Hubungan Antara Jarak Intermolar dan Interkaninus terhadap Lebar Intergonion pada anak usia 6-9 tahun Tira Hamdillah Skripsa1, Mochamad Fahlevi Rizal2, Heriandi Sutadi2
1
Undergraduate Program, Faculty of Dentistry, University of Indonesia, Jakarta 10430, Indonesia
2
Department of Pedodontics, Faculty of Dentistry, University of Indonesia, Jakarta 10430, Indonesia
Correspondence e-mail to :
[email protected] (Tira Hamdillah Skripsa)
Hubungan antara..., Tira Hamdillah Skripsa, FKG UI, 2014
Abstract Mixed dentition is a critical period because changes can occur in children's dental arch. The changes can be caused by changes in intermolar and intercaninus width that can affect intergonion width. Theory of relationship between intermolar and intercaninus against intergonion can be used to estimate the dental arch width, so the best treatment plan can be determined. Objective: Determine the relationship between intermolar and intercaninus against intergonion in children aged 6-9 years old. Methods: Cross-sectional analytic design. The subject of research were 30 study models and orthopantomograms of pediatric patients in RSGMP FKG UI. Results: intermolar and intergonion had weak and not significant correlation (r=0,277). Intercaninus and intergonion had very weak and not significant correlation (r=0,032). Intermolar and intercaninus had strong and significant correlation (r=0,580).
Abstrak Periode gigi bercampur adalah suatu periode yang kritis karena terjadi perubahan-perubahan pada lengkung gigi anak. Hal tersebut dapat disebabkan oleh lebar intermolar dan interkaninus yang mempengaruhi perubahan lebar intergonion. Pengetahuan mengenai hubungan antara lebar intermolar dan interkaninus terhadap lebar intergonion dapat dipergunakan untuk memperkirakan lebar lengkung rahang sehingga dapat ditentukan rencana perawatan yang tepat. Tujuan: Mengetahui hubungan antara lebar intermolar dan interkaninus terhadap lebar intergonion pada anak usia 6-9 tahun. Metode: Analitik dengan desain potong lintang. Subjek penelitian berupa 30 model studi dan foto radiograf panoramik pasien anak RSGMP FKG UI. Hasil: Intermolar dan intergonion memiliki korelasi yang lemah dan tidak signifikan (r=0,277). Interkaninus dan Intergonion memiliki korelasi yang
2
Hubungan antara..., Tira Hamdillah Skripsa, FKG UI, 2014
sangat lemah dan tidak signifikan (r=0,032). Sedangkan intermolar dan interkaninus memiliki hubungan yang kuat dan signifikan (r=0,580). Keywords: Intercaninus, intermolar, intergonion, children aged 6-9 years old
PENDAHULUAN Lengkung gigi adalah lengkung yang dibentuk oleh mahkota gigi-geligi. yang merupakan refleksi gabungan dari ukuran mahkota gigi, posisi dan inklinasi gigi, bibir, pipi dan lidah.1 lengkung gigi identik dengan garis oklusi. Garis oklusi merupakan garis lengkung gigi yang mulus, tidak terputus, dan simetris pada masing-masing rahang. Lengkung gigi sendiri dapat dibedakan menjadi lengkung alveolar dan lengkung basal. Lengkung alveolar atau lengkung prosessus alveolar adalah tempat gigi tertanam di dalam tulang basal. Lengkung alveolar menghubungkan ukuran dan bentuk lengkung basal dengan lengkung gigi. Lengkung basal adalah lengkung korpus mandibula dan merupakan bagian terbesar rahang bawah. Bentuk dan ukuran lengkung basal tidak berubah meskipun gigi telah hilang atau prosessus alveolaris mengalami resorpsi.2 Terdapat 4 periode pertumbuhan gigi yaitu : 1) periode gigi sulung (3-6 tahun), 2) periode gigi bercampur (7-11 tahun), 3) periode awal gigi permanen (12-15 tahun) dan periode gigi permanen (16 tahun ke atas). Masa transisi pertumbuhan gigi geligi dari gigi sulung, gigi bercampur ke gigi permanen dapat menimbulkan perubahan-perubahan pada lengkung gigi, dengan lengkung gigi menjadi bertambah lebar tetapi panjang lengkung bertambah pendek.3 Periode gigi bercampur merupakan periode yang sangat kritis pada pertumbuhan dan perkembangan gigi anak karena maloklusi mulai berkembang.4 Lengkung gigi berbeda pada setiap individu, tidak ada seorang pun mempunyai lengkung gigi yang sama meskipun mereka adalah anak kembar.5
3
Hubungan antara..., Tira Hamdillah Skripsa, FKG UI, 2014
