HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan permasalahan penelitian, tujuan penelitian dan kerangka berpikir yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dirumuskan hipotesis penelitian berikut: Keberhasilan pemberdayaan
pengrajin menuju kemajuan dan
keberlanjutan usaha dipengaruhi secara nyata oleh karakteristik individu pengrajin, kualitas pendukung usaha dan lingkungan. Hipotesis Kerja: (1) Perilaku wirausaha dipengaruhi secara positif dan nyata oleh karakteristik individu pengrajin, pendukung usaha dan lingkungannya. (2) Kemandirian usaha dipengaruhi secara positif dan nyata oleh karakteristik individu, pendukung usaha, lingkungan dan perilaku wirausaha. (3) Kemajuan usaha dipengaruhi secara positif dan nyata oleh perilaku wirausaha dan kemandirian usaha. (4) Keberlanjutan usaha dipengaruhi secara positif dan nyata oleh kemajuan usaha. (5) Terdapat perbedaan secara nyata kemandirian usaha, perilaku wirausaha, kemajuan usaha, dan keberlanjutan usaha pengrajin di kedua lokasi penelitian.
METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian ini dilakukan di Jawa Timur yang merupakan daerah padat industri kecil karena 25% dari jumlah industri kecil yang ada di Indonesia berada di Jawa Timur. Sebagian besar industri kecil di Jawa Timur tumbuh dan berkembang di Sentra Industri kecil (SIK) sebanyak 2167 SIK yang terdiri dari 177216 unit usaha yang tersebar di 562 kecamatan (97,2% dari 578 kecamatan yang ada di Jawa Timur). Penelitian dilakukan terhadap seluruh pengrajin industri kecil kelompok kerajinan barang dari bahan kulit. Alasan dipilihnya kelompok ini karena: (1) perkembangan yang sangat baik, (2) menyerap tenaga kerja yang besar, dan (3) menghasilkan produk dan pendapatan paling banyak dari seluruh kelompok industri kecil di Jawa Timur.
Di Jawa Timur terdapat enam Kabupaten yang memiliki sentra industri kecil kerajinan paling potensial dari bahan kulit yang paling potensial yaitu: (1) Sidoarjo, (2) Mojokerto, (3) Malang, (4) Pasuruan, (5) Ponorogo, dan (6) Magetan. Sampel penelitian ditentukan dengan teknik pengambilan sampel bertingkat (stratified random sampling), dengan dasar penentuan strata adalah kedekatan lokasi dengan sumber bahan baku. Lokasi yang terpilih adalah Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Magetan Jawa Timur. Sidoarjo berada di wilayah yang mewakili daerah yang jauh dengan sumber bahan baku dan Magetan mewakili daerah yang dekat dengan sumber bahan baku. Populasi penelitian ini adalah seluruh pengrajin pada kelompok kerajinan barang dari bahan kulit yang berada pada Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Magetan dengan jumlah populasi pengrajin 741 orang. Penarikan sampel dari setiap strata dilakukan secara proporsional, yang dalam hal ini jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin (Umar, 2002) sebagai berikut : n=
N 1 N (e) 2
Keterangan : n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = persen kelonggaran sebesar 5 % Berdasarkan rumus slovin tersebut jumlah sampel sebesar 260 pengrajin. Matrik kerangka sampel disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Kerangka Sampel Penelitian Kabupaten Sidoarjo
Jumlah Populasi Pengrajin 413 pengrajin
Jumlah Sampel Pengrajin 145 pengrajin
Magetan
328 pengrajin
115 pengrajin
Total
741 pengrajin
260 pengrajin
Tabel 8Kerangka Sampel Penelitian
Rancangan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey korelasional yang dilaksanakan untuk
melihat hubungan antara peubah-peubah penelitian dan menguji hipotesa yang telah dirumuskan sebelumnya. Peubah dalam penelitian ini adalah: (1) Karakteristik individu Pengrajin (X1), (2) Kualitas pendukung usaha (X2), (3) Lingkungan (X3), (4) Perilaku wirausaha (Y1), (5) Kemandirian pengrajin (Y2), (6) kemajuan Usaha (Y3), dan (7) Keberlanjutan usaha (Y4). Untuk mengetahui adanya hubungan atau pengaruh dilakukan uji statistik sehingga menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menjelaskan substansi hasil uji statistik digunakan pendekatan kualitatif. Data dan Instrumentasi Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Data tersebut mencakup data pada peubah : (1) Karakteristik individu Pengrajin (X1), (2) Kualitas pendukung usaha (X2), (3) Lingkungan (X3), (4) Perilaku wirausaha (Y1), (5) Kemandirian Usaha (Y2), (6) Kemajuan usaha (Y3), dan (7) Keberlanjutan Usaha (Y4): (1) Karakteristik Individu Pengrajin (X1) adalah ciri-ciri yang melekat pada individu pengrajin yang dinyatakan dalam tingkatan yang membedakan dirinya dengan orang lain berdasarkan waktu tertentu. Dalam penelitian ini ciriciri pengrajin industri kecil kerajinan yang diperhatikan adalah: (a) Umur adalah lamanya tahun kehidupan pengrajin yang diukur berdasarkan jumlah tahun kehidupan. (b) Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal dan non formal yang ditempuh pengrajin selama hidupnya. Tingkat pendidikan formal diukur berdasarkan jumlah tahun pendidikan formal. Tingkat pendidikan non formal diukur berdasarkan jumlah jam pendidikan non formal. (c) Tanggungan Keluarga adalah jumlah individu yang masuk dalam tanggungan biaya pengrajin, diukur berdasarkan jumlah jiwa yang dibiayai hidupnya. (d) Pengalaman berusaha adalah lamanya waktu dalam tahun dalam hal melakukan aktivitas dalam bidang kerajinan, diukur berdasarkan jumlah tahun bekerja.
