HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK DEMOGRAFI DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENGKAJIAN NYERI PADA BAYI DI RUANG NICU RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Oleh: Nama: Citra Wulandari NIM : J.210.080.020
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012
Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Pengkajian Nyeri Pada Bayi Di Ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta (Citra Wulandari)
PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK DEMOGRAFI DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENGKAJIAN NYERI PADA BAYI DI RUANG NICU RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Citra Wulandari.* Siti Arifah, S.Kp, M.kes ** Vinami Yulian, S.Kep,Ns ***
Abstrak Masalah nyeri pada bayi merupakan masalah yang kompleks sehingga pengkajian nyeri pada bayi berbeda dengan pengkajian nyeri pada orang dewasa. Pengkajian nyeri pada bayi sering sulit dilakukan karena mereka tidak mampu mengutarakan rasa nyeri dengan kata-kata, sehingga perawat harus memiliki keterampilan yang spesifik khususnya dalam mengkaji nyeri pada bayi. Namun sangat sulit untuk membedakan tangisan bayi yang disebabkan karena rasa nyeri atau rasa takut, sehingga hal ini berdampak pada proses pengkajian nyeri pada bayi. Peran pemberi perawatan pada penanganan nyeri yaitu untuk mengidentifikasi, mengobati penyebab nyeri dan memberikan obat-obatan untuk menghilangkan nyeri. Peran perawat dalam mengkaji nyeri pada bayi yaitu antisipasi, komprehensif dan berkelanjutan dalam penilaian variabel, mampu membedakan antara cemas dan ekspresi nyeri pada bayi prematur, terus berkomunikasi dengan penyedia layanan kesehatan, advokasi dan menerapkan pengobatan yang tepat waktu serta efektif. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara karakteristik demografi dengan tingkat pengetahuan perawat tentang pengkajian nyeri pada bayi. Penelitian ini merupakan penelitian studi deskriptip korelatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh perawat yang berada di ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang berjumlah 18 orang, sedangkan teknik sampling adalah total sampling. Instrument penelitian berupa kuesioner pengetahuan dan dokumentasi data demografi perawat. Teknik analisis data menggunakan uji Rank Spearman. Penelitian ini menyimpulkan bahwa: (1) tidak terdapat hubungan antara umur perawat dengan pengetahuan tentang pengkajian nyeri pada bayi pada perawat di ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta, (2) terdapat hubungan antara masa kerja perawat dengan pengetahuan tentang pengkajian nyeri pada bayi pada perawat di ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta, dimana semakin lama masa kerja maka pengetahuan semakin baik, (3) terdapat hubungan antara tingkat pendidikan perawat dengan pengetahuan tentang pengkajian nyeri pada bayi pada perawat di ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta, dimana semakin tinggi pendidikan perawat maka pengetahuannya semakin baik. Kata kunci:
umur, masa kerja, pendidikan, pengetahuan, pengkajian nyeri pada bayi.
Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Pengkajian Nyeri Pada Bayi Di Ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta (Citra Wulandari)
THE RELATIONSHIP BETWEEN DEMOGRAPHIC CHARACTERISTICS WITH THE LEVEL OF KNOWLEDGE NURSE ABOUT PAIN ASSESSMENT IN BABY AT NICU RSUD Dr. MOEWARDI OF SURAKARTA Citra Wulandari.* Siti Arifah S.Kp, M.kes ** Vinami Yulian S.Kep, Ns *** Abstraction The problem of pain in baby is a complex problem so that assessment pain in baby is different from adult. Assessment on pain in baby are often hard to do because they are unable to proposes painfull with the words, so that the nurses must have specific skill especially in reviewing pain in a baby. But it very difficult to distinguish a crying baby caused because painfull or fear, so, this is an impact on the process for the assessment pain in a baby. The role of the giver maintenance at handling of pain that is to identify, treat the cause of pain and dispensing drugs for the relief of pain.. The role of nurses in the assessment of pain in baby, namely anticipation, comprehensive and sustainable in the assessment of variables, able to distinguish between anxious and premature infant pain expression, continued to communicate with health care providers, advocacy and implementing timely treatment and effective. The purpose of this research is to know the relationship between demographic characteristics with the level of knowledge nurse about pain assessment in baby. This research is research study descriptive correlative with the approach of cross sectional. Population research was all nurses who were in the NICU at Dr. Moewardi Hospital of Surakarta which totaled 18 people, the sampling techniques is the total sampling. Instrument research a questionnaire form of knowledge and documentation data demographic nurse. The analysis of data use test rank spearman. This research concluded that: (1) there was no relationship between age of nurses with the knowledge of nurse about pain assessment in baby in the NICU at Dr. Moewardi Hospital of Surakarta, (2) there is relationship between working time a nurse with knowledge of nurse about pain assessment in baby in the NICU at Dr. Moewardi Hospital of Surakarta, where the longer working time and knowledge are getting better, ( 3 ) there is relationship between the level of education nurse with knowledge of nurse about pain assessment in baby in the NICU at Dr. Moewardi Hospital of Surakarta, where the higher education nurse hence their knowledge is getting better
Key word:
age, time of working, education, knowledge, pain assessment in baby.
Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Pengkajian Nyeri Pada Bayi Di Ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta (Citra Wulandari)
PENDAHULUAN Nyeri merupakan pengalaman kortikal subjektif. Walaupun tidak mungkin bagi bayi untuk menggambarkan pengalaman nyerinya, namun terkait bukti yang baik dari respon fisiologik dan perilaku bahwa mereka merespon terhadap nyeri dan hal ini menyebabkan distres. Nyeri merupakan salah satu perhatian utama dari orangtua terhadap bayi mereka yang dirawat di perawatan intensif atau menjalani prosedur tertentu. Pada usia gestasi 30 minggu terbentuk mielisasi pada jaras nyeri dan perkembangan sinaps medula spinalis dengan serabut-serabut sensorik pada janin, maka bayi baru lahir dan bayi preterm dapat merasakan nyeri (Lissauer dan Fanaroff, 2009). Nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Menurut The International Association for the Study of Pain (IASP), nyeri didefisinikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial akan menyebabkan kerusakan jaringan (Setiyohadi, 2007). Pencegahan nyeri pada bayi seharusnya menjadi tujuan utama bagi perawat atau tenaga medis lainnya, karena seringnya terpapar oleh nyeri yang berulang atau terusmenerus akan berpotensi mengakibatkan kerusakan yang serius. kerusakan yang terjadi termasuk adanya perubahan sensitivitas nyeri (akan berakhir pada masa remaja), kerusakan syaraf yang permanen, keabnormalan pada perilaku, ketidakmampuan pembelajaran. Bayi yang beresiko tinggi mengalami kerusakan dalam perkembangan syaraf yaitu bayi yang lahir prematur
1
((American Academy of Pediatrics, 2006). Pada bayi nyeri dapat diekspresikan melalui menangis atau isyarat perilaku (Mc Caffrey & Beebe, 1989 dikutip dari Wong, 2004). Pada umumnya bayi dapat mengekspresikan rasa nyeri dengan perubahan perilaku seperti perubahan ekspresi wajah, menangis, dan posisi postural tertentu seperti; menggeliat, menyentak, dan menggapai-gapai (American Academy of Pediatrics, 2006). Masalah nyeri pada bayi merupakan masalah yang kompleks sehingga pengkajian nyeri pada bayi berbeda dengan pengkajian nyeri pada orang dewasa. Pengkajian nyeri pada bayi sering sulit dilakukan karena mereka tidak mampu mengutarakan rasa nyeri dengan kata-kata, sehingga perawat harus memiliki keterampilan yang spesifik khususnya dalam mengkaji nyeri pada bayi. Namun sangat sulit untuk membedakan tangisan bayi yang disebabkan karena rasa nyeri atau rasa takut, sehingga hal ini berdampak pada proses pengkajian nyeri pada bayi. Menurut Smetlzer dan Bare (2002) Peran pemberi perawatan pada penanganan nyeri yaitu untuk mengidentifikasi, mengobati penyebab nyeri dan memberikan obat-obatan untuk menghilangkan nyeri. Perawat tidak hanya berkolaborasi dengan tenaga profesional kesehatan lain tetapi juga memberikan intervensi pereda nyeri, mengevaluasi efektivitas intervensi dan bertindak sebagai advokat pasien saat intervensi tidak efektif. Adapun peran perawat dalam mengkaji nyeri pada bayi yaitu antisipasi, komprehensif dan berkelanjutan dalam penilaian variabel, mampu membedakan
Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Pengkajian Nyeri Pada Bayi Di Ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta (Citra Wulandari)
antara cemas dan ekspresi nyeri pada bayi prematur, terus berkomunikasi dengan penyedia layanan kesehatan, advokasi dan menerapkan pengobatan yang tepat waktu serta efektif saat bayi rewel ; cemas; dan nyeri, evaluasi proaktif tentang rencana perawatan (Gardner and Merenstein, 2002). Pengetahuan perawat tentang penilaian nyeri dan intervensi sangat penting untuk management nyeri yang efektif dan berkualitas dalam perawatan pasien (Patricia, 2011). Berbagai tekhnik pendekatan atau alat ukur yang paling sering digunakan untuk mengukur respon nyeri pada bayi adalah CRIES, PRS, NIPS, FLACC (Wilson, 2008). Ilmu demografi merupakan suatu alat untuk mempelajari perubahan-perubahan kependudukan dengan memanfaatkan data-data statistik kependudukan serta perhitunganperhitungan secara matematis dan statitik data penduduk terutama mengenai perubahan jumlah, persebaran dan komposisi/strukturnya. Karakteristik demografi terdiri dari umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan masa bekerja seorang perawat (Adioetomo, 2010). Berdasarkan pengalaman peneliti tidak pernah menjumpai perawat yang melakukan pengkajian nyeri pada bayi. Nyeri pada bayi masih sering terabaikan oleh tenaga kesehatan. Pada penelitian ini untuk mengetahui pentingnya pengetahuan perawat akan pengkajian nyeri pada bayi maka peneliti ingin mendeskripsikan hubungan antara karakteristik dengan tingkat pengetahuan perawat. Maka peneliti melakukan penelitian di sebuah rumah sakit yaitu RS Dr. Moewardi Surakarta di ruang NICU yang khusus menangani
