HUBUNGAN ANTARA PENILAIAN KINERJA DAN HASIL BELAJAR PADA KONSEP CAHAYA DENGAN METODE EKSPERIMEN Di SMP Negeri 1 Caringin Bogor
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh EVI SUTAMI NIM 107016300366
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 i
ii
iii
iv
ABSTRAK
Evi Sutami (107016300366). Hubungan antara Penilaian Kinerja dan Penilaian Hasil Belajar pada Konsep Cahaya dengan Metode Eksperimen. Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran atau informasi tentang hubungan antara penilaian kinerja terhadap penilaian hasil belajar peserta didik pada pembelajaran fisika konsep cahaya. Penelitian dilaksanakan pada tahun ajaran 2012/2013, dimulai pada bulan februari sampai dengan bulan April 2013. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan di lapangan bahwa sistem penilaian yang digunakan belum komprehensif dan berkesinambungan, sehingga tidak jarang penilaian aspek proses pembelajaran peserta didik masih belum optimal dilakukan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode regresi linier sederhana. Subyek penelitian adalah peserta didik kelas VIII-8 SMP Negeri 1 Caringin Bogor, dengan instrumen pengumpul data berupa penilaian kinerja dan penilaian hasil belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar kelompok peserta didik telah menguasai kemampuan yang diajarkan dengan persentase tertinggi yaitu 66.7% pada kategori baik pada penilaian kinerja-baik pada penilaian hasil belajar dan kategori cukup baik pada penilaian kinerja-baik pada penilaian hasil belajar sebesar 33.3%. Hal ini membuktikan bahwa efektivitas penilaian kinerja terhadap penilaian hasil belajar di SMP Negeri 1 Caringin Bogor mempunyai kontribusi yang sangat positif. Kelompok peserta didik mempunyai nilai rata-rata 3 pada penilaian kinerja, artinya penilaian kinerja seluruh kelompok peserta didik termasuk dalam kategori baik dan penilaian hasil belajar memperoleh nilai di atas 70 (nilai KKM), yaitu dengan rata-rata 78, dengan nilai tertinggi sebesar 83.2, sedangkan nilai terendah dengan nilai 75.2. dengan demikian bahwa dalam proses yang baik akan mengahsilkan hasil akhir yang baik pula.
Kata kunci: Penilaian Kinerja (performance assessment), Penilaian Hasil Belajar,Konsep Cahaya, dan Metode Eksperimen.
v
ABSTRACT
Evi Sutami (107016300366). Relationship Between Performance And Learning Outcomes Assessment in Light Concept Experiments Method. Thesis Studies Program Faculty of Physical Education and Teaching Tarbiyah Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2014. This study aims to obtain a picture or information about the effectiveness of the performance appraisal assessment of learning outcomes of students in learning physics concepts of light. The experiment was conducted in the academic year 2012/2013, starting in February and ending in April 2013. Research was motivated by the reality on the ground that the scoring system used has not been a comprehensive and continuous, so is not uncommon assesses the learners the learning process is still not optimally done. The method used is descriptive method. Subjects were students of class VIII-8 SMP Negeri 1 Bogor Caringin, the data collection instrument and a performance appraisal form of a multiple choice test with four alternative answers. The results showed that most groups of learners have mastered the skills taught by the highest percentage of 66.7 % in both categories in the performance-appraisal well on the assessment of learning outcomes and assessment category quite well on good performance on the assessment of learning outcomes by 33.3 %. This proves that the effectiveness of the performance assessment of learning outcomes assessment in SMP Negeri 1 Bogor Caringin have a very positive contribution. Group of students having an average value of 3 in performance assessment, performance appraisal means the entire group of students included in both categories, and assessment of learning outcomes scoring above 70 (KKM), by an average of 78, with a highest score of 83.2, while the lowest value with a value of 75.2. so that in the process of good will mengahsilkan also a good final result.
Keywords: Performance Assessment (performance assessment), Assessment of Learning Outcomes, Light Concepts, and Experimental Methods.
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia yang tidak terhingga. Salah satu nikmat dan karunia-Nya adalah akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat teriring salam senantiasa tersampaikan kepada nabi tercinta, nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para pengikutnya. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat akademis untuk menyelesaikan studi Strata 1 (S1) program studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dengan judul “Hubungan Penilaian Kinerja dan Hasil Belajar pada Konsep Cahaya dengan Metode Eksperimen”. Peneliti menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini banyak pihak yang terlibat. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Ibu Dra. Nurlena Rifa’I, M.A, Pd.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Baiq Hana Susanti, M. Sc., selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Iwan Permana Suwarna, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus sebagai dosen penguji. Terima kasih atas doa, ilmu, didikan, dorongan semangat, serta kebijakan-kebijakan selama penulis menyelesaikan studi di program studi pendidikan fisika. 4. Ibu Diah Mulhayatiah, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas do’a, bimbingan dan arahan, serta dorongan semangatnya yang juga menjadi salah satu sosok inspiratif bagi peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
vii
5. Ibu Kinkin Suartini, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II sekaligus sebagai pembimbing akademik yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan peneliti dalam penelitian skripsi ini. Terima kasih atas do’a, bimbingan dan arahan, ilmu serta dorongan semangatnya yang juga menjadi salah satu sosok inspiratif bagi peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. 6. Ibu Erina Hertanti, M.Si., selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan banyak waktu dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi ini. 7. Segenap dosen dan staff jurusan pendidikan IPA, khususnya program studi pendidikan fisika, yang telah memberikan ilmu selama proses perkuliahan di perguruan tinggi ini. 8. Bapak Drs. Dede Raharja, selaku Kepala Sekolah SMP Negeri I Caringin Bogor. Trimakasih telah mengizinkan peneliti untuk penelitian. 9. Ibu Intan Nurbagjawati, S.Pd., selaku guru pembimbing di SMP Negeri 1 Caringin Bogor selama peneliti melaksanakan penelitian. Dan segenap guru beserta staff SMP Negeri I Caringin Bogor. Terima kasih telah memberikan informasi selama proses penelitian. 10. Secara khusus, peneliti juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada Ibu dan Bapak, yang kasih sayangnya tak terbatas dan tak lekang oleh waktu, segala puji dan syukur hanya kepada Allah SWT. atas karunia yang Allah berikan melalui Ibu dan Bapak. Do’a, didikan, nasehat, dorongan moril dan materi yang diberikan senantiasa menjadi pengobat rasa lelah dan pemicu untuk senantiasa melakukan yang terbaik dan berusaha meraih yang terbaik untuk membuat Ibu dan Bapak bangga. Semoga Allah selalu menyayangi keduanya sebagaimana keduanya menyayangi ku. 11. Adik-adikku tercinta : Eva Rosita, S.KM., Wida dan Sahid terimakasih atas do’a, cinta, motivasi serta semangat yang diberikan, terimakasih atas segalanya. 12. Keluarga besar Physics Family ’07, terutama Delia, Agis, Ira, Reni dan Indra, terima kasih atas kebersamaannya selama ini, teman-teman satu perjuangan di
viii
kampus UIN Syarif Hidayatullah angkatan 2007 khususnya pendidikan fisika yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, penulis ucapkan terima kasih atas kerjasama dan bantuannya selama ini. 13. Keluarga besar Racana Fatahillah-Nyi Mas Gandasari (UKM Pramuka UIN Jakarta), terima kasih atas kebersamaannya sampai sekarang, khususnya The Gigil’s ‘07. Thanks for being my friends in the health and sick, in the the happiness and sadness, in the love and cherish, Thank you for all. -Gigil NeverLasst-.
Atas semuanya semoga Allah SWT membalas dengan balasan yang lebih baik, jazákum ahsan al-jazâ’. Jakarta,
April 2014
Evi Sutami
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. i PERNYATAAN KARYA SENDIRI ............................................................ iii ABSTRAK ...................................................................................................... iv KATA PENGANTAR ................................................................................... vi DAFTAR ISI ................................................................................................. ix DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiii DAFTAR DAFTAR LAMPIRAN .............................................................. xiv BAB I
PENDAHULUAN .......................................................................... 1 A. Latar Belakang .......................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah .................................................................. 5 C. Pembatasan Masalah ................................................................. 5 D. Rumusan Masalah ..................................................................... 6 E. Tujuan Penelitian ...................................................................... 6 F. Manfaat Penelitian .................................................................... 6
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR ............................... 7 A. Kajian Teoritis .......................................................................... 7 1. Penilaian Kelas ..................................................................... 7 a. Pengertian penilaian kelas ................................................ 7 b. Tujuan penilaian kelas ...................................................... 9 c. Fungsi penilaian kelas .................................................... 10 d. Prinsip-prinsip penilaian kelas ........................................ 13 e. Jenis-jenis penilaian kelas .............................................. 13 f. Manfaat penilaian kelas .................................................. 19 g. Keunggulan penilaian kelas ............................................ 19 2. Penilaian Kinerja ................................................................ 20 a. Pengertian penilaian kinerja ........................................... 21
x
b. Tugas penilaian kinerja .................................................. 22 c. Rubrik penilaian kinerja ................................................. 22 d. Teknik penilaian ............................................................ 25 e. Tujuan penialian kinerja ................................................. 27 f. Kriteria penilaian kinerja ................................................ 27 g. Kelebihan dan kekurangan penialaian kinerja ................. 28 3. Penilaian Hasil Belajar ........................................................ 29 a. Ranah kognitif ............................................................... 31 b. Ranah afektif .................................................................. 34 c. Ranah psikomotorik ....................................................... 35 4. Metode Eksperimen ............................................................ 37 a. Tahapan metode eksperimen .......................................... 39 b. Jenis-jenis metode eksperimen ....................................... 41 c. Kelebihan metode eksperimen ........................................ 42 d. Kelemahan metode eksperimen ...................................... 43 5. Konsep Cahaya ................................................................... 43 a. Sifat cahaya merambat lurus ........................................... 45 b. Pemantulan cahaya ......................................................... 45 c. Pembiasan cahaya .......................................................... 50 B. Penelitian yang Relevan .......................................................... 53 C. Kerangka Berpikir ................................................................... 56
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 58 A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 58 B. Metode Penelitian ................................................................... 58 C. Subjek Penelitian ..................................................................... 58 D. Intrumen Penelitian ................................................................. 59 E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 65 F. Teknik Analisis Data ............................................................... 66
xi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 69 A. Hasil Penelitian ....................................................................... 69 1. Penilaian Kinerja dalam Pembelajaran ................................ 69 2. Penilaian Hasil Belajar ........................................................ 71 3. Hasil Uji Regresi Linieritas Penilaian Kinerja dan Penilaian Hasil Belajar ........................................................................ 72 B. Pembahasan ............................................................................ 72
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 75 A. Kesimpulan ............................................................................. 75 B. Saran ....................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 76
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Contoh Rubrik penilaian Kinerja .................................................... 22
Tabel 2.2
Contoh Daftar Penilaian Checklist .................................................. 24
Tabel 2.3
Contoh Skala Penilaian ................................................................... 25
Tabel 2.4
Perbandingan Penilaian Kinerja dengan Penilaian Konvensional .... 27
Tabel 2.5
Ketentuan pada Lensa ..................................................................... 52
Tabel 3.1
Uji Validitas Ahli ........................................................................... 58
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Tes Pilihan Ganda ............................................ 59
Tabel 3.3
Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen ..................................... 62
Tabel 3.4
Interpretasi Tingkat Kesukaran ....................................................... 63
Tabel 3.5
Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal .................................. 63
Tabel 3.6
Klasifikasi Daya Pembeda .............................................................. 64
Tabel 3.7
Hasil Analisis Daya pembeda ......................................................... 64
Tabel 3.8
Klasifikasi Kategori Penilaian Kinerja ............................................ 65
Tabel 3.9
Klasifikasi Kategori Penilaian Hasil Belajar .................................... 66
Tabel 3.10 Pasangan Kategori penilaian Kinerja dengan penilaian hasil belajar 67 Tabel 4.1
Penilaian Kinerja pada Tiap Kelompok pada Pertemuan Pertama ... 69
Tabel 4.2
Penilaian Kinerja pada Tiap Kelompok pada Pertemuan Kedua ...... 70
Tabel 4.3
Penilaian Kinerja pada Tiap Kelompok pada Pertemuan Ketiga ...... 70
Tabel 4.4
Penilaian Kinerja pada Tiap Kelompok pada Pertemuan Keempat .. 71
Tabel 4.5
Rekapitulasi Penilaian Kinerja Untuk Tiap Kelompok .................... 72
Tabel 4.6
Distribusi Kelompok Peserta Didik Berdasarkan Ketegori Penilaian Kinerja ........................................................................................... 73
Tabel 4.7
Rekapitulasi Penilaian Hasil Belajar Untuk Tiap kelompok ............ 74
Tabel 4.8
Distribusi Kelompok Peserta Didik Berdasarkan Kategori Penilaian Hasil Belajar ................................................................................... 74
Tabel 4.9
Rekapitulasi Hasil Penilaian Kinerja dengan Penilain Hasil Belajar 75
Tabel 4.10 Persentase Efektivitas Penilaian Kinerja dalam Pembelajaran ......... 76
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Peta Konsep Cahaya ............................................................... 43
Gambar 2.2
Bayang-bayang Gelap (umbra) dan Bayang-bayang Semu (penumbra) Terbentuk Oleh Sumber Cahaya yang Lebih Besar dari bendanya ........................................................................... 44
Gambar 2.3
Pembentukan Bayangan Pada Cermin Datar ............................ 45
Gambar 2.4
Tiga Sinar Istimewa Cermin Cekung ....................................... 46
Gambar 2.5
Pembagian Ruangan pada Cermin Cekung .............................. 46
Gambar 2.6
Tiga Sinar Istimewa Cermin Cembung .................................... 48
Gambar 2.7
Pembiasan pada Kaca Plan Paralel .......................................... 49
Gambar 2.8
Tiga Sinar Istimewa Lensa Cekung ......................................... 50
Gambar 2.9
Tiga Sinar Istimewa Lensa Cembung ...................................... 51
Gambar 2.10 Kerangka Berfikir ................................................................... 56 Gambar 4.1
Persentase Hasil Penilaian Kinerja Tiap Kelompok ................. 73
Gambar 4.2
Persentase Penilaian Hasil Belajar Tiap Kelompok ................. 75
Gambar 4.3
Persentase Efektivitas Penilaian Kinerja dalam Pembelajaran . 77
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Silabus ..................................................................................... 80
Lampiran 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ............................... 82
Lampiran 3
Lembar Kerja Siswa (LKS) ................................................... 102
Lampiran 4
Kisi-kisi Penilaian Kinerja .................................................... 124
Lampiran 5
Pedoman Penilaian Kinerja .................................................... 126
Lampiran 6
lembar Penilaian Kinerja ....................................................... 128
Lampiran 7
Kisi-kisi Instrumen Penilaian Hasil Belajar ........................... 141
Lampiran 8
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Hasil Belajar ............. 143
Lampiran 9
Soal Tes Penilaian Hasil Belajar ............................................. 145
Lampiran 10 Lembar Uji Validitas Ahli ..................................................... 152 Lampiran 11 Surat Keterangan Penelitian ................................................... 155
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Balakang Pendidikan sebagai suatu upaya yang sistematis, terencana, dan berkelanjutan tentu berusaha optimal untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang lebih baik. Pendidikan saat ini harus mampu membekali setiap peserta didiknya dengan pengetahuan, keterampilan, serta nilai-nilai dan sikap, dimana proses belajar bukan semata-mata mencerminkan pengetahuan (knowledge based) tetapi harus mampu mengembangkan potensi-potensi peserta didik untuk memiliki keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan. Menanggapi hal tersebut para ahli pendidikan Indonesia dengan cepat merespon terhadap kebutuhan pendidikan, yaitu melalui Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang selanjutnya pada tahun 2006 disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Perubahan yang terjadi pada kurikulum ini sangat berpengaruh terhadap kegiatan belajar mengajar. Mata pelajaran fisika berdasarkan Standar Isi (SI) termasuk dalam rumpun mata pelajaran IPA dan kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Kajian IPA mencakup hasil pengamatan, temuan maupun hasil penelitian orang lain. Jadi, IPA khususnya fisika bukan hanya mempelajari konsep-konsep
tetapi
juga
merupakan
suatu
proses
penemuan
dan
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai ilmiah peserta didik. Sehingga diharapkan dapat memberikan bekal keterampilan pengetahuan yang dapat diperkaya melalui pengembangan diri dan keilmuan melalui proses pencarian yang terus menerus. Sesuai
dengan
hakekat
pembelajaran
IPA,
maka
implementasi
pembelajaran IPA terdapat dua fase yang harus dinilai, yaitu fase proses belajar mengajar dan fase hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik. Dalam fase proses belajar mengajar yang dinilai adalah keterampilan menyelesaikan tugas belajar (keterampilan proses), sedangkan fase hasil belajar (produk) adalah penilaian
1
2
akhir setelah fase proses dilalui. Kedua fase tersebut tidak dapat dipisahkan dan hanya dapat diukur keberhasilannya dengan alat ukur yang relevan. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di sekolah SMP Negeri 1 Caringin Bogor pada pembelajaran fisika, ditemukan bahwa proses penilaian yang banyak dilakukan guru dalam pelajaran IPA selama ini semata-mata hanya menekankan pada aspek penguasaan konsep secara kognitif. Penilaian tersebut hanya mengukur penguasan materi saja, sedangkan aspek proses pembelajarannya masih diabaikan. Alat ukur yang digunakan adalah tes objektif. Hal ini tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No 20 tahun 2007 tentang standar penilaian pendidikan, yang menerangkan bahwa salah satu prinsip penilaian adalah menyeluruh dan berkesinambungan.1 Artinya bahwa penilaian tidak hanya ditunjukkan pada penguasaan salah satu aspek pengetahuan saja, namun meliputi berbagai aspek. Sesuai dengan yang dikatakan Bloom yang mengklasifikasikan hasil belajar ke dalam tiga ranah, yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan). Ketetapan tersebut didukung pula dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 tahun 2005 pasal 25 ayat 4 tentang standar kompetensi lulusan, bahwa
kompetensi lulusan mencakup pengetahuan, sikap
dan
keterampilan.2 Dengan demikian, penilaian dalam pembelajaran harus mampu mengukur ketiga ranah tersebut, yang semuanya itu akan dilaporkan kepada peserta didik dan orang tua dalam bentuk laporan hasil belajar. Hasil belajar merupakan keberhasilan peserta didik setelah menempuh proses pembelajaran tentang materi tertentu. 3 Hasil belajar merupakan tingkat penguasaan kognitif yang dapat diukur dengan tes tertulis serta diwujudkan dalam bentuk nilai. Pengukuran atau penilaian hasil belajar peserta didik biasanya dilakukan dengan penilaian hasil belajar berupa soal objektif berbentuk pilihan 1
Depdiknas, Salinan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 20, (Jakarta: Depdiknas, 2007), h. 2. 2 Kemendikbud, Peraturan Pemerintah No 19 pasal 25 ayat 4, (Jakarta: Kemendikbud, 2005), h. 5. 3 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar ; edisi revisi, (Jakarta:Rineka Cipta, 2010), h. 84.
3
ganda. Penilaian hasil belajar peserta didik sebaiknya selain menggunakan tes objektif, perlu juga dilengkapi dengan penerapan penilaian yang mampu memberi peluang kepada peserta didik untuk memperlihatkan pemahamannya dalam mengaplikasikan konsep. Dalam proses belajar mengajar IPA peserta didik diharapkan dapat mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, menafsirkan data serta mengkomunikasikan data hasil percobaan. Dengan mencermati berbagai kemampuan, keterampilan dan kompetensi dasar yang diharapkan pada pembelajaran IPA, maka sistem penilaiannya pun harus menggunakan penilaian yang dapat mengungkap kemampuan, keterampilan dan kompetensi peserta didik secara menyeluruh seperti yang diharapkan dalam kurikulum. Seperti sistem penilaian yang sedang dikembangkan dalam KTSP, yaitu sistem penilaian kelas yang sering disebut sebagai asesmen otentik (authentic assessment). Asesmen otentik adalah jenis asesmen yang memicu peserta didik aktif membangun pengetahuan yang dapat membentuk kompetensi seperti yang ditetapkan dalam kurikulum.4 Mueller berpendapat bahwa penilaian otentik merupakan suatu bentuk tugas yang menghendaki peserta didik untuk menunjukkan kinerjanya yang merupakan penerapan dari pengetahuan dan keterampilan mereka. Salah satu jenis asesmen otentik yang digunakan dalam penelitian ini adalah penilaian kinerja (performance assessment). Penilaian Kinerja merupakan penilaian yang melibatkan peserta didik dalam suatu kegiatan unjuk kemampuan baik dalam keterampilan dan atau berkreasi mengenai produk tertentu sebagai perwujudan dari penguasaan pengetahuan. Sarwiji berpendapat bahwa penilaian kinerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu.5 Jadi, penilaian kinerja adalah penelusuran produk dalam proses. Artinya, hasil-hasil kerja yang ditunjukkan peserta didik
4 Masnur Muslich, Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi, (Bandung: Refika Aditama, 2011), h. 69. 5 Sarwiji Suwandi, Model-model Asesmen dalam Pembelajaran, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2011), h. 83.
4
dalam
proses
pembelajaran
digunakan
sebagai
landasan perkembangan
pengetahuannya. Penilaian ini dapat digunakan untuk menilai kinerja peserta didik secara individu atau kelompok, dan dirasakan lebih otentik dari hasil tes tertulis. Karena apa yang dinilai lebih mencerminkan keterampilan peserta didik yang sebenarnya. Selain itu, penilaian kinerja direkomendasikan sebagai penilaian yang sesuai dengan hakikat IPA yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan kegiatan eksperimen atau praktikum. Stiggins mengemukakan beberapa alasan mengapa guru harus melakukan penilaian kinerja, yaitu ada beberapa segi dari kemampuan peserta didik yang tidak dapat dideteksi dengancara tertulis yaitu keterampilan dan kreativitas, penilaian kinerja memberi peluang yang lebih banyak kepada guru untuk menganalisis peserta didik secara total, penilaian dilakukan pada saat proses pembelajaran tanpa menunggu proses akhir.6 Oleh sebab itu, dalam penelitian ini mencoba melakukan penilaian proses dan produk pembelajaran. Untuk proses pembelajaran peneliti menggunakan penilaian kinerja pada kegiatan eksperimen dan pada produk pembelajaran peneliti mengunakan penilaian hasil belajar. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi atau catatan yang cukup tentang umpan balik (feed back) untuk memperbaiki proses belajar selanjutnya. Dari hasil wawancara kepada guru IPA di sekolah, dimana dalam penerapan penilaian kinerja guru merasa belum memahami betul prosedur penilaiannya. Kendala ini disebabkan karena guru masih kurang berpengalaman dalam menyusun dan merumuskan kriteria-kriteria untuk dijadikan pedoman penilaian, serta pengolahan penilaiannya. Padahal kegiatan pembelajaran IPA yang melibatkan kinerja peserta didik dalam kegiatan eksperimen di sekolah sering dilakukan. Tetapi, penilaian peserta didik dalam melakukan eksperimen belum terlaksana dengan baik. Artinya, kemampuan peserta didik saat melakukan unjuk keterampilan dalam melakukan kegiatan eksperimen selama ini belum teramati dan terukur. 6
Douglas G. Wren, Ed.D., Perfoemance Assessment: A Key Component of A Balnced Assessment System, Journal from the Department of Research, Evaluation, and Assessment, 2, 2009, pp. 1-12.
5
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penilaian kinerja dalam pembelajaran IPA serta tertarik untuk mengidentifikasi apakah terdapat kelinieran antara penilaian kinerja dengan hasil belajar. Oleh sebab itu, penulis mengambil judul penelitian tentang “Hubungan Penilaian Kinerja dan Hasil Belajar pada Konsep Cahaya dengan Metode Eksperimen.”
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasi yaitu: 1.
Sistem penilaian yang digunakan dalam pembelajaran IPA belum penerapkan sistem penilaian yang otentik.
2.
Kemampuan peserta didik aspek proses dan hasil belajar belum teramati dan terukur secara menyeluruh.
C. Pembatasan Masalah Dari beberapa masalah yang telah diidentifikasi, maka perlu dilakukan pembatasan masalah agar penelitian ini terarah. Adapun batasan masalahnya adalah sebagai berikut: 1.
Penilaian yang digunakan untuk menilai proses pembelajaran adalah dengan penilaian kinerja peserta didik meliputi persiapan eksperimen, melakukan pengambilan data, aktifitas dalam kelompok, dan persentasi hasil eksperimen.
2.
Penilaian hasil belajar yang digunakan adalah dalam bentuk tes pilihan ganda dengan empat alternatif jawaban, dengan tingkat berfikir mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), dan menganalisis (C4).
3.
Konsep yang diambil adalah tentang materi cahaya yang meliputi sifat cahaya merambat lurus, umbra dan penumbara, pemantulan cahaya pada cermin, serta pembiasan cahaya pada lensa yang disajikan dengan metode pembelajaran eksperimen.
