HUBUNGAN ANTARA ASERTIVITAS DENGAN PERILAKU BULLYING PADA SISWA SMA X DAN Y PALEMBANG Sawi Sujarwo Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Jalan A. Yani No. 12 Palembang Surel:
[email protected] Abstract : This research aims to know whether is there any correlation between assertiveness with bullying of senior high school X and Y Palembang. The hypothesis proposed in this research is there any correlation between assertiveness with bullying of senior high school X and Y Palembang. The population in this research were 150 subjects who are students of ten and twelve grade, and sampled as many 105 subjects. This research used proportionate stratified random sampling technique. Researched measuring instruments used assertiveness scale and bullying scale. Analysis techniques using simple regression analysis by using SPSS version 20.0 for windows. The result of data analysis of the research with computer uses SPSS program 20.0 for windows, shows correlation coefficient in general (r) of 0,445 with a coefficient of determination (R square) of 0,198 and p = 0,000 (p<0,01). This suggests that the hypothesis is accepted. The results showed that there is very significant correlation between assertiveness with bullying of senior high school X and Y Palembang. The contribution of the independent variable (assertiveness) on the dependent variable (bullying) was 19,8%. Keywords : Assertiveness, Bullying AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara asertivitas dengan perilaku bullying pada siswa SMA X dan Y Palembang. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara asertivitas dengan perilaku bullying pada siswa SMA X dan Y Palembang. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 150 orang siswa kelas X dan X1, dan yang dijadikan sampel sebanyak 105 orang yang didapat melalui teknik proportionate stratified random sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala asertivitas dan skala perilaku bullying. Teknik analisis menggunakan teknik analisis regresi sederhana dengan bantuan SPSS versi 20.0. Hasil analisis data penelitian dengan komputer menggunakan program SPSS 20.0 for Windows, menunjukkan koefisien korelasi secara umum (r) sebesar 0,445 dengan koefisien determinasi (R square) sebesar 0,198 serta nilai p = 0,000 (p<0,01). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis diterima. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan sangat signifikan antara asertivitas dengan perilaku bullying pada siswa SMA X dan Y Palembang. Sumbangan variabel bebas terhadap variabel terikat sebesar 19,8%. Kata kunci : Asertivitas, Perilaku Bullying
Remaja mulai mendambakan identitas diri dan
1. PENDAHULUAN
tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan Masa remaja merupakan periode penting dalam rentang kehidupan manusia, karena masa remaja adalah suatu periode peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa ini remaja merasakan adanya perubahan yang terjadi pada dirinya seperti perubahan fisik, kognitif, dan
sosial-emosional.
Pada
periode
ini
penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap terpenting bagi anak laki-laki dan perempuan.
teman-teman
dalam
segala
hal,
seperti
sebelumnya. Menimbulkan suatu dilema yang menyebabkan krisis identitas atau masalah identitas ego pada remaja. Erikson (Santrok, 2003) menjelaskan masa remaja merupakan masa pencarian identitas. Suatu identitas diri yang positif akan terbentuk bila remaja mampu mengeksplorasi peran-peran barunya
dengan
cara
yang
sehat
Hubungan Antara Asertivitas Dengan Perilaku Bullying Pada Siswa Sma X Dan Y..... (Tiara Dias Arista)
serta
111
memperoleh jalan yang positif. Sebaliknya,
Olweus (Krahe, 2005) mendefinisikan
kekacauan identitas muncul karena remaja
bullying adalah suatu tindakan negatif seseorang
kurang
atau
mengeksplorasi
peran-peran
yang
lebih
kepada
korban
bullying
yang
berbeda dan tidak menemukan jalan yang positif,
dilakukan secara berulang-ulang dan terjadi dari
sehingga dapat berujung pada kenakalan remaja.
waktu ke waktu, selain itu bullying juga
Proses sosialisasi pada masa remaja
melibatkan kekuatan dan kekuasaan yang tidak
lebih banyak terjadi di sekolah. Sekolah sebagai
seimbang, sehingga korbannya berada dalam
institusi pendidikan tidak hanya sebagai tempat
keadaan tidak mampu mempertahankan diri
menuntut ilmu pengetahuan tetapi juga tempat
secara efektif untuk melawan tindakan negatif
anak-anak mempelajari keterampilan hidup di
yang diterimanya.
