HUBUNGAN PERILAKU SOSIAL DALAM BERAKTIVITAS DI SITUS JEJARING SOSIAL DAN DUNIA NYATA PADA REMAJA DI JAKARTA Revan Chandra Wijaya Fakultas Psikologi Universitas Bina Nusantara Jakarta, Jl. Kemanggisan Ilir III No.45 Kemanggisan/Palmerah Jakarta Barat, Telp 021-5327630/fax 021-5332985, rcw_19@yahoo.com
Raymond Godwin Fakultas Psikologi Universitas Bina Nusantara Jakarta, Jl. Kemanggisan Ilir III No.45 Kemanggisan/Palmerah Jakarta Barat, Telp 021-5327630/fax 021-5332985, rgodwin@binus.edu
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara perilaku sosial dalam beraktivitas di situs jejaring sosial dengan perilaku sosial di dunia nyata pada remaja di Jakarta. Perilaku sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perilaku prososial dan antisosial. Situs jejaring sosial yang dimaksud adalah Facebook dan Twitter. Subjek dari penelitian ini berjumlah 116 orang remaja di kawasan Jakarta dengan rentang usia 12-18 tahun. Perilaku sosial dalam beraktivitas situs jejaring sosial pada penelitian ini diukur menggunakan Adolescence Internet Use Questionnaire (AIUQ) yang dikembangkan oleh Ma, Li dan Pow (2011) dan telah dimodifikasi dan disesuaikan dengan konteks penelitian oleh peneliti. Perilaku sosial di dunia nyata diukur menggunakan Adolescent Behaviour Questionnaire (ABQ) yang disusun dan dikembangkan oleh Ma pada tahun 1988 dan juga telah dimodifikasi peneliti. Hasil dari penelitian dianalisa menggunakan analisis korelasi Pearson menunjukkan perilaku prososial di situs jejaring sosial berhubungan yang signifikan dengan perilaku prososial di dunia nyata (r = 0371, p < 0,05). Perilaku antisosial di situs jejaring sosial berhubungan yang signifikan dengan perilaku antisosial di dunia nyata (r = 0,338, p < 0,05). Korelasinya adalah korelasi positif. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara perilaku sosial dalam ruang lingkup prososial dan antisosial di situs jejaring sosial dan kehidupan sehari-hari para remaja. Kata Kunci: Perilaku sosial, Prososial, Antisosial, Situs jejaring Sosial, Remaja
THE RELATION SOCIAL BEHAVIOR IN SOCIAL NETWORKING SITE ACTIVITY AND REAL LIFE ON ADOLESCENCE IN JAKARTA Revan Chandra Wijaya Faculty of Psychology Jakarta Bina Nusantara University, Jl. Kemanggisan Ilir III No.45 Kemanggisan/Palmerah West Jakarta, Telp 021-5327630/fax 021-5332985, levina.nathania19@gmail.com
Raymond Godwin Faculty of Psychology Jakarta Bina Nusantara University, Jl. Kemanggisan Ilir III No.45 Kemanggisan/Palmerah West Jakarta, Telp 021-5327630/fax 021-5332985, rgodwin@binus.edu
ABSTRAC This research was conducted to see the relation social behavior in social networking site activity and real life on adolescence in Jakarta. Social behavior referred in this research is prosocial and antisocial behavior. Social networking sites are meant in this case is Facebook and Twitter. The subject of this research were 116 adolescents in the Jakarta region with an age range of 12-18 years. Social behavior in social networking sites activity in this study were measured using Adolescence Internet Use Questionnaire (AIUQ) developed by Ma, Li and Pow (2011) and has been modified and adapted to the context of the study by the researcher. Social behavior in the real life are measured using the Adolescent Behavior Questionnaire (ABQ), conceived and developed by Ma in 1988 and has also been modified researcher. Results from the study were analyzed using Pearson correlation analysis showed prosocial behavior on social networking sites are significantly associated with prosocial behavior in the real life (r = 0371, p <0.05). Antisocial behavior on social networking sites were significantly associated with antisocial behavior in the real world (r = 0.338, p <0.05). The correlation is positive correlation. It can be concluded that there is a relationship between social behavior within the scope of prosocial and antisocial behavior on social networking sites and daily life on adolescence. Keywords: social behavior, prosocial, antisocial, social networking site, adolescence.
PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Jejaring sosial menunjukkan bagaimana pola hubungan individu menghubungkan orang-orang, kelompok atau organisasi dalam menghasilkan peluang serta konteks untuk perilaku manusia, dan berguna dalam memvisualisasikan pola dalam interaksi sosial (Scott, 2000). Dalam jejaring sosial, interaksi mengacu pada suatu jenis hubungan, yang diwujudkan oleh berbagai jenis bentuk hubungan sosial, baik positif maupun negatif, seperti persahabatan, kerjasama, kepercayaan, atau bahkan konflik dan pertentangan (Carrington, Scott & Wasserman, 2005). Christakis dan Fowler (2010) berpendapat bahwa, jika seseorang yang tidak pernah bersikap murah hati atau bersikap altruistik terhadap teman dalam ikatan jejaring sosial, seperti tidak pernah berbalas budi atau, lebih buruk, selalu melakukan kekerasan terhadap satu sama lain, ikatan sosial yang dimilikinya akan terputus dan jaringan pertemanan akan hancur. Perilaku altruistik dengan beberapa pengorbanan diri dan perilaku normatif (misalnya, menjadi pria dan wanita yang baik) dikatakan sebagai perilaku prososial (Radke-Yarrow, Waxler & Chapman, 1983). Sebuah fakta yang menarik perhatian para ilmuwan jaringan, ilmuwan sosial, dan filsuf bahwa perilaku prososial adalah prediktor utama dalam pembentukan dan pengoperasian dalam jaringan sosial (Christakis & Fowler, 2010). Perilaku prososial, merupakan semua jenis tindakan yang dimaksudkan untuk memberikan manfaat bagi orang lain selain diri sendiri, seperti bekerja sama, berbagi, dan menghibur (Batson, dalam Sanderson, 2011). Perilaku prososial dapat mengurangi perilaku antisosial, yang secara sederhana, digambarkan sebagai perilaku yang tidak diinginkan dalam lingkungan sosial merupakan lawan dari perilaku prososial (Millon, dkk, dalam Millie 2009). Bisa dikatakan bahwa perilaku prososial dan antisosial sangat berkaitan. Perilaku antisosial lebih mengarah menentang kepada norma-norma yang sedang berlaku dalam masyarakat. (Connor, 2002). Perilaku prososial dan antisosial dalam kehidupan nyata dapat juga berhubungan di dunia maya, hal ini berdasarkan dari temuan Ma, Li, dan Pow (2011) yang menyebutkan bahwa, secara umum remaja yang berperilaku prososial cenderung lebih prososial dalam penggunaan internet, demikian pula remaja yang berperilaku antisosial cenderung lebih antisosial dalam penggunaan internet. Dengan kata lain bahwa terdapat hubungan positif antara perilaku sosial di dunia maya dan dunia nyata. Ketika seseorang terpapar dengan media digital dan internet dalam kurun waktu yang lama, hal tersebut akan mengembangkan cara baru untuk bersosialisasi, berinteraksi, berpikir, dan berperilaku (Tapscot, 2009). Menurut Tapscot (2009) salah satu karakteristik yang membedakan dunia maya dengan dunia nyata adalah seseoarang memiliki kebebasan berekspresi ketika bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang lain melalui teknologi dan internet. Salah satu fitur aplikasi internet yaitu web 2.0 dipakai untuk menggambarkan jaringan relasi yang ada di setiap individu dengan lingkungan sosial (Beer, 2008; dalam Dashgupta, 2010), hal tersebut menjadi cikal bakal munculnya media sosial seperti Facebook, Twitter, LinkedIn, dan Friendster yang secara eksplisit disebut social networking sites (situs jejaring sosial). Fungsi utama penggunaan sebuah situs jejaring sosial adalah pemeliharaan relasional (Lampe, Ellison, & Steinfield, 2006). Merangkum beberapa studi mengenai situs jejaring sosial, Pollet, Robert, dan Dunbar (2011) menyebutkan bahwa interaksi melalui media sosial seperti situs jejaring sosial dapat efektif untuk membangun persahabatan dan secara kesuluruhan berdampak positif terhadap kesejahteraan. Di Indonesia situs jejaring sosial mempunyai pengguna aktif yang banyak. Dengan berbagai macam layanan fitur yang menarik ditawarkan dari setia situs jejaring sosial, Facebook dan Twitter menjadi pilihan mayoritas khususnya remaja. Telah disebutkan bahwa fungsi utama penggunaan situs jejaring sosial pada remaja adalah pemeliharaan relasional, mengacu pada tugas perkembangan usianya, masa remaja memiliki tugas penting untuk mampu bergaul (Gunarsa & Gunarsa, 2006). Hal ini memberikan implikasi bahwa remaja harus mulai menjalin relasi dengan orang-orang di luar rumahnya, dalam hal ini yang menjadi sorotan adalah perilaku sosial. Perilaku sosial adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku umum yang ditunjukkan oleh individu dalam masyarakat, yang pada dasarnya sebagai respons terhadap apa yang dianggap dapat diterima atau tidak dapat diterima oleh kelompok sebaya seseorang (Baron & Byrne, 2005). Sejalan dengan hal
