HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN DIRI DENGAN STRES PADA SISWA-SISWI KELAS X SMA TARUNA INDONESIA PLUS SEMI MILITER PALEMBANG
Erwan, Rina Oktaviana, Dwi Hurriyati, Dosen Universitas Bina Darma, Mahasiswa Universitas Bina Darma Jalan Jenderal Ahmad Yani No. 12 Palembang Pos-el :
[email protected],
[email protected],
[email protected]
ABSTRACT This study attempts to know whether there was relationship between relations adjustment self stres and their students grade senior high school taruna indonesia spring military of palembang. Hypothesis advanced by in this research was there was a correlation between adjustment self stres their grade students student senior high school taruna indonesia spring military of palembang. The subject of study used in this research as many as 100 whichs 78 as sample students senior high school taruna indonesia of palembang in using a technique simple rendom sampling. An instrument used is scale stres 52 aitem and scale of adjustment self about 56 aitem statement. The results of the analysis use sample linear regression showed r = 0,799 and p = 0,000 where p ≤ 0.05 which means there was a correlation very significant between adjustment self with stres to their students grade tenth senior high school taruna indonesia of palembang. Contributions effective given by sence adjustment self and stres to their students grade tenth senior high school taruna indonesia of palembang is 0,638 or 63,8 %. Keyword: adjustment self, stres. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara Penyesuaian Diri Dengan Stres Pada Siswa Siswi kelas X SMA Taruna Indonesia Plus Semi Militer Palembang. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada Hubungan Antara Penyesuaian Diri Dengan Stres Pada Siswa Siswi kelas X SMA Taruna Indonesia Plus Semi Militer Palembang. Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 100 dengan sampel 78 siswa kelas X SMA Taruna Indonesia Palembang dengan menggunakan teknik simple rendom sampling. Instrumen yang digunakan adalah skala stres sebanyak 52 aitem dan skala penyesuaian diri sebanyak 56 aitem pernyataan. Hasil analisis menggunakan regresi linier sederhana menunjukan r = 0,799 dan p = 0,000 dimana p ≤ 0,05 yang artinya ada hubungan yang sangat signifikan antara penyesuaian diri dengan stres pada siswa kelas X SMA Taruna Indonesia Palembang. Sumbangan efektif yang diberikan oleh penyesuaian diri terhadap stres pada siswa kelas X SMA Taruna Indonesia Palembang adalah sebesar 0,638 atau 63,8%. Kata Kunci : Penyesuaian Diri, Stres.
Menurut Havigust (Sunarto, 2006) tugas
1. PENDAHULUAN
perkembangan remaja diantaranya pada masa Secara psikologis masa remaja adalah
remaja
diharapkan
mampu
mencapai
usia dimana individu berintegrasi dengan
hubungan yang lebih matang dengan teman
masyarakat, mencakup kematangan mental,
sebaya, mencapai peran sosial, mencapai
emosional, sosial, dan fisik menurut Hurlock
kebebasan emosional dari orang dewasa,
(Sarwono, 2010) masa remaja merupakan
mencapai kebebasan ekonomi, memilih dan
masa periode peralihan, perubahan dan usia
menyiapkan suatu pekerjaan, mengembangkan
bermasalah,
serta
keterampilan
masa
menginginkan dan mencapai tingkahlaku yang
dewasa. Usia remaja tentunya memiliki tugas
bertanggung jawab, mencapai suatu perangkat
dan
nilai yang digunakan sebagai pedoman tingkah
merupakan
mencari masa
ambang
kewajibannya
kemampuan
identitas,
individu
menuju
masing-masing, dalam
mengatasi
berbagai permasalahan yang ada merupakan
dan
konsep
intelektual,
laku. Menurut
Kamus
Bahasa
Indonesia
proses perkembangan baik secara fisiologi
(2010) sekolah adalah bangunan atau lembaga
maupun psikologis pada individu tersebut.
untuk belajar dan mengajar serta tempat
Usia remaja
merupakan usia
yang
menerima dan memberi pelajaran. Sedangkan
sedang menjalani pendidikan baik sekolah
asrama adalah bangunan tempat tinggal bagi
menengah pertama maupun sekolah menengah
kelompok orang untuk sementara waktu,
atas. Berikut ini merupakan usia pendidikan
terdiri atas sejumlah kamar, dan dipimpin oleh
diantaranya, sekolah dasar (SD) 6-12 tahun,
seorang kepala asrama. Secara umum sekolah
sekolah menengah pertama (SMP) 10-14
asrama adalah sekolah yang menerapkan
tahun, sekolah menengah atas (SMA) 12-21
pendidikan, pelatihan dan kegiatan lainya
tahun dengan sekolah menengah atas (SMA)
selama dua puluh empat jam.
berada di usia remaja sehingga tugas remaja bukan
hanya
harus
memenuhi
tugas
perkembangannya akantetapi harus memenuhi tugas pendidikan di sekolah yang dimilikinya (Desmita, 2010).