2
bayi dalam kondisi intensive. Oleh karena itu penelitian ini bisa memberikan gambaran yang berguna bagi pelayanan keperawatan di Indonesia. Berdasarkan uraian tersebut di atas perawat diharapkan memiliki pengetahuan dan kompetensi dalam melakukan tindakan khususnya pengkajian rasa nyeri pada bayi. Maka perlu diteliti oleh penulis suatu permasalahan tentang “Hubungan antara Karakteristik Demografi dengan Tingkat Pengetahuan Perawat tentang Pengkajian Nyeri pada Bayi di Ruang NICU RS Dr. Moewardi Surakarta “ Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara karakteristik demografi dengan tingkat pengetahuan perawat tentang pengkajian nyeri pada bayi Ruang NICU RS Dr. Moewardi Surakarta. LANDASAN TEORI Pengetahuan Pengetahuan perawat adalah pengetahuan yang didapat dari dua sumber yaitu dari hasil pengalaman paktik dan dari hasil penelitian atau teori. Namun, pengalaman dibutuhkan untuk generasi pengetahuan keperawatan dan bahwa kedua tipe pengetahuan tersebut (pengalaman dan teori) dibutuhkan untuk merawat pasien secara efektif. Perawat tidak cukup hanya memiliki pengetahuan namun juga membutuhkan kemampuan untuk menerapkan dalam praktik dan butuh untuk menjadi ‘pelaku yang berpengetahuan’ (Hall, 2005). Pengetahuan kesehatan adalah mencakup semua yang diketahui oleh seseorang terkait dengan sehat dan sakit atau kesehatan (Notoatmodjo, 2010).
Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Pengkajian Nyeri Pada Bayi Di Ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta (Citra Wulandari)
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan Perawat Menurut Santoso dan Mubarak (2006) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah : 1. Pendidikan Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilainilai yang baru diperkenalkan. Perawat dengan tingkat pendidikan sarjana atau diatasnya memiliki skor pengetahuan lebih tinggi dibanding dengan perawat yang tingkat pendidikannya diploma. 2. Pekerjaan Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang mebosankan, berulang dan banyak tantangan. Berdasarkan penelitian pengetahuan seseorang akan bertambah dengan bekerja. Hal ini dikarenakan saat bekerja dapat berbagi pengetahuan dengan rekan kerja lainnya, seperti mengadakan organisasi dan kerja tim (Alhammad, dkk, 2009). 3. Umur Umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Berdasarkan hasil studi menunjukkan bahwa orang yang berumur lebih tua pengalamannya lebih banyak dan merasa lebih layak untuk memberikan ide-ide baru untuk perkembangan pekerjaan, sedangkan yang berumur lebih
3
muda memiliki sedikit pengalaman dalam pekerjaan mereka dan cenderung takut untuk mengambil resiko (Alhammad, dkk, 2009). Menurut Wang dan Tsai (2009) Usia dan senioritas tidak berkaitan dengan pengetahuan perawat itu sendiri khususnya tentang penanganan nyeri pada bayi. Konsep nyeri Nyeri merupakan suatu yang sangat tidak menyenangkan dan merupakan sensasi yang sangat personal yang tidak dapat dibagi dengan orang lain. Nyeri dapat memenuhi pikiran seseorang, mengarahkan semua aktivitas, dan mengubah kehidupan seseorang. Namun nyeri adalah konsep yang sulit untuk dikomunikasikan oleh seorang klien. Seorang perawat tidak dapat merasa ataupun melihat nyeri yang dialami klien (kozier, 2010). Nyeri pada bayi merupakan persepsi kompleks yang melibatkan interaksi saraf yang mengirimkan impuls atau rangsangan yang ditimbilkan karena adanya kerusakan jaringan (Burns, 2004). Menurut The International Association for the Study of Pain (IASP), nyeri pada bayi didefisinikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial akan menyebabkan kerusakan jaringan (Setiyohadi, 2007). Penyebab Nyeri pada Bayi 1) Iskemia jaringan 2) Spasme otot 3) Trauma lahir 4) Lingkungan yang berbahaya 5) Pembedahan 6) Injeksi
Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Pengkajian Nyeri Pada Bayi Di Ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta (Citra Wulandari)
