MANAJEMEN NYERI POST OPERASI
Ringkasan Manajemen nyeri post operasi bertujuan untuk meminimalisasi rasa tidak nyaman pada pasien, memfasilitasi mobilisasi dini dan pemulihan fungsi, dan mencegah nyeri akut berkembang menjadi nyeri kronis. Kesehatan mental dapat mempengaruhi
penyembuhan
pasien
dan
kerentanan
psikologis
dapat
memprediksi nyeri post operasi berat. Edukasi sebelum dilakukan operasi atau pembedahan dapat mengurangi kecemasan dan kepuasan pasien. Pilihan terapi analgesik bergantung pada jenis pembedahan yang didapatkan pasien. Penggunaan pedoman manajemen nyeri dalam program rehabilitasi sebaiknya dilakukan. Pemberian analgesik kombinasi dari jenis yang berbeda dapat menghasilkan efek yang lebih ataupun sinergis. Teknik analgesik regional sedang dikembangkan
menjadi regimen analgesik multimodal.
Diagnosis
nyeri
neuropatik akut biasanya ditegakkan secara lambat setelah operasi.
Pendahuluan Jumlah nyeri yang diderita pasien berhubungan dengan luasnya kerusakan jaringan dan daerah pembedahan atau operasi. Operasi pada regio thorak dan abdomen bagian atas lebih nyeri dibandingkan prosedur operasi yang dilakukan pada region abdomen bagian bawah yang mana lebih nyeri dibandingkan operasi daerah tungkai. Tindakan operasi penggantian sendi juga mengakibatkan nyeri berat post operasi. Nyeri memiliki komponen sensorik dan emosional yang berinteraksi untuk menghasilkan keseluruhan rasa nyeri. Nyeri yang terus menerus setelah pembedahan dapat mempengaruhi oleh pola tidur, fungsi fisik, dan mengganggu kesembuhan penyakit pasien dalam berbagai tingkatan. Hal ini dapat terjadi pada masa rehabilitasi dan perawatan di rumah sakit yang lama dan pada masa pemulihan fungsi. Pengendalian nyeri yang baik merupakan hal yang penting untuk mencegah hasil yang buruk pada pasien seperti dapat terjadi hipertensi, iskemik miokardial, aritmia, gangguan saluran pernafasan, ileus, dan penyembuhan luka yang buruk.
Persiapan pasien sebelum pembedahan atau operasi Konsultasi 1-2 minggu sebelum operasi merupakan hal yang termasuk formulasi perencanaan pengelolaan nyeri. Sebagai contoh, pasien yang menggunakan analgesik golongan opioid secara kronis dapat diidentifikasi dan dapat dilakukan konsultasi preoperatif. Pendekatan multidisipliner termasuk spesialisasi nyeri dan kecanduan pengobatan harus diperhatikan pada pasien tersebut. Konsultasi sebelum operasi juga merupakan sebuah kesempatan untuk berdiskusi tentang pilihan pereda nyeri termasuk teknik invasif seperti epidural, obat opioid spinal dan blok saraf perifer. Informasi tertulis dengan diagram atau deskripsi sederhana juga merupakan langkah untuk menginformasikan, mengedukasi, dan mempersiapkan psikologis pasien untuk operasi. Hal ini terlihat oleh singkatnya perawatan rumah sakit dan berkurangnya kebutuhan pereda nyeri post operasi.
Prediksi-prediksi nyeri post operasi Nyeri sebelum operasi, kecemasan, usia muda, obesitas, rasa takut terhadap pembedahan, gangguan psikologis dan tipe pembedahan (abdomen, orthopedi, pembedahan thorak, dan lamanya durasi) telah teridentifikasi sebagai hal hal yang dapat memprediksi nyeri post operasi. Identifikasi dini pada hal tersebut berguna untuk intervensi dan pengelolaan post operasi.
Kerentanan psikologis Terdapatnya kecemasan sebelum operasi dan gangguan psikologis seperti depresi merupakan hal yang dapat memprediksi nyeri berat post operasi. Pasien yang sebelumnya mengalami nyeri berat post operasi mungkin khawatir terhadap akibat pembedahan. Mengatasi rasa takut pasien dapat mengurangi beratnya nyeri dan penderitaan pasien. Katastropik dn hipervigilansi telah muncul sebagai prediktor kuat nyeri akut pada post operasi.
