HUBUNGAN KOPING DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN BODY IMAGE PASIEN KANKER PAYUDARA POST MASTEKTOMI DI POLI BEDAH ONKOLOGI RSHS BANDUNG 1 1
Anis Supi Tasripiyah 1Ayu Prawesti 1Urip Rahayu
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran
ABSTRAK Kanker payudara beserta terapinya memiliki dampak fisik maupun psikologis. Kehilangan payudara akibat mastektomi menjadi permasalahan utama dalam body image seseorang. Body image dibangun oleh kemampuan koping individu serta dukungan sosial yang diperoleh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara koping dan dukungan sosial dengan body image pasien kanker payudara post mastektomi di Poli Bedah Onkologi RSHS Bandung. Jenis penelitian ini deskriptif kuantitatif korelasional. Teknik sampling menggunakan consecutive sampling, dengan jumlah 40 responden. Teknik pengumpulan data menggunakan tiga kuisioner berskala Likert. Kuisioner body image dengan reliabilitas 0,840, kuisioner koping yang merupakan Inventory dari Brief Cope (reliabilitas =0,918), dan kuisioner dukungan sosial dengan reliabilitas 0,876. Analisa data menggunakan chi kuadrat ( χ 2 ), didapatkan adanya hubungan signifikan antara koping dengan body image (pvalue=0,025) serta adanya hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan body image (p-value=0,012). Berdasarkan hasil tersebut, promosi koping yang adaptif dan optimalisasi dukungan sosial perlu diupayakan untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis terkait body image. Salah satunya dengan konseling individu ataupun secara kelompok (grup). Kata kunci : body image, dukungan sosial, kanker payudara, koping, mastektomi ABSTRACT Breast loss which came from mastectomy became main problem in people’s body image. Body image is built by the individual’s coping ability and acquired social support. The aim of this study was to know correlation between coping and social support with the body image in breast cancer patients post mastectomy at Poli Bedah Onkologi RSHS Bandung. Method of this study used descriptive correlational. Sampling technique used consecutive sampling with 40 respondents. Data collecting tech used three questionnaires with Likert scale. Body image questionnaire,(α=0,840), coping questionnaire which inventory from Brief Cope (α=0,918), and social support questionnaire (α=0,876).Data analysis which used chi square ( χ 2 ) resulted there was a significant correlation between coping and body image(p-value=0.025) and there was a significant correlation between social support and body image (p-value = 0.012). Based on the result, adaptively coping promotion and optimalization of social support need to increase psychological wellbeing due to body image through personal conselling or group. Anis Supi Tasripiyah Fakultas Ilmu Keperawatan Unpad Jl. Raya Bandung- Sumedang Km.21 Jatinangor - Sumedang e- mail :
[email protected]
Page
1
Keywords: body image, breast cancer, coping, mastectomy, social support PENDAHULUAN Kanker payudara adalah formasi keganasan sebagai hasil dari pertumbuhan yang tidak terkontrol pada sel-sel abnormal jaringan payudara (Osborn, et al., 2010). Data dari Sistem Informasi RS tahun 2008 menunjukkan kanker payudara (18,4 %) menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh rumah sakit di Indonesia (Dinas Kesehatan Jawa Barat, 2009). Secara garis besar penatalaksanaan kanker payudara dibagi menjadi dua, terapi lokal (bedah konservatif, mastektomi radikal yang dimodifikasi, mastektomi radikal dengan rekontruksi. ) dan terapi sistemik (kemoterapi, terapi hormonal dan penggantian sumsum tulang) (Smeltzer dan Bare, 2002). Kanker payudara beserta terapinya, memiliki dampak fisik maupun psikologis. Dampak fisik berupa mual, kerontokan