HUBUNGAN ANTARA HUKUMAN FISIK OENGAN PEMBENTUKAN PERILAKU OISIPLlN PESERTA OIOIK 01 PONDOK PESANTREN DAARUL FALAHIYYAH CISOKA TANGERANG
Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1427 H 12006 M
HUBUNGAN ANTARA HUKUMAN FISIK OENGAN PEMBENTUKAN PERILAKU OISIPLlN PESERTA OIOIK 01 PONOOK PESANTREN OAARUL FALAHIVYAH CISOKA TANGERANG
Skripsi Oiajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh:
liS SULASTRI
NIM: 102070025908
Oi Bawah Bimbingan
Pembimbing I
NIP. 150326891
NIP. 150013058
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIOAYATULLAH JAKARTA
1427 H J 2006 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul HUBUNGAN ANTARA HUKUMAN FISIK DENGAN PEMBENTUKAN PERILAKU DISIPLIN PESERTA DIDIK DI PONDOK PESANTREN DAARUL FALAHIVYAH CISOKA TANGERANG telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 22 November 2006. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperolah gelar Sarjana Psikologi.
Jakarta, 22 November 2006
Sidang Munaqasyah gkap Anggota
Sekretaris Merangkap Anggota
M.Si NIP. 150238773 Anggota: Penguji II
Ph.D NIP. 150326 891 Pembimbing I
Bamban NIP. 150326891
luddin AS MA NIP. 150013 058
MOTTO
''J[arapan aan cita-cita semua orang itu sama, fianya cara yang cfipiEifinya saja yang 6er6eaa"
"Wafiai jllfafi, Eimpafif<srnfafi /{"ami cinta-?I!.u aan cinta orang yang mencintai-?I!.u aan cinta yang menaef<srtf<srn f<srmi paaa cinta-?I!.u. ]adif<srnfafi cinta-?I!.u fe6ifi f<srmi cintai aaripaaa air aan saij"u" (Imam aC-qfiazaEi).
(jJersem6afian ini aaafafi 6ing/{"isan cinta untu/{"aan wujuaao 'a aari k.gaua orang tua, suami aan sefurufi k.g{uarga/{"u.
ABSTRAKSI
A) Fakultas Psikologi B) November 2006 C) D)
E) F)
lis Sulastri Hubungan Antara Hukuman Fisik dengan Pembentukan Perilaku Disiplin Peserta Didik Di Pondok Pesantren Daarul Falahiyyah Cisoka Tangerang xiii + 82 halaman + 3 lampiran Pondok pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan yang memiliki nilai plus dalam hal keilmuan. Disamping peserta didik mengenyam pendidikan formal (sekolah/madrasah), juga memperoleh pendidikan agama yang lebih. Untuk itu, pondok pesantren memiliki komitmen tinggi dalam menegakkan kedisiplinan para peserta didiknya. dengan membuat aturan-aturan yang berlaku bagi para peserta didik. Pelanggaran aturan bagi peserta didik merupakan sebuah konsekuensi untuk mendapatkan hukuman. Hukuman dipandang mampu memberikan rasa jera bagi pelanggar dan menghentikan tingkah laku yang salah serta dapat meningkatkan kedisiplinannya. Hukuman yang sering diterapkan di Pondok Pesantren Daarul Falahiyyah Cisoka Tangerang adalah hukuman fisiko Hukuman fisik dapat berupa pukulan di bagian betis atau telapak kaki, cubitan di bagian perut. jeweran. berlari di lapangan, berdiri di lapangan. pemangkasan rambut, disiram dengan air kotor, membersihkan toilet dan kamar mandi, membersihkan halaman dan lapangan. dan sebagainya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara hukuman fisik dengan pembentukan perilaku disiplin peserta didik di Pondok Pesantren Daarul Falahiyyah Cisoka Tangerang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan Jenis penelitian korelasional dan metode deskriptif untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara hukuman fisik dengan pembentukan perilaku disiplin peserta didik di Pondok Pesantren Daarul Falahiyyah Cisoka Tangerang. Subyek penelitian adalah peserta didik Madrasah Tsanawiyyah (MTs) maupun Madrasah Aliyah (MA) yang pernah mendapatkan hukuman fisiko Karena mayoritas peserta didik pernah melanggar peraturan dan mendapatkan hukuman fisik, maka teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling (sampling acak sederhana), yakni teknik sampel yang langsung dilakukan pada unit sampling. Dengan demikian setiap unit sampling
\I
sebagai unsur populasi yang terpencil memperoleh peluang yang sama untuk menjadi sampel atau untuk mewakili populasi. Sedangkan pengumpulan data yang digunakan adalah angket yang berbentuk skala, yaitu skala hukuman fisik dan skala perilaku disiplin. Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasi Product Moment Pearson dengan menggunakan program SPSS versi 11.0.
G)
Dari perhitungan tersebut diperoleh nilai r hitung 0,421 dengan r tabel 0,254 dengan taraf signifikansi 5% dan r tabel 0,330 dengan taraf signifikansi 1%. Bila dibandingkan maka harga r hitung lebih besar dari pada r tabel, baik pada taraf signifikansi 5% maupun 1%. Sehingga keputusan statistiknya adalah menolak HO dan menerima Ha yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara hukuman fisik dengan perilaku disiplin. Karena angka koefesien korelasi menunjukkan nilai positif (+), artinya terdapat hubungan positif antara hukuman fisik dengan perilaku disiplin. Angka koefesien korelasi menunjukkan nilai positif (+) menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel tersebut bersifat searah, artinya peningkatan satu varibel akan diikuti oleh peningkatan variabellain. Atas dasar tersebut, maka diinterpretasikan bahwa semakin sering hukuman fisik diberikan kepada peserta didik, maka peserta didik akan semakin sangat disiplin dalam menaati peraturan yang ada. Sebaliknya, semakin jarang hukuman fisik diberikan kepada peserta didik, maka semakin kurang tingkat kedisiplinannya dalam menaati peraturan yang ada. Bahan bacaan 42 (1980-2005) + 5 website
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, yang jika mengingat-Nya pasti jiwa akan terasa sejuk (tathmain al-qulub). Shalawat salam bagi Rasulullah SAW, yang kehadirannya adalah penyempurna bagi keagungan perilaku (makarim alakhlaq). Meskipun skripsi ini hanya sebagian dari persyaratan memperoleh gelar Sarjana Psikologi, tapi karya sederhana inilah yang menjadi monumen dari sebuah episode perjalanan kehidupan penulis selama menempuh perkuliahan strata 1 (satu) yang dihiasi dengan suka dan duka. Akhirnya, penulis pun hanya dapat mendo'akan seraya menghaturkan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skrispsi ini, yaitu: 1. Ibu Dra. Netty Hartati, M.Si., Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas nasehatnya. 2. Ibu Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si., Pembantu Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas bimbingannya. 3. Bapak Bambang Suryadi, Ph.D (Pembimbing I) dan Bapak Drs. H. Choliluddin AS., MA (Pembimbing II). Penghargaan setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada beliau berdua karena sebagian waktu dan pikirannya . 4. Kedua orang tua tercinta, Ibu dan Bapak (Hj. Masyitoh dan H. Thohir Thoyyib) di Gembong Balaraja, beserta kakak-kakak penulis (Hasanah Ningsih dan Zamroni, Sutami dan Siska, Sudrajat dan Asih Sunarsih) serta adikku (Nurul Hikmah). Kebahagiaan pun penulis persembahkan kepada Mamah dan Bapak (Hj. Hindun Hindayani dan KH. Yayat Ruhiyat Sirodj) di Cangkorah Bandung, juga semua saudara ipar penulis (Hj. Kultsum dan H. Cecep, H. Zamzam, Hj. Imas dan H. Wahid, lim dan H. Deni, H. Rijal, Hj. Mila dan H. Zakky). Tidak lupa keponakan-keponakan kecil yang selalu menghibur penulis, baik itu di Gembong (Faqih, Ina dan satu lagi yang baru terlahir menjelang skripsi ini diujikan) maupun di Cangkorah (Mufid, Luthfah, Luthfi, Fairuz, Hilmi dan Fasni. Juga tak akan terlupa, Aim. Mufa dan Aim. Fawwaz). Makin deras cobaan yang menerpa keluarga kita, maka makin luas pertolongan Allah terhampar untuk kita.
lIii
5. Suami terkasih dan tercinta (H. Wildan Hasan Syadzily) yang tiada henti memberikan motivasi dan sugesti kepada penulis setiap waktu. Kesederhanaan hid up ini semakin membuktikan kemegahan cinta yang kita punya. Semoga kerberkahan-Nya selalu menyelimuti kita dan keturunan kita kelak.
6. K.H. Ghomrowi beserta seluruh keluarga besar Pondok Pesantren Daarul Falahiyyah yang telah mengajarkan indahnya kehidupan santri bahkan bersedia menjadikan pondok pesantren ini menjadi tempat penelitian untuk skripsi ini. Hanya do'a yang penulis sampaikan semoga ridho dan inayah-Nya selalu mengalir kepada semua guruguru penulis. Juga untuk Alumni pertama Darul Falahiyyah angkatan 2002/2003, khususnya Yoyoh, Anah, Ifah, Peni, Uyeh dan Euis. Impian dan harapan hanya sedang menunggu perjuangan kita untuk mewujudkannya.
7. Teman-teman Fakultas Psikologi angkatan 2002/2003 yang selalu semangat dalam belajar. Juga untuk sahabat-sahabatku Diah, ifah, Wardah, Uci, Petty, Yanie, Lika, Cimeng, Tuti, Kak Nita, Fatimah, Najat dan yang lainnya yang selalu ada walau coba mendera. Terimakasih, semoga persahabatan ini selalu kukuh dalam naungan-Nya.
8. Perpustakaan Umum, Psikologi dan Tarbiyah yang banyak memberikan kemudahan bagi penulis dalam mencari referensi.
Jakarta,
lis Su lastri
viii
November, 2006
DAFTAR lSI HALAMAN JUDUL
i
HALAMAN PERSETUJUAN
ii
HALAMAN PENGESAHAN
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
iv
ABSTRAKSI
v
KATA PENGANTAR
vii
DAFTAR lSI
ix
DAFTAR TABEL
xii
BAB I PENDAHULUAN
1-11
1.1. Latar Belakang Masalah
1
1.2. Identifikasi Masalah
8
1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah
8
1.3.1. Pembatasan Masalah
8
1.3.2. Perumusan Masalah
9
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
9
1.4.1. Tujuan Penelitian
9
1.4.2. Manfaat Penelitian
10
1.5. Sistematika Penulisan
10
1.6. Teknik Penulisan
11
BAB II KAJIAN TEORI
11-48
2.1. Hukuman Fisik
12
2.1.1. Pengertian Hukuman
12
2.1.2. Pengertian Fisik
16
2.1.3. Pengertian Hukuman Fisik
17
ix
2.1.4. Tujuan Hukuman Fisik
18
2.1.6. Fungsi Hukuman Fisik
19
2.1.6. Syarat-syarat Hukuman Fisik
21
2.1.7. Bentuk-bentuk Hukuman Fisik
27
2.1.8. Pengaruh Pemberian Hukuman Fisik
29 31
2.2. Perilaku Disiplin 2.2.1. Pengertian perilaku Disiplin
31
2.2.2. Tujuan Perilaku Disiplin
34
2.2.3. Fungsi Perilaku Disiplin
37
2.2.4. Faktor-faktor dalam Penanaman Perilaku Disiplin
39
2.2.6. Langkah-Iangkah dalam Pengembangan Perilaku 41
Disiplin 2.3. Kerangka Berpikir
46
2.4. Hipotesa
48
BAB III METODELOGI PENELITIAN
49-67
3.1. Desain Penelitian
49
3.1.1. Pendekatan dan Metode Penelitian
49
3.1.2. Variabel, Definisi Variabel dan Operasionalisasi 60
Variabel 3.2. Pengambilan Sampel
62
3.2.1. Populasi dan Sampel Penelitian
62
3.2.2. Teknik Pengambilan Sampel
63
3.3. Instrumen Pengumpulan Data
64
3.4.1. Metode dan Instrumen Penelitian
64
3.4.2. Teknik Uji Instrumen Penelitian
68
3.4. Hasil Uji Instrumen Penelitian
60
3.4.1. Uji Validitas Skala
60
3.4.2. Uji Reliabilitas
64
x
3.5. Teknik Analisa Data
64
3.6. Prosedur Penelitian
66
BAB IV PRESENTASI DAN ANALISA DATA
68-77
4.1. Latar Belakang Responden Penelitian
68
4.2. Presentasi Data
69
4.2.1. Deskripsi Statistik
69
4.2.2. Penyebaran Skor Responden
70
4.2.3. Uji Persyaratan
73
4.3. Pembahasan Hasil Utama Penelitian
76
78-82
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
78
5.2. Diskusi
78
5.3. Saran
81
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
2.1 Skema Kerangka Berfikir
47
3.1 Blue Print Skala Hukuman Fisik
56
3.2 Blue Print Skala Perilaku Disiplin
57
3.3 Penilaian Skala Likert
58
3.4 Klasifikasi Koefesien Reliabilitas
60
3.5 Item-item Valid Skala Hukuman Fisik
61
3.6 Item-item Valid Skala Perilaku Disiplin
63
3.7 Koefesien Reliabilitas Instrumen Penelitian
64
4.1 Latar Belakang Responden Penelitian
69
4.2 Deskripsi Statistik
69
4.3 Kategorisasi Skor Responden Skala Hukuman Fisik
71
4.4 Kategorisasi Skor Responden Skala Perilaku Disiplin
72
4.5 NparTes
74
4.6 Nilai Uji Homogenitas
75
4.7 Nilai Koefesien Korelasi
76
BABI PENDAHULUAN
1.1 . Latar Belakang Masalah Pondok pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan Islam yang di dalamnya terdapat seorang kiyai yang mengajar, dan mendidik para santri dengan sarana mesjid yang digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan tersebut, serta didukung dengan adanya pondok sebagai tempat tinggal para santri (Hasbullah, 1996).
Sedangkan menurut Zamakhsari Dhofier (1982, h. 44), pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan Islam tradisional dimana siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan seorang (atau lebih) guru yang lebih dikenal dengan sebutan "kiyai".
Asrama untuk para santri tersebut berada dalam lingkungan pesantren dimana kiyai bertempat tinggal yang juga menyediakan sebuah mesjid untuk beribadah, ruang untuk belajar dan kegiatan-kegiatan keagamaan yang lain. Komplek pesantren ini biasanya dikelilingi dengan tembok untuk dapat mengawasi keluar masuknya para peserta didik sesuai dengan peraturan yang berlaku (Dhofier, 1982, h. 45).
2
Pada perkembangan selanjutnya, pondok pesantren harus mengembangkan dirinya untuk mengikuti arus pefkembangan zaman. Pada konteks itulah, bermunculan satuan pendidikan formal (sekolah/madrasah) di lingkungan pondok pesantren. Dengan demikian, pesantren pun harus diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu; pesantren salafi, modern dan kombinasi. Jenis pesantren kombinasi yang dimaksud oleh penulis dalam kajian ini.
Dengan menyelenggarakan pendidikan formal (sekolah/madrasah) sekaligus pendidikan khusus keagamaan (pondok pesantren), maka peserta didiknya diharapkan mampu mendalami ilmu pengetahuan umum dan agama secara integral. Selain itu, dengan sistem pendidikan sepanjang hari (full-day educational system) yang dijalani, pondok pesantren akan mampu
memberikan ,perhatian dan kontrol kepada peserta didiknya agar memiliki komitmen tinggi pada penanaman akhlak (Qomar, 2005).
Namun di sisi lain, peserta didik akan memikul beban kurikulum yang Jebjh padat dibandingkan dengan yang hanya menjalani pendidikan formal nonpondok pesantren. Pada konteks itu, kedisiplinan menjadi faktor penentu bagi kesuksesan peserta didik dalam menjalani kegiatan belajar mengajar (KBM) di lembaga pendidikan yang mengkombinasikan pendidikan formal di sekolah/madrasah dengan pendidikan non-formal di pondok pesantren.
3
Kedisiplinan diterapkan di pondok pesantren tidak hanya bagian dari upaya . pembentukan karakter peserta didik, tapi juga diarahkan untuk mewujudkan lingkungan yang kondusif sehin.9ga kegiatan belajar mengajar (KSM) berjalan dengan baik yang kemudian akan mendorong pada peningkatan prestasi belajar peserta didik.
Tujuan utama dari disiplin bukan hanya sekedar menuruti perintah atau aturan saja. Patuh terhadap perintah dan aturan merupakan bentuk disiplin jangka pendek. Sedangkan jangka panjangnya, disiplin diterapkan oleh setiap individu dengan tidak didasarkan pada kepatuhan terhadap aturan atau otoritas, tetapi lebih kepada pengembangan kemampuan untuk mendisiplinkan diri sendiri sebagai salah satu Giri kedewasaan individu. Sentuk disiplin jangka panjang ini terwujud dalam bentuk pengakuan terhadap hak dan kewajiban orang lain, dan mau mengambil bagian dalam memikul tanggung jawab sosial secara manusiawi (Mu'tadin, dalam http://www.e-psikologi/2002). Dengan demikian, kedisiplinan seharusnya muncul dari kesadaran diri peserta didik, bukan dibangkitkan oleh dorongan dari luar.
Pada penerapannya, tindakan-tindakan kedisiplinan dapat berupa tata tertib dan ganjaran yang berupa pujian atau hukuman. Pujian diberikan pada peserta didik yang berprestasi dengan berupa ucapan selamat, pemberian
4
hadiah dan sebagainya. Sedangkan hukuman diberlakukan bagi peserta didik yang melanggar tata tertib atau kedisiplinan. Pemberian hukuman pada peserta didik yang melanggar tata terib dipandang mampu menimbulkan rasa jera, sehingga peserta didik yang bersangkutan akan menghentikan perlaku yang salah serta berupaya meningkatkan kedisiplinannya.
Dari pendapat tersebut di atas, dapat dipahami bahwa hukuman hanya salah satu sarana atau alat pembantu dalam membentuk perilaku disiplin peserta didik. Karena salah satu fungsi hukuman adalah mendidik, yakni siswa dapat belajar tindakan yang benar dan salah dari hukuman. Apabila siswa melakukan kesalahan maka ia akan mendapatkan hukuman, sedangkan jika ia tidak melakukan kesalahan maka ia tidak akan mendapatkan hukuman (Hurlock. E, 2004).
Salah satu dari bentuk hukuman untuk pembentukan perilaku disiplin itu adalah hukuman fisik, karena metode ini dipandang mampu memberikan rasa jera dan menghentikan perilaku salah dan dapat berdisiplin mengikuti peraturan secara efektif. Hukuman fisik dilakukan apabila seOfang peserta didik tidak pernah menyesali kesalahannya padahal telah diberikan nasihat, teguran, bahkan peringatan dari pendidiknya. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik tersebut menjadl jera (Ulwan, 1980).
5
Namun dalam pendapat lain disebutkan bahwa hukuman fisik dapat mengakibatkan peserta didik menjadi frustrasi. Banyak peserta didik menjadi terbiasa menerima jenis hukuman tersebut, sehingga mereka menjadi resisten (kebal) terhadapnya. Hukuman fisik tidak membuat peserta didik beraktivitas dengan baik. Sebaliknya, ia cenderung membiarkan dirinya dihukum meskipun dengan melanggar aturan. (Suprayetno Wagiman, dalam http://groups.yahoo.com/group/1997/masjid_annahl/message/546).
Adapun jika hubungan antara hukuman fisik dengan pembentukan perilaku disiplin peserta didik dikaitkan dengan pondok pesantren, maka akan terdapat beberapa fenomena pokok, yaitu; 1. Seluruh peserta didik akan berada dalam lingkungan yang sama setjap waktu sehingga mereka akan berinteraksi satu sama lain dalam setiap hal, termasuk kesehariannya. Hal ini dengan sendirinya akan menimbulkan benturan-benturan psikologis karena setiap peserta didik datang ke pondok pesantren dengan karakter individual dan status sosialekonomi yang berbeda. Dengan demikian, berbagai peraturan di pond ok pun akan direspons beragam. Demikian halnya dengan hukuman yang diterapkan akibat dari sebuah pelanggaran, pun akan dihadapi dengan berbagai sikap yang berbeda. 2. Selain beban kurikulum sekolah/madrasah dan pesantren, peserta didik pun ditekan dengan berbagai peraturan yang diberlakukan. Dalam kondisi
6
psikologis seperti itu, maka akan tumbuh resistensi peserta didik terhadap berbagai jenis hukuman sebagai akibat dari pelanggaran pad a aturan, terutama hukuman fisiko 3. Berbagai jenis pelanggaran akan diganjar dengan hukuman yang berbeda, namun tidak sedikit pondok pesantren yang masih menjadikan hukuman fisik sebagai pilihannya. Hal tersebut dikarenakan hukuman fisik dianggap paling efektif untuk mendisiplinkan peserta didik serta dapat menekan peserta didik lainnya agar tidak melakukan pelanggaran serupa.
Berbagai fenomena tersebut di atas, juga terlihat di Pondok Pesantren Daarul Falahiyyah, Cisoka Tangerang, yang menjadi tempat penelitian skripsi ini.
Pondok pesantren ini menyelenggarakan pendidikan kepesantrenan sekaligus pendidikan formal (Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah). Kurikulum pesantren akan berdampingan dengan kurikulum pendidikan nasional. Meskipun didominasi oleh peserta didik yang berasal dari sekitar Provinsi Banten, tapi juga terdapat peserta didik dari luar Banten bahkan luar
"
Jawa. Adapun berbagai peraturan yang berlaku di pondok pesantren ini berkisar antara beberapa hal pokok, yaitu; jadwal kegiatan belajar dan ekstrakurikuler, batasan pergaulan, batasan mempergunakan beberapa perangkat tertentu dan tata cara mengurus lingkungan. Lebih lengkap, terlampir pada kolom 3 Tata Tertib Pondok Pesantren Daarul Falahiyyah.
7
Dari observasi yang penulis lakukan di Pondok Pesantren Daarul Falahiyyah Cisoka Tangerang terkait dengan pemberlakuan metode hukuman fisik sebagai upaya pembentukan perilaku disiplin, terdapat beberapa hal yang menjadi fenomena serbagaimana tersebut di atas, pun terjadi di pond ok pesantren tersebut. Penulis mengetahui bahwa jika ada peserta didik yang terlambat datang ke pondok, mereka harus berdiri selama mengikuti pengajian setelah shalat shubuh dengan frekuensi hukuman yang disesuaikan dengan lamanya keterlambatan tersebut. Keluar wilayah pondok tanpa izin mendapat hukuman pemangkasan rambut bagi pelanggar peserta didik laki-Iaki, sedangkan pelanggar peserta didik perempuan dihukum dengan dijemur di lapangan. Peserta didik yang terlambat disuruh berlari keliling lapangan kemudian dijemur di lapangan selama satu jam pelajaran.
Fenomena di atas telah menggambarkan bagaimana cara yang diterapkan oleh pond ok pesantren dalam membentuk perilaku disiplin peserta didiknya. Dari berbagai fenomena tersebut, terlihat bahwa Pondok Pesantren Daarul Falahiyyah Cisoka Tangerang masih menggunakan metode hukuman fisik, karena metode tersebut dipandang mampu memberikan rasa jera dan menghentikan tingkah laku yang salah serta dapat membuat peserta didik mengikuti peraturan secara efektif.
8
Atas pemikiran di atas, penulis tertarik untuk mengkaji fenomena penerapan hukuman fisik dalam hubungannya dengan upaya pembentukan perilaku disiplin peserta didik dengan memilih judul "HUBUNGAN ANTAR4 HUKUMAN FISIK DENGAN PEMBENTUKAN PERILAKU DISIPLIN PESERTA DIDIK DI PONDOK PESANTREN DAARUL FALAHIYYAH CISOKA TANGERANG".
1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasikan masalahmasalah yang relevan dengan penelitian, yaitu: 1.
Apakah terdapat hubungan antara hukuman fisik dengan pembentukan perilaku disiplin peserta didik di Pondok Pesantren Daarul Falahiyyah Cisoka Tangerang?
2.
Apakah dengan diberlakukannya Hukuman Fisik akan menjadikan peserta didik lebih berdisiplin?
1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.3.1. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini mencapai hasil yang diinginkan maka penulis membatasi permasalahan ini sebagai berikut: 1.
Sebutan santri di pond ok pesantren dan siswa di sekolah/madrasah akan digabungkan dalam satu terJUa yaitu..peserta didik.
9
2.
60 peserta didik Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah di Pondok Pesantren Daarul Falahiyyah yang pernah melanggar tata tertib dan mendapatkan hukuman fisik, yang terdiri 35 laki-Iaki dan 25 perempuan.
3.
Hukuman Fisik dilihat dari sudut frekuensi pemberian hukuman fisik tersebut kepada peserta didik yang dapat berupa pukulan di bagian betis atau telapak kaki, cubitan di bagian perut, jeweran, berlari di lapangan, berdiri tegak di tengah lapangan, pemangkasan rambut, memungut sampah, membersihkan toilet dan kamar mandi.
4.
Perilaku Disiplin, yakni kesediaan untuk dan taat terhadap peraturan yang telah diberlakukan oleh pihak pondok pesantren secara sukarela.
1.3.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah "Apakah ada hubungan antara hukuman fisik dengan pembentukan perilaku disiplin peserta didik di Pondok Pesantren Daarul Falahiyyah Cisoka Tangerang?"
1.4. Tujuan dan Manfaat PeneJitian 1.4.1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara hukuman fisik dengan pembentukan perilaku disiplin peserta didik di Pondok Pesantren Daarul Falahiyyah Cisoka Tangerang.
