HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL SUAMI DENGAN STRES PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA DI DEPARTEMEN BEDAH RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA PUSAT Shanty Sudarji
ABSTRACT Development of the modern era of increasingly broad impacts on the various sides of human life, a change not only affects the thinking and technology, but also to the tendency of the illness. Cancer and various accompanying events can be stressful for the patient. Therefore needed in order to support the patient, the patient’s husband helped her recovery and the patient can survive longer. Stress is a presumption of the individual to a source or a situation which was considered to give the pressure, excitement and a certain burden, both physically and psychologically that is not commensurate with her that she perceived as a threat to the welfare of one's life. Social support assistance provided by the husband is the husband as the people closest to the patient. Breast cancer is a disease caused by the growth of abnormal breast cells, which is the process of malignancy in the breast that often causes death in the group of women sufferers. Independent variables in this study is social support of the husband, the dependent variable is the stress in patients with breast cancer. The study population were women with breast cancer at the Department of Surgery Cipto Mangunkusumo Central Jakarta. Purposive sampling method to sample and try out using unused. Scale of social support and stress scale each consisting of 52 items. Methods of analysis using Pearson Product Moment Correlation. Based on research results found that there is a relationship between social support dan stress. Keywords: social support, stress, breast cancer patient
A. LATAR BELAKANG Perkembangan jaman yang semakin modern memberikan dampak yang luas terhadap berbagai sisi kehidupan manusia. Perubahan yang timbul dari perkembangan itu tidak saja berdampak pada pemikiran dan teknologi, tetapi juga pada kecenderungan penyakit yang diderita masyarakat. Pola hidup penduduk di kota-kota besar berbeda dengan di pedesaan. Penduduk di kota-kota besar banyak yang menderita ketegangan jiwa disebabkan sedikit banyak karena berubahnya kebiasaan hidup seperti kurang gerak, bnerubahnya pola makan ke arah konsumsi
43
Vol. 4 No. 1 April 2011 PSIBERNETIKA
tinggi lemak, kebiasaan merokok, minum alkohol, jarang berolahraga dan sebagainya (Hawari, 2004). Salah satu penyakit yang terus meningkat dewasa ini adalah kanker. Pada beberapa negara, kematian yang disebabkan oleh kanker menduduki urutan terbanyak kedua setelah penyakit kardiovaskuler. Berdasarkan data yang diperoleh Australasian Association of Cancer Registries pada tahun 2001 ditemukan 24% wanita penderita kanker payudara berusia 20 sampai 49 tahun, 49% wanita berusia 50 sampai 69 tahun dan 27% berusia 70 tahun ke atas. American Cancer Society memperkirakan pada tahun 2005, sebanyak 211.240 wanita dan 1.690 pria di Amerika telah didiagnosa menderita kanker payudara pada stadium satu sampai empat. Kanker payudara menempati urutan kedua untuk semua kasus kanker di Indonesia (Prawirohardijo, 1987) setelah kanker rahim (dalam Francis & Satiadarma, 2004). Menurut registrasi histopatologi, kanker payudara merupakan kanker yang paling sering terjadi pada wanita Indonesia (DepKes RI, 1989). RSUPN Cipto Mangunkusumo mencatat pada tahun 2003 terdapat 220 kasus kanker payudara di rumah sakit tersebut. Kanker payudara merupakan penyakit yang dapat mempengaruhi setiap aspek kehidupan manusia. Setiap jenis pengobatan terhadap penyakit ini dapat menimbulkan
