HUBUNGAN ANTARA ABDOMINAL PERFUSION PRESSURE (APP) DENGAN OUTCOME POST OPERASI PERFORASI GASTER
Heru Iskandar, Ida Bagus Metria, Ida Bagus Budhi Magister Kedokteran Keluarga Program PASCA SARJANA UNS
[email protected]
Abstract : Background: Mortality and morbidity of gastric perforation is still high and mortality rate range 25 – 30%. Until now there is no scoring system can predict post operation outcome of gastric perforation. Objective : To prove correlation between abdominal perfusion pressure (APP) with post operation outcome of gastric perforation. Methode:This study is a observational analitic studies using prospective cohort design. The subjects ofthe study consisted of 36 subjects, of which 18 subjects with APP < 60 mmHg and 18 subjects with APP ≥ 60 mmHg and assessed post operation outcome in accordance with criteria good and poor. All data collected by statistical test using Non Parametric Test X2, using SPSS 19.0 Result: From all data collected with measuring results of abdominal perfussion pressure (APP) and post operation outcome of gastric perforation. The result of our study : in the APP < 60 mmHg group we found 15 subjects (83%) with poor outcome and 3 subjects (17%) with good outcome.. Whereas in the APP ≥ 60 mmHg groups we found 14 subjects (78%) good outcome and 4 subjects (22%) poor outcome. Odd ratio result correlation between abdominal perfussion pressure with post operation outcome of gastric perforation we foundn 17,5 and p value = 0,001. Conclusion: There is relationship between abdominal perfussion pressure with post operation outcome of gastric perforation OR 17.5 (p=0.001) Key words: Abdominal Perfusion Pressure , post operation outcome, gastric perforation
1
PENDAHULUAN Dalam
menemukan
satu
dilaporkan
dekade adanya
terakhir
terbaik
peningkatan
oleh
penggunaan
obat
steroid
anti
peptikum
non
inflammatory
penyakit
Penatalaksanaan
meningkatnya golongan
untuk
yang tersebut.
(Prabhu, Shivani, 2014)
insiden perforasi ulkus peptikum yang disebabkan
management
penyakit
bervariasi
ulkus
mulai
dari
penggunaan H2 reseptor antagonist,
drugs
proton
pump
inhibitors
(PPI),
(NSAIDs) dan jamu. Obat golongan ini
beberapa regimen untuk H. Pylori
menyebabkan
sampai
mukosa
kerusakan
gaster
sampai
serta
akhirnya
komplikasi
barier
duodenum
penatalaksanaan
pembedahan berupa vagotomi selektif
menimbulkan
perforasi.
dengan
dan
supra
selektif
dapat
dengan
Komplikasi
tehnik laparaskopi ataupun open. Hal
perforasi pada ulkus peptikum terjadi
serupa juga pada penatalaksanaan
sama dengan komplikasi perdarahan
perforasi ulkus peptikum bervariasi
saluran cerna. Lokasi perforasi paling
dari terapi konservatif non operative
banyak
sampai
terjadi
pada
sisi
anterior
(60%), dapat pula terjadi pada bagian antrum
(20%)
dan
pada
penatalaksanaan
pembedahan.(Prabhu, Shivani, 2014)
bagian
Saat
ini
pembedahan
untuk
kurvatora minor (20%). (Lange et. al,
penyakit ulkus pepikum terbatas pada
2011).
penanganan
Penyakit ulkus peptikum terdiri
komplikasinya
seperti
perforasi, perdarahan. Pada perforasi
dari ulkus gaster dan duodenum,
gaster,
dimana
merupakan
yang
dilakukan pada beberapa kasus. Jika
banyak
dijumpai
populasi
diperlukan tindakan laparatomi atau
dengan mortalitas
angka yang
penyakit pada
morbiditas tinggi
pada
terapi
laparaskopi, penutupan yang simple
dua
sudah cukup untuk sebagian besar kasus,
pengetahuan tentang etiopathogesesis
peptikum
dari
dibutuhkan
yang
berhubungan
dengan asam lambung telah bergeser
bermacam
perbincangan
pada
penelitian
untuk
dan
pembedahan definitif untuk
tidak
ulkus lagi
pasien-pasien
tersebut.(Prabhu, Shivani, 2014)
kearah penyakit infeksi dan telah menjadi
dapat
dan
dekade terakhir. Perkembangan ilmu
penyakit
konservatif
Mortalitas dan morbiditas yang disebabkan
oleh
perforasi
ulkus
peptikum sangat besar, dan angka
1
mortalitas berkisar antara 25 – 30%
peritonitis
telah
beberapa
sebanyak 27 kasus, yang dirawat di
penelitan. Sejumlah faktor-faktor untk
RSUD Dr.Moewardi Surakarta. Dari 27
mengetahui morbiditas dan mortalitas
kasus , laki-laki sebanyak 18 (66%),
dari perforasi ulkus peptikum telah
dan wanita 9 (34 %). Usia termuda 28
diketahui
angka
tahun dan tertua 85 tahun, dengan
prediksi klinis telah diajukan. (Buck
frekuensi usia < 50 tahun 4 kasus
et. al, 2012)
(16%), 50-70 tahun 18 kasus (66%) dan
dilaporkan
dan
pada
beberapa
Di RS. Hasan Sadikin Bandung ,
karena
perforasi
gaster
usia > 70 tahun 5 kasus (18%). Dari 27
kasus perforasi gaster tahun 2005 26
kasus,
orang, tahun 2006 sejumlah 38 orang
laparotomi
dan tahun 2007 meningkat menjadi
dilakukan
57 orang. Hal ini sesuai denmgan
dilakukan operasi antara lain karena
penelitian yang juga dilakukan di RS.
