Immanuel Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
ISSN 1410-234X
Pengaruh Tehnik Distraksi Dan Relaksasi TerhadapTingkat Nyeri Pada Pasien Post Operasi Di Rumah Sakit Immanuel Bandung 1
Nur Intan Hayati HK.
1,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung
Abstrak Nyeri merupakan respon langsung terhadap kejadian atau peristiwa yang tidak menyenangkan yang berhubungan,, masalah nyeri sering dialami terutama oleh pasien post operasi dan hal ini dapat mempengaruhi proses penyembuhan pasien sehingga perlu untuk dilakukan penanganan nyeri, Penanganan nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan teknik distraksi dan relaksasi. Metode penelitian menggunakan pre-eksperimen dengan desain One-Group Pretest-Post test dilakukan pada 140 responden yang merupakan pasien post operasi yang dirawat di Rumah Sakit Immanuel Bandung yang didapatkan melalui accidental sampling, Instrumen untuk mengkaji tingkat nyeri diadaptasi dari Numeric Rating scale (NRS) sedangkan instrumen untuk tehnik distraksi dan relaksasi menggunakan standar operasional prosedur penanganan nyeri Rumah Sakit Immanuel Bandung. Hasil penelitian didapatkan (1) tingkat nyeri pasien post operasi sebelum dilakukan intervensi tehnik distraksi dan relaksasi sebagian besar dengan berada pada tingkat nyeri sedang (NRS; 4-6) 62,9 % dari 140 responden, (2) Setelah di beri perlakuan yaitu intervensi tehnik distraksi dan relaksasi, tingkat nyeri pasien post operasi di Rumah sakit Immanuel Bandung sebagian besar berada pada tingkat nyeri ringan (NRS; 1-3), yaitu 71,4% dari 140 responden (3) Ada perbedaan yang signifikan rerata penurunan tingkat nyeri responden sebelum dan sesudah diberikan tehnik relaksasi dan distraksi pada post operasi di Rumah Sakit Immanuel Bandung, dengan nilai signifikasi .000, sehingga Ho ditolak Ha diterima dengan demikian terdapat pengaruh tehnik distraksi dan relaksasi terhadap tingkat nyeri. Berdasarkan hasil penelitian Tehnik distraksi dan relaksasi dapat membantu menurunkan tingkat nyeri akan tetapi metode ini tidak dapat menggantikan terapi farmakologi, pada saat penelitian responden seluruhnya masih mendapatkan terapi analgetik. Pemberian tehnik distraksi dan relaksasi sebelum pemberian analgetik selanjutnya dapat membantu pasien untuk mengurangi tingkat nyeri yang dirasakannya, selain itu pelaksanaan relaksasi dengan ritmik singing belum terdapat alat pendukungnya. Sehingga peneliti merekomendasikan hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan bagi Rumah Sakit untuk menentukan standar operasional prosedur dalam manajemen penanganan nyeri yang baru dan menyediakan alat yang dapat membantu pelaksanaan manajemen nyeri. Kata kunci: Distraksi, Relaksasi, Tingkat Nyeri, Post Operasi
325
Immanuel Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
Pendahuluan Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan emosional yangtidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial, yang dapat terjadi akibat proses penyakit atau tindakan (treatment) seperti pengobatan dan pembedahan (International Association for the Study of Pain (IASP) (1979) dalam (Potter & Perry, 2009; Smeltzer & Bare, 2002). Nyeri post operasi termasuk ke dalam kategori nyeri akut dengan karakteristik memiliki awitan yang cepat, mendadak dan berlangsung dalam waktu yang singkat. Karakteristik tersebut terjadi karena diskontinuitas jaringan oleh penggunaan alat dalam tindakan pembedahan. Diskontinuitas jaringan merangsang tubuh menghasilkan mediator kimia yang akan menimbulkan proses transduction, transmission, perception dan modulation sehingga tubuh mempersepsikan rasa nyeri (Potter & Perry, 2009; Rosenquist & Rosenberg, 2003; Smeltzer & Bare, 2002). Zalon (1997) dalam (Potter & Perry, 2009) mengatakan bahwa nyeri post operasi dapat menimbulkan pasien mengalami kesulitan untuk tidur, dan menimbulkan komplikasi, salah satunya adalah terhambatnya proses penyembuhan luka post operasi. Rangsang nyeri dapat mengaktivasi catecholamine dalam jumlah banyak
ISSN 1410-234X