tersebut, perilaku sosial yang dapat diterima masyarakat dipandang sebagai perilaku yang memberikan efek positif dalam masyarakat, seperti menolong, berbuat baik, atau disebut dengan perilaku prososial, dan perilaku sosial yang tidak dapat diterima dipandang sebagai perilaku yang memberikan efek negatif dalam masyarakat atau disebut dengan perilaku antisosial (Baumeister & Bushman, 2011). Perilaku prososial merupakan tindakan bertujuan untuk kepentingan orang lain (Kassin, Fein & Markus, 2011). Perilaku prososial merupakan semua jenis tindakan yang dimaksudkan untuk memberikan manfaat bagi orang lain selain diri sendiri, seperti bekerja sama, berbagi, dan menghibur (Batson, dalam Sanderson, 2011). Perilaku prososial pada Anak dan Remaja biasanya terkait dengan perilaku berbagi, bekerja sama, membantu, merasa empati dan peduli dengan sesama, selain itu, perilaku altruistik dengan beberapa pengorbanan diri dan perilaku normatif (misalnya, menjadi anak yang baik) dikatakan sebagai perilaku prososial, (Radke-Yarrow, Waxler, Chapman, 1983). Patterson (Dalam Eddy & Reid, 2001) menjelaskan perilaku antisosial sebagai sekumpulan perilaku yang saling terkait (a cluster of related behaviors), meliputi : tidak patuh, agresi, temper tantrums, berbohong, mencuri, dan kekerasan. Sudarsono (1995) berpendapat bahwa perilaku antisosial di dalamnya terkait dengan perilaku delikuen, khususnya dalam kehidupan remaja, dimana perbuatan yang antisosial di dalamnya terkandung unsu-unsur normatif, dan suatu perilaku delinkuen perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat dimana ia hidup. Menurut Hindelang, dkk (dalam Ma, dkk, 2011) menjelaskan keterkaitan perilaku antisosial dan perilaku delikuen remaja meliputi, membolos sekolah, terlibat perkelahian, lari dari rumah, sering berbohong, menggunakan alkohol dan obat - obatan terlarang, mencuri, perilaku vandalism, terbiasa memunculkan perilaku agresif dan kekerasan terhadap individu lain, melanggar peraturan sekolah, aturan rumah, dan hukum kriminal setempat. Menurut Hing Keung Ma (2011) perilaku prososial pada remaja dalam penggunaan internet termasuk di antaranya; 1) Perilaku menolong. Dalam mengorganisir kegiatan dunia maya bersifat sukarela dan altruistik untuk membantu orang yang membutuhkan seperti contoh menggunakan sarana internet untuk membantu orang lain. 2) Perilaku kerja sama dan berbagi. Menggunakan fasilitas internet sebagai sarana untuk mengajar dan belajar, sehingga meningkatkan pengetahuan dan wawasan seseorang. 3) Mempertahankan hubungan yang afektif. 4) Perilaku normatif dalam penggunaan internet. Contoh, dikenal dan diyakini oleh orang lain sebagai orang yang baik. Sedangkan untuk perilaku antisosial di Internet pada remaja meliputi (Ma, 2011) ; 1) Dalam penggunaan internet melakukan kegiatan ilegal seperti menjual produk palsu atau bersinggungan dengan materi pornografi. 2) Intimidasi orang lain (yaitu, cyberbullying), misalnya, mendistribusikan laporan memfitnah terhadap orang tertentu dan perilaku cheating (curang atau picik) terhadap orang lain. 3) Memperoleh dan membagikan tautan bersifat pornografi atau agresif. Perilaku prososial digunakan remaja untuk dapat menjalin hubungan yang harmonis dengan teman sebaya, orang tua maupun masyarakat dengan membantu orang yang membutuhkan pertolongan, berbagi atau bekerjasama secara positif. Namun bagi remaja, perilaku prososial sering disalahartikan dengan mengikuti ajakan serta tekanan dalam kelompok teman sebaya yang menyimpang, misalnya agar dianggap solider dan bersahabat, remaja mau merokok, tawuran, membolos ataupun memalak temannya, seringkali tindakantindakan anti sosial dilakukan para remaja (Wentzel & Asher 1995). Dari temuan Ma, Li, dan Pow (2011), secara umum, remaja yang berperilaku prososial cenderung lebih prososial dalam penggunaan internet, demikian pula remaja yang berperilaku antisosial cenderung lebih antisosial dalam penggunaan internet, dengan kata lain bahwa terdapat hubungan positif antara perilaku prososial maupun antisosial di dunia maya dan dunia nyata
Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian Masalah penelitian dapat dirumuskan yaitu apakah ada hubungan perilaku sosial dalam ruang lingkup perilaku prososial dan antisosial dalam beraktivitas di situs jejaring sosial dan dunia nyata pada remaja di Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan perilaku sosial dalam beraktivitas di situs jejaring sosial dan di dunia nyata pada remaja di Jakarta.
METODE PENELITIAN Teknik Sampling dan Desain Penelitian Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik accidental nonprobabilty sampling. Metode nonprobability sampling melibatkan pemilihan responden berdasarkan kesediaan dan ketersediaan mereka dalam memberikan respon dan tidak ada jaminan bahwa setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel (Shaughnessy & Zechmeister, 2006). Penyampelan accidental yaitu berdasarkan kebetulan, siapa saja yang ditemui peneliti dan cocok digunakan sebagai sumber data, maka dijadikan responden penelitian (Shaughnessy & Zechmeister, 2006). Populasi dari penelitian ini adalah remaja Jakarta pengguna Facebook dan Twitter. Karakteristik subjek penelitian ini adalah remaja yang tinggal di Jakarta dengan rentang usia 12–18 tahun, minimal siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan memiliki akun situs jejaring sosial Facebook maupun Twitter. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuantitatif dengan metode non eksperimen.