masalah biaya, usia yang sudah tua,
Immanuel Bandung dimana kasusnya
atau APS dengan alasan yang tidak
pada tahun 2006 tidak lebih dari 10
jelas. Dari 19 kasus yang dilakukan
orang, tetapi dalam 6 bulan terakhir
operasi, 12 (63 %) kasus
mencapai 46 orang. Mayoritas kasus
dengan lama perawatan post op di
adalah pria (77%) dan terbanyak pada
ruangan antara 7-10 hari, 7 (37% )
usia 50 – 70 %, termuda usia 22 tahun
kasus
dan tertua usia 80 tahun. Hal yang
sepsis (Wahyudi, 2008)
menarik dari penelitian diatas adalah seluruh adalah
penderita
perforasi
pengkonsumsi
19
dan
8
operasi.
meninggal
Banyak
gaster
dilakukan
cito kasus
tidak
Alasan
tidak
post
sistem
operasi
sembuh
op
skoring
karena
yang
digunakan untuk menilai prognosis
jamu-jamuan
mortalitas
dan ulkus
morbiditas peptikum.
pda
atau obat-obatan yang dibeli sendiri
perforasi
tanpa resep dokter karena keluhan
sistem
rematik, nyeri kepala, obat kuat, dll.
Mannheim
(Wahyudi,2008)
American society of Anesthesiologist
skoring seperti Peritonitis
Boey Index
Semua skor, (MPI),
Di RS Dr. Moewardi Solo selama
score, Acute Physiology and Chronic
kurun waktu 1 tahun, mulai Januari –
Health Evaluation (APACHE II) telah
Desember 2007, dilaporkan Selama
digunakan untuk memprediksi angka
kurun waktu 1 tahun, mulai Januari –
mortalitas
Desember 2007, didapatkan penderita
operatif.
2
perforasi Sistem
gaster skoring
preyang
digunakan haruslah simple dan dapat
mean
arterial
secara optimal memprediksi outcome
dikurangi intracranial pressure (ICP),
dan dapat diukur dengan objektif
maka
serta dapat diterapkan pada pasien-
perfusion
pasien tersebut untuk menentukan
menggunakan rumus MAP dikurangi
prognosis.(Prabhu, Shivani, 2014)
IAP, telah digunakan sebagai angka
dapat
pressure
dihitung
pressure
(MAP)
abdominal
(APP)
dengan
Pada penelitian yang dilakukan
prediktor perfusi organ visceral yang
oleh David Levarett Buck dkk , pada
akurat dan penting untuk batasan dari
pasien-pasien
ulkus
resusitasi. APP menilai aliran arteri
dilakukan
(MAP) dan restriksi aliran vena (IAP)
perforasi
peptikum
yang
pembedahan, didapatkan bahwa dari
secara
keempat sistem skoring seperti Boey
keunggulan
score, ASA score, APACHE II score, dan
survival dari IAH dan ACS. Lebih
sepsis
lanjut
score
kemampuan
masih yang
memprediksi
memiliki
statistik
menunjukkan
sebagai
APP
juga
parameter
lebih
baik
rendah
dalam
dibandingkan perhitungan pH arterial,
mortalitas
dan
base defisit, lactate dan urin output.
morbiditas perforasi ulkus peptikum.
Dengan
(Buck et. al, 2012)
minimal 60 mmHg dapat memperbaik
Peningkatan intraabdomen
/
tekanan
angka
intraabdominal
mempertahankan
survival
IAH
APP
dan
ACS.
(Malbrain,2006)
pressure (IAP) sering terjadi pada
Pada perforasi gaster terjadi
pasien-pasien dengan sindrom akut
kebocoran dari lambung sehingga isi
abdomen
dari
seperti
gastrointestinal,
ileus,
perforasi
periotonitis,
lambung
akut
lambung
pankreatitis atau trauma. Peningkatan
lambung
IAP
peritoneum.
dapat
intraabdominal
menimbulkan hypertension
(IAH)
dan
termasuk udara
dan
keluar
mengisi Hal
cairan
ini
meningkatkan
dari
rongga akan tekanan
dan abdominal compartmentsyndrome
intraabdominal dan pada akhirnya
(ACS).(Kovac et. al, 2007)
dapat menimbulkan IAH dan ACS.