(e) Motivasi berusaha adalah hal yang mendorong pengrajin bekerja di bidang kerajinan saat ini, dilihat dari alasan bekerja sebagai pengrajin. (f) Pemenuhan Kebutuhan adalah aspek fisik dan psikologis yang harus dipenuhi pengrajin dalam kehidupannya yang terdiri dari sandang, pangan, papan, rekreasi dan pendidikan. Kebutuhan diukur berdasarkan jumlah pengeluaran untuk kebutuhan pangan, pakaian, tempat tinggal, rekreasi dan pendidikan anak dalam rupiah per tahun, serta rencana pencapaian tingkat pendidikan anak diukur dalam tahun. (g) Intensitas komunikasi adalah proses pertukaran informasi pengrajin dengan sumber informasi interpersonal berikut pencarian informasi pada media dan sumber informasi usaha. Komunikasi diukur berdasarkan: tingkat kekerapan berkomunikasi dengan sesama pengrajin, pembeli dan pemasok barang tentang hal yang berkaitan dengan usaha kerajinan, tingkat kekerapan membaca informasi tentang usaha kerajinan dari surat kabar, majalah, radio dan televisi, tingkat kekrapan bepergian ke luar desa dan keanggotaan pada organisasi sosial. (h) Aspek gender adalah persepsi pengrajin dalam melihat perbedaan yang tampak antara pria dan wanita berdasar tugas dan haknya, diukur berdasarkan tingkat perbedaan pembagian tugas antara pria dan wanita dan tingkat perbedaan upah antara kaum pria dan wanita. Indikator dan pengukuran masing-masing sub peubah tercantum pada Tabel 9. Tabel 9. Peubah Karakteristik Individu Pengrajin Indikator
Parameter
(1) Umur (2) Pendidikan
Lamanya tahun kehidupan Tingkat pendidikan formal Tingkat pendidikan non formal Anggota keluarga yang masuk dalam tanggungan pengrajin Lama bekerja sebagai pengrajin Lama bekerja di luar bidang kerajinan Pendorong bekerja sebagai pengrajin Kebutuhan dasar Kebutuhan pendidikan anak Akses jaringan komunikasi interpersonal Akses pada Media cetak dan elektronik Kosmopolitansi Persepsi pengrajin terhadap kesetaraan tugas berdasar jenis kelamin Persepsi pengrajin terhadap kesetaraan hak berdasar jenis kelamin
(3) Tanggungan Keluarga (4) Pengalaman berusaha (5) Motif berusaha (6) Tingkat Pemenuhan Kebutuhan (7) Intensitas Komunikasi
(8) Aspek Gender
Tabel 9Peubah Karakteristik Individu Pengrajin
Pengukuran data dalam peubah karakteristik individu pengrajin terbagi menjadi dua skala pengukuran yaitu skala rasio dan ordinal. Data yang berskala pengukuran rasio adalah: umur, pendidikan, tanggungan keluarga, pengalaman usaha dan kebutuhan, agar terpenuhi kesamaan skala pengukuran, maka terhadap data berskala rasio ini dilakukan transformasi ke dalam skala pengukuran ordinal lima jenjang sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Data motivasi berusaha, intensitas komunikasi, dan aspek gender, diukur dengan skala likert jenjang empat (1, 2, 3, dan 4) yang kemudian ditranformasikan ke dalam skala pengukuran ordinal tiga jenjang rendah, sedang dan tinggi. Guna keperluan analisis statistik dilakukan proses transformasi untuk mengubah skala ordinal ke skala interval atau rasio, dengan mengunakan rumus Transformasi indeks indikator :
indeks transformasi indikator
Jumlah skor indikator n Jumlah skor maksimum
x100
Transformasi indeks peubah : Nilai indek var iabel (2)
jumlah indek indikator tiap var iabel jumlah indek maksimum tiap var iabel
x100
Pendukung Usaha (X2) adalah tingkat ketersediaan faktor-faktor
yang diperlukan untuk menunjang kegiatan usaha kerajinan kulit yang meliputi: (a) Bahan baku adalah ketersediaan bahan yang akan diolah menjadi produk kerajinan yang berasal dari kulit dan imitasinya, bahan baku diukur berdasarkan tingkat mutu bahan baku, tingkat kemudahan memperoleh bahan dan tingkat keterjangkauan harga bahan baku. (b) Pasar adalah tingkat permintaan dan jangkauan pemasaran
yang harus
dilayani pengrajin, diukur berdasarkan tingkat permintaan konsumen, jangkauan daerah pemasaran dan tingkat kesetiaan konsumen.
(c) Teknologi adalah peralatan yang digunakan dalam membuat kerajinan yang diukur dari cara memperoleh, keterjangkauan harga dan perkembangan peralatan. (d) Transportasi adalah tingkat ketersediaan sarana angkutan yang digunakan untuk kegiatan usaha, diukur berdasarkan tingkat kemudahan memperoleh, tingkat kenyamanan dan keterjangkauan harga. (e) Alat komunikasi adalah tingkat ketersediaan sarana telepon yang diukur berdasarkan tingkat kekerapan pemakaian telepon rumah, seluler dan warung telekomunikasi untuk kegiatan usaha. Keseluruhan pengukuran data dalam variabel kualitas pendukung usaha adalah menggunakan skala likert dengan empat pilihan (1, 2, 3, dan 4), kemudian ditransformasikan ke skala ordinal lima jenjang sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Guna keperluan analisis statistik maka dilakukan transformasi untuk mengubah skala ordinal ke skala interval atau rasio dengan rumus sebagaimana pada peubah karakteristik individu pengrajin. Indikator dan pengukuran masing-masing sub peubah tercantum pada Tabel 10.
Tabel 10. Peubah Pendukung Usaha Indikator (1) Bahan Baku
(2) Pasar
(3) Ketersediaan Teknologi
(4) Ketersediaan Sarana Transportasi (5) Ketersediaan Alat komunikasi
1) 2) 3) 1) 2) 3) 1) 2) 3) 1) 2) 3) 1) 2) 3)
Parameter Kualitas bahan baku Ketersediaan bahan baku Keterjangkauan harga bahan baku Permintaan Pasar Jangkauan pasar Loyalitas Konsumen Cara Memperoleh Keterjangkauan harga peralatan Perkembangan peralatan Kemudahan memperoleh angkutan Keterjangkauan ongkos angkutan Keamanan angkutan Kekerapan pemakaian telepon rumah untuk usaha Kekerapan pemakaian telepon seluler untuk usaha. Kekerapan pemakaian telepon di Wartel untuk usaha
Tabel 10Peubah Pendukung Usaha
(3) Dukungan Lingkungan (X3) adalah
individu lain, sekelompok
individu, atau sistem yang melingkupi pengrajin dan usahanya, yang memberikan
dukungan sehingga dapat mempengaruhi pola pikir dan tindakan-tindakan pengrajin industri kecil. Dukungan lingkungan ini terdiri dari: (a) Keluarga adalah individu yang memiliki hubungan darah dengan pengrajin dan individu yang memiliki hubungan darah dengan suami atau isteri pengrajin yang mempengaruhi kegiatan usahanya. Indikator ini diukur berdasarkan tingkat dukungan yang diberikan keluarga terhadap usaha kerajinan dan kesesuaian jenis usaha dengan jenis pekerjaan keluarga. (b) Pemimpin informal adalah individu yang tidak mendapat pengangkatan secara formal sebagai pemimpin namun karena memiliki sejumlah kualitas unggul memiliki kedudukan sebagai seorang yang mampu mempengaruhi kondisi psikis dan perilaku pengrajin, diukur berdasarkan tingkat dukungan pemimpin informal terhadap kegiatan usaha masyarakat dan tingkat kekerapan pertemuan pemimpin informal dengan masyarakat. (c) Bimbingan pemerintah paerah adalah bimbingan yang diberikan oleh lembaga dinas yang ditunjuk pemerintah untuk melakukan koordinasi dalam pengembangan industri kerajinan, diukur berdasarkan Tingkat kekerapan kegiatan pelatihan, dan kunjungan petugas. (d) Bimbingan Organisasi Non Pemerintah adalah organisasi non pemerintah yang
melakukan
kegiatan
pengembangan
industri
kerajinan,
diukur
berdasarkan tingkat kekerapan kegiatan pelatihan dan kunjungan organisasi non pemerintah. (e) Sistem Norma adalah aturan yang dipatuhi masyarakat dan berlaku secara lokal, diukur berdasarkan tingkat kesesuaian nilai-nilai dalam masyarakat dengan prinsip-prinsip usaha kerajinan kulit dan tingkat keterikatan pada norma dan adat istiadat. Pengukuran data dalam variabel lingkungan adalah menggunakan skala likert dengan empat pilihan (1, 2, 3, dan 4), kemudian ditransformasikan ke skala ordinal lima jenjang sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Guna keperluan analisis statistik maka dilakukan transformasi untuk mengubah skala ordinal ke skala interval atau rasio dengan rumus sebagaimana pada peubah karakteristik individu pengrajin. Indikator dan pengukuran masing-masing sub peubah tercantum pada Tabel 11.