7) Terpasang ventilasi mekanik 8) ETT suction 9) Sirkumsisi 10) Kateterisasi (Retta, 2005) Jenis Nyeri 1) Nyeri akut Nyeri yang timbul segera setelah rangsangan dan hilang setelah penyembuhan. 2) Nyeri kronis Nyeri yang menetap selama lebih dari 3 bulan walaupun proses penyembuhan seudah selesai. Mekanisme Nyeri pada Bayi Proses nyeri mulai stimulasi nociceptor oleh stimulus noxious sampai terjadinya pengalaman subyektif nyeri adalah suatu seri kejadian elektrik dan kimia yang bisa dikelompokkan menjadi 4 proses, yaitu: transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi. Secara singkat mekanisme nyeri dimulai dari stimulasi nociceptor oleh stimulus noxious pada jaringan, yang kemudian akan mengakibatkan stimulasi nociceptor dan stimulus noxious tersebut akan dirubah menjadi potensial aksi. Proses ini disebut transduksi atau aktivasi receptor. Selanjutnya potensial aksi tersebut akan ditransmisikan menuju neuron susunan saraf pusat yang berhubungan dengan nyeri. Tahap pertama transmisi adalah konduksi impuls dari neuron aferen primer ke kornu dorsalis medula spinalis, pada kornu dorsalis ini neuron aferen primer nersinap dengan neuron susunan saraf pusat. Dari sini jaringan neuron tersebut akan naik ke atas medula spinalis menuju batang otak dan talamus. Selanjutnya terjadi hubungan timbal balik antara talamus dan pusat-pusat
4
yang lebih tinggi di otak yang mengurusi respons persepsi dan afektif yang berhubungan dengan nyeri. Tetapi rangsangan nosiseptifptif tidak selalu menimbulkan persepsi nyeri dan sebaliknya persepsi nyeri bisa terjadi tanpa stimulasi nosiseptifptif. Terdapat proses modulasi sinyal yang mampu mempengaruhi proses nyeri tersebut, tempat modulasi sinyal yang paling diketahui adalah pada kornu dorsalis medula spinalis. Proses terakhir adalah persepsi, dimana pesan nyeri di relai menuju ke otak dan menghasilkan pengalaman yang tidak menyenangkan (Setiyohadi, 2007). Respon Nyeri pada Bayi Menurut Lissauer dan fanaroff (2009) bahwa respon nyeri pada bayi pada umumnya dapat dinilai secara klinis berdasarkan : 1. Respon fisiologik : denyut jantung meningkat, perubahan laju pernapasan, penurunan saturasi oksigen, perubahan warna/sianosis, tekanan darah meningkat, keringat pada telapak tangan. 2. Respon perilaku : ekspresi wajah meringis, tubuh menggeliat, menangis, tubuh kaku, tangan mencengkram, wajah kemerahan, ekstremitas fleksi, gelisah. 3. Respon metabolik : hiperglikemia, asidosis metabolik, hormon stres misalnya kortisol, glukosa darah, laktat. Peran Perawat dalam Mengurangi Nyeri pada Bayi 1. Merubah lingkungan bayi seperti mengurangi kebisingan dan aktivitas berlebih.
Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Pengkajian Nyeri Pada Bayi Di Ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta (Citra Wulandari)
2. Memberikan dot atau empeng dapat membantu mengurangi nyeri bayi yang sedang dirawat. 3. Meninabobokan bayi. 4. Melakukan distraksi seperti menggunakan musik, suara yang menenangkan, atau bernyanyi dapat mengalihkan perhatian bayi terhadap rasa nyeri. 5. Memijat atau mengelus-ngelus bayi dapat merilekskan otot dan syaraf yang mengirim sinyal nyeri menuju otak. 6. Memberikan sesuatu yang hangat atau dingin seperti handuk hangat atau kantung es pada area luka dapat mengurangi nyeri akibat inflamasi atau luka pada otot. (Children’s Hospital and Clinic of Minnesota) Peran Perawat dalam Penanganan Nyeri pada Bayi 1. Mengkaji nyeri a. Perawat menggunakan alat ukur pengkajian nyeri yang tepat dan baku b. Perawat mampu mengetahui perbedaan dalam kategori nyeri (akut dan kronis) c. Perawat mampu mengetahui sumber nyeri yang banyak berpotensi (neurologi, muscular, skeletal, visceral) d. Perawat mengkaji pola nyeri pasien, termasuk pengalaman nyeri; metodemetode nyeri; pengaruh budaya; dan bagaimana individu menangani nyerinya. 2. Intervensi dalam Pengobatan Farmakologi dan Nonfarmakologi a. Perawat mampu mengetahui intervensi farmakologi mengenai opioid, non-opioid, dan terapi obat (dosis, efek samping, pengaruh obat, dll)
5
b. Perawat mampu mengetahui pengobatan non-farmakologi dalam penanganan nyeri bayi (digendong, diberi dot, ditimang, dll) (Board of Nursing, 2001). Demografi Ilmu demografi merupakan suatu alat untuk mempelajari perubahan-perubahan kependudukan dengan memanfaatkan data-data statistik kependudukan serta perhitunganperhitungan secara matematis dan statitik data penduduk terutama mengenai perubahan jumlah, persebaran dan komposisi/strukturnya. Perubahanperubahan tersebut dipengaruhi oleh perubahan pada komponenkomponen utama pertumbuhan penduduk, yaitu fertilitas, mortalitas, dan migrasi, yang menyebabkan perubahan pada jumlah, srtuktur, dan persebaran penduduk. Faktorfaktor karakteristik demografi terdiri dari umur, tingkat pendidikan, masa bekerja (Adioetomo, 2010). Penilaian Skala Nyeri Bayi Beberapa instrumen pengkajian yang dapat dilakukan dalam pengkajian nyeri pada bayi. 1) CRIES (crying, requires oxygen saturation, increased vital signs, expression, sleeplessness) 2) PRS (Pain Rating Scale) 3) NIPS (Neonatal/Infant Pain Scale) 4) FLACC (Face Legs Activity Cry Consolability) Hipotesis Adakah hubungan antara karakteristik demografi dengan tingkat pengetahuan perawat tentang pengkajian nyeri pada bayi?
Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Pengkajian Nyeri Pada Bayi Di Ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta (Citra Wulandari)
METODELOGI PENELITIAN
6
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Rancangan Penelitian Analisis Univariat Penelitian ini menggunakan metode studi deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Metode deskriptif yaitu metode penelitian bentuk analisis yang menyampaikan sebaran atau distribusi dalam bentuk frekuensi, yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi ataupun bentuk diagram ataupun dalam bentuk narasi (Riwidikdo, 2010). Deskriptif korelasional bertujuan mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel (Nursalam, 2003) Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang berada di ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang berjumlah 18 orang. Penelitian ini mengambil sampel dengan teknik total sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara mengambil seluruh sampel yang diteliti. Instrumen Penelitian Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa kuesioner pengetahuan dan data demografi perawat. Analisis Data Pengujian hipotesis dilakukan dengan teknik korelasi yang digunakan untuk mencari hubungan dua variabel. Dalam penelitian ini menggunakan uji Rank Spearman dan di olah menggunakan progam SPSS 15,00.
Distribusi Frekuensi Responden menurut Umur Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden menurut Tingkat Umur N Umur Frek % o Responden 1. 20 – 30 tahun 1 6 2. 31 – 45 tahun 16 89 3. > 45 tahun 1 6 Jumlah 18 100 Berdasarkan tabel 1 nampak bahwa sebagian besar responden memiliki umur 31-45 tahun yaitu sebanyak 16 responden (89%) dan sisanya 1 responden (6%) berusia 20-30 tahun dan 1 responden (6%) berusia lebih dari 45 tahun. Data statistik berupa tendensi sentral umur responden diketahui bahwa umur terendah responden adalah 28 tahun, umur tertinggi 46 tahun, rata-rata 36,3 tahun, dan standar deviasi 4,76. Distribusi Frekuensi Responden menurut Masa Kerja Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden menurut Masa Kerja Masa N Kerja Frek % o Responde n 1. 5 - 10 tahun 8 44 2. 11 – 20 tahun 10 56 Jumlah 18 100 Berdasarkan tabel 2 menunjukkan distribusi tertinggi responden adalah bekerja antara 11-
7
Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Pengkajian Nyeri Pada Bayi Di Ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta (Citra Wulandari)
20 tahun yaitu sebanyak 10 responden (56%) dan sisanya 8 responden (44%) memiliki lama kerja antara 5-10 tahun. Data statistik berupa tendensi sentral masa kerja responden diketahui bahwa masa kerja terendah terendah responden adalah 5 tahun, tertinggi 17 tahun, rata-rata 11,72 tahun, dan standar deviasi 3,34.
responden (33%), dan kurang sebanyak 5 responden (28%). Tendensi sentral skor pengetahuan diperoleh skor terendah 13, tertinggi 21, rata-rata 16,72 tahun, dan standar deviasi 2,72. Berdasarkan skor rata-rata maka prosentase skor jawaban responden adalah 66,9%, sehingga dikategorikan pengetahuan cukup.
Distribusi Frekuensi Responden menurut Pendidikan Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden menurut Pendidikan N Pendidikan Frek % o Responden 1. Rendah (DIII) 10 56 2. Tinggi (S1) 8 44 Jumlah 18 100
Analisis Bivariat Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Rank Spearman
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tertinggi responden adalah pendidikan rendah yaitu DIII Keperawatan sebanyak 10 responden (56%) dan sisanya 8 responden (44%) berpendidikan S1 Keperawatan. Distribusi Frekuensi Responden menurut Pengetahuan Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan N o 1. 2. 3.
Pengetahua n Kurang Cukup Baik Jumlah
Frek
%
5 7 6 18
28 39 33 100
Berdasarkan tabel 4 nampak bahwa distribusi tertinggi tingkat pengetahuan responden adalah cukup yaitu sebanyak 7 responden (39%), selanjutnya baik sebanyak 6
N o 1. 2.
3.