Sama
seperti
konsep
Pada penelitian kami ingin mencari
perhitungan
cerebral
perfusion
korelasi antara abdominal perfusion
pressure
(CPP),
menghitungnya
dimana
untuk
pressure
digunakan
rumus
pasien-pasien perforasi gaster yang
3
dengan
angka
survival
dilakukan
pembedahan.
diharapakan untuk
APP
dapat
menentukan
Sehingga
procedure. November 2014 sampai
digunakan
dengan April 2015. Cara Pengambilan
angka
survival
Sampel Pada penelitian ini adalah
pada pasien-pasien dengan perforasi
dengan, probability sampling/ non
gaster.
consecutive
sampling
yaitu
semua
dari populasi yang telah disesuaikan METODE PENELITIAN
dengan
Penelitian ini merupakan penelitian
November 2014 sampai dengan April
observasional analitik untuk menilai
2015.
hubungan
Besarnya
antara
Perfusion
Abdominal
Pressure(APP)
dengan
prospektif.
rancangan
bagian
Tempat
Bedah
sub
bagian
di
Penderita
bedah
klinis
dan Sampel penelitian terdiri dari yaitu
perforasi
gaster
:
semua non
dan
dilakukan tindakan operasi laparatomi
Surakarta.
keluhan
nyeri
dan
radiologis
didiagnosa
tahun,
dapat
kateter
urin
diukur
IAP
intravesika.
melalui Kriteria
disertai penyakit lain, perforasi gaster
dirawat di bangsal bedah sub bagian RSDM
dengan
:
Eksklusi : Penderita perforasi gaster
dan graham patch procedure yang
digestif
dihitung
sebagai perforasi gaster, umur > 18
penderita
trauma
dapat
seluruh lapang perut yang secara
Digestif RSDM Surakarta . Populasi
populasi
sampel
mulai
n1 =n2= (PoQo+P1Q1)(Z1-α² +Z1- β)2 P1-Po Kriteria Inklusi
kohort
penelitian
restriksi
berdasarkan rumus sebagai berikut :
outcome post operasi perforasi gaster menggunakan
kriteria
akibat trauma.
Sampel
penelitian yaitu : Semua penderita dewasa ( umur>18 Tahun)
yang
HASIL
datang ke Instalasi Gawat darurat
Hasil Penelitian
keluhan nyeri seluruh lapang perut,
Penelitian ini menggunakan desain
didiagnosis dengan perforasi gaster, pengukuran
IAP
penelitian
dan
untuk
dihitung APP. Pasien lalu diobservasi outcome
nya
setelah
DAN
PEMBAHASAN
RSUD Dr. Moewardi Surakarta dengan
dilakukan
PENELITIAN
menilai
Abdominal
dilakukan
dengan
operasi laparatomi dan graham patch
4
observasional hubungan
Perfusion outcome
analitik antara
Pressure(APP) post
operasi
perforasi
gaster
menggunakan 18
rancangan kohort prospektif. Pada
penelitian
14
ini,
1
kurun waktu 6 bulan antara November 2014
sampai
dengan
April
0
2015
20 - 41 - 61 - > 80 40 th 60 th 80 th th
didapatkan 36 pasien masing-masing kelompok
umur
yang
memenuhi Gambar 4.1
kriteria penelitian yaitu semua pasien perforasi
gaster
yang
3
20
dalam
Grafik distribusi menurut kelompok
dilakukan
umur
tindakan laparatomy + graham patch prosedur di RS Dr. Moewardi Solo.
Umur (Tahun)
Data yang diambil meliputi umur, sex, abdominal perfussion pressure (APP) dan outcome post operasi perforasi gaster. Dari
36
masing-masing
subyek
penelitian
kelompok
65.72
66 64 62 60
umur,
64.31 62.89
Buruk Baik Total Outcome
Gambar 4.2
didapatkan 29 pasien laki-laki (81%)
Grafik
dan 7 pasien perempuan (19%). Umur
berdasarkan outcome post operasi
termuda adalah 25 tahun dan umur
perforasi gaster
tertua adalah 84 tahun.
distribusi
umur
pasien
Dengan
kelompok umur 20 – 40 tahun 1 orang
Dari
29
pasien
laki-laki
( 3% ), 41 – 60 tahun 14 orang (39%),
didapatkan APP < 60 mmHg sebanyak
61 – 80 tahun 18 orang (50%), > 80
15 pasien (52%), dan APP ≥ 60 mm Hg
tahun 3 orang (8%). Rata-rata umur
sebanyak 14 pasien (48%). Sedangkan
pasien dengan outcome buruk adalah
dari 7 pasien perempuan didapatkan
65,72
APP <
tahun
dan
pasien
dengan
60 mmHg sebanyak 3 pasien
outcome baik adalah 62,89 tahun,
(43 %), dan APP ≥ 60 mm Hg sebanyak
sedangkan secara keseluruhan rata-
4 pasien (57 %). Pada kelompok APP <
rata umur pasien adalah 64,31 tahun.
60 mmHg didapatkan nilai rata-rata 49.0556
dengan
nilai minimal
41
mmHg dan nilai maksimal 59 mmHg. Pada kelompok APP ≥ 60 mmHg
5
didapatkan
nilai
rata-rata
71.8333
outcome
buruk
15
pasien
(52%).
mmHg, dengan nilai minimal 60mmHg
Sedangkan dari 7 pasien perempuan
dan nilai maksimal 84 mmHg. Rata-
didapatkan outcome baik 3 pasien
rata nilai APP secara keseluruhan
(43%), dan outcome buruk 4 pasien
adalah 60,44 mmHg.