rambut akibat kemoterapi, kerusakan jaringan lain akibat terapi radiasi, limfedema dan nyeri pada bahu dan lengan setelah operasi. Sedangkan dampak psikologis berupa ketakutan akan kanker, ancaman terhadap body image, seksualitas, intimasi dari hubungan, serta konflik dalam pengambilan keputusan terkait pilihan pengobatan yang akan dipilih (Osborn, et al., 2010). Reich, et al. (2008) juga menyebutkan dampak psikologis dari kanker payudara adalah berupa ketakutan pada kematian, cemas, depresi, gangguan pada body image dan seksualitas. Pada bedah pengangkatan payudara (mastektomi), kehilangan akan satu atau kedua payudara adalah peristiwa traumatik dalam kehidupan wanita dan berdampak pada aspek psiko-sosial serta kehidupan seksualnya (Dian, et al., 2006). Pengangkatan payudara melalui operasi menjadi hal utama pada permasalahan body image melalui
Anis Supi Tasripiyah Fakultas Ilmu Keperawatan Unpad Jl. Raya Bandung- Sumedang Km.21 Jatinangor - Sumedang e- mail :
[email protected]
Page
2
kehilangan bagian tubuh, jaringan parut, atau perubahan pada kulit yang berpengaruh pada vitalitas pasien, aktualisasi diri, fungsi sosial, fungsi fisik dan kualitas hidup (Franco, et al., 2010). Untuk membantu perawat dalam mengkaji dan mengintervensi aspek psikologis pasien terkait body image, Price (1990 dalam Jester, 2007) mengajukan sebuah model Body Image Care. Model ini berfokus pada bagaimana pengalaman individu terhadap tubuhnya dan bagaimana reaksi individu tersebut terhadap pandangan orang lain tentang dirinya. Body Image Care Model menempatkan Realitas Tubuh (bagaimana keadaan tubuh yang sebenarnya ), Ideal Tubuh (seperti apa idealnya tubuh yang diinginkan individu ), serta Presentasi Tubuh
(bagaimana
pandangan orang lain terhadap
indivividu) ke dalam tiga sudut dalam segitiga (triangular). Strateginya adalah dengan bagaimana mempertahankan ke tiga sisi segitiga tersebut tetap seimbang (Price, 1990 dalam Jester, 2007). Ketika ada perbedaan jauh antar realitas diri dengan ideal diri, ada dua strategi yang dapat digunakan untuk mengompensasinya. Pertama dengan mengubah pandangan akan ideal diri dan yang kedua dengan menggunakan presentasi diri sebagai bentuk kompensasinya (Price, 1990 dalam Newell, 1999). Namun upaya untuk menjaga ke tiga sisi dalam segitiga tersebut tetap seimbang tidaklah mudah. Hal ini dapat disebabkan oleh kemampuan koping individu yang buruk atau rendahnya dukungan sosial terhadap individu tersebut (Price, 1990 dalam Jester, 2007). Pernyataan ini di dukung oleh Furness, et al. (2006 dalam Mohan, 2012 ) bahwa dukungan sosial dan kemampuaan koping seseorang dalam perubahan situasi merupakan hal penting
Anis Supi Tasripiyah Fakultas Ilmu Keperawatan Unpad Jl. Raya Bandung- Sumedang Km.21 Jatinangor - Sumedang e- mail :
[email protected]
Page
3
METODE Penelitian ini merupakan
jenis penelitian deskriptif
korelasional. Variabel
dalam penelitian ini berupa satu variabel terikat dan dua variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah koping yang digunakan dan dukungan sosial yang dipersepsikan oleh pasien kanker payudara post mastektomi di Poli Bedah Onkologi RSHS Bandung sedangkan variabel terikatnya adalah body image pasien kanker payudara post mastektomi di Poli Bedah Onkologi RSHS Bandung. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1.
Hubungan antara koping dengan body image H0 :
Tidak terdapat
hubungan antara koping dengan body image pasien
kanker payudara post mastektomi. Ha :
Terdapat hubungan antara koping dengan body image pasien kanker payudara post mastektomi.
2.
Hubungan antara dukungan sosial dengan body image H0 :
Tidak terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan body image pasien kanker payudara post mastektomi.
