HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS X MAN 1 KOTA MAGELANG
E-JOURNAL
Oleh Ibnu Ramadan Wahyuhadi NIM 10104244011
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA APRIL 2015
Hubungan Penyesuaian Diri .... (Ibnu Ramadan Wahyuhadi)
1
HUBUNGAN PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH DENGAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA KELAS X MAN I KOTA MAGELANG CORRELATION BETWEEN PERSONAL ADJUSTMENT AT THE SCHOOL AND SELF CONFIDENCE ON 10th GRADE STUDENTS OF MAN 1 MAGELANG CITY Oleh: Ibnu Ramadan Wahyuhadi, Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Yogyakarta
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penyesuaian diri di sekolah dengan kepercayaan diri siswa kelas X MAN 1 Kota Magelang. Penelitian ini merupakan penelitian dengan jenis korelasional. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MAN 1 Kota Magelang yang berjumlah 201 siswa. Teknik pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik proportional random sampling. Alat pengumpulan data menggunakan skala penyesuaian diri di sekolah dan skala kepercayaan diri. Analisis data dengan menggunakan korelasi product moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara penyesuaian diri di sekolah dengan kepercayaan diri pada siswa kelas X MAN 1 Kota Magelang dengan koefisien korelasi sebesar 0,568 dengan taraf signifikansi 0,000 (p<0,05). Semakin tinggi penyesuaian diri di sekolah, maka semakin tinggi kepercayaan dirinya, dan sebaliknya semakin rendah penyesuaian diri di sekolah maka semakin rendah kepercayaan dirinya. Sumbangan efektif penyesuaian diri di sekolah terhadap kepercayaan diri adalah sebesar 32,26%, sedangkan sumbangan sebesar 67,74% berasal dari faktor lain.
Kata kunci: penyesuaian diri di sekolah, kepercayaan diri Abstract The purpose of the research was to identify the correlation between personal adjustment at the school and self confidence on 10th grade students of MAN 1 Magelang City. This research was a correlational research. The subjects of the research were 10th grade students of MAN 1 Magelang City, they are 201 students. Samples was taken by proportional random sampling technique. This research used two scale of data collection technique, they were personal adjustment at the school scale and self confidence scale. Data was analyzed by product moment correlation. The result of the research discovered that there was a positive correlation between personal adjustment at the school and self confidence on 10th grade students of MAN 1 Magelang City which had correlated coefficient about 0.568 and 0,000 signification (p<0,05). If personal adjustment at the school increase, self conficence will be increase too and if personal adjustment at the school decrease, self confidence will be decrease too. Based on this result, self-regulated learning gave influence to academic anxiety about 32,26% while the number of 67,74 gotten from the other factors. Keywords: personal adjustment in the school, self confidence
PENDAHULUAN Kesiapan siswa dalam mengikuti proses
perhatian utama untuk mengetahui sejauh mana kesiapan siswa mengikuti proses pendidikan.
pendidikan atau menerima pembelajaran menjadi
Aspek psikologis siswa yang bersifat positif
dasar bagi guru untuk menyampaikan pelajaran.
dapat dilihat dari motivasi belajar, minat belajar,
Kesiapan siswa tidak hanya dilihat dari aspek
kepercayaan diri, kesediaan untuk mengakui
fisik atau kelengkapan sarana belajar seperti
kesalahan, berpikiran terbuka, kejujuran, selalu
seragam, sepatu, buku dan alat tulis, tetapi harus
ingin tahu, kesediaan untuk disiplin dan tertib,
pula dilihat dari aspek siswa sebagai manusia
dan sebagainya. Aspek psikologis siswa yang
yang memiliki pikiran dan perasaan. Dalam hal
bersifat negatif adalah sebaliknya yaitu malas,
ini, aspek psikologis siswa harus menjadi
rendah diri, tidak mau mengakui kesalahan, tidak
2 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 6 Tahun ke-4 2015
jujur, tertutup, dan tidak mau belajar. Dari
baru dimasukinya. Sekolah baru di SMA tentu
berbagai aspek psikologis tersebut, kepercayaan
memiliki peraturan, tata tertib dan suasana
diri siswa sangat utama karena kepercayaan diri
pergaulan yang berbeda dengan suasana ketika
menjadikan
siswa berada di SMP. Penyesuaian diri siswa
siswa
terhindar
dari
kondisi
psikologis yang negatif.
yang baik terhadap lingkungan sekolahnya dapat
Kepercayaan diri menurut Lautser (dalam Alsa Asmadi, 2006: 48) merupakan suatu sikap
menjadikan siswa lebih percaya diri ketika menghadapi hal baru di sekolahnya.
atau perasaan yakin atas kemampuan sendiri
Bagi siswa lulusan SMP yang melanjutkan
sehingga individu yang bersangkutan tidak terlalu
di Madrasah Aliyah (MA) yaitu sekolah setingkat
cemas dalam setiap tindakan, dapat bebas
SMA yang diselenggarakan Departemen Agama,
melakukan
dan
bukan hanya lingkungan sosial yang baru, tetapi
bertanggungjawab atas segala perbuatan yang
juga mata pelajaran yang juga baru seperti quran
dilakukan, hangat dan sopan dalam berinteraksi
hadist, bahasa arab, fiqih dan sejarah Islam.
dengan
dan
Penyesuaian diri yang baik dengan teman-teman
menghargai orang lain, memiliki dorongan
sesama siswa baru ataupun dengan kakak kelas
berprestasi serta dapat mengenal kelebihan dan
dapat memudahkan siswa untuk bertanya atau
kekurangan diri.
mendapatkan bantuan dari siswa lain, terutama
hal-hal
orang
lain,
yang
dapat
disukai
menerima
Siswa yang percaya diri memperlihatkan
siswa yang sebelumnya telah bersekolah di MTs
sikap positif terhadap diri sendiri ataupun orang
(Madrasah Tsanawiyah) ataupun di pondok
lain
pesantren. Siswa baru lulusan SMP
yang
dibutuhkan
dalam
mengikuti
yang
pendidikan di sekolah. Sebagai suatu kondisi
umumnya kesulitan mempelajari bahasa arab
psikologis, kepercayaan diri merupakan sesuatu
dapat meminta bantuan kepada siswa yang
yang bersifat bawaan, tetapi merupakan sesuatu
sebelumnya
yang terbentuk dari interaksi dan berkembang
Tsanawiyah) ataupun di pondok pesantren.
