HUBUNGAN ANTARA INTERVAL KEHAMILAN DENGAN PERSALINAN PRETERM DI RSUD BANGIL PASURUAN FELYANUARI FEF FIRDAUS 11002197
Subject : Interval Kehamilan, Persalinan Preterm
DESCRIPTION Mortalitas dan morbiditas neonatus pada bayi preterm masih tinggi. Persalinan preterm dapat disebabkan oleh interval kehamilan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi interval kehamilan dengan persalinan preterm di RSUD Bangil Pasuruan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik korelasional dengan rancang bangun cross sectional. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah interval kehamilan dan variable terikat adalah persalinan preterm. Populasi pada penelitian ini berjumlah 22 responden yaitu seluruh ibu multipara dan grandemultipara yang mengalami persalinan preterm di RSUD Bangil Pasuruan bulan Januari-April 2014 dengan menggunakan teknik simple random sampling. Lokasi dan waktu penelitian dilakukan di RSUD Bangil Pasuruan tanggal 13 Mei-14 Mei 2014. Teknik pengumpulan data diperoleh dari data sekunder di ruang Rekam Medik RSUD Bangil Pasuruan 2014. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah lembar checklist. Hasil analisis data dihitung menggunakan uji statistik pearson product moment. Hasil penelitian dianalisa dengan uji pearson product moment didapatkan ibu dengan interval kehamilan pendek mengalami persalinan preterm sedang sebanyak 4 responden (50%) dan ibu dengan interval terlalu jauh mengalami persalinan preterm sedang sebanyak 4 responden (36,4%). Berdasarkan perhitungan uji statistic person product moment antara interval kehamilan dengan persalinan preterm didapatkan nilai rhitung=0,453 nilai ini dibandingkan dengan besarnya rtabel pada α 5% n=21, maka diketahui rtabel=0,433 sehingga H0 ditolak. Berdasarkan penelitian bahwa interval kehamilan mempengaruhi kejadian persalinan preterm, dapat disimpulkan lebih dari 50% ibu memiliki interval kehamilan telalu jauh dan hampir setengahnya mengalami premature sedang. Disarankan bagi peneliti, tenaga kesehatan, masyarakat dan institusi kesehatan untuk banyak membaca literature mengenai interval kehamilan dan persalinan preterm sehingga dapat memahami dan mencegah terjadinya persalinan preterm.
ABSTRACT Mortality and morbidity neonatus on preterm infants have been still high. Preterm birth can be caused with interval of pregnancy. The purpose of this study is to identify the interval of pregnancy and preterm birth in RSUD Bangil Pasuruan. Design of this study is analytical correlation with cross sectional. The independent variable in this study is interval of pregnancy and the dependent variable is preterm birth. The population is 22 respondents, consist of all multipara and grandemultipara mother who have a preterm birth in RSUD Bangil on January-April 2014. The technique which is used is simple random sampling. It had been done 13-14 May 2014. The data collection method is obtained from the secondary data in medical record of RSUD Bangil Pasuruan. The instrument which is used on data collection is checklist sheet. The data analysis are counted by using statistical test of pearson product moment. The result of this study analyzed with pearson product moment show that mother with short-interval pregnancy (<2 years) have middle preterm birth amount 4 respondents (50%) and mother with long-interval pregnancy (>5 years) have middle preterm birth amount 4 respondents (36,4%). Based on the calculation of pearson product moment statistical test between interval pregnancy and preterm birth show that calculation value rcoint 0,453, is compared than rtable at α 5% n = 21, so rtable is 0,433, that H0 is reject or H1 is accepted. Based on this study, that the interval of pregnancy affects preterm birth. In conclusion, more than 50% of mothers have long interval of pregnancy and almost half of them experienced middle premature birth. It is suggested researchers, medical officers, people, and institution of health read more literature about the interval of pregnancy and preterm birth’s literatures in order to understand and prevent the preterm birth occurences. Key Word : Interval of Pregnancy, Preterm Birth Contributor Date Type Material Identifier Right Summary
