KOMPLIKASI PERSALINAN PADA IBU PRIMIPARA MUDA DAN PRIMIPARA TUA DI RSUD BANGIL PASURUAN TAHUN 2013 Masfufah Istighfarningtyas 11002160 Subject : Komplikasi Persalinan, Primipara, Muda, Tua, Ibu Bersalin Description Komplikasi persalinan dapat menyebabkan kematian pada ibu. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi komplikasi persalinan, salah satu penyebabnya adalah usia ibu primipara kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun. Menurut data WHO, sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan terjadi di negara-negara berkembang. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui komplikasi persalinan pada ibu primipara muda dan primipara tua di RSUD Bangil Pasuruan tahun 2013. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Deskriptif. Variabel dalam penelitian ini adalah komplikasi persalinan. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 165 responden, yaitu seluruh ibu primipara muda dan primipara tua yang bersalin spontan dengan komplikasi di RSUD Bangil Pasuruan tahun 2013 dengan menggunakan teknik total sampling. Pengumpulan data diperoleh dari data sekunder di rekam medik RSUD Bangil Pasuruan tahun 2013. Instrumen pengumpulan data menggunakan dokumentasi. Teknik analisa data adalah secara deskriptif. Hasil penelitian didapatkan komplikasi yang terjadi pada ibu primipara muda yang bersalin spontan di RSUD Bangil Pasuruan tahun 2013 adalah Ketuban Pecah Dini (43,7%) dari 158 responden. Komplikasi yang terjadi pada ibu primipara tua yang bersalin spontan di RSUD Bangil Pasuruan tahun 2013 adalah prolaps tali pusat (42,8%) dari 7 responden. Ibu primipara usia kurang dari 20 tahun memiliki organ reproduksi yang belum siap seutuhnya untuk melahirkan, sedangkan pada usia lebih dari 35 tahun, mengalami kemunduran dalam kuantitas maupun kualitas sistem reproduksinya sehingga mengakibatkan terjadinya beberapa masalah dalam proses melahirkan. Maka disarankan bagi tenaga bidan untuk meningkatkan upaya pencegahan komplikasi persalinan pada ibu usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun, serta dilakukan penanganan yang tepat.
ABSTRACT Childbirth complications can cause death to mother. Many factors can affect childbirth complications, one reason is primiparous mothers aged less than 20 years and more than 35 years. According to WHO data, as many as 99% of maternal deaths occur due to childbirth problems in developing countries. The purpose of the study was to know the complication of childbirth in young primiparous mothers and old primiparous in RSUD Bangil Pasuruan in 2013. This research used descriptive research. The variable in this study was childbirth complications. The population in this study was 165 respondents, namely whole young primiparous mothers and old primiparous spontaneous childbirth with
complication in RSUD Bangil Pasuruan in 2013 by using the total sampling technique. The data collection was obtained from secondary data at medical records RSUD Bangil Pasuruan in 2013. Instrument data collection used documentation. Data analysis technique was descriptive. The results showed that complications occured in young primiparous mothers who had spontaneous childbirth in RSUD Bangil Pasuruan in 2013 was premature rupture of fetal membranes (43,7%) of 158 respondents. Complications that occured in older primiparous mothers with spontaneous childbirth in RSUD Bangil Pasuruan in 2013 was cord prolapse (42,8%) of the 7 respondents. Primiparous mothers aged less than 20 years have reproductive organs are not fully ready to give birth, whereas at aged more than 35 years, suffered a decline in quantity and quality of the reproductive system, which caused some problems in childbirth. It is advisable for midwives to improve the prevention of childbirth complications in women aged less than 20 years and more than 35 years, and do proper treatment. Keywords : Childbirth complications, primiparous, young, old Contributor : 1. Ika Yuni Susanti, SKM 2. Elyana Mafticha, SKM Date : 7 Juni 2014 Type Material : Laporan Penelitian Edentifier :Right : Open Document Summary :LATAR BELAKANG Saat ini cenderung wanita yang hamil atau melahirkan pertama kali pada usia 35 tahun atau lebih. Peningkatan ini kemungkinan oleh karena semakin berkembangnya bidang pendidikan dan lapangan kerja bagi kaum wanita sehingga lebih banyak wanita yang terlambat berkeluarga. Namun dengan seiring berkembangnya zaman kehamilan pada usia muda pun menunjukkan peningkatan. Hal ini terutama disebabkan adanya perubahan sosial sehingga memberikan dampak terhadap perubahan perilaku seksual dengan konsekuensinya terjadi kehamilan (Waspodo, 2005). Usia ibu yang relatif masih muda, cenderung memiliki sedikit sekali pengetahuan. Pada usia yang lebih muda ibu cenderung melahirkan bayi dengan berat yang rendah dan kemungkinan terjadi kelahiran preterm yang lebih tinggi (Ginting, 2012). Kehamilan dan persalinan pada primigravida dan atau wanita dengan umur 35 tahun atau lebih, diberi prioritas bersalin di Rumah Sakit dan diberlakukan pelayanan sama dengan wanita yang mengalami komplikasi obstetri (panggul sempit, preeklamsia, eklamsi, kelainan letak, kehamilan ganda), wanita dengan riwayat obstetri jelek (perdarahan post partum) (Prawirohardjo dan Wiknjosastro, 2007).