sehingga dapat mempengaruhi kerja system cardiovaskuler dengan meningkatkan tekanan darah dan nadi.Akibat tekanan darah dan nadi yang meningkat terjadi hemodinamik yang tidak stabil dan menyebabkan perfusi oksigen ke jaringan berkurang, kadar β-endorfin yang disekresikan oleh kelenjar pituitari akan meningkat dan menekan aktivitas makrofag, penurunan aktivitas makrofag berdampak pada menurunnya aktivitas sitokin yang dilepaskan makrofag seperti TNF α, IL-1, IL-6, IL-8, TGF β yang berfungsi meningkatkan matrik ekstraseluler (ECM) dan meningkatkan kolagenasi. TGF β yang menurun menyebabkan terhambatnya proses penyembuhan luka (Howard & A.Steinmann, 2010; Sole, Klein, & Moseley, 2009; Urden, M.Stacy, & E.Lough, 2010). Proses penyembuhan yang terhambat akan berakibat pada proses rehabilitasi pasien yang tertunda dan waktu tinggal di rumah sakit yang meningkat (LOS), untuk itu diperlukan suatu penanganan untuk mengurangi nyeri yang dirasakan oleh pasien. Perawat sebagai pemberi pelayanan keperawatan (care provider) memiliki peran dalam melaksanakan intervensi keperawatan yaitu pelaksanaan manajemen penanganan nyeri. Perawat sebagai pemberi pelayanan keperawatan (care provider) memiliki peran dalam melaksanakan intervensi keperawatan yaitu pelaksanaan
326
Immanuel Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
manajemen penanganan nyeri(Potter & Perry, 2009; Urden et al., 2010). Penanganan nyeri dengan tehnik famakologi dibagi kedalam 3 kategori aksi obat yaitu; (1) opioid agonists (morphine, fetanyl, hidromorphone, meperidine, codeine, methadone), (2) non opioids (acetaminopen, nonsteroidal, antiinflamatory drugs (NSAIDS), dan (3) adjuvants (anticonvulsants, antidepresan, local anesthetics). (Urden et al., 2010). Penanganan nyeri dengan tehnik non farmakologi diantaranya dengan (1) Cutaneus stimulation and massage ; Transcutaneus Electrical Nerve Stimulator (TENS), (2)Ice and Heat Therapie,(3) Tehnik Cognitive (guide imagery, music therapy, hypnosis, pendidikan, relaksasi, distraksi) (Smeltzer & Bare, 2002; Urden et al., 2010). Tehnik relaksasi merupakan tehnik penanganan nyeri non farmakologiyang dapat membantu memperlancar sirkulasi darah sehingga suplaioksigen meningkat dan dapat membantu mengurangi tingkat nyeri serta mempercepat proses penyembuhan luka pada pasien post operasi. Distraksi merupakan manajemen nyeri dengan tehnik memfocuskan perhatian klien pada sesuatu selain dari rasa nyerinya.Teknik distraksi dapat mengaktivasi sistem reticular yang dapat menghambat stimulus yang
ISSN 1410-234X
menyakitkan (Urden et al., 2010).Teknik relaksasi dan distraksi merupakan strategi kognitif yang memberikan kesembuhan secara fisik dan mental, kelebihan dari teknik ini yaitu ketika pasien mencapai relaksasi penuh maka persepsi nyeri berkurang, sehingga sangat efektif apabila tehnik distraksi dan relaksasi digunakan untuk menangani masalah nyeri pada pasien post operasi (Potter & Perry, 2009). Perkembangan ilmu keperawatan telah memberikan kontribusi terhadap munculnya berbagai metode untuk mengurangi rasa nyeri, metode yang digunakan seperti distraksi dan relaksasi dapat digunakan dalam teknik penanganan nyeri pasien post operasi. Berdasarkan fakta dan teori tersebut peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian mengenai “Pengaruh Teknik Distraksi dan Relaksasi Terhadap Tingkat Nyeri pada Pasien Post Operasi di Rumah Sakit Immanuel Bandung”. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa perngaruh tehnik distraksi dan relaksasi terhadap tingkat nyeri pada pasien post operasi di RS Immanuel Bandung. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi eksperimen dengan pendekatan one group pretest
327
Immanuel Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
ISSN 1410-234X
– posttest design. Dalam Penelitian ini peneliti mengukur tingkat nyeri pada pasien post operasi sebelum diberi intervensi tehnik distraksi dan relaksasi, kemudian tingkat nyeri diobservasi kembali setelah diberi intervensi tehnik distraksi dan relaksasi. Kriteria inklusi sampel dalam penelitian ini adalah: (1) Pasien lakilaki atau perempuan berusia lebih dari 10 tahun yang mengalami post operasi di Rumah Sakit Immanuel Bandung, (2) Kesadaran compost mentis, kooperatif (3) Kondisi stabil, (4) Pasien yang telah mendapatkan perawatan setelah operasi > 1x24
jam,(5) Bersedia menjadi responden secara tertulis. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Nonprobability sampling jenis accidental sampling denganConsecutive admission yaitu pemilihan sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria penelitian sampai kurunwaktu tertentu sehingga jumlah pasien yang diperlukan terpenuhi (Sugiyono, 2010). Penelitian dilakukan dari bulan september sampai oktober 2014 dan sampel yang terkumpul adalah 140 orang.