10
1.4.2. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun praktis, yaitu sebagai berikut: 1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan teori-teort psikologi, khususnya yang berhubungan dengan teori hukuman, teori disiplin dan psikologi pendidikan. 2. Secara praktis, diharapkan dapat dijadikan dasar pertimbangan bagi pendidik dalam menerapkan metode ganjaran yang berupa hukuman fisik pada perilaku disiplin peserta didik.
1.5. Sistematika Penulisan Untuk dapat memberikan gambaran yang lebih rind, maka penulisan skripsi ini disusun dalam kerangka sebagai berikut: BAB I
Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Sistematika dan TekQik Penulisan.
BAB II
Kajian Teori yang mencakup Pengertian Hukuman, Pengertian Fisik, Pengertian Hukuman Fisik, Fungsi Hukuman fisik, Tujuan Hukuman fisik, Syarat-syarat Hukuman fisik, Bentuk-bentuk Hukuman fisik, Pengaruh pemberian hukuman fisiko Pengertian
11
Perilaku Disiplin, Fungsi dan Tujuan Disiplin, Faktor-faktor dalam Penanaman Disiplin, Langkah-Iangkah dalam Pengembangan Perilaku Disiplin, Kerangka Berfikir, dan Hipotesa.
BABIII
Metodelogi Penelitian yang meliputi Desain Penelitian, Variabel, Definisi Variabel dan Operasionalisasi Variabel, Pengambilan Sampel yang terdiri Populasi dan Sampel Penelitian serta Teknik Pengambilan Sampel, Instrumen Pengumpulan Data yang terdiri dari Metode dan Instrumen Penelitian serta Teknik Uji Instrumen Penelitian, Hasil Uji Instrumen Penelitian (Uji Validitas Skala serta Uji Reliabilitas), Teknik Analisa Data, serta Prosedur Penelitian.
BAB IV
Presentasi dan Analisa Data yang mencakup Latar Belakang Responden Penelitian, Presentasi Data yang terdiri
Deskrip~i
Statistik, Penyebaran Skor Responden, Uji Persyaratan, Pembahasan Hasil Utama Penelitian.
BABV
Penutup yang terdiri dari Kesimpulan, Diskusi, dan Saran,
1.6. Teknik Penulisan Teknik penulisan yang digunakan penulis yaitu penulisan APA style (Assosiation Psychological American).
BAB II KAJIAN TEORI
2.1. Hukuman Fisik 2.1.1. Pengertian Hukuman Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah hukum dengan akhiran -an, berarti siksa dan sebagainya yang dikenakan kepada orang yang melanggar undang-undang dan sebagainya; keputusan yang dijatuhkan oleh hakim; hasil atau akibat menghukum (Depdiknas, 2001, h. 411).
Menurut Arief (2002, h. 129), dalam Bahasa Arab, hukuman diistilahkan dengan y
~"IT-
memakai kata y
,:i.#. Kata y
~
~
bisa juga berarti balasan. AI-Qur'an
sebanyak 20 kali dalam 11 surat, yaitu QS. AI-
Baqarah:196, 211, AIi-lmran:11, AI-Maidah:2,98, al-Anam:165, AI-Araf:167, AI-Anfal:13, 25, 49,52, Ar-Rad:32, Shad:4, Ghafir:3, 5, 22, Fushilat:43, dan AI-Hasyr:4, 7. Bila memperhatikan masing-masing ayat tersebut, terlihat bahwa kata y
~
mayoritas bermakna "yang paling, amat dan sangat", dan
semuanya berarti keburukan dan azab yang menyedihkan.
17
13
Seperti firman Allah SWT:
Artinya: (Ketentuan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka menentang Allah dan Rasul-Nya; barangsiapa menentang Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya Allah amat keras siksaan-Nya (OS. AI-Antal: 13).
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa kata y
~
ditujukan kepada balasan
dosa sebagai akibat dari perbuatan jahat manusia. Menurut Arief (2002) dalam hubungan dengan pendidikan Islam, kata y
~
berarti:
a.
Alat pendidikan preventif dan represif yang paling tidak menyenangkan.
b.
Imbalan dari perbuatan yang tidak baik dari peserta didik.
Menurut Hurlock (2004, h. 86) hukuman berasal dari kata kerja latin, punire yang berarti menjatuhkan hukuman pada seseorang karena suatu kesalahan, perlawanan atau pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan. Walaupun tidak dikatakan secara jelas, tersirat di dalamnya bahwa kesalahan, perlawanan atau pelanggaran ini disengaja, dalam arti bahwa orang itu mengetahui perbuatan itu salah tetapi tetap melakukannya. Sedangkan menurut Chaplin (2002, h. 408) hukuman (punishment) berarti
14
penderitaan atau siksaan rasa sakit, atau rasa tidak senang pada seorang subyek, karena kegagalan dalam menyesuaikan diri terhadap serangkaian perbuatan yang sudah ditentukan terlebih dahulu dalam satu .percobaan; satu perangsang dengan valensi negatif, atau satu perangsang yang mampu menimbulkan kesakitan atau ketidaksenangan; pembebanan satu periode pengurungan atau penahanan pada seorang pelanggar yang sah.
Setara dengan pendapat di atas, menurut Indrakusuma (dalam Ahmadi, 2001) hukuman adalah tindakan yang dijatuhkan kepada peserta didik secara sadar dan sengaja sehingga membuat peserta didik menjadi sadar akan perbuatannya dan berjanji di dalam hatinya untuk tidak mengulanginya.
Hukuman adalah penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh seseorang (orang tua, pendidik dan sebagainya) sesudah terjadi suatu pelanggaran, kejahatan atau kesalahan (Purwanto 1995, h. 186). Jadi, hukuman adalah tindakan yang diberikan pada peserta didik yang melanggar suatu peraturan yang telah ditentukan sebelumnya.
Lain halnya dengan pendapat para pakar di atas, menurut Paul (1992, h. 149) hukuman adalah penerapan atau penghilangan suatu stimulasi yang akan menurunkan frekuensi perilaku. Maksudnya, hukuman itu tidak hanya menekan pada faktor fisik tapi juga psikis. Bahkan seringkali hukuman yang
15
mengarah pada psikis itu lebih berbekas bagi objek hukuman, dibandingkan dengan hanya sekedar hukuman fisiko
Hukuman merupakan tindakan pembatasan. Tindakan yang membatasi agar peserta didik tidak berbuat sesuatu yang bertentangan dengan bentuk dan susunan tata tertib yang dikehendaki orang tua. Agar peserta didik selaJu mengikuti apa-apa yang telah ditetapkan oleh orang tua, atau mematuhi tata cara yang telah berlaku dan menjadi kebiasaan, adat istiadat, ataupun norma di dalam masyarakat (Pohan, 1986, h. 126). Jadi, hukuman itu merupakan penggunaan rangsang yang tidak menyenangkan dengan tujuan menghilangkan tingkah laku buruk (Pohan, 1986, h. 130).
Hukuman akan dirasakan apabila satu operan yang khusus/tertentu diikuti oleh akibat yang mengurangi jumlah sering munculnya operan itu di dalam situasi yang mirip. Akibat yang melemahkan inilah yang dinamakan hukuman atau penghukum. Psikolog yang dapat menerima definisi ini, akan memandang bahwa memukul, berteriak, mengomel dan bentuk lainnya dapat dipandang sebagai hukuman hanya bila tindakan-tindakan yang disebutkan tadi jelas dapat memperlemah atau mengurangi perilaku yang tidak dikehendaki tersebut (Davidoff, 1988).
Dengan demikian hukuman merupakan suatu teknik atau tindakan yang
16
dapat membatasi atau menghilangkan terjadinya perilaku yang tidak sesuai dengan tata tertib yang telah ditetapkan oleh masyarakat setempat.
Dari beberapa definisi yang telah dijelaskan oleh para pakar di atas, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa hukuman merupakan suatu tindakan tegas yang dijatuhkan pendidik kepada peserta didik secara sadar dan sengaja sebagai balasan atas kesalahan atau pelanggaran tata tertib pondok pesantren yang telah dilakukan peserta didik tersebut, agar dengan tindakan tersebut peserta didik menjadi sadar dan menyesali segala perbuatannya yang salah sehingga dengan sendirinya mereka berusaha untuk tidak mengulangi perbuatannya tersebut. Tugas pendidik pun harus memberikan perlindungan dan membimbingnya pada tingkah laku yang baik.
2.1.2. Pengertian Fisik Fisik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti jasmani; badan (Depdiknas, 2001, h. 411). Sedangkan dalam Kamus IImiah Populer fisik diartikan jasmani; raga; badan; materi; bend a riil; perangkat keras; berkaitan dengan alam (Partanto et ai, 2001, h. 180).
Dengan demikian fisik yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah jasmani, bad an atau raga peserta didik Madrasah Tsanawiyah maupun Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Daarul Falahiyah Cisoka Tangerang.
17
2.1.3. Pengertian Hukuman Fisik Hukuman fisik merupakan salah satu dari serangkaian metode hukuman yang diberikan orang tua atau pendidik kepada peserta didik yang tidak menaati aturan yang berlaku. Hukuman fisik dilakukan apabila seorang peserta didik tidak pernah menyesali kesalahannya sekalipun telah diberikan nasihat, teguran, bahkan peringatan dari pendidiknya. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik tersebut menjadi jera (Ulwan, 1980). Salah satu bentuk hukuman fisik adalah hukuman dijemur, yakni hukuman yang dilaksanakan dengan jalan menjemur terhukum di terik matahari (Depdiknas, 2001, h. 411).
Dalam pandangan lain, menurut Neil Summerheil (1994), hukuman fisik merupakan suatu usaha untuk memaksakan kehendak. Walaupun tujuan utamanya untuk menegakkan disiplin peserta didik, tindakan ini dapat berakibat sebaliknya. Peserta didik menjadi frustrasi. Banyak peserta didik merasa bahwa menerima hukuman badan tidak terhindarkan, sehingga mereka menjadi resisten (kebal) terhadap hukuman tersebut. Hukuman badan tidak membuat mereka melakukan aktivitas dengan baik. Sebaliknya, peserta didik akan cenderung membiarkan dirinya dihukum meskipun dengan melanggar aturan. (Suprayetno Wagiman, dalam http://groups.vahoo. com/group/1997/masjid_annahl/message/546).
Berdasarkan penjelasan para pakar tersebut di atas, maka penulis
18
memberikan kesimpulan bahwa yang dimaksud dalam skripsi ini tentang hukuman fisik adalah salah satu bentuk hukuman dengan penekanan pada adanya penderitaan fisik yang dirasakan oleh peserta didik guna mengurangi atau menghilangkan perilaku tidak baik yang bertentangan dengan peraturan yang berlaku, sehingga terbentuk perilaku disiplin pada peserta didik.
Oi sebagian pond ok pesantren, pelanggaran aturan terkadang mendapatkan konsekuensinya, yaitu hukuman fisiko Namun demikian, hukuman fisik hanyalah jalan terakhir dalam upaya memberikan peringatan kepada peserta didik yang melanggar peraturan. Hal ini dilakukan agar peserta didik dapat membiasakan diri dan berdisiplin menaati aturan yang telah ditentukan. Namun terkadang hukuman fisik justru hanya membuat peserta didik menjadi frustasi.
2.1.4. Tujuan hukuman Fisik Tujuan jangka pendek dari menjatuhkan hukuman itu ialah untuk menghentikan tingkah laku yang salah; sedangkan tujuan jangka panjangnya ialah mengajar dan mendorong peserta didik-peserta didik untuk menghentikan sendiri tingkah laku mereka yang salah itu, dengan mengarahkan dirinya sendiri. Peserta didik ingin dikoreksi, tetapi mereka menghendaki koreksi dalam suatu semangat umum yang bersifat menolong dan mengasuh mereka. Oengan menjalankan suatu aturan, Pendidik
19
menolong peserta didik-peserta didik untuk memahami batas-batas mereka, dan dengan demikian membangun serta mengembangkan pengendalian diri sendiri. Sehingga tujuan akhir dari menjatuhkan hukuman adalah untuk mengajar peserta didik mengembangkan pengendalian dan penguasaan mereka terhadap diri sendiri (Scheafer, 1987).
Maksud atau tujuan pelaksanaan hukuman menurut Abdullah (1990, h. 228) adalah menjadikan jera masyarakat agar tidak melakukan pelanggaran. Maka orang yang terkena hukuman sama seperti orang yang menyaksikannya, dimana hukuman itu seolah-olah terasakan olehnya.
Dengan demikian hukuman dijatuhkan kepada peserta didik bertujuan agar ia merasa jera terhadap perbuatannya dan juga adanya pengembangan kemampuan pengendalian diri dalam berdisiplin.
2.1.5. Fungsi Hukuman Fisik Fungsi hukuman menurut Hurlock (2004» adalah:
1. Mengha/angi pengulangan tindakan yang tidak diinginkan oleh masyarakat. Peserta didik yang telah dihukum biasanya urung mengulangi perbuatan salah yang telah dilakukannya karena teringat akan hukuman yang dirasakannya di masa lalu.
20
2. Mendidik. Peserta didik dapat belajar tindakan yang benar dan salah dari hukuman. Apabila peserta didik melakukan kesalahan maka ia akan mendapatkan hukuman. Sedangkan jika ia tidak melakukan kesalahan maka ia tidak akan mendapatkan hukuman.
3. Memberi motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak diterima masyarakat. Artinya, memberikan penjelasan mengenai perilaku salah yang tidak sesuai dengan norma masyarakat akan mendapatkan akibat perlakuan hukuman yang akan diterima.
Oi bidang pendidikan, hukuman berfungsi sebagai salah satu alat pendidikan. Maka dari itu fungsinya adalah: 1. Hukuman diadakan karena ada pelanggaran, adanya kesalahan yang diperbuat. 2. Hukuman diadakan dengan tujuan agar tidak terjadi pelanggaran (Indrakusuma dalam Ahmadi, 2001, h. 153).
Hukuman termasuk hukuman hukuman fisik memainkan peranan dalam rangka memperbaiki dan mengurangi serta menghilangkan tindak kejahatan yang diakui di dalam AI-Qur'an dan banyak peristiwa-peristiwa yang terjadi secara khusus diceritakan (Abdullah, 1990). Misalnya mencuri dihukum dengan memotong tangan, berzina dihukum dengan dicambuk, dan lain-lain.
21
2.1.6. Syarat-syarat Hukuman Fisik Syarat-syarat hukuman yang pedagosis menurut Purwanto (1995) adalah: a)
Tiap-tiap hukuman hendaklah dapat dipertanggungjawabkan. Bahwa hukuman itu tidak boleh dilakukan dengan sewenang-wenang. Biarpun dalam hal ini seorang pendidik agak bebas menetapkan hukuman mana yang akan diberikan kepada peserta didiknya, tetapi hal itu terikat oleh rasa kasih sayang terhadap para peserta didik oleh peraturan-peraturan hukum dan oleh batas-batas yang ditentukan oleh pendapat umum.
b)
Hukuman sedapat-dapatnya bersifat memperbaiki, yang berarti harus mempunyai nilai mendidik (normatif) bagi terhukum.
c)
Hukuman tidak boleh bersifat ancaman atau pembalasan dendam yang bersifat perseorangan.
d)
Jangan menghukum pada saat pendidik sedang marah. Sebab kemungkinan besar hukuman itu tidak adil atau terlalu berat.
e)
Tiap-tiap hukuman harus diberikandengansadar dan sudah diperhitungkan atau dipertimbangkan terlebih dahulu.
f)
Bagi terhukum (peserta didik), hukuman itu hendaklah dirasakannya sendiri sebagai penderitaan yang sebenarnya. Karena hukuman itu peserta didik merasa menyesal dan merasa bahwa untuk sementara waktu ia kehilangan kasih sayang pendidiknya.
g)
Jangan melakukan hukuman fisik sebab pada hakikatnya hukuman fisik itu tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan merupakan penganiayaan
22
terhadap sesama makhluk. h)
Hukuman tidak boleh merusak hubungan antara pendidik dan peserta didiknya. Untuk itu, hukuman harus dapat dipahami oleh peserta didik.
i)
Perlulah adanya kesanggupan memberi maaf dari pendidik, sesudah menjatuhkan hukuman dan peserta didik itu menginsyafi kesalahannya.
Sedangkan menurut Hurlock (2004) syarat-syarat hukuman yaitu: a)
Hukuman harus disesuaikan dengan pelanggaran. Apabila peserta didik membuang makanan ke lantai karena sedang marah-marah, maka ia harus langsung membersihkannya.
b)
Hukuman yang diberikan harus konsisten, bahwa kapan saja suatu peraturan dilanggar maka hukuman tidak dapat ditundakan.
c)
Adapun bentuk hukuman yang diberikan harus impersonal hingga peserta didik tidak menginterpretasikan sebagai kejahatan penghukum.
d)
Hukuman harus konstruktif sehingga memberi motivasi untuk disetujui secara sosial di masa yang akan datang.
e)
Hukuman harus diberi penjelasan agar peserta didik melihatnya sebagai adil dan benar.
1)
Hukuman harus mengarahkan ke pembentukan hati nurani.
g)
Hukuman tidak boleh membuat peserta didik menjadi terhina atau menimbulkan rasa permusuhan.
23
Setara dengan ungkapan di atas, menurut Severe (2000) ada beberapa kriteria dalam menjalankan hukuman pada peserta didik, yakni: a) Jangan menghukum jika pendidik sedang marah Maksud hukuman adalah mengubah perilaku negatif dan mengajarkan pengambilan keputusan yang lebih baik. Hukuman paling manjur jika ditentukan sebelumnya dan direncanakan. Hukuman tidak akan berhasil baik bila dilakukan sebagai suatu reaksi mendadak dan memperturutkan dorongan hati. Jangan menghukum ketika pendidik sedang marah, maksudnya bukan untuk balas dendam. b) Jangan menghukum untuk mempermalukan Hukuman tidak boleh membuat malu, menghina atau menurunkan martabat peserta didik-peserta didik. Hukuman dimaksudkan untuk mengajarkan peserta didik-peserta didik bahwa perilaku negatif bukanlah keputusan yang baik dan bahwa perilaku positif adalah keputusan yang baik. Bila hukuman mempermalukan peserta didik, hukuman itu akan menciptakan perasaan yang tidak sehat. Rasa malu itu hanya akan membuat peserta didik menganggap pendidik kasar dan tidak adi!. Jika ini terjadi, pendidik tidak akan belajar membuat keputusan yang lebih baik dan ia tidak akan belajar bekerjasama. Peserta didik bisa menyerang kembali dengan amarah.
24
c) Gunakanlah hukuman secara konsisten Hukuman harus dilaksanakan secara konsisten. Sekali pendidik memutuskan untuk menghukum sebuah perilaku negatif, selalu lakukanlah demikian. Pendidik tidak boleh meloloskan atau membiarkan sebuah perilaku negatif lewat begitu saja. Banyak orang tua melakukan kesalahan ini. Peserta didik menyukainya. Tindakan itu mendorong mereka untuk mencoba dan melihat apakah pendidik kali ini akan menghukum mereka atau tidak. d) Bertindaklah rasional Hukuman harus masuk aka!. Jika hukuman dapat masuk akal, peserta didik-peserta didik akan dapat dengan baik mempelajari mana perilaku penting. Hukuman sebaiknya dilakukan segera setelah perilaku negatif itu terjadi. Satu-satunya perkecualian terhadap kaidah ini adalah jika pendidik sedang marah.
Menurut Majid (dalam Arief, 2002) menambahkan bahwa hukuman yang diberikan haruslah: a)
Mengandung makna edukasi.
b)
Merupakan jalan/solusi terakhir dari beberapa pendekatan dan metode yang ada.
c)
Diberikan setelah peserta didik mencapai usia 10 tahun. Dalam hal ini Rosulullah SAW bersabda:
25
J ...
"..
;~e 1'~1 ~J
'"
0
Li'e ~ y. ~
I)
'v::,"
C;;"
J.......
J"
'"
l'ql ~) ~ ~~ (.S'~ ~JI 'J~ .... 0
(~)I~ J!I
01)))
J", ...
~ ~I ~ IJ!! ) 'v~:, I'
Artinya: Suruhlah anak-anakmu untuk mengerjakan shalat ketika mereka
berusia tujuh tahun, dan pukullah bila ia membangkang (meninggalkan shalat) jika mereka telah berusia sepuluh tahun serta pisahkan tempat tidurnya (HR. Abu Dawud),
Namun menurut Severe (2000) hukuman yang benar adalah yang jarang digunakan karena jarang diperlukan, Hukuman seharusnya dapat mengurangi perlunya hukuman lebih lanjut dan mengurangi perilaku negatif, Jika tingkah laku itu tidak berubah, hukuman tersebut artinya tidak berhasil. Sedangkan menurut A.M, Cooke (1994) (dalam Suprayetno Wagiman dalam http://groups,yahoo,com/group/1997/masjid_annahl/ message /546) memberikan beberapa saran hukuman fisik seperti apa yang patut dilakukan: 1.
Memukul peserta didik dengan menggunakan telapak tangan terbuka pada pantat, kaki, atau tangan,
2.
Hukuman diberikan cukup satu kali sehari.
3,
Sedapat mungkin hindari hukuman pada saat orang tua sedang pada puncak emosi.
4,
Hukuman diberikan singkat dan sungguh-sungguh, segera setelah kesalahan dilakukan,
26
Dari uraian di atas. dapat disirnpulkan bahwa dalarn rnenerapkan hukurnan fisik di pondok pesantren, antara lain haruslah: a)
Konsisten dalarn rnenjalankan dan rnernberikan bentuk hukurnan fisiko Misalnya. ada peserta didik yang rnelanggar tata tertib pondok pesantren, rnaka harus segera dihukurn dan tidak boleh ditangguhkan, serta pernberian hukurnan fisik harus sesuai dengan bentuk pelanggaran dan atau sesuai dengan peraturan yang berlaku.
b)
Hukurnan fisik yang diberikan harus bersifat penderitaan dan tidak rnenyenangkan. Hal ini dirnaksudkan supaya peserta didik jera dan rnenyesal untuk rnelakukan kesalahan kern bali.
c)
Diberikan dengan tetap adanya rasa kasih sayang pendidik terhadap peserta didik. Hal ini drnaksudkan bahwa pendidik harus rnengarahkan kepada periaku yang baik yang harus dilakukan oleh peserta didik.
d)
Hukurnan fisik adalah alternatif terakhir dalarn rnernberikan hukurnan.
e)
Hukurnan fisik berlaku bagi peserta didik yang sudah berusia 10 tahun.
f)
Pernberian hukurnan fisik tidak boleh pada bagian-bagian organ yang vital. Misalnya kepala dan dada.
g)
Pendidik tidak dalarn keadaan rnarah dan pernberi hukurnan tidak diberikan kepada pendidik yang lain.
27
2.1.7. Bentuk-bentuk Hukuman Fisik Menurut Scheafer (1987) ada tiga bagian besar bentuk hukuman yang dapat diberikan sesudah satu perbuatan yang salah, yaitu: 1.
Membuat peserta didik-peserta didik itu melakukan suatu perbuatan yang tidak menyenangkan (restitusl). Disamping menyuruh peserta didikpeserta didik melakukan kerja tambahan yang berhubungan dengan perbuatan yang salahnya, juga dapat menyuruhnya membuat ganti rugi. Tujuan dari bentuk disiplin ini untuk mengarahkan perhatian peserta didik kepada keadaan buruk atau menyedihkan akibat kesalahannya itu. Hukuman-hukuman konkrit yang berupa usaha perbaikan atau ganti rugi, menolong peserta didik untuk belajar bahwa kalau ia melukai atau ia merugikan seseorang, maka ia harus berbuat sesuatu untuk membetulkan itu kembali.
2.
Mencabut dari peserta didik suatu kegemaran atau suatu kesempatan yang enak (deprivasl). Mencabut sesuatu yang disukai, dapat dilakukan dengan mengambil hak-haknya atau mengasingkan ke suatu tempat.
3.
Menimpakan kesakitan berbentuk kejiwaan dan fisik kepada peserta didik. Celaan-celaan dan teguran berupa kata-kata barangkali adalah bentuk-bentuk hukuman yang paling sering digunakan dalam masyarakat kita. Misalnya hukuman yang menyakiti badan: menampar, memegang, menguncang-guncang badan dan mencubit.
28
Sedangkan menurut Setiawani (dalam e-BinaPeserta didik edisi 215 http://www. Sabda. org/ publikasi/ e-binapeserta didik/215/) ada 3 jenis hukuman fisik, yaitu: 1.
Dipukul Kalau hukuman fisik tidak dapat dihindari, lakukan dengan kepala dingin dan jangan dalam keadaan marah. Terhadap peserta didik usia 15-18 tahun, masih boleh dikenakan hukuman fisik yang ringan. Pilihlah alat yang digunakan dengan cermat, yang penting bukan dalam suasana marah sehingga memukul dengan keras, menjewer, atau menonjoknya. James C. Dobson menentang memukul peserta didik dengan tang an, karena tangan adalah perantara kasih. Hukuman fisik hanya sampai batas peserta didik merasa sakit dan berteriak, baru ada hasilnya dan bukan memukulnya dengan kejam. Jangan menunggu bila ingin menggunakan hukuman fisik, apakah perlu atau tidak dan bukan dengan mengatakan, "Nanti, tunggu ayahmu pulang, baru kamu dipukul."
2.