masyarakat. Hal ini sesuai dengan tujuan
Menurut Komisi Nasional Perlindungan
pendidikan yang disebutkan dalam Undang-
Anak
undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 (Ayat 1)
bullying adalah kekerasan fisik dan psikologis
menyebutkan bahwa “Pendidikan adalah usaha
berjangka panjang yang dilakukan seseorang
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
atau
belajar dan proses pembelajaran agar peserta
mempertahankan diri, bullying dilakukan dalam
didik secara aktif mengembangkan potensi
situasi di mana hasrat untuk melukai, menakuti,
dirinya
atau membuat orang lain merasa tertekan,
untuk
keagamaan,
memiliki
pengendalian
kekuatan diri,
spritual
kepribadian,
(Chakrawati,
sekelompok
2015)
yang
mendefiniskan
tidak
mampu
trauma, depresi, dan tak berdaya
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
Survei yang dilakukan oleh Amrullah Sofyan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dari organisasi Plan Indonesia terhadap 300
dan negara” (Amrizal, 2015).
siswa SD, SMP, dan SMA di dua kecamatan di
Idealnya, keberadaan sekolah sebagai
kota Bogor melaporkan bahwa sebanyak 15,3
institusi pendidikan merupakan tempat yang
persen siswa SD, 18 persen siswa SMP dan 16
aman dan nyaman bagi anak-anak untuk
persen siswa SMA mengaku sering mendapat
bersosialisasi dan belajar bermasyarakat sesuai
perlakuan tindak kekerasan di sekolah. Pelaku
tujuan
jarang
kekerasan di sekolah dilakukan oleh guru 14,7
diberitakan terjadinya berbagai macam bentuk
persen dan sesama teman di sekolah 35,3 persen
kekerasan di sekolah. Hal ini didasari oleh
(Indarini, 2015).
pendidikan.
Tetapi
tidak
masalah yang banyak dialami remaja yang
Nusantara
dkk
(2008)
mengungkapkan
disebabkan oleh hubungan sosialnya disekolah
bahwa peran dalam bullying adalah pelaku,
salah satunya adalah bullying. Bullying di
korban dan saksi. Pelaku adalah agresor,
sekolah merupakan masalah global dan sosial
provokator, sekaligus inisiator situasi bullying.
yang berakibat serius karena berdampak negatif
Korban, bukan sekedar pelaku pasif dari bullying
pada kehidupan dan karir pada anak sekolah
turut
(Chakrawati, 2015).
melestarikan situasi bullying dengan bersikap diam.
112
berperan
Saksi
serta
bullying
memelihara
adalah
orang
dan
yang
Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.8 No.2 Desember 2014: 111-121
menyaksikan, mendorong dan membantu tindak
tanggung jawab atas segala hasil serta akibat
bullying. Bentuk bullying meliputi fisik, verbal,
tersebut bagi individu itu sendiri. Pendapat lain
dan psikologis
dikemukakan
oleh
Wolpe
(Paneva
dan
Secara umum siswa memandang perilaku
mavrodied, 2013) bahwa asertivitas adalah
bullying secara verbal merupakan hal biasa dan
pernyataan yang tepat dan dapat diterima oleh
tidak memiliki konsekuensi serius dibandingkan
lingkungan sosial, tetapi juga mengandung emosi
dengan bullying fisk dan psikologis. Perilaku
yang tanpa kecemasan dan tetap memikirkan
bullying memiliki dampak negatif pada siswa
orang lain.
yang menjadi korban bullying, siswa menjadi
Alberti
malas
berangkat
sekolah,
nilai
disekolah
dan
Emmons
(Paneva
dan
mavrodied, 2013) mengungkapkan bahwa sikap
menurun, perasaan kesepian, kepercayaan diri
asertif
berkurang dan penyesuain sosial menjadi buruk.
mempunyai kontrol dan mempunyai kontrol diri
Coloroso
mengatakan
dikembangan
agar
remaja
bullying
dan mempunyai kemampuan untuk berkata
biasanya terjadi karena adanya kerjasama yang
“tidak” tanpa merasa bersalah ketika menolak
bagus dari ketiga pihak yang disebut dengan
ajakan teman untuk melakukan hal-hal yang
istilah tiga mata rantai penindasan. Pertama,
negatif. Remaja harus berani menolak dan dapat
bullying terjadi karena ada pihak yang menindas.
menilai
Kedua,
merugikan dan membahayakannya. Menolak
ada
(2010)
perlu
penonton
yang
diam
atau
secara
dilakukan dengan kasar atau marah, tetapi dapat
lemah dan menganggap dirinya sebagai pihak
dilakukan
yang lemah (takut bilang sama guru atau
sopan,tegas, dan dengan alasan yang masuk akal
orangtua,
tanpa menyakiti perasaan orang lain.