6
D. Rumusan Masalah Merujuk
dari
masalah
yang
dibatasi,
maka
dapat
dirumuskan
permasalahannya adalah sebagai berikut: “Bagaimana hubungan penilaian kinerja dan hasil belajar pada konsep cahaya dengan metode eksperimen?”.
E. Tujuan Penelitian Sejalan dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan penilaian kinerja dan hasil belajar pada konsep cahaya dengan metode eksperimen.
F. Manfaat Penelitian Dengan tercapainya tujuan penelitian, manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1.
Memberikan informasi tentang hubungan penilaian kinerja dan hasil belajar pada konsep cahaya dengan metode eksperimen.
2.
Memdorong semangat peserta didik dalam proses kegiatan pembelajaran, sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar fisika.
7
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Teori 1. Penilaian Kelas (classroom assessment) Istilah penilain (assessmnent) dapat diartikan sebagai proses menentukan nilai suatu objek. Depdiknas mengemukakan bahwa penilaian merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk memperoleh informasi secara objektif, berkelanjutan dan meyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang dicapai peserta didik, yang hasilnya digunakan sebagai dasar untuk menentukan prilaku selanjutnya. 7 Objektif yang dimaksud adalah adil terhadap semua peserta didik dan tidak membeda-bedakan latar belakang peserta didik yang dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar. objektivitas penilaian dipengaruhi oleh faktor-faktor pelaksana, kriteria untuk scoring, dan pembuatan keputusan. Berkelanjutan yaitu terus-menerus,
teratur,
bertahap
untuk
memperoleh
gambaran
tentang
perkembangan kemajuan belajar peserta didik. Kemudian, menyeluruh artinya penilaian yang dilakukan meliputi aspek pengetahuan, sikap atau nilai, dan keterampilan secara representatif sehingga hasilnya dapat diintegrasikan dengan baik. Penilaian juga merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan sebagai bagian dari prposes pembelajaran yang direncanakan dan diimplementasikan di kelas.
a. Pengertian Penilaian Kelas Penilaian kelas pada dasarnya merupakan serangkaian kegiatan guru yang terkait dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian suatu kompetensi atau hasil belajar peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran.8 Harus dipahami bahwa dalam penilaian kelas dilakukan melalui langkah-langkah 7 Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2010), Cet. III, h. 54. 8 Hamzah B. Uno dan Satria Koni, Assessment Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), Cet. I, h. 4.
7
8
perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik. 9 Sementara itu, menurut Supranata dan Hatta, penilaian kelas dapat diartikan sebagai suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan data dan informasi tentang hasil belajar peserta didik untuk menetapkan tingkat pencapaian dan penguasaan peserta didik terhadap tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. 10 Tujuan pendidikan yang dimaksud adalah standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar yang terdapat dalam kurikulum. Dalam implementasi penilaian kelas juga perlu diterapkan prinsip-prinsip penilaian berkelanjutan, otentik,
akurat, dan konsisten dalam
pembelajaran di bawah kewenangan guru di kelas.
11
kegiatan
Dalam hal ini kewenangan
guru menjadi sangat luas dan menentukan, sehingga guru dituntut harus cermat dalam menentukan ketepatan jenis penilaian untuk menilai keberhasilan atau kegagalan peserta didik. Untuk itu, kompetensi profesional dan integritas moral guru merupakan persyaratan penting agar hasil yang dicapai sesuai dengan apa yang diharapkan. Jadi penilaian kelas yang dilakukan untuk memperoleh informasi tentang hasil belajar peserta didik selama dan setelah kegiatan pembelajaran, juga dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu program pendidikan.
b. Tujuan Penilaian Kelas Secara umum penilaian kelas bertujuan untuk menilai hasil belajar peserta didik, sehingga guru akan memperoleh potret atau profil kemampuan peserta didik dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dirumuskan dalam kurikulum. Secara rinci tujuan dari penilaian kelas adalah sebagi berikut:
9
Jihad, op. cit., h. 94. Sarwiji Suwandi, Model-model Asesmen dalam Pembelajaran, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2011), h. 15. 11 Ahmad Sofyan, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2006), h. 6. 10
9
1) Dengan melakukan penilaian kelas guru dapat mengetahui seberapa jauh peserta didik dapat mencapai tingkat kompetensi yang dipersyaratkan, baik selama mengikuti pembelajaran atau setelahnya. 2) Pada saat melaksanakan penilaian, guru dapat memberikan umpan balik kepada peserta didik. 3) Guru dapat terus melakukan pemantauan kemajuan belajar yang dialami peserta didik. 4) Hasil pantauan kemajuan proses dan hasil pembelajaran yang dilakukan terusmenerus juga dapat dipakai sebagai umpan balik untuk memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan, sesua dengan kebutuhan materi ajar dan kebutuhan peserta didik itu sendiri. 5) Hasil asesmen dapat pula memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang efektifitas pendidikan. 12 Menurut Chittenden tujuan penilaian di kelas oleh guru hendaknya diarahkan pada empat tujuan berikut: 1) Penelusuran (keeping track); menelusuri agar proses pembelajaran peserta didik tetap sesuai dengan rencana. Guru mengumpulkan informasi sepanjang semester dan tahun pelajaran melalui berbagai bentuk penilaian kelas agar memperoleh gambaran tentang pencapaian kompetensi oleh peserta didik. 2) Pengecekan (checking-up); mengecek adakah kelemahan-kelemahan yang dialami peserta didik dalam proses pembelajaran. Melalui penilaian kelas, baik yang bersifat formal maupun informal guru melakukan pengecekan kemampuan (kompetensi) apa yang telah peserta didik kuasai dan apa yang belum dikuasai. 3) Pencarian (finding-out); mencari dan menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran. Guru harus terus menganalisis dan merefleksikan hasil penialain kelas dan mencari halhal yang menyebabkan proses pembelajaran tidak berjalan secara efektif.
12
Hamzah B Uno, Satria Koni, Assessment Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), cet. I, h. 4-5.
10
4) Penyimpulan (summing-up); menyimpulkan apakah peserta didik telah menguasai seluruh kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum atau belum. Penyimpulan sangat penting dilakukan guru, khususnya pada saat guru diminta melaporkan hasil kemajuan belajar peserta didik kepada orang tua, sekolah, atau pihak lain seperti di akhir semester atau akhir tahun ajaran baik dalam bentuk rapor peserta didik atau bentuk lainnya. 13
c. Fungsi Penilaian Kelas Sejalan dengan tujuan penilaian kelas yang telah dikemukakan di atas, penilaian kelas juga memiliki beberapa fungsi, diantaranya sebagai beriut:14 1) Menggambarkan sejauh mana pencapaian standar kompetensi maupun kompetensi dasar telah dikusai peserta didik. 2) Mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta didik dalam memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian, maupun untuk penjurusan (sebagai bimbingan). 3) Menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan peserta didik dan sebagai alat diagnosis yang membantu guru menemukan apakah seseorang perlu mengikuti remedial atau pengayaan. 4) Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang sedang berlangsung guna perbaikan proses pembelajaran berikutnya. 5) Sebagai kontrol bagi guru dan sekolah tentang kemajuan perkembangan peserta didik. Menurut Abdul Majid penilaian kelas yang disusun secara berencana dan sistematis oleh guru juga memiliki fungsi sebagai berikut: 1) Fungsi motivasi Penilaian yang dilakukan oleh guru di kelas harus mendorong motivasi peserta didik untuk belajar. Latihan, tugas, dan ulangan yang diberikan guru harus 13
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2011), h. 187-
188. 14
Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2010), Cet. III, h. 95.
11
memungkinkan peserta didik melakukan proses pembelajaran baik secara individu maupun berkelompok. Bentuk latihan, tugas dan ulangan harus dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik terdorong untuk terus belajar dan merasa kegiatan
tersebut
menyenangkan
dan
menjadi
kebutuhannya.
Dengan
mengerjakan latihan, tugas dan ulangan yang diberikan, peserta didik memperoleh gambaran tentang hal-hal apa yang dia sudah kuasai dan belum dikuasai. Jika peserta didik merasa ada hal-hal yang belum dia kuasai, ia terdorong untuk mempelajarinya lagi. 2) Fungsi belajar tuntas Penilaian di kelas harus diarahkan untuk memantau ketuntasan belajar peserta didik. Pertanyaan yang harus selalu diajukan oleh guru adalah apakah peserta didik sudah menguasai kemampuan yang diharapkan, siapa dari peserta didik yang belum menguasai kemampuan tertentu, dan tindakan apa yang harus dilakukan agar peserta didik akhirnya menguasai kemampuan tersebut. Ketuntasan belajar harus menjadi fokus dalam perancangan materi yang harus dicakup setiap kali guru melakukan penilaian. Jika suatu kemampuan belum dikuasai peserta didik, penilaian harus terus dilakukan untuk mengetahui apakah semua atau sebagian besar peserta didik telah menguasai kemampuan tersebut. Rencana penilaian harus disusun sesuai dengan target kemampuan yang harus dikuasai peserta didik pada setiap semester dan kelas sesuai dengan daftar kemampuan yang telah ditetapkan. 3) Fungsi sebagai indikator efektivitas pengajaran Di samping untuk memantau kemajuan belajar peserta didik, penilaian kelas juga dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh proses belajar mengajar telah berhasil. Apabila sebagian besar atau semua peserta didik telah menguasai kemampuan yang diajarkan, maka dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar telah berhasil sesuai dengan rencana. Apabila guru menemukan bahwa hanya sebagian peserta didik saja yang menguasai kemampuan yang ditargetkan, guru perlu melakuakan analisis dan refleksi mengapa hal ini terjadi dan apa tindakan yang harus guru lakukan untuk meningkatkan efektivitas pengajaran.
12
4) Fungsi umpan balik Hasil penilaian harus dianalisis oleh guru sebagai bahan umpan balik bagi peserta didik dan guru itu sendiri. Umpan balik hasil penilaian sangat bermanfaat bagi peserta didik agar peserta didik mengetahui kelemahan yang dialaminya dan dapat mencapai kemampuan yang diharapkan, dan peserta didik diminta melakukan latihan atau pengayaan yang dianggap perlu. Analisis hasil penilaian juga berguna bagi guru untuk melihat hal-hal apa yang perlu diperhatikan secara serius dalam proses belajar mengajar. Dalam hal-hal tertentu hasil penilaian juga dapat menjadi umpan balik bagi sekolah dan orang tua agar secara bersama-sama mendorong dan membantu ketercapaian target penguasaan kemampuan yang telah ditetapkan.15
d. Prinsip-prinsip Penilaian Kelas Sebagai bagian dari kurikulum, pelaksanaan penilaian kelas sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor dan komponen yang ada di dalamnya. Untuk itu, dalam pelaksanaan penilaian harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut: 1) Mengacu pada kompetensi (competence referenced) Penilaian kelas perlu disusun dan dirancang untuk mengukur apakah peserta didik telah menguasai kemampuan sesuai dengan target yang ditetapkan dalam kurikulum. Penilaian kelas menilai pencapaian kompetensi peserta didik yang meliputi seperangkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang tercermin dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Dengan berpijak pada kompetensi ini, maka ukuran-ukuran keberhasilan pembelajaran akan dapat diketahui secara jelas dan terarah. 2) Berkelanjutan (continuous) Penilaian yang dilakukan di kelas oleh guru harus merupakan proses yang berkelanjutan dalam rangkaian rencana mengajar guru selama satu semester dan tahun ajaran untuk mengetahui secara menyeluruh perkembangan peserta didik, sehingga kegiatan dan unjuk kerja peserta didik dapat dipantau melalui penilaian.
15
Majid, op. cit., h. 188-189.
13
3) Didaktis Alat yang akan digunakan untuk penilaian kelas berupa tes maupun nontes harus dirancang baik isi, format, layout, dan tampilannya agar peserta didik menyenangi dan menikmati kegiatan penilaian. Alat penilaian kelas seperti ini dapat menumbuhkan rasa keingintahuan peserta didik lebih dalam dan dorongan belajar lebih kuat. 4) Menggali informasi Penilaian kelas yang baik harus dapat memberikan informasi yang cukup bagi guru untuk mengambil keputusan dan umpan balik. Pemilihan metode, teknik dan alat penilaian yang tepat sangat menentukan jenis informasi yang ingin digali dari proses penilaian kelas. Acuan sederhana yang dapat digunakan guru adalah prinsip “sedikit tapi banyak”, prinsip ini dimaksudkan agar guru melakukan penilaian dengan cakupan materi dan kemampuan yang tidak terlalu banyak tetapi informasi yang diperoleh dari hasil penilaian tersebut sangat dalam dan luas. 5) Melihat yang benar dan yang salah Dalam melaksanakan penilaian, guru hendaknya melakukan analisis terhadap hasil penilaian dan kerja peserta didik secara seksama untuk melihat adanya kesalahan yang secara umum terjadi pada peserta didik sekaligus melihat hal-hal positif yang diberikan peserta didik. Analisis terhadap kesalahan jawaban dan peyelesaian masalah yang diberikan peserta didik sangat berguna untuk menghindari terjadinya miskonsepsi dan ketidak jelasan dalam proses pembelajaran.16
e. Jenis-jenis Penilaian Kelas Beragam jenis penilaian dapat dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar peserta didik, baik yang berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar. Jenis pengumpulan tersebut pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan belajar peserta didik berdasarkan standar kompetensi, kompetensi dasar, serta indikator-indikator pembelajaran yang harus dicapai. Berdasarkan indikator-indikator ini dapat ditentukan jenis penilaian yang 16
Ibid., h.189-191.
14
sesuai dengan apa yang hendak dinilai. Adapun jenis-jenis penilaian tersebut adalah sebagai berikut: 1) Penilaian dengan tes Tes adalah suatu cara untuk melakukan penilaian yang berbentuk tugastugas yang harus dikerjakan peserta didik. 17 Menurut Zainul, A. dan Nasution, N. bahwa tes adalah suatu pertanyaan atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang atribut atau karakteristik pendidikan atau psikologi yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar.18 Tes dapat dibedakan menjadi beberapa macam tergantung pada dasar yang digunakan. Diantaranya berdasarkan tujuan penggunaannya; pre-test dan post-test, mastery test, tes diagnostik, tes prestasi belajar umum, tes formatif, tes sumatif. Tes diklasifikasikan menurut bentuknya; tes uraian dan tes objektif. Dan masih banyak ragam tes yang lain sesuai dengan jenis-jenis tes di atas. Jenis-jenis tes di atas biasanya sangat cocok untuk hampir semua kompetensi yang terdapat dalam kurikulum, sehingga ada beberapa yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan tes, yaitu:19 a) Pengambilan sampel dan pemilihan butir soal, b) Tipe tes yang akan digunakan, c) Aspek yang akan diuji, d) Format butir soal, e) Jumlah butir soal, dan f) Distribusi tngkat kesukaran butir soal.
2) Penilaian unjuk kerja (performance assessment) Penilaian kinerja merupakan penilaian dengan berbagai macam tugas dan situasi, dimana peserta didik diminta untuk mendemonstrasikan pemahaman dan
17
Sarwiji Suwandi, Model-model Asesmen dalam Pembelajaran, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2011), h. 47. 18 Zulfiani, dkk., Strategi Pembalajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 75. 19 Ibid., h. 78.
15
pengaplikasian pengetahuan yang mendalam, serta keterampilan di dalam berbagai macam konteks.20 Penilaian ini cocok digunakan untuk mkenilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik menunjukkan unjuk kinerjanya. Unjuk kerja yang dapat diamati seperti bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi/deklamasi, menggunakan peralatan laboratorium, dan pengoprasian suatu alat.21 Penilaian dilakukan terhadap perilaku peserta didik pada saat proses pembelajaran berlangsung, sehingga cara penilaian ini dianggap lebih otentik daripada tes tertulis, karena apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya. Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai penilaian kinerja dapat dilihat pada sub-bab berikutnya.
3) Penilaian sikap Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. 22 Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan konaktif. Kompoen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilainya terhadap sesutu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Sedangkan konaktif adalah kecenderungan untuk berprilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap. Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata pelajaran, terdiri dari; sikap terhadap materi pelajaran, sikap terhadap guru/pengajar, sikap terhadap proses pembelajaran, dan sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan materi pelajaran. Untuk
20
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran (Bandung: Rosda Karya, 2009), h. 200. Hamzah, B. Uno, Satria Koni, Assessment Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Akasara, 2012), h. 19. 22 Sarwiji Suwandi, Model-model Asesmen dalam Pembelajaran, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2011), h. 91. 21
16
penilaian sikap dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain melalui observasi prilaku, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi.
4) Penilaian proyek Penilaian proyek adalah penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu. Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, hingga penyajian data. Proyek juga akan memberikan informasi tentang pemahaman dan pengetahuan peserta didik pada proses pembelajaran tertentu, kemampuan peserta didik dalam pengaplikasian
pengetahuan,
dan
kemampuan
peserta
didik
untuk
mengkomunikasikan informasi. Dalam penilaian proyek ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan, yitu sebagai berikut:23 a) Kemampuan pengelolaan; kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi, mengelola waktu pengumpulan data, dan penulisan laporan. b) Relevansi;
kesesuaian
dengan
mata
pelajaran,
dengan
memepertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan dalam pembelajaran. c) Keaslian; proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan memepertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik. Teknik penilaian proyek dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian.
5) Penilaian produk (produck assessment) Penilaian hasil kerja (produk) peserta didik adalah penilaian terhadap penguasaan keterampilan peserta didik dalam membuat suatu produk (proses) dan penilaian kualitas hasil kerja peserta didik (produk). Dalam Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik. 23
Ibid., h. 99-100.
17
Terdapat tiga tahap penilaian yang perlu dilakukan pada penilaian produk, yaitu: a) Tahap
persiapan;
penilaian
kemampuan
peserta
didik
dalam
merencanakan, menggali, mengembangkan gagasan, dan mendisaian produk. b) Tahap pembuatan produk (proses); menilai kemampuan menyeleksi, menggunakan alat dan bahan, dan teknik. c) Tahap penilaian produk (appraisal); menilai produk yang dihasilkan sesuai dengan kriteria yang sudah ditetapkan.
6) Penilaian portopolio Penilaian portofolio merupakan penilaian berbasis kelas terhadap sekumpulan karya peserta didik yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang diambil selama proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu, digunakan oleh guru dan peserta didik untuk memantau perkembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik. Dalam penilaian portopolio ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai berikut:24 a) Karya siswa adalah benar-benar karya peserta didik itu sendiri. b) Saling percaya antara guru dan peserta didik. c) Kerahasiaan bersama antara guru dan peserta didik. d) Milik bersama (joint ownership) antara peserta didik dan guru. e) Kepuasan. f) Kesesuaian. g) Penilaian proses dan hasil. h) Penilaian dan pembelajaran. Hal penting yang perlu disadari oleh guru, bahwa penggunaan portopolio secara interaktif dan kolaboratif, tidak terjadi secar otomatis. Untuk itu perencanaan yang baik dan sistematis sangat diperlukan. Di bawah ini adalah langkah-langkah penerapan penilaian portopolio, yaitu sebagai berikut:25
24 25
Ibid., h. 114-116. Ibid., h. 123-125.
18
a) Jelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan portopolio tidak hanya digunakan oleh guru untuk penilaian, tetapi peserta didik dapat mengetahui perkembangan prestasinya. b) Menentukan bersama tugas yang akan dikumpulkan. c) Mengumpulkan dan menyimpan penilaian portopolio dalam satu folder untuk masing-masing peserta didik, baik di rumah maupun loker sekolah. d) Memberi tanggal informasi, sehingga terlihat perubahan kulitas dari waktu ke waktu. e) Menentukan kriteria penilaian dengan peserta didik. f) Meminta peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan. g) Peserta didik dapat memperbaiki tugasnya dengan waktu yang sudah ditentukan. h) Jadwalkan
pertemuan
untuk
membahas
portopolio
yang
sudah
dikumpulkan.
7) Penilaian diri (self assessment) Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotor.26 Penilain diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah untuk melakukanya. Langkahlangkah tersebut diantaranya adalah: a) Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai. b) Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan. c) Merumuskan format penilaian, berupa pedoman penskoran, daftar tanda cek, atau skala penilaian. d) Meminta peserta didik melakukan penilaian diri. e) Mengkaji hasil penilaian secara acak, untuk mendorong peserta didik supaya senantiasa melakukan penilaian diri secara cermat dan objektif. 26
Ibid., h. 135.
19
f) Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian.
Jadi penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan oleh dirinya sendiri, sehingga peserta didik dapat mengetahui, menilai, dan memperbaiki dirinya berdasarkan hasil penilaian terhadap aspek-aspek yang sudah ditentukan. Perlu diingat, bahwa melakukan teknik penilaian tunggal tidak cukup untuk memberikan
gambaran/informasi
tentang
kemampuan,
keterampilan,
pengetahuan, dan sikap peserta didik secar lengkap. Dan interpretasi hasil tes tidak mutlak dan abadi, karena peserta didik akan mengalami perubahan, terus berkembang sesuai dengan pengalaman belajar yang dialaminya.
f.
Manfaat Penilaian Kelas
Terdapat beberapa menfaat penilaian kelas, antara lain sebagai berikut: 1) Untuk memeberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian suatu kompetensi. 2) Untuk memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta didik sehingga dapat dilakukan pengayaan dan ramedial. 3) Untuk umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan. 4) Untuk masukan bagi guru guna merancang kegiatan belajar. 5) Untuk memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang efektivitas pendidikan.
g. Keunggulan Penilaian Kelas Salain memiliki manfaat, penilaian kelas juga memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut: 1) Pengumpulan informasi kemajuan belajar, baik formal maupun nonformal diadakan secara terpadu, dalam suasana yang menyenangkan, dan senantiasa memungkinkan adanya kesempatan yang terbaik bagi peserta didik untuk menunjukkan apa yang diketahui, dipahami, dan mampu dikerjakan peserta didik.
20
2) Pencapaian hasil belajar peserta didik tidak dibandingkan dengan prestasi kelompok (norm reference assessment), tetapi dibandingkan dengan kemampuan sebelumnya, kriteria pencapain kompetensi, standar pencapaian, dan level pencapaian nasional dalam rangka membantu peserta didik mencapai apa yang ingin dicapai bukan untuk menghakiminya. 3) Pengumpulan informasi menggunakan berbagai cara agar kemajuan belajar peserta didik dapat terdeteksi secara lengkap. 4) Peserta didik dituntut agar dapat mengeksplorasi dan memotivasi diri untuk mengerahkan semua potensi dalam menanggapi dan mengatasi semua masalah yang dihadapi dengan cara sendiri, bukan sekedar melatih peserta didik memilih jawaban yang tersedia. 5) Untuk menentukan ada tidaknya kemajuan belajar dan perlu tidaknya bantuan secara berencana, bertahap, dan berkesinambungan berdasarkan fakta dan bukti yang cukup akurat.27
2. Penilaian Kinerja (performance assessment) Salah satu prinsip penilaian adalah menyeluruh, artinya menyangkut semua aspek proses dan produk belajar yang secara bertahap dapat menggambarkan perubahan prilaku dan konsepsi peserta didik. Olah karena itu, dalam pembelajaran IPA khususnya pelajaran fisika selain menggunakan tes objektif, perlu juga dilengkapi dengan penilaian yang menilai hasil belajar mencakup aspek proses. Salah satu alternatif penilaian yang digunakan adalah dengan menerapkan penilaian kinerja (performance assessment). Terdapat istilah lainnya yang berkaitan dengan penilaian kinerja yaitu penilaian alternatif (alternative assessment) dan penilaian otentik (authentic assessment). Beberapa ahli menyatakan bahwa istilah penilaian otentik kadangkadang digunakan untuk menjelaskan penilaian kinerja karena tugas-tugas asesmennya yang lebih dekat dengan kehidupan nyata. Istilah penilaian alternatif
27
Ibid., h. 17.
21
digunakan untuk penilaian kinerja karena merupakan alternatif untuk penilaian tradisional paper and pencil test (tes tertulis objektif).28
a. Pengertian Asesmen Kinerja Penilaian kinerja (performance assessment) merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu.29 Penilaian kinerja adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas peserta didik sebagaimana yang terjadi. 30 Penialain ini cocok digunakan untuk menilai keterampilan kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan sesuatu yang bisa diamati atau diobservasi, seperti; praktikum di laboratorium, praktik sholat, bermain peran, memainkan alat musik, dan lain-lain. Penilaian kinerja adalah suatu penilaian yang menuntut peserta didik menerapkan pengetahuan dan keterampilannya dengan cara mendemonstrasikan yang dapat mereka kerjakan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan atau sesuai dengan indikator pembelajaran. Dan bisa juga dikatakan penelusuran produk dalam proses. Artinya, hasil-hasil kerja yang ditunjukkan dalam proses pembelajaran digunakan untuk pemantauan perkembangan kemampuan peserta didik pada suatu kompetensi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penilaian kinerja merupakan asesmen yang harus menunjukkan pertimbangan (judge) terhadap penampilan nyata hasil karya peserta didik. Asesmen kinerja dapat difokuskan untuk menilai proses (misalnya kemampuan menggunakan alat-alat laboratorium), produk atau hasil kerja (misalnya laporan hasil penelitian), atau menilai kedua-duanya. Penilaian kinerja perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:31 1) Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi. 2) Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut. 28
Ana Ratna Wulan, Penilaian Kinerja dan Portofolio Pada Pembelajaran Fisika, (Bandung: UPI), h. 1. 29 Suwandi, op. cit., h. 83. 30 Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 95. 31 Suwandi, op. cit., h. 83-84.
