (2006) “penerimaan diri
kategori baik dengan persentase 49%.
adalah kemampuan seseorang untuk mengakui kenyataan diri secara apa adanya”. Selanjutnya
Penerimaan sangatlah
penting
diri
secara
bagi
seorang
fisiologis remaja.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Havighurt (dalam Elida Prayitno 2006) bahwa remaja yang mencapai menerima
tugas
perkembangannya
keadaann
fisiknya
mampu dan
mempergunakannya secara efektif.
pendapat Allport (dalam Shultz Duane 1991) penerimaan diri merupakan sifat dari suatu kepribadian yang sehat. Dimana mereka mampu menerima segala kekurangan kekurangan dan kelebihan-kelebihan yang mereka miliki. Dapat dikatakan bahwa pada dasarnya penerimaan diri merupakan aset pribadi yang sangat berharga. Sikap menerima diri mengarahkan seseorang
KONSELOR | Jurnal Ilmiah Konseling
Volume 2
Nomor 1 Januari 2013
345 untuk menentukan tujuan hidupnya sebagaimana
Lakukan pendekatan dan pendidikan
pendapat Theo Riyanto, (2006) bahwa sikap
positif, serta meluangkan waktu berbicara dan
menerima diri mengarahkan seseorang untuk
berdiskusi dengan mereka serta mencarikan
dengan bijak menentukan pilihan-pilihan dalam
solusi dari permasalahan mereka.
mengadakan perubahan atau perkembangan demi pertumbuhan harga diri .Dari hasil
SIMPULAN
peneitian dapat di simpulkan bahwa siswa SMA
Berdasarkan hasil penelitian, maka
N I Pantai Cermin sudah bisa menerima keadaan
penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
dirinya secara psikologis.
(1) Perlakuan orangtua terhadap anak SMAN 1 Pantai
Hubungan Perlakuan Penerimaan Diri Siswa
Orangtua
dengan
Cermin
dikategorikan
baik,
(2)
Penerimaan diri siswa SMAN 1 Pantai Cermin dikategorikan baik, (3) Terdapat hubungan yang
Hasil penelitian
yang
diperoleh
mengungkapkan
dari
bahwa
hasil
terdapat
hubungan yang signifikan antara perlakuan orangtua dengan penerimaan diri siswa SMAN 1
signifikan antara Perlakuan orangtua dengan kontrol diri siswa di sekolah dengan Pearson Correlation sebesar 0,404 dan signifikansi 0,001, dengan tingkat hubungan cukup kuat.
Pantai Cermin. Hasil tersebut dibuktikan dengan angka koefisien korelasi rxy = 0,404 dengan sig =
0,001
(sig<0,05).
Angka
tersebut
membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel perlakuan orangtua dengan penerimaan diri siswa.
SARAN 1. Kepada
kedua variabel signifikan, yaitu semakin baik perlakuan orangtua maka akan semakin baik penerimaan diri siswa. Nilai korelasi sebesar 0,404 menunjukkan adanya hubungan yang cukup berarti antara perlakuan orangtua dengan penerimaaan diri siswa SMAN 1 Pantai Cermin. Hasil ini sesuai dengan permasalahan yang
pembimbing
agar
memberikan layanan yang berhubungan dengan penerimaan diri, agar nantinya siswa
Nilai rxy menunjukkan arah hubungan
guru
dapat
lebih
mengembangkan
penerimaan diri yang positif. 2. Kepada
orangtua,
agar
lebih
memperlakukan anak secara lebih baik lagi, agar anak memilki kepribadian yang sehat serta mampu menerima dirinya apaa danya. 3. Kepada siswa, agar dapat mempertahankan serta meningkatkan penerimaan dirinya.
ditemukan di SMAN 1 Pantai Cermin. Dimana terdapat perlakuan orangtua yang baik terhadap anak dan juga terungkap bahwa penerimaan diri siswa juga baik. Hal ini menjelaskan bahwa perlakuan orangtua merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan diri siswa. Oleh
karena
itu,
orangtua
harus
memahami jiwa anak dengan baik, begaullah dengan mereka seakrab mungkin, pahami bahasa mereka, berbicaralah kepada anak dengan
DAFTAR RUJUKAN Agoes Dariyo. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta: Ghalia Indonesia. Chaplin. JP. 2008. Kamus lengkap psikologi(Terjemahan Kartini Kartono). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Elida Prayitno dan Erlamsyah. 2002. Psikologi Perkembangan Remaja. Padang : UNP Press. Hurlock, E.B.1978. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
memperhatikan etika dalam berkomunikasi.
KONSELOR | Jurnal Ilmiah Konseling
Volume 2
Nomor 1 Januari 2013
346 Kehidupan (terjemahan oleh Istiwidayanti, dkk). Jakarta: Erlangga. _______. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (terjemahan oleh Istiwidayanti, dkk). Jakarta: Erlangga. _______. 1990. Perkembangan Anak (Terjemahan Meitasari Tjandrasa). Jakarta: Erlangga. Jess,Feist&Gregory,J.Feist. 2010. Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika Santrock, Jhon. W. 2007. Perkembangan Anak. Edisi ke 7. Jakarta: Erlangga Schultz, Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan Model-Model Kepribadian Sehat. Yogyakarta: Kanisius Shaffer, David R.1994. Social & Personality Development. Calivornia: Books/cole Pubhlishing company.
KONSELOR | Jurnal Ilmiah Konseling
Volume 2
Singgih
D Gunarsa. 1991. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Syamsu, Yusuf. 2007. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Theo, Riyanto. 2006. Jadikan Dirimu Bahagia. Yogyakarta: Bandung -----------,dkk. 2009. Mau Yogyakarta: Bandung
Bahagia
?.
Wiryawan, K.G., Luvianti, S., Hermana, W., & Suharti, S. 2007. Peningkatan performa ayam broiler dengan suplementasi daun salam (syzygium polyantum) sebagai antibakteri escherichia coli. Jurnal Media Peternakan. 30 (1): 55-62 Zuhud, E.A.M. & Damayanti, E.K. 2000. Kamus penyakit dan tumbuhan obat (Etnofitomedika). Jakarta: Yayasan OborIndonesia.
Nomor 1 Januari 2013