memberi
permakluman). Atas kerjasama ketiga pihak itu biasanya
praktek
bullying
sangat
sukses
perkataan
tidak
dapat
kelompok. Ketiga, ada pihak yang dianggap
dengan
teman
yang
pengaruh
melawan,
ajakan
hal-hal
mendukung, entah karena takut atau merasa satu
takut
atau
kritis
yang
harus
halus,
Lange dan Jakabowski (Pipas dan Jaradat, 2010)
ciri-ciri
individu
yamg
memiliki
dilakukan oleh anak yang merasa punya punya
asertivitas yaitu; (a) memulai interaksi; (b)
power atau kekuatan.
menolak permintaan yang tidak layak; (c)
Menurut Strorey dkk (2013) bahwa anak-
mengeksperikan
ketidaksetujuan
dan
anak atau remaja dapat melindungi diri dari
ketidaksenangan; (d) berbicara dalam kelompok;
tindakan
asertif.
(e) mengekspresikan pendapat dan saran; (f)
Bersikap asertif tersebut tidak memprovokasi
mampu menerima kecaman dan kritik; (g)
untuk mengintimidasi atau membalas, individu
memberi dan menerima umpan balik.
bullying
dengan
bersikap
yang asertif memiliki rasa percaya diri dan rasa kontrol yang dapat mencegah perilaku bullying.
Kemampuan bersikap asertif diperlukan siswa untuk kemampuan dalam menyatakan diri
Smith (Pipas dan Jaradat, 2010) asertivitas
secara jujur dan sesuai dalam menegakkan hak
adalah hak setiap individu untuk menentukan
pribadi, mengekspresikan pikiran, perasaan dan
sikap, pemikiran dan emosi yang dilandasi rasa Hubungan Antara Asertivitas Dengan Perilaku Bullying Pada Siswa Sma X Dan Y..... (Tiara Dias Arista)
113
keyakinan tanpa mengorbankan hak-hak orang lain atau merugikan orang lain disekitarnya.
hubungan
antara
yang
dibahas
oleh
Dwipayanti Surya Ayu Ida dan Indrawati
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
Penelitian
pada Rahayu Komang tahun 2014 penelitian
asertivitas
ini di lakukan pada siswa sekolah dasar usia
dengan perilaku bullying pada siswa SMA X
9-12 tahun. Dengan judul “Hubungan Antara
dan Y Palembang.
Tindakan Bullying dengan Prestasi Belajar
Penelitian ini diharapkan dapat menambah
Anak Korban Bullying Pada Tingkat Sekolah
khasanah dalam bidang psikologi pendidikan
Dasar”. Hasil penelitian menyebutkan bahwa
yang dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan memberikan
pemikiran
dan
pengetahuan
yang
pada
psikologi
Penelitian ini di harapkan dapat menjadi serta adanya kebijakan dari pihak sekolah dalam mengantisipasi terjadinya bullying di lingkungan sekolah. Bahan implementatif
bagi
dapat
memberikan
orang
tua,
tindakan
yang dibahas
oleh
Sari
Puspita pada tahun 2010 penelitian ini dilakukan di kalangan remaja usia 15-17 tahun. Dengan judul “Coping Stress Pada Korban
Bullying”.
Hasil
dari
sekolah X Bogor menggunakan emotional focused coping. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar remaja di sekolah tersebut
belum
memiliki
kemampuan
menghadapi stressor yang dialaminya. Penelitian
tenaga
yang
dilakukan
Uba
pendidik dalam masukan dan bahan
Ikechukwu, dkk pada tahun 2010 penelitian
evaluasi bagi pihak sekolah mengenai
ini dilakukan pada kalangan remaja di
bullying
Malaysia. Dengan judul “Bullying And Its’
dengan
memberikan
penyuluhan dampak bullying bagi siswa
Relationship
With
dalam dunia pendidikan.
Teenagers”.
Hasil
Berbagai
penelitian
berkaitan
dengan
yang
asertivitas
Depression dari
Among
penelitian
ini
dilakukan
menunjukkan bahwa ada hubungan yang
dengan
signifikan antara bullying dengan depresi
perilaku bullying dari segi yang diteliti
pada remaja.
maupun sampel yang dijadikan objek
2.
penelitian, maupun teknik yang digunakan.