masalah-masalah
fisiologis,
psikologis,
dan
sosial
pada
penderitanya. Penyakit kanker dan berbagai peristiwa penyerta yang harus dialami pasien selama sakit dapat menimbulkan stres. Khusus pada penderita kanker payudara, kehadiran stres tidak dapat dipungkiri lagi. Hal ini didukung oleh penelitian Verwoedt bahwa penyakit yang menyebabkan perubahan fisik mengakibatkan stres yang lebih besar bagi wanita, sedangkan penyakit yang menyebabkan ketidakberdayaan lebih berpengaruh terhadap pria. Stres merupakan suatu istilah untuk menggambarkan tekanan-tekanan atau kejadian-kejadian yang mengancam dalam kehidupan seseorang. Stres menurut Chaplin (2001) merupakan keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis. Penyakit kanker payudara dapat digolongkan sebagai stressor atau faktor-faktor yang dapat menimbulkan stres (Bahar, 1995). Menurut Jaco (1977) stres diartikan sebgai keadaan subyektif yang dicirikan oleh dihayatinya secara
44
sadar perasaan yang tidak menyenangkan, menegangkan, mencemaskan, mengkhawatirkan, atau perasaan bahwa ada sesuatu yang salah, bahaya yang akan menimpa, yang dirasakan dan diakui secara sadar oleh individu, walaupun ia mungkin tidak selalu mengetahui kenapa ia dapat merasakan hal tersebut dan apa sumbernya. Dalam hal ini, penderita kanker payudara menghadapi stres yang dinilainya dapat mengancam, atau membahayakan dirinya dan orang-orang disekitarnya. Ancaman yang mungkin dirasakan adalah kematian, kehilangan payudara, berpenampilan tidak menarik, kehilangan perhatian dari kekasih atau suami, kehilangan pekerjaan ataupun aktivitas sosial lainnya. Menurut Maddux dan Lewis (1999), selain perubahan citra tubuh, wanita pengidap kanker payudara juga cenderung memiliki harga diri yang rendah. Kondisi ini membuat para wanita tersebut memiliki kepercayaan diri yang rendah pula yang kemudian dapat mempengaruhi hubungan interpersonal dengan orang lain termasuk pasangan hidup. Kanker payudara dapat mempengaruhi suami dan anak penderita sebagai orang-orang terdekat yang selalu berinteraksi dengan penderita. Suami dapat memberikan reaksi yang positif atau negatif terhadap penyakit yang diderita istrinya. Dukungan sosial suami dapat memberikan manfaat yang besar bagi eksembuhan individu yang mengidap kanker payudara. Kuijer, Ybeme, Buunk, De Jong, Thjis-Boer, dan Sanderman (dalam Francis & Satiadarma, 2004) menyatakan bahwa perempuan pengidap kanker payudara menunjukan adaptasi psikologis yang lebih baik, apabila ia merasa dirinya didukung oleh suaminya. Dukungan suami dapat membantu dalam proses kesembuhan karena didalam tubuh pasien akan terjadi reaksi kimiawi yang merangsang sel-sel tubuh untuk melawan sel kanker (Powell, 2001). Menurut Cobb (dalam Sarafino, 1990), dukungan sosial mengacu pada suatu kenyamanan, kepedulian, harga diri atau pertolongan yang didapatkan individu dari individu lain maupun dari lingkungannya. Dukungan sosial juga menunjukan suatu perilaku yang dianggap mendukung karena memiliki sifat yang membantu atau menghibur, atau perilaku yang mengarahkan keyakinan individu bahwa ia dicintai atau dihargai.
45
Vol. 4 No. 1 April 2011 PSIBERNETIKA
Penelitian ini dilakukan untuk melihat seberapa besar hubungan yang terdapat antara dukungan sosial suami terhadap stres yang dialami oleh wanita pengidap kanker payudara.
B. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui ada hubungan antara dukungan sosial suami dengan stres pada penderita kanker payudara di Departemen Bedah RSUPN Cipto Mangunkusumo.
