41 TALENTA PSIKOLOGI Vol. II, No. 1, Februari 2013
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA STROKE RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
Nur Hasan¹, Elina Raharisti Rufaidah¹ 1
Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sahid Surakarta
Abstract Stroke is a disease impaired of blood vessel in the brain suddenly. Stroke will be effect of limitation in moving, communicating and thinking. Physical changes that occur in patients with stroke will be increased of stress, tension, anxiety and frustration. The appropriate of coping strategies is required to overcome. The coping strategies by stroke patients will be influenced by social support. Social support can reduce the psychological tension and stabilize the emotions of the people with stroke. The purpose of this study are to know the correlation between social support with coping strategies in patients with stroke, to determine the level of social support received by stroke patients, and to find coping strategies that are often raised by people with stroke. Subjects used is stroke patients, totaling 30 people. The sampling technique used is purposive non-random sampling. The analysis of the product moment shows the correlation of 0.563 with p = 0.000 (p = 0.01), it’s means there is a positive and significant correlation between social support with coping strategies in patients with stroke. Effective contribution (SE) of social support for coping strategies by 31.7%, so there is still has 68.3% another factor that affects the appearance of coping strategies in patients with stroke. Keywords : Coping Strategies, Social Supports, Stroke Patients
42 TALENTA PSIKOLOGI Vol. II, No. 1, Februari 2013
Abstrak Stroke adalah penyakit terganggunya pembuluh darah pada otak secara mendadak. Stroke mengakibatkan keterbatasan baik dalam bergerak, berkomunikasi dan berfikir. Perubahan fisik yang terjadi pada penderita stroke meningkatkan stress, tegang, cemas dan frustrasi. Sehingga untuk mengatasinya diperlukan strategi coping tang tepat. Strategi coping yang dimunculkan oleh penderita stroke akan sangat dipengaruhi oleh dukungan sosial. Dukungan social mampu mengurangi ketegangan psikologis dan menstabilkan kembali emosi para penderita stroke. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara dukungan social dengan strategi coping pada penderita stroke, untuk mengetahui tingkat dukungan social yang diterima oleh penderita stroke, dan untuk mengetahui strategi coping yang sering dimunculkan oleh penderita stroke. Subjek penelitian adalah penderita stroke, berjumlah 30 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive non random sampling. Dari hasil analisis product moment menunjukkan korelasi sebesar 0,563 dengan p = 0,000 (p = 0,01) yang berarti ada hubungan positif yang signifikan antara dukungan social dengan strategi coping pada penderita stroke. Sumbangan efektif (SE) dukungan social terhadap strategi coping sebesar 31,7%, sehingga masih ada 68,3% factor lain yang mempengaruhi munculnya strategi coping pada penderita stroke. Kata Kunci : Dukungan Sosial, Penserita Stroke, Strategi Coping
43 TALENTA PSIKOLOGI Vol. II, No. 1, Februari 2013
munculnya keputus asaan, merasa diri PENDAHULUAN
tak berguna, tidak ada gairah hidup, satu
disertai keinginan berbicara, makan
bagian dari penyakit yang mengalami
dan bekerja yang menurun. Namun
peningkatan yang cukup signifikan
duapuluh lima persennya (25%) dapat
dari tahun ke tahun, namun penyakit
bekerja
ini juga menjadi momok bagi siapa
2003).
Stroke
adalah
salah
saja. Disamping pola pengobatan dan terapi yang harus dilakukan secara berkala, penyakit stroke juga dapat mengakibatkan
kecacatan
yang
menahun bagi penderitanya. Stroke atau Cerebral Vasculer Accident ( CVA ) adalah penyakit syaraf yang paling sering terjadi dan merupakan problem
kedokteran
yang
penting karena menjadi
sangat
penyebab
kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan kanker (Bonita, 1992). Stroke dapat mengakibatkan dampak
yang
kehidupan sebelumnya.
banyak
penderita
mengubah
dari
kondisi
Berdasarkan
hasil
seperti
semula(Hidayati,
Feibel (dalam Hartanti, 2002) melaporkan bahwa sepertiga dari 113 penderita strok mengalami depresi atau tekanan yang sangat besar dan akan semakin memberat dan makin sering dijumpai sesudah 6 bulan sampai 2 tahun setelah serangan stroke. Ada banyak gejala yang timbul bila terjadi serangan
stroke,
seperti
lumpuh
separuh badan, mulut mencong, bicara pelo, sulit menelan, sulit berbahasa (kurang dapat mengungkapkan apa yang
ia
inginkan),
tidak
dapat
membaca dan menulis, kepandaian mundur, mudah lupa, terganggu,
pendengaran
penglihatan mundur,
penelitian World Health Organization
perasaan penderita akan lebih sensitif,
(WHO)
bahwa
gangguan seksual, bahkan sampai
seperlima sampai dengan setengah dari
mengompol, dan tidak dapat buang air
penderita stroke mengalami kecacatan
besar
menahun
mengakibatkan
menyebutkan
yang
mengakibatkan
sendiri.
Penyakit
ini
dementia,
juga
44 TALENTA PSIKOLOGI Vol. II, No. 1, Februari 2013
dampak dari penyakit stroke dimana
merasa
diri
tidak
penderita akan mengalami penurunan
memalukan, dan sebagainya. Sebagian
kemampuan mental yang gejalanya
penderita stroke bahkan tidak dapat
tidak ingat lagi dengan kejadian yang
melakukan pekerjaan seperti biasa.
baru saja terjadi, lupa dengan jalan
Orang-rang yang menderita stroke
pulang ke rumah, dan lupa akan hari
yang pada sebelumnya menduduki
dan tanggal.
jabatan
penting
mampu,
terpaksa
jelek,
harus
melepaskan jabatanya tersebut karena Berdasarkan beberapa dampak yang ditimbulkan oleh penyakit stroke di
atas
maka
akan
sangat
mempengaruhi pula fungsi psikologis dari
penderita.