Ha : Terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan body image pasien kanker payudara post mastektomi. Sampel dalam penelitian ini adalah 40 pasien kanker payudara post mastektomi di Poli Bedah Onkologi RSUP Hasan Sadikin Bandung dengan kriteria inklusi usia ≤ 50 tahun, menikah, dan waktu pelaksanaan mastektominya ≥ 6 bulan. Sementara kriteria eksklusinya adalah pasien dengan psikosa dan depresi. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Ada tiga kuisioner berskala Likert
Anis Supi Tasripiyah Fakultas Ilmu Keperawatan Unpad Jl. Raya Bandung- Sumedang Km.21 Jatinangor - Sumedang e- mail :
[email protected]
Page
4
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuisioner untuk mengukur body image yang terdiri dari 29 item dengan reliabilitas (α) = 0,840. Kuisioner untuk mengukur strategi koping yaitu kuisioner Brief Cope yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Kuisioner ini terdiri dari 28 item (α= 0,918). Kuisioner untuk mengukur dukungan sosial yang terdiri dari 29 item (α= 0,876). Analisa data terdiri dari tahap, yaitu menggambarkan variabel koping dan dukungan sosial dengan menggunakan Skor T dan variabel body image dengan menggunakan Skor Z. Setelah itu untuk melihat hubungan antara koping dan dukungan sosial dengan body image digunakan uji chi kuadrat.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Tabel 1. Karakteristik Responden Hubungan Koping dan Dukungan Sosial Dengan Body Image Pasien Kanker Payudara Post Mastektomi Di Poli Bedah Onkologi RSHS Bandung Juni 2012 Karakteristik
Frekuensi (f) (n = 40)
Persentase (%) (n = 100)
Usia 31-40
14
35
41-50
26
65
Tidak tamat SD
3
8
SD
16
40
Pendidikan
SMP
10
25
SMA
6
15
PT
5
13
Buruh
5
13
IRT
30
75
PNS
3
8
Wiraswasta
2
5
Sunda
35
88
Jawa
5
13
Pekerjaan
Suku Bangsa
Anis Supi Tasripiyah Fakultas Ilmu Keperawatan Unpad Jl. Raya Bandung- Sumedang Km.21 Jatinangor - Sumedang e- mail :
[email protected]
Page
5
Waktu Operasi 6-12 bulan
29
73
1-2 tahun
6
15
>2 tahun
5
13
Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Koping dan Body Image Body Image
Koping
Positif
Chi-square
Negatif
Total
F
%
F
%
F
%
Fokus Emosi
15
65,22
5
29,41
20
50
Fokus Masalah
8
34,78
12
70,59
20
50
Total
23
57,50
17
42,50
Tabel 3.
p-value
χ2
5, 013
0,025
100,00
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Sosial dan Body Image Body Image
Dukungan Sosial
Positif
Chi-square
Negatif
Total
F
%
F
%
F
%
Mendukung
16
69,57
5
29,41
21
52, 50
Tidak Mendukung
7
30,43
12
70,59
19
47,50
Total
23
57,50
17
42,50
χ2
6,320
p-value
0, 012
100,00
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Aspek dari Dukungan Sosial Subvariabel Mendukung Tidak Mendukung f % f % Dukungan Emosi Dukungan Penghargaan Dukungan Instrumental Dukungan Informasi
20 24 20 23
50 60 50 57
20 16 20 17
50 40 50 43
Anis Supi Tasripiyah Fakultas Ilmu Keperawatan Unpad Jl. Raya Bandung- Sumedang Km.21 Jatinangor - Sumedang e- mail :
[email protected]
Page
6
Tabel 5. Rata-rata Nilai Indikator Subvariabel Dukungan Emosi dan Instrumental Responden Indikator
Mean nilai indikator
Interpretasi
Perhatian terhadap perkembangan kesehatan pasien Perhatian terhadap jadwal kontrol pasien Perhatian dan empati terhadap jadwal kontrol pasien Rata- rata total Dukungan Instrumental Pemberian bantuan dalam bentuk dana Pemberian Pertolongan Meluangkan waktu Pengawasan
2,5 1,9 2,6
Diatas mean Dibawah mean Diatas mean
Mean total
2,3
Dukungan Emosi
2,1 1,7 2,2 2,2 2,4
Dibawah mean Dibawahdengan mean Dibawah mean Diatas mean
Hubungan Antara Koping dan Body Image Pada pengujian hipotesis dengan menggunakan chi kuadrat (tabel 2) didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara koping dengan body image pasien kanker payudara post mastektomi di Poli Bedah Onkologi RSHS Bandung. Dari 23 responden yang memiliki body image positif, sebagian besar responden (65, 22 %) cenderung berkoping fokus pada emosi, sisanya (34, 78%) berkoping fokus pada masalah. Sementara dari 17 responden yang memiliki body image negatif, sebagian besar responden (70,59%), cenderung berkoping fokus pada masalah, sisanya (29,41%), cenderung berkoping fokus pada emosi. Responden yang cenderung menggunakan koping berfokus pada masalah berkeyakinan bahwa keadaan tubuh setelah dimastektomi perlu untuk diubah. Hal ini didukung oleh pernyataan Scheier & Carver (1992 dalam Mathew et al., 2009 ) bahwa penggunaan koping yang berfokus pada masalah digunakan ketika suatu masalah dinilai sebagai sesuatu yang harus diselesaikan. Bishop (1984 dalam Rustiana dan Cahyati, 2012) juga menyebutkan bahwa suatu strategi mengambil tindakan langsung (koping
Anis Supi Tasripiyah Fakultas Ilmu Keperawatan Unpad Jl. Raya Bandung- Sumedang Km.21 Jatinangor - Sumedang e- mail :
[email protected]
Page
7
berfokus pada masalah) dapat menjadi efektif ketika ada alasan untuk percaya bahwa situasi dapat diubah. Hasil yang negatif pada body image pasien yang cenderung berkoping fokus pada masalah dapat disebabkan oleh pikiran pasien yang terus menerus fokus terhadap masalahnya.
