perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA TINGKAT PERTAMA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
REDYA AYU TRIUTARI G0008233
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul: Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Kepercayaan Diri pada Mahasiswa Tingkat Pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Redya Ayu Triutari, G0008233, Tahun 2011
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Ujian Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada Hari …….., Tanggal ………………. 2011
Pembimbing Utama
Penguji Utama
Djoko Soewito, dr., SpKJ
Prof. DR.M.Fanani, dr., SpKJ(K)
NIP 19580223 198511 1 001
NIP 19510711 8003 1 001
Pembimbing Pendamping
Anggota Penguji
Dr. Istar Yuliadi, Msi.
drg. Suhanantyo, Msi., Med.
NIP 19600710 198601 1 001
NIP 19550727 198312 1 002
Tim Skripsi
Annang Giri Moelyo, dr., SpA., Mkes to user NIP commit 19730410 200501 1 001
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA TINGKAT PERTAMA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
REDYA AYU TRIUTARI G0008233
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul : Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Kepercayaan Diri pada Mahasiswa Tingkat Pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Redya Ayu Triutari, NIM : G0008233, Tahun : 2011 Telah diuji dan sudah disahkan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada hari Jum’at, Tanggal 27 Mei 2011
Pembimbing Utama Djoko Soewito, dr., Sp.KJ NIP 19580223 198511 1 001
(...................................)
Pembimbing Pendamping Istar Yuliadi, dr., MSi. NIP 19600710 198601 1 001
(..................................)
Penguji Utama Prof. Dr. H. Moch. Fanani dr., Sp.KJ (K) NIP. 19510711 198003 1 001
(..................................)
Anggota Penguji drg. Suhanantyo, MSi., Med. NIP 19550727 198312 1 002
(..................................)
Surakarta,........................2011
Ketua Tim Skripsi
Muthmainah, dr., M.Kes
NIP. 19660702 199802 2 001
Dekan FK UNS
Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD., KR., FINASIM
NIP. 19510601 197903 1 002 commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 27 Mei 2011
Redya Ayu Triutari NIM. G0008233
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Redya Ayu Triutari, G0008233, 2011. Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Kepercayaan Diri pada Mahasiswa Tingkat Pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan mengetahui adanya hubungan kecerdasan emosional dengan kepercayaan diri pada mahasiswa tingkat pertama di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan pada bulan April 2011 di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pengambilan sampel dilaksanakan secara purposive random sampling. (1) Sampel mengisi lembar biodata dan informed consent sebagai tanda persetujuan (2) Kuesioner skala LMMPI untuk menilai dan mengetahui kejujuran dalam menjawab pertanyaan yang diberikan (3) Kuesioner Kecerdasan Emosi (4) Kuesioner Kepercayaan Diri Lauster. Diperoleh 60 data dan dianalisis menggunakan (1) Uji normalitas data Kolmogorov-Smirnov (2) Uji Korelasi Spearman melalui program SPSS 17.02 for Windows. Hasil Penelitian: Penelitian ini menunjukkan (1) Hasil significancy uji korelasi Spearman 0,000 atau p<0,05 (2) Nilai Correlation Coefficient uji korelasi Spearman +0,722 Simpulan Penelitian: Terdapat hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan kepercayaan diri yang bermakna pada mahasiswa tingkat pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Semakin tinggi kecerdasan emosional maka semakin tinggi kepercayaan diri, demikian pula sebaliknya.
Kata kunci : kecerdasan emosional, kepercayaan diri, mahasiswa tingkat pertama
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Redya Ayu Triutari, G0008233, 2011. The Correlation of Emotional Quotient between Self-confidence in First Grade Collegian at Medical Faculty of Sebelas Maret University Surakarta. Medical Faculty of Sebelas Maret University Surakarta. Objectives: This research aims to know the correlation of emotional quotient between self-confidence in first grade collegian at Medical Faculty of Sebelas Maret University Surakarta. Methods: This research method is an analytical descriptive study with cross sectional approach that have been implemented on April 2011 in Medical Faculty of Sebelas Maret University. The sample data are carried out by using purposive random sampling method. (1) Sample fill the biodata sheet and informed consent as a sign of approval (2) Scale questionnaire of L-MMPI to asses and find the honesty in answering the questions (3) Emotional quotient questionnaire (4) Selfconfidence questionnaire of Lauster. Sixty data obtained and analyzed using (1) Normally test data kolmogorov-smirnov (2) Spearman correlation test through SPSS 17.02 progam for windows. Results : This research shows (1) significancy results of Spearman correlation test is 0,000 or p<0,05 (2) The value of Correlation Coefficient of Spearman Correlation test is +0,722 Conclusion: There is a positive relation between emotional quotient with selfconfidence on the first grade collegian in Medical Faculty of Sebelas Maret Surakarta University. If the emotional quotient is high its will also be a high self confidence, and vice versa.
Key words : Emotional quotient, Self-confidence, First grade collegian
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PRAKATA
Alhamdulillaah, segala puji syukur bagi Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan taufik, hidayah, dan kekuatan serta kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan laporan penelitian dengan judul “Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Kepercayaan Diri pada Mahasiswa Tingkat Pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam penyusunan skripsi ini dapat teratasi atas pertolongan Allah SWT melalui bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD., KR., FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Muthmainah, dr., M.Kes selaku Ketua Tim Skripsi FK-UNS 3. Djoko Soewito, dr., Sp.KJ, selaku Pembimbing Utama yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasihat. 4. Istar Yuliadi, dr., M.Si., selaku Pembimbing Pendamping yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasihat. 5. Prof. Dr. H. Moch. Fanani dr., Sp.KJ (K), selaku Penguji Utama yang telah memberikan bimbingan dan nasihat. 6. drg. Suhanantyo, M.Si., Med., selaku Anggota Penguji yang telah memberikan bimbingan dan nasihat. 7. Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 8. Ir. Tias Djohar, RR. Hardiana Indartini, Setiadi Suryo Sumirat, Redyayu Hartanenggar serta seluruh keluarga yang telah memberi dukungan moral, material yang senantiasa mendoakan untuk terselesaikannya skripsi ini. 9. Teman-teman kost Yhani, Acil rekan sejawat angkatan 2008 terutama kelompok tutorial empat (Ali, Shaumy, Icha, Amel, Amin, Yoga, Abim, Darma, Tisa) yang telah memberi banyak dukungan. 10. Terima Kasih atas support dan bantuan akomodasinya pada Maya Diyaswari, Deni Tri Hananto, Rendy Oktavian P, dan Bramadhya Fragil J. 11. Teman-teman mahasiswa angkatan 2010 atas bantuannya dalam mengisi kuesioner dalam penelitian ini. 12. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, pendapat, koreksi, dan tanggapan dari semua pihak sangat diharapkan. Surakarta, 27 Mei 2011
commit to user
vi
Redya Ayu Triutari
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
PRAKATA ............................................................................................................
vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii DAFTAR TABEL .................................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................