melalui proses belajar secara individual maupun
bersekolah
Penyesuaian
diri
di
MTs
siswa
di
(Madrasah
madrasah
sosial. Seseorang belajar mengenal diri sendiri
memiliki kaitan erat dengan kepercayaan diri
melalui interaksi langsung dan komparasi sosial.
siswa. Penyesuaian diri adalah usaha manusia
Menurut Daradjat (1990: 25) kepercayaan diri
untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan
adalah kepercayaan kepada diri sendiri yang
pada lingkungannya, sehingga rasa permusuhan,
ditentukan oleh pengalaman-pengalaman yang
dengki, iri hati, prasangka, dan emosi negatif
dilalui sejak kecil.
sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan
Siswa baru dituntut dapat menyesuaikan diri
kurang efisien dapat dikikis habis (Kartono,
dengan lingkungan baru di sekolah. Siswa baru di
2002:56). Siswa yang dapat menyesuaikan diri
tingkat SMA dihadapkan pada teman baru baik
secara baik di sekolah pada akhirnya dapat lebih
yang di kelas X, kelas XI ataupun di kelas XII
percaya diri ketika mengikuti pembelajaran di
dan guru-guru serta karyawan di sekolah yang
madrasah.
Hubungan Penyesuaian Diri .... (Ibnu Ramadan Wahyuhadi)
Penelitian yang menghubungkan antara variabel
kepercayaan
dengan
siswa-siswa
lulusan
Madrasah
variabel
Tsanawiyah; siswa baru belum sepenuhnya saling
penyesuaian diri pernah dilakukan oleh beberapa
mengenal sehingga penyesuaian diri dengan
peneliti sebelumnya.
Penelitian Safitri (2010)
teman sebaya juga masih rendah; masih banyak
mengungkapkan bahwa tingkat kepercayaan diri
siswa yang belum dapat menyesuaikan diri
dan penyesuaian sosial mahasiswa dalam kategori
dengan baik terhadap lingkungan sekolahnya;
sedang
untuk
belum diketahui hubungan antara penyesuaian
kepercayaan diri dan 46% untuk penyesuaian
diri di sekolah dengan kepercayaan diri siswa di
sosial.
MAN 1 Kota Magelang.
dengan
diri
dibandingkan
3
persentase
48%
Berdasarkan hasil analisis data dengan
menggunakan
korelasi
moment
Tujuan dari penelitian ini difokuskan untuk
didapatkan hasil r= 0,398 dan p= 0,000. Hal ini
mengetahui penyesuaian diri di sekolah pada
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
siswa
signifikan
dengan
mengetahui tingkat kepercayaan diri siswa kelas
penyesuaian sosial, semakin tinggi kepercayaan
X MAN I Kota Magelang dan untuk mengetahui
diri mahasiswa maka semakin tinggi penyesuaian
hubungan penyesuaian diri di sekolah
sosialnya. Eny Widiastuti, Festa Yumpi &
kepercayaan diri siswa kelas X MAN I Kota
Istiqomah (2012)
Magelang.
antara
penyesuaian
product
kepercayaan
diri
meneliti tentang hubungan
diri
dan
kepercayaan
asuhan
Perempuan Penelitiannya
P3A
dan
(Pusat
Anak)
Perlindungan
Kabupaten
mengungkapkan
X
MAN
I
Kota
Magelang,
dengan
diri
anak korban kekerasan seksual berusia 12-16 tahun
kelas
Jember.
Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan
ada
kuantitatif dengan jenis korelasional. Menurut
hubungan yang signifikan antara kepercayaan diri
Saifuddin Azwar (2013: 8), penelitian korelasi
dengan
bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi pada
penyesuaian
diri
bahwa
METODE PENELITIAN
korban
kekerasan
seksual usia 12-18 tahun di P3A.
satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu
Terkait dengan penelitian ini, ditemukan
atau lebih variabel lain, berdasarkan koefisien
beberapa permasalahan diantaranya sebagian
korelasi. Penelitian yang dilakukan mengkaji
siswa
mengenai hubungan penyesuaian diri di sekolah
kelas
X
MAN
I
Kota
Magelang
menunjukkan kepercayaan diri yang rendah,
dan kepercayaan diri.
indikator kepercayaan diri yang rendah diketahui dari sikap siswa yang cenderung memandang
Variabel Penelitian
sulit pelajaran agama Islam di madrasah aliyah;
Dalam
penelitian
ini,
peneliti
sebagian siswa merasa terpaksa melanjutkan
menggunakan 2 variabel antara lain; variabel
sekolah di MAN I Kota Magelang; siswa kelas X
bebas yaitu penyesuaian diri di sekolah dan
yang berasal dari SMP umum memiliki bekal
variabel terikat yaitu kepercayaan diri. Jadi dalam
pengetahuan
hal ini penyesuaian diri di sekolah sebagai
tentang
agama
relatif
kurang
4 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 6 Tahun ke-4 2015
variabel bebas memiliki pengaruh terhadap
merupakan sekolah yang berbatasan langsung
kepercayaan diri sebagai variabel terikat.
dengan jalan raya utama kota Magelang sehingga mudah dijangkau dari segala arah, baik dari arah Semarang,
Definisi Operasional
Magelang,
Yogyakarta,
ataupun
Wonosobo. Waktu
1. Penyesuaian diri di sekolah Penyesuaian diri di sekolah adalah suatu
tanggal
penelitian
dilaksanakan
pada
9 Desember 2014–13 Maret 2015.
proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah
Penelitian dimulai dari observasi dan wawancara
perilaku individu agar terjadi hubungan yang
dengan guru BK MAN 1 Kota Magelang sebagai
lebih
dengan
tempat uji coba instrumen dan dengan guru BK
lingkungan sekolah. Aspek-aspek penyesuaian
MAN 1 Kota Magelang yang dijadikan sebagai
diri meliputi persepsi yang tepat tentang teman
tempat penelitian. Instrumen penelitian dibagikan
sebaya,
kepada siswa kelas X MAN 1 Kota Magelang dan
sesuai
antara
guru,
kemampuan
dan
diri
individu
kegiatan
mengatasi
stress
pembelajaran, menghadapi
pelajaran baru, kemampuan menilai diri secara
diisi pada tanggal 19 Januari-22 Januari 2015. Subyek Penelitian
untuk
Subjek penelitian dalam penelitian ini
mengendalikan emosi dan tingkah laku, memiliki
menggunakan populasi dan sampel. Populasi
hubungan
dan
yang digunakan adalah siswa X MAN 1 Kota
kemampuan individu untuk menyadari kelemahan
Magelang yang terdiri dari 11 kelas, masing-
dan kelebihan yang dimiliki.
