perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN ANTARA PEKERJAAN DENGAN PREVALENSI DUGAAN MATI MENDADAK DI RSUD DR. MOEWARDI PADA JANUARI 2006—DESEMBER 2011
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Aldila Desy Kusumawaty G0009010
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta,………………2012
Aldila Desy Kusumawaty G0009010
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PRAKATA Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Hubungan antara Pekerjaan dengan Prevalensi Dugaan Mati Mendadak di RSUD Dr. Moewardi pada Januari 2006—Desember 2011” sebagai tugas untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih yang tinggi kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Budiyanto, dr., Sp.F, selaku Pembimbing Utama yang telah banyak memberikan motivasi dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi. 3. Adji Suwandono, dr., SH, selaku Pembimbing Pendamping dalam penelitian ini yang telah banyak menyediakan waktu untuk memberikan petunjuk, arahan, dorongan, dan semangat kepada penulis selama perjalanan penulis menyusun skripsi ini. 4. Dr. Hari Wujoso, dr., Sp.F, MM, selaku Penguji Utama atas segala masukan dan koreksi untuk berbagai kekurangan dalam skripsi ini. 5. Ipop Syarifah, Dra., M. Si, selaku Penguji pendamping atas segala masukan dan koreksi untuk berbagai kekurangan dalam skripsi ini. 6. Prof. Bhisma Murti, dr., MPH., MSc., PhD, yang turut memberi bimbingan dalam konsultasi pakar. 7. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku ketua tim skripsi dan Nur Hafidha H, dr., M. Clin Epid beserta tim skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 8. Seluruh Staf dan Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD Dr. Moewardi. 9. Kedua orang tua tercinta, Yusuf Rochanto O.S. dan Unaisih, serta adik tersayang, Faisal Akbar, terimakasih atas kasih sayang, doa, dukungan dan segala yang telah kalian berikan pada penulis. 10. Teman-teman Kost Pondok Bulan, teman-teman kelompok tutorial B6, sahabat-sahabatku dan keluarga besar Pendidikan Dokter 2009 FK UNS atas dukungan, motivasi dan segala inspirasi yang telah diberikan. 11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu serta semua pihak yang telah memberikan dukungan dan semangat. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mohon saran dan kritik yang membangun. Surakarta,
commit to user
vi
Juli 2012
Aldila Desy Kusumawaty
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Aldila Desy Kusumawaty, G0009010, 2012, Hubungan antara Pekerjaan dengan Prevalensi Dugaan Mati Mendadak di RSUD Dr. Moewardi pada Januari 2006— Desember 2011. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Latar Belakang: Lingkungan pekerjaan memberi dampak terhadap tingkah laku kesehatan seseorang. Adanya beban kerja yang berlebih mempunyai pengaruh yang tidak baik pada kesehatan pekerja. Stres dapat menimbulkan aritmia jantung dan kematian mendadak pada orang yang rentan, mungkin melalui pusat yang didorong oleh respon sistem saraf otonom. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat kejadian mati mendadak yang dihubungkan dengan beban pekerjaan. Metode Penelitian: Jenis penelitian ini case control. Sampel penelitian ini adalah korban mati mendadak dan orang hidup yang bertempat tinggal dekat rumah korban mati mendadak dengan total sampel 88 orang. Kemudian dilakukan analisis data dengan Chi Square dan analisis regresi logistik ganda. Hasil: Ditemukan adanya hubungan yang signifikan secara statistik antara pekerjaan dengan kejadian mati mendadak. Orang dengan pekerjaan berat akan berisiko mengalami mati mendadak 3,46 kali dibandingkan orang dengan pekerjaan ringan (p= 0,046, OR= 3,46). Simpulan: Berdasarkan penelitian, orang dengan pekerjaan berat akan memiliki risiko mengalami mati mendadak 3,46 kali lebih besar dibandingkan orang dengan pekerjaan ringan.
Kata kunci: pekerjaan, beban kerja, mati mendadak
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Aldila Desy Kusumawaty, G0009010, 2012, The Relation of Work with Prevalence of Suspected Sudden Death in Hospital Dr. Moewardi in January 2006—December 2011. Mini Thesis. Medical Faculty of Sebelas Maret University, Surakarta. Background: The work environment impact on person’s health behavior. The existence of an excessive work load has a negative effect on worker health. Stress can cause cardiac arrhythmias and sudden death in susceptible people, perhaps through the center that is driven by the autonomic nervous system response. The purpose of this study was to determine the incidence of sudden death associated with the work load. Methods: This is a type of case-control study. Sample of this study was the victim of sudden death and people who live near or around the house of that sudden death’s victims with total sample 88 people. The data was analyzed with Chi Square Test and multiple logistic regression analysis. Result: Found a statistically significant association between the incidence of sudden death with the work. People with heavy work will have sudden death risk about 3,46 times compared to those with light work (p= 0,046; OR= 3,46). Conclusion: Based on this study, people with heavy work will have a risk for sudden death 3,46 times greater than people with light work.
Key words: work, work load, sudden death.
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman PRAKATA ...................................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................... DAFTAR TABEL ........................................................................................... DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ......................................................... B. Rumusan Masalah .................................................................. C. Tujuan Penelitian ................................................................... D. Manfaat Penelitian ................................................................. BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pekerjaan a. Definisi Pekerjaan ...................................................... b. Aktivitas Fisik ............................................................ c. Gangguan pada Kesehatan dan Daya Kerja ............... 2. Mati Mendadak a. Definisi Mati Mendadak ............................................ b. Epidemiologi Mati Mendadak ................................... c. Penyebab Mati Mendadak .......................................... d. Kepentingan Autopsi pada Kasus Mati Mendadak .... B. Kerangka Pemikiran ............................................................... C. Hipotesis ................................................................................. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ....................................................................... B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. C. Subjek Penelitian .................................................................... D. Teknik Sampling .................................................................... E. Identifikasi Variabel Penelitian .............................................. F. Definisi Operasional Variabel ................................................ G. Rancangan Penelitian ............................................................. H. Protokol Penelitian ................................................................. I. Teknik Analisis Data .............................................................. BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Hasil Penelitian .............................................................. B. Hasil Uji Statistik ................................................................... BAB V PEMBAHASAN .......................................................................... BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ................................................................................ B. Saran ....................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... LAMPIRAN commit to user vii
vi vii viii ix x 1 3 3 4
5 5 9 22 25 25 45 47 47 48 48 48 49 50 50 52 52 53 54 56 59 61 61 62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Nilai Metabolic Energy Turnover (MET) dari Sejumlah Aktivitas Fisik yang Sering Dilakukan ............................................ Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasar Jenis Kelamin .......................................................................................... Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasar Kelompok Umur ............................................................................................... Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasar Beban Pekerjaan ........................................................................................ Tabel 4.4 Hasil Uji Chi Square Analisis Hubungan antara Beban Pekerjaan dengan Status Kehidupan ............................................... Tabel 4.5 Hasil Uji Chi Square Analisis Hubungan antara Umur dengan Status Kehidupan ............................................................................ Tabel 4.6 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda tentang Hubungan antara Beban Pekerjaan dengan Mati Mendadak ......................................
commit to user viii
6 54 55 55 56 57 57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Roda Keseimbangan Dinamis .................................................... 14 Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran .................................................................. 47 Gambar 3.1 Rancangan Penelitian ................................................................. 52
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Daftar Korban Mati Mendadak Januari 2006— Desember 2011 .......................................................................... 66 Lampiran 2. Daftar Responden ..................................................................... 68 Lampiran 3. Perhitungan Data SPSS ............................................................. 70 Lampiran 4. Perhitungan Analisis Regresi Logistik Ganda dengan Stata Intercooled 7 ............................................................................. 73
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kemajuan perekonomian sebagai dampak dari pembangunan di negara-negara sedang berkembang sebagaimana di Indonesia menyebabkan perbaikan tingkat hidup yang menjadikan kesehatan masyarakat meningkat. Namun di samping itu terjadi pula perubahan pola hidup yang menyebabkan pola penyakit berubah, dari penyakit infeksi dan rawan gizi ke penyakit degeneratif, di antaranya adalah penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) dan akibat kematian yang ditimbulkannya. Hasil survei kesehatan nasional pada tahun 2001 menunjukkan bahwa : 26,3% penyebab kematian adalah penyakit jantung dan pembuluh darah, kemudian diikuti oleh penyakit infeksi, pernafasan, pencernaan, neoplasma dan kecelakaan lalu lintas (Susiana C et al.,2006). Lingkungan pekerjaan juga memberi dampak terhadap tingkah laku kesehatan seseorang. Seorang yang bekerja bukan berarti tidak berisiko memiliki pola hidup yang tidak sehat seperti banyak anggapan orang bahwa kesibukan
rutinitas
akan
membuat
orang
lalai
dalam
memikirkan
kesehatannya misalnya konsumsi makanan berpengawet dan cepat saji, serta konsumsi alkohol dan kafein (Notoatmojo, 2003). Adanya beban kerja yang berlebih mempunyai pengaruh yang tidak baik pada kesehatan pekerja. Menurut pendapat Friedmen dan Rosenman commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(1974) bahwa desakan waktu tampaknya memberikan pengaruh tidak baik pada sistem kardiovaskuler terutama serangan jantung prematur dan tekanan darah tinggi (Munandar, 2008). Prevalensi tinggi dan konsekuensi berat dari gangguan depresi menjadi tantangan utama di bidang kedokteran dan kesehatan masyarakat. Dibutuhkan pemahaman tinggi tentang faktor risiko yang dapat dimodifikasi untuk meningkatkan upaya pencegahan. Stres psikososial kronis di tempat kerja merupakan salah satu faktor risiko yang dapat dimodifikasi (Schmidt dan Klaus, 2007). Stres dapat menimbulkan aritmia jantung dan kematian mendadak pada orang yang rentan, mungkin melalui pusat yang didorong oleh respon sistem saraf otonom (Critchley et al.,2005). Kekhawatiran meningkat mengenai dampak buruk yang ditimbulkan oleh stres kerja terhadap kesehatan, terutama risiko penyakit kardiovaskuler. Penyakit jantung adalah penyebab utama kematian di peradaban modern (Kivimaki et al.,2002). Kasus mati mendadak semakin sering terjadi. Banyak faktor yang berkembang dewasa ini diduga ikut berpengaruh dalam meningkatnya kasus mati mendadak. Salah satunya adalah perkembangan ekonomi yang semakin baik membuat konsumsi makan berubah. Kebiasaan makan makanan berserat menjadi berkurang dan diganti dengan makan makanan berprotein tinggi dan berlemak. Perubahan tersebut berdampak dengan terjadinya peningkatan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penyakit pada pembuluh darah yaitu atherosklerosis atau penyempitan pembuluh darah (Wujoso, 2009). Kematian yang terjadi secara mendadak dapat ditemukan dalam segala macam kondisi. Kematian dapat terjadi pada saat orang sedang olah raga atau sedang beristirahat sehabis olah raga, dapat terjadi saat sedang berpidato, rapat, diskusi, saat menonton televisi, dapat pula saat sedang santai dan bergembira bersama keluarga (Wujoso, 2009). Sebelumnya telah dilakukan penelitian oleh Maulida Laila Anggraini Rahmawati dalam skripsinya yang berjudul “Hubungan antara Usia dengan Prevalensi Dugaan Mati Mendadak” pada tahun 2010, yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara usia dengan prevalensi dugaan mati mendadak. Di mana semakin tua usia, maka semakin banyak prevalensi korban dugaan mati mendadak (Rahmawati, 2010).