Lebar lengkung gigi terdiri dari lebar antarkaninus, lebar antarmolar permanen pertama dan lebar antarmolar permanen kedua.6 Ada ilmuan lain yang menyatakan bahwa lebar lengkung gigi dibagi menjadi lebar antarkaninus dan lebar antarmolar saja.3 Lengkung gigi mengalami peningkatan pada lebar pada usia 4-17 tahun.7 Sedangkan pada periode gigi bercampur menunjukkan adanya perubahan yang cukup besar dan berarti pada ukuran lengkung gigi.,7,8 Lebar interkaninus dan intermolar menentukan pola pertumbuhan lengkung gigi, tetapi belum ditemukan faktor pasti yang mempengaruhi kedua ukuran tersebut.9 Lebar lengkung gigi dapat ditentukan dari jarak horizontal yang diukur dari puncak kaninus kiri dan kanan dan jarak antara titik sentral fossa gigi molar satu permanen.4,8 Mandibula terdiri dari dua tulang simetris yang berfusi pada midline di area simfisis. Rahang bawah merupakan tulang kraniofasial yang sangat penting karena melibatkan fungsifungsi vital antara lain pengunyahan, pemeliharaan jalan udara, berbicara dan ekspresi wajah. Mandibula adalah tulang pipih berbentuk U dengan mekanisme pertumbuhan melalui proses osifikasi endokondral dan aposisi periosteal (osifikasi intramembran) dan padanya melekat otot-otot dan gigi.2 Pertumbuhan rahang ke arah transversal dapat terjadi karena adanya sutura palatine media pada rahang atas, dan jaringan kartilago pada simfisis rahang bawah.10 Maloklusi merupakan kelainan pada gigi terbesar kedua setelah karies gigi yang prevalensinya masih cukup tinggi. Pada penelitian di Jakarta Pusat menunjukkan prevalensi maloklusi sebesar 83,3%,11 dan di Condet Jakarta Timur sebesar 89,9%.12 Tingginya prevalensi maloklusi memerlukan suatu tindakan pencegahan sedini mungkin. Pada masa pertumbuhan dan perkembangan merupakan saat yang tepat untuk melakukan tindakan pencegahan apabila ada ketidaksesuaian hubungan antara lebar intermolar dan interkaninus terhadap lebar lengkung gigi. Oleh karena itu perubahan-perubahan yang terjadi pada lengkung gigi pada masa pertumbuhan dan perkembangan perlu diketahui terutama oleh dokter gigi.13
4
Hubungan antara..., Tira Hamdillah Skripsa, FKG UI, 2014
Pasien anak berbeda dengan pasien dewasa yang setelah dijelaskan oleh dokter gigi dapat mengerti dan melaksanakan instruksi dengan baik. Misalnya pada pencetakan untuk model studi, tidak semua anak dapat menahan refleks muntah dan cenderung tidak mau untuk dicetak. Tetapi berbeda dengan difoto menggunakan radiograf panoramik. Hal ini akan cenderung lebih mudah dan lebih menarik untuk pasien anak daripada pencetakan dengan menggunakan alginate. Panoramik merupakan salah satu foto rontgen ekstraoral yang telah digunakan secara umum di kedokteran gigi untuk mendapatkan gambaran utuh dari keseluruhan maksilofasial. Foto panoramik juga disarankan kepada pasien pediatrik, pasien cacat jasmani atau pasien dengan gangguan refleks. Salah satu kelebihan panoramik adalah dosis radiasi yang relatif kecil dimana dosis radiasi yang diterima pasien untuk satu kali foto panoramik hampir sama dengan dosis empat kali foto intra oral.14 Tracing foto radiograf telah banyak dilakukan oleh para peneliti yang melibatkan tengkorak asli, mandibula, model gigi, dan pada pasien secara langsung.15 Tetapi dengan berbagai macam peralatan atau teknik yang telah dikembangkan, tidak dapat mengurangi atau menghilangkan distorsi yang dihasilkan oleh foto radiograf panoramik. Tracing pada foto radiograf panoramik meliputi tracing skeletal dan tracing dental.15 Ukuran dari gonial atau sudut mandibula dapat diketahui tergantung dari metode yang dipergunakan, yaitu apakah garis horizontal dari sudut mandibula dibentuk oleh garis singgung dari garis batas tepi mandibula atau dengan garis lurus melewati gnation. Kedua metode ini dapat dilakukan pada sefalogram lateral. Tetapi pada foto radiograf panoramik gnation tidak dapat ditentukan secara akurat.16
METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik potong lintang dengan menggunakan data sekunder yang berupa foto radiograf panoramik pasien anak laki-laki dan perempuan usia 6-9
5
Hubungan antara..., Tira Hamdillah Skripsa, FKG UI, 2014
tahun dan model studi dental stone warna merah pada Tahun 2010 - 2013 dari Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia yang masing-masing berjumlah 30 buah.