Hipotesis Penelitian H01 : Tidak Terdapat hubungan antara perilaku prososial di situs jejaring sosial dengan perilaku prososial di dunia nyata pada remaja H02 : Tidak Terdapat hubungan antara perilaku antisosial di situs jejaring sosial dengan perilaku antisosial di dunia nyata pada remaja Ha1 : Terdapat hubungan positif antara perilaku prososial di situs jejaring sosial dengan perilaku prososial di dunia nyata pada remaja Ha2 : Terdapat hubungan positif antara perilaku antisosial di situs jejaring sosial dengan perilaku antisosial di dunia nyata pada remaja
Alat Ukur Penelitian Pada penelitian ini digunakan 2 alat ukur penelitian yaitu alat ukur Adolescence Internet Use Questinaire (AIUQ) dan alat ukur Adolescent Behavior Questionnaire (ABQ). Untuk mengukur perilaku sosial daam beraktivitas di situs jejaring sosial menggunakan Adolescence Internet Use Questionnaire (AIUQ). AIUQ merupakan instrumen penelitian yang di kembangkan oleh Ma, Li, dan Pow pada tahun 2011 yang telah dimodifikasi oleh peneliti dan disesuaikan mengenai konstruk teori. Instrumen ini mengukur tingkat prososial dan antisosial remaja pada penggunaan internet dengan memberikan beberapa pernyataan yang terkait dengan penggunaan internet dalam setahun terakhir. Dimensi yang di ukur untuk perilaku prososial dalam penggunaan internet pada remaja, di dalamnya terkait perilaku menolong, berbagi, kerjasama, menjalin hubungan yang afektif dan perilaku normatif. Dalam alat ukur AIUQ peneliti memodifikasi dan memisahkan Facebook dan Twitter. Jumlah item pada kuesioner Facebook uji coba berjumlah 25 item, dan jumlah item pada saat pengambilan sampel tidak berubah. Jumlah item pada kuesioner Twitter uji coba berjumlah 25 item, sedangkan jumlah item pada saat pengambilan sampel berjumlah 21. Untuk alat ukur perilaku sosial remaja di dunia nyata, peneliti menggunakan Adolescent Behavior Questionnaire (ABQ). Kuesioner ini dikembangkan oleh Ma, pada tahun 1988 (Ma, dkk, 1996). Dimensi yang diukur dalam perilaku prososial adalah perilaku normatif dan tindakan altruistik, sedangkan dimensi dalam perilaku antisosial mencakup tindakan melanggar aturan dan norma-norma sosial, perilaku menantang atau agresif di sekolah, rumah, dan di lingkungan sosial. Jumlah item pada kuesioner uji coba berjumlah 62 item, sedangkan jumlah item pada saat pengambilan sampel berjumlah 49 item.
Validitas dan Realibilitas Untuk menguji validitas alat ukur ini, peneliti melakukan content validity dan construct validity. Uji content validity dilakukan untuk mengukur apakah ada kecocokan antara isi alat ukur tersebut dengan isi sasaran yang ingin diukur. Untuk mengujinya, peneliti melakukan Expert Judgment. Setelah itu peneliti melakukan uji keterbacaan (face validity) kepada 3 orang untuk mengevaluasi kuesioner yang sudah dibuat oleh peneliti. Evaluasi ini meliputi penggunaan bahasa, struktur bahasa, dan kesesuaian. Dalam uji construct validity,
menurut Sugiyono (dalam Sujianto, 2009) bila korelasi tiap item positif dan besarnya 0,3 ke atas, maka item tersebut merupakan konstruk yang kuat. Dengan demikian item yang mencapai nilai korelasi item-total mencapai 0,3 dianggap memuaskan dan dipertahankan, sementara item yang mendapat nilai di bawah itu sebaiknya dibuang atau direvisi. Sugiyono dan wibowo (2004), ketentuan validitas instrument sahih apabila r hitung lebih besar dari r standar (0,3). Item pernyataan dinyatakan valid jika mempunyai nilai r hitung yang lebih besar dari r standar yaitu 0,3. Pengukuran reliabilitas alat ukur ini dengan menggunakan metode alpha cronbach’s. Peneliti menggunakan klasifikasi koefisien reliabilitas alat ukur menurut Triton (dalam Sujianto, 2009). Berikut adalah hasil uji reliabilitas dari alat ukur ini : Hasil Uji Reliabilitas Variabel Perilaku Prososial Facebook (16 item) Perilaku Prososial Twitter (14 item) Perilaku Prososial Dunia nyata (17 item) Perilaku Antisosial Facebook (9 item) Perilaku Antisosial Twitter (2 item) Perilaku Antisosial Dunia Nyata (32 item) Sumber: Pengolahan Data SPSS 17.0
Α 0,904 0,863 0,897 0,825 0,923 0,931
Berdasarkan dari tabel diatas, didapatkan nilai cronbach alpha perilaku prososial di Facebook adalah sebesar 0,904, dan antisosial di Facebook adalah sebesar 0,825 Menurut koefisien reliabilitas Triton (2006), nilai 0,904 dan 0,825 memiliki arti sangat reliable. Nilai cronbach alpha perilaku prososial di Twitter adalah sebesar 0,863, dan antisosial di Twitter adalah sebesar 0,923 Menurut koefisien reliabilitas Triton (2006), nilai 0,863 dan 0,923 memiliki arti sangat reliable. Nilai cronbach alpha perilaku prososial di dunia nyata adalah sebesar 0,897, dan antisosial di dunia nyata adalah sebesar 0,931. Menurut koefisien reliabilitas Triton (2006), nilai 0,897 dan 0,931 memiliki arti sangat reliable. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa alat ukur prososial dan antisosial di situs jejaring sosial dan dunia nyata ini memiliki keajegan dan taraf kepercayaan yang sangat baik.
