PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DAN PERILAKU CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun Oleh : Yohanna Viscanesia Sinaga 119114043
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
TIUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DAN PERILAKU CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA
1t9114043
}*n.
$
,;;,,"\\
J'\\ *uffi5lt
T
D
ro .||
o
Il*\
u*{,4 Pembimbing Skripsi,
Ratri Sunar Astuti, M. Si.
ranggal:1BAUG
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI HUBT]NGAI\i AI\TTARA PERILAKU ASERTIF DAN PERILAKU
CYBERBALLYING DI JN'ARING SOSIAL PADA REMAJA
Dipersiapkan dan ditulis oleh: Yohanna Viscanesia Sinaga
1t91r4043
Panitia Penguji
NamaLe Penguji
1
Penguji 2 Penguji 3
'"@H,vm\4.,
{*fies#r$'K{-d I 9 AU6
2016
tas Psikologi Sanata Dharma
"*1,."t"",*i Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si.
tlt
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN MOTTO
“KEGAGALAN itu tidak menyakitkan. Tapi perasaan bahwa kamu tidak mengerahkan segala kemampuanmu, itulah yang menyakitkan.
Bahkan ketika kamu sudah mengerahkan segala kemampuanmu, tidak ada jaminan bahwa kamu akan sukses, atau tetap dikritik atau masih ditertawakan orang.
Akan tetapi, ketika kamu mengerahkan segala kemampuanmu, imbalanmu adalah perasaan yang mengatakan, AKU SUDAH MENGERAHKAN SEGALA KEMAMPUANKU.”
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada,
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, Keluarga tercinta, Dosen Pembimbing Skripsi, Sahabat seperjuangan, Universitas Santa Dharma, Anak-anak Indonesia.
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya susun ini
tidak mernuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarla, 19 Agustus 2016 Penulis,
Yohanna
V1
Vi
esia Sinaga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DAN PERILAKU CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA
Yohanna Viscanesia Sinaga
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku asertif dan perilaku cyberbullying pada remaja. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif antara perilaku asertif dengan perilaku cyberbullying pada remaja. Subjek penelitian ini adalah remaja usia 12-18 tahun berjumlah 192 orang. Data penelitian dikumpulkan menggunakan Skala Perilaku Asertif dan Skala Perilaku Cyberbullying. Skala Perilaku Asertif memiliki reliabilitas 0,944 dan Skala Perilaku Cyberbullying memiliki reliabilitas sebesar 0,956. Analisis data penelitian dilakukan menggunakan korelasi Spearman Rho. Hasil korelasi antara perilaku asertif dengan perilaku cyberbullying sebesar -0,482 dengan p = 0,000 (p < 0,01), yang berarti terdapat hubungan negatif yang signifikan antara perilaku asertif dan perilaku cyberbullying pada remaja.
Kata kunci: Perilaku asertif, perilaku cyberbullying, remaja
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
THE RELATION BETWEEN ASSERTIVE BEHAVIOR AND CYBERBULLYING BEHAVIOR IN SOCIAL NETWORK AMONG ADOLESCENTS
Yohanna Viscanesia Sinaga
ABSTRAK
This research aimed to know the relation between assertive behavior and cyberbullying behavior in adolescents. The hypothesis in this research was a negative correlation between assertive behavior and cyberbullying behavior in adolescents. Subjects in this research were 192 adolescents in aged range 12 until 18 years old. The data was collected by assertive behavior scale and cyberbullying behavior scale. Reliability of assertive behavior scale was 0,944 and reliability of cyberbullying behavior scale was 0,957. The data was analyzed using Spearman Rho correlation technique. Result of correlation between assertive behavior and cyberbullying behavior was -0,482 with p = 0,000 (p < 0,01), which means there was a significant negative correlation between assertive behavior and cyberbullying behavior in adolescents.
Keywords: assertive behavior, cyberbullying behavior, adolescents
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Narna
Nomor
: Yohanna Viscanesia Sinasa
Mahasiswa
: 119114043
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Petpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DAN PERILAKU CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA Besefia perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di intemet atau media lain untuk kepentingan
akademis tanpa perlu meminta izin dali saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pemyataan ini yang saya buat dengan sebenamya.
Dibuat di Yogyakarla Pada tanggal: 19 Agustus 2016
Yang menyatakan,
Yohanna Vlscanesia Sinaea
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terimakasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas limpahan berkat dan kasih-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik dan lancar. Skripsi yang berjudul “Hubungan antara Perilaku Asertif dan Perilaku Cyberbullying di Jejaring Sosial pada Remaja” ini diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan untuk meraih gelar sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Proses penyelesaian skripsi ini melibatkan begitu banyak pihak yang begitu tulus dalam memberikan bantuan dan dukungan dalam berbagai bentuk. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-sebesarnya kepada pihakpihak yang telah membantu selama proses penelitian skripsi ini berlangsung. Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1.
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang telah menjadi pendengar yang baik dalam setiap doa dan pengharapan penulis.
2.
Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
3.
Bapak P. Eddy Suhartanto, M. Si. selaku Ketua Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
4.
Ibu Ratri Sunar Astuti, M. Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi atas bimbingan, dukungan, pengetahuan dan kesabaran dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5.
Rm. Agustinus Priyono Marwan, SJ. selaku Bapa yang pernah membimbing proses skripsi selama hampir satu semester dan selalu menyemangati serta mendoakan saya.
6.
Kedua orangtua penulis, Papa dan Mama yang selalu memberikan dukungan, doa, cinta kasih, berusaha agar anak-anaknya dapat mengayomi pendidikan yang berkualitas dan dengan sabar menunggu proses perkuliahan penulis. Adik-adik yang selalu menyemangati dan senantiasa sabar menunggu dalam proses pengerjaan skripsi.
7.
Kakak Ervin Mau yang selalu menyemangati, mendukung, mendoakan, bertanya tentang kelanjutan skripsi penulis dan mengingatkan untuk selalu mengerjakan skripsi.
8.
Om Sam yang sering membantu, mendukung, menyemangati, memfasilitasi mulai dari pengerjaan seminar dan selalu mengingatkan untuk selalu mengerjakan skripsi.
9.
Sahabat-sahabatku terkasih Nety, Arum, Jojo, Hervy, Mbak Tirsa, Silla, Clara yang selalu menyemangati dan memberi dukungan serta membantu dalam kesulitan-kesulitan proses pengerjaan skripsi.
10. Teman-teman yang bersama-sama mengerjakan skripsi bersama di Perpustakaan Paingan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta: Ruth, Risty, Winda. Terimakasih atas dukungan dan kebersamaannya sehingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan skripsi.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11. Teman seperantauan, David Randa Kembaren, terimakasih untuk empat tahun bersama berjuang menjadi anak rantau di Yogyakarta. Terimakasih untuk selalu mendukung, menyemangati, dan menasehati untuk tidak sering menunda-nunda pekerjaan. 12. Teman-teman SMA yang selalu berkomunikasi memberikan dukungan dan semangatnya melalui guyonan-guyonan aneh: Junai, Gogo, Monic, Martin, Erwin. Terimakasih sering membuat penulis tertawa dan berrefreshing sejenak. 13. Mas Wisnu, Mba Caecil, Ken, Nining, Fitri, teman-teman kos Iota, teman-teman Fakultas Psikologi, Mba Rina yang senantiasa membantu, mendukung dan menyemangati penulis. Ibu penjaga loker di Perpustakaan yang selalu memberikan senyum dan semangatnya untuk proses pengerjaan skripsi penulis.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Yogyakarta, 19 Agustus 2016 Penulis,
Yohanna Viscanesia Sinaga
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI Halaman Judul .........................................................................................................
i
Halaman Persetujuan Pembimbing .........................................................................
ii
Halaman Pengesahan Skripsi .................................................................................. iii Halaman Motto ....................................................................................................... iv Halaman Persembahan ............................................................................................
v
Halaman Pernyataan Keaslian Karya ...................................................................... vi Abstrak .................................................................................................................... vii Abstract ................................................................................................................... viii Halaman Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah ......................................................... ix Kata Pengantar ........................................................................................................
x
Daftar Isi ................................................................................................................. xiii Daftar Tabel ............................................................................................................ xvii Daftar Lampiran ..................................................................................................... xix BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 A. Latar Belakang .............................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 10 C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 10 D. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 10 1. Teoritis .................................................................................................... 10 2. Praktis ..................................................................................................... 10 BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................. 12 xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A. Perilaku Asertif ............................................................................................. 12 1. Definisi Perilaku Asertif ......................................................................... 12 2. Dampak Perilaku Asertif ......................................................................... 13 3. Aspek-aspek Perilaku Asertif .................................................................. 17 B. Perilaku Cyberbullying .................................................................................. 21 1. Definisi Perilaku Bullying ........................................................................ 21 2. Definisi Perilaku Cyberbullying .............................................................. 22 3. Jejaring Sosial .......................................................................................... 26 4. Aspek-aspek Perilaku Cyberbullying ...................................................... 26 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Cyberbullying ................... 31 6. Dampak Perilaku Cyberbullying ............................................................. 35 C. Remaja .......................................................................................................... 36 1. Definisi dan Batasan Usia Remaja ......................................................... 36 2. Perkembangan Remaja ........................................................................... 39 D. Dinamika Hubungan antara Perilaku Asertif dan Perilaku Cyberbullying pada Remaja .......................................................................................................... 43 E. Hipotesis ....................................................................................................... 48 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 49 A. Jenis Penelitian .............................................................................................. 49 B. Identifikasi Variabel Penelitian ..................................................................... 49 C. Definisi Operasional ...................................................................................... 49 1. Perilaku Asertif ........................................................................................ 49 xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Perilaku Cyberbullying ............................................................................ 50 D. Subjek Penelitian ........................................................................................... 51 E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ............................................................ 52 1. Skala Perilaku Asertif .............................................................................. 52 2. Skala Perilaku Cyberbullying .................................................................. 54 F. Validitas, Seleksi Item dan Reliabilitas Alat Ukur ........................................ 56 1. Validitas ................................................................................................... 56 2. Seleksi Item ............................................................................................. 57 3. Reliabilitas ............................................................................................... 61 G. Metode Analisis Data .................................................................................... 59 1. Uji Normalitas ......................................................................................... 62 2. Uji Linearitas ........................................................................................... 63 3. Uji Hipotesis ............................................................................................ 63 H. Pelaksanaan Uji Coba .................................................................................... 64 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 65 A. Pelaksanaan Penelitian ................................................................................... 65 B. Deskripsi Subjek Penelitian ........................................................................... 65 C. Deskripsi Data Penelitian .............................................................................. 67 D. Kategorisasi ................................................................................................... 68 E. Analisis Data Penelitian ................................................................................ 71 1. Uji Asumsi .............................................................................................. 71 a. Uji Normalitas .................................................................................. 71 xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Uji Linearitas .................................................................................... 72 2. Uji Hipotesis ........................................................................................... 73 F. Pembahasan .................................................................................................. 75 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 80 A. Kesimpulan ................................................................................................... 80 B. Saran ............................................................................................................. 80 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 82 LAMPIRAN ............................................................................................................ 89
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Pemberian Skor Skala Perilaku Asertif ..................................................... 53 Tabel 3.2 Blueprint dan Distribusi Item Skala Perilaku Asertif Sebelum Uji Coba 54 Tabel 3.3 Pemberian Skor Skala Perilaku Cyberbullying ......................................... 55 Tabel 3.4 Blueprint dan Distribusi Item Skala Perilaku Cyberbullying Sebelum Uji Coba .......................................................................................................................... 56 Tabel 3.5 Blueprint dan Distribusi Item Skala Perilaku Asertif Setelah Uji Coba ... 58 Tabel 3.6 Blueprint dan Distribusi Item Skala Perilaku Asertif Setelah Uji Coba (Setelah diacak sesuai skala) .................................................................................... 59 Tabel 3.7 Blueprint dan Distribusi Item Skala Perilaku Cyberbullying Setelah Uji Coba Kedua ............................................................................................................. 60 Tabel 3.8 Blueprint dan Distribusi Item Skala Perilaku Cyberbullying Setelah Uji Coba Kedua (Setelah diacak sesuai skala) ............................................................... 61 Tabel 4.1 Deskripsi Subjek berdasarkan Jenis Kelamin .......................................... 66 Tabel 4.2 Deskripsi Subjek berdasarkan Usia ......................................................... 66 Tabel 4.3 Deskripsi Subjek berdasarkan Jenjang Sekolah ...................................... 66 Tabel 4.4 Deskripsi Data Penelitian ........................................................................ 67 Tabel 4.5 Norma Kategorisasi ................................................................................. 69 Tabel 4.6 Norma Kategorisasi Perilaku Asertif ...................................................... 69 Tabel 4.7 Norma Kategorisasi Perilaku Cyberbullying .......................................... 70 Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas ............................................................................... 71 xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.9 Hasil Uji Linearitas ................................................................................. 73 Tabel 4.10 Hasil Uji Hipotesis ................................................................................ 74
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A. Blueprint Skala Perilaku Asertif .......................................................... 90 Lampiran B. Blueprint Skala Perilaku Cyberbullying .............................................. 92 Lampiran C. Skala Pengukuran ................................................................................ 95 Lampiran D. Reliabilitas dan Seleksi Item Skala Perilaku Asertif .......................... 104 Lampiran E. Reliabilitas dan Seleksi Item Skala Perilaku Cyberbullying (Pertama) 106 Lampiran F. Reliabilitas dan Seleksi Item Skala Perilaku Cyberbullying (Kedua) 108 Lampiran G. Uji Normalitas Perilaku Asertif .......................................................... 110 Lampiran H. Uji Normalitas Perilaku Cyberbullying .............................................. 110 Lampiran I. Uji Linearitas ....................................................................................... 111 Lampiran J. Uji Korelasi Perilaku Asertif dan Perilaku Cyberbullying .................. 111
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi komunikasi kian mengubah bentuk pergaulan dan cara bersosialisasi. Manusia bebas mengekspresikan perasaan dan pikiran serta bergaul tanpa mengenal batas, ruang dan waktu dengan memanfaatkan media internet (cyber media). Berbagai perangkat komunikasi seperti komputer, laptop dan yang paling marak digunakan saat ini ialah smartphone menambah kemudahan akses internet di manapun dan kapanpun. Lembaga survei dunia yaitu Mobility Report Ericsson, melaporkan bahwa pengguna perangkat mobile di dunia pada tahun 2019 akan mencapai 5,6 miliar dengan 60% diantaranya adalah pengguna smartphone (biskom.web.id). Survei yang dilakukan oleh APIJI (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) pada tahun 2012 menemukan bahwa jumlah pengguna smartphone di Indonesia mencapai 65,7%. Regional Head of Consumer Lab Ericsson Southeast Asia and Oceania juga menuturkan terkait pemakaian smartphone di Indonesia masih didominasi untuk sms dan internetan (tekno.kompas.com). Di Indonesia jumlah pengguna internet terus meningkat dari tahun ke tahun. Survei yang dilakukan oleh APJII menemukan hingga akhir tahun 2014 pengguna internet di Indonesia sudah mencapai 88,1 juta jiwa. Naik sekitar enam persen dari 2013 dengan 71,9 juta pengguna. Survei yang dilakukan oleh APJII (2014) juga menemukan bahwa masyarakat Indonesia banyak mengakses dunia 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
jejaring sosial hingga menetapkannya di posisi teratas. APJII (2014) mencatat terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing dengan 68,7% dan instant messanging sebanyak 59,9%. Situs jejaring sosial yang sengaja dibuat untuk menghubungkan orang-orang dari berbagai belahan dunia dalam berinteraksi satu sama lain telah mencapai ratusan. Tim Pusat Humas Kementerian Perdagangan RI (2014) menerangkan beberapa jejaring sosial yang dibuat dan telah dikenal oleh masyarakat mulai dari Friendster, MySpace, Flickr, Orkut, Multiply, Care2, Digg, Youtube, Facebook, Twitter, Friendfeed, Google Buzz hingga yang terbaru sekarang, yaitu Instagram dan Path. Boyd & Ellison (2008) mendifinisikan jejaring sosial sebagai layanan berbasis web yang memungkinkan individu untuk membangun profil yang terbuka untuk umum maupun semi terbuka, berhubungan dengan daftar koneksi dari pengguna lain, melihat dan melintasi daftar koneksi pengguna lain maupun diri sendiri. Lembaga penelitian Paw Research mengungkapkan bahwa Facebook masih menjadi jejaring sosial andalan bagi para remaja. Remaja dengan rentang usia 13-17 tahun menggunakan jejaring sosial Facebook sebanyak 71%. Kemudian, jejaring sosial Instagram dilaporkan memiliki netizen terbanyak kedua setelah Facebook, yaitu 52% remaja. Setelah itu terdapat Snapchat dengan 41% pengguna remaja, Twitter dan Google+ sebanyak 33%, Vine (24%), Tumblr (14%) dan media sosial lain sebanyak 11% (tekno.kompas.com).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