Dalam Matthew, et al. (2009) disebutkan bahwa pada pasien kanker
payudara yang mencoba memahami masalah yang dihadapi, mencari informasi dan memikirkan cara untuk menyelesaikan masalah biasanya banyak ditemukan pada fase sebelum pengobatan dilakukan. Pada fase setelah pengobatan (mastektomi), pasien kanker dapat lebih memandang masalahnya sebagai sebuah situasi yang harus diterima dari pada sebagai sesuatu yang harus ditindak dan memiliki tujuan (Matthew et al., 2009). Keadaan tubuh setelah mastektomi yang belum diterima oleh individu membuat individu merasa perlu untuk mengubah situasi. Individu tersebut terus memikirkan cara untuk mengatasi masalahnya sehingga terbentuklah body image yang negatif. Hal ini didukung oleh pernyataan Matthew et al., (2009) bahwa penggunaan koping yang berfokus masalah bersesuaian dengan ketidakpuasan individu akan tujuan dan hasil dari pengobatan. Responden yang cenderung menggunakan koping berfokus pada emosi memandang keadaan tubuh setelah mastektomi bukan suatu hal yang harus diubah. Hal ini didukung oleh pernyataan Matthew et al.(2009) bahwa perempuan tidak harus selalu memandang suatu penyakit sebagai sebuah masalah yang harus diubah atau diselesaikan. Penggunaan koping berfokus pada emosi oleh individu digunakan untuk mengatasi emosi negatif dimana strategi tersebut tidak mengubah situasi stres, tetapi hanya mengubah cara individu menghayati atau memikirkan situasi. Hal ini sejalan dengan pernyataan Perrez and Reichert (1992 dalam Rustiana dan Cahyati, 2012) bahwa
Anis Supi Tasripiyah Fakultas Ilmu Keperawatan Unpad Jl. Raya Bandung- Sumedang Km.21 Jatinangor - Sumedang e- mail :
[email protected]
Page
8
penggunaan koping berfokus pada emosi merupakan proses seseorang untuk berfokus menghilangkan emosi yang berhubungan dengan situasi stres, walaupun situasi itu sendiri tidak dapat diubah (Perrez and Reichert, 1992 dalam Rustiana dan Cahyati, 2012). Hasil positif yang didapat pada body image pasien yang berkoping fokus pada emosi dapat dikaitkan dengan pengalihan pikiran pasien terhadap suatu masalah dan penerimaan pasien terhadap masalahnya. Dalam Drageset, et al. (2010), disebutkan bahwa pengalihan pikiran melalui berbagai aktivitas seperti melakukan hobi, melakukan kegiatan sehari- hari dan menikmati hidup dapat membangun emosi yang positif. Selain itu, Dalam Dregeset, et al.(2010) juga disebutkan bahwa penerimaan akan keadaan tubuh setelah operasi, penemuan hikmah dari suatu masalah, serta pengunaan religi (berdoa) membuat
seseorang merasa lebih tentram. Adapun penggunaan
dukungan emosional juga turut serta berperan. Hubungan yang baik antara pasien dengan keluarga dan teman, sikap positif dan suportif dari kerabat dan petugas kesehatan dinilai sangat membantu membentuk emosi yang positif (Drageset, et al., 2010). Bagaimanapun koping yang berfokus pada emosi menyelesaikan masalah hanya sementara. Menurut Suls and Fletcher (Bishop, 1994; Rustiana dan Cahyati, 2012 ) menyatakan bahwa penyelesaian masalah dengan koping berfokus emosi biasanya bertahan
sementara waktu
saja karena sifatnya hanya menghindari,
bukan
menyelesaikan masalah. Makna dari sakit atau suatu penyakit sangat relevan dengan strategi koping individu. Individu sering menganggap bahwa kanker merupakan penyakit seumur hidup sehingga membuat mereka berpikir akan makna dari kesehatan (Mathew et al., 2009). Perawat dapat menggunakan perannya sebagai konselor untuk
Anis Supi Tasripiyah Fakultas Ilmu Keperawatan Unpad Jl. Raya Bandung- Sumedang Km.21 Jatinangor - Sumedang e- mail :
[email protected]
Page
9
menggali makna dari sebuah kesehatan bagi pasien kanker payudara post mastektomi sehingga dapat mengajukan strategi koping adaptif baik koping fokus masalah maupun koping fokus emosi secara sinergis dan tepat.