Sekolah asrama SMA Taruna Indonesia Plus Semi Militer Palembang yang dimaksud adalah, sekolah yang berbasis asrama dan kegiatan akademik maupun non akademik berada di asrama, memiliki tata tertib sekolah
maupun asrama yang ketat dan memilik sangsi
menjalani pendidikan secara umum pertama
yang tegas bagi yang melanggar tata tertib
kali siswa akan mengikuti pelatihan tersebut
tersebut. Sekolah ini memiliki ciri khas
dan tanpa persiapan apapun, siswa tidak tahu
tersendiri dari sekolah asrama pada umumnya
apa dan bagaimana sistemnya dan apa yang
diantaranya menggunakan tiga jenis pakaian
harus mereka lakukan. Kegiatan ini dilakukan
yang berbeda selama satu minggu yaitu
selama satu minggu dengan pelatihan dan
pakaian dinas harian hijau dan coklat, pakaian
kegiatan full semi militer dan persis seperti
dinas lapangan serta atribut yang di gunakan
pelatihan TNI dan Polri seperti makan yang di
memiliki kesamaan dengan anggota TNI dan
hitung, mandi yang di batasi waktunya,
Polri memiliki latihan fisik berbasis militer
kegiatan
baik di sekolah maupun di asrama, sesuai
sebagainya, tidak ada jam kunjungan dan tiada
dengan tujuan sekolah para siswa memiliki
hari tanpa latihan, (2) Sistem pendidikan yang
beban dan tanggung jawab yang besar dalam
menerapkan senior dan junior selama berada di
mewujudkannya.
sekolah sehingga adanya unsur dan tingkatan
Siswa dan siswi kelas X mendapatkan beberapa keadaan yang baru diantaranya keadaan dan lingkungan sekolah baru, harus tinggal mandiri di asrama, jauh dari keluarga dan orangtua, meninggalkan kebiasaan lama dan memulai kebiasaan baru, berada dalam situasi dan jadwal kegiatan yang terstruktur serta terjadwal oleh pihak sekolah, harus tidur satu kamar dengan berbagai siswa yang terdiri dari latar belakang kebiasaan dan kebudayaan yang berbeda, siswa harus berbaur dan bergaul dengan teman yang baru. Keadaan tersebut diatas tentunya berbanding terbalik dengan keadaan siswa sebelumnya saat menjalani pendidikan
sekolah
menengah
pertaman
(SMP).
fisik
merayap,
push
up
dan
strata dan tatacara antara senior dan junior yang menjadi tugas tambahan, senior boleh memberikan tugas kepada juniornya, junior harus
menghormati
seniornya,
dan
ada
beberapa senior yang menggunakan perannya sebagai senior untuk kepentingannya seperti menyuruh juniornya melakukan kegiatannya, menghukum
juniornya
dan
menjadikan
juniornya sebagai adik angkat, (3) Sistem dan kegiatan di lapangan yang di pandu oleh seniornya, perpanjangan
senior tangan
tersebut dari
merupakan pembina
dan
memiliki jabatan strategis di bagian senat (OSIS) sehingga perintahnya bersifat mutlak dan tidak jarang kegiatan dilapangan tersebut melebihi dari jadwal dan ketentuan yang dilakukan.
Selain beberapa kegiatan diatas ada
Pembina yang dimaksud diatas adalah
beberapa kegiatan menarik perhatian peneliti
staf atau pegawai sekolah yang merupakan
diantaranya; (1) orientasi siswa baru yang di
bukan guru melainkan staf yang bertugas
sebut
mengontrol dan menjaga serta bertangung
“madabintal” yaitu sebelum siswa
jawab terhadap siswa, kegiatan non akademik
yaitu ketidak mampuan siswa menyesuaikan
dan merupakan perpanjangan tangan dari
diri dengan berbagai tuntutan sekolah tersebut
ketua yayasan. Siswa-siswi yang berada di
akan memicu terjadinya stres (Kiselica, 1994).
asrama merupakan tangung jawabnya dan
Schneider (Desmita, 2010) menyatakan
semua perizinan yang berhubungan asrama
bahwa penyesuaian diri merupakan suatu
harus melalui izinnya.
proses yang mencakup respon mental dan
Menurut Fimian dan Cross (1997) selain
tingkah laku individu, yaitu individu berusaha
itu di sekolah siswa-siswi merupakan anggota
keras agar mampu mengatasi kebutuhan-
dari suatu masyarakat yang kecil dimana
kebutuhan
terdapat tugas-tugas yang harus di selesaikan,
ketegangan, konflik dan frustrasi yang di
orang perlu dikenal dan mengenal diri mereka,
alaminya, sehingga tercapai keselarasan dan
serta peraturan yang mengikat dan membatasi
keharmonisan antara diri sendiri dengan
sikap dan prilaku mereka. Pristiwa yang di
lingkungannya. Dia juga menambahkan bahwa
alami siswa sebagai angota masyarakat kecil
individu yang penyesuaian dirinya baik adalah
dalam sekolah tidak jarang menimbulkan stres
mereka
dalam diri mereka.
kemampuan yang dimilikinya telah belajar
dalam
yang
dirinya,
dengan
ketegangan-
keterbatasanya,
Menurut Selye (Hawari, 2001) stres
untuk menyesuaikan diri dengan dirinya
adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik
sendiri dan lingkungan dengan cara yang
terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Bila
dewasa, bermanfaat, efisien dan memuaskan.