Tabel 11. Peubah Lingkungan Indikator (1) Pemimpin informal (2)
Keluarga
(3)
Bimbingan Pemerintah Daerah Bimbingan Organisasi Non Pemerintah Norma dalam masyarakat
(4)
(5)
1) 2) 1) 2) 1) 2) 1) 2) 1) 2)
Parameter Dukungan pemimpin informal Pertemuan pemimpin informal dengan masyarakat. Dukungan keluarga Kesesuaian jenis usaha dengan keluarga Kekerapan kegiatan pelatihan. Kekerapan kunjungan petugas dinas Kekerapan kegiatan pelatihan. Kekerapan kunjungan petugas Organisasi Non Pemerintah Kesesuaian nilai Keterikatan pada norma
Tabel 11Peubah Lingkungan
(5) Perilaku Wirausaha (Y1) adalah cara bertindak pengrajin dalam menjalankan usaha yang ditunjukkan oleh pengetahuan, sikap dan ketrampilannya untuk melakukan usaha dengan inovatif, inisiatif, berani mengambil resiko dan berdaya saing. Keinovatifan adalah cara bertindak pengrajin untuk menghasilkan inovasi dan menerapkan inovasi tersebut dalam usaha kerajinan kerajinannya. Aspek kognitif keinovatifan diukur berdasarkan: pengetahuan sumber informasi inovatif, pemahaman tentang penciptaan inovasi, dan pemahaman tentang penerapan inovasi. Aspek afektif keinovatifan diukur berdasarkan: ketertarikan terhadap sumber informasi inovatif, ketertarikan untuk menciptakan inovasi, dan menerapkan inovasi. Aspek psikomotorik keinovatifan diukur berdasarkan: kecepatan mencari sumber informasi inovatif, kecepatan menghasilkan inovasi, dan kecermatan menerapkan inovasi Inisiatif adalah cara bertindak pengrajin dalam memprakarsai atau memulai suatu peluang usaha yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Aspek kognitif inisiatif diukur berdasarkan: pengetahuan tentang peluang usaha, pengetahuan tentang cara mencari identifikasi peluang usaha, dan pemahaman tentang cara menjalankan peluang usaha. Aspek afektif inisiatif diukur berdasarkan:
ketertarikan terhadap peluang usaha, ketertarikan melakukan
identifikasi peluang usaha, dan sikap dalam menjalankan peluang usaha. Aspek psikomotorik inisiatif diukur berdasarkan: kecermatan menemukan peluang usaha, ketelitian melakukan identifikasi peluang usaha.
Pengelolaan Resiko adalah cara bertindak pengrajin dalam mengelola resiko usaha kerajinan baik yang akan dihadapi maupun yang sedang dihadapi. Aktivitas ini meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek kognitif pengelolaan resiko diukur berdasarkan pengetahuan tentang cara memprediksi resiko, pemahaman cara menjalankan usaha yang beresiko, dan pengetahuan cara menghindari resiko. Aspek afektif pengelolaan resiko diukur berdasarkan sikap terhadap usaha yang beresiko, sikap menghadapi kemungkinan terjadinya resiko, dan sikap menghindari resiko. Aspek psikomotorik pengelolaan resiko diukur berdasarkan ketepatan memprediksi terjadinya resiko, kecermatan menjalankan usaha yang berisiko, dan ketepatan menghindari risiko. Daya saing adalah cara bertindak pengrajin dalam menghadapi persaingan usaha di bidang kerajinan. Aktivitas ini meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek kognitif daya saing diukur berdasarkan pengetahuan tentang strategi bersaing, pemahaman cara menghadapi persaingan, dan pemahaman tentang etika persaingan. Aspek afektif daya saing diukur berdasarkan sikap untuk menghadapi persaingan, sikap terhadap etika persaingan usaha, dan ketertarikan terhadap penerapan strategi usaha. Aspek psikomotorik daya saing diukur berdasarkan:
kemampuan
menghasilkan
keunggulan
bersaing,
kecepatan
merumuskan strategi bersaing, dan ketepatan memenangkan persaingan Pengukuran data dalam variabel perilaku wirausaha adalah menggunakan skala likert dengan empat pilihan (1, 2, 3, dan 4), kemudian ditransformasikan ke skala ordinal lima jenjang sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Guna keperluan analisis statistik maka dilakukan transformasi untuk mengubah skala ordinal ke skala interval atau rasio dengan rumus sebagaimana pada peubah karakteristik individu pengrajin. Indikator dan pengukuran masing-masing sub peubah tercantum pada Tabel 12. Tabel 12. Peubah Perilaku Wirausaha Indikator Keinovatifan
Parameter 1) Pengetahuan sumber informasi inovatif 2) Pemahaman tentang penciptaan inovasi 3) Pemahaman tentang penerapan inovasi 4) Ketertarikan terhadap sumber informasi inovatif 5) Ketertarikan untuk menciptakan inovasi 6) Ketertarikan menerapkan inovasi 7) Kecepatan mencari sumber informasi inovatif 8) Kecepatan menghasilkan inovasi 9) Kecermatan menerapkan inovasi
Inisiatif
1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9)
Pengelolaan Resiko
Daya Saing
Pengetahuan tentang peluang usaha Pengetahuan tentang cara mencari identifikasi peluang usaha Pemahaman tentang cara menjalankan peluang usaha Ketertarikan terhadap peluang usaha Ketertarikan melakukan identifikasi peluang usaha Sikap dalam menjalankan peluang usaha Kecermatan menemukan peluang usaha Ketelitian melakukan identifikasi peluang usaha Ketepatan menjalankan peluang usaha. Pengetahuan tentang cara memprediksi resiko Pengetahuan cara menghindari resiko Pemahaman cara menjalankan usaha yang beresiko Sikap menghadapi kemungkinan terjadinya resiko Sikap menghindari resiko Sikap terhadap usaha yang beresiko Ketepatan memprediksi terjadinya resiko Kecermatan menjalankan usaha yang berisiko Kecepatan menghindari risiko Pengetahuan tentang strategi bersaing Pemahaman cara menghadapi persaingan Pemahaman tentang etika persaingan Sikap untuk menghadapi persaingan Sikap terhadap etika persaingan usaha Ketertarikan terhadap penerapan strategi usaha Kemampuan menghasilkan keunggulan bersaing Kecepatan merumuskan strategi bersaing Ketepatan memenangkan persaingan
Tabel 12Peubah Perilaku Wirausaha