Jejaring sosial memiliki beberapa layanan yang telah disediakan antara lain, tampilan profil, teman, komentar, pesan pribadi, berbagi foto dan video, built in blogging serta instant messanging (Boyd & Ellison, 2008). Hal-hal tersebut memudahkan para remaja yang menggunakan jejaring sosial untuk membangun jaringan mereka, mengizinkan mereka mengobrol dan berinteraksi secara bebas. Setiap remaja dapat mengekspresikan ide-ide mereka secara spontan dalam memenuhi kebutuhan eksistensi, aktualisasi serta bersosialisasi menggunakan kata-kata, gambar dan video. Namun, dari waktu ke waktu, kenyamanan dari eksistensi, aktualisasi juga sosialisasi dalam membangun informasi dan komunikasi telah disalahgunakan oleh banyak remaja. Jejaring sosial yang termasuk dalam media sosial digunakan lebih jauh untuk mengintimidasi seseorang dengan mengirimkan kata-kata, gambar maupun video yang menyerang, yang kemudian disebut sebagai cyberbullying (Margono, Yi & Raikundalia, 2014). Survei yang dilakukan Ipsos yaitu perusahaan riset terkemuka dunia, di 24 negara termasuk Indonesia, menunjukkan bahwa satu dari sepuluh atau sekitar 12% orang tua melaporkan bahwa anak mereka mengalami cyberbullying. Pemeriksaan terhadap bullying di antara sekitar 200.000 anak usia sekolah di 40 negara di dunia tahun 2005-2006 menemukan Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki presentase tinggi terkait cyberbullying. Mayoritas dari orangtua (60%) mengatakan anak-anak mengalami perilaku mengganggu tersebut melalui situs jejaring sosial seperti facebook (ipsos-na.com). Lembaga anti-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
bullying terbesar di Inggris, Ditch the Label, melakukan survei yang melibatkan 10.008 anak muda di Amerika Serikat dengan usia rata-rata 13-22 tahun. Survei tersebut menemukan bahwa 69% responden yang diwawancarai pernah mengalami pelecehan di dunia maya. Sebanyak 89% korban cyberbullying mengalaminya di situs jejaring sosial MySpace, kemudian 54% lainnya juga menjadi korban di Facebook, 28% koresponden muda pernah mengalami di Twitter serta di jejaring sosial instagram, ask.fm, bebo dan tumblr (www.DitchtheLabel.org). Cyberbullying merupakan bentuk baru dari tindakan bullying atau traditional bullying. Bullying didefinisikan sebagai tindakan agresi yang sengaja dilakukan oleh individu atau kelompok dengan tujuan untuk melukai orang lain secara berulangkali dimana orang lain tidak dapat membela dirinya sendiri. Tindakan bullying tersebut terjadi antara pelaku yang lebih kuat kepada korban yang lebih lemah secara verbal maupun nonverbal, ataupun secara langsung maupun tidak langsung (Olweus, 2012). Sedangkan cyberbullying sendiri didefinisikan sebagai setiap perilaku yang dilakukan melalui media elektronik atau digital oleh individu atau kelompok secara berulang kali berkomunikasi dengan mengirim pesan bersifat permusuhan dan agresif untuk memberikan luka atau ketidaknyamanan bagi orang lain (Tokunaga, 2010). Artinya, seseorang dapat dikatakan melakukan cyberbullying ketika menghina, melecehkan, mengancam melalui email, pesan singkat online (Instant Messaging), ruang obrolan (chat room), website, situs game online, atau media digital lain yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
kemudian melukai perasaan atau membuat ketidaknyamanan (takut, cemas, marah) terhadap orang lain. Cyberbullying banyak dilakukan dan melibatkan remaja serta anak muda. Tokunaga (2010) menyebutkan bahwa berdasarkan kecenderungan kelompok usia, munculnya korban cyberbullying banyak terjadi di kelas VII dan VIII Sekolah Menengah Pertama pada remaja laki-laki dan perempuan. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian Lindfors dkk (2012) bahwa proporsi tertinggi terjadinya cyberbullying diantara usia 14 tahun dan yang terendah usia 18 tahun pada laki-laki maupun perempuan. Penelitian yang dilakukan oleh Price & Dalgeish (2010) juga menemukan bahwa remaja yang banyak melakukan atau mengalami cyberbullying ketika berusia 10-14 tahun (50%), 15-18 tahun (42%) dan 19-25 tahun (8%). Presentase terbesar yang terlibat dalam cyberbullying merupakan individu yang berusia 10 tahun hingga 18 tahun. Usia remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang melibatkan perubahan fisik, kognitif, emosional dan sosial (Papalia, Feldman & Martorell, 2014). Perubahan yang begitu kompleks menyebabkan remaja menjadi labil dan belum matang secara psikis. Dolcini dkk (dalam Santrock, 2007) mengungkapkan bahwa para remaja mudah terlibat dalam perilaku yang ceroboh. Tindakan ceroboh berarti remaja tergesa-gesa dan kurang matang dalam mengambil keputusan sehingga menimbulkan masalah-masalah. Perilaku cyberbullying yang terjadi di Indonesia baru-baru ini menimpa seorang siswi SMA Methodist-I di Medan, yaitu Sonya Depari. Siswi tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
dikabarkan mengaku sebagai anak dari Jenderal Kapolda Sumatera Utara, kemudian berani membentak polwan yang menertibkannya karena berkonvoi usai Ujian Nasional. Perilaku Sonya tersebut mengundang banyak kecaman dan caci maki di akun jejaring sosial instagram miliknya. Cyberbullying yang dialami membuat Sonya mengalami trauma, ketakutan dan malu untuk keluar rumah (sumatera.metrotvnews.com). Kasus yang paling mengejutkan di luar negeri adalah banyak remaja korban dari cyberbullying merasa putus asa dan berpikiran pendek sehingga memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara-cara tertentu. Salah satu kasusnya yaitu Katie Webb, gadis cantik asal Inggris ini mengakhiri hidupnya di usia 12 tahun. Katie ditemukan tewas gantung diri di rumahnya di Evesham, Worcestershire, Inggris lantaran tak kuat menerima cacian dari teman-temannya melalui Facebook. Katie mendapat hinaan karena temantemannya menilai gaya rambut Katie tidak keren dan karena Katie juga tidak memakai baju bermerek (dailymail.co.uk). Tindakan bunuh diri yang dilakukan oleh Katie Webb merupakan dampak yang paling mengkhawatirkan pada korban cyberbulling. Kasus tersebut mendukung penemuan Hay, Meldrum dan Mann (dalam Slonje dkk, 2012) bahwa dampak terbesar dari cyberbullying adalah kemungkinan untuk melukai diri sendiri dan keinginan untuk bunuh diri. Ybarra dkk (2006) menemukan bahwa korban cyberbullying mengalami banyak tekanan dan ketegangan akibat pengalaman yang dialami. Selain depresi dan bunuh diri, korban cyberbullying juga menghadapi bermacam-macam masalah akademik dan sosial. Mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
menarik diri dari aktivitas sekolah, ketidakhadiran di sekolah, dan kegagalan dalam sekolah, gangguan makan dan penyalahgunaan zat-zat kimia (Chibbaro & Klomek dalam Notar dkk, 2013). Dampak negatif tidak hanya dirasakan oleh para korban cyberbullying. Studi Patchin & Hinduja (2010) dan Guarini dkk (2012), menemukan siswa yang memiliki pengalaman cyberbullying, secara signifikan memiliki sikap negatif terhadap sekolah dan harga dirinya lebih rendah daripada mereka yang sedikit atau tidak pernah terlibat dalam cyberbullying. Terdapat juga implikasi jangka panjang untuk pelaku ketika memasuki masa dewasa, yaitu antisosial, kekerasan atau perilaku kriminal yang lebih tinggi (Patchin & Hinduja; Kulig dkk dalam Notar dkk, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Emilia & Leonardi (2013) terhadap remaja berusia 15-17 tahun menyatakan bahwa perilaku cyberbullying dipengaruhi oleh kompetensi sosial. Individu yang kompetensi sosialnya rendah maka perilaku cyberbullying yang dilakukan tinggi. Kompetensi sosial yang dimaksud ialah kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk berinteraksi dengan orang lain secara efektif dan dapat diterima secara sosial. Individu yang memiliki kemampuan tersebut mengetahui bagaimana merespon orang lain dengan cara menyampaikan pendapat secara langsung dan jelas tanpa adanya kecemasan. Individu juga memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan kebutuhan dan keinginan tanpa melakukan tindakan agresi untuk menyakiti orang lain. Kemampuan yang telah disebutkan di atas merupakan ciri-ciri orang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
memiliki sikap dan perilaku asertif (Praskah & Devi, 2015; Arrindell & van der Ende dalam Sarkova dkk, 2013). Perilaku asertif merupakan sikap yang aktif, langsung dan jujur dalam berinteraksi dengan orang lain. Dengan bersikap asertif, kita memandang keinginan, kebutuhan, dan hak kita sama dengan keinginan, kebutuhan dan hak orang lain (Llyod, 1990). Perilaku asertif memudahkan para remaja untuk bersosialisasi dalam lingkungan, menghindari konflik karena bersikap jujur dan terus terang, serta dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi secara efektif. Remaja dengan perilaku asertif tinggi akan menghasilkan hubungan yang sehat dalam bernegosiasi dan pemecahan konflik. Perilaku asertif yang dimiliki membantu remaja dalam mengurangi stress ataupun konflik yang dialami sehingga tidak melarikan diri ke hal-hal negatif (Widjaja & Wulan dalam Marini & Andriani, 2005). Individu dengan tingkat perilaku asertif yang rendah kurang dapat mengekspresikan pikiran, perasaan dan kebutuhan yang sebenarnya dialami kepada orang lain. Individu yang gagal untuk berkomunikasi secara spontan lebih cemas dan berjuang untuk mengatasi pikiran, perasaan dan kebutuhan yang mengganggu yang masih terhambat di masa lalu maupun yang akan terjadi di masa mendatang (Adams, 1995). Kecemasan tersebut dapat membawa individu mengalami frustasi yang diakibatkan individu tidak diperlakukan sebagaimana dirinya ingin diperlakukan. Frustrasi merupakan situasi dimana individu terhambat atau gagal dalam usaha mencapai tujuan tertentu yang diinginkannya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
atau mengalami hambatan untuk bebas bertindak dalam rangka mencapai tujuan. Berkowitz
(dalam
Koeswara,
1988)
menyatakan
bahwa
frustrasi
bisa
mengarahkan individu untuk bertindak agresif. Tindakan agresif yang kemungkinan dapat dilakukan oleh individu ialah perilaku cyberbullying. Dorongan agresi tersebut disalurkan melalui media elektronik yang disebabkan individu tidak mampu untuk mengungkapkan langsung bertatap muka kepada orang lain. Hal tersebut didukung oleh penelitian Varjas dkk (2010) yang menyatakan bahwa motivasi seseorang dalam melakukan cyberbullying, antara lain ingin membalas dendam dan membuat perasaan menjadi lebih baik. Berbeda dengan individu yang memiliki perilaku asertif tinggi, mereka akan mencari penyelesaian masalah dimana kedua belah pihak mencapai tujuan yang sama. Selain itu, cyberbullying bersifat tidak langsung atau anonymous. Hal ini menyebabkan pelaku memiliki kesempatan untuk menyembunyikan identitasnya (Varjas dkk, 2010). Pelaku juga cenderung tidak mendapatkan hukuman dan konsekuensi atas tindakannya. Terkait dengan penjelasan di atas, penelitian tentang cyberbullying di Indonesia masih sedikit, sehingga memunculkan ketertarikan peneliti untuk terlibat dalam penelitian tentang cyberbullying. Penelitian ini dilakukan dalam situasi jejaring sosial terkait kasus-kasus cyberbullying pada remaja banyak terjadi di jejaring sosial. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara perilaku asertif dan perilaku cyberbullying pada remaja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
B. Rumusan Masalah Apakah terdapat hubungan negatif antara perilaku asertif dan perilaku cyberbullying di jejaring sosial pada remaja?
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara perilaku asertif dan perilaku cyberbullying di jejaring sosial pada remaja.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan pada ilmu psikologi, terutama pada konteks penelitian –penelitian yang berkaitan dengan faktor dari perilaku cyberbullying, khususnya tentang hubungan antara perilaku asertif dan perilaku cyberbullying di jejaring sosial pada remaja.
2. Manfaat Praktis a. Bagi remaja: Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran umum mengenai hubungan perilaku asertif dan perilaku cyberbullying di jejaring sosial sehingga dapat dijadikan acuan bagi para remaja dalam menyikapi dan menggunakan teknologi dengan baik. b. Bagi orangtua: Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pentingnya perilaku asertif sehingga para orangtua mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
membangun suasana yang dapat mendukung peningkatan perilaku asertif anak. Selain itu, orangtua juga diharapkan mampu untuk mengawasi, membimbing dan mengarahkan para remaja tentang penggunaan teknologi dan media sosial yang baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI A. Perilaku Asertif 1. Definisi Perilaku Asertif Llyod (1990) mengemukakan perilaku asertif merupakan sikap yang aktif, langsung dan jujur dalam berinteraksi dengan orang lain. Dengan bersikap asertif, kita memandang keinginan, kebutuhan, dan hak kita sama dengan keinginan, kebutuhan dan hak orang lain. Perilaku ini juga mendorong hubungan yang jujur dan terbuka. Pengertian perilaku asertif menurut Alberti dan Emmons (1986) ialah perilaku untuk menjalin suatu hubungan yang setara dengan orang lain. Dalam berhubungan dengan orang lain, individu diharapkan dapat mengungkapkan dan mengekspresikan secara jujur mengenai apa yang diinginkan dan dirasakan. Perilaku ini juga dilakukan tanpa mengganggu atau merugikan orang lain. Perilaku interpersonal yang melibatkan pengekspresian pikiran dan perasaan yang relatif jujur dan langsung sesuai norma sosial dan memperhitungkan perasaan dan kesejahteraan orang lain adalah perilaku asertif menurut Rimm and Masters (dalam Pipas & Jaradat, 2010). Cawood (1997) mendefinisikan perilaku asertif sebagai kemampuan seseorang untuk mengekspresikan pikiran, perasaan, kebutuhan dan hak pribadinya tanpa kecemasan, mampu bersikap jujur dan langsung serta 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
memperhitungkan hak-hak sendiri tanpa meniadakan hak orang lain. Ekspresi yang langsung dimaksudkan sebagai perilaku yang tidak berputar-putar, pesan jelas dan terfokus serta tidak menghakimi. Ekspresi jujur dimaksudkan sebagai perilaku yang selaras antara kata-kata, gerak-gerik, perasaan semua mengatakan hal yang sama. Berdasarkan beberapa pengertian mengenai perilaku asertif di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku asertif merupakan perilaku individu yang mengungkapkan perasaan dan pikiran secara langsung, artinya menyampaikan pesan secara jelas, tidak berputar-putar dan fokus. Individu juga dapat mengekspresikan perasaan secara jujur, yaitu antara kata-kata, gerak-gerik dan perasaan selaras. Pengekspresian perasaan dilakukan dengan memandang keinginan, kebutuhan, hak dan kesejahteraan kita setara dengan orang lain yang dilakukan tanpa menghakimi, menggangu, menyakiti maupun merugikan orang lain.
2. Dampak perilaku Asertif Kemampuan untuk mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan maupun keinginan-keinginan secara langsung dan jujur kepada orang lain dengan tetap menghormati hak orang lain merupakan perilaku asertif. Menurut Adams (1995), individu yang mampu mengungkapkan diri maupun yang tidak mampu dalam mengungkapkan diri berdampak pada beberapa hal, antara lain:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
a. Individu tetap mampu sepenuhnya memahami diri sendiri tentang kebutuhan, opini dan ide-ide. Individu yang berani mengungkapkan secara nyata tentang suatu perasaan dan pikiran membuat seseorang menjadi mengenali diri dengan lebih baik. Individu juga menjadi lebih konkret dalam bertindak tentang perasaan dan pikiran. Kemudian, melalui proses tersebut individu akan menciptakan lebih banyak kesempatan untuk mengembangkan diri dengan cara-cara baru, seperti meningkatkan kemampuan pengendalian diri dan pengambilan keputusan (Sriyanto dkk, 2014). b. Individu yang mampu mengungkapkan diri secara terus-menerus lebih mudah untuk hidup di “masa kini”. Hidup di “masa kini” berarti individu hanya memikirkan kebutuhan di saat sekarang, bukan tentang masa lalu maupun tentang masa depan. Individu yang hidup dalam “masa kini”, akan lebih mudah memenuhi kebutuhan di masa sekarang sehingga mengurangi atau menghilangkan kecemasan (Alberti dan Emmons dalam Marini & Andriani, 2005). Sebaliknya, individu yang gagal untuk berkomunikasi secara spontan lebih cemas dan berjuang untuk mengatasi pikiran, perasaan dan kebutuhan yang mengganggu yang masih terhambat di masa lalu maupun yang akan terjadi di masa mendatang. c. Individu yang berperilaku asertif lebih mudah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok pada saat membutuhkan bantuan dan kerja sama dengan orang lain, khususnya dengan orang-orang terdekat. Perilaku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
tersebut akan menghasilkan hubungan yang sehat dalam bernegosiasi, pemecahan konflik dan kehidupan keluarga kemudian menghasilkan “win win solution”. Apabila orang lain mengetahui kebutuhan dan keinginan individu, mereka akan lebih mampu bersedia dan bekerja sama serta membantu memenuhi kebutuhan individu. Kebanyakan individu sering melakukan kesalahan yang menganggap bahwa orang lain mengetahui keinginan dan kebutuhan individu, sehingga merasa tidak perlu lagi untuk mengungkapkan secara langsung dan jujur. Padahal, orang lain belum tentu tepat dalam memperkirakan kebutuhan dan keinginan individu sebelum individu itu sendiri yang mengkonfirmasinya. Individu yang gagal dalam menyatakan kebutuhan pada orang-orang terdekat dapat mengalami efek-efek negatif berkepanjangan, misalnya hubungan yang merenggang antara pasangan suami istri akibat ketidakpedulian kedua belah pihak. Hal tersebut menyebabkan stress dan ketidakbahagiaan yang berlangsung lama sehingga berdampak pada kesehatan mental kedua pasangan. d. Dampak lain dari berperilaku asertif ialah bertambahnya harga diri dan kepercayaan diri individu. Perilaku asertif yang tinggi menimbulkan harga diri yang tinggi dan hubungan interpersonal yang memuaskan karena memungkinkan seseorang untuk mengemukakan keinginan secara langsung dan jelas sehingga menimbulkan perasaan senang dalam diri pribadi dan orang lain (Marini & Andriani, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
e. Individu yang berani untuk terbuka dan mengungkapkan diri otomatis membukakan jalan bagi orang lain juga untuk mengungkapkan diri. Kesalahpahaman yang terjadi di masa lampau dapat dijernihkan dan kesalahpahaman di kemudian hari pun dapat dicegah. Stres dan konflik pun berkurang sehingga tidak melarikan diri ke hal-hal yang negatif (Widjaja & Wulan dalam Marini & Andriani, 2005). Dengan terungkapnya minat satu sama lain, jajaran persahabatan, aktivitas individu, dan hal-hal baru lainnya pun dapat meluas. f. Individu yang mampu untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran secara spontan dan jujur dapat mencegah terjadinya keretakan hubungan dengan orang-orang terdekat. Individu yang berani mengungkapkan kebutuhan dan keinginannya membuat orang lain berusaha untuk memahami dan memenuhi kebutuhan maupun keinginan tersebut sehingga hubungan menjadi lebih nyaman dan bertahan lama. Sebaliknya, kebutuhan yang tidak terpenuhi terus-menerus dapat menimbulkan kebencian yang akan membawa individu menjadi agresif sehingga menyebabkan rusaknya suatu hubungan. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki perilaku asertif tinggi menimbulkan dampak yang lebih positif daripada individu yang perilaku asertifnya rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
3. Aspek-aspek Perilaku Asertif Individu perlu untuk mengungkapkan perasaan secara terbuka, langsung dan jujur untuk mencapai hubungan yang sehat dengan orang lain. Kemampuan tersebut merupakan pengertian dari perilaku asertif. Perilaku asertif mengandung aspek-aspek yang terkandung di dalamnya. Alberti dan Emmons (1986) mengemukakan aspek-aspek yang terdapat dalam perilaku asertif, antara lain: a. Mendukung kesetaraan dalam hubungan manusia Perilaku ini bertujuan untuk mendapatkan suatu keseimbangan dalam melakukan hubungan interpersonal. Perilaku tersebut juga mendorong kesetaraan dalam hubungan antar manusia. Hal ini berarti individu mengetahui bahwa setiap orang memiliki persamaan derajat yang memungkinkan individu mendapatkan perlakuan yang sama tanpa merasa dirugikan satu sama lain. b. Bertindak sesuai dengan kepentingan dan minat Kemampuan untuk membuat keputusan tentang karir, hubungan dengan orang lain, gaya hidup dan manajemen waktu. Individu yang dapat berperilaku asertif juga memiliki inisiatif untuk memulai pembicaraan, mengatur kegiatan, percaya pada keputusan sendiri, dapat menetapkan tujuan dan bekerja untuk mencapainya. Selain itu, kemampuan ini juga membuat individu untuk berani secara jujur meminta bantuan orang lain ketika berada dalam kesulitan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
c. Mampu mempertahankan hak-hak pribadi Individu memiliki keberanian untuk mengucapkan kata tidak dan menolak hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginannya. Individu mampu mempertahankan hak-hak mereka tanpa melanggar hak dan kebutuhan orang lain. Selain itu, individu yang memiliki kemampuan ini dapat menanggapi suatu kritik tanpa menggunakan emosi negatif seperti marah ataupun melakukan perilaku agresif. Kemampuan ini juga digunakan individu untuk mengekspresikan atau mendukung atau mempertahankan pendapat yang diungkapkan. d. Mengekspresikan perasaan secara jujur dan nyaman Kemampuan untuk mengungkapkan perasaan yang dialami secara terbuka baik yang perasaan positif maupun perasaan negatif. Individu mampu untuk tidak menyetujui suatu hal yang tidak sesuai keinginan dan menunjukkan
kemarahan
secara
efektif.
Individu
juga
dapat
mengekspresikan kasih sayang dan persahabatan serta menunjukkan persetujuan atau dukungan. Hal ini dilakukan individu secara spontan, tanpa perasaan cemas, ragu-ragu maupun perasaan takut. e. Tidak melanggar hak-hak orang lain Individu memiliki kemampuan untuk mengungkapkan ekspresi tanpa memberikan kritik yang tidak adil bagi orang lain. Dalam berhubungan dengan orang lain individu menghindari perilaku yang dapat melukai dan mengintimidasi orang lain. Selain itu, individu juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
melakukan hubungan yang jujur tanpa memanipulasi dan mengontrol orang lain. Adams (1995) mengemukakan bahwa perilaku asertif memiliki ciriciri sebagai berikut: a. Individu mampu bergaul dengan terbuka, otentik, apa-adanya, jujur dan langsung. Artinya, individu dapat menyatakan perasaan-perasaan, kebutuhan-kebutuhan dan ide-ide individu yang sebenarnya kepada orang lain secara langsung. b. Individu mampu mempertahankan hak-hak individu tanpa melanggar hak dan kebutuhan orang lain. c. Individu mampu bertindak demi memenuhi kepentingan dan kebutuhan diri sendiri. Tindakan tersebut dapat dilakukan dengan berinisiatif untuk meminta informasi dan bantuan dari orang lain bilamana membutuhkan. d. Individu bersedia mencari penyelesaian yang memuaskan kedua belah pihak apabila mengalami konflik dengan orang lain.