Pengumpulan data sekunder untuk medapatkan foto panoramik dan model studi pasien anak usia 6-9 tahun dilakukan dengan menggunakan rekam medik yang berasal dari RSGM-P FKG UI tahun 2010-2013. Pengambilan data dilakukan dengan berbagai pengukuran yaitu pengukuran lebar intermolar, interkaninus, dan intergonion. Metode pengukuran lebar intermolar dan intermolar menggunakan metode Moyers. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan kaliper digital merk Nankai dengan ketepatan dua angka di belakang koma. Sedangkan metode pengukuran intergonion dengan tracing pada foto radiograf panoramik pada kertas kalkir yang didapatkan dari sudut yang dibentuk oleh dua garis singgung batas luar sisi inferior mandibula dengan batas luar sisi posterior ramus dan kondilus dari kedua sisi, kemudian bagi besar sudut mandibula menjadi dua sama besar. Titik gonion dapat ditentukan dari garis tersebut, lalu diukur jaraknya dengan penggaris besi. Dalam satu hari, pengumpulan data hanya dilakukan sebanyak 5 pasang data (5 foto radiograf panoramik dan 5 model studi rahang bawang) untuk menghindari kelelahan mata peneliti sewaktu membaca skala yang terdapat pada kaliper digital dan penggaris besi sehingga data yang didapatkan lebih akurat. Untuk mendapatkan data yang valid, terlebih dahulu dilakukan uji operator, yaitu operator mengukur 5 model studi sebanyak 3 kali. Jika hasil perhitungan pertama dengan perhitungan kedua tidak jauh berbeda bermakna maka operator layak untuk melakukan pengukuran tersebut. Sedangkan untuk mengukur intergonion cukup dilakukan 1 kali. Pengujian statistik diperlukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara intermolar dan interkaninus terhadap intergonion. Pengujian secara statistik dapat dilakukan dengan dua macam cara yaitu pengujian secara parametrik dan non parametrik. Uji statistik secara parametrik dengan menggunakan uji pearson dilakukan apabila data yang dihasilkan 6
Hubungan antara..., Tira Hamdillah Skripsa, FKG UI, 2014
memiliki distribusi normal. Uji non parametrik menggunakan uji spearman dilakukan apabila data yang didapat tidak mencapai distribusi normal. Uji normalitas data pada penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov Uji normalitas data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa beberapa data hasil penelitian memiliki nilai p > 0,05. Nilai p > 0,05 menunjukkan bahwa data memiliki distribusi yang normal. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan uji statistik dengan analisis parametrik yaitu uji pearson untuk mengetahui hubungan antara intermolar dan interkaninus terhadap intergonion yang dilanjutkan dengan analisis regresi untuk memprediksi lebar intermolar dan interkaninus berdasarkan lebar intergonion dengan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05).