Diasingkan Orang dewasa sering menggunakan pengasingan sebagai hukuman untuk peserta didik. Peserta didik diasingkan dari peserta didik lain, tidak diizinkan bermain supaya peserta didik dapat introspeksi diri. Tetapi dalam jangka waktu tertentu, datang dan tanyakanlah kepada peserta didik, apakah ia memerlukan bantuan dan menguraikan dengan jelas harapan orangtua atas perilaku mereka. Dalam menerapkan hukuman,
29
perlu diperhatikan jangka waktunya agar fungsi hukumannya tidak hilang. Karena setiap peserta didik itu berbeda sifat, maka penerapan hukuman ini sebaiknya dilakukan dengan fleksibel. Waktu jangan lebih dari 10- 15 menit, tempat harus aman, dan jangan ada barang yang membuat peserta didik senang melewati waktu itu. 3.
Didamprat Ada peserta didik yang sangat peka, yang tidak perlu menggunakan hukuman fisik atau bentuk lain. Hanya dengan perkataan saja, ia sudah berubah. Hukuman dengan cara mendamprat ini termasuk kritikan, ajaran, teguran yang keras, agar peserta didik merasa bersalah dan malu. Bagi peserta didik yang nakai, hukuman ini tidak berguna. Menggunakan hukuman ini juga harus berhati-hati karena omelan yang berlebihan akan melukai harga diri peserta didik itu, membuatjurang antara peserta didik dan orangtua.
2.1.8. Pengaruh Pemberian Hukuman Fisik Menurut Balson (1996) penggunaan hukuman akan menimbulkan banyak problem, diantaranya: a.
Hukuman mengandung pengaruh yang mengundang rasa balas dendam. Balas dendam merupakan ciri khas peserta didik yang diasuh dengan pola hukuman.
b.
Untuk sementara waktu hukuman mempunyai pengaruh menekan
30
perilaku, tetapi tidak dapat melenyapkan tekanan tersebut. c.
Semakin banyak hukuman diberikan, untuk sementara akan menindas perilakunya itu lagi. Prinsipnya, yaitu jika ingin mengendalikan dengan hukuman, maka harus terus menerus menghukum.
d.
Penggunaan hukuman menuntut agar orang tua bertanggung jawab terhadap perilaku peserta didiknya.
e.
Penggunaan hukuman mengakibatkan pembangkangan di kalangan peserta didik yang menginginkan kekuasaan, ia menolak berbuat yang diinginkan oleh pendidik atau orang tuanya.
James Dobson (dalam bukunya Dare to Dicipline) menekankan, hukuman badan tidak akan mencegah atau menghentikan peserta didik melakukan tindakan yang salah. Hukuman fisik ini justru bisa berakibat buruk. Bahkan, dapat mendorong peserta didik untuk meneruskan dan meningkatkan tingkah lakunya yang salah. Riset ahli lain, Leonard D. Eron, menunjukkan hukuman fisik dikhawatirkan malah mendorong peserta didik untuk bertingkah laku agresif. (Suprayetno Wagiman dalam http://groups.yahoo.com/group/1997/masiid annahl/message/546).
Menurut Clarizio (dalam Djiwandono, 2002) menyatakan bahwa hukuman mengingatkan peserta didik apa yang tidak boleh dilakukan. Hukuman tidak menghilangkan tingkah laku, tetapi hanya mencegah timbulnya tingkah laku.
31
Agar hukuman efektif, hukuman harus cukup besar intensitasnya atau harus dilakukan dengan memperkuat.
2.2. Perilaku disiplin 2.2.1. Pengertian Perilaku Disiplin Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2001, h. 859) perilaku berarti tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau Iingkungan.
Menurut. Chaplin (2002, h. 53) perilaku (behavior) adalah sebarang respon (reaksi, tanggapan, jawaban, balasan) yang dilakukan oleh suatu organisme; secara khusus adalah bagian dari satu kesatuan pola reaksi; satu perbuatan atau aktivitas; satu gerak atau kompleks gerak-gerak.
Dalam memahami pengertian disiplin, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2001, h. 268) menjelaskan bahwa disiplin itu terkait dengan tata tertib (di sekolah, kemiliteran, dan sebagainya); ketaatan (kepatuhan) terhadap peraturan (tata tertib dan sebagainya); bidang studi yang memiliki objek, sistem dan metode tertentu.
Disiplin adalah perilaku yang sesuai dengan aturan dan ketetapan, atau diperoleh dari pelatihan seperti disiplin dalam kelas (Gorden, 1996, h. 3) Disiplin ialah sifat bertanggung jawab seseorang terhadap peraturan-
32
peraturan yang berlaku bagi dirinya (Kartono, 1985, h. 205).
Menurut Chaplin (2002, h. 139) disiplin (discipline) adalah satu cabang (ilmu) pengetahuan; kontrol terhadap bawahan; hukuman; kontrol penguasaan diri dengan tujuan memahami impuls yang tidak diinginkan atau mengecek kebiasaan.
Disiplin yaitu mencakup bidang pengajaran, bimbingan atau dorongan yang dilakukan oleh orang dewasa yang dimaksudkan untuk menolong anak-anak (peserta didik) belajar untuk hidup sebagai makhluk sosial, dan untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan mereka seoptimal mungkin. Inti dari disiplin ialah untuk mengajar, atau seseorang yang mengikuti ajaran dari seorang pemimpin (Scheafer, 1987).
Menurut Hurlock (2004) disiplin berasal dari kata yang sama dengan disciple, yakni seorang yang belajar dari atau secara suka rela mengikuti seorang pemimpin. Jadi, disiplin merupakan cara masyarakat mengajar peserta didik perilaku moral yang disetujui kelompok.
Konsep populer dari disiplin adalah sama dengan hukuman. Menurut konsep ini, disiplin digunakan hanya bila peserta didik melanggar peraturan dan perintah yang diberikan orang tua, pendidik atau orang dewasa yang
33
berwenang mengatur kehidupan bermasyarakat, tempat peserta didik itu tinggal (Hurlock, 2004).
Menurut Sukardi (1983, h. 102) disiplin mempunyai dua arti yang berbeda tetapi keduanya mempunyai hubungan yang berarti. Pertama dapat diartikan suatu rentetan kegiatan atau pelatihan yang berencana yang dianggap untuk mencapai tujuan. Sedangkan yang kedua disiplin dapat diartikan sebagai hukuman terhadap tingkah laku yang dianggap sangat tidak diinginkan atau melanggar ketentuan peraturan atau hukum yang berlaku.
Sehingga dalam pengertian ini, seorang peserta didik yang melanggar peraturan yang ada di keluarga atau di sekolah akan diberikan pendisiplinan diri dengan bentuk hukuman. Sedangkan arti disiplin itu sendiri adalah ketaatan terhadap tata terib yang berlaku bagi peserta didik.
Disiplin sebagai proses adalah bimbingan untuk bertujuan menanamkan pola perilaku tertentu, kebiasaan-kebiasaan tertentu, atau membentuk manusia dengan Giri-ciri tertentu, terutama yang meningkatkan kualitas mental dan moral (Sukadji, 1988, h. 25).
Sedangkan menurut Parker (2005) kedisiplinan adalah bantuan yang diberikan orang tua atau pendidik kepada peserta didik agar mereka bisa
35
diri sendiri (self control) dan pengarahan diri sendiri (self-direction), yakni dimana peserta didik dapat mengarahkan dirinya sendiri tanpa pengaruh atau pengendalian dari luar. Pengendalian diri sendiri berarti menguasai tingkah laku diri sendiri dengan berpedoman pada norma dan aturan yang jelas.
Sedangkan menurut Durkheim (1990, h. 35) menyatakan bahwa semua disiplin mempunyai tujuan ganda, yaitu mengembangkan suatu keteraturan tertentu dalam tindak tanduk manusia dan memberinya suatu sasaran tertentu yang sekaligus juga membatasi cakrawalanya. Disiplin mengembangkan sikap yang lebih mengutamakan hal-hal yang merupakan kebiasaan dan juga membatasinya. Disiplin mengatur dan memaksa. Disiplin menjawab segala sesuatu yang selalu terulang dan bertahan lama dalam hubungan antar manusia, karena kehidupan sosial mempunyai unsur-unsur yang bersifat umum dan karena hal-hal yang sama dari lingkungan sekitar selalu terulang secara periodik. Keteraturan relatif dari berbagai situasi dimana individu berada itulah yang menunjukkan keteraturan relatif dari tingkah lakunya.
Sebenarnya tujuan disiplin lebih jauh daripada menurut perintah atau patllh. Patuh terhadap perintah atau aturan orang tua barulah disiplin jangka pendek. Disiplin jangka panjang adalah disiplin yang tidak hanya patuh terhadap aturan dan patuh terhadap otoritas, tetapi juga disiplin diri.
36
Masyarakat akan lebih efektif bila setiap warga dapat mendisiplinkan dirinya sendiri (Sukadji, 1988, h. 26). Pada umumnya peserta didik mulai menumbuhkan disiplin melalui -otoritas orang tuanya. Otoritas ini harus bersifat tegas, ramah, masuk akal dan tetap. Dengan demikian peserta didik akan merasa diri aman. Otoritas yang wajar menyebabkan peserta didik belajar menekan kesenangan-kesenangan dan mendahulukan kewajiban dan usaha-usaha untuk tujuan masa depan. Otoritas yang berlebihan dan tidak pada tempatnya, akan menimbulkan sikap menentangpada peserta didik. Bahkan mungkin saja sikap menentang otoritas orang tua dapat meluas sampai ke sikap menentang terhadap setiap bentuk otoritas, baik otoritas pendidik maupun otoritas majikan jika ia sudah dewasa (Gunarso, 1995).
Salah satu tujuan utama membesarkan anak atau peserta didik dalam kerangka kedisiplinan adalah mendorong terbentuknya kedisiplinan diri (self
discipline). Orang tua dan pendidik tidak mungkin selamanya menuntun mereka. Pada akhirnya, peserta didik harus bertanggung jawab atas diri mereka sendiri (Parker, 2005).
Disiplin diri pada peserta didik sudah mulai terbentuk apabila peserta didik sudah mulai bertingkah laku sesuai dengan pola tingkah laku yang baik.
37
Peserta didik sudah mulai mengenal disiplin jika tanpa hukuman ia sudah dapat bertingkah laku dan memilih perbuatan yang baik.
Pembentukan disiplin diri erat hubungannya dengan penerimaan otoritas. Peserta didik yang menerima otoritas orang tua, akan melakukan tugas-tugas yang diinginkan. Bila ia sudah terbiasa dengan kekuasaan orang tua, maka pada umumnya otoritas pendidik juga dapat diterimanya.
Disiplin pada peserta didik dapat dipupuk dengan memberikan tata tertib yang mengatur hidupnya. Tata tertib disertai dengan pengawasan dan pemberian pengertian pad a setiap pelanggaran, dengan sendirinya akan menimbulkan rasa keteraturan dan disiplin diri (Gunarso, 1995).
2.2.3. Fungsi Perilaku Disiplin Fungsi pokok disiplin menurut Hurlock (2004) ialah mengajar peserta didik menerima pengekangan yang diperlukan dan membantu mengarahkan energi peserta didik ke dalam jalur yang berguna dan diterima secara sosial.
Menurut Lovegrove & Lewi (dalam Lewis, 2004) fungsi kedisiplinan didesl
Sebuah rasionale managerial, yaitu suatu kedisiplinan yang memandang sebagai sekumpulan teknik dan strategi yang diterapkan oleh guru untuk
38
memberikan ketertiban dalam kelas. Ketertiban ini perlu sehingga Iingkungan belajar memaksimalkan pembelajaran pelajaran sekolah. Misalnya sikap baik siswa harus dipuji atau diberi hadiah dan sikap tidak layak harus dihukum. A/asan manajeria/: karena siswa akan menurun frekuensi mengganggu dalam kelas dan diharapkan lebih banyak tugas yang terselesaikan dalam kelas. A/asan pendidikan: karena mungkin peserta didik akan belajar merespon kekuasaan sah guru. b)
Sebagai sebuah fungsi pendidikan, dimana kedisiplinan dirasakan sebagai sebuah pengalaman peserta didik tentang hak pribadi, terutama bagi pribadi yang sedang dalam konflik. Oleh karena itu, pandangan pendidikan terhadap kedisiplinan merupakan bentuk pendekatan terhadap kedisiplinan yang memberi pengalaman pendidikan yang berharga secara potensial. Misalnya, guru harus merundingkan jalan keluar terhadap masalah bersama-sama siswa. A/asan manajeria/: karena mungkin hal ini adalah cara terbaik agar peserta didik dapat bersikap lebih baik dan layak. A/asan pendidikan: karena mungkin membuat peserta didik belajar bertanggung jawab atas sikap mereka.
Disiplin diperlukan untuk perkembangan peserta didik, karena ia memenuhi beberapa kebutuhan peserta didik, diantaranya: a)
Disiplin memberi peserta didik rasa aman dengan memberltahukaQ apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan.
39
b)
Dengan membantu peserta didik menghindari perasaan bersalah dan rasa malu akibat perilaku yang salah, disiplin memungkinkan peserta didik hid up menurut standar yang disetujui kelompok sosial dan dengan demikian memperoleh persetujuan sosial.
c)
Dengan disiplin, peserta didik belajar bersikap menurut cara yang akan mendatangkan pujian yang akan ditafsirkan peserta didik sebagai pendidik kasih sayang dan penerimaan. Hal ini esensial bagi penyesuaian yang berhasil dan kebahagiaan.
d)
Disiplin yang sesuai dengan perkembangan berfungsi sebagai motivasl pendorong ego yang mendorong peserta didik mencapai apa yang diharapkan darinya.
e)
Disiplin membantu peserta didik mengembangkan hati nurani, pembimbing dalam mengambil keputusan dan pengendalian perilaku (Hurlock, 2004).
2.2.4. Faktor-faktor dalam Penanaman Disiplin
Kedisiplinan dibutuhkan oleh seorang peserta didik jika ingin bahagia dan menjadi orang yang mampu beradaptasi dengan baik. Meskipun demikian, kebutuhan mereka pada sikap kedisiplinan itu bervariasi. Menurut Hurlock
(2004), terdapat beberapa kondisi yang mempengaruhi kebutuhan peserta didik akan kedisiplinan, yakni: 1. Terdapat variasi dalam laju perkembangan beberapa peserta didik,
40
karena tidak semua peserta didik dengan usia yang sama dapat diharapkan mempunyai kebutuhan atau jenis disiplin yang sama. Misalnya, peserta didik yang tidak boleh mencoret-coret tembok sekolah, cukup mengerti ketika diberi pengarahan dengan kata yang lemah lembut. Sedangkan peserta didik yang lain dengan usia yang sama mungkin diperlukan sentilan pada jari untuk membuatnya mengerti larangan itu. 2. Kebutuhan akan disiplin bervariasi menurut waktu dalam sehari. 3. Kegiatan yang dilakukan peserta didik mempengaruhi kebutuhan akan disiplin. Disiplin paling besar kemungkinannya dibutuhkan untuk kegiatan sehari-hari yang rutin, misalnya sekolah, makan, tidur atau pekerjaan rumah dan paling sedikit diperlukan pada hari Iibur. Seperti diperbolehkannya menonton TV atau mendengarkan radio. 4. Kebutuhan akan disiplin bervariasi dengan hari dalam seminggu. 5. Disiplin lebih sering dibutuhkan dalam keluarga besar daripada keci!. 6. Kebutuhan akan disiplin bervariasi dengan usia.
Agar disiplin menjadi efektif, terdapat tiga syarat yang harus terpenuhi EScheafer, 1987), yakni: 1. Menghasilkan atau menimbulkan suatu keinginan perubahan pada peserta didik. 2. Tetap terpelihara harga diri peserta didik. 3. Tetap terpelihara suatu hubungan yang baik antara orang tua atau pendidik dengan peserta didik.
41
Dari semua faktor untuk menanamkan disiplin, peserta didik yang telah menyesuaikan dirinya dan mampu berdisiplin tanpa adanya keharusan dari sebuah aturan, dapat dilihat dari tiga komponen kedisiplinan diri: 1. Kebiasaan atau perbuatan yang telah menjadi bagian rutinitas tanpa perlu adanya keputusan sadar. Misalnya menggantungkan pakaian seragam sekolah di asrama seusai pulang sekolah, selalu mengerjakan pekerjaan rumah sebelum tidur, dan sebagainya. 2. Minat diri (self-interest), yakni mampu melakukan sesuatu tanpa terburuburu merasakan hasil dan kepuasan untuk mencapai kebahagiaan pribadi yang lebih besar pad a masa sesudahnya. Misalnya belajar sebelum ujian. 3. Kemampuan membuat sebuah keputusan moral memahami bahwa berbuat sesuatu untuk kepentingan orang lain itu adalah perbuatan yang baik dan berharga, baik secara individual atau pun kolektif, sekalipun bukan untuk kepentingan diri sendiri dan mengembangkan sebuah sistem perbuatan pribadi (Parker, 2005).
Selain dari hal tersebut di atas, agar memiliki kedisiplinan diri, seseorang butuh pengalaman, komitmen, tugas atau kemampuan untuk menjalankannya agar melihat segala sesuatu dari perspektif tujuan akhir (Parker, 2005).
2.2.5. Langkah-Iangkah dalam Pengembangan Disiplin Menurut Sri Djiwandono (2002, h. 303) ada beberapa langkah untuk membantu mengembangkan disiplin yang baik di kelas, yaitu:
42
1.
Perencanaan. Dalam hal ini meliputi membuat aturan dan prosedur, dan menentukan konsekuen untuk aturan yang dilanggar.
2.
Mengajar peserta didik bagaimana mengikuti aturan. Pekerjaan ini harus dimulai pad a hari pertama masuk kelas. Dalam hasil penelitiannya, Djiwandono menyatakan bahwa beberapa minggu pertama dalam kelas adalah masa kritis dalam mengembangkan pola disiplin yang efektif dan komunikasi yang baik antara pendidik dan peserta didik. Salah satu cara yang terbaik adalah pendidik mencegah terjadinya masalah.
3.
Merespon secara tepat dan konstruktif ketika masalah timbul.
Beberapa saran melatih disiplin menurut Sukadji (1988), antara lain: a) Kesinambungan Disiplin dilatihkan secara berkesinambungan. Disiplin tidak hanya diberikan setelah peserta didik masuk sekolah, tetapi disiplin dimulai sejak peserta didik lahir. Orang tua dapat memulai mendidik disiplin dengan menunjukkan mana yang boleh dan mana yang tidak. b) Autoratif Disiplin hendaknya dilakukan dengan cara otoriter, tetapi juga tidak permisif, fleksibel, tapi juga perlu tegas. c) Batas-batas Kadang-kadang peserta didik membutuhkan batas-batas yang jelas mengenai berbagai fasilitas dengan memenuhi krtieria-kriteria: masuk
43
akal, diperlukan, dengan kebaikan hati, dan secara konsisten sesuai dengan kematangan umum peserta didik. d) Konsisten dan fleksibel Pada tahap batas-batas ditentukan, peserta didik (anak) dan orang tua hendaknya mematuhi. Namun demikian, batas-batas yang ditentukan ini direvisi menurut perkembangan peserta didik dan dengan penentuannya mengikutsertakan pertimbangan peserta didik. Cara demikian membantu peserta didik untuk lebih cepat bertanggung jawab atas disiplin diri. e) Beritahukan semua yang diperlukan Kadang-kadang peserta didik berbuat sesuatu tidak sesuai dengan keinginan orang tua dengan alasan ia tidak tahu. Orang tua seharusnya mempertimbangkan kemungkinan peserta didik belum tahu dan mengajarkan hal-hal yang diperlukan peserta didik. f) Latihan kebiasan-kebiasaan yang baik Orang tua hendaknya mengarahkan peserta didik mengembangkan pola kebiasaan yang baik, sebab setiap kebiasaan dan pola perilaku yang terbentuk pada masa peserta didik-peserta didik cukup banyak mempengaruhi kebiasan pada saat dewasa. g) Gunakan hukuman seperlunya Hukuman hendaknya dipakai secara sistematik, bukan sebagai pelampiasan luapan emosi penghukum. Hukuman yang mendidik adalah
44
hukuman yang menyadarkan peserta didik bahwa perilaku yang baru ferjadi fidak mendapafkan persefujuan, dan agar jangan diulang. h) Masing-masing orang tua mendisiplinkan sendiri-sendiri Sebaiknya disiplin fidak didelegasikan kepada orang lain. Banyak ibu yang merasa mendisiplinkan peserta didik adalah fugas bapak. i)
Orang fua menjadi contoh
j) Menanamkan minaf unfuk disiplin dan menilai finggi disiplin k) Gunakan komunikasi yang efekfif
Prinsip Dobson yang difuangkan dalam karyanya The New Dare to Discipline (1992) dalam (Sidjabat, B.S dalam http://www.sabda.org/lead/_ hfm / mendisiplinkan_ peserta didik. hfm) fenfang cara mendisiplin peserta didik adalah sebagai berikut: a) Mengembangkan rasa hormat dalam diri peserta didik ferhadap pendidik dan orangfuanya sendiri. Rasa hormaf itu harus ditumbuhkan melalui komunikasi yang akrab, lalu dikembangkan dan dipelihara dengan menyediakan wakfu untuk menjawab pertanyaan peserta didik. Dengan begifu peserta didik belajar mengenai oforifas secara benar dan fepat. b) Memberikan hukuman afas fingkah lakunya yang jelas-jelas memberonfak afau menentang pendidik dan orangtua; melawan ferhadap afuran yang sudah diferangkan dan difefapkan afau disefujui sebelumnya. Hukuman fisik yang harus dikenakan bagi peserta didik, pada bagian belakang
45
(spanking). Pendidik dan orang tua harus menjelaskan mengapa ia melakukannya; dan jangan dilakukan hukuman jauh setelah peserta didik melupakan pelanggaran yang dibuatnya. Kalau peserta didik sudah berusia sembilan tahun, tidak tepat lagi mengenakan hukuman fisiko c) Mengendalikan diri agar tidak menyimpan amarah berkepanjangan. Jangan menyimpan kebencian pada peserta didik saat menghukumnya secara fisiko Sebelum melakukan hukuman fisik orangtua harus menghitung satu hingga sepuluh dalam hati guna meredakan emosinya. d) Jangan berikan sogokan kepada peserta didik, berupa benda atau hadiah, agar ia berlaku tertib. Hal ini dapat menumbuhkan akar materialisme.
2.3. Kerangka Berfikir kedisiplinan merupakan cara terbaik untuk mentertibkan aturan dan mengatur kehidupan manusia. Hidup berdisiplin di pond ok pesantren dengan menjalankan dan menaati peraturan yang berlaku, dapat mengembangkan potensi peserta didik dalam hal pengendalian diri
(self-contro~
dan
pengarahan diri sendiri (self-direction). Artinya, dengan adanya aturan untuk patuh dan disiplin, peserta didik dapat terbiasa dan mampu mengendalikan keinginannya sendiri untuk tidak melakukan perilaku yang tidak baik. Sehingga dorongan untuk berdisiplin bukan karena adanya aturan atau paksaan, melainkan dorongan dari dalam diri sendiri.
46
Pelanggaran disiplin oleh peserta didik biasanya diberikan hukuman, seperti peringatan, teguran, ancaman, bahkan hukuman fisiko Hal ini ditujukan agar peserta didik mengetahui bahwa perilaku buruknya tidak baik untuk dirinya dan orang lain, serta menjadikan mereka menyesal atas perbuatannya.
Namun realita di sebagian pond ok pesantren, metode yang lebih sering digunakan untuk menghukum peserta didik yakni dengan hukuman fisiko Setiap peserta didik melanggar, langsung diberikan sanksi hukuman fisiko Misalkan dengan dijemur di lapangan, berlari keliling lapangan, piket kebersihan kamar mandi, dan lingkungan pondok, pemangkasan rambut, jeweran, cubitan, pukulan, bahkan siraman air kotor. Hal ini dimaksudkan agar adil (tidak ada diskriminasi antara peserta didik yang masih baru maupun yang lama), bentuk hukuman konsisten, serta sebagai bahan peringatan untuk peserta didik yang lain tentang kewajiban patuh terhadap tata tertib pondok. Hal ini setara dengan salah satu fungsi hukuman, yakni menghalangi pengulangan tindakan yang tidak diinginkan oleh masyarakat, mendidik, dan memberi motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak diterima masyarakat. Sehingga untuk selanjutnya peserta didik menyesal dan jera atas tingkah lakunya yang tidak baik tersebut.
Sebagaimana diketahui, hukuman dan disiplin adalah hal yang berbeda, memberikan petunjuk dan arahan sangat berbeda dengan memberikan
47
hukuman. Peserta didik selalu memberikan respon yang lebih baik terhadap komentar positif tentang perilaku mereka dibandingkan dengan hukuman. Namun demikian, hukuman bisa menjadi sebuah keharusan karena hukuman memang mengajarkan sebab akibat dimana peserta didik menyadari bahwa perilaku mereka memiliki konsekuensi pada dirinya dan orang lain, serta menguatkan kembali batasan-batasan perilaku yang bisa diterima ataupun tidak. Sehingga peserta didik pun menjadi bertanggung jawab terhadap semua perilakunya.
Dengan demikian, pengendalian perilaku tidak baik di pond ok pesantren dilakukan dengan hukuman fisik sebagai metode yang sangat efektif. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini terdapat skema yang menggambarkan kerangka berfikir.
Skema 1.1 Kerangka Berfikir
I PONDOK PESANTREN I PELANGGARAN TATA TERTIB
HUKUMAN FISIK
48
2.4. Hipotesa
Penulis mengajukan hipotesa sebagai berikut: 1.
Hipotesa nihil (Ha)
: Tidak ada hubungan yang signifikan antara
hukuman fisik dengan pembentukan perilaku disiplin peserta didik di Pondok Pesantren Daarul Falahiyah Cisoka Tangerang. 2.