Individu yang dapat berperilaku asertif menurut Zeuschner (2003) adalah sebagai berikut: a. Individu memiliki keinginan untuk berkomunikasi. Hal ini berarti individu berkemauan untuk membangun relasi dan berinteraksi dengan orang lain dengan cara menyatakan ide-ide, kebutuhan-kebutuhan dan perasaanperasaan yang dimiliki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
b. Individu yang asertif merupakan individu yang bertanggungjawab. Individu berarti merupakan orang yang mandiri dan bertanggungjawab terhadap ide-ide, kebutuhan-kebutuhan dan perasaan-perasaan yang dimiliki. Individu yang bertanggungjawab berarti individu siap menerima konsekuensi atas segala ide-ide, kebutuhan-kebutuhan dan perasaanperasaan yang dinyatakan kepada orang lain. c. Individu mampu berkomunikasi sesuai dengan norma sosial dan budaya di lingkungan tempat
tinggal.
Individu sebaiknya mengetahui cara
menyampaikan pendapat yang baik kepada orang lain dengan mengacu pada norma sosial dan budaya dimana individu berada. Hal tersebut dilakukan agar tercipta komunikasi yang nyaman dan terkendali. Komunikasi yang terkendali berarti individu mampu menyampaikan ideide, kebutuhan-kebutuhan dan perasaan-perasaan tanpa menyerang atau melukai perasaan orang lain. Aspek-aspek perilaku asertif dalam penelitian ini menggunakan teori Alberti & Emmons (1986) yang didukung oleh teori Adams (1995) dan Zeuschner (2003). Kelima aspek perilaku asertif tersebut, yaitu: a. Mampu menyatakan perasaan dan pendapat b. Mampu bertindak sesuai kebutuhan dan kepentingan diri c. Mampu mempertahankan hak-hak pribadi d. Mampu menghormati hak-hak orang lain e. Mampu mendukung kesetaraan dalam hubungan manusia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
B. Perilaku Cyberbullying 1. Definisi Perilaku Bullying Istilah bullying berasal dari kata „bull’ (bahasa Inggris) yang berarti „banteng‟ yang suka menanduk. Bullying merupakan tindakan yang menyalahgunakan kekuatan/kekuasaan oleh seseorang atau kelompok kepada korban yang tidak mampu membela atau mempertahankan dirinya karena lemah secara fisik atau mental. Tindakan dapat dikatakan perilaku bullying apabila tindakan dilakukan berulang-ulang dan membuat seseorang merasa takut atau terintimidasi (SEJIWA, 2008). Bullying juga didefinisikan sebagai tindakan agresi yang sengaja dilakukan oleh individu atau kelompok dengan tujuan untuk melukai orang lain secara berulangkali dimana orang lain tidak dapat membela dirinya sendiri. Tindakan bullying tersebut terjadi antara pelaku yang lebih kuat kepada korban yang lebih lemah secara verbal maupun nonverbal, ataupun secara langsung maupun tidak langsung (Olweus, 2012). Menurut Dracic (2009), bullying adalah bentuk kekerasan atau serangan yang bertujuan untuk menyebabkan luka atau penderitaan dan ketidaknyamanan pada orang lain, baik penderitaan fisik maupun emosional. Tindakan bullying dilakukan tanpa memperdulikan tempat terjadinya, keparahan dan durasi. Perilaku ini terjadi berulang kali dalam bentuk yang sama dan adanya hubungan kekuasaan atau kekuatan yang tidak sama antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
individu atau kelompok yang kuat melawan individu atau kelompok yang lemah. Berdasarkan berbagai pengertian bullying diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku bullying adalah tindakan menyerang secara fisik maupun verbal yang dilakukan secara berulang-ulang yang bertujuan untuk melukai
dan
memberi
penderitaan
atau
ketidaknyamanan
dari
individu/kelompok yang lebih kuat (secara fisik maupun sosial) kepada individu/kelompok yang lebih lemah dan tidak dapat membela diri.
2. Definisi Perilaku Cyberbullying Perilaku bullying paling banyak terjadi di lingkungan sekolah, terutama di tempat-tempat yang bebas dari pengawasan guru maupun orangtua. Seiring dengan berkembangnya teknologi yang semakin canggih, perilaku bullying terjadi di kawasan yang lebih luas. Remaja saat ini lebih aktif memonitor komputer atau mengecek smartphone daripada bermain di luar bersama teman-teman sebaya. Perilaku bullying pun sekarang ini lebih mudah dilakukan melalui media elektronik, yang kemudian disebut sebagai cyberbullying (SEJIWA, 2008). Cyberbullying merupakan bentuk baru dari tindakan bullying atau traditional bullying (Olweus, 2012). Cyberbullying atau disebut juga sebagai electronic bullying didefinisikan sebagai tindakan bullying melalui email, Instant Messaging, ruang obrolan (chat room), website, situs game online,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
pesan singkat yang dikirim melalui telepon seluler maupun teknologi informasi dan komunikasi lainnya (Kowalski dkk, 2012). Hinduja & Patchin (2014) yang khusus meneliti tentang agresi di media online mengemukakan tentang definisi dari cyberbullying. Tindakan yang sengaja dilakukan berulang kali untuk menyakiti melalui penggunaan komputer, telpon selular, dan alat elektronik lain disebut sebagai cyberbullying. Tindakan tersebut mengacu pada insiden dimana remaja menggunakan teknologi untuk mengganggu, mengancam, menghina atau melakukan perbuatan yang menimbulkan pertengkaran dengan teman sebaya. Perbuatan yang termasuk dalam cyberbullying, misalnya seperti mengirimkan pesan teks yang melukai perasaan orang lain, menyebarkan rumor tentang teman sebaya menggunakan smartphones, menyebarkan foto dan video tentang teman sebaya di media sosial, maupun menggunakan aplikasi tanpa nama untuk menghina orang lain. Cyberbullying juga didefinisikan oleh Smith dkk (2008) sebagai tindakan agresif atau perilaku yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik oleh kelompok atau individu berulang kali dan dari waktu ke waktu terhadap korban yang tidak bisa dengan mudah membela dirinya. Sedangkan menurut Tokunaga (2010), cyberbullying adalah setiap perilaku yang dilakukan melalui media elektronik atau digital oleh individu atau kelompok secara berulang kali mengkomunikasikan pesan bermusuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
atau
agresif
yang
dimaksudkan
untuk
menimbulkan
bahaya
atau
ketidaknyamanan pada orang lain. Berdasarkan berbagai pengertian cyberbullying diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku cyberbullying adalah tindakan yang menyakiti, mengganggu, mengancam atau menghina orang lain secara sengaja dan berulang kali oleh individu atau kelompok melalui media elektronik atau digital untuk menimbulkan bahaya atau ketidaknyamanan bagi orang lain.
Perilaku agresi yang digunakan untuk membully orang lain melalui media elektronik memiliki berbagai macam cara. Willard (dalam Kowalski dkk, 2012) kemudian mengklasifikasikan tujuh perilaku yang paling umum digunakan untuk melakukan tindakan cyberbullying, antara lain: a. Flaming Individu mengirimkan pesan teks berisi kata-kata yang penuh amarah dan frontal kepada orang lain. b. Harassment Individu mengirimkan pesan-pesan berisi gangguan pada email, sms, maupun pesan teks di jejaring sosial yang dilakukan secara terus menerus kepada orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
c. Denigration Individu memposting pernyataan yang tidak benar atau kejam tentang seseorang dengan tujuan untuk merusak reputasi dan nama baik orang tersebut. d. Impersonation Individu berpura-pura menjadi orang lain untuk membuat seseorang terlihat buruk atau berada dalam bahaya. Misalnya, individu mencuri kata sandi akun jejaring sosial seseorang, kemudian memposting status yang negatif atau mengirimkan kata-kata menghina kepada orang lain. e. Outing and trickery Individu terlibat dalam trik untuk mengumpulkan informasi pribadi, foto-foto pribadi atau informasi memalukan tentang orang lain yang kemudian disebarkan dengan mempublikasikan melalui media elektronik. f. Exclusion Individu secara sengaja dan kejam mengeluarkan seseorang dari group online. g. Cyberstalking Individu mengganggu dan mencemarkan nama baik seseorang secara intens sehingga menimbulkan ketakutan yang besar pada orang tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
3. Jejaring Sosial Jejaring sosial adalah layanan berbasis web yang memungkinkan individu untuk membangun profil yang terbuka untuk umum maupun semi terbuka, berhubungan dengan daftar koneksi dari pengguna lain, melihat dan melintasi daftar koneksi pengguna lain maupun diri sendiri. (Boyd & Ellison, 2008). Individu dapat menuliskan hal apapun seperti menulis pesan ke orang lain, berbagi foto atau video, juga menuliskan identitas diri untuk melengkapi data yang ada di jejaring sosial (Boyd & Ellison, 2008). Tim Pusat Humas Kementerian Perdagangan RI (2014) menerangkan beberapa jejaring sosial yang dibuat dan telah dikenal oleh masyarakat mulai dari Friendster, MySpace, Flickr, Orkut, Multiply, Care2, Digg, Youtube, Facebook, Twitter, Friendfeed, Google Buzz hingga yang terbaru sekarang, yaitu Instagram dan Path.
4. Aspek-aspek perilaku Cyberbullying Cyberbullying merupakan bentuk baru dari tindakan bullying atau traditional bullying (Olweus, 2012). Dalam traditional bullying terdapat empat aspek penting untuk menentukan bahwa perilaku termasuk dalam bullying.
Empat
aspek
tersebut
ialah
pengulangan
(repetitition),
ketidakseimbangan kekuatan (power imbalance), kesengajaan (intention), dan agresi (aggressive). Langos (2012) menerangkan pentingnya keempat aspek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
tersebut untuk dimasukkan dalam cyberbullying. Sebelumnya, keempat aspek tersebut harus direvisi/didefinisi ulang agar dapat disesuaikan dalam konteks maya (cyber). Namun, untuk memahami bagaimana aspek-aspek tersebut dapat berlaku di konteks maya (cyber), perlu untuk membedakan antara cyberbullying secara langsung maupun tidak langsung terlebih dahulu. a. Cyberbullying langsung Cyberbullying
langsung
terjadi
dalam
domain
pribadi.
Cyberbullying langsung merupakan komunikasi pribadi antara pelaku kepada korban dengan mengirimankan pesan secara langsung melalui media elektronik yang memiliki efek langsung terhadap korban. b. Cyberbullying tidak langsung Cyberbullying tidak langsung terjadi dalam domain publik. Cyberbullying tidak langsung ialah tindakan bullying dimana pesan agresi disampaikan melalui forum umum di dunia maya, seperti jejaring sosial atau website. Pesan yang disampaikan tersebut dapat tersebar kepada penonton dengan jumlah yang tidak terbatas.
Setelah menjelaskan tentang cyberbullying secara langsung dan tidak langsung, Langos (2012) menjelaskan tentang keempat aspek yang telah didefinisi ulang sesuai dengan konteks maya (cyber). Aspek-aspek cyberbullying antara lain:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
a. Repetitition (pengulangan) Pengulangan merupakan kriteria utama dalam cyberbullying (Hinduja & Patchin dalam Langos, 2012). Perilaku agresi yang dilakukan hanya sekali tidak dapat dikatakan sebagai perilaku cyberbullying, melainkan disebut sebagai lelucon atau cyberjoking. Oleh karena itu, pengulangan merupakan kriteria penting untuk membedakan antara lelucon atau serangan yang disengaja. Aspek pengulangan memiliki perbedaan pada cyberbullying langsung dan tidak langsung. Pada cyberbullying langsung, pengulangan terjadi dengan mengirimkan pesan secara pribadi dari pelaku kepada korban secara berulang-ulang, misalnya pelaku telah mengirimkan pesan agresi melalui SMS sebanyak delapan kali dalam sebulan. Sedangkan pada cyberbullying tidak langsung, aspek pengulangan tidak terjadi seperti pada cyberbullying langsung. Pesan agresi yang diunggah dalam forum umum di dunia maya dapat dilihat berkali-kali atau disalin kemudian didistribusikan oleh para penonton kepada penonton-penonton lain tanpa harus diposting terus-menerus. b. Power imbalance (ketidakseimbangan kekuatan) Ketidakseimbangan kekuatan merupakan aspek lain yang dianggap penting oleh beberapa peneliti sebagai kriteria dalam cyberbullying. Ketidakseimbangan kekuatan berkaitan dengan interpretasi bahwa kekuatan pelaku melebihi korban dalam konteks traditional bullying.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
Definisi ketidakseimbangan kekuatan tidak berubah dalam konteks maya (cyber). Meskipun ketidakseimbangan kekuatan dapat dicapai dengan berbagai cara baru di dunia maya (cyber), hal tersebut tidak merubah pandangan bahwa dalam rangka memenuhi syarat sebagai cyberbullying, perilaku harus menempatkan korban dalam posisi dimana korban tidak dapat dengan mudah membela atau mempertahankan diri. Karakteristik seseorang seperti popularitas tinggi, kecerdasan, kekuatan fisik, usia, jenis kelamin, dan status sosial ekonomi dapat memberikan kekuatan atau kekuasaan yang lebih pada pelaku daripada korban dalam traditional bullying. Namun, korban yang dianggap sebagai „orang buangan sosial‟ dalam traditional bullying juga dapat terus menjadi alasan untuk menjadi korban dalam cyberbullying. Vandabosch (dalam Langos, 2012) mengemukakan bahwa berbagai derajat keterampilan teknologi dapat membuat perbedaan kekuatan antara pelaku dan korban di dunia maya (cyber). Korban dapat merasa tidak berdaya dalam membela atau mempertahankan diri terhadap tindakan online pelaku dikarenakan pelaku yang dirasa memiliki keahlian teknologi yang lebih besar daripada korban. Korban cyberbullying juga dapat mengalami perasaan tidak berdaya dengan tidak mengetahui identitas pelaku. Hal ini sebagai akibat dari ketersediaan anonymity dalam dunia maya. Pelaku dapat dengan mudah untuk membuat akun menggunakan nama samaran dan identitas palsu. Korban dapat diartikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
sebagai pihak yang lemah dengan tidak adanya keterbatasan antara ruang atau waktu. Pelaku cyberbullying dapat beraksi dimana saja dan kapan saja tanpa dibatasi. Pelaku juga dapat memiliki kekuasaan lebih ketika melakukan cyberbullying secara tidak langsung. Pesan agresi yang diunggah ke dalam forum umum di dunia maya dengan jumlah penonton yang tidak terbatas membuat korban menjadi kurang berdaya. c. Intention (kesengajaan) dan Aggression (agresi) Aspek kesengajaan dan agresi berkaitan satu sama lain dengan kedua aspek sebelumnya, yaitu pengulangan dan ketidakseimbangan kekuatan dalam memenuhi kriteria perilaku cyberbullying. Perilaku umum seperti cyberteasing atau cyberjoking yang tidak memerlukan aspek pengulangan, ketidakseimbangan kekuatan atau kesengajaan untuk menyakiti dilabelkan sebagai tindakan agresif di dunia maya (cyber). Aspek kesengajaan yang hilang menjadikan perilaku tidak dianggap agresif. Hal tersebut dikarenakan perilaku yang dilakukan untuk menyakiti tidak menimbulkan bahaya bagi orang lain. Perilaku dianggap agresif apabila perilaku yang ditujukan kepada korban menghasilkan konsekuensi negatif yang kemudian membuat korban termotivasi untuk menghidarinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Cyberbullying Cyberbullying merupakan masalah yang umum terjadi di kalangan para remaja dalam era globalisasi saat ini. Perilaku cyberbullying para remaja disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: a. Bullying Tradisional Peristiwa bullying di dunia nyata memiliki pengaruh yang besar pada kecenderungan individu untuk menjadi pelaku cyberbullying. Riebel dkk (2009) menemukan bahwa pelaku cyberbullying juga melakukan bullying di kehidupan nyata. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa individu yang terlibat dalam bullying kemungkinan besar melanjutkan perilaku intimidasi melalui media elektronik. Hal ini dikarenakan perkembangan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi sehingga memudahkan pelaku untuk melanjutkan tindakan mengintimidasi. b. Karakteristik Kepribadian Camodeca & Goossens (dalam Kowalski dkk, 2012) memaparkan karakteristik individu yang menjadi pelaku bullying adalah sebagai berikut: i. Memiliki kepribadian yang dominan dan senang melakukan kekerasan. ii. Cenderung temperamental, impulsif, dan mudah frustrasi. iii. Memiliki sikap positif terhadap kekerasan dibandingkan anak lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
iv. Kesulitan mengikuti peraturan. v. Terlihat kuat dan menunjukkan sedikit rasa empati atau belas kasihan kepada mereka yang menjadi korban cyberbullying. vi. Sering bersikap agresif kepada orang dewasa. vii. Pandai berkelit pada situasi sulit. viii. Terlibat dalam agresi proaktif (seperti agresi yang disengaja untuk meraih tujuan tertentu) dan agresi reaktif (seperti reaksi defensif ketika diprovokasi). c. Persepsi terhadap Korban Persepsi terhadap individu tertentu dapat mempengaruhi sikap seseorang terhadap individu tersebut. Para korban bullying yang tidak disukai atau kontroversial biasanya menjadi target intimidasi (Pratiwi, 2011). d. Strain Teori strain menitikberatkan pada hubungan yang negatif dengan orang lain, hubungan dimana seseorang tidak diperlakukan sebagaimana dirinya ingin diperlakukan. Strain adalah suatu kondisi ketegangan psikis yang ditimbulkan dari hubungan negatif dengan orang lain yang menghasilkan efek negatif (terutama rasa marah dan frustrasi) yang mengarah pada kenakalan (Agnew dalam Pratiwi, 2011). Frustrasi merupakan situasi dimana individu terhambat atau gagal dalam usaha mencapai tujuan tertentu yang diinginkannya, atau mengalami hambatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
untuk bebas bertindak dalam rangka mencapai tujuan. Berkowitz (dalam Koeswara, 1988) menyatakan bahwa frustrasi bisa mengarahkan individu untuk bertindak agresif. Individu yang mengalami strain memiliki kecenderungan untuk mengintimidasi orang lain daripada remaja yang tidak mengalami strain (Hinduja & Patchin dalam Pratiwi, 2011). Cyberbullying dapat terjadi karena ingin mengurangi ketegangan, membalaskan dendam atau membuat perasaan menjadi lebih baik (Varjas dkk, 2010). e. Interaksi Orangtua dan Anak Peranan orangtua dalam mengawasi aktivitas anak dalam berinteraksi di internet merupakan faktor yang cukup berpengaruh pada kecenderungan anak untuk terlibat dalam cyberbullying. Orangtua yang tidak terlibat dalam aktivitas online anak menjadikan anak lebih rentan terlibat dalam cyberbullying (Willard, 2005).
Varjas dkk (2010) menyatakan bahwa remaja lebih sering melakukan cyberbullying berdasarkan motivasi-motivasi internal, antara lain: a. Pengalihan perasaan Individu yang pernah menjadi korban cyberbullyig merasa berhak untuk melakukan cyberbullying kepada orang lain yang tidak bersalah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
b. Pembalasan dendam Individu merasa marah terhadap seseorang yang memperlakukan individu dengan tidak baik sehingga menimbulkan niat untuk membalas dendam. c. Membuat perasaan menjadi lebih baik Individu
dapat
merasa
lebih
baik
setelah
melakukan
tindakan
cyberbullying terhadap orang lain. d. Rasa bosan Individu melakukan tindakan cyberbullying dalam upaya mengisi waktu luang atau membuat hiburan dikarenakan tidak memiliki kegiatan yang lebih baik untuk dilakukan. e. Perlindungan Individu menjadi pelaku cyberbullying dengan tujuan melindungi diri agar terhindar menjadi korban dari cyberbullying. f. Iri hati Individu yang merasa iri hati dan benci terhadap orang lain sehingga melakukan tindakan cyberbullying. g. Mendapatkan persetujuan Individu melakukan cyberbullying dengan maksud ingin mendapatkan perhatian dengan menggertak orang lain untuk mengesankan teman-teman individu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
h. Mencoba persona baru Individu ingin menampilkan diri dengan cara yang berbeda di dunia maya daripada yang dilihat orang lain di dunia nyata. i. Anonymity/rasa malu Individu dapat melakukan tindakan cyberbullying dengan sebebasbebasnya ketika korban tidak mengetahui identitas pelaku. Anonymity menghindari individu yang melakukan cyberbullying dari rasa malu. Individu merasa dapat melakukan atau mengatakan apapun ketika tidak bertatap muka dengan korban.