HASIL PENELITIAN Setelah data diuji normalitasnya lalu di analisis dengan uji pearson diperoleh hasil yaitu Korelasi antara intermolar dan intergonion memiliki hubungan yang lemah (r=0,277). Berdasarkan uji t hubungan kedua variabel adalah tidak signifikan karena 0,05 < 0,138. Sedangkan korelasi antara interkaninus dan intergonion memiliki hubungan yang sangat lemah (r=0,032). Berdasarkan uji t hubungan antara kedua variabel adalah tidak signifikan karena 0,05< 0,868. Korelasi antara interkaninus dan intermolar memiliki hubungan yang kuat (r=0,580). Berdasarkan uji t hubungan antara kedua variabel adalah signifikan karena 0,05> 0,001. Dari analisis regresi linier diperoleh angka R2 (R square) sebesar 0,077 atau apabla diubah ke dalam persen menjadi 7,7%. Hal ini menunjukkan bahwa intergonion hanya mampu menjelaskan sebesar 7,7% variasi intermolar. Sedangkan sisanya sebesar 92,3% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
Analisis regresi linier ini juga menghasilkan suatu standar error estimasi yaitu
7
Hubungan antara..., Tira Hamdillah Skripsa, FKG UI, 2014
banyaknya kesalahan dalam prediksi intermolar sebesar 2,32219 mm. Dari hasil analisis regresi linier sederhana diperoleh suatu konstanta (a) sebesar 30,976 dan koefisien regresi sebesar 0,061. Analisis regresi linier sederhana ini dapat dipergunakan untuk memprediksi nilai intermolar (Y’). Konstanta tersebut dapat dipergunakan untuk menyusun suatu model estimasi regresi : Y’ = a + bX Y’ = 30,976 + 0,061 X Keterangan : Y’
= Nilai prediksi intermolar
a
= konstanta nilai Y’ jika nilai X=0
b
= koefisien regresi
X
= lebar integonion Dari hasil analisis regresi tersebut apabila dipakai untuk memprediksi lebar intermolar
dengan data lebar intergonion 150 mm sampai dengan 248 mm dengan range 2 mm sebanyak 100 data yang ada dapat terlihat seperti pada gambar 1. Dari analisis regresi linier diperoleh angka R2 (R square) sebesar 0,001 atau apabla diubah ke dalam persen menjadi 0,1%. Hal ini menunjukkan bahwa interginion hanya mampu menjelaskan sebesar 0,1% variasi interkaninus. Sedangkan sisanya sebesar 99,9% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. Analisis regresi linier ini juga menghasilkan suatu standar error estimasi yaitu banyaknya kesalahan dalam prediksi interkaninus sebesar 2,33940 mm. Dari hasil analisis regresi linier sederhana diperoleh suatu konstanta (a) sebesar 24,220 dan koefisien regresi sebesar 0,007. Analisis regresi linier sederhana ini dapat dipergunakan untuk memprediksi nilai interkaninus (Y’’). Konstanta tersebut dapat dipergunakan untuk menyusun suatu model estimasi regresi : Y’’ = a + bX
8
Hubungan antara..., Tira Hamdillah Skripsa, FKG UI, 2014
Y’’ = 24,220 + 0,007 X Keterangan : Y’’
= Nilai prediksi interkaninus
a
= konstanta nilai Y’ jika nilai X=0
b
= koefisien regresi
X
= lebar integonion Dari hasil analisis regresi tersebut apabila dipakai untuk memprediksi lebar
interkaninus dengan data lebar intergonion 150 mm sampai dengan 248 mm dengan range 2 mm sebanyak 100 data yang ada dapat terlihat seperti pada gambar 2.
DISKUSI Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui hubungan antara intermolar dan interkaninus terhadap lebar intergonion pada pasien anak usia 6-9 tahun di RSGM-P Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Usia 6 tahun merupakan waktu dimulainya periode gigi bercampur pada anak dan ditandai dengan erupsinya gigi molar pertama permanen. Menurut panduan meresepkan foto radiograf
yang dikeluarkan oleh American Dental
Association (ADA) pada usia tersebut sudah diperbolehkan untuk melakukan foto radiografi panoramik.17 Pada penelitian ini, dipergunakan 30 foto radiograf panoramik berkualitas baik. Karena semua sampel yang dipergunakan difoto dengan menggunakan alat yang sama di Departemen Radiologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, sehingga distorsi dapat diminimalisasi. Penelitian ini menggunakan 30 model gigi yang dicetak dengan menggunakan bahan cetak yang sama yaitu alginate di klinik integrasi RSGM-P Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Bahan cetak alginate merupakan bahan cetak standar
9
Hubungan antara..., Tira Hamdillah Skripsa, FKG UI, 2014