: 1. Dyah Permata Sari S.ST. MM 2. Nurun Ayati S.ST. MM : 2 Juni 2014 : Laporan Penelitian : : Open Document :
LATAR BELAKANG Kehamilan adalah dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lama kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari). Sulit diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi masalah. Sistem penilaian resiko tidak dapat memprediksi apakah ibu hamil akan bermasalah selama kehamilannya (Prawirohardjo, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2010). Kehamilan dan secara lebih luas obstetrik, menimbulkan dampak besar bagi kesehatan bangsa (Leveno, 2009). Perkembangan dan keadaan hamil dapat meningkatkan terjadinya persalinan preterm (Sujiyatini, Mufdlilah, & Hidayat, 2009). Persalinan preterm dapat terjadi karena interval antar kehamilan yang terlalu dekat. Interval kehamilan dapat mempengaruhi
persalinan preterm karena kebutuhan zat besi pada ibu belum tercukupi (MIMS Bidan, 2012). Persalinan Preterm atau partus premature adalah persalinan yang dimulai setiap saat setelah awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney, 2008). Persalinan preterm atau prematur merupakan hal yang berbahaya karena potensial meningkatkan kematian perinatal sebesar 65%-75%, umumnya berkaitan dengan berat lahir rendah. Berat lahir rendah dapat disebabkan oleh persalinan preterm (Sujiyatini, Mufdlilah, & Hidayat, 2009). Persalinan preterm bertanggung jawab terhadap 75% semua kematian perinatal dan sampai 50% kecacatan neurologis yang ditemukan pada masa bayi (Varney, 2008). Selain itu persalinan preterm dapat menimbulkan komplikasi jangka pendek dan jangka panjang. Komplikasi jangka pendek selalu dikaitkan dengan pematangan paru janin yang belum sempurna. Dan komplikasi jangka panjang akibat persalinan preterm yaitu bayi-bayi yang lahir pada usia 23-24 minggu yang berhasil diselamatkan menunjukkan komplikasi kelainan otak yang cukup berarti (79% atau lebih). Sebesar 45% dari bayi-bayi preterm yang hidup memerlukan sarana pendidikan khusus, dimana 21% mempunyai IQ <70 dan banyak mengalami hambatan pertumbuhan dan daya penglihatan di bawah normal (Fadlun & Feryanto, 2012). Kejadian persalinan preterm di Negara berkembang masih tinggi. Di Afrika dan Asia Selatan, lebih dari 60% persalinan preterm terjadi (WHO, 2013). SDKI menyebutkan tahun 2012 mencatat Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 32/1000 kelahiran hidup (SDKI, 2012). Dimana 19% disebabkan oleh persalinan preterm (Yuliati, 2012). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Jawa Timur angka kematian bayi tahun 2012 sebesar 28,31/1000 kelahiran hidup, namun kematian bayi akibat persalinan preterm di Jawa Timur tahun 2012 tidak diketahui (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2012). Dari data yang ada, tahun 2012 Kabupaten Pasuruan memiliki Angka Kematian Bayi sebesar 51,07/1000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2012) namun tidak diketahui jumlah kematian bayi akibat persalinan preterm di Kabupaten Pasuruan tahun 2012 (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2012). Dari hasil study pendahuluan pada hari Selasa tanggal 18 Maret 2014 didapatkan data persalinan preterm di RSUD Bangil tahun 2013 sebesar 156 persalinan preterm dari 3.906 persalinan. Salah satu penyebab berat badan lahir rendah (BBLR) adalah lahir kurang bulan atau preterm (Nugroho, 2010). Jumlah Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Jawa Timur pada tahun 2012 sebanyak 38,03%, angka ini merupakan angka tertinggi diantara penyebab kematian neonatal lainnya (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2012). Beberapa faktor yang berpengaruh dalam terjadinya persalinan preterm seperti status ekonomi rendah, ras bukan kulit putih, Status nutrisi buruk, Riwayat persalinan premature, riwayat abortus, Jarak kehamilan yang pendek, kehamilan kembar, penyalahgunaan zat, asuhan prenatal yang tidak adekuat, anomaly uterus, servik inkompeten, infeksi saluran kemih, infeksi pada saluran genital, ketuban pecah dini, korioamnionitis, kekerasan fisik yang parah selama kehamilan, plasenta previa, kematian janin dan polihidramnion (Varney, 2008). Bidan yang mempunyai peran sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, dan peneliti harus mempunyai cara untuk mengurangi terjadinya persalinan preterm (Estiwidani, Meilani, & Widyastuti, 2008). Sebagai pendidik, hal yang harus dilakukan bidan dalam mengurangi kejadian persalinan preterm yaitu memberikan konseling mengenai usia ibu untuk hamil yang baik, menghindari jarak kehamilan terlalu