6. Dampak Perilaku Cyberbullying Hinduja & Patchin (2014) mengemukakan efek negatif cyberbullying berdasarkan pengalaman para korban. Para korban cyberbullying merasa depresi (Ybarra dkk, 2006), sedih, marah dan frustrasi. Beberapa korban mengaku terluka baik secara fisik maupun mental. Cyberbullying yang dialami membuat para korban merasa tidak berdaya (Notar dkk, 2013), tidak berharga dan tidak percaya diri. Beberapa korban sering merasa takut dan malu untuk pergi ke sekolah. Dampak-dampak negatif lain bagi korban yang pernah mengalami cyberbullying adalah menurunnya harga diri (Brewer & Kerslake, 2015; Hinduja & Patchin, 2010), mengalami bermacam-macam masalah akademis seperti ketidakhadiran di sekolah dan kegagalan di sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
(Chibbaro, 2007), kekerasan di sekolah serta keinginan untuk bunuh diri (Klomek dkk, 2011). Efek negatif dari cyberbullying tidak hanya dirasakan oleh korban. Pelaku cyberbulllying juga mengalami penurunan harga diri (Brewer & Kerslake, 2015; Hinduja & Patchin, 2010). Pelaku kemungkinan mengalami implikasi jangka panjang antara lain peningkatan sikap antisosial, kekerasan atau perilaku kriminal pada masa dewasa (Patchin & Hinduja: Kulig dkk dalam Notar dkk, 2013). Pinchot & Paullet (2013) menemukan fakta-fakta bahwa perilaku cyberbullying dapat berlanjut menjadi masalah ketika siswa memasuki universitas walaupun insiden cyberbullying selama ini terjadi pada tahun-tahun sekolah menengah. Remaja yang terus-menerus melakukan cyberbullyingdapat mengalami penurunan kualitas hubungan dengan teman sebaya. Remaja pelaku cyberbullying akan kehilangan dukungan dari temanteman sebaya yang kemudian berdampak pada kesejahteraan psikologis (Price dkk, 2010).
C. Remaja 1. Definisi dan Batasan Usia Remaja Kata „remaja‟atau „adolescence‟ berasal dari kata latin „adolescere’, yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menuju kedewasaan” (Ali & Asrori, 2005). Masa remaja ialah perkembangan transisi yang melibatkan perubahan fisik, kognitif, emosional, dan sosial dengan beragam bentuk latar belakang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
sosial, budaya dan ekonomi yang berbeda. Masa remaja ditentukan sekitar usia 11 dan 19 atau 20 tahun (Papalia, Feldman & Martorell, 2014). Santrock (2007) mendefinisikan remaja sebagai periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa dimulai sekitar usia 10 hingga 13 tahun dan berakhir sekitar usia 18 hingga 22 tahun. Masa remaja dibagi menjadi dua, yaitu masa remaja awal (early adolescence) dan masa remaja akhir (late adolescence). Masa remaja awal berlangsung kira-kira di masa sekolah menengah pertama atau sekolah menengah akhir dan perubahan pubertal terbesar terjadi di masa ini. Sedangkan, masa remaja akhir berlangsung kira-kira pada pertengahan dasawarsa yang kedua dari kehidupan. World Health Organization (WHO) (dalam Sarwono, 2002) mengemukakan definisi remaja melalui tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis dan sosial ekonomi. Secara biologis, remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda kematangan seksual sekundernya sampai mencapai kematangan seksual. Secara
psikologis,
remaja
merupakan
individu
yang
mengalami
perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. Terakhir definisi remaja secara sosial ekonomi ialah terjadinya peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
yang relatif lebih mandiri (Muangman, dalam Sarwono, 2002). Organisasi kesehatan dunia tersebut membagi remaja menjadi remaja awal yang berkisar antara umur 10 hingga 14 tahun dan remaja akhir sekitar umur 15 hingga 20 tahun. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang melibatkan perubahan biologis, psikologis dan sosio-emosional dengan beragam bentuk latar belakang sosial, budaya dan ekonomi yang berbeda. Individu dapat dikatakan sebagai remaja ketika individu mencapai usia sekitar 10 hingga 20 tahun. Dalam kasus cyberbullying, Tokunaga (2010) menyebutkan bahwa cyberbullying banyak terjadi di usia Sekolah Menengah Pertama (SMP). Siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Indonesia rata-rata berada pada usia 12 hingga 14 tahun. Price & Dalgeish (2010) menemukan bahwa presentase terbesar usia yang terlibat dalam cyberbullying adalah usia 10 hingga 18 tahun. Lindfors dkk (2012) juga melaporkan bahwa proporsi tertinggi terjadinya cyberbullying diantara usia 14 tahun dan yang terendah usia 18 tahun. Penentuan subjek kemudian disimpulkan berdasarkan pendapat para ahli yaitu mulai dari remaja di usia 12 hingga 18 tahun, dimana remaja memasuki pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA). Subjek dalam penelitian ini menggunakan remaja yang berada pada masa remaja awal dan masa remaja akhir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
2. Perkembangan Remaja a. Perkembangan Fisik Perkembangan fisik remaja dimulai dengan masa pubertas. Pubertas adalah perubahan cepat pada kematangan fisik yang meliputi perubahan tubuh dan hormonal. Pertambahan berat badan dan tinggi badan berada pada jadwal perkembangan yang sama. Seiring dengan berat badan yang bertambah, tinggi badan juga akan bertambah. Perubahan tubuh akibat kematangan seksual terjadi pada remaja. Remaja laki-laki mengalami pertumbuhan rambut pada kemaluan dan ketiak, ejakulasi pertama dan perubahan suara. Kematangan seksual pada remaja perempuan terlihat dari datangnya menstruasi dan payudara yang membesar. Tubuh remaja menghasilkan dua jenis hormon yang penting dalam perkembangan pubertal. Hormon tersebut adalah androgen dan estrogen yang merupakan jenis hormon seks. Variabilitas hormon berkaitan dengan fluktuasi emosi di masa remaja (Santrock, 2003). Perkembangan dan perubahan fisik pada remaja membuat remaja harus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan pada dirinya sendiri.
b. Perkembangan Kognitif Perkembangan kognitif remaja termasuk dalam tahap operasional formal dalam teori Piaget. Pada tahap ini, para remaja mampu berpikir logis dengan objek-objek yang abstrak. Hal ini berarti para remaja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
memiliki cara-cara yang fleksibel dalam mengelola informasi (Papalia, Old & Feldman, 2008). Para remaja dapat menyusun rencana pemecahan masalah dan secara sistematis menguji cara-cara pemecahan yang telah dipikirkan. Proses tersebut disebut juga dengan kemampuan kognitif dalam mengembangkan hipotesis (Ali & Asrori, 2005). Santrock (2007) mengungkapkan bahwa remaja juga terlibat dalam cara-cara untuk menyusun konsep dan bernalar mengenai dunia sosial terkait orang-orang disekitar. Egosentrisme remaja muncul dengan kesadaran diri yang mulai meningkat dimana tercermin dalam keyakinan bahwa orang lain berminat terhadap sosok diri remaja seperti halnya diri sendiri (Santrock, 2007). Para remaja cenderung merasa menjadi pusat perhatian dan berusaha untuk „terlihat di atas panggung‟. Para remaja juga menghayati diri sebagai sosok yang unik dan tidak terkalahkan. Penghayatan mengenai keunikan dan tidak terkalahkan cenderung membuat para remaja terlibat dalam perilaku yang ceroboh (Dolcini dkk dalam Santrock, 2007). Tindakan yang ceroboh berarti para remaja seringkali bertindak tergesa-gesa dan kurang matang dalam mengambil keputusan sehingga menimbulkan masalah-masalah. Elkind
(dalam
Papalia,
Feldman
&
Martorell
2008)
mengungkapkan bahwa remaja memiliki pola pikir yang tidak matang. Ketidakmatangan pola pikir remaja ditandai dengan idealisme yaitu remaja percaya bahwa mereka mengetahui bagaimana cara mengatur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
dunianya lebih baik dibanding orang dewasa, menunjukkan kemampuan penalaran, memiliki strategi pengambilan keputusan yang kurang efektif, menganggap orang lain memiliki pandangan yang sama dengan dirinya dan menganggap dirinya unik.
c. Perkembangan Sosio-emosional Individu memasuki kehidupan sosial yang berbeda ketika menginjak masa remaja. Para remaja mulai membuat jarak dengan orangtua dan lebih sering menghabiskan waktu bersama teman-teman sebaya di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Hal tersebut dikarenakan kegembiraan remaja yang merasa bebas, merasa terbuka, terlibat dalam suatu kelompok dan termotivasi oleh teman-teman sebaya. Para remaja mulai bertumpu lebih pada teman-teman sebaya dibandingkan pada orangtua dalam mendapatkan dukungan dengan cara berbagi rahasia yang kemudian meningkatkan kapasitas kedekatan. Remaja yang memiliki persahabatan yang dekat, stabil dan mendukung umumnya melakukan hal yang baik di sekolah, lebih mudah bersosialisasi dan cenderung bersahabat dan tidak cemas (Papalia, Feldman & Martorell, 2014). Pada masa perkembangan transisi juga tidak dipungkiri bahwa terdapat beberapa remaja yang memiliki kesulitan dalam hubungan antar teman sebaya. Hal tersebut dikarenakan remaja kurang memiliki kemampuan kognisi sosial yang tepat. Remaja tanpa masalah proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
penyesuaian dengan teman sebaya menghasilkan lebih banyak cara penyelesaian yang alternatif, memberikan penyelesaian masalah yang lebih asertif dan matang, memberikan penyelesaian masalah dengan kadar agresi yang rendah dan menunjukkan perencanaan yang lebih baik. Sebaliknya, remaja yang mengalami masalah penyesuaian dengan teman sebaya akan menilai positif tentang respon agresif dalam menanggapi masalah (Santrock, 2003). Pengalaman bersosialisasi tersebut memberikan kontribusi yang besar terhadap emosi remaja. Pada masa remaja, fluktuasi (naik dan turun) emosi berlangsung lebih sering. Remaja memiliki emosi yang meledakledak ketika merasa senang maupun merasa sedih. Remaja sukar untuk mengetahui cara mengekspresikan perasaan kepada orang lain dengan kadar yang cukup. Perasaan sangat marah yang dialami dapat membuat remaja meproyeksikan perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan kepada orang lain (Santrock, 2007). Meledaknya teknologi komunikasi online seperti pesan teks, Instant Messanger, dan media sosial telah mempengaruhi banyak cara perkembangan remaja. Kelompok usia remaja merupakan pengguna utama dari teknologi interaksi
sosial.
Remaja
lebih
banyak
menghabiskan
waktu
untuk
menggunakan internet dalam berkomunikasi dengan teman-teman sebaya. Teknologi komunikasi yang semakin canggih mengubah banyak cara pandangan remaja dalam membangun hubungan sosial dengan teman-teman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
sebaya (Papalia, Feldman & Martorell, 2014). Para remaja saat ini lebih sering bernalar mengenai orang-orang disekitar melalui dunia maya. Kebutuhan eksistensi remaja lebih banyak disalurkan melalui media-media sosial untuk menunjukkan diri dan menjadi pusat perhatian. Penggunaan teknologi komunikasi yang berlebihan dapat berdampak pada perkembangan emosi dan sosial remaja. Remaja cenderung lebih senang mengekspresikan emosi melalui status-status di media sosial daripada mengkomunikasikan secara langsung. Saarni dkk (dalam Santrock, 2007) mengemukakan bahwa remaja yang dapat mengkomunikasikan emosi-emosinya secara konstruktif dapat meningkatkan kualitas relasi dengan teman-teman sebaya.
D. Dinamika Hubungan antara Perilaku Asertif dan Perilaku Cyberbullying pada Remaja Masa remaja merupakan masa perkembangan transisi yang melibatkan perubahan fisik, kognitif, emosional, dan sosial dengan beragam bentuk latar belakang sosial, budaya dan ekonomi yang berbeda-beda (Papalia, Feldman & Martorell, 2014). Perubahan fisik dengan bertambahnya variasi hormon pada remaja berpengaruh terhadap penyesuaian diri remaja terhadap perubahanperubahan dirinya. Variabilitas hormon berkaitan dengan fluktuasi (naik dan turun) emosi yang sering terjadi di masa remaja. Remaja sukar untuk mengetahui cara mengekspresikan perasaan kepada orang lain dengan kadar yang cukup (Santrock, 2007). Elkind (dalam Papalia, Feldman & Martorell, 2008) juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
mengungkapkan bahwa remaja memiliki pola pikir yang kurang matang. Ketidakmatangan pola pikir ditandai dengan idealisme yaitu strategi pengambilan keputusan yang kurang efektif. Egosentrisme dalam diri remaja membuat remaja berpusat pada diri sendiri dibandingkan memikirkan keadaan orang lain. Hal tersebut membuat remaja menjadi ceroboh dan mengalami masalah dengan orangorang disekitarnya. Individu yang menginjak masa remaja memiliki kehidupan sosial yang berbeda ketika masih kanak-kanak. Para remaja mulai lebih sering menghabiskan waktu bersama teman-teman sebaya di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Hal tersebut dikarenakan remaja merasa gembira untuk terlibat dalam suatu kelompok dan termotivasi oleh teman-teman sebaya (Papalia, Feldman & Martorell, 2014). Pada masa perkembangan transisi tidak dipungkiri bahwa terdapat beberapa remaja yang memiliki kesulitan dalam hubungan antar teman sebaya. Hal tersebut dikarenakan remaja kurang memiliki kemampuan kognisi sosial yang tepat. Remaja tanpa masalah proses penyesuaian dengan teman sebaya menghasilkan lebih banyak cara penyelesaian yang alternatif, memberikan penyelesaian masalah yang lebih asertif. Sebaliknya, remaja yang mengalami masalah penyesuaian dengan teman sebaya akan menilai positif tentang respon agresif dalam menanggapi masalah (Santrock, 2003). Remaja dengan perilaku asertif tinggi lebih mudah untuk bersosialisasi dalam lingkungan, menghindari konflik karena bersikap jujur dan berterus terang, serta dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi secara efektif. Perilaku tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
akan menghasilkan hubungan yang sehat dengan orang lain terutama pada saat membutuhkan bantuan dan kerjasama dengan orang lain (Adams, 1995). Keinginan yang dikemukakan secara langsung dan jelas menimbulkan perasaan senang dalam diri pribadi dan orang lain akibat dari hubungan interpersonal yang memuaskan (Marini & Andriani, 2005). Perilaku asertif juga membuat remaja mudah untuk hidup di “masa kini”. Hidup dalam “masa kini” berarti remaja lebih mudah memenuhi kebutuhan di masa sekarang sehingga mengurangi atau menghilangkan kecemasan (Alberti dan Emmons dalam Marini & Andriani, 2005). Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja dapat mencapai tujuan yang diinginkan sehingga remaja tidak mengalami frustrasi akibat ketegangan psikis (strain). Remaja tidak memiliki keinginan untuk mengurangi ketegangan psikis (strain) dikarenakan perasaan positif dalam diri remaja. Dorongan untuk melakukan tindakan agresi melalui perilaku cyberbullying juga rendah. Perilaku asertif yang rendah cenderung membuat remaja menyelesaikan konflik dengan tidak efektif. Remaja kurang dapat jujur dan berterus terang sehingga memilih memendam perasaan dan kebutuhan yang sebenarnya dialami. Perilaku tersebut menghambat remaja untuk dapat bersosialisasi dengan orang lain secara bersahabat dan nyaman. Hal tersebut dikarenakan orang lain tidak tepat dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan remaja. Kebutuhan diri sendiri apabila terus-menerus tidak dipenuhi dapat menimbulkan perasaan-perasaan negatif. Remaja akan merasa lebih cemas dan berjuang untuk mengatasi pikiran, perasaan dan kebutuhan yang mengganggu yang masih terhambat di masa lalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
maupun yang akan terjadi di masa mendatang (Adams, 1995). Peristiwa tersebut membuat remaja mengalami ketegangan psikis (strain) yang menghasilkan perasaan frustrasi. Ketegangan psikis terjadi disebabkan individu tidak diperlakukan sebagaimana dirinya ingin diperlakukan (Agnew dalam Pratiwi, 2011). Rasa frustrasi yang dialami dapat mengarahkan individu untuk bertindak agresif (Berkowitz dalam Koeswara, 1988). Remaja kemudian melakukan tindakan cyberbullying untuk mengurangi ketegangan atau membuat perasaan menjadi lebih baik (Varjas dkk, 2010). Perilaku cyberbullying yang dilakukan oleh remaja saat ini membuat remaja dapat melakukan tindakan agresi tanpa diketahui oleh orang lain. Cyberbullying bersifat tidak langsung atau anonymous menyebabkan pelaku memiliki kesempatan untuk menyembunyikan identitasnya (Varjas dkk, 2010). Pelaku cyberbullying yang sulit untuk diketahui identitasnya membuat para pelaku cenderung tidak mendapatkan hukuman dan konsekuensi atas tindakannya. Tindakan cyberbullying juga dilakukan berdasarkan perkembangan teknologi yang terjadi di zaman sekarang. Para remaja lebih aktif dalam mengakses jejaring sosial melalui smartphone. Jejaring sosial memiliki berbagai layanan yang memudahkan remaja untuk berinteraksi dengan orang lain (Boyd & Ellison, 2008). Hal ini juga memudahkan remaja melakukan tindakan agresi melalui dunia maya menggunakan media elektronik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
Skema Hubungan antara Perilaku Cyberbullying dan Perilaku Asertif pada Remaja
Remaja Perkembangan fisik, kognitif, sosio-emosional
Perilaku asertif tinggi
-
Perilaku asertif rendah
-
-
Mengungkapkan perasaan, pikiran, keinginan dan kebutuhan yang sebenarnya Penyelesaian masalah efektif
-
Hubungan dengan orang lain sehat
-
-
Menimbulkan perasaan positif Kecemasan rendah Tidak mengalami ketegangan psikis
-
-
Memendam perasaan, pikiran, keinginan dan kebutuhan yang sebenarnya Penyelesaian masalah tidak efektif
Hubungan yang sehat dengan orang lain terhambat Menimbulkan perasaan negatif Kecemasan tinggi Mengalami ketegangan psikis
Tidak mengalami frustrasi
Mengalami frustrasi
Tidak memiliki keinginan untuk mengurangi ketegangan psikis
Keinginan untuk mengurangi ketegangan psikis
Tidak memiliki dorongan agresi
Memiliki dorongan agresi
Perilaku cyberbullying rendah
Perilaku cyberbullying tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
E. Hipotesis Berdasarkan uraian teoritik yang telah dijelaskan di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif antara perilaku asertif dan perilaku cyberbullying di jejaring sosial pada remaja. Artinya, semakin tinggi tingkat perilaku asertif, maka akan semakin rendah tingkat perilaku cyberbullying di jejaring sosial pada remaja. Sebaliknya, semakin rendah tingkat perilaku asertif, maka akan semakin tinggi tingkat perilaku cyberbullying di jejaring sosial pada remaja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif korelasional. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang datanya dinyatakan dalam angka dan dianalisis dengan teknik statistik. Karakteristik masalah yang diuji pada penelitian ini adalah melihat hubungan korelasional antara dua variabel. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk menguji asosiasi antara dua variabel, yaitu perilaku asertif dan perilaku cyberbullying pada remaja (Sangadji & Sopiah, 2010).
B. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini memiliki dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel tergantung. Variabel bebas ialah variabel yang mempengaruhi variabel tergantung. Sedangkan variabel tergantung adalah variabel yang bergantung pada variabel bebas (Creswell, 2012). Variabel bebas
: Perilaku asertif
Variabel tergantung
: Perilaku cyberbullying
C. Definisi Operasional 1. Perilaku Asertif Perilaku asertif ialah perilaku individu yang mengungkapkan perasaan dan pikiran secara langsung, artinya menyampaikan pesan secara jelas, tidak 49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
berputar-putar dan fokus. Individu juga dapat mengekspresikan perasaan secara jujur, yaitu antara kata-kata, gerak-gerik dan perasaan selaras. Pengekspresian
perasaan
dilakukan
dengan
memandang
keinginan,
kebutuhan, hak dan kesejahteraan diri sendiri setara dengan orang lain yang dilakukan tanpa menghakimi, menggangu, menyakiti maupun merugikan orang lain. Perilaku asertif diukur dengan menggunakan skala perilaku asertif berdasarkan lima aspek, antara lain: a. Mampu menyatakan perasaan dan pendapat b. Mampu bertindak sesuai kebutuhan dan kepentingan diri c. Mampu mempertahankan hak-hak pribadi d. Mampu menghormati hak-hak orang lain e. Mampu mendukung kesetaraan dalam hubungan antar manusia Hasil skala perilaku asertif akan menunjukkan tingkat perilaku asertif individu. Semakin tinggi skor perilaku asertif maka semakin tinggi pula perilaku asertif yang dilakukan individu. Sebaliknya, semakin rendah skor perilaku asertif, maka semakin rendah pula perilaku asertif yang dilakukan individu.
2. Perilaku Cyberbullying Perilaku
cyberbullying
merupakan
tindakan
yang
menyakiti,
mengganggu, mengancam atau menghina orang lain secara sengaja dan berulang kali oleh individu atau kelompok melalui media elektronik atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
digital untuk menimbulkan bahaya atau ketidaknyamanan bagi orang lain. Perilaku cyberbullying diungkapkan berdasarkan skala perilaku cyberbullying dengan aspek bullyingyang telah direvisi/didefinisi ulang agar dapat disesuaikan dalam konteks maya (cyber). Aspek-aspek tersebut, yaitu pengulangan (repetitition), ketidakseimbangan kekuatan (power imbalance), kesengajaan (intention), dan agresi (aggressive). Semakin besar skor yang didapat maka tingkat perilaku cyberbullying semakin tinggi, begitu pula sebaliknya.
D. Subjek Penelitian Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan subjek menggunakan purposive sample yang mencakup responden, subjek atau elemen yang dipilih karena karakteristik atau kualitas tertentu dan mengabaikan yang tidak memenuhi kriteria yang ditentukan (Morissan, 2012). Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja dengan batasan usia 12 hingga 18 tahun dan telah menggunakan ponsel maupun internet secara aktif selama kurang lebih satu tahun. Penentuan subjek remaja dan batasan usia dilakukan berdasarkan pendapat para ahli tentang kecenderungan kelompok usia yang terlibat dalam cyberbullying. Price & Dalgeish (2010) menemukan bahwa presentase terbesar usia yang terlibat dalam cyberbullying adalah usia 10 hingga 18 tahun. Penelitian Lindfors dkk (2012) juga menyebutkan bahwa proporsi tertinggi terjadinya cyberbullying diantara usia 14 tahun dan yang terendah usia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
18 tahun. Subjek kemudian ditentukan mulai dari usia 12 tahun sesuai dengan pernyataan Tokunaga (2010) yang menyebutkan bahwa cyberbullying banyak terjadi di usia Sekolah Menengah Pertama (SMP).
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah skala perilaku asertif dan skala perilaku cyberbullying yang disusun dengan metode penskalaan likert. Skala likert merupakan metode penskalaan yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2013). Metode ini meminta kepada subjek untuk mengidentifikasi tingkat kesetujuan dan ketidaksetujuan pada setiap pernyataan. Berikut akan dijelaskan masing-masing variabel yang diukur. 1. Skala perilaku asertif Skala perilaku asertif disusun berdasarkan 5 aspek yang telah digabungkan oleh peneliti berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Alberti dan Emmons (1986), Adams (1995) dan Zeuschner (2003). Aspek-aspek tersebut, yaitu aspek mampu menyatakan perasaan dan pendapat, aspek mampu bertindak sesuai kebutuhan dan kepentingan diri, aspek mampu mempertahankan hak-hak pribadi, aspek mampu menghormati hak-hak orang lain dan aspek mampu mendukung kesetaraan dalam hubungan antar manusia. Setiap item memiliki empat jenis pilihan respon, antara lain “SS (Sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
Setuju)”, “S (Setuju)”, “TS (Tidak Setuju)”, dan “STS (Sangat Tidak Setuju)”. Skor bergerak dari angka 1 sampai dengan angka 4 dengan tidak mencantumkan respon netral. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan central tendency effect yaitu kecenderungan subjek untuk memilih jawaban netral sebagai jawaban aman (Supratiknya, 2014). Skala berisi dua bentuk pernyataan, yaitu pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable. Pernyataan favorable adalah pernyataan yang mendukung aspek-aspek dari perilaku asertif. Sedangkan pernyataan unfavorable adalah pernyataan yang tidak mendukung aspek-aspek dari perilaku asertif (Azwar, 2012). Penentuan skor untuk pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable adalah sebagai berikut:
Table 3.1 Pemberian Skor Skala Perilaku Asertif Alternatif Jawaban
Pernyataan Favorable
Pernyataan Unfavorable
Sangat Setuju
4
1
Setuju
3
2
Tidak Setuju
2
3
Sangat Tidak Setuju
1
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
Table 3.2 Blueprint dan Distribusi Item Skala Perilaku Asertif Sebelum Uji Coba
Aspek
Item Favorable
Unfavorable
4, 5, 14, 15, 31, 61,
6, 12, 13, 21, 28,
71, 72, 73, 99
33, 37, 41, 86, 91
32, 36, 58, 59, 60,
1, 7, 8, 35, 41, 36,
62, 74, 75, 89, 100
83, 92, 93, 95
2, 11, 27, 34, 39,
3, 9, 20, 30, 51,
42, 43, 76, 81, 82
65, 79, 84, 85, 94
Mampu menghormati
19, 26, 29, 46, 67,
10, 24, 25, 38, 44,
hak-hak orang lain
77, 78, 80, 87, 88
64, 66, 68, 69, 90
17, 18, 48, 49, 50,
16, 22, 23, 40, 45,
52, 55, 70, 97, 98
53, 54, 56, 57, 96
50
50
Mampu menyatakan perasaan dan pendapat Mampu bertindak sesuai kebutuhan dan kepentingan diri Mampu mempertahankan hakhak pribadi
Mampu mendukung kesetaraan dalam hubungan antar manusia Total
Total
%
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
100
100
2. Skala perilaku cyberbullying Skala perilaku cyberbullying disusun berdasarkan 4 aspek yang telah dikemukakan oleh Langos (2012). Aspek-aspek tersebut, yaitu aspek pengulangan (repetitition), aspek ketidakseimbangan kekuatan (power imbalance), aspek kesengajaan (intention), dan aspek agresi (aggressive). Setiap item memiliki empat jenis pilihan respon, antara lain “SS (Sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
Setuju)”, “S (Setuju)”, “TS (Tidak Setuju)”, dan “STS (Sangat Tidak Setuju)”. Skor bergerak dari angka 1 sampai dengan angka 4 dengan tidak mencantumkan respon netral. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan central tendency effect yaitu kecenderungan subjek untuk memilih jawaban netral sebagai jawaban aman (Supratiknya, 2014). Skala berisi dua bentuk pernyataan, yaitu pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable. Pernyataan favorable adalah pernyataan yang mendukung aspek-aspek dari perilaku asertif. Sedangkan pernyataan unfavorable adalah pernyataan yang tidak mendukung aspek-aspek dari perilaku asertif (Azwar, 2012). Penentuan skor untuk pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable adalah sebagai berikut:
Table 3.3 Pemberian Skor Skala Perilaku Cyberbullying Alternatif Jawaban
Pernyataan Favorable
Pernyataan Unfavorable
Sangat Setuju
4
1
Setuju
3
2
Tidak Setuju
2
3
Sangat Tidak Setuju
1
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
Table 3.4 Blueprint dan Distribusi Item Skala Perilaku Cyberbullying Sebelum Uji Coba Item
Aspek
Repetitition
Power imbalance
Intention
Aggression Total
Favorable
Unfavorable
12, 13, 22, 23, 51,
14, 21, 32, 37, 53,
52, 61, 64
55, 62, 63
15, 16, 33, 34, 44,
4, 17, 31, 42, 43, 46,
45, 56, 59
57, 58
1, 2, 3, 10, 24, 35,
5, 9, 18, 25, 29, 30,
36, 38
41, 54
6, 8, 19, 20, 26, 39,
7, 11, 27, 28, 40, 47,
49, 50
48, 60
32
32
Total
%
16
25
16
25
16
25
16
25
64
100
F. Validitas, Seleksi Item dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Validitas Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui keakuratan suatu skala psikologi berdasarkan tujuan pengukurannya (Azwar, 2009). Validitas berarti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2011). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (Content Validity). Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi melalui pengujian terhadap isi tes dengan analisisi rasional atau berdasarkan professional judgement untuk melihat apakah item dapat mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur (Azwar,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
2011). Professional judgement pada penelitian ini adalah dosen pembimbing skripsi. 2. Seleksi Item Seleksi item pada penelitian ini bertujuan untuk memilih item-item yang berkualitas. Seleksi item dapat dilihat dengan daya beda atau daya diskriminasi item. Daya diskriminasi item adalah sejauh mana item mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang diukur (Azwar, 2009). Daya diskriminasi item diuji dengan cara menghitung koefisien korelasi antara distribusi skor item dengan distribusi skor total itu sendiri dan menghasilkan korelasi item-total (rix). Menurut Azwar (2009), kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-total, digunakan batasan rix ≥ 0,30. Semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 dianggap memiliki daya beda yang memuaskan. Sebaliknya, item yang memiliki nilai rix kurang dari 0,30 dapat diinterpretasikan sebagai item yang memiliki daya beda rendah. Akan tetapi, apabila jumlah item yang lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria menjadi 0,25 sehingga jumlah item yang diinginkan dapat tercapai. Hasil analisis item skala perilaku asertif berdasarkan batasan rix ≥ 0,30 diperoleh 67 item yang lolos dari 100 item yang diujikan. Total item yang gugur adalah 33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
item. Item yang digunakan pada skala final adalah 50 item dari 67 item yang baik. 50 item ini dipilih berdasarkan nilai rix yang paling baik. Table 3.5 Blueprint dan Distribusi Item Skala Perilaku Asertif Setelah Uji Coba Item Aspek
Mampu menyatakan perasaan dan pendapat Mampu bertindak sesuai kebutuhan dan
hak-hak pribadi Mampu menghormati hakhak orang lain mendukung
kesetaraan
dalam
hubungan antar manusia Total
*) Item gugur
4*, 5*, 14*, 15*,
6*, 12*, 13, 21,
31*, 61, 71, 72,
28*, 33*, 37, 41,
73, 99
86, 91*
32, 36*, 58, 59*,
89, 100*
Mampu mempertahankan
Keterangan:
Unfavorable
60, 62*, 74, 75*,
kepentingan diri
Mampu
Favorable
1, 7, 8, 35, 41, 36*, 83*, 92*, 93*, 95*
2, 11*, 27, 34*,
3, 9, 20, 30*, 51,
39*, 42, 43, 76,
65*, 79*, 84, 85*,
81*, 82*
94*
19, 26, 29*, 46,
10*, 24, 25, 38*,
67*, 77*, 78, 80*,
44*, 64, 66*, 68*,
87*, 88
69, 90
17, 18, 48, 49,
16*, 22*, 23, 40*,
50*, 52, 55*, 70,
45, 53*, 54*, 56*,
97, 98*
57, 96*
50
50
Total
%
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
100
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
Table 3.6 Blueprint dan Distribusi Item Skala Perilaku Asertif Setelah Uji Coba (Setelah diacak sesuai skala) No Item Aspek
Total
%
10
20
10
20
10
20
10
20
9, 35, 45
10
20
23
50
100
Favorable
Unfavorable
6, 16, 26, 36,
1, 11, 21, 31,
46
41
10, 20, 30, 40,
4, 14, 24, 34,
kebutuhan dan kepentingan diri
50
44
Mampu mempertahankan hak-
3, 18, 22, 29,
8, 13, 33, 43,
39
49
2, 15, 28, 32,
5, 12, 23, 38,
42
48
Mampu menyatakan perasaan dan pendapat Mampu bertindak sesuai
hak pribadi Mampu menghormati hak-hak orang lain Mampu mendukung kesetaraan
7, 17, 19, 25,
dalam hubungan antar manusia
27, 37, 47,
Total
27
Try Out skala perilaku cyberbullying dilakukan sebanyak dua kali. Hal ini disebabkan hasil analisis item skala perilaku cyberbullying yang pertama tidak memiliki unfavorable untuk aspek pengulangan (repetition) dan aspek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
kesengajaan (intention). Hasil analisis item skala perilaku cyberbullying yang kedua berdasarkan batasan rix ≥ 0,30 diperoleh 49 item yang lolos dari 64 item yang diujikan. Total item yang gugur adalah 15 item. Item yang digunakan pada skala final adalah 32 item dari 49 item yang baik. 32 item ini dipilih berdasarkan nilai rix yang paling baik.
Table 3.7 Blueprint dan Distribusi Item Skala Perilaku Cyberbullying Setelah Uji Coba Kedua Aspek Repetitition Power Imbalance Intention Aggression Total Keterangan: *) Item gugur
Item Favorable
Unfavorable
7, 25*, 26*, 45, 54, 57, 60*, 62*
8, 9*, 22*, 23*, 35, 36*, 53, 59
6, 18*, 19, 27, 39, 55*, 61*, 63
20*, 21*, 32*, 38, 40, 41*, 49*
10*, 11*, 17*, 29, 33, 34, 44*, 50 12, 16, 30*, 31, 47, 51*, 52*, 61* 32
2, 3, 28, 37*, 42*, 43, 56*, 58* 1*, 4*, 5*, 13*, 14, 15, 46, 48 32
Total
%
16
25
16
25
16
25
16
25
64
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
Table 3.8 Blueprint dan Distribusi Item Skala Perilaku Cyberbullying Setelah Uji Coba Kedua (Setelah diacak sesuai skala) Item
Aspek
Total
%
1, 3, 23, 29
8
25
6, 8, 14, 16, 28
17, 22, 31
8
25
Intention
5, 13, 18, 27
4, 21, 26, 32
8
25
Aggression
2, 12, 19, 30
7, 10, 15, 24
8
25
17
15
32
100
Repetitition Power Imbalance
Total
Favorable
Unfavorable
9, 11, 20, 25
3. Reliabilitas Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2011). Hasil pengukuran yang dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah (Azwar, 2011). Estimasi reliabilitas hasil pengukuran ini dilakukan dengan cara menghitung koefisien alpha-cronbach melalui program SPSS Statistics 23. Koefisien reliabilitas minimum adalah 0,70. Apabila koefisien reliabilitas tidak mencapai batas nilai minimum, yaitu 0,70 maka dapat dikatakan sebuah tes kurang memadai untuk digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
Hasil komputasi data pada skala perilaku asertif diperoleh koefisien Alpha-Cronbach (r) sebesar 0,927 dari 100 item. Setelah seleksi item, koefisien Alpha-Cronbach (r) skala perilaku asertif menjadi 0,944 dari 67 item. Pada skala perilaku cyberbulllying diperoleh koefisien Alpha-Cronbach (r) sebesar 0,791 dari 64 item yang diuji coba. Setelah seleksi item, koefisien Alpha-Cronbach (r) skala perilaku cyberbullying menjadi 0,956 dari 49 item. Berdasarkan nilai Alpha-Cronbach (r) yang diperoleh pada masing-masing skala, maka dapat dikatakan bahwa kedua skala memiliki reliabilitas yang baik.
G. Metode Analisis Data 1. Uji Normalitas Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengecek apakah data penelitian berasal dari populasi yang sebarannya normal atau tidak (Santoso, 2010). Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan teknik KolmogorovSmirnov Test dengan menggunakan program SPSS Statistics 23.0. Distribusi data penelitian dapat dikatakan normal apabila nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 (p > 0,05). Sebaliknya, apabila nilai signifikasinya lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05), maka distribusi data penelitian dikatakan tidak normal (Santoso, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
2. Uji Linearitas Menurut Santoso (2010), uji linearitas digunakan untuk menyatakan apakah hubungan antarvariabel yang hendak dianalisis mengikuti garis lurus atau tidak. Artinya, peningkatan atau penurunan kuantitas di satu variabel akan diikuti secara linear oleh peningkatan atau penurunan kuantitas di variabel lainnya. Uji linearitas pada penelitian ini menggunakan teknik Test for Linierity dengan menggunakan program SPSS Statistics 23.0. Dua variabel dikatakan bersifat linear apabila nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05). Sebaliknya, apabila nilai signifikasinya lebih besar dari 0,05 (p < 0,05), maka dua variabel dikatakan bersifat tidak linear (Priyatno, 2014).
3. Uji Hipotesis Tujuan dari pengujian hipotesis adalah untuk menguji korelasi antara dua variabel, yaitu perilaku asertif dan perilaku cyberbullying. Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan teknik Correlation Product Moment dari Karl Pearson apabila statistik bersifat parametrik. Statistik parametrik adalah statistik yang mempertimbangkan jenis sebaran/distribusi data yang berdistribusi normal dan memiliki varians homogen (Siregar, 2013). Uji hipotesis menggunakan korelasi Spearman Rho apabila statistik bersifat non parametrik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
H. Pelaksanaan Uji Coba Uji coba skala pertama dilakukan pada tanggal 22 Februari 2016 di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Uji coba dilakukan terhadap 78 siswa kelas X di SMA tersebut. Peneliti membagikan kuisioner secara langsung kepada subjek pada saat mata pelajaran Bimbingan Konseling (BK). Uji coba skala kedua dilakukan secara online menggunakan Google Forms dimulai pada tanggal sampai tanggal. Uji coba skala disebarluaskan melalui jejaring sosial dan messenger.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 30 Maret 2016 hingga 11 April 2016 di Kota Yogyakarta. Skala yang berjumlah 162 terlebih dahulu disebarkan dengan menitipkan skala kepada guru BK untuk diberikan kepada siswa-siswi SMP Pangudi Luhur Yogyakarta. Skala kembali yang telah terisi oleh subjek berjumlah 124. Pengambilan data berikutnya dilakukan di sekolah SMK Marsudi Luhur dengan membagikan skala di beberapa kelas pada saat jam pelajaran berlangsung. Skala yang dibagikan berjumlah 95. Total seluruh skala yang telah dibagikan oleh peneliti dan diisi oleh subjek berjumlah 219. Skala yang gugur berjumlah 27 dikarenakan beberapa hal, yaitu terdapat subjek yang belum selesai dalam mengisi dan menyilang pilihan jawaban lebih dari satu. Peneliti kemudian menggunakan skala berjumlah 192 yang telah memenuhi syarat berdasarkan waktu penggunaan ponsel atau internet serta usia subjek.