Tabel 1 Kerangka Pemikiran Pengaruh Tehnik Distraksi dan relaksasi terhadap Tingkat Nyeri pada pasien Post operasi Di Rumah Sakit Immanuel Bandung
Input
Proses
Perawatan perioperatif : a. Pre Operatif b. Intra Operatif
Manajemen Penanganan Nyeri: a. Farmakologis 1) Opioid 2) Non Opioid 3) Adjustvans
c.
b.
Post Operatif
Tingkat Nyeri Sebelum diberikan penanganan nyeri tehnik distraksi dan relaksasi ; 010 (NRS)
Non Farmakologis 1) Bimbingan antisipasi 2) Stimulasi Kutaneus 3)
Distraksi
4)
Relaksasi
Output Tingkat Nyeri setelah diberikan manajemen penanganan nyeri tehnik distraksi dan relaksasi; 010 (NRS)
Outcome
Kualitas hidup post operasi
pasien
Ada Pengaruh
Tidak Ada Pengaruh
Keterangan: = Yang diteliti. = Tidak diteliti Sumber: Modifikasi Potter & Perry (2009), Smeltzer & Bare (2002) dan Urden (2010)
328
Immanuel Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
ISSN 1410-234X
Hasil 1.
Karakteristik Pasien Post Operasi di RS Immanuel Bandung
Tabel 1 Distribusi frekuensi Karakteristik Pasien Post Operasi di RS Immanuel Bandung Berdasarkan Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Usia, Suku Bangsa Karakteristik Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Pendidikan SD SMP SMA D3 S1 S2 Missing system Total Pekerjaan Pelajar IRT Wiraswasta Pegawai Swasta Pegawai Negeri Pensiunan Lain-lain Missing System Total Suku Bangsa Jawa Sunda Batak Timor China Missing System Total Usia 10-19 tahun 20-29 Tahun 30-39 Tahun 40-49 Tahun 50-59 Tahun 60-69 Tahun 70-79 Tahun Total
Frekuensi
Valid Persentase
60 80 140
42.9 57.1 100
10 15 50 1 26 1 37 140
9.7 14.6 48.5 1 25.2 1
1 2 25 32 1 1 44 34 140
0.9 1.9 23.6 30.2 0.9 0.9 41.5
11 69 3 2 9 46 140
11.7 73.4 3.2 2.1 9.6
10 43 35 16 21 9 6 140
7.1 30.7 25.0 11.4 15.0 6.4 4.3 100
100
100
100
329
Immanuel Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
Berdasarkan tabel 1 karakteristik pasien post operasi di RS Immanuel Bandung sebagian besar perempuan 57,1 %, pendidikan SMA 2.
ISSN 1410-234X
48,5 %, pegawai swasta 30,2%, suku sunda 73,4%, , usia 20-29 tahun 30,7% dari 140 responden.
