HUBUNGAN ANTARA ENERGI SARAPAN PAGI DAN KADAR GLUKOSA DARAH DENGAN PRESTASI BELAJAR (Studi di Kelas IV dan V SD Negeri 4 Cikoneng Kabupaten Ciamis)
PIPIT KURNIASIH Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Siliwangi Jl. Siliwangi No.24 Tasikmalaya 46115 telp. (0265) 323537 Email :
[email protected]
ABSTRAKS Tumbuh kembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian zat gizi dengan kualitas yang baik. Sarana utama dari segi gizi agar stamina anak usia sekolah tetap baik selama mengikuti kegiatan sekolah adalah tidak meninggalkan sarapan pagi. Tanpa sarapan, seseorang akan mengalami kadar glukosa dibawah normal atau hipoglikemia. Hipoglikemia mengakibatkan tubuh gemetaran, pusing, dan sulit berkonsentrasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara energi sarapan pagi dan kadar glukosa darah dengan prestasi belajar khususnya kelas IV dan V di SDN 4 Cikoneng Ciamis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survei dengan pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV dan V yang ditentukan dengan kriteria inklusi ekslusi . Hasil analisa univariat mendapatkan hasil yaitu rata-rata asupan energi sarapan responden sebesar 383,407 kkal. Rata-rata kadar glukosa darah responden sebesar 101,7 mg/dL dan rata-rata prestasi belajar siswa dari hasil ulangan matematika yaitu 64,94. Hasil analisa bivariat dengan uji korelasi pearson menunjukan tidak ada hubungan antara energi sarapan pagi dengan prestasi belajar p>0.05 (p=0,554) serta tidak ada hubungan kadar glukosa darah dengan prestasi belajar p>0,05 (p=0,194). Disimpulkan bahwa energi sarapan pagi dan kadar glukosa darah bukan merupakan faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar tetapi siswa yang tidak sarapan beresiko mengalami hipoglikemia sehingga anak sekolah dianjurkan untuk tetap melakukan sarapan pagi dengan memperhatikan jumlah kalori dan kandungan gizi yang terkandung dalam sarapan. Kata Kunci : energy sarapan pagi, kadar glukosa darah, dan prestasi belajar Kepustakaan : 1978-2012
ABSTRACT Growth of school age children dependent optimal nutrient provision of good quality. Primary means in terms of nutrition that stamina remains good school age children during the school activities are not leaving breakfast. Without breakfast, a person will experience below normal glucose levels or hypoglycemia. Hypoglycemia resulted trembling, dizziness, and difficulty concentrating. This study aims to determine the relationship between energy and the morning breakfast blood glucose levels, especially with school performance grade IV and V in SDN 4 Cikoneng Kudat. The method used in this study is the method with cross-sectional survey. Samples in this study were all students of class IV and V by using the inclusion-exclusion criteria. Results of univariate analysis that matches the average energy intake at breakfast respondents 383.407 kcal. Average blood glucose levels of respondents 101.7 mg/dL, and the average student achievement on the math test results are 64.94. The results of bivariate analysis with Pearson correlation test showed no association between breakfast energy with learning achievement p>0.05 (p=0,554) and no association with blood glucose levels of learning achievement p>0,05 (p=0,194). It was concluded that the energy breakfast and blood glucose levels are not a factor associated with school performance but students who do not have breakfast risk of hypoglycemia so that school children recommended for keep doing breakfast with regard the number of calories and nutrient content contained in breakfast. Key Words Reference
: Breakfast energy, blood glucose levels, learning achievement : 1978-2012