Pada 2005, 536.000 perempuan meninggal dunia akibat masalah persalinan. Menurut data WHO, sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Menurut SDKI 2007 penyebab langsung kematian ibu terkait persalinan terutama adalah perdarahan (27,87%), infeksi (5,2%), persalinan lama (37%), demam (7%), komplikasi kejang (2%), KPD (17%) dan lain-lain sebesar (43,18%) (Depkes RI, 2009). Hasil studi pendahuluan tanggal 10 Maret 2014 di RSUD Bangil Pasuruan diperoleh data komplikasi persalinan yang terjadi pada tahun 2013 dari 1839 persalinan spontan yaitu Ketuban Pecah Dini 78 kasus, abortus 305 kasus, persalinan prematur 156 kasus, dan Perdarahan postpartum 152 kasus. Primigravida muda merupakan kehamilan untuk pertama kalinya dan terjadi diusia muda yaitu usia kurang dari 20 tahun. Pada kehamilan ini selain organ reproduksi yang belum siap seutuhnya untuk hamil dan melahirkan, primigravida muda juga menjadi resiko didalam kehamilan karena merupakan kehamilan untuk pertama kalinya dan proses peralihan menjadi seorang ibu pada usia remaja (Ginting, 2012). Pada usia diatas 35 tahun sel telur biasanya mengalami kemunduran dalam kuantitas maupun kualitas dan wanita cenderung mengalami kondisi-kondisi medis yang berkaitan dengan sistem reproduksi juga dapat terjadi beberapa masalah seperti pada saat kehamilan berupa nyeri otot, nyeri punggung dan juga proses melahirkan lebih lama dan panjang (Kristina, 2009). Peran petugas kesehatan dalam mencegah terjadinya komplikasi pada ibu hamil primigravida baik primi muda ataupun tua diharapkan untuk meningkatkan pemberitahuan informasi atau pendidikan kesehatan. Meliputi kemungkinan adanya resiko tinggi atau terjadinya komplikasi dalam kehamilan atau persalinan dan cara mengenali komplikasi tersebut secara dini pada ibu saat melakukan kunjungan antenatal care. Ibu akan lebih mengerti tentang keadaan yang dialami dan kondisi saat ini. Jika ibu telah mengalami komplikasi lanjut pada kehamilan atau persalinan,segera rujuk ibu. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui mengetahui komplikasi persalinan pada ibu primipara muda dan primipara tua di RSUD Bangil Pasuruan Tahun 2013. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif. Variabel dalam penelitian ini adalah komplikasi persalinan. Populasinya adalah seluruh ibu primipara muda dan tua yang bersalin spontan dengan komplikasi pada tahun 2013 sebanyak 165 responden di RSUD Bangil Pasuruan.Sampel diambil dengan menggunakan total sampling. Lokasi Penelitian : Penelitian ini di lakukan di Rumah Sakit Umum Bangil Pasuruan dan Waktu Penelitian : pengumpulan data dilaksankan pada tanggal 19 -20 Mei 2014. Teknik Pengumpulan data : dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi untuk mendapatkan data sekunder. a. Usia, kriteria: 1) ≤20 tahun 2) ≥35 tahun
b.
c.