Hubungan Antara Dukungan Sosial dan Body Image Pada pengujian hipotesis dengan menggunakan uji chi kuadrat (tabel 3) dapat diketahui adanya hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan body image pasien kanker payudara post mastektomi di Poli Bedah Onkologi RSHS Bandung. Dari 23 responden yang memiliki body image positif, sebagian besar responden (69,57% ) mempersepsikan dukungan sosialnya mendukung, sisanya (30,43%) mempersepsikan tidak mendukung. Sementara dari 17 responden yang memiliki body image negatif, sebagian besar responden (70,59%) mempersepsikan dukungan sosialnya tidak mendukung, sisanya (29,41%), mempersepsikan mendukung. Body image negatif pada pasien yang menilai dukungan sosialnya tidak mendukung dapat disebabkan karena persepsi negatif pasien terhadap dukungan sosial membuat pasien merasa keadaannya sekarang tidak diterima oleh orang lain sehingga penerimaan pasien terhadap keadaan tubuhnya setelah mastektomi menjadi terhambat. Hal ini didukung oleh Roid & Fitt ( 1998 dalam Sheppard and Ely, 2008) yang menyatakan bahwa body image dibangun melalui keyakinan diri sendiri maupun orang lain, ideal budaya dan umpan balik dari orang lain baik secara nyata maupun hany dalam pikiran pasien. Dalam Filazoglu, et al. (2008) juga disebutkan bahwa rendahnya dukungan sosial pada seseorang berkaitan dengan distress emosional (Filazoglu, et al.,2008). Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa hampir setengah responden (42%) mempersepsikan dukungan sosial tidak mendukung. Hal ini dikarenakan rendahnya Anis Supi Tasripiyah Fakultas Ilmu Keperawatan Unpad Jl. Raya Bandung- Sumedang Km.21 Jatinangor - Sumedang e- mail :
[email protected]
Page
10
tingkat dukungan sosial pada aspek dukungan emosi dan dukungan instrumental. Dukungan emosi (tabel 4) didapatkan bahwa setengah dari responden (50%) mempersepsikannya tidak mendukung. Hal ini dikarenakan pada dukungan emosi terdapat indikator yang nilai rata- ratanya berada dibawah rata- rata total (tabel 5). Indikator yang dimaksud adalah indikator perhatian terhadap jadwal kontrol dengan nilai rata- ratanya 1,9 dimana rata- rata total adalah 2,2. Kurangnya perhatian terhadap jadwal kontrol pasien membuat pasien merasa terabaikan. Perhatian dan empati terhadap stressor dan pengobatan yang dijalani pasien akan membuat pasien merasa lebih dihargai dan merasakan adanya keterlibatan dari sumber dukungan terhadap proses penyembuhan pasien sehingga akan mempengaruhi perilakunya untuk lebih bersemangat untuk sembuh. Hal ini didukung oleh Friedman, et al.,
(2003) bahwa dukungan emosi yang meliputi ekspresi empati, perhatian, dan
perlindungan dari sumber dukungan kepada pasien dapat memberikan perasaan senang, tenteram, merasa dimiliki dan dicintai bagi pasien yang sedang mengalami kecemasan (Friedman, et al., 2003). Pada aspek dukungan instrumental, dari hasil penelitian didapatkan bahwa setengah responden (50%) mempersepsikannya tidak mendukung. Hal ini dikarenakan pada dukungan instrumental terdapat indikator yang nilai rata-ratanya dibawah rata-rata total. Dari tabel 5 dapat diketahui indikator pemberian bantuan dalam bentuk dana nilai rata- ratanya 1,7 dimana rata-rata totalnya 2,3. Pemberian bantuan finansial sangat tergantung dari tingkat ekonomi sumber dukungan. Menurut Hlebec, et al. (2009), faktor yang mempengaruhi dukungan instrumental adalah faktor sosioekonomi dan budaya. Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang, maka ia akan lebih cepat tanggap terhadap masalah kesehatan yang dialami