METODOLOGI PENELITIAN
2.1. Identifikasi Variabel Penelitian 1.
114
antara
penelitian bahwa sebagian besar remaja di
2. Manfaat Praktis :
yang
Penelitian
Remaja
perkembangan dan sosial.
informasi
negatif
bullying pada tingkat sekolah dasar.
sumbangan
bermanfaat di bidang ilmu psikologi, khususnya
hubungan
bullying dengan prestasi belajar anak korban
1. Manfaat Teoritis :
dapat
ada
Variabel terikat : Perilaku Bullying
Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.8 No.2 Desember 2014: 111-121
2. Variabel bebas : Asertivitas
rendah skor asertivitas yang diperoleh maka semakin rendah pula asertivitas tersebut.
2.2 Definisi Operasional 1. Perilaku bullying Perilaku bullying adalah tindakan yang dilakukan secara sengaja
2.3 Hipotesis
berulang-ulang
Ada hubungan antara asertivitas dengan
oleh seseorang atau sekelompok siswa SMA
perilaku bullying pada siswa SMA X dan Y
X dan Y
Palembang.
Palembang yang memiliki
kekuatan atau kekuasaan terhadap siswa
2.4 Populasi Dan Sampling
SMA X dan Y Palembang yang lebih lemah secara psikis dan fisik. Perilaku bullying dapat diukur menggunakan skala perilaku bullying
dari
bentuk-bentuk
yang
dikemukakan oleh Nusantara dkk
(2008)
yaitu : bullying fisik, bullying verbal, dan bullying psikologis. Semakin tinggi skor siswa
yang diperoleh dari skala perilaku
bullying maka semakin tinggi perilaku bullying sebaliknya semakin rendah skor perilaku bullying yang diperoleh maka semakin rendah pula asertivitas tersebut.
2. Asertivitas X
dan
atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas
dan
karakteristik
tertentu
yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik
kesimpulannya.
Sampel
menurut Sugiyono (2012) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Adapun metode pengambilan sampel yang dipakai penelitian ini adalah teknik proportionate
stratified
random
sampling.
Menurut Sujarwo (2013) teknik proportionate
penggabungan
random antara
sampling
adalah
proporsional
random
sampling (proporsi/ kategori tertentu) dengan
mengkomunikasikan apa yang diinginkan,
stafield random sampling (tingkatan). Populasi
dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain
penelitian ini adalah siswa SMA X dan Y
secara
Palembang yang berada pada rentang usia 15-18
dan
Palembang
mendefinisikan
dalam
jujur
Y
(2012)
populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
stratified
Asertivatas adalah kemampuan siswa SMA
Sugiyono
terbuka
dengan
menghormati hak pribadi kita sendiri dan
tahun.
orang
Adapun karakteristik populasi sebagai berikut :
lain.
Asertivitas
dapat
diukur
menggunakan skala asertivitas dari aspekaspek yang dikemukakan oleh Kelly (Paneva
1. Siswa kelas X dan XI SMA X dan Y Palembang
dan Mavrodied, 2013) yaitu : permintaan,
2. Berjenis kelamin laki-laki dan perempuan
penolakan, pengekspresian diri, pujian, dan
3. Berusia 15-18 tahun
berperan dalam pembicaraan. Semakin tinggi
4. Siswa mengalami perilaku bullying
skor yang diperoleh dari skala asertivitas
Pada kelas X dan XI didapatkan data bahwa
maka semakin tinggi asertivitas dan semakin
siswa yang
mengalami perilaku bullying
berjumlah 150 orang. Bila mengacu pada tabel Hubungan Antara Asertivitas Dengan Perilaku Bullying Pada Siswa Sma X Dan Y..... (Tiara Dias Arista)
115
penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu
Skala
arsetivitas
disusun
dalam
60
yang dikembangkan dari Isaac dan Michael
pernyataan yang terdiri dari yaitu 30 pernyataan
dengan taraf kesalahan 5% maka diperoleh
favourable dan 30 pernyataan unfavourable yang
sampel
Sebelum
harus direspon oleh subjek dengan menggunakan
pelaksanaan penelitian dilakukan uji coba skala
5 kategori jawaban, yaitu SS (Sangat Setuju), S
atau TO (Try Out) terlebih dahulu sebanyak 45
(Setuju), N (Netral), TS (Tidak Setuju) dan STS
siswa yang diambil dari sisa populasi digunakan
(Sangat Tidak Setuju).
sebanyak
105
siswa.