22
3) Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas. 4) Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga semua dapat diamati. 5) Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang akan diamati. Berbagai macam instrumen penilaian kinerja dapat ditemukan dari buku, dan jurnal. Tetapi, instrumen yang diperoleh ada kalanya belum sesuai dengan kompetensi dasar yang diharapkan dan karakteristik peserta didik. Untuk itu perlu disesuaikan dengan materi ajar, serta kondisi peserta didik, sehingga instrumen memenuhi atau sesuai dengan situasi dan kondisi kelas. Terdapat tiga komponen utama dalam asesmen kinerja, yaitu tugas kinerja (performance task), rubrik performansi (performance rubrics), dan teknik penilaian (scoring guide).
b. Tugas Kinerja (performance task) Salah satu persyaratan penting dalam penilaian kinerja adalah adanya tugas yang harus diselesaikan. Tugas kinerja adalah suatu tugas yang berisi topik, standar tugas, deskripsi tugas, dan kondisi penyelesaian tugas.32 Tugas kinerja berupa prosedur kegiatan yang harus dilakukan dan daftar kinerja yang harus ditunjukkan peserta didik dalam bentuk kegiatan atau proses dan pernyataan atau deskripsi
atau
produk
tertulis
mengacu
pada
kegiatan praktikum yang
dilakukan.
c. Rubrik Performansi (performance rubrics) Penilaian kinerja tidak menggunakan kunci jawaban yang menentukan suatu kinerja benar atau salah seperti yang biasa dilakukan dalam soal tes, tetapi dilakukan dengan melihat derajat keberhasilannya. Hal ini dapat dicapai dengan menentukan kriteria penilaian yang sering disebut dengan rubrik. Rubrik adalah suatu pedoman pensekoran yang digunakan untuk menentukan tingkat kemahiran (proficiency) peserta didik dalam mengerjakan suatu tugas.33 32 33
Masnur Muslich, op. cit., h. 70. Ibid., h. 131.
23
Dengan demikian maka rubrik dapat membantu guru untuk menentukan tingkat ketercapaian kinerja yang diharapkan. Agar mempermudah guru atau pemberi peringkat (rater). Secara singkat scoring rubric terdiri dari beberapa elemen, yaitu : 1) Dimensi yang akan dijadikan dasar menilai kinerja peserta didik. 2) Definisi dan contoh yang merupakan penjelasan setiap dimensi. 3) Skala yang akan digunakan untuk menilai dimensi. 4) Standar untuk setiap kategori kinerja.
Rubrik dapat bersifat menyeluruh (berlaku umum) dan dapat pula bersifat khusus (hanya berlaku untuk suatu topik tertentu dalam suatu mata pelajaran). Rubrik yang bersifat menyeluruh dapat disajikan dalam bentuk holistik rubric dan dapat pula dalam bentuk analytic rubric. Sedangkan mutu dapat berupa penilaian subyektif dinyatakan secara deskriptif seperti sangat kompeten, kompeten, kurang kompeten. Selain itu dapat pula dinyatakan dengan angka misalnya 3, 2 dan 1. Atau kombinasi dari keduanya, yakni deskripsi maupun angka. Dalam menentukan skala tersebut tergantung pada jenis kriteria yang digunakan dan hakikat kinerja yang akan dinilai. Berikut ini adalah contoh rubrik pada pelajaran Fisika.
Tabel 2.1 Contoh Rubrik Penilaian Kinerja pada Eksperimen Kalor No
1
2
Butir Penilaian
Kriteria Penilaian
a. posisi ujung termometer tercelup larutan. b. Posisi termometer tidak Menggunakan menyentuh dasar gelas kimia. termometer c. Menutup gelas kimia (untuk meminimalkan panas yang terbuang). a. Membaca termometer dalam keadaan tercelup. Membaca skala b. Melihat termometer secara tegak termometer lurus. c. Membaca termometer tepat
Skor
(3) jika memenuhi 3 kriteria (2) jika memenuhi 2 kriteria (1) jika memenuhi 1 kriteria
(3) jika memenuhi 3 kriteria (2) jika memenuhi 2 kriteria (1) jika memenuhi 1 kriteria
24
No
Butir Penilaian
Kriteria Penilaian
a.
3
Menganalisis data hasil pengukuran
b. c.
a.
4
Menyimpulkan b. data hasil pengukuran c.
a.
5
Menyusun laporan hasil percobaan
b. c.
dengan selang waktu yang ditentukan. Mendeskripsikan data hasil pengukuran secara tertulis. Mampu membedakan variabel bebas dan terikat. Menemukan hubungan varibel bebas dan terikat (sebanding atau sebanding terbalik). Merangkum secara garis besar data yang diperoleh. Menggunakan referensi parameter. Membandingkan data yang didapat dengan referensi parameter. Laporan hasil pengukuran dibuat dengan rapih dalam tabel data yang disediakan. Sistematika penulisan sesuai dengan laporan ilmiah. Mengumpulkan laporan tepat waktu.
Skor
(3) jika memenuhi 3 kriteria (2) jika memenuhi 2 kriteria (1) jika memenuhi 1 kriteria
(3) jika memenuhi 3 kriteria (2) jika memenuhi 2 kriteria (1) jika memenuhi 1 kriteria
(3) jika memenuhi 3 kriteria (2) jika memenuhi 2 kriteria (1) jika memenuhi 1 kriteria
Setelah tugas dan rubrik dibuat, maka langkah berikutnya adalah melakukan uji validitas ahli. Hasil uji validitas ini direvisi atau dimodifikasi sampai benar-benar tepat untuk menilai performansi peserta didik. Dengan mengkomunikasikan rubrik kepada peserta didik diharapkan peserta didik secara jelas memahami dasar penilaian yang akan digunakan untuk mengukur suatu kinerja peserta didik. Kedua pihak (guru dan peserta didik) akan memiliki pedoman bersama yang jelas tentang tuntutan kinerja yang diharapkan. Rubrik juga diharapkan dapat mendorong atau memotivasi peserta didik dalam proses pembelajaran. Karena apapun yang dilakukan peserta didik selama proses pembelajaran akan diamati atau di nilai.
25
d. Teknik Penilaian (scoring guide) Untuk mengamati unjuk kerja peserta didik dapat menggunakan alat atau instrumen berikut: 1) Daftar cek (check-list) Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek. Daftar cek berfungsi untuk mengukur hasil belajar berupa produk, prosedur, maupun proses yang dirinci ke dalam komponen-komponen yang lebih kecil dan terdefinisi secara oprasional dan sangat spesifik. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat diamati, baik-tidak baik. Dengan demikian tidak terdapat nilai tengah, namun daftar cek lebih praktis digunakan mengamati subjek dalam jumlah besar. Dalam menyusun daftar cek hendaknya menentukan indikator-indikator penguasaan keterampilan yang akan di nilai dan mengurutkan indikator-indikator tersebut sesuai dengan urutan penampilannya. Berikut contoh penilaian dengan daftar cek.
Nama Siswa Kelompok
Tabel 2.2 Contoh Daftar Penilaian Check list LEMBAR PENILAIAN KINERJA SISWA Eksperimen Sifat Perambatan Cahaya : …….............. : ……………..
Berilah tanda check list (√) pada kolom yang tersedia! No
Aspek Kinerja yang Dinilai
1.
Persiapan Eksperimen
2.
Melakukan Pengambilan Data.
Kriteria yang Diamati a. Kelengkapan alat eksperimen. b. Menyusun alat eksperimen dengan benar. c. Menjaga alat dari kerusakan. a. Posisi menyalakan senter lurus dengan karton. b. Cahaya senter terlihat jelas pada layar. c. Mencatat data hasil eksperimen lengkap dan tepat.
Baik
Tidak Baik
26
3.
4.
a. Terjalin kerjasama yang baik. b. Pembagian tugas kelompok yang Aktifitas dalam merata. Kelompok. c. Terjadi proses diskusi aktif dalam kelompok. a. Penjelasan hasil eksperimen lugas dan tepat. Persentasi Hasil b. Mampu menjawab pertanyaan dari Eksperimen. kelompok lain dengan benar. c. Menghargai pendapat kelompok lain. Keterangan penilaian: Baik mendapat skor 1 Tidak Baik mendapat skor 0
Dengan menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat nilai bila kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh penilai.
Jika tidak dapat
diamati, peserta didik tidak memperoleh nilai. 2) Skala penilaian (rating scale) Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala penilaian memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala penilaian terentang dari tidak sempurna sampai sangat sempurna. Misalnya: 1= tidak kompeten, 2 = cukup kompeten, 3 = kompeten dan 4 = sangat kompeten. Berikut adalah contoh skala penilaian.
Nama Siswa Kelompok
Tabel 2.3 Contoh Skala Penilaian LEMBAR PENILAIAN KINERJA Eksperimen Kalor : …….............. : ……………..
No
Aspek yang Diamati
1 2 3 4
Menggunakan termometer Membaca skala termometer Menganalisis data hasil pengukuran Menyimpulkan data hasil pengukuran Mendeskripsikan hasil percobaan dengan teman sekelompoknya Menyusun laporan hasil percobaan
5 6
1
2
Nilai 3
4
27
No
Aspek yang Diamati
1
2
Nilai 3
Jumlah Skor Maksimum
4
24
Keterangan Penilaian: 1 = tidak kompeten 2 = cukup kompeten 3 = kompeten 4 = sangat kompeten
Untuk memperkecil faktor subjektivitas, perlu dilakukan penilaian oleh lebih dari satu orang, agar hasil penilaian lebih akurat. Kedua cara ini sama-sama berdasarkan pada beberapa kumpulan kemampuan keterampilan atau kinerja yang hendak diukur, pada model checklist hanya memberikan dua kategori penilaian sedangkan model rating scale memberikan lebih dari dua kategori penilaian.
e. Tujuan Penilaian Kinerja Berikut ini terdapat lima tujuan dari adanya sistem penilaian kinerja: 1) Memantau perkembangan peserta didik terhadap hasil yang diinginkan. 2) Merangkul tanggung jawab sekolah dan guru terhadap keberhasilan atau pencapaian peserta didik. 3) Menetukan secara jelas keterampilan dan kemampuan peserta didik. 4) Menghasilkan pembentukan kurikulum, pengajaran, dan penilaian yang lebih baik. 5) Mempengaruhi praktek kurikulum dan pengajaran. 34
f.
Kriteria Penilian Kinerja
Instrumen penilaian kinerja yang baik memuat hal-hal berikut: 1) Autentik dan menarik Hal yang penting dari suatu instrumen penilaian kinerja adalah menarik dan melibatkan peserta didik dalam situasi yang akrab dengan mereka sehingga 34
US Department of Education, Assessment of Student Performance, (US: Office of Educational Research and Improvement, 1997), h. 1-2.
28
peserta didik berusaha untuk menyelesaikan tugas itu dengan sebaik-baiknya. Peserta didik cenderung tertarik terhadap situasi tugas yang menyerupai kehidupan sehari-hari. Tugas ini akan membuat peserta didik menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang dikuasainya untuk menyelesaikan tugas tersebut. situasi dan pertanyaan dalam bahasa yang baik dan dapat dipahami peserta didik sehingga tidak memancing reaksi peserta didik seperti “siapa peduli?”
2) Memungkinkan penilaian individual Banyak instrumen penilaian kinerja yang dimaksudkan untuk dikerjakan peserta didik secara berkelompok. Namun perlu diingat bahwa penilaian ini sebenarnya lebih dititik beratkan untuk penilaian individu. Karena itu desain penilaian kinerja sebaiknya bisa ditunjukkan untuk kelompok dan individu. Sebagai contoh sekelompok peserta didik diberi data dan diminta untuk menganalisisnya. Untuk penilaian individu masing-masing peserta didik diminta untuk memberi rangkuman dan penafsiran apa yang ditunjukkan oleh data tersebut. 3) Memuat petunjuk yang jelas Instrumen penilaian kinerja yang baik harus memuat petunjuk yang jelas, lengkap, tidak ambigu dan tidak membingungkan. Petunjuk juga harus memuat apa yang dikerjakan peserta didik yang nanti akan dinilai. Sebagai contoh, jika salah satu kriteria penilaian meliputi organisasi informasi, maka peserta didik harus diminta untuk menampilkan informasi yang diperoleh dalam bentuk yang teratur.
g. Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Kinerja Jika dibandingkan dengan tes konvensional, penilaian kinerja memiliki beberapa penekanan, yaitu seperti yang disajikan pada tabel di bawah ini:
29
Tabel 2.4 Perbandingan Penilaian Kinerja dengan Penilaian Konvensional Penilaian Kinerja Mementingkan kemampuan peserta didik dalam menerapkan pengetahuan menjadi unjuk kerja yang dapat diamati atau produk yang dihasilkan. Membutuhkan waktu yang banyak untuk membuat dan melaksanakan tetapi menghasilkan format penilaian yang dapat digunakan berulang-ulang pada peserta didik yang sama atau peserta didik baru. Memungkinkan untuk mendiagnosis dan meremidiasi kinerja peserta didik dan memetakan kemajuan peserta didik sepanjang waktu. Memfokuskan pembelajaran pada unjuk kerja peserta didik.
Penilaian Konvensional Lebih mengutamakan konsep peserta didik.
pemahaman
Membutuhkan waktu yang banyak untuk membuat, pelaksanaannya lebih cepat dan dapat digunakan untuk peserta didik dalam jumlah banyak secara serentak, tetapi hanya bisa digunakan sekali. Memungkinkan untuk mendiagnosis dan meremidiasi kemampuan peserta didik tetapi hanya untuk soal uraian terbuka (open ended). Memfokuskan pembelajaran pada materi pelajaran.
Asesmen kinerja memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari asesmen kinerja adalah sebagai berikut : 1) Dapat mengevaluasi hasil belajar yang kompleks dan keterampilanketerampilan yang tidak dapat dievaluasi dengan tes kertas dan pensil. 2) Memotivasi peserta didik dalam belajar secara lebih baik. membuat pembelajaran lebih bermakna. Kreativitas dan kemandirian belajar peserta didik, serta proses dialog antara peserta didik dan guru merupakan faktor penting dalam asesmen kinerja. 3) Dapat mengevaluasi beberapa keterampilan motorik. 4) Mendorong aplikasi pembelajaran pada situasi kehidupan nyata.
Adapun kelemahan asesmen kinerja yaitu sebagai berikut : 1) Membutuhkan waktu dan usaha-usaha yang harus dipertimbangkan dalam penggunaannya. 2) Penilaian dan penskoran kinerja subjektif dan memiliki reliabilitas rendah.
30
3. Penilaian Hasil Belajar Sebelum membahas tentang pencapaian hasil belajar, terlebih dahulu akan dipaparkan beberapa pandangan tentang teori belajar. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Belajar, bukanlah semata-mata menambah pengetahuan atau ketrampilan, tetapi belajar dapat
dipandang
sebagai
cara
memperoleh
beberapa
alternatif
untuk
meningkatkan kualitas hasil belajar. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan tingkah kelakuan.35 Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan perubahan aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Oleh karena itu, tidak akan ada hasil jika tidak ada proses pengambilan nilai. Penilaian hasil belajar diperlukan kesesuaian antara fungsi dan tujuan penilaian. Penilaian pada dasarnya adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan belajar yang telah dicapai peserta didik setelah berlangsungnya pembelajaran. Penilaian hasil belajar adalah proses memberikan atau menentukan nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai peseta didik dengan kriteria tertentu.36 Dikatakan kewajiban karena setiap guru pada akhir kegiatan pembelajaran harus dapat memberikan informasi kepada sekolah, orang tua atau kepada peserta didik itu sendiri, bagaimana dan sampai dimana penguasaan dan kemampuan yang telah dicapai peserta didik tentang materi dan keterampilan-keterampilan mengenai mata pelajaran yang telah diberikan. Dengan adanya penilaian akan diketahui kemampuan peseta didik tersebut termasuk kelompok yang pandai, sedang, cukup atau kurang baik dikelasnya jika dibandingkan teman-temannya. 35
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), Cet. ke-
4, h: 36. 36
3.
Nana Sudjana, Dasar dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung:Sinar Baru, 2001), h.
31
Penilaian hasil belajar mata pelajaran fisika dalam Kurikulum 2004 menyangkut ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Dengan demikian, penilaian hasil belajar perlu dilakukan secara seimbang antara ranah kognitif
(pengetahuan),
ranah
afektif
(sikap),
dan
ranah
psikomorik
(keterampilan). Ketiga ranah itu dikenal dengan istilah Bloom’s Taxonomy (taksonomi bloom).
a. Ranah Kognitif Ranah kognitif ini mengacu pada Taksonomi Bloom yang sudah direvisi, meliputi kemampuan pengembangan keterampilan intelektual (knowledge) dengan tingkatan-tingkatan sebagai berikut.37 1) Menghafal/mengingat (remember) Menghafal atau mengingat adalah menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang. Mengingat merupakan proses kognitif yang paling rendah tingkatannya. Untuk mengkondisikan agar “mengingat” bisa menjadi bagian belajar bermakna, tugas mengingat hendaknya selalu dikaitkan dengan aspek pengetahuan yang lebih luas dan bukan sebagai suatu yang lepas dan terisolasi. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif: a) Mengenali (recognizing); mencakup proses kognitif untuk menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang agar dapat membandingkan dengan informasi yang baru. b) Mengingat (recalling); menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang dengan menggunakan petunjuk yang ada.
2) Memahami (understand) Memahami adalah mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran peserta didik. Kategori memahami mencakup tujuh proses kognitif: 37
Peter W. Airasian, dkk., A Taxonomy for Learning, Teaching and Assesing, (New York: Longman, 2001), h. 67-68.
32
a) Menafsirkan (interpreting); mengubah dari satu bentuk informasi ke bentuk informasi yang lainnya, misalnya dari kata-kata ke grafik atau gambar, atau sebaliknya. Misalnya meringkas atau membuat parafrase. b) Memberikan contoh (exemplifying); memberikan contoh dari suatu konsep atau prinsip yang bersifat umum. Memberikan contoh menuntut kemampuan mengidentifikasi ciri khas suatu konsep dan selanjutnya menggunakan ciri tersebut untuk membuat contoh. c) Mengklasifikasikan (classifying); mengenali bahwa sesuatu (benda atau fenomena) masuk dalam kategori tertentu. Termasuk dalam kemampuan mengkelasifikasikan adalah mengenali ciri-ciri yang dimiliki suatu benda atau fenomena. d) Meringkas (summarizing); membuat suatu pernyataan yang mewakili seluruh informasi atau membuat suatu abstrak dari sebuat tulisan. Meringkas menuntut peserta didik untuk memilih inti dari suatu informasi dan meringkasnya. e) Menarik inferensi (inferring); menemukan suatu pola dari sederetan contoh atau fakta. Contoh: memprediksikan perkembangan suatu populasi dalam sebuah komunitas berdasarkan data perkembangan populasi selama 10 tahun terakhir. f) Membandingkan (comparing); mendeteksi persamaan dan perbedaan yang dimiliki dua objek atau lebih. g) Menjelaskan (explaining); mengkonstruk dan menggunakan model sebabakibat dalam suatu sistem.
3) Mengaplikasikan (applying) Mengaplikasikan yaitu mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Oleh karena itu mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Namun tidak berarti bahwa kategori ini hanya sesuai untuk pengetahuan prosedural saja. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif:
33
a) Menjalankan (executing); menjalankan suatu prosedur rutin yang telah dipelajari sebelumnya. Langkah-langkah yang diperlukan sudah tertentu dan juga dalam urutan tertentu. b) Mengimplementasikan (implementing); memilih dan menggunakan prosedur yang sesuai untuk menyelesaikan tugas yang baru.
4) Menganalisis (analyzing) Menganalis maksudnya menguraikan suatu permasalahan atau objek ke unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut. Ada tiga macam proses kognitif yang tercakup dalam menganalisis: a) Menguraikan (differentiating); menguraikan suatu struktur dalam bagianbagian berdasarkan relevansi, fungsi dan penting tidaknya. b) Mengorganisir (organizing); mengidentifikasi unsur-unsur suatu keadaan dan mengenali bagaimana unsur-unsur tersebut terkait satu sama lain untuk membentuk suatu struktur yang padu. c) Menemukan pesan tersirat (attributting); menemukan sudut pandang, bias, dan tujuan dari suatu bentuk komunikasi.
5) Mengevaluasi (evaluate) Mengevalusai adalah membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Ada dua macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini: a) Memeriksa (checking); menguji konsistensi atau kekurangan suatu karya berdasarkan kriteria internal (kriteria yang melekat dengan sifat produk tersebut). Contoh: memeriksa apakah kesimpulan yang ditarik telah sesuai dengan data yang ada. b) Mengritik
(critiquing); menilai suatu karya baik kelebihan maupun
kekurangannya, berdasarkan kriteria eksternal. Contoh: menilai apakah rumusan hipotesis sesuai atau tidak (sesuai atau tidaknya rumusan hipotesis dipengaruhi oleh pengetahuan dan cara pandang penilai).
34
6) Membuat/menghasilkan karya (create) Menghasilkan karya maksudnya adalah menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini, yaitu: a) Membuat (generating); menguraikan suatu masalah sehingga dapat dirumuskan berbagai kemungkinan hipotesis yang mengarah pada pemecahan masalah tersebut. Contoh: merumuskan hipotesis untuk memecahkan permasalahan yang terjadi berdasarkan pengamatan di lapangan. b) Merencanakan (planning); merancang suatu metode atau strategi untuk memecahkan masalah. Contoh: merancang serangkaian percobaan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan. c) Memproduksi (producing); membuat suatu rancangan atau menjalankan suatu rencana untuk memecahkan masalah. Contoh: mendesain (atau juga membuat) suatu alat yang akan digunakan untuk melakukan percobaan.
b. Ranah Afektif Ranah afektif adalah suatu domain yang berkaitan dengan sikap, nilai-nilai interes, apresiasi (penghargaan) dan penyesuaian perasaan sosial.38 Jadi dalam penilaian ranah afektif peserta didik dituntut memberikan responnya yang melibatkan sikap atau nilai terhadap proses pembelajaran. Ciri-ciri hasil belajar ranah efektif ini akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti; perhatian terhadap pelajaran, kedisiplinan, motivasi serta minat belajar, dan sebagaianya. Oleh karena itu, guru mempunyai tugas bukan hanya meningkatkan nilai pengetahuannya tetapi bertugas pula membangkitkan minat belajar peserta didik. Sehingga diharapkan sikap peserta didik terhadap semua pelajaran bernilai positif. Dengan demikian akan terjadi usaha yang sinergi untuk meningkatkan kualitas
38
Hamzah B. Uno, Satria Koni, Assesment Pembelajaran, Ed. 1, Cet. 1, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 63.
35
proses pembelajaran. Krathwohl dan kawan-kawan merinci ranah efektif ini menjadi lima jenjang, yaitu:39
1) Penerimaan (reciving/attending) Penerimaan merupakan keinginan untuk memperhatikan suatu fenomena atau stimulus tertentu. Misalnya mendengarkan secara seksama penjelasan guru tentang alat-alat laboratorium sebelum digunakan. 2) Menanggapi (responding) Menanggapi berkaitan dengan memberikan respon sebagai partisipasi aktif dalam suatu kegiatan. Seperti menyelesaikan tugas laboratorium, mengikuti diskusi kelas, serta menyelesaikan tugas terstruktur lain. 3) Penilaian (valuing) Penilaian yaitu nilai dan kepercayaan terhadap stimulasi yang datang. Seperti menunjukan kepercayaan terhadap sesuatu, apresiasi (penghargaan), sikap ilmiah atau kesungguhan (komitmen), untuk melakukan suatu kehidupan sosial. Contohnya; menunjukkan rasa bertanggung jawab terhadap alat-alat laboratorium yang dipakainya dalam praktikum. 4) Mengorganisasi (organization) Pengorganisasian adalah pengembangan dari nilai ke dalam suatu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain. Seperti menyadari pentingnya keselarasan antara hak dan tanggung jawab, memahami dan menerima kelebihan dan kekurangan diri sendiri. 5) Karakteristik (characterization) Karakteristik merupakan puncak proses internalisasi nilai dalam diri seseorang. Internalisasi yaitu keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Contohnya: rajin, tepat waktu, berdisiplin diri dan dapat menilai serta mengajukan saran perbaikan/solusi masalah.
39
Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta:Lembaga penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 20.