masing kelas berjumlah sekitar 37 siswa dengan
positif,
kemampuan
interpersonal
individu
yang
baik,
total keseluruhan 407 siswa. 2. Kepercayaan diri
Menurut Saifuddin Azwar (2013: 79)
Kepercayaan diri sebagai sikap positif
Sampel adalah sebagian dari populasi yang
yang mencerminkan adanya keyakinan diri
diteliti. Sampel dalam penelitian ini berjumlah
terhadap
yang
201 siswa yang ditentukan dengan menggunakan
dimilikinya. Dengan demikian, kepercayaan diri
rumus Slovin. Teknik yang digunakan dalam
bersumber dari dalam diri sendiri. Aspek-aspek
pengambilan sampel adalah proportional random
kepercayaan diri yaitu diantaranya memiliki rasa
sampling.
keyakinan
optimis,
merupakan salah satu cara pengambilan sampel
obyektif, bertanggung jawab serta memiliki
yang dilakukan pada suatu populasi yang terbagi
pemikiran rasional, serta menerima kritikan.
atas beberapa strata atau subkelompok dan dari
kemampuan-kemampuan
akan
kemampuan
diri,
Proportional
random
sampling
masing-masing subkelompok diambil sampelWaktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MAN 1
sampel terpisah (Saifuddin Azwar, 2013:84). Metode Pengumpulan Data
Kota Magelang yang terletak di Jl. Raya Payaman
Penelitian ini menggunakan instrumen
No 1 Magelang. MAN 1 Kota Magelang
pengumpulan data berupa skala. Skala yang
Hubungan Penyesuaian Diri .... (Ibnu Ramadan Wahyuhadi)
sejauh
mana
digunakan merupakan skala dengan 4 pilihan
ukurnya,
jawaban. Penelitian ini menggunakan dua skala
mengukur atribut yang dirancang (Saifuddin
yaitu skala penyesuaian diri di sekolah dan skala
Azwar, 2013:7). Uji validitas yang digunakan
kepercayaan diri dengan pilihan jawaban Sangat
dalam penelitian ini adalah validitas konstrak
Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan
dengan melakukan uji coba terhadap 38 responden,
Sangat Tidak Sesuai (STS).
setelah
diujicobakan
skala
intrumen
itu
5
mampu
akan
dihitung
validitasnya dengan menggunakan program SPSS
Instrumen Pengumpulan Data
versi 16.0. Validitas skala penyesuaian diri di
Penelitian ini menggunakan dua skala
sekolah berada pada menghasilkan item valid
yaitu skala penyesuaian diri di sekolah dan skala
sebanyak
kepercayaan diri. Skala penyesuaian diri di
kepercayaan diri dan menghasilkan item valid
sekolah
sebanyak 43.
digunakan
untuk
mengungkap
penyesuaian diri siswa di sekolah. Tingkat
54,
sedangkan
validitas
skala
2. Uji Reliabilitas
penyesuian diri di sekolah diukur menggunakan
Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila
skala yang disusun berdasarkan aspek-aspek
dalam beberapa kali pengukuran pada obyek yang
penyesuaian diri di sekolah. Skala disusun
sama akan menghasilkan hasil yang relatif sama.
berdasarkan aspek-aspek penyesuaian diri di
Menurut Wells dan Wollack (dalam Saifuddin
sekolah, meliputi a) Penyesuaian diri terhadap
Azwar, 2013: 98)
guru,
memperlihatkan konsistensi internal setidaknya
b)
Penyesuaian
diri
terhadap
mata
tes yang standar minimal
pelajaran, penyesuaian diri terhadap teman
0,80
sebaya, penyesuaian diri dengan lingkungan fisik
menggunakan Alpha Cronbach dengan koefisien
dan sosial
0,811 pada skala penyesuaian diri di sekolah dan
Skala tentang
kepercayaan
kepercayaan
diri
diri
mengungkap
siswa.
atau
0,85.
Reliabilitas
skala
diuji
0,837 pada skala kepercayaan diri.
Tingkat
kepercayaan diri diukur menggunakan skala yang disusun berdasarkan aspek-aspek kepercayaan diri yang disampaikan oleh Lauster (dalam M. Nur Gufron & Rini Risnawati, 2010: 36).
Analisis Data Berdasarkan
hipotesis
yang
diajukan
dalam penelitian ini teknik analisis data yang akan diajukan yaitu product moment dari Pearson. Product moment digunakan untuk menentukan
Uji Instrumen
hubungan antara dua variabel penyesuaian diri di
Untuk melihat kesahihan instrumen yang disusun oleh peneliti, maka dibutuhkan beberapa langkah sebagai berikut:
sekolah
dan
kepercayaan
diri.
Perhitungan
penelitian ini menggunakan SPSS For Windows Seri 16.0.
1. Uji Validitas Validitas
adalah
ketepatan
dan
kecermatan skala dalam menjalankan fungsi
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian
6 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 6 Tahun ke-4 2015
Pengujian
hipotesis
penelitian
ini
adalah
sebesar
0,568.
Nilai
rxy
positif
menggunakan teknik analisis product moment.
menunjukkan arah kedua variabel yang positif,
Berdasarkan hasil korelasi, dapat diketahui
yaitu semakin tinggi penyesuaian diri di sekolah
hubungan antara penyesuaian diri di sekolah dan
maka semakin tinggi kepercayaan diri siswa.
kepercayaan diri koefisien korelasinya sebesar
Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang
0.568 (p= 0,000). Dengan demikian, hipotesis
diajukan peneliti, yaitu terdapat hubungan positif
yang berbunyi “Ada hubungan yang positif antara
antara penyesuaian diri di sekolah dengan
penyesuaian diri di sekolah dan kepercayaan diri
kepercayaan diri siswa kelas X MAN 1 Kota
siswa kelas X MAN 1 Kota Magelang” diterima.
Magelang. Sumbangan variabel penyesuaian diri
Berdasarkan data empirik sebagai hasil
di sekolah terhadap kepercayaan diri adalah
pengujian di lapangan atau pada kelompok
sebesar 32,26%, dengan demikian masih ada
populasi yang bersangkutan, terbukti bahwa ada
67,74%
hubungan positif antara penyesuaian diri di
kepercayaan diri siswa kelas X MAN 1 Kota
sekolah dan kepercayaan diri pada siswa kelas X
Magelang. Hasil penelitian ini menunjukkan
MAN 1 Kota Magelang.
bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
Tabel
kepercayaan diri siswa adalah penyesuaian diri di
No
1.