B. Rumusan Masalah Adakah hubungan antara pekerjaan dengan prevalensi dugaan mati mendadak.
C. Tujuan Penelitian 1. Umum Mengetahui bagaimana hubungan antara pekerjaan dengan prevalensi dugaan mati mendadak. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Khusus Mengetahui prevalensi kasus dugaan mati mendadak berdasar pekerjaan dari data yang didapat di Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD Dr. Moewardi.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritik Penelitian ini diharapkan dapat menambah bukti-bukti empirik tentang hubungan antara pekerjaan dengan prevalensi dugaan mati mendadak. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan memberi informasi dan membantu dalam proses identifikasi korban mati mendadak berdasar pada jenis pekerjaan korban di bidang forensik dan medikolegal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Pekerjaan a. Definisi Pekerjaan Pekerjaan adalah tugas atau rutinitas yang dilakukan setiap hari, di mana tugas yang dilakukan juga dijadikan sebagai penghidupan dan dilakukan untuk mendapatkan nafkah. Jenis lapangan pekerjaan mempunyai hubungan erat dengan status ekonomi individu, keluarga dan masyarakat (Notoatmojo, 2003). Bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh penghasilan paling sedikit selama satu jam dalam seminggu (Notoatmojo, 2003). b. Aktivitas Fisik Aktivitas fisik adalah gerakan fisik yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya (Almatsier, 2009). Definisi aktivitas fisik secara luas adalah mencakup semua kegiatan yang disuka seperti berjalan, bersepeda, menari, bermain permainan tradisional, bertanam, mengerjakan pekerjaan rumah, olah raga dan latihan yang disengaja, sementara hidup aktif adalah suatu jalan hidup yang mengintegrasikan sedikitnya setengah jam sehari menjalankan aktivitas fisik secara rutin (Cavill et al., 2006).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa aktivitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik dan mental, serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari (Cavill et al., 2006). WHO mengembangkan Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) untuk pengawasan aktivitas fisik sebagai instrumen yang mutakhir dan terbaik yang dirancang untuk menyediakan data valid tentang pola aktivitas yang dapat digunakan untuk pengumpulan data nasional. GPAQ telah mengalami sebuah program penelitian yang menunjukkan bahwa GPAQ adalah valid dan reliabel, tetapi juga mudah beradaptasi dengan perbedaan budaya yang ada di negara-negara berkembang (WHO, 2010). Tabel 2.1 Nilai Metabolic Energy Turnover (MET) dari Sejumlah Aktivitas Fisik yang Sering Dilakukan Aktivitas
Nilai MET
Konstruksi umum di luar gedung
5,5
Tukang kayu, umum
3,5
Membawa barang berat
8,0
Kehutanan, umum
8,0
Duduk,
pekerjaan
kantor
yang
ringan,
1,5
pertemuan, perakitan/perbaikan yang ringan Berdiri, ringan (penjaga toko, penata rambut) commit to user
2,5
perpustakaan.uns.ac.id
Berdiri,
digilib.uns.ac.id
sedang
(pedagang,
mengangkat
3,5
barang yang ringan Membersihkan, umum (sambil berdiri)
3,5
Mencuci piring (sambil berdiri)
2,3
Memasak (sambil berdiri)
2,5
Menyetrika
2,3
Menggosok lantai
5,5
Lebih dari satu pekerjaan rumah tangga
3,5
Bermain musik, umum
2,5
Merawat anak
2,5
Berbaring
atau
duduk
diam
(sambil
1,0
menonton TV, mendengarkan musik) Memperbaiki rumah, mereparasi keadaan
3,0
Mereparasi rumah, mengecat
4,5
Mereparasi rumah, mencuci dan memoles
4,5
mobil Memotong rumput dengan mesin
4,5
Memotong rumput
6,0
dengan
alat potong
manual Memetik buah dari pohon
3,0
Berkebun, umum
6,5
Menanam tanaman
4,0
Mengemudikan kendaraan commit to user
2,0
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Mengendarai bus, kereta api
1,5
Mengemudikan sepeda motor
2,5
Menarik becak
6,5
Bersepeda umum, pergi-pulang tempat kerja
4,0
(<16 km/jam) Bersepeda (16-22 km/jam)
6,5
Bersepeda (>22 km/jam)
10,0
Berjalan, perlahan (<3,2 km/jam)
2,0
Berjalan, sedang (4,8 km/jam)
3,5
Berjalan, cepat (6,4 km/jam)
4,0
Bola basket, umum
6,0
Bola basket, pertandingan
8,0
Bowling
3,0
Golf, umum
4,5
Hoki es, umum
8,0
Bermain skateboard
5,0
In-line skating
7,0
Sepakbola, pertandingan
10,0
Sepakbola, umum
7,0
Squash
10,0
Tenis meja
4,0
Bola voli, pertandingan
8,0
Bola voli pantai
8,0
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berlari (8-10 km/jam)
8,0-10,5
Berlari (11-13 km/jam)
11,5-14,0
Berlari (14-16 km/jam)
14,5-17,0
Bermain ski, umum
7,0
Bermain ski, cross-country, mendaki bukit
16,0
Bermain ski, menuruni bukit, umum
6,0
Berenang, umum
4,0
(Sumber Data: WHO, 2010) Untuk menilai intensitas aktivitas fisik yang dilakukan, GPAQ mengelompokkan intensitas menjadi 3 tingkatan menurut nilai MET, yaitu: 1) Intensitas ringan : <3 MET 2) Intensitas sedang: 3-6 MET 3) Intensitas berat : >6 MET (WHO, 2010) c. Gangguan pada Kesehatan dan Daya Kerja 1) Beban Kerja Beban kerja merupakan beban aktivitas fisik, mental, sosial yang diterima oleh seseorang yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu, sesuai dengan kemampuan fisik, maupun keterbatasan pekerja
yang
menerima
beban
tersebut.
Herrianto
(2010)
menyatakan bahwa beban kerja adalah sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh seseorang ataupun sekelompok orang, selama periode waktu tertentu dalam keadaan normal. Menurut Nurmianto commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(2003) beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh tenaga kerja dalam jangka waktu tertentu. Semua pekerjaan harus selalu diusahakan dengan sikap kerja yang ergonomis (Munandar, 2008). Secara umum beban kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat kompleks, baik faktor external maupun internal. Pengaruh faktor external adalah faktor yang mempengaruhi beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja, antara lain tugas-tugas (kompleksitas pekerjaan, tanggung jawab, emosi pekerja dan sebagainya), organisasi kerja (lamanya waktu kerja, shift kerja, sistem kerja dan sarana kerja) dan kondisi lingkungan kerja (lingkungan kerja fisik, kimia, biologis dan psikologis). Sedangkan faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal yang berpotensi sebagai stressor, meliputi faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi kesehatan dan status gizi) dan faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, kepuasan) (Tarwaka et al., 2004). Beban kerja berlebih, timbul sebagai akibat dari kegiatan yang terlalu banyak diberikan kepada tenaga kerja untuk diselesaikan dalam waktu tertentu. Munandar (2008) menyatakan bahwa beban kerja berlebih secara fisik dan mental adalah melakukan terlalu banyak kegiatan baik fisik maupun mental, dan ini dapat merupakan sumber stres pekerjaan (Munandar, 2008). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Beban kerja berlebih, akan membutuhkan waktu untuk bekerja dengan jumlah jam yang sangat banyak untuk menyelesaikan semua tugas yang telah ditetapkan, dan ini yang merupakan sumber tambahan
beban
kerja.
Setiap
pekerjaan
diharapkan
dapat
diselesaikan secara cepat, dalam waktu sesingkat mungkin. Waktu merupakan salah satu ukuran, namun bila desakan waktu dapat menyebabkan timbulnya banyak kesalahan atau menyebabkan kondisi kesehatan pekerja menurun, maka itulah yang merupakan cerminan adanya beban kerja berlebih (Munandar, 2008). Beban kerja yang terlalu berat tanpa kecukupan gizi sering disertai dengan penurunan drastis berat badan yang bersangkutan. Ukuran
berat
badan
seseorang
umumnya
tergantung
dari
keseimbangan antara asupan zat gizi dengan penggunaan zat gizi atau aktivitasnya. Beban kerja berlebih mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap pekerja, karena itu kebutuhan akan zat gizi seorang tenaga kerja, harus sesuai dengan berat ringannya beban kerja yang diterimanya. Seperti beban kerja berlebih, akan membutuhkan sumber energi yang lebih banyak. Semakin berat beban kerja atau semakin lama waktu kerja seseorang maka akan timbul kelelahan kerja (Munandar, 2008). Adanya beban berlebih mempunyai pengaruh yang tidak baik pada kesehatan pekerja. Pendapat Friedmen dan Rosenman (1974) menunjukkan bahwa desakan waktu tampaknya memberikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengaruh tidak baik pada sistem cardiovasculair, terutama serangan jantung premature dan tekanan darah tinggi (Munandar, 2008). Berdasarkan jenis pekerjaan, beban kerja dapat dibedakan atas beban kerja ringan, sedang dan berat. Menurut WHO, penggolongan pekerjaan/beban kerja meliputi kerja ringan yaitu jenis pekerjaan di kantor, dokter, perawat, guru, pengemudi dan pekerjaan rumah tangga (dengan menggunakan mesin). Kerja sedang adalah jenis pekerjaan pada industri ringan, mahasiswa, tukang bangunan, petani, kerja di toko dan pekerjaan rumah tangga (tanpa menggunakan mesin). Kerja berat adalah jenis pekerjaan kuli angkat dan angkut, buruh kasar, pekerja tambang, tukang kayu tanpa mesin, tukang besi, penari dan atlit (Santoso, 2004). 2) Beban Tambahan Akibat Lingkungan Kerja Sebagai tambahan kepada beban kerja yang langsung akibat pekerjaan sebenarnya, suatu pekerjaan biasanya dilakukan dalam suatu lingkungan atau situasi, yang berakibat beban tambahan pada jasmani dan rohani tenaga kerja. Terdapat 5 faktor penyebab beban tambahan yang dimaksud: a) Faktor fisik, yang meliputi penerangan, suhu udara, kelembaban, cepat rambat udara, suara, vibrasi mekanis, radiasi dan tekanan udara. b) Faktor-faktor kimia, yaitu gas, uap, debu, kabut, asap, awan, cairan, dan benda padat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c) Faktor biologi, dari golongan bakteri, virus, jamur, tumbuhan dan hewan. d) Faktor fisiologis, seperti konstruksi mesin, sikap dan cara kerja. e) Faktor mental-psikologis, yaitu suasana kerja, hubungan diantara pekerja atau dengan pengusaha, pemilihan kerja dan lain-lain (Suma’mur, 2009). 3) Kapasitas Kerja Kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda dari satu kepada yang lainnya tergantung kepada ketrampilan, keserasian, keadaan gizi, jenis kelamin, usia dan ukuran-ukuran tubuh. Semakin tinggi ketrampilan kerja yang dimiliki, semakin efisien badan dan jiwa bekerja, sehingga beban kerja ,menjadi relatif lebih sedikit. (Suma’mur, 2009). Kesegaran jasmani dan rohani adalah penunjang penting produktivitas seseorang dalam kerjanya. Kesegaran jasmani dan rohani tidak saja pencerminan kesehatan fisik dan mental, tetapi juga gambaran keserasian penyesuaian seseorang dengan pekerjaannya, yang banyak dipengaruhi oleh kemampuan, pengalaman, pendidikan dan pengetahuan yang dimilikinya (Suma’mur, 2009). Kesegaran jasmani sangat diperlukan oleh semua orang baik dari anak-anak sampai usia lanjut dan semua profesi tanpa terkecuali dengan kesegaram jasmani yang baik tubuh akan terhindar dari berbagai macam penyakit (Lacquaniti et al., 2009). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MEKANIS
FISIS
SOSIAL EKONOMIS & KULTURIL
KIMIAWI MANUSIA
MENTAL PSIKOLOGIS
BIOLOGIS
FISIOLOGIS
Gambar 2.1 Roda Keseimbangan Dinamis (Suma’mur, 2009) Proses menjadi tua disertai kurangnya kemampuan kerja oleh karena perubahan-perubahan pada alat tubuh, sistem kardiovaskuler, hormonal. Ukuran-ukuran tubuh, statis atau dinamis, harus digunakan sebagai pedoman pembuatan ukuran-ukuran mesin dan alat-alat kerja sehingga dicapai efisiensi dan produktivitas kerja semaksimal mungkin (Suma’mur, 2009). Manusia
dan
beban
kerja
serta
faktor-faktor
dalam
lingkungan kerja merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Kesatuan demikian yang digambarkan sebagai roda keseimbangan dinamis
digambarkan
dalam
Gambar
2.1.