(57%). Dari 14 orang dengan outcome baik
Kelamin
mmHg Laki-Laki
dengan
rata-rata
adalah Total
11.94
meninggal 14
29
3
4
7
18
18
36
hari
hari.
perawatan
Untuk
pasien
dengan outcome buruk seluruhnya
≥ 60 Hg
15
perawatan
perawatan maksimal adalah 15 hari
APP Jenis
lama
minimal adalah 9 hari dan lama
Tabel 4.1 Distribusi nilai APP berdasarkan Jenis Kelamin
< 60
didapatkan
dengan
mortalitas
post
operasi terendah adalah 1 hari dan terlama adalah 14 hari dengan rata-
Perempua n Total
rata 6.26 hari.
Tabel 4.2 Distribusi nilai APP pada masingmasing kelompok Mean
Minim Maxim
APP
N
< 60
18
49.0556 41.00
59.00
≥ 60
18
71.8333 60.00
84.00
Total
36
60.4444 41.00
84.00
APP
um
um Gambar 4.3 Grafik
outcome
berdasarkan
Jenis
Kelamin Sedangkan pengukuran pressure
dari
abdominal
(APP)
dan
data
hasil
perfussion
outcome
post
Sedangkan distribusi outcome
operasi perforasi gaster didapatkan
terhadap jenis kelamin dari 29 pasien
pada kelompok APP < 60 mmHg
laki-laki
baik
didapatkan 15 orang (83%) dengan
dan
outcome buruk dan 3 orang (17%)
sebanyak
didapatkan 14
outcome
pasien
(48%),
6
dengan
outcome
baik.
Sedangkan
perforasi
gaster
dengan
didapatkan 14 orang (78%) dengan
kepercayaan menggunakan nilai 95%
outcome baik dan 4 orang (22%)
atau
dengan
outcome
buruk.
kesimpulan adalah sebagai berikut:
pasien
dengan
outcome
19
=
α
buruk
p
5%
Hasil
=
0,001.
17,5
pada kelompok APP ≥ 60 mmHg
Dari
nilai
ditemukan
(0,05)
Tingkat
pengambilan
analisa
Chi-Square
didapatkan nilai APP minimal adalah
memperlihatkan nilai Pearson
41 mmHg dan maksimal adalah 64
Square dengan nilai sebesar 0,001 (p <
mmHg dengan rata-rata 50.58 mmHg.
0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa
Dan 17 pasien dengan outcome baik
terdapat hubungan yang signifikan
didapatkan nilai APP minimal adalah
antara abdominal perfussion pressure
54 mmHg dan maksimal adalah 84
dengan
mmHg dengan nilai rata-rata 71,47
perforasi gaster.
mmHg.
Dan
rata-rata
nilai
APP
outcome
post
Chi-
operasi
Hasil
uji
keseluruhan adalah 60.44 mmHg.
menunjukkan
nilai
Tabel 4.3 Tabel hubungan/ kontingensi (2x2) antara abdominal perfusion pressure dengan outcome post operasi perforasi gaster.
sebesar 0,001 (lebih kecil dari 0,05), hasil
terhadap
Baik
< 60
15
3
18
≥60
4
14
18
Total
19
17
36
(P_value)
secara
APP
signifikan
outcomes. Nilai odds ratio
menunjukkan 17,5 yang berarti, nilai
Total Buruk
sig.
ratio
menunjukkan
berpengaruh
Out Come APP
ini
odds
APP
diatas
60
memiliki
kecenderungan outcome yang baik 17,5 kali lebih besar dibandingkan pasien dengan APP di bawah 60. Pada penelitian ini didapatkan
Analisis hasil penelitian
hasil bahwa penderita laki-laki lebih
Dari data primer di atas kemudian
banyak
dengan
data
perempuan yaitu 29 pasien laki-laki
menggunakan
(81%) dan pasien perempuan 7 pasien
dilakukan
statistik
analisis
dengan
daripada
penderita
(19%). Hal ini sesuai dengan literature
program SPSS for windows versi 19. ratio
bahwa penderita laki-laki lebih banyak
perfussion
dibandingkan perempuan. Dan hasil
pressure dengan outcome post operasi
ini juga sesuai dengan angka kejadian
Hasil hubungan
analisis abdominal
odd
7
di RS Hasan Sadikin bandung dan
perempuan didapatkan outcome baik
RSUD
dimana
3 pasien (43%), dan outcome buruk 4
penderita
pasien (57%). Dari data tersebut dapat
Dr.
Moewardi
Solo
didapatkan perbandingan
laki-laki 66% - 77% dan penderita
disimpulkan
perempuan 23% - 34%.
penderita
Hal
tersebut
juga
sesuai
bahwa dengan
perempuan
lebih
meskipun
jenis
kelamin
sedikit
daripada
dengan yang dilaporkan oleh Hardepp
pasien
Gill tahun 2006 yang melaporkan ratio
perempuan
lebih
penderita perforasi gaster laki-laki
mengalami
outcome
dan perempuan adalah 7 : 1 dan pada
dibandingkan dengan pasien dengan
sepuluh
jenis
tahun
terakhir
terjadi
peningkatan penderita wanita dengan
laki-laki,
kelamin
cenderung yang
laki-laki
Angka
menurut
pasien
meskipun
umur
mortalitas
57%.
minimal
literature dimana Buck et.al.