Paritas, kriteria: 1) Primipara Muda 2) Primipara Tua Komplikasi, kriteria: 1) Partus lama 2) Prolaps tali pusat 3) Persalinan prematur 4) Laserasi perineum 5) Ketuban Pecah Dini 6) Laserasi dinding vagina 7) Kelainan letak 8) Inversio uteri 9) Perdarahan postpartum Analisa data menggunakan teknik analisa univariate yakni distribusi frekuensi.
HASIL PENELITIAN Berdasarkan usia menunjukkan bahwa hampir seluruhnya usia responden berada pada usia ≤20 tahun, yaitu sebanyak 158 responden dari 165 responden (95,8%). Berdasarkan paritas menunjukkan bahwa hampir seluruhnya paritas responden primipara muda, yaitu sebanyak 158 responden dari 165 responden (95,8%). Berdasarkan komplikasi persalinan pada ibu primipara muda menunjukkan bahwa hampir setengah komplikasi persalinan yang terjadi pada ibu primipara muda yaitu, Ketuban Pecah Dini sebanyak 69 kasus (43,7%) dari 158 responden. Berdasarkan komplikasi persalinan pada ibu primipara tua menunjukkan bahwa hampir seluruh komplikasi persalinan yang terjadi pada ibu primipara tua yaitu, prolaps tali pusat sebanyak 3 kasus (42,8%), dari 7 responden. Komplikasi yang terjadi pada ibu primipara muda yaitu Ketuban Pecah Dini sebanyak 69 kasus dari 158 responden (43,7%) yang bersalin spontan. Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh karena kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan kerena seluruh selaput ketuban rapuh. Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester terakhir terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban. Ketuban Pecah Dini prematur sering terjadi pada polihidramnion, inkompeten serviks, solusio plasenta. Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini tergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal maupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden seksio sesaria, atau gagalnya persalinan normal (Prawirohardjo, 2009). Usia ibu yang ≤20 tahun, termasuk usia yang terlalu muda dengan keadaan uterus yang kurang matur untuk melahirkan sehingga rentan mengalami ketuban pecah dini. Usia dan fisik wanita sangat berpengaruh terhadap proses kehamilan pertama, pada kesehatan janin dan proses persalinan. Kehamilan dan persalinan di usia kurang dari 20 tahun dapat menimbulkan masalah karena kondisi fisik belum 100% siap (Nugroho, 2010).
Ketuban Pecah Dini sering terjadi pada ibu primipara muda. Mengingat usia dan fisik usia dan fisik ibu primipara muda dapat berpengaruh terhadap proses kehamilan sehingga akan mempengaruhi kehamilan yang dikandung serta kurangnya pengetahuan ibu terhadap komplikasi persalinan yang mungkin bisa terjadi pada ibu. Pada trimester ketiga selaput ketuban mudah pecah. Pada waktu ini sangat rawan bagi ibu untuk terjadinya berbagai komplikasi sehingga deteksi dini ibu pada trimester ini sangat perlu diperhatikan. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin. Terjadinya ketupan pecah dini juga tergantung pada usia kehamilan ibu. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis. Ketuban pecah dini pada ibu usia ≤20 tahun pada kehamilan preterm disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari vagina. Pada penelitian ini hampir setengah responden ibu primipara muda mengalami partus lama, yaitu terdapat 34 kasus dari 158 responden (21,5%). Partus yang berlangsung lebih lama dari 24 jam digolongkan sebagai partus lama. Namun demikian, kalau kemajuan persalinan tidak terjadi secara memadai selama periode itu, situasi tersebut harus segera dinilai. Permasalahannya harus dikenali dan diatasi sebelum batas waktu 24 jam tercapai. Sebagian besar partus lama menunjukkan pemanjangan kala satu. Adapun yang menjadi penyebabnya, cervix gagal membuka penuh dalam jangka waktu yang layak. Sebab-sebab utama pada partus lama yaitu, disproporsi