B. Deskripsi Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah remaja dengan rentang usia 12 hingga 18 tahun yang telah menggunakan ponsel atau internet secara aktif selama kurang lebih satu tahun (± 1 tahun). Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 192 orang. Deskripsi subjek berdasarkan jenis kelamin dan usia dijelaskan pada tabel berikut:
65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
Tabel 4.1 Deskripsi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase
Laki-laki
113
58,9 %
Perempuan
79
41,1 %
Total
192
100 %
Tabel 4.2 Deskripsi Subjek Berdasarkan Usia Usia
Jumlah
Persentase
12 tahun
21
10,9 %
13 tahun
55
28,6 %
14 tahun
27
14,1 %
15 tahun
7
3,6 %
16 tahun
38
19,8 %
17 tahun
27
14,1 %
18 tahun
17
8,9 %
Total
192
100 %
Tabel 4.3 Deskripsi Subjek Berdasarkan Jenjang Sekolah Jenjang Sekolah
Jumlah
Persentase
SMP
106
55%
SMA
86
45%
Total
192
100 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
C. Deskripsi Data Penelitian Tabel 4.4 Deskripsi Data Penelitian Data Teoritis
Sig Variabel
N
Perilaku Asertif Perilaku Cyberbullying
(p)
Mean
Skor Min
Max
Data Empiris SD Mean
Skor Min
Max
SD
192
0,000
125
50
200
25
156,3
125
197
13,3
192
0,000
80
32
128
16
56,32
32
90
13,8
Tabel diatas menunjukkan tentang deskripsi data penelitian dari variabel perilaku asertif dan perilaku cyberbullying. Peneliti kemudian membandingkan mean teoritis dan mean empiris untuk memperoleh informasi mengenai skor yang diperoleh pada tiap variabel penelitian. Nilai mean empiris diperoleh melalui perhitungan dengan program SPSS Statistics 23.0. Sedangkan nilai mean teoritis diperoleh perhitungan manual yaitu:
𝑀𝑖𝑛 +𝑀𝑎𝑥 2
Hasil perhitungan pada variabel perilaku asertif diperoleh mean teoritis sebesar 125 dan mean empiris sebesar 156,3 dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0,000. Perbedaan tersebut menunjukkan bahwa nilai mean empiris lebih tinggi daripada nilai mean teoritis. Hal ini berarti rata-rata skor perilaku asertif subjek adalah tinggi. Pada variabel perilaku cyberbullying diperoleh nilai mean teoritis sebesar 80 dan mean empiris sebesar 56,32 dengan nilai signifikansi (p) sebesar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
0,000. Perbedaan tersebut menunjukkan bahwa nilai mean empiris lebih rendah daripada nilai mean teoritis. Perbandingan tersebut menyatakan bahwa rata-rata skor perilaku cyberbullying subjek tergolong rendah.
D. Kategorisasi Kategorisasi bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam kelompokkelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur dengan asumsi bahwa skor subjek terdistribusi secara normal (Azwar, 2009). Hal ini berarti tinggi rendahnya perilaku asertif maupun perilaku cyberbullying dapat diketahui melalui pengkategorian skor yang diperoleh dari masing-masing subjek pada skala perilaku asertif dan perilaku cyberbullying. Batasan kategori variabel penelitian disusun berdasarkan satuan standar deviasi yang tertera pada tabel 4.3. Berikut merupakan norma kategorisasi yang digunakan dalam penelitian ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
Tabel 4.5 Norma Kategorisasi Skor
Kategorisasi
X ≤ (µ - 1,5σ)
Sangat Rendah
(µ - 1,5σ) < X ≤ (µ - 0,5σ)
Rendah
(µ - 0,5σ) < X ≤ (µ + 0,5σ)
Sedang
(µ + 0,5σ) < X ≤ (µ + 1,5σ)
Tinggi
X > (µ + 1,5σ)
Sangat Tinggi
Keterangan : X : Skor µ : Mean teoritis σ : Standar deviasi teoritis
Tabel deskripsi data penelitian (Tabel 4.3) menunjukkan skor mean teoritis perilaku asertif sebesar 125 dan standar deviasi sebesar 25. Perhitungan norma kategorisasi skor pada variabel perilaku asertif sebagai berikut: Tabel 4.6 Norma Kategorisasi Perilaku Asertif Rentang Skor
Kategorisasi
Jumlah
Persentase
X ≤ 87,5
Sangat Rendah
0
0%
87,5 < X ≤ 112,5
Rendah
0
0%
112,5 < X ≤ 137,5
Sedang
11
5,7%
137,5 < X ≤ 162,5
Tinggi
129
67,2%
> 162,5
Sangat Tinggi
52
27,1%
192
100%
Total
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
Tabel norma kategorisasi perilaku asertif (Tabel 4.5) menunjukkan bahwa subjek remaja rata-rata memiliki perilaku asertif yang tinggi. Penjabaran kategorisasi perilaku asertif yaitu, sebanyak 11 subjek (5,7%) memiliki tingkat perilaku asertif tergolong sedang, 129 subjek (67,2%) termasuk dalam tingkat perilaku asertif tinggi dan 52 subjek (27,1%) berada pada tingkat perilaku asertif yang sangat tinggi. Skor mean teoritis perilaku cyberbullying pada tabel deskripsi data penelitian (Tabel 4.3) diketahui sebesar 80 dan standar deviasi sebesar 16. Perhitungan norma kategorisasi skor pada variabel perilaku cyberbullying sebagai berikut: Tabel 4.7 Norma Kategorisasi Perilaku Cyberbullying Rentang Skor
Kategorisasi
Jumlah
Persentase
X ≤ 56
Sangat Rendah
97
50,5%
56 < X ≤ 72
Rendah
73
38%
72 < X ≤ 88
Sedang
20
10,4%
88 < X ≤ 104
Tinggi
2
1,1%
> 104
Sangat Tinggi
0
0%
192
100%
Total
Berdasarkan kategorisasi pada tabel di atas diketahui bahwa 97 subjek (50,5%) memiliki perilaku cyberbullying yang sangat rendah, 73 subjek (38%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
termasuk pada kategori yang rendah, 20 subjek (10,4%) berada pada kategori sedang dan 2 subjek (1,1%) tergolong kategori tinggi.
E. Analisis Data Penelitian 1. Uji Asumsi a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengecek apakah data penelitian berasal dari populasi yang sebarannya normal atau tidak (Santoso, 2010). Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan teknik KolmogorovSmirnov Test dengan menggunakan program SPSS Statistics 23.0. Distribusi data penelitian dapat dikatakan normal apabila nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 (p > 0,05). Sebaliknya, apabila nilai signifikasinya lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05), maka distribusi data penelitian dikatakan tidak normal (Santoso, 2010). Berikut tabel hasil uji normalitas: Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Test Test Statistic
Asymp. Sig. (2-tailed)
Perilaku Asertif
0.76
0.008
Perilaku Cyberbullying
0.87
0.001
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
Hasil uji normalitas dalam tabel diatas menunjukkan nilai p dari variabel perilaku asertif sebesar 0,008 dan nilai p dari variabel perilaku cyberbullying
sebesar
0,001.
Hal
tersebut
menunjukkan
bahwa
pendistribusian data penelitian pada skala perilaku asertif dan perilaku cyberbullying tidak tersebar secara normal.
b. Uji Linearitas Uji linearitas digunakan untuk menyatakan apakah hubungan antarvariabel yang hendak dianalisis mengikuti garis lurus atau tidak. Artinya, peningkatan atau penurunan kuantitas di satu variabel akan diikuti secara linear oleh peningkatan atau penurunan kuantitas di variabel lainnya. Uji linearitas pada penelitian ini menggunakan teknik Test for Linierity dengan menggunakan program SPSS Statistics 23.0. Dua variabel dikatakan bersifat linear apabila nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05). Sebaliknya, apabila nilai signifikasinya lebih besar dari 0,05 (p > 0,05), maka dua variabel dikatakan bersifat tidak linear (Priyatno, 2014). Berikut tabel hasil uji linearitas:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
Tabel 4.9 Hasil Uji Linearitas F
Sig.
Perilaku
(Combined)
2.609
.000
Cyberbullying *
Linearity
65.682
.000
perilaku asertif
Deviation from
1.396
.065
Linearity
Hasil uji linearitas dalam tabel diatas menunjukkan hubungan antara variabel perilaku asertif dan variabel perilaku cyberbullying memiliki nilai p lebih kecil dari 0,05 (p > 0,05) yaitu sebesar 0,000. Hal tersebut berarti terdapat hubungan yang linear antara variabel perilaku asertif dan variabel perilaku cyberbullying.
2. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah hipotesis (H1) yang diajukan oleh peneliti diterima atau ditolak. Hipotesis yang diajukan oleh peneliti adalah terdapat hubungan negatif antara perilaku asertif dan perilaku cyberbullying. Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan teknik uji korelasi Spearman Rho menggunakan program SPSS Statistics 23.0. Hal ini dikarenakan data penelitian pada skala perilaku asertif dan perilaku cyberbullying tidak terdistribusi secara normal. Berikut tabel hasil uji hipotesis:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
Tabel 4.10 Hasil Uji Hipotesis Asertif Spearman’s Perilaku
Correlation
rho
Coefficient
Asertif
Cyberbullying 1.000
-.482**
.
.000
192
192
-.482**
1.000
Sig. (1-tailed)
.000
.
N
192
192
Sig. (1-tailed) N Perilaku
Correlation
Cyberbullying
Coefficient
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Hasil uji hipotesis dalam tabel memperoleh nilai koefisien korelasi (r) variabel perilaku asertif dan variabel perilaku cyberbullying sebesar -0,482 dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara perilaku asertif dan perilaku cyberbullying. Artinya, semakin tinggi perilaku asertif maka semakin rendah perilaku cyberbullying. Sebaliknya, semakin rendah perilaku asertif maka semakin tinggi perilaku cyberbullying. Koefisien korelasi (r) yang diperoleh dapat digunakan untuk melihat koefisien
determinasi
(r2).
Koefisien
determinasi
dihitung
dengan
mengkuadratkan nilai dari koefisien korelasi. Nilai koefisien determinasi (r2) pada penelitian ini adalah 0,232 atau 23,2 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
variabel perilaku asertif memiliki pengaruh sebesar 23,2 % terhadap variabel perilaku cyberbullying. Sedangkan 76,8 % merupakan sumbangan dari variabelvariabel lain di luar perilaku asertif yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
F. Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara perilaku asertif dan perilaku cyberbullying pada remaja. Hasil uji korelasi menggunakan perhitungan korelasi Spearman Rho pada 192 sampel remaja diperoleh koefisien korelasi (r) sebesar -0,482 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05). Data analisis tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara perilaku asertif dan perilaku cyberbullying. Artinya, semakin tinggi tingkat perilaku asertif maka semakin rendah tingkat perilaku cyberbullying. Sebaliknya, semakin rendah tingkat perilaku asertif maka semakin tinggi perilaku cyberbullying. Hasil penelitian ini hampir serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Sriyanto dkk (2014). Penelitian tersebut menemukan bahwa perilaku asertif memiliki pengaruh yang signifikan negatif terhadap kecenderungan kenakalan remaja. Perilaku Bullying maupun cyberbullying yang dilakukan dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (Bonke, 2010). Hubungan yang negatif ini berarti apabila perilaku asertif pada remaja tinggi maka kecenderungan kenakalan remaja akan rendah. Pembentukan sikap dan perilaku asertif sangat penting pada diri remaja. Hal ini dikarenakan masa remaja merupakan masa yang menentukan perkembangan kepribadian selanjutnya. Kepribadian yang lemah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
yaitu rendahnya perilaku asertif dapat menyebabkan para remaja terjerumus ke dalam hal-hal negatif (Marini & Andriani, 2005). Cyberbullying merupakan tindakan yang sering dilakukan remaja berdasarkan motivasi-motivasi internal (Varjas dkk, 2010). Motivasi-motivasi tersebut antara lain pengalihan perasaan, pembalasan dendam, ingin membuat perasaan menjadi lebih baik, dan anonymity. Remaja yang memiliki perilaku asertif tinggi lebih mampu untuk mengungkapkan tentang perasaan, pikiran, keinginan serta kebutuhan yang sebenarnya dialami. Apabila orang lain mengetahui kebutuhan dan keinginan remaja, orang lain akan lebih mampu bersedia dan bekerja sama serta membantu memenuhi kebutuhan individu. Perilaku tersebut membantu remaja untuk menghasilkan hubungan yang sehat dengan orang lain (Adams, 1995). Hubungan interpersonal yang terjalin memuaskan dapat menimbulkan perasaan senang dalam diri pribadi dan orang lain (Marini & Andriani, 2005). Remaja yang merasakan perasaan-perasaan positif cenderung tidak mengalami ketegangan psikis yang akan menyebabkan frustrasi. Dorongan agresif yang diakibatkan oleh perasaan frustrasi pun rendah sehingga remaja cenderung tidak melakukan tindakan agresif berupa perilaku cyberbullying. Remaja yang memiliki perilaku asertif tinggi mampu untuk menyelesaikan masalah dengan “win-win solution”. Artinya, remaja tersebut bersedia mencari penyelesaian masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak apabila mengalami konflik dengan orang lain (Adams, 1995). Perilaku tersebut juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
menunjukkan bahwa remaja mengetahui cara menyampaikan pendapat yang baik kepada orang lain dengan mengacu pada normal sosial dan budaya dimana individu berada (Zeuschner, 2003). Remaja menghindari perilaku yang dapat melukai dan mengintimidasi orang lain. Tindakan untuk saling menyakiti satu sama lain tidak terjadi antar pribadi masing-masing. Perilaku cyberbullying yang dapat melukai dan mengintimidasi orang lain akan dihindari terkait pentingnya menjaga hak-hak orang lain untuk mendapatkan kesejahteraan. Hasil kategorisasi untuk variabel perilaku asertif menunjukkan bahwa subjek remaja rata-rata memiliki perilaku asertif yang tinggi. Sebanyak 129 subjek (67,2 %) memiliki perilaku asertif tinggi, 52 subjek (27,1%) tergolong sangat tinggi dalam berperilaku asertif dan hanya 11 subjek (57%) yang termasuk dalam perilaku asertif sedang. Analisis kategorisasi pada variabel perilaku cyberbullying diperoleh 97 subjek (50,5%) memiliki perilaku cyberbullying yang sangat rendah, 73 subjek (38%) termasuk pada kategori yang rendah, 20 subjek (10,4%) berada pada kategori sedang dan 2 subjek (1,1%) tergolong kategori tinggi. Tingkat perilaku asertif yang tinggi pada subjek dapat disebabkan oleh faktor pengalaman penyesuaian dengan teman sebaya (Santrock, 2003). Remaja yang dapat menyesuaikan diri dengan teman sebaya cenderung melakukan penyelesaian masalah yang lebih asertif dengan kadar agresi yang rendah. Hal ini berarti remaja dalam menyelesaikan masalah remaja lebih cenderung untuk menyatakan dengan terbuka tentang apa yang dipikirkan dan apa yang dirasakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
kepada teman sebaya. Masalah yang dapat diselesaikan dengan perencanaan yang baik dan efektif menyebabkan masalah tidak berlarut-larut. Remaja yang memiliki perilaku asertif yang tinggi cenderung mampu mengelola emosi dengan baik dan dapat mengontrol diri untuk tidak terlibat dalam perilaku negatif (Mawardah & Adiyanti, 2014). Para remaja kemudian menghindari perilaku agresi salah satunya perilaku cyberbullying yang dapat merugikan diri sendiri dan menyakiti orang lain. Koefisien determinasi yang dihasilkan pada penelitian ini adalah sebesar 0,232. Hasil ini menunjukkan bahwa sebesar 23,2% variabel perilaku cyberbullying pada remaja dipengaruhi oleh perilaku asertif. Sedangkan sebesar 76,8% variabel perilaku cyberbullying pada remaja dipengaruhi oleh faktorfaktor lain yang tidak diteliti pada penelitian ini. Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya perilaku cyberbullying ialah empati. Ang dan Goh (2010) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang siginifikan antara empati kognitif, empati afektif, dengan perilaku cyberbullying. Pada remaja laki-laki dan perempuan yang memiliki skor empati afektif yang rendah memiliki skor perilaku cyberbullying yang tinggi dibandingkan mereka yang memiliki skor empati afektif yang tinggi. Pada remaja laki-laki yang memiliki skor empati kognitif yang rendah memiliki skor perilaku cyberbullying yang tinggi dibandingkan mereka yang memiliki empati kognitif yang tinggi. Sementara pada remaja perempuan tinggi atau rendahnya tingkat empati kognitif menghasilkan tingkat yang sama untuk melakukuan cyberbullying. Karakteristik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
cyberbullying yang bersifat tidak langsung dan anonymous (tidak bernama) menyebabkan pelaku tidak dapat melihat secara langsung reaksi maupun respon dari korban. Hal tersebut dapat membuat pelaku tidak memiliki perasaan bersalah dan empati terhadap korban (Kowalski dkk, 2012). Penelitian yang dilakukan tidak terlepas dari beberapa keterbatasan. Peneliti merasa kesulitan dalam membuat item yang terlepas dari pengaruh social desirability sehingga dimungkinkan banyak terjadi faking good pada saat uji coba alat ukur penelitian yang sekaligus digunakan sebagai data penelitian. Hasil uji normalitas diperoleh data penelitian yang tidak normal. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil penelitian kurang dapat digeneralisasikan pada semua remaja. Selain itu, skala pengukuran disebarkan melalui penitipan kepada pihak sekolah. sehingga peneliti tidak dapat mengontrol pemahaman subjek tentang cara pengisian skala. Peneliti juga tidak melakukan wawancara yang lebih mendalam terkait perilaku cyberbullying yang dilakukan oleh subjek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Hasil analisis data statistik menunjukkan perolehan koefisien korelasi sebesar -0,482 dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0,000. Hipotesis dalam penelitian ini diterima, yaitu terdapat hubungan negatif antara perilaku asertif dan perilaku cyberbullying pada remaja. Hal ini berarti semakin tinggi perilaku asertif maka semakin rendah perilaku cyberbullying. Sebaliknya, semakin rendah perilaku asertif maka semakin tinggi perilaku cyberbullying. Tingkat perilaku asertif subjek tergolong tinggi, sedangkan tingkat perilaku cyberbullying subjek rendah. Perilaku asertif juga memberikan sumbangan sebesar 23,2 % terhadap perilaku cyberbullying.
B. Saran a. Bagi Orangtua Peranan orangtua dalam mengawasi aktivitas anak ketika berinteraksi mengakses internet merupakan faktor yang cukup berpengaruh pada kecenderungan anak untuk terlibat dalam cyberbullying. Orangtua diharapkan mampu untuk membimbing dan mengarahkan bagaimana menggunakan internet
dan
media
komunikasi
elektronik
lainnya
secara
positif.
Perkembangan kepribadian anak juga perlu diperhatikan oleh para orangtua. 80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
Kepribadian yang baik dan kuat mampu untuk membuat anak menghindari hal-hal negatif.
b. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya diharapkan dapat membuat item yang lebih baik sehingga dapat meminimalisirkan terjadinya social desirability dalam pengisian skala. Kelompok sampel lain juga dapat digunakan sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada semua remaja. Proses penyebaran skala sebaiknya dilakukan secara langsung antara peneliti dengan subjek. Hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat memberikan kontrol terhadap proses administrasi skala sehingga dugaan faking dapat diminimalkan. Penelitian selanjutnya juga dapat dilakukan lebih mendalam dengan jenis penelitian kualitatif terkait perilaku cyberbullying remaja. Penelitian kualitatif dapat membantu peneliti untuk mengkaji secara lebih luas faktor-faktor yang menyebabkan remaja melakukan perilaku cyberbullying.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
DAFTAR PUSTAKA
Adams, L.& Lenz, E. (1995). Jadilah Diri Anda Sendiri = Be Your Best: Efektivitas Pribadi dalam Hidup dan Hubungan Anda. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Adiwaluyo, Eko. (2016, Maret 29). Sekitar 93% Orang Indonesia Akses Internet Lewat
Smartphone.
Diunduh
23
Mei
2016
dari
http://marketeers.com/article/sekitar-93-orang-indonesia-akses-internet-lewatsmartphone.html. Alberti, R. E. & Emmons, M. L. (1986). Your Perfect Right. California: Impact Publishers. Ali, M. & Asrori, M. (2005). Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Bumi Aksara. Andri. (2014, Januari 22). 2019, Pengguna Smartphone Capai 5,6 Miliar. Diunduh 15 Juni 2016 dari http://www.biskom.web.id/2014/01/22/2019-penggunasmartphone-capai-56-miliar.bwi. Ang, R.P. & Goh, D.H. (2010). Cyberbullying among adolescents: The role of affective and cognitive empathy, and gender. Child Psychiatry Hum Dev, 41, 387–397. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. (2014). Profil Pengguna Internet Indonesia 2014. Jakarta: Author. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. (2012). Profil Pengguna Internet Indonesia 2012. Jakarta: Author. Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Azwar, S. (2011). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Azwar, S. (2009). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Berkowitz, L. (1995). Agresi 1, Sebab dan Akibatnya. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
Bonke, A. O. (2010). Bullying behaviour, its associated factors and psychological effects among secindary student in nigeria. Uluslararası Sosyal Arastırmalar Dergisi The Journal of International Social Research, 3 (10), 498-509. Bohang, F. K. (2015, April 10). Facebook Masih Didominasi Remaja, Bukan Orang Tua.
