HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN MENJALANKAN SHALAT DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MENTOR KEGIATAN MENTORING UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Untuk Memenuhi Sebagaian Prasyarat Mencapai Derajat S-1 Program Studi Psikologi
Disusun Oleh :
OKTORA RINJANI F. 100104004
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014
HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN MENJALANKAN SHALAT DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MENTOR KEGIATAN MENTORING UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan oleh : OKTORA RINJANI F. 100 104 004
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014
ii
HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN MENJALANKAN SHALAT DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MENTOR KEGIATAN MENTORING UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Disusun oleh
:
OKTORA RINJANI F. 100 104 004
Telah disetuj r-r i untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji
Pembimbing Utarna
Tanggal, l3 Desember 2014
Susatyo Yuwono, S.Psi., M.Si.,Psi
lil
HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN MENJALANKAN SHALAT DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MENTOR KEGIATAN
MENTORING UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Yang dipersiapkan dan disusun oleh
:
OKTORA RINJANI F. 100 104 004 Telah dipertahankan di depan dewan penguji Pada tanggal l3 Desember 2014 dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Penguji utama
Susatyo Yuwono, S.Psi., M.Si.,Psi
n
Pengujipendamping I
Dra. Zahrotul Uyun, M.Si.,Psi Penguji pendamping
II
Dra.Partini,M.Si.,Psi Surakafta, 13 Desernber 201 4 h Surakarta ias Psi@logi
ffi{iffi 3"ffi
$ryry:
HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN MENJALANKAN SHALAT DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MENTOR KEGIATAN MENTORING UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Oktora Rinjani Susatyo Yuwono, S.Psi., M.si.,Psi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
[email protected]
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara kedisiplinan menjalankan shalat dengan kepercayaan diri. Hipotesis yang diajukan yaitu ada hubungan positif antara kedisiplinan menjalankan shalat dengan kepercayaan diri pada mentor kegiatan mentoring UMS. Populasi dalam penelitian ini adalah mentor kegiatan mentoring Universitas Muhammadiyah Surakarta. Peneliti menggunakan teknik simple random sampling, yaitu dengan melakukan random terhadap 12 fakultas yang ada di Universitas Muhammadiyah Surakarta, subjek yang terpilih dalam penelitian ini adalah para mentor kegiatan mentoring UMS di fakultas Hukum, fakultas Geografi dan fakultas Agama Islam yang berjumlah 108 subjek. Metode pengumpulan data menggunakan skala kedisiplinan menjalankan shalat dengan skala kepercayaan diri. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi produt moment. Berdasarkan hasil analisis product moment diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,412; p = 0,000 (p < 0,05) artinya ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kedisiplinan menjalankan shalat dengan kepercayaan diri. Sumbangan efektif antara variabel kedisiplinan menjalankan shalat terhadap kepercayaan diri sebesar 17%. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kedisiplinan menjalankan shalat dengan kepercayaan diri pada mentor kegiatan mentoring UMS. Kata kunci : Kedisiplinan Menjalankan Shalat, Kepercayaan Diri
v
segala
PENDAHULUAN
bisa mencapai berbgai tujuan di
para mentor kegiatan mentoring.
dalam hidupnya (Hakim, 2002). Rasa
Para mentor merupakan pengajar mentoring,
percaya diri atau yang lebih sering
para
dikenal dengan kata PD, merupakan
mentor mengajar para mahasiswa
salah satu sifat atau watak yang ada
dalam hal keagamaan seperti mengaji
di dalam diri manusia. Orang yang
dan diskusi tentang hal agama.
mempunyai rasa percaya diri tinggi
Mentoring merupakan salah satu kegiatan
keagamaan
pasti akan melakukan segala hal
yang
yang ia sukai tanpa ada beban
dilaksanakan setiap hari sabtu yang
sedikitpun. Sedangkan orang yang
dilaksanakan di semua fakultas di Universitas
yang
membuatnya merasa mampu untuk
oleh banyak orang, tidak terkecuali
kegiatan
kelebihan
dimilikinya dan keyakinan tersebut
Percaya diri diri dibutuhkan
dalam
aspek
kurang mempunyai rasa percaya diri
Muhammadiyah
pasti akan berpikir beberapa kali
Surakarta.