(4) Kemandirian Usaha (Y2) adalah kemampuan pengrajin dalam mengatur usahanya secara berkualitas dan kemampuan bekerjasama dengan individu atau organisasi penunjang kegiatan usaha, kemandirian ini meliputi: (1) kemandirian dalam proses produksi, (2) kemandirian dalam permodalan, (3) kemandirian dalam pemasaran, dan (4) kemandirian dalam bekerjasama. Pengukuran
data
dalam
variabel
kemandirian
pengrajin
adalah
menggunakan skala likert dengan empat pilihan (1, 2, 3, dan 4), kemudian ditransformasikan ke skala ordinal dengan kategori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Guna keperluan analisis statistik maka dilakukan transformasi untuk mengubah skala ordinal ke skala interval atau rasio dengan rumus sebagaimana pada peubah karakteristik individu pengrajin. Indikator dan pengukuran masing-masing sub peubah tercantum pada Tabel 13. Tabel 13. Peubah Kemandirian Usaha Indikator (1) Permodalan
Parameter 1) Pengetahuan sumber permodalan 2) Pemahaman cara mengakses sumber permodalan 3) Pemahaman pengelolaan modal 4) Tanggapan terhadap sumber-sumber permodalan 5) Ketertarikan mengakses sumber-sumber permodalan 6) Sikap hemat dalam pengelolaan modal. 7) Kecepatan mencari sumber permodalan 8) Ketepatan mengakses sumber-sumber permodalan
(2) Proses Produksi
(3) Kerjasama
(4) Pemasaran
9) 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9)
Kecermatan mengelola modal. Pengetahuan tahapan proses produksi Pemahaman cara kerja peralatan produksi Pengetahuan persyaratan mutu produksi Ketertarikan atas setiap tahapan produksi Ketertarikan atas cara kerja peralatan produksi Ketertarikan terhadap pentingnya mutu produksi Ketepatan menjalankan tahapan produksi Kecermatan menggunakan peralatan produksi Ketepatan memenuhi persyaratan mutu produksi Wawasan tentang bentuk kerjasama Pengetahuan perjanjian kerjasama Pengetahuan tentang cara melakukan kerjasama Sikap mengutamakan kerjasama kemitraan (partnership) Sikap percaya diri dalam bekerjasama Sikap terhadap tindakan subordinasi dan deprivasi kerjasama Kecermatan memilih bentuk kerjasama Ketelitian menyusun perjanjian kerjasama Kecermatan bekerjasama dengan pihak lain Pengetahuan bauran promosi Pemahaman teknik menjual Pengetahuan mutu pelayanan Ketertarikan terhadap kegiatan bauran promosi Tanggapan terhadap perkembangan teknik menjual Sikap mengutamakan kualitas pelayanan Kecermatan mempromosikan produk Kecepatan menjual produk Keluwesan melayani pelanggan
Tabel 13Peubah Kemandirian Usaha
(a) Kemandirian dalam permodalan adalah kemampuan pengrajin dalam pengelolaan modal secara hemat dan akumulatif serta mengakses sumber permodalan seluas-luasnya. Kemandirian ini meliputi aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Aspek
kognitif
permodalan
diukur
berdasarkan
pengetahuan sumber permodalan, pemahaman cara mengakses sumber permodalan, pemahaman pengelolaan modal. Aspek afektif permodalan diukur
berdasarkan
tanggapan
terhadap
sumber-sumber
permodalan,
ketertarikan mengakses sumber-sumber permodalan, dan sikap hemat dalam pengelolaan modal. Aspek psikomotorik permodalan diukur berdasarkan kecepatan mencari sumber permodalan, ketepatan mengakses sumber-sumber permodalan, dan kecermatan mengelola modal. (b) Kemandirian dalam proses produksi adalah kemampuan pengrajin dalam melakukan proses produksi meliputi cara penanganan bahan baku sampai dengan menghasilkan barang jadi. Kemandirian ini meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek kognitif proses produksi diukur berdasarkan pengetahuan tahapan proses produksi, pemahaman cara kerja peralatan produksi, dan pengetahuan persyaratan mutu produksi. Aspek afektif proses produksi diukur berdasarkan ketertarikan atas: setiap tahapan produksi, cara
kerja peralatan produksi, dan pentingnya mutu produksi Aspek psikomotorik proses produksi diukur berdasarkan ketepatan menjalankan tahapan produksi, kecermatan menggunakan peralatan produksi, dan ketepatan memenuhi persyaratan mutu produksi (c) Kemandirian
dalam
kerjasama
adalah
kemampuan
pengrajin
dalam
melakukan kerjasama usaha kerajinan dengan pihak yang berkaitan dengan bidang usaha kerajinan, tanpa tersubordinasi dan terdeprivasi. Kemandirian ini meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek kognitif kerjasama diukur berdasarkan wawasan tentang bentuk kerjasama pengetahuan perjanjian kerjasama pengetahuan tentang cara melakukan kerjasama. Aspek afektif kerjasama diukur berdasarkan sikap mengutamakan kerjasama kemitraan (partnership) sikap percaya diri dalam bekerjasama sikap terhadap tindakan subordinasi dan deprivasi kerjasama sikap percaya diri dalam bekerjasama, sikap terhadap tindakan subordinasi dan deprivasi dalam kerjasama,
dan
sikap
mengutamakan
kerjasama
kemitraan.
Aspek
psikomotorik kerjasama diukur berdasarkan kecermatan memilih bentuk kerjasama, ketelitian menyusun perjanjian kerjasama, dan kecermatan bekerjasama dengan pihak lain (d) Kemandirian dalam pemasaran adalah kemampuan pengrajin dalam melakukan kegiatan pemasaran secara prima dengan mengutamakan pelayanan kepada pelanggan secara memuaskan. Kemandirian ini meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek kognitif pemasaran diukur berdasarkan pengetahuan bauran pemasaran, pemahaman teknik menjual, dan pengetahuan mutu pelayanan Aspek afektif pemasaran diukur berdasarkan ketertarikan terhadap kegiatan bauran promosi, tanggapan terhadap teknik menjual, dan sikap mengutamakan kualitas pelayanan. Aspek psikomotorik pemasaran
diukur
berdasarkan
kecermatan
mempromosikan
produk,
kecepatan menjual produk, dan keluwesan melayani pelanggan. (5) Kemajuan Usaha (Y3) adalah kondisi perkembangan usaha yang diperoleh pengrajin yang dinilai dari: (1) Pertumbuhan Usaha, (2) Efisiensi Usaha, dan (3) Efektivitas Usaha.