36
c. Ranah Psikomotorik Berkaitan dengan psikomotor,
Bloom
berpendapat bahwa ranah
psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik.40 Keterampilan itu sendiri menunjukkan tingkat keahlian seseorang dalam suatu tugas atau sekumpulan tugas tertentu. Oleh karena itu, hasil belajar psikomotor tidak dapat diabaikan khususnya pada pelajaran IPA yang memungkinkan peserta didik untuk melakukan penelitian dengan percobaan, pengukuran apa yang didapat, penyajian secara matematis tentang fenomena-fenomena alam yang terjadi. Pada ranah psikomotorik menurut Bloom dan kawan-kawan, pada ranah psikomotor terdiri dari tijuh aspek:41 1) Persepsi;
menyadari
stimulus,
menyeleksi
stimulus
terarah
sampai
menerjemahkannya dalam pengamatan stimulus terarah kepada kegiatan yang ditapilkan. 2) Kesiapan; berkaitan dengan kesiapan melakukan sesuatu kegiatan tertentu, ternasuk kesiapan mental, fisik, dan emosional. 3) Respon terpimpin; meliputi kemampuan meniru gerakan, gerakan coba-coba, dan performansi yang memadai yang menjadi tolak ukur. 4) Mekanisme; merupakan kebiasaan yang berasal dari respons yang dipelajari, gerakan yang dilakukan dengan mantap, penuh keyakinan dan kemahiran. 5) Respon kompleks; berkaitan dengan gerak motorik yang memerlukan pola gerakan yang kompleks. 6) Penyesuaian; berkaiatan dengan pola gerakan yang telah berkembang dengan baik, sehingga seseorang dapat merubah pola gerakannya agar sesuai dengan situasi yang dihadapinya. 7) Mencipta; keterampilan tingkat tinggi diman pada tingkatan ini seseorang memiliki kemampuan untuk menghasilkan pola-pola gerakan baru agar sesuai dengan situasi yang dihadapinya.
40 41
Depdiknas, Pengembangan Perangkat Penilaian Psikomotor. 2006. Zulfiani, dkk., op. cit., h. 68-69.
37
Penilaian hasil belajar peserta didik pada ranah psikomotor akan nampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu.42 Tes untuk mengukur ranah psikomotor adalah tes mengukur penampilan atau kinerja (performance) peserta didik. Menurut Lunetta dkk. Ada empat jenis tes penilaian psikomotor, yaitu:43 1) Tes paper and pencil; walaupun aktivitasnya seperti tes tulis, namun yang menjadi sasarannya adalah kemampuan peserta didik dalam menampilkan karya. Misalnya berupa desain alat, desain grafis, dll. 2) Tes identifikasi; tes ini lebih ditunjukkan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi sesuatu hal. Contohnya menemukan bagian yang rusak atau yang tidak berfungsi dari alat. 3) Tes simulasi; tes ini dilakukan bila tidak alat yang sesungguhnya yang dapat dipakai untuk memperagakan penampilan peserta didik, sehingga dengan simulasi tetap dapat dinilai apakah peserta didik sudah menguasai keterampilan dengan bantuan peralatan tiruan atau seolah-olah menggunakan suatu alat. 4) Tes unjuk kerja (work sample); tes ini dilakukan dengan alat yang sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai atau sudah terampil menggunakan alat tersebut. Jadi, dalam penilaian hasil belajar psikomotor atau keterampilan harus mencakup persiapan, proses, dan produk. Penilaian dapat dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu pada waktu peserta didik melakukan praktik, atau sesudah proses berlangsung dengan cara mengetes peserta didik.
4. Metode Eksperimen Makna belajar dan pembelajaran sains adalah pendidikan yang lebih menekankan pembentukkan kompetensi peserta didik melalui peningkatan motivasi dan kreativitas peserta didik. Kreativitas peserta didik akan berkembang 42 Masnur Muslich, Authentic Assessment; Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi, (Bandung: Refika Aditama, 2010), h. 48. 43 Asep Jihad, Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Presindo, cet. III 2010), h.
38
jika diikuti dengan menerapkan metode-metode pembelajaran yang dapat mengefektifkan kegiatan belajar mengajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan. Metode mengajar diartikan sebagai cara mengajar yang digunakan oleh guru atau instruktur ketika menyampaikan bahan ajar atau materi pelajaran.44 Metode mengajar adalah cara yang digunakan oleh guru dalam mengajarkan satuan atau unit materi pelajaran dengan memusatkan pada keseluruhan proses atau situasi belajar untuk mencapai tujuan.45 Setiap guru harus mempunyai keterampilan dalam memilih metode mengajar yang tepat untuk digunakan ketika menyampaikan bahan ajar. Karena salah satu keberhasilan implementasi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru
menggunakan metode
pembelajaran. Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, di mana peserta didik melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.46 Menurut Ratna Wilis Dahar, metode eksperimen adalah salah satu cara penyampaian suatu pelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan kegiatan yang dikenal dengan keterampilan proses IPA, yang meliputi; mengamati, menafsirkan, pengamatan, meramalkan, menggunakan alat dan bahan, menerapkan konsep, berkomunikasi dan mengajukan pertanyaan. 47 Zulfiani dkk, mengemukakan bahwa metode eksperimen adalah metode mengajar dengan cara mempraktekkan langsung untuk menguji atau membuktikan suatu konsep yang sedang dipelajari. Metode ini diyakini sebagai metode yang paling tepat dalam mengajarkan konsep-konsep sains, karena sains berasal dari hal-hal yang bersifat fakta. 48
44
Zulfiani, dkk, Strategi Pembelajaran Sains (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2009), h. 96. 45 Moh Amien. Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dengan Menggunakan Metode “Discovery” dan “Inquiry”. (Jakarta : Departemen Pendidikikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi), 98. 46 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar ; edisi revisi, (Jakarta:Rineka Cipta, 2010), h. 84. 47 Ratna Wilis Dahar, Dasar-dasar Teori Pendidikan, (), h. 52-53. 48 Zulfiani, dkk, Strategi Pembelajaran Sains. (Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009). h.104.
39
Eksperimen bisa dilakukan pada suatu laboratorium atau diluar laboratorium, pekerjaan eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat, karena itu dapat dimasukkan kedalam metode pembelajaran. 49 Dengan demikian, dalam metode eksperimen peserta didik diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau
melakukan sendiri, mengamati suatu objek, menganalisis,
membuktikan sebuah konsep atau hukum, serta dapat menarik kesimpulan atas proses yang dialaminya. Dalam pelaksanaan metode eksperimen peran guru pun sangat penting, khususnya berkaitan dengan ketelitian, kecermatan, dan penggunaan alat-alat labotarorium sehingga tidak terjadi kekeliruan dan kesalahan dalam memaknai kegiatan eksperimen ini.
a. Tahapan Mengajar Metode Eksperimen Keterampilan mengajar eksperimen dapat dipisahkan menjadi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan penutup.50 1) Keterampilan menyiapkan eksperimen. Pada tahap persiapan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a) Menentukan tujuan pengajaran dan tujuan eksperimen. b) Mengidentifikasi variabel-variabel eksperimen yang akan diselidiki sesuai dengan topik pelajaran. c) Merancang percobaan untuk eksperimen. Dalam kegiatan ini guru menterjemahkan informasi dan prinsip verbal dari topik yang dipelajari menjadi informasi dan prinsip yang tervisualisasikan melalui eksperimen. d) Merancang prosedur pelaksanaan eksperimen, yaitu langkah kegiatan pembelajaran dalam eksperimen yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
2) Pelaksanaan eksperimen. Pada tahap pelaksanaan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
49
Syaiful Sagala. Konsep dan Makna Pembelajaran. (Bandung : Alfabeta, 2010), h.220. Pudyo Susanto, Keterampilan Dasar Mengajar IPABerbasis Kontruktivisme, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2002), h. 68-69. 50
40
a) Pada kegiatan awal, eksperimen dimaksudkan untuk menyajikan fenomena dalam rangka menimbulkan konflik kognitif, menggali pengetahuan awal siswa dan memotivasi belajar peserta didik. Keterampilan guru yang diperlukan diantarannya adalah sebagai berikut: (1) Memandu peserta didik untuk menjalankan eksperimen. Keterampilan ini diperlukan karena eksperimen biasanya dilaksanakan oleh beberapa kelompok kecil. (2) Memandu peserta didik untuk memusatkan perhatiannya pada informasi yang esensial khususnya yang menimbulkan konflik kognitif. (3) Menggali pengetahuan awal peserta didik dan memotivasi peserta didik, kegiatan ini didahului dengan meminta peserta didik untuk menghentikan eksperimen. Selanjutnya, guru mengajukan masalah yang dapat menimbulkan konflik kognitif dan mengevaluasi jawaban peserta didik. Dengan begitu pengetahuan awal peserta didik dapat digali.
b) Pada kegiatan inti, keterampilan guru yang diperlukan adalah sebagai berikut: (1) Guru membimbing penemuan masalah dan hipotesis. Tanya jawab pada penggalian pengetahuan awal diteruskan ke tanya jawab untuk menemukan masalah yang terkait dengan konsep/prinsip yang dipelajari dan diteruskan lagi sampai ditemukan hipotesis. (2) Guru juga membimbing kerja kelompok, setelah hipotesis dirumuskan peserta didik dipandu untuk melanjutkan eksperimen lanjutan. Kegiatan ini merupakan kegiatan kerja kelompok kecil atau perseorangan. (3) Guru membimbing diskusi kelompok keci untuk pencatatan data, analisis data dan penarikan kesimpulan. Kegiatan ini dapat dilakukan dikelompok kecil atau secara klasikal.
41
3) Mengakhiri ekspeimen. Pada tahap penutup meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a) Memberikan pemantapan. Setelah kegiatan eksperimen berakhir guru memberi pamanasan dapat berupa pertanyaan aplikatif atau memberi masalah baru untuk dipecahkan melalui eksperimen di luar jam pertemuan. b) Mengevaluasi tes belajar. Tes formatif dapat dilaksanakan secara informal (tanya jawab) atau formal (tertulis). Tes sebaiknya mengukur hasil belajar melalui pengalaman langsung (tes penampilan). c) Membimbing peserta didik untuk mengemas, mengembalikan peralatan dan membersihkan ruang belajar secara rapi. Ini merupakan kegiatan untuk latihan pengembangan sikap.
b.
Jenis-jenis Metode Eksperimen Ada beberapa jenis metode ekperimen, yaitu: eksperimen sederhana,
ekperimen terkontrol, dan ekperimen berujung-terbuka.51 1) Eksperimen sederhana Banyak permasalahan IPA yang dapat dipecahkan dengan eksperimen sederhana, sehingga tidak memerlukan tahapan-tahapan kerja yang terpisah untuk menyelesaikannya. Langkah dari ekperimen sederhana ini adalah pengajuan masalah, pelaksanaan percobaan untuk pengamatan, dan pengambilan kesimpulan. Dalam eksperimen sederhana tidak perlu dilakukan pengontrolan terhadap variabelvariabel bebas yang tidak dipelajari, karena pengaruhnya terhadap veriabel terikat dapat diabaikan atau memang tidak ada variabel lain yang berpengaruh kecuali variabel yang sedang dipelajari. Contohnya; “Apakah cahaya datang melalui sebuah cermin datar akan dipantulkan?”. Hal seperti ini cukup dipecahkan dengan percobaan yang dilakukan dengan mengarahkan sinar terhadap cermin datar, kemudian mengamati bahwa seberkas sianar datang pada cermin datar akan dipantukan sama besar.
51
Ibid.
42
2) Eksperimen terkontrol Banyak fenomena-fenomena alam yang terjadi tidak dapat langsung diamati, ini karena adanya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang diamati. Sehingga diperlukan tindakan atau perlakuan untuk membandingkan hasilnya. Misalnya, ada suatu tamanan pot baru yang tanahnya diberi urea, pertumbuhannya subur. Tetapi tidak dapat disimpulkan begitu saja bahwa yang menyebabkan subur adalah zat urea, karena mungkin ada faktor lain yang mempengaruhi tingkat kesuburan tanaman itu. Maka dalam pelaksanaan ekperimen terkontrol, ada langkah-langkah yang perlu dilaksanakan, meliputi: a) Pengajuan masalah. b) Pengajuan hipotesis. c) Pengontrolan
variabel;
membuat
perlakuan
variabel
bebas
dan
mengendalikan varibel kontrol. d) Pelaksanaan eksperimen. e) Pengolahan data. f) Pengambilan kesimpulan; kesimpulan ini merupakan jawaban yang pasti (bersifat tertutup), maka tidak perlu dipertanyakan kebenarannya, atau tidak mengundang munculnya masalah baru.
3) Eksperimen berujung-terbuka Metode ekperimen berujung-terbuka memiliki langkah-langkah yang sama dengan eksperimen terkontrol. Yang membedakan antara keduanya adalah pada eksperimen berujung-terbuka kesimpulan dari jawaban masalah masih terbuka. Artinya kesimpulan dari suatu masalah dapat menimbulkan masalah yang baru atau hipotesis baru (lebih kompleks). Disamping itu, pada eksperimen sederhana dan terkontrol, hipotesis dan rancangan kegiatan eksperimen disiapkan oleh guru, sedangkan pada ekperimen terbuka peserta didik dapat diminta untuk menemukan masalah, menyusun hipotesis, dan membuat rancangan ekperimen sendiri.
43
c. Kelebihan Metode Eksperimen Metode eksperimen memiliki beberapa kelebihan yaitu sebagai berikut:52 1) Peserta didik dirangsang berpikir kritis, tekun, jujur, mau bekerja sama, terbuka dan objektif. 2) Peserta didik dirangsang untuk memiliki keterampilan proses sains, seperti mengamati, menginterpretasi, mengelompokkan, mengajukan pertanyaan, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, mengkomunikasikan dan melakukan eksperimen. 3) Peserta didik belajar secara konstruktif tidak bersifat hafalan, sehingga pemahamannya terhadap suatu konsep bersifat mendalam dan bertahan lama. 4) Peserta didik ditempatkan pada situasi belajar yang penuh tantangan, sehingga tidak mudah bosan. 5) Peserta didik konsentrasinya terarahkan pada kegiatan pembelajaran. 6) Peserta didik lebih mudah memahami suatu konsep yang bersifat abstrak.
d. Kelemahan Metode Eksperimen Selain mempunyai kelebihan, metode eksperimen juga memiliki kelemahan, antara laian:53 1) Memerlukan waktu yang relatif lama. 2) Memerlukan alat dan bahan yang cukup dan terkadang sulit ditemukan atau mahal harganya. 3) Guru harus membuat perencanaan kegiatan eksperimen yang matang, hal ini nenuntut guru menguasai konsep yang akan diuji atau dibuktikan dalam kegiatan eksperimen. 4) peserta didik dituntut terlebih dahulu memiliki landasan berpikir, sehingga mengetahui secara jelas tujuannya melakukan eksperimen dan kesimpulan yang diambilnya relevan dengan konsep yang sedang diuji. 5) Cenderung memerlukan ruang khusus (laboratorium), untuk lebih leluasa melakukan eksperimen. 52
Zulfiani, dkk, Strategi Pembelajaran Sains (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2009), h. 104. 53 Ibid., h. 105.
44
5. Konsep Cahaya Konsep fisika yang diambil dalam penelitian adalah salah satu konsep yang terdapat di kelas VIII SMP semester genap, yaitu konsep cahaya. Materi pokok ini mengcu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006. Konsep cahaya secara garis besar dapat dilihat pada peta konsep di bawah ini:
Gambar 2.1 Peta Konsep Cahaya Hakikat cahaya adalah energi yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa cahaya aktivitas kita akan terbatasi. Cahaya juga merupakan salah satu bentuk gelombang. Cahaya dapat merambat di ruang hampa udara, karena termasuk jenis gelombang elektromagnetik. Jika cahaya mengenai suatu benda, seperti halnya gelombang mekanik, cahaya tersebut dapat dipantulkan dan dibiaskan.
45
a. Sifat cahaya merambat lurus Cahaya dapat merambat lurus ke semua arah. Buktinya, saat berjalan di kegelapan kita memerlukan senter. Cahaya dari lampu senter arah rambatannya menurut garis lurus. Atau ketika kita melihat cahaya matahari yang menerobos masuk melalui genting. Kedua hal tersebut membuktikan bahwa cahaya merambat lurus. Perhatikan gambar berikut.
Gambar 2.2 Bayang-bayang gelap (umbra) dan bayang-bayang semu (penumbra) terbentuk oleh sumber cahaya yang lebih besar dari bendanya Dari gambar di atas, cahaya yang sedang merambat mengenai benda yang tidak tembus cahaya (apaque), cahaya tersebut akan terhalang. Hal ini terbukti, ruangan di belakang benda tersebut gelap sehingga terjadi bayang-bayang benda. Biasanya, bayang-bayang yang terbentuk ada dua macam, yaitu bayang-banyang inti (umbra), dan bayang-bayang kabur (penumbra).
b. Pemantulan cahaya Pemantulan cahaya pada permukaan rata diamati pertama kali oleh seorang ilmuwan Belanda yang bernama Willebrord Snellius. Maka dikenal dengan hukum Snellius. Pemantulan cahaya sesuai dengan hukum pemantulan yang dikemukakan oleh Snellius yaitu: (1) Sinar datang, sinar pantul dan garis normal terletak pada satu bidang datar. (2) Sudut datang sama dengan sudut pantul. 1) Cermin datar Cermin datar adalah cermin yang bentuk permukaannya datar. Bayangan yang terbentuk karena berkas cahaya mengenai suatu benda yang rata akan dipantulkan secara teratur. Perhatikan gambar di bawah ini
46
Gambar 2.3 Pembentukan bayangan pada cermin datar Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa sifat bayangan yang terbentuk pada cermin datar adalah; maya, tegak, sama besar, sama jarak, dan sifatnya terbalik antara kiri-kanan. Bila benda diletakan di antara dua cermin datar yang membentuk sudut α, maka bayangan yang terbentuk dapat kita hitung dengan persamaan: =
360
− 1
Keterangan: n : banyaknya bayangan α : sudut yang terbentuk 1 : konstanta
2) Cermin cekung Cermin cekung (cermin konkaf/cermin positif) adalah cermin yang permukaannya lengkung seperti permukaan bola. Cermin cekung memiliki sifat mengumpulkan cahaya (konvergen). Adapun tiga sinar istimewa pada cermin cekung adalah sebagai berikut: a) Sinar datang sejajar sumbu utama akan dipantulkan melalui titik fokus. b) Sinar datang melalui titik fokus akan dipantulkan sejajar sumbu utama. c) Sinar datang melalui titik pusat kelengkungan cermin akan dipantulkan melalui titik kelengkungan itu juga.
Bila digambarkan seperti gambar di bawah ini.
47
Gambar 2.4 Tiga Sinar Istimewa Cermin Cekung Untuk mengagmbar bayangan benda pada cermin cekung dapat menggunakan dua dari tiga sinar istimewa di atas. Sifat bayangan yang terbentuk tergantung pada posisi benda terhadap cermin. Untuk memudahkan mengingat posisi atau letak dan sifat-sifat bayangan suatu benda yang diletakkan pada cermin cekung, yaitu dengan menggunakan metode penomoran ruangan (delil esback), seperti pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.5 Bagian-bagian ruangan pada cermin cekung Jadi, untuk menentukan posisi bayangan suatu benda bisa menggunakan persamaan sebagai berikut:
+
=5
Keterangan: (1) Jika benda berada di ruang II dan III (lebih besar dari jarak fokus), bayangan yang terbentuk bersifat nyata, diperkecil dan terbalik. (2) Jika benda berada di ruang I (jaraknya lebih kecil dari jarak fokus), bayangan yang terbentuk bersifat maya, diperbesar dan sama tegak. (3) Bila benda berada di tempat jauh tak terhingga, bayangannya terletak pada titik fokus dan mempunyai sifat nyata, diperkecil,dan terbalik. (4) Bayangan nyata terletak di depan cermin dan bayangan maya terletak di belakang cermin. Bayangan nyata adalah bayangan yang terbentuk
48
oleh perpotongan sinar pantul. Sedangkan bayangan maya adalah bayangan yang terbentuk oleh perpanjangan sinar-sinar pantul (garis putus-putus). Persamaan yang berlaku untuk cermin cekung adalah sebagai berikut:
=
+
karena
f=
maka bisa juga menggunakan persamaan: 2
=
1
+
1
Keterangan: f : titik fokus (m) So : jarak benda (m) Si : jarak bayangan (m) R : jari-jari kelengkungan (m)
Sedangakan untuk mengetahui perbesaran bayangan didefinisikan sebagai perbandingan ukuran bayangan dengan ukuran bendanya. Secara matematis dapat ditulis menjadi: =
=
ℎ ℎ
Keterangan: M : perbesaran bayangan (m) SO : jarak benda (m) Si : jarak bayangan (m) hO : tinggi benda (m) hi : tinggi bayangan (m)
Cermin cekung banyak dimanfaatan dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya sebagai berikut: (1) Kaca rias, Cermin cekung dengan fokus yang besar dapat dijadikan kaca rias, karena menghasilkan bayangan yang diperbesar. (2) Parabola, cermin cekung banyak digunakan sebagai parabola karena sifatnya yang mengumpulkan gelombang.
49
(3) Teropong, cermin cekung digunakan pada teropong pantul pengganti lensa okuler. (4) Sebagai pengumpul sinar matahari pada Pembangkit Listrik Tenaga Surya.
3) Cermin cembung Cermin cembung (cermin konveks/cermin negatif) adalah cermin yang permukaannya melengkung keluar. Cermin cembung selalu menyebarkan cahaya (divergen). Sehingga sinar-sinar yang dipantulkan pada cermin cembung seolaholah berasal dari titik fokus menyebar keluar. Oleh karena itu pada perhitungan titik fokus (titik api) pada cermin cembung bernilai negatif karena bersifat maya (semu). Adapun tiga sinar istimewa yang dimiliki cermin cembung adalah sebagai berikut: a) Sinar yang datang sejajar sumbu utama akan dipantulkan seolah-olah dari titik fokus. b) Sinar yang datang menuju fokus akan dipantulkan sejajar sumbu utama. c) Sinar yang datang menuju pusat kelengkungan akan dipantulkan kembali. Bila digambarkan seperti gambar di bawah ini.
Gambar 2.6 Tiga Sinar Istimewa Cermin Cembung Sama halnya dengan pembentukan bayangan pada cermin cekung, pembentukan bayangan pada cermin cembung juga dengan menggunakan dua sinar istimewa cermin cembung. Tetapi bayangan yang terbentuk selalu dibelakang cermin dengan sifat maya, sama tegak, dan diperkecil. Untuk mengetahui jarak benda, jarak bayangan dan perbesarannya dapat menggunakan persamaan: 1
=
1
+
1
50
Persamaan untuk perbesaran bayangan: =
=
ℎ ℎ
Keterangan: f : titik fokus (m) SO : jarak benda (m) Si : jarak bayangan (m) M : perbesaran bayangan (m) hO : tinggi benda (m) hi : tinggi bayangan (m) nilai f dan Si selalu negatif. Dengan sifat bayangan yang terbentuk selalu dibelakang cermin, maya, sama tegak, dan diperkecil maka cermin cembung banyak digunakan untuk: (1) Kaca spion pada kendaraan. (2) Kaca pengintai pada supermarket. (3) Kaca spion pada tikungan jalan.
c. Pembiasan cahaya Pembiasan cahaya adalah peristiwa penyimpangan atau pembelokan cahaya karena melalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya. Sinar bias akan mendekati garis normal ketika sinar datang dari medium kurang rapat (udara) ke medium lebih rapat (kaca). Dan jika cahaya merambat dari medium lebih rapat (kaca) ke medium kurang rapat (udara), maka sinar bias akan menjauhi garis normal. Perhatikan gambar berikut.
Gambar 2.7 Pembiasan pada kaca plan paralel Pembelokan ini terjadi karena cepat rambat cahaya dalam medium satu dengan yang lain berbeda-beda. Perbandingan cepat rambat cahaya di ruang hampa
51
dan cepat rambat cahaya dalam medium disebut indeks bias. Secara sistematis dirumuskan:
= Keterangan: n : indeks bias c : cepat rambat cahaya di ruang hampa (3 · 108 m/s) cn : cepat rambat cahaya dalam medium (m/s) indeks bias tidak pernah lebih kecil dari 1 (artinya, n ³1).
Pada pembiasan juga berlaku hukum Snellius, yang berbunyi sebagai berikut: (1) Sinar datang, garis normal, dan sinar bias terletak dalam satu bidang datar. (2) Perbandingan antara proyeksi sinar datang dan proyeksi sinar bias pada bidang batas merupakan bilangan tetap.