Hubungan Umur dengan pengetahuan Masa kerja dengan pengetahuan Pendidikan dengan pengetahuan
rhit
p-v
0,222
0,37 6
0,641
0,00 4
0,504
0,03 3
Berdasarkan ringkasan hasil uji Rank Spearman tersebut, maka dapat diinterpretasikan sebagai berikut: 1. Hasil uji korelasi Rank Spearman umur dengan pengetahuan diperoleh nilai rhitung sebesar 0,222 dengan nilai signifikansi (p-value) 0,376. Karena nilai pvalue lebih besar dari 0,05 (0,376 > 0,05) maka keputusan uji adalah H0 diterima, sehingga disimpulkan tidak terdapat hubungan antara umur dengan tingkat pengetahuan perawat tentang pengkajian nyeri pada bayi pada perawat di ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta. 2. Hasil uji korelasi Rank Spearman masa kerja dengan pengetahuan diperoleh nilai rhitung sebesar 0,641 dengan nilai signifikansi
Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Pengkajian Nyeri Pada Bayi Di Ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta (Citra Wulandari)
(p-value) 0,004. Karena nilai pvalue lebih kecil dari 0,05 (0,004 < 0,05) maka keputusan uji adalah H0 ditolak, sehingga disimpulkan terdapat hubungan yang kuat antara masa kerja dengan tingkat pengetahuan perawat tentang pengkajian nyeri pada bayi pada perawat di ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta. 3. Hasil uji korelasi Rank Spearman tingkat pendidikan dengan pengetahuan diperoleh nilai rhitung sebesar 0,504 dengan nilai signifikansi (p-value) 0,033. Karena nilai p-value lebih kecil dari 0,05 (0,033 < 0,05) maka keputusan uji adalah H0 ditolak, sehingga disimpulkan terdapat hubungan yang sedang antara tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan perawat tentang pengkajian nyeri pada bayi pada perawat di ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Pembahasan Gambaran Umur Responden Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki umur 31-45 tahun yaitu sebanyak 16 responden (89%). Kondisi ini disebabkan sebagian besar perawat di NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta merupakan perawat yang telah memiliki lama kerja di atas 5 tahun hingga 20 tahun. Gambaran Masa Kerja Responden Hasil analisis data diperoleh data bahwa sebagian besar responden memiliki masa kerja antara 11-20 tahun yaitu sebanyak 10 responden (56%). Masa kerja responden berhubungan dengan lamanya seseorang berkecimpung
8
dalam satu bidang yang sama. Semakin lama kerja, maka pengalaman yang dimiliki oleh seseorang akan bertambah. Berdasarkan pengalaman yang diperolehnya tersebut, maka pengetahuannya akan bertambah. Gambaran Tingkat Pendidikan Responden Tingkat pendidikan responden menunjukkan sebagian besar adalah DIII Keperawatan sebanyak 10 responden (56%). Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menata jenis dan jenjang pendidikan keperawatan menurut Undang-Undang (UU) 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Seorang perawat profesional (RN) lulusan SLTA harus menempuh pendidikan akademik S1 Keperawatan dan Profesi Ners. Tetapi bila ingin menjadi perawat vokasional atau primary nurse dapat mengambil D3 Keperawatan/Akademi Keperawatan. Berdasarkan kategori tingkat pendidikan keperawatan, maka rata-rata responden masih tergolong pada perawat primare nurse. Gambaran Pengetahuan Responden Tingkat pengetahuan responden menunjukan sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan yang cukup yaitu sebanyak 7 responden (39%). Tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain tingkat pendidikan, pengalaman, budaya dan lingkungan sosial. Dalam penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan dalam kategori cukup dan baik, namun ada pula 5 responden (28%) memiliki
Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Pengkajian Nyeri Pada Bayi Di Ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta (Citra Wulandari)
pengetahuan yang kurang tentang pengkajian nyeri pada bayi. Faktor-faktor yang mempengaruhi adanya perawat yang memiliki tingkat pengetahuan kurang tersebut antara lain belum pernah adanya suatu pelatihan atau kursus tentang pengjian nyeri pada bayi yang diberikan pada perawat di ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Sedangkan perawat yang tingkat pengetahuannya baik dan cukup tentang pengkajian nyeri pada bayi sebagian besar diperoleh dari informasi dalam membaca bukubuku keperawatan terbaru dan informasi dari rekan-rekan sesama perawat. Hasil studi menunjukkan bahwa pelatihan diperlukan untuk memperoleh pengetahuan yang lebih baik seperti menambah jumlah dan tingkat pengetahuan, keterampilan dan kemampuan seseorang. Pengetahuan dan atau keterampilan diperoleh untuk konteks pekerjaan dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja pekerjaan mereka dari waktu ke waktu (Hawjeng, 2010). Analisis Bivariat Hubungan umur dengan pengetahuan tentang pengkajian nyeri pada bayi Hasil analisis rank spearman diperoleh kesimpulan tidak terdapat hubungan yang signifikan umur dengan tingkat pengetahuan perawat tentang pengkajian nyeri pada bayi pada perawat di ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Penelitian ini tidak menunjukkan adanya hubungan antara umur perawat dengan pengetahuan perawat tentang pengkajian nyeri pada bayi. Umur perawat berhubungan dengan
9
tingkat pengalaman yang dimiliki oleh perawat terhadap sesuatu hal, salah satunya tentang pengkajian nyeri pada bayi. Pengalaman yang dimiliki oleh perawat seharusnya menjadi bahan atau masukan bagi peningkatan pengetahuan perawat tentang pengkajian nyeri pada bayi. Namun dalam penelitian ini ternyata tidak menunjukkan adanya hubungan umur perawat dengan pengetahuan perawat tentang pengkajian nyeri pada bayi. Beberapa hal yang menyebabkan tidak adanya hubungan umur perawat dengan pengetahuan perawat tentang pengkajian nyeri pada bayi antara lain kurangnya pemberian informasi tentang pengkajian nyeri pada bayi kepada perawat, baik dalam bentuk pendidikan kesehatan, seminar, work shop, dan pelatihan. Faktor lain yang menyebabkan tidak adanya hubungan umur perawat dengan pengkajian nyeri pada bayi adalah rendahnya penggunaan atau pengkajian nyeri pada bayi yang dilakukan oleh perawat pada ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Analisis serupa mengungkapkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan perawat di ruang ICU dengan usia mereka dalam penanganan nyeri pada bayi. Usia dan senioritas tidak berkaitan dengan pengetahuan perawat itu sendiri tentang penanganan nyeri (Wang dan Tsai, 2009). Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marlies (2000) dengan hasil penelitian bahwa ada hubungan yang signifikan antara usia dengan pengetahuan perawat tentang program monitoring nyeri.
Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Pengkajian Nyeri Pada Bayi Di Ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta (Citra Wulandari)
Hubungan masa kerja dengan pengetahuan tentang pengkajian nyeri pada bayi Hasil uji Rank Spearman diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan tingkat pengetahuan perawat tentang pengkajian nyeri pada bayi pada perawat di ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan lama masa kerja perawat dengan pengetahuan tentang pengkajian nyeri pada bayi. Penelitian menunjukkan semakin lama masa kerja perawat, maka tingkat pengetahuan tentang pengkajian nyeri semakin baik. Masa kerja yang dimiliki oleh perawat berkaitan dengan banyaknya pengalaman yang dimiliki oleh perawat terhadap suatu ketrampilan tertentu. Masa kerja juga berhubungan dengan frekuensi dan lama interaksi perawat satu dengan perawat lainnya. Selama interaksi tersebut, seringkali terjadi pertukaran informasi, khususnya tentang keperawatan. Adanya interaksi dan pertukaran informasi tersebut secara tidak langsung mampu meningkatkan pengetahuan perawat, salah satunya tentang pengkajian nyeri pada bayi. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Alhammad, dkk (2009) yang menyatakan bahwa orang yang pengalaman lebih banyak dan merasa lebih layak untuk memberikan ide-ide baru untuk perkembangan pekerjaan, sedangkan yang berumur lebih muda memiliki sedikit pengalaman dalam pekerjaan mereka dan cenderung takut untuk mengambil resiko. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gomes (2010) yang
10
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara masa kerja di ICU dengan pengetahuan perawat tentang pedoman pencegahan VAP (Ventilator Associated Pneumonia). Hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan tentang pengkajian nyeri pada bayi Hasil uji Rank Spearman diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan perawat tentang pengkajian nyeri pada bayi pada perawat di ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Tingkat pendidikan perawat berkaitan dengan banyaknya pengetahuan keperawatan yang diperolehnya. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menyebutkan bahwa pendidikan S1 Keperawatan, peserta didik diarahkan untuk mengembangkan keilmuan keperawatan dan mengembangkan manajemen keperawatan. Sedangkan pada pendidikan DIII keperawatan, peserta didik lebih diarahkan kepada kemampuan atau skil dalam keperawatan. Perbedaan fokus pendidikan tersebut memungkinkan mahasiswa S1 Keperawatan memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik dibandingkan mahasiswa DIII keperawatan. Menurut Smart (2005) dari hasil survey didapatkan bahwa perawat dengan tingkat pendidikan yang tinggi dan bekerja pada area khusus seperti di ruang ICU lebih konsisten dalam penanganan nyeri. Hal ini mendukung teori bahwa setelah lulus dari pendidikan formal dan meningkatnya pengetahuan dapat meningkatkan penanganan nyeri pada bayi dan anak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wang dan Tsai
Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Pengkajian Nyeri Pada Bayi Di Ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta (Citra Wulandari)
(2009) didapatkan hasil bahwa ada perbedaan skor pengetahuan perawat dengan pendidikan formal keperawatan. Perawat dengan tingkat pendidikan sarjana atau diatasnya memiliki skor pengetahuan lebih tinggi dibanding dengan perawat yang tingkat pendidikannya diploma. penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Messmer (2009) yang menyatakan bahwa Hasil menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan dan sikap berlatih perawat mengenai manajemen nyeri.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Umur perawat di ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta sebagian besar berumur 31-45 tahun. 2. Masa kerja perawat di ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta sebagian besar 11-20 tahun. 3. Tingkat Pendidikan di ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta sebagian besar adalah DIII Keperawatan. 4. Pengetahuan tentang pengkajian nyeri pada bayi pada perawat di ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta sebagian besar adalah cukup. 5. Tidak terdapat hubungan umur perawat dengan pengetahuan tentang pengkajian nyeri pada bayi pada perawat di ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta. 6. Terdapat hubungan masa kerja perawat dengan pengetahuan tentang pengkajian nyeri pada bayi pada perawat di ruang
11
NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta, dimana semakin lama masa kerja maka pengetahuan semakin baik 7. Terdapat hubungan tingkat pendidikan perawat dengan pengetahuan tentang pengkajian nyeri pada bayi pada perawat di ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta, dimana semakin tinggi pendidikan perawat maka pengetahuannya semakin baik.