A. PENDAHULUAN Tumbuh kembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian zat gizi dengan kualitas yang baik. Pemberian zat gizi dalam masa tumbuh kembang anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna, sering timbul masalah terutama dalam pemberian makanan yang tidak benar. Penyimpangan ini mengakibatkan gangguan pada banyak organ-organ dan sistem tubuh anak (Judarwanto, 2008). Sarana utama dari segi gizi agar stamina anak usia sekolah tetap baik selama mengikuti kegiatan di sekolah maupun kegiatan ekstra kulikuler adalah tidak meninggalkan sarapan pagi. Sarapan atau makan pagi adalah menu makanan pertama yang dikonsumsi seseorang. Tanpa sarapan, seseorang akan mengalami hipoglikemia atau kadar glukosa dibawah normal. Hipoglikemia mengakibatkan tubuh gemetaran, pusing, dan sulit berkonsentrasi itu semua karena kekurangan glukosa yang merupakan sumber energi bagi otak (Wiharyanti, 2006). Berdasarkan penelitian “Breakfast Reduce Declines in Attention and Memory Over The Morning in School Children” yang dilakukan oleh KA. Wesnes. C Pincock, D. Richardson, G Helm (2003) dengan metode random pada 29 anak tentang tingkat perhatian dan kemampuan daya ingat pada 30, 90, 150, 210 menit setelah sarapan dalam 4 hari didapatkan hasil bahwa anak yang tidak sarapan menunjukan daya konsentrasi atau tingkat perhatian dan kemampuan mengingat yang menurun seiring dengan pertambahan waktu (Wiharyanti, 2006). Penelitian ini akan dilakukan di SD Negeri 4 Cikoneng karena berdasarkan laporan UPTD Pendidikan Kecamatan Cikoneng tahun 2013
dari 30 SD yang ada di wilayah Kecamatan Cikoneng, SD Negeri 4 Cikoneng mempunyai nilai prestasi rendah. Berdasarkan hasil kuesioner awal didapatkan 20% anak dari jumlah sampel 30 siswa tidak melakukan sarapan pagi. Pemilihan objek penelitian ini adalah siswa kelas 4 dan 5 karena pada usia tersebut sudah bisa diajak komunikasi, mengingat masa ini merupakan masa perkembangan intelektual anak mencapai tahap kematangan (Gustian, 2002 :8). Berdasarkan hal tersebut maka akan dilakukan penelitian tentang hubungan antara energi sarapan pagi dan kadar glukosa darah
dengan
prestasi belajar pada siswa kelas 4 dan 5 di SDN 4 Cikoneng Kabupaten Ciamis.
B. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas 4 dan 5 SD Negeri 4 Cikoneng tahun ajaran 2013-2014 yang berjumlah 58 siswa, dengan sampel yang berjumlah 54 siswa yang ditentukan dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1.
Anaslisis Univariat a.
Sarapan Pagi Berdasarkan
hasil
penelitian
terhadap
54
responden
distribusi frekuensi asupan energi sarapan pagi dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Asupan Energi pada Sarapan Pagi Min Max Rata-rata
73 kkal 731 kkal 353,407 kkal
Berdasarkan distribusi frekuensi asupan energi sarapan pagi diperoleh bahwa asupan energi sarapan responden bervariasi dari yang terendah sebesar 73 kkal dan tertinggi sebesar 731 kkal dengan rata-rata asupan energi pada keseluruhan responden sebesar 383,407 kkal. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk anak usia 1012 tahun antara laki-laki berbeda dengan perempuan. Khusus untuk energi anak laki-laki dianjurkan sebanyak 2000 kkal sehari, sedangkan untuk anak perempuan dianjurkan sebanyak 1900 kkal dan 30% total energi harus dipenuhi saat makan pagi (Ratnawati, 2001). Menurut Priandarini dalam Suntari dan Widianah (2012) jumlah energi yang dianjurkan oleh para ahli untuk asupan energi pada pagi hari setiap anak laki-laki dianjurkan kurang lebih sebesar 600 kkal sedangkan untuk anak perempuan kurang lebih sebesar 570 kkal. b.
Kadar Glukosa Darah Pengukuran kadar glukosa dilakukan pada pukul 09.00 pagi untuk menghindari masuknya makanan lain selain sarapan pagi. Kadar glukosa darah siswa dapat dilihat pada table 2.
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kadar Glukosa dalam Darah pada Siswa Min Max Rata-rata
84 mg/dl 125 mg/dl 101,7 mg/dl
Berdasarkan tabel 2 diperoleh bahwa responden memiliki kadar glukosa darah yang bervariasi dengan rata-rata kadar glukosa darah sebesar 101,7 mg/dL, kadar glukosa darah tertinggi sebesar 126 mg/dL dan kadar glukosa darah terendah sebesar 84 mg/dL. Seluruh responden memiliki kadar glukosa darah normal. Jenis makanan yang dimakan untuk makan pagi sangat menentukan kestabilan kadar glukosa, karena glukosa dalam darah merupakan sumber energi untuk bekerja. Kadar normal glukosa darah adalah 80-120 mg/100 cc darah. Makan pagi sebaiknya terdiri dari sumber zat tenaga, sumber zat pengatur, dan sumber zat pembangun (Depkes RI, 2002). Menurut Kaplan (2001), pemberian energi melalui pemberian protein, karbohidrat, ataupun lemak dapat meningkatkan memori dengan jalan meningkatkan glukosa. Suplai gukosa otak diperoleh dari makanan yang dimakan sehari-hari yang setelah diserap oleh usus akan diproses di hati menjadi glukolsa. Glukosa ini akan diedarkan ke seluruh tubuh oleh darah (Tortora, 2006). c.