1) Pembiasan lensa cekung Lensa cekung adalah lensa yang bagian tengahnya berbentuk cekung lebih tipis dari bagian tepinya. Jika sinar-sinar sejajar dikenakan pada lensa cekung, sinarsinar biasnya akan menyebar seolah-olah berasal dari satu titik yang disebut titik fokus. Titik fokus lensa cekung bersifat maya atau semu dan bernilai negatif. Ada tiga sinar-sinar istimewa lensa cekung, yaitu: a) Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan seolah-olah berasal dari titik fokus. b) Sinar datang menuju titik fokus akan dibiaskan sejajar sumbu utama. c) Sinar datang melalui pusat optik akan diteruskan tanpa dibiaskan. Bila disajikan dalam bentuk gambar adalah sebagai berikut:
Gambar 2.8 Tiga Sinar Istimewa Lensa Cekung
52
Lensa cekung juga memiliki beberapa jenis lensa, yaitu: lensa konveks konkaf; lensa yang salah satu permukaannya berbentuk bidang cekung dan permukaan lainnya berbentuk bidang cembung. Lensa plan konkaf; lensa cekung yang salah satu permukaannya berbentuk bidang datar. Dan lensa bikonkaf; lensa cekung yang kedua permukaannya berupa bidang cekung.
2) Pembiasan lensa cembung Lensa cembung atau lensa konveks merupakan lensa yang bersifat mengumpulkan cahaya (konvergen). Berbeda dengan lensa cekung, jari-jari kelengkungan lensa cembung bernilai positif. Lensa cembung ada tiga macam, yaitu: lensa bikonveks (cembung ganda), lensa plankonveks (cembung datar), lensa konkaf konveks (meniskus cembung/cembung cekung). Lensa cembung juga memiliki sinar-sinar istimewa, yaitu sebagai berikut. a) Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan melalui titik fokus. b) Sinar datang melalui titik fokus dibiaskan sejajar sumbu utama. c) Sinar datang melalui titik pusat optik tidak dibiaskan melainkan diteruskan.
Gambar 2.9 Tiga Sinar Istimewa Lensa Cembung Untuk menggambarkan bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung menggunakan dua sinar istimewanya masing-masing. Bayangan benda diperoleh dari perpotongan atau perpanjangan dua sinar bias tersebut. Persamaannya adalah sebagai berikut: 1
+
1
=
1
Keterangan: So : jarak benda (m) Si : jarak bayangan (m)
M ho
=
: perbesaran bayangan : tinggi benda (m)
=
ℎ ℎ
53
f
: jarak fokus (m)
hi
: tinggi bayangan (m)
Dengan ketentuan sebagai berikut: Tabel 2.5 Ketentuan pada Lensa Lensa Cekung Lensa Cembung f = negatif (f < 0) f = posiif (f > 0) Si = negatif (Si < 0) So = positif (So > 0) Lensa
memiliki
kekuatan
untuk
memfokuskan
sinar-sinar
yang
melewatinya. Semakin kecil jarak fokus, semakin besar kekuatan lensa tersebut. Adapun persamaanya adalah: =
1
Keterangan: P : kekuatan lensa (dioptri) f : jarak fokus (m) Kegunaan lensa sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya: kaca mata, kamera, mikroskop, lup, teleskop, dan OHP.
B. Penelitian yang Relevan Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Berikut ini adalah beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan: 1. Ana Ratna Wulan (2008), dengan jurnalnya yang berjudul “Skenario Baru Bagi Implementasi Asesmen Kinerja pada Pembelajaran Sains di Indonesia”. Asesmen kinerja telah direkomendasikan oleh para ahli asesmen sebagai penilaian otentik pada pembelajaran sains. Besarnya potensi asesmen kinerja dalam menilai kemampuan proses sains belum dimanfaatkan oleh sebagian besar guru sains. Besarnya jumlah peserta didik, tingginya beban mengajar guru dan keterbatasan waktu mengakibatkan asesmen tersebut tidak dapat dilaksanakan di sekolah. Prosedur asesmen kinerja yang ditawarkan oleh para ahli asesmen juga terlalu rumit sehingga sulit dipelajari dan sulit dilaksanakan pada pembelajaran sehari-hari. Belum ada metode praktis bagi pelaksanaan asesmen kinerja pada setting pembelajaran sains di Indonesia. Sehingga tes
54
kognitif masih dijadikan sebagai alat penilaian utama pada pembelajaran sains. Studi mendalam selama lima tahun telah menghasilkan suatu skenario baru bagi implementasi asesmen kinerja yang sesuai dengan konteks pembelajaran sains seharihari di sekolah.54 2. I Wayan Suastra (2007), dengan jurnalnya yang berjudul “Pengembangan Sistem Asesmen Otentik dalam Pembelajaran Fisika di Sekolah Menengah Atas (SMA)”. Perangkat asesmen otentik yang dikembangkan adalah penilaian kinerja dengan menggunakan metode IDI (Instructional Model Institute). Hasil penelitiannya
menunjukan
bahwa
sistem
asesmen
otentik
yang
diimplementasikan dalam tiga model pembelajaran (inkuiri terbimbing, pembelajaran berbasis masalah, dan pendekatan stater eksperimen) secara konsisten dapat meningkatkan kompetensi dasar fisika dengan skor rerata secar berturut-turut untuk setiap model pembelajran adalah 70.8 (kualifikasi baik), 79.8 (kulifikasi baik), 78.1 (kualifikasi baik). Respon siswa terhadap asesmen otentik yang dikembangkan dalam pembelajaran fisika sangat positif. Dengan demikian disarankan kepada guru-guru fisika agar menerapkan sistem asesmen otentik melalui berbagai metode pembelajran inovatif lainnya.55 3. Subroto (2012), makalah pada Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA: “Trend” dan “Isu” tentang Penilaian dalam Pembelajaran Sains-Fisika”. Belaiau memaparkar bahwa penilaian dipandang sebagai alat untuk mengukur hasil hasil belajar siswa. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu penyelarasan antara penilaian dengan pembelajaran, agar diperoleh suatu penilaian yang mempunyai manfaat yang lebih luas. Dari beberapa isu dan trend yang berkembang dalam pembelajaran saat ini dapat disimpulkan bahwa disarankannya penggunaan penilaian kinerja dalam suatu pembelajaran, karena mempunyai kontribusi untuk mengaktifkan dan memberi motivasi, ketrampilan berpikir kreatif, kepercayaan diri, serta rasa ingin tahu peserta didik dalam belajar
54
Ana Ratna Wulan, Skenario Baru Bagi Implementasi Asesmen Kinerja pada Pembelajaran Sains di Indonesia, Jurnal Pendidikan, 3, 2008, h. 4-22. 55 I. Wayan Suastra, Pengembangan Sistem Asesmen Otentik dalam Pembelajaran Fisika di Sekolah Menengah Atas (SMA), Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, 1, 2007, h. 21.
55
sains. Namun kesulitan utama yang dihadapi peserta didik adalah penggunaan waktu dan menentukan topik.56
4. Douglas G. Wren, Ed.D. (2009), dengan jurnal Perfoemance Assessment: “A Key Component of A Balnced Assessment System”. Performance assessment is used to evaluate higher-order thinking and the acquisition of knowledge, concepts, and skills required for students to succeed in the 21st century workplace. Performance assessment has other advantages over the traditional assessments that are more commonly used in schools today. Students are able to recognize real-life connections with performance assessments. Additionally, students are generally more motivated by high-quality performance assessments, which have the capacity to measure higher-order thinking skills and other abilities needed to achieve success in the contemporary workplace. However, a great deal of time and effort must be invested to ensure that performance assessments and the rubrics used to score them are reliable and yield valid results. Although performance assessments will never completely replace traditional tests, they can be effectively utilized by schools and divisions to complement other types of assessment within the framework of a balanced assessment system.57 5. Bruce B. Frey, et al. (2012), dengan jurnal yang berjudul “Defining Authentic Classroom Assessment”. Assessments are only authentic if they have meaning or value beyond the score or grade that participation might produce. In other words, the assessment task itself should be meaningful. This suggests that assessments that require behaviors or cognitive operations that are not intrinsically meaningful, (e.g. responding to multiple-choice questions on an externally produced standardized tests) are not authentic. Conversely, the
56
Subroto, “Trend” dan “Isu” tentang Penilaian dalam Pembelajaran Sains-Fisika, Makalah pada Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA di Universitas Negeri Yogyakarta, 2012, h. 1-5. 57 Douglas G. Wren, Ed.D., Perfoemance Assessment: A Key Component of A Balnced Assessment System, Journal from the Department of Research, Evaluation, and Assessment, 2, 2009, pp. 1-12.
56
definition suggests that assessment tasks that are interesting, require complex thought, and require high levels of student participation are authentic.58
C. Kerangka Berpikir Berdasarkan hakekat pembelajaran IPA yang merupakan suatu proses penemuan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai ilmiah peserta didik, maka implementasi pembelajaran IPA terdapat dua fase yang harus dinilai, yaitu fase proses belajar mengajar dan fase hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik. Dalam fase proses belajar mengajar yang dinilai adalah ketrampilan menyelesaikan tugas belajar (ketrampilan proses), sedangkan fase hasil belajar (produk) adalah penilaian akhir setelah fase proses dilalui. Kedua fase tersebut tidak dapat dipisahkan dan hanya dapat diukur keberhasilannya dengan alat ukur yang relevan. Penilaian hasil belajar peserta didik sebaiknya selain menggunakan tes objektif, perlu juga dilengkapi dengan penerapan penilaian yang mampu memberi peluang kepada peserta didik untuk memperlihatkan pemahamannya dalam mengaplikasikan konsep. Seperti sistem penilaian yang sedang dikembangkan saat ini yaitu penilaian kelas yang sering disebut sebagai asesmen otentik (authentic assessment). Penilaian otentik adalah suatu bentuk tugas yang menghendaki peserta didik untuk menunjukkan kinerjanya yang merupakan penerapan dari pengetahuan dan keterampilan mereka. Salah satu jenis asesmen otentik yang digunakan adalah penilaian kinerja (performance assessment). Penilaian kinerja adalah penelusuran produk dalam proses. Artinya, hasilhasil kerja yang ditunjukan peserta didik dalam proses pembelajaran digunakan sebagai landasan perkembangan pengetahuannya. Sehingga diterapkannya teknik penilaian kinerja diharapkan dapat melengkapi alat penilaian tes tertulis (paper and pencil test) yang selama ini dipergunakan oleh para guru untuk mengukur kemampuan peserta didik. Dengan demikian, kemampuan peserta didik dapat terukur secara menyeluruh dan berkesinambungan sesuai dengan ketentuan 58
Bruce B. Frey, et al., Defining Authentic Classroom Assessment, Electronic Journal of Practical Assessment, Research & Evaluation, Vol 17, No 2, 2012, pp. 1-18.
57
kurikulum. Paparan kerangka pikir di atas jika disajikan dalam bentuk bagan, yaitu sebagai berikut.
Bagan 2.10 Kerangka Berpikir
58
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Caringin Bogor, semester genap tahun ajaran 2012/2013, sedangkan pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan April 2013.
B. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi linier sederhana. Metode penelitian analisis regresi linier sederhana adalah hubungan secara linear antara satu variabel independen (X), dalam penelitian ini adalah penilaian kinerja peserta didik dan dengan variabel dependen (Y) yaitu hasil belajar peserta didik. Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. 59 Metode penelitian ini berusaha menemukan atau mencari hubungan antarvariabel, sebagai dasar untuk dapat dipakai melakukan penaksiran atau peramalan atau estimasi dari hubungan antarvariabel tersebut.
C. Subjek Penelitian Subjek penelitian atau responden adalah pihak-pihak yang dijadikan sebagai sampel dalam sebuah penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII-8 SMP Negeri 1 Caringin Bogor dengan jumlah 30 orang. Peran subjek penelitian adalah untuk memberikan tanggapan dan informasi terkait data yang dibutuhkan oleh peneliti, serta memberikan masukan kepada peneliti, baik secara langsung maupun tidak langsung. 59
Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penilaian Pendidikan Sains, (Jakarta: UIN Jakarta, 2008), h. 10.
58
59
D. Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan dua instrumen penelitian, yaitu: 1. Penilaian Kinerja Instrumen penilaian kinerja merupakan pedoman penilaian yang digunakan untuk menilai kinerja peserta didik selama kegiatan eksperimen berlangsung. Di dalam pedoman tersebut terdapat aspek yang dinilai serta krtiteria penilaiannya. Bentuk penilaian kinerja yang digunakan berupa daftar cheklist (√). Artinya, guru hanya memberikan tanda cheklist (√) jika kriteria tersebut dilakukan oleh peserta didik. Ketercapaian dari kriteria-kriteria itulah yang menentukan skor kinerja peserta didik. Adapun kisi-kisi instrumen penilaian kinerja dapat dilihat pada lampiran C. Sebelum digunakan, pedoman penilaian kinerja tidak di uji cobakan tetapi dilakukan validitas isi dan keterukuran tujuan. Validitas isi dan keterukuran tujuan dilakukan oleh ahli bidang studi. Bagi mahasiswa pendidikan sains ahli bidang studi bisa melibatkan para guuru mata pelajaran, dosen pembimbing, dan dosen mata kuliah sains (sesuai topik yang diteliti).60 Validitas isi dilakukan oleh tiga orang ahli, yaitu dua dosen pembimbing dan 1 guru fisika dari sekolah tempat penelitian dilaksanakan. Validitas isi merupakan judgement terhadap kesesuaian antara indikator pembelajaran, dimensi penilaian, dan kriteria yang harus ditunjukan oleh peserta didik, serta bahasa yang digunakan.Uji validitas isi ditunjukan pada tabel di bawah. Tabel 3.1 Uji Validitas Ahli No
60
Aspek yang uji
1
Kejelasan format instrumen.
2
Kesesuaian skor dengan kriteria.
3
Kesesuaian kriteria dengan aspek kinerja yang dinilai.
4
Keterwakilan semua tahap eksperimen oleh aspek kinerja yang dikembangkan.
Ibid., h. 32.
Kriteria Baik
Cukup
Kurang
60
No 5
Aspek yang uji
Kriteria Baik
Cukup
Kurang
Kejelasan dan keefektifan bahasa yang digunakan.
2. Penilaian Hasil Belajar Penilaian hasil belajar menggunakan instrumen tes pilihan ganda (tes objektif) yang digunakan berupa soal dengan empat alternatif jawaban sebanyak 25 butir soal. Soal tersebut dibuat berdasarkan indikator pembelajaran, dengan tingkat berfikir C1 (mengingat), C2 (memahami), C3(mengaplikasikan), dan C4 (menganalisis). Adapun kisi-kisi instrumen tes pilihan ganda dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes Pilihan Ganda Aspek Kognitif Standar Kompetensi Indikator Kompetensi Dasar C1 C2 C3 C4 Memahami Menyelidiki Merancang dan konsep dan sifat-sifat melakukan penerapan cahaya dan percobaan untuk 3*,4, getaran, hubungannya menunjukkan 1,2* 5* gelombang, dengan sifat-sifat dan optika berbagai perambatan dalam bentuk cahaya. produk cermin dan Menjelaskan teknologi lensa. hukum sehari-hari. pemantulan yang 7*, 6* 9* diperoleh 8* melalui percobaan. Menjelaskan 10, hukum 11*, 15, pembiasan yang 12, 17* diperoleh 16* 13, berdasarkan 14 percobaan. Mendeskripsikan 23*, proses 18, 24, pembentukkan 21, 28, 19, 25*, dan sifat-sifat 22* 29* 20* 26*, bayangan pada 27* cermin datar,
5
4
8
12
61
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator cermin cekung, dan cermin cembung. Mendeskripsikan proses pembentukkan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung.
C1
30*, 31
Aspek Kognitif C2 C3 C4
32, 33*, 34*
35*, 36*
37*, 38*, 39, 40*
11
Jumlah 13 12 9 6 40 Keterangan: Nomor soal bertanda bintang (*) adalah soal yang digunakan dalam penelitian berdasarkan hasil uji coba. Soal-soal tersebut terlebih dahulu sudah di uji cobakan kepada siswa kelas IX di sekolah yang sama. Uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal tersebut telah memenuhi persyaratan seperti uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Berikut adalah pengujian yang perlu dilakukan agar istrumen dikatakan baik.
a. Uji validitas Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan suatu instrumen.61 Suatu instrumen dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang hendak diukur. Pengujian validitas instrumen tes ini merupakan pengujian validitas setiap butir soal tes. Uji validitas menggunakan rumus Korelasi Point Biserial (rpbi) karena skor butir soal berbentuk dikotomi (skor butir 0 atau 1). Untuk memberikan interpretasi terhadap angka rpbi dipergunakan tabel nilai “r” product moment, dengan terlebih dahulu mencari (df = N-nr). Adapun rumus rpbi, yaitu:62
61 Suharsimi Arikunto, Penelitian Prosedur Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), cet. 11, h. 160. 62 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), cet. 21, hal. 258.
62
=
−
Keterangan: rpbi = angka indeks korelasi point biserial Mp = mean (nilai rata-rata hitung) yang dijawab dengan benar Mt = mean dari skor total SD = standar deviasi total p = proporsi siswa yang menjawab benar terhadap butir item q = proporsi siswa yang menjawab salah terhadap butir item Nilai indeks korelasi point biserial kemudian dibandingkan dengan rtabel dengan kriteria; jika rpbi > rtabel maka soal tersebut valid, sedangkan jika rpbi < rtabel maka soal tersebut tidak valid. Berdasarkan hasil uji coba instrumen, dari 40 soal yang diujikan diperoleh 27 soal yang valid, perhitungan pengujian validitas instrumen tes ini terdapat pada Lampiran D. Semua soal yang valid selanjutnya akan disaring kembali berdasarkan uji yang lainnya untuk dapat digunakan dalam penelitian.
b. Reliabilitas instrumen Reliabilitas (rely ability = reliability), yang bermakna: keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, atau konsistensi. 63 Artinya, sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya dan konsisten. Sehingga kapan pun alat penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama. Pengujian reliabilitas menggunakan rumus K-R 20 (Kuder-Richardson 20).64 2 11
=
−1
−∑ 2
Keterangan: r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1 - p) ∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q n = banyaknya item 63 Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006), h. 105. 64 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), cet. 11, h. 100.
63
S
= standar deviasi dari tes
Adapun kategori reliabilitas menurut Gilford seperti yang dikutip oleh Yanti Herlanti adalah sebagai berikut:65 Tabel 3.3 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen Koefisien Korelasi
Kriteria Reliabilitas
0,00 r 0,20
Kecil
0,21 r 0,40
Rendah
0,41 r 0,70
Sedang
0,71 r 0,90
Tinggi
0,91 r 1,00
Sangat Tinggi
Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh bahwa nilai reliabilitas instrumen tes adalah 0,726. Nilai ini termasuk kategori tinggi (r11 > 0,70) atau dengan kata lain bahwa instrumen ini reliabel, dan dapat disimpulkan instrumen ini layak untuk digunakan dalam penelitian. Lebih lengkapnya perhitungan nilai reliabilitas terdapat pada Lampiran A bersama dengan uji validitas.
c. Taraf kesukaran (difficulty index) Taraf kesukaran tes merupakan kemampuan seluruh peserta didik dalam menjawab soal dengan benar pada setiap butir soal. Pengujian taraf kesukaran
bertujuan untuk mengetahui tingkat mudah atau sukarnya suatu soal. Soal terlalu mudah
tidak
merangsang
peserta
didik
untuk
mempertinggi
usaha
memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan peserta didik menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi
karena diluar jangkauannya. 66 Indeks kesukaran dihitung menggunakan rumus:67 =
65
Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penilaian Pendidikan Sains, (Jakarta: UIN Jakarta, 2008), h. 38. 66 Suharsimi Arikunto, op. cit., h. 207. 67 Ibid., h. 208.
64
Keterangan: P = indeks kesukaran B = banyaknya siswa menjawab soal tersebut dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes Tolak ukur menginterpretasikan tingkat kesukaran butir soal yang diperoleh adalah sebagai berikut:68 Tabel 3.4 Interpretasi Tingkat Kesukaran Indeks Tingkat Kesukaran
Kriteria Tingkat Kesukaran
0,00 – 0,30
Sukar
0,30 – 0,70
Sedang
0,70 – 1,00
Mudah
Berikut ini adalah hasil analisis tingkat kesukaran pada 40 soal yang diujicobakan. Tabel 3.5 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal Kriteria
No Soal
Sukar
13,14,16,22,24,28,29,35,37,39 2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,15,17,19,20,21,23,2 Sedang 5,26,27,30,31,32,33,34,36,38,40 Mudah 1,18 Total
Jumlah 10 28 2 40
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa terdapat 10 soal sukar, 28 soal sedang, dan 2 soal mudah.
a. Daya pembeda (discriminating power) Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara peserta didik
yang berkemampuan tinggi dengan peserta
berkemampuan rendah. 69
68 69
Ibid., h. 210. Ibid., h. 211.
didik
yang
65
Rumus yang digunakan untuk mengetahui daya pembeda setiap butir soal
adalah:70 =
−
Keterangan: D = indeks diskriminasi JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar. BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar. Setelah indeks daya pembeda diketahui, maka nilainya diklasifisikan pada kriteria daya pembeda sebagai berikut:71 Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda Indeks Daya Pembeda
Kriteria Daya Pembeda
0,00 – 0,20
Buruk (poor)
0,20 – 0,40
Cukup (statisfactory)
0,40 – 0,70
Baik (good)
0,70 – 1,00
Baik sekali (excellent)
Berikut klasifikasi soal berdasarkan hasil perehitungan daya pembeda pada 40 soal yang diujicobakan.
Tabel 3.7 Hasil Analisis Daya Pembeda Kriteria Buruk
No Soal
21,28 1,3,4,5,7,8,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20 Cukup ,22,24,27,29,31,32,33,35,36,37,38,39,4 0 70 71
Ibid., h. 213. Ibid., hal. 218.
Jumlah 2 30
66
Kriteria
No Soal
Jumlah
Baik
6,9,23,25,26,34
6
Baik Sekali
2,30
2
Total
40
E. Teknik Analisis Data Terdapat dua buah teknik analisis data dalam penelitian ini, yaitu teknik analisis data penilaian kinerja dan penilaian hasil belajar. Semua data dalam penelitian ini akan dianalisis menggunakan perhitungan regresi linieritas pada umumnya, yaitu dengan cara menghitung koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan) yang akan menentukan ada tidaknya hubungan atara kedua variabel yang sedang dicari.
1. Penilaian kinerja Dalam mengolah data penilaian kinerja peserta didik pada kegiatan eksperimen dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: a. Menghitung skor mentah pada lembar penilaian kinerja sesuai kriteria yang telah ditentukan. b. Menghitung nilai rata-rata yang diperoleh oleh setiap kelompok pada setia pertemuan. c. Setelah semua nilai diketahui, maka nilainya diklasifisikan pada kategori sebagai berikut: Tabel 3.8 Klasifikasi Kategori Penilaian Kinerja Nilai Kategori 1 Kurang Baik 2 Cukup Baik 3 Baik 2. Penilaian hasil belajar Untuk mengolah nilai tes hasil belajar yang berupa tes pilihan ganda yaitu dengan menggunakan persamaan: =
4
67
Keterangan: N : nilai yang diperoleh S : skor yang didapat 4 : bilangan tetap Setelah semua nilai diketahui, maka nilainya diklasifisikan pada kategori sebagai berikut: Tabel 3.9 Klasifikasi Kategori Penilaian Hasil Belajar Kategori Nilai < 70 Kurang Baik = 70 Cukup Baik >70 Baik 70 adalah nilai KKM yang sudah ditetapkan oleh sekolah tempat penelitian. 3. Uji Regresi Linieritas Penilaian Kinerja dan Penilaian Hasil Belajar Uji regresi dugunakan untuk mengukur pengaruh satu atau beberapa variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji regresi pada kasus lebih dari tiga variabel bebas, dapat mengetahui variabel bebas mana yang pengaruhnya paling dominan (nyata) terhadap variabel terikat. 72 Persamaan regresi dapat digunakan untuk melakukan prediksi seberapa tinggi nilai variabel dependen bila nilai variabel independen dimanipulasi (dirubah-rubah). Secara umum persamaan regresi sederhana (dengan satu prediktor) dapat dirumuskan sebagai berikut.73 ∑
= ∑
2
− (∑ )(∑ )
− (∑ )2
∑
2
− (∑ )2
Keterangan: rxy = koefisien kerelasi X = jumlah variabel independen Y = jumlah variabel dependen n = jumlah responden
72 Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penilaian Pendidikan Sains, (Jakarta: UIN Jakarta, 2008), h. 54. 73 Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 256.
68
Setelah nilai koefisien korelasi diketahui, maka nilainya diinterpretasikan sesuai dengan ketentuan sebagai berikut:74 Tabel 3.10 Interpretasi Koefisien Korelasi Besarnya Nilai Koefisien Interpretasi Korelasi Sangat rendah 0.00 – 0.20 (tak berkorelasi) 0.20 – 0.40 Rendah 0.40 – 0.60 Agak rendah 0.60 – 0.80 Cukup 0.80 – 1.00 Tinggi Apabila diperoleh angka negatif, maka koerelasinya negatif dan indeks korelasi tidak pernah lebih dari 1,00.
74
Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penilaian Pendidikan Sains, (Jakarta: UIN Jakarta, 2008), h. 38.