untuk melakukan sesuatu yang ia
Seorang pementor dituntut
sukai. Kurang percaya diri berarti
untuk memiliki kepercayaan diri
juga meragukan kemampuan diri
yang tinggi karena mereka harus
sendiri, dan ini jelas merupakan bibit
tampil didepan banyak mahasiswa
ketegangan (Yulianto, 2006).
dan diharuskan untuk beradaptasi
Hasil
wawancara
yang
dengan mahasiswa yang awalnya
peneliti lakukan pada tangga 10
belum mereka kenal. Karena para
Maret dengan tiga pementor kegiatan
pementor
mentoring
jawab
mempunyai
untuk
tanggung
mengajarkan
terkait
dengan
para
kepercayaan diri terdapat beberapa
mahasiswa dalam hal keagamaan.
hal yang menjadi fenomena pokok
Seorang pementor yang memiliki
yang menarik untuk diteliti dimana
kepercayaan diri yang tinggi akan
beberapa mahasiswa yang mementori
lebih tenang ketika mengajar dalam
kegiatan
mentoring.
masalah kapan ketika mereka harus
mentoring
memiliki
berhadapan dengan orang banyak,
Rasa percaya diri merupakan
ragu
suatu keyakinan seseorang terhadap
1
mengungkapkan
pendapat
hingga
mengakibatkan
segala
sesuatu
hilangnya telah
adalah dengan mengkuti kegiatan
direncanakan diawal, serta merasa
keagamaan misalnya dengan shalat,
cemas ketika berhadapan dengan
bila kita melaksanakan shalat kita
orang baru.
pasti akan lebih percaya diri. Karena
Fenomena menunjukkan
yang
pendidikan non formal salah satunya
di
atas
bahwa
dengan menjalankan shlat kita sudah
juga
menjalankan apa yang diperintahkan
krisis
oleh Allah SWT. Apalagi jika kita
kepercayaan diri bisa terjadi pada
menjalankan shalat dengan tepat
pementor yang seharusnya bisa lebih
waktu dan tidak menunda-nundanya,
percaya diri dibandingkan dengan orang
lain
yang
tidak
kepercayaan diri kita sudah pasti
menjadi
meningkat. Karena jika kita menunda
pementor.
nunda mengerjakan shalat kita sama Orang percaya
mempunyai
diri
pasti
akan
rasa
saja termasuk ke dalam golongan
selalu
orang malas yaitu golongan yang
berpikiran positif, dan akan lebih
tidak disukai oleh Allah SWT.
menghargai dirinya sendiri, dan akan
Menurut Haryanto (2002),
berbuat sesuatu agar dirinya lebih
Shalat
bernilai dan berharga. Komunikasi
sangat
meningkatkan
penting ilmu
taat waktu, sekaligus menghargai
dalam
waktu itu sendiri, dan kerja keras.
pengetahuan
Hal
guna meningkatkan kepercayaan diri.
dan
pelajaran,
berdiskusi
aturan
mengenai
masalah-masalah
dirinya
dengan dan
penting
karena
ketaatan
supremasi
pada
hukum.
ditegaskan dalam Al Qur’an dengan sumpah Allah yang berkaitan dengan
Dengan cara beribadah pun orang membuat
sangat
Sebenarnya masalah waktu telah
atau
kejadian-kejadian (Zainuddin, 2013).
dapat
ini
berkaitan
Aktif berinteraksi seperti banyak bicara
mengajarkan
kepada umat islam untuk disiplin,
dan interaksi terhadap orang lain juga
senantiasa
waktu,
lebih
misalnya:
“Demi
waktu
(Ashar); demi waktu fajar, demi
mempunyai nilai yang positif. Sesuai
waktu dhuha.”
dengan salah satu faktor kepercayaan diri menurut Hakim (2002) yaitu
2
Jadi kita wajib menerapkan
segala
kemampuan
dalam
diri).
apa yang diperintahkan oleh Allah
Berani bertindak dan mengambil
yaitu, disiplin dalam hal shalat
kesempatan yang dihadapinya.
karena itu sudah merupakan suatu
Menurut Lauster (2000), ada
kewajiban yang diajarkan dalam Al
beberapa aspek dari rasa percaya diri
Qur’an.
