Hubungan antara Acceptance of Disability dengan Kebahagiaan Otentik pada Penyandang Disabilitas Komunitas Disable Motorcycle Indonesia (DMI) Firza Tuzzahra Woelan Handadari Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya Abstract. This study was aimed to find out the correlation between acceptance of disability and authentic happiness of individuals joined in the Indonesian Disable Motorcycle community (DMI). The study was applied to the individuals with disability joined in the community of three-wheeled motor modification (DMI) aged between 20 to 40 years old as many as 37 persons of subject. This research used Spearman correlation which at first validity and reliability test was taken. All statistics tests were done using SPSS 20 for Windows. By virtue of study data analysis result, the value of correlation between acceptance of disability and authentic happiness was 0,507 with significance level was 0,001. It indicated that the hypothesis was approved which meant that there was a one direction correlation between acceptance of disability and authentic happiness among individuals with disability joined in the Indonesian disable motorcycle community (DMI). Keywords: Acceptance of disability; Authentic happiness; Individual with disability. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara acceptance of disability dengan kebahagiaan otentik pada penyandang disabilitas komunitas disable motorcycle Indonesia (DMI). Penelitian dilakukan pada penyandang disabilitas yang tergabung dalam komunitas modifikasi motor roda tiga DMI dengan rentang usia 20 hingga 40 tahun dengan jumlah subjek sebanyak 37 orang. Pengumpulan data menggunakan korelasi Spearman yang terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Seluruh uji statistik dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 20.0 for windows. Berdasarkan hasil analisis data penelitian diperoleh nilai korelasi antara acceptance of disability dengan kebahagiaan otentik sebesar 0,507 dengan taraf signifikansi sebesar 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis diterima yang artinya terdapat hubungan yang searah antara acceptance of disability dengan kebahagiaan otentik pada penyandang disabilitas di komunitas Disable Motorcycle Indonesia (DMI). Kata Kunci : Penerimaan penyandang disabilitas; Kebahagiaan Otentik, Penyandang Disabilitas.
korespondensi: Firza Tuzzahra, email :
[email protected] Woelan Handadari, email:
[email protected] Fakultas Psikologi. Universitas Airlangga, Jalan Airlangga 4-6, Surabaya - 60286 Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial vol.02 No. 01, April 2013
15
Hubungan antara Acceptance of Disability dengan Kebahagiaan Otentik pada Penyandang Disabilitas Komunitas Disable Motorcycle Indonesia (DMI)
PENDAHULUAN Kebahagiaan menjadi hal yang dikejar dan diusahakan semua orang untuk dimiliki di dalam kehidupannya (Tepperman, 1990). Setiap orang juga menginginkan cara untuk menggapainya dan mencari jawaban dari bidang psikologi (Seligman, 2002). Namun, kenyataannya sebelum pendekatan psikologi positif muncul, terdapat ribuan jurnal dan artikel psikologi yang justru membahas tentang kesedihan atau penderitaan saja dan hanya sedikit yang membahas mengenai kebahagiaan (Seligman, 2002). Studi yang dilakukan oleh Marinic (2008) yang membandingkan kebahagiaan antara individu tanpa disabilitas dan dengan disabilitas. Hasilnya menunjukkan bahwa individu dengan disabilitas memiliki kebahagiaan yang cukup tinggi pada aspek yang tidak dimiliki oleh individu tanpa disabilitas. Aspek tersebut adalah perasaan puas akan| kondisi fisiknya serta penerimaan diri pada penyandang disabilitas yang didapatkan dari lingkungan sosialnya. Marinic (2008) juga menyebutkan bahwa individu dengan disabilitas memiliki sumber kebahagiaan