1
B. Perumusan Masalah ...........................................................................
4
C. Tujuan Penelitian ...............................................................................
4
D. Manfaat Penelitian .............................................................................
4
BAB II. LANDASAN TEORI .............................................................................
5
A. Tinjauan Pustaka ..............................................................................
5
1. Kecerdasan Emosional .................................................................
5
a. Pengertian Emosi b. Pengertian Kecerdasan Emosional c. Faktor Kecerdasan Emosional 2. Kepercayaan Diri ........................................................................... 13 a. Pengertian Kepercayaan Diri b. Karakteristik Individu yang Memiliki Kepercayaan Diri c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kepercayaan Diri
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Cara Menumbuhkan Kepercayaan Diri 3. Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Kepercayaan Diri ..... 19 B. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 21 C. Hipotesis ......................................................................................... 21 BAB III. METODE PENELITIAN....................................................................... 22 A. Jenis Penelitian ............................................................................. 22 B. Lokasi Penelitian ........................................................................... 22 C. Subyek Penelitian .......................................................................... 22 D. Teknik Sampling dan Ukuran Sampel .......................................... 22 E. Variabel Penelitian ........................................................................ 23 F. Definisi Operasional Variabel ...................................................... 23 G. Rancangan Penelitian .................................................................... 25 H. Instrumen Penelitian...................................................................... 26 I. Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data .................................. 28 J. Desain Analisis Data ..................................................................... 28 BAB IV. HASIL PENELITIAN ........................................................................... 29 A. Subyek Penelitian .......................................................................... 29 B. Hasil Distribusi Sampel ................................................................ 29 C. Hasil Uji Normalitas ..................................................................... 33 D. Hasil Analisis Data........................................................................ 33 BAB V. PEMBAHASAN .................................................................................... 34
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 38 A. Simpulan ....................................................................................... 38 B. Saran.............................................................................................. 38 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 39 LAMPIRAN
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Sebaran Aitem Skala Inventori Kecerdasan Emosional ......................... 34 Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Usia, Jenis kelamin, Pekerjaan Orangtua dan Penghasilan Orangtua .................................................................... 33 Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Kecerdasan Emosional ........................ 34 Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Kepercayaan Diri ................... 34 Tabel 5. Uji Normalitas Penyebaran Data Penelitian dengan SPSS .................... 36 Tabel 6. Hasil Uji Korelasi Data dengan SPSS .................................................... 37
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 27 Gambar 2. Rancangan Penelitian......................................................................... 27
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kedokteran Lampiran 2. Fomulir Biodata dan Informed Consent Lampiran 3. Kuesioner L-MMPI Lampiran 4. Kuesioner Inventori Kecerdasan Emosi Lampiran 5. Kuesioner Kepercayaan Diri Lauster Lampiran 6. Data Mentah Hasil Penelitian Lampiran 7. Statistika dan Distribusi Data Lampiran 8. Hasil Uji Normalitas dan Analisis Data
commit to user
xii
1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Selama ini banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih kesuksesan yang tinggi diperlukan Kecerdasan Intelektual (IQ) yang juga tinggi. Namun, menurut hasil penelitian terbaru dibidang psikologi membuktikan bahwa IQ bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi kesuksesan seseorang, tetapi ada banyak faktor lain yang mempengaruhi salah satunya adalah kecerdasan emosional. (Gottman, 2001) Menurut Goleman (2002 : 512), kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Kemampuan sosial erat hubungannya dengan keterampilan menjalin hubungan dengan orang lain. Orang yang cerdas secara emosi mampu menjalin hubungan sosial dengan siapa saja. Orang-orang senang berada di sekitar orang yang cerdas secara emosi dan merasa bahwa hubungan ini berharga dan menyenangkan. Ini berarti kedua belah pihak dapat menjadi diri sendiri. Orang-orang dengan kecerdasan emosi yang tinggi bisa membuat orang lain merasa tentram dan nyaman berada didekatnya. Orang commit to user
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang cerdas secara emosi tersebut menebar kehangatan dan keterbukaan atau transparansi dengan cara yang tepat (Riny, 2009) Keterampilan sosial sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari seorang manusia. Alfred mengatakan bahwa kebutuhan yang paling penting untuk bersosialisasi adalah kebutuhan akan rasa percaya diri dan rasa superioritas (Lauster, 1999: 10). Seorang individu yang memiliki peran sebagai mahasiswa berada pada lingkungan yang sangat kompleks. Lingkungan yang menuntut mahasiswa tersebut untuk lebih mandiri, lebih inisiatif, lebih dewasa, dan lebih matang dalam berpikir dan berperilaku. Hal ini bukan merupakan proses yang mudah. Setiap mahasiswa berbeda dalam menghadapi lingkungan yang kompleks ini. Artinya dalam proses interaksi dengan lingkungannya, mahasiswa bertujuan untuk memenuhi kebutuhannya. Namun yang patut disayangkan, menurut Koentjaraningrat salah satu kelemahan generasi muda Indonesia adalah kurangnya rasa percaya diri. Penelitian yang dilakukan tentang hubungan rasa percaya diri dengan penyesuaian sosial pada remaja di panti asuhan menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara rasa percaya diri dengan penyesuaian sosial pada remaja. Penelitian terhadap remaja di panti asuhan anak yatim Mabarrot Sunan Giri Malang ini menunjukkan bahwa semakin positif atau tinggi rasa percaya diri akan diikuti semakin positif atau tinggi penyesuaian sosial yang dialami individu. (Gandamana, 2000)
commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sehubungan dengan penelitian di atas, Marfiyanti (2001: 58) meneliti tentang hubungan rasa percaya diri dengan efektifitas komunikasi pada pasangan muda. Berdasarkan dari hasil penelitiannya Marfiyanti menyimpulkan bahwa semakin tinggi rasa percaya diri maka semakin tinggi pula efektifitas komunikasi individu. Penelitian dengan subjek sebanyak 40 orang dengan pendidikan SMU hingga S1 ini diketahui ternyata faktor percaya pada kemampuan pribadi merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap rasa percaya diri dibanding faktor lainnya. Hal ini disebabkan karena seseorang yang percaya pada kemampuan yang dimilikinya atau dengan kata lain memilki keyakinan yang positif akan lebih percaya diri, sehingga akan mempunyai keberanian untuk berkomunikasi dan lebih bersikap terbuka dengan pasangannya. Dari beberapa uraian yang telah dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional mempunyai hubungan dengan keterampilan sosial dan empati pada tiap individu. Sama halnya juga dengan
kepercayaan
diri
yang
mempunyai
hubungan
terhadap
keterampilan sosial pada individu. Berdasarkan simpulan di atas peneliti tertarik untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kecerdasan emosional terhadap kepercayaan diri, karena dua variabel ini sangat berpengaruh terhadap proses interaksi sosial individu.
commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : “Adakah hubungan kecerdasan emosional dengan kepercayaan diri pada mahasiswa tingkat pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta?” C. Tujuan Penelitian Mengetahui adanya hubungan kecerdasan emosional dengan kepecayaan diri pada mahasiswa tingkat pertama di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi Ilmu Kedokteran Jiwa dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada serta dapat memberi gambaran mengenai hubungan kecerdasan emosional dengan kepercayaan diri. 2. Manfaat Terapan a. Jika hipotesis ini berhasil maka dapat menjadi masukan bagi mahasiswa mengenai pentingnya meningkatkan kecerdasan emosi sehingga dapat meningkatkan pula rasa kepercayaan diri. b. Jika hipotesis ini berhasil maka dapat membantu memberikan informasi khususnya kepada para konselor dalam upaya membimbing dan memotivasi individu untuk menggali kecerdasan emosional yang dimilikinya.
commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Kecerdasan Emosional a. Pengertian Emosi Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis. Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia. (Prawitasari,1995) Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain Descrates. Menurut Descrates, emosi terbagi atas : Desire (hasrat), hate (benci), Sorrow (sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
6 digilib.uns.ac.id
dan Joy (kegembiraan). Sedangkan JB Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu : fear (ketakutan), Rage (kemarahan), Love (cinta). Daniel Goleman (2002 : 411) mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu : 1) Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati 2) Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa 3) Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak tenang, ngeri 4) Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga 5) Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kemesraan, kasih 6) Terkejut : terkesiap, terkejut 7) Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka 8) malu : malu hati, kesal Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa semua emosi menurut Goleman pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Jadi berbagai macam emosi itu mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada. Dalam the Nicomachea Ethics pembahasan Aristoteles secara filsafat tentang kebajikan, karakter dan hidup yang benar, tantangannya adalah menguasai kehidupan emosional diri dengan kecerdasan. Nafsu, apabila dilatih dengan baik commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
7 digilib.uns.ac.id
akan memiliki kebijaksanaan; nafsu membimbing pemikiran, nilai, dan kelangsungan hidup. Tetapi, nafsu dapat dengan mudah menjadi tak terkendalikan, dan hal itu seringkali terjadi. Menurut Aristoteles, masalahnya bukanlah mengenai emosionalitas, melainkan mengenai keselarasan antara emosi dan cara mengekspresikan (Goleman, 2002 : xvi). Menurut Mayer (Goleman, 2002 : 65) orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi diri, yaitu : sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi setiap individu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang dijalani menjadi sia-sia. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu perasaan (afek) yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya. b. Pengertian Kecerdasan Emosional Istilah “kecerdasan emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan. Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional atau yang sering disebut EQ sebagai : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
8 digilib.uns.ac.id
“himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan.” (Shapiro, 1998:8). Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional. Keterampilan EQ bukanlah lawan keterampilan IQ atau keterampilan kognitif, namun keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia nyata. Selain itu, EQ tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan. (Shapiro, 1998-10). Sebuah model pelopor lain tentang kecerdasan emosional diajukan oleh Bar-On pada tahun 1992 seorang ahli psikologi Israel, yang mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai serangkaian kemampuan pribadi, emosi dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tututan dan tekanan lingkungan (Goleman, 2000 :180). Gardner dalam bukunya yang berjudul Frame Of Mind (Goleman, 2000 : 50-53) mengatakan bahwa bukan hanya satu jenis kecerdasan yang monolitik yang penting untuk meraih sukses dalam kehidupan, melainkan ada spektrum kecerdasan yang lebar dengan tujuh varietas utama yaitu linguistik, matematika/logika, spasial, kinestetik, commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
musik, interpersonal dan intrapersonal. Kecerdasan ini dinamakan oleh Gardner sebagai kecerdasan pribadi yang oleh Daniel Goleman disebut sebagai kecerdasan emosional. Menurut Gardner, kecerdasan pribadi terdiri dari :”kecerdasan antar pribadi yaitu kemampuan untuk memahami orang lain, apa yang memotivasi mereka, bagaimana mereka bekerja, bagaimana bekerja bahu membahu dengan kecerdasan. Sedangkan kecerdasan intra pribadi adalah kemampuan yang korelatif, tetapi terarah ke dalam diri. Kemampuan tersebut adalah kemampuan membentuk suatu model diri sendiri yang teliti dan mengacu pada diri serta kemampuan untuk menggunakan modal tadi sebagai alat untuk menempuh kehidupan secara efektif.” (Goleman, 2002 : 52). Dalam rumusan lain, Gardner menyatakan bahwa inti kecerdasan antarpribadi itu mencakup “kemampuan untuk membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati, temperamen, motivasi dan hasrat orang lain.” Dalam kecerdasan antar pribadi yang merupakan kunci menuju pengetahuan diri, Gardner mencantumkan “akses menuju perasaan-perasaan diri seseorang dan kemampuan untuk membedakan perasaan-perasaan tersebut serta memanfaatkannya untuk menuntun tingkah laku”. (Goleman, 2002 : 53). Berdasarkan kecerdasan yang dinyatakan oleh Gardner tersebut, Salovey (Goleman, 200:57) memilih kecerdasan interpersonal dan kecerdasan
intrapersonal untuk dijadikan commit to user
sebagai
dasar
untuk
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengungkap kecerdasan emosional pada diri individu. Menurutnya kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain. Menurut Goleman (2002 : 512), kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. c. Faktor Kecerdasan Emosional Goleman
mengutip
Salovey
(2002:58-59)
menempatkan
kecerdasan pribadi Gardner dalam definisi dasar tentang kecerdasan emosional yang dicetuskannya dan memperluas kemampuan tersebut menjadi lima kemampuan utama, yaitu : 1) Mengenali Emosi Diri Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Menurut Mayer (Goleman, 2002 : 64) kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai emosi. 2) Mengelola Emosi Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan individu (Goleman, 2002 : 77-78). Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan. 3) Memotivasi Diri Sendiri Prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri. commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Mengenali Emosi Orang Lain Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Menurut Goleman (2002 :57) kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap
sinyal-sinyal
sosial
yang
tersembunyi
yang
mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga seseoramg itu lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain. Rosenthal dalam penelitiannya menunjukkan bahwa orangorang yang mampu membaca perasaan dan isyarat non verbal lebih mampu menyesuaikan diri secara emosional, lebih populer, lebih mudah bergaul, dan lebih peka (Goleman, 2002 : 136). Nowicki, ahli psikologi menjelaskan bahwa anak-anak yang tidak mampu membaca atau mengungkapkan emosi dengan baik akan terus menerus merasa frustasi (Goleman, 2002 : 172). Seseorang yang mampu membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri yang tinggi. Semakin mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu mengenal dan mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut mempunyai kemampuan untuk membaca perasaan orang lain.
commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5) Membina Hubungan Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antarpribadi (Goleman, 2002 : 59). Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan. Individu sulit untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dan sulit juga memahami keinginan serta kemauan orang lain. Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina hubungan ini akan sukses dalam bidang apapun. Orang berhasil dalam pergaulan karena mampu berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Orang-orang ini populer dalam lingkungannya dan menjadi
teman
yang
menyenangkan
karena
kemampuannya
berkomunikasi (Goleman, 2002 :59). Ramah tamah, baik hati, hormat dan disukai orang lain dapat dijadikan petunjuk positif bagaimana seseorang mampu membina hubungan dengan orang lain. 2. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan Diri Menurut De Angelis (1997) rasa percaya diri sebagai keyakinan pada kemampuan diri sendiri yang mana percaya diri itu berawal dari tekad pada diri sendiri untuk melakukan segala sesuatu yang diinginkan dan dibutuhkan dalam hidup. commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ditambahkan oleh Liendenfield (1997) rasa percaya diri lebih menekankan pada kepuasan yang dirasakan individu terhadap dirinya, dengan kata lain individu yang percaya diri adalah individu yang merasa puas pada dirinya sendiri. Wijaya (2000) mendefinisikan kepercayaan diri adalah kekuatan keyakinan mental seseorang atas kemampuan dan kondisi dirinya dan mempunyai pengaruh terhadap kondisi dan perkembangan kepribadian seseorang secara keseluruhan. Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa rasa percaya diri adalah keyakinan pada kemampuan diri sendiri untuk melakukan segala sesuatu yang diinginkan dan merasa puas terhadap dirinya. b. Karakteristik Individu yang Memiliki Kepercayaan Diri Menurut Fatimah (2006) ciri-ciri individu yang memiliki kepercayaan diri yang proporsional, di antaranya adalah: 1) Percaya akan kemampuan diri sendiri, sehingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, ataupun rasa hormat dari orang lain. 2) Tidak terdorong untuk menunjukan sikap konformis demi diterima oleh orang lain atau kelompok. 3) Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain. 4) Punya kendali diri yang baik (tidak moody dan emosi stabil). commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5) Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau kegagalan, tergantung dari usaha sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak tergantung pada bantuan orang lain). 6) Mempunyai cara pandang positif terhadap orang lain, diri sendiri, dan situasi diluar dirinya. 7) Memiliki harapan-harapan yang realistik, sehingga ketika harapan itu tidak terwujud mampu untuk melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi. Ditambahkan menurut Guilford, 1959; Lauster, 1978; Instone, 1983 (dalam Afiatin dan Martaniah, 1998), ciri-ciri individu yang memiliki rasa percaya diri adalah sebagai berikut: 1) Individu merasa adekuat terhadap tindakan yang dilakukan. Hal ini didasari oleh adanya keyakinan terhadap kekuatan, kemampuan, dan ketrampilan yang dimiliki. 2) Individu merasa diterima oleh kelompoknya. Hal ini didasari oleh adanya keyakinan terhadap kemampuannya dalam berhubungan sosial. 3) Individu percaya sekali terhadap dirinya serta memiliki ketenangan sikap. Hal ini didasari oleh adanya keyakinan terhadap kekuatan dan kemampuannya.
commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari kedua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan adalah sebagai berikut: 1) Individu merasa diterima oleh kelompoknya 2) Individu percaya sekali terhadap dirinya serta memiliki ketenangan 3) Tidak terdorong untuk menunjukan sikap konformis demi diterima oleh orang lain atau kelompok. 4) Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain 5) Punya kendali diri yang baik (tidak moody dan emosi stabil). 6) Memiliki internal locus of control 7) Mempunyai cara pandang positif terhadap orang lain, diri sendiri, dan situasi diluar dirinya. 8) Memiliki harapan-harapan yang realistic c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kepercayaan Diri Menurut Middlebrook (dalam Mahrita, 1997), ada empat faktor yang mempengaruhi perkembangan kepercayaan diri, yaitu: 1) Pola Asuh Keluarga merupakan faktor utama yang mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan anak di masa yang akan datang. Dari ketiga pola asuh baik itu otoriter, demokratis, dan permisif, menurut Hurlock (dalam Mahrita, 1997) pola asuh demokratis adalah model yang paling cocok yang mendukung pengembangan percaya diri pada
anak,
karena pola asuh commit to user
demokratis
melatih
dan
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengembangkan tanggung jawab serta keberanian menghadapi dan menyelesaikan masalah secara mandiri. 2) Jenis Kelamin Peran jenis kelamin yang disandang oleh budaya terhadap kaum perempuan maupun laki-laki memiliki efek sendiri terhadap perkembangan rasa percaya diri. Perempuan cenderung dianggap lemah dan harus dilindungi, sedangkan laki-laki harus bersikap sebagai makhluk kuat, mandiri dan mampu melindungi. 3) Pendidikan Pendidikan seringkali menjadi ukuran dalam menilai keberhasilan seseorang. Berarti semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang semakin tinggi pula anggapan orang lain terhadap dirinya. Seseorang yang memiliki jenjang pendidikan yang rendah biasanya merasa tersisih dan akhirnya tidak memiliki keyakinan akan kemampuannya. Sedangkan yang memiliki jenjang pendidikan yang tinggi semakin terpacu untuk menunjukkan kemampuannya. 4) Penampilan Fisik Individu yang memiliki tampilan fisik yang menarik lebih sering diperlakukan dengan baik dibandingkan dengan individu yang mempunyai penampilan kurang menarik.
commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Cara Menumbuhkan Kepercayaan Diri Menurut Anita Lie (2003) untuk dapat menumbuhkan rasa percaya diri yang proporsional, individu tersebut harus memulai dari diri sendiri. Adapun cara yang digunakan adalah: 1) Evaluasi Diri Secara Obyektif Individu harus belajar untuk menerima diri secara obyektif dan jujur. Membuat daftar potensi yang ada dalam diri baik yang telah diraih ataupun belum. Kenali apa yang menjadi penyebab terhalangnya kemunculan potensi yang ada dalam diri. 2) Memberi penghargaan yang jujur terhadap diri Menyadari dan menghargai sekecil apapun keberhasilan dan potensi yang dimiliki. 3) Positif Thinking Mencoba untuk melawan setiap asumsi, prasangka atau persepsi negatif yang muncul dalam benak, dan tidak membiarkan pikiran negatif berlarut-larut. 4) Gunakan Self Affirmation Menggunakan
sel
affirmation
memerangi
negatif
thinking,
contohnya: “Saya pasti bisa!” 5) Berani Mengambil Risiko Setelah memahami secara obyektif, maka akan dapat memprediksi risiko setiap tantangan yang dihadapi, sehingga tidak perlu commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menghindari melainkan lebih menggunakan strategi-strategi untuk menghindari, mencegah, atau mengatasi risiko. 6) Belajar Mensyukuri dan Menikmati Rahmat Tuhan Individu tersebut harus dapat melihat dirinya secara positif. 7) Melakukan Tujuan yang Relistik Mengevaluasi segala tujuan yang telah ditetapkan, apakah tujuan tersebut realistik atau tidak. Tujuan yang realistik akan memudahkan dalam pencapaian tujuan. 3. Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Kepercayaan Diri Kecerdasan Emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan baik diri sendiri maupun orang lain dan kemampuan mengendalikan perasaan dengan baik. Sehingga individu tersebut dapat mampu untuk melakukan hubungan sosial yang sehat dengan orang lain dan mampu mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan. (Bradberry, 2007) Seseorang akan lebih mungkin mencapai keberhasilan jika tidak terlalu sering mengalami keadaan emosional yang menekan karena dapat menurunkan keyakinan akan kemampuan dirinya. (Hambawani, 2007) Menurut Fereira (dalam Ginanjar, 2001), seorang konsultan dari Deloitte and Touche Consulting mengatakan bahwa seseorang yang memiliki kepercayaan diri, di samping mampu mengendalikan dan menjaga keyakinan
dirinya,
juga
akan
mampu
membuat
perubahan
di
lingkungannya, ini berarti bahwa kepercayaan diri akan mempengaruhi commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial. Seseorang yang mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi mempunyai kualitas-kualitas yang dapat meningkatkan kepercayaan diri antara lain: a. Empati b. Mengungkapkan dan memahami perasaan c. Mengendalikan amarah d. Kemandirian e. Kemampuan menyesuaikan diri f. Disukai g. Kemampuan memecahkan masalah antar pribadi h. Ketekunan, kesetiakawanan, keramahan, dan sikap hormat
commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Kerangka Pemikiran
Kecerdasan Emosi
1. Kesadaran Diri 2. Pengendalian Diri 3. Motivasi Diri 4. Empati 5. Keterampilan Sosial (Salovey-Goleman, 2002)
Kepercayaan Diri
a. Menjaga Keyakinan Diri b. Membuat Perubahan positif di Lingkungan Fereira (Ginanjar, 2001)
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
C. Hipotesis Terdapat hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan commit to user kepercayaan diri.
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan ini adalah suatu jenis penelitian observasional analitik dan untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosional dengan kepercayaan diri melalui pendekatan cross sectional. Analitik adalah mencari hubungan antarvariabel yang diteliti dengan melakukan analisis terhadap
data
yang
dikumpulkan.
Sedangkan
Observasional
dengan
pendekatan Cross Sectional adalah melakukan pengukuran variabel pada suatu saat dan tanpa adanya tindakan intervensi (Sugiyono,2005).
B. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
C. Subyek Penelitian Mahasiswa tingkat pertama Fakultas Kedokteran UNS
D. Teknik Sampling dan Ukuran Sampel Teknik yang digunakan untuk pengampilan sampel ini adalah purposive random sampling. Besar sampel: n=
N 1+N (d2)
=
200 1+200(5%2)
= 133 orang Ket: N = Besar populasi n = Besar sampel commit to user d = Tingkat kepercayaan yang diinginkan
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Karena keterbatasan waktu, biaya, dan responden maka peneliti menggunakan sampel 60 orang.
Untuk sampel yang lebih homogen menggunakan kriteria inklusi: 1. Mahasiswa yang berada pada tingkat pertama 2. Mahasiswa yang berumur 18-20 tahun Selain itu juga menggunakan kriteria eksklusi: 1. Mahasiswa yang pernah/mengalami cidera ataupun kelainan pada otak 2. Mahasiswa yang menderita sakit kronis. 3. Mahasiswa dengan hasil L-MMPI≥10
E. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas
: kecerdasan emosional
2. Variabel terikat : kepercayaan diri 3. Variabel perancu : Pola asuh, Jenis kelamin, Tingkat ekonomi
F. Definisi Operasional Variabel 1. Kecerdasan Emosional Kecerdasan Emosional adalah kemampuan untuk mengetahui perasaan baik diri sendiri maupun orang lain dan kemampuan mengendalikan perasaan dengan baik sehingga mampu untuk melakukan hubungan sosial yang sehat dengan orang lain dan mampu mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan. (Goleman, 2000) Subyek penelitian dikenakan skala inventori EQ yang telah disusun berdasarkan aspek-aspek kecerdasan emosi (EQ) menurut salovey dan meyer dalam Goleman (2002), yaitu meliputi kemampuan pengenalan diri, commit to user pengendalian diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial. Skala ini
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
telah digunakan Hermasanti (2009) dalam penelitiannya dengan aitem valid sebanyak 38 aitem dari 45 aitem. 2. Kepercayaan Diri Kepercayaan Diri menurut Lauster (2003) adalah kondisi mental atau
psikologis
seseorang,
dimana
individu
dapat
mengevaluasi
keseluruhan dari dirinya sehingga memberi keyakinan kuat pada kemampuan dirinya untuk melakukan tindakan dalam mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya. Orang dengan kecakapan ini akan berani tampil dengan keyakinan diri, berani menyatakan keberadaannya, berani menyuarakan pandangan yang tidak popular dan bersedia berkorban demi kebenaran serta tegas, mampu membuat keputusan yang baik kendati dalam
keadaan
tidak
pasti
dan
tertekan.