2.6 Validitas dan Reliabilitas
sebagai sampel penelitian. 2.5 Metode Pengumpulan Data
Salah satu masalah utama dalam kegiatan
Skala yang digunakan dalam penelitian ini ada
penelitian
dua yaitu skala perilaku bullying dan skala
memperoleh data yang akurat dan objektif. Hal
asertivitas.
ini menjadi sangat penting artinya disebabkan
Skala
dalam
penelitian
ini
pendidikan
ini
adalah
cara
menggunakan skala model Likert.
kesimpulan
1. Skala perilaku bullying
dipercaya apabila didasarkan pada informasi
penelitian
hanya
akan
dapat
Variabel perilaku bullying diukur dengan
yang juga dapat dipercaya (Azwar, 2004). Peran
menggunakan skala perilaku bullying yang
alat pengumpulan data dalam mengungkap
dibuat
kondisi yang ingin diukur, tergantung pada
berdasarkan
tiga
bentuk-bentuk
perilaku bullying dari Nusantara dkk (2008)
validitas
yaitu (a) bullying fisik, (b) bullying verbal,
digunakan.
dan
reliabilitas
alat
ukur
yang
1. Validitas
(c) bullying psikologis. Skala perilaku bullying disusun dalam
60 pernyataan yang terdiri dari 30 pernyataan favourable dan 30 pernyataan unfavourable yang harus direspon oleh subjek yang harus direspon
oleh subjek dengan menggunakan 4 kategori jawaban yaitu SU (selalu), SR (sering), KD
Azwar (2012) validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukuran (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya. Semakin tinggi mendekati angka 1,00 berarti suatu tes semakin valid hasil ukurnya,
namun
kenyataannya
suatu
koefisien validitas tidak pernah mencapai
(kadang-kadang) dan TP (tidak pernah).
angka 1,00. Sebagian kriteria pemilihan
2. Skala Asertivitas
aitem berdasar korelasi aitem total, biasanya dengan
menggunkan batasan rix > 0,30 daya
menggunakan skala Asertivitas yang dibuat
bedanya dianggap memuaskan, dapat juga
dengan
aspek-aspek
dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit
oleh
batas kriteria menjadi 0,25 (Azwar, 2012).
Variabel
asertivitas
asertivitas
mengacu yang
pada
diukur
lima
dikemukakan
Kelly
(Paneva dan Mavrodied, 2013) yaitu permintaan,
Pengujian validitas aitem-aitem alat ukur
penolakan, pengekspresian diri, pujian, berperan
dalam penelitian ini menggunakan teknik
dalam pembicaraan.
alpha croncabch dengan sistem output satu
116
Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.8 No.2 Desember 2014: 111-121
paket reliabilitas dengan bantuan program
kritis atau nilai terendah dari variabel Perilaku
SPSS 20 For windows
bullying menghasilkan koefisien korelasi aitem total yang bergerak mulai dari angka 0,307 -
2. Reliabilitas
0,669.
Azwar (2012) reliabilitas diterjemah dari
Skala Arsetivitas asertivitas yang disajikan
kata reliabililty. Pengukuran yang memiliki
terpilih 47 aitem yang layak dan 14 aitem yang
reliabilitas
tidak
tinggi
maksudnya
adalah
layak
dengan
menggunakan
batas
pengukuran yang dapat menghasilkan data
minimum koefisien korelasi 0,30 yaitu aitem 9,
yang reliable.
11, 15, 19, 22, 24, 27, 28, 31, 32, 40, 42, 47,55)
Koefisien reliabilitas berada dalam rentang
skala asertivitas menghasilkan koefisien korelasi
angka dari 0 sampai dengan 1,00. Sekalipun
aitem total yang bergerak mulai dari angka
bila
0,330- 0,788.
koefisien
reliabilitas
semakin
tinggi
mendekati angak 1,00 berarti pengukuran
Uji reliabilitas terhadap kedua skala hanya
semakin reliabel (Azwar, 2012). Analisis yang
dikenakan
digunakan untuk mengukur reliabilitas alat tes
memenuhi syarat validitas. Uji reliabilitas pada
dalam penelitian ini adalah Alpha cronbach,
skala perilaku bullying menggunakan teknik
3.
data
yang
aitem-aitem
yang
telah
korelasi Alpha Cronbach’s dengan koefisien
Metode Analisis Data Analisis
pada
digunakan
dalam
reliabiltas alphanya adalah 0,931. Sedangkan
penelitian ini adalah analisis statistik. Sebelum
skala asertivitas koefisien reliabiltas alphanya
dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan
adalah 0,965.
uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji
Dengan demikian kedua skala tersebut
linieritas. Untuk menguji hipotesis penelitian,
dapat dikatakan reliabel, sehingga memenuhi
penulis menggunakan teknik analisis regresi
syarat untuk dipergunakan sebagai alat ukur
sederhana (simple regression)
untuk pengambilan data dalam penelitian ini.