Jika
roda
ini
menguntungkan kesehatan tenaga kerja, maka roda tersebut akan merupakan roda pembangunan yang sangat penting (Suma’mur, 2009). Sebaliknya, apabila keseimbangan tidak menguntungkan, terdapat keadaan labil bagi tenaga kerja dan akan berakibat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
gangguan daya ingat, kelelahan, gangguan kesehatan, bahkan penyakit, cacat dan kematian. Penyakit akibat demikian mungkin berupa pemburukan penyakit-penyakit umum dengan frekwensi dan beratnya meningkat, tetapi mungkin pula menjadi penyakit akibat kerja (Suma’mur, 2009). 4) Penyakit Akibat Kerja Jenis penyakit akibat kerja yang dimaksud adalah jenis penyakit akibat kerja yang ditetapkan oleh ketentuan perundangundangan yaitu: a) Pnemokoniosis yang disebabkan debu mineral pembentuk jaringan parut (sili-kosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkulosis yang silikosisnya merupakan faktor utama penyebab cacat dan kematian; b) Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh debu logam keras; c) Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis); d) Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat perang-sang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan; e) Alveolitis alergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat peng-hirupan debu organis; commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
f) Penyakit yang disebabkan oleh berillium atau persenyawaannya yang beracun; g) Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau persenyawaannya yang beracun; h) Penyakit yang disebabkan oleh fosfor atau persenyawaannya yang beracun; i) Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun; j) Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yang beracun; k) Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang beracun; l) Penyakit yang disebabkan oleh air raksa atau persenyawaannya yang beracun. m) Penyakit yang disebabkan oleh timbal (Pb,timah hitam) atau persenyawaannya yang beracun; n) Penyakit yang disebabkan oleh fluor atau persenyawaannya yang beracun; o) Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida; p) Penyakit
yang
disebabkan
oleh
derivat
halogen
dari
persenyawaan hidrokarbon alifatis atau aromatis yang beracun; q) Penyakit yang disebabkan oleh benzen atau homolognya yang beracun;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
r) Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzen dan homo-lognya yang beracun; s) Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya; t) Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton; u) Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan seperti karbon monoksida, hidrogen sianida, hidrogen sulfida, atau derivatnya yang beracun, amoniak seng, braso dan nikel; v) Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan; w) Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanis (kelainankelainan otot, urat, tulang, persendian, pembuluh darah tepi atau saraf tepi); x) Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan lebih; y) Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetis dan radiasi yang mengion; z) Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisis, kimiawi atau biologis; aa) Penyakit kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak mineral, antrasen atau persenyawaan, produk atau residu dari zat tsb.; bb) Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes; commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
cc) Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat dalam suatu pekerjaan yang memiliki risiko kontaminasi khusus; dd) Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau kelembaban udara tinggi; ee) Penyakit yang disebabkan oleh kimia lainnya termasuk bahan obat (Suma’mur, 2009). Selain jenis penyakit akibat kerja tersebut, jenis penyakit akibat kerja lainnya dapat memenuhi ketentuan penyakit akibat kerja asalkan ditempuh mekanisme yang berlaku yaitu penetapan oleh Menteri Tenaga Kerja RI melalui pertimbangan dari Dokter Penasihat. Jenis penyakit akibat kerja lainnya adalah: a) Penyakit muskuloskeletal akibat kerja Tiga-puluh-satu jenis penyakit akibat kerja, sebagaimana telah diatur oleh ketentuan perundang-undangan yang berlaku telah demikian banyak meliputi jenis penyakit akibat kerja yang faktor penyebabnya yaitu faktor fisis, kimia atau biologis, namun
masih
belum
cukup
mencakup
penyakit
yang
dikarenakan oleh faktor fisiologis/ergonomis. Jenis penyakit akibat kerja yang mengenai sistem muskuloskeletal hanyalah penyakit muskuloskeletal yang penyebabnya adalah getaran mekanis. Adapun lainnya seperti penyakit akibat kerja muskuloskeletal yang tergolong kepada penyakit dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sindrom Penggunaan Berlebihan Akibat Kerja (Overuse Syndrome) dan juga Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) atau disingkat NPB dapat menjadi 2 (dua) jenis penyakit akibat kerja, jika penyakit tersebut dengan jelas disebabkan oleh cara bekerja yang tidak fisiologis/ergonomis. Kecacatan sangat mungkin pula terjadi pada kedua jenis penyakit tersebut (Suma’mur, 2009). b) Tabakosis akibat kerja Tabakosis adalah penyakit bronkhopulmoner yang penyebabnya debu tembakau. Debu dari daun tembakau dapat bebas ke udara pada waktu pengeringan daun tembakau, pengolahan daun tembakau kering dengan pemotongan, pencampuran tembakau yang telah dirajang dan juga pada pekerjaan pelintingan apabila kondisi lingkungan kerja demikian berdebu. Debu tembakau mengandung zat kimia iritan kepada saluran bronkhopulmoner antara lain nikotin; faktor biologis antara lain jamur serta komponen lainnya. Mekanisme terjadinya penyakit adalah iritasi kimiawi antara lain oleh nikotin, infeksi oleh jamur dan bakteri, dan alergi terhadap zat kimia dari debu tembakau dan mikroorganisme. Gejala tabakosis akut adalah demam, batuk, sesak, dan kelainan asmatis. Lebih lanjut penyakit berkembang sehingga pekerja yang dihinggapi penyakit tersebut menderita bronkhitis semula commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
akut kemudian kronis serta pnemonia atau menjadi aktifnya proses spesifik Tuberkulosis paru. Foto rontgen paru pada stadium dini penyakit tidak memperlihatkan kelainan. Uji fungsi paru khususnya kapasitas vital paksa (FEV) dan lebih karakteristik lagi volume ekspirasi paksa detik pertama (FEV1) menunjukkan penurunan nilainya sesuai dengan semakin memburuknya keadaan sakit penderita (Suma’mur, 2009). Hampir seluruh jenis penyakit akibat kerja terdiri atas lebih dari satu macam penyakit akibat kerja. Para Dokter Penasehat dituntut menguasai macam-macam penyakit akibat kerja pada setiap jenis penyakit akibat kerja dan mengetahui betul karakteristik setiap macam penyakit. Sehubungan dengan macam penyakit akibat kerja tersebut, pertama-tama belum tentu rincian macam penyakit pada suatu jenis penyakit akibat kerja telah benar -benar lengkap/komprehensif. Para Dokter Penasihat dituntut untuk menguasai informasi tentang macam-macam penyakit akibat kerja dimaksud (Suma’mur, 2009). Dalam ruang atau di tempat kerja biasanya terdapat faktorfaktor yang menjadi sebab penyakit akibat kerja sebagai berikut: a) Golongan fisik, seperti: (1) Suara, yang bisa menyebabkan pekak atau tuli.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(2) Radiasi sinar-sinar Ro atau sinar-sinar radioaktif, yang menyebabkan antara lain penyakit susunan darah dan kelainan-kelainan kulit. Radiasi sinar inframerah bisa mengakibatkan katarak kepada lensa mata, sedangkan sinar ultraviolet menjadi sebab conjunctivitis photoelectrica. (3) Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan “heat stroke”, “heat cramps” atau “hyperpyrexia”, sedangkan suhusuhu yang rendah antara lain menimbulkan “frostbite”. (4) Tekanan yang tinggi menyebabkan “caisson disease”. (5) Penerangan
lampu
yang
kurang
baik
misalnya
menyebabkan kelainan kepada indera penglihatan atau kesilauan yang memudahkan terjadinya kecelakaan. b) Golongan chemis, yaitu: (1) Debu yang menyebabkan pneumoconioses, di antaranya: silicosis, asbestosis dan lain-lain. (2) Uap yang di antaranya menyebabkan “metal fume fever”, dermatitis, atau atau keracunan. (3) Gas, misalnya keracunan oleh CO, H2S dan lain-lain. (4) Larutan, yang misalnya menyebabkan dermatitis. (5) Awan atau kabut, misalnya racun serangga (insecticides), racun jamur dan lain-lain yang menimbulkan keracunan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c) Golongan infeksi, misalnya oleh bibit penyakit anthrax atau brucella pada pekerja-pekerja penyamak kulit. d) Golongan fisiologis, yang disebabkan oleh kesalahankesalahan penggunaan mesin, sikap badan kurang baik, salah cara melakukan pekerjaan dan lain-lain yang kesemuanya menimbulkan
kelelahan
fisik,
bahkan
lambat
laun
menyebabkan perubahan fisik tubuh pekerja. e) Golongan mental-psikologis, hal ini terlihat misalnya pada hubungan pekerja yang tidak baik, atau misalnya keadaan membosankan monotoni (Suma’mur, 2009). 2. Mati Mendadak a. Definisi Mati Mendadak Mati yaitu berhentinya ketiga sistem penunjang kehidupan yang meliputi sistem syaraf pusat, jantung dan paru secara permanent (permanent cessation of life) ini yang disebut sebagai mati klinis atau mati (Wujoso, 2009). Mendadak sendiri diartikan sebagai tanpa diduga (diketahui, diperkirakan) sebelumnya; sekonyong-konyong; tiba-tiba (Depdiknas, 2008). Diagnosis dan definisi kematian mendadak adalah variabel, tetapi definisi yang diakui secara umum didasarkan pada lamanya waktu antara timbulnya gejala dan kematian (Di Maio, 2001). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan World Health Organization (WHO), definisi kematian mendadak menurut International Classificaton of Diseases (ICD-10) adalah suatu kematian tanpa kekerasan dan bukan sebaliknya, yang terjadi kurang dari 24 jam dari timbulnya gejala (WHO, 2005). Kematian mendadak didefinisikan sebagai kematian yang terjadi dengan tiba-tiba dan tidak terduga pada pasien (korban) yang ada dalam kondisi stabil sebelum terjadinya kematian. Kematian dengan adanya saksi diklasifikasikan sebagai kematian mendadak hanya jika kematian terjadi dalam 1 jam setelah timbulnya gejala baru. Sedangkan kematian tanpa adanya saksi dianggap sebagai kematian mendadak jika pasien (korban) terlihat hidup dan berada dalam kondisi yang stabil selama 24 jam sebelumnya (Groh et al., 2008). Sudden unexpected natural death adalah awal mula dari pengertian mati mendadak di mana terdapat kriteria penyebab yaitu natural (alami, wajar). Sedangkan mendadak pada frase “mati mendadak” menunjukan bahwa kematian datang tidak terduga dan tidak diharapkan dengan batasan waktu yang nisbi (Budiyanto, 1997). Terdapat dua alternatif definisi mati mendadak menurut Arjono (1989), yaitu: 1) Sudden death adalah kematian yang tidak terduga, non traumatis, non self inflicted fatality, yang terjadi dalam 24 jam sejak onset gejala. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Sudden death adalah kematian yang terjadi dalam 1 jam setelah timbul gejala (Wujoso, 2009). Definisi Cobb tentang mati mendadak menjelaskan bahwa kematian pada kasus mati mendadak terjadi tanpa diperkirakan sebelumnya, tanpa gejala yang nyata sebelumnya, atau jika ada gejala hanya dalam waktu yang singkat (menit atau jam), non traumatis dan tidak ada unsur kesengajaan. Suatu kematian yang diperkirakan sebelumnya, tentu tidak akan menjadi masalah dan tidak menimbulkan kecurigaan, karena sudah diketahui akan menyebabkan kematian yang cepat. Cobb juga menyebutkan adanya syarat bahwa gejala yang ada sebelumnya tidak nyata atau gejala yang ada hanya dalam waktu pendek (Moerdowo, 1984). Abkar Raden dalam bukunya menulis bahwa tidak boleh ada faktor trauma dan keracunan pada kasus mati mendadak. Moerdowo mengatakan bahwa mati mendadak adalah kematian yang tidak disangka dalam waktu kurang dari satu jam (very sudden death) atau dalam waktu dua puluh empat jam (sudden death) setelah onset muncul (Wujoso, 2009). Sering mati mendadak terjadi dalam beberapa menit, sehingga tidak ada yang menyaksikan atau tidak sempat mendapat pertolongan sama sekali. Kejadian ini dapat terjadi di lapangan olah raga, kantor, pasar, atau di jalan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Epidemiologi Mati Mendadak Menurut Farmingham, laki-laki empat kali lebih berisiko mengalami kematian mendadak dibandingkan perempuan. Penyakit pada jantung dan pembuluh darah menduduki urutan pertama dalam penyebab kematian mendadak, dan sesuai dengan kecenderungan kematian kematian mendadak pada laki-laki yang lebih besar, penyakit jantung dan pembuluh darah juga memiliki kecenderungan serupa. Penyakit jantung dan pembuluh darah secara umum menyerang lakilaki lebih sering dibanding perempuan dengan perbandingan 7:1 sebelum menopause, dan menjadi 1:1 setelah perempuan menopause. Di Indonesia, seperti yang dilaporkan Badan Litbang Departemen Kesehatan RI, persentase kematian akibat penyakit ini meningkat dari 5,9% (1975) menjadi 9,1% (1981), 16,0% (1986) dan 19,0% (1995) (Kristanto, 2006). Kematian mendadak bisa terjadi karena hal-hal yang tidak alamiah, seperti keracunan, kekerasan, atau merupakan hasil akhir dari keadaan alamiah. Angka kejadian kematian mendadak sekitar 10% dari seluruh kematian (Chadha, 1995). c. Penyebab Mati Mendadak Mati mendadak dapat disebabkan oleh penyakit- penyakit utama seperti sistem kardiovaskuler (45-50%), penyakit pada sistem pernafasan (15-23%), penyakit pada sistem saraf pusat (10-18%) (Chadha, 1995; Wujoso, 2009). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Sistem kardiovaskuler Pada saat ini penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), 60 % dari seluruh penyebab kematian penyakit jantung adalah penyakit jantung koroner (PJK) (WHO, 2001). Kematian mendadak dan tidak terduga yang disebabkan oleh penyakit jantung merupakan beban kesehatan yang sangat penting di dunia Barat. Efeknya dititikberatkan dengan adanya fakta bahwa kematian mendadak adalah manifestasi utama dari penyakit kardiovaskular (Jouven et al., 2005). a) Penyakit jantung koroner Sensus nasional tahun 2001 menunjukkan bahwa kematian karena penyakit kardiovaskuler termasuk penyakit jantung koroner adalah sebesar 26,4 % (Depkes, 2003) dan sampai dengan saat ini PJK juga merupakan penyebab utama kematian dini pada sekitar 40 % dari sebab kematian laki-laki usia menengah (Anies, 2006). Penyakit arteri koronaria merupakan penyebab paling banyak menyebabkan kematian mendadak. Penyempitan dan oklusi koroner oleh atheroma adalah yang paling sering ditemukan. Terjadinya sklerosis koroner dipengaruhi oleh faktor-faktor makanan (lemak), kebiasaan merokok, genetik, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
usia, jenis kelamin, ras diabetes melitus, hipertensi, stres psikis, dan lain-lain (Rilantono et al., 2003). Sklerosis ini sering terjadi pada ramus descendens arteri koronaria sisnistra, pada lengkung arteri koronaria dekstra, dan pada ramus sirkumfleksa arteri koronaria sinistra. Lesi tampak sebagai bercak kuning putih (lipidosis) yang mula-mula terdapat di intima, kemudian menyebar keluar ke lapisan yang lebih dalam. Kadang-kadang dijumpai perdarahan subintima atau ke dalam lumen. Adanya sklerosis dengan lumen menyempit hingga pin point sudah cukup untuk menegakkan diagnosis iskemik, karena pada kenyataannya tidak semua kematian koroner disertai kelainan otot jantung. Pemeriksaan histopatologik dilakukan dengan mengendapkan jantung pada larutan formalin 10% selama 24 jam. Ketika arteri mengeras, arteri diiris dengan jarak (ketebalan) sekitar 3 mm lalu dimasukan ke dalam larutan formalin dan dikirim ke laboratorium Patologi Anatomi untuk dilakukan pemeriksaan. Normalnya, tunika adventitia lebih tebal dibandingkan tunika intima. Namun pada kasus sklerosis ini, tunika intima bisa menjadi lebih tebal dibandingkan tunika adventitia dan dindingnya tidak rata (Budiyanto, 1997). Stres di tempat kerja telah dikaitkan dengan terjadinya penyakit jantung koroner pada studi retrospektif dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
prospektif. Mekanisme biologis belum diketahui dengan jelas, sedangkan
mekanisme
patofisiologi
yang
masuk
akal
melibatkan efek neuroendokrin langsung dan efek tidak langsung yang dimediasi oleh gangguan kesehatan perilaku (Chandola, 2005). b) Infark miokard Infark miokard adalah nekrosis jaringan otot jantung akibat insufisiensi aliran darah yang biasanya disebabkan oleh spasme dan atau sumbatan akibat sklerosis atau trombosis (Budiyanto, 1997). Terjadinya trombus disebabkan oleh ruptur plak yang diikuti oleh pembentukan trombus oleh trombosit. Lokasi dan luasnya infark miokard tergantung pada arteri yang dioklusi dan aliran darah kolateral (Rilantono et al., 2003). Pada pemeriksaan luar akan ditemukan perdarahan pada otot jantung. Pemeriksaan mikroskopik pada 6-8 jam ditemukan sel eosinofil, granulasi sitoplasma dan sebukan polymorphonuclear (PMN). Sedangkan pada infark miokard yang cukup lama (8-12 jam) ditemukan nekrosis, sebukan PMN, dan basofil pada ruang interstitial. Pemeriksaan makroskopis menunjukkan infark dini tampak sebagai daerah yang berwarna merah gelap (red blue) atau hemoragik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sedangkan infark lama (24-48 jam) akan tampak kuning padat dengan tepi hiperemi (Budiyanto, 1997). Kematian mendadak adalah komplikasi terparah dari infark miokard akut (Solomon et al., 2005). Kematian mendadak setelah infark miokard belum dinilai baru-baru ini di masyarakat.
Stratifikasi
faktor
risiko
untuk
kematian
mendadak setelah infark miokard tergantung pada karakteristik dan sedikit yang diketahui tentang hubungan antara iskemia berulang atau gagal jantung dengan kematian mendadak (Adabag et al., 2008). c) Penyakit Katup Jantung Penyakit katup jantung biasanya mempunyai riwayat yang panjang. Kematian mendadak dapat terjadi akibat ruptur valvula. Kematian mendadak dapat juga terjadi pada stenosis aorta kalsifikasi (calcific aortal stenosis), kasus ini disebabkan oleh penyakit degenerasi dan bukan karditis reumatik. Penyakit ini lebih banyak pada pria dibanding wanita dan timbul pada usia sekitar 60 tahun atau lebih (Rilantono et al., 2003). d) Miokarditis Miokarditis adalah radang pada miokardium yang ditandai dengan adanya proses eksudasi dan sebukan sel radang. Miokarditis akut dapat berupa miokarditis akut commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
purulenta yang merupakan komplikasi dari septikemia atau abses miokard (Budiyanto, 1997). Miokarditis biasanya tidak menunjukkan gejala dan sering terjadi pada dewasa muda. Diagnosis miokarditis pada kematian
mendadak
hanya
dapat
ditegakkan
dengan
pemeriksaan histopatologik. Otot jantung harus diambil sebanyak dua puluh potongan dari dua puluh lokasi yang berbeda
untuk
pemeriksaan
ini.
Pada
pemeriksaan
histopatologik tampak peradangan interstisial dan atau parenkim, edema, perlemakan, nekrosis, degenerasi otot hingga miolisis. Infiltrasi leukosit berinti jamak dan tunggal, plasmosit dan histiosit tampak jelas (Budiyanto, 1997). e) Hipertoni Hipertoni ditegakkan dengan adanya hipertrofi otot jantung disertai dengan tanda-tanda lain seperti pembendungan atau tanda-tanda dekompensasi, sklerosis pembuluh perifer serebral status lakunaris pada ganglia basalis, sklerosis arteria folikularis limpa dan arteriosklerosis ginjal. Hipertrofi miokardium dapat terjadi pada hipertensi, penyakit katup jantung, penyakit paru-paru yang kronik atau oleh karena keadaan
yang
disebut
kardiomiopati
atau
idiopati
kardiomegali. Satu atau kedua sisi jantung (Budiyanto, 1997). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
f) Kardiomiopati Setelah 50 tahun pengakuan dan penelitian, terbukti bahwa hipertrofi kardiomiopati adalah penyakit yang sangat heterogen dan tidak terduga sehubungan dengan ekspresi klinis dan riwayat alamiah. Kematian mendadak menjadi komplikasi yang paling parah dari hipertrofi kardiomiopati (Maron, 2010). 2) Sistem pernafasan Kematian biasanya paling sering terjadi melalui mekanisme perdarahan, asfiksia dan atau pneumothoraks. Perdarahan dapat terjadi pada tuberkulosis paru, kanker paru, bronkiektasis, abses dan sebagainya. Sedangkan asfiksia terjadi pada pneumonia, spasme saluran nafas, asma dan penyakit paru obstruktif menahun, aspirasi darah atau pada tersedak. Sedangkan pneumothoraks terjadi bila bulla subpleural memecah ke dalam rongga pleura (Budiyanto, 1997). a) Tuberkulosis paru (TB Paru) Penyakit
yang
disebabkan
oleh
Mycrobacterium
tuberculosis ini mempunyai angka kematian mencapai tiga juta pertahun yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah kaverna sehingga menyebabkan perdarahan hebat. Berdasarkan data WHO sekitar 10-12 juta penderita mampu menularkan penyakit ini. Secara umum penyakit ini menyebar di negara dengan sosial ekonomi rendah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambaran klinis dari penyakit ini adalah batuk, dahak mulamula sedikit dan mukoid (Harrison, 2008). b) Bronkiektasis Bronkiektasis adalah pelebaran dari lumen bronkus. Biasanya lokal dan permanen. Ektasis terjadi akibat adanya kerusakan dinding bronkus. Kerusakan dinding tersebut dapat disebabkan oleh penyakit paru-paru. Jadi, bronkiektasis bukan merupakan suatu penyakit yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu akibat dari penyakit paru-paru (Harrison, 2008). Pelebaran dinding bronkus diikuti dengan peningkatan pembuluh darah dan pelebaran pembuluh darah. Ulserasi dari dinding ektasis akan menimbulkan perdarahan ke dalam lumen bronkus yang dapat berakibat kematian. Gambaran fisik muncul akibat adanya hipoksia dan perdarahan yang tampak
pada
hemoptisis.