25
tahun
yang
didapatkan pada penelitian ini adalah
pada penelitian ini didapatkan umur adalah
buruk
perbedaannya tidak signifikan.
perbandingan 2 : 1. (Gill, 2006) Sedangkan
tetapi
dan
Hasil
ini
berbeda
dengan 2012
maksimal adalah 84 tahun. Sedangkan
menyebutkan bahwa angka mortalitas
kelompok umur terbanyak adalah usia
adalah 25 – 30 %. Hasil ini juga
61 – 80 tahun yaitu sebanyak 18
berbeda
pasien (50%) dengan rata-rata umur
wahyudi 2007 di RS Dr. Moewardi
adalah 64,31 tahun. Hasil ini sesuai
dimana angka mortalitas adalah 37%.
dengan penelitian retrospektif yang
Hal ini kemungkinan karena faktor
dilakukan di RS Dr.Moewardi Solo dan
keterlambatan
di RS Hasan Sadikin Bandung dimana
rata-rata pasien yang datang ke RS Dr.
didapatkan
Moewardi
sebagian
besar
pasien
dengan
hasil
penelitian
penanganan
pada
kurun
dimana
waktu
berusia 50 – 70 tahun dan usia
penelitian 3 – 4 hari setelah kejadian
termuda adalah 22 dan 28 tahun.
sehingga
meningkatkan
angka
Pada penelitian ini diperoleh
mortalitas. Pada penelitian ini juga
data distribusi outcome terhadap jenis
didapatkan bahwa rata-rata pasien
kelamin
laki-laki
dengan outcome yang baik datang ke
didapatkan outcome baik sebanyak 14
RS rata-rata 1 – 2 hari kejadian.
pasien (48%), dan outcome buruk 15
Dengan
pasien (52%). Sedangkan dari 7 pasien
mendapatkan
dari
29
pasien
8
terlambatnya penanganan
pasien medis
mengakibatkan angka outcome buruk
tertinggi adalah 84 mmHg dengan
akan meningkat, hal ini disebabkan
rata-rata 71,47 ± 7.70 mmHg. Dengan
terutama karena terjadi peningkatan
rata-rata nilai APP keseluruhan adalah
Intra Abdominal Pressure (IAP) dan
60,44 ± 12.83 mmHg.
penurunan
penelitian
Abdominal
Perfussion
Pressure (APP).
Hardepp
yang Gill
dapat
disimpulkan
bahwa pasien-pasien dengan APP < 50
Hal tersebut sesuai dengan penelitian
ini
Dari hasil
dilakukan
tahun
2006
mmHg
oleh
memiliki
memberikan
dimana
kecenderungan
hasil
outcome
yang
buruk. Dan pasien dengan APP > 70
dilakukan penelitian untuk menilai
mmHg
outcome pada pasien perforasi gaster
yang baik dengan nilai rata-rata APP
dengan
keseluruhan
menggunakan
Boey
score
memberikan
hasil
adalah
outcome
60
mmHg
system dimana dinilai 3 parameter
sehingga dapat diartikan bahwa nilai
yaitu pre operatif shock (<100 mmHg),
rata-rata antara outcome yang baik
perforasi
adanya
dan buruk adalah 60 mmHg. Hal ini
komorbid lain. Masing masing diberi
sesuai dengan teori yang ada dimana
nilai satu. Dimana pasien dengan Boey
nilai cut of point APP yang baik adalah
Score 1 mortalitas meningkat 10%,
60 mmHg.
>
24
jam,
dan
score 2 mortalitas 45,5% dan score 3
Sedangkan
dari
hasil
mortalitas 100%. Dimana pada pasien
pengukuran
dengan kondisi yang buruk rata-rata
pressure
memiliki score 2, sehingga angka
operasi perforasi gaster didapatkan
mortalitasnya meningkat 45%. (Gill,
pada kelompok APP < 60 mmHg
2006)
didapatkan 15 orang (83%) dengan Nilai APP pada penelitian ini
didapatkan
bahwa
(APP)
dan
perfussion
outcome
post
outcome buruk dan 3 orang (17%)
pasien
dengan outcome baik. Sedangkan pada
dengan outcome buruk didapatkan
kelompok APP ≥ 60 mmHg didapatkan
nilai APP minimal adalah 41 mmHg
14 orang (78%) dengan outcome baik
dan
dan 4 orang (22%) dengan outcome
maksimal
pada
abdominal
data
adalah
64
mmHg
dengan rata-rata 50.58 ± 7.04 mmHg.
buruk.
Sedangkan pada pasien-pasien dengan
memperlihatkan nilai Pearson
outcome
buruk
didapatkan
nilai
Square dengan nilai sebesar 0,001 (p <
terendah
adalah
54
dan
0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa
mmHg
9
Hasil
analisa
Chi-Square Chi-
terdapat hubungan yang signifikan
dengan melakukan
antara abdominal perfussion pressure
adekuat. Karena sebagian besar pasien
dengan
yang
outcome
post
operasi
dengan
perforasi gaster. Hasil uji odds ratio
mengalami
menunjukkan
hemodinamik
nilai
sig.