sebagai berikut:
Dengan
kita
disiplin
menjalankan shalat maka nilai yang ada
dalam
diri
kita
a. Individu yakin terhadap tindakan
semakin
yang dilakukan.
meningkat, dan dapat meningkatkan
Hal ini didasari oleh adanya
kepercayaan diri. Menurut kepercayaan
diri
keinginan Hakim bisa
(2002)
terhadap
kemampuan,
dikatakan
dan
kekuatan,
keterampilan
yang dimiliki.
sebagai suatu keyakinan seseorang
b. Individu
terhadap segala aspek kelebihan yang
diterima
oleh
kelompoknya.
dimilikinya dan keyakinan tersebut
Hal ini dilandasi oleh adanya
membuatnya merasa mampu untuk
keyakinan terhadap kemampuan
bisa mencapai berbgai tujuan di
dalam bersosialisasi.
dalam hidupnya. Kepercayaan diri menurut
Elfiky
(2012)
c. Individu
adalah
memiliki
ketenangan
sikap.
kekuatan yang mendorong seseorang
Hal ini didasari oleh adanya
untuk maju dan berkembang serta
keyakinan terhadap kekuatan dan
memperbaiki diri.
kemampuannya. Faktor-faktor
Kepercayaan diri merupakan kekuatan
yang
dapat
mempengaruhi rasa percaya diri pada
mengatur
seseorang menurut Hakim (2002) :
langkah ke depan sehingga individu mampu berperilaku sesuai dengan
a. Lingkungan keluarga
yang diharapkan (Sugiarti, 2011). Menurut
Pribadi
yang
Lingkungan berperan
(2012)
keluarga penting
sangat dalam
pembentukan kepercayaan diri
kepercayaan diri juga merupakan
seseorang, dalam membentuk
modal dasar untuk pengembangan
kepercayaan
dalam aktualisasi diri (eksplorasi
3
diri
tersebut
keluarga mengajarkan berbagai
karakter serta pengajaran kontrol
hal
salah
satunya
dengan
diri dan perilaku yang dianggap
shalat
secara
pantas. Hal ini dapat menjadi alat
disiplin, karena dengan disiplin
yang baik untuk sosialisasi dengan
menjalankan shalat kita telah
tujuan mengembangkan disiplin diri.
menjalankan
menjalankan
salah
satu Kedisiplinan
kewajiban yang diperintahkan shalat
oleh Allah SWT.
salam secara tepat waktu dan sesuai
lingkungan kedua bagi anak, sekolah
dengan syarat-syarat yang telah
merupakan
ditentukan oleh agama.
lingkungan yang paling berperan bagi anak setelah lingkungan
Aspek
keluarga di rumah.
kedisiplinan menjalanka shalat maka
bisa menjadi seseorang dengan
aspek
kepribadian yang penuh rasa
yang dimaksud adalah sikap taat
bagi diri sendiri dan orang lain.
melatih
dan tertib terhadap syarat-syarat shalat yang telah ditentukan oleh
disiplin
agama.
dan
2. Pemahaman yang baik mengenai
mengajarkan seseorang untuk selalu
sistem aturan perilaku, norma,
bertindak sesuai dengan peraturan yang ada secara suka rela (Aeni, 2011). (2009)
dalam
metode
kriteria,
dan
berlaku
dalam
shalat,
dimaksudkan
pemahaman
bukunya mengatakan bahwa disiplin merupakan
menjalankan
1. Sikap mental (mental attitude)
kelebihan tertentu yang berarti
penanaman
kedisiplinan
shalat adalah:
percaya diri adalah memiliki
Papalia
yang
terkait dengan penelitian ini yaitu
Salah satu modal utama untuk
usaha
kedisiplinan
dituliskan oleh Prijodarminto (1992)
c. Pendidikan non formal
adalah
menjalankan
dengan takbir dan diakhiri dengan
Sekolah bisa dikatan sebagai
Adapun
adalah
serangkaian gerakan yang dimulai
b. Pendidikan formal
dimana
menjalankan
standar
yang
mengerjakan agar tersebut
menumbuhkan pengertian yang
pembentukan
4
mendalam
untuk
mencapai
Disiplin
keberhasilan.
cara
masyarakat dalam mengajarkan anak
3. Sikap kelakuan wajar kesungguhan mentaati
merupakan
yang secara
mengenai
menunjukkan
disetujui kelompok dimana dalam
hati,
segala
hal
moral
yang
untuk
diperlukan unsur kesukarelaan dan
secara
adanya
cermat dan tertib Kepatuhan
perilaku
kesadaran
diri.