Hipotesa alternatif (H1) : Ada hubungan yang signifikan antara hukuman fisik dengan pembentukan perilaku disiplin peserta didik di Pondok Pesantren Daarul Falahiyah Cisoka Tangerang.
BAB III METODELOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian 3.1.1. Pendekatan dan Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis pendekatan kuantitatif. Penelitian dengan menggunakan jenis kuantitatif adalah penelitian yang bekerja dengan angka, yang datanya berwujud bilangan (skor atau nilai, peringkat, atau frekuensi), yang dianalisis dengan menggunakan statistik untuk menjawab pertanyaan atau hipotesis penelitian yang sifatnya spesifik, dan untuk melakukan prediksi bahwa suatu variabel tertentu mempengaruhi variabel yang lain ( Creswell dalam Alsa, 2004, h. 13). Salah satu tujuan utamanya adalah untuk menemukan seberapa banyak karakteristik yang ada dalam populasi induk mempunyai karakteristik seperti yang terdapat pada sampel ( Creswell dalam Alsa, 2004, h. 13).
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan jenis penelitian korelasional untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto, 2003, h. 326). Tujuannya adalah untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktafakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu (Suryabrata, 2002, h. 18).
AQ
50
Dalam penelitian ini akan dilihat hubungan antara variabel hukuman fisik dengan variabel pembentukan perilaku disiplin.
3.1.2. Variabel, Definisi Variabel dan Operasionalisasi Variabel Variabel penelitian adalah suatu sifat yang dapat memiliki berbagai macam nilai, menyangkut segala sesuatu yang menjadi obyek penelitian. Menurut Kerlinger (2000) terdapat dua jenis variabel penelitian, yaitu variabel bebas
(independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Berikut ini akan diuraikan variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian ini:
a) Variabel Bebas Menurut Ahmadi (1991) variabel bebas (independent variable) adalah kondisi atau karakteristik yang mempengaruhi fenomena yang diobservasi atau variabel terikat. Variabel ini juga sering disebut sebagai variabel pengaruh karena berfungsi mempengaruhi variabellain. Variabel bebas (independent
variable) yang terdapat dalam penelitian ini adalah hukuman fisiko
Dengan demikian definisi variabel untuk menyatakan hukuman fisik adalah sebuah bentuk hukuman yang diberlakukan bagi peserta didik yang melanggar peraturan pondok pesantren Daarul Falahiyyah, dengan cara pendidik menimpakan hukuman pada fisik atau raga peserta didik, hal ini dilihat dari sudut frekuensi pemberian hukuman fisiko
51
Sedangkan definisi operasional tentang hukuman fisik adalah skor yang diperoleh dari kuesioner skala hukuman fisiko Indikator hukuman fisik dilihat dari tujuh syarat-syarat hukuman sebagaimana diungkapkan oleh Hurlock (2004), yakni hukuman harus disesuaikan dengan pelanggaran, hukuman yang diberikan harus konsisten, bentuk hukuman yang diberikan harus bersifat impersonal, hukuman harus konstruktif, hukuman harus diberi penjelasan agar peserta didik melihatnya sebagai hal yang adil dan benar, hukuman harus mengarahkan ke pembentukan hati nurani, hukuman tidak boleh membuat peserta didik menjadi terhina atau menimbulkan rasa permusuhan.
b) Variabel Terikat Variabel Terikat (dependent variable) yaitu kondisi atau karakteristik yang berubah atau muncul ketika mengintroduksi pengubah atau mengganti variabel bebas (Ahmadi, 1991). Variabel ini sering disebut variabel yang dipengaruhi atau variabel yang terpengaruh, karena menurut fungsinya, variabel ini dipengaruhi oleh variabellain. Variabel Terikat (dependent variable) yang terdapat dalam penelitian ini adalah pembentukan perilaku disiplin.
Definisi variabel untuk menyatakan pembentukan perilaku disiplin dalam penelitian ini yaitu mematuhi dan menaati semua tata tertib yang berlaku di
52
pondok pesantren Daarul Falahiyyah, sehingga dapat menumbuhkan kesadaran dalam berdisiplin diri.
Sedangkan definisi operasional mengenai pembentukan perilaku disiplin adalah skor yang diperoleh dari kuesioner skala perilaku disiplin. Indikator pembentukan perilaku disiplin dilihat dari pendapat Sukadji (1988) mengenai cara melatih disiplin, yakni dengan cara berkesinambungan, autoratif, adanya batas-batas, konsisten dan fleksibel, memberitahukan semua yang diperlukan, melatih kebiasaan-kebiasaan yang baik, menggunakan hukuman seperlunya, masing-masing pendidik mendisiplinkan sendiri-sendiri, pendidik menjadi contoh, menanamkan minat untuk disiplin dan menilai tinggi disiplin, menggunakan komunikasi yang efektif.
3.2. Pengambilan Sampel 3.2.1. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah kelompok dimana peneliti akan menggeneralisasikan hasil penelitiannya (Gay dalam Sevilla, 1993, h. 160). Berdasarkan uraian ini maka dapat ditegaskan bahwa populasi dalam penelitian ini adalah para peserta didik di Pondok Pesantren Daarul Falahiyah Cisoka Tangerang yang be~umlah
430 peserta didik, yang terdiri dari 280 peserta didik Madrasah
Tsanawiyah mencakup 116 laki-Iaki dan 164 peserta didik perempuan.
53
Sedangkan untuk Madrasah Aliyah 150 peserta didik yang terdiri 64 laki-Iaki dan 86 perempuan.
Sedangkan sampel menurut Ferguson (dalam Sevilla, 1993, h. 160) adalah beberapa bagian kecil atau cuplikan yang ditarik dari populasi. Sebagaimana dalam Sevilla, et aI., 1993 menawarkan beberapa ukuran minimum yang dapat diterima berdasarkan tipe penelitian. Untuk metode penelitian korelasional, jumlah sampel minimum adalah 30 subyek. Sedangkan menurut Arikunto (2003), jumlah sampel minimal yang dapat diambil adalah 10-15% dari jumlah populasi.
Dengan demikian sampel yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 60 peserta didik di Pondok Pesantren Daarul Falahiyah yang pernah melanggar peraturan atau tata tertib yang berlaku dan mendapatkan hukuman fisik, yang terdiri dari 35 peserta didik laki-Iaki dan 25 peserta didik perempuan.
3.2.2. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel adalah proses yang meliputi pengambilan satu bagian dari populasi, melakukan pengamatan atas kelompok sampel, kemudian menggeneralisasikan penemuan-penemuan pada populasi (Sevilla, 1993, h. 170). Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah responden yang pernah mendapatkan hukuman fisiko Sehingga teknik pengambilan
54
sampel yang digunakan adalah simple random sampling (sampling aeak sederhana), yakni teknik sampel yang langsung dilakukan pada unit sampling. Dengan demikian setiap unit sampling sebagai unsur populasi yang terpeneil memperoleh peluang yang sama untuk menjadi sampel atau untuk mewakili populasi (Margono, 2004, h. 126).
3.3. Instrumen Pengumpulan Data 3.3.1. Metode dan Instrumen Penelitian Instrumen disusun berdasarkan indikator variabel yang telah ditentukan. Indikator-indikator itulah yang merupakan wakil-wakil dari ciri-eiri perilaku yang hendak diteliti. Indikator-indikator tersebut dibuat dalam bentuk itemitem pernyataan. Metode instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan angket.
Item-item pernyataan dibuat dalam bentuk angket. Angket yang ingin digunakan dalam penelitian ini ada 2 skala, yaitu skala hukuman fisik dan skala perilaku disiplin. Menurut Azwar (2003a) menyatakan bahwa skala adalah daftar pernyataan yang mengungkap performansi yang menjadi karakter tipikal pada subyek yang diteliti, yang akan dimuneulkan dalam bentuk respon-respon terhadap situasi yang dihadapi. Skala ini disusun menggunakan model skala Iikert yang terdiri dari sejumlah pernyataan. Skala ini dikembangkan oleh Rensis Likert dan sering digunakan untuk mengukur
55
sikap, pendapat, persepsi responden terhadap suatu objek karena pembuatannya relatif mudah dan reliabilitasnya tinggi (Usman, 2001).
1.
Skala Hukuman Fisik
Untuk mengukur perlakuan hukuman ini, penulis telah membuat skala hukuman fisik yang terdiri dari 74 item pernyataan. Alat ukur hukuman fisik ini terdiri dari tujuh indikator yang merupakan syarat-syarat hukuman sebagaimana diungkapkan oleh Hurlock (2004), yakni hukuman fisik harus disesuaikan dengan pelanggaran, hukuman fisik yang diberikan harus konsisten, bentuk hukuman fisik yang diberikan harus bersifat impersonal, hukuman fisik harus konstruktif, hukuman fisik harus diikuti dengan pemberian penjelasan agar peserta didik melihatnya sebagai hal yang adil dan benar, hukuman fisik harus mengarahkan ke pembentukan hati nurani, hukuman fisik tidak boleh membuat peserta didik menjadi terhina atau menimbulkan rasa permusuhan.
Untuk lebih jelasnya penyebaran butir item skala tersebut dapat dilihat dalam tabel 3.1 sebagai berikut:
56
Tabel3.1 Blue Print Skala Hukuman Fisik NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
INDIKATOR
Hukuman fisik harus disesuaikan dengan pelanqqaran Hukuman fisik yang diberikan harus konsisten Bentuk hukuman fisik yang diberikan harus bersifat impersonal Hukuman fisik harus konstruktif agar disetujui secara sosial di masa yang akan datang Hukuman fisik harus diberi penjelasan agar terlihat adil dan benar Hukuman fisik harus mengarahkan pada pembentukan hati nurani Hukuman fisik tidak boleh membuat peserta didik terhina atau menimbulkan permusuhan
JUMLAH ITEM Favorable Unfavorable 1,3,5,7,9, 2,4,6,8, 1O, 12 11
TOTAL
12
13,15, 17, 19,21,23, 25 27,29,31, 33,35,37
14,16,18,20, 22,24,26
14
28, 30, 32, 34, 36, 38
12
39,41,43, 45,47
40, 42, 44, 46, 48
10
49,51,53, 55
50, 52, 54, 56
8
57,59,61, 63,65
58, 60, 62, 64, 66
10
67,69,71, 73
68, 70, 72, 74
8
2. Skala Perilaku Disiplin Skala ini mengukur perilaku disiplin pada peserta didik dengan menggunakan skala Likert. Penulis telah membuat 102 item pernyataan dari indikatorindikator yang didasarkan pada cara melatih disiplin menurut pendapat Sukadji (1988), yakni taat aturan secara berkesinambungan, peraturan
57
bersifat autoratif, memiliki batasan-batasan, konsisten dan fleksibel, pendidik memberitahukan semua peraturan, mengikuti peraturan yang berlaku, menggunakan hukuman, pendidik berperilaku disiplin, peserta didik menanamkan minat untuk disiplin, menggunakan komunikasi yang efektif.
Untuk lebih jelasnya penyebaran butir item skala tersebut dapat dilihat dalam tabel 3.2 sebagai berikut: Tabel3.2 Blue Print Skala Perilaku Disiplin NO
INDIKATOR
1. 2.
Taat aturan secara berkesinambungan Peraturan bersifat autoralif
3.
Memiliki batasan-balasan
4.
Konsisten dan Fleksibel
5.
Pendidik memberilahukan semua peraturan Menuruti perilaku yang berlaku
6.
7. 8. 9..
10.
Memberikan hukuman Pendidik berperilaku disiplin Peserta didik menanamkan minal untuk berdisiplin Menggunakan komunikasi yang efektif
JUMLAH ITEM Favorable Unfavorable 1,3,5,7 2,4,6,8
9, 11, 13, 15, 17 19,21,23, 25,27,29,31 33,35,37, 39,41,43 45,47,49,51
10, 12, 14, 16, 18 20,22,24, 26,28,30,32 34,36,38, 40,42,44 46,48,50,52
53,55,57, 59,61,63, 65,67 69,71,73 75, 77, 79,81, 83,85,87 89,91,93,95
54,56,58, 60,62,64, 66,68 70, 72, 74 76, 78, 80,82, 84,86,88 90,92,94,96
97, 99, 101
98, 100, 102
TOTAL
8 10 14 12 8
16 6 14 8
6
58
Dalam skala likert terdapat 4 kategori jawaban dan masing-masing kategori ini memiliki nilai tertentu. Penilaiannya dapat dilihat pada tabel 3.3.
Tabel3.3 Penilaian Skala Likert Jawaban SS S TS
Favorable
Unfavorable
(Sangat Sesuai)
4
1
(Sesuai)
3
2
(Tidak Sesuai)
2
3
1
4
STS (Sangat Tidak Sesuai)
3.3.2. Teknik Uji Instrumen Penelitian Penelitian yang menggunakan skala sebagai alat pengumpul data harus memenuhi syarat valid dan reliabel. Agar supaya terjamin akurasi datanya, oleh karena itu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Pada penelitian ini sampel yang digunakan untuk try out sebanyak 60 peserta didik. 1. Uji Validitas Validitas berasal dari kata validity yang memiliki arti sejauh mana. ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2003b).
Suatu alat tes atau instrument pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya
59
pengukuran tersebut (Azwar, 2003b). Oleh karena itu, untuk menguji validitas dari skala yang telah dibuat, penulis menggunakan teknik korelasi Product Moment Pearson. Adapun rumusnya adalah (Arikunto, 2003) :
ket:
2.
r xy N
: Angka indeks korelasi "r" product moment : Jumlah subjek
LXY LX
: Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y : Jumlah skor skor item
LY
: Jumlah skor skor total
Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran. Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggi, yaitu yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya (Azwar, 2003c).
Untuk menguji reliabilitas dari skala hukuman fisik dan skala perilaku disiplin, penulis menggunakan teknik analisa Alpha cronbach (Azwar, 2003c), dengan rumus:
60
a=[_k ][1_ LS/] k Sx' -I
ket: a : Reliabilitas k : Jumlah belahan tes Sj : Varians belahan Sx 2 : varians skor tes Adapun klasifikasi koefsien reliabilitas adalah mengacu pada kaidah Guilford (dalam Kuncono, 2003).
Tabel3.4 Klasifikasi Koefesien Reliabilitas Kriteria
Koefesien Reliabilitas
Sangat Reliabel
> 0.9
Reliabel
0.7 -0.9
Cukup Reliabel
0.4 - 0.7
Kurang Reliabel
0.2 - 0.4
Tidak Reliabel
< 0.2
3.4. Hasil Uji Instrumen Penelitian 3.4.1. Uji Validitas Skala 1)
Skala Hukuman Fisik
Berdasarkan uji coba validitas dengan teknik Korelasi Product Moment Pearson pada skala Hukuman fisik dari 74 item yang diujicobakan diperoleh
41 item valid dan 33 item gugur baik pada taraf signifikansi 5% maupun pada
62
2)
Skala Perilaku Disiplin
Berdasarkan uji coba validitas dengan teknik Korelasi Product Moment Pearson pad a skala perilaku disiplin dari 102 item yang diujicobakan diperoleh 73 item valid dan 29 item gugur baik pada taraf signifikansi 5% maupun taraf signifikansi 1%. Namun tidak semua item yang valid tersebut digunakan sebagai alat ukur penelitian, agar diperoleh jumlah yang sama antara item favorable dan unfavorable. Adapun nomor item yang tidak valid dan tidak digunakan untuk penelitian adalah 7,8,9,10,11,12,13,14,18,24, 27,28,29,34,35,36,37,38,39,40,41,46,47,48,49,54,55,56,59,60,61,63,64,65,6 8,69,70,71,72,75,78,81,84,86,87,88,89,90,92,95,99, 100, 101. Dengan demikian item valid yang digunakan hanya sebanyak 50 item. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
63
Tabel3.6 Item-item Valid Skala Perilaku Disiplin NO
INDIKATOR
1.
secara aturan Taat berkesinambunqan Peraturan bersifat autoratif Memiliki batasanbatasan
2. 3.
4.
Konsisten dan Fleksibel
5.
Pendidik memberitahukan semua peraturan Menuruti perilaku yang dianggap baik
6.
7.
Memberikan hukuman
8.
Pendidik berperilaku disiplin
9.
Menanamkan minat dan menilai tinqqi disiplin 10. Menggunakan komunikasi yanq efektif Jumlah * item tidak valid
** item valid yang tidak terpakai
BUTIRSOAL UF F 2,4,6,8* 1,3,5,7*
9*, 11*, 13*,15, 17 19,21,23, 25,27*, 29**,31 33,35*, 37*,39**, 41*,43 45,47**, 49**,51
10*, 12, 14*, 16, 18* 20, 22, 24**, 26, 28**, 30, 32 34*,36**, 38*,40*,42, 44 46*,48**, 50, 52
53,55**, 57, 59**, 61**,63*, 65**,67 69*,71*, 73 75**,77, 79,81*,83, 85,87** 89**, 91, 93,95** 97, 99**, 101**
JUMLAH Valid Guaur 2 6
4
6
10
4
4
8
4
2
54*, 56*, 58, 60*, 62, 64*, 66,68**
6
10
70,72*,74*
2
4
76,78*, 80,82,84**, 86*, 88** 90**,92**, 94, 96 98,100**, 102
7
7
4
4
3
3
50
52
64
3.4.2. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas instrumen dilakukan pada item valid dari tiap skala penelitian. Dari hasH perhitungan uji reliabHitas terhadap instrumen dalam penelitian ini diperoleh hasH sebagai berikut:
Tabel3.7 Koefesien Reliabilitas Instrumen Penelitian Instrumen
Koefesien Alpha
keterangan
Cronbach Skala Hukuman Fisik
0.8202
Reliabel
Skala Perilaku Disiplin
0.9147
Sangat reliabel
Berdasarkan perhitungan statistik rumus Alpha Cronbach dengan menggunakan komputerisasi SPSS versi 11.0 diperoleh Koefesien Reliabilitas Alpha Cronbach sebesar 0.8202 dari skala hukuman fisiko Hal ini menunjukkan bahwa skala hukuman fisik reliabel. Sedangkan Koefesien Reliabilitas Alpha Cronbach untuk skala perilaku disiplin diperoleh hasH sebesar 0.9147. Hal ini menunjukkan bahwa skala perilaku disiplin sangat reliabel.
3.5. Teknik Analisa Data
Data yang telah terkumpul selanjutnya perlu diolah untuk dapat menjawab masalah penelitian dan hipotesa penelitian. Penulis menggunakan metode
65
Korelasi Product Momen Pearson, dan dalam pehitungannya adalah dengan menggunakan program SPSS versi 11.0. adapun rumusnya adalah (Arikunto, 2003):
ket:
rxy rXY
: Koefesien Korelasi variabel X dengan variabel Y : Hasil perkalian antara variabel X dengan variabel Y
rx
: Jumlah seluruh skor hukuman fisik
ry
: Jumlah seluruh skor perilaku disiplin
N
: Jumlah subyek
Nilai r atau koefesien korelasi yang telah diperoleh pada hasil Korelasi
Product Momen Pearson masih perlu diuji signifikansinya. Pengujian koefesien korelasi ini penulis menggunakan uji t, dengan rum us:
ket: t r n
: Uji signifikansi : Nilai koefesien korelasi dari product moment pearson : Jumlah subyek
Keputusan: Jika t-hitung > t-tabel a 0,05 df (n-2), maka nilai r hasil korelasi signifikan.
66
Jika t-hitung < t-tabel a 0,05 df (n-2), maka nilai r hasil korelasi tidak signifikan.
3.6. Prosedur Penelitian
1.
Tahap Persiapan a.
Dimulai dengan perumusan masalah
b.
Menentukan variabel yang akan diteliti
c.
Melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan gambaran dan landasan teoritis yang tepat mengenai variabel penelitian
d.
Menentukan, menyusun dan menyiapkan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian, yaitu skala hukuman fisik dan skala perilaku disiplin
2.
Tahap pengambilan Data a. Menentukan sampel penelitian b. Memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian dan meminta kesediaan subyek untuk mengisi skala penelitian c. Melakukan pengambilan data dengan memberikan alat ukur yang telah dipersiapkan kepada subyek penelitian
67
3.
Tahap Pengolahan Data a.
Melakukan edit terhadap data yang masuk dan melakukan skoring setiap hasil skala yang telah diisi oleh masing-masing peserta didik yang menjadi subyek penelitian
b.
Menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh, kemudian dibuat tabel data
c.
Melakukan analisis data dengan menggunakan metode stastistik untuk menguji hipotesis penelitian dan korelasi antar variabel penelitian
4.
Tahap Pembahasan a.
Menginterpretasikan dan membahas hasH statistik berdasarkan teori
b.
Merumuskan kesimpulan hasil penelitian dengan menghitung data penunjang yang diperoleh
BABIV PRESENTASI DAN ANALISA DATA
4.1. Latar Belakang Responden Penelitian Berikut ini akan diuraikan gambaran responden berdasarkan jenis kelamin, usia dan kelas.
Dari 60 responden yang diteliti, sebanyak 25 peserta didik (42%) berjenis kelamin perempuan, sementara sisanya sebanyak 35 peserta didik (58%) merupakan responden laki-Iaki.
Sedangkan berdasarkan usia, dari 60 peserta didik yang diteliti sebanyak 24 peserta didik berusia 12-13 tahun (40%), 24 peserta didik berusia 14-15 tahun (40%), 11 peserta didik berusia16 tahun (18%), dan 1 peserta didik berusia 18 tahun (2%).
Peserta didik yang mengikuti penelitian terdiri dari Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA). Untuk Madrasah Tsanawiyah terdiri dari kelas 1 MTs sebanyak 10 peserta didik (16,6%), kelas 2 MTs sebanyak 15 peserta didik (25%), kelas 3 MTs sebanyak 15 peserta didik (25%). Sedangkan untuk Madrasah Aliyah terdiri dari kelas 1 MA sebanyak 10 peserta didik (16,6%), dan untuk kelas 2 MA sebanyak 10 peserta didik (16,6%).
RR
69
Tabel 4.1 Latar Belakang Responden Penelitian
I
Latar Belakang Jenis Kelamin Laki-Iaki Perempuan Usia 12-13 Tahun 14-15 Tahun 16-17 Tahun 18 Tahun Kelas 1 MTs 2 MTs 3MTs 1 MA 2 MA
Frekuensi
I
Persentase
25 30
42% 58%
24 24 11 1
40% 40% 18% 2%
10 15 15 10 10
16,6% 25% 25% 16,6% 16,6%
4.2. Presentasi Data 4.2.1. Deskripsi Statistik
Deskripsi hasil perhitungan statisik dari skor responden penelitian dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 4.2 Deskripsi Statistik Descriptive Statistics N Skala Hukuman Fisik Skala Perilaku Disiplin Valid N (Iislwise)
Minimum
60 60 60
95.00 109.00
Maximum 135.00 183.00
Mean
Std. Deviation
117.4667 139.4167
8.92809 16.47421
Dari tabel deskripsi statistik di atas, dapat diketahui bahwa mean dari variabel hukuman fisik adalah 117,46 dengan standar deviasi sebesar 8,92.
70
Sedangkan untuk mean dari variabel perilaku disiplin adalah 139,41 dengan standar deviasi sebesar 16,47.
4.2.2. Penyebaran Skor Responden Sebelum melakukan uji hipotesis, penulis menentukan kategorisasi pada hukuman fisik dan perilaku disiplin terlebih dahulu. Pengkategorisasian yang dilakukan menggunakan kategorisasi jenjang ordinal, yaitu menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur (Azwar, 2003a, h. 107). Secara teoritis, skala hukuman fisik terdiri dari 41 item dengan empat alternatif jawaban yang diberi skor 1 sarnpai dengan 4. dengan demikian rentangan skor terendah (minimum) yang mungkin diperoleh responden adalah 41 (hasil dari 1x41) dan skor tertinggi (maximum) adalah 164 (hasil dari 4x41). Sehingga luas jarak sebarannya adalah 164-41 = 123. Dengan demikian setiap satuan deviasi standarnya bernilai (dibulatkan), dan mean teoritisnya adalah IJ
(J
= 123/6 = 21
=41x3 = 123.
Dengan demikian, responden yang memiliki skor di bawah nilai mean teoritis 123 dikategorikan jarang mendapatkan hukuman fisik. Sedangkan responden yan memiliki skor di atas nilai mean teoritis 123 dikategorikan sering mendapatkan hukuman.
71
Penulis menggolongkan responden ke dalam 3 kategori diagnostik tingkat hukuman fisik, yaitu jarang, kadang-kadang, sering, dengan menggunakan norma kategorisasi (Azwar, 2003a).
(1.1 - 1 ,Oa) (1.1 + 1, Oa)
$ $
x < (1.1 - 1,0 a)
Kategori Jarang
X < (1.1 + 1,0 a)
Kategori kadang-kadang
X
Kategori Sering
Ket: X = Skor Responden
1.1 = Mean Teoritis
a = Standar Deviasi
Dengan harga 1.1 = 123 dan a = 21 akan diperoleh kategori-kategori yang digunakan sebagai berikut:
Tabel 4.3 Kategorisasi Skor Responden Skala Hukuman Fisik Skor Responden X < [123-1,0 (21)] = 102 102 $ X < 144 X ;:: 144
Kategorisasi
Jumlah Responden
Prosentase
Jarang
3
5%
Kadangkadanq Serinq
57
95%
-
-
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang jarang mendapatkan hukuman fisik hanya 3 responden atau 5%, sedangkan responden yang kadang-kadang mendapatkan hukuman fisik sebanyak 57 responden atau 95% dan tidak ada responden yang sering mendapatkan hukuman fisiko
72
Untuk skala perilaku disiplin, penulis mengkategorikan ke dalam tiga kategori, yaitu kurang disiplin, cukup disiplin dan sangat disiplin. Skala perilaku disiplin terdiri dari 50 item dengan empat alternatif jawaban yang diberi skor 1 sampai dengan 4. Dengan demikian rentangan skor terendah (minimum) yang mungkin diperoleh responden adalah 50 (hasil dari 1x50) dan skor tertinggi (maximum) adalah 200 (hasil dari 4x50). Sehingga luas jarak sebarannya adalah 200-50 = 150. Dengan demikian setiap satuan deviasi standarnya bernilai
a = 150/6 = 25,
dan mean teoritisnya adalah 1..1 = 50x3 = 150.