Distribusi Frekuensi Kategorisasi Penyesuaian Diri di Sekolah
Kriteria
Frekuensi
Persentase (%)
Kategori
faktor
lain
yang
mempengaruhi
sekolah.
Pembahasan
1
> 162
12
5,97%
Tinggi
Setiap siswa memiliki kemampuan yang
2
108– 162
185
92,03%
Sedang
berbeda-beda dalam menyesuaikan diri terhadap
3
< 108
4
2%
Rendah
lingkungan sosial di sekolah. Siswa yang
201
100%
Total
Tabel
2.
Distribusi Frekuensi Kepercayaan Diri
memiliki kemampuan dalam menyesuaikan diri di Kategorisasi
sekolah
dengan
baik
dapat
melakukan
komunikasi dengan baik dengan guru, karyawan, No.
Kriteria
Frekuensi
Persentase (%)
Kategori
teman sebaya bahkan kakak kelas. Selain itu, siswa
juga
mampu
menyesuaikan
dan
1
> 129
106
53%
Tinggi
2
86 – 129
84
42%
Sedang
harus dijalaninya dalam lingkungan tersebut.
3
< 86
11
5%
Rendah
Siswa yang mampu melakukan komunikasi
Berdasarkan154hasil Total
melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang
analisis dapat dilihat 100%
dengan baik dengan lingkungan sosial, serta
bahwa angka koefisien korelasi menunjukkan
mampu melaksanakan tugas dengan penuh
bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan
tanggung jawab cenderung memiliki kepercayaan
antara penyesuaian diri di sekolah dengan
diri
kepercayaan diri. Koefisien korelasi antara
kepercayaan diri tinggi akan melakukan hal yang
penyesuaian diri di sekolah dan kepercayaan diri
diyakini benar tanpa rasa ragu.
yang
tinggi.
Siswa
yang
memiliki
Hubungan Penyesuaian Diri .... (Ibnu Ramadan Wahyuhadi)
Hasil penelitian ini sejalan dengan riset yang telah dilakukan oleh Argo Yulan Indrajat
7
penyesuaian diri di sekolah memiliki pengaruh terhadap kepercayaan diri siswa.
(2013: 23), yang menjelaskan bahwa siswa yang
Individu yang mampu menyesuaikan diri
tidak percaya diri pada dasarnya akan selalu
di sekolah, dapat lebih mudah berinteraksi dengan
merasa ragu dengan segala sesuatu yang ada pada
lingkungan
dirinya, kemudian tidak akan melihat bahwa
meningkatkan kepercayaan diri siswa. Begitu
sebenarnya dirinya masih memiliki kelebihan-
pula, seseorang yang sudah memiliki kepercayaan
kelebihan yang dapat dikembangkan untuk
diri yang tinggi dapat lebih mudah melakukan
kebaikan dirinya. Dengan demikian, siswa yang
penyesuaian diri di lingkungan sekolah. Dengan
memiliki kepercayaan diri tinggi dapat dengan
demikian, penyesuaian diri di sekolah dan
mudah menyesuaikan diri terhadap lingkungan
kepercayaan diri siswa memiliki hubungan yang
fisik dan sosial di sekolah, sehingga dapat
saling mempengaruhi, sehingga keduanya perlu
dikatakan melakukan penyesuaian diri dengan
ditingkatkan agar siswa dapat menjalin hubungan
baik.
yang harmonis dengan lingkungan sekitar. Selanjutnya, Lindenfield (Ediati Kamil,
sekitarnya,
Setidaknya
sehingga
terdapat
lima
dapat
aspek
1997: 15) menerangkan bahwa untuk dapat
kepercayaan diri yang melekat pada karakter
mengembangkan rasa percaya diri terhadap
percaya diri, yaitu keyakinan, optimis, obyektif,
segala macam hal, individu jelas perlu mengalami
bertanggung jawab, dan rasional (Lauster dalam
dan
beranekaragam
Ghufron, 2010: 123). Penyesuaian diri yang baik
hubungan, dari yang dekat dan akrab di rumah
dengan guru dapat memudahkan siswa dalam
sampai yang lebih asing. Melalui hubungan
mengatasi kesulitan belajar karena siswa merasa
indivdu juga membangun rasa sadar diri dan
dekat untuk bertanya. Penyesuaian diri dengan
pengenalan diri, yang merupakan unsur penting
teman sebaya di sekolah juga memberikan
dari
Individu
dukungan pada siswa sehingga menjadi percaya
tempat
diri dalam menghadapi persoalan di sekolah.
berlatih bagi mereka, agar mereka lebih percaya
Penyesuaian diri dengan pelajaran juga dapat
diri dan terampil. Orang yang memberikan
memberikan kepercayaan diri pada siswa untuk
kepada mereka umpan balik yang jujur dan
mengikuti
membangun, baik mereka berhasil, maupun
Kemampuan
gagal. Dukungan juga merupakan faktor utama
berkomunikasi dalam berbagai situasi termasuk
dalam membantu anak memiliki kembali rasa
situasi
percaya diri yang menurun disebabkan oleh
kepercayaan diri pada siswa (Hakim, 2005: 5).
bereksperimen
rasa
membutuhkan
dengan
kepercayaan
diri.
orang
menjadi
yang
di
pelajaran
dengan
menyesuaikan
sekolah
lebih
baik.
diri
dan
menunjukkan
adanya
trauma, luka dan kekecewaan. Dalam hal ini
Hasil penelitian selanjutnya ditinjau dari
siswa akan lebih dapat terbuka dengan kelompok
variabel penyesuaian diri di sekolah. Dapat
sebaya untuk membicarakan masalah pribadinya.
diketahui bahwa sebagian besar siswa kelas X
Dari kedua paparan di atas, dapat terlihat bahwa
MAN 1 Kota Magelang memiliki penyesuaian
8 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 6 Tahun ke-4 2015
diri di sekolah berada pada kategori sedang
harus dipelajari selama individu menempuh
dengan skor rata-rata 2,68. Kategori sedang pada
pendidikan. Kegiatan akademik menuntut siswa
variabel penyesuaian diri di sekolah menunjukkan
untuk berhubungan dengan guru, siswa lain, dan
bahwa sebagian besar siswa telah mampu
materi
mengatasi
dalam
lingkungan sekolah memiliki pengaruh terhadap
penyesuaian diri di sekolah sehingga siswa
perkembangan jiwa remaja. Sekolah memiliki
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
peranan yang tidak jauh berbeda dengan keluarga
sekolah.