Tingkat Nyeri Pasien Post Operasi Sebelum Intervensi tehnik Distraksi dan Relaksasi di RS Immanuel Bandung
Tabel 2 Distribusi frekuensi Tingkat Nyeri Pasien Post Operasi Sebelum Intervensi tehnik Distraksi dan Relaksasi di RS.Immanuel Bandung Tingkat Nyeri Frekuensi Persentase Tidak Nyeri (NRS; 0) Nyeri Ringan (NRS; 1-3) Nyeri Sedang (NRS; 4-6) Nyeri Berat (NRS; 7-9)
0 28 88 24
0 20 62.9 17.1
Total
140
100
Berdasarkan tabel 2 distribusi menunjukan rata-rata tingkat nyeri pada pasien post operasi sebelumintervensi tehnik distraksi dan 3.
relaksasi di Rumah Sakit Immanuel Bandung sebagian besar berada pada tingkat nyeri Sedang (NRS; 4-6) yaitu 62, 9 % dari 140 responden.
Tingkat Nyeri Pasien Post Operasi Setelah Intervensi Tehnik distraksi dan relaksasi di RS Immanuel Bandung
Tabel 3 DistribusiFrekuensi Tingkat Nyeri Pasien Post Operasi Setelah Intervensi Tehnik distraksi dan relaksasi di Rumah Sakit Immanuel Bandung Tingkat Nyeri Frekuensi Persentase Tidak Nyeri (NRS; 0) 5 3.6 Nyeri Ringan (NRS; 1-3) 100 71.4 Nyeri Sedang (NRS; 4-6) 32 22.9 Nyeri Berat (NRS; 7-9) 3 2.1 Total 140 100
Berdasarkan tabel 3 distribusi frekuensi menunjukkan tingkat nyeri pasien post operasi setelah intervensi tehnik distraksi dan relaksasi di
Rumah Sakit Immanuel Bandung yaitu sebagian besar berada tingkat nyeri ringan (NRS; 1-3) yaitu 71, 4% dari 140 responden.
330
Immanuel Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
4.
ISSN 1410-234X
Pengaruh TehnikDistraksi danRelaksasiTerhadap Tingkat Nyeri Pasien Post Operasi Di Rumah Sakit Immanuel Bandung.
Dataintensitas nyeri pasien post operasi sebelum dan sesudah intervensi tehnik distraksi dan relaksasi di Rumah Sakit Immanuel
Bandungberdistribusinormal (p value > 0,05), Selanjutnya dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji T Paired Test.
Tabel 4 Uji Beda Tingkat Nyeri Pasien Post Operasi Sebelum Dan Sesudah IntervensiTehnik distraksi dan relaksasi Di Rumah Sakit Immanuel Bandung. Tingkat Nyeri
Mean
SD
SE
Sebelum Intervensi Tehnik Relaksasi dan Distraksi
4.74
1.694
.143
Setelah Intervensi Tehnik Relaksasi dan Distraksi
2.99
1.573
.133
Mean Different
1.757
1.024
.087
Berdasarkan tabel 4 diatas menunjukkan bahwa hasil uji t untuk perbedaantingkat nyeri sebelum dan sesudah intervensi tehnik distraksi dan relaksasi pada pasien post operasi di Rumah sakit immanuel Bandung. Didapatkan nilai t hitung 20.304 dan nilai signifikan .000 apabila dibandingkan dengan nilai alpha5% (0,05), sehingga Ho ditolak Ha diterima dengan demikian terdapat pengaruh tehnik distraksi dan relaksasi terhadap tingkat nyeri. Pembahasan 1.
Karakteristik Pasien Post Operasi di RS Immanuel Bandung
Ʃ (N)
T
Sig.(2tailed)
140
20.304
.000
Karakteristik pasien post operasi di RS Immanuel Bandung berdasarkan jenis kelamin sebagian besar adalah perempuan yaitu 57, 1 % dari 140 responden, perbandingan persentase jumlah laki-laki dan perempuan menunjukkan tidak terlalu jauh, dengan perbedaan sekitar 7,1%. Potter & Perry (2009), dan Urden et al (2010) menyatakan bahwa Laki-laki dan perempuan tidak berbeda dalam berespons terhadap nyeri. Akan tetapi terdapat budaya yang menganggap jika seorang anak lakilaki harus berani dan tidak boleh menangis, sedangkan anak perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama dalam hal ini nyeri.