yang dipergunakan untuk pencetakan model studi, sehingga didapatkan model studi dengan kualitas yang baik. Pada penelitian ini dalam menentukan lebar intermolar dan interkaninus pada model menggunakan metode yang dipakai oleh Moyers karena karena mempunyai kesalahan sistematik yang minimal. Metode ini juga dapat dilakukan dengan cepat, tidak memerlukan alat-alat khusus ataupun radiografi, dan dapat dilaksanakan oleh pemula karena tidak memerlukan keahlian khusus. Walaupun pengukuran dan penghitungan dilakukan pada model, tetapi mempunyai tingkat ketepatan yang baik di dalam mulut. Metode ini juga dapat dilakukan untuk mengalisis keadaan pada kedua lengkung rahang.3,18 Sedangkan untuk menentukan lebar intergonion dipergunakan radiograf panoramik karena dibandingkan dengan menggunakan radiograf sefalometri lateral atau posteroanterior akan lebih mudah dan tepat dalam menentukan lebar intergonion.16 Selain itu kelebihan radiograf panoramik adalah dosis radiasi yang diterima tidak terlalu besar dan setara dengan empat kali foto radiograf periapikal. Radiograf panoramik juga dapat dilakukan pada pasien dengan gangguan membuka mulut maupun pasien dengan kebutuhan khusus.19 Pada penelitian ini peneliti juga membutuhkan pencetakan model studi pada pasien, tetapi pencetakan ini tidak dapat dilakukan pada pasien dengan keterbatasan tersebut. Oleh karena itu peneliti mengharapkan agar pemanfaatan foto radiograf panoramik tidak hanya untuk perawatan inisial atau perawatan awal saja tetapi dapat pula untuk mendiagnosis kelainan pada pasien. Beberapa penelitian yang meneliti perubahan pertumbuhan pada lebar lengkung dalam arah tranversal menemukan bahwa lebar interkaninus dan intermolar tidak mengalami perubahan setelah pasien berumur 13 tahun pada pasien wanita dan 16 tahun pada pasien lakilaki.20 Sedangkan pada penelitian ini dipergunakan sampel anak laki-laki dan perempuan yang berusia 6 sampai dengan 9 tahun, sehingga diharapkan lengkung gigi masih bisa tumbuh dan
10
Hubungan antara..., Tira Hamdillah Skripsa, FKG UI, 2014
dapat sesuai atau mendekati nilai estimasi intermolar dan interkaninus yang diperoleh berdasarkan hasil analisis pada penelitian ini. Lebar interkaninus telah banyak diteliti pada studi-studi terdahulu tetapi hasilnya berbeda-beda. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh karena umur yang berbeda dan beratnya maloklusi pada subyek yang diteliti. Dari penelitian ini pun didapatkan hasil serupa bahwa dalam pengukuran interkaninus tidak diperoleh hasil yang sama. Hal ini terjadi karena sampel yang terbatas dan diharapkan untuk penelitian yang selanjutnya dipergunakan sampel yang lebih besar. Sebelum dilakukan analisis korelasi dengan pearson data terlebih dahulu diuji normalitas datanya. Berdasarkan hasil uji normalitas diperoleh hasil bahwa nilai koefisien Kolmogorov-Smirnov (Z) data hasil pengukuran lebar intermolar, interkaninus dan intergonion adalah 0,088, 0,098, dan 0,117. Dari hasil tersebut nilai Z lebih besar dari 0,05 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa data hasil pengukuran lebar intermolar, interkaninus dan intergonion berdistribusi normal dan dapat dianalisis korelasinya menggunakan uji korelasi pearson. Karena salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam melakukan uji korelasi pearson adalah data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal. Berdasarkan hasil analisis pearson diperoleh nilai r=0,277 dan p=0,138 yang artinya secara statistik diperoleh hubungan yang lemah dan tidak signifikan antara intermolar terhadap intergonion. Hal ini sesuai dengan dengan penelitian yang sebelumnya. Penelitian tersebut juga membandingkan antara lebar intermolar terhadap lebar intergonion pada sampel anak-anak. Tetapi terdapat perbedaan metode yang digunakan dalam penelitian. Lebar intergonion diperoleh dari tracing sefalogram postero-anterior. Sedangkan untuk pengukuran lebar intermolarnya menggunakan metode yang sama yaitu metode yang dilakukan oleh Moyers yang diperoleh dari pengukuran jarak antara fossa tengah molar pertama permanen kiri dan kanan pada model studi rahang bawah.18
11
Hubungan antara..., Tira Hamdillah Skripsa, FKG UI, 2014