3.
HASIL B.
Hasil Uji Asumsi Berdasarkan hasil disimpulkan bahwa
A. Hasil Coba Alat Ukur Seleksi
terhadap
perilaku
data variabel perilaku bullying dikatakan normal
bullying dan asertivitas yang akan digunakan
karena skor KS-Z= 0,864 ; p= ,439 dimana
dalam
p>0,05.
penelitian
aitem-aitem
dilakukan
dengan
menggunakan teknik Alpha Cronbach.
kemudian
dilakukan
analisis
variabel
asertivitas
dikatakan berdistribusi normal karena skor yang
Skala perilaku bullying yang berjumlah 60 aitem
Selanjutnya
ada pada KS-Z= 1,105; p= .174 dimana p>0,05.
aitem,
Berdasarkan hasil uji linieritas antara
peneliti menggunakan batas minimum koefisien
variabel perilaku bullying dengan Asertivitas
korelasi 0,30 sehingga diperoleh 47 aitem yang
berhubungan secara linier, dilihat dari kolom P
valid dan 13 aitem yang gugur yaitu (aitem 2, 8,
yang nilainya P=0,000, berarti hipotesis yang
9, 17, 19, 30, 42, 46, 47, 57, 58, 59, 60), atas Hubungan Antara Asertivitas Dengan Perilaku Bullying Pada Siswa Sma X Dan Y..... (Tiara Dias Arista)
117
diajukan diterima. Selanjutnya, analisis data
menunjukan signifikansi pada taraf 1% (p =
dengan statistik parametrik dapat dilakukan.
0,01). artinya p<0,01. Hal ini menunjukan adanya korelasi yang sangat signifikan antara asertivitas dengan perilaku bullying pada siswa
C. Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa korelasi
antara
bullying
Nusantara dkk (2008) mendefinisikan
diperoleh hasil nilai korelasi antara variabel
perilaku bullying sebagai sebuah situasi dimana
asertivitas dengan perilaku bullying yaitu r =
terjadinya
0,445 dengan nilai R Square = 0,198 dan p =
kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang atau
0,000 dimana p < 0,01. Ini berarti bahwa ada
sekelompok secara sengaja terjadi berulang-
hubungan
antara
ulang untuk menyerang seorang target atau
asertivitas dengan perilaku bullying pada siswa
korban yang lemah, mudah dihina dan tidak bisa
SMA X dan Y Palembang. Sumbangan efektif
membela diri sendiri.
yang
variabel
sangat
perilaku
SMA X danY Palembang.
signifikan
yang diberikan oleh asertivitas terhadap perilaku
penyalahgunaan
Pengukuran
kekuatan
perilaku
atau
bullying
bullying adalah sebesar 0,198 atau 19,8%. Jadi
berdasarkan bentuk-bentuk yang dikemukakan
masih terdapat 80,2% pengaruh dari faktor-
oleh
faktor lain yang berhubungan dengan perilaku
fisik; b) bullying verbal; c) bullying psikologis.
bullying namun tidak diteliti oleh peneliti.
Hasil pengukuran berdasarkan variabel perilaku
D. Pembahasan
bullying menunjukkan dari 105 siswa SMA X
Penelitian
ini
menggunakan
teknik
Nusantara dkk (2008) yaitu: a) bullying
dan Y Palembang yang dijadikan subjek
analisis regresi sederhana dengan uji prasyarat
penelitian, terdapat
63 siswa atau 60% yang
yang hasilnya ada penerimaan uji normalitas
memiliki perilaku bullying yang tinggi dan 42
bahwa
data variabel asertivitas dikatakan
siswa atau 40 % siswa yang perilaku bullying
normal karena skor KS-Z = 1,105; p = 0,174
yang rendah. Dari hasil kategori terlihat bahwa
dimana p>0,05, selanjutnya variabel perilaku
lebih banyak menujukan perilaku bullying tinggi.
bullying dikatakan berdistribusi normal karena
Dengan demikian dapat disimpulkan
skor yang ada pada KS-Z = 0,864; p = 0,439
bahwa perilaku bullying pada siswa SMA X dan
dimana p>0,05 dan hasil uji linieritas yang
Y Palembang adalah tinggi, seperti yang
diperoleh data yang menunjukan bahwa terdapat
diperoleh dari analisis data yang menunjukan 63
hubungan yang linier antara asertivitas dangen
siswa atau 60% yang memiliki perilaku bullying
perilaku bullying dengan nilai F = 25,444 dan p
yang tinggi.