fetopelvik, malpresentasi dan malposisi, kerja uterus yang tidak efisien, termasuk cervix yang kaku. Faktor tambahan lainnya yaitu primigraviditas, ketuban pecah dini ketika cervix masih menutup, keras dan mudah mendatar. Pada primigravida lama maksimal kala satu persalinan yang normal (fase laten dan aktif digabungkan) adalah 28,5 jam (rata-rata 13,3), dengan kala dua maksimum pada 2,5 jam (rata-rata 57 menit) (Oxorn, 2010). Pada primigravida, fase aktif yang lebih panjang dari 12 jam merupakan keadaan abnormal. Usia, mental dan kondisi fisik ibu sangat mempengaruhi keadaan ibu dan janin pada saat melakukan persalinan. Pada primigravida muda kemungkinan terjadinya partus lama dikarenakan ibu cemas, ketakutan karena belum adanya kesiapan ibu untuk melakukan proses persalinan dan organ reproduksi yang belum siap seutuhnya untuk melahirkan dikarenakan usia ibu yang terlalu muda yaitu dibawah 20 tahun. Jika ibu primipara muda mengalami partus lama, harus segera ditangani agar janin yang dikandungnya dapat segera dilahirkan dan infeksi tidak segera menyebar. Partus lama pada ibu primipara muda dapat menyebabkan janin dalam kandungan mengalami stress. Upaya agar tidak terjadinya partus lama pada ibu primipara muda, sebaiknya dapat dilakukan dengan cara rutin melakukan kunjungan ulang, memberikan stimulasi pada janin dengan baik dan sesering mungkin serta mengupayakan keadaan agar tetap baik. Kelainan letak juga terjadi pada ibu primipara muda, namun hanya sebagian kecil yaitu 18 kasus dari 158 responden (11,4%). Kelainan letak yang terjadi diantaranya, presentasi Bokong, letak lintang dan letak sungsang. Presentasi bokong adalah letak memanjang dengan kelainan dengan polaritas. Panggul janin merupakan katub bawah. Penunjuknya adalah sacrum. Presentasi bokong dalam persalinan terdapat pada 3 sampai 4 persen kehamilan. Insidennya
berkurang mendekati cukup bulan, dan bertambah pada persalinan prematur. Faktorfaktor etiologi presentasi bokong meliputi prematuritas, air ketuban yang berlebihan, kehamilan ganda, plasenta previa, panggul sempit, fibromyoma, hydrocephalus, dan janin besar. Letak lintang terjadi bila sumbu memanjang ibu membentuk sudut tegak lurus dengan sumbu memanjang janin. Oleh karena sering bahu terletak di atas PAP, malposisi ini disebut juga presentasi bahu. Bayi dapat benar-benar melintang terhadap perut ibu atau miring dengan kepala atau bokong ada di fossa iliaca.Keadaan ini merupakan malposisi yang gawat dan tidak dapat dibiarkan begitu saja.Faktor-faktor etiologi meliputi plasenta previa, tumor yang menyebabkan obstruksi, kehamilan ganda, anomali janin, hydramnion, prematuritas, disproporsi kepala panggul, kelainan-kelainan uterus, dan panggul sempit (Oxorn, 2010). Presentasi sungsang dapat didiagnosis pada periode antenatal atau saat persalinan. Pada kasus presentasi sungsang yang didiagnosis pada periode antenatal, metode pelahiran harus dinyatakan dengan jelas dalamm rekam medis antenatal. Pelahiran pervagina harus dilakukan hanya oleh pemimpin persalinan yang terampil (Edozien, 2014). Pada penelitian ini tidak terdapat kelainan letak pada ibu primipara tua. Sebagian besar kelainan letak terjadi pada ibu primipara muda. Diusia ibu yang masih muda dan tergolong masih remaja, menyebabkan ibu mengalami kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan deteksi dini janin pada waktu kehamilan. Jika terdeteksi dini kelainan letak pada janin, ibu dapat melakukan upaya senam hamil dan banyak melakukan aktivitas dan tidak mengganggu kondisi ibu. Ibu primipara muda dengan usia kehamilannya yang masih sangat muda memang dapat mengalami kelainan letak janin dikarenakan janin masih dapat melakukan gerakan memutar. Apabila ibu jarang melakukan aktivitas, janin yang dikandungnya juga jarang