Diunduh
16
September
2015
dari
http://tekno.kompas.com/read/2015/04/10/13100087/Bukti.Facebook.Masih.D idominasi.Remaja.Bukan.Orang.Tua Boyd, D. M. and Ellison, N. B. (2008), Social Networking Sites: Definition, History, and Scholarship. Journal of Computer-Mediated Communication, 13: 210230. Doi: 10.1111/j.1083-6101.2007.00393.x Brewer, G. & Kerslake, J. (2015). Cyberbullying, self-esteem, empathy and loneliness. Computer in Human Behavior, 48, 255-260. Cawood, D. (1997). Manajer yang Asertif. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Chibbaro, J. S. (2007). School Counselors and theCyberbully: Interventions and Implications. ASCA, 11 (1), 65-68. Creswell, J. W. (2012). Research Design: Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Dilmac, B. & Aydogan, D. (2010). Parental Attitudes as a Predictor of CyberBullying among Primary School Children. International Journal of Social, Behavioral, Educational, Economic, Business and Industrial Engineering, 4 (7), 1667-1671. Ditch
the
Label.
(2013).
The
Annual
Cyberbullying
Survey.
UK:
www.DitchtheLabel.org. Dracic, S. (2009). Bullying And Peer Victimization. Material Socio Medica, 21 (4), 216-219. Emilia, & Leonardi, T. (2013). Hubungan antara Kompetensi Sosial dengan Perilaku Cyberbullying yang Dilakukan oleh Remaja Usia 15-17 tahun. Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial, 2 (2).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
Eskin, M. (2003). Self-reported Assertiveness in Swedish and Turkish Adolescents: A cross-cultural comparison. Scandinavian Journal of Psychology, 44, 7– 12. Gottfried, Keren. (2012, Januari 9). One in Ten (12%) Parents Online, Around the World Say Their Child Has Been Cyberbullied, 26% Say They Know of a Child Who Has Experienced Same in Their Community. Diunduh 1 Juni 2016 dari http://www.ipsos-na.com/news-polls/pressrelease.aspx?id=5462. Guarini A., Passini S., Melotti G. & Brighi A. Risk and Protective Factors on Perpetration of Bullying and Cyberbullying [Czynniki chroniące i czynniki ryzyka
związane
z
zaangażowaniem
w
sprawstwo
bullyingu
i
cyberbullyingu]. Studia Edukacyjne nr 23, 2012, Poznań 2012, pp. 33-55. Adam Mickiewicz University Press. ISBN 978-83-232-2520-1. ISSN 12336688 Hidayat, W. S. (2012, Juni 6). Ponsel Pintar di Indonesia Cuma untuk SMS dan Media
Sosial.
Diunduh
2
Juni
2016
dari
http://tekno.kompas.com/read/2012/06/06/18403922/Ponsel.Pintar.di.Indonesi a.Cuma.untuk.SMS.dan.Media.Sosial. Hinduja, S. & Patchin, J. W. (2010). Cyberbullying and Self-esteem. Journal of School Health, 80 (12), 614-621. Hinduja, S.& Patchin, J. W. (2014). Cyberbullying: Identification, Prevention & Response. Cyberbullying Research Center (www.cyberbullying.us). Klomek, A. B., Sourander, A. & Gould, M. S. (2011). Bullying and Suicide. Psychiatric Times, 28 (2), 1-6. Koeswara, E. (1988). Agresi Manusia. Bandung: PT Eresco. Kowalski, R. M., Limber, S. P. & Agatston, P. W. (2012). Cyberbullying: Bullying in The Digital Age. Second Edition. Wiley-Blackwell. Langos, C. (2012). Cyberbullying: The Challenge to Define. Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking, 15(6), 285-289. Lindfors, P. L., Heino, R. K., & Rimpela, A. H. (2012). Cyberbullying among Finish adolescents - a population – based study. BMC Public Health, 12.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
Llyod, S. R. (1991). Mengembangkan Perilaku Asertif yang Positif. Jakarta: Binarupa Aksara. Margono, H., Yi, X. & Raikundalia, G. K. (2014). Mining Indonesian Cyber Bullying Patterns in Social Networks. Proceedings of the Thirty-Seventh Australasian Computer Science Conference (ACSC 2014), Auckland, New Zealand. CRPIT Vol. 147 – Computer Science 2014 Marini, L. & Andriani, E. (2005). Perbedaan Asertivitas Remaja ditinjau dari Pola Asuh Orang Tua. Psikologia, 1 (2), 46-53. Mawardah, M. & Adiyanti, MG. (2014). Regulasi Emosi dan Kelompok Teman Sebaya Pelaku Cyberbullying. Jurnal Psikologi, 41 (1), 60-73. Morissan. (2012). Metode Penelitian Survei. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group. Noris, F. (2016, April 7). Di-bully Netizen, Sonya Bolos Sekolah. Diunduh 13 Juni 2016 dari http://sumatera.metrotvnews.com/peristiwa/zNAx5nwK-dibullynetizen-sonya-bolos-sekolah. Notar, C. E., Padgett, S., & Roden, J. (2013). Cyberbullying: Resources for Intervention and Prevention. Universal Journal of Educational Research, 1 (3), 133-145. Olweus, D. (2012). Invited expert discussion paperCyberbullying: An overrated phenomenon?. European Journal of DevelopmentalPsychology, 1, 1–19. Papalia, D. E., Old, S. W. & Feldman, R. D. (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan) Edisi kesembilan. Jakarta: Prenada Media Group. Papalia, D. E., Feldman, R. D. & Martorell, G. (2014). Menyelami Perkembangan Manusia Ed. 12. Jakarta: Salemba Humanika. Patchin, J. W. & Hinduja, S. (2010). Cyberbullying and Self-Esteem. Journal of School Health, 80 (12), 614-621. Pinchot, J. L., & Paullet, K. L. (2013). Social Networking: Friend or Foe? A Study of Cyberbullying at a University Campus. Issues in Information Systems, 14 (2), 174-181.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
Pipas, M. D. & Jaradat, M. (2010). Assertive Communication Skills. Annales Universitatis Apulensis Series Oeconomica, 12 (2), 649-656. Pratiwi, M. D. (2011). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Cyberbullying pada Remaja. Seminar dan workshop APSIFOR Indonesia. Price, M. & Dalgeish, J. (2010). Cyberbullying: Experiences, Impacts and Coping Strategies. BoysTown (www.kidshelp.com.au). Priyatno, D. (2014). SPSS 22: Pengolahan Data Terpraktis. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET. Rahayu, F. S. (2012). Cyberbullying sebagai Dampak Negatif Penggunaan Teknologi Informasi. Journal of Information Systems, 8 (1), 22-31. Riebel, J., Jager, R.S., & Fischer, U.C. (2009). Cyberbullying in Germany—an exploration of prevalence, overlapping with real life bullying and coping strategies. Psychology Science Quarterly, 51 (3), 298-314. Sangadji, E. M. & Sopiah. (2010). Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam Penelitian. Yogyakarta: ANDI OFFSET. Santoso, A. (2010). Statistik untuk Psikologi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Santrock, J. W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja Ed. 6. Jakarta: Erlangga. Santrock, J. W. (2007). Remaja Ed. 11. Jakarta: Erlangga. Sarwono, S. W. (2002). Psikologi Remaja. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Sejiwa (Yayasan Semai Jiwa Amini). (2008). Bullying: Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan Sekitar Anak. Jakarta: PT Grasindo. Siregar, S. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group. Slonje, R., Smith, P. K. & Frisen, A. (2012) The nature of cyberbullying, and strategies
for
prevention.
Computers
http;//dx.doi.org/10.1016/j.chb.2012.05.024.
in
Human
Behavior.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
Smith, P. K., Mahdavi, J., Carvalho, M., Fisher, S., Russell, S., & Tippett, N. (2008). Cyberbullying: its nature and impact in secondary school pupils. Journal of Child Psychology and Psychiatry, 49 (4), 376-385. Sriyanto, Abdulkarim, A., Zainul, A., Maryani, E. (2014). Perilaku Asertif dan Kecenderungan Kenakalan Remaja Berdasarkan Pola Asuh dan Peran Media Massa. Jurnal Psikologi, 41 (1), 74-88. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Supratiknya, A. (2014). Pengukuran Psikologis. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Tim Pusat Humas Kementerian Perdagangan RI. (2014). Panduan Optimalisasi Media Sosial untuk Kementerian Perdagangan RI. Jakarta: Pusat Hubungan Masyarakat. Tokunaga, R. S. (2010). Following you home from school: A critical review and synthesis of research on cyberbullying victimization. Computers in Human Behavior, 26, 277–287 Varjas, K., Talley, J., Meyers, J., Parris, L., & Cutts, H. (2010). High School Students’ Perceptions of Motivations for Cyberbullying: An Exploratory Study. Western Journal of Emergency Medicine, 11 (3), 269-273. Willard, N. (2005). Cyberbullying and cyberthreats. Washington: U.S. Department of Education. Williams, A. (2013, April 28). Girl, 12 'hangs herself' at home after being tormented online over her hair and choice of clothes. Dinunduh 15 Juni 2016 pada http://www.dailymail.co.uk/news/article-2316074/Girl-12-hangs-home-torme nted-online-hair-choice-clothes.html. Ybarra, M. L., Mitchell, K. J., Wolak, J., & Finkelhor, D. (2006). Examining characteristics and associated distress related to Internet harassment: Findings from the Second Youth Internet Safety Survey. Pediatrics, 118, e1169–e1177.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
Zeuschner, R. (2003). Communicating Today: The Essentials. USA: Allyn and Bacon.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
Lampiran A. Blueprint Skala Perilaku Asertif A. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. B. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. C. 21.
Mampu menyatakan perasaan dan pendapat Saya mampu mengungkapkan pendapat saya ketika orang lain meminta saran tentang sebuah masalah. Saya meminta maaf secara langsung ketika berbuat salah. Saya menyampaikan pendapat saya secara tegas dan meyakinkan. Saya mengungkapkan harapan saya secara terbuka dan sejelas mungkin kepada orang lain. Saya mampu memberikan kritik terhadap orang lain. Saya memendam amarah agar selalu disukai orang lain. Saya takut ditolak ketika menyampaikan ide-ide. Saya merasa cemas mengungkapkan perasaan tidak suka terhadap orang lain. Saya takut dijauhi orang lain ketika memberikan kritikan. Saya enggan menyampaikan pendapat terutama jika ada orang lain yang lebih pintar. Mampu bertindak sesuai kebutuhan dan kepentingan diri Saya meminta bantuan orang lain ketika mengalami kesulitan. Saya berani bertanya tentang sesuatu hal yang membuat saya bingung. Saya belajar dengan rajin untuk memperoleh nilai bagus ketika ujian. Saya yakin dengan keputusan yang saya ambil. Saya meminta informasi dari orang lain bilamana membutuhkan. Saya memilih diam meskipun belum memahami penjelasan yang disampaikan orang lain. Saya sungkan bertanya tentang sesuatu yang membuat saya bingung. Saya bingung menentukan tujuan hidup saya. Saya mengikuti orang lain dalam menentukan tujuan dan impian di masa depan. Saya sering ragu-ragu dalam membuat suatu keputusan. Mampu mempertahankan hak-hak pribadi Saya tetap masuk sekolah walaupun teman-teman mengajak saya untuk bolos.
Keterangan Favorable Favorable Favorable Favorable Favorable Unfavorable Unfavorable Unfavorable Unfavorable Unfavorable Keterangan Favorable Favorable Favorable Favorable Favorable Unfavorable Unfavorable Unfavorable Unfavorable Unfavorable Keterangan Favorable
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. D. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. E. 41. 42. 43.
Saya tegas mengatakan tidak kepada sesuatu yang tidak dapat saya lakukan. Kritikan dari orang lain menjadi masukkan bagi saya untuk menjadi lebih baik. Saya berterimakasih atas kritik yang diberikan orang lain kepada saya. Saya menasehati secara tegas orang lain yang mengganggu saya. Saya merasa tersinggung ketika diberi kritik oleh orang lain. Saya merasa segan ketika tidak menuruti keinginan orang lain Saya menolak untuk mendengarkan kritik orang lain. Saya membenci orang yang melontarkan kritik kepada saya. Saya takut menegur orang lain yang mengganggu saya. Mampu menghormati hak-hak orang lain Saya bersikap sopan dalam menyampaikan kritik kepada orang lain. Saya memberi kesempatan kepada orang lain untuk menyampaikan pendapat pribadinya. Saya berani menerima ketika argumen saya ditolak. Saya menghargai orang lain yang menyampaikan pendapatnya. Saya menghargai hak-hak setiap orang. Saya memotong pembicaraan ketika orang lain menyampaikan pendapatnya. Saya langsung marah apabila argumen saya ditolak oleh orang lain. Saya memusuhi orang lain yang menolak permintaan tolong saya. Saya menyebarkan gosip tentang orang lain yang tidak saya sukai. Saya memaksa orang lain untuk menuruti keinginan saya. Mampu mendukung kesetaraan dalam hubungan antar manusia Saya berperilaku sesuai dengan kepentingan bersama. Saya mementingkan hak bersama dalam menyelesaikan masalah. Saya berusaha melakukan perilaku yang tidak merugikan orang lain.
Favorable Favorable Favorable Favorable Unfavorable Unfavorable Unfavorable Unfavorable Unfavorable Keterangan Favorable Favorable Favorable Favorable Favorable Unfavorable Unfavorable Unfavorable Unfavorable Unfavorable Keterangan Favorable Favorable Favorable
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
44. 45. 46. 47. 48. 49. 50.
Saya berdiskusi untuk menemukan jalan keluar yang memuaskan kedua belah pihak. Saya menyadari bahwa setiap orang berhak untuk mendapatkan perlakuan yang sama di lingkungan sosial. Saya senang apabila saya dan teman saya dapat saling menghargai. Saya menghormati orang lain yang sedang beribadah. Saya hanya memikirkan diri sendiri ketika mengalami masalah dengan orang lain. Kepentingan pribadi saya menjadi hal yang utama ketika berselisih paham dengan orang lain. Saya mengabaikan kepentingan orang lain untuk memenuhi kepentingan diri sendiri.
Favorable Favorable Favorable Favorable Unfavorable Unfavorable Unfavorable
Lampiran B. Blueprint Skala Perilaku Cyberbullying A. 1.
2.
3. 4. 5. 6. 7.
8.
B.
Repetitition Ketika seseorang membuat saya sakit hati, saya mengirimkan pesan kasar melalui sms/messenger/jejaring sosial kepadanya terus-menerus. Saya mengganggu orang yang tidak saya sukai dengan me-miscall secara berulang-ulang menggunakan nomor baru/nomor pribadi. Saya sering membajak jejaring sosial teman untuk menulis komentar kasar pada status orang lain. Melalui akun jejaring sosial palsu, saya terus-menerus menyebarkan kejelekkan orang yang tidak saya sukai. Saya tidak pernah mengganggu orang yang tidak saya sukai menggunakan akun jejaring sosial palsu. Saya tidak tertarik menyebarkan keburukkan orang yang tidak saya sukai di jejaring sosial. Ketika ada orang yang mengganggu saya, saya tidak mengancamnya melalui sms/messenger/pesan jejaring sosial. Saya belum pernah menggunakan akun jejaring sosial palsu untuk menyebarkan kejelekkan orang yang tidak saya sukai. Power Imbalance
Keterangan Favorable
Favorable
Favorable Favorable Unfavorable Unfavorable Unfavorable
Unfavorable
Keterangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
9.
10.
11.
12. 13. 14.
15. 16. C. 17.
18.
19.
20.
21. 22.
23. 24.
Saya menunjukkan keburukkan orang yang tidak saya sukai di jejaring sosial agar tidak disukai teman-teman lain. Saya dan teman-teman menghina teman yang memposting foto dengan mengenakan pakaian kuno di jejaring sosial. Saya menghack akun jejaring sosial teman saya dan mengirimkan pesan melecehkan kepada orang lain menggunakan akun tersebut. Saya memberi komentar mengejek pada status teman yang tidak lebih cantik/ganteng dari saya. Saya mengejek orang lain yang memposting barangbarang KW (tiruan) miliknya. Saya dan teman-teman saya menghargai teman yang memposting foto dengan mengenakan pakaian kuno di jejaring sosial. Saya menghindari untuk menghack akun jejaring sosial orang lain yang tidak saya sukai. Saya menghindari memberi komentar mengejek pada status teman yang tidak lebih cantik/ganteng dari saya. Intention Saya sengaja mempermalukan orang yang tidak saya sukai dengan memberi komentar negatif pada statusstatusnya. Saya sengaja mengganggu orang yang saya benci dengan me-miscall menggunakan nomor pribadi agar ia merasa kesal. Saya sengaja membajak messenger/jejaring sosial teman dan mengirimkan pesan kasar kepada orang lain agar ia tidak disukai. Saya sengaja menyamar menjadi orang lain untuk meneror teman yang mempermalukan saya melalui pesan (sms) menggunakan nomor yang tidak diketahui. Saya kurang suka mengolok-olok teman saya di jejaring sosial dengan sebutan yang tidak ia sukai. Walaupun saya membenci seseorang, saya tidak suka mengganggunya dengan me-miscall menggunakan nomor pribadi. Saya segan (tidak nyaman) jika membajak akun jejaring sosial teman saya. Ketika ada yang mempermalukan saya, saya tidak menerornya melalui pesan sms/messenger/jejaring sosial.
Favorable
Favorable
Favorable
Favorable Favorable Unfavorable
Unfavorable Unfavorable Keterangan Favorable
Favorable
Favorable
Favorable
Unfavorable Unfavorable
Unfavorable Unfavorable
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
D. 25. 26. 27. 28.
29. 30. 31. 32.
Aggression Saya memberitakan tentang kejelekkan seseorang lewat media sosial ketika dibuat marah atau kesal. Saya mengganggu orang yang tidak saya sukai dengan me-miscall menggunakan nomor baru/pribadi. Saya mengirimkan pesan kasar melalui messenger kepada orang yang membuat saya kesal. Saya memarahi dan berkata-kata kotor kepada orang yang membuat saya tersinggung melalui sms menggunakan nomor baru sehingga identitas saya tidak diketahui. Saya sulit mengancam orang yang merugikan saya di jejaring sosial. Saya enggan mengganggu orang yang tidak saya sukai dengan me-miscall menggunakan nomor baru/pribadi. Saya sulit menulis pesan di dinding jejaring sosial teman tentang perasaan marah saya terhadapnya. Saya menghindari mengirimkan pesan kasar melalui messenger kepada orang yang membuat saya kesal.
Keterangan Favorable Favorable Favorable Favorable
Unfavorable Unfavorable Unfavorable Unfavorable
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
Lampiran C. Skala Pengukuran
SKALA PENELITIAN
Disusun Oleh: Yohanna Viscanesia Sinaga 119114043
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
Yogyakarta, Maret 2016
Salam sejahtera, Dalam rangka memenuhi dan menyelesaikan tugas akhir sebagai mahasiswa, maka saya :
Nama
: Yohanna Viscanesia Sinaga
NIM
: 119114043
Fakultas
: Psikologi
Universitas
: Sanata Dharma Yogyakarta
Meminta kesediaan teman-teman untuk berpartisipasi dalam penelitian saya dengan mengisi skala penelitian ini. Saya sangat mengharapkan teman-teman dapat mengisi skala ini dengan lengkap pada setiap pernyataan sesuai dengan keadaan, perasaan dan pikiran teman-teman yang sebenarnya, sebab tidak ada jawaban benar atau salah maupun baik atau buruk. Semua jawaban adalah baik apabila sesuai dengan keadaan teman-teman yang sebenarnya. Semua jawaban dan identitas teman-teman akan dijamin kerahasiaannya. Hasil dari jawaban teman-teman juga tidak akan memberi pengaruh apapun pada diri teman-teman. Oleh karena itu, saya berharap teman-teman dapat menjawab dengan sejujur-jujurnya dan tidak ada pernyataan yang terlewat atau tidak terjawab. Akhir kata, saya mengucapkan terimakasih banyak atas partisipasi temanteman dalam penelitian ini.