Secara
psikologis,
penderita stroke memiliki perubahan dan
keterbatasan
berkomunikasi,
dalam
dan
bergerak,
berfikir
yang
nantinya akan sangat mengganggu fungsi peran
penderita. Perubahan
fisik membuat mereka merasa terasing dari orang - orang dan mereka memiliki persepsi bahwa dirinya tidak berguna lagi karena hidup mereka lebih banyak bergantung pada orang lain, perasaan–perasaan tersebut akan mulai
timbul
akibat
keterbatasan
fungsi fisik dari penderita. Kondisi stroke yang demikian, penderita akan merasa dirinya cacat dan kecacatan ini menyebabkan citra diri terganggu,
dampak
yang
ditimbulkan
Kondisi-kondisi
tersebutlah
stroke. yang
mengakibatkan turunnya harga diri dan meningkatkan stres. Kondisi tersebut dirasakan
sebagai
suatu
bentuk
kekecewaan atau krisis yang dialami oleh
penderita.
Hal
tersebut
menimbulkan ketegangan, kecemasan, frustasi dalam menghadapi hari esok. Tekanan – tekanan tersebutlah yang biasanya
mengganggu
pengobatan secara medis
proses maupun
psikologis, sehingga akan semakin tinggi pula resiko psikologis yang dihadapi
oleh
penderita.
Namun
dampak dari suatu penyakit, akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana penderita menilai penyakit tersebut, sehingga penderita dapat mengolah tekanan yang dialami.
45 TALENTA PSIKOLOGI Vol. II, No. 1, Februari 2013
Bentuk
pengolahan
yang
Perilaku coping yang positif
dilakukan oleh penderita dari perasaan
dapat
cemas dan tekanan dapat dilakukan
seseorang
dengan cara strategi coping. Strategi
melanjutkan kehidupan walaupun ia
coping diartikan sebagai proses atau
memiliki
cara untuk mengelola dan mengolah
mempertahankan
tekanan psikis (baik secara eksternal
emosi, mempertahankan citra diri (self
maupun internal) yang terdiri atas
image)
usaha baik tindakan nyata maupun
tekanan
tindakan dalam bentuk intrapsikis
menyesuaikan diri terhadap hal-hal
(peredaman emosi, pengolahan input
yang negatif dari hubungan yang
dalam
coping
mencemaskan terhadap orang lain
tujuannya adalah untuk menyesuaikan
(Firdaus, 2004). Pearlin dan Scroler
diri terhadap tuntutan atau tekanan
(dalam
baik dari dalam maupun dari luar
menambahkan bahwa coping berkaitan
penderita
tersebut
dengan bentuk-bentuk usaha yang
dilakukan ketika ada tuntutan yang
dilakukan individu untuk melindungi
dirasa oleh penderita menantang atau
dari tekanan-tekanan psikologis yang
membebani (Lazarus dan Folkman,
ditimbulkan pula oleh pengalaman
1984). Strategi coping juga melibatkan
sosial. Sehingga secara psikologis
kemampuan-kemampuan
coping
kognitif).
stroke.
Strategi
Hal
khas
memberikan
manfaat
agar
dan
dapat
mampu
masalah,
yang
yaitu
untuk
keseimbangan
positif,
mengurangi
lingkungan
Setianingrum,
memberikan
efek
atau
2004)
pada
manusia seperti pikiran, perasaan,
kekuatan (perasaan tentang konsep diri
pemrosesan informasi, proses belajar,
dan kehidupan), reaksi emosi, tingkat
mengingat dan sebagainya. Implikasi
depresi
proses coping tidak terjadi begitu saja,
keseimbangan antara perasaan negatif
tetapi juga melibatkan pengalaman
dan positif.
atau
kecemasan
serta
atau proses berfikir seseorang (Herber, 2003).
Lazarus dan Folkman (1984) membagi coping menjadi 2 bentuk,
46 TALENTA PSIKOLOGI Vol. II, No. 1, Februari 2013
yaitu: Problem Fokus Coping (PFC) atau coping yang berorientasi pada masalah
dan
Emotional
menyelesaikan masalahnya. 8. Interpersitive,
kepercayaan
Focused
individu bahwa kerjasama dengan
Coping (EFC) atau strategi coping
orang lain akan dapat membantu
yang berorientasi pada emosi. Selain
menyelesaikan masalah yang kini
itu Pareek (1998) membagi strategi
dihadapi.
coping dalam delapan bentuk, yaitu: Perilaku 1. Impulnitive, individu menganggap
coping
yang
munculkan oleh individu
terdapat
tidak ada lagi yang dapat dilakukan
beberapa aspek didalamnya. Menurut
untuk menghadapi masalah yang
Carver, dkk (dalam Hapsari dkk, 2002)
dihadapi.
mengungkapkan beberapa aspek yang
2. Intrapunative, tindakan individu
terdapat dalam strategi coping adalah:
untuk menyalahkan dirinya sendiri
keaktifan
terhadap masalah yang dihadapi
penerimaan
diri,
perencanaan,
dan
religiusitas.