dan kepuasan yang digunakan untuk berhadapan dengan situasi kehidupannya. Studi dari Brickman, Coates, dan Bullman (1978) yang diperbaharui oleh Gilbert (2010) tentang pembandingan kebahagiaan pada penderita penyandang disabilitas paraplegics dan pemenang lotre. Hasil yang mengejutkan bahwa kebahagiaan dari pemenang lotre menurun karena habituasi namun kebahagiaan pada penderita paraplegics mengalami kestabilan atau dikatakan konstan kebahagiaannya. Penyandang paraplegics merasa lebih bahagia karena telah menerima kondisi dirinya sejak dahulu dan penerimaan dilihat dari studi Marinic (2008) yang telah disebutkan diatas juga berpengaruh dalam kebahagiaan penyandang disabilitas. Dari beberapa studi diatas, terlihat bahwa kebahagiaan bukanlah hanya dimiliki oleh individu tanpa disabilitas saja dan penyandang disabilitas pun layak mendapatkannya. Hotard (1989) dalam Marinic (2008) menyebutkan individu yang bahagia adalah individu yang lebih banyak melakukan kontak sosial. Terdapat sebuah komunitas yang anggotan16
ya merupakan penyandang disabilitas dan tergerak untuk membuat komunitas modifikasi motor roda tiga Disable Motorcycle Indonesia (DMI). Mereka tergolong dari penyandang disabilitas yang mayoritas penderita polio dan merasa bahwa diri mereka layak bersanding dengan masyarakat tanpa disabilitas di lingkunganya secara aktif. Anggota DMI sangat tidak merasa terganggu dengan kondisi fisik dan juga mengasah kemampuan diri diluar keterbatasan fisiknya sesuai dengan teori Acceptance of Disability oleh Linkowski (2007) yaitu pemahaman dan pengakuan individu atas kekurangan yang dimiliki, dalam hal keterbatasan fisik, dengan tetap meyakini aspek-aspek diri lain diluar keterbatasannya tersebut. Penyandang disabilitas memiliki hak untuk aktif dalam berbagai aspek di lingkungan sosialnya. Hal ini membawa pada tujuan penelitian untuk mengetahui adakah hubungan antara acceptance of disability dengan kebahagiaan otentik di komunitas Disable Motorcycle Indonesia (DMI). Acceptance of Disability Acceptance of Disability merupakan pemahaman dan pengakuan individu atas kekurangan yang dimiliki, dalam hal keterbatasan fisik, dengan tetap meyakini aspek-aspek diri lain diluar keterbatasannya (Linkowski, 2007). Acceptance of disability sendiri menggarisbawahi pentingnya untuk menerima diri kita secara utuh dari dalam (intrinsik) pada orang dengan disabilitas untuk mencapai penyesuaian psikologis (Townend,2009). Linkowski menyebutkan bahwa terdapat empat dimensi dari acceptance of disability yang di didasarkan dari teori Acceptance of Loss Wright (1983) yaitu enlargement of Scope Values (nilai diri lebih tinggi daru konflik disabilitas fisiknya), Subordination of Physique (menekankan kemampuan fisik dan tampilan fisik bertolakbelakang dengan keterbatasannya), Containment of Disability Effect (menampung kecacatan dan tidak mempengaruhi aspek pada fungsi diri lain), dan Transformation Form Comparative Values to Asett Values (tidak membandingkan dengan orang lain justru menyadari kekuatan diri sendiri). Kebahagiaan Otentik Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial vol.02 No. 01, April 2013
Firza Tuzzahra, Woelan Handadari
Seligman (2002) mengatakan kebahagiaan otentik merupakan emosi positif yang muncul dari kekuatan (strength) dan keutaman (virtue) dalam diri dan bukan mengambil kebahagiaan melalui jalan pintas. Terdapat tiga faktor utama dari Kebahagiaan Otentik (Seligman, 2002) yaitu kebahagiaan didasarkan pada faktor kenikmatan (Pleasant Life), Kebahagiaan didasarkan pada kesadaran dalam hidup untuk menghasilkan kepuasan bukan hanya kenikmatan saja (Good Life), dan pemaknaan hidup yang diraih dari penemuan kekuatan khas untuk melayani banyak tujuan dibandingkan dengan memenuhi kesenangan diri belaka (Meaningful Life).