Pertumbuhan usaha adalah peningkatan dan diversifikasi produk kerajinan yang dihasilkan dicapai pengrajin dari kondisi saat ini dengan sebelumnya. Pertumbuhan usaha diukur dari pertumbuhan penjualan, pertumbuhan produksi, pertumbuhan aktiva, perkembangan jenis produk dan pangsa pasar. Efisiensi Usaha adalah penghematan dalam biaya dan waktu yang diperoleh dalam pelaksanaan kegiatan usaha kerajinan, diukur berdasarkan perbandingan jumlah biaya produksi secara periodik dan perbandingan penggunaan waktu perunit produk yang dihasilkan secara periodik. Efektivitas usaha adalah pencapaian tujuan yang ditetapkan pengrajin dalam kurun waktu tertentu, diukur berdasarkan perbandingan
jumlah
target
penjualan
dengan
realisasi
penjualan
dan
perbandingan jumlah target produksi dan realisasi produksi. Indikator dan pengukuran masing-masing sub peubah tercantum pada Tabel 14. Tabel 14Peubah Kemajuan Usaha
Tabel 14. Peubah Kemajuan Usaha Indikator (1) Pertumbuhan Usaha
(2) Efisiensi usaha (3) Efektivitas usaha
Parameter (1) Pertumbuhan Penjualan (2) Pertumbuhan Volume produksi (3) Pertumbuhan Aktiva (4) Perkembangan Jenis produk kerajinan (5) Perkembangan Pangsa pasar (1) Tingkat efisiensi biaya (2) Tingkat efisiensi waktu (1) Pencapaian target produksi (2) Pencapaian target penjualan
Pengukuran data dalam variabel kemajuan usaha menggunakan skala rasio, agar terpenuhi kesamaan skala pengukuran, maka terhadap data berskala rasio ini dilakukan transformasi ke dalam skala pengukuran ordinal lima jenjang sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Guna keperluan analisis statistik maka dilakukan transformasi untuk mengubah skala ordinal ke skala interval atau rasio dengan rumus sebagaimana pada peubah karakteristik individu pengrajin. (6) Keberlanjutan Usaha (Y4), sikap proaktif pengrajin dalam mengantisipasi kebutuhan dan selera konsumen pada masa yang akan datang. Keberlanjutan usaha dinilai dari kontinyuitas produksi, kontinyuitas penjualan, dan kontinyuitas input. Kontinyuitas produksi adalah sikap pengrajin dalam mengantisipasi pemenuhan kebutuhan konsumen akan produk kerajinan yang bermutu.
Kontinyuitas produksi diukur dari: kelancaran proses, mutu produk, dan pemenuhan permintaan. Kontinyuitas penjualan adalah sikap proaktif pengrajin untuk dapat memenuhi selera konsumen atas produk kerajinan pada masa yang akan datang. Kontinyuitas penjualan diukur dari: target penjualan, peningkatan pelayanan, dan kesadaran melakukan promosi. Kontinyuitas input adalah sikap antisipatif untuk memperoleh dan merencanakan terpenuhinya bahan baku dengan jumlah yang tepat dan memiliki mutu yang sesuai dengan kebutuhan dan selera konsumen pada masa yang akan datang. Kontinyuitas bahan baku diukur dari: perencanaan persediaan, pengendalian persediaan, dan mutu persediaan. Indikator dan pengukuran masing sub peubah tercantum pada Tabel 15.
Tabel 15. Peubah Keberlanjutan Usaha Indikator Kontinyuitas Produksi
Kontinyuitas Penjualan
Kontinyuitas Bahan baku
Parameter 1) Ketertarikan terhadap kelancaran proses produksi. 2) Tanggapan terhadap tingkat kekerapan hasil produksi pada masa yang akan datang. 3) Ketertarikan terhadap produk bermutu 4) Tanggapan terhadap upaya pengendalian mutu 5) Tanggapan tentang permintaan masa yang akan datang 6) Ketertarikan terhadap upaya pemenuhan jumlah permintaan. 1) Tanggapan atas pentingnya perencanaan dan penyusunan target 2) Ketertarikan pada upaya pemenuhan target 3) Tanggapan terhadap pelayanan bermutu 4) Ketertarikan pada upaya peningkatan pelayanan 5) Ketertarikan mengalokasikan dana untuk promosi 6) Tanggapan terhadap upaya-upaya promosi 1) Tanggapan atas pentingnya perencanaan persediaan bahan baku. 2) Ketertarikan pada upaya penyusunan perencanaan persediaan yang tepat. 3) Tanggapan terhadap pengendalian persediaan 4) Ketertarikan pada upaya pengendalian persediaan 5) Ketertarikan terhadap persediaan bahan baku bermutu 6) Tanggapan terhadap upaya memperoleh bahan baku bermutu.
Tabel 15Peubah Keberlanjutan Usaha
Pengukuran data dalam variabel keberlanjutan usaha adalah menggunakan skala likert dengan empat pilihan (1, 2, 3, dan 4), kemudian ditransformasikan ke skala ordinal jenjang rendah dan tinggi. Guna keperluan analisis statistik maka dilakukan transformasi untuk mengubah skala ordinal ke skala interval atau rasio dengan rumus sebagaimana pada peubah karakteristik individu pengrajin. Instrumentasi Dalam penelitian ini untuk memperoleh data primer dilakukan wawancara dengan responden dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan yang berhubungan dengan peubah-peubah yang diamati dalam obyek penelitian. Kuesioner tersebut tersusun menjadi 7 (tujuh) bagian yaitu: (1) Karakteristik individu Pengrajin, (2) Kualitas pendukung usaha, (3) Lingkungan, (4) Kemandirian Usaha, (5) Perilaku wirausaha, (6) Keberlanjutan Usaha, dan (7) Kemajuan usaha. Uji Validitas Ancok (Singarimbun dan Effendi, 1987) menyatakan bahwa uji validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Alat ukur dikatakan sahih (valid) apabila alat ukur tersebut dapat mengukur yang sebenarnya ingin diukur. Peubah-peubah dalam penelitian sosial bersifat lebih abstrak, oleh karena itu sulit untuk menentukan fenomena secara persis. Sehingga validitas dalam ilmu sosial merupakan derajat kedekatan kepada kebenaran, bukan sesuatu yang mutlak. Untuk menentukan validitas alat ukur dalam penelitian ini dipakai tiga cara: ▪ Uji validitas konstruk, yaitu menyusun tolok ukur operasional berdasarkan kerangka dari konsep yang akan diukur. Setelah kerangka konsep penelitian yang dibangun dari hasil pemahaman literatur ditetapkan, kemudian disusun tolok ukur operasionalnya. Penelitian ini ditekankan pada perilaku wirausaha, kemandirian usaha, kemajuan usaha dan keberlanjutan usaha. ▪ Uji validitas isi, yaitu mengukur keterwakilan seluruh aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep. Dalam pengujian validitas isi, dilakukan penyesuaian isi alat ukur atau daftar pertanyaan dengan teori yang telah