seseorang telah mengalami stres mengalami
Sunarto (2006) menyatakan banyaknya
gangguan pada satu atau lebih organ tubuh
faktor kehidupan yang berada di sekitar
sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapat
lingkungan remaja, maka pemikiran tentang
menjelaskan fungsi pekerjaannya dengan baik,
pendidikan juga harus memperhatikan faktor-
maka ia disebut distres. Pada gejala stres,
faktor tersebut. Sekalipun dalam pendidikan
gejala yang dikeluhkan penderita didominasi
dapat di akui bahwa tidak semuanya dapat
oleh; (1) keluhan-keluhan somatik (fisik), (2)
memenuhi tuntutan dan harapan, pendidikan
keluhan-keluhan psikis, tidak semua bentuk
yang berlaku di Indonesia, baik pendidikan
stres mempunyai konotasi negatif, cukup
yang ada di sekolah maupun diluar sekolah
banyak yang bersifat positif, hal tersebut
pada umunya di laksanakan secara klasikal,
dikatakan eustres.
penyelenggaraan
pendidikan
memberlakukan
sama
Runyon
(1984)
Ketika
individu
ini
semua
artinya tindakan
mempunyai penyesuaian diri yang baik maka
pendidikan kepada semua siswa sekalipun
individu akan mampu mengatasi stres dan
masing-masing
mengatasi
berbeda.
masalah-masalah
yang
timbul
dalam hidup. Senada dengan pendapat diatas
diantara
mereka
sangat
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
sekolah menunjukkan peningkatan yang cukup
Mengetahui ada tidaknya hubungan antara
signifikan
penyesuaian diri dengan stres pada siswa-siswi
bimbingan kelompok, yang berarti bimbingan
kelas X SMA Taruna Indonesia Plus Semi
kelompok dapat meningkatkan penyesuian diri
Militer Palembang. Selanjutnya manfaat dalam
terhadap lingkungan sekolah.
penelitian ini;
Penelitian
1). Manfaat Teoritis
layanan
Dapat menambah pengetahuan dalam bidang
psikologi
pendidikan,
setelah
khususnya
psikologi
psikologi
perkembangan
dan
memperoleh
lainya
bimbingan
layanan
adalah
pengaruh
kelompok
terhadap
penyesuaian diri siswa kelas X SMK N 2 kota Bengkulu 2014. Dengan hasilnya diantaranya adanya peningkatan dengan diberikan treatmen
psikologi sosial.
berupa
layanan
bimbingan
kelompok,
2). Manfaat Praktis
sedangkan penelitian yang akan peneliti
Dapat membantu mengetahui sekaligus
lakukan adalah penelitian kuantitatif yaitu
sebagai bahan pertimbangan dan pembelajaran
eksperimen dengan pre test and post test
baik peneliti maupun bagi siswa/siswi itu
design yang melihat ada tidaknya pengaruh
sendiri maupun pihak sekolah.
dari
diadakannya
layanan
bimbingan
Penelitian ini memiliki berbagai sumber
kelompok tersebut terhadap penyesuaian diri
materi, peneliti mengambil dari beberapa
siswa di sekolah tanpa mengharuskan adanya
penelitian yang
peningkatan.
diantaranya:
berhubungan sebelumnya
Penelitian tentang
gambaran
Menyikapi
hasil-hasil
penelitian
tingkat stres pada siswa MAN 3 bandung kelas
sebelumya dan untuk memperkaya hasil
XII menjelang ujian nasional 2012, dengan
penelitian sebelunya tentang penyesuaian diri
hasil analisa menyatakan tingkat stres yang di
dengan stres maka penulis kemudian tertarik
hadapi
yang
melakukan penelitian dengan judul penelitian
signifikan berada pada tingkat stres sedang
yauitu: Penyesuaian diri dengan stres pada
dengan jumlah 96 siswa atau 50% dari jumlah
siswa-siswi kelas X SMA Taruna Indonesia
smapel. Penelitian ini juga mengambil bahan
Palembang dan melakukan penelitian dengan
penelitian
sebenar-benarnya dan penelitian ini sangat
siswa
mengalami
dari
berbagai
tingkat
buku
psikologi
lainnya.
berbeda
dengan
penelitian
sebelumnya
Penelitian sejenis terkait, meningkatkan
diantaranya tempat pengambilan data dan
penyesuaian diri terhadap lingkungan sekolah
subjek penelitian serta tahun pengambilan data
melalui layanan bimbingan kelompok pada
penelitian yang berbeda, dengan dengan
siswa kelas VIII SMP N 2 Juwana tahun
demikian
2012/2013.
pertangung jawabkan sebagai mana mestinya.
Dengan
hasil
penelitain
Penyesuaian diri siswa terhadap lingkungan
keaslian
penelitian
dapat
di
METODOLOGI PENELITIAN
menunjukkan gejala mudah marah, kecemasan
2.1 Identifikasi Variabel Penelitian
yang berlebihan terhadap segala sesuatu,
2.