C. TEORI 1. Stres Pada Penderita Kanker Payudara Dalam kehidupan sehari-hari, istilah stres dikenal oleh banyak orang. Stres itu ada dalam kehidupan manusia dan keberadaannya tidak dapat ditolak atau dihindari. Setiap manusia pasti pernah mengalami stres dalam bentuk atau wujud yang berbeda-beda dan dalam kadar berat yang berbeda pula (Bahar, 1995). Pada umumnya kehidupan orang dewasa selalu akan dihadapkan pada tiga bidang utama tuntutan kehidupan, yaitu kehidupan kerja, kehidupan rumah tangga, dan kehidupan pribadi. Kesulitannya adalah bahwa jarang sekali ketiga tuntutan itu berada dalam keadaan harmonis. Secara umum, stres menurut Maramis (1995) dapat diartikan sebagai segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri, yang bila tidak diatasi dengan baik, akan mengganggu keseimbangan hidup manusia. Stres adalah suatu abstraksi. Orang tidak dapat melihat pembangkit stres, yang dapat dilihat ialah akibat dari pembangkit stres. Setiap aspek kehidupan dapat menjadi pembangkit stres. Menurut Bahar (1995) faktor pembangkit stres dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok antara lain (1) stressor fisik biologik, seperti infeksi, rasa nyeri, luka, penyakit yang sulit disembuhkan, cacat fisik, atau kurang berfungsinya salah satu anggota tubuh, (2) stressor psikilogik, seperti kesepian, takut, kekecewaan, berburuk sangka, sikap permusuhan, iri hati, dan keinginan diluar kemampuan, (3) stressor sosial budaya, seperti kondisi kehidupan berkeluarga yang tidak harmonis, sulit mencari pekerjaan, jenis pekerjaan yang
46
tidak sesuai, maraknya kriminalitas, harga kebutuhan pokok yang mahal, kemacetan lalu lintas, dan kehidupan politik dan ekonomi yang tidak stabil. Kejutan yang datang melalui stres dapat menimbulkan bermacam-macam pengaruh dalam diri seseorang. Setiap individu menanggapi berbeda dampak dari stres tersebut. Reaksi-reaksi individu terhadap stres antara lain (1) reaksi afektif seperti kecemasan, depresi, mudah tersinggung dan perasaan bersalah, (2) reaksi kognitif seperti sulit berkonsentrasi, (3) reaksi biologis, yang tampil dalam fungsi biologis seperti meningkatnya tekanan darah, sakit kepala, dan sebagainya. Penderita kanker payudara perlu diarahkan dalam mengeluarkan reaksi-reaksi yang tepat dalam menghadapi stres sehingga ia dapat menyesuaikan diri dengan kondisinya. Kesembuhan total mungkin sulit dicapai, namun dapat diusahakan terhindar dari akibat yang lebih fatal seperti munculnya gangguan-gangguan mental misalnya depresi, perasaan berdosa, bahkan kecenderungan untuk bunuh diri (Adji, 1997). 2. Dukungan Sosial Suami Dalam melewati dan menjalani kehidupan sejak dari kecil hingga dewasa, setiap orang selalu berinteraksi dengan orang lain. Setiap mahluk sosial tentunya memerlukan orang lain disekitarnya untuk memberikan bantuan dan dukungan bila menjalani suatu masalah karena tidak semua orang memmpunyai kemampuan untuk mengatasi sendiri semua persoalan yang dihadapinya.bantuan dan dukungan yang diberikan oleh orang disekitar individu dapat disebut sebagai dukungan sosial. Menurut Gotlieb (1994), dukungan sosial suami terdiri dari informasi atau nasehat verbal dan atau non verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran orang lain dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima. Menurut Sarason, Sarason & Pierce (dalam Sukamto, 1999) dukungan sosial memiliki lima dimensi dasar antara lain (1) dukungan emosional, (2) dukungan penghargaan, (3) dukungan instrumental, (4) Dukungan jaringan atau integrasi sosial, (5) dukungan informasi.