diuraikan sebelumnya. Teori yang mendasari penelitian ini adalah: (1) teori belajar orang dewasa berdasarkan aliran behavioristik yang terdiri dari teori operant conditioning, teori belajar sosial dan teori belajar bebas, (2) teori perilaku Kurt Lewin, (3) konsep kewirausahaan, (4) konsep kemandirian, (5) konsep kinerja usaha, dan (5) konsep keberlanjutan usaha. ▪ Uji validitas konkuren, yaitu mengukur kesahihan prediktif berdasarkan hubungan yang teratur antar seluruh variabel penelitian. Dalam penelitian ini validitas konkuren dilihat dari signifikansi hubungan antara item pertanyaan pada masing-masing variabel penelitian. Hubungan diuji dengan analisis korelasi product moment pearson. Sebagai pembanding, Masrun (1979) menyatakan bilamana koefisien korelasi antara skor suatu indikator positif dan ≥0,3 maka instrumen tersebut dianggap valid (validitas kriteria). Hasil uji validitas dijelaskan pada Tabel 16. Uji Reliabilitas Ancok (Singarimbun dan Effendi, 1987) menyatakan bahwa uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel. Dengan kata lain, reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. Reliabilitas data seluruh item pertanyaan dari seluruh variabel penelitian diuji dengan analisis reliabilitas dengan koefisen αcronbach. Merujuk pada pendapat Malhotra (1996) suatu instrumen penelitian (keseluruhan indikator) diangp reliabel (reliabilitas konsistensi internal) bilamana αcronbach ≥0,6. Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Tabel 16. Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Instrumen Penelitian No
Nama Peubah
1
Karakteristik individu (X1)
Validitas (Koefisen r) 0,793(**)
Reliabilitas (Alpha Cronbach) 0, ,7370
Keterangan valid dan reliabel
2 Pendukung Usaha (X2) 0,797(**) 3 Lingkungan (X3) 0,832(**) 4 Kemandirian Usaha (Y1) 0,855(**) 5 Perilaku wirausaha (Y2) 0,900(**) 6 Kemajuan Usaha (Y3) 0,665(**) 7 Keberlanjutan usaha (Y4) 0,686(**) Keterangan: ** Signifikan pada alpha = 0,01
0, ,8237 0, 8369 0, 6725 0, 6371 0, 6931 0, 8966
valid dan reliabel valid dan reliabel valid dan reliabel valid dan reliabel valid dan reliabel valid dan reliabel
Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas menunjukkan bahwa keseluruhan instrumen dari seluruh variabel penelitian adalah valid dan reliabel. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan mendatangi dan melakukan wawancara terhadap responden dengan berpedoman pada kuesioner yang kemudian diklarifikasi dengan wawancara mendalam dan wawancara bebas. Wawancara ini dibantu oleh 4 (empat) asisten peneliti dengan latar belakang pendidikan sarjana ilmu sosial, kemudian dibekali ketrampilan untuk mewancarai responden guna mendapatkan data. Dalam penelitian ini selain melakukan tanya jawab dengan responden, juga dilakukan wawancara dengan pihak-pihak lain yang berhubungan dengan penelitian, seperti pemuka adat, pengurus koperasi, pengurus LIK, petugas dinas perindustrian, dinas Koperasi dan UKM, dan lembaga-lembaga lain yang terkait. Data sekunder yang diperoleh dari dokumen pelengkap yang diterbitkan oleh instansi pada dua Kabupaten yang meliputi: Kantor Pemerintah Daerah, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi dan UKM, Koperasi, dan Lingkungan Industri Kecil. Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif dengan menggunakan statistik meliputi: (1) analisis statistik deskriptif untuk mendeskripsikan kondisi ketujuh kelompok peubah, (2) analisis SEM (Structural Equation Modelling) untuk menguji hipotesis kesatu hingga hipotesis keempat, dan (3) uji beda rata-rata one way anova untuk menguji hipotesis kelima.
Analisis Structural Equation Modeling (SEM) yang juga dinamakan Model Persamaan Struktural merupakan salah satu metode analisis data yang sering digunakan di bidang ilmu-ilmu sosial dan perilaku (Adnyana, 2004). Metode ini digunakan untuk menunjukkan keterkaitan secara simultan antara peubah latent / peubah X dan Y (unobserved variabel) dengan peubah manifest / indikator (observed variabel). Menurut Ferdinand (2000) Model Persamaan Struktural (SEM) ini dapat menunjukkan model dalam skema lintas yang menjelaskan posisi dan arah faktorfaktor yang saling terkait, sehingga jelas faktor mana yang berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap faktor lain. Alasan digunakan Model Persamaan Struktural digunakan dalam penelitian ini karena kemampuannya untuk: (1) menampilkan sebuah model komprehensif, (2) mengkonfirmasikan dimensidimensi dari faktor-faktor yang menentukan keberhasilan program pemberdayaan pengrajin, dan (3) mengukur pengaruh hubungan-hubungan yang secara teoritis mendukung. Sehubungan dengan hipotesis yang diajukan, maka uji statistik pada hipotesis satu menggunakan analisis lintas yang kemudian digambarkan dalam model skema lintas. Adapun rumusan hipotesis satu adalah: Perilaku wirausaha dipengaruhi secara nyata oleh karakteristik individu pengrajin, pendukung usaha dan lingkungannya. Hubungan antar faktor dijelaskan dengan model skema lintas pada Gambar 8. Karakteristik individu (X1) Perilaku Wirausaha (Y1) Pendukung Usaha (X2)
Lingkungan (X3)
Gambar 8. Skema Lintas Hubungan antar Faktor-Faktor dalam Hipotesis Satu Gambar 8Skema Lintas Hubungan antar Faktor-Faktor dalam Hipotesis Satu
Uji statistik pada hipotesis dua menggunakan analisis lintas. Adapun rumusan hipotesis dua adalah: kemandirian usaha dipengaruhi secara langsung
oleh karakteristik individu, pendukung usaha, lingkungan, dan perilaku wirausaha. Hubungan antar faktor dijelaskan dengan model skema lintas pada Gambar 9. Pendukung Usaha X2 KEMANDIRIAN USAHA Y2
Lingkungan X3
Perilaku Wirausaha Y1
Karakteristik individu X1
Gambar 9. Skema Lintas Hubungan antar Faktor-Faktor dalam Hipotesis Dua Gambar 9Skema Lintas Hubungan antar Faktor-Faktor dalam Hipotesis Dua
Uji statistik pada hipotesis tiga menggunakan analisis lintas. Adapun rumusan hipotesis tiga adalah: kemajuan usaha dipengaruhi secara langsung oleh perilaku wirausaha dan kemandirian usaha. Hubungan antar faktor dijelaskan dengan model skema lintas pada Gambar 10.
Kemandirian Usaha Y2
Perilaku Wirausaha (Y1)
Kemajuan Usaha Y3
Gambar 10. Skema Lintas Hubungan antar Faktor-Faktor dalam Hipotesis Tiga Gambar 10Skema Lintas Hubungan antar Faktor-Faktor dalam Hipotesis Tiga
Uji statistik pada hipotesis empat menggunakan analisis lintas. Adapun rumusan hipotesis empat adalah: keberlanjutan usaha dipengaruhi secara langsung oleh kemajuan usaha. Hubungan antar faktor dijelaskan dengan model skema lintas pada Gambar 11.