Penting
untuk
dilakukan
pemeriksaan patologi anatomi jaringan paru-paru untuk memastikan diagnosis adanya bronkiektasis pada kasus mati mendadak yang dicurigai karena perdarahan paru-paru (Harrison, 2008). c) Abses paru Abses paru adalah infeksi destruktif yang berupa lesi nekrotik pada jaringan paru yang terlokalisir sehingga commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
membentuk kavitas yang berisi nanah (pus) dalam parenkim paru pada satu lobus atau lebih. Abses paru bisa terjadi melalui dua cara yaitu aspirasi dan hematogen (Sudoyo et al., 2006). Abses paru akibat aspirasi, stasis sekresi, benda asing, tumor dan striktur bronkial menyebabkan abses paru bronkogenik. Hal ini disebabkan karena terjadinya obstruksi bronkus dan terbawanya organisme virulen yang akan menyebabkan terjadinya infeksi pada daerah distal infeksi tersebut. Abses jenis ini banyak terjadi pada penderita bronkitis kronik karena banyaknya mukus pada saluran nafas bawahnya yang merupakan kultur media yang sangat baik bagi organisme yang teraspirasi (Sudoyo et al., 2006). Sedangkan secara hematogen, yang paling sering terjadi adalah akibat septikemi atau sebagai fenomena septik emboli, sekunder dari fokus infeksi dari bagian tubuh lainnya seperti tricuspid valve endocarditis. Penyebaran hematogen ini umumnya akan berbentuk abses multipel dan biasanya disebabkan oleh stafilokokus (Sudoyo et al., 2006). Contoh mikroorganisme yang bisa menyebabkan abses paru: (1) Kelompok bakteri anaerob, biasanya disebabkan oleh pneumonia aspirasi. 89% penyakit abses paru disebabkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
oleh bakteri anaerob dan 85-100% bakteri anaerob diambil dari spesimen yang didapat melalui aspirasi transtrakeal.
Misalnya,
Bacteriodes
melaninogenus,
Becteriodes
fragilis,
Peptostreptococcus
species,
Bacillus intermedius, Fusobacterium nucleatum dan Microaerophilic streptococcus. (2) Kelompok bakteri aerob (a) Gram positif, yang penyebabnya selain aspirasi. Misalnya Staphylococcus aureus, Streptococcus microaerophilic,
Streptococcus
pyogenes
dan
Streptococcus pneumonia (b) Gram
negatif,
nosoklomial.
biasanya
Misalnya:
Pseudomonas
merupakan
Klebsiella
aeruginosa,
sebab
pneumonia,
Escherichia
coli,
Haemophilus influenza, Actinomyces sp., Nocardia sp. dan gram negatif bacilli (3) Kelompok lain Bisa disebabkan karena jamur, seperti Mucoraceae, Aspergillus sp. serta golongan parasit dan amuba (Sudoyo et al., 2006). Abses paru biasanya singel, namun bisa multipel yang biasanya unilateral pada salah satu paru, yang terjadi pada pasien dengan keadaan umum yang jelek atau pasien yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengalami penyakit menahun seperti malnutrisi, sirosis hati, serta gangguan imunologis yang menyebabkan daya tahan tubuh menurun (Sudoyo et al., 2006). Drainase yang kurang baik pada abses paru dapat menyebabkan ruptur ke segmen lain dengan kecenderungan penyebaran infeksi staphylococcus, sedangkan ruptur ke rongga pleura dapat menyababkan piotoraks (empiema). Komplikasi lainnya dapat berupa abses otak, hemoptisis masif, ruptur pleura viseralis sehingga sering terjadi piopneumotoraks dan fistula bronkopleura. Abses paru kronis dapat menyebabkan anemia, malnutrisi, gangguan cairan dan elektrolit serta gagal jantung terutama pada manula (Sudoyo et al., 2006). d) Pneumonia Infeksi
saluran
nafas
bawah
akut
(ISNBA)
menimbulkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi serta kerugian produktivitas kerja. ISNBA dapat dijumpai dalam berbagai bentuk, yang tersering adalah dalam bentuk pneumonia baik secara primer maupun merupakan tahap lanjutan manifestasi ISNBA lainnya misalnya sebagai perluasan bronkiektasis yang terinfeksi (Sudoyo et al., 2006). Pneumonia
adalah
peradangan
yang
mengenai
parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mencakup
bronkiolus
respiratorius
dan
alveoli,
serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran zat setempat yang biasanya berasal dari suatu infeksi (Sudoyo et al., 2006). Agen-agen mikroba penyebab pneumonia memiliki tiga bentuk transmisi primer. Yaitu aspirasi sekret yang berisi mikroorganisme patogen yang telah berkolonisasi pada oropharynx, inhalasi aerosol yang infeksius serta penyebaran hematogen dari bagian ekstrapulmonal. Aspirasi dan inhalasi agen-agen infeksius adalah dua cara tersering yang menyebabkan pneumonia, sementara penyebaran secara hematogen jarang terjadi (Price dan Wilson, 2006). Cara terjadinya penularan berkaitan dengan jenis kuman, misalnya infeksi melalui droplet sering disebabkan Streptococcus pneumoniae, melalui selang infus oleh Staphylococcus aureus, sedangkan infeksi pada pemakaian ventilator oleh P. aeruginosa dan Enterobacter (Sudoyo et al., 2006). Dapat terjadi komplikasi pneumonia ekstrapulmoner, misalnya pada Pneumonia pneumococcus dengan bakteriemi dijumpai pada 10% kasus berupa meningitis, arthritis, endokarditis, Terkadang
perikarditis,
peritonitis
dijumpai komplikasi commit to user
dan
empiema.
ekstrapulmoner
non
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
infeksius, antara lain gagal ginjal, gagal jantung, emboli paru atau infark paru dan infark miokard akut. Dapat terjadi komplikasi lain berupa acute respiratory distress syndrome (ARDS), gagal organ jamak, dan komplikasi lanjut berupa pneumonia nosoklomial (Sudoyo et al., 2006). e) Asma bronkial Mati mendadak dapat juga terjadi pada saat serangan asma bronkial. Patogenesis dari asma bronkial yang khas adalah adanya penyempitan sampai obstruksi dari bronkus kecil pada tahap inspirasi dan ekspirasi. Penyempitan itu dapat disebabkan oleh spasme otot polos bronkus, edema mukosa bronkus dan sekresi kelenjar bronkus yang meningkat. Akibat lanjut dari sumbatan saluran napas pada asma bronkial adalah menurunnya tekanan parsial oksigen di alveoli, sehingga oksigen dalam peredaran darah juga menurun
(hipoksemia).
Sebaliknya
karbondioksida, sehingga
terjadi
resistensi
kadar karbondioksida dalam
peredaran darah meningkat. Hal ini menyebabkan rangsangan pada pusat pernapasan sehingga terjadi hiperventilasi. Dari patogenesis
terjadinya
serangan
asma
tersebut
maka
kepastian mati mendadak akibat serangan asma memerlukan pemeriksaan histologi dan biokimia (toksikologi) dengan baik (Harrison, 2008). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
f) Obstruksi saluran nafas akut Saluran nafas dapat mengalami obstruksi akut. Pada saluran nafas bagian atas (supraglotik/di atas pita suara) yang sering memberikan gejala obstruksi akut adalah infeksi, edema larynx dan aspirasi benda asing. Pada obstruksi di saluran nafas tengah (intraglotik), yang bisa menyebabkan obstruksi akut antara lain benda asing yang menyumbat saluran nafas tengah. Sedangkan obstruksi pada saluran nafas bawah (infraglotik/di bawah pita suara) bisa terjadi karena penyakit asma dan PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) (Sudoyo et al., 2006). Tanda obstruksi komplit saluran nafas yang mendadak sangat jelas. Pasien tidak dapat bernafas, berbicara, atau batuk dan pasien memegang kerongkongannya seperti mencekik (chocking), agitasi, panik dan nafas tersengalsengal dan diikuti sianosis, gagal nafas, hilangnya kesadaran dan
apabila
sumbatan
tidak
segara
ditangani
akan
menyebabkan kematian dalam waktu 2-5 hari (Sudoyo et al., 2006). g) Pneumothoraks Pneumothoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga pleura. Pada keadaan normal rongga pleura commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tidak berisi udara, supaya paru-paru leluasa mengembang terhadap rongga dada (Sudoyo et al., 2006). Pneumothoraks dapat diklasifikasi sesuai dengan penyebabnya, yaitu pneumothoraks traumatik, yang secara umum disebabkan oleh luka tembus dada dan pneumothoraks spontan, yaitu pneumothoraks yang terjadi secara tiba-tiba dan tak terduga dengan atau tanpa penyakit paru yang mendasarinya (Price dan Wilson, 2006). Pneumothoraks tension (terjadi pada 3-5% pasien pneumothoraks), dapat mengakibatkan kegagalan respirasi akut,
pio-pneumothoraks,
hidro-pneumothoraks/hemo-
pneumothoraks, henti jantung paru dan kematian (Sudoyo et al., 2006). Sudden death terjadi karena kompresi paru-paru dan pergeseran mediastinum. Pada autopsi temuan awal yang paling jelas mungkin ptosis organ perut dan penonjolan diafragma ke kavum peritoneal dengan paru yang kolap (Byard, 2004). 3) Penyakit pada Sistem Saraf Pusat Contoh penyakit pada sistem saraf pusat yang dapat menyebabkan mati mendadak antara lain:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Perdarahan intraserebral Perdarahan intraserebral ke dalam jaringan otak (parenkim) paling sering terjadi karena cedera vaskular yang dipicu oleh hipertensi dan ruptur salah satu dari banyak arteri kecil yang menembus jauh ke dalam jaringan otak. Pada individu tanpa hipertensi penyebab bisa berasal dari gangguan perdarahan, malformasi arteriovena dan tumor yang menyebabkan erosi (Price dan Wilson, 2006). Smith (2001) menyatakan bahwa angka kematian untuk perdarahan intraserebral hipertensif sangat tinggi, mendekati 50%. Perdarahan yang terjadi di ruang supratentorium (di atas tentorium serebeli) memiliki prognosis baik apabila volume darah sedikit. Namun, perdarahan ke dalam ruang infratentorium di daerah pons atau serebelum memiliki prognosis yang jauh lebih buruk karena cepat timbulnya tekanan pada struktur-struktur vital di batang otak (Price dan Wilson, 2006). Perdarahan yang terjadi langsung ke dalam ventrikel otak jarang dijumpai. Yang lebih sering terjadi adalah perdarahan di dalam parenkim otak yang menembus ke dalam sistem ventrikel, sehingga bukti asal perdarahan menjadi kabur (Price dan Wilson, 2006). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b) Perdarahan subarahnoid Ada dua kausa utama pada perdarahan subarahnoid, yaitu ruptur suatu aneurisma vaskular dan trauma kepala. Perdarahan dapat masif dan ekstravasasi darah ke dalam ruang subarahnoid lapisan meningen dapat berlangsung cepat, maka angka kematian sangat tinggi (sekitar 50%) pada bulan pertama setelah perdarahan. Penyebab tingginya angka kematian ini adalah bahwa ada empat penyulit utama yang dapat menyebabkan iskemia otak serta morbiditas dan mortalitas “tipe lambat” yang dapat terjadi lama setelah perdarahan terkendali, yaitu (1) vasospasme reaktif disertai infark, (2) ruptur tulang, (3) hiponatremia, dan (4) hidrosefalus (Price dan Wilson, 2006). c) Meningitis Definisi dari meningitis adalah infeksi dari cairan yang mengelilingi otak dan spinal cord. Meningitis dapat disebabkan oleh bakteri atau virus, pengetahuan mengenai penyebab meningitis dapat membantu dalam menentukan keparahan penyakit dan pengobatannya. Viral meningitis biasanya kurang parah dan dapat sembuh tanpa pengobatan spesifik, sementara bacterial meningitis biasanya cukup parah dan dapat menimbulkan kerusakan fungsi otak (Meningitis Foundation of America, 2010). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Terdapat pula definisi lain yang menyebutkan bahwa meningitis adalah reaksi inflamasi dari membran yang membungkus
otak
dan
spinal
cord.