yaitu sebagai tempat perlindungan apabila anak
hambatan-hambatan
Pada variabel penyesuaian diri di sekolah,
pelajaran
didik
memiliki
yang
diajarkan
masalah.
bahwa
Dalam
konteks
aspek yang memperoleh nilai rata-rata tertinggi
penelitian ini, sekolah berkaitan erat dengan
dari ketujuh aspek penyesuaian diri di sekolah
kegiatan
adalah memiliki hubungan interpersonal yang
akademik berada di sekolah dalam bentuk
baik dengan skor 2,94 dan berada pada kategori
kegiatan belajar baik bersama guru dan siswa lain
sedang. Hal ini menunjukkan bahwa indikator
ataupun dipelajari sendiri di lingkungan sekolah.
akademik
siswa
karena
kegiatan
yang terdapat di dalamnya seperti hubungan yang
Aspek yang memiliki skor rata-rata
baik dengan guru/ karyawan, teman sebaya, dan
terendah dalam skala penyesuaian diri di sekolah
dengan kakak kelas memiliki pengaruh terhadap
adalah
penyesuaian diri di sekolah siswa.
mengendalikan emosi dan tingkah laku dengan
kemampuan
individu
untuk
Hal ini sejalan dengan pendapat Chaplin
skor 2,40 dan berada pada kategori sedang. Hal
(2000: 11) yang menyatakan bahwa penyesuaian
ini berarti bahwa dari ketujuh aspek yang
diri merupakan suatu hubungan yang harmonis
mempengaruhi penyesuaian diri di sekolah,
dengan lingkungan fisik dan sosial. Manusia
kemampuan untuk mengendalikan emosi dan
dituntut
dengan
tingkah laku berdasarkan jawaban yang dipilih
lingkungan sosial, kejiwaan dan lingkungan alam
oleh siswa yang menjadi sampel dalam penelitian
sekitarnya. Guru, karyawan, teman sebaya dan
ini
kakak kelas merupakan wujud lingkungan sosial
penyesuaian diri di sekolah namun tidak setinggi
yang ada di sekitar siswa kelas X.
aspek penyesuaian diri di sekolah yang lainnya.
untuk
menyesuaikan
diri
masih
memiliki
pengaruh
terhadap
Hasil penelitian ini mendukung pendapat
Enung Fatimah (2008:195) menyebutkan
Enung Fatimah (2008: 198) yang menyatakan
bahwa salah satu kriteria penyesuaian diri adalah
bahwa penyesuaian diri adalah suatu proses
mampu mengekspresikan emosi dalam diri
alamiah dan dinamis yang bertujuan mengubah
sendiri. Emosi yang ditampilkan individu realistis
perilaku individu agar terjadi hubungan yang
dan secara umum berada di bawah kontrol
lebih sesuai dengan kondisi lingkungannya. Di
individu. Ketika seseorang marah, dia mampu
antara lingkungan yang dihadapi siswa di sekolah
mengekspresikan
adalah kondisi
merugikan orang lain, baik secara psikologis
akademik, yaitu kegiatan yang
berhubungan dengan ilmu pengetahuan yang
maupun
fisik.
dengan
Individu
cara
yang
yang
tidak
memiliki
Hubungan Penyesuaian Diri .... (Ibnu Ramadan Wahyuhadi)
9
kematangan emosional mampu untuk membina
dampak stress, memberikan ekspektasi akademis,
dan memelihara hubungan interpersonal dengan
dan meningkatkan kematangan emosi serta
baik.
kematangan sosial (Villalba & Myers dalam Budi Sehubungan dengan kemampuan individu
Astuti, 2009: 7). Dari hasil riset tersebut dapat
untuk mengendalikan emosi dan tingkah laku,
disimpulkan bahwa pengendalian emosi dan
subyek dalam penelitian ini termasuk dalam
tingkah laku remaja dapat dilakukan dengan
kategori remaja. Hal ini didukung oleh pendapat
penerapan model bimbingan dan konseling
Hurlock (1980: 207- 209) bahwa salah satu
perkembangan serta bimbingan di kelas berbasis
karakteristik remaja adalah masa remaja sebagai
wellness.
masa yang tidak realistik. Pada masa ini remaja
Indikator yang memiliki skor tertinggi
lebih memandang dirinya dan diri orang lain
adalah hubungan baik dengan teman kelas X
sebagaimana apa yang diinginkannya, sehingga
dengan skor 3,18 dan berada pada kategori tinggi.
mengakibatkan emosi remaja meninggi dan
Kategori tinggi menunjukkan bahwa siswa yang
mudah
tidak
menjadi sampel dalam penelitian ini lebih dapat
tercapai. Dari pernyataan tersebut, dapat terlihat
menjalin hubungan yang baik dengan teman
bahwa pada usia remaja, individu masih sulit
seangkatan yaitu sesama kelas X daripada
mengendalikan
mempengaruhi
menjalin hubungan dengan kakak tingkat dan
tingkah laku yang ditunjukkannya. Pengendalian
guru/karyawan. Hal ini dimungkinkan karena
emosi yang belum stabil dan disertai dengan
adanya kesamaan tingkatan kelas sehingga tidak
kurang sesuainya tingkah laku yang ditunjukkan
ada perasaan canggung untuk bergaul dan
mengakibatkan siswa merasa kesulitan dalam
berinteraksi dengan sesama kelas X. Selain itu,
melakukan penyesuaian diri di sekolah.
usia yang tidak terlalu jauh antar sesama kelas X
marah
Aspek
apabila
emosi
keinginannya
yang
kemampuan
untuk
menyebabkan kecenderungan pola pikir yang
laku
sama sehingga lebih memudahkan siswa untuk
merupakan aspek terendah dalam penelitian ini
melakukan penyesuaian diri di sekolah bersama
sehingga
dengan siswa kelas X yang lainnya. Dengan
mengendalikan
perlu
emosi
individu
dan
tingkah
ditingkatkan.