Kemajuan Usaha Y3
Keberlanjutan Usaha Y4
Gambar 11. Skema Lintas Hubungan antar Faktor-Faktor dalam Hipotesis Empat Gambar 11Skema Lintas Hubungan antar Faktor-Faktor dalam Hipotesis Empat
Tahapan analisis SEM pada penelitian ini mengacu pada Joreskog dan Sorbom (1998): (1) pengembangan
model
berbasis
teori,
dalam
penelitian
ini
proses
pengembangan dijelaskan pada bagian kerangka berpikir dan hipotesis, (2) mengembangkan skema lintas hubungan yang komprehensif berdasarkan landasan teori sebagaimana tercantum pada Gambar 13. (3) konversi skema lintas ke dalam persamaan model struktural dan model pengukuran. (4) Memilih matrik input berupa matrik kovarians dari data yang telah ditransformasi ke data normal baku dengan menggunakan rumus transformasi yang telah dijelaskan pada bagian pengukuran variabel dan indikator di atas. (5) Mengevaluasi kriteria goodnes of fit. (6) Interpretasi sesuai denga hipotesis yang diajukan.
Model Pengukuran Penelitian ini adalah penelitian perilaku yang mengukur beberapa variabel berdasarkan indikator penelitian, agar semua indikator yang dianalisis benar-benar terbebas dari kekeliruan maka dalam penelitian ini digunakan analisis faktor konfirmatory yang bertujuan untuk mengevaluasi pola-pola hubungan korelatif indikator dan konstruknya. Berdasarkan hasil analisis faktor terdapat beberapa indikator yang tidak fit dengan data (nilai Goodness of Fit < 0,90) sehingga dikeluarkan dari model dengan didasarkan pada pertimbangan aspek teoritis. Indikator-indikator yang fit dengan data yang kemudian di analisis lebih lanjut sehingga diperoleh hasil perhitungan model pengukuran sebagaimana ditampilkan pada Tabel 17. Tabel 17Ringkasan Hasil Perhitungan Model Pengukuran
Tabel 17. Ringkasan Hasil Perhitungan Model Pengukuran
Variabel
Kode
Karakteristik individu X1
x12 x15 x16 x17 x18 x21 x22 x23 x24 x31 x32 x33 x34
Indikator
Pendidikan Motivasi berusaha Pemenuhan Kebutuhan Intensitas Komunikasi Aspek Gender Pendukung Usaha Bahan baku X2 Pasar Ketersediaan teknologi Ketersediaan transportasi Dukungan Pemimpin informal Lingkungan X3 Keluarga Bimbingan Pemda Bimbingan Organisasi Non Pemerintah Perilaku Wirausaha y11 Keinovatifan Y1 y12 Inisiatif y13 Pengelolaan Resiko y14 Daya Saing Tingkat y21 Kemandirian Permodalan Kemandirian y22 Kemandirian Produksi Usaha Y2 y23 Kemandirian Kerjasama y24 Kemandirian Pemasaran Tingkat Kemajuan y31 Pertumbuhan Usaha Usaha Y3 y32 Efisiensi usaha y33 Efektivitas usaha Keberlanjutan y41 Kontinyuitas Produksi Usaha Y4 y42 Kontinyuitas Penjualan y43 Kontinyuitas Bahan baku Nyata pada α= 0,05; t-hitung > t-tabel (1,965)
Koef. Bobot Faktor 0,47 0.40 0.73 0.81 0.56 0.63 0.88 0.63 0.78 0.67 0.66 0.94 0.95 0.91 0.86 0.63 0.75 0.76 0.81 0.62 0.50 0.88 0.53 0.55 0.77 0.97 0.77
Nilai t-hitung
Hasil Uji
7.73 6.46 13.16 15.11 9.35 10.83 17.14 10.69 14.32 11.93 11.71 19.81 20.43
* * * * * * * * * * * * *
12.01 11.85 9.04 10.50 10.21 10.51 8.88 8.69 13.40 8.21 8.62 12.40 14.19 12.40
* * * * * * * * * * * * * *
Berdasarkan Tabel 17, variabel karakteristik individu yang dimanifeskan menjadi lima indikator: pendidikan, motif berusaha, pemenuhan kebutuhan, komunikasi, dan gender memiliki potensi yang nyata untuk meningkatkan karakteristik individu pengrajin. Pada tingkat α=0,05 terdapat empat indikator pada variabel pendukung usaha adalah signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa: bahan baku, pasar, ketersediaan teknologi, dan ketersediaan transportasi secara nyata dapat mendukung usaha kerajinan. Variabel lingkungan dimanifeskan pada empat indikator: pemimpin informal, keluarga, bimbingan Pemda, bimbingan Organisasi Non Pemerintah, dan Norma dalam masyarakat. Indikator tersebut merupakan faktor lingkungan yang secara nyata kondusif bagi pengrajin.