47
Vol. 4 No. 1 April 2011 PSIBERNETIKA 3. Penyakit Kanker Terdapat banyak jenis kanker. Salah satunya adalah kanker payudara. Kanker payudara merupakan penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel payudara yang tidak normal, yang merupakan proses keganasan pada payudara yang sering menyebabkan kematian pada kelompok wanita yang menderita kanker. Beberapa hal dapat menjadi penyebab atau sumber munculnya kanker payudara antara lain mengalami radiasi sebelumnya pada payudara, adanya riwayat keluarga yang pernah mengalami kanker, tidak menikah, menikah namun tidak melahirkan, tidak pernah menyusui anak, melahirkan anak pertama setelah usia 35 tahun, mendapat haid pertama kurang dari 11 tahun, pernah mendapat terapi hormonal dalam jangka waktu lama, menopause setelah usia 50 tahun (Tjindarbumi, 1990). Secara fisik, kanker payudara berdampak pada kerontokan rambut, lemas, mual berlebihan, muntah, kehilangan selera makan, dan kelelahan. Pada penderita yang mengalami masektomi juga mengalami dampak fisik yang tidak menyenangkan yakni terbatasnya gerakan lengan. Secara psikologis dampak yang dialami biasanya muncul karena keluarga atau teman-teman penderita tidak memahami reaksi penderita terhadap penyakitnya. Pada umumnya banyak yang mengalami depresi, kecemasan, stres serta gangghuan dalam pernikahan dan atau pekerjaan. Stres dapat timbul jika penderita tidak mendapat dukungan dari lingkungan sekitarnya.
D. METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah wanita penderita kanker payudara di Departemen Bedah RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta Pusat. Metode pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sample yakni pengambilan sampel berdasarkan karakteristik yang telah ditentukan sebelumnya. Karakteristik sampel adalah wanita berusia 30 tahun keatas, sudah menikah dan masih memiliki suami, mendapat diagnosa kanker payudara dan telah menjalani operasi masektomi, pendidikan minimal SMP agar lebih mudah memahami penyataan-pernyataan yang terdapat dalam kuesioner, serta memiliki kondisi kesehatan yang masih memungklinkan untuk mengisi kuesioner yang diberikan. 48
Akan digunakan skala dukungan sosial suami dan skala stres. Dukungan sosial suami meliputi dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan informasi. Skala dukungan sosial suami terdiri dari 52 item yang disusun ber4dasarkan bentuk favorabel sebnayak 26 item dan unfavorabel sebanyak 26 item yang diletakan secara acak. Setiap subyek diminta memilih satu dari empat alternatif jawaban yang ada. Keempat jawaban tersebut adalah sangat tidak sesuai (STS), tidak sesuai (TS), sesuai (S), dan sangat sesuai (SS). Skala stres disusun meliputi aspek fisik, emosional, intelektual, dan interpersonal. Perenyataan-pernyataan terdiri dari 26 item favorabel dan 26 item unfavorabel yang disusun secara acak. Pengujian validitas item dilakukan dengan menghitung korelasi antar skor subyek pada item skala total. Digunakan Korelasi Product Moment dari Karl Pearson dalam program SPSS versi 11.0 for winmdows dalam penghitungan validitas.
E. HASIL Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapat hasil koefisien korelasi antara dukungan sosial suami dengan stres dengan nilai r = -0,394 dengan p<0.05, hal ini menunjukan bahwa hipotesis nihil yang menyatakan bahwa “tidak ada hubungan antara dukungan sosial suami dengan stres pada penderita kanker payudara di Departemen Bedan RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta Pusat” ditolak, dengan demikian hipotesis kerja yang mentyatakan bahwa “ada hubungan antara dukungan sosial suami dengan stres pada penderita kanker payudara di Departemen Bedan RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta Pusat” diterima. Semakin tinggi dukungan sosial suami maka semakin rendah stres yang dialami oleh penderita kanker payudara, atau sebaliknya semakin rendah dukungan sosial suami maka semakin tinggi stres yang dialami penderita kanker payudara.
49
Vol. 4 No. 1 April 2011 PSIBERNETIKA F. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial suami dengan stres pada penderita kanker payudara di Departemen Bedan RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta Pusat. Arah hubungan yang negatif menunjukkan semakin tinggi dukungan sosial suami yang dirasakan maka stres pada wanita penderita kanker payudara akan semakin rendah, atau sebaliknya.