(P_value)
resusitasi yang
perforasi
gaster
dehidrasi yang
dan
tidak
baik.
sebesar 0,001 (lebih kecil dari 0,05),
Kendala dari resusitasi ini adalah
hasil
pada pasien-pasien dengan usia yang
ini
menunjukkan
berpengaruh terhadap
secara
APP
signifikan
tua
outcome. Nilai odds ratio
kita
tidak
resusitasi
dapat
yang
melakukan
massif
karena
menunjukkan 17,5 yang berarti, nilai
seringkali pada usia tua didapatkan
APP
kondisi
diatas
kecenderungan
60
memiliki
outcome
yang baik
dimana
cardiopulmonalnya
fungsi
kurang
optimal,
17,5 kali lebih besar dibandingkan
sehingga jika dilakukan kresusitasi
pasien dengan APP di bawah 60.
yang
Dari hasil diatas menunjukkan
terlalu
adekuat
memperburuk
justru
kondisi
pasien.
ada hubungan yang signifikan antara
Sedangkan
Abdominal Perfusion Pressure dan
perforasi gaster adalah pasien dengan
outcome post operasi perforasi gaster.
usia tua dengan rata-rata usia pasien
Dengan demikian dapat disimpulkan
adalah 63 tahun. Dapat disimpulkan
bahwa semakin rendah APP maka
bahwa
semakin buruk outcome atau dengan
meningkatkan MAP dan meningkatkan
kata lain semakin tinggi nilai APP akan
APP pada pasien dengan perforasi
memberikan
post
gaster terbatas. Hal ini juga didukung
Dapat
dengan hasil penelitian ini dimana
pasien
didapatkan
operasi
yang
disimpulkan
hasil lebih juga
outcome baik. bahwa
sebagian
akan
peran
besar
resusitasi
rata-rata
MAP
pasien
untuk
dengan
dengan nilai APP yang jelek harus
outcome buruk adalah 89.21± 14.73
diupayakan dulu untuk memperbaiki
mmHg dan outcome baik adalah 97.12
nilai APP nya dengan menaikkan nilai
± 7.72 mmHg dengan sehingga tidak
MAP (Mean Arterial Pressure) dan
didapatkan perbedaan yang signifikan
menurunkan
pada
Intra
Abdominal
Pressure (IAP). Upaya-upaya
masing-masing
kelompok
dengan outcome buruk dan baik (p = untuk
0.077).
memperbaik MAP diantaranya adalah
10
Upaya
lain
yang
dapat
demikian bahwa dengan menurunkan
dilakukan untuk memperbaiki nilai
IAP
APP pada pasien dengan perforasi
memperbaiki
gaster adalah dengan menurunkan IAP
dibandingkanm
nya. Hal ini berdasarkan bahwa pasien
MAP.
dengan besar
perforasi mengalami
gaster
akan
sebagian
peningkatan
Hal
IAP
penelitian
lebih
ini yang
baik
dalam
nilai
APP
dengan
kenaikan
sesuai
dengan
dilakukan
oleh
diatas 20 mmHg disebabkan dengan
Cheatam dan Malbrain pada tahun
terjadinya akumulasi udara lambung
2005
dan cairan bebas yang berasal dari
multicenter dengan 257 pasien kritis
lambung. Dengan menurunkan IAP
yang
diharapkan
Hypertension (IAH). Pada penelitian
dapat
menaikkan
APP
dimana
dilakukan
penelitian
mengalami
sehingga dapat memperbaiki outcome
itu
post operasi perforasi gaster. Cara
bermakna
untuk
adalah
kegagalan organ dan mortalitas. APP
intraperitoneal
didapatkan rendah pada kelompok
dengan menggunakan NGT no 18 yang
nonsurvivor (54 ± 16 vs 69 ± 23
dimasukkan
cavum
mmHg, p<0,001) dan MAP (68 ± 15 vs
tekanan
81 ± 23 mmHg, p<0,0001) dimana IAP
dengan
secara signifikan meningkat (15 ± 6 vs
keluarnya udara dan cairan lambung
12 ± 5 mmHg, p< 0,0001). APP dengan
melalui drainase tersebut. Hal ini
nilai minimal 60 mmHg berhubungan
didukung dengan hasil penelitian ini
dengan sensitifitas yang baik (79%)
dimana didapatkan rata-rata IAP pada
dab spesifitas (62%) dimana nilai MAP
kelompok
minimal
meurunkan
melakukan
drainase
IAP
kedalam
peritoneum
sehingga
intraabdomen
akan
pasien
turun
dengan
outcome
didapatkan
Abdominal
bahwa
IAP
berhubungan
70
mmHg
secara dengan
memiliki
buruk adalah 38.63 ± 17.24 mmHg
sensitifitas 69% dan spesifitas 61%.
dan outcome baik 25.65 ± 11.72
Sedangkan
mmHg. Dari hasil tersebut didapatkan
mmHg memiliki sensitifitas 75% dan
perbedaan
spesifitas
yang
signifikan
antara
nilai
59%.
IAP
minimal
Berdasarkan
12
hasil
kedua kelompok tersebut (p=0.013)
tersebut merekomendasikan menjaga
sehingga dapat disimpulkan bahwa
nilai APP diatas 60 mmHg dan IAP
IAP memegang peranan penting dalam
dibawah
menentukan
outcome.