3. Ekstrapunitive, tindakan agresif
Sedangkan Pestonjee (dalam Lazarus
yang dilakukan individu untuk
dan Folkman, 1984) membagi aspek
mengatasi
strategi coping menjadi dua, yaitu :
permasalahan
yang
dihadapi 4. Devensive, pengingkaran individu ketika menghadapi masalah. 5. Ipersitive, rasa optimis individu bahwa waktu akan menyelesaikan masalah yang dihadapi. 6. Intropersitive,
individu
1. Pendekatan (approach) yaitu usaha individu secara aktif menghadapi masalah
dan
menyelesaikannya
sehinggan tidak lagi menekan 2. Penolakan (avoidance) yaitu usaha
percaya
bahwa harus bertindak sendiri
untuk
mengurangi
ketegangan
dengan menghindari masalah.
untuk mengatasi masalahnya. 7. Intrapersitive,
harapan
individu
terhadap orang lain untuk dapat
Strategi coping akan sangat mengandalkan
adanya
faktor
47 TALENTA PSIKOLOGI Vol. II, No. 1, Februari 2013
kepribadian dan faktor lingkungan,
Penderita
stroke
juga
serta masih banyak lagi faktor yang
termasuk
melatar belakangi munculnya strategi
coping
coping oleh penderita stroke, seperti :
penderita
jenis kelamin, tingkat pendidikan, usia,
dipengaruhi
dan
yang
lingkungan sekitarnya baik secara
Penggunaan
moriil maupun materiil, dan dukungan
Emotion Focused Coping memang
ini akan menjadi lebih penting untuk
akan lebih sesuai untuk mengatasi
membangun
stress yang diakibatkan oleh kondisi-
ketika menghadapi permasalahan atau
kondisi yang tidak dapat diubah.
tekanan yang menurut penderita sulit
status
dimiliki
sosial
ekonomi
penderita.
makhluk sosial, strategi yang
dimunculkan
stroke pula
akan oleh
pada sangat
dukungan
kepribadian
penderita
dihadapi. Dukungan antar individu Rutter (dalam Puspitasari , 2009) berpendapat bahwa strategi coping stress yang paling efektif adalah strategi yang sesuai dengan jenis stress dan situasi. Hal senada
dengan
lingkungan
timbal
balik,
sosial
dimana
bersifat
lingkungan
mempengaruhi individu dan individu mempengaruhi
perkembangan
lingkungan.
juga dikatakan oleh Rasmun (dalam Puspitasari, 2009) mengenai coping stress
yang
adaptasi
efektif
menetap
Kahn
dan
Antonuccio
menurut (dalam
yang
Saranson, 1998) merupakan transaksi
dan
interpersonal yang melibatkan salah
perbaikan dari situasi yang lama,
satu faktor atau lebih dari karakteristik
sedangkan coping stress yang tidak
berikut ini: afeksi (ekspresi menyukai,
efektif berakhir dengan maladaptif
mencintai,
mengagumi
yaitu perilaku yang menyimpang dari
menghormati),
penegasan
(ekspresi
keinginan
persetujuan,
penghargaan
terhadap
merupakan
yang
menghasilkan
Dukungan sosial
kebiasaan
normatif
baru
dan
dapat
dan
merugikan diri sendiri maupun orang
ketepatan, kebenaran dari beberapa
lain atau lingkungan.
tindak pernyataan, pandangan) dan
48 TALENTA PSIKOLOGI Vol. II, No. 1, Februari 2013
bantuan (transaksi-transaksi dimana bantuan
dan
pertolongan
dapat
1. Aspek ekonomi Setiap
individu
membutuhkan
langsung diberikan seperti barang,
dukungan yang berupa empati,
uang,
waktu).
cinta, kepercayaan dan kebutuhan
Ditambahkan oleh Katz dan Kahn
untuk didengarkan orang- orang
(dalam
bahwa
disekitarnya serta membutuhkan
dukungan sosial merupakan perasaan
orang lain untuk mendiskusikan
positif, menyukai kepercayaan dan
perencanaan hidupnya mendatang.
informasi,
nasehat,
Setyowati,
1999)
perhatian dari orang lain yang berarti dalam
hidup
manusia,
pengakuan
2. Askep Penghargaan Aspek
penilaian
dapat
berupa
kepercayaan seseorang dan bantuan
pemberian penghargaan, sebagai
langsung
bentuk-bentuk
timbal balik terhadap apa yang
tertentu. Selanjutnya Hopfoll (dalam
telah dilakukan dan dapat pula
Setyowati, 1999) menyatakan bahwa
berwujud
dukungan
perbandingan
dalam
sosial
sebagai
interaksi
umpan
balik,
soial
ataupun
sosial atau hubungan sosial yang
persetujuan
memberikan bantuan yang nyata atau
3. Aspek Informasi
perasaan
kasih
sayang
individu
atau
dirasakan
oleh yang bersangkutan,
sebagai
kelompok
kepada
perhatian
atau
yang
Aspek ini dapat berupa dukungan sosial tergadap
secara
tidak
individu,
langsung
memberikan
cinta.
informasi yang dibutuhkan ataupun
Hubungan interpersonal yang tercipta
nasehat-nasehat yang dibutuhkan
dalam suatu dukungan sosial memiliki
oleh individu tersebut.
beberapa aspek yang masing-msing
4. Aspek instrumental
memiliki ciri-ciri tertentu. Menurut
Aspek ini dapat berupa saran untuk
Hause
mempermudah
(1985)
mengklasifikasikan
individu
dalam
aspek dalam dukungan sosial dalam 4
berperilaku yang bertujuan positif
klasifikasi, yaitu :
dan dapat berupa uang, benda
49 TALENTA PSIKOLOGI Vol. II, No. 1, Februari 2013
ataupun pekerjaan.
yang diberikan oleh lingkungan sosial dapat
Kemampuan coping seorang penderita
stroke
akan
sangat
memerlukan input – input dari luar individu,
yaitu
dari
lingkungan
sosialnya atau berupa dukungan sosial. Sumber – sumber dukungan sosial dapat berasal dari keluarga sebagai lingkup
sosial
terkecil,
kemudian
lingkup sosial yang lebih luas yaitu lingkungan
tempat
tinggal,
rekan
(sekerja atau komunitas), ataupun dari atasannya. Dukungan sosial dapat diartikan sebagai kesenangan, bantuan, yang
diterima
seseorang
berupa
bercerita,
kesempatan
meminta
untuk
pertimbangan,
bantuan nasehat, atau bahkan tempat untuk mengeluh, perhatian emosional, bantuan
instrumental,
informasi,
pemberian
pemberian penghargaan
atau bentuk penilaian kepada individu yang
berupa
penghargaan
dari
lingkungan sosialnya. Orford (dalam Sirait, 2000) menambahkan ada lima bentuk
dukungan
sosial,
yaitu
:
dukungan materi, dukungan emosi, dukungan
penghargaan,
dukungan
informasi, dan integritas social.