69
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 1 Caringin Bogor pada kelas VIII-8, diperoleh dua data hasil penilaian. Penilaian pertama yaitu penilaian kinerja pada saat kegiatan eksperimen konsep cahaya dan yang ke dua adalah penilaian hasil belajar berupa tes pilihan ganda yang diberikan setelah pembelajaran selesai. Adapun rincian dari masing-maing pengolahan data hasil penelitian akan dipaparkan sebagai berikut.
1.
Penilaian Kinerja dalam Kegiatan Pembelajaran Penilaian kinerja peserta didik dilaksanakan berdasarkan pedoman
penilaian kinerja yang sudah divalidasi. Penilaian kinerja dalam kegiatan pembelajaran dilakukan berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan disesuaikan dengan langkah kerja yang tercantum dalam LKS yang telah dibuat. Dalam kegiatan pembelajaran ini, peserta didik dituntut untuk mengeluarkan
segala
kemampuannya
dalam
melaksanakan
tugas-tugas
eksperimen dalam rangka mengaplikasikan pengetahuannya tentang pengetahuan fisika yang mereka miliki. Penilaian kinerja melibatka tiga orang penilai (observer) dengan petunjuk pengisian yaitu memberi tanda checklist (√)
sesuai dengan tugas yang
ditunjukkan atau diperlihatkan oleh peserta didik. Berikut adalah hasil penilaian kinerja untuk setiap kelompok yang diperoleh dari hasil pengamatan dilapangan, melalui lembaran penilaian kinerja. Tabel 4.1 Rekapitulasi Penilaian Kinerja untuk Setiap Kelompok Pertemuan Kelompok Rata-rata Keterangan 1 2 3 4 1 2 3 2 2 Cukup Baik 2 2 3 3 3 3 Baik 3
69
70
Kelompok
1 3 3 3 3 3
Pertemuan 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2
4 2 2 2 3 2
Rata-rata
Keterangan
3 Baik 3 4 Baik 3 5 Cukup Baik 2 6 Baik 3 Rata-rata 3 Baik Keterangan: Nilai 1: jika melakukan semua kriteria yang ada pada lembar lembar penilaian kinerja. Nilai 2: jika melakukan 2 kriteria yang ada pada lembar penialaian kinerja. Nilai 3: jika melakukan 1 kriteria yang ada pada lembar kinerja. Pada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa skor rata-rata penilaian kinerja untuk setiap kelompok selama empat pertemuan berada pada kategori penilaian kinerja baik. Hal ini terbukti ada empat kelompok peserta didik yang termasuk kategori baik yaitu kelompok 2, 3, 4, dan 6. Dua kelompok yang termasuk dalam kategori cukup baik yaitu kelompok 1, dan 5. Sedangkan tidak ada kelompok peserta didik yang termasuk kategori kurang baik. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai hasil rekapitulasi penilaian kinerja pada setiap kategori, maka dibuatlah tabel persentase sebagai berikut. Tabel 4.6 Distribusi Kelompok Peserta Didik Berdasarkan Kategori Penilaian Kinerja Jumlah Persentase Nilai Kategori Kelompok (%) 1 Kurang Baik 0 0 2 Cukup Baik 2 33.3 3 Baik 4 66.7 6 100 Berdasarkan tabel di atas, kategori penilaian kinerja baik memiliki persentase tertinggi sebesar 66.7%, kategori penilaian kinerja cukup baik sebesar 33.3%, dan persentase terendah terdapat pada kategori penilaian kinerja kurang baik sebesar 0%.
71
2. Penilaian Hasil Belajar Selain data penilaian kinerja peserta didik, dalam penelitian ini juga diambil data penilaian hasil belajar peserta didik mengenai konsep yang telah dipelajari dengan metode eksperimen. Berikut adalah rekapitulasi penilaian hasil belajar pada masing-masing kelompok peserta didik. Tabel 4.7 Rekapitulasi Penilaian Hasil Belajar pada Tiap Kelompok Rata-rata Kelompok Kategori Hasil Belajar 1 74.4 Baik 2 80 Baik 3 78.4 Baik 4 83.2 Baik 5 75.2 Baik 6 76.8 Baik Rata-rata 78 Baik Pada tabel 4.3 terlihat bahwa rata-rata kemampuan peserta didik dalam mengerjakan soal tes memiliki nilai yang “baik” yaitu 78. Nilai tertinggi diperoleh oleh kelompok empat sebesar 83.2, sedangkan nilai terendah diperoleh oleh kelopok lima dengan nilai 75.2. Hasil penilaian yang diperoleh masingmasing kelompok peserta didik akan dikelompokan menjadi tiga kategori penilaian sebagai berikut. Tabel 4.8 Distribusi Kelompok Peserta Didik Berdasarkan Kategori Penilaian hasil Belajar Jumlah Persentase Nilai Kategori Kelompok (%) <70 Kurang Baik 0 0 =70 Cukup Baik 0 0 >70 Baik 6 100 6 100 Berdasarkan tabel di atas, hasil perhitungan persentase kelompok peserta didik untuk penilaian hasil belajar kategori baik memiliki persentase tertinggi
72
sebesar 100% dan untuk penilaian hasil belajar kategori cukup baik dan kurang baik sebesar 0%.
3. Hasil Uji Regresi Linearitas Penilaian Kinerja dan Penilaian Hasil Belajar Uji regresi linearitas dilakukan untuk melihat hubungan antara penilaian kinerja dan penilaian hasil belajar. Analisis dilakukan dengan menggunakan uji linearitas regresi sederhana (bisa dilihat pada lampiran B.3). Hasil perhitungan didapatkan koefisien korelasi sebasar r2 = 0.802, artinya ada hubungan linear yang “sangat baik” antara penilaian kinerja dan hasil belajar. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa penilaian kinerja dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
B. Pembahasan Dari hasil analisis data diketahui bahwa hubungan penilaian kinerja dan hasil belajar pada konsep cahaya dengan metode eksperimen, menunjukan nilai yang positif. Hal ini bisa dilihat setelah dilakukan uji linearitas sederhana, menunjukkan perubahan hasil belajar atas penilaian kinerja sebesar 0.802, artinya menunjukkan ada hubungan yang sangat baik antara penilaian kinerja dan hasil belajar peserta didik. Jadi bisa disimpulkan bahwa penilaian kinerja dapat mengakibatkan peningkatan penilaian hasil belajar kelompok peserta didik. Hal ini sesuai dengan yang dipaparkan Wayan bahwa sistem asesmen otentik (penilaian kinerja) yang diimplementasikan dalam pembelajaran secara konsisten dapat meningkatkan kompetensi dasar peserta didik dan respon peserta didik terhadap pembelajaran fisika sangat positif.75 Penerapan penilaian kinerja memberi peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan keterampilan, kreativitas, serta nilai-nilai dan sikap ilmiah untuk membangun pengetahuannya. Pemerintah dalam peraturan menteri pendidikan nasional no 25 pasal 4 merekomendasikan penilaian kinerja, karena penilaian kinerja merupakan penilaian pembelajaran yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu melalui kegiatan percobaan di 75
I. Wayan Suastra, Pengembangan Sistem Asesmen Otentik dalam Pembelajaran Fisika di Sekolah Menengah Atas (SMA), Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, 1, 2007, h. 17.
73
laboratorium.76 Kegiatan eksperimen adalah bagian dari kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk menguji dan melaksanakan suatu teori serta mampu mengembangkan keterampilan praktikan. Manfaat praktikum sangat banyak diantaranya dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan pengalaman yang nyata dalam rangka meningkatkan pemahamannya tentang suatu teori. Dengan adanya penilaian kinerja, 90% peserta didik berupaya untuk memperlihatkan kinerja terbaik yang dimilikinya sehingga peserta didik bersaing untuk mendapatkan nilai tertinggi. I Wayan mengemukakan bahwa adanya penilaian kinerja saat kegiatan leboratorium dapat lebih memotivasi peserta didik untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.77 Hal ini terlihat pada penilaian kinerja kategori baik memiliki persentase tertinggi sebesar 66.7%, dibandingkan dengan kategori penilaian kinerja lainnya, yaitu cukup baik sebesar 33.3% dan kategori kurang baik sebesar 0%. Mueller juga menegaskan bahwa penilaian otentik merupakan suatu bentuk tugas yang menghendaki peserta didik untuk menunjukkan kinerjanya yang merupakan penerapan dari pengetahuan dan keterampilan mereka. Penilaian kinerja juga mampu mengungkap hasil belajar peserta didik serta meningkatkan motivasi dalam memahami dan mengaplikasikan konsep IPA. Motivasi akan mendorong peseta didik untuk bekerja lebih baik dan aktif selama proses pembelajaran, sehingga akan mempengruhi hasil belajarnya. Seperti pada tabel 4.7 perolehan hasil belajar konsep cahaya seluruh kelompok peserta didik termasuk dalam kategori baik. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rata-rata dari setiap kelompok peserta didik memperoleh nilai 78, dengan nilai tertinggi 83.2 diperoleh oleh kelompok empat dan nilai terendah dengan nilai 75.2 diperoleh oleh kelompok lima. Artinya, indikator pembelajaran pada kompetensi dasar menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa bisa dikatakan sudah tercapai oleh semua peserta didik.
76
Kemendikbud, Peraturan Pemerintah No 19 pasal 25 ayat 4, (Jakarta: Kemendikbud, 2005), h. 5. 77 Wayan., h. 17.
74
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa, hubungan penilaian kinerja
dan hasil belajar pada konsep cahaya dengan metode
eksperimen memiliki hubungan yang sangat baik. Telihat dalam proses dan hasil belajar, peserta didik sangat antusias dan terlihat bersungguh-sungguh dalam melaksanakan kegiatan eksperimen dan dapat dikatakan hampir seluruh kelompok peserta didik sudah terampil dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan metode eksperimen. Subroto mengemukakan dalam makalahnya pada Seminar Nasional Penelitian, bahwa penilaian kinerja mempunyai kontribusi untuk mengaktifkan dan memberi motivasi, ketrampilan berpikir kreatif, kepercayaan diri, serta rasa ingin tahu siswa dalam belajar sains-fisika.78
78
Subroto, “Trend” dan “Isu” tentang Penilaian dalam Pembelajaran Sains-Fisika, Makalah pada Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA di Universitas Negeri Yogyakarta, 2012, h. 1-5.
75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang sangat baik antara penilaian kinerja dan hasil belajar peserta didik pada konsep cahaya dengan metode eksperimen. Hubungan ini dilihat dari nilai koefisien korelasi sebesar 0.802. Dengan demikian, pelaksanaan penilaian kinerja memberikan pengaruh yang kuat terhadap perubahan hasil belajar peserta didik. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata penilaian kinerja kelompok peserta didik termasuk pada kategori baik dan searah dengan penilaian kinerja, penilaian hasil belajar pun mencapai nilai rata-rata 78 dengan persentase 100% kelompok peserta didik termasuk dalam kategori baik dan mencapai nilai diatas KKM.
B. Saran Setelah melakukan penelitian, ada beberapa saran yang ingin peneliti kemukakan sebagai upaya perbaikan dalam penelitian selanjutnya. Adapun saran tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Penggunaan penilaian kinerja memiliki hubungan yang sangat baik dengan hasil belajar peserta didik, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu alternatif penilaian pembelajaran oleh guru.
2.
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik, sebaiknya penelitian mengenai penilaian kinerja peserta didik dilakukan dalam waktu yang lebih lama dan dalam konsep yang berbeda, misalnya konsep wujud zat dan perubahanya. Serta diharapkan mampu menilai peserta didik secara individu.
75
76
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Sofyan, dkk. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta. 2006. Airasian, Peter W. dkk. A Taxonomy for Learning, Teaching and Assesing. New York: Longman. 2001. Amien, Moh. Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Menggunakan Metode “Discovery” dan Inquiry. Jakarta: Depertemen Pendidikan dan kebudayaan. 1987. Anwar, Kasful dan Henddra Harmi. Perencanaan Sistem Pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP). Bandung: Alfabeta. 2011. Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2011. Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Sistem Penilaian Kelas SD SMP SMA dan SMK. Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi Cet. I. Jakarta: Bumi Aksara.1999. _______. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: Rineka Cipta. 1998. Bahri, Djamarah, dkk. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. 2006.
B. Bruce Frey, et al., Defining Authentic Classroom Assessment, Electronic Journal of Practical Assessment, Research & Evaluation, Vol 17, No 2, 2012. Dahar, Ratna Wilis. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga, 1996. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Model-model Pembelajaran IPA. Bandung: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Pusat Pengembangan Penataran Guru IPA. 2000. Dimyati, Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 1994.
77
G. Douglas Wren, Ed.D., Perfoemance Assessment: A Key Component of A Balnced Assessment System. Journal from the Department of Research, Evaluation, and Assessment, 2, 2009. Herlanti, Yanti. Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains. Jakarta: Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2008. Iryanti, Puji. Penilaian Unjuk Kerja. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Kusaeri, Supranoto. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2012. Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Rosdakarya. 2009. Mulhayatiah, Diah. Hubungan Peningkatan hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif dengan Ranah Psikomotorik Melalui Model Pembelajaran Berbasis Laboratorium. Jurnal Edusains Center for Science Education Jurusan Pendidikan IPA, Vol. 3 No. 1 Juni 2010. Mulyasa, E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Suatu Panduan Praktis. Cet., 3. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2007. ________. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2009. Muslich, Masnur. Authentic Assessment: Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi. Bandung: Refika Aditama. 2011.
_______. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara. 2009. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 20 Tahun 2007. Standar Penilaian Pendidikan. Rustaman, Nuryani Y., dkk. Pengembangan Butir Soal Keterampilan Proses Sains. Bandung: FPMIPA UPI.
78
Sagala, Saiful. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. 2005.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2008. Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. 2010. Subroto, “Trend” dan “Isu” tentang Penilaian dalam Pembelajaran Sains-Fisika, Makalah pada Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA di Universitas Negeri Yogyakarta, 2012. Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2008. Sudjana, Nana dan Ibrahim. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru. 1989. _______. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2009. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta. 2007. Supartin. Studi Deskriptif Hasil Belajar Fisika. Jurnal Penelitian Pendidikan: Universitas Negeri Semarang, 2006. Susanto, Pudyo. Keterampilan Dasar Mengajar IPA Berbasis Konstruktivisme. Malang: Universitas Negeri Malang. 2002.
Suwandi Sarwiji, Model-Model Asesmen dalam Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka, Cet. 1. 2011. Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997. Tedi, Wibowo. Inspirasi Sains:Pelajaran IPA Terpadu untuk SMP kelas VIII. Jakarta: Ganesa. 2007.
79
Uno, Hamzah B, dan Satria Koni. Assessment Pembelajaran. Ed., 1. Cet.,1. Jakarta: Bumi Aksara. 2012. US Department of Education. Assessment of Student Performance. US: Office of Educational Research and Improvement. 1997. Wasis, dkk. Contextual Teaching and Learning Ilmu Pengetahuan Alam SMP dan MTs Kelas VIII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Nasional (BSE). 2008. Wayan, I Suastra, Pengembangan Sistem Asesmen Otentik dalam Pembelajaran Fisika di Sekolah Menengah Atas (SMA), Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, 1, 2007. Winarsih, Anni. dkk. IPA Terpadu untuk Sekolah Menengah dan Madrasah Tsanawiyah Kelas VIII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Nasional (BSE). 2008. Wulan, Ana Ratna. Pengertian dan Esensi Konsep, Evaluasi, Penilaian, Tes dan Pengukuran. Bandung: FPMIPA UPI. _______. Penilaian Kinerja dan Portofolio Pada Pembelajaran Biologi. Bandung: FMIPA UPI. _______. Skenario Baru Bagi Implementasi Asesmen Kinerja pada Pembelajaran Sains di Indonesia, Jurnal Pendidikan, 3, 2008. Y, Nuryani Rustaman, dkk. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang. 2005. Zulfiani, dkk. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah. 2009.
Silabus Sekolah Kelas Mata Pelajaran
: SMP ................... : VIII (Delapan) : IPA Fisika
Standar Kompetensi : 5. Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari.
Kompetensi Dasar
5.1 Mengidentifikasi jenis-jenis gaya, penjumlahan gaya dan pengaruhnya pada suatu benda yang dikenai gaya.
5.2 Menerapkan hukum Newton untuk menjelaskan berbagai peristiwa dalam kehidupan sehari-hari.
Penilaian
Materi Pokok/ Pembelajaran Gaya
Gaya
Kegiatan pembelajaran
Indikator
Memetakan gaya-gaya yang ada pada suatu benda.
Menentukan jenis-jenis gaya yang bekerja pada suatu benda.
Menghitung resultan gaya segaris yang searah dan berlawanan arah.
Studi pustaka untuk mendeskripsikan syarat terjadinya keseimbangan.
Membedakan gaya sentuh dan Tes tertulis gaya tak sentuh.
Mengukur gaya suatu benda.
Tes unjuk kerja
Tes PG
Tes uraian
Mengidentifikasi syarat terjadinya keseimbangan.
Tes tertulis
Tes isian
Melakukan percobaan hukum I, hukum II, dan hukum III Newton dengan menggunakan alat-alat.
Mendemonstrasikan hukum I Newton dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Penugasan
Mengaplikasikan hukum Newton dalam kehidupan sehari-hari.
Mendemonstrasikan hukum II Newton dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh Instrumen Berikut ini yang tidak termasuk gaya tak sentuh adalah .... a. gaya gesek b. gaya magnet c. gaya gravitasI d. gaya listrik
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
4 × 40’
Buku IPA Fisika 2 Esis hlm. 1-9, buku referensi yang relevan, lingkungan alat dan bahan praktikum.
6 × 40’
Buku IPA Fisika 2 Esis hlm. 9-28, buku referensi yang relevan, lingkungan, alat dan bahan praktikum.
Eksperimen mengamati Uji petik kerja produk perubahan yang ditimbulkan gaya (Kegiatan 1.1).
Melukiskan penjumlahan gaya Tes tertulis dan selisih gaya-gaya segaris baik yang searah maupun berlawanan.
Silabus IPA Fisika SMP dan MTs Jilid 2
Teknik
Bentuk Instrumen
Dua orang siswa mendorong meja masing-masing dengan gaya 20 N ke kanan dan 15 N ke kiri. Tentukan resultan gaya yang bekerja pada meja. Keadaan dimana dua gaya atau lebih bekerja pada sebuah benda, tetapi tidak mengakibatkan perubahan sifat gerak benda disebut ....
Tugas rumah Buatlah artikel yang menjelaskan percobaan sederhana (tujuan, alat dan bahan serta langkah kerja) tentang aplikasi hukum Newton dalam kehidupan sehari-hari.
Mendemonstrasikan hukum III Newton dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
1
Kompetensi Dasar
Penilaian
Materi Pokok/ Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran
5.3 Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan energi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Energi dan Usaha
Indikator
Melakukan percobaan gaya gesek pada permukaan yang kasar dan licin.
Membedakan besar gaya gesekan pada berbagai permukaan yang berbeda kekasarannya yaitu pada permukaan benda yang licin, agak kasar, dan kasar.
Teknik Tes unjuk kerja
Bentuk Instrumen
Contoh Instrumen
Tes uraian
Mengapa permukaan ban dibuat berulir? Apakah yang terjadi jika ban itu digunakan di jalan yang becek?
Merumuskan adanya gaya gesek yang menguntungkan dan merugikan dalam kehidupan sehari-hari.
Menunjukkan beberapa contoh Tes tertulis adanya gaya gesekan yang menguntungkan dan gaya gesekan yang merugikan.
Studi pustaka untuk mencari perbedaan berat dan massa menggunakan alat.
Membandingkan berat dan massa suatu benda.
Studi pustaka untuk mendeskripsikan pengertian energi dan bentuk-bentuk energi.
Menunjukkan bentuk-bentuk energi dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari.
Mengaplikasikan konsep energi Tes unjuk kerja dan perubahannya dalam kehidupan sehari-hari.
Membedakan konsep energi kinetik dan energi potensial pada suatu benda yang bergerak.
Tes tertulis
Tes isian
Energi yang tersimpan dalam benda karena posisinya terhadap acuan tertentu disebut ....
Mengenalkan hukum kekekalan energi melalui contoh dalam kehidupan sehari-hari.
Tes tertulis
Tes uraian
Jelaskan hukum kekekalan energi dan berikan contohnya dalam kehidupan sehari-hari.
Menjelaskan kaitan antara energi dan usaha.
Tes tertulis
Tes PG
Seorang atlet angkat berat menyangga beban seberat 700 N dengan tangannya pada ketinggian 2 m. Usaha yang dilakukan atlet itu adalah ....
Studi referensi untuk membandingkan pengertian energi kinetik dan energi potensial.
Mencari informasi tentang hukum kekekalan energi.
Silabus IPA Fisika SMP dan MTs Jilid 2
Studi pustaka untuk mendeskripsikan kaitan antara energi dan usaha.
Sumber Belajar
Uji petik Eksperimen mengamati faktorkerja produk faktor yang mempengaruhi gaya gesekan.
Alokasi Waktu
Tes tertulis
Tes PG
Besarnya gaya tarik bumi pada suatu benda menyatakan .... a. berat benda b. massa benda c. volume benda d. massa jenis benda
Tes lisan
Daftar pertanyaan
Sebutkan bentuk-bentuk energi dalam kehidupan sehari-hari.
4 × 40‘
Buku IPA Fisika 2 Esis hlm. 29-43, buku referensi yang relevan, lingkungan, alat dan bahan praktikum.
Uji petik Eksperimen mengamati kerja produk perubahan bentuk energi (Kegiatan 2.2 h.32).
2
Kompetensi Dasar
Penilaian
Materi Pokok/ Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran
Indikator
Teknik
Bentuk Instrumen
Contoh Instrumen a. 1.400 J b. 700 J
5.4 Melakukan percobaan tentang pesawat sederhana dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
5.5 Menyelidiki tekanan pada benda padat, cair, dan gas serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Energi dan Usaha
Tekanan
Tes tertulis
Melakukan percobaan untuk menemukan hubungan antara daya, usaha, dan kecepatan.
Menunjukkan penerapan daya dalam kehidupan sehari-hari.
Melakukan percobaan tentang pesawat sederhana (tuas, katrol, dan bidang miring).
Tes unjuk Menunjukkan penggunaan kerja beberapa pesawat sederhana yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari misalnya tuas (pengungkit), katrol tunggal baik yang tetap maupun yang bergerak, bidang miring, dan roda gigi (gir).
Tes uraian
Uji petik kerja prosedur
Listrik yang terpasang pada sebuah rumah mempunyai daya 450 VA. Berapakah energi maksimal yang dapat digunakan oleh pemilik rumah selama 1 jam?
Eksperimen mengamati prinsip kerja tuas (Kegiatan 2.7).
Diskusi untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan pesawat sederhana.
Menyelesaikan masalah secara Tes tertulis kuantitatif sederhana yang berhubungan dengan pesawat sederhana.
Melakukan percobaan tentang tekanan sampai menemukan konsep tekanan.
Menemukan hubungan antara gaya, tekanan, dan luas daerah yang dikenai gaya melalui percobaan.
Melakukan percobaan bejana berhubungan.
Mengaplikasikan prinsip bejana berhubungan dalam kehidupan sehari-hari.
Mendeskripsikan hukum Pascal Tes unjuk Uji petik kerja Eksperimen menyelidiki besar kerja prosedur gaya angkat (Kegiatan 3.8) dan hukum Archimedes
Silabus IPA Fisika SMP dan MTs Jilid 2
4 × 40’
Buku IPA Fisika 2 Esis hlm. 43-58, buku referensi yang relevan, lingkungan, alat dan bahan praktikum.
10 × 40’
Buku IPA Fisika 2 Esis hlm. 59-88, buku referensi yang relevan, alat dan bahan praktikum.
Eksperimen menyelidiki bidang miring pada sekrup (Kegiatan 2.10).
Tes uraian
Seseorang hanya mampu mengangkat benda dengan gaya 60 N. Tentukan berat beban yang sanggup ia angkat, jika: a. menggunakan satu katrol tetap b. menggunakan satu katrol bergerak
Tes unjuk Uji petik kerja Eksperimen menyelidiki kaitan kerja prosedur antara luas permukaan dan massa benda dengan tekanan (Kegiatan 3.1 dan Kegiatan 3.2). Tes isian
Sumber Belajar
c. 350 J d. nol
Tes tertulis
Alokasi Waktu
Permukaan air bendungan harus lebih tinggi dari permukaan sawah yang akan dialiri. Prinsip yang digunakan adalah .... a. hukum Pascal b. hukum Archimedes c. efek bejana berhubungan d. efek kapilaritas
3
Kompetensi Dasar
Penilaian
Materi Pokok/ Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran
Indikator
Teknik
Bentuk Instrumen
Contoh Instrumen
Melakukan percobaan tentang hukum Pascal dan hukum Archimides.
melalui percobaan sederhana serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Mencari informasi melalui lingkungan mengenai alat-alat yang prinsip kerjanya berdasarkan hukum Pascal dan hukum Archimides.
Menunjukkan beberapa produk Tes tertulis teknologi dalam kehidupan sehari-hari sehubungan dengan konsep benda terapung, melayang dan tenggelam.