Prestasi Belajar Hasil prestasi belajar siswa diperoleh dari ulangan salah satu mata pelajaran dengan hasil yang bervariasi pada setiap siswa.
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Hasil Prestasi Belajar Siswa Min Max Rata-rata
25 100 64,94
Tabel 3 menunjukan bahwa hasil ulangan responden memiliki nilai rata-rata sebesar 64,94 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah adalah sebesar 25. Prestasi adalah kemampuan, keterampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal (Winkel, 1984). Prestasi belajar adalah alat ukur yang mampu menentukan beberapa banyak pelajaran yang telah diikuti dapat dikuasai atau diserap oleh peserta didik (Nasution, 1999).
2.
Analisa Bivariat a.
Hubungan Energi sarapan pagi dengan Prestasi Belajar Hasil analisa hubungan antara energi sarapan pagi dengan prestasi belajar menggunakan uji korelasi person diperoleh nilai p>0,05 (p=0,554) yang berarti tidak ada hubungan antara energi sarapan pagi dengan prestasi belajar. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian
yang
dilakukan
oleh
arijanto,
dkk
(2008)
yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan sarapan dengan prestasi belajar siswa Kelas IV SD Negeri Piranti Sidoarjo. Hal ini disebabkan karena sebagian siswa tidak memiliki asupan energi pada sarapan pagi yang cukup atau kurang dari 1/4
energi total, sebab beberapa siswa mengonsumsi makanan jajanan di sekolah. Penelitian yang dilakukan Sulistyanto (2005) mengenai kontribusi makanan jajanan terhadap kecukupan energi, protein dan status gizi dalam kaitannya dengan prestasi belajar menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kecukupan energi dan protein dalam kaitannya dengan prestasi belajar siswa.
b.
Hubungan Kadar Glukosa Darah dengan Prestasi Belajar Berdasarkan hasil analisis hubungan dengan menggunakan uji korelasi pearson diperoleh nilai p>0,05 (p=0,194), yang berarti tidak ada hubungan yang berarti antara kadar glukosa darah dengan prestasi belajar siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian Faridi (2002) mengenai hubungan sarapan pagi dengan kadar glukosa darah dan konsentrasi belajar pada siswa sekolah dasar menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kadar glukosa darah dengan tingkat konsentrasi belajar. Hal ini dikarenakan banyaknya faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa, menurut Soemantri (1978) secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri terdiri dari faktor biologis dan faktor psikologis, status gizi yang dipengaruhi juga oleh asupan energi dan protein.
Sedangkan faktor eksternal dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, sarana keluarga, dan guru. Glukosa adalah salah satu bahan bakar normal yang digunakan oleh sel otak. Makan makanan tinggi gula dapat menyebabkan peningkatan pengeluaran insulin oleh pankreas, segera setelah itu glukosa yang tersedia dalam otakpun menurun, sehingga hal ini dapat menyebabkan krisis energi yang dapat menyebabkan dalam beberapa jam kemudian yaitu lemah, bingung dan atau tegang sehingga kemampuan untuk fokus dan berfikir menurun (Prabowo, 2010).
D. PENUTUP SIMPULAN 1.
Siswa kelas 4 dan kelas 5 SD Negeri 4 Cikoneng memiliki asupan energi yang bervariasi mulai dari yang terendah sebesar 73 kkal dan tertinggi sebesar 731 kkal dengan rata-rata asupan energi pada keseluruhan siswa sebesar 383,407 kkal.
2.
Siswa kelas 4 dan kelas 5 SD Negeri 4 Cikoneng memiliki kadar glukosa darah yang bervariasi dengan rata-rata kadar glukosa darah sebesar 101,7 mg/dL, kadar glukosa darah tertinggi sebesar 126 mg/dLl dan kadar glukosa darah terendah sebesar 84 mg/dL.
3.
Siswa kelas 4 dan kelas 5 SD Negeri 4 Cikoneng memiliki hasil nilai ulangan yang bervariasi dengan rata-rata 64,94 dan nilai tertinggi adalah sebesar 100 sedangkan nilai terendah adalah sebesar 25.
4.