melalui
hubungan formal dan informal dengan
Selain
itu
House
(1985)
yang lain atau kelompok (Gibson
membagi dukungan sosial menjadi 3
dalam Andarika, 2004).
bentuk:
Sarason (1998) menambahkan
1. Instrumental
bahwa dukungan sosial akan sangat
instrumental)
membantu individu untuk melakukan
Menyebutkan
penyesuaian atau perilaku coping yang
instrumental merupakan tindakan
positif
atau materi yang diberikan pada
serta
kepribadian sebagai dampak
pengembangan
aid
bahwa
(bantuan
bantuan
dan
dapat
berfungsi
orang lain yang memungkinkan
penahan
untuk
mencegah
pemenuhan tanggungjawab utuh
bersifat
dapat membantu untuk mengatur
psikologis
yang
gangguan. Bentuk dukungan sosial
situasi yang menekan.
50 TALENTA PSIKOLOGI Vol. II, No. 1, Februari 2013
2. Social-emotional
aid
(bantuan
sosial-emosional) Merupakan
organization) (dalam Hidayati, 2003) menyebutkan bahwa secara patologis
pernyataan
tentang
cinta, perhatian, penghargaan atau
stroke dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
empati dan sebagian dari kelompok yang berfungsi untuk memperbaiki perasaan negatif yang khusunya
aid
(bantuan
mengakibatkan pemenuhan volume aliran darah di otak diikuti jaringan
informasi) Komunikasi tentang opini atau kenyataan yang relevan tentang kesulitan pada saat ini, misal: nasehat
pembuluh darah arteri dalam otak akibat dari penyumbatan, yang
disebabkan oleh stres. 3. Informational
1. Infark otak, yaitu kelainan dalam
atau
informasi
untuk
menjadikan individu lebih mampu untuk mengatasi tekanan yang kini
darah di otak. 2. Pendarahan sub-arakhroidal, yaitu pecahnya pembuluh darah dan menyebabkan parenkim otak. 3. Pendarahan intra-serebral, yaitu pecahnya pembuluh darah arteri
dirasakannya.
yang Stroke gangguan
perembesan pada
merupakan
fungsional
penyakit
pembuluh
darah
cabang
dari
supervicial
fokal
sehingga terjadi perembesan pada
maupun global akut dengan gejala dan
pembuluh darah kapiler yang suatu
tanda sesuai dengan bagian otak yang
saat
terkena,
perdarahan yang lebih luas.
yang
peringatan;
dan
otak
merupakan
sebelumnya dapat
tanpa
akibat
gangguan
aliran
darah ke otak karena pendarahan ataupun non pendarahan (Junaidi, 2005).
WHO
(World
pecah
dan
terjadi
sembuh
sempurna, sembuh dengan cacat atau kematian;
bisa
health
Menurut Junaidi (2005) gejala dan tanda yang sering dijumpai pada penderita stroke akut adalah: adanya kelumpuhan fokal, mati rasa sebelah badan, mulut mencong, bicara menjadi
51 TALENTA PSIKOLOGI Vol. II, No. 1, Februari 2013
pelo, sulit menelan, sulit berbahasa,
bergerak,
bicara tidak lancar, tidak memahami
Keterbatasan
pembicaraan orang lain, tidak mampu
mempengaruhi fungsi peran psikologis
membaca dan menulis, sulit berjalan,
penderita, sehingga penderita sangat
tidak dapat berhitung, onset, serangan
membutuhkan dukungan baik dari
kelumpuhan sementara, penglihatan
keluarga, maupun dari lingkungan
terganggu,
sosialnya sebagai pembentuk strategi
mudah
pendengaran
mengangis
terganggu,
dan
tertawa,
coping
ataupun
berkomunikasi.
tersebut
yang
juga
dimunculkan
oleh
kelopak mata sulit dibuka, banyak
penderita stroke terhadap lingkungan
tidur, gerakan tidak terkoordinasi,
yang berbeda dan dengan kondisi yang
gangguan kesadaran.
berbeda
pula.
dukungan Kondisi stroke mengakibatkan berbagai
aspek
dalam
kehidupan
terganggu, yaitu aspek fisik dan aspek psikis. Secara fisik kerusakan pada pembuluh disebabkan
darah
di
oleh
otak
yang
penyumbatan,
pemecahan ataupun pembengkakan akan sangat mengganggu fungsi peran dari
penderitanya.
Secara
psikis
kondisi stroke akan mengakibatkan depresi,
kemarahan,
kehilangan
kesadaran dan harga diri, isolasi dan kelebihan emosi (Shimberg, 1998). Kondisi
penderita
stroke
sangat mempengaruhi fungsi peran penderita,
baik
dalam
berfikir,
Oleh
sosial
karena
diharapkan
itu akan
mengurangi ketegangan psikologis dan menstabilkan penderita
kembali stroke,
emosi
para
mendatangkan
perasaan aman dalam diri seseorang. Ini dapat menjadikan penderita merasa tenang yang pada akhirnya lebih percaya diri setiap dialami
dalam menyelesaikan
permasalahan karena
Berdasarkan
psikis
penyakit latar
yang stroke.
belakang
permasalahan diatas, maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut: “Apakah ada hubungan antara dukungan sosial dan strategi coping pada panderita stroke? ”.