untuk bergerak. Maka dari itu bisa terjadi kelainan letak pada janin. Komplikasi yang terjadi pada ibu primipara tua yaitu prolaps tali pusatsebanyak 3 kasus dari 7 responden (42,8%) yang bersalin spontan. Prolaps tali pusat terjadi saat tali pusat umbilikus menjulur lebih rendah dari bagian presentasi, saat ketuban sudah pecah (Edozien, 2014). Letak lintang, letak sungsangterutama presentase bokong, hidramnion, KPD, danplasenta previa dapat menyebabkan prolaps tali pusat. Dimana tali pusat berada dibagian terendah janin didalam jalan lahir atau berada diantara bagian yang disiapkan untuk janin dan tulang pelvis ibu, sehingga tali pusat keluar dari uterus mendahului bagian persentase pada setiap kontraksi. Dengan demikian tali pusat akan kelihatan menonjol keluar dari vagina. Ibu dengan usia ≥35 tahun tergolong usia yang terlalu tua dengan kualitas dan kondisi uterus yang sudah menurun, untuk melahirkan khususnya pada ibu primi (tua) dan beresiko tinggi mengalami ketuban pecah dini. Usia dan fisik wanita sangat berpengaruh terhadap proses kehamilan pertama, pada kesehatan janin dan proses persalinan (Nugroho, 2010). Bertambahnya usia juga mempengaruhi kemampuan rahim untuk menerima bakal janin. Penurunan kemampuan rahim ini terutama terjadi pada wanita di atas 35 tahun. Kondisi ini bisa menyebabkan keguguran, atau memunculkan kecenderungan terjadinya plasenta tidak menempel ditempat semestinya melainkan menempel mendekati serviks maka bisa terjadi prolaps tali pusat (Detiana, 2010). Kontraksi
uterus juga sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik ibu, jika ibu mengalami penurunan kondisi, terlebih pada primipara tua maka keadaan ini harus benar-benar diwaspadai (Sulistyawati, 2009). Pada penelitian ini, prolaps tali pusat tidak terjadi pada ibu primipara muda. Prolaps tali pusat hanya terjadi pada ibu primipara tua. Akan tetapi komplikasi ini jarang terjadi dan jika terjadi dapat berpengaruh penting terhadap janin. Biasanya dapat menyebabkan kematian pada janin. Prolaps tali pusat terjadi pada ibu primipara usia ≥35 tahun dikarenakan adanya beberapa faktor salah satunya yaitu tekanan pada tali pusat oleh bagian terendah janin, sehingga tali pusat keluar melalui ketuban yang sudah pecah ke serviks, dan turun ke vagina. Jika prolaps tali pusat terjadi pada ibu primipara tua, harus segera dilakukan tindakan untuk mencegah tidak terjadinya penanganan dengan tindakan secsio sesaria. Prolaps tali pusat dapat dideteksi dini pada waktu melakukan pemeriksaan dalam rahim. Biasanya kemampuan rahim akan mengalami penuruanan terutama pada ibu berusia diatas 35 tahun atau pada ibu primipara tua. Dengan demikian, bertambahnya usia juga mempengaruhi kemampuan rahim untuk menerima bakal janin. Sehingga kemungkinan dapat terjadi keguguran. Pada saat ibu melakukan kunjungan ANC mengalami penurunan kondisi khususnya pada ibu primipara tua, maka harus segera cepat diwaspadai. Pada penelitian ini hanya terdapat 1 kasus partus lama pada ibu primipara tua dari 7 responden (14,3%). Partus yang berlangsung lebih lama dari 24 jam digolongkan sebagai partus lama. Namun demikian, kalau kemajuan persalinan tidak terjadi secara memadai selama periode itu, situasi tersebut harus segera dinilai. Permasalahannya harus dikenali dan diatasi sebelum batas waktu 24 jam tercapai. Sebagian besar partus lama menunjukkan pemanjangan kala satu. Adapun yang menjadi penyebabnya, cervix gagal membuka penuh dalam jangka waktu yang layak. Sebab-sebab utama pada partus lama yaitu, disproporsi fetopelvik, malpresentasi dan malposisi, kerja uterus yang tidak efisien, termasuk cervix yang kaku. Faktor tambahan lainnya yaitu primigraviditas, ketuban pecah dini ketika cervix masih menutup, keras dan mudah mendatar. Pada primigravida