Tes uraian
Mengapa sebuah kapal selam dapat mengapung, melayang, dan tenggelam?
Studi lapangan untuk menemukan konsep tekanan.
Tes tertulis Mengaplikasikan konsep tekanan benda padat, cair, dan gas pada peristiwa alam yang relevan (dalam penyelesaian masalah sehari- hari).
Tes isian
Pada kedalaman yang sama, tekanan di dalam air sungai lebih kecil daripada tekanan di dalam air laut karena ....
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
Standar Kompetensi : 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi sehari-hari.
Kompetensi Dasar
6.1 Mendeskripsikan konsep getaran dan gelombang serta parameterparameternya.
Penilaian
Materi Pokok/ Pembelajaran Getaran dan Gelombang
Kegiatan pembelajaran
Indikator
Teknik
Bentuk Instrumen
Gerakan bolak-balik secara berkala di sekitar posisi setimbangnya disebut ....
Mencari informasi melalui referensi tentang pengertian getaran.
Mengidentifikasi getaran pada Tes tertulis kehidupan sehari-hari.
Menentukan besarnya periode dari hasil percobaan.
Mengukur periode dan frekuensi suatu getaran.
Tes unjuk Uji petik kerja Eksperimen menentukan periode kerja prosedur getaran (Kegiatan 4.3).
Melakukan percobaan untuk mencari perbedaan periode dan frekuensi suatu getaran.
Mencari informasi melalui referensi tentang pengertian gelombang.
Membedakan karakteristik gelombang transversal dan gelombang longitudinal.
Tes tertulis
Melakukan percobaan untuk mencari perbedaan karakteristik
Silabus IPA Fisika SMP dan MTs Jilid 2
Tes isian
Contoh Instrumen
Tes uraian
8 × 40’
Buku IPA Fisika 2 Esis hlm. 89-108, buku referensi yang relevan, alat dan bahan praktikum.
Apa yang membedakan gelombang transversal dengan gelombang longitudinal? Berikan contohnya masing-masing.
Tes unjuk Uji petik kerja Eksperimen mengamati kerja prosedur gelombang transversal dan
4
Kompetensi Dasar
Penilaian
Materi Pokok/ Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran
Indikator
Teknik
Bentuk Instrumen
6.3 Menyelidiki sifatsifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa.
Bunyi
Cahaya
Tes uraian
Sebuah vibrator dengan frekuensi 6 Hz dimasukkan ke dalam tangki air menghasilkan panjang gelombang 0,02 m. Maka cepat rambat gelombangnya adalah .... a. 3 m/s c. 30 m/ b. 0,02 m/s d. 0,12 m/s
Tes isian
Kuat lemahnya bunyi ditentukan oleh ....
Menggali informasi dari nara sumber untuk menemukan hubungan antara periode, frekuensi, cepat rambat gelombang, dan panjang gelombang.
Tes tertulis Mendeskripsikan hubungan antara periode, frekuensi, cepat rambat gelombang, dan panjang gelombang.
Mencari informasi tentang pengertian bunyi.
Memaparkan karakteristik gelombang bunyi.
Tes tertulis
Melakukan percobaan tentang cepat rambat bunyi.
Merencanakan percobaan untuk mengukur laju bunyi.
Tes unjuk Uji petik kerja Eksperimen mengukur cepat prosedur kerja rambat bunyi (Kegiatan 5.3).
Mencari informasi dari nara sumber untuk membedakan pengertian infrasonik, audiosonik, dan ultrasonik.
Membedakan infrasonik, audiosonik, dan ultrasonik.
Tes tertulis
Melakukan percobaan tentang resonansi.
Menunjukkan gejala resonansi dalam kehidupan sehari-hari.
Tes unjuk Uji petik kerja Eksperimen mengamati kerja prosedur terjadinya resonansi pada garpu tala dan pada bandul sederhana (Kegiatan 5.4 dan Kegiatan 5.5).
Mengaplikasikan pemantulan bunyi dalam kehidupan seharihari.
Memberikan contoh pemanfaatan dan dampak pemantulan bunyi dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi.
Tes tertulis
Melakukan pengamatan tentang jalannya sinar untuk menentukan sifat perambatan cahaya.
Silabus IPA Fisika SMP dan MTs Jilid 2
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
gelombang longitudinal pada slinki (Kegiatan 4.7 dan Kegiatan 4.8).
gelombang transversal dan gelombang longitudinal.
6.2 Mendeskripsikan konsep bunyi dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh Instrumen
Tes unjuk Merancang dan melakukan kerja percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya.
Tes PG
Tes uraian
8 × 40’
Buku IPA Fisika 2 Esis hlm.109-132, buku referensi yang relevan, lingkungan, alat dan bahan praktikum.
8 × 40’
Buku IPA Fisika 2 Esis hlm. 133-168, buku referensi yang relevan, alat dan bahan praktikum.
Berikut ini yang dapat menghasilkan bunyi infrasonik adalah .... a. lumba-lumba b. mesin-mesin berat c. kelalawar d. gitar
Jelaskan penerapan konsep pemantulan bunyi dalam perancangan suatu gedung pertunjukkan musik.
Uji petik kerja Eksperimen mengamati prosedur perambatan cahaya dan peristiwa terbentuknya bayang-bayang umbra dan penumbra (Kegiatan 6.1 dan Kegiatan 6.2).
5
Kompetensi Dasar
6.4 Mendeskripsikan alat-alat optik dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Penilaian
Materi Pokok/ Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran
Indikator
Melakukan percobaan tentang pemantulan cahaya dan pembiasan cahaya.
Menggali informasi dari nara sumber untuk mengenal sifat-sifat bayangan pada cermin dan lensa.
Alat-alat Optik
Silabus IPA Fisika SMP dan MTs Jilid 2
Menggali informasi dari nara sumber untuk memperoleh penjelasan tentang fungsi mata sebagai alat optik dan tentang cacat mata.
Studi pustaka untuk membedakan ciri-ciri kamera dan lup sebagai
Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan.
Teknik
Bentuk Instrumen
Tes tertulis
Tes PG
Contoh Instrumen
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
Pemantulan cahaya oleh permukaan cermin datar merupakan pemantulan .... a. baur c. acak b. teratur d. tak teratur
Menjelaskan hukum pembiasan Tes unjuk Uji petik kerja Eksperimen kelompok untuk kerja prosedur mengamati arah perambatan yang diperoleh berdasarkan cahaya yang melewati dua percobaan. medium (Kegiatan 6.4).
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung.
Tes tertulis
Tes uraian
Sebuah benda setinggi 5 cm terletak di depan cermin cembung (f = 15 cm). Benda itu membentuk bayangan maya pada jarak 10 cm di belakang cermin. Tentukan jarak benda dari cermin dan perbesaran bayangannya
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung.dan lensa cekung.
Tes tertulis
Tes uraian
Sebuah lilin setinggi 10 cm terletak 5 cm di depan sebuah lensa cekung yang memiliki fokus 15 cm. Tentukan: a. letak bayangan b. perbesaran bayangan c. tinggi bayangan.
Menjelaskan fungsi mata sebagai alat optik.
Tes tertulis
Tes PG
Benda akan terlihat jelas oleh mata jika bayangan jatuh di .... a. kornea c. lensa mata b. retina d. pupil
Menggambarkan pembentukan Tes tertulis bayangan benda pada retina.
Tes isian
Bayangan yang dibentuk oleh lensa mata bersifat ....
Menjelaskan beberapa cacat mata dan penggunaan kaca mata.
4 × 40’
Buku IPA Fisika 2 Esis hlm. 169-187, buku referensi yang relevan, lingkungan, alat dan bahan praktikum.
Tes unjuk Uji petik kerja Eksperimen membuktikan kerja prosedur penglihatan binokuler (Kegiatan 7.3). Tes tertulis
Tes uraian
Jelaskan cara kamera menangkap gambar.
6
Kompetensi Dasar
Penilaian
Materi Pokok/ Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran
Indikator
Teknik
Bentuk Instrumen Tes uraian
Alokasi Waktu
Contoh Instrumen
Sumber Belajar
alat optik.
Melalui diskusi kelompok dapat menjelaskan cara kerja alat-alat optik yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
Menyelidiki ciri-ciri kamera sebagai alat optik.
Tes tertulis
Menjelaskan konsep lup sebagai alat optik.
Penugasan Tugas rumah
Menjelaskan cara kerja beberapa produk teknologi yang relevan, seperti : mikroskop, berbagai jenis teropong, dan periskop.
Mengapa lup harus memiliki panjang fokus yang pendek? Membuat model periskop (Cipta Ide).
............................................................ Mengetahui Kepala SMP ............
Guru Mata Pelajaran
.............................................. NIP
.............................................. NIP
Silabus IPA Fisika SMP dan MTs Jilid 2
7
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )
Sekolah : SMP Kelas : VIII (Delapan) Mata Pelajaran : IPA FISIKA Standar Kompetensi 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi sehari-hari. Kompetensi Dasar 6.3. Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa. Indikator 1. Merancang dan melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya. 2. Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan. 3. Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh berdasarkan percobaan. 4. Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung. 5. Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung A. Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat: 1. Menjelaskan pengertian cahaya. 2. Membedakan cahaya tampak dan cahaya tidak tampak. 3. Menyebutkan contoh cahaya tampak dan cahaya tidak tampak. 4. Mengamati perambatan cahaya dan peristiwa terbentuknya bayang-bayang umbra dan penumbra. 5. Menyebutkan bunyi hukum pemantulan. 6. Membedakan pemantulan teratur dan pemantulan tidak teratur. 7. Menyebutkan syarat agar benda dapat dilihat oleh mata. 8. Menjelaskan pengertian pembiasan. 9. Menyebutkan bunyi hukum pembiasan (hukum Snellius). 10. Mengamati arah perambatan cahaya yang melewati dua medium. 11. Menjelaskan pengertian indeks bias. 12. Menentukan indeks bias suatu medium. 13. Melukis pembiasan cahaya yang melibatkan medium udara dan tidak melibatkan medium udara. 14. Menjelaskan pengertian pemantulan sempurna. 15. Menjelaskan syarat terjadinya pemantulan sempurna. 16. Menyebutkan contoh pemantulan sempurna dalam kehidupan sehari-hari.
17. Menjelaskan peristiwa fatamorgana. 18. Membedakan bayangan nyata dan bayangan maya. 19. Menjelaskan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar. 20. Menyebutkan tiga sinar istimewa pada cermin cekung. 21. Menjelaskan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin cekung. 22. Menjelaskan hubungan antara jarak benda, jarak bayangan, dan jarak fokus. 23. Menjelaskan pengertian perbesaran bayangan. 24. Menyebutkan manfaat cermin cekung dalam kehidupan sehari-hari. 25. Menyebutkan tiga sinar istimewa pada cermin cembung. 26. Menjelaskan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin cembung. 27. Menyebutkan manfaat cermin cembung dalam kehidupan sehari-hari. 28. Menjelaskan pengertian lensa. 29. Membedakan lensa cembung dan lensa cekung. 30. Menyebutkan tiga sinar istimewa pada lensa cembung. 31. Menjelaskan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung. 32. Menyebutkan manfaat lensa cembung dalam kehidupan sehari-hari. 33. Menyebutkan tiga sinar istimewa pada lensa cekung. 34. Menjelaskan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung. 35. Menyebutkan manfaat lensa cekung dalam kehidupan sehari-hari. B. Materi Pembelajaran Cahaya C. Metode Pembelajaran 1. Model : - Direct Instruction(DI) - Cooperative Learning 2. Metode : - Diskusi kelompok - Eksperimen - Ceramah D. Langkah-langkah Kegiatan PERTEMUAN PERTAMA a. Kegiatan Pendahuluan Motivasi dan Apersepsi: - Mengapa benda dapat terlihat di tempat yang terang? - Mengapa jika sebatang pensil dimasukkan ke dalam gelas berisi air, pensil akan terlihat bengkok? Prasyarat pengetahuan: - Apakah syarat agar benda dapat dilihat oleh mata? - Apakah yang dimaksud dengan pembiasan? Pra eksperimen: - Berhati-hatilah menggunakan peralatan laboratorium. b. Kegiatan Inti
Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok. Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pengertian cahaya. Peserta didik mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai perbedaan cahaya tampak dan cahaya tidak tampak. Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk menyebutkan contoh cahaya tampak dan cahaya tidak tampak. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal. Guru menanggapi hasil diskusi kelompok peserta didik dan memberikan informasi yang sebenarnya. Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk mengambil sebatang lilin, tiga buah karton yang berukuran sama, sebuah meja, sebuah lampu bohlam kecil beserta dudukannya, sebuah lampu bohlam besar beserta dudukannya, seutas kabel listrik, sebuah bola, dan selembar kertas putih. Guru mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan eksperimen mengamati perambatan cahaya dan peristiwa terbentuknya bayang-bayang umbra dan penumbra (Kegiatan 6.1 h.135 dan Kegiatan 6.2 h.135-136). Peserta didik dalam setiap kelompok melakukan eksperimen sesuai dengan langkah kerja yang telah dijelaskan oleh guru. Guru memeriksa eksperimen yang dilakukan peserta didik apakah sudah dilakukan dengan benar atau belum. Jika masih ada peserta didik atau kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan. Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pemantulan cahaya. Perwakilan peserta didik diminta untuk menyebutkan bunyi hukum pemantulan cahaya. Peserta didik mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai perbedaan pemantulan teratur dan pemantulan tidak teratur. Peserta didik dalam setiap kelompok mendiskusikan syarat agar benda dapat dilihat oleh mata. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal. Guru menanggapi hasil diskusi kelompok peserta didik dan memberikan informasi yang sebenarnya. Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pengertian pembiasan cahaya. Perwakilan peserta didik diminta untuk menyebutkan hukum pembiasan cahaya (hukum Snellius). Guru memberi instruksi kepada peserta didik untuk melakukan eksperimen mengamati arah perambatan cahaya yang melewati dua medium (Kegiatan 6.4 h.140). Peserta didik melakukan eksperimen dengan menggunakan sebuah kaca panpararel, sebuah kotak cahaya, dan selembar kertas putih. Guru memeriksa kegiatan eksperimen yang dilakukan peserta didik apakah sudah dilakukan dengan benar atau belum. Jika masih ada peserta didik atau kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan. Peserta didik diminta untuk membuat kesimpulan dari eksperimen yang telah dilakukan.
Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal. Guru menanggapi hasil diskusi kelompok peserta didik dan memberikan informasi yang sebenarnya.
c. Kegiatan Penutup Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik. Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat rangkuman. Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal. PERTEMUAN KEDUA a. Kegiatan Pendahuluan Motivasi dan Apersepsi: - Apakah syarat terjadinya pemantulan sempurna? - Bagaimana jarak antara bayangan ke cermin datar dibandingkan jarak benda ke cermin datar? Prasyarat pengetahuan: - Apakah yang dimaksud dengan pemantulan sempurna? - Sebutkan sifat-sifat bayangan pada cermin datar. Pra eksperimen: - Berhati-hatilah menggunakan peralatan laboratorium.
dengan
b. Kegiatan Inti Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok. Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pengertian indeks bias. Perwakilan peserta didik diminta untuk menyebutkan indeks bias beberapa zat. Peserta didik memperhatikan contoh soal menentukan indeks bias suatu medium yang disampaikan oleh guru. Guru memberikan beberapa soal menentukan indeks bias suatu medium untuk dikerjakan oleh peserta didik. Guru mengoreksi jawaban peserta didik apakah sudah benar atau belum. Jika masih ada peserta didik yang belum dapat menjawab dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru melukis pembiasan cahaya yang melibatkan medium udara dan tidak melibatkan medium udara. Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pengertian pemantulan sempurna. Perwakilan peserta didik dalam setiap kelompok diminta untuk menyebutkan syarat terjadinya pemantulan sempurna. Perwakilan peserta didik diminta untuk menyebutkan contoh pemantulan sempurna dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru mengenai peristiwa fatamorgana. Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pemantulan cahaya pada cermin datar. Perwakilan peserta didik diminta untuk menjelaskan perbedaan bayangan nyata
dan bayangan maya. Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk mengambil sebuah cermin datar berukuran 10 cm x 10 cm, sebuah karton putih berukuran 50 cm x 50 cm, plastisin, dan beberapa buah jarum pentul. Guru mempresentasikan langkah kerja untuk membandingkan jarak benda dengan jarak bayangan pada cermin datar (Kegiatan 6.7 h.147-148). Peserta didik dalam setiap kelompok melakukan eksperimen sesuai dengan langkah kerja yang telah dijelaskan oleh guru. Guru memeriksa eksperimen yang dilakukan peserta didik apakah sudah dilakukan dengan benar atau belum. Jika masih ada peserta didik atau kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan. Peserta didik dalam setiap kelompok mendiskusikan sifat-sifat bayangan pada cermin datar. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal. Guru menanggapi hasil diskusi kelompok peserta didik dan memberikan informasi yang sebenarnya.
c. Kegiatan Penutup Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik. Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat rangkuman. Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal.
PERTEMUAN KETIGA a. Kegiatan Pendahuluan Motivasi dan Apersepsi: - Bagaimanakah sifat pemantulan cahaya pada cermin cekung? - Mengapa pada spion mobil, obyek lebih dekat daripada bayangan yang terlihat? Prasyarat pengetahuan: - Sebutkan tiga sinar istimewa pada cermin cekung. - Apakah manfaat cermin cembung dalam kehidupan sehari-hari? Pra eksperimen: - Berhati-hatilah menggunakan peralatan laboratorium. b. Kegiatan Inti Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok. Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pemantulan cahaya pada cermin cekung. Perwakilan peserta didik diminta untuk menyebutkan sifat pemantulan sinar-sinar istimewa pada cermin cekung. Peserta didik memperhatikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin cekung yang disampaikan oleh guru.
Peserta didik memperhatikan penjelasan guru mengenai hubungan antara jarak benda, jarak bayangan, dan jarak fokus. Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pengertian perbesaran bayangan. Peserta didik memperhatikan contoh soal menentukan perbesaran bayangan pada cermin cekung yang disampaikan oleh guru. Peserta didik dalam setiap kelompok mendiskusikan manfaat cermin cekung dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal. Guru menanggapi hasil diskusi kelompok peserta didik dan memberikan informasi yang sebenarnya. Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pemantulan cahaya pada cermin cembung. Perwakilan peserta didik diminta untuk menyebutkan sifat pemantulan sinar-sinar istimewa pada cermin cembung. Peserta didik memperhatikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin cembung yang disampaikan oleh guru. Perwakilan peserta didik diminta untuk menyebutkan manfaat cermin cembung dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik memperhatikan contoh soal menentukan perbesaran bayangan pada cermin cembung yang disampaikan oleh guru. Guru memberikan beberapa soal menentukan perbesaran bayangan pada cermin cekung dan cermin cembung untuk dikerjakan oleh peserta didik. Guru mengoreksi jawaban peserta didik apakah sudah benar atau belum. Jika masih ada peserta didik yang belum dapat menjawab dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan.
c. Kegiatan Penutup Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik. Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat rangkuman. Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal. PERTEMUAN KEEMPAT a. Kegiatan Pendahuluan Motivasi dan Apersepsi: - Bagaimanakah sifat pembiasan pada lensa cembung? - Apakah fungsi lensa cekung pada teropong? Prasyarat pengetahuan: - Sebutkan tiga sinar istimewa pada lensa cembung. - Apakah sifat bayangan yang dihasilkan lensa cekung? Pra eksperimen: - Berhati-hatilah menggunakan peralatan laboratorium.
b. Kegiatan Inti Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok. Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pengertian lensa. Perwakilan peserta didik diminta untuk menyebutkan jenis-jenis lensa. Peserta didik dalam setiap kelompok mendiskusikan perbedaan lensa cembung dan lensa cekung. Perwakilan peserta didik diminta untuk menyebutkan sifat pembiasan sinar-sinar istimewa pada lensa cembung. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal. Guru menanggapi hasil diskusi kelompok peserta didik dan memberikan informasi yang sebenarnya. Peserta didik memperhatikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung yang disampaikan oleh guru. Peserta didik dalam setiap kelompok mendiskusikan manfaat lensa cembung dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal. Guru menanggapi hasil diskusi kelompok peserta didik dan memberikan informasi yang sebenarnya. Peserta didik memperhatikan contoh soal menentukan perbesaran bayangan pada lensa cembung yang disampaikan oleh guru. Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pembiasan cahaya pada lensa cekung. Perwakilan peserta didik diminta untuk menyebutkan sifat pembiasan sinar-sinar istimewa pada lensa cekung. Peserta didik memperhatikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung yang disampaikan oleh guru. Perwakilan peserta didik diminta untuk menyebutkan manfaat lensa cekung dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik memperhatikan contoh soal menentukan perbesaran bayangan pada lensa cekung yang disampaikan oleh guru. Guru memberikan beberapa soal menentukan perbesaran bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung untuk dikerjakan oleh peserta didik. Guru mengoreksi jawaban peserta didik apakah sudah benar atau belum. Jika masih ada peserta didik yang belum dapat menjawab dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan. c. Kegiatan Penutup Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik. Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat rangkuman. Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal. E. Sumber Belajar a. Buku IPA Fisika Jl.2 (Esis) halaman 133-168 b. Buku referensi yang relevan c. Alat dan bahan praktikum
F. Penilaian Hasil Belajar a. Teknik Penilaian: - Tes tertulis - Tes unjuk kerja b. Bentuk Instrumen: - Tes PG - Tes uraian - Uji petik kerja prosedur c. Contoh Instrumen: - Contoh tes PG Pemantulan cahaya oleh permukaan cermin datar merupakan pemantulan .... a. baur c. acak b. teratur d. tak teratur - Contoh tes isian Sebuah lilin setinggi 10 cm terletak 5 cm di depan sebuah lensa cekung yang memiliki fokus 15 cm. Tentukan: a. letak bayangan b. perbesaran bayangan c. tinggi bayangan ...............,................... Mengetahui Kepala SMP Guru Mata Pelajaran ......................... NIP.
.............................. NIP.
LEMBAR KERJA SISWA Hukum pemantulan Cahaya.
Tujuan 1.
Mengamati pemantulan teratur dan pemantulan baur
Alat dan bahan Kotak cahaya cermin datar papan triplek putih, dan kertas putih Gambar
Skema percobaan untuk mengamati pemantulan baur dan teratur 1. Cara kerja 1. Sediakan alat dan bahan. 2. Jatuhkan seberkas cahaya pada cermin dan papan triplek. 3. Tangkaplah kedua cahaya pantul tersebut oleh kertas putih. 2. Pertanyaan 1. Apakah sinar pantul dari kedua bahan tersebut dapat ditangkap kertas? 2.
Mengapa sinar pantul yang berasal dari cermin lebih mudah
ditangkap oleh layar daripada yang berasal dari papan triplek?
LEMBAR KERJA SISWA Tujuan Mengamati pembiasan cahaya pada kaca plan paralel Alat dan bahan Kotak cahaya monokromatis catu daya kertas HVS penggaris, Dan kaca plan paralel. Gambar
Cahaya tunggal dilewatkan pada kaca plan paralel. Cara kerja 1. Siapkan alat dan bahan. 2. Rangkaikan kotak cahaya dengan catu daya dan pilihlah kisi tunggal untuk mendapatkan satu berkas cahaya. 3. Letakkan kaca plan paralel di atas kertas HVS dan buatlah batas-batas dari kaca tersebut pada kertas.
4. Lewatkan seberkas cahaya tunggal pada kaca plan paralel dengan membentuk sudut tertentu. 5. Amati perjalanan sinarnya. Tandai arah sinar datang dan arah sinar setelah keluar dari kaca. 6. Matikan catu daya dan angkat kaca plan paralel, kemudian tariklah garis perjalana sinar hasil pengamatan tersebut. Pertanyaan 1. Apakah berkas cahaya yang masuk ke dalam kaca dan pada saat keluar dari kaca membentuk garis lurus? 2. Apakah kerapatan massa udara dan kerapatan massa kaca sama? 3. Apakah besarnya sudut datang dan sudut bias di dalam kaca sama?
LEMBAR KERJA SISWA Tujuan Mengamati perjalanan sinar pada lensa cembung Alat dan bahan Kotak cahaya beberapa lensa cembung kertas HVS dan penggaris. Cara kerja 1. Sediakan alat dan bahan. 2. Pegang dan rabalah permukaan lensa cembung dan bedakan 3. dengan lensa yang lain. 4. Letakkan lensa cembung di tengah-tengah kertas HVS. 5. Jatuhkan sinar sejajar sumbu utama lensa cembung. 6. Amati berkas sinar sejajar tersebut setelah melewati lensa 7. cembung. Gambar
Skema percobaan pengamatan sinar pada lensa cembung. Pertanyaan 1. Ketika sinar sejajar dilewatkan pada lensa cembung, apakah yang terjadi pada sinar biasnya? 2. Titik apakah hasil pertemuan sinar bias yang tampak palingterang pada layar? Apakah titik api itu nyata?