52 TALENTA PSIKOLOGI Vol. II, No. 1, Februari 2013
coping yang disusun oleh Anggarini
METODE
(2009), Subjek dalam penelitian ini adalah penderita stroke yang berada di RSUD DR. Moewardi Surakarta yang sedang rawat inap. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Purposive
Non
Random
Sampling. Peneliti mengambil sampel semua penderita Stroke yang ada di Bangsal
Angrek
I.
Akan
tetapi,
mengingat penderita stroke memiliki riwayat yang sangat komplek maka peneliti mengambil sampel yang lolos
berdasarkan
aspek-aspek
strategi coping menurut Carver, dkk (dalam Hapsari, Usmi, dan Taufik, 2002)
yaitu
perencanaan,
keaktifan
diri,
penerimaan,
dan
religiusitas. Skala
ini mempunyai
korelasi validitas yang bergerak dari (rbt) 0,344 sampai 0,910 dengan nilai p yang bergerak pada kisaran 0,000 sampai dengan 0,014 (p < 0,05). Sedangkan strategi
reliabilitas
coping
dari
menunjukan
skala (rtt)
sebesar 0,959.
skrining test MMSE (Mini Mental State Examination), dengan skor 15
2. Skala Dukungan Sosial
point ke atas. Pasien dengan skor 18 Dukungan
point ke atas, dalam artian pasien dalam kondisi sadar penuh (compos metis) dan mampu berkomunikasi
sosial
diungkap
dengan skala dukungan sosial yang disusun oleh oleh Setiawan (2007) dengan mengacu pada aspek-aspek
secara verbal.
dukungan sosial dari Hause (1985) Skala yang digunakan dalam penelitian
ini
secara
keseluruhan
terdiri atas dua macam skala, yaitu:
yaitu
informatif,
instrumental dan aspek emosional. Skala
ini
validitas 1. Skala Strategi Coping Strategi coping pada penderita Stroke diungkap dengan skala strategi
penghargaan,
mempunyai berkisar
koefisien
antara
0,257
samapai dengan 0,601 dengan p < 0,05. Sedangkan reliabilitas dari skala ini
diuji
dengan
mengunakan
53 TALENTA PSIKOLOGI Vol. II, No. 1, Februari 2013
Cronbach alpha. Reliabilitas
populasi. Berdasarkan dari uji
dikatan baik jika nilai Cronbach
normalitas pada variabel dukungan
alpha
(dalam
sosial diperoleh nilai p = 0,981 (p
Setiawan (2007). Dari hasil analisis
> 0,05) yang berarti dukungan
diketahui nilai Cronbach alpha aitem
sosial mempunyai sebaran yang
dukungan sosial sebesar 0,808.
normal. Variabel strategi coping
>
0,6.
Nugroho
memperoleh nilai p = 0,876 (p > Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi
0,05), yang berarti strategi coping memiliki sebaran normal.
Product Moment Pearson sehingga analisis datanya menggunakan metode
b. Uji Linearitas
statistik. Teknik analisis data yang digunakan
untuk
mengetahui
hubungan antara Dukungan Sosial dan Strategi Coping Pada Penderita Stroke adalah
Korelasi
Product
Moment
Pearson (Hadi, 2000). Sedangkan untuk mengetahui perbedaan strategi coping antara pria dan wanita, peneliti
Uji
linearitas
bertujuan
untuk
mengetahui
linearitas hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung. Berdasarkan hasil uji linearitas hubungan
dengan
variabel
dukungan sosial dengan strategi coping
menggunakan analisa uji- T.
hubungan
pada
penderita
stroke
diperoleh nilai F beda = 0,651 dengan p = 0,793 (p > 0,05) yang
HASIL
berarti korelasinya linier. 1. Uji Asumsi a. Uji Normalitas Uji
normalitas
bertujuan
untuk
2. Uji Hipotesis sebaran mengetahui
Setelah dilakukan uji asumsi, langkah
selanjutnya
normal atau tidaknya penyebaran
melakukan
dari
menguji hipotesis yang diajukan
variabel
penelitian
dari
perhitungan
adalah untuk
54 TALENTA PSIKOLOGI Vol. II, No. 1, Februari 2013
dengan teknik analisis korelasi
signifikan
Product
dengan strategi coping pada penderita
Moment.
Berdasarkan
antara
dukungan
hasil perhitungan diperoleh nilai
stroke.
korelasi (r) sebesar 0,563 dengan
dukungan
(p = 0,001), yang berarti adanya
penderita akan semakin baik pula
hubungan positif yang signifikan
strategi coping yang dimunculkan oleh
antara dukungan sosial dan strategi
penderita
coping
sebaliknya. Hal ini berarti hipotesis
pada
penderita
Stroke.
Semakin tinggi dukungan sosial
Artinya,
semakin
sosial
sosial
yang
stroke,
tinggi
diperoleh
begitu
pula
yang diajukan diterima.
yang diperoleh penderita stroke Hal ini menunjukkan bahwa
maka akan semakin positif strategi coping yang dimunculkan oleh penderita stroke, dan begitu
dukungan sosial dengan aspek-aspek yang ada didalamnya dapat dijadikan sebagai prediktor untuk memprediksi
pula sebaliknya.
strategi Peranan
atau
sumbangan
coping stroke.
pada Secara
penderita psikologis,
efektif dukungan sosial terhadap
apabila dukungan dari lingkungan
strategi coping pada penderita
sosial
stroke adalah sebesar SE = 31.7%
mengoptimalkan
aspek
dan 68.3% dari faktor lain yang
penghargaan,
informasi,
tidak diteliti oleh peneliti.