Dari studi literatur diketahui bahwa interkaninus merupakan salah satu indikator yang dapat mempengaruhi lebar lengkung gigi.8 Lengkung gigi tersebut terletak pada rahang bawah, sedangkan lebar dari rahang bawah tersebut dalam penelitian ini disebut dengan intergonion. Tetapi dalam penelitian ini lebar interkaninus memiliki hubungan yang sangat lemah karena nilai r=0,032 dan tidak signifikan terhadap lebar intergonion. Hal tersebut dikarenakan interkaninus secara langsung hanya mempengaruhi lebar lengkung gigi bukan lebar intergonion.3,6 Pada penelitian sebelumnya, terdapat penelitian dengan menggunakan sampel sebanyak 100 sampel (72 perempuan dan 28 laki-laki) dengan umur rata-rata 18,7 tahun pada gigi permanen diketahui lebar intermolar dan interkaninus memiliki hubungan yang kuat baik pada rahang atas dan rahang bawahnya.22 Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian ini yang juga diperoleh hubungan yang kuat antara lebar intermolar terhadap lebar interkaninus dengan r=0,580. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa intergonion mempengaruhi intermolar sebesar 7,7%, sedangkan intergonion hanya mempengaruhi interkaninus sebesar 0,1%. Hal ini dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhi lebar lengkung gigi antara lain faktor 3
lingkungan, nutrisi, genetik, ras, dan jenis kelamin. Selain faktor di atas ada juga faktor yang
mempengaruhi perubahan dan karakteristik lengkung gigi antara lain fungsi rongga mulut, kebiasaan oral dan otot-otot rongga mulut. Faktor lain seperti prematur loss gigi desidui, ras dan jenis kelamin juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi.21 Pada penelitian ini selain diteliti korelasi antara intermolar, dan interkaninus terhadap intergonion juga didapatkan regresi untuk memprediksi lebar intermolar dan interkaninus berdasarkan lebar intergonion. Berdasarkan hasil penelitian di atas bahwa intergonion memiliki korelasi terhadap intermolar dan interkaninus, walaupun korelasinya secara statistik
12
Hubungan antara..., Tira Hamdillah Skripsa, FKG UI, 2014
adalah lemah untuk korelasi antara intergonion dan intermolar, dan sangat lemah untuk korelasi antara intergonion dan interkaninus. Pada penelitian ini diperoleh suatu model estimasi regresi untuk meprediksi lebar intermolar digunakan model estimasi regresi Y’ = 30,976 + 0,061 X. (Y’ adalah nilai prediksi intermolar, dan X adalah nilai intergonion yang dipakai untuk memprediksi nilai intermolar). Sedangkan untuk memprediksi lebar interkaninus digunakan model estimasi regresi Y’’ = 24,220 + 0,007 X (Y’’ adalah nilai prediksi interkaninus, dan X adalah nilai intergonion yang dipakai untuk memprediksi nilai interkaninus). Dengan ditemukannya model estimasi regresi ini, lebar intermolar dan interkaninus dapat diprediksi sehingga untuk menentukan lebar intermolar dan interkaninus bagi pasien anak yang tidak bisa dilakukan pencetakan untuk mendapatkan model studi dapat diketahui dengan menggunakan nilai intergonion yang diperoleh dari foto radiograf panoramik. Namun demikian intergonion bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi lebar intermolar dan interkaninus. Ada faktor lain yang seperti 3
lingkungan, nutrisi, genetik, ras, dan jenis kelamin.
KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini yaitu interkaninus dan intermolar memiliki hubungan yang kuat dan signifikan. Interkaninus dan intergonion memiliki hubungan yang sangat lemah dan tidak signifikan. Intermolar dan intergonion memiliki hubungan yang lemah dan tidak signifikan.
SARAN Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan pengambilan sampel yang lebih besar dan perbandingan pada anak laki-laki dan anak perempuan.
13
Hubungan antara..., Tira Hamdillah Skripsa, FKG UI, 2014
DAFTAR PUSTAKA 1.
Arthadini VD, Anggani HS. Perubahan lengkung gigi di dalam perawatan ortodonti. M I kedokteran gigi. 2008; 199-204 (23).
2.
Sarworini BB. Perubahan dan karakteristik lengkung gigi selama periode tumbuh kembang serta faktor yang mempengaruhi. Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi FKG Universitas Prof. DR. Moestopo 2003; 1(2) :73-7.
3.
Moyers RE. Handbook of orthodontics. 4th eds. London : Year book Medical Publisher, INC 1998.