Kepercayaan diri mahasiswa pada penelitian ini diukur dari skala kepercayaan diri yang terdiri 32 butir, dengan menyediakan 5 pilihan jawaban, yaitu tidak pernah (0), jarang (1), kadang-kadang (2), sering (3), sering sekali (4). Selanjutnya kepercayaan diri dinilai berdasarkan kriteria sebagai berikut: Skor 0 – 20
: Sangat Tinggi
Skor 21-40
: Tinggi
Skor 41-50
: Rata-rata Tinggi
Skor 51-69
: Rata-rata Rendah
Skor 70-128
: Rendah
Skala pengukuran yang dipakai adalah ordinal. commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
G.Rancangan Penelitian
Populasi:Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS Sampel:Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS Angkatan 2010 Formulir biodata + Kuesioner L-MMPI Memenuhi
Kuesioner kecerdasan emosional
Kuesioner kepercayaan diri
ANALISIS DATA Gambar 2. Rancangan Penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
26 digilib.uns.ac.id
H.Instrumen Penelitian Alat dan bahan penelitian : 1. Formulir biodata Formulir berisi identitas subyek yang diberikan kuesioner. 2. Kuesioner L-MMPI Tes ini berfungsi sebagai skala validitas untuk mengidentifikasi hasil yang mungkin invalid karena kesalahan atau ketidakjujuran subyek penelitian. Tes terdiri dari 15 soal dengan jawaban ”ya” atau ”tidak” atau ”tidak menjawab” dengan nilai batas skala adalah 10, artinya apabila responden mempunyai nilai ≥ 10 maka jawaban responden tersebut dinyatakan invalid. 3. Kuesioner Kecerdasan Emosi Kuesioner ini terdiri dari dua macam pernyataan yaitu pernyataan favourable dan unfavourable. Favourable adalah pernyataan yang mendukung, memihak, atau menunjukkan cirri adanya atribut yang diukur. Aitem favourable sebanyak 22 pertanyaan dan unfavourable sebanyak 16 pertanyaan. Dalam pembuatan alat ukur digunakan skala: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Pemberian skor untuk tiap subyek didasarkan atas sifat pernyataan dan alternatif jawaban yang dipilih. Untuk pernyataan yang bersifat favourable adalah Sangat Setuju bernilai 4, Setuju bernilai 3, Tidak setuju bernilai commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2, dan Sangat Tidak Setuju bernilai 1. Sedangkan untuk pernyataan yang bersifat unfavourable adalah Sangat Setuju benilai 1, Setuju benilai 2, Tidak Setuju benilai 3, dan Sangat Tidak Setuju bernilai 4. Tabel 1. Sebaran Aitem Skala Inventori Kecerdasan Emosional
Favorable
Nomor Soal
Jumlah
1, 2, 3, 4, 5, 9, 10, 11, 12, 18, 19, 20, 21, 26, 27,
22
28, 29, 34, 35, 36, 37, 38 Unfavorable
6, 7, 8, 13, 14, 15, 16, 17, 22, 23, 24, 25, 30, 31,
16
32, 33 38
Total
4. Kuesioner Skala Kepercayaan Diri Lauster skala kepercayaan diri yang terdiri 32 butir, dengan menyediakan 5 pilihan jawaban, yaitu tidak pernah (0), jarang (1), kadang-kadang(2), sering(3), sering sekali(4). Selanjutnya kepercayaan diri dinilai berdasarkan kriteria sebagai berikut: Skor 0 – 20
: Sangat tinggi
Skor 21-40
: Tinggi
Skor 41-50
: Rata-rata tinggi
Skor 51-69
: Rata-rata rendah
Skor 70-128
: Rendah
Skala pengukuran yang dipakai adalah ordinal
commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
I.Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data 1. Dilakukan purposive random sampling untuk memperoleh sampel sebanyak 60 orang. 2. Responden mengisi biodata. 3. Responden mengisi kuesioner L-MMPI untuk mengetahui angka ketidakjujuran subyek. 4. Responden mengisi Skala kecerdasan emosi 5. Responden mengisi kuesioner kepercayaan diri. 6. Rata-rata skor kepercayaan diri dibandingkan dan diolah dengan Uji korelasi Spearman.
J.Desain Analisis Data Data yang diperoleh dari penelitian akan diuji dengan Uji korelasi Spearman. Hubungan antara dua buah data kuantitatif dapat diukur dengan koefisien korelasi. Di dalam menyelidiki hubungan antara dua data kualitatif juga dapat mengukur hubungan itu. Cara penghitungannya dibantu dengan menggunakan program SPSS 17.02 for window.
commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Subyek Penelitian Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pada penelitian ini diambil sampel 100 mahasiswa secara acak dari total mahasiswa angkatan 2010 sebanyak 200 mahasiswa. Dari 100 mahasiswa yang memenuhi kriteria penelitian adalah sebanyak 60 mahasiswa, sementara 40 responden lainnya gugur karena memiliki hasil test L-MMPI dengan jawaban tidak ≥10 serta memiliki minimal satu kriteria eksklusi.
B. Hasil Distribusi Sampel Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Pekerjaan Orang Tua dan Penghasilan Orangtua. Karakteristik
Frekuensi
Usia 18 tahun
33
19 tahun
25
20 tahun
2
Jenis Kelamin Laki–laki
24
Perempuan
36
Pekerjaan orangtua PNS Wiraswasta
36 commit to user
16
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dosen
2
Guru
3
Pensiunan
3
Penghasilan orangtua < 1.000.000
3
1.000.000-2.500.000
12
>2.500.000
45
Data primer April 2011
Pada penelitian ini sampel yang diambil adalah mahasiswa dengan rentang usia 18-20 tahun agar sampel lebih homogen sehingga hasil penelitian lebih valid. Berdasarkan pada tabel 2. didapatkan mahasiswa berusia 18 tahun sebanyak 33 orang (55%), usia 19 tahun sebanyak 25 orang (41,67%) dan usia 20 tahun sebanyak 2 orang (3,33%). Berdasarkan jenis kelamin: jenis kelamin laki-laki sebanyak 24 orang (40%) sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 36 orang (60%). Berdasarkan pekerjaan orang tua: mahasiswa dengan orangtua bekerja sebagai PNS sebanyak 36 orang (60%), sebagai wiraswasta sebanyak 16 orang (26,67%), sebagai dosen sebanyak 2 orang (3,33%), guru sebanyak 3 orang (5%) dan pensiunan sebanyak 3 orang (5%). Berdasarkan penghasilan orang tua: mahasiswa dengan penghasilan orangtua <1.000.000 sebanyak 3 orang (5%), 1.000.000-2.500.000 sebanyak 12 orang (20%), sedangkan 45 mahasiswa (75%) penghasilan orang tuanya sebesar >2.500.000.
commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Kecerdasan Emosional
Skor Kecerdasan Emosional
Jumlah Aitem Skor
Frekuensi MasingMasing Skor
Total
12
1
12
8
2
16
3
3
9
3
4
12
1
5
5
1
6
6
93, 96, 99, 102, 117, 123, 125, 126, 127, 129, 133, 134 103, 107, 108, 109, 111, 112, 113, 118 106, 116, 120 105, 114, 121 115 110 Total
60
Dari table 3. Terlihat bahwa skor kecerdasan emosional 110 yang memiliki frekuensi terbanyak sebesar enam responden (10%), kemudian terbanyak kedua adalah skor 115 dengan jumlah lima responden (8,3%), skor 105, 144, dan 121 masing-masing terdapat pada empat responden (6,7%). Sementara nilai skor yang lain masing-masing hanya didapat pada satu sampai tiga responden saja (1,7-5%). Data mentah lengkap sebaran skor kecerdasan emosional dapat dilihat pada bagian lampiran penelitian ini.
commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Kepercayaan Diri
Tingkat Kepercayaan Diri
Jumlah
%
Sangat Tinggi
0
0
Tinggi
1
1,7
Rata-rata tinggi
15
25
Rata-rata rendah
29
48,3
Rendah
15
25
Jumlah
60
100
Dari tabel 4. Menurut tingkat kepercayaan diri mahasiswa didapatkan mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri tinggi sebanyak 1 orang (1,7%), kepercayaan diri rata-rata tinggi 15 orang (25%), kepercayaan diri rata-rata rendah 29 orang (48,3%) dan mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri rendah sebanyak 15 orang (25%), sedangkan mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri sangat tinggi tidak ada.
commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Hasil Uji Normalitas Tabel 5.Uji Normalitas Penyebaran Data Penelitian Dengan SPSS Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov
Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
Kecerdasan Emosional
.081
60
.200
*
.986
60
.736
Kepercayaan Diri_1
.251
60
.000
.839
60
.000
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Karena sampel yang digunakan lebih dari 50, maka uji normalitas yang memenuhi
syarat
untuk
digunakan
bukanlah
Shapiro-Wilk
melainkan
Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji normalitas menunjukkan p > 0,05 (tercetak tebal) untuk kecerdasan emosional, hal ini mengindikasikan bahwa distribusi data normal. Namun untuk variabel kepercayaan diri didapatkan hasil uji normalitas p < 0,05 (tercetak tebal) yang mengindikasikan bahwa distribusi data tidak normal maka uji yang sesuai adalah uji nonparametric (uji Spearman). Uji Spearman juga dilakukan karena salah satu variabel yang diukur berskala ordinal.
commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D.Hasil Analisis data Tabel 6. Hasil Kolerasi Data Dengan SPSS Correlations
Spearman's rho
Kecerdasan Emosi
Correlation Coefficient
Kecerdasan
Kepercayaan
Emosi
Diri_1 1.000
Kepercayaan Diri_1
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
.000
60
60
**
1.000
.000
.
60
60
.722
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Pada tabel hasil hipotesis diperoleh nilai significancy 0,000, yang artinya p < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara skor kecerdasan emosional dengan tingkat kepercayaan diri yang bermakna. Selain itu nilai korelasi Spearman sebesar +0,722. Tanda positif (+) pada nilai korelasi menunjukkan bahwa arah korelasi searah, artinya semakin besar nilai satu variabel, semakin besar pula nilai variabel lainnya. Selain itu nilai korelasi lebih besar dari 0,5 yakni sebesar 0,722 menunjukan bahwa kekuatan korelasi kuat.
commit to user
**
.
Sig. (2-tailed) N
.722
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V PEMBAHASAN
Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat pertama Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta. Pada penelitian ini diambil sampel 100 mahasiswa secara acak dari keseluruhan mahasiswa angkatan 2008 sebanyak 200 mahasiswa. Dari 100 mahasiswi tersebut yang memenuhi kriteria penelitian sebanyak 60 mahasiswa, sedangkan 40 mahasiswa gugur karena memiliki kriteria eksklusi. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sampel yang berusia 1820 tahun, hal ini dilakukan agar sampel lebih homogen sehingga hasil penelitian dapat lebih valid. Pada penelitian ini, sebaran data kecerdasan emosional pada responden memiliki rentang nilai yang dekat sehingga sebaran data tingkat kepecayaan diri lah yang menjadi sangat penting untuk dilihat. Seperti yang telah diketahui pada bab sebelumnya bahwa kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, sementara responden pada penelitian ini memiliki lingkungan yang sama yakni Fakultas Kedokteran. Kenyataan tersebut kemungkinan yang menjadi alasan mengapa sebaran data kecerdasan emosional memiliki rentang nilai yang tidak jauh berbeda antara mahasiswa yang satu dengan yang lain. Mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri rendah dan rata-rata rendah lebih banyak daripada mahasiswa dengan kepercayaan diri tinggi dan rata-rata tinggi, hal ini kemungkinan disebabkan lingkungan mahasiswa Fakultas Kedokteran dipercaya menuntut mahasiswa tersebut untuk lebihto mandiri, lebih inisiatif, lebih dewasa, commit user
perpustakaan.uns.ac.id
36 digilib.uns.ac.id
dan lebih matang dalam berpikir dan berperilaku. Hal ini bukan merupakan proses yang mudah. Setiap mahasiswa berbeda dalam menghadapi lingkungan yang kompleks terlebih lagi bagi mahasiswa tingkat pertama hal ini merupakan suatu hal yang baru. Mahasiswa yang tidak terbiasa dengan kondisi tersebut akan mengalami kesulitan dalam berinteraksi sosial, keadaan ini menyebabkan kepercayaan diri mahasiswa menjadi rendah. Selain itu tuntutan kompetitif mahasiswa Fakultas Kedokteran yang sedemikian tinggi juga merupakan salah satu penyebab mahasiswa yang merasa kalah dalam persaingan dengan mahasiwa lainnya memiliki kepercayaan diri yang menjadi rendah. Hasil penelitian ini juga membuktikan dukungan atas pernyataan dari Koentjaraningrat yang menyatakan bahwa salah satu kelemahan generasi muda Indonesia adalah kurangnya rasa percaya diri. Dari penelitian diperoleh hasil yang sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan positif yang bermakna antara kecerdasan emosional dengan kepercayaan diri. Dimana mahasiswa yang memiliki kecerdasan emosional lebih tinggi akan memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi pula. Begitu pula sebaliknya mahasiswa dengan kecerdasan emosional lebih rendah akan memiliki kepercayaan diri yang lebih rendah. Hal ini sesuai dengan Goleman (1997) yang mengatakan bahwa koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial serta lingkungannya. Apabila seseorang telah merasa commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berhasil dan sukses dalam pergaulan sosialnya maka secara tidak langsung oang tersebut telah meningkatkan rasa akan kepercayaan dirinya. Beberapa penelitian serupa yang dilakukan oleh dr. Marvin Bercowitz dari University of Missouri juga mendapatkan hasil yang kurang lebih sama yaitu menyatakan