Dengan demikian, responden yang memiliki skor di bawah nilai mean teoritis 150 dikategorikan kurang disiplin. Sedangkan responden yan memiliki skor di atas nilai mean teoritis 150 dikategorikan memiliki tingkat sangat disiplin.
x < (1..1 - 1,0 a) (1..1 - 1 ,0a):5 X < (1..1 (1..1
+ 1,0 a)
+ 1 ,Oa) :5 X
Kategori Kurang Disiplin Kategori Cukup Disiplin Kategori Sangat Disiplin
Ket: X = Skor Responden Dengan harga 1..1 = 150 dan
1..1 = Mean Teoritis
a = Standar Deviasi
a = 25 akan diperoleh kategori-kategori yang
digunakan sebagai berikut:
Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Responden Skala Perilaku Disiplin Skor Responden X < [150-1,0 (25)] =125 125:5 X < 175 X ~ 175
Kateaorisasi
Jumlah Responden
Prosentase
Kurang Disiplin
10
17%
Cukuo Disiplin Sanaat Disiolin
48 2
80% 3%
73
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang kurang berdisiplin sebanyak 10 responden atau 17%, sedangkan responden yang cukup berdisiplin adalah sebanyak 48 responden atau 80% dan responden yang sangat berdisiplin adalah hanya berjumlah 2 responden atau 3%.
4.2.2. Uji Persyaratan 1. Uji Normalitas Data-data berskala interval sebagai hasil suatu pengukuran pada umumnya mengikuti asumsi distribusi normal. Namun, tidak mustahil suatu data tidak mengikuti asumsi normalitas. Untuk mengetahui kepastian sebaran data yang diperoleh harus dilakukan uji normalitas terhadap data yang bersangkutan (Nurgiyantoro dkk, 2000). Dengan demikian, analisis statistik yang pertama kali harus dilakukan dalam rangka anallisis data statistik berupa uji normalitas.
Adapun uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Dalam hal ini diperhatikan tingkat kesesuaian antara distribusi nilai sampel (skor yang diobservasi) dengan distribusi teoritis tertentu (normal, uniform atau poison). Jadi hipotesis statistiknya adalah distribusi frekuensi harapan (teoritis) (Tim Penelitian Pengembangan Wahana Komputer, 2006).
74
Berdasarkan uji normalitas yang menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov yang dilakukan rnelalui program SPSS versi 11.0 diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.5 Npar Tes One~Sample Kolmogorov~SmirnovTest
Skala Perifaku
Skala
Hukuman Fisik
Disiolin
60
N
Normal Parameters
'.'
Most Extreme
Differences
Mean
Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov·Smirnov Z Asymp. Sig. (2·tailed)
a.
Test distribution is Normal.
b.
Calculated from data.
117.4667
60 139.4167
.039
16.47421 .121 .121
-.091
~.O76
.706 .701
.937 .343
8.92809 .091
Hasil uji normalitas data skala hukuman fisik pada tabel di atas diperoleh angka probabilitas sebesar 0,706 dengan menggunakan taraf signifikansi alpha 5%, maka diketahui bahwa nilai probabilitas 0,706 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal, dengan mean sebesar 117,46 dan standar deviasi (SO) sebesar 8,92.
Sedangkan hasil uji normalitas data skala perilaku disiplin pada tabel di atas diperoleh angka probabilitas sebesar 0,937 dengan menggunakan taraf signifikansi alpha 5%, maka diketahui bahwa nilai probabilitas 0,937 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal, dengan mean sebesar 139,41 dan standar deviasi (SO) sebesar 16,47.
75
2. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui variabilitas mean dari data dalam suatu kelompok. Dalam penelitian ini uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan rumus One Way Anova.
Adapun hipotesis yang dapat diajukan adalah:
Ho = varians data bersifat homogen H1 = varians data tidak bersifat homogen
Pengambilan keputusan dilakukan dengan cara, yaitu dengan menggunakan probabilitas. Jika pengambilan keputusan menggunakan probabilitas, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah probabilitas > 0,05 maka Ho diterima. Sedangkan probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak.
Berdasarkan hasil uji homogenitas yang dilakukan melalui program SPSS versi 11.0 diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4.6 Nilai Uji Homogenitas Test of Homogeneity of Variances Skala Hukuman Fisik Levene Statistic 1.298
df1
df2
37
22
SiQ. .262
Test of Homogeneity of Variances
Skala Perilaku Disiplin Levene Statistic 2.450
df1
51a.
df2 26
33
.008
76
Dapat diketahui dari tabel di atas bahwa variabel hukuman fisik memiliki nilai probabilitas 0,26 lebih besar dari 0,05 (0,26 > 0,05) sehingga He diterima artinya varians data bersifat homogen. Kemudian diketahui pula bahwa variabel perilaku disiplin memiliki nilai probabilitas 0,08 lebih besar dari 0,05 (0,08 > 0,05), sehingga He diterima artinya varians data bersifat homogen.
4.3. Pembahasan Hasil Utama Penelitian Uji hipotesis dianalisa secara statistik dengan menggunakan rumus Product Moment Pearson. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS versi 11.0 diperoleh hasil seperti pada tabel berikut:
Tabel4.7 Nilai Koefesien Korelasi Variabel Hukuman Fisik Perilaku Disiplin
N 60 60
r hituna 0,421 0,421
rtabel5% 0,254 0,254
r tabel1% 0,330 0,330
Dari hasil perhitungan koefesien korelasi antara hukuman fisik dengan perilaku disiplin diketahui r hitung sebesar 0,421. Besaran nilai koefesien korelasi r hitung 0,421 dan r tabel 0,254 pada taraf signifikansi 5% dan r tabel 0,330 pada taraf signifikansi 1%, bila dibandingkan maka harga r hitung lebih besar daripada r tabel, baik pada taraf signifikansi 5% maupun 1%. Sehingga keputusan statistiknya adalah menolak He dan menerima H1 yang berarti terdapat hubungan antara hukuman fisik dengan perilaku disiplin. Karena angka koefesien korelasi menunjukkan nilai positif (+), artinya terdapat
77
hubungan positif antara hukurnan fisik dengan perilaku disiplin. Angka koefesien korelasi rnenunjukkan nilai positif (+) rnenunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel tersebut bersifat searah, artinya peningkatan satu varibel akan diikuti oleh peningkatan variabel lain.
Atas dasar tersebut, rnaka diinterpretasikan bahwa sernakin sering hukurnan fisik diberikan kepada peserta didik, rnaka peserta didik akan sernakin sangat disiplin dalarn rnenaati peraturan yang ada. Sebaliknya, sernakin jarang hukurnan fisik diberikan kepada peserta didik, rnaka sernakin kurang tingkat kedisiplinannya dalarn rnenaati peraturan yang ada.
Berdasarkan uji signifikansi dengan rnenggunakan uji-t diperoleh nilai t-hitung sebesar 3, 531 dengan nilai Habel pada taraf signifikansi 5% (n-2= 58) sebesar 1,684. Jadi 3,531 > 1,684 dengan dernikian Ho ditolak. Sehingga dapat disirnpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara hukurnan fisik dengan perilaku disiplin.
BABV PENUTUP
5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa data serta pengujian hipotesis, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hukuman fisik dapat meningkatkan perilaku disiplin. Artinya bahwa semakin sering peserta didik diberikan hukuman fisik atas pelanggarannya, maka akan semakin sangat disiplin terhadap peraturan yang ada.
5.2. Diskusi Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara hukuman fisik dengan perHaku disiplin. HasH yang diperoleh adalah ada hubungan positif yang signifikan antara hukuman fisik dengan perilaku disiplin. Artinya bahwa semakin sering peserta didik diberikan hukuman fisik, maka akan semakin tinggi pula tingkat kedisiplinannya terhadap peraturan yang ada.
HasH penelitian ini sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh Hurlock (2004) mengenai fungsi hukuman, yakni menghalangi pengulangan tindakan yang
tidak diinginkan oleh masyarakat. Peserta didik yang telah dihukum fisik dikarenakan melanggar peraturan biasanya akan urung untuk mengulangi perbuatan yang salah yang telah dilakukannya, karena ia akan teringat 70
79
dengan hukuman yang pernah didapatinya tersebut. Mendidik, peserta didik dapat belajar sebuah tindakan benar dan salah dari hukuman. Apabila peserta didik melakukan kesalahan maka ia akan mendapatkan hukuman. Sedangkan jika ia tidak melakukan kesalahan maka ia tidak akan mendapatkan hukurnan. Memberi motivasi untuk menghindari perilakju yang tidak diteima masyarakat. Artinya, memberikan penjelasan mengenai perilaku salah yang tidak sesuai dengan norma masyarakat akan mendapatkan akibat perlakuan hukuman yang akan diterima.
Dalam syarat-syarat hukuman yang dijelaskan oleh Hurlock (2004) bahwa hukuman harus disesuaikan dengan pelanggaran, hukuman yang diberikan harus konsisten, bentuk hukuman yang diberikan harus bersifat impersonal, hukuman harus konstruktif, hukuman harus diberi penjelasan agar peserta didik melihatnya sebagai hal yang adil dan benar, hukuman harus mengarahkan ke pembentukan hati nurani, hukuman tidak boleh membuat peserta didik menjadi terhina atau menimbulkan rasa permusuhan.
Hal ini pun setara dengan apa yang dikemukakan oleh Abdullah (1990) bahwa maksud dan tujuan dilakukannya hukuman adalah untuk menjadikan individu jera agar tidak melakukan pelanggaran. Dengan kata lain, setiap individu yang melakukan pelanggaran maka ia akan dikenai hukuman, baik itu dengan menyuruh peserta didik melakukan perbuatan yang tidak
80
menyenangkan (restitusl), mencabut suatu kegemarannya (deprivasl) ataupun menimpakan hukuman fisiko
Menurut Balson (1996) penerapan hukuman akan menimbulkan masalah, diantaranya adalah semakin banyak peserta didik diberikan hukuman, untuk sementara waktu akan menindas perilakunya itu lagi. Prinsipnya jelas, yaitu jika ingin mengendalikan perilaku dengan hukuman, maka peserta didik harus terus menerus dihukum setiap melakukan pelanggaran.
Dalam upaya pembentukan perilaku disiplin, berdasar pendapat Sukadji (1988), dapat ditempuh dengan cara melatih disiplin, yakni dengan cara berkesinambungan, autoratif, adanya batas, konsisten dan fleksibel, memberitahukan semua yang diperlukan, melatih kebiasaan yang baik, menggunakan hukuman seperlunya, setiap pendidik mendisiplinkan sendirisendiri, pendidik menjadi contoh, menanamkan minat disiplin dan menilai tinggi disiplin serta menggunakan komunikasi yang efektif.
Dari semua teori yang ada dapat disimpulkan bahwa perilaku disiplin dapat dikendalikan salah satunya dengan hukuman, baik itu dengan menyuruh peserta didik melakukan perbuatan yang tidak menyenangkan (restitusl) , mencabut suatu kegemarannya (deprivasl) atau menimpakan hukuman fisiko
81
5.3. Saran 1. Untuk pihak pond ok pesantren perlu adanya peningkatan dalam upaya membentuk perilaku disiplin. Peserta didik yang sudah mengikuti dan mentaati peraturan atau tata tertib yang ada, harus mampu menumbuhkan kesadarannya sendiri untuk berdisiplin. Sehingga peserta didik tersebut, tidak merasa terbebani dan terkekang karena adanya peraturan. 2. Untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penerapan hukuman fisik dan pembentukan perilaku disiplin, hendaknya sampel penelitian tidak hanya peserta didik tetapi juga melibatkan para pendidiknya yang menerapkan hukuman fisik untuk membentuk perilaku disiplin. Selain itu, teknik pengambilan data pun dapat dilakukan dengan wawancara dan observasi, agar tujuan hasil penelitian lebih mendalam serta memperoleh hasil yang valid dan reliabel.
3. Karena instrumen dalam penelitian ini hanya mengungkapkan tentang pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik, untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat juga menyentuh pada unsur kewajiban peserta didik dari peraturan yang ditetapkan.
82
4. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini hanya menjelaskan aspek-aspek perilaku peserta didik yang tidak mematuhi peraturan. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat menjelaskan dan mengembangkan aspek-aspek perilaku peserta didik yang mematuhi peraturan. Sehingga tidak ada anggapan bahwa peserta didik selalu berperilaku tidak baik.
DAFTAR PUSTAKA
AI-Our'an. AI-hadits. Abdullah, A, S. (1990). Teori-teori pendidikan Berdasarkan AI-Qur'an. Jakarta: Rineka Cipta. Ahmadi, A (1991). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta. _ _ _ (2001). IImu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Arief, A (2002). Pengantar IImu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers. Arikunto, S. (2003). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Alsa, A (2004). Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif Serla Kombinasinya dalam Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2003a). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. _ _ _ (2003b). Validitas dan Reliabilitas. Yogyakarta: Sigma Alpha. _ _ _ (2003c). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Balson, M. (1996). Bagaimana menjadi Orang Tua yang baik. Jakarta: Bumi Aksara. Chaplin, J., P. (2002). Kamus Lengkap Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Davidoff, Linda., L. (1988). Introduction to Psychology. Psikologi Suatu Pengantar Edisi 5 jilid 1. Mari Juniati (Alih Bahasa). Jakarta: Penerbit Erlangga. Depdiknas. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Dhofier, Zamakhsyari. (1982). Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kiyai. Jakarta: LP3ES.
Djiwandono, S. (2002). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Durkheim, E. (1990). Pendidikan Moral: Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga. Gorden, T. (1996). Mengajar Anak Berdisiplin Diri di Rumah dan di Sekolah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Gunarso, S. (1995). Psikologi Untuk Membimbing. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hasbullah. (1996). Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintasan Sejarah, Pertumbuhan dan Perkembangan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Hurlock, E. (2004). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga. Kartono, K. (1985). Psikologi Terapan: Bimbingan dan Dasar-dasar Pelaksanaannya Cet. 1 jilid 5. Jakarta: CV Rajawali. Kerlinger, Fred, N. (2000). Asas-asas Penelitian Behavioral. Ed.3. Yogyakarta: Gajah Mada Univesity Press. Kuncono. (2003). Laboratorium Komputer Psikologi (SPSS 11.0). Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Persada Indonesia. Lewis, Ramon. (2004). The Discipline Dilemma, dilemma Kedisiplinan. Emalia Iragiliati, L (Alih Bahasa). Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana. Parker, Deborah. (2005). Menumbuhkan Kemandirian dan Harga Diri Anak. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya. Partanto, et al. (2001). Kamus IImiah Populer. Surabaya: Arkola. Paul W, Robinson, et al. (1992). Psikologi Populer: Tingkah Laku Negatif Anak. Jakarta: Arcan. Pohan, M., I. (1986). Menyongsong Masa Depan. Karang Balita Seri I. Jakarta: Gramedia. Purwanto, N. (1995). IImu Pendidikan Teoritis dan Praktis Edisi 2. Bandung: Rosdakarya.
Qomar, Mujamil. (2005). Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi. Jakarta: Erlangga. Scheafer, Charles. (1987). How to Influence Children. Bagaimana Mendidik dan Mendisiplinkan Anak. Turman Sirait & Conny Semiawan (Alih Bahasa). Jakarta: Restu Agung. Severe, S. (2000). Bagaimana Bersikap Pada Anak Agar Anak Bersikap Baik. T. Hermaya (Alih Bahasa). Jakarta: PT Gramedia Pustaka. Sevilla, at al. (1993). Pengantar Metode Pene/itian. Jakarta: UI Press. Sukadji, S. (1988). Keluarga dan Keberhasilan Pendidikan. Jakarta: UI. Sukardi, K. (1983). Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Seko/ah. Surabaya: Usaha Nasional. Suryabrata, S. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Ulwan, A, N,. (1980). Pedoman pendidlkan Anak da/am Islam. Alih Bahasa: Saifullah Kamalie. Bandung: Asy. Usman, H. & Akbar, S,. (2001). Metodelogi Sosial Cet. 4. Jakarta: Bumi Aksara. Khoiron. (2002). Mencari Titik Temu Pendidikan Pesantren: Antara Salafiah dan Modern. Majalah Pesantren, Edisi III, 48-54. Mu'tadin, dalam http://www.e-psikologi/2002) Sidjabat, B.S dalam http://www.sabda.org/leadl_ htm I mendisiplinkan_ anak. htm). Setiawani, M, dalam e-BinaAnak edisi 215 http://www. publikasi/e-binaanak/2151 Suprayetno Wagiman, dalam 11997/0ktoberl hkmanak.htm.
http://www.indomedia.
Sabda.
orgl
com/intisari
_ _" dalam http://groups.yahoo.com/group/ masjid_annahl/message/546.
Lampiran 1
UJI VAL!DlTAS SKALA HUKUMAN FISIK
itEM PERNvAtAAN
NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9; 101 11 12 13 14 15 16 17! 18· 19 20 21! 22 I 23 i 24! 25 26: 27 28! 29 30 31 i 32 '33 34: 35 36; 373Ei"i 39 , 40': 41 i 42 431 44' 45 46 47 481 49 ~ 1 43423133313 1 ~ 3 4 4 312 3,2 3.2]:3L,.1 ,3,.31~ 2,~~_,.2.1!3 3 3. 4 _~ 4 .1_4. .2. 3 [ 2 , 2 ] 2 . : 3 . 3 3 2J3._ 2 3 2 4 2 3 3 4 3 3 2 3 4 3 3, 4 4 3( 3 3 } 3 :,~ , 3 L3 ,3, 3 [2 1 1 2 2 i 3 4 4 3 4 4 3 3 ii 2 3-,[ 2 3-. j 4 .~ 3-, 4 2 ~ 3. 3 1. 4 4 2 3 4 1 3 4 4 2 4 _:3." 3 j 4 4 3 2 4 4 4 3 4.l._.43". 2 4 :3 ,,,?_.3- . . 2 ] 3 ? 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4' 3 ,,,,4, 3" 3 3 4, 4 3 1 3 1 3 3 2 2 2 4, 4 2 2 1 3 3 ~j 3 3 1 4 ,2: 3- I.! i3__ ' 1 3 1, : 4,.34 1 4 2 ~. 4 ... 4, 3 4 3 1 4 4 4 3' 3_ 4 4 4 3 33324414421332332 3!-f 3 -";3 4 2i-3-'-214'2 3' 1'--.f .. i 2 ' 2 3 3 ' 4 " ' 2 ; 2 3 3 3 3 3 3 3 " 3 ' , 3 ' 3 3 3 5 6 4 3 3 3 3 4 42 323134233[3 'j') 4 3 1 3.<3-:3-- 4 4 1 - 3 2 " 2 2 2'--4'···-·3---3-"4 4,4 ? 4':2 3 i 3 4 - " 3 3:4; 1 7 3 3 3 ...2 1 1 3 :_2. 4 2 4 1,. ,3-. . 3' 4 2 2'2".3-.3 1 3 L?.L4 j 3-__ 2 .1 1',__ 2 ... 2! 3 2 _'''{",34 21.3 :T_' 3-. 3 3 j 1 3i 3 2[2: 8 3 2 3 .3 3 4 3 2 4 3 3 3 3, 3 3 1 3 i 3; 3,.,~ 3 1 1.3..!.33 2 4 2 ... 3 : 3 ! 4 1 4 2': 3 ,3 3-: 3 3 3,:3 3 j 3 4 I 3 ... 4. ~ 3 3 i 3: 9 334;33,31,33;21443_ 2 213"133;.4 3 1, __ ?[).:~ ..., 3 ? 4:JI:_3-. 1i2,4·-3-~~. 3 ' 3 4 ; 3 ; ) _ , 4 [ 3 3]4','3-'( 1 2 1 2 : 1 0 4 : 2 3 1 .33]1433-1214332 3 3 3.33 4 4 2 412.13.3 3 .3-12.2 3i21? 2.3 2 3 2i4 3-13-13 3[2 4 3,3 3.1 3 : 11 4' 2 1 "2 4 ? 2 '1 .?I 2 1 3 2 . 5 ' 4. 3 3 4 ,_~ ) , J 3,.? LA ..t=3-,J.X.;?i ~~ 3-.~'>f~?",1 i 3 "4 .:L~,3 .,,4-.43-14 :?] :t; 1 2 1 }:. 2] 4 3 12 3, 2 4, ,3 4. 3 .2.. _4. 3 I 3 4, 3 .. :3 . 3 ~. 3 3 [_2 .2 -.1,. 3 13-J_.1",J, ..,2'''I_.£.. l,?i 3-_ .4__ r~_J.: 3-.' 3, 1" .3- j 3 . .:3.; 43:1 3 .1",,: ,3- 3 3 2 ~_ 1 2 I 21 4. 13 4 3 :4 4 3 2 .3_ ,__4 43 i 3 ~...1.. 3 4 2 3-i .~_ 3- _~ 2 i.!J.JJ...3_", . .3-__.:_4-.1 3-.->-_3-._;__ ~' .1...I ,?! 3 . .1 . ,4.1 4 .,4 4 j 3-.[ 3 1.?] 2 : 4 2, L 4 2 3 1 4 [ 4 j 14 3,l,?_ . 3 1 3 3 ?:3 24.,3122333 2 2i_~ f..} 3!.~L..3-,L,LL.L.31.?r""~'! ...3-... }.L3-.1131'?';--'-'LL}--} 4,l4!3 L,2,',i3-,j3 4..)4 ..3- 2 31314; 15 3 L~ _3 .. '-~ 3 4, 4_ -.3 ? i 4 Ii 1 4~,_3 2. _.1 3. 2 3 .3 ,4- 2 .~"j"~Ll.~~,, :"~~. g,! ,~_ ",1J.. ,"?.-.~_.L~ 3!} .,_ ~.~ 3 ._..3- 2 j 3 ~.3 _2, i 3-"1 2 3 J? ,,:t. 3 3! 2 L~ __; 15 3 .. 3 .3 J 2 3 ?.~,_2 4 1 1 2.....~". 4. 2 4 ,_3'b.,,4-._.__ f. . },. 1 I ..4,,_.1.. -h4~.i.,,~_,,: ~! ~. ".~.~L?_.-L,-.'!: ... 2 ,,4 .~. L~ ._4 3, 3 Ii .3_1 _4: I' ~__ i 4 3_.1 .?~.3. _,1. 4 2 j3-.; 17 3 ... 3~.~ _4 .:3 3. 4 4 3 3 3: 3 4.4. 3 4 3 4 LX~ _~.--4 3 I 3-1 ..4__ L2.!.4,:? 4-. LL.?_ .. L~!. 1 1 ,? _~_~.~. ~." _.? 3 J j~_ L 4 ~,' 3 4. 4 ,,4 1 ~ 3 i3.,_. 18 3 )2.1 ~ ~.3 3 ~.J. ,._?~_.? 2 2 2 3 ,,2 2 3 3."1..;",,1,,_ 2 ,.~ 2 j "?i"}_,,I~?.. UU".?ILILl,~4,,.? .4 '3:. 3-.~ 4 .• 3.4 4 4. 3:1 2 3 1 4 1. 3 1 . , 3 1) 4' 19 4·1.2 ~2l-2 4 4 2.,,,4 4 3,4 4,2 1 4 1 4L",·L.... ~.;_4 3],3- ... 3:_!_3.!3:'i41,L!;U,,,,~.3:.,4..i4.l3 .•':::4--=-L?_) 4 41'3."::1.14.44 ",4-".,z-I4 3\3, 20 4·3,-l~,._1 3 1 3 4 4;3!3 4.,,4.~.,4 2 3-j,,2, ..3: _43[4 _3_._L·Li.L,i3-i4 ?',~.·3-,,!_3i2.j3·3;4.. A 4 4.A ..2 1 4 3 3 3,:;U4'3 31 4 : 2 1 3 3 - .... 2 . 2 . 3 1 4 . 1 3 - - 1 3 1 2 4 . 3 . 4 . 1 2 2 , 1 ' " , 2 3 3 3:3 . ?i3:.1 .. 3 i 2 j 2 3:.• 3 . ?.,'.3-21'2 3 4 2 3 1133:'3 3 3 3 ,3 3.'.~.,3.j3i 223.i",:3~J.)Jj; 4 3; '3: "2,, 2 J 4 L.3 3 ,3'~ "2",,_,),._~4.. 3 L_).':"~~'L(l·Tr 4.[ j ?~~~~~,:,,{L'~!14 "'3 _,,:i.,~,4 :A j 4 .~ ,':(~_~?: '4(2 4. i 4 j" 4,L.4.. 14J3f 23 4L.2.L,4.1 ..!, 4 3:.3 ,,1 4 1 [ 43".4:2._ 4 3 2, ~,?_ .. ,3 ..?: 4 ~_.,. 4 _.L4.1 3 2'? 2 L 4,,3.L3: 1 4 _4' 4 •.. 4.1 4 4 14._L!_ i 4.1 2 41 4 ,4_.- 1. 3 1.: 4J 24 4 L3.14.!.4' 3,4., 4.1.... 4".3._i 2' 3 4," .~".? __ ~ .4.2 ._4 __ ,,~_J._,,4. 3 i'.?'!I._4_L3:L~_1 3 3 J 2"1'_!... _4,~. L[ 1 4 3:",,, 4.-.! 3 3-L4-."L~_i 4.1 2 2.12 __i. 1 3-,1213 25 2 1. i 2L1 33:.3 ,3.4i 3 31,3 ...2.._ 3 3 3 2 f."2,,,;..}~J:41 .31.3-.-L31 3 3 1; 2 } .. ,31 3- [4 3 .4.13 43 _3:1 3:... L3:_! 4. 13 3:.] 3:.L.}_~ 4 3! 2 [3,l 26 3,.. 3 3;3 __ .3-.:U2!4.,.:3:.3.. 2 1 23:L.. ?_L,4,;.. 4 JJ._1_.LL4 3 3 3.14.3 __.3_]3_,3 3,2l4 27 31..1_".4:,;"334.4 4 ~,,3 3: 4"_,,,:t.~ 4 2: 3_.. _.?; 3:,,3: 3,,,?_._4. __.3_, 4_,3 4 2.~,4.,,3 4.2,4,1.3-_,_4i4 _4:l __=!LJ.4__ i2 3 [ 3 , .. 3 3,,3!13j3~
i
--.~_
X.