METODE PENELITIAN Dilihat dari jumlah populasi studi, penelitian ini termasuk cross sectional study dimana mencari prevalensi dari fenomena, situasi, permasalahan, dari antar populasi yang ada. Dilihat dari periode studi termasuk retrospective-prospective study design, fokus pada trend yang terjadi di masa lampau yang menjadi suatu fenomena dan dipelajarinya di masa depan (Kumar, 2005). Penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel yaitu Accidental Sampling dimana menurut Kumar (2005) merupakan proses memilih sampel yang sudah diketahui populasinya. Kumar (2005) menambahkan bahwa teknik penentuan sampel ini memasukkan karakteristik yang telah di-
tentukan oleh peneliti. Awalnya peneliti mendekati jajaran dari komunitas DMI kemudian merencanakan waktu pengambilan data pada saat rapat rutin keanggotaan DMI berlangsung. Teknik pengumpulan data menurut Kumar (2005) terbagi menjadi dua yaitu data primer dan sekunder. Data sekunder didapatkan dalam penelitian ini berdasarkan studi literatur dan data primer didapatkan ketika proses pengambilan data secara langsung dilakukan. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sesuai dengan Kumar (2005) yaitu administration in a public place dimana peneliti menggunakan kuisioner yang disebarkan di tempat terbuka yaitu Kebun Binatang Surabaya dan Perumahan di Sidoarjo. Alat yang digunakan berupa kuisioner adaptasi. Untuk Acceptance of Disability menggunakan Skala adaptasi dari Groomes (2007). Skala ini merupakan skala likert yang berisi 32 aitem dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,93. Alat ukur adaptasi yang kedua untuk mengukur kebahagiaan otentik menggunakan Steen Happiness Index (SHI) yang dikemukakan oleh Dr. Steen dan koleganya (2005) berisi 20 aitem dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,97. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS 20 for Windows.
HASIL Berikut adalah hasil perhitungan analisis korelasi Spearman dengan bantuan program SPSS Acceptance of
Kebahagiaan Otentik
Disability Spearman’s rho
Acceptance of Disability
Kebahagiaan Otentik
Correlation
1.000
.507**
N Correlation
37 .507**
37 1.000
37
37
Coefficient Sig. (1-tailed) Coefficient Sig. (1-tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed). Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial vol.02 No. 01, April 2013
.
.001
.001
.
17
Hubungan antara Acceptance of Disability dengan Kebahagiaan Otentik pada Penyandang Disabilitas Komunitas Disable Motorcycle Indonesia (DMI)
20 for Windows : Dari tabel di bawah dapat dilihat koefisien korelasinya dari acceptance of disability dan kebahagiaan otentik sebesar 0,507. Sesuai dengan Pallant (2002) bahwa koefisien korelasi 0,5 – 1,0 memiliki hubungan yang kuat antara acceptance of disability dengan kebahagiaan otentik. Berdasarkan tabel dibawah terlihat juga bahwa nilai signifikansi positif sebesar 0,001 dan kurang dari 0,05 dan menunjukkan Ho dalam penelitian ini berbunyi “tidak ada hubungan antara acceptance of disability dengan kebahagiaan otentik pada penyandang disabilitas komunitas DMI ditolak dan Ha diterima “ada hubungan antara acceptance of disability dengan kebahagiaan otentik di komunitas DMI.”
PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara acceptance of disability dengan kebahagiaan otentik pada penyandang disabilitas pada komunitas Disable Motorcycle Indonesia (DMI). ). Hipotesis dalam penelitian ini menyebutkan bahwa ada hubungan antara acceptance of disability dengan kebahagiaan otentik. Uji asumsi dalam penelitian ini menyebutkan bahwa data dari acceptance of disability dan kebahagiaan otentik, tidak memenuhi asumsi distribusi normal. Namun, pada uji linieritas terlihat data dari penelitian ini linier sehingga terdapat hubungan linier antara variabel acceptance of disability dan kebahagiaan otentik. peneliti menggunakan uji korelasi non parametrik yang didasarkan pada data yang tidak berdistribusi normal (Field, 2005). Untuk pengujian hipotesis, peneliti menggunakan uji teknik Spearman. Hasil dari uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa hipotesis nol (Ho) ditolak yang artinya terdapat hubungan (p = 0,001 dan p <0,05) antara acceptance of disability dengan kebahagiaan otentik. Penelitian ini menggunakan adaptasi alat ukur (kuisioner) yang digunakan sebagai metode pengambilan data. Untuk variabel acceptance of disability peneliti menggunakan alat ukur dari Groomes (2007) yaitu Acceptance of Disability Revised Scale (ADS-R) dan untuk variabel kebahagiaan otentik menggunakan alat ukur dari Steen 18