dekat,menghindari kerja berat, bahaya penggunaan rokok dan narkotika, istirahat, infeksi genetalia dan infeksi kencing serta deteksi dan pengamanan faktor risiko persalinan preterm (Prawirohardjo, 2010). Hal lain yang perlu dilakukan bidan sesuai perannya yaitu sebagai pelaksana, dalam menghadapi persalinan preterm bidan harus mengkaji adanya penyulit dan keadaan kegawatdaruratan pada ibu dalam persalinan yang memerlukan konsultasi dan rujukan, menentukan diagnosa, prognosa, dan prioritas, memberikan pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan, mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut, membuat pencatatan dan pelaporan kejadian dan intervensi (Estiwidani, Meilani, & Widyastuti, 2008). Selain itu hal yang harus dilakukan ibu hamil dalam mencegah persalinan preterm yaitu dengan menghindari kehamilan pada ibu terlalu muda (kurang dari 17 tahun), menghindari interval kehamilan terlalu dekat, menggunakan kesempatan periksa hamil dan pelayanan antenatal dengan baik, menghindari untuk tidak merokok dan penggunaan narkotika, mengurangi aktifitas berat dan cukup istirahat (Prawirohardjo, 2010). METODOLOGI Penelitian ini menurut prosesnya merupakan jenis penelitian analitik korelasional dengan desain cross sectional, mempunyai dua variable, variable independen (Interval Kehamilan) dan variable dependen (Persalinan Preterm). Subjek pada penelitian ini adalah 21 ibu bersalin multipara dan grandemultipara yang mengalami persalinan preterm dengan menggunakan teknik simple random sampling, data yang digunakan yaitu data sekunder dengan instrument berupa checklist dan analisa data dengan uji pearson product moment . Tempat dan waktu penelitian di RSUD Bangil Pasuruan yang dilakukan pada bulan Mei. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan distribusi responden berdasarkan usia sebagian besar berusia antara 20-34 tahun sebanyak 16 responden (76,2%), berdasarkan paritas ibu mayoritas memiliki paritas multigravida yaitu sebanyak 20 responden (95,2%), berdasarkan riwayat persalinan diketahui sebagian besar ibu tidak memiliki riwayat persalinan preterm yaitu sebanyak 15 responden (71,4%), berdasarkan pekerjaan diketahui sebagian besar ibu bekerja yaitu sebanyak 16 responden (76,2%).dan berdasarkan pendidikan sebagian besar adalah berpendidikan SD yaitu sebanyak 15 responden (71,4%). Berdasarkan hasil penelitian menunjukan distribusi responden berdasarkan interval kehamilan lebih dari 50% adalah yang memiliki interval terlalu jauh yaitu 11 responden (52,4%) dan berdasarkan persalinan preterm hampir setenyahnya mengalami premature sedang yaitu sebanyak 9 responden (42,9%). Dapat diketahui dari 100% responden yang memiliki interval kehamilan pendek 37,5% (3 responden) mengalami persalinan sangat premature, 50% (4 responden) mengalami premature sedang, dan 12,5% (1 responden) mengalami boerdeline premature. Dari table 4.8 dapat diketahui dari 100% responden yang memiliki interval kehamilan ideal 50% (1 responden) mengalami persalinan sangat premature, 50% (1 responden) mengalami premature sedang dan 0% (0 responden) mengalami boerdeline premature. Dari table 4.8 dapat diketahui dari 100% responden 9,1% (1 responden) mengalami persalinan sangat premature, 36,4% (4 responden) mengalami premature sedang, dan 54,5% (6 responden) mengalami borderline premature. Setelah dilakukan uji Person Product