Variabel dalam penelitian ini adalah konsep tentang fenomena yang diangkat oleh peneliti terbagi menjadi dua variabel penelitian yaitu sebagai berikut:
merasa sedih, dan depresi, (c) Gejala tingkah laku
kondisi
Stres
dapat
mempengaruhi
tingkah laku sehari-hari yang cenderung negatif sehingga menimbulkan masalah dalam hubungan interpersonal.
1. Variabel Terikat (dependen variable)
2 Skala Penyesuaian Diri
: Stres Variabel Bebas (independent variable) : Penyesuaian Diri
Penyesuaian
Diri
adalah
proses
perubahan, penyesuaian yang dilakukan oleh
2.2 Definisi Operasional
siswa-siswi kelas X SMA Taruna Indonesia
1 Skala Stres
Plus Semi Militer Palembang dalam mencari
Variabel stres pada siswa-siswi kelas X SMA Taruna Indonesia Palembang akan di ukur berdasarkan skala yang di kembangkan peneliti menjadi aitem peryataan yang di ambil dari aspek-aspek stres menurut Sarafino dan Smith (2012) aspek-aspek stres di bagi menjadi dua, yaitu; (1) Aspek Biologis: Aspek biologis dari Stres yaitu berupa gejala fisik. Gejala fisik dari Stres yang dialami individu antara lain sakit kepala, gangguan tidur, gangguan
pencernaan,
gangguan
makan,
gangguan kulit, dan produksi keringat yang berlebihan, (2) Aspek Psikologis: Aspek psikologis Stres yaitu berupa gejala psikis. Gejala psikis dari Stres antara lain; (a) Gejala Kognisi: Kondisi Stres dapat mengganggu proses
pikir
mengalami gangguan
individu.
Stres daya
Individu
cenderung ingat,
dan
konsentrasi, (b) Gejala emosi kondisi Stres dapat mengganggu kestabilan emosi individu. Individu
yang
mengalami
Stres
kenyamanan
dan
keselarasan
antara dirinya sendiri dengan lingkungan sosial di sekitarnya baik secara fisik maupun psikologis. penyesuaian diri ini akan di ukur menggunakan skala yang di buat oleh peneliti mengacu pada aspek penyesuaian diri menurut (Desmita, 2010) secara garis besar aspek penyesuaian diri yang baik diantaranya; (a) Kematangan
emosional,
intelektual,
(c)
(b)
Kematangan
Kematangan sosial,
(d)
Tanggung jawab. 2.3 Hipotesis Ada hubungan antara penyesuaian diri dengan stres pada siswa-siswi kelas X SMA Taruna
Indonesia
Plus
Semi
Militer
Palembang.
yang
mengalami
perhatian,
kesesuaian,
akan
2.4 Populasi Dan Sampling Menurut Azwar (2012) populasi adalah kelompok
subjek
yang
akan
dikenai
generalisasi hasil penelitian atau akan menjadi
subjek
dalam
yang
memiliki
lebih simpel dan pengambilan anggota sampel
Menurut
Sugiyono
dari populasi di lakukan secara acak tanpa
(2012) Populasi yang dimaksudkan adalah
memperhatikan strata yang ada dalam populasi
populasi bukan hanya sekedar jumlah yang ada
tersebut (Sugiyono, 2012) Dalam kesempatan
melaikan meliputi seluruh karakteristik atau
ini
sifat yang dimiliki. Sedangkan menurut Hadi
menggunakan undian nomor yang di tulis di
(2004) populasi adalah sejumlah penduduk
secarik kertas, kemudian subjek memilih dan
atau individu yang paling sedikit mempunyai
mengambil
satu atau lebih sifat yang sama. Populasi dalam
menghitung jumlah sampel penelitian di
penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X SMA
gunakan perhitungan jumlah populasi setelah
Taruna Indonesia Palembang,
dikurang 5% berdasarkan tabel populasi,
karakteristik
penelitian
tertentu.
Sedangkan menurut Hadi (2004) sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan objek
penelitian.
Pendapat
lain
juga
menjelaskan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah, karakteristik yang dimiliki oleh suatu populasi Azwar (2012) Sedangkan menurut Sugiyono (2012) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Pada penelitian ini sampel yang di gunakan adalah seluruh siswa-siswi kelas X SMA Taruna Indonesia Plus Semi Militer Palembang, untuk subjek dalam penelitian ini peneliti mengambil subjek yang terdiri dari tiga kelas yaitu; kelas Xa (Sepuluh a), Xb (Sepuluh b), Xc (Sepuluh c). Dengan jumlah keseluruhan siswa-siswi kelas X SMA Taruna Indonesia Plus Semi Militer Palembang yang dimaksudkan adalah berjumlah sebanyak 100 orang.
peneliti
menentukan
kertas
secara
sampel
teratur.
dengan
Untuk
Sugiyono (2012) maka jumlah populasi yang di dapat dari 100 jumlah populasi berdasarkan tabel populasi taraf kesalahan 5% adalah 78 orang. 2.5 Metode Pengumpulan data Skala stres yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala model Likert. Pada skala model ini terdapat lima alternatif jawaban yang dapat di gunakan oleh subjek, yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), N (Netral), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju). Untuk aitem favourable nilai tertinggi 5 adalah untuk jawaban sangat setuju (SS), 4 untuk jawaban setuju (S), 3 untuk jawaban netral (N), 2 untuk jawaban tidak setuju (TS), dan 1 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS). Dan sebaliknya, untuk aitem unfavourable, nilai 5 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS), nilai 4 untuk jawaban tidak
Berdasarkan metode metode pengambilan
setuju (TS), nilai 3 untuk jawaban netral (N),
sampel dalam penelitian ini menggunakan
nilai 2 untuk jawaban setuju (S), dan 1 untuk
metode Simple Random Sampling, peneliti
jawaban sangat setuju (SS).