Inflamasi
ini
menimbulkan perubahan di cairan serebrospinal (CSS) yang mengelilingi otak dan spinal cord (Dugdale dan Vyas, 2010). d) Abses otak Abses otak adalah suatu proses infeksi yang melibatkan parenkim otak, terutama disebabkan oleh penyebaran infeksi dari fokus yang berdekatan atau melalui sistem vaskular. Riwayat sebelumnya menderita penyakit otitis media, mastoiditis, sinusitis supuratif, atau infeksi pada wajah, kulit kepala atau tengkorak. Bronkiektasis, abses paru, empiema dan endokarditis bakterial juga diketahui menyebabkan abses otak (Price dan Wilson, 2006). Secara umum abses terletak berdekatan dengan tempat asal infeksi. Abses metastatik biasanya terletak di sepanjang arteria serebri media. Pada awal perjalanan penyakit, jaringan yang terinfeksi menjadi edema dan terinfiltrasi leukosit. Secara perlahan-lahan, bagian terluar mengalami penebalan karena adanya kolagen dalam dinding abses. Pada pusat abses akan terjadi nekrosis pengenceran. Rongga abses dapat menyebar melalui substansia alba, menembus dinding commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ventrikel atau masuk ke dalam meningeal (Price dan Wilson, 2006). e) Tumor otak Tumor otak berasal dari jaringan neuronal, jaringan otak penyokong, sistem retikuloendotelial, lapisan otak dan jaringan perkembangan residual atau dapat bermetastasis dari karsinoma sistemik. Metastasis otak disebabkan karena keganasan sistemik dari kanker paru, payudara, melanoma, limfoma, dan kolon. Tumor otak paling sering terjadi pada dewasa usia dekade kelima dan keenam (Price dan Wilson, 2006). f) Stroke Stroke adalah suatu sindroma akibat lesi vaskuler regional yang terjadi di daerah batang otak, daerah subkortikal maupun kortikal. Lesi vaskuler tersebut dapat berupa tersumbatnya pembuluh darah (stroke iskemik) maupun dapat karena karena pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik). Beberapa kondisi yang perlu juga diperhatikan pada korban yang mati mendadak dengan dugaan stroke, adalah : (1) Umur Orang yang lebih tua lebih memungkinkan mengidap stroke.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(2) Hipertensi Merupakan faktor risiko yang dapat terjadi pada orang tua maupun muda. Korban dengan riwayat tekanan diastolik > 90 mmHg perlu diwaspadai. (3) Diabetes melitus Orang yang diobati dengan insulin lebih mempunyai risiko untuk mengidap stroke daripada yang tidak menggunakan insulin. (4) Aterogenik Orang
yang
mempunyai
faktor
keturunan
untuk
mengembangkan ateroma (aterogemik). Misalnya orang dengan
hiperlipidemia
atau
orang
dengan
hiperurikasidemia. (5) Penyakit jantung Stenosis/insufisiensi mitral, penyakit jantung koroner, congestive heart failure, penyakit jantung rematik, faktor risiko ini pada umumnya akan menimbulkan sumbatan aliran darah ke otak karena jantung melepaskan gumpalan darah atau sel-sel atau jaringan yang telah mati ke dalam aliran darah. (6) Perokok Efek merokok terhadap stroke tidak begitu nyata dibanding terhadap penyakit jantung koroner. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(7) Obat antihamil Merupakan faktor risiko bagi wanita (Sidharta dan Mardjono, 2008). d. Kepentingan Autopsi pada Kasus Mati Mendadak Kasus mati mendadak yang tidak terduga sering menimbulkan pertanyaan. Kecurigaan adanya ketidakwajaran sering muncul dalam pikiran orang. Berbagai pertanyaan muncul dalam benak masingmasing orang tentang korban yang mati mendadak tersebut. Pada kasus kematian mendadak, sangat perlu mendapat perhatian keadaan korban sebelum kematian. Apakah korban baru menjalankan aktivitas, atau sewaktu istirahat sehabis melakukan aktivitas. Keadaan lingkungan tempat kejadian perkara juga harus diperhatikan. Hal-hal yang perlu diperhatikan : 1) Kematian terjadi pada saat seseorang melakukan aktivitas fisik maupun emosional dan disaksikan oleh orang lain, misalnya sedang berolahraga, melakukan ujian, dan lain sebagainya. 2) Jenazah dalam keadaaan mencurigakan, misalnya korban tanpa kelainan apa-apa dengan
dengan
pakaian
rapi
ditemukan
meninggal, atau meninggal di tempat tidur sendirian (FK UI, 2000) Autopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat, yang meliputi pemeriksaan terhadap bagian luar maupun dalam, dengan tujuan menemukan proses penyakit dan atau adanya cedera, melakukan interpretasi atas penemuan-penemuan tersebut, menerangkan penyebab commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kematian serta mencari hubungan sebab akibat antara kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab kematian. Autopsi forensik/ medikolegal dilakukan terhadap mayat seseorang yang diduga meninggal akibat suatu sebab yang tidak wajar seperti pada kasus kecelakaan, pembunuhan, maupun bunuh diri (FK UI, 2000). Diperlukan suatu Surat Permintaan Pemeriksaan/Pembuatan Visum et Repertum dari pihak berwenang untuk melakukan autopsi forensik. Izin keluarga tidak diperlukan, bahkan apabila ada seseorang yang
menghalang-halangi,
yang
bersangkutan
dapat
dituntut
berdasarkan undang-undang yang berlaku. Adapun tujuan dilakukannya autopsi forensik antara lain: 1) Membantu dalam hal penentuan identitas mayat. 2) Menentukan sebab pasti kematian, memperkirakan cara kematian serta memperkirakan saat kematian. 3) Mengumpulkan
serta
mengenali
benda-benda
bukti
untuk
penentuan identitas benda penyebab serta identitas pelaku kejahatan. 4) Membuat laporan tertulis yang objektif dan berdasarkan fakta dalam bentuk visum et repertum. 5) Melindungi orang yang tidak bersalah dan membantu dalam penentuan identitas serta penuntutan terhadap orang yang bersalah (FK UI, 2000). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Kerangka Pemikiran Pekerjaan Tenaga Kerja
Beban Kerja pada Tenaga Kerja
Beban Kerja Ringan
Beban Kerja Sedang
Beban Kerja Berat
Mati Mendadak Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran C. Hipotesis Ada hubungan antara pekerjaan dengan prevalensi dugaan mati mendadak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan case control. Yang dimaksud dengan penelitian analitik yaitu penelitian yang hasilnya tidak hanya berhenti pada taraf pendeskripsian, akan tetapi dilanjutkan sampai taraf pengambilan simpulan yang dilakukan dengan menggunakan uji statistik untuk menganalisis data yang diperoleh. Yang dimaksud dengan pendekatan case control yaitu penelitian observasional analitik untuk mempelajari seberapa jauh faktor risiko mempengaruhi terjadinya efek; variabel bebas dan variabel terikat diobservasi hanya sekali pada saat yang sama (Arief, 2008).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD Dr. Moewardi.
C. Subjek Penelitian Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah data rekam medik orang yang meninggal mendadak dan diautopsi di Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD Dr. Moewardi sepanjang Januari 2006Desember 2011 dan orang yang masih hidup sebagai pembanding. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Teknik Sampling Sampel pada penelitian ini diambil dengan metode fixed-disease sampling. Murti (2006) menyebutkan bahwa fixed-disease sampling merupakan prosedur pencuplikan berdasarkan status pengambilan subjek, sedangkan status paparan subjek bervariasi mengikuti status pengambilan subjek yang sudah fixed, yaitu mati mendadak. Pada pengambilan sampel ini, kelompok kasus dan kelompok kontrol berasal dari satu populasi sumber, sehingga peneliti dapat melakukan perbandingan yang valid antara kedua kelompok studi. Kriteria sampel antara lain: 1. Kriteria inklusi : a. Korban yang mati akibat dugaan mati mendadak. b. Orang hidup yang tinggal di sekitar rumah korban mati mendadak dan berdomisili di Surakarta. c. Pekerjaan diketahui. 2. Kriteria eksklusi: a. Korban mati akibat trauma, tindakan bunuh diri, keracunan, maupun pembunuhan. b. Pekerjaan korban tidak diketahui. c. Korban tidak memiliki pekerjaan/penghasilan. Misalnya: ibu rumah tangga, pelajar, mahasiswa, gelandangan dan pengemis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
E. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas
: Pekerjaan
2. Variabel Terikat
: Prevalensi Dugaan Mati Mendadak
3. Variabel Perancu
: Usia
F. Definisi Operasional Variabel 1. Pekerjaan a. Definisi: Pekerjaan adalah tugas atau rutinitas yang dilakukan setiap hari, dimana tugas yang dilakukan juga dijadikan sebagai penghidupan dan dilakukan untuk mendapatkan nafkah. Jenis lapangan pekerjaan mempunyai hubungan erat dengan status ekonomi individu, keluarga dan masyarakat. Jenis pekerjaan di sini dikelompokkan berdasarkan beban kerja menjadi: 1) Ringan :
pekerjaan
di
kantor,
dokter,
perawat,
guru,
pengemudi dan pekerjaan rumah tangga (dengan menggunakan mesin) 2) Sedang : mahasiswa, tukang bangunan, petani, kerja di toko dan pekerjaan rumah tangga (tanpa menggunakan mesin) 3) Berat : kuli angkat dan angkut, buruh kasar, pekerja tambang, tukang kayu tanpa mesin, tukang besi, penari dan atlit b. Skala data: ordinal (kategorik) c. Sumber data: rekam medik dan wawancara commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Prevalensi Dugaan Mati Mendadak a. Definisi: Prevalensi dugaan mati mendadak adalah jumlah kasus kematian di mana kematian itu terjadi kurang dari 1 jam atau kurang dari 24 jam. Mati mendadak adalah kematian yang tidak terduga, tidak ada riwayat trauma, tidak ada tindakan yang dilakukan sendiri yang dapat menyebabkan kematian, dan kematian tersebut disebabkan oleh penyakit dengan gejala yang tidak jelas, bukan karena pembunuhan, dan bukan karena keracunan. Mati mendadak memiliki onset gejala yang muncul dalam waktu yang mendadak kemudian korban mati (Moerdowo, 1984). Prevalensi dugaan mati mendadak ini dibagi menjadi: 1) Mati Mendadak 2) Hidup b. Skala data : nominal (kategorik) c. Sumber data : rekam medik dan wawancara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
G. Rancangan Penelitian Korban mati mendadak (Januari 2006 – Desember 2011)
Orang hidup yang bertempat tinggal dekat rumah korban mati mendadak
Klasifikasi berdasarkan jenis pekerjaan
Klasifikasi berdasarkan jenis pekerjaan
Klasifikasi pekerjaan berdasarkan beban kerja
Klasifikasi pekerjaan berdasarkan beban kerja
Uji statistik Gambar 3.1 Rancangan Penelitian
H. Protokol Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 1.
Peneliti meminta surat izin penelitian ke Bagian Skripsi yang ditujukan ke Direktur RSUD Dr. Moewardi.