(2005) yaitu Steen Happiness Index (SHI). Alat ini memiliki reliabilitas yang tinggi yaitu 0,865 (ADSR) dan 0,905 (SHI). Namun, koefisien korelasi yang diperoleh yaitu 0,507 dan menurut Pallant (2007) pada rentang koefisien korelasi 0,5 hingga 1, dikatakan terdapat hubungan yang kuat antar variabel. Sehingga, hasil dari koefisien korelasi terlihat kurang maksimal. Menurut pengamatan peneliti di lapangan, pada saat pengambilan data subjek beberapa kali menanyakan maksud dari item di dalam kuisioner setelah mengisinya. Hal ini yang menjadi kekurangan di dalam penelitian ini. Analisis deskriptif dari acceptance of disability pada subjek ditinjau dari statistik deskriptif bahwa nilai means dari status pekerjaan tidak konsisten (p = 0,871). Namun, pada karakteristik subjek lainnya tidak memiliki perbedaan means dan dikatakan konsisten (status perkawinan p = 0,422 dan penyebab disabilitas p = 0,471) . Sehingga dapat dimaknai bahwa baik subjek yang tidak bekerja maupun yang bekerja memiliki acceptance of disability yang sama. Hal ini membuktikan studi Vornholt (2013) bahwa bekerja dan beraktivitas merupakan kesempatan bagi penyandang disabilitas untuk tidak terisolir di lingkungan sosialnya dan menjadi tolak ukur penerimaan akan dirinya (Vornholt, 2013). Analisis deskriptif dari kebahagiaan otentik pada penyandang disabilitas menunjukkan bahwa status pekerjaan, perkawinan, dan juga penyebab disabilitas berperan dalam kebahagiaan otentik subjek di komunitas DMI. Pada status pekerjaan, 86,5 % subjek yang bekerja, hanya 13,5 % saja yang tidak bekerja dan kondisi ini tidak mempengaruhi kebahagiaan otentik pada penyandang disabilitas komunitas DMI. Kondisi ini dapat terjadi karena pada dasarnya bekerja bagi penyandang disabilitas digunakan untuk keluar dari terisolirnya di sekitar lingkungan sosialnya (Vornholt, 2013). Serta, kebahagiaan yang mereka miliki tidaklah berorientasi pada kekayaan dan dibuktikan oleh penelitian Dunn (2008) yang menjelaskan bahwa kekayaan dan status pekerjaan berperan kecil dalam kebahagiaan yang kekal. Dari hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat kesesuaian denJurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial vol.02 No. 01, April 2013
Firza Tuzzahra, Woelan Handadari
gan penelitian yang dilakukan oleh Marinic (2008) yang menyatakan bahwa penerimaan pada disabilitas merupakan kontribusi penting dalam meraih kebahagiaan dalam hidup mereka. Kondisi seperti pekerjaan, status perkawinan juga berpengaruh dalam faktor penerimaan diri mereka. Sesuai dengan penelitian oleh Beaulaurier dalam Orto (2007) terdapat banyak individu dengan disabilitas saat ini yang tertarik dengan pemberdayaan sehingga mereka dapat bekerja. Achterberg (2009) mengatakan bahwa penyandang disabilitas yang bekerja memiliki depresi yang rendah, optimisme yang tinggi, dan fungsional psikososial yang tinggi pula sehingga mereka memiliki penerimaan di dalam dirinya.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian, terdapat hubungan yang signifikan antara acceptance of disability dengan kebahagiaan otentik. Koefisien korelasi kedua variabel positif (0,507) sehingga memiliki
hubungan yang searah dan dapat diartikan semakin tinggi acceptance of disability maka semakin tinggi pula kebahagiaan otentik dari penyandang disabilitas. Namun, koefisien korelasi (0,507) dinilai kurang maksimal dan hal ini disebabkan adanya bias budaya dalam penggunaan alat ukur adaptasi yang mengakibatkan aitem di dalam kuisioner membingungkan subjek pada saat pengambilan data. Penyandang disabilitas di komunitas DMI telah memiliki wadah untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan diri mereka. Aktivitas mereka dapat dilakukan beragam tidak hanya touring tetapi juga pengembangan keterampilan diri dan lebih memaknai hidup dengan menginformasikan kepada masyarakat apa saja yang bisa dilakukan oleh penyandang disabilitas. Diharapkan agar penelitian selanjutnya dapat menggunakan adaptasi alat ukur dengan lebih berhati-hati pada saat menerjemahkannya ke Bahasa Indonesia dikarenakan rentan adanya bias budaya.