Anis Supi Tasripiyah Fakultas Ilmu Keperawatan Unpad Jl. Raya Bandung- Sumedang Km.21 Jatinangor - Sumedang e- mail :
[email protected]
Page
11
oleh dirinya dan keluarganya. Body image positif pada pasien yang menilai dukungan sosialnya mendukung dikarenakan dukungan sosial membuat seseorang merasa dicintai dan diperhatikan serta diterima keadaanya. Menurut Sheridan dan Radmacher (1992, dalam Rustiana, 2006) dukungan yang dimiliki oleh seseorang dapat mencegah berkembangnya masalah akibat tekanan yang dihadapi. Hal ini sejalan dengan Matthew et al. (2005) yang menyatakan bahwa adaptasi seeorang terhadap kanker dan terapinya dipengaruhi oleh sumber psikososial seperti dukungan sosial. Kepuasan akan dukungan sosial menurunkan stress terkait kanker payudara (Scheier and Carver, 1992; Trunzo and Pinto, 2003; Ah, et al., 2007). Hal ini juga didukung oleh Bloom (1982; Simpson, et al., 2002; Ah, et al., 2007) yang menyatakan tingkat kepuasan yang tinggi akan dukungan sosial berhubungan dengan health outcome yang lebih baik termasuk didalamnya tingkat stress psikologis yang rendah
Keterbatasan Penelitian Peneliti hanya mendapatkan 40 orang sampel dari jumlah yang seharusnya yaitu 42 orang sampel. Hal ini dapat saja mengubah hasil penelitian. Selain itu, pembagian kuisioner kepada responden dilakukan disaat responden sedang menunggu panggilan ke dalam ruang pemeriksaan sehingga konsentrasi responden tidak hanya terfokus untuk mengisi kuisioner.
SIMPULAN Setengah responden (50%) berkoping fokus pada emosi dan sisanya berkoping fokus pada masalah. Sebagian besar responden (58%) mempersepsikan mendukung
Anis Supi Tasripiyah Fakultas Ilmu Keperawatan Unpad Jl. Raya Bandung- Sumedang Km.21 Jatinangor - Sumedang e- mail :
[email protected]
Page
12
terhadap dukungan sosial, sisanya (42%) mempersepsikan tidak mendukung. Body image sebagian besar responden (53%) positif, sisanya (47%) negatif, Dari hasil penelitian juga dapat disimpulkan adanya hubungan yang signifikan antara koping dengan body image pasien kanker payudara post mastektomi di Poli Bedah Onkologi RSHS Bandung. Begitu pula dengan hubungan antar dukungan sosial dengan body image, ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan body image pasien kanker payudara post mastektomi di Poli Bedah Onkologi RSHS Bandung.
SARAN 1.
Bagi institusi rumah sakit diharapkan agar lebih peduli dan mampu mengevaluasi kembali tingkat kesejahteraan psikologis pasien kanker payudara post mastektomi yang menjalanin rawat jalan serta dapat meningkatkan dukungan sosial yang diberikan kepada pasien kanker payudara post mastektomi yang menjalani rawat jalan melalui penyediaan layanan konseling individu ataupun terapi psikologis secara kelompok (grup) yang berkesinambungan.
2.
Bagi praktik keperawatan diharapkan perawat selaku tenaga kesehatan yang memberi pelayanan kesehatan bagi pasien kanker payudara post mastektomi nantinya dapat lebih mempersiapkan psikologis pasien dalam penerimaan terhadap keadaan tubuh setelah operasi.