Hubungan antara asupan energi sarapan pagi dengan prestasi belajar siswa kelas 4 dan 5 SD Negeri 4 Cikoneng dengan menggunakan uji korelasi pearson didapatkan hasil nilai p value lebih dari 0,05 yaitu p= 0,554 yang berarti hubungan asupan energi sarapan pagi dengan prestasi belajar menunjukan tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan energi pada sarapan pagi dengan prestasi belajar siswa kelas 4 dan 5 SD Negeri 4 Cikoneng (p=0,554).
5.
Hubungan antara kadar glukosa darah dengan prestasi belajar siswa kelas 4 dan 5 SD Negeri 4 Cikoneng dengan menggunakan uji korelasi pearson diperoleh nilai p value lebih dari 0,05 yaitu p= 0,194 yang berarti tidak ada hubungan antara kadar glukosa darah dengan prestasi belajar siswa kelas 4 dan 5 SD Negeri 4 Cikoneng (p=0,194).
SARAN 1.
Guru menginformasikan dan mengarahkan mengenai jajanan yang sehat serta makanan yang seimbang bagi siswa.
2.
Orang tua hendaknya memperhatikan menu sarapan yang dikonsumsi oleh anak, yaitu memberikan anak makanan yang sehat dan seimbang dan memenuhi standar minimal asupan energi pada sarapan pagi yaitu 600 kkal untuk anak laki-laki dan 570 kkal untuk anak perempuan , dan membiasakan anak untuk selalu mengkonsumsi sarapan agar anak tetap dalam keadaan fit saat beraktifitas di pagi hari.
3.
Perlu diadakan intervensi pada pihak yang memiliki keterkaitan erat dengan subjek (orang tua dan guru), seperti menginformasikan bahwa
jajanan memberikan kontribusi energi yang cukup berarti, tetapi tetap memperharikan kandungan zat gizi dalam jajanan tersebut. 4.
Penelitian lebih lanjut diperlukan dengan mengukur makan malam sebelumnya, dan memperhatikan kualitas dan kuantitas dari sarapan pagi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Arijanto, A. Apriyantini, V. Wijayanti, I. et al. 2008. Hubungan antara Kebiasaan Sarapan dengan prestasi Belajar yang Dicapai dalam Bidang IPA, IPS, Olah Raga, Total Nilai dan Daya Ingat pada Siswa Kelas VI SDN Pranti Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo. Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Depkes RI. 2002. Pedoman Umum Gizi seimbang. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat ; Jakarta Faridi, Ahmad. 2002. Hubungan Sarapan Pagi dan Kadar Glukosa Darah dengan Konsentrasi Belajar pada Siswa Sekolah Dasar. Skripsi Institut Pertanian Bogor Gustian, Edi. 2002. Menangani Anak Uderchiever : anak cerdas dengan prestasi rendah. Puswaswara ; Jakarta Judarwanto, W. 2008. Perilaku Makan Anak Sekolah. Jakarta. http://kesulitanmakan.bravehost.com Di akses 30 Juli 2013 Nasution. 1999. Sosiologi Pendidikan. Bumi Aksara ; Jakarta Prabowo, Yulisetio. B. 2010. Hubungan antara Kebiasaan Sarapan Pagi dengan Indeks Prestasi Komulatif Mahasiswa Tingkat III Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta Tahun Ajaran 2010. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta Ratnawati. 2001. Sehat Pangkal Cerdas. Kompas : Jakarta Soemantri, A. G. 1978. Hubungan Anemia Kekurangan Zat Besi dengan Konsentrasi dan Prestasi Belajar. Tesis Program Pascasarjana Universitas Dipenogoro Semarang Sulistyanto, Joko. 2005. Kontribusi Makanan Jajanan Terhadap Tingkat Kecukupan Energi dan Protein serta Status Gizi dalam kaitannya dengan Prestasi Belajar Anak Sekolah dasar. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Dipenogoro Semarang
Suntari, Ni. Y. dan, Widianah, L. 2012. Hubungan Kalori Sarapan dengan Kemampuan Konsentrasi Belajar Anak Usia Sekolah di SD Negeri 3 Canggu Tahun 2012. Skripsi Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Bali Tortora, G. J. dan Derrickson, B. 2006. An Introduction to The Human Body. Principles of Anatomy and Physiology. 11th ed. USA : John Wiley & Sons. Inc, 4-7 Wiharyanti, Rooslain. 2006. Anak yang Sarapan Daya Ingatnya Lebih Baik. http://bernas.co.id Di akses 30 Juli 2013 Winkel, W. S. 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Gramedia ; Jakarta