Peningkatan
kemampuan individu untuk mengendalikan emosi
demikian,
dan tingkah laku bergantung pada tingkat
hubungan yang baik dengan teman kelas X yang
kematangan emosi individu. Riset yang telah
terdapat
dilakukan oleh Budi Astuti (2009) menunjukkan
interpersonal yang baik memberikan pengaruh
bahwa
terhadap penyesuaian diri siswa di sekolah.
model
perkembangan
bimbingan
dan
terbukti
efektif
konseling untuk
dapat
dalam
Hasil
terlihat
aspek
penelitian
bahwa
memiliki
ini
indikator
hubungan
mendukung
meningkatkan kematangan emosi remaja. Dalam
pernyataan Sofyan Willis (2005:61-64) yang
penelitian
bahwa
mengemukakan bahwa penyesuaian diri dengan
bimbingan di kelas berbasis wellness dapat
teman sebaya sangat penting bagi perkembangan
meningkatkan wellbeing remaja, mengurangi
siswa terutama perkembangan sosial. Teman
sebelumnya
ditemukan
10 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 6 Tahun ke-4 2015
sebaya adalah kelompok anak-anak yang hampir
menunjukkan bahwa siswa kelas X MAN 1 Kota
sama usianya, kelas dan motivasi bergaulnya.
Magelang memiliki kepercayaan diri tinggi
Dalam pergaulan teman sebaya seorang siswa
dengan skor rata-rata sebesar 3,14. Kepercayaan
harus dapat bersikap dan berperilaku sesuai
diri yang tinggi menunjukkan bahwa siswa dapat
dengan
meyakinkan
aturan
sebaliknya
kelompok
apabila
tidak
teman
sebaya,
mengikuti
aturan
menguasai
atau
percaya
situasi
dan
dirinya
mampu
mampu
melakukan
kelompok sebaya maka akan dijauhi oleh
tindakan sehingga dapat mencapai tujuan yang
kelompok sebaya.
telah dicita-citakan.
Indikator yang memiliki skor rata-rata
Pada variabel kepercayaan diri aspek
terendah dalam variabel penyesuaian diri di
obyektif memiliki nilai rata-rata tertinggi dalam
sekolah adalah kemauan siswa untuk belajar
pengaruhnya
dengan skor 2,08 dan berada pada kategori
berdasarkan rata-rata jawaban yang dipilih. Skor
sedang. Kemauan siswa untuk belajar berkaitan
rata-rata pada aspek ini sebesar 3,20 dan berada
erat dengan minat belajar siswa. Terdapat
pada kategori tinggi. Hal ini berarti bahwa sikap
beberapa faktor yang mempengaruhi minat
obyektif mempengaruhi kepercayaan diri siswa
belajar siswa. Faktor-faktor tersebut terdiri atas
yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Senada
faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor-
dengan pendapat Lauster (M. Nur Gufron & Rini
faktor tersebut antara lain motivasi, belajar, bahan
Risnawati, 2010: 36), obyektif memiliki makna
pelajaran dan sikap guru yang menarik, keluarga,
bahwa individu memandang permasalahan atau
teman pergaulan, lingkungan, cita cita, bakat,
sesuatu
hobi, media massa, dan fasilitas (Dinar Barokah,
semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi
2011: 14).
atau menurut dirinya sendiri.
terhadap
sesuai
kepercayaan
dengan
kebenaran
diri
yang
Kemauan atau minat siswa untuk belajar
Cara berpikir remaja tampak cenderung
yang masih rendah perlu ditingkatkan. Salah satu
lebih multidimensional. Hal ini mengandung arti
cara yang dapat diterapkan adalah dengan
bahwa
pendekatan
permasalahan
Problem
Based
Learning
remaja
mampu
dari
melihat
berbagai
sudut
suatu pandang
(Pembelajaran Berbasis Masalah). Pendekatan ini
(obyektif). Hal ini membuat remaja memahami
telah
dapat
bahwa kepribadian seseorang terdiri dari banyak
meningkatkan minat belajar siswa SMK Negeri 3
sisi atau membuat remaja memahami bahwa
Makassar (Hasrul Bakri, 2009: 10). Selain itu,
suatu situasi sosial akan memiliki interpretasi
minat belajar juga dapat ditingkatkan melalui
yang beragam tergantung sudut pandang yang
metode mind mapping dengan menggunakan
digunakan (Steinberg dalam Sulisworo, dkk,
gambar dan berbagai warna sehingga siswa tidak
2011:
mengalami kejenuhan dalam belajar.
kemampuan siswa dalam menempatkan diri
diterapkan
dan
secara
efektif
179).
Sikap
obyektif
menunjukkan
Variabel kedua yang digunakan dalam
sebagai orang lain, termasuk dalam memberikan
penelitian ini adalah kepercayaan diri. Hasil
penilaian terhadap diri sendiri memiliki pengaruh
Hubungan Penyesuaian Diri .... (Ibnu Ramadan Wahyuhadi) 11
terhadap kepercayaan diri seseorang. Dengan
cara yang sudah diterapkan secara efektif adalah
adanya sikap obyektif, siswa tidak mudah
melalui layanan konseling individual berbasis
terpengaruh
self-management.
dengan
pendapat
sekitar
yang
Metode
ini
telah
efektif
berusaha mempengaruhi, sehingga siswa tetap
digunakan untuk meningkatkan tanggung jawab
berpegang teguh pada keyakinannya terhadap
belajar siswa kelas XI di SMK Negeri 1
kebenaran yang didapat secara obyektif. Dengan
Pemalang Tahun pelajaran 2013/2014 (Dinia
demikian sikap obyektif memiliki pengaruh yang
Ulfa, 2014: 108). Selain itu tanggung jawab juga
kuat terhadap kepercayaan diri siswa.
dapat ditingkatkan melalui penerapan teknik
Aspek terendah dalam skala kepercayaan
Behavior Contracts, yaitu berupa perjanjian
diri dengan nilai rata-rata 2,99 terdapat pada
secara tertulis untuk bertingkah laku dengan cara
aspek bertanggung jawab dan berada pada
tertentu dan untuk menerima konsekuensi bagi
kategori
aspek
tingkah laku tersebut. Teknik ini terbukti efektif
bertanggung jawab masih memiliki pengaruh
digunakan untuk meningkatkan tanggung jawab
terhadap kepercayaan diri namun tidak setinggi
pribadi siswa SMA Negeri 2 Malang (Hidayatul
aspek-aspek lainnya.
Laili, 2010: 87).
sedang.