menggunakan metode ini karena tehnik ini
1. Stres
siswa-siswi kelas X SMA Taruna Indonesia
Variabel stres pada siswa-siswi kelas X SMA Taruna Indonesia Palembang akan di ukur berdasarkan skala yang di kembangkan peneliti menjadi aitem peryataan yang di ambil dari aspek-aspek stres menurut Sarafino dan Smith (2012) aspek-aspek stres di bagi
dalam mencari kesesuaian, kenyamanan dan keselarasan antara dirinya sendiri dengan lingkungan
di
sekitarnya.
Aspek
penyesuaian diri menurut (Desmita, 2010) secara garis besar aspek penyesuaian diri yang baik diantaranya: Kematangan emosional, Kematangan intelektual, Kematangan sosial,
menjadi dua, yaitu:
Tanggung jawab.
1. Aspek Biologis: Aspek biologis dari stres yaitu berupa gejala fisik. Gejala fisik dari stres yang dialami individu antara lain sakit
2.6 .
makan,
gangguan
kulit,
dan
produksi keringat yang berlebihan.
Validitas dan Reabilitas
1. Validitas
kepala, gangguan tidur, gangguan pencernaan, gangguan
sosial
Menurut Sugiyono (2012) menyatakan bahwa valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan
2. Aspek Psikologis: Aspek psikologis Stres yaitu berupa gejala psikis. Gejala psikis dari stres antara lain; (a) Gejala Kognisi Kondisi stres dapat mengganggu proses pikir individu. Individu yang mengalami stres cenderung mengalami gangguan daya ingat, perhatian, dan konsentrasi, (b) Gejala emosi kondisi stres dapat mengganggu kestabilan emosi individu. Individu yang mengalami stres
untuk
mengukur
apa
yang
seharusnya diukur. Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Selanjutnya menurut Azwar, (2012). Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan daan kecermatan suatu instrumen pengukuran (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya.
akan menunjukkan gejala mudah marah,
Suatu dimensi atau indicator dapat di
kecemasan yang berlebihan terhadap segala
katakan
sesuatu, merasa sedih, dan depresi, (c) Gejala
mampu mencapai tujuan pengukuran dari
tingkah
dapat
konstrak jenis validitas yang digunakan dalam
mempengaruhi tingkah laku sehari-hari yang
penelitian ini, Validitas kontruksi diukur
cenderung negatif sehingga menimbulkan
dengan menghitung koefisien validitas skor-
masalah dalam hubungan interpersonal.
skor skala menggunakan korelasi product
laku
kondisi
stres
apabila
indicator
tersebut
moment. Dengan teknik Apha cronbach.
2. Penyesuaian Diri Penyesuaian
valid
Apabila koefisien validitas suatu aitem kurang Diri
adalah
proses
perubahan, penyesuaian yang dilakukan oleh
dari
0,30
maka
aitem
memuaskan atau tidak valid.
dianggap
tidak
2, Reabilitas Alat Ukur Menurut Sugiyono (2012) instrument yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Hasil penelitian yang reliabel adalah bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Sedangkan menurut Azwar (2012) reliabilitas diterjemahkan dari kata reliability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas
tinggi
maksudnya
adalah
sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Pengukuran reabilitas alat ukur peneliti menggunakan teknik Alpha cronbach (Azwar, 2012). Teknik ini digunakan karena dipandang
lebih
sederhana
dari
teknik
pengukuran lainya namum memiliki tingkat ketelitian yang cukup tinggi.
4.
HASIL PENELITIAN
A.
Hasil Uji Coba Alat Ukur Berdasarkan data yang diperoleh melalui
tahap uji coba alat ukur yang dilakukan peneliti pada tanggal 16 Januari 2016, selanjutnya dilakukan uji validitas dan uji reabilitas perhitungan untuk menguji kedua skala penelitian tersebut, yang dilakukan menggunakan bantuan program komputer SPSS (Statistical Package For Sosial Science) version 19 For Windows. Dalam penelitian ini uji validitas alat ukur skala stres berdasarkan skor aitem hasil uji coba alat ukur menggunakan SPSS Version 19 Forwindows, peneliti melakukan pengujian alat ukur sebanyak tiga kali uji validitas dengan batasan minimum 0,30. Dengan hasil akhir peneliti mendapatkan dari 60 aitem pernyataan stress terdapat 52 aitem stres dinyatakan valid atau memenuhi syratak untuk
3. Metode Analisis Data
di jadikan alat ukur penelitian dan terdapat 8
Analisi data merupakan pengelolahan
aitem pernyataan yang tidak valid atau tidak
data mentah atau menyajikan data kedalam
layak untuk di jadikan alat ukur dalam
bentuk yang sesuai, terutama untuk diolah
penelitian ini yaitu aitem (1, 6, 30, 43, 47, 50
menggunakan komputer, menyajikan dalam
dan 52). Dengan batas kritis terendah yaitu
bentuk beberapa bagan atau gambar yang
0,325 sedangkan batas tertingginya adalah
berkenaan
0,789.