2.
Setelah mendapatkan izin, peneliti mendapatkan surat pengantar ke Bagian Diklit RSUD Dr. Moewardi. Dari Bagian Diklit, peneliti mendapatkan surat pengantar ke Bagian Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD Dr. Moewardi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3.
digilib.uns.ac.id
Kemudian peneliti melakukan penentuan sampel dari korban mati mendadak yang dikirim ke Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD Dr. Moewardi.
4.
Peneliti selanjutnya menghitung jumlah korban mati mendadak per tahun.
5.
Peneliti mengelompokkan korban mati mendadak berdasarkan pekerjaan dan menghitung prevalensinya.
6.
Peneliti melakukan uji statistik.
I. Teknik Analisis Data Analisis data yang digunakan untuk mengetahui hubungan kedua variabel yaitu pekerjaan dan prevalensi mati mendadak adalah uji Chi Square yang dilanjutkan dengan uji analisis regresi logistik ganda . Karena variabel yang digunakan adalah pekerjaan dan prevalensi dugaan mati mendadak, yang merupakan variabel kategorik. Sehingga masalah skala variabel yang digunakan adalah kategorik. Data diolah dengan program komputer Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17.0 for windows dan Stata Intercooled 7.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Data Hasil Penelitian Penelitian mengenai hubungan pekerjaan dengan prevalensi dugaan mati mendadak telah dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Mei 2012 dan pengambilan data dilakukan di Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD Dr. Moewardi. Berdasarkan data yang diambil sepanjang Januari 2006 sampai Desember 2011 didapatkan sampel sebanyak 46 korban mati mendadak yang diketahui pekerjaannya dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan serta 42 sampel hidup yang bertempat tinggal dekat dengan korban mati mendadak tersebut. Sehingga total sampel yang didapat adalah 88 sampel. Berikut hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel. Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasar Jenis Kelamin No
Jenis Kelamin
n
%
1
Laki-laki
67
76
2
Perempuan
21
24
Total
88
100
(Sumber: Data Primer, 2012) Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sampel penelitian ini lebih banyak laki-laki (76%) daripada perempuan (24%). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasar Kelompok Umur No
Kelompok
n
%
umur (th) 1
>= 50
33
37,5
2
< 50
55
62,5
Total
88
100
(Sumber: Data Primer, 2012) Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sampel lebih banyak berasal dari kelompok umur di bawah 50 tahun (62,5%). Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasar Beban Pekerjaan No
Kelompok
Macam Pekerjaan
n
%
1
Ringan
Karyawan, Satpam, Polisi,
30
34
31
35
27
31
88
100
Guru, Dosen, Sopir, Komisaris 2
Sedang
Petani, Pedagang, Tukang bangunan
3
Berat
Buruh, Tukang becak, Tukang las, Kuli pasar, Tukang kebun, Tukang besi
Total (Sumber: Data Primer, 2012)
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa kelompok pekerjaan sampel yang paling banyak adalah kelompok dengan beban kerja sedang commit topekerjaan user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(35%) sedangkan kelompok pekerjaan sampel yang paling sedikit adalah kelompok pekerjaan dengan beban kerja berat (31%).
B. Hasil Uji Statistik Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan uji Chi Square yang dilanjutkan dengan uji analisis regresi logistik ganda untuk mengetahui apakah hubungan antara kedua variabel secara statistik bermakna. Data diolah dengan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17.00 for windows dan Stata Intercooled 7. Tabel 4.4 Hasil Uji Chi Square Analisis Hubungan antara Beban Pekerjaan dengan Status Kehidupan Status Kehidupan
Total
Hidup
Mati Mendadak
n (%)
n (%)
n (%)
Kerja Ringan
19 (63,3%)
11 (36,7%)
30 (100%)
Kerja Sedang
16 (51,6%)
15 (48,4%)
31 (100%)
Kerja Berat
7 (25,9%)
20 (74,1%)
27 (100%)
p
0,016
(Sumber: Perhitungan Data Primer, 2012) Hasil pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa mati mendadak paling banyak dialami oleh orang dengan beban pekerjaan berat (74,1%). Pada tabel Chi-Square Test, nilai signifikansinya adalah 0,016 (p < 0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pekerjaan dengan prevalensi dugaan mati mendadak. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.5 Hasil Uji Chi Square Analisis Hubungan antara Umur dengan Status Kehidupan Status Kehidupan
Total
Hidup
Mati Mendadak
n (%)
n (%)
n (%)
< 50 tahun
35 (63,6%)
20 (36,4%)
55 (100%)
>= 50 tahun
7 (21,2%)
26 (78,8%)
33 (100%)
p
<0,001
(Sumber: Perhitungan Data Primer, 2012) Tabel tersebut menunjukkan bahwa mati mendadak pada umur <50 tahun memiliki presentase 36,4% sedangkan pada usia >=50 tahun memiliki presentase 78,8%. Tabel 4.6 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda tentang Hubungan antara Beban Pekerjaan dengan Mati Mendadak Variabel
OR
CI 95% Batas
Batas
Bawah
Atas
p
Beban Kerja Sedang
0,90
0,28
2,91
0,865
Beban Kerja Berat
3,46
1,02
11,67
0,046
Umur >=50 th
6,44
2,17
19,08
0,001
Number of obs
= 88
-2loglikelihood
= 50,14
Pseudo R2
= 17,67%
(Sumber: Perhitungan Data Primer, commit to 2012) user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pekerjaan dengan mati mendadak yang secara statistik signifikan. Orang dengan pekerjaan berat memiliki risiko mati mendadak 3,46 kali lebih besar daripada orang dengan pekerjaan ringan (OR= 3,46; CI 95% 1,02 hingga 11,67; p= 0,046). Tabel juga menunjukkan tidak terdapat peningkatan risiko untuk mengalami kematian mendadak pada orang dengan beban kerja sedang dibandingkan dengan beban kerja ringan (OR= 0,90; CI 95% 0,28 hingga 2,91; p= 0,865). Hasil analisis menunjukkan -2loglikehood= 50,14 yang artinya model analisis regresi ganda logistik dalam analisis ini cukup sesuai dengan data sampel. Pseudo R2= 17,67% mengandung arti bahwa model analisis regresi logistik yang melibatkan beban kerja dan umur secara bersama mampu menjelaskan sebesar 17,67% dari semua variasi terjadinya kematian mendadak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PEMBAHASAN
Berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian, perhitungan statistik dan teori penelitian terdahulu, maka hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dari 88 sampel yang berasal dari 46 sampel korban mati mendadak dan 42 sampel orang hidup, 76% adalah laki-laki; 62,5% sampel berasal dari kelompok umur di bawah 50 tahun dan kelompok pekerjaan sampel terbanyak adalah kelompok pekerjaan dengan beban sedang (35%) yang meliputi petani, pedagang dan tukang bangunan sedangkan kelompok pekerjaan sampel paling sedikit adalah kelompok pekerjaan dengan beban kerja berat (31%) seperti buruh, tukang becak, tukang las, kuli pasar, tukang kebun dan tukang besi. Data antara pekerjaan dengan prevalensi dugaan mati mendadak tersebut kemudian diuji dengan uji Chi Square untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel yang diuji. Hasil uji Chi Square pada tabel 4.4 memberikan nilai signifikansi sebesar 0,016 (p < 0,005) yang menunjukkan bahwa Ho ditolak, dan hipotesis kerja diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pekerjaan dengan prevalensi dugaan mati mendadak. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara pekerjaan dengan prevalensi dugaan mati mendadak dilakukan uji analisis regresi logistik ganda. Tabel 4.6 menunjukkan adanya hubungan pekerjaan dengan prevalensi dugaan mati mendadak. Pekerjaan dengan beban berat meningkatkan kejadian mati mendadak 3,46 kali dibandingkan pekerjaan dengan beban ringan, hal ini commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berdasarkan Odds Ratio (OR) sebesar 3,46 dan nilai signifikansi 0,046 (p < 0,05). Dengan keyakinan 95% pekerjaan dapat menyebabkan mati mendadak mulai dari 1 hingga 11 kali dibanding pekerjaan ringan (OR=3,46; CI 95% 1,02 hingga 11,67). Tabel juga menunjukkan tidak terdapat peningkatan risiko untuk mengalami kematian mendadak pada orang dengan beban kerja sedang dibandingkan dengan beban kerja ringan (OR= 0,90; CI 95% 0,28 hingga 2,91; p= 0,865). Dari hasil analisis didapat bahwa orang dengan umur di atas 50 tahun berisiko mengalami mati mendadak dengan Odds Ratio sebesar 6,44 dengan nilai signifikansi 0,001 (p < 0,005) dan Confidence Interval (CI) antara 2,17 hingga 19,08. Namun karena variabel umur tidak diteliti pada penelitian ini, maka nilai ini diabaikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan yang secara statistik signifikan antara pekerjaan dan prevalensi dugaan mati mendadak. Orang dengan pekerjaan berat memiliki risiko mati mendadak 3,46 kali lebih besar daripada orang dengan pekerjaan ringan (OR= 3,46; p= 0,046).