Dengan
11
12
mmHg
untuk
mengoptimalkan
outcome
pasien.
dibandingkan jika pasien di operasi
(Cheatam, Malbrain, 2005) Sedangkan
dengan APP pre operasi ≥ 60 mmHg.
rekomendasi
Sehingga
disarankan
untuk
dilakukannya drainase intraperitoneal
memperbaiki APP pre operasi pada
pada kondisi terjadinya abdominal
pasien-pasien tersebut.
compartement dengan
syndrome
konsensus
dan
sesuai
Dari
guidline
diatas
hasil-hasil
dapat
penelitian
disimpulkan
bahwa
penanganan abdominal compartement
Abdominal Perfussion Pressure dapat
syndrome (ACS) dan intra abdominal
dijadikan
hypertension (IAH) pada tahun 2013
menentukan prognosis outcome post
di
operasi
Canada.
Dimana
disarankan
nilai
ukur
perforasi
untuk
gaster.
Dengan
prosedur Percutaneus Drainage (PCD)
demikian dapat dikatakan pula bahwa
pada pasien dengan IAH dan ACS
pengukuran
terutama pada pasien dengan kondisi
perforasi gaster penting dilakukan
yang
secara
tidak
optimal
pembedahan,
dan
untuk
hal
ini
akan
APP
rutin
pada
untuk
pasien
menentukan
strategi terapi yang lebih baik pada
menurunkan angka mortalitas dan
pasien dengan perforasi gaster.
kebutuhan
SIMPULAN dan SARAN
akan
tindakan
dekompresif laparatomi. (Kirkpatrick
A. Simpulan
et. al. 2013)
Kesimpulan
Dari
perhitungan
didapatkan
angka
odd
17,5.
Hal
ratio
dari
ini
hasil
abdominal
yang
diperoleh
penelitian
hubungan
perfussion
pressure
menggambarkan bahwa pasien dengan
dengan outcomepost operasi perforasi
nilai
APP
<
60
kecenderungan yang
buruk
mmHg
memiliki
gaster adalah sebagai berikut:
mengalami
outcome
1. Ada
sebanyak
17,5
kali
hubungan
antara
yang
abdominal
signifikan perfussion
dibandingkan dengan pasien dengan
pressure (APP) dengan outcome
pasien dengan APP ≥ 60 mmHg. Dari
post
hasil tersebut dapat ditarik suatu
dengan OR 17,5 (p=0,001)
kesimpulan
bahwa
pasien
yang
operasi
2. Menurut
perforasi
komponen
gaster
yang
memiliki APP pre operasi < 60 dapat
berpengaruh terhadap APP, ada
diprediksikan
hubungan yang signifikan antara
akan
mengalami
outcome post operasi buruk 17.5 kali
intra
12
abdominal
pressure
(IAP)
dengan
outcome
perforasi
post
gaster
operasi
Buck, David, L., Andersen, Morten, V., Moller, Morten, H. 2012. Accuracy of clinical prediction rules in peptic ulcer perforation: an observational study. Scandinavian Journal of Gastroenterology, 2012;47:28-35
(p=0,013),
sedangkan untuk mean arterial pressure
(MAP)
hubungan
tidak
yang
ada
sinifikan
(p=0,077).
Cheatam, Michael dan Malbrain, Manu. 2005. Abdominal Perfusion Pressure. Abdominal Compartement Syndrome. Manu Malbrain and Michael Sugrue. © 2005. Eurekah.com Chapter: 4.
B. Saran 1.
Pengukuran
Abdominal
Perfussion Pressure (APP) dapat dilakukan
sebagai
pemeriksaan
rutin pada pasien dengan perforasi gaster untuk
menentukan waktu
yang
untuk
tepat
tindakan
operasi
Debas, Haile, T. 2004. Stomach and Duodenum. Gastrointestinal systemSurgery.© 2004 SpringerVerlag New York, Inc. Hal. 37-40
melakukan
pada
pasien
perforasi gaster sehingga dapat mengurangi angka morbiditas dan
Dordevic, Ivana., Zlatic, Aleksandar., Jankovic, Irena. 2011. Treatment of Perforative Peptic Ulcer. Scientific Journal of the Faculty of Medicine in Nis. Serbia. 2011.
mortalitas perforasi gaster. 2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar penelitian lanjutan untuk menilai peranan perbaikan nilai APP dalam memperbaiki outcome post
operasi
perforasi
gaster
Gautam, Vijayshil dan Narayan, Mayur. 2014. Abdominal Compartement Syndrome. India Institute of Medical Sciences, Patna, Bihar, India, 1R Adams Cowley Shock Trauma Center, Baltimore, Maryland, USA
dengan jumlah kasus yang lebih banyak dan bila perlu dilakukan penelitian secara multi center.
Daftar Pustaka Brendon, Coventry, J. 2014. Gastric Surgery. Upper Abdominal Surgery. Springer London Heidelberg New York Dordrecht. Chapter 4.
Gill,
13
Hardepp. 2013. Peptic Ulcer Surgery : “ A Shift in the Paradigm” Indication, Operation of Choice and Operative Technique. Groote Schuur Hospital,
University of Cape Town, South Africa.
and Abdominal Perfusion Pressure in Patients with Acute Abdominal Syndrome. Signa Vithae 2(2):14-17
Glenda, N. 2003. Gangguan Lambung dan Duodenum. Patofisiologi, konsep Klinis dan Proses-proses Penyakit. Ed. 6 Vol. 1 Penerbit Buku kedokteran EGC. Jkt. 2003
Lange, J.F., Nicolai, A., Tilanus, H.W., Kuipers, E.J., Eijck, van, C.H.J. 2011. Perforated Peptic Ulcer : new insights. Erasmus Universiteit Rotterdam. Chapter : 4.