DAFTAR PUSTAKA Albrecht, G.L,. Seelman, K.D., Bury, M. (2001). Handbook Of Disability Studies. California : Sage Publications. Achterberg, T.J., Wind, H., Boer, A.G.E., Dresen, M.H.W. (2009). Factors that Promote or Hinder Young Disabled People in Work Participation : A Systematic Review. Journal of Occupation Rehabilitation, 19, 129-141. Azwar, S. (2011). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Timur. Azwar, S. (2012). Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Timur. Bambang, 2014. Wawancara tentang Sejarah Komunitas DMI dan pandangan tentang pandangan hidup penyandang disabilitas di YPAC Surabaya. Biondi, M. (2011). The Happiness Effect, Bulletin of WHO,. Volume ,89, 241-316 (on-line). Diakses pada tanggal 22 April 2013 dari http://www.who.int/bulletin/volumes/89/4/11-020411/en/ Branden, N. (2011). The Six Pillars of Self Esteem. USA : Bantam Books. Brickman, P.C.D., Janoff-Bulman, R., (1978) . Lottery Winners and Accident Victims : Is Happiness Relatives?. Journal Of Personality and Social Psychology, 36, 917-927. Bull, T. (2008). Hunting Happiness of Promotin Health? Why Positive Psychology Deserves a place in Health Promotion. Journal of Promotion and Education, 15, 34-35. Chaplin, J.P. (2009). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : Rajawali Pers. Chiu,S.Y., Livneh, H., Tsao, L.L., Tsai, T. (2013). Acceptance of Disability and its Predictors among Stroke Patients in Taiwan. BMC Neurology, 13, 175. Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial vol.02 No. 01, April 2013
19
Hubungan antara Acceptance of Disability dengan Kebahagiaan Otentik pada Penyandang Disabilitas Komunitas Disable Motorcycle Indonesia (DMI)
Depdikbud, (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta : Balai Pustaka. Drever, J. (1960). A Dictionary of Psychology. Inggris : Penguin Books. Dunn, E.W. Aknin, L.B., Norton, M.L. (2008,Sciencemag). Spending Money on Others Promotes Happiness. Science. 319, 1687 Field, A. (2005). Discovering Statistics using spss (sex, drugs, and rock n roll) . Sage : Publication. Gilbert, D.T., Killingsworth, M.A., (2010). a wandering mind is an unhappy mind. Science, 330, 932. Gilbert, D.T., Wilson, T.D. (2005). affective forecasting : knowing what to want. Current Directions in Psychological Science, 14, 131. Gruber, J., Mauss, I.B, Tamir., M. (2011). a dark side of happiness? how, when, and why happiness is not always good, Perspective on Psychological Science, 6, 222-223. Groomes, D., Linkowski, D.C. (2007). Acceptance of Disability Revised Scale (ADS-R) (on-line) diakses pada hari Sabtu, 2 Agustus 2014 dari e-mail. Groomes, D., State, M., Linkowski, D.C,. (2007). Examining The Structure of The revised Acceptance of Disability Scale. Washington : George Washington University. Harrison, T., Stuifbergen, A., Adachi, E., Becker, H. (2004). Marriage, Impairment, and Acceptance in Persons with Multiple Sclerosis. Journal of Nursing Research, 26(3), 266-285. Hartini, N., Machdan, D.M. (2012). Hubungan antara Penerimaan Diri dengan Kecemasan Menghadapi Dunia Kerja pada Tunadaksa Di UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Tubuh Pasuruan. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental, Vol.1, 02. Kumar, R. (2005). Research Methodology, a Step by Step Guide for Beginners Second Edition. London : Sage Publications. Kaczmarek, L.D., Kaczmarek, M.S., Dombrowski, S.U.(2010). Adaptation and Validation of The Steen Happiness Index into Polish, Polish Psychological Bulletin, 41, 98-104. Tepperman, L., Laasen, H. (1990). The Future of Happiness. Betterworth-Heinemann Ltd. Lyubomirsky, S., Sheldon, K.M., Schkade, D. (2005). Pursuing Happiness : The architecture of Sustainable change. UC Riverside Previously Published Works, 1-48. Marinelli, R.P, Dell Orto, A.E (1999), The psychological & Social Impact of Disability (4th Edition). New York : Springer Publishing Company. Marinic, M., Brkljacic,T. (2008). Love over Gold-The Correlation of Happiness Level with some Life Satisfaction Factors Between Persons with and without Disability. Physiology Disability, 20, 527-540. Orto, A.E., Power, P.W. (2007). The psychological & Social Impact of Disability (5th Edition). New York : Springer Publishing Company. Pallant, J. (2002). SPSS : Survival Manual (3rd ed). Sydney : Allen & Unwin. Priyatno, D. (2012). Cara Kilat Belajar Analisis Data dengan SPSS 20. Yogyakarta : Penerbit Andi. Ryff, C.D. (1989). Happiness is everything, or is it? Explorations on the meaning of Psychological Well-Being. Journal of Personality and Social Psychology, 57 (6) 1069-1081. 32-64. Santrock, J.W. (2002). Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup (Edisi Kelima). Jakarta : Penerbit Erlangga. Santrock, J.W. (2011). Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup (Edisi Ketigabelas). Jakarta : Penerbit Erlangga.