Persiapan Penelitian Penelitian ini dimulai dengan menentukan topik penelitian. Penelitian dengan metode survei tentunya mengandalkan alat ukur, dalam hal ini berupa kuesioner sebagai instrumen utama penelitian. Untuk itu sebagai persiapan awal, peneliti mencari alat ukur yang dianggap mampu mengukur variabel yang diteliti dalam penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 2 buah alat ukur. Alat ukur Adolescence Internet Use Questionnaire (AIUQ) dan Adolescent Behavior Questionaire (ABQ). Khusus dalam penelitian ini peneliti memodifikasi item-item AIUQ untuk penggunaan situs jejaring sosial Facebook dan Twitter. Peneliti melakukan adaptasi dengan menerjemahkannya ke dalam Bahasa Indonesia dan menerjemahkannya kembali ke dalam Bahasa Inggris. Terkait dengan variabel prososial dan antisosial di dunia nyata dan maya dalam konstruk pengukuran di alat ukur AIUQ dan ABQ, penelitian menyesuaikan dengan konstruk dan teori yang terkait, sehingga item-item mengenai periaku netral dalam pengukuran prososial di dunia maya dihilangkan, sedangkan perilaku antisosial di dunia maya dan nyata semua itemnya dipertahankan. Setelah semua item dinyatakan sesuai, maka alat ukur AIUQ untuk Facebook dan Twitter dengan 25 buah item Twitter dengan 42 buah item, dan ABQ dengan 62 buah item siap untuk di uji coba
Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian yang dilakukan terdiri dari 2 tahap, yaitu tahap uji coba alat ukur dan pengambilan data lapangan. Tahap uji coba alat ukur dilakukan selama periode 30 Agustus 2012 dengan menyebarkan kuesioner dalam bentuk hard copy. Uji coba alat ukur dilakukan terhadap 15 orang remaja di toko kelontong 711, berlokasi di kawasan Jakarta Utara, untuk mengetahui nilai konsistensi internal dan skor korelasi item-total dari instrumen yang digunakan. Pengambilan data lapangan dilakukan selama periode 31 Agustus 2012 hingga
3 September 2012 dengan menyebarkan kuesioner di warnet, toko kelontong seperti Seven eleven (711) di setiap regional Jakarta. Kuesioner yang disebarkan sebanyak 120 buah, namun setelah diperiksa kembali, hanya 116 buah kuesioner yang dapat diolah untuk dilakukan analisa. 4 kuesioner tidak diolah karena data yang diisi tidak lengkap, serta pola jawaban yang terlihat tidak masuk akal.
Teknik Pengolahan Data Perhitungan data dilakukan berdasarkan nilai prososial dan antisosial dari 3 buah instrumen yang digunakan Adolescence Internet Use Questionnaire (AIUQ) Facebook, AIUQ Twitter, dan Adolescent Behaviour Questionnaire (ABQ). Dalam melihat perilaku prososial di situs jejaring sosial, nilai Facebook dan Twitter digabung, sehingga didapat nilai perilaku prososial di situs jejaring sosial, dan sama pula dalam mengukur perilaku antisosial di situs jejaring sosial. Dalam mengolah data penelitian ini, dilakukan uji normalitas dan uji linieritas. Uji normalitas data menjadi prasyarat pokok dalam analisis parametrik, karena data-data yang akan dianalisis parametrik harus terdistribusi normal. Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Sedangkan uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel secara signifikan mempunyai hubungan yang linier atau tidak. Pada penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah metode statistik dengan menggunakan analisis korelasional. Tujuan dari penggunaan analisis korelasi adalah mengukur keeratan hubungan antara variabel X dan Y. dalam hal ini variabel yang diukur adalah perilaku prososial dan antisosial dalam beraktivitas situs jejaring sosial dan perilaku prososial dan antisosial di kehidupan sehari-hari remaja.
HASIL DAN PEMBAHASAN Uji analisis korelasi Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui antara satu variabel dengan variabel statistik yang digunakan teknik analisis korelasi Pearson.
lainnya. Teknik
Analisis Korelasi Prososial
Perilaku Prososial Facebook Perilaku Prososial Twitter Perilaku Prososial di Situs Jejaring Sosial Sumber : Pengolahan data SPSS 17.0
Perilaku prososial di dunia nyata r Sign. 0,233 0,012 0,260 0,005 0,252 0,006
Dapat dilihat bahwa signifikasi hubungan antara perilaku prososial di Facebook dengan perilaku prososial di dunia nyata sebesar 0,012 (p < 0,05). Perilaku prososial di Twitter dengan perilaku prososial di dunia nyata sebesar 0,005 (p < 0,05). Dan perilaku prososial di situs jejaring sosial dengan perilaku prososial di dunia nyata sebesar 0,002 (p < 0,05). Berdasarkan temuan ini berarti H01 ditolak. Dengan demikian ada hubungan yang signifikan antara perilaku prososial di situs jejaring sosial dengan perilaku prososial di dunia nyata. Tingkat korelasi perilaku prososial di situs jejaring sosial dengan perilaku prososial di dunia nyata adalah rendah (r = 0,252). Nilai korelasinya positif, yang berarti semakin tinggi salah satu variabel, semakin tinggi variabel lainnya.