B. Saran 1. Edukasi terhadap masyarakat dan para pekerja untuk menjalankan pekerjaan sebaik mungkin dan tidak berlebihan karena dapat meningkatkan beban kerja serta menerapkan pola hidup sehat untuk mengurangi risiko terjadinya penyakit degeneratif. 2. Untuk penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara pekerjaan dan mati mendadak sebaiknya data yang didapat tidak hanya terbatas di Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD Dr. Moewardi saja tetapi juga bisa dilakukan sampai ruang lingkup yang lebih luas. 3. Penelitian tentang mati mendadak ini sebaiknya tidak hanya dicari hubungannya dengan pekerjaan saja, tetapi juga dengan variabelvariabel lain seperti jenis kelamin, riwayat penyakit, dan hasil temuan otopsi untuk mengetahui dengan jelas hal-hal yang mempengaruhi terjadinya mati mendadak. commit to user
60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Korban Mati Mendadak Januari 2006-Desember 2011 Nama Tn. BS Tn. D Ny. DR Tn. DS Tn. F Tn. I Tn. I Tn. I Tn. J Tn. J Ny. J Tn. K Ny. M Tn. M Tn. MR Tn. M Tn. M Tn. NH Ny. P Tn. PD Ny. RJ Ny. R Tn. S Tn. S Tn. S Tn. S Tn. S Ny. S Tn. S Tn. SW Ny. SW Tn. S Tn. S Tn. S Ny. S Ny. S
Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Laki-laki Laki-laki Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Perempuan
Umur (tahun)
Pekerjaan
24 50 50 48 25 16 75 52 76 40 59 70 61 48 69 39 25 60 70 70 24 50 55 43 69 40 50 58 45 61 73 40 83 45 67 commit to user 52
Satpam Petani Karyawan Buruh Karyawan Karyawan Karyawan Buruh Petani Tukang Bangunan Karyawan Tukang Kebun Pedagang Dosen Tukang Becak Buruh Petani Tukang Las Pedagang Tukang Becak Karyawan Pedagang Tukang Becak Buruh Tukang Becak Tukang Becak Buruh Buruh Tukang Becak Tukang Becak Pedagang Pedagang Pedagang Kuli Pasar Petani Petani
Kategori Ringan Sedang Ringan Berat Ringan Ringan Ringan Berat Sedang Sedang Ringan Berat Sedang Ringan Berat Berat Sedang Berat Sedang Berat Ringan Sedang Berat Berat Berat Berat Berat Berat Berat Berat Sedang Sedang Sedang Berat Sedang Sedang
perpustakaan.uns.ac.id
Tn. S Tn. S Tn. S Tn. T Tn. T Tn. T Tn. T Tn. W Tn. Y Tn. YHH
Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki
digilib.uns.ac.id
44 47 77 46 40 85 25 55 40 56
commit to user
Buruh Tukang Becak Tukang Besi Polisi Buruh Petani Pedagang Polisi Petani Komisaris
Berat Berat Berat Ringan Berat Sedang Sedang Ringan Sedang Ringan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 2. Daftar Responden Nama Tn. B Tn. B Tn. D Tn. J Tn. K Tn. MJ Tn. M Tn. M Ny. M Tn. P Ny. P Tn. P Tn. PH Ny. R Tn. R Tn. S Ny. S Ny. S Ny. S Ny. SH Tn. S Tn. S Tn. S Tn. S Tn. S Tn. S Tn. S Ny. S Tn. S Tn. S Tn. S Tn. S Tn. T Tn. T Tn. TJ Tn. T Tn. T Tn. W Ny. W
Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Laki-laki Perempuan Laki-laki Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan
Umur (tahun) 57 53 48 56 56 45 35 49 32 40 35 32 36 35 45 38 45 30 46 35 30 43 53 45 32 48 26 47 40 53 51 35 43 35 37 34 36 43 commit to user 33
Kerja Buruh Pedagang Pedagang Petani Pedagang Karyawan Tukang Becak Karyawan Karyawan Buruh Petani Sopir Guru Guru Pedagang Sopir Pedagang Pedagang Karyawan Pedagang Sopir Buruh Petani Sopir Pedagang Petani Petani Karyawan Guru Pedagang Tukang Kebun Buruh Guru Guru Pedagang Karyawan Karyawan Buruh Guru
Kategori Berat Sedang Sedang Sedang Sedang Ringan Berat Ringan Ringan Berat Sedang Ringan Ringan Ringan Sedang Ringan Sedang Sedang Ringan Sedang Ringan Berat Sedang Ringan Sedang Sedang Sedang Ringan Ringan Sedang Berat Berat Ringan Ringan Sedang Ringan Ringan Berat Ringan
perpustakaan.uns.ac.id
Tn. W Ny. Y Ny. YH
Laki-laki Perempuan Perempuan
digilib.uns.ac.id
46 Pedagang 28 Guru 30 Karyawan
commit to user
Sedang Ringan Ringan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 3. Perhitungan Data SPSS Case Processing Summary Cases Valid N
Missing
Percent
Beban Pekerjaan * Status
88
N
100.0%
Total
Percent 0
N
.0%
Percent 88
100.0%
Kehidupan
Beban Pekerjaan * Status Kehidupan Crosstabulation Status Kehidupan Hidup Beban Pekerjaan
Ringan
Count % within Beban Pekerjaan
Sedang
Count % within Beban Pekerjaan
Berat
Count % within Beban Pekerjaan
Total
Count % within Beban Pekerjaan
Mati Mendadak
19
11
30
63.3%
36.7%
100.0%
16
15
31
51.6%
48.4%
100.0%
7
20
27
25.9%
74.1%
100.0%
42
46
88
47.7%
52.3%
100.0%
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
a
2
.016
Likelihood Ratio
8.537
2
.014
Linear-by-Linear Association
7.779
1
.005
Pearson Chi-Square
N of Valid Cases
8.260
88
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.89.
commit to user
Total
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Case Processing Summary Cases Valid N
Missing
Percent
Jenis Kelamin * Status
88
N
100.0%
Total
Percent 0
N
.0%
Percent 88
100.0%
Kehidupan
Jenis Kelamin * Status Kehidupan Crosstabulation Status Kehidupan Hidup Jenis Kelamin
Laki-laki
Count % within Jenis Kelamin
Perempuan
Total
36
67
46.3%
53.7%
100.0%
11
10
21
52.4%
47.6%
100.0%
42
46
88
47.7%
52.3%
100.0%
Count % within Jenis Kelamin
Total
31
Count % within Jenis Kelamin
Mati Mendadak
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
sided)
sided)
a
1
.625
.057
1
.811
.239
1
.625
.239 b
df
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear
Exact Sig. (1sided)
.803 .237
1
.627
Association N of Valid Cases
88
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.02. b. Computed only for a 2x2 table
commit to user
.405
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Case Processing Summary Cases Valid N
Missing
Percent
Umur dikotomi * Status
88
N
100.0%
Total
Percent 0
N
.0%
Percent 88
100.0%
Kehidupan
Umur dikotomi * Status Kehidupan Crosstabulation Status Kehidupan Hidup Umur dikotomi
<50 th
Count % within Umur dikotomi
>= 50 th
Total
20
55
63.6%
36.4%
100.0%
7
26
33
21.2%
78.8%
100.0%
42
46
88
47.7%
52.3%
100.0%
Count % within Umur dikotomi
Total
35
Count
% within Umur dikotomi
Mati Mendadak
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
(2-sided)
sided)
sided)
a
1
.000
13.227
1
.000
15.603
1
.000
14.879 b
df
Asymp. Sig.
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear
.000 14.710
1
.000
Association N of Valid Cases
88
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.75. b. Computed only for a 2x2 table
commit to user
.000
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 4. Perhitungan Analisis Regresi Logistik Ganda dengan Stata Intercooled 7 ___ ____ ____ ____ ____ tm /__ / ____/ / ____/ ___/ / /___/ / /___/ Statistics/Data Analysis
7.0
Copyright 1984-2002 Stata Corporation 4905 Lakeway Drive College Station, Texas 77845 USA 800-STATA-PC
http://www.stata.com 979-696-4600 979-696-4601 (fax)
[email protected]
Single-user Stata for Windows perpetual license: Serial number: 1970524539 Licensed to: Bhisma Murti IKM FKUNS Notes: 1.
(/m# option or -set memory-) 0.98 MB allocated to data
. use "E:\My Document X\S1\Aldila09\alidila09_data baru.dta", clear . svytab death workburd, count row pweight: Strata: PSU:
<none>
Number of obs Number of strata Number of PSUs Population size
= = = =
88 1 88 88
-----------------------------------------status | beban pekerjaan kehidupan | ringan sedang berat Total ----------+------------------------------hidup | 19 16 7 42 | .4524 .381 .1667 1 | mati men | 11 15 20 46 | .2391 .3261 .4348 1 | Total | 30 31 27 88 | .3409 .3523 .3068 1 -----------------------------------------Key: counts row proportions Pearson: Uncorrected Design-based
chi2(2) = F(2.00, 174.00) =
8.2601 4.0831
P = 0.0185
. svytab workburd death, count row pweight: Strata: PSU:
<none>
Number of obs Number of strata Number of PSUs Population size
---------------------------------------beban | status kehidupan commit to user pekerjaan | hidup mati men Total
= = = =
88 1 88 88
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
----------+----------------------------ringan | 19 11 30 | .6333 .3667 1 | sedang | 16 15 31 | .5161 .4839 1 | berat | 7 20 27 | .2593 .7407 1 | Total | 42 46 88 | .4773 .5227 1 ---------------------------------------Key: counts row proportions Pearson: Uncorrected Design-based
chi2(2) = F(2.00, 174.00) =
. . . svytab
agedic death, count row
pweight: Strata: PSU:
<none>
8.2601 4.0831
P = 0.0185
Number of obs Number of strata Number of PSUs Population size
= = = =
88 1 88 88
---------------------------------------umur | status kehidupan dikotomi | hidup mati men Total ----------+----------------------------<50 th | 35 20 55 | .6364 .3636 1 | >= 50 th | 7 26 33 | .2121 .7879 1 | Total | 42 46 88 | .4773 .5227 1 ---------------------------------------Key: counts row proportions Pearson: Uncorrected Design-based . xi: logistic i.workburd omitted)
chi2(1) F(1, 87) death i.workburd _Iworkburd_0-2
Logit estimates Log likelihood = -56.637742
= =
14.8792 14.7101
P = 0.0002
(naturally coded; _Iworkburd_0 Number of obs LR chi2(2) Prob > chi2 Pseudo R2
= = = =
88 8.54 0.0140 0.0701
----------------------------------------------------------------------------death | Odds Ratio Std. Err. z P>|z| [95% Conf. commit to user Interval]
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
-------------+--------------------------------------------------------------_Iworkburd_1 | 1.619318 .8456304 0.92 0.356 .5818659 4.506522 _Iworkburd_2 | 4.935065 2.862328 2.75 0.006 1.583425 15.38113 ----------------------------------------------------------------------------. logistic
death
agedic
Logit estimates
Number of obs LR chi2(1) Prob > chi2 Pseudo R2
Log likelihood = -53.104366
= = = =
88 15.60 0.0001 0.1281
----------------------------------------------------------------------------death | Odds Ratio Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval] -------------+--------------------------------------------------------------agedic | 6.5 3.313654 3.67 0.000 2.393188 17.65427 ----------------------------------------------------------------------------. xi: logistic i.workburd omitted)
death i.workburd _Iworkburd_0-2
Logit estimates Log likelihood = -50.141082
agedic (naturally coded; _Iworkburd_0 Number of obs LR chi2(3) Prob > chi2 Pseudo R2
= = = =
88 21.53 0.0001 0.1767
----------------------------------------------------------------------------death | Odds Ratio Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval] -------------+--------------------------------------------------------------_Iworkburd_1 | .903512 .5385053 -0.17 0.865 .2809353 2.905772 _Iworkburd_2 | 3.45587 2.145107 2.00 0.046 1.023776 11.66568 agedic | 6.439057 3.569444 3.36 0.001 2.172526 19.08445 ----------------------------------------------------------------------------.
commit to user