Artinya,
kemauan dan kemampuan untuk ini
dapat
berperilaku
sesuai
aturan
diekspresikan atau dipelihatkan
disetujui
melalui perilaku yang disiplin,
dalam diri tanpa adanya paksaan
tertib dan bersungguh-sungguh
(Aulina, 2013).
dalam mengerjakan shalat. Faktor-faktor
individu
(1992) yaitu: 1. Faktor keluarga disiplin
di
hal
dipengaruhi
oleh
penerimaan
masyarakat
ini
sejauhmana pada
segala hal yang mereka inginkan.
dalam
Kepercayaan pandangan
2. Faktor sekolah
diri sikap
merupakan
dan
keyakinan
remaja dalam menghadapi suatu
Usaha untuk menanamkan
tugas dan pekerjaan. Tidak adanya
kedisiplinan anak di sekolah
percaya diri, seseorang tidak dapat
diterapkan secara kontinu oleh pihak sekolah. 3. Faktor masyarakat
mengembangkan
potensi-potensi
yang
dan
dimilikinya
menjadi
manusia yang utuh dalam kehidupan
Lingkungan lain yang tidak penting
berbeda,
aman dan nyaman untuk melakukan
kehidupan keluarga.
kalah
akan
diterima maka akan muncul perasaan
mana penanaman sejak dini ini diterapkan
dari
individu. Jika mereka merasa dirinya
harus
ditanamkan sejak dini, yang
harus
muncul
Kepercayaan diri pada setiap
penyebab
kedisiplinan menurut Prijodarminto
Sikap
kelompok
yang
dalam
masyarakat. Kepercayaan diri akan
usaha
memperkuat
motivasi
mencapai
penanaman kedisiplinan adalah
keberhasilan, karena semakin tinggi
lingkungan masyarakat.
kepercayaan terhadap kemampuan diri sendiri, semakin kuat pula
5
semangat
untuk
menyelesaikan
kecemasan merupakan salah satu
segala pekerjaannya (Ashriati, 2006).
permasalahan yang terkait dengan
Suhardita (2011) mengatakan
kepercayaan diri.
bahwa Konsep percaya diri pada
Orang
dasarnya merupakan suatu keyakinan untuk
menjalani
mempertimbangkan
tinggi
dan
pada
saat
seseorang
menghasilkan
kepercayaan
yang
rendah.
Kedisiplinan
dalam pendidikan keagamaan yang
mampu dilakukanya. Misalnya saja
selalu
dalam kedisiplinan shalat. yang
akan
menjalankan shalat yang termasuk
mengerjakan sesuatu yang memang
Penelitian
menimbulkan
menjalankan shalat rendah maka
Artinya
keyakinan dan percaya diri hanya timbul
akan
sebaliknya jika tingkat kedisiplinan
sendiri bahwa ia mampu untuk sesuatu.
maka
tingkat kepercayaan diri yang tinggi,
membuat keputusan sendiri pada diri
melakukan
memiliki
kedisiplinan menjalankan shalat yang
kehidupan, pilihan
yang
diajarkan
karena dilakukan
oleh
keluarga
keluarga, merupakan
lingkungan pertama dan utama dalam
oleh Adi (dalam Mulyadi, 2006)
kehidupan
membuktikan
terdapat
selalu mengajarkan berbagai hal
keteraturan
sejak dini. Lingkungan keluarga
hubungan
bahwa antara
setiap
menjalankan shalat dan penurunan
merupakan
kecemasan. Hasil penelitian yang
kepercayaan diri.