lama maksimal kala satu persalinan yang normal (fase laten dan aktif digabungkan) adalah 28,5 jam (rata-rata 13,3), dengan kala dua maksimum pada 2,5 jam (rata-rata 57 menit) (Oxorn, 2010). Pada primigravida, fase aktif yang lebih panjang dari 12 jam merupakan keadaan abnormal. Partus lama juga terjadi pada ibu primipara tua, dilihat dari faktor usia ibu yang dapat mempengaruhi proses persalinan. Disamping itu kondisi dan keadaan ibu yang cukup baik dapat membantu mengatasi terjadinya partus lama. Dalam menghadapi proses persalinan diperlukan mental dan kondisi ibu serta janin yang sehat. Karena ibu dapat mengalami kecemasan, tauma, ketakutan dan organ reproduksinya sudah mengalami kelemahan atau kemunduran, kesehatan ibu sudah mulai menurun dan jalan lahir kaku dikarenakan oleh faktor usia ibu lebih dari 35 tahun. Partus lama pada ibu primipara tua harus segera ditindaklanjuti agar tidak membahayakan kondisi ibu dan janinnya, serta agar tidak terjadi penanganan dengan tidakan seksio sesaria. Partus prematur juga terjadi pada ibu primipara tua namun hanya 1 kasus dari 7 responden (14,3%). Partus prematurus atau persalinan prematur dapat diartikan sebagai dimulainya kontraksi uterus yang teratur yang disertai pendataran dan atau
dilatasi cervix serta turunnya bayi pada wanita hamil yang lama kehamilannya kurang dari 37 minggu (kurang dari 259 hari) sejak hari pertama haid terakhir (Oxorn, 2010). Penyebab persalinan prematur sering dapat dikenali dengan jelas. Namun, pada banyak kasus penyebab pasti tidak dapat diketahui. Beberapa faktor mempunyai andil dalam terjadinya persalinan preterm seperti faktor ibu, faktor janin dan plasenta (Prawirohardjo, 2009). Banyak wanita yang mengalami robekan perineum pada saat melahirkan anak pertama. Laserasi harus diperbaiki secara cermat. Perineum harus selalu diinspeksi setelah setiap pelahiran dan ada atau tidak adanya setiap robekan perineum harus didokumentasikan. Penyebab maternal diantaranya, partus presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong, pasien tidak mampu berhenti mengejan, partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus yang berlebihan, edema dan kerapuhan pada perineum, arcus pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula sehingga menekan kepala bayi ke arah posterior, perluasan episiotomi (Oxorn, 2010). Usia ibu sangat berpengaruh terhadap proses persalinan, terutama pada ibu primipara tua. Disamping karena organ reproduksinya yang sudah mulai melemah dan keadaan perineum yang masih kaku karena belum pernah melahirkan, dapat menyebabkan laserasi perineum pada ibu primipara tua. Jika bayi tidak segera lahir karena tenaga ibu yang kurang dan usia ibu yang sudah tua. Sehingga dapat dibantu dengan dorongan fundus pada ibu. Apabilan dorongan fundus berlebihan, maka dapat menyebabkan laserasi pada perineum. Upaya yang dapat dilakukan agar tidak terjadi laserasi perineum pada ibu primipara tua, ditinjau dari usia dapat dilakukan deteksi dini segera pada saat ibu melakukan kunjungan ulang atau kontrol dengan cara ibu rutin melakukan kontrol dan sesering mungkin untuk melakukan konsultasi dengan tenaga kesehatan agar proses persalinan yang akan dihadapi dapat berjalan dengan baik dan lancar. Pada penelitian ini juga terdapat kasus Ketuban Pecah Dini pada ibu primipara tua, namun hanya terdapat 1 kasus dari 7 responden (14,3%). Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh karena kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan kerena seluruh selaput ketuban rapuh.Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester terakhir terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban. Ketuban Pecah Dini prematur sering terjadi pada polihidramnion, inkompeten serviks, solusio plasenta. Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini tergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal maupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden seksio sesaria, atau gagalnya persalinan normal (Prawirohardjo, 2009). Ketuban pecah dini pada ibu primipara tua memang jarang terjadi. Tetapi dapat berpengaruh penting dalam kondisi ibu dan janin yng dikandungnya. Ibu dengan usia ≥35 tahun tergolong usia yang terlalu tua dengan kualitas dan kondisi uterus yang sudah menurun, untuk melahirkan khususnya pada ibu primi (tua) dapat beresiko tinggi mengalami ketuban pecah dini. Usia dan fisik ibu sangat berpengaruh terhadap proses kehamilan pertama, sehingga sangat diperlukan upaya deteksi dini
untuk memperhatikan kondisi ibu dan janin pada saat ibu melakukan kunjungan ulang atau kontrol pada kehamilan. Sebaiknya ibu tidak banyak melakukan aktifitas agar tidak berpengaruh berat terhadap kondisi janin yang dikandungnya. Pada usia kehamilan ibu yang cukup matur dapat mempengaruhi perubahan pada selaput ketuban, sehingga dapat menyebabkan komplikasi ketuban pecah dini. KESIMPULAN 1. Komplikasi persalinan yang terjadi pada ibu primipara muda di RSUD Bangil Pasuruan tahun 2013 yaitu, ketuban pecah dini sebanyak 69 kasus (43,7%) dari 158 responden. 2. Komplikasi persalinan pada ibu primipara tua di RSUD Bangil Pasuruan tahun 2013 yaitu, prolaps tali pusat sebanyak 3 kasus (42,9%), dari 7 responden. REKOMENDASI 1. Bagi peneliti dan peneliti selanjutnya Diharapkan untuk peneliti lebih meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang penelitian sehingga pada penelitian berikutnya akan lebih mengembangkan permasalahan sedangkan bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk dapat menggunakan metode penelitian yang lain atau judul yang lebih bervariatif sehingga hasil penelitian akan membantu dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kebidanan terutama dengan tema faktor usia ibu dapat mempengaruhi komplikasi persalinan yang lebih berkembang dan menarik. 2. Bagi instansi pendidikan Hendaknya dapat memberikan tambahan materi dalam pembelajaran antenatal care dan persalinan sehingga dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang komplikasi persalinan pada ibu primipara muda dan tua, serta dapat dijadikan data awal bagi penelitian selanjutnya dalam permasalahan yang sama. 3. Bagi instansi kesehatan Hendaknya lebih meningkatkan keterampilan tenaga kesehatan yang bekerja di instansi agar mampu memberikan pelayanan terutama saat antenatal care dan persalinan dengan lebih baik dan terampil seperti mengikuti seminar atau pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan tugas pelayanan. 4. Bagi masyarakat Diharapkan pada masyarakat untuk lebih meningkatkan informasi tentang komplikasi persalinan pada primipara muda dan tua untuk meningkatkan kesejahteraan kesehatan ibu. 5. Bagi tenaga bidan Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kebidanan diharapkan bagi tenaga bidan untuk meningkatkan keterampilan yang dimiliki terutama tentang komplikasi persalinan pada ibu primipara muda dan tua melalui seminar maupun pelatihan sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik lagi dan dapat memberikan pelayanan yang lebih untuk memantau kondisi ibu yang beresiko dalam persalinan.
6. Bagi tempat penelitian Hendaknya instansi pelayanan kesehatan lebih intensif lagi dalam memberikan pendidikan kesehatan terutama tentang komplikasi persalinan pada ibu primipara muda dan tua sehingga pengetahuan ibu dapat lebih ditingkatkan dan dapat mencegah terjadinya komplikasi persalinan pada ibu. Alamat Korespondensi : - Alamat rumah : Jl. Jolotundo Desa Kedungudi No.20 RT 01 RW 01 Kec. Trawas Kab. Mojokerto - Email :
[email protected] - No.HP : 085746668444