Hal
ini
berarti
Aspek tanggung jawab
mencakup
kemampuan
kewajiban
dengan
menjalankan
Indikator memiliki harapan untuk berhasil
menerima
merupakan indikator yang memiliki skor rata-rata
Hal
ini
tertinggi dalam variabel kepercayaan diri dengan
menunjukkan bahwa subyek penelitian yang
skor 3,41 dan termasuk dalam kategori tinggi.
termasuk dalam kategori remaja belum mampu
Kategori tinggi untuk indikator ini menunjukkan
menunjukkan tanggung jawab dengan baik.
bahwa siswa memiliki sikap optimis yang tinggi
konsekuensi
dalam
untuk
baik
dan
segala
hal.
Gunarsa (Awalia Nurul Hikmah, 2014: 8) mengemukakan
remaja,
Hakim (Bambang Rustanto: 2013), kepercayaan
kedewasaan tubuh dan kematangan sesual sudah
diri adalah suatu keyakinan seseorang terhadap
tercapai. Namun kedewasaan dalam hal rasa
segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan
bertanggungjawab, dan melaksanakan tugas-tugas
keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu
belum sepenuhnya diperoleh. Dari paparan di
untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam
atas, dapat dilihat bahwa rasa bertanggung jawab
hidupnya. Hal ini bukan berarti bahwa individu
pada
terbentuk.
tersebut mampu dan kompeten melakukan segala
Dengan demikian, aspek tanggung jawab dalam
sesuatu seorang diri. Rasa percaya diri yang
penelitian ini belum memberikan kontribusi yang
tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya
besar terhadap variabel kepercayaan diri karena
beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut
subyek dalam penelitian masih berada pada usia
dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakni
remaja.
mampu dan percaya bahwa dia bisa karena
remaja
bahwa
belum
pada
usia
dalam meraih keberhasilan. Dipaparkan oleh
sepenuhnya
Tanggung jawab pada remaja dapat
didukung oleh pengalaman, potensi aktual,
ditingkatkan melalui berbagai cara. Salah satu
prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri
12 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 6 Tahun ke-4 2015
sendiri. Dengan demikian dapat dilihat bahwa
kemantapan dalam belajar sehingga permasalahan
indikator
dalam belajar dapat dikurangi atau diatasi.
memiliki
memberikan
harapan
kontribusi
untuk
yang
berhasil
cukup
besar
terhadap variabel kepercayaan diri siswa. Indikator
terendah
hubungan yang positif dan signifikan antara variabel
penyesuaian diri di sekolah dengan kepercayaan
kepercayaan diri terdapat pada aspek optimis
diri pada siswa MAN 1 Kota Magelang.
yaitu pada indikator memandang diri mampu
Walaupun
menghadapi masalah belajar dengan skor rata-rata
penyesuaian diri di sekolah dengan kepercayaan
2,91 dan berada pada kategori sedang. Dengan
diri pada siswa MAN 1 Kota Magelang namun
kata lain, siswa yang menjadi subyek dalam
sumbangan penyesuaian diri di sekolah terhadap
penelitian ini memandang diri kurang mampu
kepercayaan diri tidak begitu besar. Hal ini sesuai
menghadapi masalah belajar yang ada. Seseorang
dengan hasil perhitungan bahwa sumbangan
yang percaya diri dapat menyelesaikan tugas atau
variabel penyesuaian diri di sekolah terhadap
pekerjaan
kepercayaan diri
yang
sesuai
dalam
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat
dengan
tahapan
ditemukan
hubungan
antara
sebesar 32,26%. Dengan
perkembangan dengan baik, merasa berharga,
demikian masih ada 67,74% faktor lain yang
mempunyai keberanian, dan kemampuan untuk
mempengaruhi kepercayaan diri pada siswa MAN
meningkatkan prestasinya, mempertimbangkan
1 Kota Magelang.
berbagai pilihan, serta membuat keputusan sendiri
(Anita
Lie,
2003:
2).
Selain faktor penyesuaian diri di sekolah,
Faktor
kepercayaan diri dipengaruhi oleh beberapa
perkembangan remaja secara psikologis dijadikan
faktor lain. Ghufron (2011: 128) menyatakan
sebagai salah satu faktor yang diperhatikan
faktor-faktor
karena hal tersebut dapat menjadi salah satu
kepercayaan diri individu berasal dari dalam
sumber yang menghambat belajar siswa. Sukardi
(internal) dan luar (eksternal) diri seseorang.
(2000: 56) menyebutkan bahwa keberhasilan
Faktor
siswa dalam belajar dipengaruhi oleh banyak
kepercayaan diri diantaranya harga diri dan
faktor, yaitu faktor sosial, non sosial, fisiologis,
perasaan dibutuhkan, konsep diri, keberhasilan,
dan psikologis.
kondisi
Memandang diri mampu menghadapi
yang
internal
fisik,
sedangkan
dapat
yang
mempengaruhi
dapat
mempengaruhi
pengalaman,
faktor
dan
eksternal
yang
masalah belajar merupakan indikator terendah
mempengaruhi
dalam variabel kepercayaan diri yang perlu
orang tua, sekolah, dan teman sebaya.
ditingkatkan.
Salah
satu
upaya
kepercayaan
khayalan,
diri
dapat
diantaranya
untuk
meningkatkannya adalah dengan penggunaan
SIMPULAN DAN SARAN
strategi Self Regulated Learning (SRL). Dengan diterapkannya SRL dalam kegiatan belajar, maka siswa
akan
lebih
memiliki
kesiapan
dan
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa :
Hubungan Penyesuaian Diri .... (Ibnu Ramadan Wahyuhadi) 13
1. Penyesuaian diri di sekolah pada siswa kelas X
Dari hasil penelitian, pembahasan dan
MAN 1 Kota Magelang menunjukkan skor
kesimpulan yang telah diuraikan sebelumnya,
rata-rata 2,68 dan berada pada kategori sedang.
maka peneliti mengajukan saran-saran antara lain:
Kategori sedang pada variabel penyesuaian
1. Bagi Siswa
diri di sekolah menunjukkan bahwa sebagian
Kepercayaan diri yang tinggi merupakan
besar siswa telah mampu mengatasi hambatan-
hasil
hambatan dalam penyesuaian diri di sekolah
sedangkan penyesuaian diri di sekolah yang
sehingga siswa mampu menyesuaikan diri
masih berada pada kategori sedang perlu
dengan baik dengan lingkungan sekolah.
ditingkatkan.