1'
1<
!
I
i
.?:J:' f ..
.3:J
i..
2.L41.~
f
F
i
__
~
~lU?".2'2i4
2.31}","~
2i1.i.~".4"
;: k!:::f:i.:,~ j",,~ ; ; .~ J=~ ,~:i ~ I~l ;._.__.~":. ~_ ,.. ~ ~ t'~}"1.T.~j'~; , ; i .~II:J::l.~~ I~_ ;!: tJ·J·; I; 1 ~ -j: : ~-J:i1:''''~ I : j ~ l:tIJ. i _~~j ~ 4_ :t::l:: ~ ~ ~ ,It:! 3,~.U .4.,~4_:4:"i11.-?i4" ~.1 ~,4 4;,_?L!_~ f.."L1.. ~,[,,1i41~ ,3 4,.",~~4l,4,L4-".L:tL~.l4 ~.t_4.L-4 4.4i414.~: 30 31 32 33 34
4 4 ~.~., 4 ' .. 1 3 L =!.1 .3., 2 3 L~. : __ 3-1..2 2' 2' 31 __!, ,42
3 4 4 l 3, 4
1 4 1-4 __4. : "~.'1.3 i 4_1 2 ,~.4 .L-? .?__ 21~' j 3 ,J ...3-~i34_' 4' ,,4 ,,_,,_L. ~_! 2j~'
:.~ 1.--{ ~.l;i··~l3:··----~····~ 4 .:4 __:4. ~... 3 l 3 i4. 4.3 4 1
3~1 ~ '1;
.. 4__ .~".~..L3- __ 2 __ ~.:. 1 .4.. ~._~.; 3 3..".-.2.3
4 :
21:
,,:4.L3-_
4
1 4 } 3 2.,.:,,3_~,,} .2 4 4~" 4 ' _4 __4 33-'j2",3: .?
~~'1~'-T~
~
L 4[,1 .... l.L,1[14.i4. ... .. 3 l-.?t"LL?l 3:.. 1 3 '4 4_1'~'" 3 1 .-? [2 ?--\,_.'L,, __4 : __2 I 3 i~I.,4..J ..} .. ! ~--.l 3 ~_ 1 1_i.~L :'LL~" 13 4 !,3, ..[",:4",iX,1 .-?_! 3 1, 2 j ~ .. 2__ L,,2, l 2 ~,L:LL:3 .. ",,3 4: :43"L,-?__ l ~. _ I 2 3 1 ?__ .L-.-£.~ 2__ L4 2 4 L3-_2,.L.,4.1 4,' 2 4,' 1- 1__1,_.1..1 4: ! 4 L 2.,-.'!._L"L.. _4: 4 1 4, ...4_LI..! .4.1 ?Lj~_._!._,,, 4 4 1 3 -?\--2.-L2.-l.A_.; 3! 4 ~,,,,L,,,i'r~.L~ 3 L3~..l3 : ~; 41.4.L~.. ~ __?.!,.3-"J 3 ~ i ~_L3".l. ~1·:,··_~_+ ·~i3 3]4 ,~,_=-·,·:·-L~·14'.3 .~__.:.4 ..._~1314L~_-L__~._,.3-_~2 "'!.L,,1.j},,..
1..
_
.. ;
1__
+_~j ,.3-,[
r4 i
~t1[3
"', "
.2 : ;
2 3 1 3
..34,.1_1._+._3-.
-;:3
·1~2·
t 4:;
'''1-13'
~2 '--f~-4
-'4''; f
412 [-; t 2 i"1 i'··~'l"3'~j'2·t':ft--3·j"1't3-r
E~~i=~~ K1~ 11 fl~i~:=-f'l: JI i~tr~t~. ~ JEt] ;~j liJIIEt~IJ: i i i=~: fL~ ~!i~ i ~i i~f~j:=~ ~ ~ IjJitttl.~ [~fl=t~ItlU i:NJj:r ~_12 3_I~L3~1..!-~ ~~ .±J~3 ~_l_~1~' ~OO ~'~'-I_ti.J..... 4m4 3_'l3ttt~~3t~ l,:tt~_L.?_L . ?.l--~"t.L _~~ 42
4S 4?
51
.~~
r~-
413131 3
4
4 -3 r 2 ' 4' 3 - 4 ' 4 '-4
3--12'12
i=m
__ '- _2 LLL4 1212L3 4 ~.± L 4_L±-~ ~ ~_I 3~~ ~_ 2~_~ " 4. L-Cln3~L~ ~ 1 ~ 4 3_ ...i..~_.L 3L2.l31313'414 314 2 _~_L~~ 2L3 2 4 2-~--14'3 3 3 4r---.1...~~ 3 2 f3 2 4 L1-1 3 i 3 l.L 4 L. 4_'_1 .?-L'!..I.....!....1... 4 I 2 J 4 1 • 4 1 4-r---2!3i 4 3 I 2 4 I 2 2 1 4 I 4 I 4 12 I 3 , 4 I 4 2 2 1 3 3 2 3 3 3 2'3_1312 4L3 3 4 1 3 .LLJ.. L3.fj-L.?_i3TTI3_ 4 313 3 3 312 14 13 1 i 3! 3 1 3 141 3 3 1 3 " 3 1 ,I, I 4 ',LL 2 3 2 3 2 4 _3 i4r31 3 2 __ .~__~J 2 3 i 3' 413 2 31 31 ~-L3-++-4_ 3! 3
,,4J L£.. _3... Q...L~ _L! ~
-._- ~J 14I~: "--?~ ~_~J r t=i .?2. _48
1 4
Cf:l t..1~ }~1 2~;..._~I3~3~ 2-1-2-Ul-.£r~4i4--L4..J .1J_~ ~L}J. ~L!..L3 r
l=%fT.[, r .f"
r
I
3-rf
4 1I L 313 1 2L2
1
Q
4 ,..LL.i...L4-----±_ 2 1 3 I 1~L~ 21341431214 12
11
~! '!
it
-!..I J _L 1 4_~.L1...L±.- _.1... 4__
3 31!. . .?-~fl ~ "[Jr_~_L=!..I_L_ 3[3 L~__ Q_~-1 ~ -I ;n_l~~ 3 ~ _1-.11_L~~L~ l-£L~_._31..?_I-t++r K++,
,,2 I 1
4
,,_~" 3 4
1
3 L2 2-1 2 1 2 L...± 3 i 4 1 4 2 2L2-12"...3._~L~ 3 3 4 " 3 2 1 213 2 4 ? 3 i 3
tttt
4 4 I 4 I 2 3_.L2_t2- 3l~m-
,~H-ti1-~,1l!I~ 3 U-I 41 3
3r1
~fL~r,.~i _ U:' ,i.L~
11413!3
3
4
3
3T.
[-_3_1::[:1.3i 3 1 I 1 4 3 i ?_L4J 2 4 ~ 4 I 4 " .ti...3-_1 2 i 4 [ 232 3r3f-UL'''2 2' 2 ,--, 2 14 I U23": 3 3 3-1-'--4 3 3 4
~t:m
dt; f';'f; rT~:~R+!';'~ ~ ~';,; ;~~ ;,;T~ff,-!;; ;;1 ;:;,;,~;i~T;:;,;I;T;,;rL~rtGH-; Hfl
Lamplran 1
UJr VALlD1TA$ SKALA HUKUMAN FrSIK
NO II
II
rrEM-P-ERNYATAAN
8
51 52; 53 54 55 56 57 58 59 i 60 61 62 j 63 ; 64 65 66; 67 ] 68 i 69 70 71! 72 I 73 " 741i~ 4 3 1 3 3 2 ~ ,,_ 3 _~._j 3 4._ 4 _~-.. 4 4 4. 4 ? 3 _"..._:3. ,~ ! _?,J,X..: 4 ~Q_~ __ 3 4 3 4 3 3 3 2 :3,; 3 ? L ,,11 3 3 3 1 3 4.', :331~J.:3 ,3 217 4 . ~ __ ,. 4 3 3 2 4 ~~)-. 4 4 4 ~_4_.: 4 4 3 _~ _,__ 3 4 ~,,~':1 " 4 ! .1:,L,,:3.:.. _L~~ -~.~ 4. 4 31332 24 312413 12314311 312,220 5 . _,,,, ..,--- ,.--.-. ."..,,', ,.--..-... -._--" --._,.-3 3 3 2 3 ~__.L 3 3' ,,3 3 3 3 j ;J,_l 3 __ 3 3 2 _2..,; 3 _~._ 3 I .~._J __?_,.c... _1, ~~_ } :3 3 ..__:3 4 2; 4 :3.::3__ , 1 3 3 _~: 1._ 4 1 3.;! L 3 . ~ 4 j:3_,L~_ .. 1 _~,~ 4._ 2 2 .. ,~ 2 2 j _?_.. 2 _~""i 2 3 ...:3 1...1. 2 ~ 1..i _:3': _~_.~..2 ,1 3!1! _:3 ~, __1 "_...!X~_ 4:" ,3 3 3 3 2 I 3 3 ".4 i 3 3 3 1.4,' 4 3 3' 4 . 3. 4:,,' 3 4 i 3 1.3: 4 229
12
:J ~j .~ .~ It .~ 'n ~ i Hli ~: i;i[i;l:d',,_~ ~ I~JI~t~i: :~ L.:3_+_~_~l@_ 31...:
23
-4""··4-'~·"'?,:
;:
~ ~--}·t'-~ , ~ Ii~-}; 1~--+·",,~,-L}"I'-~'--~+"'1:-~+--~"" _....,. --;. ..... - ~ .. ~. ~J J,~. I" j-"i"·}+1-'~-~'-'--~'i;~ ...._._.. ._. . .1+_.L._~., . . . .... ,....--"'~{~ __ .
1 2 3 4
5 6
7
t~
fJ
~---,'
2
:3
3!
I
3 _,.:3
_3.... : 4
,···--"l---"---~·,-
?
3LL,:3_i 1
:3_
i.?_:... 4__.L:3, .
_ 3
__
j~!~ !lH t:li~il ~.I~lnI!t~~~I~! ~: ~-::i! !: !i=j:tiLi=l! 1" ~tr :~+ll:tL~I*:tl~11*~ 34:
'2'-~-'~4-'1~fr4"( '1
.4.:,
t==i
2:·--I-~,rr'3--'"4'''I-rr''3--i'-H,~TT3''~·,,''f:J':·.'3'''''"3T1
==!!!
:?2"o"
;~ ".: _L~j,',',~~,_L1J", ~ !} t1~~~=: _tl.:~._.!t~1=L1:t~~=J:.I.jJ-:.1~t~'11.J:Ll:~l".~~J:J: :1j=[::,,~t
.~~.j"J-3T=-LL. E*f=}t~1··i-iI!lllt: 'i~f*l·t1+~·lHt-:}il*}:t~t1f !rtJ=tr++:} ==~!! £L3L 41..4-+-{r-.i.n.:E}]:IILIT~Ttllf2L 3t±~~:p: ~4§
--1+,-.}-r.~-!; t--~. ..L-i~-Y-J+r+L~" .• -~ i.'---l~I+~-~ . ~:r"..O:iTiiJTI'H+=tl+.1 i 31 3Tl.
~~"-}+; I i j"."I+L..}I~-r+~} ~;* 41TroT2 I ?--,rL 4=:+f-7-~P4
--215.·.. .•
J~+I ~ : ~ HHf+Ri++I+ +I-H+i ~ 'HH 11 ~ ~ Wt ~ ~JI ~ ~L2 i f-t"r~ _L~!L:3",_~~ I L,!",
__~
3U-L..!",,'T-l4..l 3 L!-.-l.} ! 3 I 2 f3!3T3"T3TT
4 1 49 3 i 3 r --~50- 314'r'2T4TTT1"T41314T2 ~4 ,-- ~..!,,_4__ .~ 1 '3 4 4 2 4 i 3 52 3 3 i 2 I 3 I 3 i3 3 3 3 3. 3 ! 3 53 1 3 3 3,4 4 3 3 4 4 3 4 ~t-tI3 31413}313 3 3 4 3..14 n 3 I 3 3 3 3 I 3 I 3 3 3
.ffiffL..!..L
55
31 14
1 1 1
4
41 1 1
!.4
3 4 4 3 4 3
14
3
3 I 3 I 3-r'3 3 4"T3i 3 4 I 4 Uti 4 4 _3 I ·n 2 I 4 2 4 3 i 3 I f~rf"" 3 I 3 314L.1... 4 4 4 413 4-1314J3 3 414.J'"4 1 I i 3 1 :l 3
4 3 3
r-t-t--t
{-et ~
2 4 213 3 3 218 3 4 222 3 3 233 2 3 3 202 4 4 2 238 344233 3 I 3 14 206
3"L4_-+_3,
4 4
TO'4TT!
I
I
Lamplran 1
UJI VALIDITAS SKALA PERILAKU DISIPLIN ITEMP'ERNYATAAN
NO
1 2 3 4 5 6 7 8 1=44443222 2 3 3 2 3 4,3 3 4
9 I 10 11 12 312i3 3 3 "i: :f' 2
13 3 2
i
14! 15 -16 : 17 18 191 20 21 22) 23 ; 24 25 26 i 27 28 29 30 I 31 32 33 34 i 35 36 i 37 38 39! 40 1 22344414:44443241'21134223443 2--<--~f 1 i f-~"-4 --4--·"3 3 '--'2"'''2~--'--1'''-1 2'~; 2,2':3--- 213! 3--2-"--"2 "3 1 "1 "2-'- 2.-1
~ ~:~ . ~i . ~ 'Ll=~ 1iIi; f~:ih!:;1FLtt: r~r:{~i=ILiilr~1 ili=~L=il I Ltt~!1
t· ~ ---''i ---l):-:"-~t :-.:-i- ~ !..=:~t-;-ti -i::-,,~=l '-1~::---~~··=~ l ;--~~:I--tr-!=: !--I:::l:j ~~~:~l"::=~ i:" '-~ I~-!'--' i-" ~ I_~;J 11~~: "=r=~ -,···1J j~ j~ ,tjj i: ~til: ~ lUl~~t[ r:l)1Llit![]~=ii=i~rtl~L f~ \ = 1\ l:~t}1 r llJilL t-i--i~~- -;% -}' ; "-~. -1-}l ~.-- -~ "~'-'i---{----"} 1- }". ~-- t--}~-·t·,!---~ ~--1-·+··-~--,-t----~ ".- +-----.~ I---~-'j" ~-.: ;- -~}! - ~--._~~- ~-j !-~--". ~ :----j.-.. }..~ -~ -1----1 1 ·i~ til~;lIirlflTl!·r I[fI.ILUl~littftjtitlII~~Et=!·-rJIIU~1 i:f!t=tf~~ IttlJEU1I ! ,---i i
1-: -~~ --1 ~. ~
,~ ~ -l.~!
!
1-:l ~~)tiit~Llr! Hr r~~ ~n ~n f- Fttt1 L~~ it~l ~~ !~: n1~: irl' ~=~r=~ ~I rnr~!::llt
~!
1
j----I
~: -~
23
26 27
::}
-% : ~-! ~ 3
~ _ ~
I iJ-2_='!; 1: 3
11~£: ,,?__ ~_3
-~ l &-r ~ ,§ j } 1;- 1- --}---t--; ;_l-~
-4-- -3
1:!4
~31 ~~
1
:3
Li~ 2:-2 I ~_-! i ~}_ t "[L~3
1 ~3 _~3~. 3,_4: 3 13
..! L-i._
j
2-[~:1
=--4 4 _ 4
:J--~=:[[ ~ :-2~! £=~
2~t-=~j
3--=~-~21 3=~
--:f=~-3~ 31~3
It ~ ~ ~-j ; r-; 111~~~·-1· t' ~ I~~ i }; 1j ~ I ~.-~-,~ H- ; j-;-L--}l ;-f ~ ~ I I"'~ 4-.1_! ~14 l4 [ __=I=~ ~ 3~. 3 f 3_~ ~~~ 3 1 3 I 3=--=3-[=~_\ 2 . 4 ~---z--(J 3_f2 ! 4 2 I _2_._3_L1, 1_ 3 i 4 . 3 __J.......L-1J 3
L
~ i_l_~,
3~,
-
.=-4 _3 t
3-: 3 T 31
3
•
~~L4~
L~
~~3_~1
~_~
;: _~_~1--:-~-~--_~ t }j_~~:J J ~i ~- i-l-}~;. ~ -i=t1-~}lt-~ ~-~-~[;_I ~--f-ll c=~=-~: f; ~_!~!=t ti; !_~ j ~=-=J ['=}f_~--_~~-Lt±~j ~~~--}-I ~~- ~-- %, ~ -1 ~ ~ ~ ~+ ~- ~ -t--11-~ 1-; -tt-~ : ; I ~-_. ~ r}' }! ~ r}! ~--~ ~~~ . ~-t-~- ~_~_[l_; ~ } t-; ! ~~:-~- -; I ;-'--~-I-H--~~: }- -~ 1
1 131 2
4_ L
-~r35 :rr ~J ~~i4 ffi \Ii ~2 ttt r! ~~; ~~:~: 1-~1~~~Jn.Li f=1~1 ~[!tt~jt tl~}i fEt:~I~! Ir !tttsI ~~I j
; ;
4.~ ,_3 ,_2 ~ ~~L~ ._~ 121 I 3 __ ~ L_~..l2_L4 [2_1 2 --3 .l.J 4 _ 3 ~.i_t---3 :_3 L..L' ~ ==4 ~ ~
36 37
~:-- -{--11 ~ ~-~ ~~-I-;
--;
~~_~._?_ 3 1..L_~"_3 3 } L~ ~ ~ 4
~ 1 ~ --}~ ~ ~
~_L41....~1 3__ 3_ 3_L3~] ~ 1_3: 3~3 ~4 4 1_2_,_2_L1_1 2 1_41 ~~4_ ~3__1_?_._3 L~~ 3_, ~t2. ~_L_~_31~, 3_l_~_, 4.....) 3L_41 ~~3 _3 _ 3_.~3~[_~13_i 3_1 31 3_~__~~_3 _ 3 _ 2J 3~L3l 3__~ 1_L_4~2: ±'_~2 __~. 3~1 31_21 3~_2 ~4. LL 4_i~3~~ '!._, 3__ 1_4_1_3~~_4 _2 I 3_~ 2 L'!-LL. 'L ~
~-~~ ._~ r~ ~ ~-. ~--i ~~r; ~ I }-~5 ~~ --}i; 1 ~-:---~~f; ~~ ~--;---~: ~-:; l~~~t---;-~-}I ~ t
;+~~ -i.~~fr:. .r\=~::11-'.-~Lfl::1::;-'~=-t: ~:~-}:1; ~ -~-. -. ~ L~ :~~+F:'} .-~ ~ I ;'fLr ~ ~... >~.~ ~~~ =P::}~: ~ I~-~~ f~f ~_l }F: - -.l L:C{-.; f=f-~::I-~+f.: ~, ~_L .~ ,_~J. -+7+-~ ~-314r1'-4-12--4i1
40
1
__44_ 45
~~!_...i 4 1 4
t=47
=+f::,
~~L± 4 14
I
f-
3-L...3 _!.-1_,_3_
i4"
I
4 I 4 r 4
-~·46::' 2.-'.T3T2T2 12 \_48
50 1
I
-f
1-7..
...
-
4'-f'--1T1~ :2i4
1 4--1
._'-L. - ...
~+-~"H-.--3 ~_~__ '_1_4_1 ~_ 1 1 4 I 4 4 l' 4 4
3T4:~
:C
2;4131412,2
3
3
21 312
2'~L1
413~_
3
3 ' 3131 2
2
55443-133
3!3'31.·!
2313.21333313
1
534 54 4
4 4
I
434214"1341441444
3
3
~4
-.-LL!...
2 2
1
4 I 4 I 3 I---±"" 4 1 3 : _4 I 2
3
-. . -
3 :.4 2 I ~L?_~
i
1 3 r 4 1 4 4 I ~ I ~_. __ 4 3
L.'-.t::t...+:I_1_3_~...J_3 1 3 i 3
4--1--3r4-12-!-4-~3-;3--4
I
4 I 4 3 L?~
4 3
4 2
3T2 -*+;!-~::t:-?~
IffiEE
4141312:21414 4 4 3 3 3
'12
4!414
~
I
1
1r3
4
4
4
4-14 4
4
3· 3 ~ 4
4 i 4 1 4 1 4 I 4 I 4 ! 3 I 4
3 3
4 3
4 2
4
4
3 1313
2
3
3
3
3
3.1. 3
--
--
!_LU2.l2__~~.. 3 3 14 4 ~_4 !_L~_L~_ ~ _~L..!4 i 4 4 I 4 4 4 4 2 4 4 4.,.L3 4 4 4 I 2 .--or'lr ,CTt·44-n~+..t·-,r"'4-1 '·;-3-"L'.ULL 4 c-t .JU 2
3 4
~
3--2'--4'i~--3-r-1~13 2~t
L...
1
1 _"!4 I4
52
4 4
-;
-1;--4"'2-3
~~+.J-+ ±..:.. ...._-':_...1.1 4 L±. 41 4 + 4 f.4- ..i .i.Li._LL.J..~LU L 4 "'~-·4 f+r-~LU~_i-3-f+R[,~TI:L ..3. '.:._4 i 3.r ......i ,.·1-3"'13 3 2 313 i 2l...21.2~rT:mr-3·. I 1t-'"4-! 1 3T4 i -l--H r-4.
2Lz. 1 4131 4 I 4' 2.J...'L
3!3:1
• •--iT3
>
3
4
__
4 ,--~J 1 _ _~_+ 1-l_4_ 1 4: 4 4 2 I 2
4 4
2~=2 1_'-Y·-3-,-I-i~+
4~ _:l.J....3.
4
312
-4... LL~~ 1
1
33
3.:::11.1-+7 . 131-'-.1_3... .2.. 2 f...4-+-~-f-}--W~-b--
3
~4
3
3 I 4
3 ~
3+...2 r++-?...L....3 ~:_~
__1 2 4 1 3 [ 3 1 1 4 4 3 4 4 2 4 3 4 ' 1 1 2 1 2 1 4 2 3 3 313! 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3 3 2 3 2
2
3
3131'~12
443333"
2j212
413
4
Lampiran 1
UJI VALIOITAS SKALA PERILAKU OISIPLlN
NO
_.-,; 1
-:
__';'
ITel\fpERNYATAAN
a
«i~ia
u
a
a
-433,132
~:r
51
00
3i2
52531"
111'2
-l- ;--~~,,:i; 4_::--: _~. i -~- i ~
~
i
3
58
; ---~
60
61
62
631"
68
~!70171
1211223434432
3i3:4
~
~
~
tlJ I: ~~:~-~~ _'_~, ~-._ :__:,~ ;
-~; ~ 5'-·" -j.- ~ ! ,~- ; f -}---j J' =f,:-~:Ij -~-;'-:-i '.-1~3_~; [{--~ ~ j-1:1 Ii --~ ~ 1~ ~ --~ -j---; -----: i -~- ~ +'1--+-+, -:
3
H
.--~
-- -1- ,~-;
-'r--: ~ \~,
-~: ~'_~ =1"
.
-~--j- ~ -,,-~,
I
~
~
1-
~
~
j~t;tl,h:ll' I=i Iii Htl~; !~,il~l~i
72'73 2
n
75~76
77
78
112443
n~80 1
81
~ T"~ ---,~
L,
~-.
, -} i
~- !-.--}~-
~ "'_~ j~'-- ; r ..