20
Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial vol.02 No. 01, April 2013
Firza Tuzzahra, Woelan Handadari
Segall, M.H., Dasen, P.R., Berry, J.W., & Portinga, Y.H. (1990). Human Behavior in Global Perspective: An Introduction to Cross-Cultural Psychology. NY: Pergamon Series. Seligman, M.E.P,. Royzman, Ed. (2003). Happiness : The Trhee Traditional Theories. (online). Diakses pada tanggal 7 Desember 2013 dari http://www.authentichappinesscoaching.com pada jam 08.00 – 12.00 WIB. Seligman, M.E.P. (2004). Can Happiness to be Taught?. Journal of Agriculture, 133 (2), 80. Seligman, M.E.P. (2002). Authentic Happiness : Using The New Positive Psychology to Realize your Potential for Lasting Fullfilment. New York : Atria Paperback. Seligman, M.E.P. (2013). Beyond Authentic Happiness. Bandung : Mizan Publisher. Shaughnessy, J.J., Zechmeister, E.B., Zechmister, J.S. (2007). Metodologi Penelitian Psikologi Edisi Ketujuh. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Smart, J. (2012). Disability Across The Developmental Life Span. New York : Spriger Publisher Snyder, C.R ., Lopez, S.J (2002). Handbook of Positive Psychology. New York : Oxford University Press. Snyder, C.R ., Lopez, S.J (2003). Positive Psychological Asessment a Handbook of Models and Measures. Washington : American Psychological Association (APA). Steen, T. (2005). Steen Happiness Index Scale (on-line). Diakses pada hari Sabtu, 2 Agustus 2014 pukul 11.00 WIB dari www.tracysteen.com Sufa, I.G. (2013). 24 juta Penyandang Disabilitas Butuh Pekerjaan (on-line). Diakses pada hari Rabu, 17 September 2014 pukul 09.50 WIB dari http://www.tempo.co/read/news/2013/10/15/173521813/24-JutaPenyandang-Disabilitas-Butuh-Pekerjaan/1/1. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung : Penerbit Alfabeta. Taylor, S.E. (1999). Health Psychology Fourth Edition. Singapore : Mc Graw Hill Company. Tulus, B. (2010). Eksistensi Disable Motorcycle Indonesia JATIM (on-line). Diakses pada tanggal Rabu, 17 September 2014 pukul 10.00 WIB dari http://tulusbudiprasetyo.wordpress.com/2012/04/05/eksistensidisable-motorcycle-indonesia-dmi-jatim-yang-luar-biasa/. Townend, E., Tinson,D. (2010). “Feeling sad and Useless” : an Investigation Into Personal Acceptance of Disability and its Association with Depression Following Stroke. Clinical Rehabilitation, 24, 555. Vornholt, K., Uitdewiligen, S., Nijhuis, F.J.N. (2013). Factors Affecting the Acceptance of People with Disabilities at work : A Literature Review. Journal Occupation Rehabilitation, 23, 463-475. WHO. (2014). Diambil dari World Health Organization (WHO) : http;//www.who.int/topics/disabilities/ en/ Wong, S.S., Lee, O.B., Ang, P.R. (2009). Personality, Health and Coping : a Cross-National Study. Cross Cultural Research, 43, 251-279. Yamin, S., Kurniawan, H. (2013). SPSS Complete, Teknik Analisis Terlengkap dengan Software SPSS. Jakarta : Salemba Infotek. Zabihi, R., Ketabi, S., Tavakoli, M., Ghadiri, M. (2014). Examining the Internal Consistency Reliability and Construct Validity of The Authentic Happiness Inventory (AHI) among Iranian EFL Learners. Current Psychology, 33, 377-392.
Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial vol.02 No. 01, April 2013
21