Saran 1. Bagi Rumah Sakit Manajemen rumah sakit hendaknya mengupayakan pemberian pendidikan kesehatan kepada perawat misalnya dengan kegiatan seminar, work shop, dan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan perawat dalam dunia kesehatan yang semakin maju. 2. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian dapat menjadikan acuan bahwa pengetahuan yang baik berpengaruh terhadap kepatuhan perawat. Untuk itu institusi pendidikan keperawatan hendaknya membekali siswanya dengan ilmu keperawatan sebaik-baiknya, sehingga mampu menopang tugas mereka dalam kerja mereka. 3. Bagi Perawat Perawat hendaknya meningkatkan pengetahuan mereka dengan mengikuti kegiatan-kegiatan pembelajaran seperti pelatihan, seminar, workshop dan lain-lain. Selain itu perawat perlu meningkatkan pendidikan mereka dari D3 menjadi sarjana (S1) sehingga pengetahuan dan ketrampilan mereka lebih meningkat. 4. Bagi Peneliti
Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Pengkajian Nyeri Pada Bayi Di Ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta (Citra Wulandari)
Peneliti menyarankan hendaknya ada tindak lanjut dari hasil penelitian yang dilakukan, misal memberikan penkes kepada para perawat khususnya di ruang KBRT dan NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta. DAFTAR PUSTAKA Adioetomo, S.M. (2010). Dasardasar Demografi. Jakarta: Salemba 4 Alhammad, Fawwaz,dkk. (2009). Knowledge Sharing in the Jordanian Universities. Journal of Knowledge Management Practice, Vol. 10, No. 3. American Academy of Pediatrics, (2006). Prevention and Management of pain in the Neonate: An Update. http://pediatrics.aappublicatio ns.org/content/118/5/2231.ful l.html Board of Nursing. (2001). Pain Management Nursing Role/Core Competency a Guide for Nurses. Burns, C.E, et all. (2004). Pediatric Primary Care: A Handbook for Nurse Practitioners (3rd Ed). Saunders: Missouri Gardner, L & Merenstein, G. (2002). Hand Book of Neonatal Intensive Care. Mosby. Gomes, Viviana P.R. (2010). Knowledge Of Intensive Care Nurses On Evidence Based Guidelines For Prevention Of Ventilator Associated Pneumonia. Johannesburg
Hall,
12
Angela. (2005, Nov 29). Definising Nursing Knowledge. Nursing Times.
Hawjeng Chou, Yi-Hsuan lee, Purnomo H.P. (2010). The Influences Transfer of Training on Relationship Between Knowledge Characteristic of Work Design Model and Outcomes. International Journal of Innovation, Management and Technology, Vol 1, no. 2, June 2010, ISSN: 2010-0248. Kozier, barbara. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik (Edisi 7 Volume 2) (Wahyuningsih, penerjemah). Jakarta: EGC. Lissauer, T and Fanaroff, A. (2009). At a Glance Neonatologi. EMS. Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Ilmu Perilaku Manusia. Jakarta: Rineka Cipta. Marlies, E.J. (2000). A Pain Monitoring Progran for Nurses: Effects on Nurse’s Pain Knowledge and Attitude. Journal of Pain And Syimptom Management, 2000;19:457-467. Messmer, Sherry. (2009). Pain Management: Knowledge And Attitudes Of Senior Nursing Students And Practicing Registered Nurses. http://udini.proquest.com/vie w/pain-managementknowledge-andpqid:1949552471/
Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Pengkajian Nyeri Pada Bayi Di Ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta (Citra Wulandari)
Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Pain in Infants. (2007). Children’s Hospital and Clinic of Minnesota. Patricia, J. “ Management Nyeri: Penilaian Pengetahuan Perawat Bedah “. Medsurg Keperawatan. FindArticles.com. 29 April 2011. Retta, Christine. (2005). Neonatal Pain. Clinical Videoconferencing Network. Riwidikdo, Handoko. (2010). Statistika Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendikia. Santoso, Bambang dan Mubarak, Wahit. (2006). Buku Ajar Keperawatan Komunitas. Jakarta: Sagung Seto. Setiyohadi, Bambang, dkk. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI. Smart, Sue. (2005). Post Operative Pain Management Knowledge and Attitude of Paediatric Nurses. Victoria University of Wellington. Smeltzer dan bare. (2002). Buku Ajar keperawatan MedikalBedah (Edisi 8) (Agung, dkk, penerjemah). Jakarta: EGC. Wang, Hsiang-Ling dan Tsai, YunFang. (2010). Journal of clinical nursing, 19,31883196.
13
Wilson, David & Hockenberry. (2008). Clinical manual of pediatric nursing (7th ed). Mosby. Wong, D. L. (2004). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik (Edisi 4) (Monica Ester, penerjemah). Jakarta: EGC. Citra Wulandari: Mahasiswa S1 Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol Post 1 Kartasura ** Siti Arifah S.Kp, M.kes: Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol Post 1 Kartasura. *** Vinami Yulian S.Kep, Ns: Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol Post 1 Kartasura