Moment didapatkan rhitung = 0,453 dimana rtabel = 0,433 karena rhitung > rtabel maka H0 ditolak, sehingga ada hubungan antara interval kehamilan dengan persalinan preterm di RSUD Bangil. Sifat korelasi pada rhitung yang positif, artinya semakin pendek interval kehamilan, maka semakin pendek pula usia kehamilannya dan semakin jauh interval kehamilan semakin lama pula usia kehamilannya. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden berdasarkan interval kehamilan ibu bersalin di RSUD Bangil pada bulan Januari sampai April tahun 2014 sebagian kecil ibu bersalin memiliki interval kehamilan pendek yaitu sebanyak 8 responden (38,1%), ideal 2 responden (9,5%), dan terlalu jauh sebanyak 11 responden (52,4%). Interval kehamilan adalah jarak antara kehamilan yang satu dengan kehamilan berikutnya (BKKBN, 2007). Interval kehamilan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin dalam Rahim (Manuaba, 2010). Interval kehamilan yang baik bagi seorang ibu untuk hamil kembali ialah antara 2-5 tahun. Interval kehamilan 2-5 tahun dimaksudkan supaya kebutuhan zat besi seorang ibu dapat tercukupi, ibu dapat mengurangi berat badannya yang bertambah saat kehamilan sebelumnya serta mempersiapkan stamina fisiknya sebelum hamil berikutnya (Koesno, 2012). Menurut penelitian Journal of the American Medical Association, lebih dari 5 tahun dari kehamilan pertama, resiko anak kedua lahir prematur menjadi meningkat. Peningkatan ini terjadi karena apabila interval terlalu jauh, kesuburan seorang ibu menjadi jauh berkurang (Journal of the American Assosiation, 2013). Seharusnya tidak ada lagi ibu hamil dengan interval kehamilan pendek (<2 tahun) dan ibu hamil dengan interval kehamilan terlalu jauh (>5tahun), namun karena terdapat faktor yang menyebabkan masih adanya ibu hamil yang memiliki interval kehamilan jauh seperti faktor pekerjaan, kemalasan mengurus balita, tidak memikirkan usianya yang semakin menua dan tidak mengetahui dampak dari interval kehamilan terlalu jauh. Maka diperlukan upaya preventif dan promotif ekstra untuk mencegah terjadinya interval kehamilan yang terlalu jauh. Pemberian informasi yang tepat dan meningkatkan layanan kesehatan juga harus dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan responden berdasarkan persalinan preterm di RSUD Bangil pada bulan Januari sampai April 2014 sebagian kecil ibu bersalin mengalami persalinan sangat premature yaitu 5 responden (23,8%), premature sedang sebanyak 9 responden (42,9%), dan boerdeline premature sebanyak 7 responden (33,3%). Persalinan preterm yaitu persalinan yang terjadi pada kehamilan 37 minggu atau kurang, merupakan hal yang berbahaya karena mempunyai dampak yang potensial meningkatkan kematian perinatal (Prawirohardjo, 2006). Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab persalinan preterm diantara ialah status sosioekonomi rendah, ras bukan kulit putih, status nutrisi yang buruk, riwayat persalinan preterm, riwayat abortus, jarak yang pendek antar kehamilan, kehamilan kembar, penyalahgunaan narkotika, asuhan antenatal yang tidak adekuat, anomaly uterus, serviks tidak kompeten, pemajanan DES pada uterus, infeksi saluran kemih, hemoglobinopati, ketuban pecah dini, korioamnionitis, kekerasan fisik selama kehamilan, plasenta previa, kematian janin dan polihidramnion (Varney, 2008). Kejadian persalinan preterm juga masih sering dijumpai karena masih banyaknya ibu hamil dengan komplikasi penyebab persalinan preterm seperti infeksi vagina, pre-eklamsia atau eklamsia, ketuban pecah dini, kehamilan ganda, inkompeten servikx, perdarahan antepartum serta pertumbuhan janin terhambat atau fetal growth