331
Immanuel Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
Berdasarkan karakteristik pendidikan sebagian besar memiliki tingkat pendidikan SMA yaitu 48, 5 % dari 140 responden, karakteristik pekerjaan sebagian besar bekerja sebagai pegawai swasta yaitu 30, 2% dari 140 responden, dan karakteristik Suku Bangsa sebagian besar memiliki Suku Bangsa Sunda yaitu 73, 4% dari 140 responden. Nyeri memiliki makna tersendiri pada seseorang dan dipengaruhi oleh latar belakang budayanya (Davidhizar et all, 1997, Marrie, 2002) dalam (Smeltzer & Bare, 2002), Ekspresi nyeri dapat dibagi kedalam dua kategori yaitu tenang dan emosi, pasien tenang umumnya akan diam pada saat merasakan nyeri, mereka memiliki sikap dapat menahan nyeri. Sedangkan pasien yang emosional akan berekspresi secara verbal dan akan menunjukkan tingkah laku nyeri dengan merintih dan menangis (Davidhizar et all, 1997, Marrie, 2002) dalam (Smeltzer & Bare, 2002). Berdasarkan Usia sebagian besar berusia 20-29 Tahun yaitu 30,7 % dari 140 responden, menurut Smeltzer & Bare, (2002)Orang tua dan anak-anak lebih merasakan nyeri dibandingkan dengan orang dewasa muda hal ini disebabkan orang tua dan anak-anak sering tidak dapat mengkomunikasikan nyeri yang dirasakannya. 2. Tingkat Nyeri Pasien Post Operasi Sebelum Intervensi tehnik
ISSN 1410-234X
Distraksi dan Relaksasi di RS Immanuel Bandung Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat nyeri sedang pada nilai NRS; 4-6 yaitu sebanyak 62,9 % dari 140 responden, sedangkan rata-rata tingkat nyeri sebelum tindakan tehnik distraksi dan relaksasi yaitu 4.74 dari 140 responden. Nyeri post operasi disebabkan oleh adanya rangsangan mekanik akibat terjadinya kerusakan jaringan akibat prosedur pembedahan yaitu adanya luka (insisi), kerusakan jaringan (insisi) ini akan merangsang mediator-mediator kimia dari nyeri seperti histamin, bradikinin, asetilkolin, dan subtansi prostaglandin dimana zat-zat ini dapat meningkatkan sensitifitas nyeri : (Potter & Perry, 2009; Smeltzer & Bare, 2002) Rangsang nyeri dapat mengaktivasi catecholamine dalam jumlah banyak sehingga dapat mempengaruhi kerja system cardiovaskuler dengan meningkatkan tekanan darah dan nadi.Akibat tekanan darah dan nadi yang meningkat terjadi hemodinamik yang tidak stabil dan menyebabkan perfusi oksigen ke jaringan berkurang, kadar β-endorfin yang disekresikan oleh kelenjar pituitari akan meningkat dan menekan aktivitas makrofag, penurunan aktivitas makrofag berdampak pada menurunnya aktivitas sitokin yang dilepaskan makrofag seperti TNF α,
332
Immanuel Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
IL-1, IL-6, IL-8, TGF β yang berfungsi meningkatkan matrik ekstraseluler (ECM) dan meningkatkan kolagenasi. TGF β yang menurun menyebabkan terhambatnya proses penyembuhan luka (Howard & A.Steinmann, 2010; Sole, Klein, & Moseley, 2009; Urden, M.Stacy, & E.Lough, 2010). 3. Tingkat Nyeri Pasien Post Operasi Setelah Intervensi Tehnik Distraksi dan Relaksasi di RS Immanuel Bandung Sebagian besar responden memiliki tingkat nyeri ringan(NRS; 13) yaitu 71,4%dari 140 responden. Bila dibandingkan dengan tingkat nyeri sebelum pemberian tehnik distraksi dan relaksasi terdapat penurunan tingkat nyeri setelah pemberian tehnik distraksi dan relaksasi, dengan nilai rata-rata penurunan berada pada tingkat nyeri 13. Tehnik relaksasi merupakan tehnik penanganan nyeri non farmakologi yang dapat membantu memperlancar sirkulasi darah sehingga suplaioksigen meningkat dan dapat membantu mengurangi tingkat nyeri serta mempercepat proses penyembuhan luka pada pasien post operasi. Distraksi merupakan manajemen nyeri dengan tehnik memfocuskan perhatian klien pada sesuatu selain dari rasa nyerinya.Teknik distraksi dapat mengaktivasi sistem reticular yang
ISSN 1410-234X