manusia
salah
satu
yang
faktor
dilakukan oleh Winarni (2013) pada
Dari uraian di atas maka
mahasiswa Fakultas Psikologi UMM
peneliti mengajukan hipotesis untuk
memperoleh hasil bahwa semakin
diuji dalam penelitian ini yaitu, “Ada
tinggi kepercayaan diri mahasiswa
hubungan positif antara kedisiplinan
maka semakin rendah kecemasan
menjalankan
komunikasi di depan umum pada
kepercayaan diri.” Semakin tinggi
mahasiswa, begitu juga sebaliknya
tingkat
semakin rendah kepercayaan diri
shalat maka semakin tinggi pula
mahasiswa maka semakin tinggi
kepercayaan diri.
kecemasan komunikasi di depan umum pada mahasiswa. Dimana
6
shalat
kedisiplinan
dengan
menjalankan
Skala kepercayaan diri yang
METODE PENELITIAN Subjek mentor
penelitian
kegiatan
Universitas
digunakan adalah skala yang telah
adalah
dimodifikasi
mentoring
disusun oleh Lauster. Skala tersebut disusun
Bisnis, Teknik, Hukum, Geografi,
yang
terpilih
merasa diterima oleh kelompoknya, serta memiliki ketenangan sikap.
untuk
Dari aspek-aspek tersebut kemudian
dilakukan penelitian yaitu Hukum,
akan dikembangkan menjadi butir-
Geografi dan Agama Islam. Teknik
butir pernyataan sebanyak 32 buah
pengambilan sampel menggunakan
yang harus diisi oleh subjek. Dengan
teknik random sampling. Skala
diberi lima alternatif jawaban; tidak kedisiplinan
menjalankan
aspek
terhadap tindakan yang dilakukan.,
dan
Komunikasi & Informatika. Ada 3 fakultas
berdasarkan
kepercayaan diri, yaitu merasa yakin
Psikologi, Agama Islam, Kedokteran, Farmasi,
yang
skala kepercayaan diri yang telah
ada di UMS yaitu; FKIP, Ekonomi &
Kesehatan,
peneliti
merupakan hasil pengembangan dari
Muhammadiyah
Surakarta. Terdapat 11 fakultas yang
Ilmu
oleh
shalat
pernah,
disusun
jarang,
kadang-kadang,
sering dan sangat sering.
berdasarkan aspek kedisiplinan, yaitu
Metode analisis data yang
sikap mental; pemahaman yang baik
digunakan
mengenai sistem aturan perilaku,
adalah
norma, kriteria dan standar yang
moment dari Pearson.
dalam
teknik
penelitian
korelasi
ini
product
berlaku; sikap kelakuan yang secara wajar
menunjukkan
kesungguhan
HASIL DAN PEMBAHASAN
hati, untuk mentaati segala hal secara
Berdasarkan
hasil
cermat dan tertib. Dari aspek tersebut
perhitungan dengan menggunakan
kemudian dikembangkan menjadi
teknik analisis product moment dari
pernyataan
buah.
Pearson diperoleh nilai koefisien
alternatif
korelasi (r) sebesar 0.412 dengan
jarang,
signifikansi 0.000 (p ≤ 0,05) artinya
kadang-kadang, sering, dan sangat
ada hubungan positif yang sangat
sering.
signifikan
sebanyak
Dengan
diberi
jawaban;
tidak
20
lima pernah,
7
antara
kedisiplinan
menjalankan
shalat
dengan
menjalankan salah satu kewajiban
kepercayan diri. Hal ini berarti
yang diperintahkan oleh Allah SWT.
semakin tinggi (kuat) kedisiplinan
Hasil
menjalankan shalat maka semakin
pada
tinggi kepercayaan diri, sebaliknya semakin
rendah
hipotetik sebesar 42,5 yang berarti bahwa
Hal ini sesuai dengan berbagai
memiliki kategori sangat rendah, 4 orang dengan kategori rendah, 28
Mulyadi, 2006) membuktikan bahwa
orang dengan kategori sedang, 66
terdapat hubungan antara keteraturan
orang dengan kategori tinggi dan 10
menjalankan shalat dan penurunan
orang dengan kategori sangat tinggi.
kecemasan
Kondisi tersebut mengindikasikan
merupakan salah satu permasalahan
bahwa masih terdapat mentor yang
yang terkait dengan kepercayaan diri.