dengan
memecahkan
skala
statistik
untuk
masalah
atau
mencari
Selanjutnya yaitu skala penyesuaian diri
mengenai
suatu
penelitian
disajikan dengan jumlah aitem awal berjumlah
menurut Silalahi (2009) Analisis data yang
60 aitem, kemudian dilakukan analisis aitem
digunakan pada penelitian ini menggunakan
menggunakan SPSS Version 19 dan diperoleh
analisis secara statistik. Sebelum dilakukan uji
56 aitem yang layak dan 4 aitem lainya
hipotesis
uji
dinyatakan tidak layak yaitu ( aitem 38, 41, 52,
prasyarat yaitu uji normalitas, uji linieritas dan
dan 54). Dengan batas kritis terendah yaitu
pemahaman
terlebih
uji hipotesis.
dahulu
dilakukan
0,326 sedangkan batas tertingginya adalah
efektif yang diberikan oleh Penyesuaian diri
0,807.
terhadap stres adalah sebesar 63,8%. Jadi
B. Hasil Uji Asumsi
masih terdapat 36,2% pengaruh dari faktor-
Sebelum melakukan analisis data terlebih
faktor lain yang berhubungan dengan stres
dahulu dilakukan uji asumsi yang meliputi uji
namun tidak diteliti oleh peneliti dalam
normalitas dan uji linieritas. Uji normalitas
penelitian ini.
dan uji linieritas merupakan syarat sebelum melakukan
analisis
regresi,
hal
D.
Hasil analisis data yang telah dilakukan
dimaksudkan agar kesimpulan yang ditarik tidak
menyimpang
dari kebenaran
Pembahasan
ini
yang
menunjukan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara penyesuaian diri dengan stres
seharusnya (Hadi, 2000). Berdasarkan hasil data penelitian stres
pada
siswa
SMA
Taruna
Indonesia
menunjukan skor KS-Z= 0,761, dengan nila
Palembang. Hubungan yang sangat signifikan
p= 0,608 dengan data tersebut dapat dilihat
antara kedua pariabel tersebut hal ini terlihat
p>0,05. Selanjutnya variabel penyesuaian diri
dari nilai koefisien korelasi r = 0,799, dengan
yaitu KS-Z= 0,700 dan nilai p= 0,711.
signifikansi korelasi p = 0,000 (p < 0,01).
Berdasarkan tabel diatas nilai F merupakan
Berdasarkan
koefesien yang menunjukkan hubungan antara
variabel dapat dikategorikan kuat berdasarkan
variabel
terikat
tabel koefisien korelasi sugiyono (2012).
menunjukkan F= 133,997 dan p = 0,000. Nilai
Artinya semakin baik siswa dalam beradaptasi,
p merupakan nilai yang menunjukkan seberapa
gambaran yang baik terhadap dirinya dan
linier hubungan antara variabel bebas dan
kemampuan
variabel terikat. Dalam tabel di atas nilai p =
perasaannya maka kemampuan siswa dalam
0,000 ≤ 0,05 sehingga menunjukkan bahwa
menekan dan menghadapi permasalahan yang
terdapat hubungan yang linier dalam penelitian
dapat menurunkan stres siswa. Hal ini sesuai
ini yaitu antara Penyesuaian diri dengan stres.
dengan hipotesis yang diajukan peneliti, yaitu
bebas
dan
variabel
Berdasarkan hasil data penelitian, diperoleh hasil nilai korelasi antara variabel Penyesuaian diri dengan Stres yaitu r = 0,799 dengan nilai R square = 0,638 dan p = 0,000 dimana p ≤ 0,01. Ini berarti bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara Penyesuaian diri pada
siswa
diatas
dalam
korelasi
kedua
mengekspresikan
ada hubungan antara penyesuaian diri dengan
C. Hasil Uji Hipotesis
dengan stres
data
SMA Taruna
Indonesia Palembang. Besarnya sumbangan
stres dan semakin rendahnya penyesuaian diri siswa di asrama maka semakin negatif stres yang dialami siswa. data diatas di dukung oleh pendapat
Kiselica
(1994)
menambahkan
ketidak mampuan siswa menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan sekolah tersebut akan memicu terjadinya stres.