dapat menghambat stimulus yang menyakitkan (Urden et al., 2010). Teknik relaksasi dan distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan Gate Control theory menurut Melzack and Walls Gate Control Theory (1965) dalam (Potter & Perry, 2009), karena mampu merangsang peningkatan hormon endorfin kemudian merangsang substansi sejenis morfin yang disuplai oleh tubuh, pada saat neuron perifer mengirimkan sinyal ke sinaps, terjadi sinapsis antara neuron perifer dan neuron yang menuju otak tempat substansi Pmenghantarkan impuls. Sehingga endorfin memblokir transmisi impuls nyeri di medulla spinalis, sehingga sensasi nyeri menjadi berkurang (Potter & Perry, 2009). Hasil observasi dan wawancara selama penelitian rata-rata tehnik relaksasi dan distraksi mulai dirasakan manfaatnya saat pengulangan yang ke 3 dan 4, hal ini didukung oleh teori Smelzer & Bare 2002 yang mengatakan bahwa tehnik relaksasi dan distraksi perlu diulang terus dengan teratur. Tingkat nyeri tertinggi didapatkan pada pasien post operasi hari ke-1 dengan nilai 9 yaitu pada pasien post operasi cholelithiasis. manajemen nyeri yang dilakukan oleh perawat ruangan menggunakan tehnik farmakologis dengan pemberian terapi Ketorolak sesuai program/ advis dokter (1 x 3 kali 30 mg), selain itu 140 responden lain tetap memperoleh
333
Immanuel Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
terapi farmakologi yaitu Analgesik yang merupakan bagian dari penatalaksanaan nyeri. Ketorolac adalah analgetik yang umum di pakai di RS Immanuel, termasuk analgetik nonnarkotik yang kuat serta bekerja di area perifer dan tidak memiliki efek opioid reseptor, Ketorolac juga dapat sebagai antiinflamasi dan antipiretik dimana efek yang ditimbulkan adalah memperlambat sintesa prostaglandin. Teknik distraksi dapat dilakukan pada hari ke 1 operasi dengan kategori operasi ringan dan sedang, akan tetapi pada operasi berat atau besar teknik distraksi dan relaksasi dapat diberikan pada hari ke 2. Pemberian dilakukan 1 jam sebelum pemberian analgetik, atau 7-8 jam setelah pemberian terapi ketorolak dan dilakukan selama 15 menit kemudian diulang 3-4 kali.Setelah intervensi selesai dilakukan dan di kaji ulang terdapat perbedaan yang signifikan tingkat nyeri sebelum dan sesudah intervensi tehnik distraksi dan relaksasi. 4. Pengaruh Tehnik Distraksi dan Relaksasi Terhadap Tingkat Nyeri Pasien Post Operasi Di Rumah Sakit Immanuel Bandung. Menurut hasil uji t untuk ratarata tingkat nyeri sebelum dan sesudah intervensi tehnik Distraksi dan Relaksasi didapatkan nilai T hitung 20.304. Nilai T tersebut apabila dibandingkan dengan nilai alpha 5% (0,05) atau T tabel .000. maka Ho di
ISSN 1410-234X
tolak sedangkan Ha diterima dengan kata lain terdapat pengaruh tehnik distraksi dan relaksai terhadap tingkat nyeri post operasi. Hasil beda mean sebelum dan sesudah pemberian tehnik distraksi dan relaksasi didapatkan penurunan 1.757, jadi dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh tehnik distraksi dan relaksasi terhadap tingkat nyeri pada pasien post operasi di Rumah Sakit Immanuel Bandung. Teknik relaksasi dan distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan Gate Control theory menurut Melzack and Walls Gate Control Theory (1965) dalam (Potter & Perry, 2009), karena mampu merangsang peningkatan hormon endorfin kemudian merangsang substansi sejenis morfin yang disuplai oleh tubuh, pada saat neuron perifer mengirimkan sinyal ke sinaps, terjadi sinapsis antara neuron perifer dan neuron yang menuju otak tempat substansi P menghantarkan impuls. Sehingga endorfin memblokir transmisi impuls nyeri di medulla spinalis, sehingga sensasi nyeri menjadi berkurang (Potter & Perry, 2009). Berdasarkan penelitian (Kwekkeboom et al., 2006) dengan menggunakan metode systematic reviewmelalui kajian literature dengan kata kunci relaksasi dan nyeri terhadap hasil riset yang dipublikasikan melalui CINAHL, medline diperoleh 8 dari 15 artikel yang didapat, menyatakan
334
Immanuel Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
bahwa relaksasi mempengaruhi terjadinya relaksasi pada otot dan dapat mengurangi nyeri post operasi.