Analgesik Multimodal Golongan obat opioid sebagai terapi analgesik merupakan terapi utama analgesik sistemik untuk mengobati nyeri post operatif derajat sedang sampai berat. Namun, opioid memiliki efek samping pada banyak pasien. Analgesik yang bekerja dengan mekanisme berbeda dan reseptor yang berbeda dapat dikombinasikan untuk menghasilkan efek yang lebih atau sinergis terhadap hilangnya nyeri dan dapat mengurangi penggunaan opioid. Regimen yang menggunakan analgesik non opioid yaitu termasuk:
Paracetamol Obat antiinflamasi nonsteroid termasuk siklooksigenasi inhibitor Alpha 2 agonis (clonidin, deksmedetonidin) Gabapentin dan pregabalin Ketamin Infus Lignokain Blok saraf tepi Luka infiltrasi anastetik lokal dan teknik infus luka berkelanjutan
Walaupun bukti menunjukkan manfaat dari analgesik multimodal, hal tersebut masih jarang digunakan. Sebagai contoh, OAINS dapat digunakan sebagai terapi adjuvan dengan manfaat potensial lebih banyak dibandingkan kerugian potensial pada banyak pasien pasca pembedahan.
Tabel. faktor resiko untuk nyeri kronik post operasi Faktor-faktor pre-operatif Nyeri, sedang sampai berat, bertahan lebih dari 1 bulan Operasi yang berulang Kerentanan psikologis Kecemasan preoperatif Jenis kelamin wanita Usia muda Kompensasi pekerjaan Predisposisi genetik Faktor intraoperatif Pendekatan operasi dengan resiko dan kerusakan saraf Faktor postoperatif Nyeri (akut) sedang sampai berat Terapi radiasi pada area pembedahan Kemoterapi neurotoksik Depresi Kerentanan psikologis
Analgesik Regional Walaupun teknik epidural dapat memberikan analgesik yang baik setelah operasi mayor terdapat bukti bahwa analgesik regional yang sedikit invasif dapat efektif. Hal ini termasuk blok paravertebral untuk torakotomi, infus anestetik lokal preperitoneum untuk laparotomi dan sectio cesarea, dan analgesik infiltrasi lokal untuk penggantian lutut. Infus luka anestetik lokal dapat memberikan manfaat yang signifikan pada prosedur yang berbeda seperti nefrektomi terbuka, mastektomi, dan operasi hernia inguinal. Blok abdomen tranversus mengurangi derajat nyeri dan kebutuhan opioid pada hernia inguinal, apendiktomi terbuka, kolesistektomi laparoskopi, laparotomi, sectio cesaria segmen bawah, histerektomi, dan prosedur laparoskopi ginekologi. Infus luka diteruskan diberikan 2-5 hari post operasi. Dengan penggunaan ultrasound pada blok saraf tepi meningkat untuk digunakan pada nyeri post operasi. Umumnya penggunaan pada daerah termasuk pleksus brakialis untuk menangani bahu dan nyeri tungkai atas, sedangkan blok saraf femoralis untuk nyeri operasi lutut, dan blok nervus skiatik untuk nyeri pada kaki dan pergelangan kaki. Durasi analgesik dapat bertahan dalam beberapa jam sampai beberapa hari dengan menyambungkan kateter ke alat infus elektronik pada saraf tepi atau pleksus. Pasien dengan analgesik regional menghasilkan penyembuhan nyeri yang sangat baik dengan sedikit anastesi dibandingkan dengan pemberian infus berkelanjutan dengan teknik perineural. Dengan dukungan yang sesuai pasien dengan analgesik regional yang terkontrol dapat dirawat di rumah. Prosedur spesifik analgesik Setiap jenis prosedur pembedahan memiliki karakteristik nyeri post operatif dan manifestasi klinis masing-masing. Pemilihan analgesik harus berdasarkan bukti untuk prosedur pembedahan tertentu. Sebagai contoh, epidural thorakik mengurangi nyeri gerak, ileus, mual-muntah post operatif dibandingkan analgesik lain setelah prosedur pembedahan kolorektal. Bagaimana pun hal ini jelas tidak sesuai untuk prosedur invasif laparoskopi abdomen minimal dengan kerusakan jaringan yang sedikit. Secara ideal, prosedur spesifik analgesik multimodal harus digabungkan ke dalam program rehabiltasi setelah pembedahan atau operasi untuk
Please download full document at www.DOCFOC.com Thanks