Analisis Korelasi Antisosial
Perilaku Antisosial Facebook Perilaku Antisosial Twitter Perilaku Antisosial di Situs Jejaring Sosial Sumber : Pengolahan data SPSS 17.0
Perilaku prososial di dunia nyata r Sign. 0,285 0,002 0,252 0,006 0,283 0,002
Dapat dilihat bahwa signifikasi hubungan antara perilaku antisosial di Facebook dengan perilaku antisosial di dunia nyata sebesar 0,002 (p < 0,05). Perilaku antisosial di Twitter dengan perilaku antisosial di dunia nyata sebesar 0,006 (p < 0.05). Dan perilaku antisosial di situs jejaring sosial dengan perilaku antisosial di dunia nyata sebesar 0,002 (p < 0.05). Berdasarkan temuan ini berarti H02 ditolak. Dengan demikian ada hubungan yang signifikan antara perilaku antisosial di situs jejaring sosial dengan perilaku antisosial di dunia nyata. Tingkat korelasi perilaku antisosial di situs jejaring sosial dengan perilaku antisosial di dunia nyata adalah tinggi (r = 0,283). Nilai korelasinya positif, yang berarti semakin tinggi salah satu variabel, semakin tinggi variabel lainnya.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil uji hipotesa didapatkan adanya hubungan antara perilaku prososial di situs jejaring sosial dengan perilaku prososial di dunia nyata, dan terdapat hubungan perilaku antisosial di situs jejaring sosial dengan perilaku antisosial. Berdasarkan kriteria tingkat korelasi menurut Sujianto (2009), korelasi prososial dan antisosial di situs jejaring sosial dan dunia nyata tergolong rendah. Perilaku prososial dan antisosial di situs jejaring sosial memiliki hubungan yang positif dengan perilaku prososial dan antisosial di dunia nyata. Artinya semakin tinggi salah satu variabel, semakin tinggi variabel lainnya. Penelitian mengenai perilaku sosial dalam beraktivitas di situs jejaring sosial dan dunia nyata pada remaja ini menunjukkan hasil bahwa memang terdapat hubungan antara variabel perilaku prososial dan antisosial di situs jejaring sosial dengan perilaku sosial pada remaja. Hasil dari temuan ini mendukung pernyataan dari beberapa ahli bahwa pola perilaku sosial di dunia maya serupa dengan pola perilaku sosial dalam kehidupan sehari-hari (Ma, Li & Pow, 2011; Sproul, 2009; Strasburger, Wilson & Jordan, 2009).
Diskusi dan Saran Penelitian yang sudah dilakukan mendapatkan beberapa hal yang dapat didiskusikan antara lain: 1. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara perilaku prososial Facebook dengan perilaku prososial di dunia nyata. Perilaku antisosial Facebook dengan perilaku antisosial di dunia nyata. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara perilaku prososial Twitter dengan perilaku prososial di dunia nyata. Perilaku antisosial Twitter dengan perilaku antisosial di dunia nyata. 2. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa terdapat korelasi positif antara perilaku prososial dan antisosial di situs jejaring sosial dengan perilaku prososial dan antisosial di dunia nyata pada remaja. Temuan ini menunjukkan bahwa pola perilaku sosial di dunia maya dalam ruang lingkup prososial dan antisosial memiliki kemiripan dengan yang di kehidupan nyata sehari-hari. Menurut Oblinger (2003) dunia maya merupakan eksistensi dari dunia nyata seseorang, baik dunia maya maupun nyata seseorang mempunyai kapabilitas yang sama untuk memunculkan perilaku tertentu. Memperjelas pernyataan tersebut tersebut, Sproul (2006) dalam penelitiannya didapatkan bahwa seseorang yang sering berperilaku prososial dalam kehidupannya sehari-hari mempunyai kapabilitas yang sama besar untuk memunculkan perilaku prososial ketika terpapar dengan teknologi dan internet. Terkait dengan tingkat korelasi prososial dan antisosial di dunia maya dan nyata yang rendah, bila ditinjau dari karakteristik generasi media digital yang dikemukakan Tapscot (2009), hal tersebut disebabkan
karena dalam beraktivitas di dunia maya, remaja lebih bebas dalam berekspresi dibanding ketika sedang berkomunikasi tatap muka, serta kesemerawutan informasi yang mudah didapat, dan akses yang cepat dalam membina relasi di kehidupan sosial, melalui kolaborasi di Facebook dan Twitter dapat berimpilkasi terhadap cara bersosialisasi, berinteraksi, berpikir, dan berperilaku. 3. Peneltian ini melihat korelasi perilaku sosial di dunia maya dan di dunia nyata. Temuan dari hasil penelitian ini tidak dapat menjelaskan apakah ada perbedaan di dunia maya dengan dunia nyata. Beberapa saran yang dapat peneliti berikan selama melakukan penelitian ini adalah: 1. Pentingnya melakukan penelitian yang serupa di kalangan peneliti dan praktisi pendidikan mengenai perilaku sosial di dunia maya dan nyata, untuk menjelaskan dan menggambarkan kaitan dunia maya dengan dunia nyata. Dengan penelitian tersebut akan dapat diperoleh informasi apakah dunia maya terpisah dari dunia nyata atau keduanya merupakan satu kesatuan. Saran bagi peneliti lain yang ingin meneliti topik serupa adalah melakukan uji beda untuk melihat perbedaan perilaku sosial di dunia maya dengan di dunia nyata, dan memperdalam hasil penelitian dengan mempertimbangkan teknik analisa hasil pembahasan, serta kajian mengenai ruang lingkup perilaku sosial di dunia maya dan nyata. 2. Terkait dengan hasil penelitian mengenai perilaku prososial dan di situs jejaring sosial dan dunia nyata pada remaja, peran orang tua dan praktisi pendidikan diperlukan untuk menanggapi fenomena remaja dalam beraktivitas di situs jejaring sosial. Secara eksplisit, intervensi dapat dilakukan dengan lebih memperhatikan dan membuka ruang diskusi dalam penggunaan situs jejaring sosial untuk mempromosikan perilaku prososial dan mencegah perilaku antisosial di situs jejaring sosial. Dengan harapan hal tersebut memberikan implikasi terhadap perilaku keseharian para remaja. Dan bagi remaja itu sendiri, harus lebih meningkatkan pengendalian diri, untuk mempertimbangkan aktivitasnya dalam penggunaan situs jejaring sosial.