~; ~ ~;
i ~
=r_;__ '~--t'-]~r,,~=:---~--l~l~ ,~,~=~~~~~=l rr-:--~_~-_~_-:)---~~:-T'-J ~ ~-- i" . _~-- --1''----~ ~ I: ~ -~-1- ~ : ~ :=~ ~+ t\ rlE ITT }-:+iJ j' ~i ;:~]~= f;J
-~ L_~ -._-} :---~, i, ~
j: }
-++- ~_.
n
4,144
~ ~_~~ ~~~_ ~_',~>i ~ !- ~:~'1 ~0~ --~" ~-_~~ -k.~~f ::~~- i'~ ; _~-~~ ; ~_ ~
r-=~~- '--F-~--~--:~; - i. ;_,=f'>L:-:~--r:--~- ~~:,>1=;
: ~- - ~J ; ,.. j ~-- ,- ~---·-4 -j ~--: i ~,-} ;~]! 1i ~ 'IF~=~ ! ~. , i JlIT} .~. :-~J=~:,~r ;::t~F 1\1
;;+f%~;~~+'J
65~G6
1
1
i--
I i -'il i~' iii i ;~=i :t! f:llr,I=:!Lj: t~~t=ill~ 1:=1=1!= ~lt
I~ !;}L}i l'~+h'}' ~'~-T1-l1 ~
~ ~;~-; L~!: !-}, }--} li'}1 },,·:i ii~!Hh
iL'T
t IW~.~-fl~+~~11tf~1 ith-1L~I i!~n: m:t~t1nt~1~tliftt~ ?4,
_~ L_'±.l.?L_~
~ __ ,_._,,~~~, __ 1
39
_,,3 _i 4 3 .. _~".L"!,,,L,,:L.~ ? ...1_,-l
!J...l
3
f..!..-,
.~_i ~,_ ..,~1
_~_~~1_,,~2 [~~L~~_",,~ . ,i,_:Li 1
~__ .
21
.3_
3"
Ji~?8, tE! ~-i I!~,ftj:=~ ~,_. ~ 11: ~ ~.-l ~_l~ i~" ~ =lttf~j ~ ~- -C- "-~' ~_ !:! i~tii:i!l ~_ ~_~_.l ~,
2 ~2l_4~L4 __ ~~L3~_ 4_l_~ _ :L._~_,..J.
_1_ _2 1
r L[I_2~
1_.. __?
!~:! :~~ L l'n~ l}~t:! t=t-};_ _~:LJI_t~LLhif ~:1 ~ 4.. ~_~ ~? .. Jt~_l ~ _ _ ±-_,.. r ".,? 1 L? _L. l_ __ :!. ·:~ ,\- i: _l,-: -~.·. \l:.:'=l~.~l::,. *.-1'--':1. t+-.!t*\. =-1'. =1. I. { .1~l.\.·~.1~i.--.lF.,:+~::.\tl~1.': },t }=:~ ~~r~-1~' j ~ ~-i~ !=--i~tt \~1 I~: \~ - =-}=t- ~-I ~~;--1 -':~~"1~i : -:l::i-l~':~':' }+,. r-~,.;-~:t:1~F:FC'~r~r"f-"~~f+,·.'=r;,:~,+.· tTt'r'::~f,-:T::~"~r-l,";~F~-·-~~-~~"~ } ~t-=-~=Ffl-~-J+ '-r=--}- :-~~ ~+"~ q::f~;f--~~ }'~--;~4 1 ~45.'--- -4,~L-2~~2--t-2"-'~--3i. ''''3.'--:.•T."-t-~-4T1.._1'_,_-1_"4-1'1.·."1.fT4·'--.: -4--"I''1--..r''Q'.''.'--!.-4-T4'.r-.2---r-T--- -3-4 -----;r-F1 14--t-'T4lT 1"--4- -t---t--;--4--4 IF}H-~TT-n~ ,+r~TtH=t+FF8=l'n~1FHTr:-~ Ff~rJt~+E~ J~q~ J ~~ : ~'=ll+H~H=-=r~tr~; ::;:1 4~.~ ~ ~:---LL,1__L,j_l1 ,,,L~~ ,~T'4-r_1 'R=-~. _1......._Ll--±-_±_ ,.?-r~i"_~ 4~U
__
i-
..
1. L .?__;-__ ~ __....
; _3 ~ f 3__
j
~ ~2
1 :'
•_ _:-,2"j.,m~---,,,._::?._+._?
L 3_1
3 LL_,~_L __ ~,
:-?_,,,,,L_~
I'
_3
3_L 3_L!...
._2 --~--l" 4_LL..L_~_~_L
+
2_l_2 l 4 L 2 J._L1_ L1 ~_. 3
__
::-.1.
-
f
·-2---1n-
4
"_2__
__
I, 3-1-4 I 4
41 2 : 4 !
!,
4 ._,..4
83..
54
::
L:"ru....l-
+t
3131313i3i3i31314J:21313r313T3T313 ~ ~ ~ f~~: ~ I ~ : , ~ ~1 ~ ~ ~ ~
,:
:
!
!
3!3
~
~
313
~
~
3.41413 3 2~ ~; ~ ~ I 2_ 1 2 I 3
I
--;;
1 I 4 ! 411 4 1 I 1 1 I, 3 I 3 l ~ ,,~-4~i 3 ~1...L.~...1~ 4! 4 11- 4 1 ~ 4 I 1 1 1~ 4 i 4 I 3 3 1 <-4 3 I ~", .. ~ 4 2 I 31 2 3 3_! 3 3 32 2 i 4 I 4 4 2! 4 3! 3 1 2 333341233 3i3 3 3 3 3 4 3 2 3 4 3 4 3 I 3 3: 4 3
4
L_,..5,,~,_ ~~_ ,,3 I 2 : 3 I. 3 I. 3 i ~ .L...3_~~~J 3 1 2 ; 3 i 3l]T.3 __ .,,_.?.-L~~!..._. _,.~_,",--?~ __ 3. -'_,~l..1..-~L~_,_~~ ':250 4 4 1 4 i 2 : 2 i 1 i 4 ! 4 I 2 L!....L 4 L..!-~i 2 : 4 I 4 !41 I 4 4 3 3 4 I 4 I 4 . 3 I 4 4 1 2 I 3 1 ,_--.?,~ 3 2 -r 4 I .1.. _,~~J.._4j 3' U-I 2 L_~....L..LL.m -4 .,,4,,!. 4 4 ·r3-~~·4 I !! I ,~,,~W4 2 1 2 4 52 3 2T3T 2: 2 i 3 i 3 i _2 I 21 3 2 i 31 3 L~L3 _3 3 i 3 3_~ _3 _ 3 i 3 i 3 3 J 3. 3 2 L3 2 3 13 i 3 : 1 ! 1 ! 3 I ITT 1 I 3 L 4 j 1 I 2 i 2 ! 3_~f-~_i_3_. -.l-!-i--+.-~~,~ 1 11 2 3 r- 1 2 !
3 3 ~~_1-J 2_.~
Lampiran 1
UJI VALl01TAS SKALA PERILAKU OISIPLlN NO
85
87
88
TOTAL
89
1
281 250
2 3
---'347
-, "i'54 -i90' '304
4 5
6
-----272 - 299" -"292
7
8 9
[J~~~.
10 11 12
247 ---'266 .-
13
~ ~e~L~···lri~~=
14
"1516
~,,_. .~ ,~-:J- ~~! :-~~': f=~,,,~i!~:=='
-17
18
1!f
255'~-'
:;-- t· ~-'!l -=i~~-=
20 21
'--255"""-----2'13-- -'30T--
22' 23'
~4:
-2'74~
25
"---305'--268---
'26 27 28 -29 ' ~
"~269
L~: t,~~,',:~:?- -·,-t:,j: ~ :l~~!l-~
30 31
-274~'--
32
33
--""23S....·
'34-
'--2S7~
35 35
·--298 --'is-5'----313 --'-2'91-
37 38 39
i~Jt~'=}T}F~nttEnttPI~!·11~
4(j' 41
-:',-4'2--
,~-,--r-~-T'-;;;-T-';:;-'--r"'~'''t_ 3 L~]=~[.3- "-:~' -". 324-'-
43
44
'45'
;
'"
I
•
,
•
,.
46
326
286"~'
--"'47--
'~
-48
319-
-'~4!f-~-
287
50
2
-~5f~
lliU~ 3 2
--5~-,
.~_
53
""--54''~K
~
3
1-+t~ 3
4
1
316
3~ 281
3 2
313 4 3
,. 3
I
1
1
sTo
413
269
~_113i2 2~
Lampiran 1
Validitas Skala Hukuman Fisik Tabel Hasil Validitas Item Variabel Hukuman Fisik
No. Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Corrected Item-Total Correlation (r hitunal 0,075 -0,045 0,275 -0,139 0,244 0,439 -0,083 0,415 0,437 0,299 0,084 0,370 0,066 0,063 0,188 0,352 0,325 -0,153 0,380 0,425 0,331 0,129 0,142 0,100 0,301 0,292 0,258 0,065 0,182 0,265 0,110 0,223 0,045
r tabel 5% 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254
Keterangan Drop Drop Valid Drop Drop Valid Drop Valid Valid Valid Drop Valid Drop Drop Drop Valid Valid Drop Valid Valid Valid Drop Drop Drop Valid Valid Valid Drop Drop Valid Drop Drop Drop
34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74
0,193 0,433 0,143 0,199 0,183 0,142 0,299 0,156 0,271 0,095 0,327 0,333 0,442 0,117 0,348 0,090 0,446 -0,093 0,380 0,436 0,479 0,134 0,262 0,413 0,515 0,136 0,347 0,414 0,313 0,329 0,509 0,489 0,457 0,313 0,326 0,196 0,491 0,154 0,447 0,342 0,085
Drop
0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 ;0,254 1/0,254
Valid Drop Drop Drop Drop
Valid Drop
Valid Drop
Valid Valid Valid Drop
Valid Drop
Valid Drop
Valid Valid Valid Drop
Valid Valid Valid Drop
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Drop
Valid Drop
Valid Valid /,/
Drop ".,'
Lampiran 1
Validitas Skala Perilaku Disiplin Tabel Hasil Validitas Item Variabel Perilaku DisipHn
No. Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Corrected Item-Total Correlation (r hitunal 0,294 0,290 0,378 0,393 0,481 0,327 0,218 0,045 -0,171 0,109 0,171 0,255 0,125 -0,032 0,407 0,327 0,405 0,171 0,389 0,353 0,552 0,383 0,513 0,360 0,583 0,297 0,177 0,284 0,326 0,361 0,449 0,486 0,444
r tabel 5% 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Drop Drop Drop Drop Drop Valid Drop Drop Valid Valid Valid Drop Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Drop Valid Valid Valid Valid Valid Valid
75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102
0,265 0,304 0,273 0,178 0,349 0,295 0,030 0,369 0,377 0,277 0,359 -0,076 0,335 0,260 0,341 0,354 0,462 0,355 0,598 0,506 0,302 0,346 0,293 0,346 0,377 0,335 0,294 0,345
0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254
Valid Valid Valid Drop Valid Valid Drop Valid Valid Valid Valid Drop Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71
72 73 74
0,248 0,163 0,285 0,248 0,041 0,308 0,177 0,224 0,411 0,363 0,394 0,513 -0,035 0,389 0,169 0,412 0,394 0,387 0,274 0,429 0,146 0,342 0,228 0,398 0,465 0,279 0,142 0,461 0,418 0,171 0,111 0,474 0,449 0,501 0,312 0,043 0,309 -0,115 0,130 0,308 0,140
0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254
Drop Drop
Valid Drop Drop
Valid Drop Drop
Valid Valid Valid Valid Drop
Valid Drop
Valid Valid Valid Valid Valid Drop
Valid Drop
Valid Valid Valid Drop
Valid Valid Drop Drop
Valid Valid Valid Valid Drop
Valid Drop Drop
Valid Drop
lampiran 1
Uji Reliabilitas Skala Hukuman Fisik R ELI A B I LIT Y
A N A L Y SIS
seA L E
(A L P H Pd
Item-total Statistics Scale Mean
Scale Variance
Corrected
Item-
Squared Multiple
Alpha
if Item
if Item
Total
Deleted
Deleted
Correlation
117.2500
232.9364
.2189
117.4000
226.6169
.4022
117.6167
228.3421
.3829
117.0333
231.8633
.3750
117.8500
233.1466
.2542
117.3500
229.6551
.3299
117.3667
230.9819
.2731
117.5833
232.1794
.2666
117.4000
232.6169
.3857
117.1333
225.4734
.4759
117.2333
233.0294
.2524
117.4167
230.7218
.3434
117.5833
234.2811
.2187
117.3167
232.0845
.2083
117.7333
234.2667
.1786
116.7167
232.6133
.4367
117.8667
231. 2023
.2922
117.7667
232.0124
.2489
if Item Deleted VAROOO03 .8183 VAROOO06 .8133 VAROOO08 .8142 VAROOO09 .8155 VAROO010 .8175 VAROOO12 .8155 VAROOO16 .8169 VAROOO17 .8171 VAROOO19 .8158 VAROO020 .8116 VAROO021 .8175 VAROO025 .8155 VAROO026 .8183 VAROOO27 .8187 VAROO030 .8192 VAROO035 .8155 VAROO040 .8165 VAROO042 .8175
Correlation
VAROO044 .8169 VAROO045 .8609 VAROO046 .8127 VAROO048 .8136 VAROO050 .8128 VAROO052 .8161 VAROO053 .8153 VAROO054 .8121 VAROO056 .8172 VAROO057 .8161 VAROO058 .8138 VAROO060 .8163 VAROO061 .8164 VAROO062 .8154 VAROO063 .8172 VAROO064 .8113 VAROO065 .8128 VAROO066 .8130 VAROO067 .8177 VAROO068 .8159 VAROO070 .8118 VAROOO72 .8129 VAROO073 .8187
117.3333
230.8362
.2717
116.6167
201. 2912
.2054
117.6167
224.7828
.4113
11 7.5333
220.9311
.3727
11 7.5000
226.4915
.4299
117.4333
230.0124
.3024
117.2333
230.2158
.3482
117.4667
225.5751
.4500
11 7.6667
231.7853
.2609
117.1000
232.2949
.3390
117.5167
228.6946
.4140
117.4167
231. 4336
.3052
117.1833
231. 3048
.2957
117.3500
230.6042
.3455
117.2000
231.3492
.2623
117.0500
225.3364
.4983
117.1000
227.5492
.4567
11 7.5000
227.4068
.4352
117.3000
232.4169
.2400
117.7167
231. 2912
.3249
117.4500
225.6754
.4688
117.4333
227.6395
.4531
117.3333
235.6836
.2005
R E L I A B I LIT Y Reliability Coefficients Alpha
=
.8202
A N A L Y S I S
S CAL E (A L P H AI
41 items Standardized item alpha
.8671
Lampiran 1
Uji Reliabilitas Skala Perilaku Disiplin R ELI A B I LIT Y
ANALYS I S
seA L E (A L P H AI
Item-total Statistics
Scale
Mean
Scale Variance
Corrected Item-
Squared
Alpha if Item
if Item
Total
Deleted
Deleted
Correlation
197.3333
603.3785
.3060
197.7500
605.0720
.1936
197.8500
593.9263
.4275
197.9000
595.7186
.4086
197.7000
595.7390
.4669
198.3167
603.6438
.2797
198.0667
608.3345
.1619
197.5000
600.1525
.3983
198.1500
598.8076
.2943
197.7000
595.2644
.4326
197.9000
595.8881
.3586
197.8333
596.9887
.3505
198.2833
590.5794
.5210
198.0833
595.5014
.3497
197.8500
593.5873
.4637
198.2167
594.1726
.3951
197.9000
586.2271
.5138
Multiple
if Item Deleted VAROOOOl .9139 VAROOO02 .9147 VAROOO03 .9129 VAROOO04 .9131 VAROOO05 .9128 VAROOO06 .9140 VAROOO12 .9147 VAROOO15 .9133 VAROOO16 .9140 VAROOO17 .9129 VAROOO19 .9135 VAROO020 .9135 VAROOO21 .9122 VAROO022 .9136 VAROO023 .9127 VAROO024 .9132 VAROO025 .9121
Correlation
VAROO026 .9141 VAROO028 .9140 VAROO029 .9137 VAROO030 .9135 VAROO031 .9131 VAROO032 .9128 VAROO033 .9131 VAROO036 .9145 VAROO039 .9140 VAROO042 .9132 VAROO043 .9133 VAROO044 .9135 VAROO045 .9125 VAROO050 .9136 VAROO051 .9135 VAROO052 .9144 VAROO053 .9133 VAROO057 .9132 VAROO058 .9130 VAROO059 .9142 VAROO061 .9130 VAROO062 .9133 VAROO065 .9127 VAROO066 .9134 VAROO067 .9123
198.2333
600.4531
.2762
198.2833
602.1048
.2803
197.6833
600.3895
.3350
198.0667
595.9955
.3608
197.7833
598.5116
.4282
198.0833
594.4506
.4509
197.8333
594.6158
.4089
198.3833
600.8845
.2391
197.8833
603.1556
.2858
198.2333
594.3175
.3908
197.9167
597.3658
.3840
198.3000
596.6203
.3528
197.9500
591.9466
.4899
198.6000
596.0746
.3485
198.1167
599.8675
.3534
198.5833
602.7218
.2430
198.0667
597.0802
.3833
198.0333
594.9819
.3871
198.3333
595.9548
.4244
197.9833
602.3556
.2618
197.7333
596.7751
.4353
198.3167
594.2540
.3804
197.7000
593.9085
.4645
198.0500
595.7093
.3624
198.0667
591.0124
.5241
R ELI A B I LIT Y
ANALYSIS
seA L E (A L P H A)
Item-total Statistics Scale Mean
Scale Variance
Corrected Item-
Squared
Alpha if Item
if Item
Total
Deleted
Deleted
Correlation
198.2000
602.7729
.2636
198.2167
602.6133
.2884
198.2667
609.7582
.0796
198.0667
597.7243
.2977
198.5333
600.8633
.2644
197.7167
602.1726
.2729
198.0500
596.8958
.3321
198.5000
604.3898
.2081
198.2333
593.5040
.3934
198.0000
594.7797
.4053
198.1667
602.9209
.2336
197.9167
598.0777
.3588
197.9333
598.3345
.3273
198.1667
601. 5650
.2425
197.6167
599.6302
.3545
198.0667
599.9955
.3090
197.7833
596.5116
.4550
198.1167
598.7828
.2925
197.8667
588.8294
.6240
Multiple
if Item Deleted VAROO068 .9142 VAROO070 .9140 VAROO073 .9157 VAROO075 .9140 VAROO076 .9142 VAROOO77 .9141 VAROO079 .9137 VAROO080 .9146 VAROO082 .9132 VAROO083 .9131 VAROO084 .9144 VAROO085 .9135 VAROO087 .9137 VAROO088 .9144 VAROO089 .9135 VAROO090 .9138 VAROO091 .9129 VAROO092 .9140 VAROO093 .9117
Correlation
VAROO094 .9122 VAROO095 .9139 VAROOO96 .9138 VAROO097 .9140 VAROO098 .9138 VAROO099 .9137 VAR00100 .9136 VAR00101 .9139 VAR00102 .9139
198.1167
588.9184
.5083
198.1167
602.0031
.2997
198.3500
598.0958
.3203
198.0167
600.8302
.2846
198.3500
597.9602
.3171
197.9667
600.1684
.3229
198.3667
597.9311
.3434
197.9333
601. 9277
.3042
198.0667
599.1141
.3023
Reliability Coefficients Alpha
~
.9147
70 items Standardized item alpha
.9160
Lampiran 2
DATA PENELITIAN SKALA HUKUMAN FlS1K NO
"
ITEM PERNYATAAN
_~"",,p,ra;-
~
DATA PENELITIAN SKALA PERILAKU DISIPUN
NO 1 2 3 ,
5
6 7
ITEM'PERNYATAAN
4 5 6 7 8 9 10 i 3.3 3 3 ~,,_,,3. 9! I4 .i 4. ,!_. 33._.3 3 3. ~ 1-4 ~,,~, 3 3 2 .. 3 3+4.? ;.. 33" 1 3" 3 ,3.._2_.. i.-?.~ T4 .t 3 3 2 3 3 3 3 1 L4. ~ _) 4-- "4 2 :.. ?_ 4 4 L?.3 .. 3 ?.4 2._~ ~ 3 ~
1:0
1 2 3 1.4.:: __ 4
-"·C
t·:"--; ,:. ,} . . i ~
16 17 18 19
,,4
}
?' 2
3 . ..1,_. 3: ._~ 3 2 3 3 . 3 ·-T~ :3 . "3
11 3 3 3 3 4 4 4
12 13 i 14 15 16 '17 18 19i20 212fT 23 24.'25 26: 27 i 28·. 2 3 1 2[3 3~.? ~3 3_3 _;!+~,;! ~~_3__ ~!;!.i 3. ~.: 3 1 ~ 3 ~_ 3 ~_~_.11.! ~_~:L_~1. L~J 3 4'')31_?_l_'<1.'. __ ~,,j2~_2 __2___? 4~2j2~_~._~_11~11 ?_!3..,!...J-L,1--,-9.. ,.3~-'-..L......'L.-L-£I~~'--;L~-~-~...?14 3! ,?,' 4!} 3 4 3 3 3 3 2 1 2 2 3 3 I 4 .'!.11.. l,,=fL,.~·=~t. 4 . 4 -3 ~_ .~1~ T! ~ =-3~-}-='1 _~:_ 4 }1.1,.,l",,,,i.Li-__J"14_4 i-_~'L,!_~'3~_3~4~4~11
29' 30: 31 I 32 331 34 i 35 i 36 I 371 3339'1 4lf'41 ! 42 i 43 i 44,45! 46 i 47: 48 I 49; 5C 3 L~ ~_,_3 ..1....~ 3__ ~LL:..~ .. ~_3_L_1_~~_._~,_31 3,3 13.3 _31 3 ~ 3 ~~_~ __ ~ LI--±-,_~ 3_L~__ 3_~ 1_]~._2 3_-11]_ ~ 3-1} I ~ ~_L~_.....!..._1.---l_~~4 2.1 ..L J . . 2 i._2_L_413_11~J_1...~~j1.~
_-1._.d
~
!~.1... 4_1:131~
L_~13_1...1._:L±41~
:=::ri1.!'::-f::: 1:"11
:::TL-{
~ ··t:,~ '!:. j ~ ,t!:lTt:··}:~~t+ ~ ~i~i-:-~~~1:! ~-~i -~i~-=1' .~- ~ i :T~-+ ~ Ll~; t ~ ~ I
~_~~ ~ _~ ~
3~1~_lJ3~_L._2~~
2 4 3 4 I 3 r 3 4 3 i 2 1 3 4 2 2 1 3 2 I 2 12 1 3 I 3 3-' L~_,=4 ~~l_±-~"'[!
t! t+t ~-~l
L~~ ~_.......i ,~.;~_,,~_~_.U2j. ?+X_~.i- .l'j._~j~ .?_,L,,1.J~LL~~L..LL~.J
~.~:-~ ~ :~tl~~·t !l-}i~!t-~ j:~
--.L~-.i-.~-}-:-~---l.~-L-.LI!, ~-L ~,. LL~-LJ...L1
.3 . 1. __ . . ...1... 3 i 1 _ .. ,__ J 3 .,_3:.. :L_ }~~ 3. 3 I 3 l. .! L~_,~~.,L.~;.",}_,.~_~,_: ... ~?~_l,i ~·;',,?,-~~J"I}. L..~J,"~_L_:!" . L4.....~ . L:L~_~ __ ,.~.""~.~ ...~i_ .. ~._~....!.~_l...:. _ .i",,,,~~~?,.j,. ~_ ..",,,LL~J __ ~. ,.. ~ 3 3 3 2 2 2: 3 : 2 2 1 2 i 2 3: 3 '2 3 3 3 I 2 i 2 : 2 " 2 '2 2 I 2 , 3 I 2 ! 3 i 3 i 2 i 3 3 I 3 i 3 3 I 3 i 2 : 3 i 2 i 3 ! 2 i 2 I 2 i 2 i 2 ! 3 I 3 3; 3 ----:3'-·"-3'~ -3 --3' :3 ;Tl313-+---·3~3-T·"3· :"-3--3-·-2--' '3- T 3"; 2"'~2-;--3-'"'3"I"'J-j"'3' "'""3"t-3Tr-'f"r3Tj" -3"'~ 2 I 3 "3--2-.- 2-'~r-3"T'3"'I'''''3-i-.;"·31--3--+-2-'1. 3 -[.....3 '; -3 4
3
3
;: -::: ~ ~ ~ ;. ~-fE:: ;:.i I ~~it :-::::; :.;::::IFJI L':C:~l~F ; i ~~::-~1- nIl: .n;j;:i;- [I ;=f:1UffIIIiIaH ;; ~ ;:3 ; ;.;~;:3:;' ~ ,; J:: ~ i L~-=~ : i ':tl.:-.i_ +:} I; ::-tJ:::; ~';I ;:::, id.g~j I; Etit ~-±p '+-G::L:H±IHi: ; Uj .~ f:
_~3
~1:L
tU~4
~ ~L~_3l ~L4~=LL3L'Lr4 ~+_~~_l
.1.-~-~-':!I~- ..~I....1.. .L._4..J_., ..L,.• U.,?.._.••:.•. 1
0_; ~__~~ Ii 1 ;~=t~-:~:i~;J ~ I~J~Lit+=~=} -: -i J=P t=l ~ ~=t=lcl1±t::ll·.~1::·~~+=P3·!~ i~ -:_i~} ~::.~ ;.;~l:~: __~!;:tlza~ ~~T;J-=L~~~-{:r;-lf ~=-~~~~_t_~!il~!~-[~=r+[;=-~ ~ I~L~ .l..--¥-. ~ ~ -LeJ_ ;~=~~~i=t={j-_1J],·I,,-~=L~ . :;~~:j--.·~ _~~ _:L~ ~ ~ :t ! ..1. 1 t -?_2-:!. ~ ~ _~_I_:L_ ~ : t ~~TL2 ? _ 3_L~_.~+!, ~L~_1.,?_L?_._, ;~ ~ =--}: {:~;-~ ~ ,~ ;-=-~-{-~ ~ -{-'!.:l; -:~~i:: -+ L:}~ aJ.J:d::: ;] r IL::h; ) I {j tU::~-b+f-;-~J r i ;:b ~ I ; :hi[; ~ i~l-~l-~~J_.•f~ ._-±I.-"..±,,_~~LLH ..l",,~.~-.~.-.;'~-.Lt.l.r :. 1,,:.I:.· 2.~ 4_~3_'_ 4~ 4.~_4 __2_~1....1 _L._L! 1"1 ~ t ~L~J4 ~J_.! ~ I~_[IT3_ L~"±_ __1.-L.~ ~1_ 1.. ~_ U l..J~~3_:""'2_1 L1. l 1. _ ~ __ ~I---..±TT_'_~ ~ L~-t-+~~ 11-l-_D~" ~LL 1.~L~=+.1_ :? ~ i ; --~-= : .-~ ~ -~ ~ ~- ~- ~ = ~ ~ i!: i tH~ J: :_~ ~ ~ ~ ; _~ ~_-~ til ~=+. ~_; t-rr ~ :t: ~ ~l_~~-li I ~ ~t+Hi ~H-l }:-:-1 ~ ~-t!.~,:Dl,·.-:,:i±-~.~~t±+]=Jj ;~ i ~ ~_. ~ --~ -; : ; -; -+- ~ ; 1 ; - ~ f ~-!-;- -; --~+ ~ ~-i---i--;-' ;+~-l ;l~; , ~~ ~ ; ; l--}r-- ~t~ r-;~-~-ril; -; t ~ rill; }l~ ~-,~ ~-~ ~.•j }.4..·.·.%.r. -2.'.',"+.-.;.. ,:. t. ,r.·.~•.j.· · ·~ E:-4 :::~~~ 1··~: ~ ~i:! Jf~+t ~=-t: ~ R tIllfln{~-::~-~ fl p:n~ cfri+ ~ ffp': :~-=nrFr ~ FfI1THnffnf::~ -L 4;-,:: 2 ';::-2 :I.: 1: ' , ,,-rEg: -, F1---i-f_iJU.! I 3-='::~ 1! .'-1_4::1JFn_L:~ :.d! I~H:. ,-, '1)_i.C4~;:{[]:rI·F3t=.DI::< :; _: ._~ ~_l~_t~~lj ~:b-i-~~~l ~ t ~ II} ::1:~.i- }tI ~ cl~; ~t~ II t~~lf ~=~~~~~=-ll; Ltt-IDi-%+-trtc; ~ ~ i; -~C[-I t~ ~:~-:Li..L ~t""~-t·-t~-tr~:.: I:~ki] L3I3T4+i---! L ~,I 1~ '!---. '!