2. Kepercayaan diri siswa kelas X MAN 1 Kota
capaian
pentingnya
yang
harus
Siswa
dipertahankan,
diharapkan
menyesuaikan
diri
menyadari di
sekolah,
Magelang berada pada kategori tinggi dengan
misalnya dengan saling menghormati antar
skor rata-rata sebesar 3,14. Kepercayaan diri
warga sekolah, mengerjakan tugas sebagaimana
yang tinggi menunjukkan bahwa siswa dapat
mestinya, dan menataati setiap peraturan yang
meyakinkan atau percaya bahwa dirinya
diberlakukan di sekolah.
mampu
2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
menguasai
situasi
dan
mampu
melakukan tindakan sehingga dapat mencapai tujuan yang telah dicita-citakan.
Guru diharapkan
Bimbingan mampu
dan
Konseling
mengoptimalkan
peran
3. Terdapat hubungan positif dan signifikan
dengan cara memaksimalkan layanan informasi
antara penyesuaian diri di sekolah dengan
di bidang pribadi dengan cara memberikan
kepercayaan diri pada siswa kelas X MAN 1
materi yang berhubungan dengan penyesuaian
Kota Magelang yang dapat dijabarkan dengan
diri di sekolah, misalnya dengan brainstorming
nilai koefisien korelasi sebesar 0,568 dengan
dalam kelompok untuk mendiskusikan cara
taraf signifikansi p = 0.000 (p < 0.05). Artinya,
efektif menyesuikan
semakin tinggi tingkat penyesuaian diri di
melakukan
sekolah maka semakin tinggi pula kepercayaan
mengenai meningkatkan kepercayaan diri. Selain
diri pada siswa MAN 1 Kota Magelang,
itu, guru Bimbingan dan Konseling diharapkan
demikian juga sebaliknya semakin rendah
mampu menerapkan model bimbingan dan
tingkat penyesuaian diri di sekolah maka
konseling perkembangan dan bimbingan di kelas
semakin rendah pula kepercayaan diri pada
berbasis
siswa MAN 1 Kota Magelang. Sumbangan
kematangan emosi siswa yang masih rendah
efektif penyesuaian diri di sekolah terhadap
serta melakukan pendekatan problem based
kepercayaan diri pada siswa MAN 1 Kota
learning dan menerapkan mind mapping untuk
Magelang
meningkatkan
sebesar
32,26%,
sedangkan
diskusi
wellness
minat
diri
di
kelompok
untuk
belajar
sekolah, dan dalam
kelas
meningkatkan
siswa
yang
sumbangan sebesar 67,74% berasal dari faktor
merupakan aspek dan indikator yang masih
lain yang tidak diukur dalam penelitian ini.
rendah dalam variabel penyesuaian diri di
Saran
sekolah. Terkait dengan variabel kepercayaan
14 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 6 Tahun ke-4 2015
diri,
guru diharapkan
mampu menerapkan
Argo
layanan konseling individual berbasis selfmanagement
untuk
meningkatkan
tanggung
jawab siswa serta menerapkan strategi self regulated learning untuk membantu siswa menghadapi masalah belajar. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti
variabel
yang
berkaitan
dengan
kepercayaan diri dapat memperhatikan aspek lain yang mempengaruhi kepercayaan diri selain penyesuaian diri di sekolah diantaranya adalah konsep diri, keberhasilan, kondisi fisik, dan pengalaman serta mengembangkan teknik yang dapat
digunakan
untuk
memningkatkan
kepercayaan diri siswa.
Bambang Rustanto. (2013). Kepercayaan Diri: Mata Kuliah Peksos dengan Remaja. Diakses dari http://bambangrustanto.blogspot.com/2013/08/konsepkepercayaan-diri.html pada 9 Maret 2013 pukul 11.07. Budi Astuti. (2010). Model Bimbingan dan Konseling Perkembangan untuk Meningkatkan Kematangan Emosi Remaja. Makalah. Disajikan dalam Raker HSBKI dan Seminar Nasional Peran Bimbingan dan Konseling dalam membangun Karakter Bangsa, 21-23 November 2010 di Hotel Grand Cempaka, Jakarta. Chaplin, C. P. (2000). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Dwi
4. Bagi Sekolah Dalam upaya memecahkan persoalan
Yulan Indrajat. (2013). Peningkatan Percaya Diri melalui Metode Journal Writing pada Siswa Kelas XI SMK N 1 Depok. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan UNY.
Safitri. (2010). Hubungan antara Kepercayaan Diri dengan Penyesuaian Sosial Mahasiswa di Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Skripsi. Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
penyesuaian diri di sekolah dan kepercayaan diri siswa, maka sekolah sebagai penyelenggara pendidikan hendaknya memberikan fasilitas terhadap penyesuaian diri di sekolah dan kepercayaan
diri
siswa
serta
menghimbau
seluruh warga sekolah untuk membantu siswa
Eny Widiastuti, Festa Yumpi & Istiqomah. (2012). Hubungan antara Kepercayaan Diri dengan Penyesuaian Diri pada Anak Korban Kekerasan Seksual Usia 12-18 Tahun di Pusat Perlindungan Perempuan dan Anak Kabupaten Jember. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Jember.
dalam menyesuaikan diri di sekolah, misalnya dengan memasang papan penunjuk dan tata tertib sekolah sehingga siswa dapat menyesuaikan diri tanpa melanggar peraturan yang berlaku di sekolah. DAFTAR PUSTAKA Alsa Asmadi. (2006). Hubungan antara Dukungan Sosial Orang Tua dengan Kepercayaan Diri Remaja Penyandang Cacat Fisik. Jurnal Psikologi. No.1. 47-48.
Hasrul Bahri. (2009). Peningkatan Minat Belajar Praktek Menggulung Trafo melalui Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Pada Siswa SMK Negeri 3 Makassar. Jurnal Medtek. Volume 1, Nomor 1, April 2009. Hidayatul Laili. (2010). Penerapan Teknik Behavior Contracts untuk Meningkatkan Tanggung Jawab Pribadi Siswa Kelas XIIPS 3 dalam Mengikuti Layanan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 2 Malang. Skripsi. Universitas Malang.
Hubungan Penyesuaian Diri .... (Ibnu Ramadan Wahyuhadi) 15
Hurlock. E. B. (2000). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
______________. (2013). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kartini Kartono. (2002). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sofyan Willis. (2005). Remaja dan Masalahnya. Bandung: Alfabetha.
M. N. Ghufron & S. Risnawita. (2011). TeoriTeori Psikologi. Jakarta: Gramedia.
Thursan Hakim. (2005). Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta: Puspa Swara.
Saifuddin Azwar. (2007). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Zakiyah Daradjat. (1990). Kesehatan Mental. Jakarta: Haji Masagung.
______________. (2008). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.