bahwa
kecerdasan
emosional
(pendidikan
karakter)
dapat
menurunkan perilaku negatif yang dapat menghambat keberhasilan salah satunya ketidakpercayaan diri. Pernyataan ini didukung pula oleh Harmoko (2005) yang menyatakan bahwa jelas bila seorang individu mempunyai kecerdasan emosi tinggi dapat hidup lebih bahagia dan sukses karena percaya diri serta mampu menguasai emosi atau mempunyai kesehatan mental yang baik. Penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan, di antaranya adalah tidak membedakan antara responden laki-laki dengan perempuan karena ada pernyataan dari Middlebrook yang menyebutkan bahwa laki-laki memiliki kepercayaan diri lebih tinggi dari perempuan. Selain itu, pada penelitian ini belum meninjau kemungkinan faktor lain yang mempengaruhi kecerdasan emosional dan kepercayaan diri seperti pembelajaran EQ, situasi dan lingkungan keluarga serta pola asuh. Walaupun dengan keterbatasan tersebut, penelitan ini menunjukkan bahwa nilai-nilai kecerdasan emosi sesuai untuk mempertahankan dan meningkatkan kepercayaan diri individu.
commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB VI SIMPULAN dan SARAN
A. Simpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal antara lain : 1.
Pada penelitian ini didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara kecerdasan emosional dengan kepercayaan diri sebesar 0,000 (p < 0,05).
2.
Terdapat korelasi yang kuat dan positif antara kecerdasan emosional dengan kepercayaan diri sebesar +0,722, di mana semakin tinggi kecerdasan emosional semakin tinggi kepercayaan diri, begitu pula sebaliknya.
B. Saran 1.
Perlu adanya pendidikan khusus bagi ibu dan calon ibu yang memiliki anak pada tahap tumbuh kembang, agar setiap fase perkembangan anak dapat terselesaikan secara maksimal, karena pola asuh merupakan dasar pembentukan tipe kepribadian yang nantinya mempengaruhi kecerdasasan emosional dan kepecayaan diri individu.
2.
Diperlukan pada penelitian selanjutnya untuk menganalisis pola asuh responden dalam keluarga yang dapat mempengaruhi kepercayaan diri.
3.
Diperlukan adanya penelitian lebih lanjut yang menghubungkan antara
kecerdasan
emosional
dengan
kepercayaan
diri
pada
mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan secara tepisah. Perlu pula diperhitungkan penggunaan sampel yang lebih banyak dengan lingkungan penelitian lainnya sehingga hasil penelitian dapat lebih valid. commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Afiatin, T dan Martaniah, S. M. 1998. Peningkatan Kepercayaan Diri Remaja Melalui Konseling Kelompok Psikologika: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi. No. 6. Thn III.Yogyakarta: Kampus UII Terpadu. Anita Lie. 2003. Cara Menumbuhkan Percaya Diri Anak. Jakarta: Elex Media Komputindo Bandura. 1997. Self Esteem and Their Impact On Academic. New York: Freeman Bradberry, T., Greaves, Jead. 2007. Menerapkan EQ (Kecerdasan Emosional) di Tempat Kerja dan Ruang Keluarga. Yogyakarta: Think Yogyakarta, pp: 1831 Butcher,James. 2005. A Beginner’s Guide To The MMPI-2.2nd ed. Washington D.C: American Psychological Association, pp:3-5. Chermiss, C. 1998. Working With Emotional Intelligence, The Consortium For Research On Emotional Intelligence in Organizations. New Jersey: Rugrets University De Angelis, B. 1997. Percaya Diri Sumber Sukses Dalam Kemandirian. Cetakan 1. Jakarta: Gramedia Fatimah, E. 2006. Psikologi Perkembangan: Perkembangan Peserta didik. Bandung: Balai Setia. Goleman, Daniel. 2000. Emitional Intelligence (terjemahan). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Goleman, Daniel. 2000. Working With Emotional Intelligence (terjemahan). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Gottman, John. 2001. Kiat-kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosional (terjemahan). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hambawany, E. 2007. Hubungan Antara Self Efficacy dan Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dengan Prestasi Belajar pada Penyandang Tuna Daksa. Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Harmoko, R., Agung. 2005. Kecerdasan Emosional. Jakarta: Binuscareer commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kaplan H.I.,Saddock,B.J. 2005. Sinopsis Psikiatri. 8th ed. Jakarta: Bina Rupa Aksara, pp:1-8. Lauster, Peter. 2003. Tes Kepercayaan Diri. Jakarta: Bumi Aksara. Liedenfield, G. 1997. Seri Keluarga Mendidik Anak Agar Percaya Diri: Pedoman Bagi Orang Tua. Jakarta: Arcan. Mahrita, E. 1997. Pengembangan Inventori Kepercayaan Diri : Penelitian Reliabilitas, Validitas, dan Norma Pada Sampel Mahasiswa Berusia 18- 27 Tahun. Skripsi. (tidak diterbitkan).Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Murti Bhisma. 2006. Desain dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan.Yogyakarta:Gadjah Mada University Press, p:58. Saphiro, Lawrence E. 1998. Mengajarkan Emotional Intelligence Pada Anak. Jakarta : Gramedia. Sugiyono. 2005. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta. pp: 56-69. Suharsono. 2002. Melejitkan IQ, IE, dan IS. Depok : Inisiasi Press. Wijaya, A.H. 2000. Antara Percaya Diri dan Percaya Http://www.google.com/percayadiri/co.id. (27 Desember 2010)
Dewa.
Yunita, Riny. 2009. Unsur Kecerdasan emosi. http://www.e-psikologi.com/dewasa/161002.htm. (27 Desember 2010)
commit to user