Selanjutnya Besarnya sumbangan efektif
kewaspadaan,
kognisi,
dan
perfomansi
yang diberikan oleh variabel penyesuaian diri
individu. eustres juga dapat meningkatkan
terhadap stresadalah sebesar R square = 0,638
motivasi individu untuk menciptakan sesuatu,
yang artinya penyesuaian diri memang sangat
Variabel stres dalam penelitian ini dapat
berarti peranannya terhadap stres yang dialami
dijelakan bahwa dari 78 siswa kelas X SMA
siswa kelas
Indonesia
Taruna Indonesia Palembang yang menjadi
Palembang, dilihat dari Besarnya sumbangan
subjek dalam penelitian ini, terdapat 44 siswa
efektif yang diberikan oleh Penyesuaian diri
(56,41%) mengalami disstres. Siswa yang
terhadap Stres adalah sebesar 0,638 atau
memiliki stres pada kategori mengalami
63,8%.
disstres bisa terlihat ketika datang dan pulang
X SMA Taruna
Faktor
perkembangan
dan
tersebut
diantaranya
kematangan,
keadaan
sekolah tidak tepat waktu, lupa dan kurang
psikologis, keadaan lingkungan, hubungan
rapi menggunakan pakaian dan tanda pengenal
siswa dengan guru dan tingkat religiusitas
ataupun atribut pakaian sekolah yang dimiliki,
serta hubungan antara orang tua dan siswa
adanya pekerjaan rumah (PR) yang belum
dalam menjalani kegiatan di sekolah maupun
dikerjakan tetpat waktu, terlambat dalam
di asrama.
mengikuti apel, istirahat di asrama tidak sesuai
Melihat dari hasil sumbangan yang efektif, terbukti adanya aspek-aspek yang
dengan waktunya,
keluar
sekolah untuk
menghindari kegiatan yang tidak di senangi.
mewakili aspek yang ingin di ungkap oleh
Selanjutnya terdapat 34 siswa (43,59%)
peneliti dan hasil penelitian ini adalah
yang mengalami eustres. Stres siswa pada
kategorisasi subjek
berdasarkan distribusi
kategori mengalami eustres salah satunya
normal.
Selye
1992)
dapat dilihat dari mematuhi peraturan yang ada
menggolongkan stres menjadi dua berdasarkan
di sekolah maupun di asrama dan mengikuti
persepsi
yang
kegiatan dengan baik. Tampak siswa yang
dialaminya, yaitu : Distres merupakan stres
tidak memakai atribut pakaian lengkap bisa
yang
tidak
dikategorikan sedikit bahkan tidak ada, siswa
menyenangkan. stres dirasakan sebagai suatu
tepat waktu mengikuti kegiatan yang ada di
keadaan dimana individu mengalami rasa
sekolah, berada di kelas walaupun gurunya
cemas, ketakutan, khawatir, atau gelisah.
tidak masuk kelas. pulang sekolah tepat waktu,
Sehingga
keadaan
keluar sekolah bukan untuk urusan pribadi,
psikologis yang negatif, menyakitkan, dan
melakukan pekerjaan rumah (PR) sebelum
timbul
menghindarinya.
waktu yang di berikan berakhir dan aktif
Selanjutnya eustres bersifat menyenangkan
dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh
dan merupakan pengalaman yang memuaskan.
pihak sekolah baik kegiatan sekolah maupun
Eustres dapat meningkatkan kesiagaan mental,
kegiatan asrama.
Menurut
individu
merusak
individu
keinginan
(Rice,
terhadap
atau
stres
bersifat
mengalami
untuk
Kemudian
deskripsi
data
penelitian
Aspek
penyesuaian
diri
yang
berdasarkan hasil data kategorisasi dalam
memberikan sumbangan tertinggi terhadap
penelitian ini di ketahui bahwa penyesuaian
buruknya penyesuaian diri pada siswa kelas X
diri dengan stres adalah baik dan buruk
SMA Taruna Indonesia Palembang yaitu aspek
berdasarkan pendapat Runyon (1984) yaitu
Tanggung Jawab sebesar 37,41%. Penyesuaian
ketika individu mempunyai penyesuaian diri
diri siswa yang buruk yaitu tanggung jawab
yang baik maka individu akan mampu
meliputi berbagai permasalahan diantaranya
mengatasi stres dan mengatasi masalah-
kedisiplinan, kemandirian, dan kemampuan
masalah yang timbul dalam hidup.
dalam menjalankan tugas dan kewajiban
Hasil penelitian berdasarkan analisis data
sebagai siswa.
dan kategori penyesuaian diri yang dimiliki
Dapat dipahami bahwa sesorang yang
siswa kelas X SMA Taruna Indonesia berada
menjadi siswa baru (kelas X) tentu memiliki
dalam kategori buruk, yaitu sebanyak 40 siswa
hambatan
atau 51,29%, dengan aspek tanggung jawab
menyesuaikan diri di sekolah, ketika individu
meliputi sikap produktif, mengembangkan diri
mempunyai penyesuaian diri yang baik maka
sendiri, fleksibel, empati, bersahabat dan
individu tersebut mampu mengatasi stres dan
interpersonal siswa selanjutnya terdapat 38
permasalahan sejenis lainya dan sebaliknya
siswa atau 48,71% siswa lainya memiliki
ketika individu mempunyai penyesuaian diri
penyesuaian diri yang baik, terdiri dari
yang buruk maka individu akan mengalami
beberapa
stres dan hambatan dalam mengatasi masalah-
aspek
diantaranya
kematangan
emosional, intelektual dan kematangan sosial. Selanjutnya sumbangan aitem stres yang dialami siswa kelas X SMA Taruna Indonesia
50,07% . permasalahan dan tekanan yang menyebapkan siswa memiliki stres negatif menndapatkan permasalahan
sumbangan yang
tertinggi
berhubungan
dari
dengan
kondisi psikologis siswa data diatas di dukung oleh pendapat Wartonah (2006) menyatakan bahwa respon psikologis terhadap stres dapat berupa kecemasan, marah dan depresi serta panik.
permasalahan
dalam
masalah yang timbul dalam kehidupan seharihari. 5.