Peneliti, Yohanna Viscanesia Sinaga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
PERNYATAAN KESEDIAAN
Nama/Inisial
:
Umur
:
Jenis Kelamin
:
Kelas
:
Lama menggunakan ponsel
: Sejak *TK/SD/SMP/SMA (Kelas __)
Lama menggunakan internet : Sejak *TK/SD/SMP/SMA (Kelas __)
*Lingkari sesuai dengan jawaban Anda
Dengan ini saya menyatakaan kesediaan saya untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Saya menyanggupi dan bersedia untuk mengisi skala ini sesuai dengan keadaan saya yang sebenarnya.
Menyetujui,
(………………………...)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
PETUNJUK PENGISIAN
Teman-teman dimohon untuk membaca dengan cermat dan memahami setiap pernyataan yang ada. Kemudian, pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan diri teman-teman dengan memberi tanda silang (X) pada jawaban yang teman-teman pilih. Penggantian jawaban dapat dilakukan dengan cara memberi tanda sama dengan (=) pada jawaban yang telah teman-teman pilih, kemudian berilah tanda silang (X) pada jawaban yang teman-teman kehendaki.
Pilihan jawaban yang disediakan adalah: SS
= Jika Anda merasa Sangat Setuju
S
= Jika Anda merasa Setuju
TS
= Jika Anda merasa Tidak Setuju
STS
= Jika Anda merasa Sangat Tidak Setuju
Contoh: No. 1. 2.
Pernyataan Saya menghormati hak-hak orang lain. Saya mengancam teman melalui sms ketika dibuat kesal.
SS
S
TS STS
X X
X
Setiap orang dapat memiliki jawaban yang berbeda karena tidak ada jawaban yang benar atau salah. Oleh karena itu pilihlah jawaban yang sesuai dengan kondisi teman-teman.
-Selamat Mengerjakan-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
SKALA I No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
PERNYATAAN
PILIHAN JAWABAN
Saya memendam amarah agar selalu disukai orang lain. Saya bersikap sopan dalam menyampaikan kritik kepada orang lain. Kritikan dari orang lain menjadi masukkan bagi saya untuk menjadi lebih baik. Saya memilih diam meskipun belum memahami penjelasan yang disampaikan orang lain. Saya memusuhi orang lain yang menolak permintaan tolong saya. Saya mampu mengungkapkan pendapat saya ketika orang lain meminta saran tentang sebuah masalah. Saya berusaha melakukan perilaku yang tidak merugikan orang lain. Saya takut menegur orang lain yang mengganggu saya. Saya hanya memikirkan diri sendiri ketika mengalami masalah dengan orang lain. Saya meminta bantuan orang lain ketika mengalami kesulitan. Saya takut ditolak ketika menyampaikan ide-ide.
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
Saya langsung marah apabila argumen saya ditolak oleh orang lain. Saya merasa tersinggung ketika diberi kritik oleh orang lain. Saya sungkan bertanya tentang sesuatu yang membuat saya bingung. Saya memberi kesempatan kepada orang lain untuk menyampaikan pendapat pribadinya. Saya meminta maaf secara langsung ketika berbuat salah. Saya mementingkan hak bersama dalam menyelesaikan masalah. Saya tetap masuk sekolah walaupun teman-teman mengajak saya untuk bolos. Saya menghormati orang lain yang sedang beribadah.
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100
20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37.
38. 39. 40.
Saya berani bertanya tentang sesuatu hal yang membuat saya bingung. Saya merasa cemas mengungkapkan perasaan tidak suka terhadap orang lain. Saya tegas mengatakan tidak kepada sesuatu yang tidak dapat saya lakukan. Saya memotong pembicaraan ketika orang lain menyampaikan pendapatnya. Saya bingung menentukan tujuan hidup saya.
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
Saya berperilaku sesuai dengan kepentingan bersama. Saya menyampaikan pendapat saya secara tegas dan meyakinkan. Saya berdiskusi untuk menemukan jalan keluar yang memuaskan kedua belah pihak. Saya berani menerima ketika argumen saya ditolak. Saya berterimakasih atas kritik yang diberikan orang lain kepada saya. Saya belajar dengan rajin untuk memperoleh nilai bagus ketika ujian. Saya takut dijauhi orang lain ketika memberikan kritikan. Saya menghargai orang lain yang menyampaikan pendapatnya. Saya menolak untuk mendengarkan kritik orang lain. Saya mengikuti orang lain dalam menentukan tujuan dan impian di masa depan. Kepentingan pribadi saya menjadi hal yang utama ketika berselisih paham dengan orang lain. Saya mengungkapkan harapan saya secara terbuka dan sejelas mungkin kepada orang lain. Saya menyadari bahwa setiap orang berhak untuk mendapatkan perlakuan yang sama di lingkungan sosial. Saya menyebarkan gosip tentang orang lain yang tidak saya sukai. Saya menasehati secara tegas orang lain yang mengganggu saya. Saya yakin dengan keputusan yang saya ambil.
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101
41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50.
Saya enggan menyampaikan pendapat terutama jika ada orang lain yang lebih pintar. Saya menghargai hak-hak setiap orang.
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
Saya merasa segan ketika tidak menuruti keinginan orang lain Saya sering ragu-ragu dalam membuat suatu keputusan. Saya mengabaikan kepentingan orang lain untuk memenuhi kepentingan diri sendiri. Saya mampu memberikan kritik terhadap orang lain. Saya senang apabila saya dan teman saya dapat saling menghargai. Saya memaksa orang lain untuk menuruti keinginan saya. Saya membenci orang yang melontarkan kritik kepada saya. Saya meminta informasi dari orang lain bilamana membutuhkan.
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SKALA II No. 1.
2.
3. 4.
5.
6.
PERNYATAAN Saya tidak pernah mengganggu orang yang tidak saya sukai menggunakan akun jejaring sosial palsu. Saya memarahi dan berkata-kata kotor kepada orang yang membuat saya tersinggung melalui sms menggunakan nomor baru sehingga identitas saya tidak diketahui. Saya tidak tertarik menyebarkan keburukkan orang yang tidak saya sukai di jejaring sosial. Ketika ada yang mempermalukan saya, saya tidak menerornya melalui pesan sms/messenger/jejaring sosial. Saya sengaja membajak messenger/jejaring sosial teman dan mengirimkan pesan kasar kepada orang lain agar ia tidak disukai. Saya memberi komentar mengejek pada status teman yang tidak lebih cantik/ganteng dari saya.
PILIHAN JAWABAN SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102
7. 8.
9. 10. 11.
12. 13.
14. 15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
Saya sulit menulis pesan di dinding jejaring sosial teman tentang perasaan marah saya terhadapnya. Saya menghack akun jejaring sosial teman saya dan mengirimkan pesan melecehkan kepada orang lain menggunakan akun tersebut. Saya sering membajak jejaring sosial teman untuk menulis komentar kasar pada status orang lain. Saya sulit mengancam orang yang merugikan saya di jejaring sosial. Ketika seseorang membuat saya sakit hati, saya mengirimkan pesan kasar melalui sms/messenger/jejaring sosial kepadanya terusmenerus. Saya memberitakan tentang kejelekkan seseorang lewat media sosial ketika dibuat marah atau kesal. Saya sengaja menyamar menjadi orang lain untuk meneror teman yang mempermalukan saya melalui pesan (sms) menggunakan nomor yang tidak diketahui. Saya mengejek orang lain yang memposting barang-barang KW (tiruan) miliknya. Saya menghindari mengirimkan pesan kasar melalui messenger kepada orang yang membuat saya kesal. Saya dan teman-teman menghina teman yang memposting foto dengan mengenakan pakaian kuno di jejaring sosial. Saya dan teman-teman saya menghargai teman yang memposting foto dengan mengenakan pakaian kuno di jejaring sosial. Saya sengaja mempermalukan orang yang tidak saya sukai dengan memberi komentar negatif pada status-statusnya. Saya mengganggu orang yang tidak saya sukai dengan me-miscall menggunakan nomor baru/pribadi. Saya mengganggu orang yang tidak saya sukai dengan me-miscall secara berulang-ulang menggunakan nomor baru/nomor pribadi. Saya kurang suka mengolok-olok teman saya di jejaring sosial dengan sebutan yang tidak ia sukai.
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103
22. 23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30. 31.
32.
Saya menghindari untuk menghack akun jejaring sosial orang lain yang tidak saya sukai. Saya belum pernah menggunakan akun jejaring sosial palsu untuk menyebarkan kejelekkan orang yang tidak saya sukai. Saya enggan mengganggu orang yang tidak saya sukai dengan me-miscall menggunakan nomor baru/pribadi. Melalui akun jejaring sosial palsu, saya terusmenerus menyebarkan kejelekkan orang yang tidak saya sukai. Walaupun saya membenci seseorang, saya tidak suka mengganggunya dengan me-miscall menggunakan nomor pribadi. Saya sengaja mengganggu orang yang saya benci dengan me-miscall menggunakan nomor pribadi agar ia merasa kesal. Saya menunjukkan keburukkan orang yang tidak saya sukai di jejaring sosial agar tidak disukai teman-teman lain. Ketika ada orang yang mengganggu saya, saya tidak mengancamnya melalui sms/messenger/pesan jejaring sosial. Saya mengirimkan pesan kasar melalui messenger kepada orang yang membuat saya kesal. Saya menghindari memberi komentar mengejek pada status teman yang tidak lebih cantik/ganteng dari saya. Saya segan (tidak nyaman) jika membajak akun jejaring sosial teman saya.
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
Mohon periksa kembali jawaban anda Terima Kasih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104
Lampiran D. Reliabilitas dan Seleksi Item Skala Perilaku Asertif Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's
Standardized
Alpha
Items .944
N of Items .946
67
Item-Total Statistics Corrected Item-
Squared
Cronbach's
Scale Mean if
Scale Variance
Total
Multiple
Alpha if Item
Item Deleted
if Item Deleted
Correlation
Correlation
Deleted
P1
205.75
408.159
.367
.
.944
P2
205.70
406.303
.487
.
.943
P3
206.22
409.526
.353
.
.944
P7
206.23
405.416
.409
.
.944
P8
205.70
407.980
.356
.
.944
P9
205.86
408.214
.341
.
.944
P13
206.29
409.179
.272
.
.945
P17
205.51
404.783
.551
.
.943
P18
205.52
406.430
.484
.
.943
P19
205.29
409.032
.422
.
.944
P20
206.35
408.524
.366
.
.944
P21
205.96
405.248
.395
.
.944
P22
205.58
408.453
.326
.
.944
P23
205.70
408.097
.378
.
.944
P24
206.14
406.890
.316
.
.944
P25
205.64
404.676
.490
.
.943
P26
205.39
406.565
.507
.
.943
P27
205.46
401.017
.648
.
.943
P32
205.78
410.379
.280
.
.944
P35
205.84
401.048
.543
.
.943
P36
205.58
406.924
.406
.
.944
P37
206.46
407.076
.384
.
.944
P41
206.35
405.171
.399
.
.944
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105
P42
205.52
407.047
.379
.
.944
P43
205.88
409.839
.329
.
.944
P44
205.75
405.218
.464
.
.943
P45
206.12
402.398
.419
.
.944
P46
205.61
406.006
.506
.
.943
P47
206.25
405.424
.463
.
.943
P48
205.13
409.056
.505
.
.943
P49
205.26
408.343
.460
.
.944
P50
205.26
406.843
.459
.
.944
P51
206.12
409.104
.282
.
.944
P52
205.62
406.121
.361
.
.944
P53
205.84
406.077
.399
.
.944
P54
205.75
404.277
.517
.
.943
P55
205.71
408.856
.404
.
.944
P57
205.74
406.578
.371
.
.944
P58
205.62
408.591
.470
.
.944
P59
205.83
406.087
.466
.
.943
P60
205.48
405.900
.521
.
.943
P61
205.62
404.297
.586
.
.943
P63
206.17
405.793
.405
.
.944
P64
205.81
400.067
.593
.
.943
P67
205.75
408.806
.388
.
.944
P68
205.68
403.926
.484
.
.943
P69
205.81
407.155
.363
.
.944
P70
205.28
401.702
.580
.
.943
P71
205.59
400.009
.674
.
.942
P72
205.74
408.019
.458
.
.944
P73
205.81
408.714
.451
.
.944
P74
205.64
404.382
.502
.
.943
P75
205.41
405.186
.520
.
.943
P76
205.70
406.068
.426
.
.944
P77
205.57
408.220
.464
.
.944
P78
205.65
406.671
.496
.
.943
P80
205.74
409.578
.385
.
.944
P83
205.75
399.306
.563
.
.943
P84
205.65
406.789
.448
.
.944
P86
206.16
400.489
.545
.
.943
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106
P88
205.33
408.167
.459
.
.944
P89
205.54
408.517
.381
.
.944
P90
205.68
401.691
.601
.
.943
P94
205.72
405.085
.531
.
.943
P95
206.61
405.418
.413
.
.944
P97
205.43
408.543
.367
.
.944
P99
205.75
408.659
.395
.
.944
Lampiran E. Reliabilitas dan Seleksi Item Skala Perilaku Cyberbullying (Pertama) Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's
Standardized
Alpha
Items .791
N of Items .824
64
Item-Total Statistics Corrected Item-
Squared
Cronbach's
Scale Mean if
Scale Variance
Total
Multiple
Alpha if Item
Item Deleted
if Item Deleted
Correlation
Correlation
Deleted
P1
134.81
174.157
.492
.
.783
P2
134.79
171.897
.584
.
.780
P3
134.78
177.010
.331
.
.786
P4
134.19
176.784
.182
.
.790
P5
133.37
181.878
.008
.
.794
P6
134.40
176.213
.296
.
.786
P7
133.97
175.074
.320
.
.785
P8
134.49
177.567
.229
.
.788
P9
133.44
186.668
-.185
.
.801
P10
134.65
175.784
.353
.
.785
P11
133.88
176.553
.187
.
.790
P12
134.71
173.405
.560
.
.781
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107
P13
134.81
175.858
.446
.
.784
P14
133.41
187.350
-.224
.
.801
P15
134.53
175.805
.369
.
.785
P16
134.51
172.970
.486
.
.782
P17
133.99
177.268
.214
.
.788
P18
134.19
182.127
-.001
.
.794
P19
134.57
174.786
.391
.
.784
P20
134.56
175.026
.441
.
.784
P21
133.35
185.903
-.154
.
.800
P22
134.31
173.918
.365
.
.784
P23
134.72
174.294
.526
.
.782
P24
134.69
175.441
.452
.
.784
P25
133.06
184.683
-.118
.
.797
P26
134.68
174.521
.452
.
.783
P27
133.94
175.579
.234
.
.788
P28
133.96
174.908
.296
.
.786
P29
133.44
180.340
.080
.
.792
P30
133.15
187.620
-.262
.
.800
P31
133.96
176.043
.237
.
.788
P32
132.94
191.131
-.437
.
.804
P33
134.28
177.906
.207
.
.789
P34
134.62
175.225
.417
.
.784
P35
134.66
174.944
.446
.
.784
P36
134.46
178.132
.198
.
.789
P37
132.97
189.133
-.323
.
.802
P38
134.59
175.529
.338
.
.785
P39
134.53
175.716
.316
.
.786
P40
133.81
175.918
.240
.
.788
P41
133.59
179.798
.082
.
.793
P42
133.99
172.940
.335
.
.785
P43
134.03
172.835
.315
.
.785
P44
134.46
174.371
.347
.
.785
P45
134.57
175.412
.398
.
.784
P46
132.97
191.313
-.412
.
.805
P47
134.01
174.104
.310
.
.785
P48
134.00
170.537
.416
.
.782
P49
134.46
175.834
.304
.
.786
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108
P50
134.68
174.013
.524
.
.782
P51
134.65
173.933
.490
.
.782
P52
134.65
173.874
.476
.
.783
P53
133.22
191.936
-.422
.
.806
P54
133.44
183.414
-.060
.
.797
P55
132.82
188.386
-.348
.
.800
P56
134.57
174.159
.535
.
.782
P57
134.22
171.398
.481
.
.781
P58
134.21
168.136
.565
.
.777
P59
134.60
175.198
.390
.
.784
P60
133.99
170.582
.435
.
.781
P61
134.49
175.179
.387
.
.784
P62
134.26
177.571
.196
.
.789
P63
132.99
189.328
-.347
.
.802
P64
134.75
176.071
.453
.
.784
Lampiran F. Reliabilitas dan Seleksi Item Skala Perilaku Cyberbullying (Kedua) Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's
Standardized
Alpha
Items .956
N of Items .960
49
Item-Total Statistics Corrected Item-
Squared
Cronbach's
Scale Mean if
Scale Variance
Total
Multiple
Alpha if Item
Item Deleted
if Item Deleted
Correlation
Correlation
Deleted
P2
78.34
334.229
.298
.
.957
P3
78.28
333.471
.310
.
.957
P4
78.66
333.249
.320
.
.957
P5
78.64
333.174
.451
.
.956
P6
78.64
326.194
.538
.
.956
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109
P7
79.14
331.960
.754
.
.955
P8
78.86
332.409
.412
.
.956
P10
78.92
332.565
.526
.
.955
P11
78.92
328.565
.677
.
.955
P12
78.68
334.957
.346
.
.956
P13
78.12
336.557
.344
.
.956
P14
78.62
331.506
.602
.
.955
P15
78.76
330.472
.515
.
.956
P16
78.68
332.834
.481
.
.956
P17
78.76
331.696
.544
.
.955
P18
78.96
327.549
.830
.
.954
P19
78.86
328.653
.672
.
.955
P21
78.62
336.608
.347
.
.956
P25
78.96
329.917
.706
.
.955
P26
78.84
328.790
.667
.
.955
P27
78.90
329.112
.587
.
.955
P28
78.36
331.704
.389
.
.956
P29
78.94
325.445
.824
.
.954
P30
78.86
324.858
.803
.
.954
P31
78.50
330.173
.471
.
.956
P33
79.04
331.182
.664
.
.955
P34
78.88
326.149
.679
.
.955
P36
78.80
332.980
.339
.
.957
P38
78.80
332.490
.450
.
.956
P39
78.80
331.755
.610
.
.955
P43
78.80
329.918
.659
.
.955
P44
78.82
327.824
.758
.
.955
P45
78.90
329.520
.672
.
.955
P47
78.80
327.347
.636
.
.955
P48
78.52
335.438
.348
.
.956
P49
78.74
326.278
.660
.
.955
P50
78.36
330.276
.532
.
.955
P51
78.60
329.102
.537
.
.955
P52
78.84
325.892
.691
.
.955
P53
78.76
325.574
.786
.
.954
P54
78.88
327.577
.721
.
.955
P55
78.78
323.889
.718
.
.954
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110
P56
78.54
331.927
.397
.
.956
P57
78.92
327.626
.819
.
.954
P58
78.90
334.378
.411
.
.956
P59
78.62
330.036
.567
.
.955
P61
78.70
331.561
.460
.
.956
P62
78.76
334.594
.367
.
.956
P63
78.86
329.592
.668
.
.955
Lampiran G. Uji Normalitas Perilaku Asertif One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Asertif N
192
Normal Parameters
a,b
Most Extreme Differences
Mean
156.25
Std. Deviation
13.273
Absolute
.076
Positive
.076
Negative
-.047
Test Statistic
.076
Asymp. Sig. (2-tailed)
.008
c
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction.
Lampiran H. Uji Normalitas Perilaku Cyberbullying
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test CB N Normal Parameters
192 a,b
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
Absolute
56.32 13.791 .087
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111
Positive
.059
Negative
-.087
Test Statistic
.087
Asymp. Sig. (2-tailed)
.001
c
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction.
Lampiran I. Uji Linearitas ANOVA Table Sum of
Mean
Squares CB *
Between Groups
(Combined)
df
Square
F
Sig.
18180.683
53
343.032
2.609
.000
8635.458
1
8635.458
65.682
.000
9545.225
52
183.562
1.396
.065
Within Groups
18143.296
138
131.473
Total
36323.979
191
Asertif
Linearity Deviation from Linearity
Lampiran J. Uji Korelasi Perilaku Asertif dan Perilaku Cyberbullying Correlations Asertif Spearman's rho
Asertif
Correlation Coefficient
1.000
Sig. (1-tailed)
-.482
**
.
.000
192
192
**
1.000
Sig. (1-tailed)
.000
.
N
192
192
N CB
CB
Correlation Coefficient
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
-.482