kedisiplinan menjalankan shalatnya
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
faktor-faktor
belum optimal. Hal ini sesuai dengan
yang
teori
dikemukakan oleh Hakim (2000),
sangat
Lingkungan berperan
pembentukan seseorang,
kepercayaan dalam
berbagai
faktor
diri
sekolah,
dan
faktor
masyarakat.
membentuk
hal
oleh
kedisiplinan yaitu faktor keluarga,
dalam
Hasil
kepercayaan diri tersebut keluarga mengajarkan
dikemukakan
beberapa faktor yang mempengaruhi
keluarga
penting
yang
Prijodarminto (1992) bahwa terdapat
salah satu faktornya yaitu lingkungan keluarga.
menjalankan
tinggi. Yaitu tidak ada subjek yang
yang dilakukan oleh Adi (dalam
Dimana
kedisiplinan
shalat pada subjek adalah tergolong
kedisiplinan
shalat, salah satunya yaitu penelitian
kecemasan.
kedisiplinan
empirik sebesar 52,53 dan rerata
semakin rendah kepercayaan dirinya.
mengenai
variabel
kategorisasi
menjalankan shalat diketahui rerata
kedisiplinan
menjalankan shalat seseorang maka
penelitian
analisis
variabel
salah
analisis
kategorisasi
kepercayaan
diri
satunya dengan menjalankan shalat
menunjukkan bahwa hasil rerata
secara
emprik sebesar 67,01 dan rerata
disiplin,
karena
dengan
hipotetik
disiplin menjalankan shalat kita telah
sebesar
65,
menunjukkan bahwa
8
hal
ini
kepercayaan
diri pada subjek adalah sedang. Yaitu
keluarga, yaitu faktor pendidikan
terdapat 1 orang yang memiliki
formal dan pendidikan non formal.
kepercayaan diri sangat rendah, 9
Hasil penelitian menunjukkan
orang memiliki kategori rendah, 75
ada hubungan positif yang sangat
orang memiliki kategori sedang, 21
signifikan
orang memiliki kategori tinggi dan 2 orang
memiliki
tinggi.
kategori
Kondisi
menjalankan
sangat
Hal
ini
populasi tempat penelitian dilakukan sehingga
yang
pada
ruang
karakteristik yang berbeda kiranya
atau pemberdayaan, kepercayaan diri
perlu
dapat dilatih atau dibiasakan oleh lingkungan terutama orang tua dan juga guru (Adywibowo, 2010).
dilakukan
penelitian
lagi
dengan
menggunakan
atau
menambah
variabel-variabel
lain
yang
Adapun sumbangan efektif
belum
disertakan
dalam
penelitian ini. b) peneliti tidak
shalat
mengetahui kondisi sesungguhnya
terhadap kepercayaan diri melalui
saat subjek sedang mengisi skala
perhitungan
moment
yang diberikan oleh peneliti, bisa jadi
diperoleh angka sebesar 17%. Hal ini
subjek mengisi skala tidak sesuai
menunjukkan masih terdapat 83%
dengan kejadian sesungguhnya.
faktor
lain
menjalankan
penerapan
lingkup yang lebih luas dengan
dihasilkan dari proses pendidikan
kedisiplinan
ada
hasil penelitian ini terbatas pada
dapat
pencapaian
Namun
antara lain a) generalisasi dari hasil-
disebabkan karena kepercayaan diri merupakan
diri.
dengan
keterbatasan pada penelitian ini,
mentor yang kepercayaan dirinya optimal.
kedisiplinan
shalat
kepercayaan
tersebut
menunjukkan bahwa masih banyak
belum
antara
product
yang
mempengaruhi
kepercayaan diri selain kedisiplinan
KESIMPULAN DAN SARAN
shalat. Hal ini sesuai dengan teori Hakim
Ada hubungan positif yang
(2000) bahwa masih terdapat faktor
sangat signifikan antara kedisiplinan
lain selain kedisiplinan shalat yang
menjalankan
terdapat dalam faktor lingkungan
kepercayaan diri.
yang
dikemukakan
oleh
9
shalat
dengan
Sumbangan
efektif
atau
teoritis
khususnya
peranan kedisiplinan menjalankan
hubungan
shalat terhadap kepercayaan diri
menjalankan
sebesar
17%
ini
kepercayaan diri.