LEMBAR KERJA SISWA
Tujuan Menentukan titik fokus (F) pada lensa cekung Alat dan bahan Beberapa lensa cekung kotak cahaya kisi sejajar dan catu daya. Cara kerja 1. Sediakan alat dan bahan. 2. Rabalah beberapa lensa cekung. Apakah yang membedakannya dengan lensa cembung? 3. Jatuhkan sinar sejajar pada lensa cekung rangkap (bikonkaf). 4. Amati perjalanan sinar biasnya. Pertanyaan 1. Ketika sinar sejajar dilewatkan pada lensa cekung, apakah yang akan terjadi pada sinar biasnya? 2. Di manakah letak titik fokus lensa cekung? 3. Apakah titik api (titik fokus) tersebut dapat ditangkap oleh layar? 4. Jadi, apakah sifat titik fokus lensa cekung tersebut?
KISI-KISI PENILAIAN KINERJA “Efektivitas Penilaian Kinerja dalam Pembelajaran Konsep Cahaya dengan Metode Eksperimen”. Standar Indikator Aspek kinerja Kompetensi Dasar Indikator Skor Kompetensi Penilaian Kinerja yang dinilai Memahami Menyelidiki sifatUntuk penggunaan skala Persiapan konsep dan sifat cahaya dan Merancang dan penilaian (rating scale) eksperimen penerapan hubungannya melakukan dari 1 sampai 3, adalah Melakukan Melakukan getaran, dengan berbagai eksperimen untuk sebagai berikut: eksperimen. Pengambilan data gelombang, dan bentuk cermin dan menunjukkan 3 = jika melakukan Aktifitas dalam optika dalam lensa. sifat-sifat semua kriteria yang kelompok produk perambatan ada pada lembar teknologi sehariMenginterpretasi Persentasi hasil cahaya. lembar penilaian data eksperimen. ekperimen hari. kinerja. 2 = jika melakukan 2 Persiapan kriteria yang ada pada eksperimen Menjelaskan lembar penialaian Melakukan Melakukan hukum kinerja. Pengambilan data eksperimen pemantulan yang 1 = jika melakukan 1 Aktifitas dalam diperoleh melalui kriteria yang ada pada kelompok eksperimen. lembar kinerja. Menginterpretasi Persentasi hasil data eksperimen ekperimen Persiapan eksperimen Menjelaskan Melakukan hukum pembiasan Melakukan eksperimen Pengambilan data yang diperoleh berdasarkan Aktifitas dalam eksperimen. kelompok Menginterpretasi Persentasi hasil
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung. Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung.dan lensa cekung.
Indikator Penilaian Kinerja data eksperimen
Melakukan eksperimen
Menginterpretasi data eksperimen
Melakukan eksperimen
Menginterpretasi data eksperimen
Aspek kinerja yang dinilai ekperimen Persiapan eksperimen Melakukan Pengambilan data Aktifitas dalam kelompok Persentasi hasil ekperimen Persiapan eksperimen Melakukan Pengambilan data Aktifitas dalam kelompok Persentasi hasil ekperimen
Skor
PEDOMAN PENILAIAN KINERJA (Performance Assessment) SISWA PADA KEGIATAN EKSPERIMEN CAHAYA SMP kelas VIII Pelaksanaan Eksperimen: 1. Siswa dikelompokan menjadi kelompok kecil/sedang untuk eksperimen yang akan dilaksanakan. 2. Memberikan arahan terlebih dahulu kepada siswa tentang eksperimen yang akan dilaksanakan. 3. Gunakan petunjuk kerja praktikum untuk masing-masing siswa dalam melakukan penilaian kinerja. 4. Ikuti petunjuk pengisian penilaian kinerja pada lembar penilaian.
Petunjuk Pengisian Lembar Kinerja: 1. Amati dan cermati kegiatan eksperimen yang sedang dilaksanakan oleh siswa. 2. Berilah tanda chek list (√) pada pilihan kolom yang sudah tersedia. 3. Perhatikan kriteria penilaian untuk memberi tanda chek list () pada kolom 3 jika melakukan semua kriteria, 2 jika melakukan 2 kriteria, 1 jika melakukan 1 kriteria.
KRITERIA PENILAIAN KINERJA SISWA Aspek Kinerja Kriteria yang Dinilai A. Aspek Proses ( skor maksimal 12) a. Kelengkapan alat eksperimen.* 1. Persiapan eksperimen b. Menyusun alat eksperimen dengan benar. c. Menjaga alat dari kerusakan.
No
2.
Melakukan pengambilan data.
3.
Aktifitas dalam kelompok.
4.
Persentasi hasil eksperimen.
Disesuaikan dengan kegiatan praktikumnya a. Terjalin kerjasama yang baik. b. Pembagian tugas kelompok yang merata. c. Terjadi proses diskusi aktif dalam kelompok. a. Penjelasan hasil eksperimen lugas dan tepat. b. Mampu menjawab pertanyaan dari kelompok lain dengan benar. c. Menghargai pendapat kelompok lain.
Skor 3 = jika melakukan semua kriteria. 2 = jika melakukan 2 kriteria. 1 = jika melakukan 1 kriteria. 3 = jika melakukan semua kriteria. 2 = jika melakukan 2 kriteria. 1 = jika melakukan 1 kriteria. 3 = jika melakukan semua kriteria. 2 = jika melakukan 2 kriteria. 1 = jika melakukan 1 kriteria. 3 = jika melakukan semua kriteria. 2 = jika melakukan 2 kriteria. 1 = jika melakukan 1 kriteria.
LEMBAR PENILAIAN KINERJA SISWA Eksperimen 1.a Kelompok : …………………… Berilah tanda check list (√) dalam kolom yang tersedia! Aspek Kinerja No Kriteria yang Dinilai a. Kelengkapan alat eksperimen.* Persiapan b. Menyusun alat eksperimen 1. dengan benar. eksperimen c. Menjaga alat dari kerusakan. a. Posisi menyalakan senter lurus dengan karton. Melakukan b. Cahaya senter terlihat jelas pada 2. pengambilan data. layar. c. Mencatat data hasil eksperimen lengkap dan tepat. a. Terjalin kerjasama yang baik. b. Pembagian tugas kelompok yang Aktifitas dalam merata. 3. kelompok. c. Terjadi proses diskusi aktif dalam kelompok. a. Penjelasan hasil eksperimen lugas dan tepat. b. Mampu menjawab pertanyaan Persentasi hasil 4. dari kelompok lain dengan eksperimen. benar. c. Menghargai pendapat kelompok lain. * : Mengcu pada lembar cek alat dan bahan.
Nama Siswa
Bogor,
2013 Penilai
LEMBAR PENILAIAN KINERJA SISWA Eksperimen 1.b Kelompok : …………………… Berilah tanda check list (√) dalam kolom yang tersedia! Aspek Kinerja No Kriteria yang Dinilai a. Kelengkapan alat eksperimen.* Persiapan b. Menyusun alat eksperimen 1. dengan benar. eksperimen c. Menjaga alat dari kerusakan. a. Cahaya tepat mengenai benda. b. Bayangan yang dihasilkan Melakukan terlihat jelas pada layar. 2. pengambilan data. c. Mencatat data hasil eksperimen lengkap dan tepat. a. Terjalin kerjasama yang baik. b. Pembagian tugas kelompok Aktifitas dalam 3. yang merata. kelompok. c. Terjadi proses diskusi aktif dalam kelompok. a. Penjelasan hasil eksperimen lugas dan tepat. b. Mampu menjawab pertanyaan Persentasi hasil 4. dari kelompok lain dengan eksperimen. benar. c. Menghargai pendapat kelompok lain. * : Mengcu pada lembar cek alat dan bahan.
Nama Siswa
Bogor,
2013 Penilai
LEMBAR PENILAIAN KINERJA SISWA Eksperimen 2.a Kelompok : …………………… Berilah tanda check list (√) dalam kolom yang tersedia! Aspek Kinerja No Kriteria yang Dinilai a. Kelengkapan alat eksperimen.* Persiapan b. Menyusun alat eksperimen 1. dengan benar. eksperimen c. Menjaga alat dari kerusakan. a. Mengamati perjalanan sinar datang dan sinar pantul. Melakukan b. Mengukur perjalanan sinar 2. pengambilan data. datang dan sinar pantul. c. Mencatat data hasil eksperimen dengan lengkap dan tepat. a. Terjalin kerjasama yang baik. b. Pembagian tugas kelompok Aktifitas dalam yang merata. 3. kelompok. c. Terjadi proses diskusi aktif dalam kelompok. a. Penjelasan hasil eksperimen lugas dan tepat. b. Mampu menjawab pertanyaan Persentasi hasil 4. dari kelompok lain dengan eksperimen. benar. c. Menghargai pendapat kelompok lain. * : Mengcu pada lembar cek alat dan bahan.
Nama Siswa
Bogor,
2013 Penilai
LEMBAR PENILAIAN KINERJA SISWA Eksperimen 2.b Kelompok : …………………… Berilah tanda check list (√) dalam kolom yang tersedia! Aspek Kinerja No Kriteria yang Dinilai a. Kelengkapan alat eksperimen.* Persiapan b. Menyusun alat eksperimen 1. dengan benar. eksperimen c. Menjaga alat dari kerusakan. a. Mengamati perjalanan sinar datang dan sinar pantul Melakukan b. Mengukur perjalanan sinar 2. pengambilan data. datang dan sinar pantul c. Mencatat data hasil eksperimen dengan lengkap dan tepat. a. Terjalin kerjasama yang baik. b. Pembagian tugas kelompok Aktifitas dalam yang merata. 3. kelompok. c. Terjadi proses diskusi aktif dalam kelompok. a. Penjelasan hasil eksperimen lugas dan tepat. b. Mampu menjawab pertanyaan Persentasi hasil 4. dari kelompok lain dengan eksperimen. benar. c. Menghargai pendapat kelompok lain. * : Mengcu pada lembar cek alat dan bahan.
Nama Siswa
Bogor,
2013 Penilai
LEMBAR PENILAIAN KINERJA SISWA Eksperimen 3.a Kelompok : …………………… Berilah tanda check list (√) dalam kolom yang tersedia! Aspek Kinerja No Kriteria yang Dinilai a. Kelengkapan alat eksperimen.* Persiapan b. Menyusun alat eksperimen 1. dengan benar. eksperimen c. Menjaga alat dari kerusakan. a. Mengamati bayangan yang dihasilkan dengan teliti. Melakukan b. Melakukan pengukuran dengan 2. pengambilan data. cermat. c. Mencatat data hasil eksperimen dengan lengkap dan tepat. a. Terjalin kerjasama yang baik. b. Pembagian tugas kelompok Aktifitas dalam 3. yang merata. kelompok. c. Terjadi proses diskusi aktif dalam kelompok. a. Penjelasan hasil eksperimen lugas dan tepat. b. Mampu menjawab pertanyaan Persentasi hasil 4. dari kelompok lain dengan eksperimen. benar. c. Menghargai pendapat kelompok lain. * : Mengcu pada lembar cek alat dan bahan.
Nama Siswa
Bogor,
2013 Penilai
LEMBAR PENILAIAN KINERJA SISWA Eksperimen 3.b Kelompok : …………………… Berilah tanda check list (√) dalam kolom yang tersedia! Aspek Kinerja No Kriteria yang Dinilai a. Kelengkapan alat eksperimen.* Persiapan b. Menyusun alat eksperimen 1. dengan benar. eksperimen c. Menjaga alat dari kerusakan. a. Mengamati bayangan yang dihasilkan dengan teliti. Melakukan b. Bayangan yang dihasilkan 2. pengambilan data. terlihat jelas pada layar. c. Mencatat data hasil eksperimen dengan lengkap dan tepat. a. Terjalin kerjasama yang baik. b. Pembagian tugas kelompok Aktifitas dalam 3. yang merata. kelompok. c. Terjadi proses diskusi aktif dalam kelompok. a. Penjelasan hasil eksperimen lugas dan tepat. b. Mampu menjawab pertanyaan Persentasi hasil 4. dari kelompok lain dengan eksperimen. benar. c. Menghargai pendapat kelompok lain. * : Mengcu pada lembar cek alat dan bahan.
Nama Siswa
Bogor,
2013 Penilai
LEMBAR PENILAIAN KINERJA SISWA Eksperimen 3.c Kelompok : …………………… Berilah tanda check list (√) dalam kolom yang tersedia! Aspek Kinerja No Kriteria yang Dinilai a. Kelengkapan alat eksperimen.* Persiapan b. Menyusun alat eksperimen 1. dengan benar. eksperimen c. Menjaga alat dari kerusakan. a. Mengamati bayangan yang dihasilkan dengan teliti. Melakukan b. Bayangan yang dihasilkan 2. pengambilan data. terlihat jelas pada layar. c. Mencatat data hasil eksperimen dengan lengkap dan tepat. a. Terjalin kerjasama yang baik. b. Pembagian tugas kelompok Aktifitas dalam 3. yang merata. kelompok. c. Terjadi proses diskusi aktif dalam kelompok. a. Penjelasan hasil eksperimen lugas dan tepat. b. Mampu menjawab pertanyaan Persentasi hasil 4. dari kelompok lain dengan eksperimen. benar. c. Menghargai pendapat kelompok lain. * : Mengcu pada lembar cek alat dan bahan.
Nama Siswa
Bogor,
2013 Penilai
LEMBAR PENILAIAN KINERJA SISWA Eksperimen 4.a Kelompok : …………………… Berilah tanda check list (√) dalam kolom yang tersedia! Aspek Kinerja No Kriteria yang Dinilai a. Kelengkapan alat eksperimen.* Persiapan b. Menyusun alat eksperimen 1. dengan benar. eksperimen c. Menjaga alat dari kerusakan. a. Mengamati bayangan yang dihasilkan dengan teliti. Melakukan b. Bayangan yang dihasilkan 2. pengambilan data. terlihat jelas pada layar. c. Mencatat data hasil eksperimen dengan lengkap dan tepat. a. Terjalin kerjasama yang baik. b. Pembagian tugas kelompok Aktifitas dalam 3. yang merata. kelompok. c. Terjadi proses diskusi aktif dalam kelompok. a. Penjelasan hasil eksperimen lugas dan tepat. b. Mampu menjawab pertanyaan Persentasi hasil 4. dari kelompok lain dengan eksperimen. benar. c. Menghargai pendapat kelompok lain. * : Mengcu pada lembar cek alat dan bahan.
Nama Siswa
Bogor,
2013 Penilai
LEMBAR PENILAIAN KINERJA SISWA Eksperimen 4.b Kelompok : …………………… Berilah tanda check list (√) dalam kolom yang tersedia! Aspek Kinerja No Kriteria yang Dinilai a. Kelengkapan alat eksperimen.* Persiapan b. Menyusun alat eksperimen 1. dengan benar. eksperimen c. Menjaga alat dari kerusakan. a. Mengamati bayangan yang dihasilkan dengan teliti. Melakukan b. Bayangan yang dihasilkan 2. pengambilan data. terlihat jelas pada layar. d. Mencatat data hasil eksperimen dengan lengkap dan tepat. a. Terjalin kerjasama yang baik. b. Pembagian tugas kelompok Aktifitas dalam 3. yang merata. kelompok. c. Terjadi proses diskusi aktif dalam kelompok. a. Penjelasan hasil eksperimen lugas dan tepat. b. Mampu menjawab pertanyaan Persentasi hasil 4. dari kelompok lain dengan eksperimen. benar. c. Menghargai pendapat kelompok lain. * : Mengcu pada lembar cek alat dan bahan.
Nama Siswa
Bogor,
2013 Penilai
SOAL Post-Tes
INSTRUMEN PENELITIAN
Petunjuk Pengerjaan Soal : 1. Kerjakan soal-soal di bawah dengan jawaban yang Anda anggap paling benar. 2. Beri tanda silang (x) pada jawaban Anda. 3. Jika Anda ingin mengganti jawaban, beri tanda sama dengan (=) pada jawaban yang telah Anda beri tanda silang (x) kemudian beri tanda silang (x) pada jawaban yang baru. Misal : a. b. c. d. 1. Sumber cahaya adalah …. a. benda-benda yang dapat memantulkan cahaya. b. benda-benda yang dapat memancarkan cahaya. c. benda-benda yang dapat membiaskan cahaya. d. benda-benda yang dapat menyerap cahaya. 2.
Gambar di atas menunjukan …. a. lilin mengeluarkan cahaya.
c. sinar merambat lurus.
b. lilin sebagai benda cahaya.
d. sinar keluar dari lilin.
3. Cahaya mempunyai sifat-sifat sebagai berikut. 1) Merupakan gelombang tranversal. 2) Merupakan gelombang longitudinal. 3) Dipancarkan dalam bentuk radiasi. 4) Dapat mengalami pemantulan, pembiasan, interferensi, difraksi, dan polarisasi. Peryataan yang benar adalah …. a. 1, 2, dan 3
c. 1, 3, dan 4
b. 1, 2, dan 4
d. 2, 3, dan 4
SOAL Post-Tes
4.
Pada gambar di atas, huruf x dan y berturut-turut adalah ruang …. a. umbra dan bayangan. b. umbra dan penumbra. c. penumbra dan bayangan. d. penumbra dan umbra. 5. Di bawah ini adalah kelompok benda-benda yang tembus cahaya, kecuali …. a. kaca, air jernih, dan udara berkabut. b. air jernih, es dan kaca c. bumi, kayu dan batu d. kaca, es dan batu 6. Pemantulan baur terjadi karena permukaan bidang pantulnya …. a. licin
c. kasar
b. datar
d. cembung
7. Berikut ini macam-macam pemantulan cahaya, kecuali …. a. difusi
c. teratur
b. baur
d. osmasi
8. Gambar yang menunjukan hukum pemantulan cahaya adalah ….
a.
c.
SOAL Post-Tes
b.
d.
9. Seberkas sinar jatuh pada permukaan cermin datar seperti pada gambar di bawah ini.
Besar sudut pantul sinar tersebut adalah …. c. 30o
c. 40o
d. 50o
d. 60o
10. Penyebab peristiwa pembiasan cahaya adalah …. a. perbedaan sinar datang. b. cepat rambat cahaya yang mediumnya berbeda. c. cepat rambat cahaya pada permukaan halus. d. sinar datang tepat digaris normal. 11. Sinar yang datang dari medium yang kurang rapat ke medium yang rapat akan dibiaskan mendekati garis normal. Peryataan tersebut sesuai dengan …. a. hukum Huygens
c. hukum Fresnel
b. hukum Snellius
d. hukum Maxwell
12. Pelangi dan fatamorgana adalah contoh dari peristiwa …. a. pemantulan
c. pencerminan
b. pembiasan
d. peleburan
13. Indeks bias zat dirumuskan sebagai …. a.
c.
SOAL Post-Tes
b.
d.
14. Gambar pembiasan cahaya yang terjadi dari kaca ke udara adalah …. a.
c.
b.
d.
15. Perhatikan diagram pembiasan di bawah ini!
Dari gambar tersebut indeks bias dirumuskan menjadi …. a.
Α , ,
c.
,
b.
,
Α , ,
d.
16. Cermin yang mempunyai sifat mengumpulkan sinar adalah cermin …. a. cekung
c. cembung
b. silindris
d. datar
SOAL Post-Tes
17. Bayangan yang terbentuk oleh cermin cembung selalu bersifat …. a. maya, terbalik, diperkecil
c. maya, tegak, sama besar
b. nyata, tegak, diperbesar
d. maya, tegak, diperkecil
18. Untuk menghitung perbesaran bayangan pada cermin cekung dapat menggunakan rumus …. a.
c.
b.
d.
19. Di bawah ini merupakan sinar istimewa pada cermin cembung, kecuali …. a.
c.
b.
d.
20. Pada lampu senter, bola lampu kecil diletakan di titik fokus cermin cekung, halini dimaksudkan agar sinar yang terpantul …. a. menyebar ke segala arah. b. berkumpul di satu titik. c. membentuk bayangan nyata. d. sejajar ke tempat yang jauh. 21. Suatu benda diletakan di antara dua buah cermin datar, bayangan yang terbentuk sebayak 5 buah. Sudut yang dibentuk oleh kedua cermin datar tersebut adalah …. a. 50o
c. 70o
SOAL Post-Tes
b. 60o
d. 80o
22. Sebuah benda diletakan di depan cermin cembung yang jarak titik apinya 15 cm. jika terjadi bayangan 6 cm dibelakang cermin, maka letak benda tersebut adalah …. a. 10 cm
c. 20 cm
b. 15 cm
d. 25 cm
23. Sebuah cermin cekung berfokus 5 cm. jika sebuah benda diletakan di depan cermin pada jarak 10 cm dan tingginya 4 cm, maka tinggi bayangannya adalah …. a. 4 cm
c. 15 cm
b. 8 cm
d. 20 cm
24. Pembentukan bayangan pada cermin cekung yang benar adalah …. a.
c.
b.
d.
25. Sifat lensa cembung adalah …. a. divergen
c. homogen
b. konvergen
d. heterogen
26. Sebuah benda berada di ruang II pada lensa cembung, maka sifatsifat bayanganya adalah …. a. nyata, tegak, diperkecil. b. nyata, terbalik, diperbesar. c. semu, terbalik, diperbesar.
SOAL Post-Tes
d. maya, tegak, diperbesar. 27. Jarak benda terhadap lensa cembung adalah 12 cm, jika bayangan maya terjadi 20 cm dari lensa, maka jarak titik apinya adalah …. a. 15 cm
c. 30 cm
b. – 15 cm
d. -30 cm
28. Lensa cembung dapat dimanfaatkan pada alat-alat di bawah ini, kecuali …. a. kaca sepion
c. lup dan kamera
b. kaca mata rabun jauh
d. mikroskop
29. Lensa kacamata yang digunakan Pak Bambang berkekuatan -5. Artinya …. a. lensa cekung berfokus 20 cm. b. lensa cekung berfokus 50 cm. c. lensa cembung berfokus 0,2 cm. d. lensa cembung berfokus 0,5 cm. 30. Sebuah benda di depan lensa cembung seperti pada gambar. Jika jarak fokus lensa 20 cm, maka perbesaran bayangan yang dihasilkan adalah …
a. 3 kali
c. 1,5 kali
b. 2 kali
d. 0,5 kali
---------------oOo---------------
Yuliani Sudibyo Kosan Darunisa Jln. Legoso Raya Gang Bungur 05/08 Kec/Des Pisangan Timur Tangerang – Banten 15419
Ustadzah Iik Hikmatillah, S.E Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an Perum Graha Ciantra Rt 009/05 Kap. Kunkun Des. Ciantra Cikarang Selatan – Bekasi 17550
PENGARUH METODE PRAKTIKUM DENGAN MENGGUNAKAN PENILAIAN KINERJA PADA KONSEP CAHAYA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh : Evi Sutami NIM: 107016300366
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434H/2013M
UJI VALIDITAS PENILAIAN KINERJA Untuk Pakar/Ahli Berilah tanda check list (√) dalam pilihan kolom yang tersedia! Kriteria No Aspek yang Uji Baik Cukup Kurang 1 Kejelasan format instrumen. 2
Kesesuaian skor dengan kriteria.
3
Kesesuaian kriteria dengan aspek kinerja yang dinilai.
4
Keterwakilan semua tahap eksperimen oleh aspek kinerja yang dikembangkan.
5
Kejelasan dan keefektifan bahasa yang digunakan.
Saran : …………………………………………………………………………….. …………………………………………………………………………….. …………………………………………………………………………….. …………………………………………………………………………….. Jakarta, 12 Maret 2013 Validator Pembimbing I
Diah Mulhayatiah, M. Pd. NIP. 197903092008012016
UJI VALIDITAS PENILAIAN KINERJA Untuk Pakar/Ahli Berilah tanda check list (√) dalam pilihan kolom yang tersedia! Kriteria No Aspek yang Uji Baik Cukup Kurang 1 Kejelasan format instrumen. 2
Kesesuaian skor dengan kriteria.
3
Kesesuaian kriteria dengan aspek kinerja yang dinilai.
4
Keterwakilan semua tahap eksperimen oleh aspek kinerja yang dikembangkan.
5
Kejelasan dan keefektifan bahasa yang digunakan.
Saran : …………………………………………………………………………….. …………………………………………………………………………….. …………………………………………………………………………….. …………………………………………………………………………….. Jakarta, 08 Maret 2013 Validator Pembimbing II
Kinkin Suartini, M. Pd. NIP. 1978040620062003
UJI VALIDITAS PENILAIAN KINERJA Untuk Pakar/Ahli Berilah tanda check list (√) dalam pilihan kolom yang tersedia! Kriteria No Aspek yang Uji Baik Cukup Kurang 1 Kejelasan format instrumen. 2
Kesesuaian skor dengan kriteria.
3
Kesesuaian kriteria dengan aspek kinerja yang dinilai.
4
Keterwakilan semua tahap eksperimen oleh aspek kinerja yang dikembangkan.
5
Kejelasan dan keefektifan bahasa yang digunakan.
Saran : …………………………………………………………………………….. …………………………………………………………………………….. …………………………………………………………………………….. …………………………………………………………………………….. Jakarta, 08 Maret 2013 Validator Guru Mata pelajara IPA SMP Negeri 1 Caringin Bogor
Intan Nurbagjawati, S.Pd. NIP.