3.
Bagi institusi pendidikan keperawatan, diharapkan dapat menciptakan menyiapkan lulusan yang berkompetensi terutama dalam memberikan asuhan keperawatan yang menyeluruh (holistik) bagi pasien yang berisiko memilki dampak psikologis jangka panjang.
Anis Supi Tasripiyah Fakultas Ilmu Keperawatan Unpad Jl. Raya Bandung- Sumedang Km.21 Jatinangor - Sumedang e- mail :
[email protected]
Page
13
4.
Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat menjadi data awal bagi peneliti selanjutnya tentang body image, koping dan dukungan sosial pada pasien kanker payudara post mastektomi. Usulan penelitian selanjutnya adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap body image
DAFTAR PUSTAKA Drageset, S., Lindstrom, T., Underlid, K. 2010. Coping with breast cancer : between diagnosis and surgery. Journal of Advance Nursing, 66, 149-158. Dian, et al. 2006. Quality of life among breast cancer patient undergoing autologous breast reconstruction versus breast conserving therapy. J Cancer Res Clin Oncol,133, 247–252. Engel, J., Kerr, J., Schlesinger-Raab, A., Sauer, H.,Holzel, D. 2004. Quality of life following breast-conserving therapy or mastectomy: results of a 5-year prospective study. Breast Journal, 10, 31-223. Filazoglu, G and Konstandina, G. 2008. Coping, social support and health related quality of life in women with breast cancer in Turkey. Psychology, Health and Medicine, 13, 559-573. Franco, et al. 2010. Body image and quality of life in patients who underwent breast surgery. , The American Surgeon, 76, 1000-1005. Friedman, M., Bowden, V., Jones, E. 2003. Family Nursing: Research, Theory, and Practice, Fifth Edition. United States America: John Wiley and Sons. Hlebec, et al. 2009. Social support network and received support at stressful events. Metodoloski zveski, Vol.6, No. 2, 2009, 155-177. Jester, Rebecca. 2007. Advance Rehabilitation Nursing. United Kingdom: Blackwell Publishing, Ltd. Available at :http://books.google.co.id/books (diakses 1 Februari 2012). Mohan, Ravinder. 2012. Topics in Cancer Suvivorship. Available at : http://books.google.co.id/books (diakses 23 Maret 2012). Matthew, E and Cook, P. 2005. Relationship among optimism , well being, self transcendence, coping and social support in women during treatmen For breast cancer. Psycho- Oncology, 18, 716-726. Osborn, Kathleen. S., Wraa., Watson. 2010. Medical Surgical Nursing : Preparation for Practice Volume 2. USA : Pearson. Reich, M., C, Lesur., Chevallier, P. 2008. Depression, quality of life and breast cancer: a review of the literature. Breast Cancer Res Treat, 110, 9-17. Ronson, A and Body, J. 2002. Psychosocial rehabilitation of cancer patients After curative therapy. Support Care Cancer, 10, 281-291. Rustiana, E. 2006. Dukungan sosial dan pengaruhnya terhadap kesehatan. KEMAS Volume 1 / No. 2 / Januari - Juni 2006: 127-135. Rustiana, E dan Cahyati, W. 2012. Hubungan stress kerja dengan pemilihan strategi Anis Supi Tasripiyah Fakultas Ilmu Keperawatan Unpad Jl. Raya Bandung- Sumedang Km.21 Jatinangor - Sumedang e- mail :
[email protected]
Page
14
koping pada dosen. KEMAS – Volume 7 / No. 2 / Januari 2012: 144-150 Smeltzer, S dan Bare, B. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Volume 3 Edisi 8 (alih bahasa oleh Kuncara, dkk) Jakarta: EGC. Ah, V.D., Kang, H.D.,Carpenter, J. 2007. Stress, optimism, and social Support: impact on immune responses in breast cancer. Research in Nursing and Health, 30, 73-83. http://diskes.jabarprov.go.id (diakses 27 November 2011).
Anis Supi Tasripiyah Fakultas Ilmu Keperawatan Unpad Jl. Raya Bandung- Sumedang Km.21 Jatinangor - Sumedang e- mail :
[email protected]
Page
15