G. SARAN Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan menambah jumlah subyek penelitian. Selain itu juga dapat ditambahkan variabel lainnya agar hasil yang didapat semakin lengkap dan menyeluruh. Bagi penderita kanker payudara disarankan untuk lebih membuka diri terhadap orang lain terutama suami sebagai orang terdekat, dengan lebih membuka diri diharapkan dukungan sosial yang diberikan akan lebih terasa pengaruhnya dalam menurunkan kadar stres yang dialami dalam menghadapi proses pengobatan yang relatif lama, melelahkan, bahkan menyakitkan.
DAFTAR PUSTAKA
Adji, A. (1997). Dukungan sosial pada penderita kanker payudara. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Bahar, E. (1995). Stres dan kesehatan. Palembang: Universitas Kedokteran UNSRI Chaplin, J. P. (2001). Kamus lengkap psikologi, cetakan ke-7. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa Doelhadi, E. M. (1997). Strategi dalam pengendalian dan pengelolaan stres. Anima. Indonesian Psychological Journal. Vol 12, No 48. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Dorothy, C. H. (1990). Stress management: an integrated approach to therapy. New York: Pergamon Press
50
Fauziah, S., Sukamto, M. (1999). Hubungan antara kemampuan manajemen waktu dan dukungan sosial suami terhadap tingkat stres pada ibu berperan ganda. Anima. Indonesian Psychological Journal. Vol 15, No 1. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Surabaya Gunarsa, S. D. (2004). Psikologi praktis: anak, remaja dan keluarga. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia Hadi, S. (2000). Metodologi penelitian. Yogyakarta: Andi Offset Hawari, D. (2004). Penyakit jantung koroner. Dimensi psikoreligi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Kerlinger, N. F. (1993). Asas-asas penelitian behavioral. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Loekmono, J. T., Hamakonda, E. S. (1999). Aras stres, jenis kelamin, dan faktorfaktor dimensi kepribadian pada guru. Inovasi, seri laporan penelitian kependidikan. Vol 1, No 1. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana Makin, P., Lindley, E., Patricia, A.(1994). Positive stress management. A practical guide for those who work under pressure. London: Kogan Page Limited Maliya, A. (2004). Perubahan sel kanker dari sudut pandang biologi mokuler. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta Maramis, W. F. (1998). Catatan ilmu kedokteran jiwa. Surabaya: Airlangga University Press Mirowsky, J., Catherine, R.E. (1989). Social causes of psychological distress. New York: Aldine De Gruyter. Neil, N. (2002). Psikologi kesehatan. Pengantar untuk perawat dan profesional kesehatan lain. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran Nugrahani, E. (2002). Peran keluarga sebagai sumber dukungan dan sumber stres pada penderita kanker payudara. Jakarta: Universitas Indonesia Rosmauli, H. (2005). Kondisi stres emosional dan penyesuaian diri pada wanita penderita kanker payudara. Jakarta. Skripsi 2005, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Sarafino, E. P. (1990). Health psychology: Biopsychosicoal Interaction. Toronto: John Willey & Sons
51
Vol. 4 No. 1 April 2011 PSIBERNETIKA
Satiadarma, M. P., Francis, S. (2004). Pengaruh dukungan keluarga terhadap kesembuhan ibu yang mengidap kanker payudara. Arkhe. Jurnal Ilmiah Psikologi. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara Sevilla, C., Punsalan, A., Regala, G., Uriate, B.P., Gabriel, G. (1993). Pengantar metodologi penelitian. Penerjemah: Allimuddin Tuwu. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Smet, B. (1994). Psikologi kesehatan. Jakarta: PT Grasindo Smith, P. J.(1994). Bagaimana mengendalikan stres. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Sugiyono (2003). Statistika untuk penelitian. Bandung: CV Alfabeta Susanti, C., Wahyuningsih, S. (2003). Makna hidup dan ketakutan akan kematian pada penderita kanker usia dewasa madya. Anima. Indonesian Psychological Journal. Vol 19, No 1. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. Tjindarbumi. (1990). Deteksi dini dan pencegahan dengan tata cara hidup sehat pada kanker payudara. Jakarta: Yayasan Kanker Indonesia.
52