.1
24
4
29
3
32 33
4 _ 4 _ 4 _ 4 ':1:. 4 4 __3 4. 3 3 __4
4. 2
__ i_}
__ .1!
2 __3,
!_4J 3
~~ _~ _-l~j _~_. ~ i ~~ ~-=-~~~~J! ~ :J~t13= -J==-~ ~ ~ _ 4 _ 1_
3
3 _ 3
1
t
41
2 _
4
1
1 _ 4 _ -'!.. 3 1: 3 I
4
4
4
4
.
2_ _2 __
3 __ 4
4_ 4. __1l 2 2 3 2
--t • .!j4 __3
2_
3
4.L 1 3
1
__4__
3
3_ 1 _;!
2
L_2
3_
2
_1 _}!.,..?
..
1
4 4_L4 l 3
1 j
i- __i
2 __ 1 __3J 2_ 4
4
2 0..1
4
4
3 ! 3,
i
_
rr::f
2 :
3_1.'
4 i 4 4 I 4 L3 3 3 3 ~'!. ~3-:L :C~i. -1ITCt-1 L.<1.J "3 "--J-"I-t'!?_ ~~_,~"!..-,...?_ ~.,,~J 2 1 4 3_1 3 t.?_.~-.!......2 2 __?_: 4 i 4 : 4 i 3_.. .. 1 _.~_ 4 _' ;U_-.i-.U-L.~_u." ':1:.. Li 4 1. 44 45._..".
__ ,;3-+
412
I
:f-,
~L,_.
3
3 4 3 4 4 3 I 4 3 4
n
3
3 L4
I
1
4 I 4
4 4 4 I 4 4 4 3 14 3 lU..-1 4 i}-li.~ _314 !.-.{rj-I-2 -1-~. -I:I~.~I ~I~_~ 2 ' 1 t 2 1 1 TT3 ..i.L!.. 3 1 _~ 2 .L~ -.l..1_~L~~ ..1"_ 3 3 4 I 4 3 i 2 3 1 1 .. I...1J.1.. 1 '! I 4. 3 I 2 I 3--L 4. _~ I 3 nT2 2. 1 [u 1 I 2 ?_ 3 4 1 3 2
TITI4'-rtt...f..
r
4
I
3 I 3
41 4
_}:.L,4~[ITir3-1 Lj':::?-. (~i_.~.--1.J-'. _L.~" {I:::~~L3_.1 3
:JU
2 l __2_CL _2-L~_.1 4 ...1_J~
! 3
-4 3_~l..!l_~,J. ".~.-., ll-!_~._~.----1-----L1iT1~ ++tt.tr.-2~~-+ -f+t .U-L 4 1 3 I 4 1 1 I 4 1 4 ".I~~ I 4 4 I 2 i 4 u.-:'! _4_,,:'!..LLl-.!.i _ _2 ! 3l1T2 TTT TI2' 1 2-U ".'..'._.=4;'2 ~_13L.'"'2,.. }12!.2i1 ..~~Ll.--."2.~~:~--211:.3!1!~. 1 .3L~~.3!1 3 1t2i3f-T3~.3 1 3 3 413.~.121...!...L1-,3T42 112 2L~ 50 41 4!1!4.1i1i1i1'112 1 4 1 3L2~_ 1i411f3T1f--~-1J4!1 4 1.413 111 4 2 3 1 4 1 3 1 1 1 1 3 1 3 4 1 1 3 2i2 111 .}f.4- 4 4 i 3L( -2 '3 i 4! 3",,1 4 13.' 3 2 3 3 3 3 ~D r 4L? t--i ""'"~v 2 ! 1 3 1 ~-3 2 2 1 3 3: 3 3 3 4 3 ~4.J 3 14 12 4 13. 2 212 II~ 52 4 3 4 i 1! 2 4 r4 3 4 1 4 i 3 4 1 i 4 I 1 2TT 3 2! 4 I 1 4 1 4 2 3 1 2 3 I 2 3 2 3 4 1 i 1 2 2 21 2 }-j 1 i 4 1 i ~ [I..•
)3
4 2 4 4
irnm!
4 i 3"r:'1...L31 3 ~HI 3., -3~'_~H L4"T"iT21 2 3 2 4 3 3 3 4 :---3131312: 4_ "3 -2 3 3 I 4 3 I 1 I 3 4 i 4 I 4 4 4 3 I
54 55 56
4 4 4 4
"'..
A""
4l3T3 ..
..
r--:.-t .. ' "
A
I..
•
."
•
3 3 4 3
I"
2 2 4 i 3 3 i 3 3 4 '1 I
?
I
3 2 2 4
213 i 2 4 I 3 3 2 213 4 4 1 3
A
'1'..
..
~"';"~.2 4 1 2
2 3 4
1 3 2
2 1 2 3
'1
A
.,
A,
f2T1.,ItC~ i3 1 1 121 2 3 4 3 Ll...! 2 2 2 I 3 I 3 I
A
I
'1
"l. I
3
3
3 4 3 3
'1
...
'1
3 3 i 2 ~~.l 3 L1...L?. 4 312-1213' 4 I 2 4'T4 ...
I.,
., I .
3 3 4 4
2 3 4 4
1 4 2 3
3 3 -3 3
'1
•
•
"
3 3 3 4
?,i
2_~_!_}
3 rJl 3 ~2 2T11 4 2 4 4 3 3
.. I .
... I
A,
I
4 L1. (,~-2 3.1 21 4-0 4 I 2 4T31TT2l ~ 2..13" ~ 1 3 ~ 3 1"3" 3 2 3
n
~~.-,.,
.."
A
n I
•
Lampiran 2
Uji Penelitian Uji Deskripsi Statistik Descriptive Statistics N Skala Hukuman Fisik Skala Perilaku Disiplin Valid N (listwise)
60 60 60
Minimum 95.00 109.00
Maximum 135.00 183.00
Mean 117.4667 139.4167
Uji Normalitas NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences
Skala Hukuman Fisik 60 .117.4667 8.92809 .091 ,039
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a, Test distribution is Normal. b, Calculated from data.
Uji Homogenitas Oneway Test of Homogeneity of Variances Skala Hukuman Fisik Levene Statistic 1.298
df2
df1 37
22
Sig. .262
-.091
Skala Perilaku Disiolin 60 139.4167 16.47421 .121 .121 -.076
.706 .701
.937 .343
Std. Deviation 8.92809 16.47421
ANOVA Skala Hukuman Fisik
Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares 2950.767 1752.167
df 37 22
4702.933
Mean Square 79.750 79.644
F 1.001
Sig. .512
F 1.995
Sig. .031
59
Oneway Test of Homogeneity of Variances Skala Perilaku Disiplin Levene Statistic 2.450
df1
df2 26
SiQ. .008
33
ANOVA Skala Perilaku Disiplin
Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares 9786.393
df 26
Mean Square 376.400
6226.190
33
188.672
16012.583
59
Uji Hipotesis Correlations Correlations
Skala Hukuman Fisik
Skala Perilaku Disiplin
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Skala Hukuman Fisik 1
Skala Perilaku Disiolin .421" .001
60 .421" .001
"". Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
60
60 1 60
YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM" DAARUL FALAHIYYAH "
PONDOK PESANTREN AL - FALAHIYYAH JI. Raya Cangkudu - Cisoka No. 11 Kp. Panggang, Desa Siapajang, Kec. Cisoka, Kab. Tangerang Telp. 5951269
SURAT KETERANGAN NO : 2801 PP - ASF 1 XI 12006
Dengan ini menerangkan bahwa :
Nama
: lIS SULASTRl
NIM
: 102070025908
Semester
: IX
Fakultas
: PSIKOLOGI
Judul Skripsi : Hubungan Antara Hukuman Fisik dan Pembentukan Perilaku Disiplin Peserta Didik di Pondok Pesantren Daarul Falahiyyah
Telah melaksanakan penilitian di Pondok Pesantren Daarul Falahiyyah Demikian surat keterangan ini dibuat untuk digunakan sebagai mana mestinya
MRON
YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM" DAARUl FAlAHIYVAH "
PONDOK PESANTREN AL . FALAHIYVAH JI. Raya Cangkudu - Cisok'3 No. 11 Kp. Panggang, Oesa Siapajang, Kec. Cisoka, Kab Tangerang Telp. 5951269
TATA TERTIB PONDOK PESANTREN DAARUL FALAHIYYAH KEWA.JIBAN SANTRI SANTRI DIWAJIBKAN : I . Mentaati pemluran pondok dan sekolah 2. Berjama'ah di Musholla 3. Shalat tahajud bersama di Musholla 4. Mengikuti ekstra kulikuler seperti komputer, muhadoroh, olah raga, marawis, pramuka dll 5. Jumsi (jumat-bersih) 6. Membersihkan kamar 1 hari 2 kali 7. Menabung 8. Tidur jam 22.00 WIB 9. Memiliki alat makan dan minurn sendiri.
LARANGAN SANTRI ; SANTRI DILARANG : 1. Merokok 2. Keluar pondok tanpa izin/pulang tanpa izin (KABUR) 3. paearan sesama santri maupun orang luar. 4. Mengambil hak orang lain (MENCURl) 5. Membawa senjata tajam dan alat - alat e1ektronik kecuali setrika 6. Memakai pakaian orang lain/sesama santri 7. Memakai sandal orang lainlsesama santri,kecuali izin terlcbih dahulu. 8. Menduduki pagar best 9. Mencuci di kamar mandi/wc 10. Membuang sampah sembarangan 11. Membuang air dari lantai ataa ke bawah 12. Bersiul dan membuat kegaduhan di kelasldi pondok. 13. Berada di kamar pada jam belajar darl di dalam kelas pada jam istirahat. 14. Mencorat-coret tembok. 15. Menjahili sesama santri pada jam tidt
Lampiran 3 KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Wr. Wb. Oalam rangka menyelesaikan pendidikan strata satu di Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, saya lis Sulastri bermaksud mengadakan penelitian mengenai "HUBUNGAN ANTARA HUKUMAN FISIK OENGAN PEMBENTUKAN PERILAKU D1SIPLIN PAOA PESERTA OIOIK 01 PONOOK PESANTREN OAARUL FALAHIYYAH CISOKA TANGERANG". Untuk itu, saya mengharapkan kesediaan teman-
teman untuk menjadi responden dengan mengisi angket ini untuk dijadikan data masukan.
Sebelum menjawab angket ini, teman-teman terlebih dahulu mengisi data responden dan membaca terlebih dahulu petunjuk pengisian. Oi sini tidak ada jawaban salah, semua jawaban adalah benar. Semua jawaban akan dijamin kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk gambaran responden semata. Setelah selesai mengisi angket ini, mohon diperiksa kembali dan jangan sampai ada yang tidak terisi.
Saya ucapkan terima kasih atas kesediaan dan bantuan teman-teman. Semoga Allah memberikan balasan atas setiap amal soleh bagi kita semua. Amien.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Peneliti lis Sulastri
Lampiran 3
DATA RESPONDEN Nama Jenis Kelamin Usia Kelas PETUNJUK PENGISIAN Di bawah ini terdapat sejumlah pernyataan yang berkaitan dengan judul penelitian yang sedang dilakukan, yaitu "Hubungan antara Hukuman Fisik dengan Pembentukan Perilaku Disiplin Peserta Didik di Pondok Pesantren Daarul Falahiyyah Tangerang". Pilihlah jawaban dengan memberi tanda silang (X) pad a kolom yang tersedia. Tidak ada jawaban salah. Semua jawaban adalah benar, karena itu pilihlah jawaban yang sesuai dengan keadaan diri sendiri.
Adapun arti pilihan jawaban tersebut adalah:
SS S TS STS
: Sangat Sesuai, bila pernyataan tersebut sangat menggambarkan keadaan diri anda. : Sesuai, bila pernyataan tersebut menggambarkan keadaan diri anda. : Tidak Sesuai, bila pernyataan tersebut tidak menggambarkan keadaan diri anda. : Sangat Tidak Sesuai, bila pernyataan tersebut sangat tidak menggambarkan keadaan diri anda. Selamat Mengerjakan!
Lampiran 3
SKALA HUKUMAN FISIK NO
PERNYATAAN
1 Ketika saya melakukan pelanggaran, saya dihukum di depan umum.
58
5
TS
STS
55
5
TS
STS
55
5
TS
STS
55
5
TS
STS
55
5
TS
STS
55
5
TS
STS
55
5
TS
STS
55
5
TS
STS
55
5
TS
STS
55
5
TS
STS
55
5
TS
STS
2 Ketika saya melakukan kesalahan ringan (misalkan terlambat mengikuti upacara), saya tidak dikenai hukuman.
3 Walaupun ada peserta didik yang melakukan pelanggaran berat, pendidik hanva menasehatinva saia. 4 Semua bentuk hukuman fisik disesuaikan denqan aturan hukuman yanq berlaku.
5 Peraturan hukuman fisik di pond ok pesantren, realitanya tidak sama dengan pemberian hukuman fisik yanq terjadi.
6 Walaupun saya pernah dihukum, hal itu tidak membuat saya jera untuk mengulangi perbuatan vana dilarana.
7 Pemberian hukuman fisik dibedakan sesuai dengan peserta didik yang sudah lama menetap dan yang baru menetap di pondok pesantren.
8 Ketika saya melanggar peraturan, maka lanasuna dihukum.
9 Ketika saya melanggar peraturan, biasanya pemberian hukuman fisik ditundakan dahulu setelah pendidik menvelesaikan tuqasnva. 10 Ketika saya melakukan pelanggaran, pendidik hanya membiarkan itu terjadi tanpa berbuat apa-apa.
11 Setiap bentuk pelanggaran memiliki sanksi hukuman fisik yang berbeda yang telah ditentukan.
55
S
T5
5T5
55
5
T5
ST5
55
5
T5
5T5
55
5
T5
5T5
55
5
T5
5TS
55
5
T5
5T5
55
5
T5
5T5
55
5
T5
ST5
55
5
TS
5T5
55
5
TS
5T5
55
5
TS
ST5
55
5
T5
ST5
12 Ketika saya melanggar peraturan di pond ok pesantren, pendidik sendiri yang menqhukum saya.
13 Dalam memberikan hukuman fisik, pendidik menyerahkannya pada pendidik vana lain. 14 Pendidik bersikap netral dan tidak segansegan menghukum bagi siapa saja yang melakukan pelanggaran, baik itu peserta didik yang sering nakal maupun peserta didik yanq baru mencoba melanqqar.
15 Setiap kali memberikan hukuman fisik, pendidik dalam keadaan marah. 16 Ketika saya dihukum, pendidik mengeluarkan kata-kata nasehat pada sava. 17 Saya ragu dengan adanya metode hukuman fisik, perilaku saya dan teman yanq lain meniadi disiplin.
18 Saya merasa aturan menghukum fisik peserta didik belum tersusun dan terencana denqan baik.
19 Saya merasa aturan menghukum fisik peserta didik tidak adil dan merata.
20 Hukuman fisik membuat saya semakin iera dan menambah disiplin.
21 Hukuman fisik membuat saya menjadi semakin membangkang terhadap peraturan.
22 Bentuk hukuman fisik yang diterapkan di pond ok pesantren terlalu berat.
23 Hubungan antara saya dan pendidik menjadi sangat jauh setelah saya melanqqar tata tertib dan dihukum. 24 Pendidik lanmgsung menghukum saya tanpa basa basi.
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
25 Penjelasan pendidik mengenai k.esalahan saya dan memberikan hukuman fisik, dirasakan adil dan biiaksana. 26 Saya merasa diperlakukan beda dengan peserta didik lain yang sering melanggar.
27 Saya diacuhkan oleh pendidik setelah ketahuan melanggar peraturan pond ok.
28 Setelah saya mendapatkan hukuman, sekarang saya dapat mengendalikan perilaku saya.
29 Setelah saya mendapatkan hukuman, saya masih tidak dapat mengendalikan perilaku sava sampai saat ini. 30 Setelah saya mendapatkan hukuman, saya tetap berperilaku seperti sebelumnya.
31 Hukuman fisik yang diberlakukan memiliki nilai pendidikan (edukasi)yang tinggi agar peserta didik dapat mengambil pelajaran yang berharga tentang arti disiplin. 32 Hukuman fisik yang diberlakukan tidak memiliki nilai pendidikan (edukasi), yang ada hanvalah penderitaan. 33 Saya telah sadar dan insyaf untuk tidak melakukan pelanqqaran di pondok.
34 Saya sangat bangga atas kenakalan saya di pondok, sehingga saya menjadi terkenal.
35 Ketika melanggar peraturan di pondok
36
pesantren, maka saya diberi kesempatan untuk bertaubat dan meminta maaf atas seqala perbuatan. Saya tidak suka dengan adanya peraturan di pond ok, karena itu sebuah pengekanqan perilaku.
SS
S
TS
STS
5S
5
T5
5TS
55
5
T5
5T5
55
5
TS
5T5
55
5
T5
5T5
55
5
T5
5T5
55
5
T5
5T5
37 Saya memang pantas mendapatkan hukuman fisik karena tidak patuh terhadap peraturan.
38 Saya merasa terhina setelah pendidik melakukan hukuman fisik kepada sava.
39 Saya dendam kepada pendidik setelah menqhukum fisik sava.
40 Karena saya pernah dihukum,saya bosan denqan adanva disiplin.
41
Hukuman fisik membuat saya jera (kapok).
Lampiran 3
Berikut ini sejumlah pernyataan yang harus and a isi dengan memberikan tanda sHang (X) pada kolom yang telah disediakan. Tidak ada jawaban salah, senua jawaban adalah benar.
Adapun arti pilihan jawaban tersebut adalah: : Sangat Sesuai, bila pernyataan tersebut sangat menggambarkan
SS
keadaan diri anda. S
; Sesuai, bila pernyataan tersebut menggambarkan keadaan dlri anda. : Tidak Sesuai, bila pernyataan tersebut tidak menggambarkan
TS
keadaan diri anda. STS
: Sangat Tidak Sesuai, bila pernyataan tersebut sangat tidal< menggambarkan keadaan diri anda.
Setiap orang mempunyai jawaban yang berbeda, karena itu pilihlah jawabal"\ yang paling sesuai dengan diri anda.
SKALA PERILAKU DISIPLIN
NO
PERNYATAAN
1. Sejak kecil saya diajarkan dengan 2.
perilaku untuk patuh pada orang tua. Sejak kecil saya tidak diajarkan cara bemerilaku oleh oranq tua.
3. Saya selalu diperhatikan oleh orang tua dalam hal bemerilaku.
4. Orang tua saya acuh tak acuh pada perilaku sava.
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
5. Saya bisa beradaptasi dengan peraturan di pondok pesantren, karena sudah terbiasa disiplin kelika di rumah.
55
5
T5
5T5
55
S
T5
5T5
55
5
TS
5T5
55
5
TS
5T5
55
S
T5
5T5
55
5
T5
5T5
55
5
T5
5T5
55
5
T5
5T5
55
5
T5
5T5
55
5
T5
5T5
55
5
T5
ST5
55
5
T5
5T5
55
5
T5
5T5
6. Saya tidak dapat beradaptasi dengan
7
peraturan otoriter pondok, karena saya baru menqalaminva. Disiplin yang diterapkan di pond ok bersifat tidak teqas.
8 Peserta didik berpenampilan harus disesuaikan dengan peraturan yang ada (untuk putri:memakai jilbab dimanapun, tidak berhias berlebihan; untuk putra: memakai peci dimanapun, rambut sebatas kerah baiul.
9 Peserta didik berpenampilan semaunya, asalkan tidak diketahui penqurus IKSADA atau pendidik. 10 Peserta didik diharuskan mengikuti peraturan di pond ok pesantren. 11 Peserta didik tidak boleh menonton TV pad a hari-hari bela jar. 12 Peserta didik diperbolehkan menonton TV pada hari-hari belaiar. 13 Peserta didik lidak diperkenankan menvetel radio pada hari-hari belajar. 14 Peserta didik diperkenankan menyetel radio pada hari-hari belaiar. 15 Peserta didik tidak diperkenankan pulang ke rumah pada hari-hari belajar, kecuali saki!. 16 Peserta didik tidak boleh keluar tanpa izin. 17 Peserta didik diperbolehkan keluar tanpa izin.
18 Peserta didik dibebaskan untuk datang ke pondok kapan saia. 19 Peserta didik diwajibkan mengikuti setiap kegiatan atau jam pelajaran di sekolah.
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
20 Peserta didik tidak diwajibkan mengikuti setiap kegiatan atau jam pelajaran di sekolah.
21 Semua peraturan yang diterapkan di pondok pesantren dijalankan oleh peserta didik dan para pendidik. 22 Semua peserta didik tidak diharuskan mengikuti upacara bendera pada hari senin.
23 Semua peserta didik harus mengikuti keaiatan ekstrakulikuler.
24 Semua peserta didik tidak diharuskan menaikuti keaiatan ekstrakulikuler.
25 Semua peserta didik ikut menjaga keamanan dan ketertiban pond ok pesantren.
26 Pendidik acuh tak acuh kepada peserta didik dalam hal berperilaku.
27 Pendidik selalu memberitahu dan mengajarkan hal-hal yang diperlukan peserta didik. 28 Pendidik tidak memberitahu dan mengajarkan hal-hal yang diperlukan peserta didik. 29 Saya menjunjung tinggi peraturan yang diberlakukan di pondok pesantren. 30 Sava selalu menaeriakan tuaas (PR). 31 Saya tidak mempedulikan tugas-tugas sava (PR).
32 Pendidik acuh tak acuh dalam mengarahkan peserta didik pada kebiasan-kebiasaan vanQ baik.
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
33 Orang tua saya tidak melatih saya untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik (misalkan solat tepat waktu, sopan terhadap oranQ tua).
34 Saya sudah terlatih untuk mematuhi peraturan sekaranQ. 35 Saya hanya mendapatkan teguran dari pendidik ketika saya melawan peraturan.
36 Bagi saya, kedisiplinan tanpa hukuman tidak akan berialan.
37 Oisiplin hanya didelegasikan atau ditugaskan kepada satu atau beberapa pendidik saia. 38 Oi pondok, para pendidik mengajarkan berdisiplin.
39 Semua pendidik ikut andil dalam menegakkan disiplin.
40 Hanya beberapa pendidik saja yang ikut andil dalam meneQakkan disiplin.
41 Orang tua saya bukanlah panutan yang baik untuk anak-anaknva.
42 Oi pondok pesantren, pendidik menjadi contoh suri tauladan bagi peserta didik.
43 Pendidik pun sa.ma-sama menaati peraturan. 44 Pendidik memberikan motivasi agar selalu berdisiplin.
45 Pendidik menggugah hati nurani peserta didik untuk menanamkan minat berdisiplin diri.
46 Pendidik tidak membuka hati nurani peserta didik untuk menanamkan minat berdisiplin diri. 47 Pendidik bersikap biasa saja pada peserta didik yang menilai tinggi disiplin.
48 Pendidik memiliki komunikasi yang baik denqan saya.
49 Pendidik kurang memiliki komunikasi yang baik denqan sava.
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
50 Dalam memberikan motivasi untuk berdisiplin, pendidik berbicara dengan marah-marah.
Periksa kembali jawaban and a jangan sampai ada yang terlewatkan!