retardation (Nursyifani, 2013). Persalinan preterm merupakan hal yang berbahaya karena potensial meningkatkan kematian perinatal sebesar 65%-75%, umumnya berkaitan dengan berat lahir rendah yang disebabkan oleh persalinan preterm dan pertumbuhan janin yang terhambat (Kristianto, 2013). Persalinan preterm harus segera mendapatkan penanganan medis secara cepat dan tepat untuk menghindari terjadinya kematian perinatal. Perlunya peningkatan fasilitas kesehatan dan perlu diusahakan untuk menjangkau masyarakat untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan yang baik. Disamping itu komunikasi perlu dijaga untuk menentukan tempat persalinan yang aman agar ibu dan bayi selamat dan sehat. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang memiliki interval kehamilan terlalu jauh mengalami boerdeline prematur sebanyak 6 responden (28,6%). Hasil penelitian yang telah dilakukan di RSUD Bangil ditemukan sebanyak 21 kasus persalinan preterm ibu multipara dan grandemultipara. Berdasarkan perhitungan uji statistic Person Product Moment dengan nilai signifikan 5%, didapatkan rhitung = 0,453 dimana rtabel = 0,433. Karena rhitung > rtabel maka H0 ditolak, hasil tersebut menunjukkan bahwa adanya hubungan antara interval kehamilan dengan persalinan preterm. Sesuai dengan teori bahwa interval kehamilan pendek dari sudut kebidanan dapat mengakibatkan penyulit (komplikasi) yang cukup besar, diantaranya bayi lahir belum waktunya (preterm) dan tidak optimalnya pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim (Manuaba, 2010). Telah diketahui sebelumnya apabila kehamilan kedua kurang dari 18 bulan atau lebih dari 5 tahun dari kehamilan pertama, resiko anak kedua lahir prematur menjadi meningkat. Sebab, bila interval terlalu pendek, kondisi seorang ibu masih membutuhkan waktu untuk pulih dari stress dan berkurangnya gizi dari kehamilan pertama. Sedangkan bila interval terlalu jauh, kesuburan menjadi jauh berkurang (Lactamil, 2012). Interpregnancy pendek atau interval pendek, merupakan faktor resiko independen untuk lahir sangat premature, permatur sedang dan kematian neonatal yang tidak terkait dengan kelainan bawaan. Sekitar 10% wanita dengan interval kehamilan pendek memiliki kelahiran pertama yang berakhir dengan kematian perinatal akibat persalinan preterm (Wulandari, 2012). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa interval kehamilan pendek atau kurang dari 2 tahun akan beresiko lebih besar untuk melahirkan bayi preterm karena pertumbuhan janin dalam rahim yang kurang sempurna dan diakibatkan oleh kurangnya zat besi ibu saat hamil. Etiologi persalinan preterm sampai saat ini masih belum jelas, berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui etiologi persalinan preterm serta untuk menjawab pertanyaan mengenai patogenesis komplikasi ini. Tetapi belum ada yang memberi jawaban yang memuaskan. Dengan demikian persalinan preterm menjadi penyebab utama tingginya angka kematian bayi.
SIMPULAN
1. Interval kehamilan di RSUD Bangil lebih dari 50% adalah 52,4% (11 responden) interval kehamilan terlalu jauh (lebih dari 5 tahun). 2. Persalinan preterm di RSUD Bangil hampir setengahnya adalah 42,9% (9 responden) mengalami premature sedang (UK 31-36 minggu). 3. Setelah dilakukan uji analitik dengan uji Person Product Moment didapatkan rhitung = 0,453 dimana rtabel = 0,433 maka dapat diketahui bahwa rhitung > rtabel. Dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak yang artinya ada hubungan antara interval kehamilan dengan terjadinya persalinan preterm di VK RSUD Bangil bulan Januari hingga April 2014. REKOMENDASI 1. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan dengan banyak membaca literature mengenai persalinan preterm 2. Bagi Masyarakat Menyarankan kepada masyarakat untuk banyak membaca mengenai komplikasi kehamilan terutama mengenai persalinan preterm serta mencari informasi dengan cara bertanya kepada tenaga kesehatan mengenai bahaya interval kehamilan terhadap persalinan preterm 3. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan Menyarankan kepada institusi pelayanan kesehatan untuk lebih banyak membaca literature mengenai persalinan preterm serta banyak berlatih dalam melakukan penatalaksanaan persalinan preterm. 4. Bagi Institusi Pendidikan Menambah literature mengenai interval kehamilan dan persalinan preterm guna dapat dijadikan masukan sehingga dapat menambah wawasan dan keterampilan dalam penanganan dan penatalaksanaan persalinan preterm 5. Bagi Profesi Kebidanan Banyak membaca dan memahami berbagai penelitian mengenai persalinan preterm serta memahami materi mengenai persalinan preterm
ALAMAT KORESPONDENSI Email :
[email protected] No Telp : 085749411522 Alamat : Lumajang