ISSN 1410-234X
1.
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian pemberian tehnik distraksi dan relaksasi terhadap tingkat nyeri pada pasien post operasi di Rumah Sakit Imanuel Bandung terhadap 140responden, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Sebagian besar responden berada pada tingkat nyeri sedang (NRS; 4-6). Tingkat nyeri yang dirasakan sangat berat adalah pada responden yang mengalami post operasi Cholelithiasis dengan tingkat nyeri 9. 2. Setelah di beri perlakuan dengan tehnik distraksi dan relaksasi, tingkat nyeri pasien post operasi di Rumah sakit Immanuel Bandung sebagian besar berada pada tingkat nyeri ringan (NRS;13). 3. Terdapat perbedaan yang signifikan rerata penurunan tingkat nyeri responden sebelum dan sesudah diberikan intervensi tehnik relaksasi dan distraksi pada pasien post operasi. Saran Berdasarkan simpulan diatas tentang penelitian ini dapat dijadikan:
2.
3.
4.
Dasar untuk Rumah Sakit supaya memperbaharui standar operasional prosedur manajemen penanganan nyeri yang lebih komprehensif. Sehingga perawat dapat mempergunakan sebagai pedoman dalam pemberian manajemen nyeri. Dasar pemahaman perawat akan pentingnya pemberian tehnik distraksi dan relaksasi yang komprehensif perlu ditingkatkan dan karenabermanfaat bagi pasien post operasi. Untuk itu perlu dilakukan pelatihan dan sosialisasi mengenai manajemen nyeri khususnya distraksi dan relaksasi. Dasar dalam pengembangan ilmu pengetahuan keperawatan terkait dengan asuhan keperawatan yang holistic, komprehensif, dan berkelanjutan melalui manajemen nyeri pada pasien pos operasi. Data awal bagi peneliti selanjutnya, yaitu hubungan karakteristik individudengan tingkat nyeri.
DAFTAR PUSTAKA Howard, P. K., &A.Steinmann, R. (2010).Sheehy's Emergency Nursing Principles And Practice (Sixth Edition ed.). St. Louis, Missouri: MOSBY Elsevier IASP Task Force on Taxonomy, (1994), "Part III: Pain Terms, A Current List with Definitions and
335
Immanuel Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
Notes on Usage;Classification of Chronic Pain, Second Edition”, (pp 209-214), edited by H. Merskey and N. Bogduk, IASP Press, Seattle. diakses di; http://www.iasppain.org/Content/NavigationMen u/GeneralResourceLinks/PainDe finitions/default.htm Kwekkeboom, Kristine, L., &Gretarsdottir, E. (2006).Systematic Review of Relaxation Interventionsfor Pain, Journal of Nursing Scholarship; ProQuest 38 (3), pg. 269-275.
ISSN 1410-234X
_____. 2012. Penelitian. Immanuel.
Pendidikan Bandung:
dan RS
Smeltzer, S. C. O. C., & Bare, B. G. (2002).Buku Ajar KeperawatanMedikalBedah Brunner &Suddarth (Edisi 8 ed.). Jakarta: PenerbitBukuKedokteran EGC. Smeltzer & Bare, (2010), Brunner & Suddarth's Textbook of Medicalsurgical Nursing, Volume 1, Philadelpia; Lippincott Williams & Wilkins.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2009).Fundamentals Of Nursing (Seventh ed.). Singapore: MOSBY Elsevier.
Sole, M. L., Klein, D. G., & Moseley, M. J. (2009). Introduction To Critical Care Nursing (Fifth Edition ed ed.). St. Louis, Missouri: Sauders Elsevier.
Potter & Perry, (2010), Fundamental Keperawatan, Buku 2, Edisi 7, Philadelpia; Lippincott Williams & Wilkins.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Bandung: Penerbit Alfabeta.
Rosenquist, R. W., & Rosenberg, J. (2003).Postoperative Pain Guidelines.Regional Anesthesia and Pain Medicine, Vol.28(4), p279-288.
Urden, L. D., M.Stacy, K., &E.Lough, M. (2010).Critical Care Nursing (6ed.).St Louis; Mosby Elvisier Inc.pada tanggal 10 Desember 2013.
RS
Immanuel. 2009. Standar Keperawatan Penanganan Nyeri. Bandung: RS Immanuel.
336