Kemandirian usaha diukur berdasarkan indikator kemandirian permodalan, kemandirian
proses
produksi,
kemandirian
kerjasama,
dan
kemandirian
pemasaran. Keseluruhan nilai t-hitung indikator lebih besar dari t-tabel. Hal ini menunjukkan bahwa keseluruhan indikator secara nyata memiliki hubungan dengan kemandirian usaha. Oleh karena itu, keempat indikator memiliki potensi untuk menentukan kemandirian usaha pengrajin. Selain itu, keinovatifan, inisiatif, pengelolaan resiko dan daya saing secara nyata pada α=0,05 menjadi ukuran bagi kualitas perilaku wirausaha pengrajin. Secara teoritis, kemajuan usaha dilihat berdasarkan tingkat pertumbuhan usaha dan efektivitasnya. Pada penelitian ini, terbukti secara nyata bahwa kemajuan usaha dapat diukur berdasarkan tingkat pertumbuhan usaha, efektivitas usaha dan efisiensi usaha, yang ditunjukkan dari nila t-hitung> t-tabel. Pada tingkat α=0,05 nilai t-hitung seluruh indikator pada variabel keberlanjutan usaha adalah signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa: kontinyuitas produksi, kontinyuitas penjualan, dan kontinyuitas bahan baku secara nyata dapat digunakan untuk mengukur tingkat keberlanjutan usaha kerajinan. Berdasarkan hasil uji model pengukuran atas seluruh indikator dalam model pemberdayaan pengrajin tersebut, maka dapat dilakukan uji lanjut yaitu model persamaan struktural
Persamaan model pengukuran dalam penelitian ini adalah: Indikator Variabel X x12 x15 x16 x17 x18 x21 x22 x23 x24 x31 x32 x33 x34 Indikator Variabel
Karakteristik individu = = = = = = = = = = = = =
Pendukung Usaha
Lingkungan
λx12*X1 λx15*X1 λx16*X1 λx17*X1 λx18*X1 λx21 *X2 λx22 *X2 λx23 *X2 λx24 *X2 λx31*X2 λx32*X2 λx33*X2 λx34*X2 Perilaku Wirausaha
Kemandirian Usaha
Kemajuan Usaha
Error
+ + + + + + + + + + + + +
Keberlanjutan Usaha
δ2 δ5 δ6 δ7 δ8 δ9 δ10 δ11 δ12 δ14 δ15 δ16 δ17 Error
Y y11 y12 y13 y14 y21 y22 y23 y24 y31 y32 y33 y34 y41 y42 y43 y44
λy11*Y1 λy12*Y1 λy13*Y1 λy14*Y1
= = = = = = = = = = = = = = = =
λ y21*Y2 λ y22*Y2 λ y23*Y2 λ y24*Y2
λ y31*Y3 λ y32*Y3 λ y33*Y3 λ y34*Y3
λy41*Y4 λy42*Y4 λy43*Y4 λy44*Y4
+ + + + + + + + + + + + + + + +
ε19 ε20 ε21 ε22 ε23 ε24 ε25 ε26 ε27 ε28 ε29 ε30 ε31 ε32 ε33 ε34
Keterangan: λ = koefisien bobot faktor δ = kesalahan pengukuran indikator pada variabel X ε= kesalahan pengukuran indikator pada variabel Y
Model Struktural Hubungan kausal antar faktor dalam penelitian ini dirumuskan dalam persamaan struktural sebagai berikut: Perilaku Wirausaha (Y1)
=
γ1X1+γ 2X2+γ 3X3
+
Kemandirian Usaha (Y2)
=
γ41X1+γ 5X2+ γ6X3
+
β1Y1
Kemajuan Usaha (Y3)
=
β2Y1+ β3Y2
+
ζ 3
Keberlanjutan Usaha (Y4)
=
β4Y3
+
ζ 4
+
ζ 1 ζ 2
Keterangan: γ = koefisien jalur variabel X terhadap Y, β = koefisien jalur variabel Y terhadap Y , ζ = residu persamaan struktural
Secara keseluruhan model persamaan struktural pemberdayaan pengrajin digambarkan pada Gambar 12. Gambar 12Model Persamaan Struktural (Basic Model) Pemberdayaan Pengrajin
δ
Menuju Kemajuan Usaha dan Keberlanjutan Usaha
λ
β
λ
ε
Y 11 X 12
X 15
PRIBADI
WIRA
Y 12
Y 13 X 16 Y 14 X 17 Y 2 1 X 18
MAND
X 2 1
PENDUSAH
Y 2 2
Y 2 3
X 2 2 Y 2 4 X 2 3 Y 3 1 X 2 4
MAJU
Y 3 2
X 3 1 Y 3 3
Keterangan: Variabel X: PRIBADI = Karakteristik individu (X1) PENDUSAH= Pendukung Usaha (X2) LING = Lingkungan (X4) Indikator Variabel X: X12 = Pendidikan X15 = Motivasi berusaha X16 = Pemenuhan kebutuhan X17 = Intensitas Komunikasi X18 = Kesetaraan Gender X21 = Bahan baku X22 = Pasar X23 = Teknologi X24 = Transportasi X31= Keluarga X32 = Pemimpin informal X33 = Bimbingan Pemda X34 = Bimbingan Organisasi Non Pemerintah
Variabel Y: MAND = Kemandirian Usaha (Y1) WIRA = Perilaku Wirausaha (Y2) MAJU = Kemajuan Usaha (Y3) LANJUT = Keberlanjutan Usaha (Y4) Indikator Variabel X: Y11= Keinovatifan Y12=Inisiatif Y13=Pengelolaan resiko Y14=Daya saing Y21=Kemandirian Permodalan Y22=Proses Produksi Y23=Kerjasama Y24=Pemasaran Y31=Pertumbuhan Usaha Y32=Pertumbuhan Usaha Y33=Efisiensi usaha Y41=Kontinyuitas produksi Y42=Kontinyuitas penjualan Y43=Kontinyuitas penjualan
Gambar 12. Model Persamaan Struktural (Basic Model) Pemberdayaan Pengrajin Menuju Kemajuan Usaha dan Keberlanjutan Usaha Gambar 12 menggambarkan posisi dan arah faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasil pemberdayaan pengrajin. Pada model tersebut terlihat faktor-faktor yang berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap: (1) perilaku wirausaha, (2) kemandirian usaha, (3) kemajuan usaha, dan (4) keberlanjutan usaha. Berdasarkan hasil uji hipotesis dilakukan analisis kualitatif dengan pendekatan induktif yakni tidak hanya menyajikan hasil berupa penolakan atau penerimaan hipotesis tetapi menjelaskan dan memahami situasi yang ada di lapangan. Analisis kualitatif dilakukan melalui kajian mendalam terhadap: (a) alasan filosofis pengrajin untuk melakukan usaha kerajinan (b) harapan-harapan pengrajin (c) hambatan-hambatan yang dihadapi pengrajin dalam melakukan usaha dan (d) peranan pembinaan pemerintah
Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model pemberdayaan yang efektif memandirikan pengrajin, membentuk perilaku wirausaha yang berkualitas guna memajukan usaha kerajinan dan meningkatkan keberlanjutan usaha.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian Posisi geografis Kabupaten Sidoarjo terletak berdekatan dengan Ibukota Provinsi Jawa Timur. Batas sebelah utara Kabupaten Sidoarjo adalah Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik, sebelah selatan adalah Kabupaten Pasuruan, sebelah timur adalah Selat Madura dan sebelah barat adalah Kabupaten Mojokerto. Kabupaten Magetan terletak di bagian barat Jawa Timur, sekitar 200 km arah barat Kota Surabaya. Sebelah barat berbatasan dengan provinsi Jawa Tengah, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Ngawi, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Madiun dan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo. Kedua daerah ini merupakan daerah yang menjadi sentra Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan pengrajin di beberapa desa di kedua kabupaten ini dijelaskan pada Tabel 18. Tabel 18Jenis Produksi Kerajinan Sentra IKKR Barang dari Kulit di Kabupaten Magetan dan Kabupaten Sidoarjo
Desa
Tabel 18. Jenis Produksi Kerajinan Sentra IKKR Barang dari Kulit di Kabupaten Magetan dan Kabupaten Sidoarjo Kecamatan Kabupaten Jenis Produksi
Balegondo
Magetan
Magetan
Ringinagung
Magetan
Magetan
Kludan Kalisampurno Kedensari
Tanggulangin Sidoarjo Tanggulangin Sidoarjo Tanggulangin Sidoarjo
Sepatu dan sandal, ikat pinggang, jaket, dompet, tas, dan berbagai asesories dari kulit. Tas, koper, dompet, ikat pinggang, jaket, sepatu sandal, sepatu, rompi, rok, celana, dan berbagai asesories dari kulit.
Berdasarkan Tabel 18, pengrajin memiliki variasi dalam menghasilkan produk kerajinannya. Pengrajin Sidoarjo merupakan penghasil produksi tas dan koper yang dominan. Usaha ini diawali oleh orang tua mereka yang membuat