instrumental berupa perhatian, nasehat,
penderita
stroke
mampu emosional, dan
saran, pemberian pekerjaan, dsb, maka PEMBAHASAN Berdasarkan
dukungan sosial tersebut akan mampu hasil
analisis
meningkatkan strategi coping pada
dengan menggunakan teknik analisis
penderita
korelasi Product Moment diperoleh
penderita merasa bahwa dirinya masih
nilai r sebesar 0,563 dengan p = 0,000
dibutuhkan, diperhatikan, dan merasa
(p = 0,01) yang dapat diartikan bahwa
bahwa dirinya tidak berbeda dengan
adanya
manusia yang lain. Dukungan sosial
hubungan
positif
yang
stroke
sehingga
55 TALENTA PSIKOLOGI Vol. II, No. 1, Februari 2013
akan
mengurangi
ketegangan
Dukungan
dari
lingkungan
sosial
psikologis dan menstabilkan kembali
keluarga dapat meringankan rasa sakit
emosi para penderita stroke
pada penderita stroke sebagai bentuk
(Andarika, tingginya
2004),
dukungan
semakin
secara
psikis
bagi
yang
penderita (Rusmini, 2003). Dukungan
diperoleh seseorang maka semakin
ini sangat penting untuk membentuk
rendah ketegangan psikologis pada
ketenangan, kenyamanan, dan sebagai
orang
dapat
pembuktian keeksistensiannya sebagai
menciptakan penyesuaian diri yang
manusia yang hidup bersama dalam
positif dalam masyarakat (Sarafino,
lingkup sosial.
tersebut,
1998).
Dukungan
diberikan
kepada
sosial
pengobatan
sehingga
sosial
yang
individu,
secara
emosional akan merasa lega, karena individu
merasa
bahwa
dirinya
diperhatikan, mendapatkan dukungan, saran atau kesan yang menyenangkan
Hasil
menujukkan rerata empirik dukungan sosial 85.7000 yang berarti dukungan sosial pada penderita stroke pada subjek penelitian tergolong sedang
interaksi
atau
hubungan
yang
lingkungan
diberikan pada penderita stroke dari
mampu
lingkungan sosial penderita dalam
meningkatkan atau membuat cara
bentuk pemberian saran, informasi,
pandang yang akan mempengaruhi
nasehat, perhatian, dan persetujuan.
munculnya strategi coping yang positif
Dukungan sosial tersebut mencakup
pada penderita stroke. Hal ini sesuai
dukungan
dengan pendapat dari Cutrona (dalam
instrumental,
Rusmini 2003) bahwa orang akan
penilaian, maupun dukungan dalam
lebih dapat menyelesaikan tugas yang
bentuk informasi yang dibutuhkan
berat dan sulit apabila mendapatkan
subjek. Dukungan sosial yang cukup
dukungan dari lingkungan sosialnya.
bermanfaat
sosial
penderita
dari
ini
(cukup), dapat diartikan bahwa adanya
pada dirinya (Koentjoro, 2003). Dukungan
penelitian
akan
dalam
hal
emosional,
penghargaan
untuk
atau
menurunkan
56 TALENTA PSIKOLOGI Vol. II, No. 1, Februari 2013
kemungkinan sakit dan mempercepat
Sedangkan rerata empirik dari
kesembuhan baik secara fisik maupun
strategi coping sebesar Œ = 60.7000
secara psikologis (Ruwaida, 2002).
yang berarti strategi coping yang
Dengan adanya dukungan sosial yang
diterima oleh subjek atau penderita
sesuai dengan apa yang dibutuhkan
stroketergolong tinggi artinya usaha
oleh individu maka individu tersebut
yang dilakukan atau dimunculkan oleh
akan merasa lebih percaya diri, serta
penderita stroke tergolong tinggi untuk
sikap yang dapat menerima kenyataan,
mengolah,
dapat mengembangkan kesadaran diri,
meminimalisir tekanan stroke dengan
berfikir positif, memiliki kemandirian,
merencanakan langkah-langkah untuk
dan mempunyai kemampuan untuk
pengobatan,
memiliki
berinstropeksi
sesuatu
serta
mencapai
yang
segala
diinginkan,
jika
mengisi
mengurangi
lebih
banyak
diri,
waktu
dan
dan luang
banyak dengan
memperoleh dukungan sosial berupa
berinteraksi dengan meminta nasehat
perhatian, menghargai, dan dicintai
ataupun saran baik dengan keluarga
oleh
atau tetangga. Hal ini sesuai pendapat
orang
lain
(Antony
dalam
Anggoro, 2006). Menambahkan pula
dari
Viktor (dalam Anggoro, 2006) bahwa
mengungkapkan
dengan adanya dukungan sosial maka
coping yang positif dapat memberikan
individu akan lebih optimis dalam
manfaat kepada sesorang untuk dapat
menghadapi
melanjutkan
kehidupan
saat
ini
Firdausi
(2004) bahwa
hidup
yang perilaku
dengan
ataupun pada masa yang akan datang,
mempertahankan
lebih terampil memenuhi kebutuhan
emosi,
psikologisnya dan mempunyai tingkat
merencanakan kembali masa depan,
kecemasan
rendah,
menyesuaikan diri dengan lingkungan
skill,
dan lebih mendekatkan diri kepada
mengatasi
Tuhan YME. Perilaku coping yang
mempertinggi mempunyai
yang
lebih
interpersonal kemampuan
sesuatu dan penuh semangat hidup.
citra
keseimbangan diri
yang
positif,
tinggi (Positif) dapat memberikan
57 TALENTA PSIKOLOGI Vol. II, No. 1, Februari 2013
manfaat
agar
seseorang
dapat
meskipun strategi coping tidak hanya
melanjutkan masa depan walaupun ia
dipengaruhi oleh variabel dukungan
memiliki
untuk
sosial saja, hal ini diketahui dari
keseimbangan
sumbangan efektif (SE) dukungan
masalah,
yaitu
mempertahankan
emosi, mempertahankan self-image
sosial terhadap strategi coping 31,7 %,
yang
tekanan
sehingga masih ada 68,3 % faktor lain
ligkungan atau menyesuaikan diri
yang mempengaruhi strategi coping
terhadap hal-hal negatif dan hubungan
yang
yang mencemaskan orang lain (Taylor
stroke, seperti: jenis kelamin, tingkat
dalam Firdausi, 2004).