= 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. Setelah
Penelitian yang pernah dilakukan oleh
melalui analisis pengolahan data diperoleh hasil
Oktaviana (2014) yang berjudul hubungan antara
yang mendukung hipotesis tesebut. Menunjukan
konformitas dengan perilaku bullying pada siswa
bahwa hipotesis tersebut terbukti melalui nilai
SMK Harapan Surakarta, menunjukkan hasil
koefisien korelasi diperoleh r = 0,455 dengan
bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan
nilai p = 0,000. Nilai signifikansi sebesar 0,000
antara konformitas dengan perilaku bullying.
118
Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.8 No.2 Desember 2014: 111-121
Semakin
tinggi
konformitas
siswa,
maka
Palembang adalah rendah, seperti yang diperoleh
semakin tinggi pula perilaku bullying, sebaliknya
dari analisis data yang menunjukan 57 siswa atau
semakin rendahnya konformitas maka perilaku
52,2% yang memiliki asertivitas yang rendah.
bullying juga semakin rendah.
Setelah diteliti ternyata 48 siswa atau
Strorey dkk (2013) menyatakan bahwa
45,7% siswa yang memiliki tingkat asertivitas
anak-anak atau remaja dapat melindungi diri dari
yang tinggi, 42 siswa atau 40% yang memilki
tindakan
tingkat perilaku bullying yang rendah dan 57
bullying
dengan
bersikap
asertif.
Bersikap asertif tersebut tidak memprovokasi
atau 54,3%
untuk mengintimidasi atau membalas, individu
rendah, 63 siswa atau 60% yang memiliki tingkat
yang asertif memiliki rasa percaya diri dan rasa
perilaku bullying yang tinggi. Hal ini berarti
kontrol yang dapat mencegah perilaku bullying.
sebagian siswa SMA X dan Y Palembang
Albert Mavrodied,
dan
Emmons
2013)
(Paneva
asertivitas
dan
merupakan
memiliki asertivitas
menghargai
Astri (2012) yang berjudul hubungan antara
diartikan sebagai individu yang bisa melakukan
komunikasi positif dalam keluarga dengan
sesuatu atas dasar keinginannya sendiri tanpa
asertivitas pada siswa SMP Negeri 2 Depok
adanya paksaan dari orang lain, menegakkan
Yogyakarta hasil penelitian menunjukan bahwa
hak-hak pribadinya tanpa mengesampingkan
ada hubungan yang signifikan antara komunikasi
hak-hak
untuk
positif dalam keluarga dengan asertivitas pada
mengekspresikan perasaan-perasaannya secara
siswa SMP Negeri 2 Depok, artinya semakin
nyaman.
tinggi komunikasi positif yang terjalin dalam
lain,
Pengukuran
lain.
Penelitian yang dilakukan oleh Miasari
Asertivitas
orang
orang
rendah terhadap perilaku
bullying.
pernyataan diri yang positif yang menunjukan sikap
memiliki tingkat asertivitas yang
serta
mampu
asertivitas
menggunakan
keluarga maka semakin tinggi asertivitas yang
aspek-aspek asertivitas yang dikemukakan oleh
dimiliki oleh remaja, sebaliknya semakin rendah
Kelly (Paneva dan Mavrodied, 2013) yaitu a)
komunikasi positif yang terjalin dalam keluarga
permintaan; b) penolakan; c) pengekspesian diri;
maka semakin rendah asertivitas yang dimiliki
d) pujian; e) berperan dalam pembicaraan. Hasil
oleh remaja.
pengukuran berdasarkan variabel asertivitas
Sumbangan
efektif
asertivitas
Y Palembang yang dijadikan subjek penelitian,
mendapatkan hasil yaitu yang paling tinggi
terdapat 48 siswa atau 45,7% yang memiliki
adalah aspek
asertivitas tinggi dan 57 siswa atau 54,3 % siswa
efektif komponen sebesar 14,6% dan yang paling
yang asertivitas yang rendah. Dari hasil kategori
rendah
terlihat
pembicaraan
lebih
banyak
menujukan
asertivitas rendah.
perilaku
variabel
menunjukkan bahwa dari 105 siswa SMA X dan
bahwa
terhadap
aspek
bullying
penolakan dengan sumbangan
adalah
aspek
dengan
berperan
dalam
sumbangan
efektif
komponen sebesar -3,0%.