terdapat
83%
faktor
berarti
masih
lain
variable
Adywibowo, Inge Pudjiastuti. 2010. Memperkuat Kepercayaan Diri Anak Melalui Percakapan Referensial. Jurnal Pendidikan Penabur, No.15, Tahun ke-9, Desember 2010, Hal 37-49.
menjalankan shalat. shalat
pada
subjek tergolong tinggi. Kepercayaan diri pada subjek tergolong sedang. Berdasarkan hasil penelitian
Aeni, Ani Nur. 2011. Menanamkan Disiplin pada Anak Melalui Dairy Activity Menurut Ajaran Islam. Jurnal Pendidikan Agama IslamTa’lim, Vol.9, No.1, 2011, Hal 17-29.
dan kesimpulan di atas, saran-saran yang diajukan dalm penelitian ini sebagai berikut: Subjek, diharapkan kepada subjek
agar
lebih
meningkatkan Ashriati, Alsa, Suprihatin. 2006. Hubungan antara Dukungan Sosial Orang Tua dengan Kepercayaan Diri Remaja Penyandang Cacat Fisik pada SLB-D YPAC Semarang. Jurnal Psikologi Proyeksi, Vol.1, No.1, Oktober 2006, Hal 45-67.
kepercayaan dirinya dengan faktorfaktor lain. Universitas, Universitas diharapkan kegiatan
pihak
khusunya lebih
LPIK
memperhatikan
mentoring
dan
lebih
mengorganir kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh
para
Aulina,
anggota
mentoring. Peneliti lain, disarankan dapat menjadikan
hasil
penelitian
pengetahuan
di
Choirun Nisak. 2013. Penanaman Disiplin pada Anak Usia Dini. Pedagogia, Vol.2, No.1, Februari 2013, Hal 36-49.
ini Elfiky, Ibrahim. 2012. Dahsyatnya Berperasaan Positif. Jakarta: Zaman.
sebagai kajian dalam pengembangan ilmu
dengan
DAFTAR PUSTAKA
kedisiplinan
Kedisiplinan
shalat
kedisiplinan
yang
mempengaruhi kepercayaan diri di luar
antara
mengenai
bidang
psikologi dan memberi kontribusi
10
Hakim, Thursan. 2002. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta: Puspa Swara.
Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Percaya Diri Siswa. Jurnal UPI, ISSN 1412-565X. No.1, Agustus 2011, Hal 127-138.
Haryanto, Sentot. 2002. Psikologi Shalat: Kajian Aspek-Aspek Psikologis Ibadah Shalat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Winarni, Reny. 2013. Kepercayaan Diri dengan Komunikasi Didepan Umum pada Mahasiswa. Jurnal Online Psikologi, Vol.1, No.2, Tahun 2013, Hal 400-413.
Mulyadi, Hidayah, Mahfur. 2006. Kecemasan dan Psikoterapi Islam. El Qudwah, Vol. 10. Papalia,
Olds, Feldman. 2009. Human Development. Jakarta: Salemba Humanika.
Pribadi,
Brotowidagdo. 2012. Hubungan antara Kepercayaan Diri dengan Motivasi Berprestasi pada Mahasiswa Universitas Semarang. Jurnal Dinamika Sosbud, Vol.14, No.1, Juni 2012: 1-6.
Yulianto, Nashori. 2006. Kepercayaan Diri dan Prestasi Atlet Taekwondo Daerah Istimewa Yogjakarta. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, Vol.3, No.1, Juni 2006, Hal 55-62. Zainuddin. 2013. Kiat Membimbing Siswa untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri dalam Bergaul. Jurnal Visi Ilmu Pendidikan, Vol.10, No.1, 2013, Hal 995-1005.
Prijodarminto, Soegeng. 1992. Disiplin Kiat Menuju Sukses. Jakarta: Pradnya Paramita. Sugiarti,
Widyawati, Br. 2011. Pengaruh Kepercayaan Diri dan Dukungan Keluarga Terhadap Kecemasan Menghadapi Menopause pada Ibu Rumah Tangga. Jurnal Penelitian Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Vol.1, No.1, 2011, Hal 3042.
Suhardita, Kadek. 2011. Efektivitas Penggunaan Teknik Permainan dalam
11