KESIMPULAN
Palembang sumbangan aitem stres penyataan tertinggi terdapat pada aspek psikologis yaitu
dan
Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan dalam penelitian, maka dapat ditarik
kesimpulan
diantaranya
sebagai
berikut; ada hubungan yang sangat signifikan antara penyesuaian diri dengan stres pada siswa-siswi kelas X SMA Taruna Indonesia Plus Semi Militer Palembang.
Haber, A., Runyon, R.P. (1984). Psychology of
DAFTAR PUSTAKA
Adjustment. Illinois : The Dorsey Press. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Azwar,
Hadi,S. 2004. Metode penelitian. Yogyakarta: penerbit Andi. Herbert, B. T., dan S. Cohen. (1996).
S.
(2012).
Penyusunan
Skala
Psikologi. Edisi kedua. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Psychosocial
New
York:
Academic Press. Hurlock,
Arora, A. (2008). 5 langkah Mencegah dan
Stress.
E.B.
(1994).
Psikologi
(Suatu
Pendekatan
Perkembangan
Mengatasi Stres. Jakarta: Bhuana Ilmu
Sepanjang Rentang Kehidupan), Edisi
Populer.
kelima. Kiselica, M.S., Baker, S.B., Thomas, R.N. &
Atkinson, R.L. Atkinson, R.C. Hilgard, E.R. (1983). Pengantar Psikologi. Edisi kedelapan, Jilid dua. Jakarta: Erlangga. Chaplin,
J.P.
(2006).
Kamus
Lengkap
Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Reedy, S. (1994). Effects of stress inoculation training on anxiety, stress, and academic performance among adolescents. Journal of Counseling Psychology. Lazarus, S. & Folkman, R.S. (1986). Stress,
Persada.
appraisal, and coping. Springer. New Chomariah, N. 2009. Tips Jitu & Praktis Mengusir Stres. Jogjakarta: DIVA Press.
Mustamir.
P.
(2009).
Metode
Supernol
Menaklukkan Stres. Jakarta: Hikmah
Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan Perserta
Didik.
Bandung:
Remaja
Fimian, M.J. & Cross, A.H. (1997). Stress and burnout among preadolescent and early adolescent gifted students: A
Hawari, D. (2001). Manajemen Stres, Cemas, Jakarta
:
Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Hardjana, A. M. 1994. Stres Tanpa Distres : Seni mengolah Stres. Yogyakarta : Penerbit Kanisius
Monintja. 2003. Mekanisme Koping Ortu Yang Menyandang
Tunawicara
.Psikologi UI. Nevid, J.S. Spencer, A.R. Beverly, G. (2005). Psikologi Abnormal. Jilid Pertama, Edisi Kelima. Gramedia Widia Sarana
prealiminary investigation.
Depresi.
Publishing House.
Anaknya
Rosda Karya
dan
York: Springer Publishing Company.
Indonesia. Jakarta: Erlangga. Patosuwido. S. R. 1993. Penyesuaian Diri Mahasiswa dalam Kaitannya dengan Konsep Diri, Pusat Kendali dan Status Perguruan Tinggi. Jurnal Psikologi, XX, 1, 32-47.
Munandar, M. 2001. Budgeting, Perencanaan Kerja
Pengkoodinasian
Pengawasan BPFE
Kerja
Kerja.Edisi
Universitas
Pertama.
Gajah
Mada.
Yogyakarta.
Organizational Stress And Preventive Management. USA: McGraw-Hill, Inc. Rice, P. L., 1992. Stress and Health. 2 ed. California: Brooks Cole Publishing Company. Robbins, 2001. Prilaku Organisasi, Edisi kedelapan,
Jilid
2.
Bandung:
prenhalipindo. Haber, A., dan Runyon, R. P. (1984). Psychology of adjustment. Illinois: The Dorsey Press. Sarwono, S.W. (1992). Psikologi Lingkungan. Gramedia
Widia
Sarana
Indonesia. Sarafino, E.P., & Smith, T.W. (2012). Health Psychology:
Biopsychosocial
Interactions. John Wiley & Sons Inc. Sobur, A. (2013). Psikologi Umum (Dalam Lintasan Sejarah). Bandung: Pustaka Setia. Sunarto.
H.B.A.
(2006).
Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta: Renika Cipta. Sugiyono. 2005. Statistik untuk penelitian. Bandung: Alfa Beta. Siswanto. (2007). kesehatan mental, (Konsep, Cakupan,
Bandung: Refika Adikusuma. Wartonah,
T.
(2006),
Kebutuhan
Dasar
Manusia dan Proses keperawatan, Edisi 3, Jakarta : Salemba Medika.
Quick, J. C., & Quick, J. D. (1984).
Jakarta:
Silalahi. 2009. Metode Penelitian Sosial.
dan
Perkembangannya).
Yogyakarta: Andi Ofset.