Dengan demikian dapat disimpulkan
Besarnya nilai sumbangan asertivitas
bahwa asertivitas pada siswa SMA X dan Y
(variabel bebas) terhadap perilaku bullying
Hubungan Antara Asertivitas Dengan Perilaku Bullying Pada Siswa Sma X Dan Y..... (Tiara Dias Arista)
119
(variabel terikat) adalah
19,8% yang berarti
bahwa masih terdapat 80,2 % dari faktor lain yang perilaku bullying tetapi variabel itu tidak diteliti oleh peneliti. Hal ini menunjukkan adanya
faktor
lain
yang
lebih
dominan
berpengaruh pada perilaku bullying (variabel terikat) sehingga dalam penelitian ini asertivitas (variabel bebas) memberikan nilai sumbangan yang cenderung kecil. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku bullying di antaranya adalah pengaruh keluarga, karakteristik anak, adanya tradisi siswa secara turun-menurun di lingkungan sekolah (senioritas), dan rendahnya pengawasan dan bimbingan etika dari guru (Astuti, 2008).
4. Simpulan Berdasarkan
hasil
analisis
yang
dilakukan penelitian didapat adanya korelasi yang sangat signifikan antara asertivitas dengan perilaku bullying pada siswa SMA X
danY
Palembang
120
Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.8 No.2 Desember 2014: 111-121
DAFTAR PUSTAKA Astuti, P.S. (2008). Merendam Bullying 3 Cara efektif Menanggulangi Kekerasan Pada Anak. Jakarta: Grasindo. Amrizal,A. (2015, April 2). Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 (Ayat 1). Diakses http://www.slideshare.net/ahmadamriz al/01uu-no20-tahun-2003-tentangsistem-pendidikan-nasional. Azwar,S. (2004). Tes pretasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar Edisi II.Yogyakarta : Pustaka Pelajar. ________________. (2012). Penyusunan skala psikologi Edisi II. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset. Chakrawati,F. (2015). Bullying Siapa Takut ?(Panduan untuk mengatasi Bullying). Solo : Tiga Serangkai. Coloroso,B. (2010). The Bully, the Bullied, and the Bystander (From preschool to Hight School-how Parents and Teacher Can Help Break the Cycle of Violence). New york : Harpercollins Publisher. Indarini,N. (2015, April 2). Kekerasan di sekolah Kian Meningkat. Diakses dari http://www.detiknews.com. Krahe,B. (2005). Buku Panduan psikologi Sosial : Perilaku Agresif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Santrok,J.W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga. Sari,P. (2010). Coping stress pada remaja korban bullying. Jurnal Psikologi, Vol. 8, No 2, Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul, Jakarta. Strorey,K., Slaby,R., Adler,M. (2013). The Eyes on Bullying Toolkit. USA : Education Deveploment Center. Sujarwo,S. (2013). Modul Kuliah Dan Pratikum Aplikasi Komputer SPSS (Diktat Kuliah Tidak Di Terbitkan). Universitas Bina Darma : Palembang. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta. Uba,Ikechukwu., Yacoob,N.S., Juhari,R. (2010). Bullying And Its’ Relationship With Depression Among Teenagers. Journal Psychology, 1 (1): 15-22.
Miasari,A. (2012). Hubungan Antara Komunikasi Postif Dalam keluarga Dengan Asertivitas Pada siswa SMP Negeri 2 Depok Yogyakarta, Jurnal Empathy, Vol. 1, No1 Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan. Nusantara,A., Suryatmini,N., Yayasan Sejiwa. (2008). Bullying : mengatasi kekerasan di sekolah dan Lingkungan Sekitar Anak. Jakarta : Grasindo. Pipas,D., Jaradat,M. (2010). Assertive Comunication Skils. Annales Universitas Apulensis Series Oeconimica, Vol.12 No.2 Univeristy of Cluj-Napoca. Oktaviana,L. (2014). Hubungan Antara Konformitas Dengan Perilaku Bullying Pada Siswa SMK Harapan Surakarta (skripsi, tidak diterbitkan). Fakultas Hubungan Antara Asertivitas Dengan Perilaku Bullying Pada Siswa Sma X Dan Y..... (Tiara Dias Arista)
121