pendidikan,
positif,
mengurangi
Strategi
coping
dimunculkan menghadapi
apabila situasi
akan seseorang
yang
dimunculkan
status
oleh
penderita
sosial-ekonomi,
perkembangan
usia,
konteks
lingkungan
sumber
individu
dan
(Pramadi dan Lasmono, 2003).
dirasa
mengancam (Billing, dkk, 2000), baik
Berdasarkan menurut
secara
menunjukkan rerata yang beda antara
serta
mengancam
laki-laki
berada dalam lingkungan sosialnya.
memunculkan strategi coping, rerata
Maka
ini
pada perempuan sebesar Œ = 54.7500
dari
dan rerata laki-laki sebesar 64.6667
untuk
dengan p = 0,08 (p > 0,05). Hal ini
memunculkan strategi coping yang
dipertegas (Nursasi 2002) perbedaan
positif.
ini
jenis kelamin menunjukkan adanya
membuktikan bahwa hipotesis yang
perbedaan dalam pemilihan coping.
diajukan peneliti dapat terbukti, yaitu
Wanita tampak lebih bersemangat
adanya hubungan yang positif antara
dalam
dukungan
dibandingkan pria, dan jenis coping
seseorang
membutuhkan lingkungan
dukungan sosialnya
Hasil
sosial
penelitian
dengan
coping pada penderita stroke,
strategi
perempuan
t-test
eksistensinya sebagai manusia yang
ketika
dan
analisis
kelamin
mengancam secara psikis maupun fisik,
hasil
jenis
mencari
jalan
dalam
keluar
yang berfokus pada emotional kurang
58 TALENTA PSIKOLOGI Vol. II, No. 1, Februari 2013
diminati oleh para pria. Setiap individu
melatar belakangi munculnya strategi
mempunyai strategi coping masing-
coping oleh penderita stroke, seperti :
masing dan akan disesuaikan dengan
jenis kelamin, tingkat pendidikan, usia,
keadaan
dan
masing-masing.
Menurut
Rutter ( dalam Puspitasari ,2009 )
status
sosial
ekonomi
yang
uraian
diatas
dimiliki penderita.
coping stress yang paling efektif adalah strategi yang sesuai dengan jenis stress dan situasi. Lazarus dan Folkman
(1984)
membagi
SIMPULAN Berdasarkan
coping
dapat disimpulkan bahwa pria dan
menjadi 2 bentuk, yaitu: Problem
wanita mempunyai strategi coping
Focused Coping (PFC) atau coping
tertentu
yang berorientasi pada masalah dan
permasalahan
Emotional Focused Coping (EFC) atau
dihadapi, serta faktor dari dalam diri
strategi coping yang berorientasi pada
individu.
emosi. Cheng (2001) mengungkapkan
dalam
menghadapi
dan
situasi
yang
DAFTAR RUJUKAN
bahwa strategi coping yang berorientasi pada emosi (EFC) adalah
Andarika, R. 2004. Burnout pada
strategi yang kurang tepat dalam
Perawat Putri RS. St. Elizabeth
meredamkan stress karena kondisi
Semarang
Ditinjau
Dari
emosional individu yang tidak stabil
Dukungan
Sosial.
Jurnal
sehingga tidak atau kurang efektif
PSYCHE. Palembang
apabila menggunakan copong jenis ini. Hal
ini
dipertegas
lagi
oleh
Anggarani, F. 2009. Hubungan antara dukungan sosial dan strategi
Tanumidjojo,dkk (dalam Puspitasari,
coping pada
2009) bahwa strategi coping akan
Skripsi
sangat mengandalkan adanya faktor
Surakarta. UMS
kepribadian dan faktor lingkungan, serta masih banyak lagi faktor yang
pasca stroke.
(Tidak
Diterbitkan).
Anggoro, F. 2006. Hubungan antara Dukungan
Sosial
dan
59 TALENTA PSIKOLOGI Vol. II, No. 1, Februari 2013
Kecenderungan Berfikir Positif
Billing, A.G., Cronkite, R.C. and
dengan Daya Tahan Terhadap
Moos, R.H. 2000. Coping,
Stress pada Wanita Karier.
stress, and social resources
Skripsi
among adult with unipolar
(Tidak
Diterbitkan).
Surakarta : UMS. Arikunto,
S.
2006.
Prosedur
depression.
Journal
Personality
and
of Social
Penelitian Suatu Pendekatan
Psychology, 47, 877-891.
Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Bonita, R. 1992. Epidemioligy Of
Arina. 2005. Askep Pasien dengan
Stroke. New York: John Wiley
Gangguan
Vascularisasi
Cerebral (Stroke) (Tinjauan
and Sons. Cahyaningtias, N. 2002. Hubungan
Pustaka). Hand Out Kuliah.
antara
(Tidak Diterbitkan). Surakarta:
dengan Motif Berprestasi Anak
Fakultas Kesehatan Universitas
Underchiever. Skripsi ( tidak
Muhammadiyah Surakarta.
diterbitkan ). Surakarta : UMS.
Azwar, S. 2005. Penyusunan Skala Psikologi.
Yogyakarta
:
Pustaka Belajar Offset. .
2007.
Reliabilitas
dan
Belajar Offset.
Coping
Chaplin, J. P. 2001. Kamus Psikologi Lengkap. Diterjemahkan oleh
Rajawali Press. Cheng. 2001. Strees, Coping dan Penyakit. Jakarta : Arta Karya
Basuki, L. Yudiarso, A. Tanumidjojo. Stress
Sosial
Dr. Kartini Kartono. Jakarta :
Validitas. Yogyakarta : Pustaka
2004.