REFERENSI. Baron,R. A. & Byrne, D. (2005). Psikologi sosial (10th ed.). Jakarta: Erlangga Baumeister, R. F,. & Bushman, B. J. (2010). Social Psychology and Human Nature. Belmont: Wadsworth. Bierhoff, H. W. (2002). Prosocial Behaviour. London: Psychology Press. Boyd, D. (2007). Fame, narcissism and MySpace. Many2Many: A group weblog on social software. Diperoleh pada tanggal 5 Januari, 2012 dari http://many.corant.com/archives/2007/03/17/fame_narcissism_and_myspace.php Boyd, D.M., & Ellison, N. (2007). Social network sites: Definition, history, and scholarship. Journal of Computer-Mediated Communication, 13 (1), 1-11. Burke, M., Kraut, R., & Marlow, Cameron. (2011). Social Capital on Facebook: Differentiating Uses and Users. CHI Research on Aging 2011 7 (12). Carrington, P., Scott, J., & Wasserman, S. (2005). Models and methods in social network analysis. New York: Cambridge University Press. Christakis, N., & Fowler, J. (2010). Connected: The Amazing Power of Social Networks and How They Shape Our Lives. New York: Harper Collins Publishers. Clarke, D. 2003. Pro-Social and Anti-Social Behavior. New York: Routledge. Connor, F. D. 2002. Aggresion and Antisocial Behavior in Children and Adolescence. The Guilford Press. Cross, R., & Parker, R. (2004). The hidden power of social networks: Understanding how work really gets done in organizations. Boston: Harvard Business School Press. Dasgupta, S. (2010). Social Computing : Concepts, Methodologies, Tools, and Applications. New York: Hershey. Davis, R. A. (2001). A cognitive–behavioral model of pathological Internet use. Computers in Human Behavior, 1 (7), 187–195. Dayakisni T. & Hudaniyah. (2003). Psikologi sosial. Yogyakarta: UMM Press. Douglis, F. (2008). On social networking an communication paradigms. Journal IEEE Internet Computing, 12 (1), 4-6. Eddy, J. M., & Reid, J. B. (2001). The Antisocial Behavior of the Adolescent Children of Incarcerated Parents: A Developmental Perspective. Diperoleh pada tanggal 5 Oktober, 2012 dari http://aspe.hhs.gov/hsp/ prison2home02/eddy.html
Ellison, N., Steinfield, C., & Lampe, C. A. C. (2006). Spatially bounded online social networks and social capital: The role of facebook. AnnualConference of the International CommunicationAssociation (ICA), Dresden, Germany, June 2006. Freeman, L. C. (2004). The development of social network analysis: A study in the sociology of science. Vancouver: Empirical Press. Fetchenhauer, D., Flache, A., Buunk, A. P., & Lindenberg, S. (2006). Solidarity And Prosocial Behavior: An Integration of Sociological And Psychological Perspectives. New York: Springer Science & Business. Green, L. 2010. The Internet: an Introduction to New Media. New York: Oxford International Publisher, ltd. Goodstein, A. (2007). Totally wired: What teens and tweens are really doing online. New York, NY: St. Martin’s Press. Gotta, M. (2008). Reference Architecture For Social Network Sites. Diambil 20 Januari, 2012 dari http://mikeg.typepad.com/perceptions/2008/07/reference-archi.html Gunarsa, S.D., & Gunarsa, Y. (2006). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia. Hansen, D., Shneiderman, B., & Smith, M. A. (2010). Analyzing Social Media Networks with NodeXL. Boston: Morgan Kaufmann Holzner, S. (2009). Facebook Marketing : Leverage Social Media to Grow Your Business. Indiana: Que. Hurlock, E.B. (1990). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. Hurlock, E.B. (1997). Perkembangan Anak. Gramedia, Jakarta Jamali, M., & Abolhassani, H. (2006). Different Aspects of Social Network Analysis. Hongkong In proc: International Conference on Web Intelligence. Jonassen, D. & Rohrer-Murphy, L. (1999). Activity theory as a framework for designing constructivist learning environments. Educational Technology, Research & Development, 47 (1), 61-79. Kaptelinin, V., Kuutti, K., Bannon, L. (1995). Activity Theory: Basic Concepts and Applications In HumanComputer Interaction. Berlin: Springer. Kartono, K. (1998). Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta : PT. Grafindo Persada. Kassin, S., Fein, S., & Markus, H. R. (2010). Social Psychology (8th ed.). Belmont: Wadsworth Lampe, C. A. C., Ellison, N., & Steinfield, C. (2007). A familiar facebook: Profile elements as signals in an online social network. CHI ‘07: Proceedings of the SIGCHI Conference on Human Factors in Computing Systems,pages, 435-444, California: San jose. Lim, C. P. dan Chai. C. S. 2004. An activity theoretical approach to research of ICT integration in Singapore schools: Orienting activities and learner autonomy. Computers and education, 1 (14), 215-236. Ma, H. K. (2011). Internet Addiction and Antisocial Internet Behavior of Adolescents. The Scientific World Journal, 11, 2187-2196. Ma, H. K., Li, C. S., & Pow, J. W. C. (2011). The Relation of Internet Use to Prosocial and Antisocial Behavior in Chinese Adolescents. CyberPsychology, Behavior and Social Networking, 14 (3), 23-130. Ma, H. K., dkk. (1996). The relation of prosocial and antisocial behavior to personality and peer relationships of Hong Kong Chinese adolescents. Journal of Genetic Psychology, 157, 255-266. Myers, D. G. (2010). Social Psychology (10th ed.). New York: McGraw-Hill Inc. Millie, A. (2009). Anti-Social Behaviour. New York: Open University Press. Nardi, B.,. (1996). Context and Consciousness: Activity Theory and Human-Computer Interaction. Cambridge: MIT Press. Nevid, J. S., Rathus, S. A., & Greene, B. (2008). Abnormal psychology in a changing world (7th ed.). Upper Saddle River, NJ: Prentice-Hall. Newman, M. (2004). Detecting community structure in networks. European Physics Journal, 3 (8), 321–3. Oblinger, D. (2003). Boomers, Gen-Xers, and Millennials: Understanding the New Students. Educause Review, 38 (4), 37–47. Diperoleh pada tanggal 28 September 2012 dari http://www.educause.edu/apps/er/erm03/erm034.asp. Pengguna Internet Indonesia Didominasi Remaja. (20 Maret 2009). Kompas.com. Diperoleh pada tanggal 3 Maret 2012 dari http://nasional.kompas.com/read/2009/03/20/2028042/Pengguna.Internet.Indonesia.Didominasi.Remaj a Pengguna Internet Indonesia adalah Remaja (27 Agustus, 2010). Viva News. Diperoleh pada tanggal 3 Maret 2012 dari http://teknologi.vivanews.com/news/read/173638-2-3-pengguna-internet-indonesia-adalahremaja
Pollet, T.V., Roberts, S.G.B., & Dunbar, R.I.M. (2011). Use of social network sites and instant messaging does not lead to increased offline social network size, or to emotionally closer relationships with offline network members. Cyberpsychology, Behavior and Social Networking, 14, 253-258. Radke-Yarrow M, Zahn-Waxler C, Chapman M. (1983) Children’s prosocial dispositions and behavior. Handbook of child psychology: Vol. 4. Socialization, personality, and social development. (7th ed.). New York: John Wiley. Rutter, M., Giller, H., & Hagell, A. (1998). Antisocial Behavior by Young People. Cambridge: Cambridge University Press. Kurtus, R. (2011). Gravity And Gravition: Derivation, Equations, and Apllications. Oregon: Sfc Publishing Co. Santrock, J.W. (2003). Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga. Scott, J. (2000). Social network analysis: A handbook (2nd ed.). California: SAGE Publications. Shaughnessy, J.J., Zechmeister, E.B., & Zechmeister, J.S. (2006). Research Methods in Psychology, (7th ed.). New York: McGraw-Hill. Sproull, L. (2011). Prosocial behavior on the Net. Daedalus. 4 (140), 140-53. Strasburger, V. C., Wilson, B. J., & Jordan, A. B. (2009). Children, Adolescents, and the Media. SAGE Publication. Sujianto, A.E. (2009). Aplikasi Statistik Dengan SPSS 16.0. Jakarta: Prestasi Pustaka. Tapscott, D. (2009). Grown Up Digital: How The Net Generation Change Your World. New York, McGrawHill. Tuner, J. H. (1994). Sociology, Concepts and Uses. New York: McGraw-Hill. Van Dijk, J. (2006). The Network Society: Social Aspects of New Media. California: SAGE Publications. Waluya. B. (2007). Sosiologi: Menyelami Fenomena di Masyarakat. Bandung: PT Setia Purna Ivnes. Wasserman, S. & Faust, K. (1994). Social Network Analysis. Cambridge: Cambridge University Press. Young. K. 2009. Online Social Networking: An Australian Perspective. The International Journal of Emerging Technologies and Society, 1 (7), 39-57. Zibriel, Z., & Supangkat, S. H. (2008). Ensiklopedia Nusantara Menggunakan Orientasi Web 2.0. e-Indonesia Initia-tive 2008 (EII2008) Konfrensi dan Temu Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia, 69-70. Jakarta.
RIWAYAT PENULIS Revan Chandra Wijaya lahir di kota Jakarta pada tanggal 19 Juni 1989. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Fakultas Psikologi Universitas Bina Nusantara Jakarta pada tahun 2012.