4.
Chan, SL, Jacobson, BN, Chwa, KH, Jacobson RS. Mixed dentition analysis for AsianAmerican. Am J Orthod Dentofac Orthop; 1998 : 113: 293-9.
5.
Febrina RS, Eky SSS, Endah M. Ukuran dan bentuk lengkung gigi rahang bawah pada mahasiswa FKG Unpad. JKG 1997; 9(1): 22-7.
6.
Raberin M, Laumon B, Martin Jl, Btuner F. Dimension and form of dental arches in with normal occlusion. Am J Orthod and Dentifac Orthop 1993; 104(1): 67-72.
7.
Barrow GV, White JR. Developmental changes of the maxillary and mandibular dental arches. Am J Orthod 1952; 22(1) : 41-6.
8.
Moorrees CFA, Reed RB. Changes in dental arch dimensions expressed on the basis of tooth as a measure of biologic age. J Dent Res 1965 ; 44 : 131-41.
9.
Mundiyah M. Masalah gigi berjejal ditinjau dari perbandingan ukuran gigi dan lengkung rahang suku Batak dan suku melayu di Sumatera Utara. Disertasi. Universitas Padjajaran Bandung; 1982.
10. Enlow D. H., 1990, Facial Growth, 3rd ed., W. B. Saunders Co., Philadelphia, pp.58-115. 11. Wijanarko, AG. Prevalensi maloklusi pada remaja usia 12-14 tahun pada sekolah menengah pertama di Jakarta. Thesis, 1999
14
Hubungan antara..., Tira Hamdillah Skripsa, FKG UI, 2014
12. Koessoemaharja, Djajasaputra, Gandadinata. Survey epidemiologi anomaly dentofasial murid SD kelas V dan VI di daerah Condet DKI Jakarta: MI Kedokteran Gigi 1991; 18 : 125-33. 13. Nakata M, Wei SHY. Occlusal guidance in Pediatric Dentistry. Tokyo: Ishiyaku EuroAmerica, 1988 : 10-5. 14. Jose, Mathew, Varhese, Jomy. Panoramic Radiograph a Valuable Diagnosic Tool in Dental Practice. Dental Clinics Int J. 2011; 4 : 47-49. 15. Zach GA, Langland OE, Sippy FH: The use of the orthopantomograph in longitudinal studies. Angle Orthod 1969, 39:42-50. 16. Dahan, J. and H. J. Jesdinsky: Die Bewertung des Othopantomogramms fur kephalometische Untersuchungen in der Kieferorthopadie. Stoma 1968 17. American Dental Association, US Dept of Health and Humans Services. The selection of patients for dental radiographic examinations 2004 18. Frankel MR, Kronman JH. Cephalometric Evaluation of Craniofacial Landmark and Their Relationship to Intermolar (Mandibular) Dimensions. Am J Orthod 1966. 19. White, SC Pharoah MJ. Oral Radiology Principles and Interpretation. 4th ed. Mosby Inc. 2000. 20. Bishara SE, Bayati P, Jacobsen JR. Longitudinally comparisons of dental arch changes in normal and untreated Class II division 1 subjects and their clinical implications. Am J Orthod Dentofacial Orthop. 1996;110 : 483-489. 21. Budiarjo SB. Perubahan dan karakteristik lengkung gigi selama periode tumbuhkembang serta faktor yang mempengaruhi. JITEKGI 2003; 1(2): 73-7. 22. Amin F, Bhakari F, Alam R. Relationship Among Intercanine Width, Intermolar Width, and Arch Length in Upper and Lower Aches Pakistan Oral & J Dent 2012;32:92-95.
15
Hubungan antara..., Tira Hamdillah Skripsa, FKG UI, 2014
Prediksi Lebar Intermolar
Prediksi lebar Intermolar 48 46 44 42 40 38
Y' 0
50
100
150
200
250
300
Lebar Intergonion
Gambar 1. Grafik prediksi lebar intermolar berdasarkan lebar intergonion
Prediksi Lebar Intermolar
Prediksi lebar Interkaninus 50 45 40 35 0
50
100
150
200
250
300
Lebar Intergonion
Gambar 1. Grafik prediksi lebar interkaninus berdasarkan lebar intergonion
16
Hubungan antara..., Tira Hamdillah Skripsa, FKG UI, 2014
Y'