Dukungan
dan
Pada
Perilaku Remaja
Firdausi. 2004. Depresi, Upaya dan
Cara
Mengatasinya.
Semarang : Dahara.
Penyandang Diabetes Mellitus
Firdausi. 2004. Depresi, Upaya dan
Tipe-1. Jurnal Anima , Vol.19,
cara mengatasinya. Semarang :
No. 4, 399 – 406.
Dahara.
60 TALENTA PSIKOLOGI Vol. II, No. 1, Februari 2013
Hadi, S. 2000. Metodologi Research
Penerimaan
Diri
Efektivitas
Jilid I. Yogyakarta : Andy.
dan
Komunikasi
Interpersonal. Skripsi. (Tidak Hapsari, R. A. Usmi, K. Taufik. 2002. Perjuangan Hidup Pengungsi Kerusuhan Kualitatif
Etnis
(Studi
tentang
Bentuk-
Bentuk perilaku coping pada Pengungsi
di
Madura).
Diterbitkan).
Semarang:
Fakultas Psikologi Universitas Khatolik Soegijapranata. Johnson, D. W and Johnson, P. F. 1999. Joining Together Group
Indigenous, Vol. 6, No. 2, 122-
Theory
and
Group
Skills.
129.
Fourth Edition. New Jersey : Prentice Hall.
Hartanti. 2002. Peran Sense of Humor dan Dukungan sosial Pada Tingkat
Depresi
Penderita
Junaidi,
Iskandar.
Praktis
2005.
Panduan
Pencegahan
dan
Dewasa Pasca Stroke. Anima,
Pengobatan Stroke. Jakarta:
Indonesian
PT.
Psychological
Journal. Vol. 17. No. 2. H. 107-119.
Measurement and Consept of Social Support. New York : Academic Press Inc. 2003.
Ilmu
Populer
Kelompok Gramedia. Kuntjoro, Z.S. 2002. Dukungan Sosial
Hause, J. S.and Kahn, R. L. 1985.
Herber.
Buana
Catatan
Pada
Lansia.
www.e-
psikologi.com Lazarus, R. S, and Folkman, S. 1984. Coping and Adaptation, New
Ilmu
Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press.
York /London: The Guilford Press. Lumbantobing.
2001.
Gangguan
Hidayati, V. H. 2003. Depresi Pasca
Fungsi Luhur pada Penderita
Stroke Pada Lansia di Panti
Stroke. Makalah, Bangkalan:
Wreda
Jawa Timur.
Ditinjau
dari
61 TALENTA PSIKOLOGI Vol. II, No. 1, Februari 2013
Marlina. 2001. Jantung dan Stroke. Jakarta : Buwana.
Ruwaida, A.Salmah, L. Rosana, D. 2006.
Mu’tadin. 2004. Pengelolaan Stress. Palembang : Wijaya Pustaka.
Hubungan
Kepercayaan
Antara
Diri
dan
Dukungan Keluarga dengan Kesiapan Menghadapi Masa
Pareek, P. 1998. Psikologi Populer ³Depresi dan Elasi´. Jakarta : Arcan.
ilmiah berkala psikologi. Vol. 8, No. 2, Hal.76 – 99.
Pramadi, A dan Lasmono. 2003. Penyesuaian
Psikologi.
Semarang : Cetak Aksara. Puspitasari,
Menepouse. Indegenous, Jurnal
E.P.
Dukungan
Peran
Keluarga
Pada
Skizofrenia. diterbitkan).
Penderita Skripsi.
E.
P.
1998.
Health
Psychology: Biopsychological Interactions. New York: John
2009.
Penanganan
Sarafino,
(Tidak
Surakarta.
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Rusmini, S. 2003. Stroke dalam Lingkungan Sosial. Yogyakarta : Deboss.
Wiley And Sons. Sarason,
I.
G.
1998.
Abnormal
th
Psychology. 6 Ed. New Jersey : Pentice Hall. _______. 1985. Life events, Social Support, and Illnes. Journal Psychosomatic Medicine vol 47, No. 2 (March/April 1985).
Rustiana, H. 2003. Gambaran post
Setianingrum. 2004. Strategi Coping
traumatic stress disorder (
Menghadapi Kecemasan pada
PTSD ) dan perilaku coping
Pasien
anak ± anak korban kerusuhan
(tidak diterbitkan ). Surakarta :
Maluku. Tazkiyah. Vol. 3.
Fakultas Psikologi Universitas
No.1, 46 – 63.
Muhammadiyah Surakarta.
Paraplegia.
Skripsi
Setyowati, D. R. 1999. Hubungan
62 TALENTA PSIKOLOGI Vol. II, No. 1, Februari 2013
Antara
Dukungan
dengan
Sosial
Kecemasan
Menghadapi
Wahyu, R. M, 2006. Hubungan Antara Konsep
Diri
dan
Perilaku
Sempitnya
Coping dengan Interksi Sosial
Lapangan Pekerjaan. Skripsi
pada Anak Asuh. Skripsi (tidak
(tidak diterbitkan). Surakarta :
diterbitkan
Fakultas Psikologi Universitas
Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Muhammadiyah
Setiawan, M. S. F. 2007. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dan Kestabilan
Emosi
Dengan
Kecenderungan
Depresi
Postpartum Di Rumah Sakit Bersalain Baru
Taman
Bekasi.
program
studi
Harapan
Surakarta
:
psikologi
Universitas Sahid Surakarta. Simberg. 1998. Depresi pada Pasien Stroke.
Jiwa
Indonesia
Psychiatry Quart. Vol. XXVIII. No. 3. Sirait, Y. 2000. Penyakit dan Budaya Sosial. Bandung : Rosdakarya. Thomas, E. 1998. Stroke, Penyebab dan
Pencegahannya.
Alih
bahasa : Dr. Andry Hartono. Jakarta : Pustaka Press.
).
Surakarta
:
Surakarta.