Hanumanthappa, M.B., Gopinathan, S., Rai, Guruprasad, D., Dsouza, Neil. 2012. A Nonoperative Treatment of Perforated Peptic Ulcer: A Prospective Study with 50 Cases. Journal of Clinical and Diagnostic Research, Vol-6(4): 696-699 Hunt,
Lee, Rosemary, K. 2012. Abdominal Compartement Syndrome: A Comprehensive Overview. American Association of Critical Care Nurses. ©2012 Vol: 32. 19 – 31
Leanne., Frost, Steve, A., Hillman, Ken., Newton, Phillip, J., Davidson, Patricia, M. 2014. Management of intraabdominal hypertension and abdominal compartement syndrome: a review. Journal of Trauma Management and outcome, 8:2
Linda
A. Perkins, MD. 2010. Intraabdominal Hypertension and Compartement Syndrome. Journal of Pulmonary Critical Care.
Luckianow, Gina M., Ellis, Mattews., Governale, Deborah., Kaplan, Lewis, J. 2012. Abdominal Compartement Syndrome: Risk Factors, Diagnosis, and Current Therapy. Critical Care Research and Practice Vol. 2013. Hindawi Publishing Corporation. USA.
Kirkpatrick, Andrew, W., Roberts, Derek, Robert, J., Waele, Jan, De., Jaeschke, Roman. 2013. Intraabdominal Hypertension and the Abdominal Compartement Syndrom. Update Consensus Definition and Clinical Practice Guidelines from the World Society of the Abdominal Compartement Syndrome.
Madiba, T.E., Nair, R., Mulaudzi, T.V., Thompson, S.R. 2005. Perforated Gastric Ulcers. Reappraisal of Surgical Options. SAJS VOL 43, NO. 3, august 2005
Kovac, Natasha., Siranovic, Mladen., Mazul-Sunko, Branka. 2007. Clinical Signirficance of Intraabdominal Pressure
Malbrain, Manu, L.N.G., 2006. Result from the Internal Conference of Expert on Intra-abdominal
14
Hypertension and Abdominal Compartement Syndrome, Intensive Care Med, 32:1722-1723 Mercer,
Medical and Health Science Research. Vol 4. India. 2014 Riwanto
David, W. dan Robinson, Emil,y K. 2004. Stomach. In: Sabiston Textbook of Surgery. 17th edition. © 2004. Elsevier.
Ign, 2003. Lambung dan Duodenum. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed. 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jkt. 2003.
Schaible Anja, 2009 . Peptic Ulcer Disease: Perforation. In: General Surgery. Second edition. © 2009 SpringerVerlag London Limited. Chapter : 48.
Muholland Michael W. 2006. Gastroduodenal ulceration. In : Greenfied’s Surgery : Scientific Principles and Practice, 4th edition. Chapter 46. Lippincott Williams and wilkins © 2006
Soemarko,
Onichimowsk, Dariusz., Podlinska, Iwona., Sobiech, Sebastian., Ropiak, Robert. 2009. Measurement of intraabdominal pressure in clinical practise. Oddzia Anestezjologii i Intensywnej Terapii Wojewódzki Szpital Specjalistyczny w Olsztynie ul. o nierska 18, 10-501 Olsztyn
M. 2004. Hubungan Peningkatan Tekanan Intravesika Urinaria Dengan Perdarahan Intraperitonela Akibat Trauma Tumpul Abdomen. Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. XX, No. 1, April 2004
Sofic, Amela., Beslic, Serif., Linceder, Lidija., Vrcic, Dunja. 2006. Early radiological diagnostic of gastrointestinal perforation. Radiol oncology 2006: 40(2):67-72
Ovchinnikov, V.A., Sokolov, V.A. 2013. Abdominal Compartement Syndrome. Nizhny Novgorod State Medical Academy, Minin and Pozharsky Square, 10/1, Nizhny Novgorod,Russian Federation
Tsai, Susan., Mulholland, Michael, W. 2010. Emergency Operations for Peptic Ulcer Dissease. Current Procedures of Surgery. McGraw-Hill Companies Inc. North America. Hal : 67 - 69 Vivier,
Prabu, V. dan Shivani, A, 2014. An Overview of History Pathogenesis and Treatment of perforated peptic ulcer Disease with Evaluation of prognostic Scoring in Adults. Annals of
15
E., Metton, O., Piriou, V., Lhuillier, F., Emard, Cottet, J.M., Branche, P., Duperret, S., Viale, J.P. 2006. Effect of increased intr-abdominal pressure on central circulation. British Journal of Anaesthesia 96(6): 701-7
. Wahyudi, Andreas, 2008, Gambaran Perforasi Gaster di RSUD Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2007 Zinner, Michael, J. dan Ashley, Stanley, W. 2006. Stomach and Duodenum. Maingot’s Abdominal Operation 11th edition. Chapter 13
16